K-Means Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "K-Means Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait"

Transkripsi

1 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), K-Means Penerapan, Permasalahan dan Metode Terat Yud Agusta, PhD STMIK STIKOM BALI, Denpasar, Bal yud@stom-bal.ac.d Abstract: K-Means s a type of unsupervsed classfcaton method whch parttons data tems nto one or more clusters. K-Means tres to model a dataset nto clusters so that data tems n a cluster have smlar characterstc and have dfferent characterstcs from the other clusters. In ths paper, the development of K-Means and problems usually nvolved when usng the method are llustrated. Some related nformaton are also explaned ncludng the method for choosng the most approprate number of clusters, the ssue between supervsed and unsupervsed classfcaton, an extended development of K-Means whch usng the ernel trc and mxture modellng whch s smlar to K-Means n terms of the algorthm used. The algorthm of the methods descrbed n ths paper are also provded. Keywords: K-Means, Membershp Functon, Mxture Modellng, Supervsed and Unsupervsed. 1. Pendahuluan Data Clusterng merupaan salah satu metode Data Mnng yang bersfat tanpa arahan (unsupervsed). Ada dua jens data clusterng yang serng dpergunaan dalam proses pengelompoan data yatu herarchcal (hrar) data clusterng dan non-herarchcal (non hrar) data clusterng. K-Means merupaan salah satu metode data clusterng non hrar yang berusaha memparts data yang ada e dalam bentu satu atau lebh cluster/elompo. Metode n memparts data e dalam cluster/elompo sehngga data yang meml araterst yang sama delompoan e dalam satu cluster yang sama dan data yang mempunya araterst yang berbeda delompoan e dalam elompo yang lan. Adapun tujuan dar data clusterng n adalah untu memnmalsasan objectve functon yang dset dalam proses clusterng, yang pada umumnya berusaha memnmalsasan varas d dalam suatu cluster dan memasmalsasan varas antar cluster. Data clusterng menggunaan metode K-Means n secara umum dlauan dengan algortma dasar sebaga berut [6] : 47

2 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), Tentuan jumlah cluster 2. Aloasan data e dalam cluster secara random 3. Htung centrod/rata-rata dar data yang ada d masng-masng cluster 4. Aloasan masng-masng data e centrod/rata-rata terdeat 5. Kembal e Step 3, apabla mash ada data yang berpndah cluster atau apabla perubahan nla centrod, ada yang d atas nla threshold yang dtentuan atau apabla perubahan nla pada objectve functon yang dgunaan d atas nla threshold yang dtentuan Dalam tulsan n beberapa hal terat dengan metode K-Means n berusaha untu djelasan, termasu d antaranya beberapa pengembangan yang telah dlauan terhadap K-Means, beberapa permasalahan yang harus dperhtungan dalam menggunaan metode K-Means dalam pengelompoan data, ulasan mengena eberadaan K-Means d antara metode penglasfasan dengan arahan (supervsed) dan tanpa arahan (unsupervsed), ulasan sngat mengena metode K-Means untu dataset yang mempunya bentu husus dan mxture modellng, serta algortma dar metode-metode pengelompoan yang mash dgolongan sebaga pengembangan metode K-Means. 2. Perembangan Penerapan K-Means Beberapa alternatf penerapan K-Means dengan beberapa pengembangan teor-teor penghtungan terat telah dusulan. Hal n termasu pemlhan: 1. Dstance space untu menghtung jara d antara suatu data dan centrod [1,3,7,8,9] 2. Metode pengaloasan data embal e dalam setap cluster [1,3,6,7,8,9,16] 3. Objectve functon yang dgunaan [1,3,6,7,8,9,16] 2.1. Dstance Space Untu Menghtung Jara Antara Data dan Centrod Beberapa dstance space telah dmplementasan dalam menghtung jara (dstance) antara data dan centrod termasu d antaranya L 1 (Manhattan/Cty Bloc) dstance space [9], L 2 (Eucldean) dstance space [3], dan L p (Mnows) dstance space [9]. Jara antara dua tt x 1 dan x 2 pada Manhattan/Cty Bloc dstance space dhtung dengan menggunaan rumus sebaga berut [8] : dmana: p : Dmens data. : la absolut D L1 ( x2, x1) x 2 x 1 1 Sedangan untu L 2 (Eucldean) dstance space, jara antara dua tt dhtung menggunaan rumus sebaga berut [3] : p j 1 p L ( x2, x1) x 2 2 x1 2 j 1 x 2 j x 1 j ( ) 2 x x D (2) 2 j 1 j (1) 48

3 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), dmana: p : Dmens data L p (Mnows) dstance space yang merupaan generalsas dar beberapa dstance space yang ada sepert L 1 (Manhattan/Cty Bloc) dan L 2 (Eucldean), juga telah dmplementasan [9]. Tetap secara umum dstance space yang serng dgunaan adalah Manhattan dan Eucldean. Eucldean serng dgunaan arena penghtungan jara dalam dstance space n merupaan jara terpende yang bsa ddapatan antara dua tt yang dperhtungan, sedangan Manhattan serng dgunaan arena emampuannya dalam mendetes eadaan husus sepert eberadaaan outlers dengan lebh ba Metode Pengaloasan Ulang Data e Dalam Masng-Masng Cluster Secara mendasar, ada dua cara pengaloasan data embal e dalam masng-masng cluster pada saat proses teras clusterng. Kedua cara tersebut adalah pengaloasan dengan cara tegas (hard), dmana data tem secara tegas dnyataan sebaga anggota cluster yang satu dan tda menjad anggota cluster lannya, dan dengan cara fuzzy, dmana masng-masng data tem dberan nla emungnan untu bsa bergabung e setap cluster yang ada. Kedua cara pengaloasan tersebut daomodasan pada dua metode Hard K-Means [6] dan Fuzzy K-Means [3,8,9]. Perbedaan d antara edua metode n terleta pada asums yang dpaa sebaga dasar pengaloasan. Hard K-Means Pengaloasan embal data e dalam masng-masng cluster dalam metode Hard K-Means ddasaran pada perbandngan jara antara data dengan centrod setap cluster yang ada. Data daloasan ulang secara tegas e cluster yang mempunya centrod terdeat dengan data tersebut. Pengaloasan n dapat drumusan sebaga berut [6] : { D( x, v )} 1 d mn a 0 lannya dmana: a : Keanggotaan data e- e cluster e- v : la centrod cluster e- (3) Fuzzy K-Means Metode Fuzzy K-Means (atau lebh serng dsebut sebaga Fuzzy C-Means) mengaloasan embal data e dalam masng-masng cluster dengan memanfaatan teor Fuzzy. Teor n mengeneralsasan metode pengaloasan yang bersfat tegas (hard) sepert yang dgunaan pada metode Hard K-Means. Dalam metode Fuzzy K-Means dpergunaan varabel membershp functon, u, yang meruju pada seberapa besar emungnan suatu data bsa menjad anggota e dalam suatu cluster. Pada Fuzzy K-Means yang dusulan oleh Bezde [3], dperenalan juga suatu varabel m yang merupaan weghtng exponent dar membershp functon. Varabel n dapat mengubah besaran pengaruh dar membershp functon, u, dalam proses clusterng menggunaan metode Fuzzy K-Means. m mempunya wlayah nla 49

4 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), m>1. Sampa searang n tda ada etentuan yang jelas berapa besar nla m yang optmal dalam melauan proses optmas suatu permasalahan clusterng. la m yang umumnya dgunaan adalah 2. Membershp functon untu suatu data e suatu cluster tertentu dhtung menggunaan rumus sebaga berut [3,8,9] : 2 c 1 (, ) m D x v 1 D( x, v j ) u (4) j dmana: u : Membershp functon data e- e cluster e- v : la centrod cluster e- m : Weghtng Exponent Membershp functon, u, mempunya wlayah nla 0 u 1. Data tem yang mempunya tngat emungnan yang lebh tngg e suatu elompo aan mempunya nla membershp functon e elompo tersebut yang mendeat anga 1 dan e elompo yang lan mendeat anga Objectve Functon Yang Dgunaan Objectve functon yang dgunaan hususnya untu Hard K-Means dan Fuzzy K-Means dtentuan berdasaran pada pendeatan yang dgunaan dalam pon 2.1. dan pon 2.2. Untu metode Hard K-Means, objectve functon yang dgunaan adalah sebaga berut [6] : c 2 J ( U, V ) a D( x, v ) (5) 1 1 dmana: : Jumlah data c : Jumlah cluster a : Keanggotaan data e- e cluster e- v : la centrod cluster e- a mempunya nla 0 atau 1. Apabla suatu data merupaan anggota suatu elompo maa nla 1 dan sebalnya. Untu metode Fuzzy K-Means, objectve functon yang a dgunaan adalah sebaga berut [3,8,9] : dmana: : Jumlah data c : Jumlah cluster c m 2 J ( U, V ) ( u ) D( x, v ) (6)

5 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), m : Weghtng exponent u : Membershp functon data e- e cluster e- v : la centrod cluster e- D sn u bsa mengambl nla mula dar 0 sampa Beberapa Permasalahan yang Terat Dengan K-Means Beberapa permasalahan yang serng muncul pada saat menggunaan metode K-Means untu melauan pengelompoan data adalah: 1. Dtemuannya beberapa model clusterng yang berbeda 2. Pemlhan jumlah cluster yang palng tepat 3. Kegagalan untu converge 4. Pendetesan outlers 5. Bentu masng-masng cluster 6. Masalah overlappng Keenam permasalahan n adalah beberapa hal yang perlu dperhatan pada saat menggunaan K-Means dalam mengelompoan data. Permasalahan 1 umumnya dsebaban oleh perbedaan proses nsalsas anggota masng-masng cluster. Proses ntalsas yang serng dgunaan adalah proses nsalsas secara random. Dalam suatu stud perbandngan [13], proses nsalsas secara random mempunya ecenderungan untu memberan hasl yang lebh ba dan ndependent, walaupun dar seg ecepatan untu converge lebh lambat. Permasalahan 2 merupaan masalah laten dalam metode K-Means. Beberapa pendeatan telah dgunaan dalam menentuan jumlah cluster yang palng tepat untu suatu dataset yang danalsa termasu d antaranya Partton Entropy (PE) [3] dan GAP Statstcs [15]. Satu hal yang patut dperhatan mengena metode-metode n adalah pendeatan yang dgunaan dalam mengembangan metode-metode tersebut tda sama dengan pendeatan yang dgunaan oleh K-Means dalam memparts data tems e masng-masng cluster. Permasalahan egagalan untu converge, secara teor memungnan untu terjad dalam edua metode K-Means yang djelasan d dalam tulsan n. Kemungnan n aan seman besar terjad untu metode Hard K-Means, arena setap data d dalam dataset daloasan secara tegas (hard) untu menjad bagan dar suatu cluster tertentu. Perpndahan suatu data e suatu cluster tertentu dapat mengubah araterst model clusterng yang dapat menyebaban data yang telah dpndahan tersebut lebh sesua untu berada d cluster semula sebelum data tersebut dpndahan. Deman juga dengan eadaan sebalnya. Kejadan sepert n tentu aan mengabatan pemodelan tda aan berhent dan egagalan untu converge aan terjad. Untu Fuzzy K-Means, walaupun ada, emungnan permasalahan n untu terjad sangatlah ecl, arena setap data dperlengap dengan membershp functon (Fuzzy K-Means) untu menjad anggota cluster yang dtemuan. 51

6 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), Permasalahan eempat merupaan permasalahan umum yang terjad hampr d setap metode yang melauan pemodelan terhadap data. Khusus untu metode K-Means hal n memang menjad permasalahan yang cuup menentuan. Beberapa hal yang perlu dperhatan dalam melauan pendetesan outlers dalam proses pengelompoan data termasu bagamana menentuan apaah suatu data tem merupaan outlers dar suatu cluster tertentu dan apaah data dalam jumlah ecl yang membentu suatu cluster tersendr dapat danggap sebaga outlers. Proses n memerluan suatu pendeatan husus yang berbeda dengan proses pendetesan outlers d dalam suatu dataset yang hanya terdr dar satu populas yang homogen. Permasalahan elma adalah menyangut bentu cluster yang dtemuan. Tda sepert metode data clusterng lannya termasu Mxture Modellng [1,7,16], K-Means umumnya tda mengndahan bentu dar masng-masng cluster yang mendasar model yang terbentu, walaupun secara natural masng-masng cluster umumnya berbentu bundar. Untu dataset yang dperraan mempunya bentu yang tda basa, beberapa pendeatan perlu untu dterapan. Hal n aan dbahas lebh lanjut dalam Bab 5 dan Bab 6. Masalah overlappng sebaga permasalahan terahr serng seal dabaan arena umumnya masalah n sult terdetes. Hal n terjad untu metode Hard K-Means dan Fuzzy K-Means, arena secara teor, metode n tda dperlengap feature untu mendetes apaah d dalam suatu cluster ada cluster lan yang emungnan tersembuny. 4. Sem-Supervsed Classfcaton? K-Means merupaan metode data clusterng yang dgolongan sebaga metode penglasfasan yang bersfat unsupervsed (tanpa arahan). Pengategoran metode-metode penglasfasan data antara supervsed dan unsupervsed classfcaton ddasaran pada adanya dataset yang data temnya sudah seja awal mempunya label elas dan dataset yang data temnya tda mempunya label elas. Untu data yang sudah mempunya label elas, metode penglasfasan yang dgunaan merupaan metode supervsed classfcaton dan untu data yang belum mempunya label elas, metode penglasfasan yang dgunaan adalah metode unsupervsed classfcaton. Selan masalah optmas pengelompoan data e masng-masng cluster, data clusterng juga dasosasan dengan permasalahan penentuan jumlah cluster yang palng tepat untu data yang danalsa. Untu edua jens K-Means, ba Hard K-Means dan Fuzzy K-Means, yang telah djelasan d atas, penentuan jumlah cluster untu dataset yang danalsa umumnya dlauan secara supervsed atau dtentuan dar awal oleh pengguna, walaupun dalam penerapannya ada beberapa metode yang serng dpasangan dengan metode K-Means. Karena secara teor metode penentuan jumlah cluster n tda sama dengan metode pengelompoan yang dlauan oleh K-Means, evaldan jumlah cluster yang dhaslan umumnya mash dpertanyaan. Melhat eadaan dmana pengguna umumnya serng menentuan jumlah cluster sendr secara terpsah, ba tu dengan menggunaan metode tertentu atau berdasaran pengalaman, 52

7 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), d sn, edua metode K-Means n dapat dsebut sebaga metode sem-supervsed classfcaton, arena metode n mengaloasan data tems e masng-masng cluster secara unsupervsed dan menentuan jumlah cluster yang palng sesua dengan data yang danalsa secara supervsed. 5. K-Means untu Data yang Mempunya Bentu Khusus Beberapa dataset yang mempunya bentu tertentu memerluan suatu metode pemecahan husus yang dsesuaan dengan eadaan data tersebut. Gambar 1. menglustrasan suatu dataset yang mempunya bentu husus yang alau dmodel dengan metode K-Means, ba Hard K-Means dan Fuzzy K-Means aan memberan hasl yang tda mewal eadaan dataset tersebut. Untu eperluan sepert tu, beberapa penelt [5,10,11] telah mengusulan pengembangan metode K-Means yang secara husus memanfaatan ernel tr, dmana data space untu data awal d-mappng e feature space yang berdmens tngg. Beberapa hal yang perlu dperhatan dalam pengembangan metode K-Means dengan ernel tr n adalah bahwa data pada feature space tda lag dapat ddefnsan secara esplst, sehngga penghtungan nla membershp functon dan centrod tda dapat dlauan secara langsung. Beberapa tr penghtungan telah dusulan dalam menurunan nla edua varabel yang dperluan tersebut [5,10,11]. Dengan penerapan tr perhtungan terhadap edua varabel tersebut, objectve functon yang dgunaan dalam menla apaah suatu proses pengelompoan sudah converge atau tda juga aan berubah. 6. Mxture Modellng Gambar 1. Salah Satu Dataset yang Mempunya Bentu Khusus Mxture modellng [1,7,16] merupaan salah satu jens data clusterng dmana dalam pemodelannya, data dalam suatu elompo dasumsan terdstrbus sesua dengan salah satu jens dstrbus statst yang ada. Mxture Modellng merupaan metode yang mempunya cara optmas yang sama dengan K-Means melalu proses optmzaton and maxmzaton. Berbeda dengan metode Hard K-Means dan Fuzzy K-Means, perbandngan 53

8 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), jumlah data yang tercaup d dalam masng-masng cluster juga mempengaruh hasl ahr dar proses data clusterng. Perbandngan jumlah data yang terdapat d dalam masng-masng cluster serng dstlahan dengan nama relatve abundance. Dstrbus statst yang palng serng dgunaan dalam data clusterng menggunaan metode mxture modellng adalah dstrbus Gaussan/ormal. Dsampng arena emudahan penurunan berbaga rumus yang dperluan, ecenderungan umum yang ada pada saat melauan observas adalah bahwa data yang ddapatan umumnya dalam eadaan terdstrbus secara normal. Berbeda dengan K-Means, dstance space yang dgunaan d dalam mxture modellng berbass dstrbus Gaussan/ormal adalah Mahalanobs dstance space. Mahalanobs dstance space yang serng datan dengan dstrbus multvarate Gaussan menghtung jara dengan rumus sebaga berut [1,7] : D Mahalanobs T 1 ( x2, x1 ) x2 x1 ( x2 x1) Σ ( x2 x1) Mahalanobs (7) dmana: (.) T : Transpose dar sebuah matrs (.) -1 : Inverse dar sebuah matrs Σ : Varance Covarance matrs Proses pengaloasan embal data e masng-masng cluster menggunaan metode mxture modelng umumnya sama dengan proses pengaloasan menggunaan metode Fuzzy K- Means. Perbedaannya terleta pada cara penghtungan nla eanggotaan (Fuzzy K-Means) dan nla probabltas data (Mxture Modellng) untu menjad anggota suatu cluster. Penghtungan nla emungnan suatu data untu menjad anggota suatu cluster dlauan dengan menghtung nla probabltas data tersebut untu berada pada suatu cluster dalan dengan relatve abundance dar cluster yang bersangutan sepert berut n [1,7.16] : r p π f ( x θ ) (8) dmana: p : Probabltas data e- menjad anggota cluster e- π : Relatve abundances cluster e- f( x r r θ) : Dstrbus probabltas cluster e- θ : Parameter yang tercaup d dalam dstrbus yang dasumsan untu cluster e- Dalam Mxture Modellng, pemlhan jumlah cluster umumnya dlauan dengan metode yang secara teor sama dengan metode yang dgunaan untu mendefnsan araterst masng-masng cluster. Kedua egatan ba pendefnsan araterst masng-masng cluster dan pemlhan jumlah cluster yang palng tepat juga dlauan secara smultan. Beberapa teor yang serng dgunaan sebaga dasar teor dalam metode Mxture Modellng adalah Penalsed Maxmum Lelhood yang umumnya memasangan metode Maxmum Lelhood untu mendefnsan araterst masng-masng cluster dan metode pemlhan jumlah cluster sepert Aae Informaton Crteron (AIC) [2] atau Schwarz s Bayesan 54

9 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), Informaton Crteron (BIC) [14]. Beberapa metode berbass teor Bayesan juga serng dgunaan sepert Marov Chan Monte Carlo (MCMC) [12] dan Mnmum Message Length (MML) [1,16]. AutoClass [4], salah satu perangat luna Mxture Modellng, mengasumsan suatu model mxture sebaga suatu model Bayesan etwors, dmana dalam pendefnsan arater masng-masng cluster, perangat luna tersebut menggunaan metode Maxmum A Posteror (MAP). Salah satu metode dar sean banya metode yang serng dgunaan dalam mengevaluas jumlah cluster adalah Schwarz s Bayesan Informaton Crteron (BIC) yang dalam proses optmasnya menggunaan rumus sebaga berut [14] : BIC L + p log (9) 2 dmana: L : egatve log dar lelhood functon untu model yang ddapat p : Jumlah free parameter yang destmas : Jumlah data Lelhood functon untu sudah model mxture umumnya ddefnsan dengan rumus sebaga berut: c r L π f ( x θ ) (10) 1 1 dmana: : Jumlah data c : Jumlah cluster π : Relatve abundances cluster e- f( x r r θ) : Dstrbus probabltas cluster e- θ : Parameter yang tercaup d dalam dstrbus yang dasumsan untu cluster e- Beberapa elebhan dar Mxture Modellng dar K-Means adalah adanya pengembangan metode penentuan jumlah cluster yang palng sesua untu suatu data tertentu yang secara teor sama dengan proses pengaloasan data tem e masng-masng cluster. Kelebhan lannya adalah Mxture Modellng mempunya emampuan untu mendetes eberadaan suatu cluster yang overlap dengan cluster yang lan. Dstrbus statst yang dterapan d dalam Mxture Modellng mempunya elebhan dalam menangan masalah overlappng n. Beberapa perlengapan juga memungnan untu dtambahan dalam mengaomodas pendetesan outlers ataupun menangan bentu-bentu cluster yang tda normal [1]. Gambar 2. menunjuan perbandngan antara K-Means dan Mxture Modellng dalam memodel USA s equty dan bond funds data. Plottng yang dtunjuan dalam gambar merupaan plottng dar nla prncpal component data yang danalsa. Dalam pemodelan n K-Means dpasangan dengan Partton Entropy (PE) [3] dalam menentuan jumlah cluster yang danalsa, sedangan Mxture Modellng mengaplasan prnsp Mnmum Message 55

10 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), Length (MML) [1,16]. Dalam pemodelan n, PE menghaslan 2 cluster sedangan MML menghaslan 4 clusters. Gambar 2. Perbandngan Hasl Pemodelan Funds Data Antara K-Means dan Mxture Modellng Sepert yang dtunjuan dalam gambar, K-Means umumnya membag data d bagan tengah tanpa memran omposs dan eadaan data yang dmodel, sedangan Mxture Modellng dengan MML membag data dengan menyesuaan pada eadaan data dengan melhat sebaran dan dstrbus data yang danalsa. 7. Algortma K-Means Hard K-Means Metode Hard K-Means melauan proses clusterng dengan mengut algortma sebaga berut [6] : a. Tentuan jumlah cluster b. Aloasan data sesua dengan jumlah cluster yang dtentuan c. Htung nla centrod masng-masng cluster d. Aloasan masng-masng data e centrod terdeat e. Kembal e Step c. apabla mash terdapat perpndahan data dar satu cluster e cluster yang lan, atau apabla perubahan pada nla centrod mash d atas nla threshold yang dtentuan, atau apabla perubahan pada nla objectve functon mash d atas nla threshold yang dtentuan. Untu menghtung centrod cluster e-, v, dgunaan rumus sebaga berut: v j 1 x j (11) dmana: : Jumlah data yang menjad anggota cluster e- 56

11 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), Untu penghtungan membershp functon dgunaan rumus pada persamaan (3). Fuzzy K-Means Metode Fuzzy K-Means melauan proses clusterng dengan mengut algortma sebaga berut [3,8,9] : a. Tentuan jumlah cluster b. Aloasan data sesua dengan jumlah cluster yang dtentuan c. Htung nla centrod dar masng-masng cluster d. Htung nla membershp functon masng-masng data e masng-masng cluster e. Kembal e Step c. apabla perubahan nla membershp functon mash d atas nla threshold yang dtentuan, atau apabla perubahan pada nla centrod mash d atas nla threshold yang dtentuan, atau apabla perubahan pada nla objectve functon mash d atas nla threshold yang dtentuan. Untu menghtung centrod cluster e-, v, dgunaan rumus sebaga berut: v ( u 1 j 1 ( u dmana: : Jumlah data m : Weghtng exponent u : Membershp functon data e- e cluster e- Sedangan untu menghtung membershp functon data e- e cluster e- dgunaan rumus pada persamaan (4). Mxture Modellng Berbaga algortma memungnan untu dgunaan dalam memecahan proses optmas mxture modellng termasu d antaranya random search, smulated annealng, Marov Chan Monte Carlo (MCMC) maupun algortma geneta. Untu maalah n, dpaparan metode random search yang memberan nla jumlah cluster secara random d awal setap proses optmas. Algortma yang dgunaan adalah sebaga berut [1] : a. Tentuan jumlah cluster b. Aloasan data secara random e masng-masng cluster yang telah dtentuan 1. Htung means (sama dengan centrod pada K-Means) dar masng-masng cluster 2. Htung standar devas/varance covarance dar masng-masng cluster 3. Htung nla probabltas masng-masng data e masng-masng cluster 4. Kembal e Step b.1, apabla perubahan nla probabltas mash d atas nla threshold yang dtentuan, atau apabla perubahan pada nla centrod mash d atas nla threshold yang dtentuan, atau apabla perubahan pada nla objectve functon mash d atas nla threshold yang dtentuan. c. Kembal e Step a. apabla mash ada jumlah cluster yang ngn danalsa. ) m ) x m j (12) 57

12 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), Dengan asums bahwa data terdstrbus secara normal, means cluster e-, µ, dhtung dengan menggunaan rumus sama dengan metode Fuzzy K-Means dengan u merupaan nla probabltas data tersebut termasu d dalam cluster e-. Sedangan standar devas/varance covarance cluster e-, σ Σ, dhtung dengan menggunaan rumus sebaga berut: dmana: : Jumlah data µ : Means cluster e- Σ 2 ( x µ ) σ 1 1 (13) 1 ( x µ )( x 1 µ ) sedangan untu menghtung nla probabltas data e- e cluster e- dgunaan rumus penghtungan probabltas sepert pada persamaan (8). T (14) 8. Kesmpulan Dar pembahasan yang telah duraan d dalam tulsan n beberapa esmpulan bsa ddapatan, termasu: 1. Ada beberapa perembangan penerapan yang telah dmplementasan terhadap metode K-Means termasu pemlhan dstance space, cara pengaloasan ulang data e cluster dan objectve functon yang dgunaan. K-Means juga telah dembangan untu bsa memodel dataset yang mempunya bentu husus dengan memanfaatan ernel tr. 2. Ada beberapa permasalahan yang perlu untu dperhatan dalam menggunaan metode K-Means termasu model clusterng yang berbeda-beda, pemlhan model yang palng tepat untu dataset yang danalsa, egagalan untu converge, pendetesan outlers, bentu masng-masng cluster dan permasalahan overlappng. Daftar Pustaa [1] Agusta, Y. (2004). Mnmum Message Length Mxture Modellng for Uncorrelated and Correlated Contnuous Data Appled to Mutual Funds Classfcaton, Ph.D. Thess, School of Computer Scence and Software Engneerng, Monash Unversty, Clayton, 3800 Australa. [2] Aae, H. (1974). A ew Loo At The Statststcal Model Identfcaton, IEEE Transactons on Automatc Control AC-19(6):

13 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), [3] Bezde, J. C. (1981). Pattern Recognton wth Fuzzy Objectve Functon Algortmss, Plenum Press, ew Yor. [4] Cheeseman, P. and Stutz, J. (1996). Bayesan Classfcaton (AutoClass): Theory and Results, n U. M. Fayyad, G. Patetsy-Shapro, P. Smyth and R. Uthurusamy (eds), Advances n Knowledge Dscovery and Data Mnng, AAAI Press/MIT Press, Cambrdge, MA, pp [5] Grolam, M. (2002). Mercel Kernel Based Clusterng n Feature Space, IEEE Transactons on eural etwors, Vol. 13, o. 3, pp [6] MacQueen, J. B. (1967). Some Methods for classfcaton and Analyss of Multvarate Observatons, Proceedngs of 5-th Bereley Symposum on Mathematcal Statstcs and Probablty, Bereley, Unversty of Calforna Press, 1: [7] McLachlan, G. J. and Peel, D. (2000). Fnte Mxture Models, John Wley and Sons, ew Yor. [8] Myamoto, S. and Agusta, Y. (1995). An Effcent Algorthm for L1 Fuzzy c-means and ts Termnaton, Control and Cybernetcs 24(4): [9] Myamoto, S. and Agusta, Y. (1995). Algorthms for L1 and Lp Fuzzy C-Means and Ther Convergence, n C. Hayash,. Oshum, K. Yajma, Y. Tanaa, H. H. Boc and Y. Baba (eds), Data Scence, Classfcaton, and Related Methods, Sprnger-Verlag, Toyo, Japan, pp [10] Myamoto S. and aayama, Y. (2003). Algorthms of Hard C-Means Clusterng Usng Kernel Functons n Support Vector Machnes, Journal of Advanced Computatonal Intellgence and Intellgent Informatcs, Vol. 7, o. 1, pp [11] Myamoto, S. and Suzu, D. (2003). Fuzzy C-Means Clusterng Usng Kernel Functons n Support Vector Machnes, Journal of Advanced Computatonal Intellgence and Intellgent Informatcs, Vol. 7, o. 1, pp [12] eal, R. M. (1991). Bayesan Mxture Modelng by Monte Carlo Smulaton, Techncal Report CRG-TR-91-2, Department of Computer Scence, Unversty of Toronto, Toronto, Canada. [13] Pena, J. M., Lozano, J. A. and Larranaga, P. (1999). An emprcal comparson of four ntalzaton methods for the -means algorthm. Pattern Recognton Lett., 20: [14] Schwarz, G. (1978). Estmatng the Dmenson of a Model, The Annals of Statstcs 6:

14 Jurnal Sstem dan Informata Vol. 3 (Pebruar 2007), [15] Tbshran, R., Walter, G. and Haste, T. (2000). Estmatng the umber of Clusters n a Dataset usng the Gap Statstcs, Techncal Report 208, Department of Statstcs, Stanford Unversty, Standford, CA 94305, USA. [16] Wallace, C. S. and Boulton, D. M. (1968). An Informaton Measure for Classfcaton, Computer Journal 11(2):

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok BAB II TORI DASAR II.. Analss Kelompo Istlah analss elompo pertama al dperenalan oleh Tryon (939). Ia memperenalan beberapa metode untu mengelompoan obye yang meml esamaan araterst (statsoft, 004). Kesamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Pengendalan Kualtas Statst Pengendalan Kualtas statst merupaan suatu metode pengumpulan dan analss data ualtas, serta penentuan dan nterpretas penguuran-penguuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Masalah Analss regres merupaan lmu peramalan dalam statst. Analss regres dapat dataan sebaga usaha mempreds atau meramalan perubahan. Regres mengemuaan tentang engntahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Untu mengetahu pla perubahan nla suatu varabel yang dsebaban leh varabel lan dperluan alat analss yang memungnan ta unut membuat perraan nla varabel tersebut pada nla

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.. Populas dan Sampel Populas adalah eseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngup yang ngn dtelt. Banyanya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut uuran populas, sedangan suatu nla

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata Probabltas dan Statsta Dsrt Adam Hendra Brata Unform Bernoull Multnomal Setap perstwa aan mempunya peluangnya masng-masng, dan peluang terjadnya perstwa tu aan mempunya penyebaran yang mengut suatu pola

Lebih terperinci

BAB II DIMENSI PARTISI

BAB II DIMENSI PARTISI BAB II DIMENSI PARTISI. Defns dasar dan eteratannya dengan metrc dmenson Dalam pembahasan dmens parts, graf yang dbahas adalah graf terhubung sederhana dan tda meml arah. Sebelum mendefnsan graf yang dgunaan

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Semnar Nasonal Aplas Tenolog Informas 00 (SNATI 00) ISSN: 0-0 Yogyaarta, Jun 00 FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Sr Kusumadew Jurusan Ten Informata,

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Created by Smpo PDF Creator Pro (unregstered verson) http://www.smpopd.com Statst Bsns : BAB IV. UKURA PEMUSATA DATA. Pendahuluan Untu mendapatan gambaran yang lebh jelas tentang seumpulan data mengena

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Usulan Penerapan Teor Marov Dalam Pengamblan Keputusan Perawatan Tahunan Pada Pt. Pupu Kujang USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Nof Ern,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Analss dsrmnan merupaan ten menganalss data, dmana varabel dependen merupaan data ategor ( nomnal dan ordnal ) sedangan varabel ndependen berupa data nterval atau raso.msalnya

Lebih terperinci

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal n aan dbahas beberapa macam uuran yang dhtung berdasaran espetas dar satu peubah aca, ba dsrt maupun ontnu, yatu nla espetas, rataan, varans, momen, fungs pembangt

Lebih terperinci

ANALISIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING

ANALISIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING Semnar Nasonal Tenolog Informas dan Multmeda 207 STMIK AMIKOM Yogyaarta, 4 Februar 207 ANALIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING Sgt Kamseno ), Bara Satya 2) ), 2) Ten Informata

Lebih terperinci

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum Bab III Plant Nonlnear Dengan Fase Nonmnmum Pada bagan n dbahas mengena penurunan learnng controller untu sstem nonlnear dengan derajat relatf yang detahu Dalam hal n hanya dperhatan pada sstem-sstem nonlnear

Lebih terperinci

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga Jurnal Graden Vol No Januar 006 : 34-38 Karatersas Matr Lesle Ordo Tga Mudn Smanhuru, Hartanto Jurusan Matemata, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Bengulu, Indonesa Dterma Desember

Lebih terperinci

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Sebelum suatu Jarngan Neural Buatan (JNB) dgunaan untu menglasfasan pola, terlebh dahulu dlauan proses pembelaaran untu menentuan strutur arngan, terutama dalam penentuan nla bobot.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3. Analss Dsrmnan Analss dsrmnan (dscrmnant analyss) merupaan salah satu metode yan dunaan dalam analss multvarat. Dalam analss dsrmnan terdapat dua jens varabel yan terlbat

Lebih terperinci

PENGCLUSTERAN DATA CURAH HUJAN KOTA BENGKULU MENGGUNAKAN FUZZY CLUSTERING ALGORITMA MIXTURE

PENGCLUSTERAN DATA CURAH HUJAN KOTA BENGKULU MENGGUNAKAN FUZZY CLUSTERING ALGORITMA MIXTURE Jurnal Pseudocode, Volume Nomor, Februar 204, ISSN 2355 5920 PENGCLUSTERAN DATA CURAH HUJAN KOTA BENGKULU MENGGUNAKAN FUZZY CLUSTERING ALGORITMA MIXTURE Herlna Latpa Sar, Dmas Aula Tranggana 2,2 Program

Lebih terperinci

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA BAB V MOEL SEERHANA ISTRIBUSI TEMPERATUR AN SIMULASINYA Model matemata yang terdapat pada bab sebelumnya merupaan model umum untu njes uap pada reservor dengan bottom water. Model tersebut merupaan model

Lebih terperinci

(M.5) PEMBENTUKAN FAST ALGORITHM FUZZY C-MEANS CLUSTER DENGAN INDEKS VALIDITAS XIE DAN BENI (XB) DAN PROPORSI EIGEN VALUE DARI MATRIKS SIMILIARITY

(M.5) PEMBENTUKAN FAST ALGORITHM FUZZY C-MEANS CLUSTER DENGAN INDEKS VALIDITAS XIE DAN BENI (XB) DAN PROPORSI EIGEN VALUE DARI MATRIKS SIMILIARITY Unverstas Padjadjaran, 3 November 00 (M.5) PEMBENTUKAN FAST ALGORITHM FUZZY C-MEANS CLUSTER DENGAN INDEKS VALIDITAS XIE DAN BENI (XB) DAN PROPORSI EIGEN VALUE DARI MATRIKS SIMILIARITY Anndya Aprlyant Pravtasar

Lebih terperinci

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2)

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2) BB 0 Mengnterpretasan Populas arabel Kanon arabel anon secara umumnya artfsal. Ja varabel awal X ( dan X ( dgunaan oefsen anon a dan b mempunya unt propors dar hmpunan X ( dan X (. Ja varabel awal yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Varans Peneltan 3.1.1 Varabel Peneltan Peneltan n mengenal dua macam varabel yatu : 1. Varabel bebas (X) yatu : Berpr formal. Varabel terat (Y) yatu : Hasl belajar Sejarah

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk) Semnar Nasonal plas enolog Informas (SNI ) Yogyaarta, Jun FUZZY BCKPROPGION UNUK KLSIFIKSI POL (Stud asus: lasfas ualtas produ) Sr Kusumadew Jurusan en Informata, Faultas enolog Industr Unverstas Islam

Lebih terperinci

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar VI. KETIDAKPASTIAN 12 Dalam enyataan sehar-har banya masalah dduna n tda dapat dmodelan secara lengap dan onssten. Suatu penalaran dmana adanya penambahan fata baru mengabatan etdaonsstenan, dengan cr-cr

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD ORBITH Vl. 7 N. 3 Nvember 11: 366-37 ENGUJIAN ROORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN ENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADA DISTRIBUSI NORMAL STANDARD Oleh: Endang Tryan Staf engajar

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 PRESENTASI TUGAS AKHIR KI09191 IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA RESONANSI MAGNETIK OTAK MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS YANG DIMODIFIKASI BERDASARKAN KORELASI ANTAR PIKSEL (Kata Kunc : Segmentas Fuzzy

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) BAB TINJAUAN TEORITIS. Knsep Dasar Infes, Saluran Pernafasan, Infes Aut, dan Infes Saluran Pernafasan Aut (ISPA.. Infes Infes adalah masunya uman atau mrrgansme e dalam tubuh manusan dan berembang ba sehngga

Lebih terperinci

METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND

METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND Rully Soelaman, Suc Hatnng Rn dan Dana Purwtasar Faultas Tenolog Informas, Insttut Tenolog Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 60, Indonesa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN ORI. Aljabar Matrs.. Defns Matrs Matrs adalah suatu umpulan anga-anga yang juga serng dsebut elemen-elemen yang dsusun secara teratur menurut bars dan olom sehngga berbentu perseg panjang,

Lebih terperinci

Algoritma Clustering Fuzzy Hibrida untuk Klasifikasi Citra Inderaja

Algoritma Clustering Fuzzy Hibrida untuk Klasifikasi Citra Inderaja Algortma Clusterng Fuzzy Hbrda untu Klasfas Ctra Inderaja Agus Zanal Arfn Ten Informata FTI ITS Surabaya E-mal : agusza@ts-sby.edu Telp. (031)5933928 Abstra Proses lasfas merupaan proses untu mendapatan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Prosedur Komputasi untuk Membentuk Selang Kepercayaan Simultan Proporsi Multinomial

Prosedur Komputasi untuk Membentuk Selang Kepercayaan Simultan Proporsi Multinomial SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Prosedur Komputas untu Membentu Selang Kepercayaan Smultan Propors Multnomal S - 11 Bertho Tantular Departemen Statsta FMIPA UNPAD bertho@unpad.ac.d

Lebih terperinci

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN Buletn Ilmah ath. Stat. dan erapannya (Bmaster) Volume 5, No. 3 (6), hal 8. INVERS DRAZIN DARI SUAU ARIKS DENGAN ENGGUNAKAN BENUK KANNIK JRDAN Eo Sulstyono, Shanta artha, Ea Wulan Ramadhan INISARI Suatu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN SISFO-Jurnal Sstem Informas IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN Fazal Mahananto 1), Mahendrawath ER 2), Rully Soelaman 3) Jurusan Sstem Informas,

Lebih terperinci

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil Bab 7 STATISTIKA A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetens Dasar Setelah mengut pembelajaran n sswa mampu:. Menghayat dan mengamalan ajaran agama yang danutnnya. 2. Meml motvas nternal, emampuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS

BAB IV HASIL ANALISIS BAB IV HASIL ANALISIS. Standarda Varabel Dalam anal yang dtamplan pada daftar tabel, dar e-39 wadu yang meml fator-fator melput luaan DAS, apata awal wadu, 3 volume tahunan rerata pengendapan edmen, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

Penentuan Banyak Kelompok dalam Fuzzy C-Means Cluster. Berdasarkan Proporsi Eigen Value Dari Matriks Similarity. dan Indeks XB (Xie dan Beni)

Penentuan Banyak Kelompok dalam Fuzzy C-Means Cluster. Berdasarkan Proporsi Eigen Value Dari Matriks Similarity. dan Indeks XB (Xie dan Beni) S-11 Penentuan Banyak Kelompok dalam Fuzzy C-Means Cluster Berdasarkan Propors Egen Value Dar Matrs Smlarty dan Indeks XB (Xe dan Ben) Anndya Aprlyant Pravtasar 3 Emal: dejafu_008@yahoo.com Abstrak Dalam

Lebih terperinci

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING 7 Ilustras entu hmpunan fuzzy dan fungs eanggotaannya dapat dlhat pada Contoh 3. Contoh 3 Msalan seseorang dataan sudah dewasa ja erumur 7 tahun atau leh, maa dalam loga tegas, seseorang yang erumur urang

Lebih terperinci

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda KOLINEARITAS GANDA MULTICOLLINEARIT Oleh Bambang Juanda Model: = X + X + + X + ε. Hubungan Lnear Sempurna esa, Ja C X 0 C onstanta yg td semuanya 0. Mudah detahu rn td ada dugaan parameter oef dgn OLS,

Lebih terperinci

Pengolahan lanjut data gravitasi

Pengolahan lanjut data gravitasi Modul 6 Pengolahan lanjut data gravtas 1. Transformas/proyes e bdang datar (metode Damney atau Euvalen Tt Massa). Pemsahan Anomal Loal/Resdual dan Anomal Regonal a. Kontnuas b. Movng average c. Polynomal

Lebih terperinci

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak).

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak). BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO 3. Smulas Monte Carlo Smulas Monte Carlo merupaan bentu smulas probablst dmana solus dar suatu masalah dberan berdasaran proses rendomsas (aca).

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

Diagram Kontrol Fuzzy Multinomial Untuk Data Linguistik

Diagram Kontrol Fuzzy Multinomial Untuk Data Linguistik Prosdng Statsta ISSN: 2460-6456 Dagram Kontrol Fuzzy Multnomal Untu Data ngust 1 Amy Amallya Azzah, 2 Suwanda Idrs, 3 snur Wachdah 1,2,3 Prod Statsta, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas

Lebih terperinci

Pembentukan Prototype Data Dengan Metode K-Means Untuk Klasifikasi dalam Metode K- Nearest Neighbor (K-NN)

Pembentukan Prototype Data Dengan Metode K-Means Untuk Klasifikasi dalam Metode K- Nearest Neighbor (K-NN) Pembentukan Prototype Data Dengan Metode K-Means Untuk Klasfkas dalam Metode K- Nearest Neghbor () Kharul Umam Syalman Magster Teknk Informatka Faslkom - TI USU kharul.q14@gmal.com Adl Abdllah Nababan

Lebih terperinci

Pembentukan Prototype Data Dengan Metode K-Means Untuk Klasifikasi dalam Metode K- Nearest Neighbor (K-NN)

Pembentukan Prototype Data Dengan Metode K-Means Untuk Klasifikasi dalam Metode K- Nearest Neighbor (K-NN) Pembentukan Prototype Data Dengan Metode K-Means Untuk Klasfkas dalam Metode K- Nearest Neghbor () Kharul Umam Syalman Magster Teknk Informatka Faslkom - TI USU kharul.q14@gmal.com Adl Abdllah Nababan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi)

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi) 0 Oktober 206 Analtk Data Tngkat Lanut (Regres) Imam Cholssodn mam.cholssodn@gmal.com Pokok Bahasan. Konsep Regres 2. Analss Teknkal dan Fundamental 3. Regres Lnear & Regres Logstc (Optonal) 4. Regres

Lebih terperinci

TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA

TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA IndoMS Journal on Statstcs Vol, No (4), Page 39-49 TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA Arum Handn Prmandar, Abdurahman Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis Kelamin Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis

Pengenalan Jenis Kelamin Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis Konferens Nasonal Sstem & Informata 05 STMIK STIKOM Bal, 9-0 Otober 05 Pengenalan Jens Kelamn Berdasaran Ctra Wajah Menggunaan Metode Two-Dmensonal Lnear Dscrmnant Analyss Ftr Damayant Prod Manajemen Informata,

Lebih terperinci

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE Dew Arfanty Azm, Dra.Madu Ratna,M.S. dan 3 Prof. Dr.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER PENYELESIN SISTEM PESMN TK LINIE Mater Kulah: Pengantar; Iteras Satu Tt; Iteras Newton # PENGNT # erut n adalah contoh seumpulan buah persamaan ta lner smulta dengan buah varabel ang ta detahu:... ( 57...

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1)

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1) Paradgma, Vol. 13 No. 2 Agustus 2009 hlm. 189 194 MODEL REGRESI SEMIPARAMERIK SPLINE UNUK DAA LONGIUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERIA HIV Lls Laome 1) 1) Jurusan Matemata FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Studi Perhitungan CCT Menggunakan Metode EEAC (Extended Equal Area Criterion) Dan Trajektori Kritis/ Critical Trajectory Untuk Kestabilan Transien

Studi Perhitungan CCT Menggunakan Metode EEAC (Extended Equal Area Criterion) Dan Trajektori Kritis/ Critical Trajectory Untuk Kestabilan Transien JURAL TEKIK POITS Vol., o., (0) -6 Stud Perhtungan CCT enggunaan etode EEAC (Extended Equal Area Crteron) Dan Trajetor Krts/ Crtcal Trajectory Untu Kestablan Transen Hardansyah Pratama, Ardyono Pryad,

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS Ihwannul Khols, ST. MT. Unverstas 7 Agustus 945 Jaarta hols27@gmal.com Abstra Pengenalan pola data

Lebih terperinci

Optimasi Baru Program Linear Multi Objektif Dengan Simplex LP Untuk Perencanaan Produksi

Optimasi Baru Program Linear Multi Objektif Dengan Simplex LP Untuk Perencanaan Produksi JURNA INFORMATIKA, Vol.4 No.2 September 27, pp. 222~229 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 222 Optmas Baru Program near Mult Objetf Dengan Smplex P Untu Perencanaan Produs Maxs Ary Am BSI Bandung e-mal:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Pemodelan Anomali Magnetik Berbentuk Prisma Menggunakan Algoritma Genetika Antonius a, Yudha Arman a *, Joko Sampurno a

Pemodelan Anomali Magnetik Berbentuk Prisma Menggunakan Algoritma Genetika Antonius a, Yudha Arman a *, Joko Sampurno a Pemodelan Anomal Magnet Berbentu Prsma Menggunaan Algortma Geneta Antonus a, Yudha Arman a *, Joo Sampurno a a Jurusan Fsa, FMIPA Unverstas Tanjungpura, Jalan Pro. Dr. Hadar Nawaw, Pontana, Indonesa *Emal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetan Reges dan Koelas.. Pengetan Reges Paa lmuan, eonom, psolog, dan sosolog selalu beepentngan dengan masalah peamalan. Peamalan matematyang memungnan ta meamalan nla-nla suatu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

Inversi Tak-Linier Magnetotelurik Dua-Dimensi Menggunakan Algoritma Monte Carlo Rantai Markov

Inversi Tak-Linier Magnetotelurik Dua-Dimensi Menggunakan Algoritma Monte Carlo Rantai Markov Invers Ta-Lner Magnetotelur Dua-Dmens Menggunaan Algortma Monte Carlo Ranta Marov ugroho D. Hananto dan Ded S. Wdarto Pusat Peneltan Geotenolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa Komple LIPI Jl. Sangurang

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Oleh : Wahyu Safi i Dosen Pembimbing : Drs. Soehardjoepri, M.Si

Oleh : Wahyu Safi i Dosen Pembimbing : Drs. Soehardjoepri, M.Si Analsa Penerapan Metode Robust Locally Weght Regresson Smoothng Scatterplots Pada Oblgas ( Analyss of Applcaton Robust Locally Weght Regresson Smoothng Scatterplots s Method n Oblgaton ) Oleh : Wahyu Saf

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS

METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS TESIS METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS Oleh : I Made Wdartha NRP. 5109201009 Dosen Pembmbng : Dr. Agus Zanal Arfn, S.Kom, M.Kom Anny Yunart, S.Kom, M.Comp.Sc

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Pengaruh Kelembaban dan Seri Tanah Terhadap Mutu dan Produksi Tanaman Tembakau Temanggung dengan Metode MANOVA

Pengaruh Kelembaban dan Seri Tanah Terhadap Mutu dan Produksi Tanaman Tembakau Temanggung dengan Metode MANOVA Pengaruh Kelembaban dan Ser Tanah Terhadap Mutu dan Produs Tanaman Tembaau Temanggung dengan Metode MANOVA Mftala Al Rza ), Sutno ), dan Dumal ) ) Jurusan Statsta, Faultas MIPA, Insttut Tenolog Sepuluh

Lebih terperinci

APLIKASI KORELASI PEARSON DALAM MEMBANGUN MODEL TREE-AUGMENTED NETWORK (TAN) (Studi Kasus Pengenalan Karakter Tulisan Tangan)

APLIKASI KORELASI PEARSON DALAM MEMBANGUN MODEL TREE-AUGMENTED NETWORK (TAN) (Studi Kasus Pengenalan Karakter Tulisan Tangan) APLIKASI KORELASI PEARSON DALAM MEMBANGUN MODEL TREE-AUGMENTED NETWORK (TAN) (Stud Kasus Pengenalan Karakter Tulsan Tangan) Irwan Bud Santoso Jurusan Teknk Informatka, Sans dan Teknolog Unverstas Islam

Lebih terperinci

Bab III Model Estimasi Outstanding Claims Liability

Bab III Model Estimasi Outstanding Claims Liability Bab III Model Estmas Outstandng Clams Lablty. Model ELRF Suatu model yang dgunaan untu menasr outstandng clams lablty, tda cuup hanya melbatan data pada run-off trangle saa. Sebab, pembayaran lam d masa

Lebih terperinci

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean Matematka Egenface Menggunakan Metrk Eucldean 6 Ben Utomo Sekolah ngg eknolog Bontang, Indonesa Abstract Salah satu sstem pengenalan wajah (face recognton) adalah metode egenface. Metode n bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

Eman Lesmana, Riaman. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor ABSTRAK

Eman Lesmana, Riaman. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor ABSTRAK PENGGUNAAN MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PROGRAM PENGGEMUKAN SAPI PO ( PERANAKAN ONGOLE) SERTA ANALISIS BCR ( BENEFIT COST RATIO ) PENGGUNAAN PAKAN BAHAN KERING Eman Lesmana, Raman Jurusan Matemata

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

PENERAPAN PETA P MULTIVARIAT PADA PENGONTROLAN PROSES PEMOTONGAN KACA JENIS LNFL DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, TBK.

PENERAPAN PETA P MULTIVARIAT PADA PENGONTROLAN PROSES PEMOTONGAN KACA JENIS LNFL DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, TBK. PENERAPAN PETA P MULTIVARIAT PADA PENGONTROLAN PROSES PEMOTONGAN KACA JENIS LNFL DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, TBK. Fanny Ayu Octavana dan Dra. Luca Ardnant, MT. Jurusan Statsta, Faultas Matemata dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0 Implementas Jarngan Saraf Truan Bacpropagaton Pada Aplas Pengenalan Waah Dengan Jara Yang Berbeda Menggunaan MATLAB 7.0 Syafe Nur Luthfe Jurusan Ten Informata, Unverstas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat Bab III Analss dan Rancangan Sstem Kompres Kalmat Bab n bers penjelasan dan analss terhadap sstem kompres kalmat yang dkembangkan d dalam tess n. Peneltan n menggunakan pendekatan statstcal translaton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci