PROSES MODEL PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALGORITME GENETIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES MODEL PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALGORITME GENETIKA"

Transkripsi

1 Jurnal Ilmah Teknk Spl Vol. 14, No. 1, Januar 2010 PROSES MODEL PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALGORITME GENETIKA I Gust Agung Adnyana Putera Dosen Jurusan Teknk Spl, Fakultas Teknk Unverstas Udayana,Denpasar E-mal : adnyanaputera@cvl.unud.ac.d Abstrak: Dalam praktk pelaksanaan proyek, sumberdaya yang terseda untuk kegatan konstruks serng kal terbatas ketersedaannya. Metode jalur krts yang serng dgunakan dalam ndustr jasa konstruks untuk merencanakan dan mengontrol pelaksanaan konstruks kurang mendukung penyelesaan masalah rl dalam pelaksanaan konstruks karena perencananya serng menggunakan asums tdak ada keterbatasan sumberdaya. Untuk penjadwalan yang mempertmbangkan keterbatasan sumberdaya, perencana harus menyertakan alokas sumberdaya untuk memperoleh jadwal yang dapat dterapkan d lapangan. Duras dan urutan pelaksanaan kegatan perlu dsesuakan dengan mempertmbangkan sumberdaya yang terseda pada perode tertentu. Makalah n menyajkan proses model untuk penjadwalan proyek menerapkan teknk pencaran algortme genetka untuk menyelesakan masalah multkrtera dalam penjadwalan proyek untuk memperoleh jadwal proyek yang optmal. Algortme genetka dapat menyelesakan masalah kombnatoral dalam penjadwalan proyek dan mampu memberkan penyelesaan terntegras masalah penjadwalan proyek sepert: penjadwalan, perataan sumberdaya, penghalusan perataan sumberdaya dengan mempertmbangkan multkrtera dan multsyarat untuk penjadwalan proyek. Kata kunc: algortme genetka, perencanaan proyek, penjadwalan proyek, model proses, optmas jadwal. A PROCESS MODEL FOR PROJECT PLANNING USING GENETIC ALGORITHM Abstract: In the real constructon world, resources for constructon actvtes are usually lmted. The crtcal path method (CPM) that has been ntensvely used n constructon ndustry for plannng and controllng of constructon, s not feasble for ths problem because of the unlmted resources assumpton. To deal wth the lmted resources, constructon planner must nclude resources allocaton n order to fnd out an applcable project plannng. The actvty s duraton and ther sequences may need to be adjusted by consderng the avalable resources at the consdered tme. Ths paper presents a process model for project plannng usng the genetc algorthm searchng technque to solve the multcrtera problem n constructon plannng n order to fnd out an optmal constructon project plannng. The genetc algorthm can solve the combnatoral problems of project plannng and gve an ntegrated plannng soluton, such as, project plannng, resources levellng, smoothng by consderng mult-crtera and mult-constrants for project plannng. Keywords: Genetc algorthms, project plannng and schedulng, process model, optmsaton. 96

2 Proses Model Penjadwalan Proyek Dengan Algortme Adnyana PENDAHULUAN Penjadwalan suatu proyek konstruks bertujuan untuk menggambarkan rencana perjalanan proyek dalam waktu agar sasaran yang dtetapkan dapat dcapa secara efektf dan effsen berdasarkan sumber yang ada yatu : waktu, baya, materal, peralatan dan sumber daya manusa. Dalam praktk konstruks, serng kal proyek dlaksanakan dengan sumberdaya yang terbatas. Model-model yang ada serng kal tdak mendukung penyelesaan masalah prakts penjadwal proyek sepert penjadwalan proyek dengan sumberdaya yang terbatas bak karena tdak tersedanya sumberdaya maupun karena alasan efsens dan prakts. Penjadwalan proyek dengan sumberdaya yang terbatas merupakan permasalahan yang sangat kompleks sehngga banyak waktu dan perhatan yang harus dcurahkan untuk menyusun jadwal proyek yang bak dan dapat dlaksanakan. Pelaksana proyek selalu berusaha mencar cara terbak untuk mencapa sasaran proyek yang memlk berbaga krtera yang serng salng bertentangan. Msalnya, pemlk mengharapkan tujuan proyeknya dapat dcapa dalam waktu yang sngkat dengan baya yang mnmal. Kedua krtera n keberadaannya kadang-kadang salng bertentangan. Dalam rentang waktu tertentu, semakn sngkat waktu pelaksanaan proyek, semakn besar baya yang dbutuhkan untuk menyelesakan proyek yang sama. Namun sampa pada ttk tertentu, baya pelaksanaan proyek akan menngkat dengan semakn panjangnya waktu pelaksanaan. Selan tu, proyek yang sama dapat dselesakan dalam waktu yang sama dengan baya yang berbeda pula. Dengan kata lan untuk duras tertentu, proyek dapat dselesakan dengan baya yang beraneka ragam besarnya. Hal n dapat dapat terjad karena banyaknya faktor yang mempengaruh pelaksanaan proyek sepert, metode pelaksanaan, produktvtas tenaga dan alat, cuaca, lokas pelaksanaan pekerjaan, motvas tenaga kerja, upah kerja, bahan dan peralatan yang dpaka. Untuk menjawab permasalahan n, perlu metode optmas untuk mencapa hasl yang optmum berdasarkan krtera yang dtetapkan oleh phak yang terlbat dalam proyek. Banyak metode analtk maupun hurstk yang dpaka untuk menyelesakan masalah n, namun dalam penerapannya metode analtk tdak dapat menyelesakan secara efektf permasalahan yang cukup besar dan lebh komplek. Metode hurstk tdak dapat dterapkan pada setap kasus dan umumnya hasl yang dcapa tdak optmal. Metode analtk dan hurstk umumnya dfokuskan pada satu sasaran saja karena kompleksnya masalah penjadwalan multkrtera (Leu et al, 1999). Dalam tulsan n dsajkan prosedur penerapan algortme genetka untuk optmas jadwal sebuah proyek konstruks berdasarkan krtera atau syarat-syarat yang dtetapkan untuk mencapa tujuan proyek tersebut. KONSEP DASAR ALGORITME GE- NETIKA Algortme genetka adalah metode optmas combnatoral, yang pertama kal dsajkan oleh John Holland (Goldberg 1989), dlham oleh mekansme seleks alam dan teor genetka yang dkemukakan oleh Darwn. Algortme genetka menyajkan suatu algortme teras untuk mencar solus optmum dar suatu populas berdasarkan krtera atau pun fungs-fungs yang dtetapkan oleh pemaka yang dsebut dengan fungs ftness. Setap solus dwakl oleh sebuah atau lebh kromosom artfsal yang dsebut juga ndvdu. Setap ndvdu dapat tersusun atas satu atau lebh kromosom, sedangkan kromosom terdr atas kumpulan elemen yang dsebut gen atau karakterstk yang dapat berupa satu blangan bner atau alfabet. Jad sebuah ndvdu, yang mewakl sebuah solus potensal, adalah berupa rangkaan bner 97

3 Jurnal Ilmah Teknk Spl Vol. 14, No. 1, Januar 2010 atau rangkaan alfabet. Setap gen akan menduduk tempat dengan urutan tertentu dalam sebuah kromosom. Untuk menemukan solus terbak, algortme genetka akan mencar kombnas gen dalam sebuah kromosom agar dapat memberkan ndvdu yang palng unggul berdasarkan fungs ftness. Pada setap teras, juga dsebut generas, dbuat populas kromosom baru yang umumnya merupakan kromosom yang lebh bak berdasarkan fungs ftness. Sedkt dem sedkt populas yang terbentuk pada setap generas mengarah kepada nla optmum dar fungs ftness. Pembuatan populas baru melalu generas dar populas sebelumnya, mengkut tga tahap pentng (Renders, 1995; Golberg, 1994) yatu : Evaluas yang bertujuan untuk mengevaluas kesesuaan setap ndvdu pada populas lama dengan fungs ftness. Seleks bertujuan untuk menyeleks ndvdu-ndvdu berdasarkan krtera dan fungs ftness. Reproduks untuk melahrkan generas baru melalu perslangan dan mutas. Induk 1 Perslangan Anak Induk Anak Induk Anak Mutas Gambar 1 : Perslangan dan mutas Gambar 1 menunjukkan prnsp dasar perslangan dan mutas. Operator mutas mengubah secara acak satu atau beberapa gen dalam sebuah kromosom. Sedangkan operator perslangan menukarkan satu atau beberapa gen nduk yang satu dengan nduk lannya. Teknk perslangan dapat dlakukan dengan beberapa cara : pemotongan pada satu ttk, pemotongan mult ttk atau perslangan seragam. Pada gambar 1 dtunjukkan teknk perslangan dengan pemotongan pada satu ttk yatu pada batas antara gen nomor 2 dan 3. Penentuan tempat pemotongan n dlakukan secara acak. Apabla sebuah kromosom terdr a- tas n buah gen dan pemotongan dlakukan pada gen yang terletak pada urutan ke k dmana 1 k (n-1), maka dar dua kromosom n dapat dturunkan dua anak baru yang terdr atas gen ke-1 sampa dengan gen ke-k dar nduk 1 dtambah dengan gen ke-k+1 sampa ke-n dar nduk kedua, sedangkan anak kedua terdr atas gen ke- 1 sampa dengan gen ke-k dar nduk kedua dtambah gen ke-k+1 sampa dengan gen ke-n dar nduk pertama. Teknk perslangan dengan beberapa ttk pemotongan dlakukan dengan mempertukarkan gen yang terletak dantara ttk pemotongan pada nduk yang satu dengan nduk yang lannya. Sedangkan perslangan seragam dlakukan dengan memlh satu gen secara acak dar satu nduk dan menukarkannya dengan nduk lannya untuk memperoleh ndvdu yang baru. Pada bagan n hanya dtamplkan prnsp dasar algortme genetka yang a- kan dmanfaatkan dalam pengoptmasan penjadwalan proyek konstruks. Tentu saja mash ada teknk lannya dalam algortme genetka yang tdak dbahas dsn. PRINSIP DASAR OPTIMASI PENJA- DWALAN PROYEK Komponen utama dar jadwal sebuah proyek adalah kegatan-kegatan yang salng berkatan satu dengan yang lannya (Flcher, 1976; Armand, 1985). Setap kegatan atau kegatan mempunya karakterstk yang berupa duras, sumberdaya yang dbutukan, kapan dlaksanakan dan bagamana cara pelaksanaannya. Urutan pelaksanaan kegatan berkatan dengan teknk pelaksanaan dan teknolog yang dterapkan untuk pekerjaan tu, sedangkan krtera hubungan antar kegatan dtentukan oleh bagamana cara pelaksanaan kegatan dan karakter kegatan tersebut. Krtera n melput krtera yang berkatan dengan teknolog yang dterapkan, keterbatasan sumberdaya, waktu dan kr- 98

4 Proses Model Penjadwalan Proyek Dengan Algortme Adnyana tera yang muncul dar lngkungan tempat pekerjaan tu dlaksanakan. Dar uraan sngkat n dapat dtentukan beberapa hal yang harus dlakukan agar sebuah jadwal yang optmum sesua dengan krtera-krtera saat proyek tersebut dlaksanakan dapat dcapa. Pertama mencar konds yang optmum dar hubungan antara waktu dan baya pelaksanaan proyek. Kemudan mencar penyelesaan yang terbak apabla dalam pelaksanaan proyek ada keterbatasan sumberdaya dengan mengoptmalkan pemanfaatan sumberdaya yang ketersedaannya terbatas. Msalnya pada saat bahan, tenaga atau peralatan yang terbatas, harus dcar penyelesaan yang terbak dengan mengoptmalkan pemanfaatan sumberdaya tad. Apabla D adalah total waktu yang dperlukan untuk menyelesakan proyek, t adalah tanggal mula kegatan, d adalah waktu yang dperlukan untuk menyelesakan kegatan dan n adalah banyaknya kegatan yang dlaksanakan untuk menyelesakan proyek yang bersangkutan, maka perkraan waktu penyelesaan proyek dapat drumuskan sepert persamaan (1). Perkraan waktu pelaksanaan proyek n dtentukan berdasarkan lntasan krts dar setap jadwal proyek yang mungkn. Dar semua jadwal yang mungkn tersebut dcar duras terendah. Secara matemats dapat dnyatakan sebaga berkut: Memnmalkan D = max t + d 1,2,..., n... 1 Memnmalkan { } = n b d = 1 B =. 2 Dengan konds : t t d w j p... 3 j t G t s d k j BS, k = 1,2, L,m 4 k d, t 0 = 1,2,..., n 5 Persamaan (2) menunjukkan syarat mengena baya proyek yang dtentukan oleh phak yang terlbat dalam proyek. B adalah baya rl yang dperlukan untuk menyelesakan proyek, sedangkan b d adalah baya yang dperlukan untuk menyelesakan kegatan dalam waktu d. Persamaan (3) menunjukkan krtera yang harus dpenuh oleh setap kegatan dalam penjadwalan kegatan tersebut. Msalnya, pekerjaan j dapat dlaksanakan tepat setelah kegatan selesa ( w j = 0 ). Persyaratan perbedaan waktu mula kegatan j terhadap waktu berakhrnya kegatan dlambangkan dengan w j, tanggal mula kegatan dan j berturut-turut adalah t dan t j. Sedangkan p adalah semua kegatan yang mengkut kegatan. Nla w j tergantung dar syarat ketergantungan antara kegatan satu dengan yang lannya dtnjau dar sudut pandang pelaksanaan perkerjaan tu sesua dengan teknolog yang dterapkan. Msalnya kegatan j dapat dmula apabla kegatan akan berakhr dalam waktu w j har, atau kegatan j dapat dlaksanakan setelah kegatan selesa w j har. Persamaan (4) menunjukkan persyaratan bahwa total sumberdaya tertentu yang dperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dalam waktu d ( s k d )dalam perode t, tdak melampau sumberdaya yang terseda (SB k ), dmana k adalah jens sumberdaya yang dpaka, m adalah banyaknya jens sumberdaya dan G adalah semua kegatan yang dlaksanakan pada perode t. t ALGORITME GENETIKA DALAM OPTIMASI PENJADWALAN PRO- YEK Sebelumnya telah djelaskan bahwa ndvdu mewakl satu solus potensal. Pada penjadwalan proyek, ndvdu terdr atas satu kromosom yang tersusun atas sederetan gen. Setap gen mewakl satu kegatan dan poss gen dalam kromosom menunjukkan urutan pelaksanaan kegatan yang mungkn (Chan dkk, 1996; Chua dkk, 1997). Karena dalam pembentukan kromosom atau ndvdu dar gen-gen dalam algortme genetka dlakukan secara acak, sedangkan dalam penjadwalan proyek ada salng keterkatan antara satu gen dengan gen yang lannya, maka dalam 99

5 Jurnal Ilmah Teknk Spl Vol. 14, No. 1, Januar 2010 penjadwalan proyek susunan gen yang membentuk sebuah kromosom harus memenuh persyaratan yang tertentu sepert durakan sebelumnya. Untuk memudahkan pemahaman bagamana algortme genetka dterapkan dalam penjadwalan proyek, perhatkan jadwal proyek yang dtunjukkan dalam Gambar 2. A 4 C 12 B 13 E 2 D 5 F 2 G 1 Gambar 2 : Jadwal proyek Untuk menentukan urutan pelaksanaan kegatan dengan algortme genetka, setap kegatan dwakl oleh sebuah gen dalam kromosom. Setap kromosom yang terbentuk merupakan sebuah jadwal proyek yang memenuh syarat salng ketergantungan dar setap kegatan. Masalahnya sekarang, bagamana algortme genetka dapat dterapkan untuk mencar jadwal proyek yang sesua dengan syarat-syarat yang dtetapkan? Operator perslangan dan mutas yang djelaskan pada konsep dasar algortme genetka tdak dapat dterapkan secara langsung dalam kasus n. Untuk tu perlu adanya modfkas agar dapat dterapkan untuk mencar jadwal proyek yang terbak (Chan dkk, 1996). Langkah pertama yang dlakukan adalah memlh dua jadwal yang mungkn sebaga nduk pada generas pertama. Msalnya A-B-D-C-E-G-F-H- I-J sebaga nduk ke-1 dan A-E-F-B-G-D- C-H-I-J sebaga nduk ke-2. Langkah kedua adalah menentukan secara acak satu poss gen pada salah satu nduk. Msalnya poss yang dperoleh dar nduk ke-1 adalah 5. Selanjutnya dalam langkah ketga dlakukan pemotongan gen-gen mula dar gen ke-6 yatu G sampa dengan gen poss ke-10 (J) dar nduk ke-1. Langkah keempat adalah menghapuskan semua gen pada nduk ke- H 4 I 6 J 3 2, yang sama dengan gen-gen yang terpotong pada nduk ke-1. Kemudan dlanjutkan dengan langkah kelma yatu memlh secara acak satu gen dar kumpulan gen-gen yang dpotong dar nduk ke-1 (G-F-H-I-J) dan gen-gen ssa dar nduk ke-2 (A-E-B-D-C). Apabla pendahulu gen terplh sudah terpasang, tempatkan gen n pada poss yang kosong berturut-turut dar kr kekanan. Apabla pendahulu gen yang terplh belum terpasang, ulang langkah kelma sampa semua gen terpasang dan membentuk kromosom baru sesua dengan syarat yang dtentukan. Prosedur perslangan n dtamplkan secara grafk pada Gambar 3. Dengan memutas gen-gen dalam satu nduk juga dapat dbentuk kromosom baru dengan langkah sebaga berkut. Pertama tentukan dua ttk secara acak gen-gen yang akan dmutas. Msalnya dperloleh 3 dan 8. Selanjutnya plh secara acak satu gen yang terpotong kemudan letakkan berturut-turut dar kr ke kanan pada poss yang kosong dar nduk yang sama dengan tetap memperhatkan apakah gen pendahulunya sudah terpasang apa belum. Bla belum, ulang memlh secara acak gen yang belum dtempatkan. Bla sudah, tempatkan gen n pada poss terkr dar tempat yang kosong. Demkan seterusnya sampa semua gen menempat satu poss dalam kromosom. Prosedur perslangan dan mutas n mrp dengan opetator UX3 dan UM3 yang dtamplkan oleh SOU et al, Namun dsn perslangan dlakukan dengan pemotongan pada satu ttk. Selanjutnya waktu dan baya pelaksanaan proyek berdasarkan kromosom (jadwal) baru yang dperoleh. Demkan selanjutnya teras n dlakukan berulang-ulang. Setap jadwal baru yang dperoleh devaluas baya dan waktu yang dperlukannya. Setap pasangan waktu-baya yang dperloleh dar setap kromosom yang terbentuk dbandngkan kecocokannya dengan fungs yang dtentukan. Setap pasangan waktubaya pelaksanaan proyek yang lebh optmum dpertahankan, kemudan dbandng- 100

6 Proses Model Penjadwalan Proyek Dengan Algortme Adnyana kan lag dengan yang baru, demkan seterusnya. Apabla dperhatkan ndvdu atau kromosom yang mewakl sebuah jadwal berupa untaan kegatan-kegatan yang tersusun dalam urutan tertentu. Urutan poss gen (kegatan) pada suatu kromosom menunjukkan urutan pelaksanaan kegatan yang mungkn, sedangkan kegatan yang paralel tdak terlhat pada kromosom n. Kalau dlhat dar konteks penjadwal proyek dengan sumberdaya yang terbatas, dmana serng terjad konflk dalam menentukan prortas kegatan yang akan menggunakan sumberdaya yang terseda tersebut, maka untaan gen-gen dalam suatu kromosom suatu jadwal proyek dapat juga dartkan sebaga urutan prortas kegatan-kegatan yang berhak menggunakan sumberdaya apabla terjad konflk pemakaan sumberdaya. Dalam hal n poss gen menunjukkan prortas pelaksanaan kegatan apabla terjad konflk. A B C D E G F H I J A E F B G D C H I J G F H I J A E B D C G F H I J Plh secara acak dua nduk Plh satu poss gen dan potong pada poss tsb. Hapus semua gen pada nduk ke-2 yang sama dengan gen yang terplh secara acak pada nduk ke-1 Plh secara acak satu gen dar gen-gen yang terssa E B A D C Jka B terplh dalam tahap n, perhatkan apakah kegatan yang mendahulu B sudah terpasang apa belum. Dalam hal n A adalah pedahulu B telah terpasang, maka pasang B pada poss ke tga yatu tepat setelah D. Kalau J terplh pada tahap n, ulang lag memlh secara acak sampa terplh kegatan yang ddahulu oleh A atau D. Lanjutkan sampa semua gen terpasang sehngga terbentuk kromosom yang lengkap. Apakah gen yang mendahulu telah terpasang? Ya Tempatkan setelah gen terpasang Semua gen telah terpasang? Ya Tdak Tdak A D B Kromosom baru Gambar 3 : Prosedur penjadwalan dengan algortme genetka Untuk perataan sumberdaya, gen-gen dalam kromosom dwakl oleh tanggal mula setap kegatan (Chua dkk, 1997; Fanran dkk, 1999). Dengan mengubahubah secara acak tanggal mula setap kegatan dalam rentang waktu yang djnkan untuk setap kegatan tersebut, akan dperoleh jadwal baru. Kemudan kebutuhan sumberdaya setap perode tertentu (haran mngguan, bulanan dan seterusnya) dar jadwal baru n dhtung. Hasl yang dperoleh dbandngkan dengan sumberdaya yang terseda. Kesesuaan haslnya devaluas sesua dengan krtera yang dtetapkan dalam fungs ftnessnya. SIMPULAN Algortme genetka adalah metode optmas kombnas yang sangat fleksbel untuk menyelesakan masalah optmas mult-obyektf maupun obyektf tunggal. Algortme genetka dapat dterapkan untuk menyelesakan optmas dangan ob- 101

7 Jurnal Ilmah Teknk Spl Vol. 14, No. 1, Januar 2010 yektf tunggal sepert hubungan antara waktu dan baya, masalah keterbatasan sumberdaya maupun masalah perataan sumberdaya. Algortme genetka bahkan dapat dterapkan untuk menyelesakan secara bersamaan ketganya segara ntegral, yang sangat sult dlakukan dengan metode tradsonal maupun hurstk yang serng dpaka selama n. Dalam penjadwalan proyek, khususnya menentkan urutan pelaksanaan kegatan yang tertuang dalam untaan gen dalam sebuah kromosom, operator genetka tdak dapat dterapkan secara langsung, tetap harus devaluas terlebh dahulu mengena syarat ketergantungan antar kegatan dalam proyek agar kromosom yang terbentuk benar-benar dapat mewakl salah satu solus penjadwalan kegatan. Dbalk keunggulan dar algortme genetka n, dalam penerapannya kadangkadang sult menentukan parameter untuk menghentkan pencaran hasl yang optmal untuk menghndar nla optmum lokal. DAFTAR PUSTAKA Armand, J. et Raffestn, Y., 1985, Condure Son Chanter, Monteur, Pars p Chan, W., Chua, D.K.H. and Kannan, G., 1996, Constructon Resource Schedulng wth Genetc Algorthms, Journal of Constructon Engneerng and Management 122(2) : Chua, D. K. H., Chan, W. T. and Govndan,K., 1997, A Tme-Cost Trade-Off Model Wth Resource Consderaton Usng Genetc Algorthm, Cvl Engneerng System 14: Fanran, O. O., Love, P. E. D. and L, H., 1999, Optmal Allocaton of Constructon Plannng Resources, Journal of Constructon Engneerng and Management 125(5) : Flcher, R. 1976, Prncples of Constructon Management, McGRAW-HILL Book Company (UK) Lmted, England. Fscher, M. A. and Aalam, F., 1996, Schedulng wth Computer-Interpretable Constructon Method Models, Journal of Constructon Engneerng and Management 122(4): Goldberg,D.E.,1994, Algorthmes génétques, Adson-Wesley, France. Hegazy, T., 1999, Optmzaton of Resource Allocaton and Levelng Usng Genetc Algorthms, Journal of Constructon Engneerng and Management 125(3) : Leu, S., Chen, A. and Yang, C., (1999), Fuzzy Optmal Model for Resource-Constranted Constructon Schedulng, Journal of Computng n Cvl Engneerng 13(3) : Leu, S. and Yang, C., 1999, GA-Based Multcrtera Optmal Model for Constructon Schedulng, Journal of Constructon Engneerng and Management 125(6) : Lu, C., Hammad, A., 1997, Multobjectve Optmzaton of Brgde deck Rehabltaton Usng a Genetc Algorthm, Mcrocomputers n Cvl Engneerng 12 : Renders, J. M., 1995, Algorthmes génétques et réseaux de neurones, Hermes, Pars. 102

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 II TINJUN PUSTK 2.1 Manaemen Proyek 2.1.1 Pengertan Manaemen Proyek Sebelum mengemukakan apa art dar Manaemen Proyek, terlebh dahulu akan mengetahu art dar Manaemen dan Proyek tu. Menurut Hamng dan Nurnaamuddn

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

MODEL OPTIMAL SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA

MODEL OPTIMAL SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA ODEL OPTIAL SISTE TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen atematka Fakultas atematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Pertanan Bogor Jl erant, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Indonesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

untuk mencapai durasi 30 bulan banyak aktivitas yang harus dijalankan dengan

untuk mencapai durasi 30 bulan banyak aktivitas yang harus dijalankan dengan BAB V PEMBAHASAN Bab n bens mengena skema nsentf terhadap waktu, skema nsentf terhadap baya. dan akuras dstrbus-dstrbus vang dsmulas. 5.1 Skema Insentf Waktu Phak pemlk menghendak target waktu penyelesaan

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Penjadwalan Penjadwalan menurut Baker (1993, p) adalah alat bantu yang pentng dalam proses produks d suatu ndustr bak tu berupa barang maupun jasa. Dmana penjadwalan memlk pengaruh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tnjauan Pustaka 2.1.1 Tmetable Tmetable merupakan alokas subjek yang memlk kendala untuk dtempatkan pada ruang waktu (Gan dkk, 2004). Permasalahan Tmetable cukup luas. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK Jurusan Teknk Spl dan Lngkungan FT UGM U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK SABTU, JULI OPEN BOOK WAKTU MENIT PETUNJUK ) Saudara bole menggunakan komputer untuk mengerjakan soal- soal ujan n. Tabel

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

OPTIMASI LETAK DAN SIFAT PEREDAM MASSA SELARAS UNTUK MENGURANGI RESPONS STRUKTUR AKIBAT GEMPA

OPTIMASI LETAK DAN SIFAT PEREDAM MASSA SELARAS UNTUK MENGURANGI RESPONS STRUKTUR AKIBAT GEMPA Konferens Nasonal Teknk Spl 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bal, -3 Jun 010 OPTIMASI LETAK DAN SIFAT PEREDAM MASSA SELARAS UNTUK MENGURANGI RESPONS STRUKTUR AKIBAT GEMPA Yoyong Arfad 1 1 Program Stud Teknk Spl, Unverstas

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MASALAH PENJADWALAN JOB SHOP PADA LINGKUNGAN INDUSTRI PAKAIAN

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MASALAH PENJADWALAN JOB SHOP PADA LINGKUNGAN INDUSTRI PAKAIAN PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MASALAH PENJADWALAN JOB SHOP PADA LINGKUNGAN INDUSTRI PAKAIAN Fachrudn Afand, Mahendrawath ER, S.T, M.Sc, Ph.D, Fazal Mahananto, S.Kom Fakultas Teknolog Informas, Insttut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Keanggotaan Fuzzy

Optimasi Fungsi Keanggotaan Fuzzy Optmas Fungs Keanggotaan Fuzzy Tsukamoto Dua Tahap Menggunakan Algortma Genetka Pada Pemlhan Calon Penerma Beasswa dan BBP-PPA (Stud Kasus: PTIIK Unverstas Brawjaya Malang) Bunga Amela Restuputr 1, Wayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

PENGGUNAAN HIBRIDISASI GENETICS ALGORITHMS DAN FUZZY SETS UNTUK MEMPRODUKSI PAKET SOAL

PENGGUNAAN HIBRIDISASI GENETICS ALGORITHMS DAN FUZZY SETS UNTUK MEMPRODUKSI PAKET SOAL PENGGUNAAN HIBRIDISASI GENETICS ALGORITHMS DAN FUZZY SETS UNTUK MEMPRODUKSI PAKET SOAL Rolly Intan Fakultas Teknolog Industr, Jurusan Teknk Informatka, Unverstas Krsten Petra e-mal: rntan@petra.ac.d ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE KOMPRESI DAN DEKOMPRESI. untuk setiap B X. fraktal. Penjelasan dimulai dengan pengenalan Multiple Reduction Copy

BAB III METODE KOMPRESI DAN DEKOMPRESI. untuk setiap B X. fraktal. Penjelasan dimulai dengan pengenalan Multiple Reduction Copy BAB III METODE KOMPRESI DAN DEKOMPRESI Kompres ctra fraktal memodelkan ctra sebaga lmt dar suatu proses teras. Jka dberkan suatu ctra A X, metode n akan mencar suatu proses W sedemkan sehngga ttk tetap

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci