MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN."

Transkripsi

1 MENTERKEUANGAN REPUBLK NDONESA SALNAN. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLK NDONE.S.A NOMOR 253/PMK. 08/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERAN JAMNAN UNTUK PERCEPATAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL D SUMATERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KEUANGAN REPUBLK NDONESA, Menimbang a. bahwa dalam rangka melaksanakan keenuan Pasal 6 aya (2 ) Perauran Presiden Nomor 100 Tahun 2014 enang Percepaan Pembangunan Jalan Tol Di Sumaera sebagaimana elah di ubah dengan Perauran Presiden Nomor 117 Tahun 2015, perlu diaur aa cara pelaksanaan pemberian jaminan oleh Pemerinah unuk percepaan pembangunan Jalan Tol di Sumaera; b. bahwa pemberian jaminan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan oleh Meneri Keuangan aas nama Pemerinah secara akunabel dan ransparan, dengan memperhaikan pengelolaan risiko pada Anggaran Pendapaan dan Belanja Negara yang diaur dalam suau Perauran Meneri; c. bahwa berdasarkan perim bang an se bagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu meneapkan Perauran Meneri Keuangan enang Taa Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan unuk Percepaan Proyek Pembangunan Jalan Tol di Sumaera; f

2 -2 - Menginga 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 enang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 enang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 enang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4355) ; 4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 enang Jalan (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2004 Norn.or 132, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4444) ; 5. Perauran Pemerinah Nomor 15 Tahun 2005 enang Jalan Toi (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 448 9) sebagaimana elah beberapa kali diubah erakhir dengan Perauran Pemerinah Nomor 43 Tahun 2013 enang Perubahan Kedua aas Perauran Pemerinah Nomor 15 Tahun 2005 enang Jalan Toi (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 5422) ; 6. Perauran Pemerinah Nomor 45 Tahun 2005 enang pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran badan usaha milik negara (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2005 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4556); 7. Perauran Pemerinah Nomor 45 Tahun 2013 enang Taa Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapaan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 5423) ; f

3 -3-8. Perauran Presiden Nomor 100 enang Percepaan Pembangunan Jalan Tol Di Sumaera (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2014 Nomor 224) sebagaimana elah diubah dengan Perauran Presiden Nomor 117 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2015 Nomor 244) ; 9. Perauran Meneri Keuangan Nomor 250/PMK. 05/2010 enang Taa Cara Pencairan Anggaran Pendapaan dan Belanja Negara aas Beban Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara pada Kanor Pelayanan Perbendaharaan Negara (Beria Negara Republik ndonesia Tahun 2010 Nomor 662) ; 10. Perauran Meneri Keuangan Nomor 190/PMK. 05/2010 enang Taa Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapaan dan Belanja Negara (Beria Negara Republik ndonesia Tahun 2012 Nomor 1191) ; MEMUTUSKAN: Meneapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERAN JAMNAN UNTUK PERCEPATAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL D SUMATERA. BAB KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Perauran Meneri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerinah Pusa yang selanjunya disebu Pemerinah adalah Presiden Republik ndonesia yang memegang kekuasaan pemerinahan negara Republik ndonesia yang dibanu oleh Wakil Presiden dan meneri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik ndonesia Tahun f

4 -4-2. Jaminan Pemerinah yang selanjunya disebu sebagai Jaminan adalah Jamman- yang diberikan oleh Pemerinah melalui Meneri Keuangan kepada Krediur sehubungan dengan pembayaran kembali pinjaman PT Huama Karya (Persero) selaku pelaksana penugasan pengusahaan pembangunan jalan ol di Sumaera. 3. Meneri yang selanjunya disebu Meneri adalah meneri yang menyelenggarakan urusan pemerinahan di bidang keuangan. 4. PT Huama Karya (Persero) adalah badan usaha milik negara yang berdasarkan Perauran Presiden Nomor 100 Tahun 2014 sebagaimana elah diubah dengan Perauran Presiden Nomor 117 Tahun 2015 diugaskan unuk melakukan pengusahaan pembangunan jalan ol di Sumaera yang melipui pelaksanaan perencanaan eknis, pelaksanaan konsruksi, pelaksanaan pengoperasian, sera pelaksanaan pemeliharaan. 5. Krediur adalah lembaga keuangari yang memberikan pmjaman kepada PT Huama Karya (Persero) dalam rangka pengusahaan pembangunan jalan ol di Sumaera. 6. Pinjaman PT Huama Karya (Persero) kepada Krediur yang selanjunya disebu sebagai Pinjaman adalah semua ransaksi yang mengakibakan PT Huama Karya (Persero) menerima sejumlah uang aau menerima manfaa yang bernilai uang dari Krediur sehingga PT Huama Karya (Persero) dibebani kewajiban unuk membayar kembali dalam rangka penugasan PT Huama Karya unuk pembangunan jalan ol di Sumaera sebagaimana dimaksud dalam perauran perundang-undangan. 7. Perjanjian Pinjaman adalah perjanjian erulis yang dibua anara PT Huama Karya (Persero) selaku debiur dan Krediur dalam rangka memperoleh Pinjaman.

5 -5-8. Kewajiban adalah kewajiban finansial yang imbul sehubungan dengan Pinjaman sebagaimana disepakai dalam Perjanjian Pinjaman, yang erdiri dari sejumlah uang pokok dan bunga yang elah jauh empo besera seluruh denda dan biaya-biaya lain yang imbul sehubungan dengan Perjanjian Pinjaman. 9. Gagal Bayar adalah keadaan dimana PT Huama Kaya (Persero) idak mampu membayar sebagian aau seluruh Kewajiban. 10. Sura Jaminan Pemerinah adalah sura yang dierbikan oleh Pemerinah melalui Meneri kepada Krediur sehubungan dengan pemenuhan Kewajiban PT Huama Kaya (Persero) berdasarkan Perjanjian Pinjaman. 11. Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerinah adalah alokasi dana yang ersedia yang digunakan unuk melunasi kewajiban penjamman yang imbul akiba pemberian Jaminan Pemerinah sebagaimana diaur dalam undang-undang mengenai Anggaran Pendapaan dan Belanja Negara besera perubahannya pada ahun anggaran berjalan. 12. Perjanjian Penyelesaian Pembayaran Uang PT Huama Kaya (Persero) adalah perjanjian anara Pemerinah dan PT Huama Kaya (Persero) mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan pembayaran kembali aas realisasi klaim Jaminan. 13. Anggaran Pendapaan dan Belanja Negara, selanjunya disebu APBN, adalah rencana keuangan ahunan pemerinahan negara yang diseujui oleh Dewan Perwakilan Rakya. 14. Sura Perminaan Pembayaran yang selanjunya disingka SPP adalah dokumen yang dierbikan oleh Pejaba Pembua Komimen, yang berisi perminaan pembayaran agihan kepada Negara.

6 Sura Perinah Membayar yang selanjunya disingka SPM adalah dokumen yang dierbikan oleh Pejaba Penandaangan SPM unuk mencairkan dana yang bersumber dari DPA. 16. Sura Perinah Pencairan Dana yang selanjunya disingka dengan SP2D adalah sura perinah yang dierbikan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara unuk pelaksanaan pengeluaran aas beban APBN berdasarkan SPM. BAB TUJUAN, PRNSP DAN RUANG LNGKUP Bagian Kesau Tujuan Pasal 2 Perauran Meneri ini berujuan unuk: a. memberikan pedoman unuk mengaur aa cara pemberian Jaminan aas Pinjaman yang dilakukan dalam rangka pengusahaan jalan ol yang melipui pelaksanaan perencanaan eknis, pelaksanaan konsruksi, pelaksanaan pengoperasian, sera pelaksanaan pemeliharaan; clan b. mendukung PT Huama Karya (Persero) dalam rangka memperoleh pendanaan proyek pembangunan jalan ol di Sumaera. Bagian Kedua Prinsip Pasal 3 Jaminan diberikan dengan memperimbangkan prinsipprinsip sebagai beriku a. kemampuan keuangan negara; b. kesinambungan fiskal; clan c. pengelolaan risiko fiskal APBN.

7 -7 - Pasal 4 (1) Dalam memperimbangkan prinsip-prinsip Jaminan sebagaimana dimaksud dalam P sal 3 huruf a dan huruf b, Meneri: a. meneapkan baas maksimal penjaminan secara berkala yang berlaku sebagai paokan dalam pemberian Jaminan Pemerinah; dan b. menyediakan Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerinah sesua dengan perauran perundangan-undangan yang berlaku. (2 ) Dalam rangka peneapan baas maksimal penjaminan sebagaimana dimaksud pada aya (1), Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko c.q. Direkora Sraegi Porofolio Pembiayaan memberikan rekomendasi kepada Meneri. Bagian Keiga Ruang Lingkup Jaminan Pasal 5 (1) Pemerinah memberikan Jaminan penuh aas Kewajiban PT Huama Karya (Persero) sesuai dengan Perjanjian Pinjaman. (2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada aya (1) diberikan berdasarkan Perjanjian Pinjaman PT Huama Karya (Persero) dalam rangka pembangunan ol rans Sumaera sebagaimana diamanakan dalam Perauran Presiden Nomor 100 Tahun 2014 enang Percepaan Pembangunan Jalan Tol Di Sumaera sebagaimana elah diubah dengan Perauran Presiden Nomor 117 Tahun (3) Dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal, Jaminan dapa diberikan melalui penugasan khusus kepada Badan Usaha Penjaminan nfrasrukur, sesuai dengan maksud dan ujuannya berdasarkan perauran perundang-undangan.

8 -8 - (4) Keenuan l,ebih lanju mengenai penugasan khusus kepada Badan Usaha Penjaminan nfrasrukur sebagaimana dimaksud pada aya (3) diaur berdasarkan perauran perundang-undangan. BAB BENTUK JAMNAN DAN MASA BERLAKU JAMNAN Bagian Kesau Benuk J aminan Pasal 6 Jaminan dinyaakan dalam benuk Sura Jaminan Pemerinah yang diandaangani oleh Meneri dan diujukan kepada Krediur. Bagian Kedua Masa Berlaku J aminan Pasal 7 Jaminan berlaku sejak Sura Jaminan Pemerinah diandaangani oleh Meneri sampai dengan seluruh Kewajiban PT Huama Karya (Persero) erpenuhi. BAB V TATA CARA PEMBERAN JAMNAN Bagian Kesau Pengadaan Pinjaman Pasal 8 (1) Dalam rangka memperoleh Jaminan, PT Huama Karya (Persero) menyampaikan rencana pengusahaan jalan ol unuk dikonsulasikan kepada Meneri dengan embusan Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dan Direkora Jenderal Kekayaan Negara.

9 -9- (2 ) Rencana pengusahaan jalan ol sebagaimana dimaksud pada aya ( 1) memua paling kurang: a. aspek hukum; b. aspek eknis; clan c. aspek keuangan. (3) Rencana pengusahaan jalan ol sebagaimana dimaksud pada aya (2 ) dilampiri dengan: a. model keuangan (financial moden; b. sudi lalu linas; clan c. biaya invesasi. (4) Berdasarkan hasil konsulasi sebagaimana dimaksud pada aya (1), PT Huama Karya (Persero) memulai proses pengadaan Pinjaman. (5) Pinjaman sebagaimana dimaksud dalam aya (4) merupakan Pinjaman yang syara clan keenuannya (erms and condiions) diseujui oleh Meneri. (6) Syara clan keenuan sebagaimana dimaksud pada aya (5) diseujui oleh Meneri seelah mendapa rekomendasi dari Direkora Jenderal Pengelolaan Pem biayaan clan Risiko. Bagian Kedua Permohonan Jaminan Pasal 9 (1) PT Huama Karya (Persero) mengajukan usulan permohonan Jaminan kepada Meneri c.q Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan clan Risiko seelah dilakukannya penandaanganan Perjanjian Pinjaman. (2 ) Usulan permohonan Jaminan sebagaimana dimaksud pada aya (1) disampaikan kepada Meneri c.q Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan clan Risiko, dengan melampirkan paling kurang: a. rencana pengusahaan jalan ol; b. peneapan lokasi; c. perjanjian pengusahaan jalan ol;

10 d. Perjanjian Pinjaman; e. laporan keuangan 3 ahun erakhir yang elah diaudi oleh audior independen; dan f. rencana miigasi risiko kegagalan pemenuhan pembayaran kembali Kewajibannya. Bagian Keiga Evaluasi Permohonan J aminan Pasal 10 (1) Meneri menugaskan Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko c.q Direkora Pengelolaan Risiko Keuangan Negara unuk melakukan evaluasi aas usulan permohonan dimaksud dalam Pasal 9, J aminan se bagaimana berkoordinasi dengan Direkora Sraegi dan Porofolio Pembiayaan dan Sekrearia Jenderal c.q. Biro Hukum. (2 ) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada aya (1) Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyampaikan rekomendasi kepada Meneri. (3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada aya (2) memua keenuan mengenai: a. hasil evaluasi aas usulan permohonan Jaminan dari PT Huama Karya (Persero) ; dan b. perseujuan Pemerinah. pen er bi an Sura Jaminan (4) Dalam hal persyaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 aya (2 ) belum erpenuhi, Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyampaikan pemberiahuan kepada PT Huama Karya (Persero) selaku pemohon Jaminan diserai dengan perminaan unuk melengkapi persyaraan ersebu dalam jangka waku paling lama 30 (iga puluh) hari kerja seelah dierirhanya pemberiahuan.

11 i ' ! Bagian Keempa Penerbian Sura Jaminan Pemerinah Pasal 11 ( 1) Berdasarkan : rekomendasi se bagaimana dimaksud dalam Pasal,i 0 aya (2 ), Meneri menerbikan Sura Jaminan Pemerinah.! (2 ) Sura Jaminan Pemerinah sebagaimana dimaksud! pada aya (1) diujukan kepada Krediur dengan embusan ke ada PT Huama Karya (Persero). (3) Sura Jamina p sebagaimana dimaksud pada aya (1) dinyaakan efekif apabila Sura Perinah Mulai Kerja (SPMK) elah 1ierbikan oleh pejaba yang berwenang. BAB V ALOKAS ANQ-GARAN KEWAJBAN PENJAMNAN PEM RNTAH DAN TATA CARA PENGANGGARAN Bagian Kesau ' Alokasi Dana Jaminan Pemerinah i i Pasal 12 (1) Dalam hal u ulan Jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 aya (1) diseujui oleh Meneri, Pemerinah 1 menyiapkan Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerinah yang dibuuhkan unuk i pelaksanaan J'aminan. (2 ) Penghiungan: alokasi Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerinah sebagaimana dimaksud pada aya (1) di:lakukan oleh Direkora Jenderal Pengelolaan Rembiayaan dan Risiko c.q Direkora Sraegi dan Pchrofolio Pembiayaan. (3) Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerinah sebagaiinana ldimaksud pada aya (1) merupakan i bagian dari po::; pembiayaan dalam APBN.!

12 -12- Bagian Kedua Penunjukan KPA dan Taa Cara Penganggaran Pasal 13 (1) Meneri selaku Pengguna Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerinah menunjuk Direkur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). (2) KPA dapa melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada aya (2) kepada pejaba yang diunjuk. (3) Dengan memperhaikan hasil perhiungan alokasi anggaran se bagaimana dimaksud dalam Pasal 12, KPA mengajukan perminaan penyediaan Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerinah unuk ahun yang bersangkuan kepada Pembanu Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelolaan lnvesasi Pemerinah. (4) Mekanisme pengusulan dan pengalokasian Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerinah sebagaimana dimaksud pada aya (3) dilaksanakan sesuai keenuan perauran perundang-undangan. BAB V PENYELESAAN KEWAJBAN PT HUTAMA KARYA (PERSERO) KEPADA KREDTUR Bagian Kesau Penyampaian Klaim Pasal 14 (1) Keidakmampuan PT Huama Karya (Persero) membayar Kewajiban kepada Krediur disampaikan melalui klaim secara erulis oleh Krediur kepada Meneri c.q Direkur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dengan embusan kepada PT Huama Karya (Persero).

13 (2) Klaim sebagaimana dimaksud pada aya (1) memua paling kurang keerangan sebagai beriku: a. keidakmampuan PT Huama Karya (Persero) unuk membayar Kewajiban Perjanjian Pinjaman; dan b. jumlah Kewajiban (agihan). berdasarkan (3) Klaim sebagaimana dimaksud pada aya (1) dilampirkan paling kurang: a. salinan Perjanjian Pinjaman; b. salinan Sura Jaminan Pemerinah; c. rincian Kewajiban PT Huama Karya (Persero) yang harus dibayar oleh Penjamin (agihan); dan d. sura Direksi PT Huama Karya (Persero) yang menyaakan idak erdapa keberaan aas jumlah klaim yang diajukan. Bagian Kedua Verifikasi Klaim Pasal 15 (1) Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko c.q Direkora Sraegi dan Porofolio Pembiayaan melakukan verifikasi aas klaim yang diajukan oleh Krediur. (2) Dalam rangka melakukan verifikasi aas klaim se bagaimana dimaksud pada aya ( 1), Direkora Sraegi Porofolio dan Pembiayaan dapa berkoordinasi dengan uni-uni Eselon erkai di lingkungan Kemenerian Keuangan. (3) Verifikasi aas klaim sebagaimana dimaksud pada aya (1) dilakukan unuk memasikan: a. kesesuaian anara jumlah klaim dengan jumlah agihan yang menjadi Kewajiban PT Huama Karya (Persero) berdasarkan Perjanjian Pinjaman; clan

14 - 14- b. idak ada perselisihan anara PT Huama Karya (Persero) dan Krediur mengenai jumlah klaim yang menjadi Kewajiban PT Huama Karya (Persero). (4) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada aya (3) diuangkan dalam beria acara verifikasi klaim yang diandaangani oleh Krediur. Bagian Keiga Proses Pembayaran Klaim Jaminan Pemerinah Pasal 16 (1) Berdasarkan hasil verifikasi, pejaba pembua SPP mengajukan SPP kepada pejaba penerbi SPM dengan melampirkan paling kurang: a. beria acara verifikasi klaim; dan b. sura agihan dari Krediur. (2) Berdasarkan SPP sebagaimana dimaksud pada aya (1), pejaba penerbi SPM menerbikan SPM dan menyampaikan kepada Direkur Jenderal Perbendaharaan c.q. Kepala Kanor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan melampirkan paling kurang: a. Sura Pernyaaan Tanggung Jawab Belanja (SPTB); b. beria acara pemeriksaan klaim; dan c. kuiansi. (3) Berdasarkan penerbian SPM oleh pejaba penerbi SPM sebagaimana dimaksud pada aya (2), Direkora Jenderal Perbendaharaan c.q. Kanor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) menerbikan SP2D unuk rekening Krediur sebagai penerima Jaminan. BAB V UTANG PT HUTAMA KARYA (PERSERO) KEPADA PEMERNTAH

15 -15- Bagian Kesau Komimen Pembayaran Uang PT Huama Karya (Persero) Kepada Pemerinah Pasal 17 (1) Pelaksanaan pembayaran klairn Jaminan oleh Pemerinah merupakan uang yang harus dibayar kembali oleh PT Huama Karya (Persero) kepada Pemerinah. (2) Komimen PT Huama Karya (Persero) unuk melaksanakan keenuan sebagaimana dimaksud pada aya (1), diuangkan dalam sura komimen pembayaran kembali uang. (3) Sura komimen sebagaimana dimaksud pada aya (2) disampaikan hanya sau kali kepada Meneri dalam jangka waku paling lamba 3 (iga) bulan seelah Perauran Meneri ini dierbikan. Bagian Kedua Pe1janjian Penyelesaian Pembayaran Uang PT Huama Karya (Persero) Kepada Pemerinah Pasal 18 ( 1) Dalam hal elah dilakukan pembayaran klaim Jaminan oleh Pemerinah, Pemerinah dan PT Huama Karya (persero) melakukan Perjanjian Penyelesaian Pembayaran Uang PT Huama Karya (Persero) kepada Pemerin ah. (2) Perjanjian Penyelesaian Pembayaran Uang PT Huama Karya (Persero) kepada Pemerinah sebagaimana dimaksud pada aya (1) mengacu pada sura komimen pembayaran kembali sebagaimana diaur dalam Pasal 17 aya (2). uang (3) Perjanjian Penyelesaian Pembayaran Uang PT Huama Karya. (Persero) kepada Pemerinah sebagaimana dimaksud pada aya (1) memua keenuan paling kurang mengenai: f

16 -16- a. pengakuan uang PT Huama Karya (Persero) dan janji unuk membayar uang ersebu kepada penjamm; b. jumlah seluruh uang sebagaimana dimaksud pada huruf a dan jangka waku pembayarannya, ermasuk masa enggang; c. jumlah cicilan dan anggal pembayaran cicilan; clan d. aacara penyelesaian sengkea yang mungkin imbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian Penyelesaian Pembayaran Uang PT Huama Karya (Persero) kepada. Pemerinah melalui mekanisme alernaif penyelesaian sengkea dan/ aau lembaga arbirase. (4) Pe1janjian Penyelesaian Pembayaran Uang PT Huama Karya (Persero) kepada Pemerinah sebagaimana dimaksud pada aya (2) diandaangani paling lama 7 (ujuh) hari kerja seelah pelaksanaan pembayaran klaim. (5) Meneri mendelegasikan penandaanganan Perjanjian Penyelesaian Pembayaran Uang PT Huama Karya (Persero) kepada Pemerinah sebagaimana dimaksud pada aya (2) kepada Direkur Jenderal Pengelolaan Pem biayaan dan Risiko. (6) Direkur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mengadminisrasikan piuang Pemerinah kepada PT Huama Karya (Persero) yang imbul karena pelaksanaan pembayaran Jaminan. BAB V PENGELOLAAN RSKO Bagian Kesau Miigasi Risiko

17 Pasal 19 (1) PT Huama Karya (Persero) wajib melakukan usaha erbaiknya unuk mencegah erjadinya Gagal Bayar sebagaimana diaur dalam dokumen rencana miigasi risiko. (2) Dokumen rencana miigasi risiko sebagaimana dimaksud pada aya (1) memua keenuan paling kurang mengenai: a. upaya-upaya erbaik unuk memenuhi Kewajibannya; clan b. rencana unuk mencegah erjadinya Gagal Bayar. Bagian Kedua Pembukuan clan Pelaporan Pasal 20 Dalam rangka mengelola dampak erjadinya Gagal Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 aya (1), PT Huama. Karya (Persero) menyampaikan laporan mengenai kemungkinan erjadainya Gagal Bayar kepada Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan clan Risiko c. q Direkora Pengelola Risiko Keuangan Negara clan Direkora Sraegi clan Porofolio Pembiayaan seiap 3 (iga) bulan unuk periode 1 (sau) ahun mendaang aau pada saa diperlukan. Bagian Keiga Pemanauan clan Evaluasi Pasal 21 ( 1) Dalam rangka memasikan pelaksanaan rencana miigasi risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 aya (1), Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan clan Risiko melakukan pemanauan clan evaluasi dengan melibakan uni-uni erkai di lingkungan Kemenerian Keuangan.

18 -18- (2) Pemanauan dan evaluasi yang dilakukan oleh Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sebagaimana dimaksud pada aya (1) melipui pelaksanaan proyek percepaan pembangunan jalan ol, dan pelaksanaan pembiayaannya sera kemampuan membayar kembali pilljaman oleh.pt Huama Karya (Persero). (3) Berdasarkan hasil pemanauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada aya (1), Direkora Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyampaikan laporan secara berkala dan/ aau rekomendasi kepada Meneri unuk memberikan dukungan dan/ aau melakukan indakan sesuai dengan kewenangan Meneri dalam rangka mencegah erjadinya Gaga! Bayar PT Huama Karya (Persero). Bagian Keempa Pembukuan Pasal 22 PT Huama Karya (Persero) menyelenggarakan pembukuan erpisah aas pelaksanaan penugasan proyek percepaan pembangunan jalan ol di Sumaera. BAB X KETENTUAN PERALHAN Pasal 23 Perjanjian Pinjaman yang elah diandaangani sebelum Perauran Meneri ini berlaku, unuk proses selanjunya mengikui keenuan sebagaimana diaur dalam Perauran Meneri ini. f

19 , BABX KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Perauran Meneri ini mulai berlaku pada anggal diundangkan. Agar seiap orang mengeahuinya, memerinahkan pengundangan Perauran Meneri 1n1 dengan penempaannya dalam Beria Negara Republik ndonesia. Dieapkan di Jakara pada anggal 30 :esember M NTER KEUANGAN REPUBLK NDONESA, d. BAMBANG P.S. BRODJONEGORO Diundangkan di Jakara Pada anggal 31 Desember 2015 DREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERAN HUKUM DAN HAK ASAS MANUSA REPUBLK NDONESA, d. WDODO EKATJAHJANA BERTA NEGARA REPUBLK NDONESA TAHUN NOMOR 2024 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bir f

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No. 2024,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberian. Jaminan. Percepatan. Jalan Tol Sumatera. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/ PMK.08/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONES!A SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 /PMK.08/2017 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONES!A SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 /PMK.08/2017 TENTANG MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONES!A SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 /PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN JAMINAN PEMERINTAH PUSAT UNTUK PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

W10.U1/13/SOP/HN/2016 Tanggal Pembuatan 06 Juni 2016 Tanggal Revisi 00 Tanggal Efektif 15 Juli 2016 Disahkan Oleh

W10.U1/13/SOP/HN/2016 Tanggal Pembuatan 06 Juni 2016 Tanggal Revisi 00 Tanggal Efektif 15 Juli 2016 Disahkan Oleh Jalan Bungur Besar Raya Kav. 24, 26, 28 Kelurahan Gunung Sahari Selaan Kecamaan KemayoranJakara Pusa Websie : www.pn-jakarapusa.go.id, Email : info@pn-jakarapusa.go.id Jakara Pusa No SOP W10.U1/13/SOP/HN/2016

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1529, 2017 KEMENKEU. LRT Jabodetabek. Pemberian Jaminan Pemerintah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1485, 2015 KEMENKEU. Jaminan Pemerintah. Infrastruktur. Pinjaman Langsung. Lembaga Keuangan Internasional. BUMN. Pelaksanaan. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 260/PMK.011/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 260/PMK.011/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA

Lebih terperinci

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH r BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT PACTAN, Menglnga a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN AEPUBlIK INDONESIA' SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. lo/pmk.oll/2014

MENTERIKEUANGAN AEPUBlIK INDONESIA' SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. lo/pmk.oll/2014 MENTERIKEUANGAN AEPUBlIK INDONESIA' SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR lo/pmk.oll/2014, TENTANG PENGENAAN BEA MASUK ANTI DUMPING TERHADAP IMPOR PRODUK CANAl LANTAIAN DARI BESI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK IDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK IDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL Nomor Sia Hal KEMENTERAN KEUANGAN REPUBLK DONESA DREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SEKRETARAT DREKTORAT JENDERAL : S- \2\ KN.1/2016 : Pening : Pemanggilan Pesera D!kla Yh. 1. Para Direkur di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

: bahwa dalanr rangka pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor

: bahwa dalanr rangka pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor PERATURAN MENTER AGAMA REPUBLK NDOESA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PETUN] UK PELAKSANAAN PEMBAYARAN BAYA PENYELENGGARAAN BADAH HAll TAHUN 1427 H/2OO6 4 MENTER AGAMA REPUBLK NDONESA, Menimbang Menginga :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG RENCANA KERJA TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG RENCANA KERJA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG RENCANA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LUMAJANG Jl. LANGSEP NO. 15 Telp./Fax. (0334) 888358 e-mail : lingkungan@lumajang.go.id websie : blhlumajang.ppejawa.com 1 KATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SAR.ANA MULTI INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden 17 BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 1920, Kanor Saisik perama kali didirikan oleh Direkur Peranian, Kerajinan dan Perdagangan (Direcure Vand Landbow

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.08/2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.08/2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.08/2016 TENT ANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERIAN JAMINAN OBLIGASI DALAM RANGI{A PERCEPATAN PROYEK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

1 of 9 21/12/ :39

1 of 9 21/12/ :39 1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG

MATRIKS RENCANA STRATEGIS RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG MATRIKS RENCANA STRATEGIS 2014-2018 RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG VISI MISI 1 TUJUAN 1 : Terwujudnya Rumah Saki Rujukan Yang Handal Terjangkau Dalam Pelayanan : Meningkakan Muu Akses Pelayanan Kesehaan : Meningkakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.08/ 2017

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.08/ 2017 MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.08/ 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERIAN JAMINAN PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae No.1283, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengelolaan DJPPID. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR125/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA JAMINAN PENUGASAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010 3 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR ;6TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SSTEM PENGENDALAN NTERN PEMERNTA D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SURAT EDARAN NOMOR TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SURAT EDARAN NOMOR TENTANG ,, PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA 20 Juni 2014 Kepada Yh. 1. Para Asisen Sekda Provinsi OKI 2. Inspekur Provinsi OKI 3. Para Kepala Badan Provinsi OKI 4. Para Walikoa Provinsi OKI 5.

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA y BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN : NOMOR 55" TAHUN 20 ; TENTANG \ DANA ALOKAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa dalam rangka penngkaan penyelenggaraan pemernahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

2016, No Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat; c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tent

2016, No Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat; c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tent No.251, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. KUR. Subsidi Bunga. Pelaksanaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. No.515, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK. 01/2009 TENTANG TATACARA PELAKSANAAN PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.121, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penjaminan. Infrastruktur. Juklak. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.08/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci