PELAYANAN HIV/AIDS DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAYANAN HIV/AIDS DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 Working Paper Series No. 16 July 2007, Firs Draf PELAYANAN HIV/AIDS DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri Kaakunci: hospials, HIV/AIDS, healh saff, people living wih HIV/AIDS -Tidak Unuk Disiasi- Program Magiser Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehaan,Universias Gadjah Mada Yogyakara 2007

2 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s HIV/AIDS Service a Dr. Sardjio Hospial Andris Purwaningias 1, Yanri Wijayani Subrono 2, Mubasysyir Hasanbasri 3 Background: A hospial is a healh insiuion which has an imporan role in overcoming HIV/AIDS infecion. However, hospials ofen discriminae HIV/AIDS paiens by refusing o provide healh service due o he fac ha hey are unprepared o such service. As providers of comprehensive and susainable HIV/AIDS service, hospials have o be well prepared and provide qualiy service wih he suppor of compeen human resources and supporing faciliies available. Objecive: To find ou he response of Dr. Sardjio Hospial in providing HIV/AIDS service, sraegies of hospial managemen, healh saff's capaciy in service provision and ypes of service available. Mehod: This was an exploraive case sudy wih descripive qualiaive design. Mehods of daa collecion were srucured inerview, documen checking and observaion. Daa were colleced from January o February Resul: HIV/AIDS service a Dr. Sardjio Hospial had developed exensively afer he esablishmen of Edelweiss Clinic as he main gae of HIV/AIDS in The service ranged from healh promoion o rehabiliaion, including volunary counseling and esing (VCT), care suppor and reamen (CST), prevenion of moher o child HIV ransmission (PMTCT), uberculosis-hiv, sexually ransmied infecion and suppor services such as nuriion, laboraory, radiology, recording and reporing. The service was made possible by he financial aid of Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GFATM) in cooperaion wih inernaional healh insiuions. Healh saff go periodic raining on HIV/AIDS service provision conduced by he Minisry of Healh. Dr. Sardjio Hospial worked in cooperaion wih AIDS prevenion commiee eiher a he naional or local level. GFATM worked across secors wih service unis ouside hospial and non governmen organizaions. The managemen of cases in he hospial was done by each uni under he supervision of HIV/AIDS prevenion commiee. Conclusion and Suggesion: The response of Dr. Sardjio Hospial o HIV/AIDS depended on naional and inernaional sakeholders. Srenghening sakeholders of hospials should become imporan focus of policies in he fuure. 1 Suden of Pos Graduae Program of Public Healh, Gadjah Mada Universiy 2 Deparemen of Inernal Medicine, Faculy of Medicine, Gadjah Mada Universiy 3 Magiser Healh Policy and Service Managemen, Gadjah Mada Universiy Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 2

3 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s Laar Belakang Rumahsaki merupakan insansi kesehaan yang berperan pening melawan penyebaran HIV/AIDS, namun seringkali rumahsaki melakukan diskriminasi erhadap pasien HIV/AIDS. Saa ini masih banyak rumahsaki dan doker yang idak menerima pasien-pasien yang erinfeksi HIV/AIDS unuk beroba i. Rumahsaki menganggap kasus HIV/AIDS sanga kompleks dan problemaik dikarenakan bukan hanya sau doker dengan spesialis erenu yang diperlukan unuk merawa pasien HIV/AIDS eapi memerlukan banyak spesialis. Kekhawairan lain pihak rumahsaki bila menerima pasien HIV/AIDS ialah banyak pasien yang keakuan dan idak mau diempakan sau ruangan dengan pasien HIV. Sebaliknya bila menempakan semua pasien HIV/AIDS dalam ruangan erenu juga berari menimbulkan keidak adilan dan diskriminasi ii. Masalah lain yang seringkali muncul ialah pelayanan dibawah sandar, lalai dalam memberikan perawaan, melanggar kerahasiaan pasien, sera melakukan es HIV anpa perseujuan pasien. Prakek ini mencerminkan faka yang buruk bahwa orang-orang yang erinfeksi HIV sering menerima perlakuan medik dibawah sandar yang dieapkan iii. Tidak semua rumahsaki memiliki formulir pelaporan kasus HIV/AIDS, yang dikeluarkan oleh Deparemen Kesehaan, sehingga sisem pelaporan dan pencaaan menjadi belum baik. Rumahsaki idak ahu kemana harus melapor iv. Pada mulanya di Indonesia hanya 25 rumahsaki yang diunjuk pemerinah unuk memberikan perawaan penderia HIV/AIDS. Sekarang jumlahnya sudah mencapai 75 rumahsaki. Rumahsaki yang pernah merawa pasien HIV/AIDS di Yogyakara ialah RS Behesda, RS Pani Rapih, RS PKU Muhammadiyah, dan RSUP Dr. Sardjio. RSUP Dr. Sardjio Yogyakara merupakan salah sau rumahsaki yang memberikan pelayanan kepada para penderia HIV/AIDS berdasarkan SK Menkes RI No. 781/MENKES/SK/VII/2004 enang Peneapan Rumahsaki Rujukan bagi Orang dengan HIV/AIDS. Berdasarkan laar belakang masalah diaas, maka rumusan masalah dalam peneliian ini ialah sebagai beriku. 1. Jenis-jenis pelayanan apa saja yang diberikan oleh RSUP Dr. Sardjio kepada penderia HIV/AIDS? 2. Bagaimana sejarah kronologi pengembangan pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio selama sepuluh ahun erakhir? 3. Bagaimana sisem pencaaan dan pelaporan kasus HIV/AIDS yang dirawa di RSUP Dr. Sardjio? 4. Bagaimana kapasias sumberdaya manusia dalam memberikan pelayanan kepada penderia HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio? 5. Bagaimana model kerjasama yang dilakukan oleh RSUP Dr. Sardjio dengan kelompok dukungan erhadap ODHA? Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 3

4 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s Meode Peneliian Jenis peneliian ini adalah peneliian deskripif kualiaif dengan sudi kasus eksploraif unuk mengeahui bagaimana respon RSUP Dr. Sardjio dalam memberikan pelayanan HIV/AIDS. Responden peneliian erbagi aas responden primer dan responden sekunder. Responden primer berasal dari ingka manager sebagai penenu kebijakan, yaiu keua paniia penanggulangan HIV/AIDS RSUP Dr. Sardjio, sedangkan responden sekunder berasal dari ingka pelaksana kebijakan yaiu para enaga medis yang berugas di klinik perawaan HIV/AIDS dan anggoa paniia penanggulangan HIV/AIDS RSUP Dr. Sardjio. Variabel peneliian erdiri dari variabel erika (dependen variable) yaiu pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio dan variabel bebas (independen variable) berupa kunjungan pasien, lembaga pendukung HIV/AIDS, dan sraegi manajemen rumahsaki. A. Jenis pelayanan Hasil dan Pembahasan RSUP Dr. Sardjio memberikan pelayanan bagi clien HIV/AIDS melipui volunary counseling and esing, care suppor and reamen, infeksi menular seksual, TB-HIV, pencaaan dan pelaporan kasus HIV/AIDS, pelayanan gizi, radiologi, dan laboraorium. 1. Volunary Counseling and Tesing (VCT) VCT merupakan salah sau sraegi kesehaan masyaraka dan sebagai pinu masuk ke seluruh layanan kesehaan HIV/AIDS berkelanjuan. VCT berkualias inggi idak saja membua orang mempunyai akses erhadap layanan, eapi juga efekif bagi pencegahan erhadap HIV. Layanan VCT dapa digunakan unuk mengubah perilaku beresiko dan memberikan informasi enang pencegahan HIV/AIDS. Clien dimungkinkan mendapa pengeahuan enang cara penularan, pencegahan, dan pengobaan erhadap HIV, seperi penggunaan kondom, idak berbagi ala sunik, dan penggunaan ala sunik seril. Di banyak negara pembagian kondom dilakukan di klinik VCT v, namun berdasarkan hasil wawancara dengan responden di Klinik Edelweis, yang merupakan klinik VCT di RSUP Dr. Sardjio, didapakan informasi bahwa idak ada pembagian kondom aau ala peraga seperi kondom, dildo dan ala reproduksi perempuan. Berdasarkan hasil observasi dikeahui bahwa Klinik Edelweis belum memadai bila digunakan sebagai klinik pelayanan HIV/AIDS. Klinik Edelweis belum sepenuhnya dapa menjamin konfidensialias karena ruangan konseling masih dibaasi oleh kain sehingga pembicaraan dapa didengar oleh orang lain, pinu masuk dan pinu keluar yang sama, dan ruang unggu yang masih menjadi sau dengan ruang konseling dan ruang Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 4

5 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s pemeriksaan. Layanan VCT yang ada di Klinik Edelweis melipui konseling pra-es dan konseling pasca-es. 2. Care, Suppor, and Treamen (CST) RSUP Dr. Sardjio sudah menyediakan layanan komprehensif bagi ODHA. Layanan perawaan yang ersedia melipui konseling dan es HIV sukarela unuk ujuan screening dan diagnosik, dengan Klinik Edelweis sebagai pinu masuk uama, profilaksis infeksi opporunisik, aalaksana penyaki erkai HIV ermasuk infeksi opporunisik, pengendalian TB di klinik penyaki dalam, aalaksana IMS di klinik kuli dan kelamin, pengobaan paliaif, akses kepada oba-oba HIV ermasuk oba unuk infeksi opporunisik, anireroviral, inervensi erhadap prevenion of moher o child HIV ransmission (PMTCT) yang fokus di klinik kebidanan dan anak, dukungan gizi, sera mengurangi sigma dan diskriminasi dengan mengadakan sosialisasi dan raining enang pelayanan HIV/AIDS kepada peugas kesehaan. Oba-oba yang ersedia unuk pasien masih lini perama. Oba unuk efek samping erapi ARV belum ersedia. Oba-oba ARV yang ersedia seluruhnya disubsidi oleh pemerinah. Oba-oba unuk infeksi opporunisik disediakan oleh Dinas Kesehaan Koa Yogyakara. Ada lima jenis oba yaiu Savudin, Neviral, Duviral, Efaviren, dan Hiviral. Oba-oba unuk infeksi opporunisik yang ersedia yaiu Doksisiklin, Raniidin, Condesain soluion, Cyproflox, Co-rimoxazol, Dimenhydrina, Enzyplex able, Eryhro, INH, Keoconazol, Nisain Vag, Fluconazale, Flucoric, dan Ofloxacin. Oba ani uberculosis juga grais karena disubsidi oleh pemerinah. Unuk keersediaan oba ani uberkulosis berkoordinasi dengan poli TB. Keersediaan anireroviral di rumahsaki sanga pening bagi kelangsungan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan. Terapi anireroviral sanga diperlukan oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) unuk memperpanjang usia dan memperbaiki kualias hidup. Keersediaan anireroviral di RSUP Dr. Sardjio cukup unuk memenuhi kebuuhan clien. Bila erjadi kekurangan, maka hal ini anara lain disebabkan oleh kesalahan pelaporan, keerlambaan pengiriman, dan kekurangan keersediaan oba di pusa. Rumahsaki mengharapkan keersediaan oba ini dari program, seperi hasil wawancara beriku. Sok oba kadang ada yang kurang. Hal ini disebabkan karena keerlambaan pengiriman dan keersediaan oba di pusa dan karena kia mengharapkan keersediaan oba ini dari program (Responden 12). Pengadaan oba anireroviral, VCT, dan beberapa pemeriksaan laboraorium awal digraiskan karena ada banuan dana dari Global Fund for AIDS, Tuberculosis, Malaria (GFATM). Oba infeksi opporunisik digraiskan unuk clien karena disubsidi oleh Dinas Kesehaan Koa Yogyakara. Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 5

6 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s Anireroviral Theraphy (ART) merupakan komimen jangka panjang dan kepauhan erapi adalah hal yang paling pening dalam menekan replikasi HIV dan menghindari erjadinya resisensi. Dari hasil wawancara dengan responden dikeahui bahwa responden menganjurkan unuk melakukan konseling anireroviral (ARV). Konseling ARV yang erpening adalah fakor adheren aau kepauhan unuk minum oba. Konseling ini berisi enang minum oba epa waku, epa dosis, dan epa penggunaan oba. Clien diajarkan membua penginga unuk minum oba, misalnya membua alarm di elepon selulernya. Clien yang sudah erbuka kepada keluarganya enang sausnya, maka keluarga yang menjadi pendamping minum oba unuk mendukung kepauhan minum oba. Clien diberikan konseling erlebih dahulu sebelum memulai erapi ARV berupa segala sesuau enang ART dan makanan sera gizi yang diperlukan. Konseling ini sanga diperlukan bagi clien karena unuk mengeahui ineraksi oba-makanan berupa efek aau pengaruh makanan erhadap kemanjuran oba, efek oba erhadap penggunaan nurien aau za gizi, efek dari efek samping oba erhadap konsumsi makanan, dan efek samping oba yang idak seha akiba pemakaian oba dan konsumsi jenis makanan erenu. Beberapa ARV menyebabkan efek samping yang berbahaya jika dikombinasikan dengan makanan erenu. Sebagai conoh, mengkonsumsi minuman yang beralkohol bersama didanosin dapa mengakibakan pankreaiis yang sanga berbahaya dan dapa mengakibakan kemaian vi. Diperlukan manajer kasus unuk mendukung pelayanan komprehensif bagi clien HIV/AIDS. Berdasarkan hasil wawancara dikeahui bahwa RSUP Dr. Sardjio mempunyai 2 manajer kasus. Manajer kasus berugas mengkoordinasi im pelayanan HIV/AIDS jika secara klinis clien mempunyai keluhan. Manajer kasus beranggung jawab secara langsung jika harus konsulasi kepada doker, im doker, aau psikolog. Bila clien menghadapi masalah-masalah sosial, peugas sebagai manajer kasus harus mencari solusi yang epa, seperi peikan wawancara beriku. Pokoknya saya secara langsung harus konsulasi ke doker, im doker aau ke psikolog. Ya erganung kepada permasalahan yang dihadapi, karena pasien iu mempunyai masalah yang sanga kompleks, ya sebagai manajer kasus harus mencarikan solusinya. Pokoknya saya bekerja sesuai dengan job descripion nya sebagai case manager (Responden 10). Keamanan dalam memberikan pelayanan sanga pening dilakukan bagi peugas kesehaan yang memberikan pelayanan HIV/AIDS yang menyeluruh dan berkesinambungan karena peugas kesehaan sanga beresiko unuk erpajan. RSUP Dr. Sardjio sudah membua kebijakan enang Kewaspadaan Universal yang eruang dalam Dokumen No yang berbunyi: Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 6

7 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s Pasien dengan HIV/AIDS boleh dirawa di bangsal manapun kecuali IRNA III, IRNA V, dan Bangsal Cempaka Mulia, dengan eap mengacu pada Universal Precauion aau Kewaspadaan Universal. Pernyaaan ersebu diperegas kembali dalam poin ke-9 yang berbunyi: Kewaspadaan Universal dierapkan pada semua pasien HIV/AIDS anpa memandang saus serologis aau umur dari yang bersangkuan, dengan ujuan melindungi peugas dari resiko erpajan infeksi HIV/AIDS maupun clien/pasien. Sosialisasi enang Kewaspadaan Universal sudah sering kali dilakukan di RSUP Dr. Sardjio. Sosialisasi Kewaspadaan Universal ini sanga perlu dilakukan secara erus menerus karena merupakan program dari im pengendalian infeksi aau im INOS. Sosialisasi enang Kewaspadaan Universal baru-baru ini diadakan pada bulan Desember 2006 dan Januari 2007 yang mengikukan 100 perawa, 100 pekarya, dan peugas kamar operasi. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal dalam memberikan pelayanan HIV/AIDS oleh peugas kesehaan belum maksimal. Hal ini dikarenakan belum ersedianya peralaan unuk melaksanakan Kewaspadaan Universal, eruama di pelayanan rawa jalan. Beberapa kali saya memeriksa anpa sarung angan karena idak ersedia, ini sangalah ironis. Penerapan UP ini di RS Sardjio belum maksimal karena belum ada kerangka yang jelas unuk UP, eruama unuk rawa jalan (Responden 5). Kewaspadaan Universal belum dilaksanakan secara maksimal dikarenakan erbenur masalah biaya. Penerapan Kewaspadaan Universal belum secara maksimal dilakukan karena peralaan unuk penerapannya dibebankan pada clien vii. Bila Kewaspadaan Universal dierapkan secara maksimal maka biaya yang dikeluarkan oleh clien semakin inggi. Peralaan melipui sarung angan, masker, kacamaa pelindung, uup kepala, jas dan celemek, sera sepau pelindung. Keersediaan fasilias ersebu memerlukan biaya yang inggi sehingga penerapan Kewaspadaan Universal dengan beul anpa meliha saus penyakinya masih belum maksimal dilaksanakan. Kewaspadaan Universal dierapkan bila melayani clien dengan saus penyakinya sudah jelas misalnya HIV posiif. Penerapan Universal Precauion secara benar hanya dilakukan unuk clien HIV/AIDS (Responden 7). 3. Infeksi Menular Seksual (IMS) Pelayanan IMS di RSUP Dr. Sardjio elah ada sebelum pelayanan unuk HIV/AIDS. Peugas kesehaan di bagian kuli dan kelamin akan menganjurkan unuk melakukan VCT di Klinik Edelweis apabila ada clien Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 7

8 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s dengan kelainan kuli dan kelamin yang parah. Pemilihan oba unuk IMS oleh RSUP Dr. Sardjio sudah sesuai dengan pedoman penaalaksanaan IMS yang dierbikan oleh Depkes RI enang krieria yang digunakan dalam pemilihan oba unuk IMS yaiu angka kesembuhan aau kemanjuran inggi (sekurang-kurangnya 90-95% di wilayahnya), harga murah, oksisias dan oleransi yang masih dapa dierima, diberikan dalam dosis unggal, cara pemberian per oral, dan idak merupakan konra indikasi pada ibu hamil aau ibu menyusui viii. 4. Prevenion of Moher o Child HIV Transmission (PMTCT) Pelayanan PMTCT merupakan salah sau pelayanan yang ersedia di RSUP Dr. Sardjio. Pengembangan pelayanan PMTCT erkai dengan im yang berkompeen. Awal ersedianya pelayanan ersebu dikarenakan clien yang daang ke rumahsaki adalah mereka yang berusia produkif, mempunyai isri aau suami dan kemudian anaknya dirujuk ke rumahsaki. Seelah gencar melakukan sosialisasi dan fungsi Klinik Edelweis sudah berjalan, rumahsaki mampu unuk melakukan pelayanan PMTCT. Tujuan ersedianya pelayanan PMTCT di RSUP Dr. Sardjio adalah unuk mencegah dan mengurangi dampak yang diakibakan HIV kepada ibu dan bayi. Ada iga kelahiran dengan HIV/AIDS yang sudah dipersiapkan di RSUP Dr. Sardjio unuk clien HIV posiif, yaiu keika masih dalam kandungan, kelahiran secara sesarea, dan prookol anireroviral kepada bayi sebagaimana sudah diaur dalam guideline. Keika masih dalam keadaan mengandung, ibu hamil HIV posiif diberikan konseling yang melipui konseling sebelum dan sesudah es HIV, konseling ART, konseling kehamilan dan persalinan, konseling pemberian makan bayi, dan konseling psikologi dan sosial. Hal ini dilakukan karena dengan konseling ibu hamil dapa berkonribusi unuk mencegah bayinya idak beresiko unuk erular. Persalinan yang aman ibu hamil posiif dianjurkan unuk melakukan persalinan per abdominal, eapi ibu hamil HIV posiif perlu mendapakan konseling mengenai kepuusannya unuk memilih cara persalinan per vaginam aau persalinan per abdominal (seksio caesaria). Pemilihan penaalaksanaan persalinan harus memperhaikan kondisi fisik ibu dan berdasarkan penilaian oleh enaga kesehaan yang berkompeen. Pemilihan idak boleh hanya berdasarkan perimbangan sosial saja. Apapun jenis perolongan persalinan yang dipilih eap harus mengikui Kewaspadaan Universal sandar ix. Prookol pemberian anireroviral pada bayi di RSUP Dr. Sardjio harus disesuaikan dengan yang diberikan pada ibunya, sepanjang indikasi pengobaannya sudah jelas dengan dilakukan pemeriksaan CD4. Pemberian makan bayi yang lahir dari ibu HIV posiif di RSUP Dr. Sardjio idak boleh diberikan air susu ibu. Teapi pada prakeknya idak bisa mengabaikan kondisi aau problem yang ada. Misalnya bila clien idak mampu membeli susu formula maka diperbolehkan pemberian air susu Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 8

9 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s ibu eksklusif hingga maksimal 3 bulan eapi idak boleh dikombinasi dengan makanan ambahan dan seelah 3 bulan harus berheni oal ASI. RSUP Dr. Sardjio sudah melakukan pemeriksaan viral load pada bayi unuk menenukan diagnosis infeksi HIV. Viral load unuk bayi berbeda dengan orang dewasa karena sampai usia 18 bulan anibodi yang ada dalam ubuh bayi masih milik ibunya sehingga yang paling sensiif unuk memeriksa saus HIV pada bayi adalah dengan dilakukan pemeriksaan viral load. Kendala yang kemudian muncul ialah masalah biaya. Pemeriksaan viral load unuk bayi yang dilahirkan dari ibu HIV posiif biayanya idak murah yakni Rp Meskipun sekarang Sardjio sudah dilengkapi dengan fasilias yang memungkinkan unuk memeriksa viral load, kia idak sera mera bisa melakukannya karena erkendala biaya (Responden 6). Proap pengembangan pelayanan PMTCT di RSUP Dr. Sardjio sudah dibua oleh im. Proap berisi pelaksanaan Universal Precauion, PMTCT di bangsal, ruang bersalin, dan kamar operasi. Saya sudah membua proab enang PMTCT dan proab ini sudah disosialisasikan eapi belum semua karena erganung juga dari rumahsaki iu sendiri responnya gimana (Responden 7). Proap pengembangan pelayanan PMTCT sanga diperlukan unuk memudahkan peugas kesehaan memberikan pelayanan bagi clien HIV/AIDS dan pelayanan HIV/AIDS secara menyeluruh sera berkesinambungan dapa diberikan. B. Kronologi Pengembangan Pelayanan HIV/AIDS RSUP Dr. Sardjio melayani clien HIV/AIDS sejak ahun Pada waku iu belum ersedia ruang perawaan sehingga pihak manajemen mengosongkan ruangan kelas I unuk clien HIV/AIDS. Hal ini disebabkan belum siapnya rumahsaki dalam menyediakan pelayanan bagi clien HIV/AIDS dan keersediaan fasilias yang masih minim. Terjadi kepanikan karena informasi enang HIV/AIDS belum secara maksimal didapa. Semua peralaan medis yang digunakan, dibakar seelah dipakai oleh clien HIV/AIDS. Pelayanan diadakan khusus seelah Klinik Edelweis berdiri. Klinik Edelweis mulai dibuka pada April ahun 2005, eapi sebenarnya sudah direncanakan sejak ahun Klinik Edelweis ada seelah mendapakan banuan dana dari GFATM. Klinik Edelweis resmi dibuka dan akif dalam arian pasiennya cukup banyak mulai bulan April ahun Sebelum April 2005 clien HIV/AIDS sudah diberikan pelayanan eapi idak erkonsenrasi pada sau poli. Sisem operasional klinik Edelweis mengikui poli rawa jalan. Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 9

10 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s Menunjang pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio dibenuk komie pelayanan HIV/AIDS. Komie pelayanan HIV/AIDS sudah berdiri 10 ahun yang lalu dan elah disosialisasi kepada karyawan dalam berbagai kesempaan. Srukur organisasinya sudah mengalami perubahan kurang lebih 2 kali. Terakhir berupa paniia HIV/AIDS, kemudian penanggung jawab klinik medik, penanggung jawab keperawaan, dan sebagainya. Paniia HIV/AIDS mulai ada sejak ahun 2002 yang dieapkan dengan Sura Kepuusan Direkur No. OT enang Pembenukan Paniia Penanggulangan AIDS Kelompok Kerja RSUP Dr. Sardjio/Fakulas Kedokeran UGM Yogyakara. Paniia penanggulangan AIDS melakukan reorganisasi iga ahun sekali. Dalam paniia penanggulangan AIDS ini semua personil yang diperahankan unuk duduk lagi dalam kepengurusan adalah yang bermina erhadap pelayanan HIV/AIDS. Kepinaran anggoa paniia idak ada gunanya bila yang bersangkuan idak bermina karena hanya menyebabkan pelayanan HIV/AIDS idak berkembang. Meskipun anggoa paniia erbenur pada kesibukan yang lain, eapi paniia HIV/AIDS lebih banyak advisory-nya daripada acion klinisnya. Paniia HIV/AIDS bersifa komprehensif, yakni dengan semua disiplin ilmu erliba didalamnya. SMF dan layanan penunjang sudah masuk didalam paniia HIV/AIDS anara lain kuli, bedah, syaraf, kebidanan dan kandungan, anak, paologi klinik, radiologi, kamar jenazah, bidang keperawaan, farmasi, dan lain-lain. RSUP Dr. Sardjio Yogyakara sudah memiliki kebijakan enang pengelolaan dan perawaan clien HIV/AIDS yang dieapkan dalam dokumen No yang dierbikan pada anggal 03 Januari 2004 oleh Direkur Uama RSUP. Dr. Sardjio Yogyakara. Paniia HIV/AIDS sudah beberapa kali membua kebijakan sesuai dengan akrediasi rumahsaki, eapi idak dieapkan dengan Sura Kepuusan Direkur dikarenakan dulu rumahsaki menggunakan forma kebijakan yang berbeda. Kebijakan sekarang harus diuangkan dalam benuk sura kepuusan. Kebijakan pengelolaan dan perawaan clien HIV/AIDS ada dua yang sudah disosialisasikan yaiu clien HIV/AIDS boleh dirawa di ruangan mana saja ermasuk ruangan VIP, yakni ampak pada poin 3 dan 4. Pasien dengan HIV/AIDS boleh dirawa di bangsal manapun kecuali IRNA III, IRNA V dan Bangsal Cempaka Mulia, dengan eap mengacu pada Universal Precauion/Kewaspadaan Universal Bila pasien dan keluarganya menginginkan unuk dirawa di ruangan VIP maka pasien dapa dirawa di Ruang Dahlia IRNA I Diagnosis clien hanya menggunakan kode agar erjaga confidenialnya ampak pada poin 11 yang berbunyi: Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 10

11 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s Semua Saff RS idak diperkenankan memberikan informasi dalam benuk apapun (erulis &/ lisan) mengenai diagnosis pasien HIV/AIDS kepada pihak manapun, kecuali doker yang berwenang/doker yang merawa unuk alasan yang jelas, seelah ada perminaan yang resmi sesuai prosedur. Pihak manajemen RSUP Dr. Sardjio membua proap alur pasien yang disusun dalam buku panduan ersendiri sehingga memudahkan peugas kesehaan unuk memberikan pelayanan. Sudah ada pegangan unuk inruksi kerja bagi penanggung jawab paniia secara umum, penanggung jawab medik aau klinik, perawa, case manager, konselor dan sebagainya. Pasien dengan HIV 1. Isi form ikhisar perawaan HIV 2. Isi form Asia-link 3. Mina pemeriksaan: darah ruin, CD4, LFT, RFT, Ro dada (aas indikasi) Tenukan apakah perlu aau idak perlu ART Tidak perlu ART Perlu ART Moivasi hidup seha dan CD4 3-6 bulan lagi 1. Isi karu merah 2. Isi form regiser Pra-ART (1 kolom = 1 pasiem) 3. Isi form regiser ART (1 form = 1 pasien) Gambar 1. Alur Pelayanan Pasien HIV/AIDS dan Pengisian Form di Klinik Edelweis RSUP Dr. Sardjio Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 11

12 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s C. Pencaaan dan Pelaporan Kasus Pencaaan dan pelaporan kasus diambil dari pencaaan kunjungan clien di Klinik Edelweis dan dari pencaaan clien HIV yang akses anireroviral. Jadi ada beberapa sumber yang saya pakai, yang perama adalah kunjungan regisrasi pasien di Edelweis dan dari clien yang akses ARV (Responden 9). Pencaaan clien HIV/AIDS akses ARV diperoleh dari berbagai sumber. Sumber perama adalah kunjungan harian dari regisrasi pasien di Klinik Edelweis. Pinu akses layanan ARV ada di Klinik Edelweis. Di Klinik Edelweis harus ercaa semua pasien yang membuuhkan ARV baik perawaan kronis aau profilaksis pasca pajanan. Sumber kedua, menggunakan sumber daa dari informasi langsung, jadi kalau pasien iu sudah mendapakan resep di Klinik Edelweis oleh doker yang sudah diberikan wewenang, peugas pencaaan akan konfirmasi ke depo farmasi. Sumber keiga, dari pasien iu sendiri pada iap kali sesudah kunjungan ke Klinik Edelweis. Pencaaan clien HIV/AIDS akses ARV di RSUP Dr. Sardjio erdiri dari dua regiser. Regiser perama adalah regiser pra-art dan yang kedua adalah regiser ART. Regiser pra-art adalah regiser yang dicaa aau yang dimulai penulisannya begiu seseorang erdiagnosis HIV dan membua perjanjian akan akses anireroviral di RSUP Dr. Sardjio. Begiu clien erdiagnosis HIV posiif, dilakukan pelacakan syara-syara unuk erapi anireroviral, misalnya apakah secara klinis WHO aau jumlah CD4 sudah memenuhi syara unuk dilakukan erapi. Jika clien menyaakan akan akses anireroviral di RSUP Dr. Sardjio baru clien ersebu dimasukkan di dalam regiser pra-art. Jika idak maka idak akan dimasukkan ke dalam regiser. Hal ini erliha dari peikan wawancara beriku. Kalo dia menyaakan akan akses oba di Sardjio kia masukkan dia ke regiser pra-art. Tapi kalau dia menyaakan, saya akan daang aau saya akses ke Jakara aau Semarang idak kia masukkan karena bikin penuh buku saja (Responden 9). Regiser ART dimulai begiu clien secara klinis dan laboraoris sudah memenuhi syara unuk krieria ART. Dari pra-art dilakukan konfirmasi, jika clien akan akses di RSUP Dr. Sardjio maka akan dipindahkan ke regiser ART. Clien masuk regiser ART begiu mendapa resep unuk ART dan ambil oba ART. Regiser ersebu akan dipakai seumur hidup unuk meliha follow up erakhir. Regiser ART harus diisi unuk semua pasien yang memulai ART, pada semua kunjungan follow-up bulanan sejak anggal mulai pengobaan sampai akhir follow-up dengan ART. Pelaporan ART di RSUP Dr. Sardjio unuk clien HIV/AIDS dilakukan seiap bulan. Monioring pelaporan ART dilakukan mulai iga bulan perama, Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 12

13 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s enam bulan perama, 12 bulan perama dan seerusnya. Pelaporan ART diidenifikasi dari dua sumber yaiu dari regiser di Klinik Edelweis dan regiser di farmasi, kemudian daa dikumpulkan dan dibua buku banu. Daa yang sudah di buku banu kemudian dimasukkan dalam form laporan bulanan yang sudah dibakukan dari Deparemen Kesehaan. RSUP Dr. Sardjio melakukan pelaporan kasus seiap bulan kepada Dijen Pelayanan medik dengan embusan ke Dijen PPM & PL c.q. Subdi AIDS dan PMS, Kepala Dinas Kesehaan Propinsi, dan Kepala Dinas Kesehaan Kabupaen. Direkur medik dan keperawaan, sebagai penanggung jawab, menandaangani dan mengesahkan pelaporan ersebu. D. Kapasias Sumberdaya Manusia dalam Memberikan Pelayanan HIV/AIDS Sumberdaya manusia merupakan salah sau komponen yang paling pening unuk mendukung dan memberikan pelayanan HIV/AIDS yang berkesinambungan. Pengeahuan dan sikap sumberdaya manusia dalam hal ini adalah peugas kesehaan akan mempengaruhi keefekifan penyediaan pelayanan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil peneliian diemukan bahwa kapasias SDM dalam memberikan pelayanan sudah cukup baik dan kerampilan klinik para doker yang memberikan pelayanan HIV/AIDS sudah ada perbaikan dari ahun ke ahun. Tidak ada sandar assesmen (penilaian) yang mengaakan bahwa yang bagus melayani HIV/AIDS iu seperi apa, eapi anggap erhadap HIV/AIDS sudah ada pada sebagian doker yang bekerja di rumahsaki eruama doker dan safnya. Pengefekifan penyediaan pelayanan HIV/AIDS peugas kesehaan di RSUP Dr.Sardjio disosialisasikan pelayanan HIV/AIDS dari ahun Sebelum ahun 2005 sudah ada doker dan perawa yang dilaih unuk pelayanan HIV/AIDS eapi karena pasien belum banyak dan informasi belum seberapa banyak didapa, maka pelayanan idak erlalu berkembang pada waku iu. Tabel 1: Disribusi Sumber Daya Manusia di RSUP Dr. Sardjio yang Memberikan Pelayanan HIV/AIDS Sumber Daya Manusia Volume Doker Spesialis 24 Doker Umum 2 Doker Gigi 1 Konselor 12 Case Manager 2 Farmasi 1 Ahli Gizi 1 Jumlah 43 Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 13

14 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s Berdasarkan Tabel 1 diaas dapa diliha bahwa SDM yang memberikan pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio sebanyak 43 orang dan yang mempunyai wewenang unuk memberikan erapi anireroviral ada 4 orang. Tahun 2004 seelah ada Sura Kepuusan Meneri Kesehaan Nomor 781/MENKES/SK/VII/2004 enang Penunjukan Rumahsaki Rujukan bagi ODHA, eksisensi pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio semakin berambah. Peugas kesehaan yang memberikan pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio sudah mempunyai kerampilan klinik dengan mengikui raining yang diselenggarakan oleh Depkes aaupun oleh lembaga yang konsen dengan HIV/AIDS sehingga pelayanan kepada clien HIV/AIDS dapa seopimal mungkin diberikan. Tenaga kesehaan yang erliba dalam pelayanan HIV/AIDS harus mendapakan pelaihan yang lebih spesifik dan secara khusus. Pelayanan HIV/AIDS membuuhkan enaga kesehaan yang berdedikasi dan mempunyai kerampilan yang lebih x. E. Model Kerjasama yang Dilakukan oleh RSUP Dr. Sardjio dengan Lembaga Pendukung HIV/AIDS Lembaga yang berkaian dengan pendukungan pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio yaiu Komie Penanggulangan AIDS di pusa maupun di daerah, GFATM, proyek-proyek yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Daerah dan Pemerinah, kerjasama linas sekoral dengan uni-uni pelayanan diluar RSUP Dr. Sardjio, kerjasama dengan lembaga swadaya masyaraka, dan kerjasama dengan elevisi swasa. Lembaga swadaya masyaraka yang bekerjasama dengan RSUP Dr. Sardjio anara lain Rajawali, Yayasan Kembang, Vesa, Vicory Plus, dan PKBI wilayah Yogyakara. RSUP Dr. Sardjio belum pernah membua MOU dengan lembaga pendukungan ODHA dan Dinas Kesehaan Yogyakara. Perjanjian kerjasama aau MOU seharusnya dibua unuk memudahkan pihak rumahsaki dan penyedia jasa lainnya membagi deskripsi pekerjaan aau pembagian uraian ugas yang jelas sehingga pelayanan bagi clien HIV/AIDS yang menyeluruh dan berkesinambungan dapa erwujud. Sraegi pemasaran pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr Sardjio lebih banyak bekerja sama dengan uni-uni klinik dukungan yang ada di luar misalnya dengan klinik Gempia di RS PKU Muhammadiyah, Klinik Philia di RS Behesda, dan Ruang 105 di RS Pani Rapih yang didukung oleh Dinas Kesehaan Propinsi Yogyakara, KPAD Yogyakara, dan GFATM. RSUP Dr. Sardjio membangun sisem kemiraan dengan jejaring rumahsaki lain yang dikoordinasi oleh Dinas Kesehaan dan GFATM. Berdasarkan hasil peneliian dikeahui bahwa model kerja sama yang dilakukan oleh RSUP Dr. Sardjio dengan kelompok dukungan ODHA adalah rumahsaki yang memberikan pelayanan klinik, sedangkan kelompok dukungan aau orang-orang yang masuk dalam lay suppor berugas unuk menganar pasien ke rumahsaki baik unuk volunary Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 14

15 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s counselling and esing, prevenion of moher o child ransmission, aau unuk care suppor and reamen. Hal ini sudah sesuai dengan pelayanan HIV/AIDS yang menyeluruh dan berkesinambungan dimana rumahsaki sebagai penyedia pelayanan klinik. F. Pembahasan HIV/AIDS merupakan anangan uama dalam sisem pelayanan kesehaan. Rumahsaki selalu memulai dari pengobaan, eapi unuk menyelenggarakan pelayanan HIV/AIDS yang berkesinambungan dan menyeluruh rumahsaki harus menggabungkan anara prevenive dan curaive. Pencegahan harus dijadikan senjaa uama unuk melawan AIDS xi. RSUP Dr. Sardjio sudah melakukan kerjasama linas sekoral dengan uni-uni pelayanan di luar rumahsaki, kerjasama dengan lembaga swadaya masyaraka, dan kerjasama dengan elevisi swasa unuk melakukan upaya pencegahan. HIV/AIDS juga elah mengubah srukur organisasi di dalam pelayanan kesehaan. Organisasi pelayanan kesehaan sedang mencoba unuk berubah benuk secara cepa, anara eknis dan lingkungan kelembagaan. Tekanan dinaikkan aau diingkakan unuk mendapakan muu dan efisiensi yang lebih besar dalam kaiannya dengan nilai yang menyebabkan organisasi pelayanan kesehaan dapa merubah srukur organisasi menjadi lebih mapan. Bila suau organisasi mampu melakukan inovasi erhadap perubahan-perubahan baik menyangku kebijakan manajemen, srukur, saff, sumber daya manusia, dan program kerja, maka organisasi ersebu sudah menjadi berkualias dan professional xii. RSUP Dr. Sardjio sudah mulai melakukan inovasi erhadap perubahanperubahan menyangku kebijakan manajemen dalam memberikan pelayanan HIV/AIDS dengan mengeluarkan kebijakan enang pengelolaan dan perawaan clien HIV/AIDS yang dieapkan dalam Dokumen No yang dierbikan pada anggal 03 Januari 2004 oleh Direkur Uama RSUP. Dr. Sardjio Yogyakara dan kebijakan enang Kewaspadaan Universal yang eruang dalam Dokumen No unuk melindungi enaga kesehaan dari resiko erpajan infeksi HIV. Tenaga kesehaan yang memberikan pelayanan HIV/AIDS diberikan raining ersendiri agar penyelenggaraan pelayanan dapa berjalan lebih opimal. Fungsi manajerial ada empa yaiu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi akuasi, dan fungsi monioring dan evaluasi. Sebagai organisasi rumahsaki harus melaksanakan fungsi manajerial xiii. Hasil peneliian mendapakan bahwa RSUP Dr. Sardjio sudah menerapkan fungsi-fungsi manajerial unuk mengopimalkan pelayanan HIV/AIDS. Fungsi perencanaan sudah dilakukan eapi belum secara opimal dilakukan. Salah sau perencanaan yang sudah dilakukan adalah perencanaan keersediaan oba anirerovirus, eapi kadang kala masih Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 15

16 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s erjadi kekurangan oba dikarenakan idak ada monioring dan evaluasi yang dilakukan oleh paniia HIV/AIDS. Pendelegasian wewenang dan pembagian ugas-ugas pokok sebagi fungsi penggorganisasian sudah dilaksanakan, yaiu dengan membua dafar jaga di Klinik Edelweis, eapi pelaksanaannya belum opimal dikarenakan ugas memberikan pelayanan HIV/AIDS hanya sebagai ugas sampingan saja. Apabila ada clien yang daang maka peugas adminisrasi akan mencari doker jaga. Pelayanan HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio dapa berjalan lebih opimal bila dilakukan perubahan srukur organisasi dari Klinik Edelweis. Klinik Edelweis harus berdiri sendiri sebagai uni organisasi. Sebagai uni organisasi ersendiri, Klinik Edelweis memerlukan manager sebagai penanggungjawab sehingga fungsi-fungsi manajerial dapa berjalan. Selama ini srukur manajerial belum jelas di Klinik Edelweis. Perubahan srukur organisasi pelayanan kesehaan mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan HIV/AIDS di rumahsaki xiv. Kesimpulan Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis erhadap berbagai daa yang didapakan dalam peneliian ini, maka dapa disimpulkan bahwa respon RSUP Dr. Sardjio dalam penanganan clien HIV/AIDS melipui Hardware, Sofware, Brainware, dan Infoware and Neworking. A. Hardware (sarana dan prasarana) Klinik Edelweis sebagai pinu uama pelayanan HIV/AIDS pada ahun 2005, dan keersediaan anireroviral di RSUP Dr. Sardjio yang cukup unuk memenuhi kebuuhan clien. Bila erjadi kekurangan disebabkan oleh kesalahan pelaporan, keerlambaan pengiriman dan keersediaan oba di pusa juga kurang. Rumahsaki mengharapkan keersediaan oba dari program. B. Sofware (perangka lunak) Jenis pelayanan yang diberikan di RSUP Dr. Sardjio sudah sesuai dengan pedoman nasional enang sandar pelayanan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jenis pelayanan melipui VCT (Volunary Counseling and Tesing), CST (Care Suppor and Treamen), PMTCT (Perevenion of Moher o Child HIV Transmission), TB-HIV, infeksi menular seksual, dan pelayanan penunjang yang melipui pelayanan gizi, laboraorium, radiologi, dan pencaaan dan pelaporan. 1. Paniia penanggulangan AIDS RSUP Dr. Sardjio elah membua prosedur eap unuk seiap jenis layanan yang diberikan dan membua alur pelayanan sehingga clien HIV/AIDS mudah unuk mengakses. Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 16

17 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s 2. Pencaaan dan pelaporan kasus di RSUP Dr. Sardjio masih belum ada kesesuaian daa, karena belum dirinci anara kasus baru dan lama sehingga jumlah kasus yang dicaa pada rekam medis berbeda dengan jumlah yang ada di Klinik Edelweis dan yang ada di bangsal. C. Brainware (sumber daya manusia) 1. Kapasias sumber daya manusia dan kerampilan klinik para doker di RSUP Dr. Sardjio dalam memberikan pelayanan kepada clien HIV/AIDS sudah ada perbaikan dari ahun ke ahun. Peugas kesehaan mengikui raining yang diselenggarakan oleh Depkes enang penyediaan pelayanan HIV/AIDS secara berkala. 2. RSUP Dr. Sardjio sudah membua kebijakan enang Kewaspadaan Universal yang eruang dalam Dokumen No unuk meminimalisir peugas kesehaan erpajan oleh virus HIV. D. Infoware and Neworking (sisem informasi dan jejaring) 1. RSUP Dr. Sardjio bekerjasama dengan komie penanggulangan AIDS di pusa maupun di daerah, GFATM, proyek-proyek yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Daerah dan Pemerinah, kerjasama dengan lembaga swadaya masyaraka, dan kerjasama dengan elevisi swasa unuk menyediakan pelayanan HIV/AIDS yang komprehensif dan berkesinambungan. 2. RSUP Dr. Sardjio berjejaring dengan uni-uni klinik dukungan yang ada diluar misalnya dengan klinik Gempia di RS PKU Muhammadiyah, Klinik Philia di RS Behesda, dan Ruang 105 di RS Pani Rapih. Saran Berdasarkan hasil analisis daa, maka dapa disarankan beberapa hal beriku: A. Hardware (sarana dan prasarana). Diperlukan perbaikan aa ruang di Klinik Edelweis. Ruang pelayanan konseling di klinik Edelweis belum sepenuhnya menjamin konfidensialias dan kenyamanan clien. B. Sofware (perangka lunak) Perbaikan kualias pencaaan dan pelaporan. Diperlukan unuk mendapakan gambaran riil jumlah pasien HIV/AIDS sehingga didapakan kebuuhan perawaan pasien secara langsung pada sarana kesehaan, manajemen dan monioring suplai oba, dan daa yang disimpulkan dan dilaporkan unuk memenuhi kebuuhan manajemen program perawaan HIV/AIDS dan ART. Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 17

18 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s C. Brainware (sumber daya manusia) Mengirim peugas kesehaan mengikui pelaihan secara berkala, unuk meningkakan pengeahuan dan kerampilan klinik peugas kesehaan dalam menyediakan pelayanan bagi pasien HIV/AIDS. Klinik Edelweis sebaiknya menjadi sau uni organisasi ersendiri dan ada peugas kesehaan yang diugaskan secara penuh di klinik Edelweis agar clien yang akan melakukan VCT dan pemeriksaan idak menunggu erlalu lama. D. Infoware and Neworking (sisem informasi dan jejaring) Dibua MOU anara rumahsaki dengan sakeholder yang lain. Diperlukan MOU anara rumahsaki dengan sakeholder yang lain agar pembagian job descripion nya lebih jelas sehingga pelayanan HIV/AIDS yang menyeluruh dan berkesinambungan dapa erwujud. Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 18

19 Andris Purwaningias, Yanri Wijayani Subrono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No. 16 July s DAFTAR PUSTAKA 1. Djoerban, Z. (1999) Membidik AIDS Ikhiar Memahami HIV dan ODHA. Yogyakara: Galang Press. 2. Coon, D.J. (1988) The Impac of AIDS on he Medical Care Sysem. Journal American Medical Associaion, 260: Jackson, M & Huner, N.D (1992) The Very Fabric of Healh Care. The Duy of Healh Care Providers o Trea People Infeced Wih HIV. New York: The New Press. 4. Wahyuni, C. dan Purbaningsih, W. (2000) Daa kasus HIV/AIDS Indonesia Under Repored. Kompas, November. 5. Deparemen Kesehaan RI (2004a) Modul Pelaihan Konseling dantes Sukarela HIV. Jakara. 6. Maulessy, P.F. (2007) Gizi pada Perawaan dan Pengobaan ODHA. Naskah di presenasikan dalam Peremuan Nasional HIV/AIDS ke-3, Surabaya. 7. Lolok, Lelyana. (2006) Manajemen Resiko Penularan Penyaki HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjio Yogyakara. Thesis, Universias Gadjah Mada. 8. Depkes RI (2004c) Pedoman Nasional Terapi Anireroviral, Jakara. 9. Hermiyani, S. (2007) Kebijakan Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Naskah di presenasikan dalam Peremuan Nasional HIV/AIDS ke-3. Surabaya. 10. Green, J., Singer, M., Winfeld, N., Schulman, K., Passman, L. (1987) Projecing The Impac of AIDS on Hospial. Journal Healh Affairs. Fall, pp Coon, D.J. (1988) The Impac of AIDS on he Medical Care Sysem. Journal American Medical Associaion, 260: Shorell, S. and Kaluzny, A. (1997) Essenials of Healh Care Managemen. Delmar Publisher. 13. Muninjaya, A.A.G, (2004). Manajemen Kesehaan. Jakara. Penerbi Buku Kedokeran ECG. 14. Whie, K.R (2002) Urban U.S Hospials and he Mission o Provide HIV- Relaed Services: Changes and Correlaes. Journal of Healhcare Managemen, Januari/ February 2002, pp Disan Learning Resouce Cener Magiser KMPK UGM hp://lrc-kmpk.ugm.ac.id 19

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG

MATRIKS RENCANA STRATEGIS RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG MATRIKS RENCANA STRATEGIS 2014-2018 RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG VISI MISI 1 TUJUAN 1 : Terwujudnya Rumah Saki Rujukan Yang Handal Terjangkau Dalam Pelayanan : Meningkakan Muu Akses Pelayanan Kesehaan : Meningkakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Description Indicators Verification Asssesstment P

Description Indicators Verification Asssesstment P Logical Framework Qualiy Enhancemen Research Iniiaive (QERI) Descripion Indicaors Verificaion Asssessmen P 1a. Meningkakan 2.a Kemampuan mahasiswa hubungan u kualias peneliian sudi inernasional dalam melakukan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT Dian Firdaus dan Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Bara, Jalan Kayuambon No. 80, Lembang 40391 ABSTRAK Program Rinisan dan Akselerasi Pemasyarakaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. MENTERKEUANGAN REPUBLK NDONESA SALNAN. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLK NDONE.S.A NOMOR 253/PMK. 08/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERAN JAMNAN UNTUK PERCEPATAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL D

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP Halima Rosida 1, Widha Sunarno 2, Supurwoko 3 Program Sudi Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UNS Surakara, 57126, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN Oong Karyono Teknik Indusri, Fakulas Teknik Universias Majalengka Email : oong_karyono@rockemail.com ABSTRAK Rumah saki umum daerah (RSUD) Kabupaen

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden 17 BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 1920, Kanor Saisik perama kali didirikan oleh Direkur Peranian, Kerajinan dan Perdagangan (Direcure Vand Landbow

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan*** PELATIHAN MENITI PAPAN JARAK 4 METER 5 REPETISI 2 SET DAN 2 REPETISI 5 SET TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MENGWI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kadek Bayu Wibawa*, I Keu Sumera**,

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA Erlangga Andalas Saki, Maskun, Suparman Arif. FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Soemanri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

Lebih terperinci