KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI AGUSTUS 2016"

Transkripsi

1

2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, Tel. (0361) Fax. (0361) t_setiadi@bi.go.id umran_u@bi.go.id putriana_n@bi.go.id rai_gdw@bi.go.id nm_wiwieks@bi.go.id trio_pa@bi.go.id KEKR Provinsi Bali Agustus

3 2 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Agustus Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia berpandangan bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta pembangunan nasional merupakan agregasi dari pembangunan daerah dan semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, menaruh perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional termasuk dalam upaya pengendalian inflasi daerah guna mencapai target inflasi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melakukan berbagai kajian dan diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Salah satunya melalui KEKR yang berisikan kajian dan informasi mengenai perekonomian daerah dan dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi Bali di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ideide konstruktif yang dapat memberikan nilai tambah serta menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan ekonomi daerah melalui kebijakan maupun kajian kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, 23 Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI TTD Causa Iman Karana Kepala Perwakilan KEKR Provinsi Bali Agustus

5 Daftar Isi Kata Pengantar 3 Ringkasan Eksekutif 14 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali 18 Bab I Perkembangan Ekonomi Makro Daerah KONDISI UMUM SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Neraca Perdagangan Tracking triwulan berjalan: Sisi Permintaan SISI PENAWARAN Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Lapangan Usaha Konstruksi Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tracking triwulan berjalan: Sisi Penawaran PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI 45 Bab II Keuangan Pemerintah GAMBARAN UMUM REALISASI APBD PROVINSI BALI TRIWULAN II Penyerapan Pendapatan Triwulan II Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali Triwulan II REALISASI APBD KABUPATEN/KOTA PROVINSI Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/ Kota Provinsi Bali Triwulan II Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Provinsi Bali Triwulan II REALISASI APBN PROVINSI BALI TRIWULAN II Realisasi Belanja APBN Provinsi Bali Triwulan II Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 65 4 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

6 3.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota DISAGREGASI INFLASI 77 a) Volatile Food 77 b) Administered Prices 79 c) Core Inflation PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI INFLASI PERDESAAN 82 Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA ASESMEN SEKTOR KORPORASI ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) AKSES KEUANGAN 104 Bab V Penyelenggaraan Sistem Pembayaraan dan Pengelolaan Uang Rupiah PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 113 Bab VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan KONDISI KETENAGAKERJAAN PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN NILAI TUKAR PETANI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 128 Bab VII Prospek Perekonomian Daerah MAKRO EKONOMI REGIONAL IINFLASI BALI KESELURUHAN TAHUN Daftar Singkatan 140 KEKR Provinsi Bali Agustus

7 Daftar Grafik Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali 25 Grafik 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi Bali 25 Grafik 1. 3 Indeks Tendensi Konsumen 26 Grafik 1. 4 Indeks Keyakinan Konsumen 27 Grafik 1. 5 Konsumsi Listrik RT 27 Grafik 1. 6 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama 27 Grafik 1. 7 Likert Scale Penjualan Domestik 27 Grafik 1. 8 Pendaftaran Kendaraan 28 Grafik 1. 9 Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Sepeda Motor 28 Grafik Kredit Rumah Tangga 28 Grafik Perkembangan Giro Pemerintah 28 Grafik Likert Investasi 29 Grafik Perkembangan Volume Impor Barang Modal 29 Grafik Perkembangan Investasi (SBT) 30 Grafik Penjualan Semen Provinsi Bali 30 Grafik Tingkat Penghunian Kamar 31 Grafik Average Room Rate Bali 31 Grafik Nilai Ekspor Luar Negeri Bali 31 Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Bali 31 Grafik Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw II Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama 32 Grafik Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan 32 Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor berdasarkan Negara Tujuan 32 Grafik Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali 33 Grafik Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali 33 Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 33 Grafik Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 33 Grafik Likert Scale Perkiraan Perkembangan Investasi 35 Grafik Perkiraan Perkembangan Investasi 35 Grafik Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan II Grafik Andil Kategori terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan II Grafik Perkembangan Usaha Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (SBT) 37 Grafik Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan 38 Grafik Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara 38 Grafik Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 38 Grafik Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi (SBT) 39 6 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

8 Grafik Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan 39 Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Bandara Ngurah Rai 39 Grafik Jumlah Keberangkatan Kargo Internasional Bandara Ngurah Rai 39 Grafik Arus Penumpang Angkutan Laut Provinsi Bali 40 Grafik Kegiatan Usaha Sektor Bangunan 40 Grafik Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali 40 Grafik Perkembangan Total Penjualan 41 Grafik Perkembangan Penjualan Kelompok Komoditas 41 Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Sepeda Motor 41 Grafik Pendaftaran Kendaraan 41 Grafik Perkembangan Kategori Pertanian 42 Grafik Perkembangan Produksi Padi di Bali 42 Grafik Perkembangan Kredit Kategori Pertanian 42 Grafik Perkembangan Produksi Ikan Pengambengan 42 Grafik Indikator Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) 43 Grafik Kegiatan Usaha Industri Pengolahan 43 Grafik Kredit Kategori Industri 43 Grafik Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha 45 Grafik Share PDRB Kab/Kota Provinsi Bali 45 Grafik Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 46 Grafik Share Lapangan Usaha Utama PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun Grafik 2. 1 Share Anggaran Komponen Pendapatan 54 Grafik 2. 2 Perkembangan Anggaran Belanja Provinsi Bali Grafik 2. 3 Pangsa Belanja APBN Provinsi Bali Grafik 2. 4 Pangsa Belanja APBN Provinsi Bali Grafik 3. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) 67 Grafik 3. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) 67 Grafik 3. 3 Perkembangan Inflasi Bali (% mtm) 68 Grafik 3. 4 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali 69 Grafik 3. 5 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali 69 Grafik 3. 6 Inflasi Bulanan Komoditas Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras (Denpasar) 69 Grafik 3. 7 Inflasi Bulanan Komoditas Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras (Singaraja) 69 Grafik 3. 8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali 70 Grafik 3. 9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali 70 Grafik Inflasi Bulanan Komoditas Gula Pasir (Denpasar dan Singaraja) 70 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali 70 Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali 71 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali 72 Grafik Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali 72 KEKR Provinsi Bali Agustus

9 Grafik Inflasi Bulanan Komoditas Emas Perhiasan 72 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali 73 Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali 73 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali 73 Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali 73 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali 74 Grafik nflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali 74 Grafik Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar 74 Grafik Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 74 Grafik Disagregasi inflasi tahunan Denpasar 77 Grafik Disagregasi inflasi tahunan Singaraja 77 Grafik Perkembangan Harga Minyak Brent 79 Grafik Perkembangan Harga Rata-rata LPG 3 kg di Denpasar dan Buleleng 80 Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 80 Grafik Nilai Penjualan Eceran 81 Grafik Ekspektasi Konsumen 81 Grafik Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah Besar Kabupaten/Kota 82 Grafik Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit Merah Kabupaten/Kota 82 Grafik Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah Kabupaten/Kota 82 Grafik Perkembangan Inflasi Perdesaan (mtm) dan Nilai Tukar Petani (NTP) 83 Grafik Perkembangan Inflasi Perdesaan (ytd) 83 Grafik 4. 1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Bali 89 Grafik 4. 2 Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Bali 89 Grafik 4. 3 Persepsi Rumah Tangga Bali Terhadap Ekonomi Saat Ini 90 Grafik 4. 4 Persepsi Rumah Tangga Bali Terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang 90 Grafik 4. 5 Ekspektasi Perubahan Harga Oleh Rumah Tangga 3 Bulan Mendatang 90 Grafik 4. 6 Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Komoditi 90 Grafik 4. 7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Bali 91 Grafik 4. 8 Komposisi DPK Bali 93 Grafik 4. 9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Bali 93 Grafik Komposisi DPK Perseorangan di Bali 93 Grafik Pertumbuhan DPK Perseorangan Bali Tiap Jenis Penempatan 93 Grafik Komposisi Kredit Perseorangan dan Non Perseorangan 94 Grafik Komposisi Kredit Perseorangan 94 Grafik Pertumbuhan Kredit Perseorangan di Bali 95 Grafik NPL dan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga & Kredit Konsumsi di Provinsi Bali 95 Grafik Komposisi Ekspor Bali 98 Grafik Kondisi Kegiatan Usaha di Bali 99 Grafik Kinerja Korporasi di Bali Berdasarkan Liaison Triwulan II KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

10 Grafik Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Bali 100 Grafik Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 100 Grafik Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 101 Grafik Pertumbuhan Kredit Korporasi 101 Grafik NPL Kredit Korporasi 102 Grafik Pangsa Nominal Kredit UMKM 105 Grafik Pertumbuhan Kredit UMKM 105 Grafik Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Kota/Kabupaten 105 Grafik Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit 105 Grafik Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 106 Grafik Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 106 Grafik 5. 1 Perkembangan Kliring 113 Grafik 5. 2 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong 113 Grafik 5. 3 Perkembangan Uang Kartal di Bali 114 Grafik 5. 4 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 114 Grafik 5. 5 Perkembangan Transaksi Jual Beli Valas di Provinsi Bali 115 Grafik 5. 6 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman di Provinsi Bali 115 Grafik 5. 7 Perkembangan Transaksi Penyelenggara KUPVA BB yang Berlokasi di Hotel 116 Grafik 5. 8 Jumlah KUPVA BB Berizin di Provinsi Bali 116 Grafik 5. 9 Sebaran Jumlah Kantor per Kabupaten/Kota 116 Grafik Share Penukaran Valas di Provinsi Bali 117 Grafik 6. 1 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali 123 Grafik 6. 2 Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU) 124 Grafik 6. 3 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali 126 Grafik 6. 4 Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali 127 Grafik 6. 5 NTP Bali dan Komponen Penyusunnya 128 Grafik 6. 6 Perbandingan NTP Bali dan Nasional 128 Grafik 6. 7 Perkembangan IPM Provinsi Bali 128 Grafik 6. 8 Perbandingan IPM Bali dan Nasional 128 Grafik 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 135 Grafik 7. 2 Proyeksi Inflasi Bali 138 KEKR Provinsi Bali Agustus

11 Daftar Tabel Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) 26 Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy) 36 Tabel 1. 3 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (%,yoy) 45 Tabel 2. 1 Anggaran & Realisasi APBD Provinsi Bali (Rp Miliar) 52 Tabel 2. 2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali (Rp Miliar) 53 Tabel 2. 3 Anggaran Belanja Provinsi Bali Tabel 2. 4 Realisasi Anggaran Belanja Provinsi Bali Triwulan II Tabel 2. 5 Pagu Anggaran Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Tabel 2. 6 Realisasi Nominal Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II Tabel 2. 7 Realisasi Persentase Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II Tabel 2. 8 Pagu Anggaran Belanja 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Tahun Tabel 2. 9 Realisasi Persentase Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II Tabel Realisasi Persentase Belanja Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II Tabel Realisasi APBN Provinsi Bali Triwulan II Tabel 3. 1 Penyesuaian Tarif Listrik Periode Mei Juli Tabel 3. 2 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran 75 Tabel 3. 3 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Inflasi di Kota Denpasar Triwulan II Tabel 3. 4 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Deflasi di Kota Denpasar Triwulan II Tabel 3. 5 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran 76 Tabel 3. 6 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Inflasi di Kota Singaraja Triwulan II Tabel 3. 7 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Deflasi di Kota Singaraja Triwulan II Tabel 3. 8 Pelaksanaan Pasar Murah se-provinsi Bali periode April Juni Tabel 4. 1 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Kategori Pengeluarannya Per Bulan 91 Tabel 4. 2 Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan 92 Tabel 4. 3 Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan 92 Tabel 4. 4 Komposisi Jumlah Rekening Perseorangan Per Nilai Penempatan di Bali 94 Tabel 4. 5 Penyaluran Kredit Perseorangan Secara Spasial Posisi Triwulan II Tabel 4. 6 Pertumbuhan dan NPL KPR di Bali 97 Tabel 4. 7 Pertumbuhan dan NPL KKB di Bali 97 Tabel 4. 8 Komposisi Kredit Multiguna Posisi Triwulan II Tabel 4. 9 NPL Kredit Multiguna KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

12 Tabel Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang 101 Tabel Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Bank di Bali 102 Tabel Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum di Bali 103 Tabel Perkembangan Indikator BPR di Bali 104 Tabel 5. 1 Perkembangan Perputaran Kliring 113 Tabel 5. 2 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 114 Tabel 5. 3 Perkembangan Jumlah Agen LKD Tahun Tabel 6. 1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang) 123 Tabel 6. 2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang) 124 Tabel 6. 3 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang) 125 Tabel 6. 4 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang) 125 Tabel 6. 5 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang) 126 Tabel 6. 6 Jumlah Penduduk Miskin 127 Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali 138 Daftar Boks BOKS A TPID PROVINSI BALI BERHASIL MERAIH PENGHARGAAN TPID PROVINSI TERBAIK 84 BOKS B LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) MEMBANGUN DESA DAN MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BALI 107 BOKS C KINERJA DUNIA USAHA DIPERKIRAKAN TUMBUH LEBIH BAIK PADA TRIWULAN II Seri Kebanksentralan RELAKSASI KETENTUAN LTV DAN FTV 47 KEKR Provinsi Bali Agustus

13 PERKEMBANGAN Pada triwulan II 2016, inflasi Bali mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masih berada pada rentang proyeksi Bank Indonesia pada keseluruhan Tahun Pada triwulan II 2016 inflasi Bali tercatat sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,45% (yoy). 2,96% yoy SINGARAJA DENPASAR 3,83 yoy 2,78 yoy PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TUNAI INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW NON TUNAI KLIRING Rp21,4T (678 ribu lembar) Rp19,8T (633 ribu lembar) Rp3,3T Rp5,07T Rp5,1T Rp2,9T Rp1,7T Rp2,1T (NET INFLOW) Tw II 2016 Tw I 2016 PERKEMBANGAN PERBANKAN 11,7% (yoy) growth 2,16% NPL 5,37% NPL 10,8% (yoy) growth KREDIT RUMAH TANGGA KREDIT KORPORASI 1,92% NPL 15,49% (yoy) growth KREDIT UMKM 12 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

14 6,53% Tw II ,04% Tw I 2016 Triwulan IV ,58% - 6,98% yoy 45,78% 30,36% ,39% 1% yoy 6,15% - 6,55% yoy PENDAPATAN BELANJA Triwulan IV 2016 Pertumbuhan Ekonomi Inflasi KEUANGAN PEMERINTAH TW II 2016 PROYEKSI PEREKONOMIAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5,25% 2,12% September 2015 TINGKAT KEMISKINAN Februari 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA 4,76% yoy September ,37% yoy Februari 2015 KEKR Provinsi Bali Agustus

15 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016 mencatat peningkatan pertumbuhan yaitu sebesar 6,53% (yoy) dengan output riil mencapai Rp 33,9 triliun. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,05% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan II 2016 tersebut juga lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,18% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, dan konsumsi pemerintah. Sementara, dari sisi penawaran, perekonomian Bali pada triwulan II 2016 didorong oleh peningkatan kinerja beberapa lapangan usaha yang memiliki share besar terhadap perekonomian Bali, yaitu Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum, Transportasi dan Pergudangan, Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, serta lapangan usaha lain yaitu Pertambangan dan Penggalian, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, dan Jasa Lainnya. Perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison mengindikasikan potensi peningkatan perekonomian Provinsi Bali pada triwulan III Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2016 diperkirakan berada pada kisaran 6,42% - 6,82% (yoy). Dari sisi permintaan, prakiraan peningkatan kinerja perekonomian bersumber dari seluruh komponen sisi permintaan seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata serta adanya kebijakan akomodatif Pemerintah untuk mendorong kinerja investasi dan kegiatan usaha di Provinsi Bali. Memasuki triwulan III 2016, perkiraan peningkatan dari sisi penawaran didorong oleh peningkatan lapangan usaha utama Provinsi Bali. Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata. Sejalan dengan peningkatan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran turut mengalami peningkatan. Realisasi pendapatan pemerintah daerah menunjukkan perlambatan di triwulan II 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi belanja, justru menunjukkan peningkatan untuk periode yang sama. Serapan pendapatan triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp 2,572 triliun atau sebesar 45,78% terhadap pagu APBD Capaian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan serapan pendapatan pada triwulan II 2015 yang sebesar 49,38%. Sementara itu, realisasi belanja triwulan II 2016 mencapai Rp 1,806 triliun atau sebesar 30,36% dari pagu anggaran, lebih tinngi dibandingkan dengan realisasi belanja triwulan II 2015 dengan serapan sebesar 25,15%. Pagu anggaran pendapatan daerah (APBD) 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali untuk tahun 2016 menunjukkan peningkatan dibandingkan pagu tahun Total pagu anggaran pendapatan daerah untuk seluruh kabupaten/kota tercatat tumbuh sebesar 21, 41% (yoy), yaitu meningkat dari Rp 13,18 triliun di tahun 2015 menjadi Rp 15,99 triliun Perekonomian Bali triwulan II 2016 tumbuh meningkat menjadi sebesar 6,53% (yoy) Perekonomian Bali triwulan III 2016 diperkirakan mengalami peningkatan pada kisaran 6,42% - 6,82% (yoy) Realisasi Belanja daerah Provinsi Bali pada triwulan II 2016 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 14 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

16 pada tahun Berdasarkan jenisnya, peningkatan pagu tertinggi adalah komponen pendapatan transfer, yang meningkat sebesar 44,69% (yoy). Sementara PAD tumbuh sebesar 13,51% (yoy) dan lain-lain pendapatan yang sah justru mengalami penurunan sebesar 16,80% (yoy). Tekanan inflasi Provinsi Bali pada triwulan II 2016, tercatat sebesar 2,96% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan I 2016 Kinerja kredit korporasi dan rumah tangga Provinsi Bali triwulan II 2016 masih terjaga baik. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan. Sistem pembayaran nontunai tercatat mengalami peningkatan pada triwulan II Pada triwulan II 2016, inflasi Bali mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dan masih berada pada rentang proyeksi Bank Indonesia untuk keseluruhan tahun Pada triwulan II 2016 inflasi Bali tercatat sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,45% (yoy). Berdasarkan kota sampel inflasi di Bali, inflasi tertinggi masih terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 3,83% (yoy) pada Juni Realisasi inflasi di Singaraja berada di atas inflasi Kota Denpasar yang tercatat sebesar 2,78% (yoy). Meski tercatat relatif tinggi pada triwulan II 2016, inflasi Kota Singaraja pada periode ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,72% (yoy). Terjaganya inflasi Bali pada keseluruhan tahun 2016 merupakan bukti kerja dan sinergi Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam rangkaian kegiatan pengendalian inflasi yang dilakukan melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan sektor rumah tangga. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih tinggi, perilaku berutang yang masih normal, dan risiko kredit yang masih terjaga berdampak minimal pada sistem keuangan. Dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama masih rentan terhadap pelemahan ekonomi global. Meskipun demikian, masih kuatnya ekonomi domestik masih mendukung ketahanan stabilitas keuangan di Bali. Perkembangan penyaluran kredit UMKM menunjukkan peningkatan terlihat dari laju pertumbuhan kredit UMKM dari 12,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 15,49% (yoy) di triwulan II Peningkatan laju penyaluran kredit UMKM didorong oleh peningkatan penyaluran kredit di kategori perdagangan dengan pangsa kredit terbesar (60,75%) yang semula tumbuh 17,37% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 21,17% (yoy). Di samping itu, kategori penyediaan akomodasi makan dan minum juga tercatat mengalami peningkatan dari 20,7% (yoy) menjadi 24,55% (yoy), sehingga turut memberikan dampak positif terhadap kinerja kredit UMKM di triwulan II Perkembangan positif realisasi kredit tersebut diiringi dengan peningkatan kualitas kredit. Hal ini terlihat dari rasio NPL kredit UMKM yang turun dari 2,01% menjadi sebesar 1,92%. Aktivitas transaksi sistem pembayaran tunai Provinsi Bali pada triwulan II 2016 berada pada posisi net outflow, sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, transaksi pembayaran nontunai (dengan mekanisme kliring) mengalami peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan kinerja pertumbuhan ekonomi pada triwulan II KEKR Provinsi Bali Agustus

17 Transaksi jual - beli valas di Provinsi Bali menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data transaksi Penyelenggara KUPVA BB di Provinsi Bali, total transaksi jual - beli valas pada tahun 2015 mencapai Rp 30,17 triliun, meningkat sebesar 8,84% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, sampai dengan bulan Juni 2016, total transaksi jual - beli valas mencapai Rp 14,6 triliun, dengan total pembelian dan penjualan masing-masing sebesar Rp 7,2 dan Rp 7,4 triliun. Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali pada Semester I 2016 mengalami perlambatan dibanding Semester II 2015, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah penduduk yang menganggur (6,76%) yang lebih tinggi dari pertumbuhan jumlah penduduk yang bekerja (0,31%). Kondisi ini berdampak kepada peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang pada Februari 2016 yang tercatat sebesar 2,12%, lebih tinggi dari Agustus 2015 yang sebesar 1,99%. Pada periode yang sama, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 0,23%. Meskipun mengalami perlambatan, kondisi ketenagakerjaan di Bali masih lebih baik dibanding Nasional. Pada periode yang sama, TPT nasional tercatat sebesar 5,05% dan TPAK sebesar 68,06%. Kesejahteraaan masyarakat Bali secara umum menunjukkan peningkatan, sebagaimana tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan dari 4,74% (Maret 2015) menjadi 4,25% pada Maret Sementara dari sisi kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali pada Juli 2016 melanjutkan tren peningkatan. NTP Bali pada Juli 2016 tercatat sebesar 106,67 dan merupakan NTP tertinggi sejak Januari Nilai NTP tersebut juga lebih tinggi dari NTP Nasional yang tercatat sebesar 101,39 pada Juli Perkembangan transaksi jual-beli valas di Provinsi Bali mengalami peningkatan pada triwulan II Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan. Di sisi lain kemiskinan sedikit mengalami penurunan dengan diiringi kualitas hidup masyarakat yang terjaga seiring dengan peningkatan IPM dan penurunan Gini Ratio Dari sisi distribusi pendapatan, kesejahteraan antar penduduk mengalami perbaikan sebagaimana tercermin dari penurunan angka Gini Ratio. Sementara itu, pembangunan manusia di Provinsi Bali berada dalam kondisi yang baik, tercermin dari nilai IPM yang jauh di atas rata-rata nasional dan merupakan IPM tertinggi ke-5 di Indonesia. Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan IV 2016 diperkirakan mengalami peningkatan yaitu akan tumbuh pada kisaran 6,58% - 6,98% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan terutama didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan kinerja ekspor. Sementara itu dari sisi penawaran, peningkatan didorong oleh peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha utama antara lain lapangan usaha pertanian, lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi makan dan minum, serta transportasi dan pergudangan. Dengan berbagai perkembangan tersebut, perekonomian Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2016 diperkirakan akan meningkat dibandingkan dengan Perekonomian Bali triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh kisaran 6,58% - 6,98% (yoy) 16 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

18 Perekonomian Bali tahun 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,15% - 6,55% (yoy) Inflasi Bali 2016 diperkirakan berada dalam kisaran 3,39%±1% (yoy). perekonomian Bali tahun 2015 (6,04% (yoy)). Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 6,15%-6,55% (yoy). Berdasarkan hasil tracking sampai dengan Juli 2016, inflasi Bali diperkirakan akan berada pada kisaran 3,39%±1% (yoy) pada keseluruhan tahun 2016, dan diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, peningkatan inflasi pada triwulan IV 2016 terutama bersumber dari administered prices dan volatile food. Sementara itu tekanan kelompok core inflation relatif stabil. KEKR Provinsi Bali Agustus

19 Tabel Indikator PDRB DAN INFLASI 18 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

20 KREDIT RUMAH TANGGA (LOKASI PROYEK) Miliar Rp Miliar Rp KREDIT KORPORASI (LOKASI PROYEK) Miliar Rp KEKR Provinsi Bali Agustus

21 PERBANKAN BANK UMUM (LOKASI BANK) INDIKATOR PERBANKAN KABUPATEN/KOTA Miliar Rp 20 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

22 SISTEM PEMBAYARAN KEKR Provinsi Bali Agustus

23 Halaman ini sengaja dikosongkan 22 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

24 Foto oleh: Putriana Nurman BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH KEKR Provinsi Bali Agustus

25 24 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

26 1.1. KONDISI UMUM Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1.1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Bali NASIONAL I II III IV I II III IV I II Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi Bali Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016 mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 6,53% (yoy) dengan output riil mencapai Rp 33,9 triliun. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (triwulan I 2016) yang sebesar 6,05% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan II 2016 tersebut juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,18% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, dan konsumsi pemerintah. Sementara, dari sisi penawaran, pertumbuhan perekonomian Bali pada triwulan II 2016 didorong oleh peningkatan kinerja beberapa lapangan usaha yang memiliki share besar terhadap perekonomian Bali, yaitu penyediaan akomodasi makan dan minum, transportasi dan pergudangan, konstruksi, informasi dan komunikasi, serta lapangan usaha lain yaitu pertambangan dan penggalian, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya SISI PERMINTAAN Peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2016 dari sisi permintaan didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi. Konsumsi Pemerintahan didorong oleh peningkatan belanja negara pada triwulan laporan serta pencairan gaji ke 13 dan THR PNS. Pencairan gaji ke 13 dan THR tersebut turut mendorong kinerja konsumsi rumah tangga yang juga mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan liburan sekolah dan hari raya keagamaan (Ramadhan dan Idul Fitri). Sementara itu, Konsumsi LNPRT mengalami peningkatan seiring dengan berlangsungnya kegiatan musyawarah nasional organisasi nonprofit pada triwulan II Di sisi lain, kinerja PMTB dan ekspor luar negeri masih tumbuh meskipun tidak sekuat triwulan sebelumnya. Kinerja ekspor jasa juga meningkat seiring dengan peningkatan kunjungan wisman, namun belum mampu mendorong peningkatan kinerja ekspor luar negeri secara keseluruhan pada periode berjalan. Investasi (pmtb) juga mengalami peningkatan, didorong oleh peningkatan kinerja investasi non bangunan yang tergambar dari impor barang modal yang mengalami peningkatan di triwulan II 2016, dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan PMTB juga didorong oleh optimisme pelaku usaha terhadap perkembangan ekonomi seiring dengan penurunan BI Rate dan perbaikan kondisi makro ekonomi regional. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 25

27 Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen terbesar sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dengan share sebesar 48,98%, yang pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,36% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 7,65% (yoy). Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yaitu Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang menunjukkan rata-rata indeks sepanjang triwulan II 2016 yang mengalami peningkatan. Sejalan dengan kondisi tersebut, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) berdasarkan hasil survei BPS, pada triwulan II 2016 juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terjadi pada konsumsi makan dan minum, konsumsi kesehatan (masuknya musim penghujan yang menyebabkan rentannya penyebaran penyakit), pendidikan (tahun ajaran baru), konsumsi transportasi dan komunikasi, dan konsumsi restoran dan hotel Sumber : BPS Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen I II III IV I II III IV I II Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

28 Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : BPS Grafik 1.6 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Sumber : PLN distribusi Bali Grafik 1.5 Konsumsi Listrik RT Sumber : Liaison KPwBI Bali, diolah Grafik 1.7 Likert Scale Penjualan Domestik Penurunan harga BBM subsidi maupun non subsidi, serta penurunan tarif listrik telah mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga, sehingga turut mendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga pada triwulan II Selain itu, aktivitas musiman berupa perayaan hari raya Idul Fitri dan libur sekolah serta pencairan gaji ke 13 dan 14 PNS turut mendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari hasil survei konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (survei konsumen) dari 87,67 pada triwulan I 2016, menjadi 92,96 pada triwulan II Sejalan dengan kondisi tersebut, Hasil survei dan liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan II 2016, turut mengkonfirmasi peningkatan tersebut, sebagaimana terlihat dari peningkatan signifikan nilai likert scale penjualan domestik yaitu dari sebesar 1,73 pada triwulan I 2016, menjadi sebesar 1,84 di triwulan II Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga khususnya konsumsi transportasi dan komunikasi juga terlihat dari peningkatan jumlah pendaftaran kendaraan pada triwulan II Pendaftaran kendaraan roda empat (mobil) tumbuh dari sebesar 36,21% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 79,79% (yoy) pada triwulan II Peningkatan tersebut seiring dengan adanya pembebasan denda Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 27

29 Sumber : DISPENDA Prov. Bali Grafik 1.8 Pendaftaran Kendaraan Sumber : DISPENDA Prov. Bali Grafik 1.9 Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Sepeda Motor untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) pada 20 Juni Selain itu, peningkatan tersebut juga terjadi sesuai dengan pola musimannya seiring dengan peningkatan aktivitas mudik menjelang Idul Fitri serta menjelang tahun ajaran baru. Peningkatan pendaftaran kendaraan tersebut juga terkonfirmasi dari peningkatan pertumbuhan kredit kendaraan bermotor pada triwulan II Selain kredit kendaraan bermotor, kredit konsumsi lainnya seperti kredit KPR dan kredit Ruko dan Rukan turut mengalami peningkatan. Secara keseluruhan pertumbuhan kredit rumah tangga menunjukkan peningkatan dari sebesar 0,87% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 0,95% (yoy) pada triwulan II Grafik 1.10 Kredit Rumah Tangga Konsumsi LNPRT dan Konsumsi Pemerintah Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) dan konsumsi pemerintah turut mengalami peningkatan. Konsumsi LNPRT mengalami peningkatan dari sebesar 6,72% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 12,17% (yoy) di triwulan II 2016, peningkatan tersebut didorong oleh adanya kegiatan musyawarah nasional organisasi nonprofit yang diikuti oleh peserta dengan total biaya sebesar Rp 66 miliar. Konsumsi Pemerintah juga mencatat peningkatan pertumbuhan dari sebesar 4,91% (yoy) di triwulan I 2016 menjadi sebesar 9,49% (yoy) pada triwulan II Hal ini didorong oleh realisasi belanja yang sebesar 30,36% pada triwulan II 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 24,62%. Peningkatan tersebut sesuai dengan pola musimannya serta realisasi gaji ke 13 dan 14 PNS pada Juni Rp Triliun TW I TW II TW III TW IV Giro Pemerintah ggiro Pemerintah(skala kanan) TW I TW II TW III TW IV Grafik 1.11 Perkembangan Giro Pemerintah TW I TW II %yoy Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

30 Realisasi belanja pegawai pada triwulan II 2016 yang mencapai 38,72%, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 35,34%. Kondisi ini juga terkonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan posisi giro pemerintah pada triwulan II 2016 yang tercatat mengalami kontraksi sebesar -1,74% (yoy) Investasi Kinerja investasi Provinsi Bali triwulan II 2016 mencatat pertumbuhan sebesar 9,49% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding triwulan I 2016 yang sebesar 9,67% (yoy). Perlambatan yang tejadi bersumber dari perlambatan pertumbuhan PMTB dari sebesar 9,54% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 9,46% (yoy) pada triwulan II 2016 dan perlambatan pertumbuhan perubahan inventori dari sebesar 46% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 16,2% (yoy) pada triwulan II Perlambatan investasi tersebut terkonfirmasi dari likert investasi (hasil survei dan liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali) yang mengalami sedikit penurunan dari sebesar 1,41 poin pada triwulan I 2016 menjadi 1,37 poin di triwulan II Berdasarkan hasil survei dan liaison, perlambatan tersebut juga disebabkan masih terdapat beberapa pelaku usaha yang mengambil sikap wait and see untuk menjaga margin perusahaan. Berdasarkan sub komponennya, perlambatan PMTB bersumber dari perlambatan PMTB non bangunan dari sebesar 9,3% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 5% (yoy) pada triwulan II Perlambatan tersebut terlihat dari perlambatan pertumbuhan impor barang modal dari sebesar 309% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -57,26% (yoy) pada triwulan II Peningkatan kinerja PMTB bangunan belum mampu mendorong peningkatan kinerja PMTB secara keseluruhan. Peningkatan tersebut terlihat dari peningkatan pertumbuhan penjualan semen dari sebesar -14,79% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 0,28% (yoy) pada triwulan II Selain itu, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pada triwulan II 2016 turut menunjukkan peningkatan perkembangan investasi dari sebesar -2,82% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 7,9% (SBT) pada triwulan II Berdasarkan hasil survei dan liaison pada triwulan II 2016, secara umum kontak melakukan investasi pengembangan bangunan untuk usaha. Sementara itu, peningkatan investasi bangunan Pemerintah terlihat dari peningkatan realisasi belanja modal pada triwulan II 2016 yang mencapai 26,72%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 14,43%. Peningkatan tersebut didorong oleh pengerjaan proyek infrastruktur strategis berupa Sumber : Survei dan Liaison Bank Indonesia, diolah Grafik 1.12 Likert Investasi Ribu Ton I II III IV I II III IV I II III IV I II Capital Goods g Capital Goods Grafik 1.13 Perkembangan Volume Impor Barang Modal %, yoy (100) (200) Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 29

31 peningkatan kapasitas jalan, jembatan, irigasi, pengamanan pantai dan penyediaan air minum serta pembangunan Rumah Sakit Provinsi Bali dan Rumah Sakit Mata Indera yang ditargetkan selesai di tahun Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha BI Grafik 1.14 Perkembangan Investasi (SBT) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.15 Penjualan Semen Provinsi Bali Neraca Perdagangan Perkembangan neraca perdagangan Provinsi Bali triwulan II 2016, mengalami perlambatan kinerja yang tergambar dari nilai surplus yang sedikit menurun yaitu sebesar Rp 3,4 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan I 2016 (Rp 5,1 triliun). Penurunan nilai surplus tersebut didorong oleh peningkatan defisit neraca perdagangan antar daerah dari sebesar Rp 7,8 triliun pada triwulan I 2016 menjadi sebesar Rp 11,4 triliun pada triwulan II Sementara untuk neraca perdagangan luar negeri mencatatkan peningkatan surplus dari Rp 12,98 triliun di triwulan I 2016 menjadi sebesar Rp 14,9 triliun pada triwulan II Net Ekspor antar Daerah Kinerja net ekspor antar daerah menunjukan sedikit peningkatan, dengan pertumbuhan pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 14,7% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan 14,6% (yoy) pada triwulan I Hal tersebut didorong oleh peningkatan kinerja ekspor antar daerah yang sebesar 6,2% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 8,3% (yoy) pada triwulan II Kondisi tersebut ditopang oleh peningkatan produksi perikanan tangkap yang juga menjadi komoditas andalan ekspor yang mencapai pertumbuhan sebesar 30%, lebih tinggi dibandingkan -61% (yoy) pada triwulan I Disisi lain, impor antar daerah juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar 8,8% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 10,6% (yoy) pada triwulan II Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga, mengingat Provinsi Bali mengimpor sebagian besar kebutuhan pokoknya dari daerah lain. Selain itu, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan turut mendorong permintaan bahan makanan. Ekspor Luar Negeri Pada triwulan II 2016, kinerja ekspor luar negeri (barang dan jasa) Provinsi Bali mencatat pertumbuhan sebesar 11,15% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding triwulan I 2016 yang sebesar 11,68% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh perlambatan ekspor jasa luar negeri pada triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 13,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,5% (yoy). Secara keseluruhan perlambatan ekspor luar negeri searah dengan penurunan Average Room Rate (ARR) hotel hasil survei Perolehan data Properti 30 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

32 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Grafik 1.16 Tingkat Penghunian Kamar Grafik 1.18 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali Sumber: Survei PPKom Bank Indonesia Grafik 1.17 Average Room Rate Bali Komersial (PPKom) yang menunjukkan penurunan pada triwulan II 2016 dan sejalan dengan penurunan TPK hotel berbintang dari sebesar 58,47% pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 57,3% pada triwulan II Di sisi lain, meskipun masih mengalami kontraksi, ekspor barang Provinsi Bali mengalami perbaikan dimana kontraksi pertumbuhan pada triwulan II 2016 tercatat sebesar -9,1% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar -15,2% (yoy). Perbaikan tersebut terkonfirmasi dari peningkatan pertumbuhan nilai ekspor barang dari sebesar -11,6% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 4,94% (yoy) pada triwulan II Perbaikan tersebut didorong oleh perbaikan permintaan negara tujuan ekspor Provinsi Bali. Grafik 1.19 Volume Ekspor Luar Negeri Bali Peningkatan ekspor barang didukung oleh peningkatan kinerja ekspor komoditas utama Provinsi Bali dengan share terbesar antara lain adalah perikanan (27,52%), perhiasan (14,97%), pakaian jadi (14,56%), produk olahan kayu (14,56%), dan furniture (8,42%). Secara umum, peningkatan tersebut seiring dengan mulai meningkatnya permintaan negara tujuan ekspor antara lain Amerika Serikat (untuk produk tekstil) serta negara tujuan ekspor lain di Asia (Jepang, Singapura, Hongkong) dan semakin kompetitifnya harga jual produk (tidak menaikkan harga jual), serta didukung penurunan biaya produksi yang dapat dilakukan oleh contact melalui pengelolaan bahan baku (produk olahan kayu). Peningkatan volume ekspor olahan kayu, juga didorong oleh dihapuskannya penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang berlaku sejak Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 31

33 triwulan IV-2015 (Permendag nomor 89/M-DAG/ PER/10/2015 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan). Penghapusan tersebut berdampak pada penurunan biaya pengiriman ekspor produk olahan kayu, sehingga mendorong peningkatan volume ekspor produk olahan kayu. Peningkatan kinerja ekspor, juga terkonfirmasi dari peningkatan volume dan nilai ekspor untuk produk tekstil dan olahan kayu. Ekspor komoditas perikanan yang memiliki share terbesar terhadap ekspor Provinsi Bali (27,52%) turut menunjukkan peningkatan seiring dengan cuaca yang kondusif dan masih dapat beradaptasinya pelaku usaha di tengah masa penyesuaian kebijakan transshipment yang dilakukan pemerintah pada 29 April 2016 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 1 Tahun 2016 sebagai upaya untuk mendorong peningkatan produksi ikan lokal. Negara tujuan ekspor Provinsi Bali masih didominasi oleh Amerika Serikat, Australia, Jepang, Singapura, dan Hongkong, dengan share masing-masing sebesar 25,6%, 10,24%, 7,73%, 6,64%, dan 4,85%. Pertumbuhan nilai ekspor ke sebagian besar negara tujuan utama tersebut sepanjang triwulan II 2016 mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perbaikan terjadi pada negara tujuan Jepang, Australia, dan Singapura. Sementara untuk negara tujuan Amerika Serikat, meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, nilai ekspor pada triwulan II 2016 masih mampu tumbuh sebesar 4,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 2,25% (yoy) pada triwulan II Kondisi tersebut terutama didorong oleh perbaikan perekonomian Amerika Serikat dibandingkan dengan tahun lalu. Grafik 1.20 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw II 2016 Grafik 1.22 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan % yoy (20) (40) II III IV I II III IV I II III IV I II (60) Perikanan Perhiasan Pakaian Jadi Wood Manufacture Furniture Grafik 1.21 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik 1.23 Pertumbuhan Nilai Ekspor berdasarkan Negara Tujuan 32 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

34 Impor Luar Negeri Perkembangan kinerja impor luar negeri pada triwulan II 2016 di Provinsi Bali tercatat sebesar 26,95% (yoy), lebih rendah dibanding 34,68% (yoy) pada triwulan I Perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan impor barang luar negeri dari sebesar 120,3% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 62,3% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan nilai impor barang Provinsi Bali yang mengalami kontraksi dari sebesar 43,52% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -17,66% (yoy) pada triwulan II Sejalan dengan kondisi tersebut, volume impor barang turut menunjukkan kontraksi sebesar -17,58% (yoy) pada triwulan II Perlambatan kinerja volume dan nilai impor terjadi pada kelompok barang impor capital goods dan consumption goods. Capital goods yang memiliki share sebesar 11% dari total impor mengalami perlambatan pertumbuhan dari sebesar 441,12% pada triwulan I 2016 terkontraksi sebesar -34,48% (yoy) pada triwulan II Hal ini dikarenakan adanya impor kapal pada triwulan sebelumnya membuat nilai impor tercatat tinggi pada periode tersebut. Hal ini membuat capaian impor pada triwulan II 2016 tidak setinggi triwulan I Selain itu, perlambatan pertumbuhan investasi dikarenakan masih terdapat beberapa pelaku usaha (khususnya industri) yang masih wait and see ataupun berinvestasi menggunakan produk lokal turut menjadi penyebab perlambatan impor luar negeri. Sementara consumption goods yang memiliki share sebesar 5% turut mengalami perlambatan tercatat dengan pertumbuhan yang terkontraksi sebesar -35,69% (yoy) pada triwulan II 2016 karena barang konsumsi dalam Pulau Bali dipenuhi Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali Grafik 1.26 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Ribu Ton 5 0 Volume Impor g volume impor (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II % yoy 1,200 1, (200) Grafik 1.25 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali Grafik 1.27 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 33

35 dari dalam negeri dan pemanfaatan ketersediaan stok. Sejalan dengan kondisi tersebut, meskipun mengalami sedikit perbaikan, pertumbuhan impor raw material masih menunjukkan pertumbuhan yang terkontraksi sebesar -0,82% (yoy) pada triwulan II 2016 seiring kecenderungan para pelaku usaha pada triwulan II 2016 untuk memanfaatkan persediaan yang ada ataupun mensubtitusi bahan baku impor dengan bahan baku lokal. Selain itu, berdasarkan hasil survei dan liaison, tertahannya impor juga terjadi karena pembatasan impor untuk buah impor yang digunakan oleh perhotelan. Di sisi lain, kinerja impor jasa Provinsi Bali menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar 18,3% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 19,1% (yoy) pada triwulan II Peningkatan tersebut seiring dengan penambahan tenaga kerja asing pasca implementasi MEA di awal Peningkatan terutama terjadi pada tenaga pariwisata untuk perhotelan terutama hotel dengan jaringan internasional antara lain untuk tenaga chef, serta top level manager Tracking triwulan berjalan : Sisi Permintaan Perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison mengindikasikan potensi peningkatan perekonomian Provinsi Bali pada triwulan III Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2016 diperkirakan berada pada kisaran 6,42% - 6,82% (yoy). Dari sisi permintaan, prakiraan peningkatan kinerja perekonomian bersumber dari seluruh komponen sisi permintaan seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata serta adanya kebijakan akomodatif Pemerintah untuk mendorong kinerja investasi dan kegiatan usaha di Provinsi Bali. Meningkatnya konsumsi rumah tangga diperkirakan terjadi seiring dengan dampak pencairan gaji ke 14 PNS. Hal ini terkonfirmasi dari hasil survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan nilai indeks untuk ketiga indikatornya di periode Juli Indeks keyakinan konsumen menunjukkan peningkatan dari 100,31 pada triwulan II 2016 menjadi 102,92 di Juli Menguatnya konsumsi RT, juga tercermin oleh peningkatan Indeks kondisi ekonomi saat ini dari 94,83 pada triwulan II 2016 menjadi 99 Juli Sementara itu, indeks ekspektasi konsumen mengalami peningkatan dari 105,73 pada triwulan II 2016 menjadi 106,83 pada Juli Peningkatan konsumsi rumah tangga di periode triwulan berjalan, juga didorong oleh optimisme konsumen seiring dengan penurunan suku bunga kredit konsumsi dan rencana implementasi ketentuan relaksasi LTV untuk kredit pemilikan rumah (KPR) di Agustus Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi Pemerintah diperkirakan turut mengalami peningkatan seiring dengan tren realisasi (belanja) keuangan APBD Provinsi Bali yang terus mengalami peningkatan. Sampai dengan posisi bulan Juli 2016, realisasi keuangan telah mencapai 37%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 36,26% dan periode Juni 2016 yang sebesar 30,16%. Peningkatan tersebut seiring dengan telah mulai berjalannya beberapa proyek dan pengadaan barang untuk tahun Meskipun demikian, pemangkasan anggaran dapat berpotensi menahan peningkatan kinerja konsumsi pemerintah yang lebih tinggi. Investasi pada triwulan III 2016 diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan rencana relaksasi ketentuan LTV, pemberlakuan Tax Amnesty serta suku bunga perbankan yang akomodatif. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil survei dan liaison Bank Indonesia dimana pelaku usaha mengaku optimis terhadap perkembangan ekonomi dengan didukung oleh upaya Pemerintah untuk 34 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

36 mempermudah investasi serta reformulasi kebijakan 7 days repo rate yang telah efektif pada Agustus Perkiraan peningkatan tersebut terkonfirmasi dari hasil perkiraan perkembangan investasi SKDU yang mengalami peningkatan dari sebesar 7,9% (SBT) pada triwulan II 2016 menjadi sebesar 10,56% (SBT) pada triwulan III Sejalan dengan perkiraan peningkatan tersebut, realisasi fisik APBD Provinsi Bali turut menunjukkan peningkatan dari sebesar 46,05% di Juni 2016 menjadi sebesar 52,36% pada Juli Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata sesuai dengan pola musimannya sebagai dampak kegiatan libur sekolah dan libur musim panas Australia dan Eropa. Dari sisi ekspor barang, peningkatan didorong oleh kinerja ekspor seiring dengan mulai membaiknya kondisi ekonomi beberapa negara tujuan ekspor dan upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor oleh pelaku ekspor. Selain itu, masa produksi ikan tuna yang diperkirakan akan berlangsung pada Agustus 2016 berpotensi mendorong peningkatan ekspor ikan yang merupakan komoditas ekspor utama. Masih dapat beradaptasinya pelaku usaha di tengah masa penyesuaian kebijakan transshipment yang dilakukan pemerintah pada 29 April 2016 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 1 Tahun 2016 sebagai upaya untuk mendorong peningkatan produksi ikan I II III IV I II III IV I II III* Sumber : Hasil Survei dan Liaison Bank Indonesia Grafik 1.28 Likert Scale Perkiraan Perkembangan Investasi I II III IV I II III IV I II III* Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.29 Perkiraan Perkembangan Investasi lokal berpotensi mendorong peningkatan ekspor tuna segar dengan pertumbuhan mencapai 112% (yoy) pada Juni 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 32,56% (yoy) dan periode yang sama tahun lalu sebesar -65,10% (yoy) SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016, didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha utama Provinsi Bali. Kondisi tersebut mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha terkait yaitu lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, serta lapangan transportasi dan pergudangan. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan kinerja konsumsi seiring dengan masuknya musim liburan sekolah, bulan Ramadhan, serta menjelang Idul Fitri yang mendorong aktivitas mudik musiman. Sejalan dengan peningkatan tersebut, beberapa lapangan usaha lainnya turut mengalami peningkatan antara lain lapangan usaha pertambangan, listrik dan gas, administrasi pemerintahan dan jasa pendidikan. Lapangan usaha administrasi pemerintahan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kinerja konsumsi Pemerintah. Sementara itu, sesuai dengan pola musimannya, tahun ajaran baru mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha jasa Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 35

37 Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy)* Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali * Tahun Dasar 2010 pendidikan. Di sisi lain, berlangsungnya panen raya padi pada triwulan II 2016 belum mampu mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan secara keseluruhan. Struktur perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016, didominasi oleh 5 komponen lapangan usaha utama antara lain: (1) penyediaan akomodasi makan dan minum (23%), (2) pertanian, kehutanan dan perikanan (15%), (3) konstruksi (9%), (4) transportasi dan pergudangan (9%), dan (5) perdagangan besar dan eceran (8%). Dominasi industri pariwisata masih terlihat dari total pangsa lapangan usaha terkait dengan industri pariwisata yang mencapai 31%. Sementara itu, berdasarkan dari sumbangan pertumbuhan ekonominya, lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum serta 36 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

38 lapangan usaha konstruksi menjadi lapangan usaha yang memiliki sumbangan tertinggi masing-masing sebesar 1,41% dan 0,9%. Di sisi lain, lapangan usaha pertanian yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan II 2016, mengalami penurunan sumbangan secara signifikan menjadi hanya sebesar -0,01% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,02% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1.30 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan II 2016 JASA LAINNYA JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JASA PERUSAHAAN REAL ESTATE JASA KEUANGAN DAN ASURANSI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, DAN REPARASI KONSTRUKSI PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH PENGADAAN LISTRIK DAN GAS INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1.31 Andil Kategori terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan II Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Perkembangan lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami peningkatan kinerja pada triwulan II 2016 yang tumbuh sebesar 7,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang sebesar 6,61% (yoy). Peningkatan kinerja lapangan usaha ini terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di triwulan II 2016 yang menunjukkan peningkatan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk lapangan usaha ini dari sebesar -4,54% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 4,31% (SBT) di triwulan II Peningkatan kinerja lapangan usaha ini juga didorong oleh adanya faktor musiman, yaitu musim liburan sekolah serta menjelang hari raya Idul Fitri serta menjelang periode libur musim panas di benua Eropa dan Australia yang mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik (wisdom) dan wisatawan mancanegara (wisman). Peningkatan wisman juga didorong oleh penambahan direct flight dan chartered flight dari dan ke Bali dari beberapa negara asal wisman serta implementasi penambahan negara bebas visa dengan total 169 negara sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 pada Maret Selain itu, peningkatan juga didorong oleh pelaksanaan kegiatan Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE) sepanjang triwulan II 2016, beberapa di antaranya adalah Bali Interhash 2016 dengan jumlah peserta mencapai wisman dan Bali Coaltrans 2016 serta pelaksanaan event nasional musyawarah nasional organisasi nonprofit I II III IV I II Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.32 Perkembangan Usaha Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (SBT) Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 37

39 Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1.33 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1.35 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali Peningkatan kinerja lapangan usaha ini terlihat dari peningkatan kunjungan wisman pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 21,84%(yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 15,27%(yoy). Peningkatan kunjungan wisman pada triwulan II 2016 terjadi pada sebagian besar negara utama asal wisman antara lain Australia, Tiongkok, dan Jepang. Setelah pada periode sebelumnya mengalami perlambatan, wisman asal Australia mulai menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar 2,5% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 17,97% (yoy) pada triwulan II 2016 seiring dengan peningkatan persepsi keuangan rumah tangga Australia 1. Sementara itu berdasarkan share negara asal wisman, kunjungan wisman asal Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1.34 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Australia menempati peringkat pertama yang pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 25% diikuti oleh wisman asal Tiongkok dengan share sebesar 18%. Pada periode triwulan II 2016 ini, dampak nyata dari pembebasan visa mulai terlihat dari peningkatan wisman asal Inggris sehingga menjadi negara utama asal wisman ketiga dengan share sebesar 5% Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Kategori transportasi dan pergudangan mengalami peningkatan dari sebesar 6,25%(yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 6,93% (yoy) pada triwulan II Peningkatan tersebut searah dengan peningkatan kinerja industri pariwisata yang mendorong peningkatan penggunaan transportasi ke Pulau Bali baik transportasi udara maupun transportasi laut. Selain itu, peningkatan lapangan usaha ini juga didorong oleh aktivitas mudik menjelang Idul Fitri serta liburan sekolah yang terkonfirmasi dari peningkatan kegiatan usaha sektor pengangkutan dan komunikasi hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia yang menunjukkan perbaikan dari kontraksi dari sebesar -2,06% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -0,34% (SBT) pada triwulan II Kondisi tersebut juga sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kredit transportasi dan pergudangan pada triwulan II 2016 yang mencapai 1 Statement On Monetary Policy Reserve Bank of Australia (RBA) August 2016 : Household perceptions of personal finances menunjukkan peningkatan pada beberapa bulan terakhir. 38 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

40 I II III IV I II Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.36 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi (SBT) Sumber : BUMN Grafik 1.38 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Bandara Ngurah Rai Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan 33,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2016 yang sebesar 30,6% (yoy). Transportasi Udara Peningkatan kinerja lapangan usaha transportasi terkonfirmasi dari peningkatan kinerja transportasi udara baik penumpang dan kargo. Seiring dengan peningkatan kedatangan wisatawan, pertumbuhan kedatangan jumlah penumpang mengalami peningkatan dari sebesar 18,28% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 22,75% (yoy) pada triwulan II Selaras dengan jumlah kedatangan penumpang, kargo internasional turut mengalami peningkatan pertumbuhan dari sebesar -0,13% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 0,265% (yoy) pada triwulan II Sumber : BUMN Grafik 1.39 Jumlah Keberangkatan Kargo Internasional Bandara Ngurah Rai Transportasi Laut Pada triwulan II 2016 perkembangan kinerja transportasi laut turut mengalami peningkatan seiring dengan arus mudik menjelang hari raya Idul Fitri dan liburan sekolah yang mendorong transportasi dari dan ke Pulau Bali. Selain itu, penurunan biaya penyebrangan Ketapang-Gilimanuk (dengan rata-rata penurunan tarif penyeberangan sebesar 2,5%), turut mendorong kinerja lapangan usaha ini. Peningkatan tersebut terlihat dari peningkatan pertumbuhan arus penumpang dari sebesar 14,06% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 52,21% (yoy) pada triwulan II Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 39

41 Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1.40 Arus Penumpang Angkutan Laut Provinsi Bali Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.42 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali Lapangan Usaha Konstruksi Seiring dengan peningkatan kinerja komponen investasi, lapangan usaha konstruksi, dan real estate juga mengalami peningkatan. Lapangan usaha konstruksi mengalami peningkatan dari sebesar 7,62% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 9,73% (yoy) pada triwulan II Peningkatan ini diindikasikan oleh peningkatan penjualan semen pada triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 0,28% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I 2016 yang sebesar -14,98% (yoy). Selain itu, peningkatan kinerja lapangan usaha ini terlihat dari peningkatan kegiatan usaha sektor bangunan dari sebesar 0% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 2,45% pada triwulan II Peningkatan kinerja lapangan usaha ini juga terindikasi dari realisasi belanja modal APBD Provinsi I II III IV I II Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.41 Kegiatan Usaha Sektor Bangunan Bali triwulan II 2016 yang telah mencapai 26,72%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 14,43%. Peningkatan tersebut seiring dengan realisasi proyek infrastruktur antara lain pembangunan irigasi, pembangunan prasarana pengendalian banjir, dan pengamanan pantai Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Pada triwulan II 2016, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari sebesar 8,78% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 6,85% (yoy) pada triwulan II Perlambatan tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran yang menunjukkan pertumbuhan yang terkontraksi pada triwulan II 2016 sebesar -10,87% (yoy) (Perlambatan pada lapangan usaha ini seiring dengan minimnya faktor musiman keagamaan Hindu dibandingkan dengan periode sebelumnya (Galungan, Nyepi, Kuningan)). Berlangsungnya bulan Ramadan serta menjelang perayaan hari raya Idul Fitri belum mampu mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Selain itu, masyarakat lebih banyak mengalokasikan pendapatannya untuk pengeluaran pendidikan seiring 40 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

42 Sumber : Survei Penjualan Eceran Grafik 1.43 Perkembangan Total Penjualan Sumber : DISPENDA Prov. Bali Grafik 1.45 Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Sepeda Motor Sumber : Survei Penjualan Eceran Grafik 1.44 Perkembangan Penjualan Kelompok Komoditas dengan tahun ajaran baru serta untuk transportasi mudik menjelang Idul Fitri. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, yang menunjukkan kontraksi pertumbuhan pada sebagian besar kelompok komoditas antara lain kelompok makanan, minuman, dan tembakau, pakaian jadi dan tekstil, suku cadang, serta barang kerajinan dan mainan. Perlambatan juga terlihat dari pertumbuhan pendaftaran kendaraan bermotor roda dua yang masih terkontraksi sebesar -12,08% (yoy) pada triwulan II 2016 yang berbeda dengan pola musimannya yang cenderung mengalami peningkatan menjelang tahun ajaran baru. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan Sumber : DISPENDA Prov. Bali Grafik 1.46 Pendaftaran Kendaraan oleh tahun ajaran baru yang mendekati perayaan Idul Fitri sehingga konsumen cenderung menahan pengeluaran untuk membeli kendaraan roda dua. Di sisi lain, pertumbuhan pendaftaran kendaraan roda empat mengalami peningkatan seiring dengan adanya pembebasan denda untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) pada 20 Juni 2016, sehingga secara keseluruhan pendaftaran kendaraan bermotor di Provinsi Bali pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 41

43 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami penurunan pertumbuhan dari sebesar 0,15% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -0,05% (yoy) pada triwulan II Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja sub kategori perkebunan seiring dengan penurunan produksi pisang dan jeruk yang mengalami kemunduran masa panen ke triwulan III 2016 akibat anomali cuaca. Selain itu, komoditas jagung turut mengalami penurunan seiring dengan anomali cuaca (hujan) sehingga terdapat kerusakan 120 hektar tanaman jagung dikarenakan batang yang berair. Perlambatan tersebut tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia yang masih menunjukkan kegiatan dunia usaha sektor pertanian yang terkontraksi sebesar -3,64% (SBT) pada triwulan II Disamping itu, meskipun terdapat panen raya padi, pertumbuhan produksi padi di Provinsi Bali mengalami perlambatan yang masih terkontraksi sebesar -8,16% (yoy) pada triwulan II Perlambatan pada lapangan usaha ini juga terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan kredit pertanian dari sebesar 21,51% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 18,63% (yoy) pada triwulan II Peningkatan pertumbuhan tangkapan ikan PPN Pengambengan dari sebesar -61% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 30% (yoy) pada triwulan II 2016 belum mampu mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian pada triwulan II I II III IV I II Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.47 Perkembangan Kategori Pertanian Grafik 1.49 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian Ton I II III IV I II %,yoy ton 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Hasil Tangkapan Ikan g Tangkapan Ikan (skala kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II %,yoy Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Grafik 1.48 Perkembangan Produksi Padi di Bali Sumber : PPN Pengambengan Grafik 1.50 Perkembangan Produksi Ikan Pengambengan 42 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

44 Lapangan Usaha Industri Pengolahan Pada triwulan II 2016, pertumbuhan lapangan industri pengolahan tercatat sebesar 2,08% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,76%(yoy). Berdasarkan hasil survei dan liaison, perlambatan terjadi seiring dengan pemanfaatan persediaan stok yang telah diproses pada periode sebelumnya untuk pemenuhan permintaan pada triwulan II Masih dapat beradaptasinya pelaku usaha di tengah masa penyesuaian kebijakan transshipment yang dilakukan pemerintah pada 29 April 2016 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 1 Tahun 2016 sebagai upaya untuk mendorong peningkatan produksi ikan lokal masih belum dapat mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1.51 Indikator Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) I II III IV I II Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 1.52 Kegiatan Usaha Industri Pengolahan Grafik 1.53 Kredit Kategori Industri industri pengolahan. Perlambatan ini bersumber dari perlambatan pertumbuhan Indeks Indikator Industri Besar Sedang (IBS) dan Indeks Manufaktur Mikro Kecil dan Menengah (IMK). IBS mengalami perlambatan dari sebesar 0,41% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -5,89% (yoy) pada triwulan II Sementara itu, IMK mengalami perlambatan 12,34% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 8,99% (yoy) pada triwulan II Perlambatan tersebut juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukan penurunan dari sebesar 0,41% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -0,33%(SBT) pada triwulan II Perlambatan tersebut juga terkonfirmasi dari perlambatan kredit industri pengolahan dari sebesar 21,98% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 17,5% (yoy) pada triwulan II Tracking Triwulan Berjalan : Sisi Penawaran Memasuki triwulan III 2016, perkiraan peningkatan dari sisi penawaran didorong oleh peningkatan lapangan usaha utama Provinsi Bali. Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata. Beberapa kunjungan wisman yang telah terkonfirmasi adalah kedatangan turis asal Tiongkok pada bulan Juli 2016 serta wisman asal Polandia yang Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 43

45 akan mendatangi Provinsi Bali pada triwulan berjalan. Selain itu, penambahan negara bebas visa berpotensi semakin mendorong kunjungan wisman ke Provinsi Bali yang sudah terkonfirmasi dari peningkatan kunjungan wisman asal Inggris dan menjadi negara ke tiga asal wisman terbesar pada triwulan II Sejalan dengan peningkatan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran turut mengalami peningkatan yang terkonfirmasi dari hasil survei penjualan eceran yang menunjukkan perbaikan dari sebesar -8,00% (yoy) pada Juni 2016, menjadi sebesar 0,65% (yoy) pada bulan Juli Peningkatan lapangan usaha ini, juga didorong oleh dampak pembayaran gaji PNS ke 14 yang telah dibayarkan pada akhir Juni 2016 serta masuknya tahun ajaran baru di Juli 2016 yang mendorong peningkatan pembelian peralatan, perlengkapan dan seragam sekolah. Dari sisi pertanian, perkiraan peningkatan didorong oleh pergeseran musim panen komoditas hortikultura berupa jeruk, jagung dan kelapa serta pisang menjadi Juli-Agustus 2016 akibat pengaruh hujan yang mulai terjadi di triwulan II Kondisi ini akan mendorong peningkatan kinerja pertanian dari sub kategori hortikultura. Selain itu, adanya perbaikan jaringan irigasi primer (menggunakan anggaran APBN yang merupakan pengelolaan Balai Sungai), yang diperkirakan akan selesai pada akhir Agustus, berpotensi akan mendorong peningkatan produksi di triwulan III dan IV tahun Perbaikan irigasi mencakup luasan lahan sebesar hektar yang tersebar di Kab. Gianyar, Tabanan, Klungkung yang diperkirakan selesai pada Agustus Selain itu, program pengembangan produksi cabe (Dinas Pertanian Provinsi Bali) seluas 80 hektar di Gianyar dan Klungkung diperkirakan akan mulai panen di Agustus Industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan III 2016 seiring dengan masih dapat beradaptasinya pelaku usaha di tengah masa penyesuaian kebijakan transshipment yang dilakukan pemerintah pada 29 April 2016 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 1 Tahun 2016 sebagai upaya untuk mendorong peningkatan produksi ikan lokal diperkirakan akan mendorong peningkatan kinerja industri perikanan khususnya yang berbahan baku ikan tuna. Selain itu, ekspor industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan permintaan dengan didukung oleh diversifikasi pemasaran berpotensi mendorong peningkatan lapangan usaha ini. Lapangan usaha konstruksi turut mengalami peningkatan, seiring dengan perbaikan ekspektasi seiring dengan berkurangnya ketidakpastian global serta mulai turunnya tingkat suku bunga perbankan khususnya suku bunga kredit konstruksi (merespon penurunan BI Rate). Selain itu, relaksasi ketentuan LTV untuk KPR dan penurunan suku bunga KPR berpotensi mendorong peningkatan permintaan rumah yang pada gilirannya meningkatkan lapangan usaha konstruksi. Program tax amnesty juga berpotensi mendorong peningkatan permintaan rumah tinggal. Dari sisi Pemerintah, sesuai dengan pola musimannya, realisasi pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah mengalami peningkatan di triwulan III 2016, terlihat dari realisasi belanja pada triwulan II 2016 yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III dan IV Proyek infrastruktur yang akan berlangsung pada tahun 2016 antara lain adalah peningkatan kapasitas jalan, jembatan, irigasi dan penyediaan air minum serta pembangunan Rumah Sakit Provinsi Bali dan Rumah Sakit Mata Indera. 44 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

46 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 1.54 Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha 1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI Provinsi Bali yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata, telah berhasil mencuri perhatian wisatawan domestik dan internasional sebagaimana terlihat dari kontribusi pendapatan sektor pariwisata yang mencapai lebih dari 30% selama beberapa tahun terakhir. Sejalan dengan berkembangnya pariwisata di Provinsi Bali, dominasi pendapatan ekonomi di Provinsi Bali juga terjadi pada Kabupaten/Kota dengan dukungan infrastruktur pariwisata dan lokasi pariwisata yang dominan dimiliki oleh daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan atau sering disebut SARBAGITA. SARBAGITA sendiri mendominasi pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dengan share sebesar 69% masing-masing sebesar 22%, 23%, 11%, dan 10%. Sementara share terkecil dimiliki oleh Kabupaten Bangli sebesar 3%. Sejalan dengan kondisi tersebut, angka pertumbuhan tertinggi pada tahun 2015 dicapai oleh Kabupaten Gianyar yang sebesar 6,34% (yoy) yang menjadi bagian SARBAGITA. Sementara, angka pertumbuhan ekonomi terendah dicapai oleh Kabupaten Karangasem yang sebesar 6,00% (yoy) pada tahun Meskipun demikian, kabupaten yang berada di Bali Utara yaitu Bangli dan Klungkung berhasil mencatat peningkatan pertumbuhan pada tahun 2015, berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang secara total mengalami perlambatan di tahun Denpasar 22% Buleleng 14% Karangasem 7% Jembrana 6% Bangli 3% Tabanan 10% Klungkung 4% Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1.55 Share PDRB Kab/Kota Provinsi Bali Badung 23% Gianyar 11% Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah Tabel 1.3 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (%,yoy) Kabupaten Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Jembrana Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 45

47 Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah Grafik 1.56 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Secara umum, sejalan dengan pertumbuhan perekonomian Provinsi Bali secara keseluruhan, share PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali didominasi oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum dan lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan dengan rata-rata masing-masing sebesar 19,8% dan 16,7%. Kabupaten Bangli mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan dari 5,82%(yoy) pada tahun 2014 menjadi sebesar 6,21%(yoy) pada tahun Peningkatan tersebut didorong oleh share lapangan usaha pertanian yang mendominasi sebesar 27,3% dan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum sebesar 13,03% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Industri Pengolahan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib TABANAN BADUNG GIANYAR KLUNGKUNG BANGLI KARANGASEM BULELENG DENPASAR JEMBRANA Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah Grafik 1.57 Share Lapangan Usaha Utama PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

48 SERI KEBANKSENTRALAN RELAKSASI KETENTUAN LTV DAN FTV Dalam rangka mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi khususnya sektor properti dan upaya mendorong penyaluran kredit perbankan, Bank Indonesia telah mengkaji rencana pelaksanaan relaksasi terkait dengan ketentuan Loan To Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) untuk pembiayaan kredit pemilikan rumah tapak (KPR), rumah susun atau rumah toko. Sebelumnya pada periode Juni 2015, telah dilakukan relaksasi ketentuan untuk LTV dan FTV untuk KPR, yang berubah dari sebelumnya pembiayaan untuk fasilitas kredit ke satu sebesar 70% (down payment sebesar 30%) berubah menjadi pembiayaan sebesar 80% (down payment 20%), yang juga diikuti oleh relaksasi untuk fasilitas kredit ke 2 dan ke 3 untuk properti. Relaksasi ketentuan tersebut ternyata telah dapat mendorong pertumbuhan kredit properti, namun belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan kredit KPR secara nasional dan regional Bali. Pertumbuhan tahunan kredit KPR di Bali sepanjang Juni 2015-Juni 2016 rata-rata tumbuh sebesar 5,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan (yoy) rata-rata KPR di periode Juni 2014-Juni 2015 yang tumbuh sebesar 12,19% (yoy). Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian nasional yang telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, tingkat kualitas kredit KPR yang tetap baik, perkembangan kredit perbankan yang tumbuh melambat dan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia memandang perlu untuk dilakukannya pelonggaran kebijakan di bidang makroprudensial melalui relaksasi ketentuan LTV dan financing to value (FTV), untuk kredit pembiayaan properti (rumah tapak, rumah susun atau ruko) setelah sebelumnya dilakukan pengkajian terhadap kebijakan LTV dan FTV. Dengan pertimbangan tersebut, Bank Indonesia kembali menyempurnakan ketentuan mengenai tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PBI LTV/FTV). Hal tersebut, dilakukan untuk mendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan perlindungan konsumen. Penyempurnaan ketentuan dilakukan melalui penerbitan ketentuan baru, yaitu PBI No.18/16/PBI/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PBI LTV/FTV), berlaku sejak 29 Agustus Dalam penyempurnaan kali ini, terdapat 4 (empat) penyempurnaan pokok ketentuan, yaitu: 1. Perubahan rasio dan tiering untuk Kredit Properti (KP) atau Pembiayaan Properti (PP) untuk fasilitas ke-1, fasilitas ke-2, fasilitas ke-3 dan seterusnya sehingga rasio LTV dan rasio FTV paling besar sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut : Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 47

49 2. Penyesuaian persyaratan Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) secara total untuk penggunaan rasio LTV untuk KP dan rasio FTV untuk PP dari gross menjadi net, dengan rincian sebagai berikut : a. rasio Kredit bermasalah dari total Kredit atau rasio Pembiayaan bermasalah dari total Pembiayaan secara bersih (net) kurang dari 5% (lima persen); dan b. rasio KP bermasalah dari total KP atau rasio PP bermasalah dari total PP secara bruto (gross) kurang dari 5% (lima persen). 3. Kredit tambahan (top up) oleh Bank Umum dan Pembiayaan baru oleh Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah yang merupakan tambahan dari pembiayaan sebelumnya menggunakan Rasio LTV KP atau rasio FTV PP yang sama sepanjang KP atau PP tersebut memiliki kualitas lancar. Hal yang sama juga berlaku untuk KP atau PP yang diambil alih (take over) dengan kredit tambahan (top up) atau disertai dengan Pembiayaan baru. 4. KP atau PP untuk pemilikan Properti yang belum tersedia secara utuh diperbolehkan sampai dengan urutan fasilitas kedua dengan pencairan bertahap. Dengan penyempurnaan ketentuan ini, diharapkan dapat mendorong fungsi intermediasi perbankan dalam rangka meningkatkan permintaan domestik guna terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi. Relaksasi ketentuan LTV dan FTV ini yang berbarengan dengan implementasi kebijakan tax amnesty serta mulai membaiknya perkembangan ekonomi nasional dan regional Bali, diharapkan dapat menjadi stimulus sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun Kebijakan ini juga akan berpotensi meningkatkan gairah dan menjadi pendorong pelaku usaha properti, khususnya pengembang rumah tapak di Bali untuk melakukan ekspansi dan pengembangan produk baru. 48

50 Foto oleh: Agus Mulyawan Dana Foto oleh: Umran Usman BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 49

51 50 Keuangan Pemerintah

52 2.1. GAMBARAN UMUM Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD secara garis besar terdiri atas pendapatan daerah dan belanja-transfer daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sementara belanja daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Sehingga APBD menggambarkan arah dan skala prirotas serta kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya. Dalam penyusunan APBD, diharapkan setiap daerah dapat melakukan sinergi dengan kebijakan penganggaran dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat. Anggaran keuangan pemerintah daerah di Bali terdiri atas anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota) dan keuangan pemerintah pusat di daerah (APBN di Bali), dengan share terbesar adalah anggaran APBD Kabupaten/ Kota. Pada tahun anggaran 2016, pagu anggaran belanja keuangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat di Bali mencapai Rp 31,42 triliun yang terbagi atas APBD Provinsi 19%, APBD Kabupaten/Kota sebesar 54% dan APBN di Bali 27%. Sementara itu, pagu pendapatan daerah pada tahun 2016 sebesar Rp 21,61 triliun terbagi atas APBD Provinsi sebesar 26% dan APBD Kabupaten/Kota sebesar 74%. Realisasi belanja sampai dengan triwulan II 2016, mencatat porsi terbesar dikontribusikan oleh realisasi belanja APBD Kab/Kota, dibandingkan dengan kelompok belanja lainnya. Realisasi belanja APBD Kab/Kota di triwulan II 2016 mencapai Rp 5,52 triliun atau sebesar 51,56% dari total realisasi belanja Pemerintah di Provinsi Bali di triwulan laporan. Sementara itu, realisasi belanja APBN di Provinsi Bali pada triwulan laporan mencapai Rp 3,37 triliun atau sebesar 31,55% dari total realisasi belanja pemerintah di Provinsi Bali. Sementara itu, realisasi belanja APBD Provinsi mencapai Rp 1,81 triliun atau sebesar 16,88% dari total realisasi belanja pemerintah. Secara umum, perkembangan realisasi belanja dan pendapatan pemerintah pada triwulan laporan dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi, perkembangan ekonomi regional Bali triwulan berjalan yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, adanya faktor musiman yaitu perayaan hari keagamaan sehingga mendorong realisasi belanja pemerintah khususnya belanja pegawai melalui pembayaran gaji PNS ke-13 dan THR (gaji ke- 14). Selain itu, akselerasi pembangunan proyek infrastruktur dalam upaya meningkatkan konektivitas ikut mendorong peningkatan realisasi belanja modal dan kebijakan pemutihan untuk pajak kendaraan oleh Provinsi Bali yang mulai berlaku 20 Juni 2016 menahan laju Pendapatan Asli Daerah (PAD) REALISASI APBD PROVINSI BALI TRIWULAN II 2016 Realisasi pendapatan pemerintah daerah menunjukkan perlambatan di periode triwulan II 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi belanja, justru menunjukkan peningkatan untuk periode yang sama. Serapan pendapatan triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp 2,572 triliun atau sebesar 45,78% terhadap pagu APBD Capaian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan serapan pendapatan pada triwulan II 2015 yang sebesar 49,38%. Sementara itu, realisasi belanja triwulan II 2016 sebesar Rp 1,806 triliun atau sebesar 30,36% dari pagu anggaran, meningkat dibandingkan dengan realisasi belanja triwulan II 2015 yang terserap sebesar 25,15%. Keuangan Pemerintah 51

53 Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Provinsi Bali (Rp Miliar) Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali Secara nominal, jumlah pendapatan yang terserap pada triwulan II 2016 lebih tinggi dibandingkan triwulan II Tercatat, realisasi pendapatan di triwulan laporan sebesar Rp 2,572 triliun, meningkat sebesar 6,30% dibandingkan penyerapan triwulan II 2015 yang sebesar Rp 2,42 triliun. Serapan pendapatan di triwulan laporan juga mengalami peningkatan sebesar 17,63% dibandingkan penyerapan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 1,182 triliun. Begitu pula dengan belanja yang meningkat menjadi Rp 1,81 triliun atau naik sebesar 29,13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 468,81 miliar, realisasi pendapatan di triwulan laporan meningkat sebesar 285%. Pemerintah Provinsi Bali tercatat mengalami surplus pada triwulan II 2016, yaitu sebesar Rp 766,48 miliar seiring dengan realisasi pendapatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan realisasi belanja. Kondisi yang mencatatkan surplus ini serupa dengan pola belanja pemerintah triwulan II selama kurun waktu lima tahun terakhir. Suprlus pada triwulan II 2016 lebih rendah dibandingkan triwulan II 2015 yang tercatat sebesar Rp 1,02 triliun Penyerapan Pendapatan Triwulan II 2016 Total anggaran pendapatan Pemprov Bali tahun 2016 sebesar Rp 5,62 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 14,66% dibandingkan APBD tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 4,9 triliun. Peningkatan tertinggi berasal dari pendapatan transfer (dana perimbangan) yang meningkat 71,66% menjadi Rp 1,95 triliun dari sebelumnya Rp 1,13 triliun. Peningkatan ini terutama didorong oleh meningkatnya Dana Alokasi Khusus, dengan share anggaran terbesar dipergunakan untuk anggaran untuk Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Peningkatan juga terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meningkat sebesar 13,08% menjadi Rp 3,38 triliun dari sebelumnya Rp 2,99 triliun. Sementara itu, komponen lain-lain pendapatan yang sah di periode yang sama mengalami penurunan sebesar -61,25% dibandingkan perode yang sama tahun sebelumnya Penyerapan Pendapatan APBD Provinsi Bali Triwulan II 2016 Total pagu anggaran pendapatan Pemrov Bali tahun 2016 sebesar Rp 5,62 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 14,66% dibandingkan pagu anggaran pendapatan tahun 2015 yang tercatat 52 Keuangan Pemerintah

54 Tabel 2.2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali (Rp Miliar) Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali sebesar Rp 4,90 triliun. Peningkatan pagu anggaran tertinggi berasal dari dana pendapatan transfer yang meningkat sebesar 71,66% menjadi Rp 1,956 triliun dari sebelumnya Rp 1,134 triliun. Peningkatan ini utamanya didorong oleh meningkatnya Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang sejak tahun 2016 BOS SMA/SMK dikelola oleh Dinas Pendidikan Provinsi dari sebelumnya dikelola oleh Kabupaten/Kota. Peningkatan juga terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meningkat sebesar 13,08% menjadi Rp 3,379 triliun dari sebelumnya Rp 2,988 triliun. Sementara itu, komponen lain-lain pendapatan yang sah menurun sebesar 62,25% menjadi Rp 294,03 miliar dari sebelumnya Rp 778,98 miliar. Penyerapan pendapatan Provinsi Bali sampai dengan triwulan II 2016 sebesar 45,78% dari APBD 2016, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang sebesar 49,38%. Realisasi di triwulan ini juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata realisasi pendapatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir yang sebesar 50,51%. Rendahnya pencapaian realisasi pendapatan tersebut akibat penerimaan yang lebih rendah di seluruh komponen, baik PAD, pendapatan transfer dan lain-lain pendapatan yang sah. Secara nominal, realisasi pendapatan pada periode triwulan II 2016 tetap mengalami pertumbuhan dibanding triwulan II 2015, dengan pertumbuhan sebesar 6,30%. Pertumbuhan ini, terutama didorong oleh pertumbuhan komponen dana transfer sementara Keuangan Pemerintah 53

55 untuk, komponen lainnya justru mengalami penurunan nilai nominal realisasi penyerapan pendapatan (PAD dan lain-lain pendapatan yang sah). Penurunan realisasi PAD dan penurunan realisasi penyerapan pendapatan transfer ikut mempengaruhi realisasi penyerapan pendapatan daerah pada periode triwulan II Hal tersebut dikarenakan, sumber utama pendapatan daerah Provinsi Bali berasal dari kedua pos tersebut. Pangsa realisasi penyerapan dana PAD terhadap realisasi penyerapan total pendapatan di triwulan II 2016 adalah sebesar 57,18%, lebih tinggi bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 51,82%. Peningkatan pangsa ini, terutama didorong oleh adanya peningkatan di sub komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Peningkatan pada sub komponen ini, terutama didorong oleh adanya peningkatan realisasi pendapatan dari laba atas penyertaan modal Pemerintah Provinsi Bali pada perusahaan milik daerah/bumd, yang tumbuh sebesar 65,73% (yoy) pada triwulan II 2016, yaitu menjadi sebesar Rp 170,53 miliar dari triwulan II 2015 yang sebesar Rp 102,89 miliar. Sementara itu, pangsa realisasi komponen penyerapan dana pendapatan transfer terhadap realisasi total penyerapan pendapatan sebesar 38,64%, lebih tinggi dibandingkan dengan pangsa di triwulan II 2015 yang sebesar 23,89%. Peningkatan ini terutama berasal dari meningkatnya alokasi DAK terkait dengan pemberian 4% 39% PENDAPATAN PEND. ASLI DAERAH (PAD) PENDAPATAN TRANSFER 57% LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH Grafik 2.1 Share Anggaran Komponen Pendapatan BOS kepada pemerintah provinsi. Sementara itu, pangsa realisasi komponen lain-lain pendapatan yang sah terhadap realisasi penyerapan total pendapatan sebesar 4,18%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 14,26%. Berdasarkan komponen PAD, sumber pendapatan utamanya berasal dari pendapatan pajak daerah, dengan peran (pangsa) sebesar 79,20% terhadap total pendapatan transfer, diikuti oleh hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (11,72%) dan lain-lain PAD yang sah (7,15%) serta retribusi daerah sebesar 1,94%. Pada periode triwulan laporan, realisasi pajak daerah cenderung lebih rendah, sehingga menyebabkan penurunan realisasi penyerapan total pendapatan secara keseluruhan. Tercatat, realisasi pajak daerah sebesar 38,20%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang lalu yang mencapai 47,03%. Rendahnya realisasi pajak daerah ini, disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan pendaftaran kendaraan baru di periode triwulan laporan, terutama disebabkan oleh penurunan penjualan kendaraan jenis niaga (pick up) dan perlambatan penjualan kendaraan bermotor roda dua. Penurunan Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang masih memfokuskan untuk pemenuhan kebutuhan primer dan adanya kecenderungan untuk menunda pembelian kendaraan baru. Selain itu, adanya pembebasan denda untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang berlaku pada 20 Juni 2016, ikut mendorong penurunan pendapatan pajak. Kedua kondisi tersebut, menyebabkan serapan pajak Bea Balik Kendaraan Bermotor (BBNKB) menjadi rendah. Meskipun demikian, penurunan pajak daerah ini dapat sedikit ditahan oleh kenaikan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan retribusi daerah, sehingga penurunan realisasi pendapatan tidak terlalu dalam. Pada triwulan laporan, hasil 54 Keuangan Pemerintah

56 pengelolaan kekayan daerah yang dipisahkan secara nominal meningkat menjadi 160,10%, dari sebelumnya 99,38% pada triwulan II Selanjutnya komponen Pendapatan Transfer (Dana Perimbangan), sumber pendapatan utamanya berasal dari DAU, dengan pangsa (peran) sebesar 49,89% dari total dana pendapatan transfer, diikuti oleh Dana Alokasi Khusus/DAK (40,94%) dan Dana Bagi Hasil (9,16%). Realisasi penyerapan komponen pendapatan transfer pada periode triwulan laporan tercatat sebesar 51,07% lebih tinggi dibandingkan periode triwulan II 2015 yang sebesar 50,99%. Peningkatan realisasi penyerapan komponen ini, terutama didorong oleh peningkatan realisasi penyerapan DAK dari 18,20% pada triwulan II 2015 menjadi 43,18% di triwulan laporan. Meningkatnya DAK ini akibat penyesuaian pengelolaan BOS SMA/ SMK dari kabupaten/kota menjadi provinsi di tahun Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, pengelolaan SMA/SMK saat ini berada dalam kewenangan pemerintah provinsi. adapun alokasi pemeberian BOS di tahun 2016 tercatat sebesar Rp 759 miliar. Peningkatan realisasi juga terjadi pada DBH yang meningkat menjadi sebesar 59,26%, dari sebelumnya 40,87% di triwulan II Sedangkan realisasi DAU tercatat stabil dengan realisasi sebesar 58,33%. Lebih lanjut, komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah tercatat mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar 36,56%, menurun dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015 yang sebesar 44,30%. Secara nominal, realiasi penyerapan komponen ini juga mengalami penurunan sebesar 68,85% dibandingkan realisasi penyerapan pada triwulan yang sama tahun Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dana penyesuaian otonomi khusus dari Rp 261 miliar pada triwulan II 2015 menjadi hanya sebesar Rp 5 miliar pada triwulan II Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali Triwulan II 2016 Pada tahun 2016, APBD Provinsi Bali tercatat sebesar Rp 5,95 triliun atau meningkat sebesar 6,96% dibandingkan APBD tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5,56 triliun. Peningkatan tertinggi dialami oleh komponen belanja tidak langsung, yang meningkat sebesar 11,58% menjadi Rp 4,27 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 3,82 triliun. Peningkatan anggaran belanja tidak langsung ini terutama didorong oleh meningkatnya komponen belanja hibah dan belanja bantuan sosial. Sementara itu, anggaran belanja langsung justru mengalami penurunan. Anggaran belanja langsung menurun menjadi Rp 1,68 triliun, atau turun sebesar 3,2% dari sebelumnya yang sebesar Rp Rp 1,74 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan anggaran belanja barang dan jasa yang mencapai 23,42%. Sedangkan anggaran belanja modal menunjukkan peningkatan sebesar 26,60% yang dipergunakan selain untuk mendukung pembangunan infrastruktur jalan dan pembangunan rumah sakit indera serta rumah sakit provinsi Bali Mandara. Selanjutnya, komposisi anggaran belanja tidak jauh berbeda dibandingkan dengan pola historis beberapa tahun terakhir. Anggaran belanja pada APBD tahun 2016 masih didominasi oleh belanja tidak langsung dengan pangsa 71,74%, meningkat dibandingkan APBD tahun 2015 dengan pangsa 68,77%. Sementara itu, porsi anggaran belanja langsung di tahun 2016 tercatat sebesar 28,26%, menurun dibandingkan APBD tahun 2015 dengan pangsa sebesar 31,23%. Pada periode triwulan II 2016, realisasi belanja Provinsi Bali sebesar Rp 1,806 triliun atau mencapai 30,36% dari total anggaran belanja tahun Pencapaian realisasi belanja ini, lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode triwulan yang sama tahun 2015 yang Keuangan Pemerintah 55

57 Tabel 2.3 Anggaran Belanja Provinsi Bali Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali sebesar 25,15%. Meningkatnya realisasi belanja ini terjadi baik pada realisasi belanja langsung maupun realisasi belanja tidak langsung. Pencapaian realisasi belanja tidak langsung mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Realisasi pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 29,89% dari total anggaran belanja daerah tahun 2016, lebih tinggi bila Tabel 2.4 Realisasi Anggaran Belanja Provinsi Bali Triwulan II Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali 56 Keuangan Pemerintah

58 dibandingkan dengan realisasi belanja pada periode triwulan II 2015 yang sebesar 25,98%. Apabila ditinjau dari komponennya, belanja tidak langsung terutama digunakan untuk belanja hibah, belanja pegawai dan belanja bagi hasil kepada Prov/Kab/Kota dan Pemda dengan masing-masing pangsa sebesar 30,96%; 28,56% dan 16,05% dari total belanja tidak langsung. Komponen belanja bagi hasil kepada Prov/Kab/Kota dan Pemda mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada periode triwulan laporan, realisasi komponen tersebut sebesar 17,81%, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang sebesar 18,37%. Turunnya realisasi ini sejalan dengan menurunnya PAD provinsi yang kemudian berdampak pada belanja bagi hasil yang diberikan kepada Kab/Kota seperti terangkum pada grafik 2.2. Rp Triliun 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0, Belanja Lansung Belanja Tidak Langsung Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Provinsi Bali Pada komponen belanja langsung, terjadi peningkatan penyerapan anggaran belanja dibandingkan triwulan II Penyerapan belanja langsung meningkat dari 23,31% di periode triwulan II 2015 menjadi 31,54% pada triwulan II Peningkatan realisasi belanja, terjadi pada semua jenis sub komponen belanja langsung baik belanja pegawai, belanja modal maupun belanja barang dan jasa. Realisasi belanja barang dan jasa sebesar Rp 280,38 miliar atau telah terserap sebesar 36,24% dari total anggaran. Realisasi ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 27,87%. Peningkatan juga terjadi pada sub komponen belanja pegawai yang tercatat sebesar Rp 34,85 miliar atau terserap sebesar 33,99% dari total anggaran. Capaian ini, lebih tinggi dibandingkan penyerapan anggaran belanja di periode yang sama tahun lalu yang sebesar 34,76%, atau dengan nilai nominal sebesar Rp 31,50 miliar. Sementara itu, realiasi belanja modal pada triwulan II 2016 meningkat menjadi 26,72% atau tercatat sebesar Rp 215,05 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 14,43% atau tercatat sebesar Rp 91,74 miliar. Peningkatan realisasi belanja modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi pada awal tahun dan upaya untuk mengejar realisasi pembangunan beberapa proyek infrastruktur fisik dan mesin serta peralatan merupakan faktor pendorong meningkatnya serapan anggaran untuk keseluruhan pos belanja modal pada triwulan laporan. Adapun realisasi belanja modal banyak digunakan untuk pembangunan jalan dan pembangunan gedung termasuk penyelesaian pembangunan rumah sakit indera dan provinsi Bali Mandara REALISASI APBD KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TRIWULAN II Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/ Kota Provinsi Bali Triwulan II 2016 Pagu anggaran pendapatan (APBD) pada 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali untuk tahun 2016 menunjukkan peningkatan dibandingkan pagu anggaran pendapatan tahun Total pagu anggaran pendapatan daerah untuk 9 kab/kota tercatat tumbuh sebesar 21, 41% (yoy), yaitu meningkat dari Rp 13,18 triliun di tahun 2015 menjadi Rp 15,99 triliun pada tahun 2016, seluruh kab/kota Keuangan Pemerintah 57

59 menunjukkan peningkatan anggaran di tahun 2016 dibandingkan tahun Berdasarkan jenisnya, peningkatan pagu tertinggi adalah pada komponen pendapatan transfer, yang meningkat sebesar 44,69% (yoy), sedangkan PAD tumbuh sebesar 13,51% (yoy), sementara lain-lain pendapatan yang sah justru mengalami penurunan sebesar 16,80% (yoy). Berdasarkan daerahnya, peningkatan pagu anggaran tertinggi diperoleh Kabupaten Karangasem yang meningkat sebesar 42,65% (yoy) dengan nilai nominal pendapatan daerah tercatat sebesar Rp 1,77 triliun. Sedangkan peningkatan pagu anggaran pendapatan terendah, diperoleh Kabupaten Gianyar, yang hanya tumbuh sebesar 8,30% (yoy), dengan nilai nominal tercatat sebesar Rp 1,45 triliun. Selanjutnya, daerah dengan pagu anggaran tertinggi di tahun 2016 adalah Kabupaten Badung dengan nilai nominal pagu anggaran pendapatan tercatat sebesar Rp 3,83 triliun, atau dengan pangsa mencapai 23,47% dari total pagu anggaran 9 Kab/Kota di Provinsi Bali pada tahun Sementara itu, daerah dengan pagu anggaran pendapatan terendah adalah Kabupaten Bangli dengan nominal sebesar Rp 908,16 miliar. Kondisi ini sama dengan tahun sebelumnya, Kabupaten Bangli juga menjadi Kabupaten dengan pagu anggaran pendapatan terendah. Tabel 2.5 Pagu Anggaran Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Jembrana Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali Tabel 2.6 Realisasi Nominal Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II Jembrana Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali 58 Keuangan Pemerintah

60 Perkembangan realisasi pendapatan daerah untuk 9 kabupaten/kota pada triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan secara nominal dibandingkan periode yang sama tahun Adapun daerah dengan realisasi nominal pendapatan tertinggi dicatat oleh Kota Denpasar yang meningkat sebesar 34,48% (yoy), yaitu tumbuh dari Rp 686,65 miliar di triwulan II 2015 menjadi Rp 923,38 miliar pada triwulan II Peningkatan ini, terutama didorong oleh tingginya realisasi PAD yang tumbuh mencapai 21,57% (yoy) di triwulan II Peningkatan pendapatan transfer Kota Denpasar yang sebesar 51,15% (yoy), juga ikut mendorong peningkatan total pendapatan daerah di triwulan II Selanjutnya, daerah dengan pertumbuhan realisasi nominal pendapatan terendah pada triwulan II 2016 adalah Kabupaten Buleleng. Pertumbuhan realisasi nominal pendapatan Kabupaten Buleleng hanya mencapai 5,75% (yoy), dengan nilai nominal tercatat sebesar Rp 919,19 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 869,14 miliar. Rendahnya pertumbuhan realisasi nominal pendapatan di Kabupaten Buleleng, terutama disebabkan penurunan realisasi pendapatan sebesar 4,91% (yoy) dan juga penurunan lainlain pendapatan yang sah sebesar 99,81% (yoy) di triwulan II Kabupaten Jembrana mencatat realisasi nominal pendapat terendah pada triwulan II 2016, yang pada triwulan II 2015 posisi ini dicapai oleh Kabupaten Bangli. Untuk triwulan II 2016, dengan pagu anggaran pendapatan terendah, Kabupaten Bangli mencatat realisasi nominal pendapatan yang lebih tinggi dari Kabupaten Jembrana. Selanjutnya, realisasi penyerapan pendapatan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali pada triwulan II 2016 menunjukkan penurunan, yaitu dari 48,93% di triwulan II 2015 menjadi 47,48% pada periode triwulan II Jika memperhatikan realisasi penyerapan pendapatan setiap kabupaten/kota di triwulan II 2016, terdapat 4 kabupaten/kota yang menunjukkan peningkatan persentase realisasi penyerapan pendapatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Bangli. Sedangkan 5 daerah kabupaten lainnya menunjukkan penurunan persentase realisasi penyerapan pendapatan. Tabel 2.7 Realisasi Persentase Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II Jembrana Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali Keuangan Pemerintah 59

61 Daerah dengan persentase realisasi pendapatan tertinggi di triwulan II 2016 adalah Kabupaten Gianyar, dengan persentase mencapai 55,45%. Tingginya realisasi Kabupaten Gianyar didorong oleh tingginya realisasi PAD yang mencapai 52,83% dan pendapatan transfer yang mencapai 62,46%. Sedangkan daerah dengan persentase realisasi penyerapan pendapatan terendah di triwulan II 2016 adalah Kabupaten Karangasem, dengan persentase 43,46% yang disebabkan menurunnya realisasi penyerapan pendapatan dari komponen PAD dibandingkan triwulan II Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Provinsi Bali Triwulan II 2016 Pagu anggaran belanja APBD Kabupaten/Kota pada periode tahun 2016 menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan tahun Jumlah pagu anggaran belanja kab/kota tercatat sebesar Rp 17,36 triliun, atau meningkat 24,07 % (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 13,99 triliun. Peningkatan pagu angggaran belanja terjadi baik untuk belanja tidak langsung (meningkat 15,25%) dan belanja tidak langsung (meningkat 39,86%). Seluruh kab/kota di Provinsi Bali menunjukkan peningkatan pagu anggaran di tahun 2016 dibandingkan tahun sebelumnya. Selanjutnya, peningkatan pagu anggaran belanja tertinggi diperoleh Kabupaten Karangasem dengan persentase mencapai 40,97%, dengan nilai nominal anggaran belanja sebesar Rp 1,81 triliun, sedangkan peningkatan anggaran belanja terendah adalah Kabupaten Badung, dengan peningkatan sebesar 15,12%, dengan nilai nominal Rp 4,06 triliun, sekaligus merupakan kabupaten dengan anggaran belanja tertinggi di tahun Sementara daerah dengan pagu anggaran terendah di tahun 2016 adalah Kabupaten Klungkung dengan nilai nominal sebesar Rp 1,13 triliun. Realisasi belanja Kabupaten/kota pada triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan II Realisasi belanja di triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp 5,51 triliun, meningkat sebesar 27,47% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 4,33 triliun. Daerah dengan peningkatan tertinggi untuk realisasi belanja di triwulan II 2016 adalah Kabupaten Gianyar yang meningkat mencapai 46,62%, yaitu dari Rp 453,67 miliar di triwulan II 2015 menjadi Rp 665,18 miliar. Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan belanja langsung (42,52%) dan belanja Tabel 2.8 Pagu Anggaran Belanja 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Tahun Jembrana Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali 60 Keuangan Pemerintah

62 tidak langsung (58,81%). Peningkatan tersebut disebabkan oleh upaya pemerintah Kabupaten Gianyar untuk mempercepat penyelesaian pembangunan proyek infrastruktur berupa pembangunan/perbaikan jalan, jembatan, gedung kantor dengan total alokasi belanja modal di tahun 2016 tercatat sebesar Rp 460 miliar. Upaya yang ditempuh antara lain melalui percepatan kegiatan pengadaan dan lelang proyek mendorong peningkatan realiasasi belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar di triwulan II Di sisi lain peningkatan realisasi anggaran belanja terendah dialami oleh Kabupaten Karangasem, yang tumbuh sebesar 7,11% (yoy) dengan nilai nominal realisasi belanja tercatat sebesar Rp 475,83 miliar di triwulan II Persentase realisasi belanja Pemda kab/kota pada triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan bila dibanding triwulan II Kebijakan Pemerintah daerah untuk mendorong percepatan realisasi belanja, khususnya untuk belanja barang dan belanja modal mendorong peningkatan realisasi belanja di triwulan II Selain itu, adanya pembayaran gaji PNS ke-13 dan THR (gaji ke-14), mendorong akselerasi belanja pegawai. Secara umum, persentase realisasi belanja kab/kota di triwulan II 2016 mencapai 31,77%, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya 30,92%. Adapun daerah dengan persentase realisasi belanja tertinggi adalah Kabupaten Tabanan, dengan persentase realisasi belanja mencapai 38,43% dari total anggaran belanja Tabel 2.9 Realisasi Persentase Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II Jembrana Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali Tabel 2.10 Realisasi Persentase Belanja Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II Jembrana Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali Keuangan Pemerintah 61

63 tahun Sementara Kabupaten Karangasem merupakan Kabupaten dengan persentase realisasi belanja terendah yang baru mencapai 26,33% di triwulan II REALISASI APBN PROVINSI BALI TRIWULAN II Realisasi Belanja APBN Provinsi Bali Triwulan II 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Provinsi Bali pada tahun 2016 mengalami penurunan sejalan dengan upaya pemerintah yang melakukan penghematan anggaran. Kebijakan ini ditempuh dalam rangka menekan defisit anggaran pada tahun 2016, seiring dengan potensi tidak tercapainya target penerimaan. Tercatat, terjadi penurunan anggaran APBN sebesar 9,3% (yoy), dari sebelumnya pada triwulan II 2015 sebesar Rp 9,38 triliun menjadi Rp 8,51 triliun pada triwulan II Anggaran tertinggi dialokasikan untuk belanja pegawai untuk kementerian/ lembaga vertikal yang beroperasi di Provinsi Bali. Adapun porsi anggaran terbesar APBN di Provinsi Bali di tahun 2016 adalah untuk belanja pegawai dengan pangsa mencapai 41% dengan nominal sebesar Rp 3,53 triliun, lebih tinggi dibandingkan porsi di tahun 2015 yang mencapai 38% dengan nilai nominal sebesar Rp 3,52 triliun. Belanja barang memiliki pangsa 38% dengan nilai nominal mencapai Rp 3,19 triliun, porsinya lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 35% namun dengan nilai nominal yang lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 3,29 triliun. Sedangkan belanja modal di tahun 2016 memiliki pangsa sebesar 21% dengan nilai nominal tercatat sebesar Rp 1,79 triliun, lebih rendah baik secara porsi maupun nominal dibandingkan tahun 2015 dengan pangsa sebesar 25% dan nominal tercatat Rp 2,38 triliun. Penurunan pangsa dan nominal juga terjadi pada anggaran bantuan sosial dari sebelumnya memiliki porsi sebesar 2% dan nominal tercatat Rp 188, 42 miliar, turun pada tahun 2016 dengan porsi 0,9% dan nominal sebesar Rp 7,98 miliar. 21% 0% 38% Grafik 2.3 Pangsa Belanja APBN Provinsi Bali % APBN % 2% APBN % 38% Pegawai Barang Modal Grafik 2.4 Pangsa Belanja APBN Provinsi Bali 2015 Bantuan Sosial Pegawai Barang Modal Bantuan Sosial Tabel 2.11 Realisasi APBN Provinsi Bali Triwulan II Sumber: Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Provinsi bali 62 Keuangan Pemerintah

64 Realisasi belanja APBN di wilayah Provinsi Bali pada triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan II Peningkatan realisasi ini, terutama didorong oleh peningkatan realisasi yang signifikan untuk belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Kebijakan pemerintah untuk mempercepat realisasi anggaran melalui pelaksanaan pengadaan dan lelang khususnya untuk belanja modal dan barang ikut menentukan percepatan realisasi belanja di triwulan II Pada triwulan II 2016, realisasi belanja APBN mencapai 39,66%, lebih tinggi dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 27,33%. Secara nominal, realisasi belanja APBN di triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp 3,37 triliun, meningkat sebesar 31,60% (yoy) dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar Rp 2,56 triliun. Peningkatan realisasi belanja yang signifikan secara nominal tersebut, terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan realisasi belanja modal dan realisasi barang yang masing-masing tumbuh di atas 40% (yoy). Kebijakan untuk mendorong akselerasi belanja pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, telah memberikan akselerasi pada pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan II 2016 yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Realisasi komponen belanja pegawai di triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp 1,91 triliun dengan realisasi mencapai 54,12% dari total anggaran, lebih tinggi dibandingkan nominal realisasi triwulan II 2015 yang tercatat sebesar Rp 1,49 triliun atau dengan persentase realisasi mencapai 42,24%. Tingginya realisasi belanja pegawai di triwulan II 2016, didorong oleh adanya kebijakan pembayaran gaji ke 13 pada minggu ke-2 Juni 2016 dan pembayaran THR (gaji ke- 14) di minggu ke- 4 Juni Selanjutnya, realisasi belanja barang juga menunjukkan peningkatan pada triwulan II 2016 dengan capaian sebesar 34,52% dengan nominal tercatat sebesar Rp 1,10 triliun atau meningkat sebesar 47,32% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 747,57 miliar atau dengan persentase capaian sebesar 22,71% dari total anggaran. Dalam upaya memberikan stimulus pada perekonomian dan upaya untuk mendorong peningkatan konektivitas antar daerah, pemerintah juga mendorong akselerasi belanja modal. Hal ini juga terlihat dari realisasi belanja modal APBN, yang juga menunjukkan peningkatan yang signifikan (dari sisi nominal) di triwulan II 2016 sebesar 42,36% (yoy), yaitu dari Rp 255,81 triliun menjadi Rp 364,17 triliun. Peningkatan tersebut, juga ikut mendorong realisasi pencapaian belanja modal dari 10,75% ditriwulan II 2015 menjadi 20,39% di triwulan II Sementara belanja bantuan sosial mengalami penurunan pada triwulan II 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun persentase realisasi. Peningkatan realisasi belanja APBN di triwulan II 2016 juga didorong oleh peningkatan realisasi dana desa dengan persentase di triwulan II 2016 telah mencapai 60% dari total anggaran dana desa 2016, dengan nominal tercatat sebesar Rp 249,76 miliar. Capaian realisasi dana desa ini jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yang hanya mencapai persentase 38,25% dan nominal sebesar Rp 70,93 miliar. Keuangan Pemerintah 63

65 Halaman ini sengaja dikosongkan 64 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

66 Foto oleh: Agus Mulyawan Dana Foto oleh: Agus Mulyawan Dana BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KEKR Provinsi Bali Agustus

67 66 Perkembangan Inflasi Daerah

68 3.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI Pada triwulan II 2016, inflasi Bali mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masih berada pada rentang proyeksi Bank Indonesia pada keseluruhan Tahun Pada triwulan II 2016 inflasi Bali tercatat sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,45% (yoy). Berdasarkan kota sampel inflasi di Bali, inflasi tertinggi masih terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 3,83% (yoy) pada triwulan II Realisasi inflasi di Singaraja berada di atas inflasi Kota Denpasar yang tercatat sebesar 2,78% (yoy). Meski tercatat relatif tinggi pada triwulan II 2016, inflasi Kota Singaraja pada periode ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,72% (yoy). Terjaganya inflasi Bali pada keseluruhan tahun 2016 merupakan bukti kerja dan sinergi Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam rangkaian kegiatan pengendalian inflasi yang dilakukan melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi pada triwulan II tahun 2016 disebabkan oleh semua kelompok baik volatile food, core inflation maupun administered prices. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) Sementara berdasarkan realisasi inflasi hingga Juli 2016, Bali mengalami inflasi sebesar 0,57% (mtm), berada dibawah laju inflasi Nasional yang tercatat inflasi sebesar 0,69% (mtm). Secara tahunan inflasi Bali tercatat sebesar 2,61% (yoy), juga tercatat berada dibawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,21% (yoy). Inflasi kumulatif Bali pada Januari Juli 2016 tercatat sebesar 1,63% (ytd). Sementara inflasi kumulatif nasional Januari Juli 2016 sebesar 1,76% (ytd). Secara spasial, inflasi Bali pada Juli 2016 didorong oleh peningkatan indeks harga konsumen (IHK) di kedua kota sampel Denpasar dan Singaraja, yang tercatat inflasi sebesar 0,51% (mtm) di Denpasar dan 0,88% (mtm) di Singaraja. Secara tahunan inflasi Kota Denpasar pada Juli 2016 tercatat sebesar 2,35% (yoy), sementara inflasi tahunan Singaraja tercatat mencapai 3,83% (yoy). Dengan demikian akumulasi inflasi Januari Juli pada Tahun 2016 Kota Denpasar tercatat sebesar 1,43% (ytd), angka ini tercatat lebih rendah dari periode yang sama pada Tahun 2015 yang tercatat sebesar 1,78% (ytd). Sementara akumulasi inflasi Januari Juli 2016 di Singaraja tercatat sebesar 2,54% (ytd), tercatat lebih tinggi dari periode yang sama pada Tahun 2015 sebesar 1,69% (ytd) Perkembangan Inflasi Daerah 67

69 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Bali (% mtm) Berdasarkan realisasi hingga Juli 2016 serta tracking pergerakan harga baik melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) dan PIHPS Provinsi Bali SiGapura, pada triwulan III 2016 inflasi Bali diperkirakan meningkat seiring dengan adanya peningkatan permintaan BBM dan elpiji 3 kg pada peak season, harga tiket pesawat dan bus yang mulai melambung seiring dengan momen peak season, penyesuaian tarif listrik pada golongan tarif industri/pemerintah/rumah tangga yang berlanjut, serta ekspektasi masyarakat seiring dengan gejolak harga dan ketersediaan stok ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Kondisi inflasi Provinsi Bali sepanjang tahun 2016 (bulan Januari - Juni 2016) tercatat terus terkendali dan pada kisaran yang cukup rendah. Faktor utama yang menahan laju inflasi yaitu adanya penurunan komoditas yang tergolong dalam kelompok Perumahan, Listrik, Air, dan Gas serta kelompok Transportasi dan Komunikasi seiring dengan penurunan harga tarif angkutan umum. Sementara itu, bergesernya musim panen dan anomali cuaca serta Hari Raya yang terjadi bersamaan membuat indeks harga komoditas bahan makanan masih tinggi. Meskipun demikian, tekanan inflasi masih dapat diredam berkat peran TPID Provinsi Bali dan seluruh TPID Kabupaten/Kota antara lain melalui penyelenggaraan operasi pasar dan pasar murah. Dengan upaya yang konsisten dan berkelanjutan, diharapkan tren penurunan dapat berlanjut, sehingga dapat mendukung tercapainya pencapaian target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). a) Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 7,70% (yoy), sama dengan triwulan sebelumnya dan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada 2015 sebesar 9,84% (yoy). Secara triwulanan, laju inflasi kelompok ini mengalami penurunan dari 4,08% (qtq) menjadi deflasi sebesar -0,05% (qtq). Laju inflasi kelompok bahan makanan secara tahunan tercatat cukup tinggi didorong oleh peningkatan permintaan pada bulan Puasa, Libur Sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi pada Juni Disamping itu, kondisi pasokan sedikit terganggu seperti komoditas ikanikanan disebabkan karena cuaca buruk sehingga hasil tangkap menurun. Namun demikian, laju inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh berbagai upaya peningkatan produksi dan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. 68 Perkembangan Inflasi Daerah

70 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.4 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.6 Inflasi Bulanan Komoditas Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras (Denpasar) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.5 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.7 Inflasi Bulanan Komoditas Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras (Singaraja) Komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras menjadi penyumbang utama inflasi pada triwulan II Berdasarkan informasi salah satu perusahaan peternak daging ayam ras (melalui liaison), peningkatan indeks harga komoditas daging ayam ras disebabkan adanya upaya peternak untuk mengurangi supply/hasil produksi ayam potong. Upaya ini dipicu oleh kondisi oversupply daging ayam ras pada triwulan I Seperti terlihat pada grafik 3.6 dan 3.7 inflasi bulanan komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras mulai mengalami peningkatan pada April Selain itu, kenaikan harga yang sempat terjadi pada komoditas bawang merah dan bawang putih disebabkan karena produksi lokal yang belum mampu memenuhi kebutuhan Provinsi Bali dan berdasarkan informasi kontributor data PIHPS Provinsi Bali SiGapura, sentra produksi Brebes sebagai sumber pasokan utama terdapat pengalihan varietas dari bawang menjadi komoditas jagung dan aneka cabai sehingga produksi bawang menurun. b) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Secara tahunan tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok dan tembakau pada triwulan II 2016 tercatat kembali meningkat menjadi sebesar 5,35% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,07% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, kelompok ini juga mengalami Perkembangan Inflasi Daerah 69

71 peningkatan secara triwulanan, dari sebesar 1,14% (qtq) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 2,47% (qtq) pada triwulan II Lebaran, turut mendorong inflasi pada kelompok ini. Komoditas yang tercatat menjadi penyumbang inflasi utama pada kelompok ini adalah adanya peningkatan harga gula pasir yang juga terjadi secara nasional akibat pasokan tebu yang berkurang. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali Peningkatan tekanan inflasi kelompok bahan makanan jadi terjadi pada semua sub kelompok, baik kelompok makanan jadi, minuman tidak beralkohol serta tembakau dan minuman beralkohol. Peningkatan ini terjadi seiring dengan adanya peningkatan permintaan pada bulan puasa, libur sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi. Selain itu, peningkatan ekspektasi masyarakat seiring dengan gejolak harga dan ketersediaan stok menjelang Hari Raya Idul Fitri, peningkatan harga komoditas domestik, dan peningkatan konsumsi masyarakat terutama menjelang Ramadhan dan Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.10 Inflasi Bulanan Komoditas Gula Pasir (Denpasar dan Singaraja) c) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan gas secara triwulanan mengalami sedikit peningkatan dari sebelumnya, namun masih tercatat deflasi dari -1,12% (qtq) menjadi sebesar -0,12% (qtq). Secara tahunan kelompok ini terus mengalami penurunan dari sebesar 0,91% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi deflasi sebesar -0,29% (yoy) pada triwulan laporan. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.11 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali 70 Perkembangan Inflasi Daerah

72 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.12 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali Tabel 3.1 Penyesuaian Tarif Listrik Periode Mei Juli 2016 Sumber: PT. PLN (Persero) diolah Peningkatan pada kelompok ini didorong oleh adanya penyesuaian tarif listrik pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2016 pada ke-12 golongan tarif. d) Kelompok Sandang Inflasi pada kelompok sandang kembali tercatat mengalami peningkatan secara tahunan. Namun Perkembangan Inflasi Daerah 71

73 demikian, secara triwulanan kelompok ini tercatat mengalami penurunan. Kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 7,48% (yoy) atau sebesar 1,57% (qtq) pada triwulan II 2016, dan sebesar 6,69% (yoy) atau sebesar 3,30% (qtq). Peningkatan kelompok ini juga didorong oleh adanya peningkatan permintaan pada bulan puasa, libur sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi hingga menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, peningkatan harga komoditas domestic seperti emas perhiasan juga turut mendorong inflasi pada kelompok ini. mengalami inflasi sebesar 7,48% (yoy) atau sebesar 1,57% (qtq) pada triwulan II Peningkatan kelompok ini juga didorong oleh adanya peningkatan permintaan pada bulan puasa, libur sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi hingga menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, peningkatan harga komoditas domestik seperti emas perhiasan juga turut mendorong inflasi pada kelompok ini. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.15 Inflasi Bulanan Komoditas Emas Perhiasan Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.13 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.14 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali Inflasi pada kelompok sandang kembali tercatat mengalami peningkatan secara tahunan. Namun demikian, secara triwulanan kelompok ini tercatat mengalami penurunan. Kelompok ini tercatat e) Kelompok Kesehatan Tekanan inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan. Pada triwulan II 2016 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 5,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,71% (yoy). Sementara secara triwulanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,46% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 1,57% (qtq). Peningkatan inflasi kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan harga perawatan jasmani dan kosmetika. Sementara itu inflasi sub kelompok lainnya tercatat relatif stabil seiring dengan maraknya program diskon pada periode Hari Raya. 72 Perkembangan Inflasi Daerah

74 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali f) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami penurunan baik secara triwulanan dan secara tahunan. Pada triwulan II 2016 kelompok ini mengalami tercatat inflasi sebesar 3,99% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,05% (yoy). Secara triwulanan kelompok ini juga mengalami penurunan menjadi 0,03%(qtq) dari sebesar 0,35%(qtq) pada triwulan lalu sesuai dengan pola historisnya. g) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan secara tahunan mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan tercatat stabil secara triwulanan. Kelompok ini tercatat deflasi sebesar -1,23% (qtq) atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang deflasi sebesar -1,45% (qtq). Secara tahunan, inflasi kelompok ini tercatat turun dari sebesar 0,34% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi deflasi sebesar -2,53% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan telah disepakatinya penurunan tarif Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) di Bali sebesar 3,5% Perkembangan Inflasi Daerah 73

75 27% 26% 19% 12% 6% 5% 4% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.23 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 26% 19% 19% 16% 9% 6% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.21 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali dengan dasar penentuan tarif Surat Edaran No.15 Tahun 2016 tentang Penyesuaian Tarif Angkutan Umum Kelas Ekonomi April Inflasi Menurut Kota Inflasi provinsi Bali memperhitungkan inflasi di Kota Denpasar dan Singaraja. Karakteristik inflasi Kota Denpasar maupun Singaraja terutama dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan jadi dan perumahan sebagaimana tercermin pada dominannya bobot kelompok pengeluaran tersebut dalam keranjang IHK Kota Denpasar maupun Singaraja. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.22 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar a) Kota Denpasar Pada triwulan II 2016 inflasi Kota Denpasar mengalami penurunan dari 3,41% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 2,78% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran Transportasi dan Komunikasi yang mengalami penurunan dari 0,34% (yoy) menjadi deflasi sebesar -2,19% (yoy) yang didorong oleh penyesuaian tarif angkutan umum kelas Ekonomi. Sementara itu, tekanan inflasi tertinggi masih didorong oleh kelompok pengeluaran bahan makanan seiring dengan meningkatnya permintaan dan arus wisatawan jelang periode peak season pada triwulan II Kelompok Bahan Makanan tercatat meningkat dari 6,93% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 7,15% (yoy) pada triwulan laporan. 74 Perkembangan Inflasi Daerah

76 Tabel 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 3.3 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Inflasi di Kota Denpasar Triwulan II 2016 Tabel 3.4 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Deflasi di Kota Denpasar Triwulan II 2016 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang triwulan II tahun 2016, maka 3 komoditas yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi Kota Denpasar dapat dilihat sebagaimana tabel 3.3.Adanya tekanan inflasi yang bersumber dari angkutan udara di Kota Denpasar dipicu oleh meningkatnya permintaan seiring dengan periode libur panjang/peak season di Bali mengingat lokasi Bali yang merupakan tujuan utama wisata di Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tekanan inflasi pada triwulan II 2016 tertahan oleh beberapa komoditas dengan rincian pada tabel 3.4. Berdasarkan informasi kontributor data SiGapura, harga bawang merah dan cabai merah mengalami penurunan dikarenakan melimpahnya pasokan. Untuk bawang merah, kedepan dalam rangka tetap menjaga agar tidak terdapat gejolak harga, Pemerintah Pusat memberikan izin impor sebesar ton kepada 2 BUMN (Bulog dan Berdikari) sebagai stok untuk melakukan Operasi Pasar dan memfasilitasi kerja sama yang lebih baik antara Bulog dengan petani untuk menyerap hasil panen. Perkembangan Inflasi Daerah 75

77 b) Kota Singaraja Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sejalan dengan pergerakan inflasi Nasional, inflasi Kota Singaraja tercatat mengalami penurunan dari 4,42% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 3,83% (yoy) pada triwulan II Sama halnya dengan pergerakan inflasi Kota Denpasar, berdasarkan kelompoknya, penurunan terdalam terjadi pada kelompok Transportasi dan Komunikasi. Sementara itu, tekanan inflasi tertinggi dari kelompok pengeluaran Bahan Makanan. Tabel 3.6 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Inflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2016 Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang April - Juni tahun 2016, maka komoditas yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi Singaraja mayoritas adalah komoditas pada kelompok bahan makanan dan juga komoditas gula pasir seiring dengan berkurangnya pasokan yang juga terjadi secara nasional. Sementara komoditas yang menahan laju inflasi pada triwulan II 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Deflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2016 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 76 Perkembangan Inflasi Daerah

78 3.3. DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi pada triwulan II tahun 2016 didorong oleh semua kelompok baik volatile food, core inflation maupun administered prices. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.24 Disagregasi inflasi tahunan Denpasar Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.25 Disagregasi inflasi tahunan Singaraja Berdasarkan disagregasi inflasi hingga Juli 2016, tekanan inflasi di Denpasar didorong oleh semua kelompok disagregasi; volatile food, administered prices, dan core inflation. Kelompok volatile food tercatat inflasi yang didorong karena adanya peningkatan permintaan pada momen Libur Sekolah dan perayaan Hari Lebaran, terutama pada komoditas daging ayam ras dan cabai rawit. Inflasi kelompok volatile food di Denpasar tercatat sebesar 0,83% (mtm) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 1,02% (mtm). Sama halnya dengan Denpasar, disagregasi Singaraja juga tercatat didorong oleh semua kelompok disagregasi terutama pada kelompok volatile food yang mencapai 1,25% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya deflasi sebesar -0,03% (mtm). Kelompok administered prices pada kedua kota sampel juga tercatat mengalami inflasi yaitu sebesar 1,49% (mtm) di Denpasar dan 0,49% (mtm) di Singaraja. Sementara kelompok core inflation tercatat relatif stabil yaitu sebesar 0,05% (mtm) di Denpasar dan 0,63% (mtm) di Singaraja. a) Volatile Food Pada triwulan II 2016, inflasi kelompok volatile food di Denpasar tercatat sebesar 1,02% (mtm). Tekanan inflasi pada kelompok ini masih disebabkan adanya peningkatan permintaan pada bulan Puasa, Libur Sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi. Peningkatan indeks harga terjadi pada komoditas Apel, Daging Ayam Ras, Jeruk, Tongkol Pindang, dan Telur Ayam Ras. Kenaikan harga buah-buahan disebabkan karena produksi lokal yang belum mampu memenuhi kebutuhan Provinsi Bali. Selain itu berdasarkan informasi kontributor data PIHPS Provinsi Bali SiGapura kenaikan harga buah-buahan diakibatkan karena meningkatnya permintaan jelang perayaan Hindu Saraswati dan Pagerwesi. Sementara untuk komoditas ikan-ikanan disebabkan karena cuaca buruk sehingga hasil tangkap menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga kelompok volatile food pada awal triwulan II 2016 adalah bergesernya musim panen dan anomali cuaca yang berujung pada lonjakan harga. Selain itu, peningkatan indeks harga pada kelompok volatile food disebabkan karena adanya faktor musiman, yaitu peningkatan permintaan pada bulan Puasa, Libur Sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi pada bulan Juni. Perkembangan Inflasi Daerah 77

79 Pergerakan kelompok ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diperkirakan dapat menahan laju inflasi, seperti dimulainya panen komoditas strategis seperti beras dan cabai merah serta berlanjutnya efek penurunan harga bensin, tarif angkutan, dan solar. Tertahannya inflasi pada periode ini juga disebabkan banyaknya pelaksanaan Pasar Murah dan Operasi Pasar di bawah koordinasi TPID se-provinsi Bali yang dilakukan sebagai penyeimbang harga di lokasilokasi berpenduduk padat dan relatif berpenghasilan rendah umumnya menjelang hari raya besar keagamaan. Pasar murah yang merupakan kebijakan dari pemerintah guna mengantisipasi kenaikan harga turut melibatkan pelaku usaha lainnya untuk berkontribusi. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mempengaruhi ekspektasi masyarakat akan kenaikan harga. Adapun jadwal kegiatan Pasar Murah pada triwulan II 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.8 Pelaksanaan Pasar Murah se-provinsi Bali periode April Juni 2016 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali 78 Perkembangan Inflasi Daerah

80 Selain itu, beberapa upaya yang telah dilakukan Bulog Divisi Regional Bali menjelang perayaan Idul Fitri juga mendukung kestabilan harga khususnya beras dan komoditas lain dengan berbagai upaya sebagai berikut: 1. Mendapat alokasi bawang merah dari Bima sebanyak + 5 ton dan telah habis dipasarkan melalui pasar murah diberbagai lokasi setiap harinya. 2. Mendapat alokasi Gula Pasir dari Jatim sebanyak 100 ton saat masih tersisa 45 ton dijual secara eceran langsung ke Konsumen melalui pasar murah dan paketan. 3. Mendapat Alokasi Daging Sapi Impor sebanyak 3,5 ton realisasi 2 ton dengan harga Rp ,-/ Kg dan telah terjual habis sebagai akibat animo masyarakat akan daging sapi cukup tinggi. 4. Operasi Pasar Cadangan beras Pemerintah (OP CBP) yang memanfaatkan baru Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung dengan harga HET sebesar Rp7.900,-/kg menjelang hari raya dan pasca Hari Raya Idul Fitri dengan kuatum 25 ton. 5. Divre Bali juga melayani paket dari BUMN dengan realisasi sebanyak paket masing-masing paket senilai Rp ,- yaitu dari Jasa Marga, Jasa Raharja dan PT. Perumnas yang berisikan Gula 2 Kg, Beras 10 Kg, Minyak 2 Liter. b) Administered Prices Setelah mengalami tren penurunan pada triwulan I 2016 hingga April 2016, kelompok administered prices mulai mengalami inflasi yang besarnya 1,12% (mtm) pada bulan Mei dan 0,63% (mtm) pada bulan Juni Hal ini merupakan akibat dari meningkatnya tarif angkutan udara yang disebabkan oleh banyaknya permintaan seiring dengan periode liburan dan mudik Lebaran serta meningkatnya komoditas lain pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol sebagai dampak dari kenaikan cukai. Selain itu, adanya penyesuaian tarif listrik yang mengalami kenaikan pada awal Mei-Juni 2016 lantaran menguatnya harga minyak dunia juga mendorong inflasi administered prices. Tarif listrik tegangan rendah (TR) Rp1.365/kWh atau naik Rp11,5 dari Mei 2016 yang sebesar Rp1.353/kWh. Tarif listrik tegangan menengah (TM) Rp1.050/kWh, naik Rp9 dari Mei 2016 yang sebesar Rp1.041/kWh. Sementara tarif listrik tegangan tinggi (TT) Rp940/ kwh, naik Rp8 dari Mei 2016 yang sebesar Rp 932/ kwh. Inflasi komponen administered prices tertahan oleh penurunan harga bensin dan bahan bakar rumah tangga. Sumber : Bloomberg Grafik 3.26 Perkembangan Harga Minyak Brent Selain itu, disparitas harga yang cukup tinggi pada bahan bakar rumah tangga LPG 3 kg antara Harga Eceran Tertinggi (HET) dengan harga di pasar (berdasarkan pemantauan lapangan TPID Kabupaten/ Kota) telah ditindaklanjuti dengan sosialisasi lokasi agen dan pangkalan resmi LPG 3 kg yang diutamakan di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng melalui leaflet. Perkembangan Inflasi Daerah 79

81 Gambar 2.1 Leaflet Sosialisasi Lokasi Agen dan Pangkalan Resmi LPG 3 kg (Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng) Sumber : SiGapura, diolah Grafik 3.27 Perkembangan Harga Rata-rata LPG 3 kg di Denpasar dan Buleleng c) Core Inflation Secara fundamental tekanan inflasi kelompok inti tercatat cukup stabil. Laju inflasi kelompok inti cukup stabil dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan ekspektasi dari sisi pedagang yang cukup terjaga seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah. Pada Juni 2016, kelompok inflasi inti tercatat relatif stabil di tengah kenaikan harga gula pasir secara nasional yang tercatat sebesar 0,09% (mtm), menurun Sumber : Reuters Grafik 3.28 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah dibandingkan Mei 2016 yang tercatat sebesar 0,14% (mtm). Ditinjau dari ekspektasi inflasi masyarakat Bali berdasarkan Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, hingga Juni 2016 ekspektasi dari sisi pedagang cukup terjaga seiring dengan kembali menguatnya nilai tukar rupiah pada awal Juni 2016 pasca pengumuman data ketenagakerjaan AS. 80 Perkembangan Inflasi Daerah

82 Interaksi permintaan dan penawaran Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran.hal ini terindikasi dari hasil Survei Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Pergerakan Rupiah Pada Juni 2016, secara point-to-point (ptp), rupiah menguat 3,39% ditutup di Rp per dollar AS. Rupiah menguat pada Juni 2016 terutama dipengaruhi oleh meredanya ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate, terbatasnya dampak Brexit, dan meningkatnya sentimen positif atas pengesahan UU Pengampunan Pajak. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, terutama dari sisi penjual eceran relatif stabil. Hal ini tercermin pada hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Namun demikian, ekspektasi inflasi masyarakat Bali masih relatif tinggi, sehingga pengendalian ekspektasi inflasi sebagai langkah antisipatif menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali terus berupaya dan melaksanakan kegiatan pengendalian inflasi di Tahun 2016 melalui berbagai kegiatan optimalisasi forum rapat untuk merumuskan rekomendasi dan langkah antisipatif bagi pemerintah dan stakeholder terkait, TPID juga telah melakukan upaya dan tindakan nyata seperti pelaksanaan Pemantauan Kondisi Lapangan, Pengelolaan Ekspektasi Masyarakat, Pengembangan dan Pemanfaatan PIHPS Provinsi Bali dengan sebutan SiGapura (Sistem Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis). Selain pengelolaan ekspekstasi masyarakat melalui press release, talkshow, dan media komunikasi lainnya, TPID Provinsi Bali juga secara rutin melakukan pemantauan harga pasar, operasi pasar dan pasar murah, serta penguatan Koordinasi Kebijakan dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota. Kegiatan pasar murah, pemantauan lapangan, dan operasi pasar telah dilakukan dengan lebih terkoordinir dan menjangkau daerah-daerah yang difokuskan pada Kota IHK dan daerah tertinggal di Pulau Bali. Kegiatan ini akan terus dilakukan dengan memperhatikan potensi gejolak harga dan kebutuhan masyarakat. Pasar murah diselenggarakan dengan tujuan dapat menjadi anchor acuan penetepan harga baik bagi penjual maupun bagi pembeli. Selain itu, pasar murah ini diharapkan dapat menjaga ekspektasi masyarakat sehubungan dengan ketersediaan bahan pangan dan kesiapan pemerintah meredam gejolak harga. Sumber : Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Grafik 3.29 Nilai Penjualan Eceran Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 3.30 Ekspektasi Konsumen Perkembangan Inflasi Daerah 81

83 3.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan penurunan harga cukup tinggi pada komoditas bawang merah. Kondisi ini juga terjadi pada kedua sampel inflasi di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja). Perbaikan harga pada komoditas pertanian didukung oleh membaiknya produksi pada triwulan II Sumber :SiGapura, diolah Grafik 3.31 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah Besar Kabupaten/Kota Sumber :SiGapura, diolah Grafik 3.33 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah Kabupaten/Kota Sumber :SiGapura, diolah Grafik 3.32 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit Merah Kabupaten/Kota Pemantauan pergerakan harga di kota-kota nonsampel inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga Komoditas Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali. Hasil pemantauan harga terhadap beberapa komoditas penyumbang utama inflasi Bali sepanjang triwulan II 2016, harga-harga cenderung stabil 3.5. INFLASI PERDESAAN Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga Yang Dibayar Petani. Sama dengan IHK sampel inflasi, IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Tekanan inflasi perdesaan Bali yang dihitung dengan menggunakan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di sepanjang triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi perdesaan Bali pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 0,43% (yoy), lebih rendah 82 Perkembangan Inflasi Daerah

84 dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional yang tercatat sebesar 0,59% (yoy). Selain itu, rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan dari sebesar 105,08 pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 105,78 pada triwulan II Sumber : BPS, diolah Grafik 3.34 Perkembangan Inflasi Perdesaan (mtm) dan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber : BPS, diolah Grafik 3.35 Perkembangan Inflasi Perdesaan (ytd) Perkembangan Inflasi Daerah 83

85 BOKS A TPID PROVINSI BALI BERHASIL MERAIH PENGHARGAAN TPID PROVINSI TERBAIK Pada tanggal 4 Agustus 2016 telah diselenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) VII TPID Tahun 2016 di Hotel Sahid, Jakarta. Rapat ini dipimpin dan dibuka langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo. Dalam pembukaannya, Presiden RI mengapresiasi langkah dan upaya dari Pemerintah Daerah serta TPID yang telah bersinergi mengendalikan inflasi di daerah. Rakornas TPID VII 2016 sendiri diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bank Indonesia, dan Kementerian Dalam Negeri, dengan mengambil tema Memperkuat Sinkronisasi Kebijakan Pusat dan Daerah Guna Mempercepat Pembangunan Infrastruktur dan Pembenahan Tata Niaga Pangan. Turut hadir dalam Rakornas adalah para Menteri serta pimpinan lembaga terkait, Panglima TNI dan Kapolri. Selain itu, Rakornas VII TPID diikuti oleh 489 TPID dari 34 provinsi dan 455 kabupaten/kota. berhasil meraih kategori penghargaan TPID Terbaik. Dari 34 TPID Provinsi se-indonesia, TPID Provinsi Bali bersama dengan TPID Jawa Tengah dan TPID Sumatera Utara menjadi TPID Provinsi Terbaik untuk masing-masing kawasan. Presiden Republik Indonesia secara langsung menyerahkan penghargaan tersebut kepada daerah-daerah yang memiliki TPID dengan kinerja terbaik tahun 2015 yang mewakili Kawasan Sumatera, Jawa dan Kawasan Timur Indonesia. Dalam Rakornas VII TPID telah diumumkan pemenang dari penghargaan TPID yang telah terbentuk di seluruh Indonesia berdasarkan kinerja pada Tahun Berdasarkan hasil penilaian, TPID Provinsi Bali Berbeda dengan tahun sebelumnya, pemberian penghargaan TPID tidak hanya terdiri atas dua kategori, TPID Terbaik dan TPID Berprestasi, namun ditambah dengan TPID Inovatif. Kategori TPID Terbaik diberikan kepada daerah yang telah membentuk TPID dan menjadi sampel penghitungan inflasi IHK oleh BPS. Sedangkan TPID Berprestasi diberikan kepada daerah yang telah membentuk TPID namun belum menjadi sampel penghitungan inflasi IHK. 84

86 Tabel 1 TPID Award Sementara untuk TPID Inovatif diberikan kepada TPID yang memiliki inovasi inovasi dalam pelaksanaan pengendalian inflasi. Selain TPID Provinsi Bali yang berhasil mendapatkan predikat terbaik, TPID Kota Denpasar dan TPID Kabupaten Badung juga berhasil masuk nominasi kategori TPID Kota terbaik dan TPID Berprestasi, meskipun belum meraih juara. TPID Terbaik 2015 diperoleh TPID Kota Padang, TPID Kabupaten Jember, dan TPID Kota Samarinda. Sementara TPID Berprestasi 2015 diberikan kepada TPID Kota Tebing Tinggi, TPID Kabupaten Lumajang, dan TPID Kabupaten Polewali Mandar. Keberhasilan TPID Provinsi Bali meraih TPID Provinsi Terbaik di Kawasan Timur Indonesia tidak terlepas dari koordinasi yang baik antar instansi seperti Pemprov, Pemkot/Pemkab, Bank Indonesia, TNI/POLRI, BINDA, Pertamina, Bulog, PPI, PD Pasar, distributor, dan instansi terkait lainnya, serta dukungan seluruh masyarakat Bali dalam mengendalikan inflasi. Sinergitas upaya pengendalian inflasi dilakukan oleh TPID Provinsi Bali antara lain dengan pelaksanaan pasar murah, operasi pasar, pemantauan jalur distribusi, sidak, pengelolaan ekspektasi masyarakat melalui talkshow TPID di media radio dan televisi serta penyebaran press release mengenai kecukupan dan upaya menjaga ketersediaan barang menjelang Hari Raya Keagamaan. Keterlibatan masyarakat dalam upaya pengendalian inflasi juga terlihat dari program TPID dalam menggerakkan masyarakat untuk turut serta menanam komoditas holtikultura yang menjadi penyumbang inflasi di pekarangan/halaman rumah, sebagai penyangga terhadap pangan pada waktuwaktu tertentu melalui urban farming dan program puspasari. Selain itu TPID Provinsi Bali dinilai memiliki program khusus yang berhasil secara efektif mengendalikan harga. Diantaranya adalah penandatanganan Komitmen Bersama Pengendalian Inflasi dan SK Pembentukan TPID di masing masing wilayah kerja secara serentak pada awal 2015 oleh Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Pada kesempatan tersebut juga diluncurkan website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Provinsi Bali dengan nama SiGapura Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis. Dengan adanya website ini masyarakat luas dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan harga komoditas pangan secara harian sehingga dapat mengelola ekspestasi masyarakat yang diperlukan dalam mengendalikan inflasi. Koordinasi antar TPID Kabupaten/Kota di Provinsi Bali kembali ditingkatkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman Kerjasama Perdagangan Antar Daerah Untuk Pemenuhan Pasokan Komoditas Pangan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Nota kesepahaman ini merupakan langkah awal inisiasi perdagangan antar daerah antara PD Pasar Kota Denpasar, PD 85

87 Pasar Kabupaten Badung, dan PD Pasar Kabupaten Buleleng. Melalui MoU ini dapat tercipta koordinasi yang intensif untuk menjamin ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi kebutuhan bahan pangan pokok antar Kabupaten/Kota. TPID Provisi Bali melalui Dinas Pertanian juga mengupayakan peningkatan produksi pertanian melalui program Simantri dan Puspasari, penyediaan bantuan subsidi benih dan pupuk, dan pengembangan produksi cabai merah dan bawang merah di Kabupaten Bangli dan Klungkung sebagai sentra hortikultura di Provinsi Bali. Melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh TPID, telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Inflasi Bali turun tajam dari 8,43% di tahun 2014 menjadi sebesar 2,75% di tahun Angka tersebut juga merupakan angka inflasi terendah sejak 1986 atau selama 29 tahun terakhir berdasarkan catatan BPS Provinsi Bali. Rata rata inflasi Bali tercatat sebesar 5,56% lebih rendah dari rata rata nasional sebesar 5,63%. Rakornas TPID mengangkat sejumlah isu penting dalam pengendalian inflasi. Pertama, mempertegas kembali komitmen daerah dalam menjaga stabilitas harga dengan mewujudkan strategi 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, Komunikasi yang efektif). Kedua, mengintegrasikan roadmap pengendalian inflasi dengan rencana kerja Pemerintah di tingkat pusat dan daerah. Ketiga, penguatan peran TPID provinsi dalam mengoordinasikan TPID kab/kota untuk mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional. Keempat, meningkatkan kualitas data/informasi terkait produksi, konsumsi, pasokan, stok, harga, termasuk juga penguatan PIHPS untuk mendukung kebijakan stabilisasi harga. Kelima, mengatur produksi/pola tanam antar daerah serta penguatan kerjasama antara daerah surplus dan daerah defisit. Keenam, meningkatkan intensitas implementasi Program Tol Laut dengan perluasan cakupan daerah untuk mengurangi disparitas harga. Terakhir, perlu upaya untuk mendorong perubahan preferensi masyarakat terhadap pola konsumsi. Penguatan koordinasi seluruh TPID melalui programprogram yang telah disepakati itu menjadi harapan masyarakat Indonesia agar inflasi menjadi rendah dan stabil. Inflasi yang stabil akan memberikan ketenangan dan kesejahteraan pada masyarakat sebagai konsumen, petani sebagai produsen dan investor dalam melakukan pengembangan usaha. 86

88 Foto oleh: Agus Mulyawan Dana BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 87

89 88 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

90 4.1. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Dalam sistem keuangan, rumah tangga merupakan obyek yang memiliki 2 (dua) fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan sebagai penerima pendanaan dari institusi keuangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi, dan kondisi pembiayaan/kredit oleh rumah tangga. Pada triwulan II 2016, kinerja konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan turut menjadi faktor pendorong peningkatan perekonomian Provinsi Bali. Konsumsi rumah tangga tercatat mengalami peningkatan dari 7,36% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 7,65% (yoy) pada triwulan II 2016 dengan pangsa konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian sebesar 48,98%. Setelah mengalami perlambatan di tahun 2015, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mulai menunjukkan perbaikan di tahun 2016 seiring dengan kenaikan UMK dan terjaganya harga BBM, TTL dan gas LPG. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan masih optimisnya rumah tangga dalam melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini terlihat dari rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan II 2016 yang mencapai 100,31. Meskipun demikian, dalam rentang waktu April-Juni 2016 terjadi pelemahan keyakinan konsumen seiring dengan frekuensi hari raya keagamaan yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya serta persiapan konsumen sebelum tahun ajaran baru sekolah. Akan tetapi, rumah tangga masih melihat ada potensi perbaikan ekonomi di masa yang akan datang sehingga Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) mengalami peningkatan pada akhir triwulan II 2016 tersebut. Beberapa kebijakan pemerintah Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Bali indeks Kenaikan harga BBM Penurunan 80 harga BBM Kenaikan 70 Penurunan Penurunan harga BBM harga BBM harga BBM IKK (Keyakinan Konsumen) IKE (Kondisi Ekonomi Saat Ini) IEK (Ekspektasi Konsumen) Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.2 Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Bali optimi pesimis seperti dikeluarkannya beberapa paket ekonomi dan penurunan harga BBM bersubsidi pada tanggal 1 April 2016, turut menjaga tingkat ekspektasi rumah tangga terhadap perekonomian Bali. Rumah tangga di Bali pada triwulan II 2016 masih memiliki optimisme yang tinggi terhadap kondisi penghasilan mereka. Begitu pula untuk 6 bulan ke depan, rumah tangga masih melihat adanya peningkatan pendapatan/penghasikan. Meskipun masih optimis, namun terjadi pelemahan indeks karena rumah tangga berubah menjadi pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja. Masih adanya ketidakpastian seiring dengan sikap wait and see investor menyebabkan ekspektasi rumah tangga akan ketersediaan jumlah lapangan kerja akan semakin berkurang. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 89

91 optimis pesimis indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Penghasilan Saat Ini 16-Apr Mei Jun Pembelian Barang Tahan Lama Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.3 Persepsi Rumah Tangga Bali Terhadap Ekonomi Saat Ini Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.5 Ekspektasi Perubahan Harga Oleh Rumah Tangga 3 Bulan Mendatang optimi pesimis s indeks indeks perubahan harga Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Lapangan Kerja Ekspektasi Kegiatan Usaha 16-Apr Mei Jun Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.4 Persepsi Rumah Tangga Bali Terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang Meskipun demikian, kondisi tersebut diperkirakan tidak berlangsung lama dan akan terjadi peningkatan kembali lapangan kerja di semester II Hal tersebut tercermin dari ekspektasi rumah tangga terhadap lapangan pekerjaan 6 bulan yang masih optimis didukung dengan optimisme peningkatan kegiatan usaha. Sumber kerentanan lainnya adalah terkait dengan adanya potensi tekanan harga. Pada triwulan III 2016 mendatang, rumah tangga akan dihadapkan pada perayaan Idul Adha, Galungan, Kuningan, dan Idul Fitri yang bersamaan dengan liburan sekolah dan peak season pariwisata (libur musim panas Australia dan Eropa). Tekanan harga bahan pangan dan makanan jadi pada triwulan III akan relatif lebih tinggi sesuai dengan pola musimannya. Estimasi Juli-16 Estimasi Agustus-16 Estimasi Sept-16 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.6 Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Komoditi Kinerja Keuangan Rumah Tangga Pada triwulan II 2016, penggunaan keuangan rumah tangga masih didominasi oleh konsumsi sebesar 62%. Kondisi tersebut sejalan dengan peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2016 yang mendorong peningkatan perekonomian secara keseluruhan. Peningkatan tersebut sesuai dengan pola musimannya dan terutama didorong oleh pencairan gaji ke 13 dan gaji ke 14 PNS yang didominasi untuk pengeluaran akomodasi makan dan minum, transportasi seiring dengan aktivitas mudik menjelang Idul Fitri, serta konsumsi jasa pendidikan seiring dengan tahun ajaran baru. Realisasi gaji ke 13 dan 14 PNS tersebut mendorong keyakinan rumah tangga untuk melakukan konsumsi serta dapat menutupi pembayaran cicilan hutang dengan pangsa 90 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

92 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Bali Tabel 4.1 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Kategori Pengeluarannya Per Bulan Penggunaan Pengeluaran/bulan Rp1-2 jt Rp2,1-3 jt Rp3,1-4 jt Rp4,1-5 jt >Rp5 jt Rata-rata Konsumsi 66.3% 65.0% 65.5% 60.7% 54.4% 62.4% Cicilan/Pinjaman 19.8% 19.7% 19.9% 23.9% 29.9% 22.7% Tabungan 13.9% 15.3% 14.6% 15.4% 15.7% 15.0% Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% sebesar 23% pada triwulan II 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang sebesar 19%. Sementara itu dana yang disisihkan untuk menabung relatif masih cukup stabil pada kisaran 15%. Apabila dilihat berdasarkan pendapatannya, tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi dilakukan oleh kelompok rumah tangga berpendapatan rendah (Rp1-2 juta). Sementara semakin tinggi tingkat pendapatannya semakin kecil tingkat pengeluarannya untuk konsumsi. 30% pendapatannya (DSR>30%). Pada triwulan II 2016, jumlah rumah tangga dengan DSR>30% turun sebesar 19,6%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun terdapat peningkatan potensi risiko pada kelompok pendapatan tertinggi (>Rp5 juta). Dimana pada kelompok pendapatan tersebut, peningkatan rumah tangga dengan DSR>30% mencapai 158%. Sementara itu jika dilihat dari perilaku berutang, terdapat penurunan risiko dari sisi kredit karena secara agregat terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 91

93 Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan Pengeluaran/ bln 0-10% 10%-20% TMP = Tidak Memiliki Pinjaman/Cicilan * Perubahan triwulan II 2016 dibandingkan triwulan I 2016 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali, diolah Tabel 4.3 Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan 20%-30% >30% Rp1-2 jt 3.0% 3.4% 1.5% 1.0% Rp2,1-3 jt 15.4% 9.4% 6.5% 5.0% Rp3,1-4 jt 10.7% 9.2% 9.0% 3.0% Rp4,1-5 jt 4.5% 2.7% 3.0% 2.7% >Rp5 jt 1.2% 0.3% 2.5% 2.3% Total 34.8% 25.0% 22.6% 14.1% Pengeluaran/ bln Perubahan Debt Service Ratio (DSR)* 0-10% Triwulan II 2016 Debt Service Ratio (DSR) 10%-20% 20%-30% >30% Rp1-2 jt -36.8% 13.4% 65.8% 10.6% Rp2,1-3 jt 5.9% -4.0% -7.3% -23.8% Rp3,1-4 jt -29.6% 93.0% 7.6% -50.9% Rp4,1-5 jt 10.6% -15.8% 20.6% -9.3% >Rp5 jt -35.5% -63.1% 57.9% 158.0% Total -13.9% 15.6% 10.6% -19.6% Pengeluaran/ bln 0-10% 10%-20% 20%-30% >30% TBM Rp1-2 jt 3.0% 0.8% 0.8% 0.5% 3.7% Rp2,1-3 jt 13.6% 7.2% 5.5% 2.2% 8.9% Rp3,1-4 jt 15.4% 5.5% 3.7% 1.8% 6.7% Rp4,1-5 jt 5.2% 2.2% 1.0% 1.3% 3.2% >Rp5 jt 2.2% 2.0% 0.5% 0.3% 1.5% Total 39.4% 17.8% 11.6% 6.2% 24.0% Pengeluaran/ bln 0-10% 10%-20% Triwulan II 2016 Tabungan Perubahan Tabungan* 20%-30% >30% TBM Rp1-2 jt -39.7% -53.9% -26.3% -68.4% N/A Rp2,1-3 jt -17.1% -28.0% -16.1% -36.1% 458.0% Rp3,1-4 jt -4.5% -40.7% -4.6% -32.4% 168.0% Rp4,1-5 jt -8.6% -20.2% -50.9% 194.8% N/A >Rp5 jt 36.9% 10.6% -26.3% 47.4% 65.8% Total -12.1% -30.9% -19.3% -26.3% 251.3% TMB = Tidak Menabung * Perubahan triwulan II 2016 dibandingkan triwulan I 2016 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali, diolah Di sisi lain, terjadi peningkatan risiko pada perilaku menabung. Rumah tangga yang paling besar peningkatannya dalam hal tidak dapat menabung berada pada kelompok pendapatan Rp2,1 juta s.d Rp3 juta. Rumah tangga yang tidak dapat menabung berisiko pada stabilitas keuangan daerah karena dapat mengganggu likuiditas institusi keuangan dari sisi sumber dana. Meskipun demikian, terdapat penambahan rumah tangga yang menabung di atas 30% pendapatannya (tabungan>30%) terutama untuk kelompok rumah tangga berpendapatan tinggi (>Rp4,1 juta) Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan Sektor rumah tangga masih mendominasi dana pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan Bali. Hal ini tercermin dari pangsa DPK perseorangan pada triwulan II 2016 yang mencapai 66,8% dari keseluruhan DPK di Bali. Sejalan dengan peningkatan kinerja konsumsi RT, pertumbuhan DPK perseorangan di perbankan pada triwulan II 2016 turut mengalami peningkatan dari sebesar 2,62% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 4,64% (yoy) pada triwulan II Preferensi rumah tangga dalam melakukan penempatan dana masih didominasi pada fasilitas tabungan dan deposito. Pada triwulan II 2016, porsi tabungan perseorangan pada perbankan Bali mencapai 94,06% dibandingkan dengan total keseluruhan DPK. Sementara itu porsi DPK dalam bentuk tabungan juga masih dominan dilakukan oleh nasabah perseorangan dengan porsi mencapai 59,65%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang sebesar 58,66%. Sementara itu, deposito memiliki share sebesar 34,42% pada triwulan II 2016, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang sebesar 35,24% seiring dengan tendensi peningkatan konsumsi masyarakat sehingga cenderung membutuhkan dana yang mudah dicairkan. 92 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

94 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tw I 2016 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Total Deposito Tabungan Giro Perseorangan Non Perseorangan %,yoy Perseorangan Non Perseorangan DPK Total I II III IV I II III IV I II Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.8 Komposisi DPK Bali Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.10 Komposisi DPK Perseorangan di Bali Perseorangan Non Perseorangan DPK Total %,yoy %,yoy I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II Giro Tabungan Deposito Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Bali Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.11 Pertumbuhan DPK Perseorangan Bali Tiap Jenis Penempatan Dari sisi pertumbuhannya, DPK perseorangan pada tabungan masih tumbuh cukup tinggi sebesar 8,97% (yoy) pada triwulan II 2016 dan terus menunjukkan tren yang terus meningkat sejak awal tahun 2016 yang lalu. Sementara itu, pertumbuhan DPK perseorangan pada fasilitas deposito masih menunjukkan perlambatan, sama halnya dengan pertumbuhan DPK perseorangan fasilitas giro yang mengalami perlambatan pada triwulan II 2016 yang tercatat sebesar -2,16% (yoy). dan simpanan bernilai besar (>Rp20 M) dan rekening simpanan bernilai sedang (>Rp10 juta s.d <Rp2 miliar). Kondisi ini terjadi hampir di seluruh kota/ kabupaten yang ada di Bali. Adapun penambahan rekening simpanan terbesar terjadi di Kota Denpasar (bertambah sebesar 6,3%) dan penambahan rekening terendah terjadi di Kabupaten Buleleng (bertambah sebesar 3,11%). Dilihat dari jumlah rekening DPK perseorangan, pada triwulan II 2016 terdapat penambahan jumlah rekening sebesar 4,54% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penambahan rekening tersebut terjadi pada kategori simpanan bernilai kecil (<Rp10 juta) Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 93

95 Tabel 4.4 Komposisi Jumlah Rekening Perseorangan Per Nilai Penempatan di Bali DAERAH Jumlah <10 JT >10 JT JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M - 2 M >2 M - 5M >5M - 10M >10M - 15M >15M - 20M >20M Kab. Buleleng Kab. Jembrana Kab. Tabanan Kab. Badung Kab. Gianyar Kab. Klungkung Rek 284, ,653 37,897 4, Δ% Rek 143, ,553 18,427 1, Δ% Rek 171, ,294 30,189 2, Δ% Rek 403, ,403 69,517 11,021 1, Δ% Rek 171, ,836 29,943 3, Δ% Rek 75,580 62,504 11,726 1, Δ% Rek 67,634 54,726 12, Kab. Bangli Δ% Kab.Karang asem Kota Denpasar PROVINSI BALI Rek 129, ,417 19,181 1, Δ% ,764,62 1,441,29 Rek ,604 52,737 5,009 2,713 1, Δ% ,211,19 2,626,67 Rek ,529 79,226 7,001 3,662 1, Δ% Rek = Jumlah rekening; D % = Perubahan jumlah rekening pada triwulan II 2016 dibandingkan dengan triwulan I 2016 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga Dari sisi kredit perbankan, rumah tangga di Bali mendominasi penyaluran kredit. Hal ini terlihat dari pangsa kredit untuk perseorangan yang mencapai 63,69% dibandingkan keseluruhan kredit yang direalisasikan untuk daerah ini pada triwulan II Sebagian besar kredit perseorangan tersebut digunakan untuk konsumsi yaitu sebesar 52%, sedangkan sisanya digunakan untuk kegiatan produktif seperti untuk modal kerja dan investasi sebesar masing-masing 32% dan 16%. 32% 44% 47% 52% 9% 16% KPR KKB RT. Multiguna Modal Kerja Investasi Konsumsi Grafik 4.12 Komposisi Kredit Perseorangan dan Non Perseorangan Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perseorangan 94 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

96 perseorangan. Penggunaan kedua terbesar adalah kredit multiguna yang mencapai pangsa 44%. Sementara itu kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) masih relatif kecil sebesar 9%. Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Perseorangan di Bali Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.15 NPL dan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga & Kredit Konsumsi di Provinsi Bali Kredit konsumsi oleh perseorangan digunakan untuk berbagai keperluan. Paling besar adalah kredit kepemilikan rumah (KPR) yang mencapai pangsa sebesar 47% dari keseluruhan kredit konsumsi Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit perseorangan tumbuh sebesar 11,7% (yoy) pada triwulan II 2016, lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang tumbuh 11,19% (yoy). Peningkatan kredit perseorangan tersebut masih didorong oleh meningkatnya kredit multiguna. Sementara itu, kredit kepemilikan kendaraan bermotor masih mengalami kontraksi sebesar -8,08% (yoy), kontraksi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -4,63% (yoy). Sejalan dengan perkembangan tersebut, kredit kepemilikan rumah (KPR) turut menunjukkan tren melambat sejak awal tahun Pada triwulan II 2016, KPR hanya tumbuh sebesar 3,3% (yoy). Dilihat dari sisi suku bunganya, suku bunga kredit perseorangan menunjukkan arah yang relatif stabil dan mulai mengarah ke suku bunga yang lebih rendah. Pada triwulan II 2016, suku bunga tertimbang kredit perseorangan di Bali mencapai 12,83% per tahun, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 12,98% per tahun. Tabel 4.5 Penyaluran Kredit Perseorangan Secara Spasial Posisi Triwulan II 2016 Daerah Kredit Pangsa JUMLAH REKENING (Rp Miliar) % KPR KKB Peralatan Multiguna Kab. Buleleng 5, ,532 4,540 1,193 19,768 Kab. Jembrana 2, ,485 1, ,657 Kab. Tabanan 5, ,074 3, ,004 Kab. Badung 9, ,712 4, ,214 Kab. Gianyar 4, ,689 3, ,150 Kab. Klungkung 1, , ,198 Kab. Bangli 1, , ,503 Kab. Karangasem 2, ,566 1, ,486 Kota Denpasar 20, ,049 19, ,859 PROVINSI BALI 54, ,996 40,948 3, ,839 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 95

97 Dari sisi risiko kreditnya, maka risiko kredit pada kredit rumah tangga masih menunjukkan tekanan yang minimal. Hal ini tercermin dari NPL kredit perseorangan yang berada pada level 2,16%. Bahkan NPL pada kredit konsumsi perseorangan hanya berada pada level 0,59%. Namun apabila dibandingkan dengan NPL pada triwulan I 2016 maka terjadi sedikit peningkatan risiko kredit meskipun masih berada di bawah threshold 5%. Secara spasial, kredit perseorangan masih terkonsentrasi di daerah Bali Selatan, yaitu Kota Denpasar, dengan pangsa sebesar 37,84%, diikuti oleh penyaluran di Kabupaten Badung dengan pangsa sebesar 17,83%. Kredit Kepemilikan Rumah Masih berlanjutnya perlambatan pertumbuhan KPR di Bali menambah tekanan risiko pada pelaku usaha di bidang konstruksi perumahan dan penjualan real estate. Penjualan rumah baru yang masih rendah dapat menyebabkan tekanan pada kondisi keuangan pelaku usaha konstruksi dan real estate. Hal ini juga tercermin dari melambatnya kinerja lapangan usaha real estate (PDRB) pada triwulan II 2016 yang hanya tumbuh sebesar 5,53% (yoy) dari triwulan sebelumnya 5,79% (yoy). Dari jenis KPR-nya, perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II 2016 terjadi di hampir semua jenis KPR terutama KPA dengan tipe kecil (s.d. T.21) dan tipe besar (> T.70). Meskipun demikian, terdapat perbaikan permintaan untuk KPA tipe sedang (T.21<KPA< T.70) yang semula terkontraksi sebesar -1,35% (yoy) menjadi -0,52% (yoy). Perbaikan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh mulai terdapatnya optimisme dalam penjualan apartemen seiring dengan rencana relaksasi LTV dan perkembangan pariwisata yang masih cerah. Dari sisi risiko kredit KPR, perilaku rumah tangga dalam melakukan pembayaran cicilan masih terjaga meskipun terdapat potensi peningkatan tekanan. Pada triwulan II 2016, NPL gross KPR mencapai 1,45% sedikit meningkat dari sebelumnya yang hanya sebesar 1,44%. Risiko kredit yang perlu mendapatkan perhatian dari institusi keuangan adalah pada penyaluran KPA tipe sedang (T.21 s.d.t.70) yang telah melampaui threshold 5%. Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Bali masih terkontraksi sebesar _8,08% (yoy) pada triwulan II 2016, lebih dalam dari periode sebelumnya yang sebesar -7,10% (yoy). Berdasarkan hasil survei dan liaison, kontraksi tersebut disebabkan oleh perkembangan terakhir menunjukkan konsumen lebih cenderung membeli mobil secara tunai dengan harga yang lebih murah. Dari sisi risiko kredit KKB, meskipun pertumbuhan kreditnya mengalami kontraksi namun NPL gross kredit ini relatif rendah pada kisaran 0,64%, stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga tercatat sebesar 0,64%. KKB mobil mencatat NPL yang sangat rendah yaitu sebesar 0,51%. NPL tertinggi yang dicatat oleh kendaraan roda dua (motor) yaitu sebesar 2,74%, namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,75% dan masih di bawah threshold 5%. Kredit Multiguna Besarnya penggunaan kredit konsumsi perseorangan secara multiguna menunjukkan bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga masih cukup besar, diluar kebutuhan untuk memiliki rumah dan kendaraan bermotor maupun peralatan rumah tangga. Hal ini terjadi karena pengajuan kredit multiguna relatif mudah dengan menggunakan jaminan/ agunan yang dimiliki oleh rumah tangga. Selain itu penggunaan dana yang diterima dapat secara leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam melakukan aktivitas konsumsi seperti merenovasi rumah, biaya pernikahan, biaya pendidikan, biaya pengobatan, maupun pembelian barang berharga/elektronik, dan bahkan dapat digunakan untuk modal usaha. 96 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

98 Tabel 4.6 Pertumbuhan dan NPL KPR di Bali Jenis KPR Pangsa Growth (%,yoy) NPL(%) % TW I-16 TW II-16 TW I-16 TW II-16 RT. KPR sd RT. KPR sd RT. KPR RT. KPA sd RT. KPA sd RT. KPA RT. Ruko KPR *Lokasi Proyek Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Tabel 4.7 Pertumbuhan dan NPL KKB di Bali Jenis KKB Pangsa Growth (%,yoy) NPL(%) % TW I-16 TW II-16 TW I-16 TW II-16 Mobil Sepeda Motor Truk lainnya KKB *Lokasi Proyek Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Tabel 4.8 Komposisi Kredit Multiguna Posisi Triwulan II 2016 Berdasarkan Nominal (% pangsa) Berdasarkan Jumlah Rekening (%) Besar Pinjaman Jangka Waktu Jangka Waktu <1 tahun 1-3 tahun >3-4 tahun >4-10 >10 tahun Jumlah <1 tahun 1-3 tahun >3-4 tahun>4-10 >10 tahun Jumlah <10 JT >10 JT - 50 JT >50 JT JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M Jumlah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Tabel 4.9 NPL Kredit Multiguna Besar Pinjaman Jangka Waktu <1 tahun 1-3 tahun >3-4 tahun >4-10 >10 tahun Jumlah <10 JT >10 JT - 50 JT >50 JT JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M Jumlah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Pada triwulan II 2016, kredit multiguna tumbuh sebesar 19,76% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,63% (yoy). Jika melihat dari pangsa berdasarkan besar pinjamannya dan jangka waktu kreditnya, kredit multiguna didominasi oleh kredit kelompok pinjaman >Rp100 juta s.d Rp500 juta dengan jangka waktu lebih dari 10 tahun yang mencapai 63,68% dari keseluruhan nominal kredit multiguna. Secara jumlah, kelompok tersebut juga memiliki rekening paling besar jumlahnya dengan pangsa sebesar 59,79%. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 97

99 Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 4.16 Komposisi Ekspor Bali Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga untuk fasilitas multiguna berada dalam kondisi dengan risiko yang minimal. Pada triwulan II 2016, NPL kredit multiguna hanya sebesar 0,67% dan NPL pada konsentrasi kelompok terbesar hanya sebesar 0,25%. Adapun kredit multiguna dengan risiko kredit terbesar berada pada pembiayaan dengan nominal di bawah Rp10 juta dengan NPL diatas threshold 5%. Meskipun secara jumlah rekening pangsanya hanya sebesar 12,09% dari keseluruhan rekening multiguna, namun karena jumlah nominalnya hanya sebesar 0,83% maka risiko kredit tersebut masih berdampak minor pada stabilitas keuangan di Bali. Kondisi ini menunjukkan bahwa eksposur keuangan rumah tangga masih berdampak minimal pada institusi keuangan maupun pada stabilitas keuangan di Bali ASESMEN SEKTOR KORPORASI Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Korporasi Meskipun ekonomi Bali secara agregat mengalami peningkatan pada triwulan II 2016, beberapa kinerja lapangan usaha utama Bali mengalami perlambatan antara lain industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan besar dan eceran. Dari sisi permintaan kinerja ekspor juga masih mengalami perlambatan dari sebesar 11,68% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 11,15% (yoy) pada triwulan II Komoditas perikanan dengan pangsa 27,52% masih mendominasi kinerja ekspor Provinsi Bali dan masih mencatat pertumbuhan volume ekspor yang meningkat sejak awal tahun 2016, namun perkembangan kinerja ekspor perikanan masih menghadapi tantangan untuk dapat tumbuh lebih tinggi. Salah satunya adalah semakin menurunnya volume tangkapan ikan dan semakin jauh serta luasnya wilayah tangkapan menyebabkan biaya tangkap lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Selain itu, dampak kebijakan pelarangan transshipment telah menahan laju peningkatan ekspor yang lebih tinggi, mengingat peraturan tersebut menyebabkan penurunan produksi ikan segar (Tuna), sehingga berdampak pada penurunan volume ekspor ikan segar (meskipun permintaan akan komoditas tersebut masih tetap tinggi). Selain itu, dampak pelarangan penggunaan eks. kapal asing turut menahan peningkatan kinerja produksi perikanan. Berdasarkan hasil FGD dengan Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI), terinformasi bahwa kebijakan tersebut menyebabkan beberapa pelaku usaha penangkapan tuna menghentikan usahanya dan ada juga yang beralih untuk menangkap komoditas laut lainnya yaitu cumi. Perkembangan tersebut berdampak pada resiko tertahannya perkembangan korporasi mengingat pelaku usaha industri pengolahan dengan komoditas perikanan juga mendominasi lapangan industri pengolahan. Meskipun demikian, relaksasi ketentuan terkait dengan transshipment berpotensi mendorong pertumbuhan volume ekspor. Sementara itu, dari sisi ekspor jasa, meskipun pertumbuhan wisman mengalami peningkatan sejak awal tahun 2016, kinerja ekspor jasa mengalami perlambatan yang juga berdampak pada kinerja korporasi khususnya perhotelan. Berdasarkan hasil FGD dengan perbankan, resiko kinerja perhotelan bersumber dari adanya indikasi kejenuhan jumlah kamar yang terus bertambah yang tidak diimbangi dengan kecepatan tambahan kunjungan wisatawan. Kondisi tersebut menyebabkan perhotelan melakukan persaingan harga yang berdampak pada penurunan pendapatan. 98 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

100 I II III IV I II Sumber: SKDU KPw BI Bali, diolah Grafik 4.17 Kondisi Kegiatan Usaha di Bali Kinerja Korporasi Omzet Penjualan Sejalan dengan peningkatan kinerja perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016, hasil liaison kepada pelaku usaha korporasi di Bali pada triwulan II 2016 mengkonfirmasi peningkatan pada sektor utama Provinsi Bali antara lain sektor perdagangan, pengangkutan dan perhotelan. Sektor pengangkutan mencatat peningkatan tertinggi dengan nilai likert scale penjualan ekspornya sebesar 3. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan arus wisatawan dan adanya arus mudik menjelang hari raya Idul Fitri. Sejalan dengan perkembangan tersebut, sektor perhotelan turut menunjukkan peningkatan penjualan di atas rata-rata normalnya dengan nilai likert penjualan ekspor sebesar 2,3. Kondisi tersebut sejalan dengan peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga untuk akomodasi yang juga didorong oleh pencairan gaji ke 13 dan THR PNS pada Juni 2016 sebagai sektor pendukung industri pariwisata. Sektor perdagangan turut menujukkan tendensi peningkatan di atas rata-rata normalnya dengan likert scale penjualan domestik yang sebesar 2,5. Di sisi lain, masih terdapat sektor yang mengalami perlambatan antara lain jasa-jasa dan perikanan. Sektor perikanan mencatat perlambatan paling dalam dengan hasil likert scale penjualan ekspor sebesar 1, angka tersebut menunjukkan bahwa perlambatan yang terjadi sedikit berada di bawah rata-rata normalnya. Sektor jasa-jasa turut menunjukkan perlambatan pertumbuhan dengan nilai likert scale penjualan domestik sebesar 1,5 yang menunjukkan bahwa perlambatan berada di bawah rata-rata normalnya. Sementara itu, industri pengolahan dan pertanian menunjukkan pertumbuhan yang tetap dengan nilai likert sebesar 2. Peningkatan penjualan korporasi tersebut terlihat pula dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI Bali. Pada triwulan II 2016, kegiatan usaha menunjukkan saldo bersih sebesar -1,78%, lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang memiliki saldo bersih sebesar -13,73%. Sumber: Liaison KPw BI Bali diolah Grafik 4.18 Kinerja Korporasi di Bali Berdasarkan Liaison Triwulan II 2016 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 99

101 TW I % 5% 35% TW II % Baik Cukup Buruk Sumber: SKDU KPw BI Bali, diolah Grafik 4.19 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Bali INFORMASI DAN KOMUNIKASI TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN MOTOR KONSTRUKSI 0% INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 33% 43% 40% 55% 50% Sumber: SKDU KPw BI Bali, diolah Grafik 4.20 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 7% 100% 100% Lebih baik Sama Lebih buruk 52% 51% 50% 43% 39% Biaya Pada triwulan II 2016, hampir semua korporasi menyatakan mengalami peningkatan biaya produksi kecuali untuk jasa-jasa. Peningkatan terbesar dialami oleh korporasi industri pengolahan, perhotelan, dan pengangkutan dengan likert scale sebesar 2. Peningkatan biaya tersebut lebih disebabkan karena adanya kenaikan harga bahan baku dan Upah Minimum Provinsi (UMP). Upah Minimum Provinsi Bali tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi Rp1,807 juta dari UMP 2015 sebesar Rp1,621 juta (meningkat sebesar 11,5%). Peningkatan tersebut kemudian menjadi acuan untuk Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Kabupaten 45% 14% 10% 0% 7% 0% 0% 6% Badung yang merupakan pusat pengembangan pariwisata Provinsi Bali memiliki UMK tertinggi sebesar Rp 2,1 juta diikuti oleh ibukota Provinsi Bali, Kota Denpasar yang sebesar Rp 2,007 juta. Marjin Keuntungan Kinerja korporasi dari sisi perolehan laba atau margin keuntungan secara umum mengalami penurunan, dan hanya pengangkutan yang dapat meningkatkan margin keuntungannya sama dengan rata-rata normalnya. Pada triwulan II 2016, margin industri pengolahan tidak mengalami pertumbuhan terlihat dari skala likert sebesar 0. Hal tersebut sejalan dengan kinerja industri pengolahan yang mengalami perlambatan seiring dengan kenaikan biaya bahan baku. Sementara itu, margin pada perikanan, jasajasa, perhotelan, dan perdagangan masih tumbuh namun di bawah rata-rata normalnya. Berdasarkan hasil liaison, margin pada sektor perhotelan cenderung melambat disebabkan oleh persaingan perhotelan di Provinsi Bali yang semakin ketat sehingga pelaku perhotelan sulit untuk dapat menaikkan margin. Kondisi likuiditas keuangan korporasi Secara umum, dari hasil SKDU, kondisi keuangan korporasi dari sisi likuiditas menunjukkan posisi yang lebih likuid. Pada triwulan II 2016, pangsa korporasi yang memiliki kondisi likuiditas baik mencapai 39%, meningkat daripada triwulan sebelumnya yang hanya sebanyak 35% dari total responden korporasi di Bali. Meskipun demikian, pangsa korporasi dengan kondisi likuiditas yang tidak baik mengalami kenaikan dari sebesar dari 5% menjadi 7%. Beban Angsuran Hutang Korporasi Dari sisi kemampuan membayar hutang, korporasi di Bali secara umum memiliki risiko yang relatif terjaga. Kondisi ini tercermin dari SKDU pada triwulan II 2016 yang menunjukkan hanya terdapat 21% korporasi yang menyatakan bahwa beban angsuran 100 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

102 Tabel 4.10 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang Sektor Memiliki Kredit Bank (% thd Total responden) Perkiraan Beban Angsuran (% Responden thd Responden Kredit) semakin berat tetap Semakin ringan Pertanian, kehutanan & perikanan 20% 100% 0% 0% Industri pengolahan 40% 14% 81% 5% Konstruksi 0% 0% 0% 0% Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor 57% 25% 50% 25% Penyediaan akomodasi dan makan minum 29% 33% 50% 17% Transportasi dan pergudangan 0% 0% 0% 0% Informasi dan komunikasi 0% 0% 0% 0% Real estate 0% 0% 0% 0% All Sektor 36% 21% 66% 13% Sumber: SKDU KPw BI BAli, diolah perbankan ke depan akan semakin berat. Persepsi tersebut berasal dari korporasi pertanian dikarenakan tingginya alih fungsi lahan pertanian serta anomali cuaca yang berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Sementara itu terdapat 13% korporasi yang sedang memiliki kredit perbankan menyatakan bahwa beban angsuran kredit ke depan akan semakin ringan terhadap pendapatan perusahaan. Jumlah responden SKDU yang masih memiliki hutang ke perbankan hanya sebesar 36% dari keseluruhan responden Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi Untuk menjaga stabilitas keuangan, kerentanan yang terjadi pada sektor korporasi tetap perlu diwaspadai meskipun eskposur kredit perbankan pada sektor ini hanya sebesar 32,4% dari total kredit di Bali. Hal tersebut mengingat, kondisi keuangan sektor rumah tangga yang menjadi eksposur dominan kredit perbankan di Bali juga dipengaruhi oleh kinerja sektor korporasi, terutama dari sisi penghasilan dan penyerapan tenaga kerja. Kredit perbankan pada sektor korporasi di Bali pada triwulan II 2016 mencapai Rp27,5 triliun, tumbuh sebesar 10,8% (yoy) lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,08% (yoy). Sumber: LBU, diolah Grafik 4.21 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Sumber: LBU, diolah Grafik 4.22 Pertumbuhan Kredit Korporasi Perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan kredit investasi korporasi serta kontraksi kredit konsumsi. Kredit investasi korporasi mengalami perlambatan dari sebesar 16,18% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 8,62% (yoy) pada triwulan Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 101

103 II Sementara kredit konsumsi mengalami penurunan dari pertumbuhan sebesar 0,21% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -10,91% (yoy) pada triwulan II Di sisi lain, kredit modal kerja mampu mengalami peningkatan pertumbuhan dari sebesar 11,23% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 14,15% (yoy). Sementara itu, dari sisi kualitas kredit terjadi penurunan seiring dengan NPL yang mengalami peningkatan dari sebesar 4,85% pada triwulan I menjadi 5,29% pada triwulan II Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan di kredit korporasi modal kerja dan investasi. Sumber: LBU, diolah Grafik 4.23 NPL Kredit Korporasi Kredit Modal Kerja Korporasi Posisi kredit modal kerja korporasi pada triwulan II 2016 mencapai Rp11,5 triliun. Dari sisi risiko kredit terjadi peningkatan, sebegaimana terlihat dari NPL yang meningkat dari 6,03% pada triwulan I 2016 menjadi 6,48% pada periode triwulan II Kredit Investasi Korporasi Posisi kredit investasi korporasi pada triwulan II 2016 mencapai Rp15,8 triliun. Sementara itu dari sisi risiko kredit, meskipun mengalami peningkatan, NPL kredit investasi korporasi masih memiliki risiko yang terjaga di bawah threshold 5%. Pada triwulan II 2016, NPL kredit ini hanya sebesar 4,45%, sedikit lebih tinggi dibanding NPL pada periode sebelumnya yang mencapai 4,08% ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) Jaringan Kantor dan Aset Pada triwulan II 2016, jumlah bank umum di Bali mengalami pertambahan menjadi sebanyak 43 bank sementara jumlah BPR masih tetap sama yaitu sebanyak 137 BPR. Total aset perbankan di Bali pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meski secara nominal aset mengalami peningkatan, namun laju pertumbuhan aset perbankan tercatat hanya tumbuh sebesar 6,62% (yoy) atau menjadi Rp94,3 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 7,12%(yoy). Perlambatan pertumbuhan aset tersebut terjadi pada bank umum pemerintah dan bank asing dan campuran. Bahkan pertumbuhan aset bank asing mengalami kontraksi (-16,96% (yoy)) pada triwulan II Secara umum berdasarkan pangsanya, bank pemerintah masih mendominasi industri perbankan di Tabel 4.11 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Bank di Bali KATEGORI I II Bank Umum Jumlah Kantor BPR Jumlah Kantor Total Bank Umum & BPR Total Jumlah Kantor ,008 1,005 Sumber: LBU dan LBBR Bank Indonesia, diolah 102 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

104 Bali dengan porsi aset mencapai 60,86%, sedangkan total bank swasta nasional mencapai 37,38% dari total aset perbankan di Bali Intermediasi Perbankan Bali Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu dari 4,93% (yoy) di triwulan I 2016 menjadi 5,48% (yoy) di triwulan II Peningkatan kinerja tersebut terjadi di tabungan, sementara komponen giro dan deposito juga menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan. Pada periode laporan pertumbuhan tabungan mencapai 9,92% (yoy), deposito tumbuh sebesar 1,9% (yoy) dan untuk giro mengalami pertumbuhan sebesar 2,12% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, secara nominal jumlah dana yang berhasil dihimpun tersebut mengalami peningkatan dari Rp75,5 triliun di triwulan I 2016 menjadi Rp77,6 triliun di triwulan II Kredit Sejalan dengan perkembangan kinerja penghimpunan dana yang mengalami peningkatan, fungsi penyaluran kredit perbankan oleh bank umum secara keseluruhan turut mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding kinerja di periode triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2016, kredit perbankan tumbuh sebesar 9,75% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,81% (yoy). Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan sampai dengan triwulan II 2016 mencapai Rp65,6 triliun. Peningkatan penyaluran kredit tersebut lebih didorong adanya perbaikan pada penyaluran kredit modal kerja dan kredit investasi. Pada periode triwulan II 2016, kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 8,78% (yoy) setelah pada periode sebelumnya hanya tumbuh sebesar 6,43% (yoy). Sedangkan untuk kredit investasi pada periode triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp15,0 triliun atau tumbuh sebesar 8,41% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh sebesar 6,01% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi pada periode triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp24,7 triliun atau tumbuh melambat sebesar 11,62% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh sebesar 13,14% (yoy). Tabel 4.12 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum di Bali Sumber: LBU dan LBBR Bank Indonesia, diolah Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 103

105 LDR dan NPL Kondisi intermediasi perbankan yang diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukan sedikit peningkatan bila dibandingkan kinerja di periode sebelumnya. Pada triwulan II 2016 LDR bank umum di Bali mencapai 84,53%, sedikit lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 83,47%. Kondisi tersebut seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertambahan penghimpunan dana dari masyarakat. Sejalan dengan perkembangan tersebut, kualitas kredit perbankan menunjukkan perkembangan yang stabil yang tercermin dari indikator Non Performance Loans (NPLs) Gross yang stabil dari dari 2,38% pada triwulan I 2016 menjadi 2,35% pada triwulan II Bank Perkreditan Rakyat Di triwulan II 2016, kinerja BPR tetap tumbuh tinggi namun mengalami tren yang melambat. Aset BPR tumbuh sebesar 19,93% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 20,74% (yoy) sehingga secara nominal asetnya mencapai Rp11,9 triliun. Perlambatan aset BPR di Bali juga diikuti oleh melambatnya kinerja penghimpunan dana maupun penyaluran kredit perbankan ke masyarakat. Berdasarkan data yang ada, penyaluran kredit tumbuh melambat yaitu sebesar 10,61% (yoy) dengan nominal kredit sebesar Rp8,5 triliun. Di sisi lain, penghimpunan DPK mencatat peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 21,17% (yoy) atau tercatat sebesar Rp7,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode triwulan I 2016 yang tumbuh sebesar 19,87% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan tingkat intermediasi BPR mengalami penurunan yang disertai penurunan kualitas risiko kredit pada periode triwulan II AKSES KEUANGAN Akses Keuangan Kepada UMKM Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM tercatat mengalami peningkatan, dari yang semula tumbuh sebesar 12,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 15,49% (yoy) di periode triwulan II Peningkatan laju penyaluran kredit UMKM dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit di kategori perdagangan dengan pangsa kredit terbesar (60,75%) yang semula tercatat mampu tumbuh dari sebesar 17,37% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 21,17% (yoy). Disamping itu, kategori penyediaan akomodasi makan dan minum juga tercatat mengalami peningkatan dari 20,7% (yoy) menjadi 24,55% (yoy) sehingga turut memberikan dampak positif terhadap kinerja kredit UMKM di periode triwulan II Tabel 4.13 Perkembangan Indikator BPR di Bali Sumber: LBU dan LBBR Bank Indonesia, diolah 104 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

106 .>50 JT JT.>20M.>15M - 20M.>10M - 15M.>5M - 10M.>2 M - 5M.>1 M - 2 M.>500JT - 1 M.>100JT - 500JT.>10 JT - 50 JT.<10 JT Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.24 Pangsa Nominal Kredit UMKM Denpasar 34% Karangasem 6% Bangli 4% Klungkung 3% Buleleng 11% Gianyar 11% Jembrana 4% Tabanan 9% Badung 18% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.26 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Kota/ Kabupaten UMKM 35% Rp 29 T Non UMKM 65% Rp 55 T Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit UMKM Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.27 Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit Perkembangan positif realisasi kredit tersebut diiringi dengan kualitas kredit yang mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari rasio NPL kredit UMKM yang turun dari 2,01% menjadi sebesar 1,92%. Penurunan tersebut seiring dengan perkembangan positif kegiatan usaha UMKM di triwulan II Perbaikan kualitas kredit dialami oleh sebagian besar kategori utama di Provinsi Bali. Dari data yang ada, pangsa kredit UMKM di periode triwulan triwulan II 2016 tercatat mengalami peningkatan yakni sebesar 35,03% dari total kredit, dibandingkan pangsa di triwulan sebelumnya yang sebesar 33,68%. Hal tersebut menunjukan bahwa perbankan turut memiliki perhatian dan kontribusi positif dalam rangka pengembangan UMKM di Bali. Disamping itu, berdasarkan sektor ekonominya, pangsa kredit UMKM terbesar masih berada pada kredit sektor perdagangan yakni sebesar 60,75%. Sementara itu, berdasarkan nominal kreditnya, maka pangsa realisasi kredit UMKM terbesar berada pada rentang nominal Rp100-Rp500 juta rupiah, yakni sebesar 22,6% dari total kredit UMKM yang ada di Bali. Disisi lain, berdasarkan sebaran wilayahnya maka konsentrasi realisasi kredit UMKM terbesar berada di Kota Denpasar yakni dengan pangsa sebesar 34%, diikuti oleh Kabupaten Badung sebesar 18% dan Kabupaten Gianyar sebesar 11%. Perkembangan tersebut didukung dengan kualitas kredit yang terjaga untuk Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar yang Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 105

107 memiliki NPL relatif terjaga masing-masing sebesar 1,46% dan 1,64%. Sementara itu, untuk Kabupaten Badung, meskipun NPLnya masih di bawah batas aman sebesar 5%, Kabupaten Badung memiliki tingkat NPL tertinggi sebesar 3,49%. Sementara itu, berdasarkan sektor ekonominya, realisasi kredit UMKM masih terkonsentrasi di sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa sebesar 64,8%, diikuti oleh sektor pertanian dengan pangsa sebesar 12,7%, sementara sektor ekonomi lainnya memiliki pangsa relatif rendah di bawah 5%. Lebih lanjut, penurunan tingkat NPL kredit UMKM di periode laporan secara sektoral disebabkan oleh penurunan tingkat NPL pada beberapa sektor utama seperti sektor konstruksi, perdagangan besar dan eceran, sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor pertanian. Sementara itu sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa terbesar relatif memiliki ketahanan risiko kredit yang lebih baik dengan tingkat NPL yang tercatat sebesar 1,7%, tidak mengalami perubahan jika dibandingkan tingkat NPL di periode triwulan I Akses Keuangan Kepada Penduduk Indikator akses keuangan di Bali terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio jumlah rekening DPK terhadap penduduk angkatan kerja di Bali tetap menunjukkan tren peningkatan, dimana pada triwulan II 2016 rasio tersebut tercatat sebesar 136,59%. Rasio yang lebih besar dari 100% yang menunjukkan bahwa terdapat penduduk angkatan kerja di Bali yang memiliki rekening simpanan lebih dari satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga mengindikasikan adanya penduduk bukan angkatan kerja yang juga memiliki rekening seperti siswa sekolah maupun mahasiswa. Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja di Bali menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 26,03% di bulan Februari Masih rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan oleh masyarakat di Provinsi Bali dan masih terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit di masa yang akan datang. Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.28 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.29 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 106 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

108 BOKS B LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) MEMBANGUN DESA DAN MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BALI Pengembangan lembaga keuangan mikro di Indonesia tidak hanya didukung oleh aspek ekonomi, namun juga oleh aspek sosial dan budaya serta kearifan lokal. Salah satu bentuk dukungan aspek sosial budaya tersebut, adalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang beroperasi di Wilayah Provinsi Bali. LPD berfungsi sebagai lembaga keuangan dan ekonomi di desa pakraman, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup krama desa melalui pengelolaan potensi keuangan desa. Saat ini jumlah LPD telah mencapai LPD, tersebar di Provinsi Bali dengan jumlah posisi aset di tahun 2015 tercatat sebesar Rp 13,9 triliun. Mengingat potensi dan peran strategis LPD yang sangat penting dalam perekonomian di Provinsi Bali, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menginisiasi penelitian mengenai peran strategis LPD terhadap perekonomian Bali, khususnya dalam pemberdayaan UMKM di Provinsi Bali. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dan tahun 2016, dengan melibatkan 148 LPD dan 426 nasabah LPD sebagai responden yang tersebar secara proporsional di seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali. Tabel 1 Persebaran Responden LPD Tabel 2 Persebaran Responden Nasabah LPD Penelitian ini mengobservasi perkembangan kinerja LPD, atas dasar beberapa faktor penentu kinerja LPD yang meliputi aspek pemilik dan manajemen, kondisi pasar dan persaingan serta strategi pemasaran. Dalam penelitian ini, kinerja LPD diukur berdasarkan indikator capital, aset, management, earning, liquidity dan sensitivity market to risk. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan LPD berdasarkan kinerja keuangan dan melihat secara dini kondisi LPD dari sisi aktivitas keuangannya, melakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LPD di Provinsi Bali, dan untuk mengetahui dampak LPD terhadap tingkat penghasilan masyarakat di Provinsi Bali. Secara umum terdapat beberapa pokok-pokok hasil penelitian dengan rincian sebagai berikut: a. Keunggulan LPD di Bali muncul sebagai instrumen yang kedudukannya menjadi bagian lembaga adat di Desa Pakraman. LPD berfungsi sebagai lembaga keuangan dan ekonomi desa pakraman yang Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 107

109 bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup krama desa melalui pengelolaan potensi keuangan desa. Dalam kegiatan operasionalnya, LPD memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya yaitu: Kedekatan lokasinya dengan masyarakat Dimiliki oleh masyarakat adat, sehingga ada kedekatan emosional yang menjadikan LPD menjadi pilihan utama masyarakat Bali dalam mengelola keuangannya. Dari sisi pembiayaan, nasabah merasakan akses terhadap LPD lebih mudah didukung oleh persyaratan kredit dan kecepatan pencairan dana. Kemudahan layanan LPD dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, dengan persyaratan kredit yang lebih mudah dan kecepatan pencairan dana, serta tersedianya fasilitas pemberian pinjaman tanpa agunan hingga sejumlah nilai tertentu kepada krama desa (nasabah LPD), menjadikan LPD sebagai pilihan yang unggul bagi krama desa untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan terutama untuk masyarakat yang tinggal di wilayah yang jauh dari perkotaan. Salah satu produk pembiayaan yang banyak diminati oleh masyarakat adalah pinjaman tanpa agunan dengan sejumlah nilai tertentu kepada krama desa yang menjadi nasabahnya. Selain itu, dalam mendukung perkembangan perekonomian, LPD menyediakan kredit untuk modal kerja dan konsumsi yang sangat membantu masyarakat dalam menjalankan usahanya. Dengan demikian, dampak kehadiran LPD dalam menggerakkan ekonomi sektor riil secara agregat cukup signifikan, terutama untuk skala usaha mikro dan kecil. b. Segmentasi Berdasarkan kategori kinerja keuangan (diukur menggunakan kaidah CAMEL), terdapat 70,3% LPD yang memiliki kategori sehat, 9,1% yang masuk dalam kategori cukup sehat dan 5,4% kurang sehat serta 15,1% masuk dalam kategori tidak sehat. Hasil pemetaan wilayah berdasarkan kinerja keuangan LPD di 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, LPD dikelompokkan menjadi 4 segmen yaitu: Segmen pertama terdiri dari Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem yang dicirikan oleh kualitas kredit dan tingkat profit yang tinggi. Segmen kedua adalah Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Tabanan dengan ciri permodalan dan kas yang tinggi Segmen ketiga adalah Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung dengan ciri tingkat penyaluran kredit yang tinggi Segmen keempat adalah Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Gianyar dengan ciri rasio efisiensi dan aspek manajemen yang tinggi. c. Manajemen & Operasionalisasi LPD menjadi satu-satunya pilihan masyarakat yang tinggal di wilayah yang jauh dari perkotaan dalam mengelola dananya baik untuk menyimpan maupun meminjam dana. Semakin sedikit penduduk suatu wilayah dan rendahnya aktivitas ekonomi, maka perkembangan LPD menjadi terhambat bahkan cenderung tidak berkembang. Dampak kehadiran LPD dalam menggerakkan ekonomi sektor riil secara agregat cukup signifikan, dengan skala usaha mikro dan kecil. Dari sisi sosial keagamaan, kehadiran LPD 108

110 sangat membantu dalam mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat terkait upacara keagamaan dan adat. Dalam menjalankan aktivitas operasinya, peran bendesa dalam LPD sangat strategis. Tidak saja sebagai pengawas namun juga sebagai motivator dan penggagas ide bagi kemajuan LPD bersamasama dengan pengurus LPD. Selain itu, aspek manajemen merupakan salah faktor utama yang menentukan tingkat kesehatan suatu LPD. d. Kendala Kendala utama yang dihadapi oleh LPD dalam pengembangan usaha adalah keterbatasan jumlah dan kompetensi sumber daya manusia, serta masih terbatasnya jumlah LPD yang mempergunakan sistem informasi dalam kegiatan operasionalnya serta keterbatasan permodalan. LPD yang desa pakramannya memiliki penduduk yang lebih sedikit dan aktivitas ekonomi yang rendah, cenderung perkembangan LPDnya relatif terhambat, dibandingkan dengan LPD yang memiliki jumlah nasabah yang lebih banyak. Selain itu dari sisi persaingan, saat ini telah tumbuh koperasi di tingkat Banjar yang menjadi salah satu pilihan atau alternatif masyarakat Bali dalam melakukan pinjaman ataupun menabung. Namun demikian, manfaat keberadaan koperasi untuk LPD ini, adalah koperasi dapat dijadikan sebagai mitra LPD dalam penyaluran dana. Terkait dengan keterbatasan permodalan dari LPD, terlihat dari LPD yang kurang sehat, umumnya memiliki modal yang minim dan dengan nilai aset dibawah Rp 0,5 miliar. Dalam perkembangannya LPD memiliki kemiripan dengan perkembangan perbankan, dimana LPD yang terletak dekat pusat kota dengan tingkat aktivitas ekonomi yang lebih tinggi, berdampak pada skala aktivitas ekonomi yang lebih besar. Dengan mengacu kepada Peraturan Gubernur Bali No.11 tahun 2013 dan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8 tahun 2002 dan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 tahun 2012 serta dengan mengacu pada penelitian LPD yang telah dilaksanakan serta dalam rangka mengantisipasi berbagai tantangan dan risiko ke depan, terdapat beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan dan ditindak lanjuti meliputi: 1. Sebagai lembaga keuangan yang didirikan dan tumbuh berbasis adat, LPD perlu memperkuat fungsi manajemen dengan berpegang pada nilai-nilai profesionalisme guna menghadapi tantangan ke depan dengan tetap berpegang pada adat (pasal 2 ayat 1 Peraturan Daerah No. 8 tahun 2002). 2. LPD perlu memiliki standarisasi dalam penggunaan sistem teknologi informasi (TI) yang disesuaikan dengan bidang lembaga keuangan dan kebutuhan minimal masingmasing LPD, tentunya didukung dengan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang memadai. Dengan adanya sistem penggunaan IT yang standar tersebut, diharapkan dapat mempermudah LPD dalam pengelolaan sistem akuntansi dan konsolidasi laporan keuangan (Peraturan Daerah Provinsi Bali No.4 tahun 2012 pasal 17 dan Peraturan Gubernur Bali No.11 tahun 2013 pasal 29-31). 3. Dalam rangka meningkatkan peran dan konstribusi LPD terhadap perekonomian daerah, maka LPD diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan di wilayah kerjanya antara lain melalui pelaksanaan pelatihan 109

111 kewirausahaan dan pendampingan usaha serta konsultasi manajemen atau bisnis yang dapat difokuskan pada nasabah LPD masing-masing. Dalam kaitan tersebut, perlu dilakukan upaya secara berkesinambungan dan konsisten untuk meningkatkan kompetensi dan pengetahuan pegawai LPD terkait dengan kewirausahaan, manajemen dan bisnis tentunya melalui fasilitasi Lembaga Pemberdayaan (LP) LPD, sehingga dapat melakukan pendampingan dan monitoring usaha terhadap nasabahnya. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pinjaman dan mendorong peningkatan kapasitas usaha LPD melalui peningkatan penyaluran pinjaman (Peraturan Gubernur Bali No. 11 tahun 2013 di pasal 53 ayat 1 dan pasal 56). 4. Seiring dengan nilai aset dan jumlah LPD yang terus tumbuh dan berkembang (tahun 2015 aset tercatat sebesar Rp 13,9 triliun dan jumlah LPD sebanyak 1433) serta perannya yang sangat strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, sementara pada sisi lain terdapat potensi resiko yang akan menghambat bahkan menurunkan kinerja LPD, sehingga dibutuhkan adanya lembaga pengawas khusus untuk LPD yang merupakan lembaga independen dan bertugas melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara periodik mengenai jalannya LPD dan juga berperan sebagai lembaga yang mengeluarkan aturan mengenai kegiatan operasional LPD serta lembaga tersebut diharapkan dapat memastikan kepatuhan LPD terhadap seluruh ketentuan dan peraturan yang mengikat kegiatan operasional LPD serta sekaligus dapat mendampingi LPD dalam pengelolaan usaha (Peraturan Gubernur Bali No. 11 tahun 2013 di pasal 53 pada ayat 1 dan pasal 56). 110

112 BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 111

113 112 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

114 5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Kliring Tabel 5.1 Perkembangan Perputaran Kliring Grafik 5.1 Perkembangan Kliring Grafik 5.2 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian, aktivitas transaksi nontunai menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Pada triwulan II 2016 jumlah nominal perputaran kliring mencapai Rp 21,4 triliun, meningkat sebesar 7,87% (qtq). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah transaksi lembar kliring pada triwulan II 2016 juga menunjukkan peningkatan sebesar 7,11% (qtq). Pada triwulan II 2016 jumlah tolakan cek/bilyet giro kosong tercatat sebesar 7,9 ribu lembar dengan nominal sebesar Rp 422 miliar. Jumlah lembar tolakan tersebut mengalami penurunan sebesar 4,73%(qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,3 ribu lembar. Lembar tolakan tersebut mencapai 1,16% dari total lembar kliring yang ditransaksikan pada triwulan II Sedangkan secara nominal, tolakan cek/bilyet giro kosong mengalami penurunan sebesar 12,76% (qtq). Nominal tolakan tersebut mencapai 1,97% dari keseluruhan nominal transaksi kliring triwulan II Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Sejalan dengan perkembangan perekonomian, aliran uang kartal pada triwulan II 2016 menunjukkan posisi net outflow tercatat sebesar Rp 1,7 triliun, dengan outflow tercatat sebesar Rp 5,1 triliun, jauh lebih Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 113

115 Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 2,9 triliun. Sementara inflow tercatat sebesar Rp 3,4 triliun pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 5,07 triliun. Grafik 5.3 Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik 5.4 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Temuan Uang Palsu dan Penyediaan Uang Layak Edar KPw BI Provinsi Bali secara konsisten menekan peredaran uang palsu melalui kerjasama dengan pihak Polda Bali. Berdasarkan data terakhir, jumlah uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan II 2016 sebanyak lembar, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar lembar. Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus dilakukan kepada masyarakat umum dan pelaku usaha di Bali untuk meminimalisir peredaran uang palsu. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa mengintensifkan kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menekan peredaran uang palsu. Bank Indonesia terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat (clean money policy), dengan menarik uang lusuh/ rusak dari aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan dengan kegiatan penukaran uang dan kegiatan kas keliling. Di Provinsi Bali, kegiatan kas keliling dilakukan hingga ke Nusa Penida (Kabupaten Klungkung) yang merupakan salah satu daerah terpencil di Provinsi Bali. Frekuensi layanan kas keliling pada triwulan II 2016 mencapai 26 kali Perkembangan KUPVA BB di Provinsi Bali Perkembangan transaksi jual beli valas di Provinsi Bali cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data transaksi Penyelenggara KUPVA BB di Provinsi Bali, total transaksi jual beli valas pada tahun 2015 mencapai Rp30,17 triliun, meningkat sebesar 8,84% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, sampai dengan bulan Juni 2016, total transaksi jual beli valas mencapai Rp14,6 triliun, dengan total pembelian dan penjualan masing-masing sebesar Rp7,2 dan Rp7,4 triliun. 114 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

116 Sumber: LKPBUv2, diolah Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Jual Beli Valas di Provinsi Bali Meningkatnya perkembangan transaksi jual beli valas tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah kunjungan wisman di sepanjang tahun 2015 dan 2016, yang selalu menunjukkan pertumbuhan positif. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Bali, jumlah kunjungan wisman triwulan II 2016 tumbuh sebesar 21,48% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan total transaksi jual beli valas triwulan II 2016 yang menunjukkan peningkatan sebesar 2,07% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, implementasi Kewajiban Penggunaan Rupiah di Provinsi Bali juga ikut mendorong peningkatan transaksi penukaran valas di Bali, khususnya transaksi yang dilakukan wisman di hotelhotel yang telah bekerjasama dengan Penyelenggara KUPVA BB Berizin. Hal tersebut terkonfirmasi dari total transaksi salah satu KUPVA BB yang memiliki 49 (empat puluh sembilan) Kantor Cabang yang berlokasi di hotel di Provinsi Bali. Berdasarkan data yang disampaikan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, jumlah transaksi KUPVA BB tersebut pada tahun 2016 (sampai dengan bulan Juli 2016) mencapai Rp114,83 miliar, meningkat signifikan sebesar 1676% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp6,46 miliar. Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 5.6 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman di Provinsi Bali Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 115

117 Sumber: LKPBUv2, diolah Grafik 5.7 Perkembangan Transaksi Penyelenggara KUPVA BB yang Berlokasi di Hotel Selain itu, meningkatnya transaksi jual beli valas juga didorong oleh meningkatnya jumlah KUPVA BB Berizin di Provinsi Bali. Berdasarkan jumlah kantornya, sampai dengan Agustus 2016, terdapat 659 Kantor KUPVA BB Berizin yang terdiri dari 139 Kantor Pusat (KP) dan 520 Kantor Cabang (KC). Jumlah tersebut meningkat sebanyak 48 Kantor dibandingkan akhir tahun 2015, dengan masing-masing peningkatan sebanyak 7 KP dan 41 KC. dari total 520 KC yang terdapat di Provinsi Bali, 85 diantaranya merupakan KC yang berlokasi di wilayah hotel yang terdapat di Provinsi Bali. Sumber: BISKOMVA, diolah Grafik 5.9 Sebaran Jumlah Kantor per Kabupaten/Kota Sumber: BISKOMVA, diolah Grafik 5.8 Jumlah KUPVA BB Berizin di Provinsi Bali Dari 659 Kantor tersebut, sebaran jumlah kantor KUPVA BB masih belum merata, dan terkonsentrasi di Kab. Badung dengan jumlah mencapai 457 kantor (69,35%), disusul Kota Denpasar dan Kab. Gianyar dengan jumlah masing-masing sebanyak 82 kantor (12,44%) dan 69 kantor (10,47%) Sedangkan Dari 139 Penyelenggara KUPVA BB di Provinsi Bali, total transaksi pembelian dan penjualan didominasi oleh 5 (lima) besar KUPVA BB, dengan share mencapai 63,19% dari total transaksi seluruh KUPVA BB. Walaupun share-nya cenderung menurun pada tahun 2016 seiring dengan bertambahnya jumlah KUPVA BB Berizin, namun secara nominal transaksinya masih cenderung menunjukkan peningkatan pada tahun Jika ditinjau lebih mendalam, berdasarkan jenis valasnya, transaksi jual beli valas di Provinsi Bali didominasi oleh 5 (lima) mata uang asing, yaitu 116 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

118 US Dollar (USD) (41,34%), Australian Dollar (AUD) (29,29%), Euro (EUR) (12,15%), Japanesse Yen (JPY) (6,97%), dan Singapore Dollar (SGD) (3,89%). Sumber: Data Transaksi Harian, diolah Grafik 5.10 Share Penukaran Valas di Provinsi Bali Pengembangan Elektronifikasi Pembayaran Elektronifikasi secara umum didefinisikan sebagai suatu upaya untuk mengubah transaksi masyarakat yang semula dilakukan secara manual menjadi elektronik, dari metode pembayaran secara tunai menjadi non tunai, serta pelaku transaksi keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif. Sedangkan elektronifikasi pembayaran pemerintah merupakan tata cara pembayaran pemerintah baik berupa pembayaran masyarakat kepada pemerintah maupun pembayaran pemerintah kepada masyarakat yang dilakukan secara elektronik (non tunai). Elektronifikasi diharapkan dapat membuka akses masyarakat untuk terhubung dengan layanan keuangan serta mendekatkan lembaga keuangan kepada masyarakat hingga ke daerah terpencil (remote area). Sesuai dengan road map pengembangan sistem pembayaran ke depan, elektronifikasi pembayaran antara pemerintah dan masyarakat merupakan salah satu yang sasaran yang ingin dicapai dalam jangka pendek ( ) dan jangka menengah ( ). Gambar 5.1 Pengembangan Sistem Pembayaran Sumber: Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 117

119 Gambar 5.2 Jenis-jenis Elektronifikasi Pembayaran Pemda Hal tersebut merupakan salah satu langkah reformasi pada modernisasi sistem pembayaran. Selain itu, hal tersebut juga sebagai langkah untuk mendukung Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik yang disusun dalam rangka meningkatkan kualitas penatausahaan dan pertanggungjawaban penerimaan negara, dengan menerapkan Sistem Penerimaan Negara secara elektronik dan memanfaatkan teknologi informasi. Penyempurnaan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pembayaran/penyetoran penerimaan negara, serta untuk mewujudkan good governance. Jenis-jenis elektronifikasi 2 pembayaran pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Elektronifikasi Pembayaran Pemerintah P2G (Person to Government) Merupakan skema berbagai macam pembayaran yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah. Oleh karena dibayarkan kepada pemerintah, maka transaksi P to G merupakan transaksi yang mendatangkan penerimaan bagi pemerintah. Untuk konteks pemerintah daerah, jenis penerimaan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Elektronifikasi Pembayaran Pemerintah G2P (Government to Person) Merupakan bentuk penyaluran dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk tujuan 2 Pedoman kerja Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif, Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

120 pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Alur pengeluaran pemerintah secara umum dilakukan melalui rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR. Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintah pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Belanja negara sangat berperan penting dalam usaha mencapai kesejahteraan rakyat. Mekanisme belanja pemerintah pusat diatur dan ditetapkan oleh Kementerian Keuangan, sedangkan belanja daerah mengikuti mekanisme yang ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah. Manfaat elektronifikasi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah diantaranya sebagai berikut: Bagi masyarakat: 1. Mempermudah akses/mekanisme dan fleksibilitas dalam melakukan transaksi pembayaran; 2. Mudah mengakses histori pembayaran; dan 3. Dapat mengurangi biaya korespondensi dan/ atau transportasi. Pemerintah Daerah: 1. Memperlancar proses penerimaan dana dari pembayaran pajak yang dilakukan masyarakat; 2. Mempercepat rekonsiliasi data penerimaan dan penelusuran arus dana sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas; 3. Mengurangi potensi shadow economy (korupsi dan penggelapan); dan 4. Pengurangan jumlah loket tunai yang dibutuhkan dan efisiensi pengelolaan rekening pemerintah yang tersentralisasi. Namun demikian, dalam perkembangannya akselerasi penggunaan non tunai dirasakan masih perlu ditingkatkan sehingga dibutuhkan inisiatif dari Bank Indonesia untuk mempercepat implementasinya di sektor penerimaan dan pengeluaran pemerintah, termasuk kaitannya dengan perbankan dan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut dan menindaklanjuti penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) dalam rangka peningkatan transaksi non tunai untuk layanan keuangan oleh pemerintah provinsi di seluruh Indonesia, KPwBI Provinsi Bali bersama dengan Pemerintah Kota Denpasar telah menandatangani Nota Kesepahaman No.17/9/PPTBI/PEKI/DPR tanggal 30 Juni 2015 tentang No.415.4/19/KB/BKS/2015 Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Pelaksanaan Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali dan Pemerintah Kota Denpasar. Salah satu tindak lanjut Nota Kesepahaman tersebut diwujudkan melalui penyusunan bisnis model transaksi penerimaan Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar yang dapat dimigrasikan menjadi non tunai, diantaranya penerimaan pajak Pemkot Denpasar. KPwBI Provinsi Bali bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar dan PT. Bank Pembangunan Daerah Bali juga telah menyelenggarakan sosialisasi pembayaran PBB dan Pajak Air Tanah secara non tunai dalam rangka mendorong elektronifikasi transaksi pembayaran Perkembangan Layanan Keuangan Digital (LKD) di Provinsi Bali Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada lembaga keuangan formal, berbagai otoritas telah mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan. Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia yang diterbitkan April 2014 telah berupaya untuk meningkatkan jangkauan dan memperluas penyediaan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan. Dalam aturan tersebut, dimungkinkan bank dan Lembaga Selain Bank (LSB) penerbit uang elektronik bekerjasama dengan pihak ke tiga atau Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 119

121 Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Agen LKD Tahun 2016 agen yang bertindak atas nama bank untuk melayani kebutuhan masyarakat Indonesia di berbagai daerah akan layanan sistem pembayaran dan keuangan formal. Layanan dimaksud dikenal dengan nama Layanan Keuangan Digital (LKD). Berdasarkan data yang disampaikan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk, jumlah agen LKD di Provinsi Bali cenderung menunjukkan peningkatan di sepanjang tahun Sampai dengan bulan Mei tahun 2016, jumlah agen LKD di Provinsi Bali mencapai agen, dengan jumlah agen terbanyak di Kota Denpasar sebanyak 870 agen (40,81%) dari total agen LKD di Provinsi Bali. 120 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

122 Foto oleh: Wilda Tri Farizqi BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 121

123 122 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

124 6.1. KONDISI KETENAGAKERJAAN Pasokan tenaga kerja Provinsi Bali mengalami peningkatan, terlihat dari jumlah penduduk usia kerja pada Februari 2016 yang mengalami peningkatan baik secara tahunan maupun dibanding Agustus Pada Februari 2016 jumlah penduduk usia kerja di Bali tercatat sebesar 3,16 juta orang, atau meningkat 1,50% dibanding Februari 2015 dan meningkat 0,74% dibanding Agustus Peningkatan jumlah penduduk usia produktif tersebut menjadi indikasi peningkatan potensi tenaga kerja di Bali. Seiring dengan peningkatan usia kerja, jumlah angkatan kerja pada Februari 2016 tercatat meningkat dibanding Agustus Jumlah angkatan kerja pada Februari 2016 tercatat sebesar 2,38 juta jiwa atau meningkat 0,44% dibanding Agustus Seiring dengan hal tersebut, angkatan kerja yang bekerja juga mengalami peningkatan sebesar 0,31% dibanding Agustus Namun demikian, peningkatan jumlah penduduk usia kerja tersebut tidak dapat diserap secara optimal oleh lapangan kerja yang tersedia. Hal ini tercermin dari meningkatnya pengangguran di Bali pada Februari Jumlah angkatan kerja yang menganggur pada Februari 2016 tercatat sebesar 50,4 ribu jiwa, atau meningkat sebesar 6,76% dibanding Agustus Peningkatan jumlah pengangguran yang lebih besar daripada peningkatan jumlah angkatan kerja berdampak pada meningkatnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari TPT Provinsi Bali pada Februari 2016 tercatat sebesar 2,12%, lebih tinggi dari TPT Agustus 2015 yang sebesar 1,99% dan TPT Februari 2015 yang sebesar 1,37%. Meskipun mengalami peningkatan, namun TPT Bali tersebut masih jauh lebih rendah dibanding TPT Nasional yang sebesar 5,50% pada Februari Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) menunjukkan penurunan. TPAK yang mencerminkan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi, mengalami penurunan dibanding Agustus TPAK pada Februari 2016 tercatat Sumber: BPS Provinsi Bali Grafik 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang) Sumber : BPS Provinsi Bali Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 123

125 sebesar 75,28%, lebih rendah dibanding Agustus 2015 yang sebesar 75,51%. Meskipun mengalami sedikit penurunan, TPAK tersebut masih jauh lebih tinggi dari TPAK nasional yang pada Februari 2016 tercatat sebesar 68,06%. Seiring dengan perbaikan optimisme kondisi perekonomian ke depan, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan akan mengalami perbaikan. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPwBI Provinsi Bali triwulan II-2016 yang menunjukkan adanya optimisme penambahan tenaga kerja oleh dunia usaha pada triwulan yang akan datang, terutama pada sektor industri pengolahan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor Jasa-jasa. Sumber: SKDU KPw BI Provinsi Bali Grafik 6.2 Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU) Struktur lapangan pekerjaan secara umum tidak mengalami perubahan. Sektor perdagangan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali. Pada Februari 2016, lapangan usaha perdagangan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Bali, yaitu sebesar 708 ribu orang, atau 30,45% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Lapangan usaha pertanian kemudian menempati posisi kedua dengan 511,86 ribu orang bekerja pada lapangan usaha ini, atau sebesar 22,02% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Sementara lapangan usaha jasa kemasyarakatan menempati posisi ketiga dengan menyerap 418,86 ribu orang atau 18,02% penduduk yang bekerja di Bali. Terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang selama ini menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Bali. Pada Februari 2016, penyerapan tenaga kerja pada lapangan pekerjaan perdagangan mengalami penurunan sebesar 7,82% dibanding Agustus Sementara lapangan pekerjaan pertanian turun sebesar 1,71%, lapangan pekerjaan konstruksi turun sebesar 14,16%, dan lapangan pekerjaan lainnya turun sebesar -51,1%. Disisi lain, penyerapan tenaga Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang) Sumber : BPS Provinsi Bali 124 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

126 Tabel 6.3 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang) Sumber : BPS Provinsi Bali kerja dari lapangan pekerjaan industri, transportasi, pergudangan dan komunikasi, keuangan, serta jasa kemasyarakatan pada Februari 2016 tercatat meningkat dibanding Agustus Jenis pekerjaan yang dominan pada Februari 2016 adalah kelompok orang yang bekerja pada kegiatan informal. Penduduk yang bekerja pada kegiatan informal tercatat sebanyak 1,24 juta jiwa atau sebesar 53,07% dari total penduduk yang bekerja, sedangkan orang yang bekerja pada kegiatan formal tercatat sebanyak 1,09 juta jiwa atau sebesar 46,93% dari total penduduk yang bekerja pada periode yang sama. Komposisi tersebut relatif sama dengan kondisi pada Agustus Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar penduduk Bali yang bekerja masih tergantung pada kegiatan informal. Penyerapan tenaga kerja di Bali masih didominasi oleh penduduk yang tergolong pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Jumlah pekerja penuh waktu di Bali pada Februari 2016 tercatat sebanyak 1,36 juta jiwa atau sebesar 58,39% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding Agustus 2015 yang tercatat sebanyak 1,84 juta orang atau 79,39% dari total penduduk yang bekerja. Pada periode yang sama, jumlah pekerja berwaktu tidak penuh mengalami peningkatan, dari 479 ribu jiwa pada Agustus 2015 menjadi 970 ribu jiwa pada Februari Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang) Sumber : BPS Provinsi Bali Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 125

127 Tabel 6.5 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang) Sumber : BPS Provinsi Bali Kualitas pendidikan penduduk yang bekerja mengalami sedikit perbaikan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya penduduk yang bekerja tingkat SMA/SMK keatas sebesar 4,2% pada Februari 2016 dibanding posisi Agustus Disisi lain, jumlah penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan sampai dengan SMP mengalami penurunan sebesar 2,96% pada periode yang sama. Namun demikian, dari sisi penyerapan tenaga, sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi sekitar 36,8% dari keseluruhan jumlah penduduk yang bekerja. Sementara pekerja berpendidikan tinggi mencakup 17,6%, dan sisanya merupakan pekerja berpendidikan menengah yang memilliki porsi sebesar 45,6% PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN Angka kemiskinan di Provinsi Bali pada Maret 2016 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Bali per Maret 2016 tercatat sebanyak 178,18 ribu jiwa atau 4,25% dari jumlah penduduk Bali. Angka ini menurun dibanding periode yang sama tahun lalu, yang tercatat sebesar 4,74% dari jumlah penduduk. Penurunan persentase jumlah penduduk miskin tersebut didorong oleh penurunan jumlah penduduk miskin yang berada di pedesaan dan perkotaan. Jumlah penduduk miskin di desa menurun dari 86,92 ribu jiwa pada Maret 2015 menjadi 81,20 ribu jiwa pada Maret Sementara jumlah penduduk miskin di kota menurun dari 109,8 ribu jiwa pada Maret 2015 menjadi 96,98 ribu jiwa pada Maret Angka kemiskinan di Bali tersebut berada jauh di bawah angka kemiskinan nasional yang tercatat sebesar 10,86% pada Maret Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 6.3 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan pada Maret 2016 menurun dibanding posisi Maret Indeks Kedalaman Kemiskinan menurun dari 0,66 di Maret 2015 menjadi 0,51 di Maret Penurunan ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan. 126 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

128 Tabel 6.6 Jumlah Penduduk Miskin *) angka periode Maret Sumber : Badan Pusat Statistik Sejalan dengan pergerakan Indeks Kedalaman Kemiskinan, tingkat keparahan kemiskinan Maret 2016 turut mengalami penurunan. Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari 0,14 di Maret 2015 menjadi 0,09 di Maret Hal ini mengindikasikan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin berkurang. Secara umum, tingkat kemiskinan di perdesaan untuk Maret 2016 lebih parah dibanding perkotaan, sebagaimana periode-periode sebelumnya. Tingkat kemiskinan di perdesaan pada Maret 2016 tercatat sebesar 5,23% sementara tingkat kemiskinan di perkotaan sebesar 3,28%. Dari sisi pemerataan pendapatan, disparitas pendapatan di Provinsi Bali mengalami perbaikan yang tercermin dari penurunan Gini Ratio pada Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 6.4 Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali tahun Gini Ratio Bali pada tahun 2015 tercatat sebesar 0,38, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Gini Ratio tahun 2014 yang sebesar 0,42 dan nasional sebesar 0, NILAI TUKAR PETANI Seiring dengan penurunan angka kemiskinan di Bali, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali menunjukkan tren yang meningkat. Meskipun mengalami fluktuasi, namun NTP Bali dari waktu ke waktu menunjukkan tren peningkatan. Seperti dapat dilihat pada grafik 6.5, titik tertinggi NTP Bali dari awal tahun 2015 hingga Juli 2016 berada pada bulan Juli 2016 (106,67), sementara titik terendah berada pada bulan April dan Mei 2015 (103,05). Peningkatan NTP tersebut mengindikasikan meningkatnya tingkat kemampuan/ daya beli petani di pedesaan. Peningkatan NTP terjadi pada sebagian besar subsektor, antara lain subsektor tanaman pangan, subsektor holtikultura, subsektor perkebunan rakyat, dan subsektor peternakan. Pertumbuhan NTP tertinggi terjadi pada subsektor perkebunan rakyat yang tumbuh sebesar 5,54% (yoy). Sementara NTP subsektor holtikultura tumbuh sebesar 2,94% (yoy) diikuti oleh NTP subsektor peternakan (tumbuh sebesar 0,4%(yoy)), dan subsektor tanaman pangan yang tumbuh sebesar 0,04%(yoy). Peningkatan NTP pada keempat subsektor ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Yang Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 127

129 Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 6.5 NTP Bali dan Komponen Penyusunnya Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 6.7 Perkembangan IPM Provinsi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 6.6 Perbandingan NTP Bali dan Nasional Diterima Petani (IT) lebih tinggi dibanding Indeks Yang Dibayar Petani (IB). Namun demikian, pada periode yang sama, NTP subsektor perikanan menunjukkan penurunan sebesar 1,81% (yoy), yaitu dari 105,08 pada Juli 2015 menjadi 103,18 pada Juli Relatif tingginya kesejahteraan petani Bali juga tercermin dari nilai NTP Bali yang selalu lebih tinggi dibanding NTP Nasional. Pada saat NTP Bali menunjukkan tren peningkatan sejak awal tahun 2016 hingga triwulan II 2016, NTP Nasional cenderung masih menunjukkan tren yang melambat. Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 6.8 Perbandingan IPM Bali dan Nasional lebih tinggi dibandingkan dengan IPM nasional. Data terakhir menyebutkan IPM Provinsi Bali di tahun 2015 sebesar 73,27, meningkat dibanding IPM Bali tahun 2014 yang tercatat sebesar 72,48 dan lebih tinggi dibanding IPM nasional tahun 2015 yang sebesar 69,55. IPM Bali juga tercatat sebagai IPM tertinggi ke 5 di Indonesia INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Pembangunan manusia di Provinsi Bali masih berada dalam kondisi yang baik dan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Bali yang secara historis selalu 128 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

130 BOKS C Kinerja Dunia Usaha Diperkirakan Tumbuh Lebih Baik Pada Triwulan II-2016 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menunjukkan perkembangan kegiatan usaha di Provinsi Bali pada periode triwulan II-2016 tumbuh lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh membaiknya Saldo Bersih Tertimbang (SBT) secara total dari -13,73% pada triwulan I-2016 menjadi -1,78% pada triwulan II Peningkatan kegiatan usaha terindikasi terjadi pada sebagian besar sektor, terutama perdagangan hotel dan restoran yang menunjukkan kenaikan SBT dari -4,54% pada triwulan I-2016 menjadi 4,31% di triwulan II Selain itu, sektor pertanian juga menunjukkan peningkatan SBT dari -8,27% pada triwulan I-2016 menjadi -3,64% di triwulan II Sementara itu sektor pengangkutan dan komunikasi juga menunjukkan peningkatan dari -2,06% di triwulan I-2016 menjadi -0,84% pada triwulan II Sektor bangunan dan sektor keuangan juga menunjukkan peningkatan pada periode yang sama. Peningkatan kinerja dunia usaha juga terindikasi dari semakin membaiknya kondisi likuiditas dan rentabilitas pada triwulan II-2016 dibanding triwulan sebelumnya. Saldo bersih kondisi likuiditas selama 3 bulan terakhir tercatat sebesar 32,06%, meningkat dari triwulan I-2016 yang sebesar 29,13%. Selain itu, kemampuan perusahaan untuk mencetak laba (rentabilitas) juga terindikasi meningkat di triwulan II-2016, yang tercermin dari saldo bersih kondisi rentabilitas sebesar 32,82%, naik dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 22,83%. Peningkatan kegiatan usaha di triwulan II-2016 juga terindikasi dari tingkat penggunaan tenaga kerja, sebagaimana tercermin oleh peningkatan SBT penggunaan tenaga kerja triwulan II-2016 sebesar -2,41%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar -7,89%. Peningkatan penggunaan tenaga kerja, antara lain terjadi pada sektor bangunan dengan nilai SBT 2,45%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 0 dan sektor industri pengolahan yang meningkat dari -0,8% di triwulan I-2016 menjadi -0,68% pada triwulan II Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha, rata-rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan II-2016 juga menunjukkan peningkatan yaitu pada level 79,53%, lebih tinggi dibanding 76,20% di triwulan sebelumnya. Peningkatan kapasitas produksi di triwulan II-2016, terutama terjadi pada sektor pertanian dengan tingkat kapasitas produksi sebesar 89,83%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 82,78%. Seiring dengan peningkatan kinerja dunia usaha, perkembangan investasi juga menunjukkan peningkatan dari -2,82% di triwulan I-2016 menjadi 7,90% pada triwulan II Sektor utama yang menunjukkan peningkatan investasi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (nilai SBT naik dari -1,03% pada triwulan I-2016 menjadi 3,42% di triwulan II-2016). Peningkatan juga terjadi pada sektor pertanian yang mengalami kenaikan dari -4,09% di triwulan I-2016 menjadi -1,05% pada triwulan II Selain itu, sektor bangunan dan sektor jasa keuangan juga Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 129

131 menunjukkan peningkatan investasi pada triwulan II dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan harga jual pada triwulan II-2016 terindikasi meningkat, tercermin dari nilai SBT harga jual yang meningkat sebesar 1,39%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar -0,91%. Peningkatan harga jual terutama terjadi pada sektor perdagangan hotel dan restoran dengan nilai SBT sebesar 2,02% lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 0,19%. Sektor lain yang juga menunjukkan peningkatan harga jual adalah sektor pertanian dengan nilai SBT sebesar -3,54% di triwulan II-2016, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar -4,88%. Peningkatan kinerja usaha diperkirakan akan berlanjut pada triwulan III Secara triwulanan, perkembangan usaha diperkirakan mengalami ekspansi pada triwulan III-2016 seperti tercermin dari SBT perkiraan kinerja usaha triwulan III sebesar 9,88%. Ekspansi kegiatan dunia usaha terutama diperkirakan terjadi pada sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor keuangan persewaan. Sejalan dengan ekspektasi peningkatan kinerja usaha pada triwulan III-2016, penggunaan tenaga kerja juga terindikasi menunjukkan peningkatan dengan nilai SBT perkiraan tenaga kerja sebesar 0,54%, lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Perkiraan peningkatan penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, sejalan dengan perkiraan ekspansi usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha di kedua sektor tersebut. Dengan ekspektasi peningkatan kinerja pada triwulan III-2016 tersebut, beberapa pelaku usaha berencana meningkatkan investasi yang terindikasi dari peningkatan nilai SBT triwulan III-2016 sebesar 10,56%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 7,90%. Pelaku usaha juga memperkirakan terjadinya peningkatan harga jual seiring perkiraan meningkatnya volume penjualan pada triwulan III-2016 yang tergambar dari nilai SBT perkiraan harga jual sebesar 5,02% lebih tinggi dibanding realisasi SBT triwulan II-2016 yang sebesar 1,39%. Metodologi: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak tahun Pada triwulan II-2016, jumlah responden mencapai 130 responden yang tersebar di seluruh Wilayah Provinsi Bali dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh responden baik melalui hardcopy kuesioner maupun secara online melalui website. Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban menurun dan mengabaikan jawaban sama. Khusus untuk perhitungan saldo bersih kegiatan usaha, harga jual, penggunaan tenaga kerja, kondisi investasi dilakukan dengan metode saldo bersih tertimbang (SBT-Weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/sub sektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/sub sektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Interpretasi dari hasil perhitungan SBT adalah: SBT > 0 : jumlah responden yang menjawab "meningkat" lebih banyak dari jawaban "menurun". SBT = 0 : jumlah responden yang menjawab "meningkat" dan jawaban "menurun" adalah seimbang. SBT < 0 : jumlah responden yang menjawab "menurun"lebih banyak dari jawaban "meningkat". 130

132 Tabel 1. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Usaha (Saldo Bersih Tertimbang-SBT) Tabel 2. Perkembangan Kapasitas Produksi Terpakai (Persentase) Tabel 3. Perkembangan Indikator Lainnya (Persentase) Tabel 4. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja (Persentase Saldo Bersih Tertimbang-SBT) 131

133 Tabel 5. Perkembangan Realisasi Investasi (Persentase Saldo Bersih Tertimbang-SBT) Tabel 6. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan harga Jual (Persentase Saldo Bersih Tertimbang- SBT) 132

134 Foto oleh: Agus Mulyawan Dana BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 133

135 134 Prospek Perekonomian Daerah

136 7.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan IV 2016 diperkirakan mengalami peningkatan yaitu tumbuh pada kisaran 6,58% - 6,98% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan terutama didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan kinerja ekspor. Sementara itu dari sisi penawaran, peningkatan didorong oleh peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha utama antara lain lapangan usaha pertanian, lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi makan dan minum, dan transportasi dan pergudangan. RP MILIAR gpdrb(skala kanan) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi Bank Indonesia Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali PDRB Sisi permintaan Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan III 2016, didorong oleh perkiraan peningkatan kinerja konsumsi pemerintah, investasi (PMTB), ekspor, serta konsumsi rumah tangga. Peningkatan kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan terindikasi oleh peningkatan tren realisasi fisik APBD Provinsi Bali mengikuti pola historisnya, Proyek infrastruktur yang akan berlangsung pada tahun 2016 antara lain adalah peningkatan kapasitas jalan, jembatan, irigasi dan penyediaan air minum serta pembangunan Rumah Sakit Provinsi Bali dan Rumah Sakit Mata Indera yang ditargetkan selesai di tahun Sementara itu, %,YOY terdapat risiko yang berpotensi menahan peningkatan kinerja konsumsi pemerintah di triwulan II 2016, yaitu pemotongan anggaran Kementerian dan Lembaga sebesar 10% seiring dengan pesimisme tercapainya target realisasi penerimaan pajak di tahun Sejalan dengan realisasi pembangunan proyek infrastruktur oleh pemerintah pada triwulan IV 2016, kinerja investasi diperkirakan akan mengalami peningkatan yang dikontribusikan oleh pengerjaan proyek Pemerintah dan swasta. Peningkatan tersebut, sejalan dengan semakin tingginya optimisme pelaku usaha ke depan terhadap perkembangan kondisi ekonomi makro regional, sehingga berdampak pada semakin kondusifnya perkembangan usaha. Selain itu, optimisme pelaku usaha juga didorong oleh tendensi penurunan suku bunga kredit perbankan (investasi dan modal kerja) di Provinsi Bali menuju suku bunga single digit 3 sebagai respon terhadap penurunan suku bunga BI Rate dan implementasi BI 7 days Repo rate serta didukung relaksasi LTV. Sementara itu, perkiraan peningkatan kinerja komponen ekspor pada triwulan depan, didorong oleh perkiraan perbaikan perekonomian negara tujuan ekspor 4 dan upaya eksportir untuk terus melakukan diversifikasi pasar ekspor serta peningkatan kualitas produk agar dapat bersaing ditengah semakin ketatnya persaingan. Selain itu, kinerja ekspor jasa diperkirakan turut mengalami peningkatan seiring dengan periode peak season pariwisata serta didukung upaya beberapa hotel untuk meningkatan promosi serta penjualan melalui online booking, sales call, dan program discount. Sejalan dengan kondisi tersebut, konsumsi rumah tangga diperkirakan turut mengalami peningkatan seiring dengan pola musimannya di akhir tahun dengan didukung dengan perkiraan stabilnya harga BBM, TTL, dan kebutuhan pokok. 3 Berdasarkan informasi anekdotal dan FGD dengan pihak perbankan. 4 Salah satu negara utama tujuan ekspor Provinsi Bali, USA menunjukkan peningkatan permintaan ekspor terutama untuk komoditas garmen. Prospek Perekonomian Daerah 135

137 Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, optimisme peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2016 didorong oleh perkiraan peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha, antara lain lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan peternakan, industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi makan dan minum, serta transportasi dan pergudangan. Sesuai dengan pola musimannya, perkembangan produksi pertanian pada triwulan IV-2016, diperkirakan akan menghasilkan tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2015 karena kondisi cuaca yang diperkirakan lebih mendukung (sesuai ramalan BMKG), dengan tingkat curah hujan yang tinggi. Peningkatan tersebut juga didorong oleh adanya panen komoditas tabama yang mulai terjadi di beberapa daerah di Provinsi Bali dengan didukung oleh pembangunan irigasi yang telah selesai di bulan Agustus Perkiraan meningkatnya lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum didorong oleh berlangsungnya periode peak season pariwisata (natal dan tahun baru) serta didukung oleh implementasi kebijakan bebas visa yang telah mencapai 169 negara per Maret Sejalan dengan hal tersebut, lapangan usaha transportasi dan pergudangan diperkirakan turut mengalami peningkatan. Perkembangan lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan VI 2016 diperkirakan turut mengalami peningkatan, didorong oleh potensi semakin baiknya perkembangan ekonomi global (yang berorientasi ekspor luar negeri) dan periode musiman peningkatan permintaan di akhir tahun. Sementara itu, lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan turut mengalami peningkatan seiring dengan realisasi akselerasi pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah dan swasta yang tinggi di akhir tahun. Di sisi lain, risiko perlambatan pada triwulan IV 2016, berpotensi bersumber dari isu keamanan dankenyamanan serta resiko terjadinya bencana alam yang memiliki dampak signifikan terhadap industri pariwisata.. Terdapat potensi kondisi cuaca ekstem, yang akan mempengaruhi penurunan produksi akibat banjir akibat intensitas curah hujan yang tinggi. Potensi banjir diperkirakan akan terjadi pada periode Nopember dan Desember 2016 khususnya di daerah Jembrana dan Buleleng. Selain itu, meningkatnya ketidakpastian global turut berpotensi menahan laju peningkatan kinerja investasi. Pemotongan anggaran Kementerian dan Lembaga sebesar 10% dan diperkirakan akan berlanjut pada rencana pemotongan anggaran tahap 2 termasuk transfer daerah sebesar Rp 132 triliun turut berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan IV Perkiraan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2016 Dengan perkembangan terakhir, perekonomian Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan perekonomian Bali tahun 2015 (6,04% (yoy)). Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 6,15%-6,55% (yoy). Dari sisi permintaan, perkiraan peningkatan didorong oleh hampir semua komponen. Dari komponen konsumsi Pemerintah, perkiraan peningkatan terjadi seiring dengan adanya pembayaran gaji PNS ke 14 yang mulai dilakukan pada tahun 2016 yang berpotensi mendorong realisasi belanja pemerintah. Disamping itu, akselerasi peningkatan dana desa dengan pagu tahun 2016 mencapai Rp 416 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp 185 miliar diperkirakan dapat turut menjadi pendorong dimana realisasi dana desa tahun 2016 di Juni 2016 telah mencapai 60%, lebih tinggi dibandingkan realisasi Juni 2015 yang sebesar 38,25%. Komitmen 136 Prospek Perekonomian Daerah

138 Pemerintah Daerah dalam mendukung pembangunan perekonomian, terutama pembangunan infrastruktur diperkirakan akan juga turut motor penggerak akselerasi peningkatan kinerja konsumsi pemerintah di tahun Sejalan dengan perkembangan tersebut, optimisme akselerasi pada komponen investasi didorong oleh optimisme pelaku usaha seiring dengan tendensi penurunan suku bunga kredit perbankan (investasi dan modal kerja) di Provinsi Bali menuju suku bunga single digit sebagai respon terhadap penurunan suku bunga BI Rate dan implementasi penggunaan BI 7-day Repo Rate. Dukungan kemudahan regulasi terkait dengan investasi dengan penghapusan bidang usaha restoran dari Daftar Negatif Investasi dan penghapusan sejumlah Perda, ditambah dengan rencana relaksasi ketentuan LTV untuk kredit Perumahan turut mendukung optimisme peningkatan kinerja investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga di tahun 2016 diperkirakan mengalami perbaikan seiring dengan kenaikan UMP dan potensi menurunnya harga BBM dan LPG, serta terjaganya TTL sepanjang tahun 2016 serta dengan pencairan gaji ke14 bagi PNS. Dari sisi penawaran, perkiraan peningkatan perekonomian bersumber dari perkiraan peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian seiring dengan dukungan program pengembangan peningkatan produktivitas pertanian oleh pemerintah dan pembangunan irigasi, serta perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 yang diperkirakan terjadi seiring dengan perkiraan peningkatan industri pariwisata dan industri pengolahan. Industri pariwisata diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan upaya pemerintah dalam me-rebranding dan mempromosikan Provinsi Bali sebagai destinasi pariwisata. Sementara, perkiraan peningkatan industri pengolahan didorong oleh upaya pelaku usaha dalam meningkatkan akses pasar dengan mengembangkan alternatif segmen pasar baru (domestik dan ekspor). Meskipun demikian, optimisme meningkatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tersebut masih menghadapi resiko antara lain risiko, berkembangnya isu keamanan yang berdampak terhadap industri pariwisata, risiko anomali cuaca dan bencana alam, serta resiko seiring dengan revisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi global. Berdasarkan perkembangan terakhir (Juli 2016), sebagai dampak dari BREXIT, terdapat revisi prospek perekonomian dunia pada tahun 2016 ke bawah. Perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 yang sebelumnya diperkirakan sebesar 3,2% (yoy), direvisi ke bawah menjadi sebesar 3,1% (yoy), atau sama dengan pertumbuhan ekonomi di tahun Penyesuaian proyeksi (revisi ke bawah) juga terjadi pada beberapa negara tujuan utama ekspor Provinsi Bali yaitu USA dan Jepang. Revisi ke bawah tersebut, terjadi seiring dengan peningkatan ketiakpastian global dengan keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang berdampak pada gejolak di Pasar Keuangan Global yang juga mempengaruhi keputusan investasi. Dengan demikian, revisi pertumbuhan ekonomi ke bawah tersebut terutama terkonsentrasi di negara- negara Eropa. Meskipun demikian, indikator aktivitas perekonomian sepanjang tahun 2016 menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari ekspektasi terutama di negara emerging markets dengan perekonomian yang sedang berkembang dan beberapa negara maju lainnya antaralain Amerika Serikat dan Jepang. Sejalan denan kondisi tersebut, kinerja perekonomian Tiongkok sepanjang tahun 2016 turut menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dibandingkan dengan perkiraan didorong oleh investasi infrastruktur serta harga minyak dunia yang mulai mengalami peningakatan. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari hasil survei dan liaison yang menemukan adanya tendensi peningkatan Prospek Perekonomian Daerah 137

139 Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Sumber : World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) Juli 2016 Keterangan : **) angka proyeksi IMF permintaan negara-negara tujuan ekspor seiring dengan perbaikan perekonomian negara tersebut. Perkembangan tersebut semakin mendukung optimisme akan membaiknya perekonomian Indonesia maupun Provinsi Bali pada tahun 2016 ini INFLASI BALI KESELURUHAN TAHUN 2016 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi BI Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Bali Berdasarkan hasil tracking sampai dengan Juli 2016, inflasi Bali pada keseluruhan tahun 2016 diperkirakan akan sebesar 3,39%±1% (yoy), dan diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, peningkatan inflasi pada triwulan IV 2016 terutama bersumber dari administered prices dan volatile food. Sementara itu tekanan kelompok core inflation relatif stabil. Peningkatan tekanan inflasi kelompok administered prices didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota serta penyesuaian tarif listrik akibat kenaikan harga minyak dunia. Sementara itu, gangguan produksi terjadi di Libya, Nigeria, dan Kanada juga mendorong percepatan kenaikan harga minyak dunia selama beberapa bulan terakhir. Sementara harga kelompok volatile food diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan demand pada perayaan Hari Raya Keagamaan (Hari Raya Idul Adha, Galungan dan Kuningan) di triwulan III Tekanan inflasi kelompok inti diperkirakan stabil, seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar Rupiah, masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas internasional dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Optimisme terhadap terkendalinya tekanan inflasi inti didukung oleh terjaganya ekspektasi masyarakat dan masih kuatnya sisi penawaran dalam merespon permintaan. Hasil Survei Konsumen (SK) periode Juli 2016 menunjukkan indeks ekspektasi perubahan harga periode 3 bulan ke depan sebesar 166,5, lebih rendah dibandingkan indeks triwulan I 2016 yang sebesar 173,37. Demikian pula untuk indeks ekspektasi perubahan harga periode 6 bulan ke depan sebesar 179,5, lebih rendah dibandingkan indeks triwulan lalu yang sebesar 181. Terjaganya perkiraan harga tersebut terjadi seiring dengan 138 Prospek Perekonomian Daerah

140 perkembangan investasi pada beberapa tahun terakhir yang mendorong kemampuan pemenuhan pasokan kebutuhan dalam mengimbangi tetap kuatnya permintaan ke depan. Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko (upward risk) yang perlu diwaspadai mengingat karakteristik khusus perekonomian Bali. Posisi Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia mendukung tingginya pertumbuhan ekonomi Bali seiring dengan peningkatan kinerja industri pariwisata. Di sisi lain, tingginya jumlah wisatawan berujung pada peningkatan kebutuhan pangan dapat mendorong laju inflasi. Beberapa isu strategis dan tantangan dalam pengendalian inflasi di antaranya adalah: Belum optimalnya jaminan/asuransi bagi usaha pertanian yang merujuk pada UU No. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Maraknya alih fungsi lahan dan belum ditindaklanjutinya UU No. 41 tahun 2009 tentang lahan pangan berkelanjutan dan UU No. 18 tahun 2012 terkait keharusan membentuk Badan Ketahanan Pangan masing-masing di setiap Provinsi/Kabupaten/Kota. Terhambatnya distribusi karena perbaikan jembatan Tukadaya yang belum dapat diselesaikan sebagai jalur utama distribusi barang dari Gilimanuk ke seluruh Provinsi Bali. Adanya hambatan distribusi pada jalur Ketapang - Gilimanuk karena terdapat perbedaan kelas jalan antara Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Bali. Hal ini berdampak pada penumpukan antrian distribusi karena kelebihan muatan. Perlunya dibangun Sistem Logistik Provinsi Bali mengacu pada PP no 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional dalam rangka memenuhi kebutuhan pasokan melalui kelancaran distribusi. Belum optimalnya pemanfaatan Pelabuhan Celukan Bawang sebagai jaringan transportasi laut untuk pelayanan kapal penumpang, barang, dan pariwisata. Belum berjalannya Sistem Resi Gudang di Provinsi Bali yang terhambat isu kepemilikan gudang yang tersebar di Kabupaten/Kota. Adanya kendala Bulog Divre Bali dalam memanfaatkan beras lokal (Bali) karena HPP Bulog yang selalu lebih rendah dari harga jual petani Bali. Sehubungan dengan upaya pengendalian inflasi daerah, adapun permasalahan dan tantangan utama TPID dapat dibagi dalam beberapa aspek sebagai berikut: 1. Aspek kelembagaan, belum optimalnya kerjasama TPID antar Provinsi. 2. Aspek produksi, produksi pangan belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk potensi kenaikan jumlah wisatawan setiap tahunnya. 3. Aspek distribusi, Rantai distribusi masih relatif panjang khususnya untuk bahan pangan. 4. Aspek edukasi, terbatasnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya stabilitas harga. 5. Aspek Infrastruktur dan konektivitas. Hambatan pasokan bahan pangan yang bertumpu pada Pelabuhan Gilimanuk yang juga merupakan sentra arus manusia dari dan ke Jawa Bali. Konektivitas perdagangan antara daerah produksi dengan daerah konsumsi belum optimal. 6. Aspek Regulasi, belum adanya peraturan yang terkait pengendalian inflasi daerah dan rangkaian kegiatan stabilisasi harga melalui penyusunan anggaran APBD. 7. Aspek Kajian, data suplus defisit belum tersedia dan reliable serta belum terdapat studi mengenai pemetaan arus perdagangan komoditas antar daerah. Prospek Perekonomian Daerah 139

141 Daftar Singkatan ADHB Atas Dasar Harga Berlaku Pilkada Pemilihan Kepala Daerah ADHK Atas Dasar Harga Konstan PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja PMD Pembangunan Masyarakat Desa Daerah PMTB Pembentukan Modal Tetap Bruto ATM Anjungan Tunai Mandiri PPN Pelabuhan Perikanan Nusantara BBM Bahan Bakar Minyak qtq quarter to quarter BPR Bank Perkreditan Rakyat RPJMD Rencana Pembangunan Jangka CGE Computable General Equilibrium Menengah Daerah DAK Dana Alokasi Khusus RT Rumah Tangga DAU Dana Alokasi Umum RTGS Real Time Gross Settlement DOC Day Old Chicks SBT Saldo Bersi Tertimbang FGD Focus Group Discussion SK Survei Konsumen GKG Gabah Kering Giling SKDU Survei Kegiatan Dunia Usaha HPP Harga Pokok Penjualan SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah IB Indeks Yang Dibayar Petani SMA Sekolah Menengah Atas IHK Indeks Harga Konsumen SMK Sekolah Menengah Kejuruan IHKP Indeks Harga Konsumen Perdesaan TDL Tarif Dasar Listrik IKRT Indeks Konsumsi Rumah Tangga TPID Tim Pengendalian Inflasi Daerah IPM Indeks Pembangunan Manusia TPK Tingkat Penghunian Kamar IT Indeks Yang Diterima Petani TPT Tingkat Pengangguran Terbuka JITUT Jaringan Irigasi Usaha Tani TTL Tarif Tenaga Listrik LDR Loan to Deposit Ratio USD United States Dollar LGA Listrik Air dan Gas yoy year on year LNPRT Lembaga Non Profit Rumah Tangga mtm month to month NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia NPL Non Performing Loan NTB Nilai Tambah Bruto NTP Nilai Tukar Petani PAD Pendapatan Asli Daerah PBI Peraturan Bank Indonesia PDB Produk Domestik Bruto PDRB Pertumbuhan Domestik Regional Bruto PHR Perdagangan Hotel dan Restoran PIHPS Pusat Informasi Harga Pangan Strategis 140 KEKR Provinsi Bali Agustus 2016

142 TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Causa Iman Karana Koordinator Penyusun Suarpika Bimantoro Editor Teguh Setiadi Tim Penulis Umran Usman Putriana Nurman Ganis Arimurti Rai Gian Danny Ikhsan Utama Kontributor Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Produksi dan Distribusi Ni Made Wiwik Sulasih Foto Cover Agus Mulyawan Dana Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, Tel. (0361) Fax. (0361) KEKR Provinsi Bali Agustus

143

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI Foto oleh: Agus Mulyawan Mei 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI MEI 2016 Untuk informasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI 217 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI MEI 217 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2017 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI Foto oleh: Agus Mulyawan Mei 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2016 Untuk

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2015 Untuk informasi lebih lanjut dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilance Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Mei 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2018 GEOPARK CILETUH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2018 GEOPARK CILETUH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT GEOPARK CILETUH KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Mei

Lebih terperinci