Algoritma Clustering Fuzzy Hibrida untuk Klasifikasi Citra Inderaja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Algoritma Clustering Fuzzy Hibrida untuk Klasifikasi Citra Inderaja"

Transkripsi

1 Algortma Clusterng Fuzzy Hbrda untu Klasfas Ctra Inderaja Agus Zanal Arfn Ten Informata FTI ITS Surabaya E-mal : agusza@ts-sby.edu Telp. (031) Abstra Proses lasfas merupaan proses untu mendapatan gambar/peta temat. Pada paper n am ngn membahas sebuah algortma lasfas unsupervsed yang berusaha mengelompoan data ctra nderaja e dalam sejumlah cluster. Algortma n terdr dar 2 tahap yan tahap pendetesan loas pusat tap cluster dan tahap pencaran anggotanya. Tahap I merupaan modfas algortma ISMC (Improved Splt and Merge Classfcaton). ISMC adalah algortma clusterng secara parttonal yang pada tap terasnya dssp algortma splt and merge. Pada tahap II am terapan lasfas fuzzy c-mean untu memperoleh parts fuzzy ctra. Analsa uanttatf untu menentuan efetftas algortma n adalah between cluster scatter matrx Sb dan wthn cluster scatter matrx Sw. Pada uj coba, berdasaran beberapa sampel, ternyata trace dar Sw algortma n dapat mencapa 53 % lebh ba dar pada ISMC. Sedangan trace dar Sb yang dhaslan eduanya ternyata sangat mrp. Dengan deman, algortma n terbut mampu menghaslan cluster yang lebh homogen dbandngan ISMC. Kata Index : algortma clusterng, ctra nderaja, fuzzy c-mean, splt and merge, wthn cluster scatter, between cluster scatter. I. Pendahuluan I.1. Klasfas ctra Klasfas ctra merupaan proses yang berusaha mengelompoan seluruh pxel pada suatu ctra e dalam sejumlah class (elas), sedeman hngga tap class merepresentasan suatu enttas dengan propert yang spesf [1], [10]. Tujuan utama lasfas ctra pengnderaan jauh adalah untu menghaslan peta temat, dmana suatu warna mewal suatu obje tertentu. Contoh obje antara lan hutan, ar, sawah, ota, jalan, dan lan-lan. Bahan pada ctra satelt meteorolog, proses lasfas dapat menghaslan peta awan yang memperlhatan dstrbus awan d atas suatu wlayah. Algortma lasfas dapat dbag menjad 2 ategor yan supervsed (terawas) dan unsupervsed (ta terawas) [1][2][3][8]. Penggunaan eduanya bergantung pada etersedaan data awal pada ctra tu. Metode supervsed patut dgunaan bla telah terseda tranng set, yan sejumlah pxel yang sudah dlasfasan terhadap sejumlah elas tertentu. Proses n harus dlauan oleh seorang paar yang benar-benar mengetahu jens obje yang berada pada loas tranng set. Dengan cara n tap elas spetrum dapat dwal oleh suatu dstrbus probabltas, sehngga esusesan lasfas sangat tergantung pada elengapan sampel yang terseda. Namun bla tranng set n belum detahu dstrbus elasnya, maa metode unsupervsed aan sangat membantu. Dengan cara n, user tda perlu mengnputan sampel tap elas, sebab data aan delompoan secara natural berdasaran propert masngmasng. I.2. Algortma clusterng Analsa cluster merupaan suatu bentu pengenalan pola yang beratan dengan pembelajaran secara unsupervsed, dmana jumlah pola elas tda detahu. [4][5]. Proses clusterng berusaha untu mengelompoan pxel dalam feature space (ruang cr) secara natural e dalam sejumlah cluster. Cluster merupaan suatu elompo yang homogen, dmana tap unt d dalamnya meml emrpan satu sama lan [5]. Clusterng bsa berbentu herarchcal atau parttonal [4]. Metode herarchcal membuat onstrus berupa urutan parts secara nested dan non teratve. Outputnya adalah 1

2 sebuah dendogram, yan tree yang menunjuan pengelompoan sampel. Prosedur n dbaga menjad 2 ategor, yan agglomeratve (bottomup) dan dvsve (top-down). Agglomeratve dmula dar n cluster beranggota tunggal yang dgabung (merged) dengan cluster lannya secara berurutan, hngga menjad 1 cluster. Sedangan dvsve dmula dar 1 parts beranggotaan semua sampel, yang dpecah (splt) secara berurutan, hngga menjad sejumlah cluster yang masng-masng beranggotaan 1 sampel. Adapun metode parttonal, berusaha menghaslan parts secara teratve. Kedua metode d atas dapat dgabungan dengan melauan parttonal clusterng yang pada tap terasnya dsspan herarchcal clusterng (splt and merge). Penggabungan n sangat menguntungan [4], sebab metode herarchcal murn mengharusan adanya strutur tasonom data yang tentunya urang sesua untu ctra nderaja. Selan tu juga tda sesua untu data yang omples. Metode n sangat tergantung pada urutan splt dan mergenya, sehngga urutan yang berbeda aan menghaslan strutur cluster yang berbeda pula. Sedangan metode parttonal murn, serngal onvergen pada local mnmum dar clusterng crteron functon. Bla edua metode n dombnasan, maa tda perlu terlalu tergantung pada nsalsas dstrbus cluster. Tentunya jumlah cluster pada nsalsas tda harus sama dengan onds data yang sebenarnya. Pada awal tahun 2000, J. J. Smpson dan rean-reannya berhasl mengembangan sebuah algortma hbrda yang dnamaan Improved Splt and Merge Classfcaton (ISMC). Algortma ISMC adalah pengembangan dar algortma SMC yang telah berhasl daplasan untu menguur suhu permuaan laut dengan mendetes onds awan d atasnya. Dalam uj cobanya, ISMC terbut menghaslan strutur cluster yang lebh homogen dan onver-gen lebh cepat dar pada algortma SMC dan ISODATA. Selan tu, parameter nputnya lebh sedt dan lebh mudah ds, sebab nla thresholdnya dsesuaan berdasaran arater ctra. Paper n membahas algortma ISMC sealgus mengusulan sebuah algortma yang berusaha menngatan homogentas cluster dengan cara memodfas ISMC tersebut dan menggabungannya dengan algortma fuzzy c mean. Nama algortma usulan n adalah Fuzzy Splt and Merge Clusterng (FSMC). D sampng tu, FSMC juga berusaha menngatan heterogentas antar cluster, sehngga perbedaan antar cluster dusahaan sebesar mungn. II. Tnjauan Algortma ISMC ISMC adalah algortma clusterng secara parttonal yang pada tap terasnya dssp dengan algortma splt and merge. Algortma n terbut jauh lebh ba dar pada algortma ISODATA. II. 1. Bentu algortma asl ISMC Berut n langah-langah algortma ISMC : 1. Penentuan nla threshold Terdapat 3 parameter threshold yang dbutuhan oleh ISMC, yan m (merge), s (splt), dan Tolerans. Penetapan nla threshold yang optmal aan mampu mengurang redundans (langah-langah yang tda dperluan). Dalam hal n threshold untu splt dan merge dsesuaan dengan araterst ctra. Penghtungan m dan s adalah sebaga berut : s = SPLIT x s m = MERGE x s Varabel s dhtung berdasaran : s n 1 (max mn ) Dmana = 1.0 x 10-4, n adalah jumlah omponen pada vector (pxel), max dan mn adalah nla maxmum dan mnmum pada elemen e- dar seluruh vector. Sedangan nla default SPLIT = 750 dan MERGE = 50 dtetapan berdasaran espermen. Adapun Tolerans yang dgunaan untu menentuan onvergens menuju ahr proses clusterng dber nla default Splt cluster Urutan langahnya sebaga berut : Berdasaran component-wse, dlauan pencaran nla maxmum dan mnmum untu tap dmens. Bla telah dtemuan, maa dlauan boundng, sehngga 2 2

3 semua vector berada dalam batasan tersebut. Bla jumlah dmens adalah n, maa jumlah tt sudut yang dhaslan adalah 2 n. Untu tap sudut boundary, dlauan pencaran vector yang terdeat dan terjauh dar tap tt sudut tersebut. Jumlah vector yang dhaslan adalah 2 x 2 n. Tap vector tersebut selanjutnya duur jaranya satu sama lan. Pasangan vector yang jaranya palng jauh, aan djadan sebaga pedoman untu membag semua vector yang ada e dalam 2 cluster. Pasangan vector n dapat dnamaan sebaga y max dan y mn. Proses splt baru boleh dlauan, bla d m melebh splttng threshold s. Bla tda, maa proses langsung menuju langah e-3. Adapun nla d m dtentuan oleh rumus : d m = (y max y mn ) T (y max y mn ) Proses splt dharapan aan menghaslan 2 cluster dengan cara menguur jara seluruh vector pada cluster n terhadap edua vector utub. Kutub yang terdeat tulah yang aan dutnya sebaga cluster yang baru. Langah e-2 n dulang terus menerus hngga tda terjad splt lag. 3. Penghapusan seluruh cluster yang tda meml elemen. 4. Penggabungan cluster Tap pasang cluster dhtung jara antar mean vectornya dengan rumus : d m = (m m j ) T (m m j ) Bla d m urang dar mergng threshold m, maa lauan penggabungan semua vector pada edua cluster tersebut, sehngga menjad 1 cluster. Ulang langah e-4 n, hngga tda ada lag cluster yang bsa dgabung. Hasl ahrnya adalah K buah cluster. 5. Penentuan eanggotaan tap vector Dengan berdasaran K buah cluster tersebut, tap vector selanjutnya dpersa dan dputusan untu menjad anggota salah satu cluster yang terdeat. Penguurannya menggunaan Eucldean dstance dengan rumus : d = (y m ) T (y m ), dmana = 1, K K adalah jumlah seluruh cluster. Tap vector dputusan sebaga anggota cluster yang menghaslan nla d terecl. 6. Penghtungan statst cluster Penghtungan anga statst n melput trace dar matrs between-cluster scatter S b, mean m, dan onvergens. Rumus yang dgunaan pada penghtungan S b adalah : K S b n ( m m)( m m) 1 Dmana n adalah jumlah vector dalam cluster e-, sedangan m adalah mean vector dar seluruh data set. Sedangan rumus penghtungan mean vector untu seluruh data set adalah : m 1 N K 1 n m Pemersaan onvergens Pemersaan n menggunaan trace matrs between-cluster scatter T r (S b ). Idealnya, T r (S b ) n harus sebesar mungn untu menyataan bahwa tap cluster berbeda satu sama lan. Konvergens dperoleh, bla pada teras berutnya, S b tda mengalam perubahan yang mencolo. Rumus yang dgunaan adalah : ' Tr ( Sb ) Tr ( Sb ) tol T ( S ) r b S`b adalah matrs between-cluster scatter dar teras sebelumnya, sedangan tol adalah nla tolerans yang defaultnya dset Oleh arena jumlah cluster awal pada ISMC n hanya 1, maa nla awal S b adalah Bla rumus datas terpenuh, maa algortma dhentan, dan bla tda terpenuh, maa ulang langah e-2. T 3

4 II. 2. Langah herarchcal Metode herarchcal dtunjuan oleh adanya splt (langah e-2) dan merge (langah e-4). Langah splt nampa sangat efsen, sehngga bsa menghemat watu pemrosesan. Sedangan langah merge dlauan dengan mencar cluster yang berdeatan untu dgabungan seluruh anggotanya. Bla edua cluster telah dgabung, maa jara antara cluster gabungan dengan cluster lan perlu duur ulang dengan suatu model penguuran jara (dstance measure). Sangat dmungnan d sn, bahwa metode penggabungan secara agglomeratve pada ISMC n, memanfaatan dstance measure model sngle ln. II.3. Langah Parttonal Metode parttonal dalam algortma ISMC dtunjuan oleh langah e-5, yan melalu penentuan eanggotaan tap vector. Proses n ternyata hanya dlauan seal. Sedangan pada umumnya proses parttonal dulang beberapa al hngga onvergen, sebagamana araterst metode n yang memang bersfat teratve. III. Algortma Usulan (FSMC) Algortma yang dusulan n merupaan modfas dar ISMC, sehngga pembahasannya tda dapat terlepas sama seal dar ISMC. Usulan d bawah n berdasaran penjelasan pada bab II. III. 1. Uuran jara Penguuran jara antar cluster (dstance measure) pada agglomeratve herarchcal clusterng, pada umumnya menggunaan salah satu dar 3 algortma berut, yan nearestneghbor, furthest-neghbor, dan compromse [1]. Algortma nearest-neghbor (sngle ln) berusaha membentu mnmal spannng tree dengan mencar cluster lan yang jara mnmalnya d bawah threshold. Reso yang mungn terjad adalah adanya chan effect, sehngga cara n cuup senstf terhadap nose. Sebab cluster baru, bsa dtambahan bla jaranya terhadap salah satu anggota cluster lama d bawah threshold. Bla terdapat nose d antara 2 cluster yang semestnya tda laya untu dgabung, maa cluster nose n aan menjad penyebab tergabungnya edua cluster tersebut. Sedangan furthest-neghbor (complete ln) berusaha membentu complete sub graph pada tap cluster. Jara antara 2 cluster dtentuan oleh jara node terjauh d antara eduanya. Bla jara terjauh n danggap sebaga dameter cluster, maa dameter cluster pada tap teras tentu aan man menngat. Dan bla dameter n melampau threshold, maa penggabungan tda aan dlauan. Dengan deman, dapat djamn bahwa, semua cluster yang dgabungan memang benar-benar mrp. Resonya adalah aan terbentu cluster yang cuup banya. Adapun compromse, berusaha menentuan jara antara 2 cluster dengan average (berdasaran rata-rata seluruh jara antar node) atau mean (berdasaran rata-rata edua cluster center). Algortma n menjembatan edua algortma sebelumnya. Berdasaran pertmbangan d atas, maa algortma complete ln lebh sesua untu dgunaan sebaga algortma mergng. Alasannya adalah untu mengantspas emungnan terdapatnya nose dalam ctra dan untu membentu cluster yang anggotanya sehomogen mungn. Sedangan reso aan terbentunya cluster yang sangat banya, abat etatnya syarat penggabungan n, dharapan tda aan terjad. Sebab jumlah cluster hasl proses splt yang dnputan e algortma n memang tda terlalu banya. Sedtnya jumlah cluster n dabatan oleh penentuan threshold splt yang berusaha dsesuaan dengan onds ctra aslnya, sehngga jumlahnya relatf stabl. Dengan deman, langah e-4 menggabungan cluster-cluster yang berdeatan dengan metode complete ln. III. 2. Langah parttonal Pada algortma ISMC, bagan parttonal yang dlbatan tersebut basa dnamaan K- means clusterng method. Namun deman, proses n ternyata hanya dlauan satu al teras, dan tanpa mengulangnya hngga onvergen. Metode K-means clustrng memang sangat denal dan banya dgunaan d berbaga peneltan. Namun deman, terdapat 2 buah eurangan yang cuup menonjol, yan 4

5 harus tersedanya nla K yang cuup senstf dan hasl lasfasnya yang dgolongan sebaga hard clusterng. Pada prnspnya, nla K seharusnya adalah nla yang senatural mungn. Nla n basanya dberan oleh penelt berdasaran pengetahuannya yang cuup mendalam pada ctra yang sedang danalsa. Namun untu ctra yang tda menyedaan jumlah nformas elas yang rl, maa hal n aan cuup mengganggu. D sampng tu perlu juga nsalsas loas awal untu tap cluster tersebut, dengan menentuan pusatnya masng-masng. Dalam hal nsalsas n, prosedur splt and merge d atas telah berusaha untu menyedaan nla K yang seoptmal mungn dengan dserta vector pusat clusternya. Permasalahan hard clusterng adalah adanya eharusan dalam tap teras tu untu mengaloasan tap vector e suatu cluster tertentu. Hard yang dmasud d sn adalah suatu data pont (vector) hanya dapat dml oleh 1 cluster [7]. Loganya, setap vector dmungnan pula meml emrpan dengan setap cluster yang ada, walaupun nantnya memang ada dantara cluster yang meml tngat emrpan tertngg terhadap vector n. Cluster nlah yang danggap meml vector tersebut. Namun deman tngat emrpan dengan cluster lannya tda dapat pula dabaan. Sebab dalam teras berutnya, mungn saja tngat emrpan n aan seman menngat, sehngga menyebaban dputusannya vector tersebut untu berpndah cluster. Metode parttonal yang hard tersebut sebenarnya sudah mula datas oleh para penelt dengan menerapan metode fuzzy clusterng. Metode n basa dsebut dengan fuzzy c-mean [6][7][9]. Notas yang dgunaan antara lan x js yan nla e-s dar vector x j (vector x yang e-j), dengan 1<s<p dan p adalah jumlah band, u adalah membershp x terhadap cluster, dmana : u =u (x ), 1 c dan 1 n, dengan 0 u 1 untu setap, c =1 u = 1 untu setap 0 < c =1 u < n untu setap Algortma fuzzy c-mean berusaha mengelompoan vector pxel tersebut, sedeman hngga dcapa local mnma dar fungs berut : Jm(U, v ; X) = c =1 n =1 (u ) m D U adalah fuzzy c segmentaton, v adalah hmpunan pusat tap cluster, dan X adalah nput data yan seluruh vector pxel. Sedangan D duur berdasaran emrpan antara v dan x. Mnmsas J m berdasaran penghtungan U dan v secara teratve melalu persamaan : 1 2 c m D ( 1) U, j 1 D j v n 1 n U 1 m U X m Bla m dset 1, maa : u = 1, D = mn(d s ) untu 1s c u = 0, selan d atas untu 1c ; 1n Prosedur fuzzy c-mean n dlauan pada langah e-8, dmana langah e-1 hngga langah e-7 dar algortma ISMC hasl modfas telah djalanan hngga onvergens Tr(S b ) dcapa. Algortma nlah yang selanjutnya dsebut sebaga Fuzzy Splt and Merge Classfcaton (FSMC). IV. Uj Coba dan Evaluas IV.1. Ctra nput Ctra nput dalam uj coba algortma n dperoleh dar satelt GOES-8 dengan alamat ftp://rsd.gsfc.nasa.gov/pub/goes8. Geostatonary Operatonal Envronmental Satellte (GOES) merupaan satelt meteorolog yang doperasan oleh Natonal Oceanc and Atmospherc Admnstraton (NOAA). Satelt n berdam relatf terhadap bum, d atas suatu tempat d atas gars hattulstwa. Saat n terdapat 3 jens GOES yang beroperas, yan GOES-8 (pada poss 75º BB), GOES-9 (pada poss 135º BB), dan GOES-10 yang mash dalam taraf uj coba. 5

6 Satelt n menyedaan 5 band ctra yan vsble, shortwave nfrared wndow, upper level water vapor, longwave nfrared wndow, dan nfrared wndow more senstve to water vapor. Berdasaran alasan emudahan dalam pembandngan dengan algortma ISMC, maa uj coba algortma FSMC menggunaan 3 band yan band 2, 4, dan 5. Pertmbangannya adalah bahwa uj coba algortma ISMC menggunaan AVHRR band 2, 3, dan 4. Sementara tu Band 1, 2, 4, dan 5 dar GOES dnyataan mrp dengan AVHRR band 1, 3, 4, dan 5. Namun deman satelte GOES tda meml near-nfrared band (AVHRR Band 2), sedangan AVHRR tda meml water vapor band (GOES Band 3). Adapun perncan sampel yang dgunaan dapat dlhat pada tabel IV-1. Tabel IV-1 Daftar sampel ctra uj coba Kode Loas Tanggal # pxel A Argentna ² B Brazl ² C Calforna ² D Calforna ² E Colorado ² F Florda ² G Galapagos ² H Ncaragua ² I Panama ² J Texas ² Dengan deman vector nput sebaga representas nla pxel terdr dar 3 omponen. IV.2. Analsa uanttatf Penguuran secara uanttatf untu menentuan efetftas algortma n, menggunaan 2 varabel. Varable tersebut adalah between cluster scatter matrx Sb dan wthn cluster scatter matrx Sw. Idealnya, setap cluster yang dhaslan oleh suatu algortma clusterng haruslah sehomogen mungn. Oleh arena tu Sw harus dusahaan seecl mungn. D sampng tu, perbedaan antara suatu cluster dengan cluster yang lan haruslah sebesar mungn. Oleh arena tu Sb harus setngg mungn. Rumus untu menghaslan Sb dapat dlhat pada langah e-6 ISMC. Sedangan rumus Sw aan dbahas lebh lanjut. Msalan C adalah cluster e- dar K buah cluster yang dhaslan. Cluster n terdr dar n vector, yan { y 1, y 2,., y n }. Sw untu C adalah : S n 1 ( y m )( y m ) Dmana m adalah mean vector untu C. Sedangan Sw untu seluruh data set adalah : K S w S 1 IV.3. Uj Coba dan evaluas Setap ctra pada tabel IV-1 denaan 2 algortma yan ISMC dan FSMC. Pada setap ahr eseus, ctra output hasl lasfas dsmpan dalam format BMP. Adapun hasl penghtungan statstnya yang melput jumlah teras yang dlalu, Trace dar Sb dan Sw, serta perembangan jumlah cluster hngga ahr eseus dsmpan dalam bentu text. Hasl eseus dapat dlhat pada tabel IV-2. Semua ctra sampel onvergen setelah 2 al teras ecual ctra I yang membutuhan 3 al teras. Nampa pada tabel IV-2, bahwa hasl trace Sb untu algortma ISMC dan FSMC dcatat menjad satu. Hal n dsebaban oleh arena haslnya hampr selalu sama. Sealpun pada sebagaan sampel nla Sb n menngat yang berart mengalam perbaan, namun pengnatannya urang sgnfcant, sebab perbedaannya sangat ecl. Nampa pula bahwa FSMC menghaslan nla Sw yang lebh ecl dar pada nla yang dhaslan oleh ISMC untu semua sampel. Hal n menunjuan bahwa cluster yang dhaslan oleh FSMC secara umum lebh homogen darpada cluster yang dhaslan oleh ISMC. Penngatan homogentas cluster bersar antara 2% hngga 53%. Jumlah cluster yang sama antara ISMC dan FSMC menunjuan bahwa proses splt yang dhaslan oleh langah e-2 ternyata sudah optmal, sehngga tda lag membutuhan T 6

7 Tabel IV-2 Hasl Eseus ISMC dan FSMC Kode Jumlah Cluster Trace Sb ISMC/FSMC Trace Sw ISMC Trace Sw FSMC Perbaan Trace Sw A 5 5,005681e+15 1,489051e+06 6,999090e+05 53% B 6 3,122723e+15 9,097564e+05 7,043362e+05 23% C 6 1,101994e+15 1,405739e+06 9,124760e+05 35% D 7 1,660603e+17 2,461730e+07 1,530510e+07 38% E 8 7,580751e+14 1,352846e+06 1,325475e+06 2% F 6 1,046466e+15 1,000971e+06 8,750798e+05 13% G 5 2,369541e+17 1,725970e+07 1,408119e+07 18% H 5 1,490510e+17 1,486727e+07 1,100553e+07 26% I 6 6,342382e+16 4,543842e+06 3,340266e+06 26% J 9 7,789833e+16 8,211367e+06 7,753856e+06 6% adanya merge. Hal n nampa pada jumlah cluster hasl langah e-2 yang tda berubah setelah melalu langah e-4. Bahan onds teras pertama tda berubah pada teras edua, ecual pada ctra I yang membutuhan 3 teras. Namun deman, teras edua dan etga ctra I juga mengalam hal yang sama, dan jumlah cluster pada edua teras tersebut lebh besar dar pada jumlah cluster pada teras pertama. Tentunya n juga membutan bahwa tda ada merge yang terjad. Pada gambar IV-1 dtamplan 3 contoh ctra GOES-8 untu daerah Ncaragua yang dambl pada tanggal 18 Maret Gambar (a) berasal dar band 2, (b) band 4, dan (c) band 5. Perlu detahu, bahwa etga ctra n, sebelum dtamplan, dlauan proses nvers lebh dahulu. Tujuannya agar dapat dengan mudah dlhat secara vsual. Namun deman, proses lasfas tetap menggunaan ctra asl. Adapun hasl lasfasnya dapat dlhat pada gambar IV-2. Pada gambar tersebut terdapat 2 ctra hasl lasfas. Ctra (a) adalah hasl lasfas dengan ISMC, dan ctra (b) adalah hasl lasfas dengan FSMC. Sepntas memang aga sult membedaan hasl dar edua algortma tersebut, namun terdapat beberapa perbedaan pada eanggotaan pxel-pxelnya terhadap 5 cluster yang terbentu. V. Kesmpulan Berdasaran uj coba pada sejumlah sampel tersebut, dapat dtar beberapa esmpulan, yan antara lan: 1. Penambahan algortma parttonal clusterng berupa fuzzy c-mean ternyata cuup efetf untu menngatan homogentas tap cluster yang dhaslan. Hal n dbandngan dengan hanya mengelompoan seluruh pxel e pusat cluster yang terdeat. 2. Algortma parttonal sangat tergantung terhadap nsalsas cluster, ba jumlah cluster awal, maupun poss awal pusat cluster. Hal n dapat dantspas dengan ba, bla sebelumnya dterapan algortma splt and merge untu mencar jumlah cluster selagus poss centernya yang palng optmal. 3. Penetapan threshold yang tepat untu splt dan merge berabat tda bergunanya proses merge, sebab bla cluster sudah berhasl dsplt hngga menjad sejumlah pusat cluster, maa jara antar pusat cluster tersebut tda memungnan lag untu dgabung. Kedua anga threshold n hanya bsa dperoleh melalu uj coba dengan berbaga ombnas. 7

8 (a) Band 2 (a) Hasl lasfas ISMC (b) Band 4 (b) Hasl lasfas FSMC Gambar IV-2 Ctra hasl lasfas ISMC dan FSMC Ucapan terma ash (c) Band 5 Gambar IV-1 Ctra H (Ncaragua) Syuur Alhamdulllah, penuls ucapan e hadlrat Allah SWT atas segala tauf dan hdayahnya, sehngga peneltan n berhasl dselesaan. Selanjutnya penuls menghaturan banya terma ash epada para penelt yang nama-namanya tercantum dalam daftar referens paper n, dan juga epada Ibu Dr. Anat Murn yang berenan member saran dalam berdsus. Ahrnya, ucapan terma ash juga penuls sampaan epada semua pha yang membantu terlasananya peneltan n. 8

9 Referens 1. R. O. Duda dan P. E. Hart, Pattern Classfcaton and Scene Analyss, New Yor: Wley, J. A. Rchards, Remote Sensng Dgtal Image Analyss, An Introducton, Sprnger-Verlag Berln Hedelberg, J. G. Mo, Dgtal Processng for Remotely Sensed Images, Washngton, J. J. Smpson, T. J. McIntre, M. Seno, An Improved Hybrd Clusterng Algorthm for Natural Scenes, IEEE Trans. on Geoscence and Remote Sensng, vol. 38, no. 2, Maret R. M. Haralc dan L. G. Saphro, Computer and Robot Vson, Addson-Wesley, 1993, Vol. I dan II. 6. J. C. Bezde, Pattern Recognton wth Fuzzy Objectve Functon Algorthms, New Yor: Plenum, Patr B. G. Dammert, Jan I. H. Asne, dan S. Kuhlmann, Unsupervsed Segmentaton of Multtemporal Interferometrc SAR Images, IEEE Trans. on Geoscence and Remote Sensng, vol. 37, no. 5, September T. M. Lllesand, R. W. Kefer, Remote Sensng and Image Interpretaton, John Wley & Sons, N. A. Mohamed, M. N. Ahmed and A. A. Farag, "Modfed Fuzzy C-Mean n Medcal Image Segmentaton," Proc. of IEEE-EMBS, vol 20, part 3, halaman , C. I. Chang, H.Ren, "An Experment-Based Quanttatve and Comparatve Analyss of Target Detecton and Image Classfcaton Algorthms for Hyperspectral Imagery", IEEE Trans. on Geoscence and Remote Sensng, vol. 38, no. 2, Maret

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok BAB II TORI DASAR II.. Analss Kelompo Istlah analss elompo pertama al dperenalan oleh Tryon (939). Ia memperenalan beberapa metode untu mengelompoan obye yang meml esamaan araterst (statsoft, 004). Kesamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Pengendalan Kualtas Statst Pengendalan Kualtas statst merupaan suatu metode pengumpulan dan analss data ualtas, serta penentuan dan nterpretas penguuran-penguuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Untu mengetahu pla perubahan nla suatu varabel yang dsebaban leh varabel lan dperluan alat analss yang memungnan ta unut membuat perraan nla varabel tersebut pada nla

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata Probabltas dan Statsta Dsrt Adam Hendra Brata Unform Bernoull Multnomal Setap perstwa aan mempunya peluangnya masng-masng, dan peluang terjadnya perstwa tu aan mempunya penyebaran yang mengut suatu pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Masalah Analss regres merupaan lmu peramalan dalam statst. Analss regres dapat dataan sebaga usaha mempreds atau meramalan perubahan. Regres mengemuaan tentang engntahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Varans Peneltan 3.1.1 Varabel Peneltan Peneltan n mengenal dua macam varabel yatu : 1. Varabel bebas (X) yatu : Berpr formal. Varabel terat (Y) yatu : Hasl belajar Sejarah

Lebih terperinci

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga Jurnal Graden Vol No Januar 006 : 34-38 Karatersas Matr Lesle Ordo Tga Mudn Smanhuru, Hartanto Jurusan Matemata, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Bengulu, Indonesa Dterma Desember

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.. Populas dan Sampel Populas adalah eseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngup yang ngn dtelt. Banyanya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut uuran populas, sedangan suatu nla

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Semnar Nasonal Aplas Tenolog Informas 00 (SNATI 00) ISSN: 0-0 Yogyaarta, Jun 00 FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Sr Kusumadew Jurusan Ten Informata,

Lebih terperinci

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA BAB V MOEL SEERHANA ISTRIBUSI TEMPERATUR AN SIMULASINYA Model matemata yang terdapat pada bab sebelumnya merupaan model umum untu njes uap pada reservor dengan bottom water. Model tersebut merupaan model

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Usulan Penerapan Teor Marov Dalam Pengamblan Keputusan Perawatan Tahunan Pada Pt. Pupu Kujang USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Nof Ern,

Lebih terperinci

BAB II DIMENSI PARTISI

BAB II DIMENSI PARTISI BAB II DIMENSI PARTISI. Defns dasar dan eteratannya dengan metrc dmenson Dalam pembahasan dmens parts, graf yang dbahas adalah graf terhubung sederhana dan tda meml arah. Sebelum mendefnsan graf yang dgunaan

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Created by Smpo PDF Creator Pro (unregstered verson) http://www.smpopd.com Statst Bsns : BAB IV. UKURA PEMUSATA DATA. Pendahuluan Untu mendapatan gambaran yang lebh jelas tentang seumpulan data mengena

Lebih terperinci

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum Bab III Plant Nonlnear Dengan Fase Nonmnmum Pada bagan n dbahas mengena penurunan learnng controller untu sstem nonlnear dengan derajat relatf yang detahu Dalam hal n hanya dperhatan pada sstem-sstem nonlnear

Lebih terperinci

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar VI. KETIDAKPASTIAN 12 Dalam enyataan sehar-har banya masalah dduna n tda dapat dmodelan secara lengap dan onssten. Suatu penalaran dmana adanya penambahan fata baru mengabatan etdaonsstenan, dengan cr-cr

Lebih terperinci

ANALISIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING

ANALISIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING Semnar Nasonal Tenolog Informas dan Multmeda 207 STMIK AMIKOM Yogyaarta, 4 Februar 207 ANALIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING Sgt Kamseno ), Bara Satya 2) ), 2) Ten Informata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Analss dsrmnan merupaan ten menganalss data, dmana varabel dependen merupaan data ategor ( nomnal dan ordnal ) sedangan varabel ndependen berupa data nterval atau raso.msalnya

Lebih terperinci

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal n aan dbahas beberapa macam uuran yang dhtung berdasaran espetas dar satu peubah aca, ba dsrt maupun ontnu, yatu nla espetas, rataan, varans, momen, fungs pembangt

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS

BAB IV HASIL ANALISIS BAB IV HASIL ANALISIS. Standarda Varabel Dalam anal yang dtamplan pada daftar tabel, dar e-39 wadu yang meml fator-fator melput luaan DAS, apata awal wadu, 3 volume tahunan rerata pengendapan edmen, dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3. Analss Dsrmnan Analss dsrmnan (dscrmnant analyss) merupaan salah satu metode yan dunaan dalam analss multvarat. Dalam analss dsrmnan terdapat dua jens varabel yan terlbat

Lebih terperinci

(M.5) PEMBENTUKAN FAST ALGORITHM FUZZY C-MEANS CLUSTER DENGAN INDEKS VALIDITAS XIE DAN BENI (XB) DAN PROPORSI EIGEN VALUE DARI MATRIKS SIMILIARITY

(M.5) PEMBENTUKAN FAST ALGORITHM FUZZY C-MEANS CLUSTER DENGAN INDEKS VALIDITAS XIE DAN BENI (XB) DAN PROPORSI EIGEN VALUE DARI MATRIKS SIMILIARITY Unverstas Padjadjaran, 3 November 00 (M.5) PEMBENTUKAN FAST ALGORITHM FUZZY C-MEANS CLUSTER DENGAN INDEKS VALIDITAS XIE DAN BENI (XB) DAN PROPORSI EIGEN VALUE DARI MATRIKS SIMILIARITY Anndya Aprlyant Pravtasar

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk) Semnar Nasonal plas enolog Informas (SNI ) Yogyaarta, Jun FUZZY BCKPROPGION UNUK KLSIFIKSI POL (Stud asus: lasfas ualtas produ) Sr Kusumadew Jurusan en Informata, Faultas enolog Industr Unverstas Islam

Lebih terperinci

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2)

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2) BB 0 Mengnterpretasan Populas arabel Kanon arabel anon secara umumnya artfsal. Ja varabel awal X ( dan X ( dgunaan oefsen anon a dan b mempunya unt propors dar hmpunan X ( dan X (. Ja varabel awal yang

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis Kelamin Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis

Pengenalan Jenis Kelamin Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis Konferens Nasonal Sstem & Informata 05 STMIK STIKOM Bal, 9-0 Otober 05 Pengenalan Jens Kelamn Berdasaran Ctra Wajah Menggunaan Metode Two-Dmensonal Lnear Dscrmnant Analyss Ftr Damayant Prod Manajemen Informata,

Lebih terperinci

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN Buletn Ilmah ath. Stat. dan erapannya (Bmaster) Volume 5, No. 3 (6), hal 8. INVERS DRAZIN DARI SUAU ARIKS DENGAN ENGGUNAKAN BENUK KANNIK JRDAN Eo Sulstyono, Shanta artha, Ea Wulan Ramadhan INISARI Suatu

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 PRESENTASI TUGAS AKHIR KI09191 IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA RESONANSI MAGNETIK OTAK MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS YANG DIMODIFIKASI BERDASARKAN KORELASI ANTAR PIKSEL (Kata Kunc : Segmentas Fuzzy

Lebih terperinci

Pengolahan lanjut data gravitasi

Pengolahan lanjut data gravitasi Modul 6 Pengolahan lanjut data gravtas 1. Transformas/proyes e bdang datar (metode Damney atau Euvalen Tt Massa). Pemsahan Anomal Loal/Resdual dan Anomal Regonal a. Kontnuas b. Movng average c. Polynomal

Lebih terperinci

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Sebelum suatu Jarngan Neural Buatan (JNB) dgunaan untu menglasfasan pola, terlebh dahulu dlauan proses pembelaaran untu menentuan strutur arngan, terutama dalam penentuan nla bobot.

Lebih terperinci

Restorasi Citra Dengan Menggunakan Metode Iteratif Lanczos Hybrid Regularization

Restorasi Citra Dengan Menggunakan Metode Iteratif Lanczos Hybrid Regularization Restoras Ctra Dengan Menggunaan Metode Iteratf Lanczos Hybrd Regularzaton Yudh Purwananto, Rully Soelaman, Alfa Masjta Rahmat Jurusan Ten Informata, Faultas Tenolog Informas Insttut Tenolog Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil Bab 7 STATISTIKA A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetens Dasar Setelah mengut pembelajaran n sswa mampu:. Menghayat dan mengamalan ajaran agama yang danutnnya. 2. Meml motvas nternal, emampuan

Lebih terperinci

METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND

METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND Rully Soelaman, Suc Hatnng Rn dan Dana Purwtasar Faultas Tenolog Informas, Insttut Tenolog Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 60, Indonesa

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN WATERSHED DAN ITENSITAS FILTERING SEBAGAI PRE PROCESSING

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN WATERSHED DAN ITENSITAS FILTERING SEBAGAI PRE PROCESSING SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN WATERSHED DAN ITENSITAS FILTERING SEBAGAI PRE PROCESSING Murnto 1), Agus Harjoo 2) 1) Mahasswa S3 Ilmu Komputer UGM, Dosen jurusan Ten Informata UADYogyaarta 2) Dosen Faultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penyusunan laporan tugas akhir ini dilakukan sesuai dengan langkahlangkah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penyusunan laporan tugas akhir ini dilakukan sesuai dengan langkahlangkah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penyusunan laporan tugas ahr n dlauan sesua dengan langahlangah peneltan yang aan dperlhatan pada dagram d bawah n, agar peneltan n dapat berjalan secara ba dan terarah. Sehngga

Lebih terperinci

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak).

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak). BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO 3. Smulas Monte Carlo Smulas Monte Carlo merupaan bentu smulas probablst dmana solus dar suatu masalah dberan berdasaran proses rendomsas (aca).

Lebih terperinci

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE Dew Arfanty Azm, Dra.Madu Ratna,M.S. dan 3 Prof. Dr.

Lebih terperinci

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING 7 Ilustras entu hmpunan fuzzy dan fungs eanggotaannya dapat dlhat pada Contoh 3. Contoh 3 Msalan seseorang dataan sudah dewasa ja erumur 7 tahun atau leh, maa dalam loga tegas, seseorang yang erumur urang

Lebih terperinci

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK Jurusan Ten Spl dan Lngungan FT UGM U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK SENIN, 4 JANUARI 23 OPEN BOOK WAKTU MENIT PETUNJUK ) Saudara tda boleh menggunaan omputer untu mengerjaan soal- soal ujan

Lebih terperinci

K-Means Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait

K-Means Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), 47-60 K-Means Penerapan, Permasalahan dan Metode Terat Yud Agusta, PhD STMIK STIKOM BALI, Denpasar, Bal yud@stom-bal.ac.d Abstract: K-Means s a type of

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN SISFO-Jurnal Sstem Informas IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN Fazal Mahananto 1), Mahendrawath ER 2), Rully Soelaman 3) Jurusan Sstem Informas,

Lebih terperinci

Perbandingan Masalah Optimasi TSP dengan Menggunakan Algoritma Ant Colony dan Jaringan Hopfield

Perbandingan Masalah Optimasi TSP dengan Menggunakan Algoritma Ant Colony dan Jaringan Hopfield Perbandngan Masalah Optmas TSP dengan Menggunaan Algortma Ant Colony dan Jarngan Hopfeld 1 Yulan, Moh.Isa Irawan, dan 3 Mardljah 1,, 3 Jurusan Matemata, Insttut Tenolog Sepuluh Noember Kampus ITS, Surabaya

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0 Implementas Jarngan Saraf Truan Bacpropagaton Pada Aplas Pengenalan Waah Dengan Jara Yang Berbeda Menggunaan MATLAB 7.0 Syafe Nur Luthfe Jurusan Ten Informata, Unverstas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100,

Lebih terperinci

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1)

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1) Paradgma, Vol. 13 No. 2 Agustus 2009 hlm. 189 194 MODEL REGRESI SEMIPARAMERIK SPLINE UNUK DAA LONGIUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERIA HIV Lls Laome 1) 1) Jurusan Matemata FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar

Lebih terperinci

TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA

TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA IndoMS Journal on Statstcs Vol, No (4), Page 39-49 TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA Arum Handn Prmandar, Abdurahman Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS Ihwannul Khols, ST. MT. Unverstas 7 Agustus 945 Jaarta hols27@gmal.com Abstra Pengenalan pola data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN ORI. Aljabar Matrs.. Defns Matrs Matrs adalah suatu umpulan anga-anga yang juga serng dsebut elemen-elemen yang dsusun secara teratur menurut bars dan olom sehngga berbentu perseg panjang,

Lebih terperinci

METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS

METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS TESIS METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS Oleh : I Made Wdartha NRP. 5109201009 Dosen Pembmbng : Dr. Agus Zanal Arfn, S.Kom, M.Kom Anny Yunart, S.Kom, M.Comp.Sc

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Radix Sort dalam Berbagai Kasus Bilangan Dibandingkan Algoritma Pengurutan yang lain

Implementasi Algoritma Radix Sort dalam Berbagai Kasus Bilangan Dibandingkan Algoritma Pengurutan yang lain Abstra Implementas Algortma Radx Sort dalam Berbaga Kasus Blangan Dbandngan Algortma Pengurutan yang lan Dean Fathony Alfatwa, Ere Rahman Syah P 2, Fahrs Mumtaza Ahsan 3 Departemen Ten Informata, Insttut

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Ensten 4 () (06): 4-3 Jurnal Ensten Avalable onlne http://jurnal.unmed.ac.d/0/ndex.php/ensten Penguuran Intrus Ar Laut Pada Sumur Gal Dengan Kondutvtmeter D Desa Pematang Guntung Kecamatan Telu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM NONLINIER DENGAN MENGGUNAKAN RECURRENT NEURAL NETWORK DAN ALGORITMA DEAD-ZONE KALMAN FILTER

IDENTIFIKASI SISTEM NONLINIER DENGAN MENGGUNAKAN RECURRENT NEURAL NETWORK DAN ALGORITMA DEAD-ZONE KALMAN FILTER IDENIFIKASI SISEM NONLINIE DENGAN MENGGUNAKAN ECUEN NEUAL NEOK DAN ALGOIMA DEAD-ZONE KALMAN FILE ully Soelaman, angga fa Faultas enolog Informas Insttut enolog Sepuluh Nopember Kampus Keputh, Suollo, Surabaya

Lebih terperinci

Analisis Variasi Parameter Backpropagation Artificial Neural Network dan Principal Component Analysis Terhadap Sistem Pengenalan Wajah

Analisis Variasi Parameter Backpropagation Artificial Neural Network dan Principal Component Analysis Terhadap Sistem Pengenalan Wajah ELECTRANS, Jurnal Ten Eletro, Komputer dan Informata http://eournal.up.edu/ndex.php/electrans Analss aras Parameter Bacpropagaton Artfcal Neural Networ dan Prncpal Component Analyss Terhadap Sstem Pengenalan

Lebih terperinci

Diagram Kontrol Fuzzy Multinomial Untuk Data Linguistik

Diagram Kontrol Fuzzy Multinomial Untuk Data Linguistik Prosdng Statsta ISSN: 2460-6456 Dagram Kontrol Fuzzy Multnomal Untu Data ngust 1 Amy Amallya Azzah, 2 Suwanda Idrs, 3 snur Wachdah 1,2,3 Prod Statsta, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD ORBITH Vl. 7 N. 3 Nvember 11: 366-37 ENGUJIAN ROORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN ENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADA DISTRIBUSI NORMAL STANDARD Oleh: Endang Tryan Staf engajar

Lebih terperinci

Eman Lesmana, Riaman. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor ABSTRAK

Eman Lesmana, Riaman. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor ABSTRAK PENGGUNAAN MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PROGRAM PENGGEMUKAN SAPI PO ( PERANAKAN ONGOLE) SERTA ANALISIS BCR ( BENEFIT COST RATIO ) PENGGUNAAN PAKAN BAHAN KERING Eman Lesmana, Raman Jurusan Matemata

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) BAB TINJAUAN TEORITIS. Knsep Dasar Infes, Saluran Pernafasan, Infes Aut, dan Infes Saluran Pernafasan Aut (ISPA.. Infes Infes adalah masunya uman atau mrrgansme e dalam tubuh manusan dan berembang ba sehngga

Lebih terperinci

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda KOLINEARITAS GANDA MULTICOLLINEARIT Oleh Bambang Juanda Model: = X + X + + X + ε. Hubungan Lnear Sempurna esa, Ja C X 0 C onstanta yg td semuanya 0. Mudah detahu rn td ada dugaan parameter oef dgn OLS,

Lebih terperinci

KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR

KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR Berala Fsa ISSN : 1410-966 Vol.8, No.1, Januar 005, hal 7-10 KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR Agus Setyawan Laboratorum Geofsa, Jurusan

Lebih terperinci

PENERAPAN PETA P MULTIVARIAT PADA PENGONTROLAN PROSES PEMOTONGAN KACA JENIS LNFL DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, TBK.

PENERAPAN PETA P MULTIVARIAT PADA PENGONTROLAN PROSES PEMOTONGAN KACA JENIS LNFL DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, TBK. PENERAPAN PETA P MULTIVARIAT PADA PENGONTROLAN PROSES PEMOTONGAN KACA JENIS LNFL DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, TBK. Fanny Ayu Octavana dan Dra. Luca Ardnant, MT. Jurusan Statsta, Faultas Matemata dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH BERBASIS METODE TWO-DIMENSIONAL LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS

PENGENALAN WAJAH BERBASIS METODE TWO-DIMENSIONAL LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PENGENALAN WAJAH BERBASIS MEODE WO-DIMENSIONAL LINEAR DISCRIMINAN ANALYSIS Ftr Damayant, Agus Zanal Arfn, Rully Soelaman Program Magster en Informata, Insttut enolog Sepuluh Nopember (IS) - Surabaya Kampus

Lebih terperinci

Analisis Persebaran Seismisitas Wilayah Sumatera Selatan Menggunakan Metode Double Difference

Analisis Persebaran Seismisitas Wilayah Sumatera Selatan Menggunakan Metode Double Difference B-54 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Prnt) Analss Persebaran Sesmstas Wlayah Sumatera Selatan Menggunaan Metode Double Dfference Dew Fajryyatul Mauldah, Bagus Jaya Santosa

Lebih terperinci

Prosedur Komputasi untuk Membentuk Selang Kepercayaan Simultan Proporsi Multinomial

Prosedur Komputasi untuk Membentuk Selang Kepercayaan Simultan Proporsi Multinomial SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Prosedur Komputas untu Membentu Selang Kepercayaan Smultan Propors Multnomal S - 11 Bertho Tantular Departemen Statsta FMIPA UNPAD bertho@unpad.ac.d

Lebih terperinci

Pemodelan Anomali Magnetik Berbentuk Prisma Menggunakan Algoritma Genetika Antonius a, Yudha Arman a *, Joko Sampurno a

Pemodelan Anomali Magnetik Berbentuk Prisma Menggunakan Algoritma Genetika Antonius a, Yudha Arman a *, Joko Sampurno a Pemodelan Anomal Magnet Berbentu Prsma Menggunaan Algortma Geneta Antonus a, Yudha Arman a *, Joo Sampurno a a Jurusan Fsa, FMIPA Unverstas Tanjungpura, Jalan Pro. Dr. Hadar Nawaw, Pontana, Indonesa *Emal

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER PENYELESIN SISTEM PESMN TK LINIE Mater Kulah: Pengantar; Iteras Satu Tt; Iteras Newton # PENGNT # erut n adalah contoh seumpulan buah persamaan ta lner smulta dengan buah varabel ang ta detahu:... ( 57...

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

JULIO ADISANTOSO - ILKOM IPB 1

JULIO ADISANTOSO - ILKOM IPB 1 KOM341 Temu Kembal Informas KULIAH #9 Text Clusterng Clusterng Pengelompokan, penggerombolan Proses pengelompokan sekumpulan obyek ke dalam kelas-kelas obyek yang memlk sfat sama. Unsupervsed learnng JAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Watu Peneltan. Tempat Peneltan Obje dalam peneltan n adalah Kelas VIII M.Ts. Neger onang yang terleta d Kecamatan onang Kabupaten Dema.. Watu Peneltan Peneltan dlasanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Inversi Tak-Linier Magnetotelurik Dua-Dimensi Menggunakan Algoritma Monte Carlo Rantai Markov

Inversi Tak-Linier Magnetotelurik Dua-Dimensi Menggunakan Algoritma Monte Carlo Rantai Markov Invers Ta-Lner Magnetotelur Dua-Dmens Menggunaan Algortma Monte Carlo Ranta Marov ugroho D. Hananto dan Ded S. Wdarto Pusat Peneltan Geotenolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa Komple LIPI Jl. Sangurang

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 11-22, April 2001, ISSN : SUBRUANG MARKED. Suryoto Jurusan Matematika, FMIPA-UNDIP Semarang

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 11-22, April 2001, ISSN : SUBRUANG MARKED. Suryoto Jurusan Matematika, FMIPA-UNDIP Semarang JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER ol. 4. No., - 22, Aprl 2, ISSN : 4-858 SUBRUANG MARKED Suryoto Jurusan Matemata, FMIPA-UNDIP Semarang Abstra Msalan suatu ruang vetor berdmens ngga atas lapangan omples C,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION. Oleh : SOEMARTINI

PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION. Oleh : SOEMARTINI PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION Oleh : SOEMARTINI JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 008 DAFTAR ISI Hal DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab n aan dpaparan beberapa teor tentang analss dsrmnan dar berbaga sumber sepert: buu, jurnal dan prosdng. Analss dsrmnan adalah salah satu metode dependens dar analss multvarat.

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN REKUREN PADA IDENTIFIKASI SISTEM NONLINIER DENGAN ALGORITMA OPTIMAL BOUNDED ELLIPSOID

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN REKUREN PADA IDENTIFIKASI SISTEM NONLINIER DENGAN ALGORITMA OPTIMAL BOUNDED ELLIPSOID APLIKASI JARINGAN SARAF IRUAN REKUREN PADA IDENIFIKASI SISEM NONLINIER DENGAN ALGORIMA OPIMAL BOUNDED ELLIPSOID Rully Soelaman, Mohammad Azs Efend Faultas enolog Informas, Insttut enolog Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Pengaruh Kelembaban dan Seri Tanah Terhadap Mutu dan Produksi Tanaman Tembakau Temanggung dengan Metode MANOVA

Pengaruh Kelembaban dan Seri Tanah Terhadap Mutu dan Produksi Tanaman Tembakau Temanggung dengan Metode MANOVA Pengaruh Kelembaban dan Ser Tanah Terhadap Mutu dan Produs Tanaman Tembaau Temanggung dengan Metode MANOVA Mftala Al Rza ), Sutno ), dan Dumal ) ) Jurusan Statsta, Faultas MIPA, Insttut Tenolog Sepuluh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK IDENTIFIKASI POLA KODE DERAU PALSU

JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK IDENTIFIKASI POLA KODE DERAU PALSU JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK IDENTIFIKASI POLA KODE DERAU PALSU Ea Saputra LF096585 Jurusan Ten Eletro Faultas Ten Unverstas Dponegoro Abstra Jarngan saraf truan merupaan suatu metode yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Studi Perhitungan CCT Menggunakan Metode EEAC (Extended Equal Area Criterion) Dan Trajektori Kritis/ Critical Trajectory Untuk Kestabilan Transien

Studi Perhitungan CCT Menggunakan Metode EEAC (Extended Equal Area Criterion) Dan Trajektori Kritis/ Critical Trajectory Untuk Kestabilan Transien JURAL TEKIK POITS Vol., o., (0) -6 Stud Perhtungan CCT enggunaan etode EEAC (Extended Equal Area Crteron) Dan Trajetor Krts/ Crtcal Trajectory Untu Kestablan Transen Hardansyah Pratama, Ardyono Pryad,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Control chart pertama kali dikenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Control chart pertama kali dikenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendahuluan Control chart pertama al denalan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dar Bell Telephone Laboratores Amera Serat pada tahun 94. Control chart adalah sebuah gra yang member

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN ALGORITMA JSEG

SEGMENTASI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN ALGORITMA JSEG SEGMENTASI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN ALGORITMA JSEG Rully Soelaman 1), Darls Herumurt ), Dyah Wardhan Kusuma. 3) Fakultas Teknolog Informas, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 6111, Indonesa

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

Bab III Model Estimasi Outstanding Claims Liability

Bab III Model Estimasi Outstanding Claims Liability Bab III Model Estmas Outstandng Clams Lablty. Model ELRF Suatu model yang dgunaan untu menasr outstandng clams lablty, tda cuup hanya melbatan data pada run-off trangle saa. Sebab, pembayaran lam d masa

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Oleh : Wahyu Safi i Dosen Pembimbing : Drs. Soehardjoepri, M.Si

Oleh : Wahyu Safi i Dosen Pembimbing : Drs. Soehardjoepri, M.Si Analsa Penerapan Metode Robust Locally Weght Regresson Smoothng Scatterplots Pada Oblgas ( Analyss of Applcaton Robust Locally Weght Regresson Smoothng Scatterplots s Method n Oblgaton ) Oleh : Wahyu Saf

Lebih terperinci

SEGMENTASI BERBASIS REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU

SEGMENTASI BERBASIS REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU EGMENTAI BERBAI REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU Arf Basof,.Kom, Moch. Harad, T, M.c, Ph.D. Program Magster Bdang Keahlan Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global Optmsas Operas Sstem Tenaga Lstr dengan Konstran Kapabltas Operas Generator dan Kestablan Steady State Global Johny Custer,, Indar Chaerah Gunadn, Ontoseno Penangsang 3, Ad Soeprjanto 4,,3,4 Jurusan Ten

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Juli sampai

4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Juli sampai 4 METODE PENELITIAN 4.1 Watu dan Loas Peneltan Peneltan n dlasanaan selama 6 bulan dmula dar bulan Jul sampa bulan Desember 005 d Kabupaten Indramayu, Provns Jawa Barat yang terleta pada poss geografs

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

Nilai Kritis Permutasi Eksak untuk Anova Satu Arah Kruskal-Wallis pada Kasus Banyaknya Sampel, k = 4

Nilai Kritis Permutasi Eksak untuk Anova Satu Arah Kruskal-Wallis pada Kasus Banyaknya Sampel, k = 4 Statsta, Vo. 7 No. 2, 65 71 Nopember 27 Na Krts Permutas Esa untu Anova Satu Arah Krusa-Was pada Kasus Banyanya Sampe, = 4 Inne Maran, Yayat Karyana, dan Aceng Komarudn Mutaqn Jurusan Statsta FMIPA Unsba

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Optimasi Baru Program Linear Multi Objektif Dengan Simplex LP Untuk Perencanaan Produksi

Optimasi Baru Program Linear Multi Objektif Dengan Simplex LP Untuk Perencanaan Produksi JURNA INFORMATIKA, Vol.4 No.2 September 27, pp. 222~229 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 222 Optmas Baru Program near Mult Objetf Dengan Smplex P Untu Perencanaan Produs Maxs Ary Am BSI Bandung e-mal:

Lebih terperinci

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman Lucas Theorem Untu Mengatur Penympanan Memor yang Lebh Aman Hendra Hadhl Chor (135 8 41) Program Stud Ten Informata ITB Jalan Ganesha 1, Bandung e-mal: hendra_h2c_mathematcan@yahoo.com; f1841@students.f.tb.ac.d

Lebih terperinci