PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN TEKA-TEKI SISWA KELAS X MAS-TI TABEK GADANG KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Transkripsi

1 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN TEKA-TEKI SISWA KELAS X MAS-TI TABEK GADANG KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Ayu Gustia Ningsih, Atmazaki, Syahrul R Program Studi Pendidik Bahasa d Sastra Indonesia Universitas Negeri Padg Abstract: One of basic components in teaching learning process is speaking skill. The aim of this research was to describe the process, result, d factors that influence the improvement of speaking skill by using Riddle game. The research was classified into classroom action research. The sample was students at tenth grade MAS-TI Tabek Gadg, Lima Puluh Kota Regency. The data were collected by using observation, questionnaire, field note, d test. The data were qutitatively d qualitatively alyzed. The findings of the research revealed that the riddle game could improve the students speaking skill. The students were asking d swering questions actively, moreover they could expressed the idea d give some explation precisely. It was valuable in the sense that it helped the students to improve their speaking skill. Kata kunci: keterampil berbicara, metode bermain teka-teki PENDAHULUAN Pembelajar berbicara di MAS-TI Tabek Gadg belum terlaksa deng baik.hal ini sesuai deng hasil observasi pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Islamiyah Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota untuk seljutnya disingkat menjadi (MAS- TI), d wawcara deng guru mata pelajar Bahasa Indonesia serta pengalam mengajar di tempat bersgkut.dapat disimpulk bahwa siswa belum terampil berbicara seperti ygtertera di bagi pengtar Kurikulum Tingkat Satu Pendidik (KTSP). SKM (Stdar Kelulus Minimal) yg ditetapk oleh sekolah masih belum bisa dicapai oleh siswa lebih dari 50%.Hal ini menjelask bahwa tuju pembelajar keterampil berbicara belum tercapai. PadaKTSP (Kurikulum Tingkat Satu Pendidik) dijelask bahwa pembelajar bahasa Indonesia diarahk untuk meningkatk kemampu peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia deng baik d benar, baik secara lis maupun tulis, serta menumbuhk apresiasi terhadap hasil karya kesastra musia Indonesia. Dari sini bisa dilihat bahwa tuju pembelajar bahasa Indonesia adalah menciptak ak didik yg terampil berbicara. Keterampil berbicara ak digunak untuk berkomunikasi dalam kesempat formal maupun informal. Selain masalah-masalah yg ditemuk pada siswa, hasil belajar

2 yg tidak mencapai KKM juga terdapat dari pihak guru, guru kurg kreatif dalam menggunak metode pembelajar, guru cenderung menggunak metode ceramah, sedgk pembelajar menuntut siswa untuk berbicara, buk guru. Guru menggunak metode yg kurg menarik, guru sebelumnya menggunak, sehingga respon dari siswa kurg baik.pembelajar menjadi teacher center, guru menjadi pusat pembelajar, atau trsfer ilmu. Seharusnya proses pembelajar itu student center, pembelajar yg berpusat pada siswa. Guna membtu guru dalam mengajark keterampil berbicara d membtu siswa untuk tertarik dalam keterampil berbicara, maka dalam peneliti ini ak digunak metode bermain teka-teki dalam pembelajar berbicara di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Di samping itu, juga membtu guru dalam mengefisienk waktu, sehingga tidak ada lagi alas guru kekurg waktu untuk mengajark keterampil berbicara pada siswa. Selain itu, siswa bisa belajar deng situasi stai d menyengk, namun tuju pembelajar tetap tercapai. Hendri Guntur Tarig (2009:31) mengemukak bahwa kompetensi komunikatif adalah kemampu untuk menerapk kaidah-kaidah gramatikal suatu bahasa untuk membentuk kalimat-kalimat yg benar secara gramatikal d untuk mengetahui apabila d di ma menggunak kalimat tersebut d kepada siapa. Menurut Tarig (1991:132) berbicara adalah keterampil menyampaik pes melalui bahas lis.menurut Mukhsin (dalam Carolina, 2001:18) berbicara adalah keterampil memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaik kehendak, kebutuh, perasa, d keingin pada org lain. Menurut Tarig (2007:15) berbicara adalah kemampu mengucapk bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresik, menyatak, serta menyampaik pikir, gagas, d perasa.berbicara merupak suatu bentuk perilaku musia yg memfaatk faktor-faktor fisik, psikologis, semtik, d lingkung sedemiki ekstensif secara luas sehingga dapat dikatak sebagai alat musia yg paling penting bagi kontrol sosial. Berbicara adalah proses berpikir d bernalar. Menurut Suhendar d Pien Supinah (1997:8 131) dalam peneliti keterampil berbicara ada enam hal yg harus diperhatik yaitu: (1) lafal d ucap. Lafal adalah cara seseorg atau sekelompok org dalam suatu masyarakat bahasa mengucapk bunyi bahasa. Melafalk berarti mengucapk, melafalk kata-kata bahasa Indonesia berarti mengucapk kata-kata bahasa Indonesia.Huruf yg dipakai dalam bahasa Indonesia adalah huruf latin dari A sampai Z. Tiap huruf itu telah ditentuk nama d cara melafalknya. Deng sendirinya lafal itu dijadik salah satu indikator penilai berbicara maka, lafal yg sesuai deng nama huruf itulah yg benar, d kalau tidak sesuai itulah yg tidak benar. Demiki juga tek, sesuai deng stdar pengucap tiap-tiap huruf bahasa Indonesia. Pengucap stdar bahasa Indonesia adalah pengucap bahasa Indonesia yg tidak terlalu jelas unsur 2

3 kedaerahnya atau dipengaruhi bahasa asing; (2) Tata bahasa, struktur kebahasa yg sesuai deng ragam bahasa yg dipakai.struktur adalah cara bagaima suatu disusun atau dibgun. Struktur sebagai komponen tolak ukur keterampil berbicara, merupak tolak ukur susun bahasa lis si pembicara. (3) kosakata/diksi pilih kata yg tepat sesuai deng makna informasi yg ak disampaik.kosakata sebagai tolak ukur keterampil berbicara merupak tolak ukur perbendahara kata yg dipakai serta ketepat pemakainya dalam konteks kalimatnya. Pendengar ak lebih paham d tersg kalau kata-kata yg digunak adalah kata-kata yg sudah didengar oleh pendengar. Dalam hal ini hendaknya menyadari siapa pendengarnya d apa pokok pembicaranya. () kefasih, kemudah d kecepat berbicara. Fasih berarti lcar, bersih, d lafalnya tentg berbahasa, bercakapcakap, mengaji d sebagainya.kefasih sebagai tolak ukur kemampu berberbicara merupak tolak ukur kelcar seseorg dalam bertutur apakah yg bersgkut itu lcar atau tidak dalam mengemukak pokok-pokok pikirnya, di dalam mengekspresik perasanya melalui bahasa lisnya. Seseorg pembicara yg lcar berbicara ak memudahk pendengar mengkap isi pembicaranya. Seringkali kita mendengar seorg penbicara berbicara terputus-putus, bahk bagi yg terputus-putus itu diselipk bunyi-bunyi tertentu yg sgat menggggu pengkap pendengar. (5) isi pembicara. Isi pembicara berarti gagas yg disampaik, ide-ide yg dikemukak dalam suatu proses pembicara. Isi pembicar yg disampaik oleh pembicara harus dimengerti oleh pendengar d tidak menimbulk penafsir yg berbeda pada setiap org yg mendengarknya. (6) pemaham. Pemaham berarti proses pembuat, cara memahami atau memahamk sesuatu. Pemaham mengdung arti memahamk d memahami.faktor pemaham sebagai tolak ukur keterampil berbicara.apakah bisa tuturnya itu cukup komunikatif atau tidak. Pemaham yg dimaksud di sini adalah pembicara paham deng apa yg dibicaraknya, d pendengar paham deng apa yg dibicaraknya. Menurut Arief d Munaf, (2003: ) metode adalah suatu cara yg dipilih d digunak seorg guru untuk menyajik d melaksak proses belajar mengajar. Untuk pembelajar bahasa Indonesia, khususnya keterampil berbicara, metode yg cocok d sesuai deng prinsip serta tuju pembelajar tara lain: metode diskusi, tyajawab, demonstrasi, d metode bermain serta penugas. Beberapa contoh jenis permain dalam Arief d Munaf (2003:23) yaitu: (1) apakah di dalamnya (what s in it?);(2) silak terka (please gues); (3) permain teka-teki (riddles);() da terka (charades;(5) mari kita bercerita (let s tell a story). Permain pertama, apakah di dalamnya (what s in it?), deng cara ak menerka d menceritak tentg sesuatu benda dalam kotak. Bah yg diperluk adalah beberapa kotak d beberapa benda atau gambar benda. Permain 3

4 kedua silahk terka (please gues) deng cara siswa menerka deng kalimat sebaik-baiknya. Bah yg diperluk kartu-kartu berisik daftar/ istilah. Permain ketiga tekateki (riddles) deng cara siswa menampilk suatu teka-teki, siswa yg lain menerka, kalau bisa deng kalimat. Bah yg diperluk kertas/kartu yg berisik sejumlah teka-teki. Permain keempat tyaterka (twenty question). Siswa mengarahk tem-temnya untuk menerka, tetapi sebelumnya temtemnya harus bertya, maksimal 20 pertya mengarah pada hal yg diterka. Bahnya kartu-kartu kecil yg berisik kata/istilah yg harus diterka siswa. Permain kelima da terka (charades) deng cara siswa meniruk gerak-gerak yg dilakuk temnya, mungkin gerak tukg jual sate, tukg sepatu dll. Bahnya hya daftar gerak yg ak diperagak. Permain keenam mari kita bercerita (let s tell a story) cara permainnya ialah siswa dilatih untuk mampu mengarg lis, mungkin menerusk cerita guru, atau menulis/menyusun kalimat-kalimat menjadi karg pendek. Menurut Abrahams d Dundes dalam Im Young Ho (2002:), teka-teki adalah suatu kergka deng tuju untuk membingungk atau menguji kecerdas berbahasa. Menurut Ddjaja (198:33) tekateki adalah ungkap lis tradisional yg mengdung satu atau lebih unsur deskripsi, sepasg daripadya dapat saling bertentg d jawabnya harus diterka. Jsen dalam Im Young Ho (2002:16) mencoba memberi batas mngenai teka-teki sebagai sebuah pertya, yg lgsung ataupun tidak lgsung, lengkap ataupun tidak lengkap, dalam bentuknya yg tradisional penya mentg pendengar (penjawab) untuk mengenali d mengidentifikasi ketepat, keutuh, atau kebenar dalam pernyata yg biasya tampak tidak mungkin, atau saling bertentg, tetapi hal itu memiliki kebenar yg unik. Menurut Tarig (1980:-13) teka-teki sebagai sastra lis memperlihatk beberapa sifat yakni: (1) bersifat perbding hubung. Teka-teki biasya membdingk hal yg sgat berbeda untuk kemudi dihubungk; (2) bersifat pedagogis. Bersifat pedagogis maksudnya adalah mengdung unsur mendidik, disamping berfungsi menghibur, teka-teki menyimp pes-pes yg bernilai pendidik. Mendidik ak untuk bisa berpikir kritis d melihat satu hal dari berbagai sisi. (3) bersifat satu semtis yg merupak waca dialog yg unik. () bersifat menciptak ungkap bahasa yg estetik. Teka-teki menciptak ungkap bahasa yg indah, misalnya, yg membuat tidak membutuhk, yg membeli tidak memakainya, yg memakai tidak memesnya, apakh itu? Jawabnya adalah batu nis. (5) bersifat sindir. Sebagi jenis pteka-teki bertuju untuk menyindir suatu daerah tertentu ataupun tokoh. Im Young Ho (2002:3) mengelompokk teka-teki menjadi lima kelompok yakni: (1) teka-teki permain kata, yaitu teka-teki yag penuturnya memperlihatk menggunak d menemuk katakata secara kreatif. Contoh, apa beda matahari deng bul? Jawabnya, matahari ada diskon, sedgk bul

5 bisa bicara; (2) teka-teki terka, yaitu teka-teki yg menggambark suatu benda deng menggunak metafora. Contoh, apakah yg byak di Surabaya? Jawabya, huruf A. (3) teka-teki soal, yaitu teka-teki yg cendrung bertumpu pada permain kata suatu bahasa berupa permaina bunyi, permain suku kata. Contoh, buah apa yg bijinya di luar? Jawabnya jambu monyet; () tekateki permain waca, yaitu teka-teki yg umumnya menyuguhk atau mendeskripsik masalah untuk dideskripsik. Contoh, mayatnya byak, petinya satu apakah itu? Jawabnya, korek api; (5) teka-teki pleset, yaitu teka-teki yg memperlihatk hadirnya pleset dalam unsur jawab. Contohnya, diskon bahasa Jepg nya apa? Jawabnya, takasihmurah. Arief d Munaf (2003:250) mengemukak bahwa permain teka-teki merupak salah satu permain untuk aspek berbicara, d tergolong dalam permain menerka.peserta didik diajak bermain teka-teki, dalam rgka berlatih beri berbicara.pada tahap awal sebaiknya guru memberik sebuah teka-teki, sedgk guru sebagi pengawas d pembimbing mereka. Selain itu, Atmazaki (2003:20), mengatak bahwa teka-teki mampu menciptak suasa yg menyengk, karena sebagi tekateki mengdung humor. Rgsg yg diberik oleh deskripsi teka-teki deng mudah membakar node-node yg menghubungk rgsg itu deng file leksikalyg ada dalam syaraf otak responden. Deng saling terhubungnya node-node tersebut maka akses leksikal yg merupak jawab teka-teki deng cepat terjadi: teka-teki terjawab d humor mengemuka, jadilah senyum atau tertawa. Apabila suasa pembelajar sudah menyengk, diharapk nti hasil pembelajar menjadi lebih baik. Karena kead psikologi siswa ak mempengaruhi cara penerima pembelajar di kelas. Dari urai di atas maka peneliti ini penting dilaksak untuk mengetahui: (1) bagaimakah proses peningkat keterampil berbicara melalui metode bermaintekateki siswa kelas X MAS-TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota;(2) bagaimakah hasil peningkat peningkat keterampil berbicara melalui metode bermaintekateki siswa kelas X MAS-TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota;(3) faktor-faktor apa saja yg menyebabk peningkat keterampil berbicara melalui metode bermainteka-teki siswa kelas X MAS- TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota.Alas pengguna metode teka-teki digunak karena metode bermain teka-teki belum pernah diterapk dalam pembelajar berbicara di kelas X MAS-TI tabek Gadg, deng harap pengguna metode bermain teka-teki mampu meningkatk keterampil berbicara siswa. Berdasark latar belakg d batas masalah di atas, maka dapat dirumusk sebagai berikut:(1) bagaimakah proses peningkat keterampil berbicara melalui metode bermainteka-teki siswa kelas X MAS- TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota;(2) bagaimakah hasil peningkat peningkat keterampil berbicara melalui metode bermainteka- 5

6 teki siswa kelas X MAS-TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota;(3) faktor-faktor apa saja yg menyebabk peningkat keterampil berbicara melalui metode bermainteka-teki siswa kelas X MAS- TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota. Tuju peneliti ini adalah mendeskripsik mengenai hal berikut:(1) mendeskripsik proses peningkat keterampil berbicara melalui metode bermainteka-teki siswa kelas X MAS-TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota;(2) mendeskripsik hasil peningkat keterampil berbicara melalui metode bermainteka-teki siswa kelas X MAS- TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota;(3) mendeskripsik faktor-faktor penyebab peningkat keterampil berbicara melalui metode bermainteka-teki siswa kelas X MAS- TI Tabek Gadg Kabupaten Lima Puluh Kota. METODE Peneliti yg dilakuk adalah peneliti tindak kelas (classroom action reasearch) yg termasuk ke dalam peneliti kualitatif.arikunto (2007:3) menyimpulk kalau peneliti tindak kelas adalah suatu pencermat terhadap kegiat yg belajar berupa sebuah tidak, yg sengaja dimunculk d terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.tindak tersebut diberik oleh guru atau arah dari guru yg dilakuk oleh siswa.arikunto (2007:) mengemukak empat lgkah utama dalam peneliti tindak kelas yakni: (1) perenca;(2) pelaksa, pengamat; d () refleksi. Hal yg senada juga disimpulk oleh Kundar (2008:- 5) bahwa peneliti tindak kelas adalah suatu peneliti tindak (action research)yg dilakuk oleh guru yg sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama deng org lain (kolaborasi), deng jal mercg, melaksak, d merefleksik tindak secara kolaboratif d partisipatif yg bertuju untuk memperbaiki atau meningkatk mutu (kualitas) proses pembelajar di kelasnya melalui suatu tindak (treatment) tertentu dalam suatu siklus. Seljutnya Kundar (2008:5) mengemukak PTK adalah peneliti tindak yg dikuk deng tuju memperbaiki mutu praktik pembelajar di kelas. Tabel 1. Jenis, Alat, d Teknik Pengumpul Data N Jenis o Data Skor berbic ara siswa Penda pat siswa tent g pembe lajar Aktivi tas gurusiswa Halhal khusus selama penelit i Alat Pengu mpula n Data Tes berbic ara Angke t Pedom waw cara Pedom observ asi Forma t catat lapg Teknik Pengu mpula n Data Penguj i Survei Wawa ncara Obser vasi Obser vasi Doku mentas i Sumb er Data Siswa Siswa Guru/ siswa Kolab orator Reka n d guru 6

7 Peristi waperisti wa yg terjadi sewakt u dilaku k tindak Pedom dokum entasi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksa peneliti tindak terhadap keterampil berbicara melalui metode bermain teka-teki siswa kelas X MAS-TI Tabek Gadg dilakuk dalam dua siklus. Pelaksa kedua siklus tersebut, berlgsung dari tggal 3-2 November 20. Setiap siklus berlgsung dua kali pertemu.pelaksa siklus I d siklus II berpedom pada temu yg terdapat pada prasiklus. Hasil prasiklus menunjukk keterampil berbicara siswa masih rendah. Rata-rata nilai yg diperoleh siswa adalah 66,67. Nilai 66,67 yg didapat merupak hasil rata-rata nilai masing-masing siswa, dari siswa kelas X terdapat 8 org siswa yg nilainya di bawah KKM atau tidak tuntas. Pada sikulus satu terdapat peningkat keterampil berbicara siswa. Namun demiki, masih ada duaorg siswa yg nilainya masih di bawah KKM yaitu 72 d 6, sedgk KKM kelas adalah 75.Dari org siswa tersebut sudah mengalami peningkat pada nilai siklus I bila dibdingk deng nilai prasiklus. Deng demiki proses pembelajar ini perlu lebih ditingkatk lagi agar siswa yg belum tuntas bisa mencapai nilai yg lebih baik. Tindak pada siklus I dilaksak dua kali pertemu sesuai deng renca yg telah dibuat. Penilai keterampil berbicara dilakuk pada setiap siswa secara bergti. Siswa tampil ke dep kelas menceritak pengalam deng memperhatik pilih kata d ekspresi yg tepat. Sebelumnya siswa ditugask untuk membuat garis-garis besar cerita sebelum disampaik ke dep kelas. Ketika siswa menceritak pengalamn, guru bersama murid lainnya melakuk penilai. Secara klasikal, persentase ketuntas yg berhasil diperoleh oleh siswa yg hadir pada prasiklus adalah seperti berikut ini. KK= jumlah siswa yg tuntas x 100% Jumlah seluruh siswa = 10/ x 100% = 83,67 % Tabel 2. Hasil Penilai Tes Kemampu Awal Berbicara Prasikl us I Persenta se d Jumlah Siswa yg Mencap ai Nilai 75 org (33,3%) Persenta se Jumlah Siswa yg Mencap ai Nilai 75 8 org (76,7 %) Ratarata Nilai 66,67 % 7

8 Data hasil belajar yg diperoleh melalui tes unjuk kerja pada prasiklus d siklus I terlihat pada gambar di bawah ini. Pra siklus Siklus Gambar 1: Perbding Nilai Hasil Belajar Prasiklus deng Siklus I Berdasark pertimbg terhadap dampak positif d dampak negatif selama proses pembelajar dapat ditarik kesimpul bahwa peneliti perlu diljutk ke siklus II yg merupak penyempurna dari yg telah dilakuk pada siklus I. Berdasark hasil refleksi pada siklus I, disusun sebuah perenca pada siklus II deng menggunak metode bermain teka-teki yg lebih menarik. Tindak pada siklus II dilaksak dua kali pertemu sesuai renca yg telah disiapk. Bentuk kegiat dimodifikasi sedemiki rupa sehingga aktivitas siswa dalam pembelajar lebih meningkat. Upaya yg dilakuk yaitu deng menyerahk kepada siswa untuk membuat teka-tekinya sendiri agar nti lebih sesuai deng siswa. Siklus II dilaksak selama dua kali pertemu atau 2x5 menit.pertemu pertama dilaksak pada tggal 17November 20.Pertemu kedua dilaksak pada tggal 2 November 20. Data hasil tes berupa tes unjuk kerjaterlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Hasil Tindak pada Siklus II Siklu s II Persentas e d Jumlah Siswa yg Mencapa i Nilai 75 org (100%) Persentas e d Jumlah Siswa yg Mencapa i Nilai 75 0 org (0%) Ratarata Nilai 88,33 % Hasil tindak pada siklus II mencapai (100%). Semua siswa memperoleh nilai lebih dari 75 atau telah mencapai kriteria ketuntas minimal. Hasil ini terjadi karena guru (peneliti) memberik penegas kepada siswa, bahwa deng bermain teka-teki mampu memtapk keterampil berbicara siswa. Hal ini terjadi karena sebelumya siswa sudah terbiasa berbicara dalam berteka-teki deng suasa yg menyengk. Selain itu, guru (peneliti) merubah strategi pembelajar deng menggunak teka-teki dari siswa. Karena sudah semua siswa mampu mencapai KKM maka siswa yg belum mencapai kriteria ketuntas minimal (0%). Nilairata-rata keterampil berbicara siswa adalah 89,17. Artinya, seluruh siswa telah mencapai kriteria ketuntas minimal yg ditetapk. Berdasark data di atas, dapat disimpulk bahwa tindak yg diberik pada siklus II mampu meningkatk keterampil berbicara siswa secara signifik, yaitu dari (33,3%) pada siklus I meningkat 8

9 menjadi (83,33%). Deng perkata lain, semua siswa telah mencapai KKM. Pencapai kriteria ketuntas belajar (89,17%) da nilai ini berada dalam kategori baik sekali. Berdasark data di atas, dapat diketahui bahwa hasil tindak pada siklus II secara umum meningkatk aktivitas siswa dalam pembelajar. Pada pertemu pertama, aktivitas siswa dalam pembelajar rata-rata 81%) meningkat pada pertemu kedua menjadi 3%). Hasil ini membuktik bahwa siswa telah memiliki persepsi bahwa bermain teka-teki dapat meningkatk keterampil berbicara, sehingga aktivitas pembelajar meningkat. Aktivitas terendah (50%) ketepat siswa dalam mengemukak pendapat. Hasil ini disebabk oleh faktor psikologis siswa, sehingga terdapat keragu atau kurg percaya diri dalam mengajuk pendapatnya. Setelah siklus II berakhir, diadak evaluasi untuk melihat sejauh ma perenca dapat dilaksak. Secara umum, pelaksa tindak pada siklus II melalui metode bermain teka-teki dapat meningkatk keterampil berbicara siswa d aktivitas siswa dalam pembelajar lebih optimal Data hasil belajar yg diperoleh melalui tes unjuk kerja pada siklus I d siklus II terlihat pada gambar di bawah ini Siklus 1 Siklus II Gambar 2 Perbding Nilai Hasil Belajar pada Siklus I d Sklus II Hasil alisis data peneliti tindak kelas dilakuk selama dua siklus tentg peningkat keterampil siswa dalam berbicara melalui metode bermain teka-teki. Hasil tindak keterampil berbicara melalui metode bermain teka-teki pada siklus I, d siklus II, diperoleh data bahwa telah terjadi peningkat yg signifik. Tabel : Hasil Tindak Keterampil Berbicara Kemampua Siklus I Siklus II n Awal Ketuntas Ketuntas Ketuntas Ya Tida k Ya Tida k Ya Tid ak sisw a 33,3 3% 8 sisw a 66,6 7% 10 sisw a 83,3 3,% 2 sisw a 16,6 7% sis wa 100 % 0 sis wa 0% Berdasark tabel di atas terlihat bahwa terdapat peningkat keterampil berbicara siswa. Hasil tes kemampu awal menunjukk bahwa ketuntas belajar (33,3%) meningkat menjadi (83,33%) pada siklus I, d meningkat lagi menjadi (100%) pada siklus II. Mengingat Kriteria Ketuntas Minimal (KKM) yg ditetapk di sekolah tersebut untuk mata pelajar bahasa Indonesia adalah 75, d ketuntas belajar secara klasikal 80%, hasil tindak pada siklus II dapat dikatak telah melampaui target yg ditetapk. Deng perkata lain, metode bermain teka-teki telah berhasil meningkatk keterampil berbicara 9

10 siswa kelas X MAS-TI Tabek Gadg, Kabupaten Lima Puluh Kota. Data Hasil Angket Hasil gket yg diberik tentg persepsi siswa terhadap pembelajar berbicara melalui metode bermain teka-teki terlihat pada tabel di bawah ini. Perubah persepsi siswa cukup besar tentg metode bermain teka-teki. Tggap terhadap pernyat-pernyata oleh responden berdasark kelompok kategori mengalami perubah-perubah. Responden yg memberik tggap tidak setuju tentg metode bermain teka-teki (8,3%) pada siklus I menjadi (0%) pada siklus II. Responden yg menyatak kurg setuju tentg metode bermain tekateki (16,7%) pada siklus I menjadi (0%) pada siklus II. Responden yg menyatak cukup setuju tentg metode bermain teka-teki (36,%) pada siklus I menjadi hya (18,9%). Responden yg menyatak setuju tentg metode bermain teka-teki (30,3%) pada siklus I meningkat menjadi (50,8%) pada siklus II. Responden yg menyatak sgat setuju tentg metode bermain tekateki (8,3%) pada siklus I meningkat menjadi (30,3%) pada siklus II. Berdasark data di atas, dapat disimpulk bahwa persepsi siswa terhadap pernyata-pernyata terkait deng pembelajar berbicara melalui metode bermain teka-teki dapat diterima siswa sebagai alternatif pembelajar berbicara. Analisis Data Hasil Nontes Data yg diperoleh dari hasil nontes berupa pengamat telah menunjukk perubah aktivitas siswa dalam pembelajar. Peningkat perubah aktivitas ini, menjadi motivasi tersendiri bagi guru untuk selalu melakuk inovasi pembelajar sebagai tolok ukur keberhasil pembelajar. Hasil pengamat sebagai ma dimaksud terlihat dalam tabel di bawah ini, Tabel5. Hasil Pengamat Kolaborator terhadap Aktivitas Siswa N o Aktivit as 1 Siswa menge rjak tugas denga n tusia s 2 Siswa melaks ak kegiata n pembe lajar denga n serius 3 Siswa aktif dalam bert ya Siswa aktif dalam menja wab pert ya 5 Siswa tepat Siklus I Siklus II Pertem Pertem u u I II I II (6 (6 (7 6, 6, 5, 7 0) ) 7 (5 8, 3) (3 3, 3) 6 (5 7 (5 8, 3) (3 3, 3) 6 ( (5 8, 3) 6 (5 (1 00, 0) 10 (8 3,3 ) 7 ) 10 (8 % penin gkata n 25,0 8,3 25,0 58,3 33,3 10

11 dalam menge mukak penda pat 6 Siswa seng mengi kuti PBM 7 Siswa aktif dalam berdis kusi 0, 0) 0, 0) 0, 0) (1 00 ) (1 00 ) 3,3 ) (1 00, 0) (1 00, 0) 8,3 8,3 Metode bermain teka-teki mampu meningkatk keterampil berbicara siswa, khususnya siswa kelas X. Peningkat hasil d proses pembelajar berbicara di dalam kelas merupak dampak positif dari penerap metode bermain tekateki.pengguna metode permain dalam kegiat belajar mengajar dapat menjabark pengerti dalam bentuk praktik d contoh-contoh yg menyengk. Metode permain dalam kegiat belajar mengajar dapat menamk nilai kejujur pada diri siswa. Metode permain dalam kegiat belajar mengajar bisa menamk semngat dalam menyelesaik masalah. Metode permain dalam proses belajar mengajar dapat meningkatk minat belajar siswa sesuai deng materi yg diajark. Bisa saja siswa yg tidak terbiasa berbicara, deng menggunak metode bermain menjadi mau berbicara. Metode bermain dalam proses belajar mengajar dapa memupuk d mengembgk rasa kerja sama tar siswa. Metode permain dalam pengajar juga mampu mengembgk kreativitas siswa. Artinya, mereka bisa menguasai pelajar tidak hya deng cara membaca d mendengark keterg guru. melaink deng bermain d bekrja keras. Metode permain dalam pengajar juga mampu menumbuhk kesadar siswa. Faktor-faktor yg menyebabk peningkat keterampil berbicara siswa kelas X MAS-TI Tabek Gadg dapat disimpulk sebagai berikut: (1) pengguna metode bermain teka-teki; (2) tusias siswa meningkat karena guru menjadi model dalam proses pembelajar; (3) hasil belajar meningkat karena penilai dilakuk oleh tem d guru sehingga siswa merasa harus tampil deng baik agar dinilai baik juga oleh tem sekelasnya. Berdasark data-datadi atas terlihat peningkat persentase keterlibat siswa dalam proses pembelajar berbicara melalui metode bermain teka-teki. SIMPULAN Dapat disimpulk bahwa pengguna metode bermain teka-teki dalam pembelajar berbicara dapat meningkatk keterampil berbicara siswa, khususnya dalammenceritak pengalam deng pilih kata d ekspresi yg tepat. Kesignifik itu terlihat dari data hasil tes awal yg kurg baik, setelah pemberi tindak, hasil tes siklus I meningkat d seterusnya meningkat juga pada siklus II. Di samping itu, pengguna metode bermain teka-teki juga dapat meningkatk sikap d perilaku positif siswa dalam proses pembelajar berbicara.

12 Metode bermain teka-teki yg diterapk terhadap pembelajar berbicara dapat diimplikasik oleh guru bahasa Indonesia pada setiap pembelajar berbicara. Guru bahasa Indonesia dapat lebih mengembgk variasi metode pembelajar sesuai deng kondisi sekolah pada satu pendidik. Guru bahasa Indonesia dapat membelajark siswa melalui metode bermain teka-teki. Pembelajar berbicara melalui metode bermain teka-teki dapat membtu guru dalam menciptak suasa pembelajar yg aktif, kreatif d menyengk. Implikasi logis dari hasil peneliti ini adalah pembelajar berbicara melalui metode bermain teka-teki juga menuntut aktivitas siswa untuk byak berbicara, serta guru kreatif dalam mengembgk metode pembelajar di dalam kelas. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajar siswa tidak sekedar berper sebagai penerima pembelajar dari guru dalam meningkatk keterampil berbicara, tetapi siswa harus berper aktif, partisipatif, d dialogis. Guru memotivasi diri menghilgk ggap-ggap negatif yg menghambat perkembg siswa. Jadi guru mengaktifk siswa melalui proses pembelajar yg partisipatif, dialogis, d argumentatif. SARAN Berdasark temu peneliti, untuk meningkatk keterampil berbicara siswa pada mata pelajar bahasa Indonesia atau mata pelajar lain yg menuntut siswa untuk berbicara dikemukak sar-sar berikut ini. Guru perlu mercg program pembelajar secara sistematik d komprehensif agar memberik kesempat belajar yg cukup kepada siswa untuk mengembgk potensi dirinya. Catat: Artikel ini ditulis dari tesis penulis di Pascasarja Universitas Negeri Padg deng tim pembimbing Prof. Dr. Atmazaki, M.Pd. d Prof. Dr.Syahrul R, M.Pd. DAFTAR RUJUKAN Arief, Ermawati d Yarni Munaf Pengajar Keterampil Berbicara (Buku Ajar). Padg: Jurus Bahasa d Sastra Indonesia FBSS UNP. Arikunto, Suharsimi Prosedur Peneliti Suatu Pendekat Praktik. Jakarta:Rineka Putra. Arikunto, Suharsimi Dasar- Dasar Evaluasi Pendidik. Jakarta: Bumi Aksara. Atmazaki Teka-teki dalam Bahasa Mingkabau, suatu Tinjau Psikolinguistik, (Bahtera, Jurnal Peneliti Bahasa, Sastra, d Pengajarnya,Vol.2 No.3/Juari). Ddjaja, James Foklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Depdiknas Kurikulum 200, Kergka Dasar. Jakarta: DepDepdiknas. Im Young Ho Teka-Teki dalam Bahasa Indonesia Sebuah Kaji Linguistik d Pragmatik.Disertasi.Progra

13 m Pascasarja. Fakultas Ilmu Pengetahu Budaya. Universitas Indonesia: digital_82363-teka-teki dalam-full text (D 5). Diakses tggal 20/08/2010. Pusat Bahasa Depertemen Pendidik Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Suhendar d Pien Supinah Pengajar d Uji Keterampil Menyimak d Keterampil Berbicara. Bdung: Pionir Jaya. Tarig, Djago dkk Pengembg Keterampil. Jakarta: Depdikbud. Tarig, Henry Guntur Berbicara sebagai Suatu Keterampil Berbahasa. Bdung: Angkasa. Tarig, Henry Guntur Pengajar Kompetensi Bahasa. Bdung: Angkasa. 13