BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kopling, B. Tujuan C. Batasan Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kopling, B. Tujuan C. Batasan Masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Lata Belakang Dalam kehiupan sehai-hai kenaaan meupakan saana tepenting alamsistem tanspotasi an sangat ibutuhkan. Ie pengembangan saana tanspotasi yang kian bekembang, menunjukkan suatu bukti nyata engan aanya peubahan-peubahanyang tejai paa saana tanspotasi tesebut. enaaan yang ahulunya besifat klasik imana menganalkan tenaga hewan, kini telah beubah menjai moen yang lebih menganalkan mekanik atau mesin.mobil sebagai salah satu saana tanspotasi, keap ipakai oleh segenap masyaakat. Dapat ikatakan bahwa mobil memiliki kelebian tesenii ibaningkan engan kenaaan bemoto lainya. Diantaanya aalah apat mengangkut beban yang besa, apat ipakai untuk menempuh pejalanan yang jauh, memiliki konstuksi yang lebih kokoh an stabil seta kelebihan-kelebihan lainnya. Namun kaangkala kita selalu ipehaapkan paa masalah-masalah teknis pemesinannya. Hal ini membuktikan bahwa mesin tesebut yang teii ai bemacam-macam elemen mesin memegang peanan yang sangat penting. Salah satu elemen mesinyang akan ibahas lebih jauh paa tugas peencanaan ini aalah kopling, alam hali ini sebagai contoh analisa kita menggunakan bahan opling Paa Mobil Etios engan beasakan ata-ata yang tetea paa bosu mobil tesebut. B. Tujuan aena suatu peencanaa elemen mesin hauslah bena-bena akuat atau teliti,maka khusus alam peencanaan kopling ini teapat bebeapa tujuan yang henak icapai aga memiliki efisiensi yang tinggi, antaa lain : 1. Menapatkan kekuatan kopling yang baik engan asa bahwa fakto keamanan yang imilikinya aalah optimal yang itunjang engan pemilihan bahan yang sesuai.. Memiliki efisiensi keja yang tinggi. 3. Menapatkan kopling yang kuat tetapi ekonomis. 4. Dapat mempekiakan umu kopling yang iencanakan. C. Batasan Masalah Dalam peencanaan kopling ini tiak semua bagian-bagian ai sebuah koplingkami jabakan. Hanya sebahagian saja imana alam hal ini yang kami bahas aalah : 1. Diamete ata-ata plat tengah gesek. Luas biang tekan paa kopling 3. Tekanan ata-ata paa pemukaan kopling 4. Tekanan maximum paa pemukaan kopling 5. Umu aipaa plat kopling 6. Menguku pekiaan tempeatu plat paa saat igunakan 7. Mengetahui iamete poos kopling

2 BAB II OPLING A. Pengetian opling opling atau Clutch yaitu pealatan tansmisi yang menghubungkan poos engkol engan poos oa gigi tansmisi. opling suatu peangkat/ sistem yang meupakan bagian ai sistem peminah. Fungsi kopling aalah untuk meminahkan, memutus an menghubungkan putaan tenaga mesin ketansmisi, kemuian tansmisi mengubah tingkat kecepatan sesuai yang iinginkan engan lembut an cepat. Gamba 1 : Contoh bentuk kopling paa kenaaan Dialam inusti biang otomotif, kopling igunakan untuk meminahkan tenaga moto ke unit tansmisi. Dengan menggunakan kopling, peminahan gigi-gigitansmisi apat ilakukan, koling juga memungkinkan moto juga apat beputa walaupun tiak alam posisi netal. Gamba : onstuksi letak unit kopling (clutch) paa kenaaan Dalam keaaan nomal, imana fungsi kopling bekeja engan baik,begitu pengemui menekan peal kopling, tenaga mesin akan i putuskan,kaena saat peal itekan maka gaya tekan itu akan menoong elease fok an elease fok akan menoong elease beaing. Sehingga elease beaing akan mengangkat menoong pegas iapaghma an pessue palte, clutch isc akan telepas engan flywheel. Seentak oa gigi akan telepas ai pengauh putaan mesin. onisi inilah yang memungkinkan tejainya pepinahan oa gigi paa tansmisi. opling alam pemakaian ikenaaan, haus memiliki syaat-syaat minimalsebagai beikut : a. Haus apat memutus an menghubungkan putaan mesin ke tansmisi engan lembut. enyamanan bekenaa menuntut tejainya pemutusan an penghubungan tenaga mesin belangsung engan lembut. Lembut beati tejainya poses pemutusan an penghubungan aalah secaa betahap. b. Haus apat meminahkan tenaga mesin engan tanpa slip Jika kopling suah menghubung penuh maka antaa flywheel an plat koping tiak boleh tejai slip sehingga aya an putaan mesin tepinahkan 100%. c. Haus apat memutuskan hubungan engan sempuna an cepat. Paa saat kita opeasionalkan, kopling haus apat memutuskan aya an putaan engan sempuna, yaitu aya an putaan haus betul-betul tiak iteuskan, seangkan paa saat kopling tiak iopeasionalkan, kopling haus menghubungkan aya an putaan 100%. eja kopling alam memutus an menghubungkan aya an putaan tesebut haus cepat atau tiak banyak membutuhkan waktu.

3 3 B. opling Gesek opling gesek aalah poses peminahan tenaga melalui gesekanantaa bagian penggeak engan yang akan igeakan. onsep kopling ini banyak ipegunakan paa 1 sistem peminah tenaga kenaaan, khususnya paa kenaaan ingan, sepea moto, sean an mobil penumpang lainnya. Macam-macam opling Gesek : Sepeti telah ijelaskan i atas, kopling gesek banyak igunakanpaa kenaaan ingan. Paa kenaaan oa empat menggunakan jeniskeing engan plat tunggal. Seangkan paa sepea moto,menggunakan jenis basah engan plat gana. Pebeaan kopling basahan keing, kaena plat kopling tiak kena minyak pelumas untuk jeniskeing, an plat kopling bekeja alam minyak pelumas untuk jenis basah. 1. opling pelat tunggal. omponen-komponen kopling gesek pelat tunggal secaa besamaan membentuk angkaian kopling/ kopling set (clutch assembly). Sepeti telihat paa gamba beikut ini :. opling plat gana/banyak Gamba 3 : kopling plat tunggal assembly Gamba 4 : kopling plat banyak assembly

4 4 opling plat banyak aalah unit kopling engan jumlah piingan lebih ai satu lapisan plat kopling isebut engan kampas kopling tebuat ai pauan bahan asbes an logam. Pauan ini ibuat engan tujuan aga plat kopling apat memenuhi pesyaatan, yaitu : Tahan tehaap panas. Panas alam hal ini tejai kaena tejai gesekan yang memang iencanakan saat kopling akan ihubungkan. Dapat menyeap panas an membesihkan ii. Gesekan akan menyebabkan panas an kotoan ebu bahan yang aus. ampas kopling ilengkapi engan alu yang befungsi untuk ventilasi an menampung an membuang ebu yang tejai. Tahan tehaap gesekan. ampas kopling iencanakan untukbegesekan, maka pelu ibuat tahan tehaap keausan akibat gesekan. Dapat mencengkeam engan baik. Plat kopling ilengkapi engan alat penahan kejutan baik alam bentukpegas ataupun kaet. Alat ini ipasang secaa aial, hingga isebut enganpegas aial. onstuksinya sepeti telihat paa gamba beikut ini. Gamba 5 : pegas aial paa kopling Pegas aial befungsi untuk meeam getaan/kejutan saat koplingtehubung sehingga ipeoleh poses penyambungan yang halus, an jugagetaan atau kejutan selama menghubungkan/bekeja. Untuk itu maka pegasaial haus mampu meneima gaya aial yang tejai paa plat kopling memilikielastisitas yang baik. Namun emikian kaena penggunaan yang teus meneus, maka pegasaial apat mengalami keusakan. Untuk yang alam bentuk kaet,kemungkinan kaetnya bekuang/tiak elastis lagi atau pecah. Seangkan yangpegas uli, kemungkinan bekuang panjang bebasnya, yang biasanya itunjukanengan tejainya kelonggaan pegas iumahnya an menimbulkan suaa. Plat kopling i samping pegas aial juga ilengkapi engan pegas aksial.onstuksinya sepeti telihat paa gamba beikut ini : Gamba 6 : pegas aksial paa kopling Gesekan anta biang/pemukaan komponen tentu akan menimbulkan panas, sehingga memelukan meia peninginan. Ditinjau ai lingkungan/meiakeja, kopling ibeakan menjai : opling basah opling basah aalah unit kopling engan biang gesek (piingan atau isc) teenam caian/minyak. Aplikasi kopling basah umumnya paa jenis atau tipe plat banyak, imana kenyamanan bekenaa yang iutamakan engan poses keja kopling tahapannya panjang, sehingga banyak tejai gesekan/slip paa biang gesek kopling an pelu peninginan.

5 5 opling keing opling keing aalah unit kopling engan biang gesek (piingan atau isc) tiak teenam caian/minyak (an bahkan tiak boleh aa caian/minyak). Untuk menapatkan penekanan yang kuat saat begesekan, sehingga saat meneuskan aya an putaan tiak tejai slip maka ipasangkan pegas penekan. Ditinjau ai pegas penekannya, kopling ibeakan menjai ua jenis pegas penekan : opling pegas spial Gamba 7 : kopling gesek engan pegas spial Aalah unit kopling engan pegas penekannya bebentuk spial. Dalam pemakaiannya ikenaaan kopling engan pegas coil memiliki kelebihan penekanannya kuat an kejanya cepat/spontan. Seangkan kekuangannya penekanan kopling beat, tekanan paa plat penekan kuang meata, jika kampas kopling aus maka aya tekan bekuang, tepengauh oleh gaya sentifugal paa kecepatan tinggi an komponennya lebih banyak, sehingga kebanyakan kopling pegas spial iniigunakan paa kenaaan menengah an beat yang mengutamakan kekuatan an bekeja paa putaan lambat. opling pegas iaphagma Gamba 8 : opling gesek pegas iaphagma Aalah unit kopling engan pegas penekannya bebentuk iaphagma. Penggunaan pegas iaphagma mengatasi kekuangan ai pegas spial. Namun pegas iaphagma mempunyai kekuangan kontuksinya tiak sekuat pegas spial an kuang esponsive (kejanya lebih lambat), sehingga kebanyakan kopling pegas iaphagm ini igunakan paa kenaaan ingan yang mengutamakan kenyamanan

6 6 BAB III ANALISA PERHITUNGAN OPLING PLAT GESE A. Spesifikasi TOYOTA ETIOS Dai ata yang ipeoleh i lapangan (paa bosu), mobil TOYOTA ETIOS memiliki spesifikasi sebagai beikut : a. Daya Maksimum (N) : 80 PS b. Putaan Paa Daya Maksimum (n) : 5600 pm c. Tosi Maksimum (T) : 10,6 kgf.m. Putaan Paa Tosi Maksimum (n) : 3100 pm B. Analisa Peancangan 1. Tosi Maksimum Haga tosi maksimum yang akan igunakan alam pehitungan peancangan kopling ini itentukan beasakan ua kiteia, yaitu : tosi maksimum an aya maksimum kenaaan yang teapat paa ata lapangan (bosu). opling pelat gesek bekeja kaena aanya gaya gesek engan pemukaan, sehingga menyebabkan tejainya momen punti paa poos yang igeakkan. Momen ini bekeja alam waktu t R sampai putaan keua poos sama. Paa keaaan tehubung tiak tejai slip an putaan keua poos sama engan putaan awal poos penggeak, sehingga apat ibuat pesamaan : M M b M h M = Tosi Gesek (kgf.cm) M b = Momen Punti Poos Tansmisi (kgf.cm) M h = Tosi Pecepatan (kgf.cm) Nilai M h apat ihitung engan pesamaan : N M h 7160 n M h = Tosi Maksimum (kgf.cm) N = Daya Maksimum (PS) n = Putaan Poos (pm) 7160 = onstanta oelasi Satuan Menghitung Tosi Maksimum N M h 7160 n 80ps 7160x 5600pm kgf. cm 10.3kgf. m Maka untuk menjaga keamanan pemakaian ipilih haga tosi yang paling tinggi yaitu : M h = 10,6 kgf.m, engan kecepatan puta mesin n = 3100 pm

7 7. Tosi Gesek M C. M h M = Tosi Gesek (kgf.cm) C = onstanta (,5) Haga C bekisa antaa -3 untuk kenaaan jenis mobil apat ipilih ai tabel paa lampian. Untuk ini ipilih C=. Menghitung Tosi Gesek M C. M h 3. eja Gesek an Daya Gesek eja gesek itentukan ai hubungan antaa tosi, putaan an waktu tejainya slip. M n. t A R A = eja Gesek (kgf.cm) M = Tosi Gesek (kgf.cm) N = Putaan paa Tosi Maximum (pm) t R = Waktu Penyambungan/slip (etik) 1910 = Fakto oelasi Satuan Menghitung eja Gesek Dengan mengasumsikan waktu penyambungan t R = 0.5 etik maka apat ihitung besanya keja gesek yang ihasilkan sebagai beikut : M. n. tr A ,91x3100x0, ,66kgmcm. Daya gesek apat itentukan ai hubungan keja gesek engan fekuensi penggunaan kopling, yaitu jumlah penekanan atau pelepasan kopling pesatuan waktu. N,5x10,3,51kgf. m 50,91kgf. cm A.z N = Daya Gesek (hp) z = Fekuensi Penekanan opling (jam) 7x104 = Fakto oelasi Satuan

8 8 Menghitung Daya Gesek Dengan mengasumsikan pemakaian kopling ata-ata paa konisi jalan apapun z = 60/jam maka apat ihitung besanya aya gesek tehaap kopling sebagai beikut : A.z N ,66x60 4 7x10 0,41Hp 4. Diamete Rata-ata Pelat Gesek Diamete ata-ata pelat gesek itentukan engan menggunakan pesamaan untuk iamete ata-ata, yaitu : 71,5 T N b.. j. n 1/ 0,4 = Diamete Rata-ata pelat (cm) b = Ratio Antaa Leba Pelat Tehaap Diamete Rata-ata T = Paamete oefisien Gesek n = Putaan (pm) 71,5 = Fakto oelasi Satuan j = Jumlah plat gesek Menghitung Diamete ata-ata Pelat Gesek Untuk menghitung iamete ata-ata plat gesek haus aa bebeapa pesamaan yang haus ipenuhi iantaanya aa bebeapa hal sebagai beikut : Beasakan tabel fakto koeksi untuk lentuan T = 1,0 1,5, tentukan haga T yang iambil paling besa (1,5) kaena seikit tejai kejutan / tumbukan Dan haga b bekisa antaa 0,15 s. 0,3, tentukan haga b an coba ambil angka 0,175 Jumlah plat gesek yang ipakai kita tentukan j = 71,5 T N b.. j. n 1/ 0,4 0,41 71,5 1,5 x0,175xx ,5 x0,014 1/ 1,9cm b Maka leba pelat apat ipeoleh engan substitusi haga kealam atio 0,4

9 9 b b. 0,175x1,9,6cm Dengan iketahuinya nila an b maka kita apat menghitung iamete ata-ata plat gesek 1 (iamete alam) an 0 (iamete lua) 1 0 b 1,9,6 10,66cm b 1,9,6 15,18cm 5. Pengujian Haga T an U Untuk memeiksa apakah haga T an U masih alam batas-batas yang iizinkan maka telebih ahulu itentukanya kecepatan tangensialnya v :.. n v 60 Maka jika haga T tiak bebea jauh engan pemilihan awal an haga U masih bekisa antaa -8 maka ancangan ini apat ilanjutkan. T U N / b.. j. v. M b.. j Menghitung ecepatan Tangensial.. n v 60 3,14x1,9x , ,96m/ s x3100 Menghitung Haga T an U T 0,699x1000,6x1,9xx0,96 N / b.. j. v 405,9 67,61 1,5kgm. cm 1/

10 10 U. M b.. j x50,91,6x1,9 x 4501,83 755,9 3 5,96x 10 kgm. cm 6. Luas Biang Tekan Tekanan pemukaan tejai akibat aanya gaya tekan yang mengenai satuan luas biang tekan. Gaya ini ipengauhi oleh koefisien gesek sebesa = 0,3 an ini aalah koefisien gesek bahan pemukaan pelat gesek yang kita pilih. Luas biang tekan sama engan luas pemukaan pelat an apat ipeoleh ai hubungan : F. b.. j. Y F = Luas Biang Tekan (cm ) Y = Fakto oeksi Luas Pemukaan akibat Penguangan Luas alu Menghitung Luas Biang Tekan Untuk apat menghitung luas biang tekan maka kita haus menapatkan nilai Y engan mengasumsikan = 0,9 F. b.. j. Y 3,14x,6x1,9xx0,9 165,17cm 7. Tekanan Rata-ata Pemukaan Tekanan ata-ata pemukaan icai ai hubungan tosi maksimum, iamete ata-ata, koefisien gesekan an luas biang tekan. M p.. f p = Tekanan Pemukaan Rata-ata (kgf/cm ) = oefisien Gesek F = Luas biang Tekan (cm ) Menghitung Tekanan Rata-ata Pemukaan Dengan mengasumsikan koefisien gesek ( ) ai pemukaan gesek = 0.3 maka tekanan ata-atanya apat ihitung engan umus pehitungan iatas. M p.. f x50,91 0,3x1,9x165, ,83 640,33 7,03kgm / cm

11 11 8. Tekanan Maksimum Pemukaan Tekanan maksimum pemukaan igunakan untuk memilih pelat gesek yang cocok an aman. Paa table lampian II tetulis haga-haga tekanan untuk bahan pelat gesek maka tekanan ata-ata apat ihitung engan pesamaan beikut : Pmax p 1 Menghitung Tekanan Maksimum Pemukaan P max p 1 1,9 7,03x 10,66 8,5kgf / cm Dengan asumsi koefisien gesek ai pemukaan gesek aalah 0,1 an tekanan maksimum yang iizinkan aga keamanan selama pemakaian tejamin aalah 3,kgf/cm maka ai tabel paa lampian II apat isimpulkan bahwa pemukaan pelat gesek apat tebuat ai bahan Asbestos Pesse Hiaulically with plastic, yang mempunyai limit koefisien gesek antaa 0, 0,35 an tekanan pemukaan yang iizinkan antaa 0,5 80 kgf/cm. Jai, bahan inisesuai igunakan untuk ancangan, kaena tekanan maksimum pemukaan gesek yang iancang masih beaa alam batas tesebut. 9. Umu Pelat Gesek Umu pelat gesek atau ketahanan pelat gesek (kampas kopling) menentukan nilai jual pelat gesek tesebut sehingga memiliki aya saing ipasaa. Umu pelat gesek itentukan ai hubungan antaa volume keausan spesifik an aya gesek, seangkan untuk menghitung volume keausan igunakan metoe pehitungan sebagai beikut : VV F. SV. j V V = Volume eausan (cm 3 ) F = Luas Pemukaan Biang Tekan (cm ) S V = Tebal Lapisan Pemukaan Gesek (cm) J = Jumlah Plat Gesek Dengan iapatkanya hasil volume keausan engan menggunakan metoe pehitungan sepeti iatas maka umu pelat gesek apat itentukan ai pesamaan : L B VV Q. N V L B = Umu Pelat Gesek (jam) V V = Volume eausan (cm3) Q V = eausan Spesifik Menghitung Umu Pelat Gesek Umu pelat gesek itentukan ai hubungan antaa volume keausan spesifik an aya gesek. Dengan aanya engan ini maka kita mengasumsikan tebal pemukaan gesek (S V ) tesebut aalah mm/0, cm an ini sama engan tebal keausan maksimum ai pelat gesek.

12 1 VV F. SV. j 165,17x0,x 66,07cm 3 Untuk apat menghitung volume keausan Plat Gesek maka kita pelu mengetahui nilai keausan spesifik (Q V ) kita apat mengasumsikan nilai keausan spesifik sesuai engan stana yaitu 0,15 maka apat ihitung volume keausan sebagai beikut : L B VV Q. N V 66,07 0,15x0, ,09 jam 10. Tempeatu eja Pelat an opling Tempeatu keja kopling haus memenuhi tempeatu yang iizinkan, kaena apabila melewati batas yang iizinkan akan menyebabkan pelat gesek cepat sekali aus yang menyebabkan umu pakai kopling lebih penek. Untuk apat mengetahui tempeatue keja plat kopling maka telebih ahulu kita haus mengetahui nilai bebeapa hal beikut ini : F Luas Pemukaan Biang Peningin apat iketahui engan umus pesamaan beikut ini :.. b.( 4 1 ) = Diamete Telua atau Diamete Rumah opling (cm) b = Leba Rumah opling (cm) Selanjutnya kita haus mencai nilai kecepatan tangensial apat ipeoleh engan umus pesamaan beikut ini : V.. n 60 Selanjutnya kita haus mencai nilai koefisien pepinahan panas, ai umah kopling apat iketahui engan umus pesamaan beikut ini : 4,5 6( V 3/ 4 ) V = ecepatan Tangensial Rumah opling (m/et) Selanjutnya kita haus mencai nilai ai kenaikan tempeatu apat iketahui engan umus pesamaan beikut ini : t 63. N F. F = Luas Pemukaan Biang Peningin (m ) = oefisien Pepinahan Panas (kcal/m o C.jam) Selanjutnya setelah nilai-nilai iatas iketahui maka kita apat menghitun Tempeatu keja kopling engan ipengauhi oleh koefisien pepinahan panas ai umah kopling, luas pepinahan panas an tempeatu sekeliling. Tempeatu eja opling aalah :

13 13 t tl t t t L t = Tempeatu eja opling = Tempeatu Lingkungan = enaikan Tempeatu Menghitung Tempeatu eja Pelat an opling Untuk mengetahui tempeatue keja plat an kopling maka kita haus mencai telebih ahulu luas pemukaan biang peningin engan pesamaan sebagai beikut : k bk F ,5 x3 15,8 6 1,18cm 3 5cm.. b 3,14x(1,18 3,14x1,18x , 33, ,59 63,06 595,64cm.( 4 1 ) 10,66 ) Selanjutnya kita akan mencai kecepatan tangensial paa umah kopling apat iketahui engan pesamaan beikut ini : V.. n 60 3,14x1,18x m/etik Selanjutnya kita akan mencai koefisien pepinahan panas, ai umah kopling apat iketahui ai pesamaan beikut ini : 4,5 6( V 4,5 6x(34,37) 4,5 85,17 3/ 4 ) 3/ 4 89,67kkal / m C. jam

14 14 Selanjutnya kita haus mencai nilai kenaikan tempeatu apat ihitung ai hubungan pesamaan beikut ini : t 0 48, N F. 63x0, ,64x10 x89,67 56,54 5,34x10 48,03 68,03 C C 3 Selanjutnya setelah bebeapa pesamaan iatas iketahui nilainya maka tempeatue keja kopling apat iketahui, engan asumsi tempeatu keja lingkungan ( t L ) aalah 0 o C, maka tempeatu keja kopling apat iketahui engan pesamaan beikut ini : t tl t Beasakan tabel tempeatu keja yang iizinkan untuk Asbestos Pesse Hiaulically with Plastic antaa 50C sampai 550C, jai tempeatukeja kopling hasil ancangan apat iteima kaena masih alam batas yang iizinkan. 11. Diamete Poos Untuk peancangan poos, hal yang sangat bepengauh aalah tosi ai kopling, engan menggunakan umus pehitungan poos an haga tegangan gese sepeti pesamaan beikut ini : M YP Menghitung Diamete Poos Untuk menghitung iamete poos maka kita haus mengkonvesikan telebih ahulu haga tosi gesek ai kopling ke alam satuan SI sepeti beikut : Tosi Gesek = 50,91kgf.cm atau,51kgf.m Dikonvesikan ke satuan SI menjai :,51x9,81 = 0,81Nm = 0814,69Nmm Mateial yang iambil untuk poos ini aalah AISI 4340 COLD DRAWN engan yp = 99000psi atau 68,8Mpa engan menggunakan umus pehitungan poos an haga tegangan gese, kita akan menapatkan haga iamete poos yang kita inginkan, yaitu : M YP 16x50,91 3,14x68, ,06 143, ,88 11,81mm

15 15 C. Hasil Peancangan Dai hasil pehitungan iatas an menggunakan ata ai lapangan yg tetea paa bosu maka iapatkan hasil peancangan koplint paa kenaaan TOYOTA ETIOS ipeoleh hasil sebagai beikut : Tosi Maksim M h = 103kgf.cm Tosi Gesek M = 51kg.cm eja Gesek A = 186,66kgf.cm Daya Gese N = 0,41Hp Diamete ata-ata pelat = 1,9cm Diamete (lua) pelat 0 = 15,18cm Diamete (alam) pelat I = 10,66cm Luas Biang Tekan F = 165,17cm Tekanan ata-ata pemukaan p = 7,03kgm/cm Tekanan Maksimum P max = 5,5kgf/cm Pekiaan Umu Plat L B = 130jam Tempeatu eja t = 68,03 0 C Diamete Poos = 11,81mm D. Analisa Peancangan Dai hasil peancangan yang telah ilakukan melalui pehitungan beasakan teoi yang penulis peoleh, iapatkan aa bebeapa spesifikasi yang bebea engan ukuan yang sebenanya beasakan ata lapangan yang aa. Hal ini imungkinkan, kaena aanya bebeapa vaiabel yang iasumsikan yang bepengauh langsung tehaap hasil peancangan yang ibuat. Hal lain yang cukup bepengauh aalah asumsi-asumsi yang penulis lakukan, yang iapatkan beasakan pekiaan-pekiaan atau pembulatan angka yang isesuaikan engan pemahaman yang penulis miliki. Hal penting lain yang pelu ipehatikan paa peancangan kopling ini aalah peancangan paa umu pakai plat kopling. Dengan semakin lamanya umu pakai kopling, maka efisiensi alam pemakaian akan semakin tinggi an mampu untuk besaing engan pouk sejenis ipasaan. Umu plat apat ipengauhi oleh bebeapa fakto antaa lain : Luas pemukaan gesek Daya gesek Fakto keausan plat gesek Umu kopling bebaning luus engan luas pemukaan seta volume keausan. Semakin besa iamete plat gesek, maka pemukaan akan semakin luas sehingga volume keausannya besa an umu pakai kopling akan lebih lama. Disamping itu beasakan tegangan pemukaan yang bekeja paa plat gesek apat pula ipekiakan jenis bahan yang cocok untuk plat gesek, sehingga engan analisa ini efisiensi ekonomis juga apat ilakukan.

16 16 BAB IV LAMPIRAN A. Tabel 1. Empiical values fo C B. Tabel. Typical Data fo fiction paiings

17 C. Tabel 3. Chaateistics of Fiction Clutch an Bakes 17

18 18 D. Bosu & Spesifikasi Toyota Etios DAFTAR PUSTAA 1. MACHINE ELEMENT, Dobovolsky. V,.Zablonsky, S. Mak, A. Rachick, L. Elickh. FISIA JILID 1, Halliay an Resnick, tejemahan P. Silaban 3. ELEMEN MESIN, Nieman. G, tejemahan I. Anton Buiman an I. Bambang Piamboo 4. PERANCANGAN OPLING, Yefi Chan, Teguh Buianto, Univesitas Dama Pesaa 5. BROSUR SPESIFIASI TOYOTA ETIOS, toyota asta.co.i

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN Disusun Oleh : IWAN APRIYAN SYAM SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSA PUTRA KATA PENGANTAR Puji syuku kami panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan ahmat dan kaunia-nya,sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERER WM MULIFASA 3. enahuluan enelitian mengenai bentuk sinyal moulasi yang cocok untuk menghasilkan keluaan inete yang bekualitas baik telah lama ilakukan. Salah satu

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN A 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1. Analisa Sistem ejalan 3.1.1. Sejaah Peusahaan Gamba 3.1. Logo Peusahaan P Dnaplast, bk. P Dnaplast, bk aalah peusahaan ang begeak i biang pouksi botol plastik untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG. UMUM Patial ishage (PD) meupakan fenomena peluahan muatan elektik yang bisa menjembatani sistem isolasi baik seaa sebagian maupun menyeluuh i alam suatu bahan ielektik. Fenomena

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penahuluan Secaa umum, antena meupakan tansfomato/stuktu tansmisi ai gelombang tebimbing menuju ke gelombang uang bebas atau sebaliknya[6]. Aa bebeapa jenis

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Duplexer Mikrostrip untuk Frekuensi LTE pada band ke-7

Perancangan dan Implementasi Duplexer Mikrostrip untuk Frekuensi LTE pada band ke-7 Elkomika Teknik Eleko Itenas Vol. No. Junal Teknik Elekto Juli Desembe 3 Peancangan an Implementasi Duplexe Mikostip untuk Fekuensi LTE paa ban ke-7 ENCENG SULAEMAN, ARSYAD RAMADHAN DARLIS, R. HARIANTI

Lebih terperinci

MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB. ' r F -F

MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB. ' r F -F MUATAN LISTRIK AN HUKUM COULOMB q k ' qq' ˆ - - Matei Kuliah isika asa II (Pokok Bahasan 1) MUATAN LISTRIK AN HUKUM COULOMB s. Ishafit, M.Si. Pogam Stui Peniikan isika Univesitas Ahma ahlan, 5 Muatan Listik

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM LIMA FASA DENGAN BEBAN TERHUBUNG BINTANG

BAB 5 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM LIMA FASA DENGAN BEBAN TERHUBUNG BINTANG BAB 5 ANALII RIAK ARU KELUARAN INVERER PWM LIMA FAA DENGAN BEBAN ERHUBUNG BINANG 5. Penahuluan Paa bab ebelumnya telah ijelakan bahwa paa item multifaa, hubungan antaa iak au keluaan inete beban poligon

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampian Kaakteistik Bahan oda penggeak Tingakat dan kondisi Cast ion 3 Steel JI Steel 3 Steel Hadened steel 3 Steel Hadened steel Steel T Hadened steel 0 MATERIAL Kekuatan bahan (Kg/cm ) 70 000

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRE Semina Nasional Teknologi Infomasi an Komunikasi 6 (SENTIKA 6) ISSN: 89-985 Yogyakata, 8-9 Maet 6 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELETRE Wilan Fauzi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Rancang Bangun Mesin Pemeras Kelapa Tua sebagai Bahan Baku VCO Skala Rumah Tangga

Rancang Bangun Mesin Pemeras Kelapa Tua sebagai Bahan Baku VCO Skala Rumah Tangga Rancang Bangun Mesin Pemeas Kelapa Tua sebagai Bahan Baku VCO Skala Rumah Tangga SEPTIAN ENGGAR PRATAMA PUTRA DAN ADI SUCIPTO Pogam Studi D III Juusan Mesin Poduksi Disnaketansduk Fakultas Teknologi Industi

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINAT SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINAT SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINA SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS Agung Hanayanto Absta Poses pepinahan panas/enegi melalui suatu meia at paat atau ai yang tejai aena onta langsung iantaa

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN OLIMPIADE DAN SOLUSINYA

SOAL-SOAL LATIHAN OLIMPIADE DAN SOLUSINYA SO-SO IHN OIMPID DN SOUSINY Diamete Suut. (SOP 007) JIka iamete suut Matahai iamati oleh astonot yang mengobit planet keil Pluto paa jaak 9 S, maka besanya aalah. C. 7. 9. 0 D. 9. (SOK 009) Nebula M0 yang

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN

PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN Akhma Musafa 1 1 Pogam Stui Teknik Elekto, Fakultas Teknik, Univesitas Bui Luhu Jl. Cileug Raya Petukangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN KINERJA MOTOR BENSIN 2 TAK 1 SILINDER YAMAHA LS 100 CC

BAB III PERHITUNGAN KINERJA MOTOR BENSIN 2 TAK 1 SILINDER YAMAHA LS 100 CC BAB III PERHITUNGAN KINERJA MOTOR BENSIN 2 TAK 1 SILINDER YAMAHA LS 100 CC 3.1 PENGERTIAN Pehitunan ulan untuk menetahui kineja dai suatu mesin, apakah kemampuan keja dai mesin tesebut masih sesuai denan

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS.. Tinjauan Pustaka Realisasi Ban Pass Filte untuk fekuensi paa Long Tem Evolution (LTE) menggunakan metoe Split Ring Resonato (SRR) Metamateial belum penah iealisasikan i Inonesia,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MGMP MATEMATIKA SMP KOTA MALANG BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MODUL/BAHAN AJAR KELAS 9 PENYUSUN Ds.WIJANARKO EDITOR ANIK SUJIATI,S.Pd. MM BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Setelah

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Penggunaan Hukum Newton

Penggunaan Hukum Newton Penggunaan Hukum Newton Asumsi Benda dipandang sebagai patikel Dapat mengabaikan geak otasi (untuk sekaang) Massa tali diabaikan Hanya ditinjau gaya yang bekeja pada benda Dapat mengabaikan gaya eaksi

Lebih terperinci

Untuk semua cinta Untuk semua cita-cita Untuk semua kasih sayang Dari kedua orangtuaku yang begitu luar biasa.

Untuk semua cinta Untuk semua cita-cita Untuk semua kasih sayang Dari kedua orangtuaku yang begitu luar biasa. Untuk semua inta Untuk semua ita-ita Untuk semua kasih sayang Dai keua oangtuaku yang begitu lua biasa. GELOBNG SOLITER INTERNL PD LIRN TUNK (Stui kasus paa luia ua lapisan Oleh: SIDH G544 PROGR STUDI

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton )

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton ) BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG 3.1 Perencanaan Beban Total Paa Elevator Barang Q total = Q + WM + WO ( Persamaan 2.1.10 ) Q = Beban kapasitas muatan alam perencanaan ( 1 Ton

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS. Penahuluan Antena mikostip aalah suatu konukto metal yang menempel iatas goun plane yang iantaanya teapat bahan ielektik. Antena mikostip meupakan memiliki stuktu yang seehana,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

pekerjaan atap (rangka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian

pekerjaan atap (rangka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian BAB IV RANGKA KUDA-KUDA DAN PENUTUP ATAP 4.1. Pengetian Atap Dalam studi analisis nilai pada tugas akhi ini, obyek yang diambil adalah pekejaan atap (angka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN BAB VII PERITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN 94 BAB VII PERITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN 7. UMUM Dai pemilihan altenative angunan pantai yang telah iahas paa a seelumnya angunan pengaman yang ipilih

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

MODEL INVENTORI SINGLE STOCKING POINT-SINGLE COMMODITY DENGAN TINGKAT PERMINTAAN KONSTAN LILIS SUSILAWATI

MODEL INVENTORI SINGLE STOCKING POINT-SINGLE COMMODITY DENGAN TINGKAT PERMINTAAN KONSTAN LILIS SUSILAWATI MODEL INVENTORI SINGLE STOCKING POINT-SINGLE COMMODITY DENGAN TINGKAT PERMINTAAN KONSTAN LILIS SUSILAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang

BAB IV ANALISA PONDASI MESIN. Perencanaan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang BAB IV ANALISA PONDASI MESIN 4.1 Data Peencanaan Peencanaan pondasi mesin yang baik memelukan data-data penunjang yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pembebanan pada pondasi mesin. Datadata penunjang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Tekuk Torsi Lateral. Pertemuan 13, 14, 15

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Tekuk Torsi Lateral. Pertemuan 13, 14, 15 ata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Tekuk Tosi ateal Petemuan 13, 14, 15 TIU : ahasiswa dapat meencanakan kekuatan elemen stuktu baja beseta alat sambungna TIK : ahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengauh Hujan Tehadap Stabilitas Leeng Infiltasi ai hujan ke dalam lapisan tanah pada leeng akan menambah beban pada leeng sebagai akibat peningkatan kandungan ai dalam tanah,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA 1. PENGETAHUAN DASAR a. Fungsi / Tujuan Sambungan Baja Suatu konstruksi bangunan baja aalah tersusun atas batang-batang baja yang igabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi

Lebih terperinci

Program Komputer Berbasis Delphi untuk Analisis Perhitungan Persebaran Dosis Radiasi Pesawat Sinar-X dalam Bentuk Kurva Isodosis

Program Komputer Berbasis Delphi untuk Analisis Perhitungan Persebaran Dosis Radiasi Pesawat Sinar-X dalam Bentuk Kurva Isodosis Pogam Kompute Bebasis Delphi untuk Analisis Pehitungan Pesebaan Dosis Raiasi Pesawat Sina-X alam Bentuk Kuva Isoosis Anggata Azzantyawan, Monjo, Pobo Waseso 3,3 Juusan Teknik Fisika FT UGM Jln. Gafika

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa 27 Analisis Pengauh Penempatan Dan Peubahan Kapasito Tehadap Unjuk Keja Moto Induksi 3-Fasa Becatu 1-Fasa Hey Punomo Abstak Moto induksi 3 fasa dalam beopeasi secaa nomal mendapat catu daya 3 fasa yang

Lebih terperinci

BAB III PUNTIRAN. Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran

BAB III PUNTIRAN. Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran BAB III PUNIRAN Ba sebatang matea mendapat beban puntan, maka seat-seat antaa suatu penampang ntang penampang ntang yang an akan mengaam pegesean, sepet dtunjukkan pada Gamba 3.1(a). Gamba 3.1. Batang

Lebih terperinci

*ANALISIS KORELASI* { }

*ANALISIS KORELASI* { } *ANALISIS KORELASI* Kegunaan analisis koelasi atau uji Peason Poduct Moment adalah untuk mencai hubungan vaiable bebas (X) dengan vaiable teikat (Y) dan data bebentuk inteval dan atio. Rumus yang dikemukakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

Peninjauan Kembali Desain Transformator Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Gangguan Penyulang

Peninjauan Kembali Desain Transformator Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Gangguan Penyulang Peninjauan Kembali Desain Tansfomato Untuk Meningkatkan Ketahanan Tehadap Gangguan Penyulang Abstak: Seingnya tansfomato mengalami keusakan akibat gangguan penyulang memelukan pehatian khusus untuk mengetahui

Lebih terperinci

Jenuh AC dan Putus AC

Jenuh AC dan Putus AC Penguat Daya Gais beban D dan A dai Penguat Emite Sekutu Kaena kapasito dianggap hubung-singkat untuk sinyal A maka tahanan beban yang dilihat oleh tansisto adalah : = R // R L Oleh kaena itu gais beban

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 PENGGUNAAN INTEGER LINEAR PROGRAMMING DENGAN METODE HEURISTIK UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN PEGAWAI PARUH WAKTU (Kata knci: penjawalan, optimasi, intege linea pogamming, heistik)

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ELEMEN MESIN 2

BAHAN KULIAH ELEMEN MESIN 2 BAHAN KULIAH ELEMEN MESIN Matei SABUK DAN PULLI Disadu dai buku: Elemen Mesin Kumi Gupta Oleh: Mumu Komao Nip. 9660503 990 00 JURUSAN PENDDIKAN EKNIK MESIN FAKULAS PENDIDIKAN EKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSIAS

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS BAB I PERENCANAAN TEKNIS I.1. Umum Paa Bab telah ipilih satu alternatif jalur penyaluran an sistem pengolahan air buangan omestik Ujung Berung Regency. Paa bab ini akan itentukan imensi jaringan pipa,

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci