Bab 3. Landasan Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3. Landasan Teori"

Transkripsi

1 Bab 3 Landasan Teori 3.1 Teknik Indusri Definisi menuru insiue of indusrial and sysem (IIE) : Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial, peralaan (mesin), energi dan informasi. Teknik indusri juga membuuhkan pengeahuan dan keerampilan khusus dalam bidang maemaika, fisik, dan ilmu sosial yang digabungkan dengan prinsip-prinsip dan meode-meode analisa eknik unuk memprediksi dan mengevaluasi hasil dalam merancang suau sisem (Turner,2000,p21) Peramalan Kegiaan unuk memperkirakan apa yang erjadi pada masa yang akan daang dikenal dengan apa yang disebu dengan peramalan (Forecasing). Peramalan diperlukan unuk meneapkan kapan suau perisiwa akan erjadi aau imbul, sehingga indakan yang epa dapa dilakukan. Tujuan dari peramalan iu sendiri adalah meliha aau memperkirakan prospek ekonomi aau kegiaan usaha sera pengaruh lingkungan erhadap prospek ersebu. Peramalan kini mempunyai peranan yang pening dalam

2 20 suau bagian organisasi. Suau sisem peramalan harus mempunyai kaian di anara ramalan-ramalan yang dibua pada bidang manajemen yang lain. Jika peramalan ingin berhasil, maka harus diperhaikan adanya saling keerganungan yang inggi di anara ramalan berbagai divisi aau deparemen. Peramalan yang baik adalah peramalan yang dilakukan dengan mengikui langkah-langkah aau prosedur-prosedur penyusunan yang baik. Bilamana daa yang diperlukan ersedia, suau hubungan peramalan dapa dihipoesiskan baik sebagai fungsi dari waku aau sebagai fungsi dari variabel bebas, kemudian diuji. Langkah pening dalam memilih suau meode dere berkala yang epa adalah dengan memperimbangkan jenis pola daa, sehingga meode yang paling epa dengan pola ersebu dapa diuji. Pola daa dapa dibedakan menjadi empa jenis : 1. Pola Horisonal (H) Terjadi bilamana nilai daa berflukuasi di sekiar nilai raa-raa yang konsan. Dere seperi iu sasioner erhadap nilai raa-raanya. Suau produk yang penjualannya idak meningka aau menurun selama waku erenu ermasuk jenis ini.

3 21 Y waku 2. Pola Musiman (S) Terjadi bilamana suau dere dipengaruhi oleh fakor musiman (misalnya kuaral ahun erenu, bulanan, aau hari-hari pada minggu erenu). Penjualan dari produk seperi minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruangan semuanya menunjukkan jenis pola ini. Y waku

4 22 3. Pola Siklis (C) Terjadi bilamana daanya dipengaruhi oleh flukuasi ekonomi jangka panjang seperi yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperi mobil, baja, dan peralaan uama lainnya menunjukkan jenis pola daa ini. Y waku 4. Pola Trend (T) Terjadi bilamana erdapa kenaikan aau penurunan sekuler jangka panjang dalam daa. Penjualan banyak perusahaan, produk bruo nasional (GNP) dan berbagai indikaor bisnis aau ekonomi lainnya mengikui suau pola daa rend selama perubahannya sepanjang waku. Y h h h h h h h h h h waku

5 23 Siuasi peramalan sanga beragam dalam horison waku peramalan, fakor yang menenukan hasil sebenarnya, ipe pola daa dan berbagai aspek lainnya. Unuk menghadapi penggunaan yang luas seperi iu, beberapa eknik elah dikembangkan. Teknik ersebu dibagi dalam dua kaegori uama, yaiu meode kuaniaif dan meode kualiaif aau eknologis. Peramalan kuaniaif dapa dierapkan bila erdapa iga kondisi beriku : 1. Tersedia informasi enang daa masa lalu 2. Informasi ersebu dapa dikuanifisir (dikuaniaifkan) dalam benuk daa numerik 3. Dapa diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan erus berlanju di masa mendaang Meode peramalan Meode Double Exponenial Smoohing Sau Parameer Dari Brown Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial sau parameer dari Brown adalah dengan menggunakan rumus pemulusan secara langsung dimana pemulusan eksponensial linear yang dapa digunakan unuk meramal daa dengan suau pola rend dasar. Pendekaan ini hampir serupa dengan raa-raa bergerak linear, karena kedua nilai pemulusan unggal dan ganda keinggalan dari daa yang sebenarnya bilamana erdapa unsur rend. Perbedaan nilai pemulusan unggal dan ganda dapa diambahkan kepada nilai pemulusan unggal dan disesuaikan unuk rend. Persamaan

6 24 yang dipakai dalam implemenasi pemulusan eksponensial linear sau parameer dari Brown adalah sebagai beriku : Inisialisasi Awal : ' '' S 1 = S 1 = X 1 S S ' '' ( 1 α ) S ( 1) = α. X + '' ( 1 α ). S ( 1) ' = α. S 1 + a = ' 2. S S '' b α = 1 α ' '' ( S S ) F ( + m) = a + b. m Dimana : S = nilai pemulusan eksponensial unggal S = nilai pemulusan eksponensial ganda α = konsana anara 0 1 m = jumlah periode ke muka yang diramalkan Meode Double Exponenial Smoohing Dua Parameer Dari Hol Meode pemulusan eksponensial dua parameer dari Hol dalam prinsipnya serupa dengan Brown, kecuali bahwa Hol idak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung. Sebagai ganinya, Hol memuluskan nilai rend dengan parameer yang berbeda dari parameer

7 25 yang digunakan pada dere yang asli. Ramalan dari pemulusan eksponensial linear dari Hol didapa dengan menggunakan dua konsana pemulusan (dengan nilai anara 0 dan 1) dan iga persamaan sebagai beriku : Inisialisasi Awal : S 1 = X 1 b 1 = X 2 X 1 S ( 1 α )( S b ) = α * X + ( 1) + ( 1) b ( S S( 1) ) + ( 1 γ ) b( 1) = γ F( + m) = S + b * m Dimana : S = nilai pemulusan eksponensial α = konsana anara 0 1 γ = konsana anara 0-1 m = jumlah periode ke muka yang diramalkan Meode Triple Exponenial Smoohing Meode Quadraik Sebagaimana halnya dengan pemulusan eksponensial linear yang dapa digunakan unuk meramalkan daa dengan suau pola rend dasar,

8 26 benuk pemulusan yang lebih inggi dapa digunakan bila dasar pola daanya adalah kuadraik, kubik, aau orde yang lebih inggi. Unuk berangka dari pemulusan kuadraik, pendekaan dasarnya adalah memasukkan ingka pemulusan ambahan (pemulusan ripel) dan memberlakukan persamaan peramalan kuadraik. Persamaan yang dibuuhkan unuk pemulusan kuadraik jauh lebih rumi daripada persamaan unuk pemulusan unggal dan linear. Walaupun demikian pendekaannya dalam mencoba menyesuaikan nilai ramalan sehingga ramalan ersebu dapa mengikui perubahan rend yang kuadraik adalah sama. Persamaan unuk pemulusan kuadraik adalah : ' " "' Inisialisasi Awal : S 1 = S 1 = S 1 = X 1 S ' ' ( 1 α ) S ( 1) = α. X + Pemulusan perama S '' '' ( 1 α ) S ( 1) ' = α. S + Pemulusan kedua S "' "' ( 1 α ) S ( 1) " = αs + Pemulusan keiga a = ' '' 3 S 3S + S ''' b = ( α ) 2 1 α ' '' ''' [( 6 5α ) S ( 10 8α ) S + ( 4 α ) S ] 2 3

9 27 c = 2 α ( ) ( ' ) " S S "' 2 + S 2 1 α F 1. + m = a + b m + 2 c. m 2 Dimana : S = nilai pemulusan perama S = nilai pemulusan kedua S = nilai pemulusan keiga α = konsana anara 0 1 m = jumlah periode ke muka yang diramalkan Meode Peramalan Dekomposisi Meode dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend, siklus dan musiman. Fakor rend menggambarkan perilaku daa dalam jangka panjang, dan dapa meningka, menurun, aau idak berubah. Fakor siklus menggambarkan naik urunnya ekonomi aau indusri erenu dan sering erdapa pada dere daa seperi Produk Bruo Nasional (GNP), indeks produksi indusri, perminaan unuk perumahan, penjualan barang indusri seperi mobil, harga saham, ingka obligasi, penawaran uang, dan ingka bunga. Fakor musiman berkaian dengan flukuasi periodik dengan

10 28 panjang konsan yang disebabkan oleh hal-hal seperi emperaur, curah hujan, bulan pada suau ahun, saa liburan, dan kebijaksanaan perusahaan. Perbedaan anara musiman dan siklus adalah bahwa musiman iu berulang dengan sendirinya pada inerval yang eap seperi ahun, bulan aau minggu. Sedangkan fakor siklus mempunyai jangka waku yang lebih lama dan lamanya berbeda dari siklus yang sau ke siklus yang lain. Dekomposisi mempunyai asumsi bahwa daa iu ersusun sebagai beriku : Daa = pola + gala = f (rend, siklus, musiman) + gala Jadi disamping komponen pola, erdapa pula unsur gala aau keacakan. Gala ini dianggap merupakan perbedaan anara pengaruh gabungan dari iga sub-pola dere ersebu dengan daa yang sebenarnya. Terdapa beberapa pendekaan alernaif unuk mendekomposisikan suau dere berkala, yang semuanya berujuan memisahkan seiap komponen dere daa seelii mungkin. Konsep dasar dalam pemisahan ersebu bersifa empiris dan eap yang mula-mula memisahkan musiman, lalu rend, dan akhirnya siklus. Residu yang ada dianggap unsur acak yang walaupun idak dapa diaksir, eapi dapa diidenifikasi. Penulisan maemais umum dari pendekaan dekomposisi adalah :

11 29 X = f (I, T, C, E ) Dimana : X adalah nilai dere berkala (daa yang akual) pada periode I adalah komponen musiman (indeks) pada periode T adalah komponen rend pada periode C adalah komponen siklus pada periode E adalah komponen gala aau acak pada periode Benuk fungsional yang pasi berganung pada meode dekomposisi yang digunakan. Unuk semua meode ersebu proses dekomposisinya adalah serupa dan erdiri aas langkah-langkah sebagai beriku : 1. Pada dere daa yang sebenarnya(x ) hiung raa-raa bergerak yang panjangnya (N) sama dengan panjang musiman. Maksud dari raa-raa bergerak ini adalah menghilangkan unsur musiman dan keacakan. Meraaraakan sejumlah periode yang sama dengan panjang pola musiman akan menghilangkan unsur musiman dengan membua raa-raa dari periode yang musimnya inggi dan periode yang musimnya rendah. Karena gala acak idak mempunyai pola yang sisemais, maka peraa-raaan ini juga mengurangi keacakan. 2. Pisahkan raa-raa bergerak N periode (langkah 1) dari dere daa semula unuk memperoleh unsur rend dan siklus. 3. Pisahkan fakor musiman dengan menghiung raa-raa unuk iap periode yang menyusun panjang musiman secara lengkap.

12 30 4. Idenifikasi benuk rend yang epa (linear, eksponensial, kurva-s, dan lainlain) dan hiung nilainya unuk seiap periode, (T ). 5. Pisahkan hasil langkah 4 dari hasil langkah 2 (nilai gabungan dari unsur rend dan siklus) unuk memperoleh fakor siklus. 6. Pisahkan musiman, rend dan siklus dari daa asli unuk mendapakan unsur acak yang ada, E. Dalam melakukan langkah 1 dari prosedur di aas, ugas awalnya adalah menenukan panjang musiman dari daa sehingga jumlah periode ersebu dapa digunakan unuk menghiung raa-raa bergerak. Lalu langkah 2 adalah mengurangkan nilai raa-raa bergerak erhadap nilai dere waku. Langkah 3 memisahkan keacakan dari unsur musiman dengan cara meraa-raakan semua nilai yang mengacu pada musim yang sama. Dengan menggunakan prosedur ini, orang dapa mengeahui bahwa unsur acak akan saling meniadakan, karena beberapa nilai akan bernilai posiif dan lainnya negaif. Langkah 4 dan langkah 5 dalam proses dekomposisi adalah unuk memisahkan rend dan siklus. Secara umum harus dianggap adanya suau kurva rend erenu, nilai ini dihiung unuk seiap periode, dan nilai ersebu dikurangkan erhadap nilai rend siklus (nilai raa-raa bergerak). Langkah 6 adalah memisahkan unsur acak dari dere daa dengan cara mengurangi dere berkala semula dengan nilai-nilai komponen yang diperoleh di aas yaiu fakor rend, siklus dan musiman.

13 31 Persamaan yang dipakai dalam melakukan peramalan dekomposisi adalah sebagai beriku : Four Period Average Simple : (X + X +1 + X +2 + X +3 )/4 Cenered : (S + S +1 )/2 Percen MA : Daa Akual/Cenered Deseasonalized Seasonal : dari perhiungan indeks Daa* : Daa Akual/Seasonal Trend : a + b(x) b = a = nσxy ΣxΣy ( Σ ) 2 nσx 2 x y bx Fied Values Fied Values = Trend * Seasonal Error Error = Daa Fied Values Meode ini mula-mula memisahkan unsur rend siklus dari daa dengan menghiung raa-raa bergerak yang jumlah unsurnya sama dengan panjang musiman. Raa-raa bergerak dengan panjang seperi ini idak mengandung pengaruh musiman dan anpa aau sediki sekali unsur acak. Raa-raa bergerak yang dihasilkan hanya mengandung fakor rend dan

14 32 siklus, karena fakor musiman dan keacakan elah dieliminasi dengan peraa-raaan, dengan menghasilkan rasio dari daa yang sebenarnya dengan raa-raa bergerak dan mengisolasi dua komponen dere berkala. Nilai rasio ersebu berkisar di anara 100, menunjukkan pengaruh musiman pada nilai raa-raa daa yang elah dihilangkan fakor musimannya (deseasonalized). Unuk mendapakan hasil yang lebih elii, raa-raa bergerak seharusnya dileakkan di engah-engah nilai daa yang diraa-raakan. Hal iu idak menjadi masalah jika jumlah nilai yang diraa-raakan adalah ganjil. Unuk menghiung raa-raa bergerak 4-nilai, imbul peranyaan apakah raa-raa bergerak ersebu dileakkan pada periode 2 aau periode 3. Meleakkannya pada periode 2 mengakibakan raa-raa bergerak erlamba seengah periode dan menempakannya pada periode 3 mengakibakan ia lebih awal seengah periode. Ternyaa raa-raa bergerak yang idak erpusa (cenered) dalam kasus ini dapa menimbulkan masalah. Masalah seperi iu biasanya dapa diaasi dengan mengambil ambahan raa-raa bergerak 2 periode dan raa-raa bergerak 4 periode. Langkah selanjunya adalah dengan menghilangkan keacakan dari nilai rasio dengan menggunakan suau benuk raa-raa pada bulan yang sama. Unuk menghiung raa-raa medial maka rasio nilai sebenarnya erhadap raa-raa bergerak disusun menuru bulan unuk seiap ahun. Raa-raa medial adalah nilai raa-raa unuk seiap bulan seelah

15 33 dikeluarkan nilai erbesar dan erkecil. Indeks musiman dapa diperoleh dari raa-raa medial ini yang merupakan nilai penyesuaian sehingga nilai raa-raanya adalah 100. Nilai ini berflukuasi di sekiar 100, menunjukkan adanya fakor siklus yang lebih inggi dari nilai raa-raa (lebih besar dari 100) aau yang lebih rendah dari nilai raa-raa (kurang dari 100). Unuk menyiapkan ramalan, nilai kecenderungan unuk periode yang akan diramalkan dikalikan dengan indeks musiman dan fakor siklus yang sesuai Saisik keepaan peramalan Jika X merupakan daa akual unuk periode dan F merupakan ramalan (aau nilai kecocokan/fied value) unuk periode yang sama, maka kesalahan didefenisikan sebagai beriku : e = X F Jika erdapa nilai pengamaan dan ramalan unuk n periode waku, maka akan erdapa n buah gala dan ukuran saisik sandar beriku yang dapa didefenisikan : Nilai Tengah Gala (Mean Error) ME 1 = n n = 1 e

16 34 Nilai Tengah Gala Absolu (Mean Absolue Error) MAE = 1 n n = 1 e Jumlah Kuadra Gala (Sum of Squared Error) SSE n = =1 e 2 Nilai Tengah Gala Kuadra (Mean Squared Error) 1 MSE = n n = 1 e 2 Deviasi Sandar Gala (Sandard Deviaion of Error) SDE = 1 n 1 n = 1 e 2 Nilai Tengah Deviasi Absolu (Mean Absolue Deviaion) 1 MAD = X i X n Tujuan opimalisasi saisik seringkali adalah unuk memilih suau model agar MSE (aau SSE) minimal, eapi ukuran ini mempunyai dua kelemahan. Perama ukuran ini menunjukkan pencocokan suau model erhadap daa hisoris. Pencocokan seperi ini idak perlu mengimplikasikan peramalan yang baik. Suau MSE nol selalu bisa diperoleh dalam fase pencocokan dengan menggunakan suau polinom yang berorde cukup inggi aau suau ransformasi Fourier yang epa.

17 35 Perbandingan nilai MSE yang erjadi selama fase pencocokan peramalan mungkin memberikan sediki indikasi keepaan model dalam peramalan. Kekurangan kedua pada MSE sebagai ukuran keepaan model adalah berhubungan dengan kenyaaan bahwa meode yang berbeda akan menggunakan prosedur yang berbeda pula dalam fase pencocokan. Sebagai conoh, meode pemulusan sanga berganung pada aksiran peramalan awal, meode dekomposisi memasukkan unsur rend siklus dalam ahap pencocokannya seakan-akan unsur iu dikeahui. Meode regresi meminimumkan MSE dengan memberikan bobo yang sama pada semua nilai pengamaan. Dalam fase peramalan, penggunaan MSE sebagai suau ukuran keepaan juga dapa menimbulkan masalah. Ukuran ini idak memudahkan perbandingan anar dere berkala yang berbeda dan unuk selang waku yang berlainan, karena MSE merupakan ukuran absolu. Lagipula inerpreasinya idak bersifa inuiif bahkan unuk para spesialis sekalipun, karena ukuran ini menyangku penguadraan sederean nilai. Ukuran-ukuran Relaif Karena alasan yang elah disebukan di aas dalam hubungan dengan keerbaasan MSE sebagai suau ukuran keepaan peramalan, maka diusulkan ukuran-ukuran alernaif, yang di anaranya menyangku gala persenase. Tiga ukuran beriku sering digunakan :

18 36 Gala Persenase (Percenage Error) X F PE = X *100 Nilai Tengah Gala Persenase (Mean Percenage Error) 1 n MPE n = = 1 PE Nilai Tengah Gala Persenase Absolu (Mean Absolue Percenage Error) MAPE 1 n = n = 1 PE Persamaan PE dapa digunakan unuk menghiung kesalahan persenase seiap periode waku. Nilai-nilai ini kemudian dapa diraaraakan sebagai MPE unuk memberikan nilai engah kesalahan persenase. Namun MPE mungkin menngecil karena PE yang posiif dan negaif cenderung saling meniadakan. Membandingkan MAPE idak memberikan dasar perbandingan yang baik unuk ingka keepaan yang dibua dengan menerapkan suau meode peramalan erenu. Salah sau dasar unuk membua perbandingan seperi iu adalah meneapkan suau meode naif yang sanga sederhana di mana kinerja meode yang lebih canggih dapa dibandingkan.

19 37 Menuru Makridakis ukuran saisik sandard adalah sebagai beriku : 1. Error e i = X i F i 2. Nilai engah kesalahan absolu (mean error) ME = n i= 1 e i / n 3. Nilai engah gala absolu (mean absolue error) MAE = n e i i= 1 4. Nilai engah gala kuadra ( mean squared error ) MSE n i= = 1 e n 2 i 5. Deviasi sandar gala (sandard deviaion of error) SDE = n i= 1 e 2 i ( n 1) 6. Nilai engah deviasi absolu (mean absolue deviaion) 1 MAD = X i X n Ukuran-ukuran relaif adalah sebagai beriku : 1. Gala persenase (percenage error) PE = X F X 100

20 38 2. Nilai engah gala persenase (mean percenage error) MPE n i= = 1 PE n i 3. Nilai engah gala persenase (mean absolue percenage error) MAPE n i= = 1 PE n i Pengerian Pea Proses Operasi Menuru caaan sejarah, pea-pea kerja yang ada sekarang ini dikembangkan oleh Gilberh. Pada saa iu, unuk membua suau pea kerja, Gilberh mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai, kemudian pada ahun berikunya jumlah lambang-lambang ersebu disederhanakan, sehingga hanya inggal 4 macam, yaiu: Unuk operasi Unuk pemeriksaan Unuk Transporasi Unuk Penyimpanan

21 39 Penyederhanaan ini memudahkan pembuaan suau pea kerja, di samping seiap noasi mempunyai flexibilias yang inggi karena seiap lambang mempunyai kandungan ard yang sanga luas. Dalam ahun 1947, American Sociey of Mechanical Engineers (ASME) membua sandar lambang-lambang yang erdiri dari 5 macam lambang (dapa diliha pada gambar 3.1). Lambang-lambang ini merupakan modifikasi dari lambang yang digunakan oleh Gilberh, yaiu lingkaran kedl digand dengan anak panah unuk kejadian ransporasi dan menambah lambang baru (D) unuk kejadian menunggu.

22 Gambar 3.1 Lambang-lambang yang diusulkan ASME besera conohnya. 40

23 41 Kegunaan Pea Proses Operasi Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicaa melalui Pea Proses Operasi, kia bisa memperoleh banyak manfaa dianaranya: Bisa mengeahui kebuuhan akan mesin dan penganggarannya. Bisa memperkirakan kebuuhan akan bahan baku (dengan memperhiungkan efisiensi di iap operasi / pemeriksaan). Sebagai ala unuk menenukan aa leak pabrik. Sebagai ala unuk melakukan perbaikan cara kerja yang seclang dipakai. Sebagai ala unuk laihan kerja. dan lain-lain. Prinsip-prinsip Pembuaan Pea Proses Operasi Unuk bisa menggambarkan Pea Proses Operasi dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu diikui sebagai beriku: Perama-ama pada baris paling aas dinyaakan kepalanya "Pea Proses Operasi" yang diikui oleh idenifikasi lain seperi: nama obyek, nama pembua pea, anggal dipeakan cara lama aau cara sekarang, nomor pea clan nomor gambar. Maerial yang akan diproses dileakkan di aas garis horizonal, yang menunjukan bahwa maerial ersebu masuk ke dalam proses.

24 42 Lambang-lambang diempakan dalam arah verikal, yang menunjukan erjaclinya perubahan proses. Penomoran erhadap suau kegiaan operasi cliberikan secara beruruan sesuai dengan uruan operasi yang dibuuhkan unuk pembuaan produk ersebu aau sesuai dengan proses yang erjadi. Penomoran erhadap suau kegiaan perneriksaan cliberikan secara ersendiri clan prinsipnya sama dengan penomoran unuk kegiaan operasi. Agar diperoleh gambar pea operasi yang baik, produk yang biasanya paling banyak memerlukan operasi, harus dipeakan erlebih dahulu, berari dipeakan dengan garis verikal disebelah kanan halaman keras. Adapun prinsip-prinsip pembuaan Pea Proses Operasi ini bisa digunakan sebagai beriku: Keerangan: W O-N I-N M = Waku yang dibuuhkan unuk suau operasi/pemeriksaan, dalam jam. = Nomor uru unuk kegiaan operasi ersebu. = Nomor uru unuk kegiaan pemeriksaan ersebu. = Menunjukkan mesin/empa dimana kegiaan ersebu dilaksanakan.

25 43 Gambar 3.2 Prinsip Pembuaan Pea Proses Operasi Seelah semua proses digambarkan dengan lengkap, pada akhir halaman dicaa enang ringkasannya, yang memua informasi-informasi seperi: jumlah operasi, jurnlah perneriksaan dan jumlah waku yang dibuuhkan. Analisa Suau Pea Proses Operasi Ada empa hal yang perlu diperhaikan / diperimbangkan agar diperoleh suau proses kerja yang baik melalui analisa pea proses operasi yaiu analisa erhadap bahan-bahan, operasi, pemeriksaan dan erhadap

26 44 waku penyelesaian suau proses. Keempa hal ersebu di aas, dapa diuraikan sebagai beriku: a) Bahan-bahan Kia harus memperimbangkan semua alernaif dari bahan yang digunakan, proses penyelesaian dan oleransi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan fungsi, reliabilias, pelayanan dan wakunya. b) Operasi Juga dalam hal ini harus diperimbangkan mengenai semua alernaif yang mungkin unuk proses pengolahan, pernbuaan, pengerjaan dengan mesin aau meode perakiannya, besera ala-ala dan perlengkapan yang digunakan. Perbaikan yang mungkin bisa dilakukan misalnya: dengan menghilangkan, menggabungkan, mengubah aau menyederhanakan operasioperasi yang erjadi. c) Pemeriksaan Dalam hal ini kia harus mempunyai sanclar kualias. Suau obyek dikaakan memenuhi syara kualiasnya jika seelah clibandingkan dengan sandar ernyaa lebih baik aau minimal sama. Proses perneriksaan bisa dilakukan dengan eknik sampling aau sau persau dari semua obyek yang dibua enunya cara yang erakhir ersebu dilaksanakan apabila jumlah produksinya sediki.

27 45 d) Waku Unuk mempersingka waku penyelesaian, kia harus memperimbangkan sernua alernaif mengenai meoda, peralaan clan enunya penggunaan perlengkapan-perlengkapan khusus Pengerian Meode Transporasi Model ransporasi merupakan kasus khusus, dari masalah program-linear, dengan ujuan unuk "Mengangku" barang unggal dari berbagai asal (origin) ke berbagai ujuan (desinaion), dengan biaya angku serendah mungkin. Banyaknya barang yang ersedia diberbagai asal dan jumlah barang yang dimina oleh berbagai empa ujuan ersira dalam masalah yang harus diangani. Diberikan juga biaya pengangkuan dari sau uni barang yang diangku dari suau asal erenu sampai keempa ujuan erenu. Harap diinga bahwa semua hubungan adalah linear. Dilengkapi dengan informasi enang jumlah kapasias dari iapiap asal, perminaan oal dari masing-masing empa ujuan, dan biaya pengiriman per uni barang unuk linasan yang dimungkinkan, maka model ransporasi digunakan unuk menenukan program pengiriman opimal yang menghasilkan biaya pengiriman oal yang minimum.

28 46 Karena masalah ransporasi adalah kasus khusus dari masalah program linear, maka akan selalu dapa diselesaikan dengan meode simplex. Teapi "algorima, yang akan dikembangkan dalam modul ini, menyajikan suau cara-yang lebih efisien unuk menangani masalahersebu. Pendekaan Meode Transporasi Meode ransporasi erdiri aas iga langkah dasar : Langkah perama, melibakan penenuan pengiriman awal, sedemikianrupa sehingga dperoleh solusi dasar yang memnuhi syara. Ini berari bahwa (m+n-1) sel aau rue dari mariks ransformasi digunakan unuk ujuan pengangkuan. Sel yang digunakan unuk pengangkuan disebu sel yang diempai, sedang sel lainnya dari mariks ransporasi akan disebu sel kosong. Langkah kedua, berujuan menenukan biaya kesempaan (opporuniy) yang berkaian dengan sel kosong. Biaya kesempaan dari sel kosong dapa dihiung unuk iap-iap sel kosong ersendiri, aau dihiung unuk semua sel kosong secara keseluruhan. Jika biaya kesempaan dari semua sel kosong idak posiif, maka solusi opimal elah diperoleh. Dilain pihak, jika hanya sau sel saja memiliki biaya kesempaan bernilai

29 47 posiif, solusi pasi belum opimal dan kia harus melangkah kelangkah keiga. Langkah iga, melibakan penenuan solusi dasar yang memenuhi syara, baru dan lebih baik. Sekali solusi dasar yang baru dan memenuhi sara elah dicapai, kia ulangi langkah 2 dan langkah 3 sampai suau solusi opimal elah dienukan Pengerian Meode Transporasi Auran NWC Sesuai nama auran ini, maka penempaan perama dilakukan disel. paling kiri dan paling aas (norhwes) dari mariks. Besar alokasi ini akan mencukupi salah sau, kapasias empa asal dari baris perama aau perminaan empa ujuan dari kolom perama aau kedua-duanya. Jika kapasias dari empa asal dibaris perama erpenuhi. kia bergerak kebawah-menyusur kolom perama dan menenukan lain yang akan mencukupi aau kapasias empa asal dari baris kedua aau mencukupi ujuan yang masih kurang dari kolom perama Dilain pihak, jika alokasi perama memenuhi perminaan empa ujuan dikolom perama, kia bergerak kekanan dibaris perarna dan kernudian menenukan alokasi kedua yang aau memenuhi kapasias ersisa dari baris sau aau memenuhi perminaan ujuan dari kolom2, dan seerusnya. Dengan cara ini, dimulai dari sudu paling kiri dan paling aas dari mariks ransporasi, memenuhi perminaan ujuan dan kapasias

30 48 empa asal sekaligus, kia bergerak ke sel sebelah kanan yang lebih rendah sehingga ercapai persyaraan "Rim". Harap diperhaikan bahwa jika kia ikui auran NWC, kia idak menaruh perhaian erhadap biaya relevan dari iap-iap rue waku kia menenukan program awal Pengerian Meode Transporasi Auran MODI "Modified disribuion mehod", dikenal sebagai meode MODI, sanga mirip dengan meode."steppingstone" kecuali bahwa ia menyajikan cara yang lebih efisien unuk menghiung anda-anda peningkaan dari sel-sel yang. kosong. Perbedaan. uama anara dua meode ini menyangku langkah dalam penyelesaian masalah, dimana diperlukan adanya suau, linasan eruup. Unuk menghiung penunjuk peningkaan suau solusi khusus, maka dalam meode Seppingsone perlu digambar suau linasan eruup unuk, seiap sel kosong. Dienukan sel kosong dengan opporuniy cos" eringgi, kemudian. dipilih unuk iku dalam program perbaikan berikunya. Dal.am meode MODI penunjuk peningkaan dapa dihiung anpa menggambar linasan eruup. Dalam kenyaaannya meode MODI memerlukan hanya sau linasan eruup. Linasan ini digambar seelah sel kosong yang memiliki "opporuniy cos" eringgi, posiif dikeemukan. Seperi dalam meode Seppingsone, kegunaan linasan ini ialah unuk

31 49 menenukan jumlah uni maksimum, yang dapa dipindahkan ke sel kosong dalam program perbaikan berikunya. Maka, prosedur unuk menghiung "opporuniy cos" dari.sel kosong dalam MODI idak erganung pada linasan loop ersebu. Ringkasan Prosedur MODI Langkah 1 : Memperoleh solusi dasasr yang memenuhi syara. Meode yang digunakan NWC, VAM aau inspeks. Harus diperoleh m + n 1 sel erisi. Jika jumlah sel erisi melebihi m + n 1, maka ada salah hiung. Jika jumlah sel erisi kurang dari m + n 1, maka solusi ini mengalami kemerosoan. Langkah 2 : Menenukan Opporuniy cos dari seiap sel kosong. Tenukan bilangan baris dan bilangan kolom secara lengkap. Unuk seiap sel erisi berlaku c ij = u i + v j ambillah u 1 = 0. Hiunglah implied cos dari seiap sel kosong. Implied cos = bilangan baris + bilangan kolom. Tenukan oppouniy cos dari seiap sel kosong. Opporuniy cos = u i + v j - c ij Jika semua sel kosong memiliki opporuniy cos idak posiif, maka solusi sudah opimal.

32 50 Jika masih ada sel kosong yang memiliki, opporuniy cos posiif, program masih dapa diperbaiki. Langkah 3 : Merancang peningkaan program. Sel kosong yang memiliki opporuniy cos posiif erbesar diikuserakan dalam program perbaikan. Gambarlah suau loop melalui sel kosong ersebu menuju sel-sel erisi kemudian kembali lagi ke sel kosongnya. Beri anda (+) pada sel kosong yang akan diisi, kemudian bergani-gani leakan anda (+) dan (-) pada sel-sel erisi yang dilalui loop. Banyaknya barang yang harus digeser dienukan oleh alokasi erendah dari sel yang beranda (-). Langkah 4 :Ulangi langkah 2 dan 3 sampai diperoleh program yang opimal.

33 Pengerian Sisem informasi Menuru Mcleod (2001,p4) Sisem Informasi adalah suau kombinasi yang erorganisasi dari manusia, perangka lunak, perangka keras, jaringan kompuer, dan sumber daya daa yang mengumpulkan, menransformasikan, dan menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi. Sedangkan informasi iu sendiri menuru McLeod (2001, p2) adalah merupakan daa yang elah diproses aau daa yang memiliki ari. Dari definisi yang disebukan, informasi dapa disimpulkan sebagai daa yang elah diolah yang mempunyai ari dalam pengambilan kepuusan bagi pihak yang bersangkuan. Menuru Aler (1999,p42) Sisem Informasi adalah suau sisem kerja yang menggunakan eknologi informasi unuk mengumpulkan, meneruskan, menyimpan, mendapakan kembali, memanipulasi, aaupun menampilkan informasi, sehingga mendukung sau aau lebih sisem kerja. Sedangkan sisem kerja adalah sisem dimana manusia berparisipasi unuk melakukan proses bisnis dengan menggunakan eknologi informasi dan sumber daya yang lain unuk menghasilkan suau produk bagi pihak inernal maupun eksernal. Dari penjelasan di aas, definisi sisem informasi dapa disimpulkan sebagai gabungan sisem kerja dari berbagai elemen yang mengumpulkan, menyimpan, menransformasikan dan menyebarkan informasi dalam suau sisem.

34 Siklus Pengembangan sisem (Sysem Developmen Life Cycle/SDLC) Siklus pengembangan sisem menuru Valaich (2001,p21-24) erdiri dari beberapa ahap yaiu sebagai beriku : 1. Perencanaan dan pemilihan sisem (Sysem Planning and selecion) Merencanakan dan meleakkan dasar bagi sisem informasi baru aau sisem informasi hasil revisi yang memiliki dua akivias uama yaiu menenukan kebuuhan unuk sebuah sisem baru aau perbaikan sisem yang sudah ada dengan menelii dan menenukan lingkup dari sisem usulan. 2. Analisa sisem (Analysis Sysem) Melipui survei dan analisa erhadap sisem informasi sekarang. Pada ahap ini akan dienukan informasi apa yang diperlukan bagi para pengguna dari sisem yang baru disamping persyaraan eknis dari sisem iu sendiri. 3. Desain sisem (Sysem Design) Melipui penenuan spesifikasi yang memenuhi kebuuhan dan persyaraan yang dienukan erhadap analisa sisem. 4. Implemenasi dan operasi sisem (Sysem Implemenaion and Operaion) Langkah-langkahnya melipui penyelesaian rincian desain baru, perekruan dan pelaihan karyawan baru, memasang dan menguji coba peralaan baru, mengkonversi arsip-arsip ke media baru dan menghidupkan mesin-mesin aau peralaan sisem yang baru.

35 Pengerian Analisa dan Perancangan Sisem Menuru McLeod (2001, p234) Analisa sisem adalah peneliian aas sisem yang elah ada dengan ujuan unuk merancang sisem yang baru aau diperbaiki. Jadi dapa disimpulkan bahwa analisa sisem adalah peneliian sisem yang ada dengan ujuan penyempurnaan sisem yang dapa dimanfaa oleh pengguna. Perancangan sisem adalah proses penerjemahan kebuuhan pemakai ke dalam alernaif rancangan sisem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi unuk diperimbangkan. Dari definisi diaas, perancangan sisem dapa disimpulkan suau proses penyiapan spesifikasi dalam menerjemahkan kebuuhan pemakai dalam pengembangan sisem baru Konsep Analisa dan Perancangan Berorienasi Objek Pengerian Objek Objek iu sendiri adalah sebuah enias yang dapa menyimpan informasi (sae) dan menawarkan sejumlah operasi (behavior) unuk mengevaluasi maupun mempengaruhi keadaan enias adi. Sebuah objek diandai dengan sejumlah operasi dan sebuah sae / informasi yang menginga akiba / efek dari operasi ersebu (Jacobson, 1996, p.44). Menuru definisi lain yang serupa, objek juga merupakan absraksi baik unuk hal-hal konsepual maupun fisik. Objek memiliki keadaan (sae), idenias dan

36 54 perilaku melalui operasi erenu yang merubah keadaan semula menjadi keadaan yang baru (Lau, 2001, p.2). Model yang berorienasi objek erdiri dari sejumlah objek - objek yang umumnya berkorespondensi dengan objek pada dunia nyaa. Conohnya, sebuah objek dapa berupa Sales Order (Form penjualan), karyawan, dan sebagainya. Karakerisik yang harus dimiliki oleh objek anara lain: 1. Tiap objek memiliki sifa aau informasi individual yang unik (aribue) di mana iap aribue mempunyai nilai. Conohnya, seorang mahasiswa memiliki aribue NIM (Nomor Induk Mahaiswa), nama, nilai, dan sebagainya. Objek dapa melakukan suau operasi yang disebu dengan behavior. Operasi ini dapa dipicu oleh simulus dari luar maupun dalam objek. 2. Objek dapa dikomposisikan menjadi bagian - bagian erparisi yang dinyaakan dalam hubungan consis of aau aggregae Konsep Dasar Objec - Oriened (OO) Konsep analisa dan perancangan berorienasi objek (Objec - Oriened) merupakan suau konsep pemodelan sisem dari sudu pandang objek besera sifa - sifanya. Konsep ini memungkinkan kia unuk mencipakan serangkaian objek yang bekerja bersama-sama dalam menghasilkan sofware yang lebih baik jika dibandingkan dengan eknik yang radisional. Sisem menjadi lebih mudah diadapasi erhadap perubahan perminaan, lebih mudah dikembangkan, lebih ahan dan meningkakan desain dan penggunaan kode dengan lebih baik. Orienasi erhadap

37 55 Objec Oriened ini bukan berdasarkan bagaimana objek melakukan sesuau eapi lebih kepada apa yang objek lakukan. Suau model yang dirancang dengan pendekaan berorienasi objek umumnya memiliki karakerisik yang mudah dimengeri dan dapa secara langsung berhubungan dengan dunia nyaa. Oleh karena iu, semanic gap yang erjadi anara objek sesungguhnya dengan model objek dalam rancangan logik dapa diekan sekecil mungkin (Jacobson, 1996, p.42). Keunungan umum dari paradigma perancangan berorienasi objek adalah : Penyederhanaan (absraksi) pada ingka inggi. Pendekaan op-down menunjang penyederhanaan pada level fungsi. Sedangkan pendekaan Objec Oriened menunjang penyederhanaan pada level objek. Sejak objek mengkapsulasi baik daa (aribues) maupun fungsi (mehod), objek bekerja pada penyerdehaan level inggi. Pengembangan sisem dapa diproses pada level objek dan mengindahkan sisem lainnya selama diperlukan. Ini membua desain, coding, pengujian (esing), dan pengembangan sisem menjadi lebih mudah. Transisi yang sama anara fase yang berbeda pada pengembangan sofware. Pada pendekaan radisional yang digunakan unuk pengembangan sofware, dibuuhkan gaya dan meode yang berbeda unuk seiap ahapan proses. Perpindahan dari sau fase ke fase lain membuuhkan ransaksi pandangan (perpekif) yang rumi anara model yang sanga mungkin sanga berbeda dengan dunia nyaa. Transisi bukan hanya memperlamba pengembangan proses eapi

38 56 juga meningkakan ukuran (size) proyek dan kemungkinan erjadinya error jika berpindah dari sau bahasa ke bahasa lain. Di lain pihak, pendekaan berorienasi objek ini menggunakan bahasa yang sama dalam analisa, desain, programming, dan desain daabase. Pendekaan yang sama ini dapa meminimalkan ingka kerumian dan redudansi sera memberikan pemahaman yang lebih jelas, juga lebih ahan erhada pengembangan sisem. Menghasilkan eknik pemrograman yang baik. Class dalam pendekaan berorienasi objek menggambarkan secara jelas anara inerface (spesifikasi mengenai apa yang dapa dilakukan oleh class) dan impelmenasi (bagimana class melakukan apa yang dilakukannya). Dalam desain sisem yang sebagaimana mesinya class dikelompokkan dalam sub sisem eapi eap berdiri sendiri, dimana jika suau kelas diubah idak akan berdampak aau mempengaruhi kelas yang lain. Meningkakn penggunaan kembali. Objek dapa digunakan kembali karena objek dimodel secara langsung dari problem domain pada dunia nyaa. Lebih jauh lagi, pendekaan berorienasi objek menambahkan inheriance, yang merupakan eknik yang memungkinkan kelas dibangun sendiri berbeda dengan class yang lain. Dan hanya class yang berbeda yang harus didesain dan di-coding

39 Class dan Insance Penggolongan objek - objek ke dalam suau kelompok berdasarkan kesamaan karakerisik dinyaakan dalam class. Sebuah class dapa merupakan sebuah definisi, aau ceakan (emplae), yang memungkinkan pencipaan objek baru, dan merupakan deskripsi dari sejumlah karakerisik umum yang sama - sama dimiliki oleh sejumlah objek (Jacobson, 1996, p.46). Objek dalam class yang sama memiliki definisi yang sama pula baik unuk operasinya maupun srukur informasinya. Conohnya, class kendaraan merupakan sebuah model dengan karakerisik dijalankan oleh mesin dan digunakan unuk ransporasi. Dari class ini dapa diurunkan objek - objek seperi mobil, moor, pesawa, dan sebagainya karena semua iu memiliki karakerisik yang sama dalam class kendaraan, yakni semuanya dijalankan oleh mesin dan unuk ujuan ransporasi. Objek mobil, moor dan pesawa ersebu disebu sebagai insance. Sebuah insance merupakan objek yang dicipakan dari class dengan srukur yang didefinisikan dari class Encapsulaion, Inheriance, dan Polymorphism Inheriance Inheriance adalah properi dalam sisem berorienasi objek yang memungkinkan objek dibangun dari objek yang lain dan mencipakan sebuah class baru yang memiliki sifa - sifa induknya, diambah karakerisik khas individualnya. Jika class B meng-inheri class A, maka operasi dan srukur informasi yang erdapa

40 58 pada class A akan menjadi bagian dari class B. keunungan menggunakan eknik ini adalah kia dapa membangun dari objek yang sudah kia miliki sebelumnya aau penggunaan kembali dari apa yang kia miliki Encapsulaion dan Informaion Hiding Encapsulaion aau penyembunyian informasi merupakan suau prinsip penyembunyian daa inernal dan prosedur (mehod) dari objek dan menyediakan sebuah inerface pada seiap objek dengan cara erenu unuk menyaakan sebisa mungkin enang apa yang dilakukan objek. Secara radisional, daa dan fungsi dalam sebuah program adalah independen. Seperi dalam pemrograman modular dan absraksi daa, pemrograman berorienasi objek mengelompokkan daa dengan fimgsi yang beroperasi pada daa ersebu. Seiap objek kemudian mempunyai sebuah se daa dan sebuah se mehod secara logik Konsep Polymorphism Poly berari banyak dan morph berari benuk. Dalam kondeks sisem berorienasi objek, arinya objek dan dibua dalam benuk yang berbeda-beda. Polymorphism adalah kemampuan dari ipe objek yang berbeda unuk menyadari propery dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda. Polymorphism adalah hasil naural dari faka bahwa objek dari ipe yang berbeda (bahkan dari subipe yang berbeda) dapa menggunakan propery dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda (Aiken, 1999, p.7)

41 59 Secara umum dapa dikaakan bahwa pengirim simulus aau bagian yang memicu idak perlu mengeahui bagaimana suau mehod diimplemenasikan. Sebagai conoh, objek dari ipe kendaraan semuanya mempunyai operasi akselerasi walaupun mungkin saja erdapa perbedaan dalam melakukan akselerasi dalam (sub) ipe kendaraan yang berbeda. Kendaraan dara biasanya berakselerasi menggunakan enaga yang dierapkan melalui roda, dimana kendaraan air biasanya berakselerasi menggunakan enaga yang dierapkan melalui baling - baling. Jika dipanggil mehod akselerasi, maka mehod ersebu akan memberikan hasil yang berbeda unuk kendaraan air dan kendaraan dara Unified Modeling Language (UML) Unified Modelling Language (UML) adalah suksesor dari gelombang meode OOA/D yang berkembang di awal Saa iu erdapa banyak pengguna meode OOA/D menghadapi masalah sebab belum ersedia sebuah modelling language yang dapa memenuhi kebuuhan mereka, sehingga erdapa berbagai mehod yang digunakan anpa sandar dan keseragaman erenu. UML sebagian besar menggabungkan meode - meode dari Booch (yang mempunyai meode yang baik dalam fase perancangan dan konsruksi dari pembuaan proyek), Rumbaugh (Objec Modelling Technique/OMT, yang sanga berguna dalam analisis dan sisem informasi dengan daa inensif), dan Jacobson (Objec-Oriened Sofware Engineering/OOSE, yang menyediakan dukungan use case unuk mengeahui kebuuhan requiremen, analisis, dan perancangan high-level), sera meode-meode lain, seperi Fusion,

42 60 Shlaer-Mellor, dan Coad-Yourdon. UML melalui sebuah proses sandarisasi dengan OMG (Objec Managemen Group) dan sekarang adalah sebuah sandar OMG. UML adalah sebuah modelling language, dan bukan sebuah mehod. Sebagian besar mehod, paling idak dalam prinsipnya, erdiri dari sebuah modelling language dan sebuah proses. Modelling language adalah noasi (eruama grafikal) yang digunakan mehod unuk mengekspresikan rancangan. Proses adalah nasiha aas langkah - langkah apa yang perlu diambil dalam menjalankan sebuah rancangan. Kegunaan UML eruama unuk, sisem informasi perusahaan, layanan perbankan dan finansial, elekomunikasi, ransporasi, perdagangan, dan ala-ala elekronik medis. UML dikelompokkan menjadi 4 bagian berdasarkan fungsinya masing-masing dan secara keseluhan UML memiliki delapan buah diagram, yang dapa dijelaskan sebagai beriku : Class Diagram Class diagram mengacu kepada pemodelan objek yang merupakan diagram analisa saic yang uama yang menggambarkan sekumpulan class, inerface, dan collaboraion, dan relasi - relasinya. Class diagram juga menunjukkan aribue dan operaion dari sebuah class dan consrain yang berlaku dengan bagaimana objek objek dihubungkan. Pemodelan objek merupakan proses diamana logical objek dalam dunia nyaa (problem space) direpresenasikan (dipeakan) oleh acual objek ke dalam suau program.

43 61 Class1 Class4 Class2 Class3 Class6 Diagram 3.1 Class Diagram Noasi - noasi yang erdapa pada Class Diagram : Class Merupakan sebuah deskripsi dari sekumpulan objek yang berbagi aribue, operaion, dan hubungan yang sama. Sebuah class dapa mengimplemenasikan sau aau lebih inerface. Gambar 3.3 Class Associaion dan Role Merupakan sebuah hubungan srukural yang menggambarkan sekumpulan link, dimana sebuah link adalah sebuah koneksi dianara objek - objek; hubungan semanik dianara dua aau lebih classifier yang melibakan koneksi dianara insance - insancenya. Role merupakan akhir / ujung dari sebuah associaion.

44 62 Gambar 3.4 Associaion dan Role Navigabiliy Navigabiliy merupakan sebuah properi dari role, yang menandakan bahwa ada kemungkinan unuk melakukan navigasi uni-direcional pada associaion dari objek sumber ke objek ujuan. Ada beberapa siuasi yang memerlukan navigabiliy dari A ke B yaiu A mengirim pesan ke B, A membua sebuah insance B, A perlu unuk memperahankan koneksi ke B. Pada gambar beriku ini, panah navigabiliy menandakan bahwa A erhubung secara uni-direcionally ke B, dan idak adanya hubungan dari B ke A. Class A kemungkinan memiliki sebuah aribue yang menunjuk kepada sebuah objek B. Gambar 3.5 Navigabiliy Aggregaion Aggregaion Merupakan sebuah hubungan "keseluruhan/bagian", dimana sebuah class merepresenasikan sebuah hal yang lebih besar ( keseluruhan ), yang erdiri dari hal - hal yang lebih kecil ( bagian ). Hal ini menggambarkan hubungan

45 63 mempunyai sebuah aau beberapa", dimana sebuah objek keseluruhan mempunyai objek - objek bagian. Teapi pada aggregaion, sebuah objek bagian dapa berdiri sendiri anpa perlu erganung pada objek keseluruhan. Gambar 3.6 Aggregaion Composiion Composiion adalah srong aggregaion. Pada composiion, objek bagian idak dapa berdiri sendiri anpa objek keseluruhan. Jadi mereka erkai dengan kua sau dengan yang lainnya. Gambar 3.7 Composiion Generalizaion Generalizaion merupakan sebuah hubungan spesialisasi/generalisasi dalam model-model UML, dimana objek-objek dari elemen yang dispesialisasi-kan (child) dapa diganikan dengan objek dari elemen yang di-generalisasi-kan (paren). Dengan demikian, child berbagi srukur dan behavior dari paren.

46 64 Dalam penerapannya generalizaion merupakan konsep inheriance dan dapa dikembangkan menjadi konsep polymorphysm. Class1 Class2 Gambar 3.8 Generalizaion Mulipliciy Mulipliciy merupakan sebuah spesifikasi enang renang kardinalias yang diizinkan unuk dimiliki oleh sebuah objek. Sebuah mulipliciy dapa berisi: exacly one (1), opional/zero or one (0..1), many/zero or more (0..n), one or more (1..n), an exac number (n), aaupun numerically specified (m..n). Gambar 3.9 Mulipliciy Annoaional Things Annoaional Things adalah komenar - komenar yang dapa kia berikan unuk menjelaskan, menerangkan, dan menandai seiap elemen dalam seiap model UML. Terdapa sebuah jenis annoaional hing, yang disebu noe.

47 65 Gambar 3.10 Noe Use Case Diagram Use Case adalah sekumpulan skenario yang menghubungkan anara user dan sisem. Acor adalah sebuah role yang dimainkan seorang user erhadap sisem. Use Case Diagram adalah kumpulan dari use case dan acor sera hubungannya. Sedangkan gambaran besar yang merupakan gabungan dari seluruh use case diagram yang erdapa di dalam sebuah sisem disebu Sysem Level Use Case. UseCase1 Acor1 Acor2 Gambar 3.11 Use Case Diagram Noasi-noasi pada Use Case Diagram : Exend Merupakan sebuah hubungan dalam use case, yang digunakan saa kia menggambarkan sebuah variasi aas sebuah behavior normal, dimana kia ingin

48 66 menggunakan benuk yang lebih mudah unuk dikonrol dan mendeklarasikan exension poins dalam use case dasar kia. Gambar 3.12 Exend Relaionship Include Merupakan sebuah hubungan dalam use case, yang digunakan bila ada beberapa skenario yang berulang dibeberapa use case lainnya. Agar idak erjadi perulangan, skenario ini dibua menjadi sebuah use case yang akan di-include oleh use case lainnya. Gambar 3.13 Include Relaionship

49 Behavior Diagram (dynamic) Behavior diagram merupakan model dinamis yang diampilkan dalam sekelompok prosedur aau behavior yang menggambarkan perilaku sisem. Hubungan dinamis menjelaskan bagaimana suau objek bisnos saling berineraksi dalam menyelesaikan suau pekerjaan. Model dinamis ini sanga berguna selama ahap desain dan implemenasi dalam pengembangan sisem. Behavior Diagram erdiri dari 3 diagram yaiu : Ineracion Diagram Ineracion Diagram adalah sebuah diagram yang menjelaskan bagaimana sekumpulan objek saling berkolaborasi dalam menyelesaikan suau pekerjaan. Ineracion diagram menjabarkan perilaku dari single use case, menampilkan pola ineraksi anar objek. Diagram ini menampilkan sejumlah conoh objek dan pesan yang dieruskan anar objek dalam use case. Ineracion diagram erdiri dari : 1. Sequence diagram adalah sebuah ineracion diagram yang menekankan pada uruan waku penyampaian dari suau pesan yang menggambarkan ineraksi anara sisem dan lingkungannya. Sequence diagram idak menampilkan hubungan anara peran aau asosiasi anar objek. Sequence diagram memiliki dua dimensi yaiu dimensi verical yang merepresenasikan waku dan dimensi horizonal yang merepresenasikan objek yang berbeda.

50 68 Objec1 Objec2 Message1 Gambar 3.14 Sequence Diagram Noasi - noasi yang erdapa pada Sequence Diagram : Objec Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai sebuah koak pada sisi aas dari garis puus-puus. Objek diawali dengan : (anda iik dua), dan nama objek berada di depan (sebelum) : (anda iik dua) berada. Objek dan nama objek digaris bawahi dari awal ke akhir. Gambar 3.15 Objek pada Sequence Diagram Objec Lifeline Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai garis verikal puus - puus, yang mewakili keberadaan sebuah objek pada sebuah periode waku.

51 69 Focus of Conrol Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai sebuah persegi panjang pipih yang erdapa diaas lifeline, menggambarkan periode waku dimana sebuah objek melakukan sebuah aksi. Objec Focus Of Conrol Objec Lifeline Gambar 3.16 Objec Lifeline and Focus of Conrol pada Sequence Diagram Message Message pada Sequence Diagram digambarkan sebagai sebuah anak panah dianara lifeline dari dua buah objek. Condiion Condiion merupakan sebuah kondisi yang menandakan kapan sebuah message harus dikirim (misalnya, [kena denda]). Message ersebu hanya akan dikirim jika kondisinya benar Reurn Message Reurn Message merupakan sebuah hasil (oupu) yang dikirim oleh sebuah objek kepada objek lain yang mengirimkan message padanya. Pada Sequence Diagram, reurn message digambarkan sebagai sebuah anak panah puus -

52 70 puus dianara lifeline dari dua buah objek. Reurn message adalah noasi yang opsional sehingga dapa digambarkan bila dengan menggambarkannya akan memperjelas sequence diagram. Gambar 3.17 Reurn Message Pada Sequence Diagram Self Call Self Call pada Sequence Diagram adalah sebuah message yang dikirim sebuah objek kepada dirinya sendiri. Gambar 3.18 Self Call pada Sequence Diagram

53 71 2. Collaboraion diagram Collaboraion Diagram adalah sebuah ineracion diagram yang menekankan pada srukur organisasi dari objek - objek yang mengirim dan menerima pesan. Sama seperi Sequence Diagram, anak panah merupakan pesan yang dikirim anaar use case. Gambar 3.19 Collaboraion Diagram Saechar Diagram Saechar diagram menggambarkan behavior dari sebuah sisem. Saechar Diagram menunjukkan sae - sae yang mungkin dijalankan oleh sebuah objek dan bagaimana sae objek ersebu menjalankannya berubah sebagai hasil dari even - even yang mencapai objek ersebu.

54 72 Gambar 3.20 SaeChar Diagram Aciviy Diagram Merupakan sebuah diagram yang menggambarkan uruan dari akivias - akivias di dalam sisem. Aciviy diagram digunakan unuk menggambarkan akivias - akivias yang memiliki condiional behavior dan parallel behavior. Gambar 3.21 Aciviy Diagram

55 73 Noasi - noasi yang erdapa pada Aciviy Diagram : Iniial Sae / Sar Sae Pada Aciviy Diagram, iniial sae / sar sae adalah sebuah keadaan pada saa akan memulai sebuah akivias. Gambar 3.22 Sar Sae Aciviy Sae Pada Aciviy Diagram, aciviy sae adalah sebuah keadaan enang melakukan sesuau dari sebuah akivias. Gambar 3.23 Aciviy Sae Transiion Pada Aciviy Diagram, ransiion adalah sebuah keadaan perpindahan dari suau akivias ke akivias lainnya. Branch (Condiional Behavior) Pada Aciviy Diagram, branch mempunyai sebuah ransisi masuk yang unggal dan beberapa ransisi keluar yang di-guard. Hanya sau ransisi keluar yang dapa diambil. Misalnya, jika kia menggunakan [else] sebagai sebuah guard, menandakan bahwa ransisi else harus digunakan, jika guard - guard lain pada branch adalah salah.

56 74 Gambar 3.24 Branch Swimlane Pada Aciviy Diagram, swimlane menggambarkan class aau orang yang beranggung jawab unuk seiap aciviy sae. Gambar 3.25 Swimlane Fork dan Join (Parallel Behavior) Pada Aciviy Diagram, fork mempunyai sebuah ransisi masuk yang unggal dan beberapa ransisi keluar. Keika ransisi masuk erpicu, semua ransisi keluar dilaksanakan secara paralel. Dengan join, ransisi keluar yang disebukan sebelumnya hanya dilaksanakan jika semua sae pada ransisi masuk elah menyelesaikan akiviasnya masing - masing.

57 75 Gambar 3.26 Fork dan Join Final Sae Pada Aciviy Diagram, final sae adalah sebuah keadaan akhir dari sebuah akivias. Gambar 3.27 Final Sae Implemenaion Diagram Implemenaion diagram menggambarkan ahap implemenasi dari pengembangan sisem, seperi srukur kode dan srukur implemenasi run-ime. Ada dua ipe Componen diagram, yaiu :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Indusri Definisi menuru insiue of indusrial and sysem (IIE) : Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi menurut institute of industrial and system (IIE) : dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi menurut institute of industrial and system (IIE) : dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teknik Indusri Definisi menuru insiue of indusrial and sysem (IIE) : Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pea Proses Operasi Pea Proses Operasi merupakan suau diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai uru-uruan operasi dam pemeriksaan. Sejak

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi teknik industri menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) :

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi teknik industri menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) : BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teknik Indusri Definisi eknik indusri menuru Insiue of Indusrial Engineering (IIE) : Teknik Indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, peningkaan, dan insalasi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi Menuru Teguh Baroo (2002, p13), produksi adalah suau proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sisem produksi adalah sekumpulan akivias unuk

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

SISTEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOTHING UNTUK STOK BAHAN SPARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG

SISTEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOTHING UNTUK STOK BAHAN SPARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG ITEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOTHING UNTUK TOK BAHAN PARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG 1 Muhammad Iqbal (1110651220) 2 Bagus eya R,.Kom M.Kom, 3 Heny Wahyu,.Kom Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produk Menuru Koler dan Amsrong (2001, p346), produk adalah segala sesuau yang dapa diawarkan ke pasar unuk diperhaikan, dimiliki, digunakan, aau dikonsumsi yang dapa memuaskan

Lebih terperinci

PROYEKSI BISNIS. Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakultas Ekonomi Universitas Wiyana Mukti

PROYEKSI BISNIS. Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakultas Ekonomi Universitas Wiyana Mukti PROYEKSI BISNIS Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakulas Ekonomi Universias Wiyana Muki PENDAHULUAN Teknik Proyeksi Bisnis merupakan suau cara/pendekaan u menenukan ramalan (perkiraan) mengenai sesuau di masa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PERAMALAN HARGA EMAS DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PERAMALAN HARGA EMAS DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PERAMALAN HARGA EMAS DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER Moh Afwan 1) S1 / Jurusan Sisem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Kompuer & Teknik Kompuer Surabaya, email

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis di bidang ekonomi, sosial dan sebagainya, diperlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkaian kegiaan yang membua barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiaan membua barang dan jasa erjadi di

Lebih terperinci