BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB LANDASAN TEORI.1 Penjadwalan Penjadwalan menurut Baker (1993, p) adalah alat bantu yang pentng dalam proses produks d suatu ndustr bak tu berupa barang maupun jasa. Dmana penjadwalan memlk pengaruh yang sangat besar pada produktvtas dalam proses tersebut. Pada proses pengolahan barang, tujuan dar penjadwalan adalah memnmalkan waktu produks dan baya yang dkeluarkan dengan pengaturan fasltas produks barang apa, dmana, kapan dan dengan mesn apa barang tu dhaslkan. Sedangkan menurut Morton (1993, p3), suatu pengamblan keputusan tentang penyesuaan aktvtas serta sumber daya dalam rangka menyelesakan sekumpulan pekerjaan agar tepat waktu dan berkualtas sesua dengan harapan adalah pengertan dar penjadwalan. Keputusan yang dmaksud dalam penjadwalan n melput pengurutan pekerjaan (sequencng), waktu mula dan selesa pekerjaan (tmng), dan urutan operas suatu pekerjaan (routng). Karena masalah penjadwalan selalu berkatan dengan pengurutan produks maka defnsnya adalah penentuan urutan kedatangan dar bermacam-macam pekerjaan yang harus dselesakan dalam jangka waktu tertentu. Sama halnya dengan penjadwalan dbdang jasa sepert pada angkutan umum, perusahaan penerbangan yang dtujukan untuk memaksmalkan tngkat efsens waktu dan baya.

2 Penjadwalan dengan komputersas modern member hasl yang memuaskan dbandng dengan penjadwalan secara manual. Contohnya pada suatu penerbangan mungkn ngn memnmalkan jumlah gerbang yang dbutuhkan pada suatu pesawat terbang supaya baya yang dkeluarkan lebh mnmum dan dengan adanya software penjadwalan dapat mempermudah serta member peluang bag phak perencana mennjau bagamana cara kerja proses tersebut dengan menganalsa tme table (jadwal), kegunaan pesawat terbang ataupun dar jumlah para penumpang. Perusahaan dapat menggunakan metode penjadwalan backward dan forward untuk merencakan sumber daya manusa dan bahan baku yang mereka mlk. Penjadwalan secara backward merencanakan tugas berdasarkan tanggal jatuh tempo yang dtentukan untuk menentukan kapan proses produks sebaknya dmula, sebalknya penjadwalan forward adalah perencanaan tugas dar awal untuk menentukan kapan suatu proses produks selesa dkerjakan. Manfaat dar penjadwalan produks secara otomats antara lan : o Menngkatkan produktvtas mesn dengan mengurang waktu mesn menganggur. o Pengurangan penyetokan bahan baku yang terlalu banyak. o Pengurangan upaya penjadwalan secara tral and error. o Informas bsa ddapatkan secara real tme. o Waktu pengrman yang tepat. o Mengurang ongkos produks. Penjadwalan berperanan pentng dalam hal produks, transportas, dstrbus, pemrosesan nformas dan komunkas. Dalam perusahaan

3 pengalokasan sumber ke pemrosesan tugas dgunakan teknk- teknk matemats atau metode heurstk. Sumber yang dalokaskan dapat bermacam-macam, msal; landasan d arport, pekerja d proyek konstruks, mesn d lanta produks atau alat pemroses dalam lngkungan komputer. Sedangkan tugas-tugas dapat berupa operas, tnggal landas dan mendarat dalam arport, stasun-stasun dalam proyek konstruks, atau program komputer yang menunggu untuk deksekus. Setap tugas mempunya tngkat prortas yang berbeda-beda, waktu mula yang berbeda, dan tenggang waktu pengerjaan yang berbeda juga. Fungs objektfnya juga dapat berupa memnmas waktu untuk menyelesakan semua tugas atau memnmas jumlah tugas yang terlambat. Penjadwalan juga berkatan erat dengan beberapa fungs pentng lannya dalam organsas. Hal n dpengaruh oleh proses perencanaan produks, bak jangka menengah maupun panjang. Proses n harus mempertmbangkan tngkat nventor, peramalan dan pemenuhan sumber daya. Keputusan yang dbuat untuk fungs perencanaan n mempunya dampak pada penjadwalan. Penjadwalan juga mendapatkan nput dar kontrol lanta produks. Kejadan yang tdak dngnkan d lanta produks, sepert kerusakan mesn atau waktu proses yang lebh lama dar yang dperkrakan juga harus dpertmbangkan, karena hal n juga dapat sangat mempengaruh penjadwalan. Gambar.1. menunjukkan dagram dar alran nformas sstem manufaktur.

4 Gambar.1. Alran Informas dalam sstem Manufaktur Sumber: Pnedo, Mchael. (1995). Schedulng: Theory, Algorthms, and Systems. Prentce-Hall, nc. New Jersey Pabrk-pabrk modern serngkal mengumpulkan nformas manufaktur dalam satu tempat. Sebuah pabrk basanya mempunya komputer pusat atau database pusat. Penghubung dar sentral komputer basanya menggunakan Local Area Connecton yang tersambung dengan personal computer, stasun kerja, dan tempat pemasukan data, yang dapat dgunakan untuk memperoleh data dar database atau untuk memasukkan data-data baru. Fungs penjadwalan basanya

5 dlakukan oleh personal computer atau stasun kerja yang terkoneks dengan komputer pusat. Hubungan dengan komputer yang mengurus penjadwalan memungknkan phak produks untuk menyedakan sstem penjadwalan dengan nformas-nformas yang relevan, sepert status mesn, perubahan dalam tugas, dan lan-lan. Dalam penjadwalan terdapat beberapa stlah-stlah yang dgunakan (Pnedo, p14) sebaga berkut. o Processng Tme (p j ) / Waktu Proses Yatu waktu yang dbutuhkan untuk menyelesakan tugas ke- pada mesn j. o Ready Tme (r ) / Saat Sap Yatu saat tugas ke- tba d dalam system atau saat palng awal tugas ke- sap dkerjakan. o DueDate (d ) / Saat Jatuh Tempo Yatu batas akhr tugas ke- harus dselesakan. o Weght (W ) / Bobot Yatu bobot tugas ke-, menunjukkan pentngnya tugas ke- relatf terhadap tugas lannya dalam system. Bobot dapat mewakl baya menahan pekerjaan dalam sstem, baya nventory, dan baya lannya yang dapat mewakl kepentngan suatu tugas terhadap tugas lannya. Bobot juga dapat berupa tngkat prortas suatu tugas dbandngkan dengan tugas lannya. Penjadwalan pada hakkatnya adalah menentukan suatu urutan produks dengan memberkan solus yang terbak dengan krtera-krtera sebaga berkut. a. Memenuh kendala teknolog yang ada (technology constrant), dengan kata lan merupakan penjadwalan yang layak (feasble).

6 b. Memenuh satu atau beberapa krtera performans yang ddefnskan sebelumnya. Varabel ukur performans yang telah dgunakan dalam lngkungan penjadwalan dantaranya adalah sebaga berkut (Baker, p4): o Completon Tme (C ) / Saat Selesa Yatu waktu penyelesaan operas palng akhr suatu tugas ke-. o Release Tme (R j ) / Saat mula dproses Yatu waktu tugas ke- mula dproses pada mesn j. o Flow Tme (F ) / Waktu Tnggal Yatu waktu yang dbutuhkan suatu tugas berada d lanta produks. Flow Tme dsebut juga shop tme atau manufacturng nterval. F = C - R. o Watng Tme (W ) / Waktu Tunggu Yatu waktu menunggu antara waktu suatu proses selesa hngga dmula operas berkutnya dar pengerjaan tap operas pada tugas ke-. W = F - Σp j. Catatan: pada penulsan n waktu tunggu yang dngnkan adalah 0 (nol). o Lateness (L ) Yatu selsh waktu selesa tugas ke- terhadap due date tugas tersebut. L = C - d L < 0, jka penyelesaan memenuh batas akhr. L > 0, jka penyelesaan melewat batas akhr. o Tardness (T ) / Waktu terlambat Yatu jangka waktu keterlambatan pemenuhan due date tugas ke-. T = max(0,l) o Makespan

7 Yatu jangka waktu seluruh tugas yang djadwalkan dapat dselesakan oleh lanta produks. Ada beberapa metode pendekatan penjadwalan secara umum, sepert forward schedulng, backward schedulng, heurstc dspatch scheulng, advanced dspatch schedulng dan combnatoral schedulng. Pada penulsan n akan dbahas metode penjadwalan menggunakan combnatoral schedulng khususnya fltered beam search karena n adalah metode dengan algortma heurstk yang mengkombnaskan semua kemungknan yang ada dengan waktu dan proses komputas yang cepat.. Beam Search Beam search menurut Valente (004, p4) adalah suatu metode heurstk untuk memecahkan masalah optmas kombnatork. Metode n adalah perkembangan dar metode branch-and-bound dmana tdak semua node d evaluas. Kombnas-kombnas dar setap kemungknan yang ada akan drepresentaskan secara logs dalam bentuk tree. Dalam pelaksanaannya metode beam search hanya mengevaluas node yang palng menjanjkan dsetap level dalam search tree untuk devaluas percabangannya, sementara node-node yang terssa dbuang secara permanen atau tdak devaluas lag. Oleh karena metode search tree n membuang sebagan besar node yang tdak menjanjkan secara agresf dan hanya beberapa node yang terssa pada setap level, maka waktu proses yang dbutuhkan berbandng polnomal terhadap ukuran kombnas atau masalah yang dhadap.

8 Beam search pertama kal dgunakan dalam bdang ntelegensa buatan untuk pengenalan suara dan untuk masalah pemahaman gambar. Setelah tu baru ada beberapa aplkas penjadwalan yang dbuat dengan metode n. Penelt Fox, Ow dan Smth memanfaatkan metode beam search untuk perancangan sstem penjadwalan job shop yang kompleks. Sedangkan penelt Sabuncuoglu dan Bayz menggunakan algortma beam search n untuk masalah job shop dengan perhtungan makespan dan rata-rata keterlambatan sebaga pengukuran kualtas suatu penjadwalan. Beam search juga merupakan salah satu tpe dar local search yang menggunakan beam wdth ( β ) untuk membatas arah searchng yang mungkn dan hanya menympan node yang palng menjanjkan sebanyak beam wdth ( β ) sebaga solus yang dcar. Ssa ssa node yang tdak terplh langsung dbuang dan tanpa bsa dkembalkan lag bla dbutuhkan untuk perhtungan selanjutnya, karena metode n memang drancang untuk pencaran yang cepat. Selan tu teknk pencarannya juga lebh efsen dbandng dengan best-frst search. 1. Insalsas Algortma beam search: Set B = { n 0 }, B: node-node yang akan dcabangkan.. Untuk setap node d B: (a) Buat percabangan anak node. (b) Htung percabangan node pada setap anak node. 3. Set B=B baru Untuk setap node d B:

9 (a) Evaluas setap node secara menyeluruh, dengan menghtung nla dar node yang memberkan solus layak. (b) Ambl sebanyak β (beam wdth) node terbak d B, n adalah node-node hmpunan B baru,, lalu update hmpunan B dengan hmpunan hmpunan B baru. Konds penghentan: Jka node-node pada hmpunan B adalah ujung node (leaf), bandngkan tap node, lalu ambl node dengan total baya terendah sebaga solus terbak dan berhent. Jka tdak, kembal ke tahap. Contoh beam search untuk pencaran nla cost terkecl: beam wdth ( β ) = A 45 B 34 C 16 D 3 Gambar. Pencaran dengan Metode Beam Search Langkah ke-1 Pada langkah ke-1 n berdasarkan node-node yang dcabangkan, dplh sebanyak β = node yang memlk cost palng kecl, pada kasus n dplh node C dan D untuk d dcabangkan dan dperhtungkan pada level berkutnya. Node yang dber warna abu-abu adalah node yang dcabangkan pada setap level,

10 sedangkan node berwarna puth adalah node yang sedang dperhtungkan pada level tersebut atau tdak dperhtungkan lag pada level berkutnya. A 45 B 34 C 16 D 3 E 11 F 14 G 17 H 15 I 1 J 19 Gambar.3 Pencaran dengan Metode Beam Search Langkah ke- Langkah ke- n setelah pemlhan node C dan D, lalu dcabangkan node-node tersebut. Lalu, evaluas hasl percabangan node. D langkah ke- n ddapatkan node E=11 dan I=1 dengan cost terkecl pada level n.

11 A 45 B 34 C 16 D 3 E 11 F 14 G 17 H 15 I 1 J 19 K 8 L 3 M 7 N 5 O 10 P Gambar.4 Pencaran dengan Metode Beam Search Langkah ke-3 D langkah ke-3 n dcabangkan lag node-node yang terplh, E dan I. Dar sekan banyak node hasl percabangannya, ddapatkan node palng kecl yatu P dengan cost (=). Sampa tahap n proses pencaran beam search selesa karena berdasarkan contoh kasus dasumskan tdak ada lag percabangan lebh lanjut..3.1 Fltered Beam Search Metode beam search secara klask n, bsa saja tdak mendapatkan solus optmal dan tdak dapat memperbak apabla keputusan telah dambl. Dsebabkan satu node yang merupakan jalan menuju solus optmal terbuang selama proses pencaran, sebaga konsekuensnya solus optmal juga kut terbuang. Dalam menggunakan metode beam search perlu dperhatkan dalam

12 penentuan β (beam wdth) dalam proses pencaran alur yang menjanjkan. Semakn besar nla β, semakn besar pula kemungknan menemukan solus yang palng optmal tetap ada harga yang harus dbayar, yatu semakn besarnya kebutuhan untuk komputas bak dar seg waktu dan resource komputer. Menurut Penelt Ow dan Morton (004, pp3-5) dalam proses pencaran solus terbak untuk sementara waktu bsa tmbul lokal maksmum atau solus optmal yang dlhat dar suatu perode memang terbak tetap bla dlhat secara keseluruhan belum tentu yang benar-benar terbak. Metode fltered beam search dajukan untuk menanggulang lokal maksmum tersebut. Pada gambar berkut dapat dlhat terdapat dua buah lokal maksmum yang terjad dar keseluruhan proses. Memang nla lokal maksmum merupakan nla maksmum tetap bla dbandngkan dengan lokal maksmum lannya n bukan merupakan nla yang terbak. Oleh karena tu, perlu dtnjau lebh lanjut nla maksmum lannya guna mendapatkan solus terbak. Selan tu juga terdapat stlah flat lokal maksmum dmana nla maksmum terlhat berhent pada suatu ttk tertentu tetap bla proses mash dlanjutkan ternyata perubahan nla proses mash bsa terjad.

13 Fungs Objektf Global Maksmum Lokal Maksmum Lokal Maksmum "Flat" Lokal Maksmum Space State Gambar.5 Grafk Lokal Maksmum Metode fltered beam search yang dtujukan untuk tdak menganggap solus terbak untuk suatu perode sebaga solus terbak keseluruhan. Konsep metode fltered beam search yatu dengan cara menympan node-node yang bukan node terbak pada saat pemlhan node-node terbak dengan metode beam search klask lalu mempertahankan node-node tersebut pada proses pencaran d level-level berkutnya, kemudan pada saat terdeteks terjadnya flat lokal maksmum, node-node terdahulu yang dsmpan pada level-level sebelumnya d evalus ulang untuk memula pencaran pada node-node yang pada metode beam search klask terbuang. Node-node d luar yang dsmpan dluar dar beam wdth dsebut flter wdth (α ). Pada pengmplementasannya fltered beam search tdak membuat beban komputas ataupun resource komputer bertambah terlalu besar, karena flter wdth (α ) hanya memakan memor sebanyak α dan tdak menghtung seketka percabangan dar node-node hmpunan α. Hmpunan α hanya dpaka pada saat

14 percabangan hmpunan B (hmpunan dar hasl percabangan beam search klask) mengalam flat lokal maksmum lalu kemudan menggant anggota hmpunan B dengan anggota hmpunan α. Oleh karena tu penentuan α (flter wdth) β (beam wdth)..3 Peramalan.3.1 Defns Peramalan merupakan perkraan mengena apa yang akan terjad selanjutnya atau yang akan terjad d masa mendatang. Oleh karena adanya perbedaan waktu antara kesadaran akan dbutuhkannya suatu kebjakan baru dengan waktu pelaksanaan kebjakan tersebut sehngga d perlukanlah peramalan. Jad dalam menentukan kebjakan tu perlu dperhtungkan kesempatan atau peluang yang ada, sekalgus ancaman yang mungkn terjad. Gambaran perkembangan pada masa depan dperoleh dar hasl analss data yang ddapat dar peneltan yang telah dlakukan Kegunaan peramalan terlhat pada saat pengamblan keputusan. Keputusan yang bak adalah keputusan yang ddasarkan atas pertmbangan, apa yang akan terjad pada waktu keputusan tu dlaksanakan. Apabla ramalan yang dsusun atau dbuat kurang bak, maka makn kurang bak keputusan yang dambl. Ketepatan suatu ramalan merupakan hal yang sangat pentng. Walaupun demkan perlu dsadar bahwa suatu ramalan adalah suatu perkraan (estmas), yang selalu mengandung unsur kesalahannya.

15 Hal pentng yang harus dperhatkan adalah usaha untuk memperkecl kemungknan kesalahan tersebut..3. Jens-Jens Peramalan Berdasarkan cara pandang dar beberapa seg peramalan dapat dbedakan atas : 1. Peramalan subjektf, yatu peramalan yang ddasarkan atas perasaan atau ntus orang yang menyusunnya. Dalam hal n pandangan atau judgement orang yang menyusunnya sangat menentukan bak-tdaknya hasl ramalan tersebut.. Peramalan yang objektf, adalah peramalan yang ddasarkan atas data yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknk-teknk dan metodemetode penganalssan data tersebut. D sampng tu, jka dlhat dar jangka waktu ramalan yang dsusun, maka peramalan dapat dbedakan atas dua macam, yatu: 1. Peramalan jangka panjang, yatu peramalan yang dlakukan untuk penyusunan hasl ramalan yang jangka waktunya lebh dar satu setengah tahun atau tga semester.. Peramalan jangka pendek, yatu peramalan yang dlakukan untuk penyusunan hasl ramalan dengan jangka waktu yang kurang dar satu setengah tahun atau tga semester. Berdasarkan sfat ramalan yang telah dsusun, maka peramalan dapat dbedakan atas dua macam, yatu:

16 1.Peramalan kualtatf, yatu peramalan yang ddasarkan atas data kualtatf masa lalu. Hasl peramalan yang dbuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Hal n pentng karena hasl peramalan tersebut dtentukan berdasarkan pemkran yang bersfat ntus, judgement atau pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman dar penyusunnya.. Peramalan kuanttatf, yatu peramalan yang ddasarkan atas data kuanttaf pada masa lalu. Hasl peramalan yang dbuat sangat tergantung pada metode yang dpergunakan dalam peramalan tersebut. Metode yang bak adalah metode yang memberkan nla-nla penympangan yang sekecl mungkn. Peramalan kualtatf hanya dapat dgunakan apabla terdapat tga konds sebaga berkut: (a) Adanya nformas tentang keadaan yang lan (b) Informas tersebut dapat dkuantfkaskan dalam bentuk data (c) Dapat dasumskan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang..3.3 Langkah-langkah Peramalan Ada tga langkah peramalan yang pentng, yatu: 1. Menganalss data yang yang lalu. Tahap n berguna untuk mengetahu pola yang terjad pada masa yang lalu. Analss n dlakukan dengan cara membuat tabulas data yang lalu. Dengan tabulas data, maka dapat dketahu pola data tersebut.

17 . Menetukan metode yang dgunakan. Tap-tap metode akan memberkan hasl peramalan yang berbeda. Metode yang bak adalah metode yang menghaslkan nla peramalan yang mendekat kenyataan. 3. Memproyeks data hstors dengan menggunakan metode yang dpergunakan, serta mempertmbangkan adanya beberapa faktor perubahan..3.4 Pengertan Metode Peramalan Metode peramalan adalah cara memperkrakan secara kuanttatf apa yang akan terjad pada masa depan, berdasarkan data yang relevan pada masa lalu. Oleh karena metode peramalan ddasarkan pada data yang relevan pada masa lalu, maka metode peramalan n dpergunakan dalam peramalan yang bersfat objektf. Sebagamana dketahu, metode merupakan cara berfkr yang sstemats dan pragmats atas pemecahan suatu masalah. Dengan dasar n, maka metode peramalan merupakan cara memperkrakan apa yang akan terjad pada masa depan secara sstemats dan pragmats. Metode peramalan sangat berguna untuk memperkrakan secara sstemats dan pragmats atas dasar data yang relevan pada masa lalu, sehngga metode peramalan dharapkan dapat memberkan objektvtas yang lebh besar. Metode peramalan kuanttatf dapat dbedakan atas jens, yatu: 1. Metode peramalan yang ddasarkan atas penggunaan analss pola hubungan antara varabel yang akan dperkrakan dengan varabel waktu, menurut deret waktu, yatu: (a) Metode Smootng

18 (b) Metode Box Jenkns. (c) Metode proyeks trend dengan regres.. Metode peramalan yang ddasarkan atas penggunaan analss pola hubungan antara varabel yang akan dperkrakan dengan varabel lan yang mempengaruhnya, yang bukan waktu, yang dsebut metode korelas atau sebab-akbat, yatu: (a) Metode regres dan korelas (b) Metode ekonometr (c) Metode Input-Output. D antara metode-metode yang dsebutkan, metode peramalan regres dan korelas akan dgunakan dalam skrps n..3.5 Metode Regres dan Korelas Dengan metode regres, ramalan dsusun atas dasar pola hubungan data yang relevan pada masa lalu. Ada tga konds yang dbutuhkan untuk dapat mempergunakan metode regres n, yatu: 1. Adanya nformas tentang keadaan yang lalu,. Informas tersebut dapat dkuantfkaskan dalam bentuk angka, 3. Dapat danggap atau dasumskan bahwa pola hubungan yang ada dar data masa lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang..3.6 Pola Hubungan Dalam Penyusunan Ramalan Dalam peramalan, varabel yang ngn dramalkan dsebut sebaga varabel yang yang dcar atau dtentukan (dependent varabel). Varabel n

19 dtentukan atau dpengaruh besarnya oleh varabel lan yang dsebut varabelvarabel penentu atau varabel bebas (ndependent varabel). Hubungan antara varabel bebas dengan varabel yang dtentukan dnyatakan dalam bentuk fungs. Peramalan mempergunakan fungs sebaga usaha untuk melhat pola hubungan yang ada pada masa lalu antara varabel yang dramalkan dengan varabel yang menentukan atau mempengaruhnya. Pada dasarnya terdapat dua macam analss hubungan dalam penyusunan ramalan, yatu: 1. Analss deret waktu (tme seres). Peramalan n dsusun atas pola hubungan antara varabel yang dcar atau dramalkan dengan varabel waktu yang merupakan satu-satunya varbel yang mempengaruhnya atau bebas. Dalam peramalan dengan analss deret waktu, dlakukan usaha untuk mencar atau menemukan pola deret data hstors dan kemudan mengekstrapolaskan pola tersebut untuk masa yang akan datang.. Analss cross secton atau model sebab akbat (causal model). Peramalan n dsusun atas pola hubungan antara varabel yang dcar atau dramalkan dengan varabel yang mempengaruhnya atau bebas (ndependent varabel), yang bukan waktu. Dalam analss atau model n, dasumskan bahwa faktor atau varabel yang dramalkan menunjukkan suatu hubungan pengaruh sebab-akbat dengan satu atau lebh varabel bebas. Jad, maksud analss cross secton atau causal model adalah menemukan bentuk pola hubungan yang salng mempengaruh antara varabel yang dcar dan varabel

20 yang mempengaruhnya, serta menggunakanya untuk meramalkan nla-nla dar varabel (yang dramalkan) pada masa yang akan datang..3.7 Pengukuran Kesalahan Peramalan Tugas utama dalam peramalan adalah memsahkan pola yang ada dar komponen kesalahan (error). Prosedur yang umum dlakukan untuk memperkrakan pola hubungan yang ada, bak untuk model causal atau deret waktu, adalah melalu penentuan bentuk fungsonal yang memnmalkan komponen kesalahan (error). Salah satu bentuk dar perkraan atau estmas tersebut adalah least squares. Metode n akan memnmumkan jumlah kuadrat kesalahan. Persamaan dgunakan untuk menghtung kesalahan (error) dar setap perode peramalan: ε = Y Y t t t d mana ε t : kesalahan peramalan pada perode t. Y t : nla sebenarnya pada perode t. Y t : nla peramalan pada perode t. Salah satu cara untuk mengevaluas teknk peramalan adalah kesalahan rata-rata kuadrat atau mean squared error (MSE). MSE merupakan metode alternatf dalam mengevaluas suatu teknk peramalan. Setap kesalahan atau resdual dkuadratkan, kemudan djumlahkan dan dbag dengan jumlah observas. Pendekatan n pentng karena suatu teknk yang menghaslkan kesalahan kecl kadang-kadang menghaslkan kesalahan yang sangat besar.

21 MSE = n t= 1 (Y Ŷ ) t n t.3.8 Regres Lnear Sederhana Regres lnear sederhana adalah metode yang menganalogkan suatu pola hubungan yang berbentuk gars lurus antara suatu varabel yang dramalkan dengan satu varabel yang mempengaruhnya atau varabel bebas. Penerapan regres lnear sederhana dapat dlakukan dengan memplot ttk-ttk dar data observas pada kertas grafk, kemudan menark sebuah gars yang mewakl ttk-ttk tersebut. Model persamaan lner regres adalah sebaga berkut. Y = α + β X + ε d mana Y : varabel yang dramal, X : varabel bebas (yang mempengaruh varabel yang dramal) α, β : parameter ntercept ε : kesalahan ramalan (error) Model persamaan lner regres datas dapat dduga dengan menggunakan persamaan berkut. Ŷ = a + bx dmana a, b : koefsen regres Ŷ : nla pendugaan terhadap X Pada umumnya Y tdak sama dengan Yˆ, perbedaan antara Y dan Yˆ dnyatakan dengan kesalahan ramalan (error) yang dsebut ssa (resdual).

22 Dalam hal n kesalahan ramalan (error) dapat dhtung menurut persamaan berkut: ε = Y Yˆ Sedangkan penympangan atau devas adalah: d = Y Y d mana Ŷ : nla yang dramalkan X ε d Y Y : varabel yang mempengaruh atau varabel bebas : kesalahan ramalan : penympangan atau devas : nla observas : rata-rata dar nla observas. Kesalahan ramalan dapat dmnmalkan dengan dengan cara mengambl turunan parsal atau partal dervatve dar jumlah kuadrat kesalahan ramalan dan kemudan menyamakannya dengan nol. ε = (Y Ŷ) Dengan mensubttuskan Ŷ = a + bx pada persamaan d atas, ddapat: ε = (Y a bx ) Turunan parsal dar persamaan d atas adalah sebaga berkut. ( a ε ) = (Y a bx ) = 0 ( ε ) b = (Y a bx )X = 0

23 Dar kedua persamaan datas, ddapatkan persamaan baru untuk mencar nla b, yatu: b = n n X Y X X ( X ) Y a = Y b n X d mana n : jumlah data observas Setelah dperoleh koefsen nla dar a dan b, maka sudah ddapat persamaan regres yang dngnkan. Menurut Assuar (1984. p58), untuk menggunakan persamaan regres n untuk peramalan, perlu dlakukan serangkaan uj lebh lanjut, d antaranya adalah: 1. Uj mengena tepat tdaknya pemlhan varabel bebas yang mempengaruh varabel terkat. Uj n dsebut tes koefsen penentu (coeffcent of determnaton test).. Uj untuk mengetahu apakah benar persamaan regres tu adalah lner. Uj n dkenal dengan nama sgnfcance test..3.9 Uj Koefsen Penentu (Coeffcent of Determnaton Test) atau Uj R Nla uj koefsen penentu (coeffcent of determnaton test) atau R tes ddapat dengan menggunakan rumus berkut. R ε = 1 y d mana: ε = y b ( x )

24 dan y x = Y = X n n ( Y) ( X) Nla R tersebut berksar antara 0 s/d 1. Nla R yang mendekat 1 menunjukkan sangat besarnya pengaruh varabel X. Koefsen penentu (coeffcent of determnaton) juga dapat dcar menggunakan koefsen korelas. Dengan koefsen korelas dapat dtunjukkan kuatnya hubungan antara dua varabel. Koefsen korelas (r) adalah suatu ukuran relatf dar asosas d antara dua varabel. Nla koefsen n bervaras antara -1 sampa +1. Koefsen korelas 0 (nol) berart tdak ada korelas sedangkan koefsen korelas 1 menunjukkan adanya korelas sempurna (perfect competton). Bla koefsen korelas lebh besar dar nol, maka kedua varabel tersebut mempunya hubungan postf. Sebalknya, jka koefsen korelas tersebut lebh kecl dar nol, maka kedua varabel tu mempunya hubungan negatf. Berkut adalah rumus untuk menghtung koefsen korelas. r = nxy XY ( nx ( X) ) ny ( Y) ( ) Sedangkan angka koefsen penentu (coefcent of determnaton) dapat dhtung dengan menguadratkan koefsen korelas. R = ( n XY X Y) ( X) n Y ( n X )( ( Y) ) atau

25 R ( Yˆ Y ) ( Y Y ) jumlah explaned varaton = = jumlah varas total.4 Kombnatork.4.1 Permutas Salah satu bagan dar kombnatork adalah apa yang dsebut dengan permutas. Permutas adalah banyak cara untuk membentuk susunan tertentu dar sesuatu yang dsedakan. Sebaga contohnya adalah msalnya kta mempunya 3 buah bola berwarna merah, hjau, dan bru dan kta ngn memasukkannya ke dalam lma kotak yang dedakan dmana satu kotak maksmal hanya bers satu bola. Maka bla bola merah yang kta tempatkan pertama kal, kta akan memlk lma alternatf tempat yang dsedakan untuk bola merah tersebut. Kemudan bla kta akan memasukkan bola hjau, kta tnggal memlk 4 alternatf tempat sebab satu tempat dar lma tempat yang terseda telah dpaka untuk meletakkan bola merah dan menurut peraturan, satu kotak hanya boleh bers satu bola. Hal yang sama terjad pada bola warna bru. Untuk bola warna bru, kta tnggal memlk tga tempat yang terssa sebab dua dar lma tempat yang dsedakan telah dpaka untuk meletakkan bola merah dan hjau. Jad cara untuk memasukkan ketga bola tersebut ke dalam lma tempat yang terseda, kta akan memlk 5 x 4 x 3 cara atau sama dengan 60 cara. Hasl perhtungan n dapat dgeneralsaskan. Untuk menggeneralsaskannya, anggaplah banyak benda yang akan kta tempatkan dvarabelkan dengan r dan jumlah tempat yang terseda kta varabelkan dengan n. untuk memasukkan bola

26 pertama kta mempunya n cara. Untuk memasukkan benda kedua, kta mempunya n cara dkurang satu (tempat yang dpaka oleh benda pertama). Begtu seterusnya sehngga untuk benda ke r, kta memlk cara untuk memasukkan benda tersebut sebanyak (n r + 1) cara.bla kta rumuskan, maka ddapat rumus sebaga berkut : n x (n 1) x (n ) x. x (n r +1) atau n! ( n r)! dalam matematka, hal datas dsebut dengan permutas r dar hmpunan S yang memlk n anggota dan dlambangkan dengan P(n,r)..4. Kombnas Bagan berkutnya adalah kombnas. Bla dalam permutas kta memperhatkan susunannya, maka pada kombnas n, susunan tdak dperhatkan. Sebuah kombnas-r elemen-elemen dar sebuah hmpunan adalah pemlhan tak berurutan (tanpa memperhatkan urutan) r elemen dar hmpunan tersebut. Contoh: Jka S = {1,, 3, 4}, susunan { 1, 3, 4 } adalah sebuah kombnas-3 dar S. Banyaknya kombnas-r (r-combnatons) dar sebuah hmpunan dengan n r n obyek berbeda dnyatakan sebaga C(n,r) atau C atau. n r n! Rumus umum : C r n = r! ( n r)!

27 n! Jka r = n, maka C n = = 1 n! ( n n)!

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Penjadwalan.1.1 Art Penjadwalan Penjadwalan (Schedulng) menurut Kenneth R. Baker (Baker. p) yatu proses pengalokasan sumber untuk memlh sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) PowerPont Sldes byyana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 9 Bandung, Telp. 0 013163-53 Hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan : Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci