Peluang dan Distribusinya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peluang dan Distribusinya"

Transkripsi

1 Part I Peluang dan Distribusinya Fungsi Himunan Peluang Misalkan B menyatakan himunan dari setia hasil yang mungkin (outut) dari suatu ekserimen acak, maka B disebut ruang samel. De nition Jika P (C) terde nisi untuk suatu tie subset dari ruang B dan jika. P (C) ;. P (C [C [C [) = P (C )+P (C )+P (C )+; dengan himunan C i ; i = ; ; ; ; masing-masing tidak memunyai titik yang sama (masingmasing dua himunan saling leas),. P (B) = ; maka P disebut fungsi himunan eluang dari hasil ekserimen acak. Untuk setia subset C dari B; banyaknya P (C) disebut eluang bahwa hasil dari ekserimen acak adalah suatu elemen dari himunan C; atau eluang dari kejadian C; atau ukuran eluang dari himunan C Theorem Untuk setia C B; P (C) = P (C ); dengan C = komlemen dari C Proof. Diketahui B = C [ C dan C \ C =? Berdasarkan de nisi () dan (), dieroleh P (B) = = P (C [ C ) = P (C) + P (C ); sehingga P (C) = P (C ) (terbukti) Theorem Peluang dari himunan kosong adalah nol, yaitu P (?) = Proof. Ambil C =?; sehingga C = B Dari teorema dieroleh P (?) = P (B) = = Jadi teorema terbukti.

2 Theorem 4 Jika C dan C adalah subset dari B sedemikian sehingga C C ; maka P (C ) P (C ) Proof. Tulis C sebagai gabungan himunan yang saling leas, yaitu Dari de nisi () dieroleh C = C [ (C \ C ) dan C \ (C \ C ) =? P (C ) = P (C ) + P (C \ C ) Berdasarkan de nisi () dieroleh P (C \ C ) ; sehingga P (C ) P (C ) Jadi teorema terbukti. Theorem 5 Untuk setia C B; P (C) Proof. Karena? C B; maka berdasarkan teorema, P (?) P (C) P (B) atau P (C) Jadi teorema terbukti. Theorem 6 Jika C dan C adalah subset dari B maka P (C [ C ) = P (C ) + P (C ) P (C \ C ) Proof. Himunan C [ C dan C daat dinyatakan sebagai gabungan dari himunan yang tidak beririsan sebagai berikut Dari de nisi ), Maka C [ C = C [ (C \ C ) dan C = (C \ C ) [ (C \ C ) sehingga dengan substitusi dieroleh P (C [ C ) = P (C ) + P (C \ C ) ; dan P (C ) = P (C \ C ) + P (C \ C ) P (C \ C ) = P (C ) P (C \ C ) ; P (C [ C ) = P (C ) + P (C ) P (C \ C ) Terbukti.

3 Examle 7 Dua koin dilantunkan dan hasilnya adalah asangan terurut. Ruang samelnya daat dinyatakan sebagai B. Jika C adalah kejadian munculnya keala (H) ada lantunan ertama dan C adalah kejadian munculnya keala (H) ada lantunan ke dua, tentukan eluang munculnya H ada lantunan ertama atau kedua. Misalkan B menyatakan ruang samel dan C ; C ; C ;... adalah subset dari B. Jika subset-subset tersebut tidak memunyai elemen yang sama, maka disebut himunan yang saling leas dan kejadian C ; C ; C ;... disebut kejadian yang saling leas. Peluang dan Kebebasan Bersyarat Misalnya fungsi himunan eluang P (C) dide nisikan ada ruang samel B dan misalkan C adalah subset dari B, sehingga P (C ) > Elemen dari C adalah keluaran (outcome) dari ekserimen acak. Ambil C sebagai ruang samel. Misalkan C adalah subset lain dari B. Peluang bersyarat dari kejadian C ; diketahui kejadian C adalah Exercise P (C j C ) = P (C \ C ) P (C ). Peluang suatu enerbangan yang telah terjadwal teratur berangkat teat waktu adalah P (B) = ; ; eluang samai teat waktu P (S) = ; dan eluang berangkat dan samai teat waktu P (B \ S) = ; 7 Cari eluang bahwa esawat (a) Samai teat waktu bila diketahui berangkat teat waktu, (b) Berangkat teat waktu bila diketahui samai teat waktu.. Misalkan ada sekotak sekering berisi sekering, lima di antaranya cacat. Bila dua sekering dikeluarkan dari kotak satu ersatu secara acak tana engembalian, beraakah eluang kedua sekering tersebut cacat?. Suatu kantong berisi 4 bola merah dan bola hita, dan kantong kedua berisi bola merah dan 5 bola hitam. Satu bola diambil dari kantong ertama dan dimasukkan ke kantong kedua tana melihatnya. Beraakah eluang mengambil bola hitam dari kantong kedua? 4. Dua dadu dilantunkan dua kali. Beraakah eluang jumlah 7 dan dalam dua kali lantunan? 5. Tiga kartu diambil satu ersatu tana engembalian dari sekotak kartu yang berisi 5. Cari eluang bahwa kejadian A \ A \ A terjadi, bila

4 A adalah kejadian bahwa kartu ertama As berwarna merah, A adalah kejadian kartu kedua atau Jack dan A adalah kejadian kartu ketiga lebih besar dari tai lebih kecil dari 7. Variabel Acak. Bertie Diskrit De nition 9 Perhatikan sebuah ekserimen acak dengan ruang samel B. Sebuah fungsi X, yang mengkaitkan sebuah elemen c B satu dan hanya satu bilangan riil X(c) = c, disebut variabel acak. Ruang samel X adalah himunan bilanganbilangan riil A = fx x = X(c); c Bg. Bisa saja himunan B memunyai elemen bilangan riil. Jika ini terjadi, maka X(c) = c, sehingga A = B. Examle Ekserimen acak elemaran sebuah koin. Ruang samel yang berkaitan dengan ekserimen adalah B = fc c =ekor (T ) atau keala (H)g. Misalkan X suatu fungsi sehingga X(C) =, jika c = T dan X(C) =, jika c = H Jadi X adalah fungsi bernilai riil yang terde nisi ada ruang samel B yang membawa kita dari ruang samel B ke ruang bernilai riil A = f; g. Dikatakan X adalah variabel acak dan ruang samel yang berkaitan dengan X adalah A = f; g. Misalkan X adalah variabel acak yang terde nisi ada ruang samel B dan misalkan A adalah ruang samel dari X. Misalkan A adalah subset dari A. Peluang dari A adalah P (X A) = P x (A) = P (C); dengan C = fc c B dan X(c) Ag Peluang P x (A) sering disebut sebagai eluang terinduksi. Fungsi P x (A) memenuhi kondisi, dan ada de nisi fungsi himunan eluang, sehingga P x(a) juga meruakan fungsi himunan eluang, dengan sifat-sifat. P x (A) = P (C),. P x (A) = P (C) =, karena B = fc c B dan X(c) Ag,. P x (A [ A ) = P x (A ) + P x (A ), dengan A dan A kejadian yang saling bebas dan A [ A = C, di mana C = fc c B dan X(c) A g [ fc c B dan X(c) A g. 4

5 Examle Perhatikan sebuah barisan dari elemaran yang bebas dari sebuah koin, yang menghasilkan keala (H) atau ekor (T ). Dalam setia elemaran, diasumsikan bahwa H dan T serua, sehingga P (H) = P (T ) =. Ruang samel B terdiri dari barisan seerti T T HT HHT Misalkan variabel acak X sama dengan banyaknya lemaran yang dibutuhkan untuk memeroleh keala (H) yang ertama. Pada contoh barisan di atas, X =. Ruang samel dari X adalah A = f; ; ; g. Dengan demikian X =, jika barisan mulai dengan H, sehingga P (X = ) =, dan X = jika barisan mulai dengan T H, sehingga P (X = ) = (=)(=) = =4. Secara umum, jika X = x, dengan x = ; ; ; ; maka ada x ekor (T ) yang mengikuti keala (H), yaitu T T T T T H, di mana ada x ekor dalam T T T T. Jadi dari syarat kebebasan dieroleh P (X = x) = x = x ; dengan x = ; ; ; Dari tiga ilustrasi variabel acak di atas, daat dilihat bahwa banyaknya titik dalam ruang A adalah berhingga, seerti f; g; f; ; g, dan f; ; ; g Ada sebuah fungsi, yaitu P (X = x); yang menggambarkan bagaimana eluang didistribusikan terhada ruang ADari tiga ilustrasi tersebut, ada rumus sederhana untuk fungsi tersebut, sebut saja ; x f; g; ; x f; ; g; x x ; x f; ; ; g Selanjutnya, jumlah f(x) atas semua x A sama dengan X = + = ; x= X = x = ; X x = + + x= x= + = = Jika A A; maka eluang dari X A; daat diketahui dengan enjumlahan P (X A) = P A f(x) Untuk ilustrasi, dengan menggunakan variabel acak ada 5

6 contoh sebelumnya, daat dihitung eluang X x P (X = ; ; ) = = = 7 ; x= P (X = ; ; 5; ) = = 4 = Misalkan X menyatakan sebuah variabel acak dengan ruang berdimensi satu A Perhatikan bahwa A memuat banyaknya titik yang terhitung. Dengan kata lain, A memuat berhingga banyak titik-titik dari A; sehingga daat digolongkan ke dalam koresondensi satu-satu dengan bilangan bulat ositif. Ruang yang demikian disebut himunan titik-titik diskrit. Misalkan sebuah fungsi f(x) sedemikian sehingga f(x) > ; x A; dan X A Jika fungsi himunan eluang P (A); A A, daat dinyatakan dalam P (A) = P (X A) = X A f(x); maka X disebut variabel acak bertie diskrit dan f(x) disebut fungsi keadatan eluang (.d.f) dari X Misakan variabel acak X memunyai fungsi himunan eluang P (A); dengan A adalah himunan satu dimensi. Ambil x adalah bilangan riil dan misalkan himunan A adalah himunan tidak terbatas dari - samai x; termasuk x sendiri. Untuk semua himunan A, diketahui P (A) = P (X A) = P (X x) Peluang tersebut bergantung ada titik x; sehingga disebut sebagai fungsi dari titik x Fungsi titik ini dinyatakan dalam simbol F (x) = P (X x); dan disebut fungsi distribusi (kadang-kadang disebut sebagai fungsi distribusi kumulatif) dari variabel acak X Karena F (x) = P (X x); maka dengan f(x) fungsi keadatan eluang bertie diskrit, berlaku F (x) = X wxf(w) Examle Misalkan variabel acak bertie diskrit X memunyai fungsi keadatan eluang x 6 ; untuk x = ; ; ; untuk x lainnya Maka fungsi distribusi dari X adalah >< F (x) = > ; x < ; 6 ; x < ; 6 ; x < ; ; x 6

7 Bila fungsi distribusi tersebut dinyatakan dalam bentuk gra k, maka bentuknya adalah fungsi tangga. Karena fungsi F (x) juga meruakan suatu eluang, maka sifat-sifat F (x) daat dinyatakan sebagai berikut. F (x). F (x) meruakan fungsi takturun,. F (y) = ; untuk setia titik y yang kurang dari nilai terkecil dalam ruang X 4. F (z) = untuk setia titik z yang lebih besar dari nilai terbesar dalam ruang X 5. Jika X adalah variabel acak bertie diskrit, maka F (x) adalah fungsi tangga dan ketinggian tangga ada x di ruang X sama dengan eluang P (X = x). Bertie Kontinu Misalkan X menyatakan variabel acak dengan ruang satu dimensi A; yang terdiri dari sebuah selang (interval) atau gabungan dari interval. Misalkan fungsi f(x) nonnegatif sedemikian sehingga Z f(x)dx = A Jika fungsi himunan eluang P (A); A A, daat dinyatakan oleh f(x) dengan Z P (A) = P (X A) = f(x)dx; maka X disebut variabel acak bertie kontinu dan f(x) disebut fungsi keadatan eluang (.d.f) dari X De nition Fungsi f(x) adalah fungsi keadatan eluang (.d.f.) variabel acak bertie kontinu X; yang dide nisikan di atas himunan semua bilangan real R; bila. f(x) ; untuk semua x R. R f(x) dx = br. P (a < X < b) = f(x) dx a 7 A

8 Examle 4 Misalkan variabel acak bertie kontinu X sama dengan jarak (dalam ukuran feet = kaki) di antara rekaman jelek dari suatu komuter bekas. Bila diketahui ruang dari X adalah A =fx < x < g Misalkan model eluang untuk X diberikan oleh fungsi keadatan eluang.d.f 4 e x=4 ; x A Fungsi tersebut selalu nonnegatif, atau f(x) ; untuk x A; dan xz h 4 e x=4 dx = e x=4i x = Jika ingin diketahui eluang bahwa jarak di antara rekaman yang jelek lebih besar dari emat uluh, maka A = fx 4 < x < g dan P (X A) = xz 4 4 e x=4 dx = e Misalkan ruang bertie kontinu dari variabe acak X adalah A = fx < x < g dan fungsi keadatan eluang dari X adalah e x ; x A Maka.d.f dari X adalah < e x ; < x < ; ; untuk x lainnya Dengan merujuk ada.d.f dari X tersebut dieroleh Z f(x) dx = Z Z dx + e x dx = Jika f(x) adalah.d.f dari variabel acak tie kontinu X dan jika A adalah himunan fx a < x < bg; maka P (A) = P (X A) daat ditulis sebagai Jika A = fag; maka P (a < X < b) = P (A) = P (X A) = P (X = a) = Z b a f(x) dx Z a a f(x) dx =

9 Jadi jika X variabel acak bertie kontinu, eluang dari setia himunan yang memuat satu titik adalah nol. Oleh sebab itu, daat ditulis P (a < X < b) = P (a X b) Hal ini daat mengubah nilai.d.f. dari variabel acak bertie kontinu X di satu titik tana mengubah distribusi dari X Sebagai contoh,.d.f. < e x ; < x < ; untuk x lainnya daat ditulis sebagai tana mengubah P (A) De nition 5 < e x ; x < ; untuk x lainnya Fungsi Distribusi (kumulatif) F (x) suatu variabel acak bertie kontinu X dengan fungsi keadatan eluang.d.f. f(x) diberikan oleh xz F (x) = P (X x) = f(t) dt; untuk < x < Akibatnya de nisi di atas daat ditulis sebagai dan bila fungsi turunannya ada. Examle 6 P (a < X < b) = F (b) df (x) dx ; F (a); Misalkan variabel acak X yang bertie kontinu memunyai.d.f. < x ; < x < ; untuk x lainnya. Fungsi distribusi dari X adalah F (x) = = Z xz dw = ; x < ; w dw = x w = x ; x 9

10 Examle 7 Misalkan bahwa galat suhu reaksi, dalam C; ada ercobaan laboratorium yang dikontrol meruakan variabel acak X; yang memunyai fungsi keadatan eluang < x ; < x < ; untuk x lainnya.. (a) Tunjukkan bahwa de nisi.d.f. yang ke- berlaku. (b) Tentukan P ( < x ) (c) Carilah F (x) dari.d.f. di atas. (d) Dengan menggunakan akibat De nisi distribusi kumulatif, hitunglah P ( < x ) Jawab. (a) R f(x) dx = R x R (b) P ( < x ) = (c) F (x) = xr x f(t) dt = dx = x 9 dx = x 9 xr = = = 9 t dt = t 9 < F (x) = x = x + 9 ; x x + 9 ; x < ; x (d) P ( < x ) = F () F () = 9 9 = 9 Kesimulan dengan memerhatikan jawab b) dan d) disimulkan bahwa menghitung eluang dengan menggunakan fungsi keadatan eluang mauun akibat de nisi fungsi distribusi, menghasilkan nilai yang sama. Exercise. Perhatikan beberaa variabel acak berikut. Tentukan mana yang kontinu dan mana yang diskrit. (a) A banyaknya kecelakaan kendaraan bermotor er tahun di Bandung. (b) B lamanya waktu ertandingan seakbola. (c) C banyaknya susu yang dihasilkan seekor sai betina dalam setahun. (d) D banyaknya telur yang dihasilkan seekor ayam betina dalam sebulan.

11 (e) E banyaknya SIM yang dikeluarkan setia bulan di kota X. (f) F berat adi yang dihasilkan er hektar.. Misalkan Y suatu variabel acak yang menyatakan banyaknya muncul muka dikurangi banyaknya muncul belakang dalam tiga kali lantunan sebuah uang logam. Tuliskan unsur-unsur ruang samel T untuk ketiga lantunan uang dan ada setia titik samel, kaitkan suatu nilai y dari Y. Perhatikan fungsi berikut (a) c(x + 4); untuk x = ; ; ; (b) c ; untuk x = ; ; x x Tentukan nilai c agar kedua fungsi tersebut daat menjadi fungsi distribusi eluang dari variabel acak X 4. Dari sebuah kantung yang berisi 4 uang logam ratusan dan uang logam lima uluhan. uang diambil secara acak tana engembalian, Cari distribusi eluang jumlah J dari ketiga uang tersebut. 5. Carilah distribusi eluang banyaknya CD lagu jazz bila 4 CD diilih secara acak dari suatu kumulan CD yang terdiri atas 5 CD Jazz, CD Klasik, dan CD Rock. Nyatakan dalam suatu rumus. 6. Distribusi eluang X; banyaknya cacat er m serta sintetis dalam gulungan yang lebarnya seragam, diberikan oleh x 4 f(x),4,7,6,5, Buatlah distribusi kumulatif dari variabel acak X tersebut. 7. Suatu bank menawarkan obligasi bagi langganannya dengan tahun jatuh temo yang berlainan. Bila distribusi kumulatif T diketahui, lamanya dalam tahun samai jatuh temo, diberikan oleh ; t < >< 4 ; t < F (t) = ; t < 5 > 4 ; 5 t < 7 ; t 7 Carilah (a) P (T = 5) (b) P (T > ) (c) P (; 4 < T < 6)

12 4 Sifat-sifat Fungsi Distribusi Pada sub bab. sebelumnya, telah dide nisikan fungsi distribusi dari suatu variabel acak X sebagai F (x) = P (X x) Konse ini digunakan dalam sub bab. untuk mencari eluang distribusi variabel acak bertie kontinu. Dalam istilah.d.f. f(x) diketahui bahwa fungsi distribusi F (x) = X wxf(w); untuk variabel acak bertie diskrit, dan F (x) = xz f(w) dw; untuk variabel acak bertie kontinu. Jadi fungsi distribusi F (x) bertie kontinu atau diskrit, bergantung keada aakah variabel acaknya bertie diskrit atau kontinu. Remark 9 Jika X adalah variabel acak bertie kontinu, maka.d.f. f(x) memunyai aling banyak sejumlah berhingga diskontinuitas ada setia interval berhingga. Hal ini berarti bahwa. distribusi fungsi F (x) kontinu di mana-mana, dan. turunan F (x) terhada x ada dan sama dengan f(x) ada setia titik kontinuitas f(x); yaitu F (x) = f(x) ada setia titik kontinuitas f(x) Jika X adalah variabel acak bertie diskrit, maka daat diastikan bahwa f(x) bukan turunan dari F (x) terhada x; tetai f(x) meruakan turunan dari F (x) terhada ukuran enghitungan. Turunan ini sering disebut densitas (keadatan). Dengan demikian, turunan-turunan ini disebut fungsi keadatan eluang. Ada beberaa sifat dari fungsi distribusi yang daat disebutkan sebagai konsekuensi dari sifat-sifat fungsi himunan eluang. Beberaa di ataranya ada di bawah ini. Dalam menyebutkan sifat-sifat ini, sebaiknya kita tidak membatasi X sebagai variabel acak bertie diskrit atau bertie kontinu. Simbol F () dan F ( ) digunakan dalam arti lim F (x) dan lim F (x) Simbol x! x! fx x < g dan fx x < g meruakan limit dari himunan fx x bg dan fx x bg; jika b!. F (x) ; karena P (X x)

13 . F (x) fungsi tak turun dari x Jika x < x ; maka fx x x g = fx x x g [ fx x < x x g; dan P (X x ) = P (X x ) + P (x < X x ) Yaitu F (x ) F (x ) = P (x X x ). F () = dan F ( ) = ; karena himunan fx x g adalah ruang satu dimensi dan himunan fx x g adalah himunan kosong. Dari bukti sifat, jika a < b; maka P (a < X b) = F (b) F (a) Misalkan kita ingin menggunakan F (x) untuk menghitung eluang P (X = b) Untuk itu, misalkan h > ; lim h! P (b h < X b) = lim [F (b) F (b h)] h! Secara intuitif lim P (b h < X b) ada dan sama dengan P (X = b); h! karena jika h menuju nol, limit himunan fx b h < x bg adalah himunan yang memuat titik tunggal x = b Fakta bahwa limit ini adalah P (X = b) meruakan sebuah teorema yang diterima tana bukti. Dengan demikian, kita unya P (X = b) = F (b) F (b ); di mana F (b ) adalah limit kiri dari F (x) di x = b Peluang bahwa X = b adalah tinggi tangga dari F (x) ada x = b Oleh sebab itu, jika fungsi distribusi F (x) adalah kontinu di x = b; maka P (X = b) = 4. F (x) adalah kontinu dari kanan, atau dikatakan kontinu kanan. Untuk membuktikan sifat ini, dengan h > ; lim h! P (a < X Xa + h) = lim [F (a + h) F (a)] h! Pernyataan berikut diterima tana bukti teorema, dengan h > ; lim P (a < X a + h) = P (?) = h! Jika h! ; limit himunan fs a < x a + hg adalah himunan kosong. Dengan demikian kita menulis = F (a+) F (a); di mana F (a+) adalah limit kanan dari F (x) di x = a Oleh sebab itu, F (x) kontinu kanan di setia titik x = a

14 Misalkan ada sebuah ekserimen, seseorang memilih secara acak sebuah titik dari selang tertutu [a; b]; a < b; ada sebuah garis real. Jadi ruang samel B adalah [a; b] Misalkan variabel acak X adalah fungsi identitas yang terde nisi ada B Maka ruang A dari X adalah A = B Misalkan diasumsikan bahwa jika sebuah interval A adalah subset dari A; maka eluang dari kejadian A adalah sebanding dengan anjang A Oleh sebab itu, jika A adalah selang [a; x]; x b; maka P (A) = P (X A) = P (a X x) = c(x a); di mana c adalah konstanta roorsionalitas. Pada eksresi di atas, jika diambil x = b; maka = P (a X b) = c(b a); sehingga c = =(b a) Jadi akan ada sebuah model eluang jika diambil fungsi distribusi dari X adalah F (x) = P (X x); menjadi < ; x < a x a F (x) = b a ; a x b; ; b < x Dengan demikian,.d.f dari X; F (x); daat ditulis < b a ; a x b; ; yang lainnya. Turunan dari F (x) tidak ada di x = a atauun di x = b; tetai himunan fx x = a; bg adalah himunan dari eluang berukuran nol, dan kita memilih untuk mende nisikan f(x) sama dengan =(b a) ada dua titik, untuk kenyamanan. P.d.f ini konstan ada A Jika.d.f. dari satu atau lebih variabel bertie kontinu atau bertie diskrit adalah konstan ada ruang A; dikatakan bahwa eluang terdistribusi secara seragam atas A Jadi dalam contoh di atas, dikatakan bahwa X memunyai distribusi seragam atas selang [a; b] Berikut ini adalah contoh distribusi yang bukan bertie kontinu atauun diskrit. Examle Misalkan diketahui fungsi distribusi < ; x < ; x+ F (x) = ; x < ; ; x Sebagai contoh, P < X = F F ( ) = 4 = 4 4

15 dan P (X = ) = F () F ( ) = = Kita lihat bahwa F (x) tidak selalu meruakan fungsi kontinu, atauun fungsi diskrit. Dengan demikian, distribusi yang berkaitan juga bukan distribusi bertie kontinu atauun diskrit, tai daat digambarkan sebagai camuran dari kedua tie. Distribusi yang meruakan camuran dari tie kontinu dan diskrit kenyataannya sering dijumai dalam raktek. Sebagai ilustrasi, dalam uji kehiduan, misalnya diketahui bahwa lama hidu, sebut saja X; melebihi bilangan b; tetai nilai teatnya tidak diketahui. Hal ini disebut censoring. Sebagai contoh, hal ini daat terjadi jika sebuah subyek dalam suatu enelitian kanker menghilang; eneliti tahu bahwa subyek tersebut hidu beberaa bulan, tetai waktu teatnya tidak diketahui. Examle Perusahaan reasuransi menaruh erhatian ada kerugian besar karena mereka setuju, sebagai ilustrasi, untuk menutu kerugian diakibatkan kerusakan angin, yaitu antara juta dolar dan juta dolar. Sebut saja X sama dengan ukuran kerugian akibat angin dalam jutaan dolar, dan misalkan X memunyai fungsi distribusi >< ; < x < ; F (x) = > +x ; x < Jika kerugiannya di antara juta dolar dilaorkan hanya sebagai, maka fungsi distribusi dari distribusi censor ini adalah >< ; < x < ; F (x) = +x ; x < ; > ; x < ; h i yang memunyai loncatan (+) = di x = Misalkan X menyatakan variabel acak dengan ruang samel A Pandang fungsi Y = u(x) dari variabel acak X Karena X adalah sebuah fungsi yang terde nisi ada sebuah ruang samel B maka Y = u(x) adalah fungsi komosit yang terde nisi ada B Yaitu Y = u(x) sendiri adalah variabel acak yang memunyai ruang samel sendiri C = fy y = u(x); x Ag dan memunyai fungsi himunan eluang sendiri. Jika y C; maka kejadian Y = u(x) y muncul jika dan hanya jika kejadian X A A; di mana A = fx u(x) yg Distribusi fungsi dari Y adalah G(y) = P (Y y) = P [u(x) y] = P (A) Berikut ini adalah contoh yang menggambarkan sebuah metode encarian fungsi distribusi dan.d.f dari suatu fungsi variabel acak. Metode ini disebut teknik fungsi distribusi. 5

16 Examle Misalkan < ; untuk < x < ; ; untuk x yang lain. adalah.d.f. dari variabel acak X De nisikan variabel acak Y dengan Y = X Jika y ; eluang P (Y y) adalah sama dengan P (X y) = P ( y X y) Dengan demikian, fungsi distribusi dari Y, yaitu G(y) = P (Y y); diberikan oleh ; y < ; >< R y G(y) = dx = y; y < ; y > ; y Karena Y adalah variabel acak bertie kontinu,.d.f. dari Y adalah g(y) = G (y) di semua titik kontinuitas dari g(y) Jadi daat dituliskan < y ; < y < ; g(y) = ; untuk y lainnya. Exercise. Diketahui fungsi distribusi < ; x < ; x+ F (x) = 4 ; x < ; ; x Gambarkan gra k F (x) dan kemudian hitung (a) P ( < X ) (b) P (X = ) (c) P (X = ) (d) P ( < X ). Misalkan = < ; < x < ; ; untuk x lainnya, adalah.d.f. dari X; Tentukan fungsi distribusi dan.d.f. dari Y = X Petunjuk P (Y y) = P ( X y) = P (X y ); < y < 6

17 . Misalkan adalah.d.f. dari X 4 x < 6 ; < x < ; ; untuk x lainnya, (a) Gambarkan fungsi distribusinya dan.d.f. dari X ada himunan sumbu yang sama. (b) Jika Y = jxj ; hitung P (Y ) (c) Jika Z = X ; hitung P Z 4 4. Misalkan X memunyai.d.f. < 4x ; < x < ; ; untuk x lainnya. Tentukan fungsi distribusi dan.d.f dari Y = ln X 4 5. Misalkan < ; < x < ; untuk x lainnya, adalah.d.f dari X Tentukan fungsi distribusi dan.d.f. dari Y = X Petunjuk Perhatikan P (X y) untuk dua kasus y < dan y < 4 6. Jumlah jam, diukur dalam satuan jam, suatu keluarga akan menggunakan mesin engisa debu setahun, berbentuk eubah acak kontinu X dengan fungsi adat < x; < x < ; x; x < ; ; untuk x lainnya. Cari eluangnya bahwa dalam setahun keluarga itu akan menggunakan mesin enghisa debu (a) kurang dari jam, (b) antara 5 dan jam. 7. Umur enyimanan (dalam hari) dari suatu obat tertentu dalam botol berbentuk eubah acak dengan fungsi adat < ; x > ; (x+) ; untuk x lainnya. Cari eluangnya bahwa suatu botol akan tahan disiman ; 7

18 (a) aling sedikit hari, (b) antara samai hari.

19 5 Eksektasi Variabel Acak Misalkan X variabel acak yang memunyai fungsi keadatan eluang (.d.f ) f(x) sehingga memunyai konvergensi absolut yang tertentu, sebut saja, X jxj f (x) ada untuk kasus diskrit atau x Z jxj f(x) ada untuk kasus kontinu. Eksektasi variabel acaknya adalah = E (X) = X x xf(x); untuk kasus diskrit, atau = E(X) = Z xf(x); untuk kasus kontinu. Kadang-kadang eksektasi E(X) disebut eksektasi matematik dari X atau nilai haraan dari Xatau rataan X Examle 4 Misalkan variabel acak X yang bertie diskrit memunyai.d.f.seerti ditunjukkan dalam tabel berikut x 4 4 f(x) ; jika x tidak sama dengan salah satu dari emat bilangan bulat ositif ertama. Hal ini menggambarkan bahwa tidak dierlukan rumus untuk menggambarkan.d.f. E(X) = () Examle () + () + (4) = = ; Misalkan X memunyai.d.f. < 4x ; < x < ; ; untuk x lainnya Maka E(X) = Z x 4x dx = Z 4x 4 dx = 4x5 5 = 4 5 9

20 Misalkan suatu fungsi variabel acak X dengan ruang samel A Sebut saja fungsi ini Y = u(x) Untuk kemudahan, misalkan X bertie kontinu dan y = u(x) adalah fungsi dari X yang kontinu naik, dengan fungsi inversnya x = w(y); yang juga naik. Sehingga Y adalah variabel acak dan fungsi distribusinya adalah G(y) = P (Y y) = P (u(x) y) = P [X w(y)] = Z w(y) f(x)dx; dengan f(x) meruakan.d.f. dari X Berdasarkan teorema dasar kalkulus, < G (y) = f [w(y)] w (y); y B; g(y) = ; untuk yang lainnya, dengan B = fy y = u(x); x Ag Berdasarkan de nisi, diketahui konvergensi absolut, maka nilai haraan dari Y adalah E(Y ) = Z y g(y)dy Karena y = u(x); bagaimana E(Y ) dibandingkan dengan integral I = Z u(x) f(x)dx Untuk menjawab itu, ubah variabel integrasi melalui y = u(x) atau x = w(y) Karena dy dx = w y > ; maka Z Z I = y f [w (y)] w (y)dy = yg(y)dy Dalam kasus ini, E(Y ) = Z yg(y)dy = Z u(x)f(x)dx Hal ini secara umum benar dan juga tidak membuat erbedaan aakah X bertie diskrit atau kontinu dan Y = u(x) tidak erlu meruakan fungsi naik dari X Jika Y = u(x) memunyai eksektasi, maka daat dicari dari E[u(X)] = Z u(x)f(x)dx; ()

21 dalam kasus kontinu dan E[u(X)] = X x u(x)f(x); () dalam kasus diskrit. Dikatakan E [u(x)] ad.alah eksektasi (eksektasi matematik atau nilai haraan) dari u(x) Remark 6 Jika eksektasi matematik dari Y ada, maka integral (atau jumlah) dari Z j yj g(y) dy atau X x y g(y) ada. Oleh sebab itu, keberadaan E [u(x)] menyebabkan integral (jumlah) yang berkaitan konvergen absolut. Fakta-fakta yang berguna tentang eksektasi, jika mereka ada. Jika k suatu konstanta, maka E(k) = k Dengan mengganti u = k; dan mengingat bahwa integral (jumlah) dari suatu konstanta kali sebuah fungsi adalah konstanta kali integral (jumlah) suatu fungsi. Tentu saja, integral (jumlah) dari fungsi f adalah.. Jika k suatu konstanta dan v adalah suatu fungsi, maka E(kv) = k E(v) Dengan mengganti u = kv dan menulis kembali eksresi ada ersamaan di atas k kali integral (jumlah) dari hasil vf. Jika k dan k adalah konstanta dan v dan v adalah fungsi, maka E(k v + k v ) = k E(v ) + k E(v ) Dengan mengganti u = k v + k v ; maka integral (jumlah) dari (k v +k v ) f sama dengan integral (jumlah) dari k v f lus integral (jumlah) dari k v f Alikasi yang berulang dari sifat ini menunjukkan bahwa jika k ; k ; ; k m adalah konstanta dan v ; v ;..., v m adalah fungsi, maka E(k v + k v + + k m v m ) = k E(v ) + k E(v ) + + k m E(v m ) Sifat eksektasi ini mengarahkan kita ke simbol E sebagai oerator linier. Examle 7 Misalkan X memunyai.d.f. ( x); untuk < x < ; ; untuk x yang lainnya.

22 Maka E(X) = = Z xf(x)dx = Z Z (x) ( x) dx x x dx = x x = ; E(X ) = = Z x f(x)dx = Z Z x ( x) dx x x dx = x x4 = 6 ; sehingga E(6X + X ) = 6 + = 5 6 Examle Misalkan X memunyai.d.f. x 6 ; untuk x = ; ; ; ; untuk x yang lain. Maka E(X ) = X x x X x x 6 = = 9 6 x= Examle 9 Misalkan sebuah segmen garis horisontal yang anjangnya 5 dibagai secara acak menjadi bagian. Jika X adalah anjang sisi yang sebelah kiri, maka masuk akal bila diasumsikan bahwa X memunya.d.f. 5 ; < x < 5 ; untuk x yang lain. ; Nilai haraan dari anjang X adalah E(X) = Z xf(x)dx = Z 5 x dx = x 5 5 = 5 = 5

23 dan nilai haraan dari anjang 5 X adalah E(5 X) = = Z Z 5 (5 x) f(x)dx = x dx = x 5 Z 5 x (5 x) 5 = 5 dx 5 5 = 5 Namun, nilai haraan dari erkalian dua anjang tersebut sama dengan E [X(5 X)] = = Z Z 5 = 5 x (5 x) f(x)dx = x x dx = x 5 Z = 5 = 5 6 6= x (5 x) x dx 5 Jadi secara umum, nilai haraan dari suatu hasil kali tidak sama dengan hasil kali nilai haraan. Examle Carilah nilai haraan atau eksektasi dari banyaknya kimiawan dalam anitia orang yang diilih secara acak dari 4 kimiawan dan biolog. Solution Misalkan X menyatakan banyaknya kimiawan dalam anitia. eluang X adalah 4 x x 7 ; x = ; ; ; Distribusi Dengan erhitungan sederhana dieroleh f() = =5; f() = =5; f() = =5 dan f() = 4=5 Jadi nilai haraan dari X adalah = 4 E(X) = = = = ; Jadi bila suatu keanitian beranggotakan orang yang diilih secara acak berulang-ulang dari 4 kimiawan dan biolog, maka eksektasinya atau rataratanya akan beranggotakan,7 kimiawan.

24 Examle Dalam suatu ermainan, seseorang mendaat R 5 bila dalam lantunan uang logam muncul semua muka atau semua belakang, dan membayar R bila muncul muka satu atau dua. Beraakah haraan kemenangannya? Solution Ruang samel untuk kemungkinan hasil bila uang dilantunkan sekaligus, atau sama saja dengan bila uang dilantun kali, ialah T = fmmm; MMB; MBM; BMM; MBB; BMB; BBM; BBBg Daat dilihat bahwa tia titik samel bereluang sama dan masing-masing terjadi dengan eluang /. Cara lain adalah dengan menggunakan aturan erkalian eluang kejadian bebas ada semua unsur T. Sebagai contoh, P (MBB) = P (M)P (B)P (B) = = Peubah acak yang menjadi erhatian adalah Y; besarnya kemenangan, dan kemungkinan nilai Y adalah R 5 bila kejadian E = fmmm; BBBg yang muncul dan -R, bila kejadian E = fmmb; MBM; BMM; MBB; BMB; BBMg yang muncul. Karena E dan E terjadi masing-masing dengan eluang /4 dan /4, maka = E(Y ) = 5 + ( ) = 4 4 Dalam ermainan tersebut, si emain rata-rata akan kalah R er lantunan uang logam. Suatu ermainan diangga adil bila si emain, rata-ratanya tidak menang atau kalah. Dengan kata lain, nilai haraannya sama dengan nol. Examle 4 Sebuah mangkok berisi 5 chis, yang tidak daat dibedakan hanya dengan menyentuh. Tiga chis tersebut masing-masing ditandai dengan $ dan sisanya ditandai $4. Seorang emain yang ditutu matanya mengambil dua chi tersebut dari dalam mangkuk secara acak dan tana engembalian. Pemain tersebut dibayar dengan uang yang nilainya sama dengan banyaknya nilai dua chis yang ia ambil dan ermainan selesai. Jika untuk memainkan game tersebut biayanya $4,75, aakah kita mau berartisiasi untuk waktu yang lama? Karena kita tidak daat membedakan chisnya dengan sentuhan, kita asumsikan bahwa masing-masing dari asangan yang daat diambil tersebut, memunyai eluang yang sama untuk diambil. Misalkan variabel acak X meruakan banyaknya chis dari dua chi yang diilih, yang ditandai $, maka berdasarkan asumsi, X memunyai distribusi hiergeometrik.d.f. ( ( x)( x) ; x = ; ; ( 5 ) ; ; untuk x yang lain 4

25 Dengan erhitungan sederhana dieroleh " # f() = 5 = = ; " # f() = 5 = = 6 ; " # f() = = = 5 Jika X = x; maka emain tersebut menerima u(x) = x + 4( x) = x dolar. Oleh sebab itu, eksektasi matematikanya sama dengan E ( x) = atau sama dengan $4,4. Exercise 5 = X ( x) x= = X ( x) x= = 44 = 4; 4 x x 5. Misalkan X memunyai.d.f. (x+)=; untuk < x < 4; dan untuk x yang lainnya. Tentukan E(X); E[(X +) ] dan E[6x (X +) ]. Misalkan 5 ; x = ; ; ; 4; 5; dan untuk x lainnya, adalah.d.f. dari variabel acak bertie diskrit. Hitung E(X) dan E(X ) Dari hasi tersebut, carilah E[(X + ) ] dengan menuliskan (X + ) = X + 4X + 4. Banyaknya mobil X yang masuk ke suatu encuci mobil setia hari antara jam.-4. memunyai distribusi eluang x P (X = x) Misalkan g(x) = X menyatakan uah (dalam ribuan ruiah) ara karyawan yang dibayar erusahaan dalam jam tersebut. Cari haraan endaatan karyawan ada jam tersebut. 4. Misalkan X suatu eubah acak dengan fungsi keadatan x ; < x < ; untuk x yang lain. Hitunglah nilai haraan dari g(x) = 4X + 5

26 5. Sebuah mangkuk berisi chis, di mana di antaranya ditandai dengan $ dan dua sisanya ditandai dengan $5. Misalkan seseorang memilih chis dari dalam mangkuk secara acak tana engembalian, Jika orang tersebut menerima sejumlah uang dari nilai chis yang dieroleh, tentukan eksektasinya. 6. Misalkan X eubah acak yang menyatakan umur (jam) sejenis bola lamu. Fungsi keadatan eluangnya (.d.f.) diberikan oleh x ; jika x > ; untuk x lainnya. Hitunglah haraan umur jenis bola lamu tadi. 6

27 6 Beberaa Eksektasi Khusus Misalkan X adalah variabel acak bertie diskrit yang memunyai fungsi keadatan eluang (.d.f.) f(x) Maka E (X) = X x xf(x) Jika titik-titik diskrit dari ruang keadatan eluang ositif adalah a ; a ; a ;... maka E (X) = a f(a ) + a f(a ) + a f(a ) + Nilai rata-rata (mean) (jika ada) dari variabel acak X bertie diskrit atau kontinu adalah = E (X) Bila u (X) = (X ) ; dengan X adalah variabel acak bertie diskrit yang memunyai.d.f. f(x), maka E (X ) = X (x ) f(x) = (a ) f (a ) + (a ) f (a ) + Variansi dari X; dinyatakan dengan ; dan dide nisikan dengan (jika ada) adalah = E (X ) = E X X + Karena E adalah oerator linier, maka = E X E (X) + = E X + = E X Akar dari variansi adalah ; dan dinyatakan sebagai deviasi standar dari X Bilangan kadang-kadang dinyatakan sebagai ukuran disersi dari titik-titik suatu ruang, relatif terhada nilai rata-rata Jika ruangnya hanya memuat satu titik x di mana f(x) > ; maka = Remark 6. Misalkan variabel acak X bertie kontinu memunyai.d.f. < a ; a < x < a; ; untuk x lainnya, maka = a= adalah deviasi standar dari distribusi X. Misalkan variabel acak Y bertie kontinu memunyai.d.f. < 4a ; a < y < a g(y) = ; untuk x lainnya, maka = a= ; yang meruakan deviasi standar dari distribusi Y 7

28 Perhatikan bahwa deviasi standar dari Y lebih besar dari X Hal ini menunjukkan bahwa eluang untuk Y lebih terdistribusi secara luas (relatif terhada rata-rata nol) dariada eluang untuk X Misalkan ada bilangan ositif h, sehingga untuk h < t < h eksektasi matematik E(e tx ) ada. Jadi E(e tx ) = jika X variabel acak bertie kontinu atau Z e tx f(x)dx; E(e tx ) = X x e tx f(x); jika X variabel acak bertie diskrit. Eksektasi ini disebut fungsi embangkit moment (m.g.f.) dari X dan dinyatakan dengan M(t); yaitu M(t) = E(e tx ) Jika t = ; maka M() = Jika dua variabel memunyai m.g.f. yang sama, maka mereka memunyai distribusi yang sama. Berikut ini adalah contoh fungsi embangkit momen (m.g.f.) dari suatu variabel acak X bertie diskrit untuk semua bilangan riil t M(t) = et + et + et + 4 e4t Jika dimisalkan f(x) adalah.d.f. dari X dan misalkan a; b; c; d; meruakan titik-titik diskrit di ruang X dengan f(x) > ; maka M(t) = X x e tx f(x); atau et + et + et + 4 e4t = f(a)e at + f(b)e bt + Dengan membandingkan kedua ruas, daat diambil a = ; f(a) = 4 ; b = ; f(b) = ; c = ; f(c) = ; d = 4; f(d) = Atau lebih sederhana,.d.f. dari X adalah x < ; x = ; ; ; 4; ; untuk x lainnya. Dengan kata lain, misalkan X adalah variabel acak bertie kontinu dan diketahui M(t) = t ; t <

29 adalah m.g.f. dari X Berdasarkan de nisi, t = Z e tx f(x)dx; t < Suatu distribusi dengan.d.f < e x ; < x < ; ; untuk x lainnya memunyai m.g.f. M(t) = ( t) ; t < Jadi variabel acak X memunyai distribusi dengan.d.f. ini sesuai dengan enekanan ada ketunggalan m.g.f. Karena distribusi yang memunyai m.g.f. M(t) ditentukan oleh M(t); maka tidak mengherankan jika memeroleh beberaa sifat dari distribusi langsung dari M(t) Sebagai contoh, eksistensi M(t) untuk h < t < h menyebabkan turunan dari semua orde ada di t = Jadi dengan menggunakan teorema yang membolehkan kita untuk mengubah orde turunan dan integrasi, dieroleh dm(t) dt jika X bertie kontinu, atau dm(t) dt = M (t) = Z x e tx f(x)dx; = M (t) = X xe tx f(x); jika X bertie diskrit. Dengan mengambil t = ; dieroleh Turunan kedua dari M(t) adalah x M () = E(X) = M (t) = Z x e tx f(x)dx atau X x e tx f(x); x sehingga M"() = E X Dengan demikian, var (X) sama dengan = E(X ) = M () [M ()] Sebagai contoh, jika M(t) = ( t) ; t < ; seerti dijelaskan sebelumnya, maka M (t) = ( t) dan M (t) = ( t) Oleh sebab itu, = M () = dan M () = 9

30 sehingga = M () = = Cara lain untuk menentukan dan adalah dengan menghitungnya dari.d.f., yaitu Z Z = x f(x) dx dan = x f(x) dx Secara umum, jika m adalah bilangan bulat ositif dan jika M (m) (t) berarti turunan ke m dari M(t); dieroleh sehingga E(X m ) = M (m) () = E(X m ); Z x m f(x) dx atau X x x m f(x) Karena M(t) membangkitkan nilai-nilai dari E(X m ); dengan m = ; ; ; maka M(t) disebut fungsi embangkit momen (m.g.f. = moment-generating function). Namun kadang-kadang E(X m ) disebut momen distribusi ke-m atau momen ke-m dari X Examle 7 Misalkan X memunyai.d.f. < (x + ); < x < untuk x lainnya. Maka nilai rata-rata (mean) dari X adalah = Z x f(x) dx = Z x (x + ) dx = Z x + x dx = x + x = () + () ( ) + ( ) = + + = =

31 Variansi dari X adalah = Examle Z Z x f(x) dx = Z (x + ) x dx = x + x dx 9 = 4 x4 + x = 4 ()4 + () 4 ( )4 + ( ) = = 9 = 9 = 9 Jika X memunyai.d.f. < x ; < x < ; ; untuk x lainnya. maka nilai rata-rata dari X tidak ada, karena 9 9 Examle 9 = Z Z b = lim b! Z x f(x) dx = x Z x dx = x dx = lim (ln b ln ) b! x dx Misalkan X memunyai fungsi embangkit momen m.g.f. M(t) = e t = ; < t < Fungsi M(t) ini daat dinyatakan dengan deret MacLaurin sebagai berikut e t = = +! t +! t +! t + + k! = + t (!) + t4 (!) 4 + t6 (!) + + t k (k!) () k + = +! t + () () t 4 + 4! (5) () () t ! t k + (k ) () () t k + (k)!

32 Keterangan t 4 (!) 4 t 6 (!) = t4 = = () () () () t4 = () () t 4 ; 4! (5) () () 46 t6 = 456 t6 = dan seterusnya. (5) () () t 6 ; 6! Secara umum, deret MacLaurin untuk M(t) adalah M(t) = M() + M ()! = + E (X)! t + M ()! t + E X! t + M ()! t + E X! t + + M (m) () t m + m! t + + E (Xm ) t m + m! Jadi koe sien (t m =m!) dalam reresentasi deret MacLaurin dari M(t) adalah E(X m ); sehingga E(X k ) = (k ) (k ) ()() = (k)! k ; dengan k = ; ; ; dan k! E(X k ) = ; dengan k = ; ; ; Exercise 4. Carilah nilai rata-rata (mean) dan variansi (jika ada), dari setia distribusi berikut ini (! (a) x!( x)! ; untuk x = ; ; ; ; untuk xlainnya 6x( x); < x < ; (b) ; untuk x lainnya. =x (c) ; < x < ; ; untuk x lainnya. x. Misalkan ; x = ; ; ; meruakan.d.f dari variabel ; untuk x lainnya acak X Tentukan m.g.f., nilai rata-rata dan variansi dari X. Untuk setia fungsi keadatan eluang berikut, hitunglah P ( < X < + ) 6x( x); < x < ; (a) ; untuk x lainnya. x (b) ; x = ; ; ; ; untuk x lainnya.

33 4. Tunjukkan bahwa m.g.f. dari variabel acak X yang memunyai.d.f. =; < x < ; adalah ; untuk x lainnya, M(t) = e t e t t ; t 6= ; ; t =

34 7 Ketaksamaan Chebyshev Theorem 4 Misalkan u(x) adalah fungsi tak negatif dari suatu variabel acak X Jika E(u(X)) ada, maka untuk setia kontanta ositif c; berlaku P [u(x) c] E[u(X)] c Proof. Misalkan A = fx u(x) cg dan f(x) menyatakan fungsi keadatan eluang (.d.f.) dari X Maka E[u(x)] = Z Z u(x) f(x) dx = A Z u(x) f(x) dx + Z E[u(x)] u(x) f(x) dx Jika x A; maka u(x) c; sehingga Z Z E[u(x)] u(x) f(x) dx c f(x) dx A A A A u(x) f(x) dx Karena maka Jadi terbukti Z f(x) dx = P (X A) = P [u(x) c]; A E[u(x)] c P [u(x) c] P [u(x) c] E[u(x)] c Theorem 4 Ketaksamaan Chebyshev Misalkan variabel acak X memunyai distribusi eluang, dengan variansi dan mean ; maka untuk setia k > ; berlaku P (jx j k) k ; atau P (jx j < k) k 4

35 Proof. Pada teorema di atas, jika diambil u(x) = (X ) dan c = k ; maka dieroleh P [(X ) k ] E[(X ) ] k Karena (X ) k () jx j k dan E[(X ) ] = ; maka ketaksamaan di atas daat ditulis dalam bentuk P (jx j k) k = k Dari ketaksamaan Chebyshev tersebut terlihat bahwa =k meruakan batas atas dari eluang P [jx j kjadi ketaksamaan Chebyshev di atas terbukti. Keterangan P (jx j k) = P (X + k atau X k) k Dengan kata lain, =k meruakan batas atas dari eluang P (jx j k) Demikian ula untuk P (jx j < k) = P ( k < X < + k) =k Dengan demikian, =k meruakan batas bawah dari eluang P (jx j < k). Examle 4 Maka Dan Misalkan X memunyai.d.f sebagai berikut ; < x < ; untuk x lainnya. = E(X) = = = Z x f(x) dx = Z x x = 4 4 ( ) = = E(X ) = E(X ) = Z Z dx = x dx x f(x) dx = = Z x 6 Z dx = x dx = x = 6 + = 6 6 = 5

36 Jika k = =; maka eluang eksaknya adalah P (jx j k) = P (jxj =) = P (jxj < =) = = = = Z = f(x) dx = = Z = = = ; 7 6 dx = (x)j= = () = Berdasarkan ketaksamaan Chebyshev, eluang di atas memunyai batas atas =k = = (=4) = 4 Jadi nilai eluang eksaknya jauh lebih kecil dariada batas atasnya. Jika k = ; maka eluang eksaknya adalah P (jx j k) = P (jxj ) = P (jxj < ) = = = Z f(x) dx = Z dx = (x)j [ ( )] = () = = ; 4 Berdasarkan ketaksamaan Chebyshev, eluang tersebut di atas memunyai batas atas =k = = = Jadi nilai eluang di atas masih lebih kecil dariada batas atasnya. Jika diambil k = ; maka eluang eksaknya adalah P (jx j k) = P jxj = P jxj < = = = = Z = f(x) dx = = Z = = = ; 4 dx = (x)j= = 6 = Jadi nilai eluang di atas masih lebih kecil dariada batas atasnya, yaitu =k = = (9=4) = 4 9 = ;

37 Jika diambil k = ; maka eluang eksaknya adalah P (jx j ) = P (jxj ) = P (jxj < ) = = = Z + Z f(x) dx + Z Z Z f(x) dx Z C f(x) dx + f(x) dxa C f(x) dx + A = = dx = (x)j h = i = = = Z f(x) dx Jadi nilai eluang eksaknya masih lebih kecil dariada batas atasnya, yaitu =k = 4 = ; 5 Jika diambil k = ; maka nilai eluang eksaknya adalah P (jx j ) = P (jxj ) = P (jxj < ) = = = Z + Z f(x) dx + Z Z Z f(x) dx Z C f(x) dx + f(x) dxa C f(x) dx + A = = dx = (x)j h = i = = = Z f(x) dx Jadi nilai eluang eksaknya masih lebih kecil dariada batas atasnya, yaitu 7

38 =k = =9 Dari beberaa nilai k yang diberikan, nilai eluang eksak P (jx dan batas atas =k selalu berbeda, beraaun nilai k yang diambil. j k) Examle 44 Misalkan variabel acak X bertie diskrit dan memunyai eluang Nilai rata-ratanya adalah = E(X) = dan variansinya adalah x 6 f(x) X x ( ) x= + () 6 + () = = E(X ) = E(X ) X = x f(x) = ( ) x= = = 4 Fungsi distribusinya adalah >< F (x) = > ; x < ; x < 7 ; x < ; x Jika k = ; dan standar deviasi = =; maka eluang eksaknya adalah P (jx j k) = P jx j = P jxj = P jxj < = P < X < 7 = F F = 6 = = 4 Daat dilihat bahwa nilai eluang eksaknya masih lebih kecil dariada batas atasnya, yaitu =k =.

39 Jika k = ; maka eluang eksaknya adalah P (jx j k) = P jx j = P (jxj ) = P (jxj < ) = P ( < X < ) 7 = [F ( ) F ( )] = 6 = = = 4 Daat dilihat bahwa nilai eluang eksaknya sama dengan batas atasnya, yaitu =k = =4 Remark 45 Teorema Chebyshev berlaku untuk setia distribusi engamatan, sehingga hasilnya lemah. Tana mengetahui distribusi eluangnya, nilai eluangnya hanya daat diketahui dari batas atas atau bawah bawahnya saja. Namun bila distribusi eluangnya diketahui, maka nilai eluangnya secara eksak daat diketahui. Exercise 46. Jika X adalah suatu variabel acak dengan E(X) = dan E(X ) = ; gunakan ketaksamaan Chebyshev untuk menentukan batas bawah eluang P ( < X < ). Suatu variabel acak X memunyai rataan = ; variansi = 9; sedangkan eluang distribusinya tidak diketahui. Tentukan (a) P ( 4 < X < ) (b) P (jx j 6). Misalkan fungsi keadatan eluang dari variabel acak X berbentuk a b f(y) = x 5 ; x = ; ; ; 4; 5 ; untuk x lainnya (y + ) ; < y < 4 ; untuk x lainnya Hitung P ( < X < + ) dan bandingkan hasilnya dengan ertidaksamaan Chebyshev. 9

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryatno Sudirham Studi Mandiri Integral dan Persamaan Diferensial ii Darublic BAB 3 Integral (3) (Integral Tentu) 3.. Luas Sebagai Suatu Integral. Integral Tentu Integral tentu meruakan integral yang

Lebih terperinci

BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut :

BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut : BAB 2 RUANG BERNORM 2. Norm dan Ruang ` De nisi 2. Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi kk V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut [N] kxk 0 jika dan hanya jika x 0 [N2] kxk jj kxk untuk setia

Lebih terperinci

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015 SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 0 PAKET Pilihan Ganda: Pilihlah satu jawaban yang aling teat.. Ingkaran dari ernyataan Jika emerintah menghauskan kebijakan subsidi bahan bakar minyak

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 1999 Waktu : 2,5 jam

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 1999 Waktu : 2,5 jam UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 999 Waktu :,5 jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 0. Misalkan diketahui fungsi f dengan ; 0 f() = ; < 0 Gunakan de nisi turunan untuk memeriksa aakah f 0 (0)

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

HARAPAN MATEMATIK. Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016

HARAPAN MATEMATIK. Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016 HARAPAN MATEMATIK Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016 Pendahuluan Rata-rata perubah acak X atau rata-rata distribusi peluang X ditulis x atau. Dalam statistik rata-rata ini disebut harapan matematik

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Variabel Acak dan Fungsi Distribusi Peluang Diskrit. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Variabel Acak dan Fungsi Distribusi Peluang Diskrit. Adam Hendra Brata dan Statistika dan Fungsi Peluang Adam Hendra Brata acak adalah sebuah fungsi yang memetakan hasil kejadian yang ada di alam (seperti : buka dan tutup; terang, redup dan gelap; merah, kuning dan hijau;

Lebih terperinci

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu BAB 1 Peubah Acak dan Distribusi Kontinu 1.1 Fungsi distribusi Definisi: Misalkan X peubah acak. Fungsi distribusi (kumulatif) dari X adalah F X (x) = P (X x) Contoh: 1. Misalkan X Bin(3, 0.5), maka fungsi

Lebih terperinci

PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA

PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA LOGO STATISTIKA MATEMATIKA I PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA Hazmira Yozza Izzati Rami HG Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Percobaan : Pelemparan dua mata uang AA AG GA GG S X Definisi 2.1. Peubah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Fungsi Convex

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Fungsi Convex Bab 2 Landasan Teori Salah satu hal yang menarik dari topik tugas akhir ini adalah penggunaan sebuah ilmu dari dunia insurance (teori comonotonic) ke dunia matematika keuangan. Oleh karena itu untuk memahaminya

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Daftar Isi 1 Peubah Acak

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1. Pengembangan Teorema Dalam enelitian dan erancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberaa teorema uji rimalitas yang terbaru. Teorema-teorema

Lebih terperinci

DISTRIBUTIONS OF RANDOM VARIABLE DISTRIBUSI VARIABEL RANDOM

DISTRIBUTIONS OF RANDOM VARIABLE DISTRIBUSI VARIABEL RANDOM 1.11 Chebyshev s Inequality DISTRIBUTIONS OF RANDOM VARIABLE (Ketaksamaan Chebyshev) A. Pendahuluan DISTRIBUSI VARIABEL RANDOM Konsep atau rumus yang berhubungan dengan Ketaksamaan Chebyshev Ekspektasi

Lebih terperinci

FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH. Statistika Matematika. Yang dibina oleh Bapak Hendro Permadi. Oleh :

FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH. Statistika Matematika. Yang dibina oleh Bapak Hendro Permadi. Oleh : FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Statistika Matematika Yang dibina oleh Bapak Hendro Permadi Oleh : Intan Putri Natari 10311418961 Nurroh Fitri A 1031419469 Reza Taufikurachman 1031419470

Lebih terperinci

HANDOUT PERKULIAHAN. Pertemuan Ke : 3 : Distribusi Satu Peubah Acak dan Ekspektasi Satu Peubah Acak

HANDOUT PERKULIAHAN. Pertemuan Ke : 3 : Distribusi Satu Peubah Acak dan Ekspektasi Satu Peubah Acak HANDOUT PERKULIAHAN Pertemuan Ke : 3 Pokok Bahasan : Distribusi Satu Peubah Acak dan Ekspektasi Satu Peubah Acak URAIAN POKOK PERKULIAHAN A. Peubah Acak Definisi 1 : Peubah Acak Misalkan E adalah suatu

Lebih terperinci

AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria

AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

STATISTIKA UNIPA SURABAYA

STATISTIKA UNIPA SURABAYA MATEMATIKA STATISTIKA (MATHEMATICAL STATISTICS) GANGGA ANURAGA Materi : Distribusi variabel random Teori Himpunan Fungsi Himpunan Fungsi Himpunan Peluang Variabel Random Fungsi Kepadatan Peluang Fungsi

Lebih terperinci

PERTEMUAN Logika Matematika

PERTEMUAN Logika Matematika 3-1 PERTEMUAN 3 Nama Mata Kuliah : Matematika Diskrit (3 SKS) Nama Dosen Pengamu : Dr. Suarman E-mail : matdis@netcourrier.com HP : 0813801198 Judul Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran : 3. Logika Matematika

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal ini akan dibahas macam-macam peubah acak, distribusi peluang, fungsi densitas, dan fungsi distribusi. Pada pembahasan selanjutnya, fungsi peluang untuk peubah acak

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 MATEMATIKA KEUANGAN AKTUARIA. Insure and Invest! Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 MATEMATIKA KEUANGAN AKTUARIA. Insure and Invest! Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 MATEMATIKA KEUANGAN AKTUARIA Insure and Invest! disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 Tentang AK5161 MatKeu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 3. HARAPAN MATEMATIK

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 3. HARAPAN MATEMATIK Pertemuan 5. BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang. Rataan peubah acak. HARAPAN MATEMATIK Misalkan dua mata uang setangkup dilantun, peubah acak X menyatakan banyaknya

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

Deret Taylor. dengan radius kekonvergenan positif. Maka, dengan menggunakan teorema turunan deret pangkat, (x a) + f 00 (a) 2! (x a) 2 + f 000 (a) 3!

Deret Taylor. dengan radius kekonvergenan positif. Maka, dengan menggunakan teorema turunan deret pangkat, (x a) + f 00 (a) 2! (x a) 2 + f 000 (a) 3! oki neswan (fmipa-itb) Deret Taylor Sebelumnya kita telah melihat bagaimana sebuah deret pangkat membangkitkan sebuah fungsi dengan domain merupakan interval kekonvergenan deret pangat tersebut. Sekarang

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian ada Bab III dan Bab IV maka daat disimulkan sebagai berikut 1. Keluarga emetaan K C,δ (R, R) dan L C,δ (R, R) adalah beberaa bentuk keluarga emetaan demi linear dari

Lebih terperinci

MATERI BAB I RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN. A. Pendahuluan Dari jaman dulu sampai sekarang orang sering berhadapan dengan peluang.

MATERI BAB I RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN. A. Pendahuluan Dari jaman dulu sampai sekarang orang sering berhadapan dengan peluang. MATERI BAB I RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN Pendahuluan Ruang Sampel Kejadian Dua Kejadian Yang Saling Lepas Operasi Kejadian BAB II MENGHITUNG TITIK SAMPEL Prinsip Perkalian/ Aturan Dasar Notasi Faktorial

Lebih terperinci

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11.1 Definisi dan Limit Fungsi Monoton Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila untuk setiap x, y H dengan x < y berlaku

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Matematika Dasar Tanggal : 6 Juni 9 Kde Sal : www.nlineschls.name. Jika u n adalah suku ke-n suatu barisan aritmetika naik yang memenuhi u + u + u6 = 8 dan u

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RUANG FUNGSI KLASIK Oleh: Encum Sumiaty FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

PENGEMBANGAN RUANG FUNGSI KLASIK Oleh: Encum Sumiaty FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung PENGEMBANGAN RUANG FUNGSI KLASIK Oleh: Encum Sumiaty FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung e-mail: e.sumiaty@yahoo.com Abstrak Diketahui ruang fungsi klasik L (, ). Melalui oerator T ada ruang

Lebih terperinci

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Jurnal Matematika Vol. No. November 03 [ : 8 ] TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Gani Gunawan dan Suwanda Program Studi Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Bandung Prgram Studi Statistika, Fakultas

Lebih terperinci

Muhafzan TURUNAN. Muhafzan, Ph.D

Muhafzan TURUNAN. Muhafzan, Ph.D 1 TURUNAN, Ph.D TURUNAN 3 1 Turunan Kita mulai diskusi ini dengan memperkenalkan denisi turunan suatu fungsi Denisi 1. Misalkan I R; f : I! R dan c 2 I: Bilangan L 2 R dikatakan merupakan turunan dari

Lebih terperinci

Soal Ujian Komprehensif

Soal Ujian Komprehensif Soal Ujian Komprehensif Bahan ujian komprehensif memuat konsep-konsep penting pada bidang: Kalkulus, dan Matriks / Aljabar Linear. Logika, Soal ujian disediakan secara terbuka, dapat diperoleh setiap saat

Lebih terperinci

Distribusi Peluang. Maka peubah acak X dinyatakan dengan banyaknya kemunculan angka. angka sama sekali. angka.

Distribusi Peluang. Maka peubah acak X dinyatakan dengan banyaknya kemunculan angka. angka sama sekali. angka. Distribusi Peluang Definisi peubah acak: Misalkan E adalah sebuah percobaan dengan ruang sampel T. Sebuah fungsi X yang memetakan setiap anggota t T dengan sebuah bilangan real X(t) dinamakan peubah acak.

Lebih terperinci

Harapan Matematik. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Harapan Matematik. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Harapan Matematik Bahan Kuliah II09 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB 1 Definisi Harapan Matematik Satu konsep yang penting di dalam teori peluang

Lebih terperinci

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 3. HARAPAN MATEMATIK

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 3. HARAPAN MATEMATIK Pertemuan 5. BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang. Rataan peubah acak. HARAPAN MATEMATIK Misalkan dua mata uang setangkup dilantun, peubah acak X menyatakan banyaknya

Lebih terperinci

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X)

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X) Hasil Kali Dalam Berbobot ada Ruang L () Muhammad Jakfar, Hendra Gunawan, Mochammad Idris 3 Universitas Negeri Surabaya, muhammadjakfar@unesa.ac.id Institut Teknologi Bandung, hgunawan@math.itb.ac.id 3

Lebih terperinci

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu,

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu, 4 masing menyatakan drift rate dan variance rate dari. Untuk roses stokastik yang didefinisikan ada ruang robabilitas (Ω,, berlaku hal berikut: Misalkan adalah roses Wiener ada (Ω,,. Integral stokastik

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROBABILITAS

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISTRIBUSI PROBABILITAS DISTRIBUSI PROBABILITAS Peluang terjadinya nilai variabel random X yang meliputi semua nilai ditentukan melalui distribusi peluang. Distribusi peluang suatu variabel random X adalah

Lebih terperinci

STK 203 TEORI STATISTIKA I

STK 203 TEORI STATISTIKA I STK 203 TEORI STATISTIKA I III. PEUBAH ACAK KONTINU III. Peubah Acak Kontinu 1 PEUBAH ACAK KONTINU Ingat definisi peubah acak! Definisi : Peubah acak Y adalah suatu fungsi yang memetakan seluruh anggota

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah

Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah BAB 1 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat 1.1 EKSPEKTASI Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah E(X) x x p X (x) dan E(X)

Lebih terperinci

Distribusi Peluang Kontinu. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Distribusi Peluang Kontinu. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Distribusi Peluang Kontinu Bahan Kuliah II9 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB 1 Fungsi Padat Peluang Untuk peubah acak kontinu, fungsi peluangnya

Lebih terperinci

Analisis Riil II: Diferensiasi

Analisis Riil II: Diferensiasi Definisi Turunan Definisi dan Teorema Aturan Rantai Fungsi Invers Definisi (Turunan) Misalkan I R sebuah interval, f : I R, dan c I. Bilangan riil L dikatakan turunan dari f di c jika diberikan sebarang

Lebih terperinci

10. TEOREMA NILAI RATA-RATA

10. TEOREMA NILAI RATA-RATA 10. TEOREMA NILAI RATA-RATA 10.1 Maksimum dan Minimum Lokal Misalkan f terdefinisi pada suatu interval terbuka (a, b) dan c (a, b). Kita katakan bahwa f mencapai nilai maksimum lokal di c apabila f(x)

Lebih terperinci

Peubah acak adalah suatu fungsi dari ruang contoh ke bilangan nyata, f : S R

Peubah acak adalah suatu fungsi dari ruang contoh ke bilangan nyata, f : S R Bab Peubah Acak. Konsep Dasar Peubah Acak Peubah acak adalah suatu fungsi dari ruang contoh ke bilangan nyata, f : S R Contoh peubah acak: Jika X adalah peubah acak banyaknya sisi muka yang muncul pada

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x)

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x) II. TINJUAN PUSTAKA 2.1. Limit Definisi lim f(x) = L, dan mengatakan limit f (x) ketika x mendekati a sama dengan L, jika dapat dibuat nilai f (x) sebarang yang dekat dengan L dengan cara mengambil nilai

Lebih terperinci

AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria

AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2009 BIDANG MATEMATIKA SMP

SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2009 BIDANG MATEMATIKA SMP SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 009 BIDANG MATEMATIKA SMP SOAL PILIHAN GANDA 1. Jika a, b, 1, c, dan d membentuk barisan aritmetika, maka a + b + c + d = a. 4 b. 60 c. d. 90.

Lebih terperinci

Matematika Ebtanas IPS Tahun 1999

Matematika Ebtanas IPS Tahun 1999 Matematika Ebtanas IPS Tahun EBTANAS-IPS--0 Dengan merasionalkan enebut dari bentuk sederhanana + + EBTANAS-IPS--0 Nilai dari + () + EBTANAS-IPS--0 Nilai ang memenuhi + 6, maka EBTANAS-IPS--0 Akar-akar

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan BAGIAN KEDUA Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan 51 52 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 53 6. FUNGSI 6.1 Fungsi dan Grafiknya Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried Wilhelm von Leibniz

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral oleh Sudaratno Sudirham i Hak cita ada enulis, SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral Oleh: Sudaratmo Sudirham Darublic,

Lebih terperinci

SIMAK UI 2010 Matematika Dasar

SIMAK UI 2010 Matematika Dasar SIMAK UI 00 Matematika Dasar Kode Soal 307 Doc. Name: SIMAKUI00MATDAS307 Version: 0-0 halaman 0. Dua buah dadu dilemar secara bersamaan. x adalah angka yang keluar dari dadu ertama. y adalah angka yang

Lebih terperinci

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D 1 FUNGSI KONTINU, Ph.D FUNGSI KONTINU 3 1 Kekontinuan Bab ini akan diawali dengan klas fungsi yang terpenting dalam analisis riil, yaitu klas fungsi-fungsi kontinu. Terlebih dahulu akan didenisikan gagasan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN

MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN OLEH LUKMANUDIN D07.090.5 PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Dasar-dasar Statistika Pemodelan Sistem

Dasar-dasar Statistika Pemodelan Sistem Dasar-dasar Statistika Pemodelan Sistem Kuliah Pemodelan Sistem Semester Genap 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U Januari 2016 MZI (FIF Tel-U) Statistika Pemodelan Januari 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Permasalahan Bidang ilmu analisis meruakan salah satu cabang ilmu matematika yang di dalamnya banyak membicarakan konse, aksioma, teorema, lemma disertai embuktian

Lebih terperinci

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR 3 BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR 4.. Sebaran asimtotik dari,, Teorema 4. ( Normalitas Asimtotik

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Akar Barisan a 1, a 2, a 3, a 4,... adalah susunan bilangan-bilangan real yang teratur, satu untuk setiap bilangan bulat positif. adalah fungsi yang

Lebih terperinci

MA5181 PROSES STOKASTIK

MA5181 PROSES STOKASTIK Catatan Kuliah MA5181 PROSES STOKASTIK disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Tentang MA5181 Proses Stokastik A. Jadwal kuliah:

Lebih terperinci

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT 29 BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT 4.1 Perumusan Penduga Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen

Lebih terperinci

TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 2014

TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 2014 TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 4 Berilah tanda silang () ada huruf a, b, c, d, atau e di dean jawaban yang benar!. Diketahui remis-remis berikut. Jika Yudi rajin belajar maka ia menjadi andai. Jika Yudi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan beberapa definisi sebagai landasan dalam penelitian ini. Konsep dasar ini berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

Lebih terperinci

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70 Matematika I: APLIKASI TURUNAN Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 70 Outline 1 Maksimum dan Minimum Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 70 Outline

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 7/8. Diketahui remis remis : () Jika Badu rajin belajar dan atuh ada orang tua, maka Aah membelikan bola basket () Aah tidak membelikan bola

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB Deret Tak Hingga Pada bagian ini akan dibicarakan penjumlahan berbentuk a +a 2 + +a n + dengan a n R Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pengertian barisan

Lebih terperinci

Bab 7 Ekspektasi dan Fungsi Pembangkit Momen: Cintailah Mean

Bab 7 Ekspektasi dan Fungsi Pembangkit Momen: Cintailah Mean MA38 Teori Peluang - Khreshna Syuhada Bab 7 Bab 7 Ekspektasi dan Fungsi Pembangkit Momen: Cintailah Mean Ilustrasi 7. Seorang peserta kuis diberi dua buah pertanyaan (P-, P-2), yang harus dijawab dengan

Lebih terperinci

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR Elma Rahayu Manuharawati Jurusan Matematika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya 603 Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

Senin, 18 JUNI 2001 Waktu : 2,5 jam

Senin, 18 JUNI 2001 Waktu : 2,5 jam UJIAN AKHIR SEMESTER KALKULUS I Senin, 8 JUNI Waktu :,5 jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT. Tentukan (a) x + sin x dx (b) x x p x dx. Tentukan dy dx jika (a) y +) (x + ln x (b) y sin p x. Tentukan ln x p

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I. Latar Belakang Masalah Dalam beberaa tahun terakhir ini, roses emonitoran kestabilan barisan matriks korelasi mendaatkan erhatian yang amat serius dalam literatur, terutama dalam literatur

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 1. PELUANG

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 1. PELUANG Pertemuan 3. 1.6 Peluang Bersyarat BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 1. PELUANG Peluang terjadinya suatu kejadian B bila diketahui bahwa kejadian A telah terjadi disebut

Lebih terperinci

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan 4 BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA JUMLAH PERTEMUAN : 5 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan kekonvergenan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permintaan Pariwisata Pariwisata mamu mencitakan ermintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan ariwisata biasanya diukur dari segi jumlah

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI PELUANG

DASAR-DASAR TEORI PELUANG DASAR-DASAR TEORI PELUANG Herry P. Suryawan 1 Ruang Peluang Definisi 1.1 Diberikan himpunan tak kosong Ω. Aljabar-σ (σ-algebra pada Ω adalah koleksi subhimpunan A dari Ω dengan sifat (i, Ω A (ii jika A

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 9 April 001 Waktu :,5 jam 1. Tentukan dy dx jika (a) y 5x (x + 1) (b) y cos x.. Dengan menggunakan de nisi turunan, tentukan f 0 (x) untuk fungsi f berikut f (x)

Lebih terperinci

Menentukan Rumus Umum Suku ke-n dari Barisan Bilangan dalam BentukPenjumlahan Polinom Melalui Sistim Persamaan Linier. OLEH WARMAN, S.Pd.

Menentukan Rumus Umum Suku ke-n dari Barisan Bilangan dalam BentukPenjumlahan Polinom Melalui Sistim Persamaan Linier. OLEH WARMAN, S.Pd. Menentukan Rumus Umum Suku ke-n dari Barisan Bilangan dalam BentukPenjumlahan Polinom Melalui Sistim Persamaan Linier OLEH WARMAN, S.Pd. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BLITAR SMP NEGERI 1 GANDUSARI Agustus

Lebih terperinci

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL BAB V. INTEGRAL Anti-turunan dan Integral TakTentu Persamaan Diferensial Sederhana Notasi Sigma dan Luas Daerah di Bawah Kurva Integral Tentu Teorema Dasar Kalkulus Sifat-sifat Integral Tentu Lebih Lanjut

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peluang Peluang mempunyai banyak persamaan arti, seperti kemungkinan, kesempatan dan kecenderungan. Peluang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang bersifat acak.

Lebih terperinci

Ilustrasi Persoalan Matematika

Ilustrasi Persoalan Matematika Pendahuluan Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan rekayasa (engineering), seperti

Lebih terperinci

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam kondisi yang sama, yang hasilnya tidak dapat diprediksi dengan tepat tetapi kita

Lebih terperinci

P (A c B c ) = P [(A B) c ] = 1 P (A B) = 1 P (A) P (B) + P (AB)

P (A c B c ) = P [(A B) c ] = 1 P (A B) = 1 P (A) P (B) + P (AB) Diskusi 1 Tanggal 29 Januari 2014, Waktu: suka-suka menit 1. Buktikan bahwa: P (A c B c ) 1 P (A) P (B) + P (AB) P (A c B c ) P [(A B) c ] 1 P (A B) 1 P (A) P (B) + P (AB) 2. Diketahui P (A B) P (A B c

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

STATISTIK PERTEMUAN VI

STATISTIK PERTEMUAN VI STATISTIK PERTEMUAN VI 1. TEORI PENDUKUNG 1.1 Pendahuluan 1. Variabel acak 1.3 Distribusi variabel acak diskrit 1.4 Distribusi variabel acak kontinu 1.5 Distribusi multivariat 1.1 Pendahuluan Definisi

Lebih terperinci

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh BAB III INTEGRAL LEBESGUE Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh fungsi-fungsi terukur dan memenuhi sifat yang berkaitan dengan integral Lebesgue. Kajian mengenai keterukuran suatu

Lebih terperinci

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 9 APLIKASI ISOUNTE ASH FLOW PAA KONTROL INVENTORY ENGAN BEBERAPA MAAM KREIT PEMBAYARAN SUPPLIER Hansi Aditya, Rully Soelaiman Manajemen Teknologi Informasi MMT -

Lebih terperinci

Kalkulus Diferensial week 09. W. Rofianto, ST, MSi

Kalkulus Diferensial week 09. W. Rofianto, ST, MSi Kalkulus Diferensial week 09 W. Rofianto, ST, MSi Tingkat Perubahan Rata-rata Jakarta Km 0 jam Bandung Km 140 Kecepatan rata-rata s t 140Km jam 70Km / jam Konsep Diferensiasi Bentuk y/ disebut difference

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV Mata Kuliah Wajib 2 sks untuk mahasiswa Program Studi Matematika Oleh Dr. WURYANSARI MUHARINI KUSUMAWINAHYU, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2009 BIDANG MATEMATIKA SMP 2009

SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2009 BIDANG MATEMATIKA SMP 2009 A. SOAL PILIHAN GANDA SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 009 BIDANG MATEMATIKA SMP 009. Jika a, b,, c, dan d membentuk barisan aritmetika, mka a + b + c + d = 4 60 90. Misalkan

Lebih terperinci

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield 2.6. Jaringan Saraf Tiruan Hofield Jaringan syaraf Tiruan Hofield termasuk iterative autoassociative network yang dikembangkan oleh Hofield ada tahun 1982, 1984. Dalam aringan Hofield, semua neuron saling

Lebih terperinci