BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh"

Transkripsi

1 BAB III INTEGRAL LEBESGUE Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh fungsi-fungsi terukur dan memenuhi sifat yang berkaitan dengan integral Lebesgue. Kajian mengenai keterukuran suatu fungsi telah dibahas pada bab II. Selanjutnya, pada bab ini akan dikaji teori dari integral Lebesgue yang meliputi definisi dan sifat-sifatnya. Pada subbab 3.1 akan dibahas terlebih dahulu integral Lebesgue dari fungsi-fungsi khusus, yaitu fungsi karakteristik dan fungsi sederhana, kemudian pada subbab 3.2 akan dibahas teori integral Lebesgue dari fungsi tak negatif. Terdapat fakta bahwa sebarang fungsi terukur tak negatif dapat didekati oleh suatu fungsi sederhana. Hal ini mengakibatkan Integral Lebesgue untuk fungsi terukur yang lebih umum juga dapat dikonstruksi melalui pendekatan integral Lebesgue untuk fungsi sederhana. 3.1 Integral Lebesgue dari Fungsi Khusus yang Terukur dan Sifat-sifatnya Pada subbab ini akan dibahas integral Lebesgue untuk fungsi-fungsi khusus yang terukur, yaitu fungsi karakteristik dan fungsi sederhana. Teori ini selanjutnya akan digunakan untuk mendefinisikan integral Lebesgue untuk fungsi terukur yang lebih umum. 51

2 52 Definissi (Fungsi Karakteristik) Misalkan E adalah sebuah himpunan terukur dan. Fungsi karakteristik untuk himpunan A yaitu : {0,1} yang didefinisikan dengan, 1 = 0 Fungsi Dirichlet adalah salah satu contoh dari fungsi karakteristik untuk bilangan rasional Q. Fungsi ini merupakan salah satu fungsi yang terintegralkan Lebesgue sebagaimana pada pembahasan selanjutnya. Teorema Misalkan E adalah sebuah himpunan terukur. Fungsi karakteristik dari himpunan, adalah terukur jika dan hanya jika adalah himpunan terukur. Integral Lebesgue untuk fungsi karakteristik dari himpunan yang terukur didefinisikan sebagai ukuran Lebesgue dari irisan domain fungsi tersebut dengan himpunan, sebagaimana dinyatakan dalam definisi berikut ini. Definisi Misalkan : {0,1} adalah fungsi karakteristik yang terukur dan A adalah subset terukur dari E. Integral Lebesgue untuk fungsi karakteristik didefinisikan sebagai = =

3 53 Definisi (Fungsi Sederhana) Misalkan adalah sebuah himpunan terukur, dengan =1,2,3,, adalah subset-subset dari E yang saling lepas dengan =1 = dan misalkan adalah bilangan real berbeda yang berhingga banyaknya. Sebuah fungsi sederhana :, didefinisikan sebagai. Jika nilai dibatasi menjadi 0 < maka fungsi sederhana yang telah didefinisikan sebelumnya disebut fungsi sederhana tak negatif. Berdasarkan Definisi 3.1.4, setiap fungsi sederhana adalah sebuah kombinasi linear berhingga dari fungsi karakteristik. Perhatikan bahwa sebarang fungsi yang didefinisikan pada himpunan terukur, misalkan, yang hanya mempunyai berhingga banyak nilai yang berbeda 1, 2,, dapat selalu dituliskan sebagai fungsi sederhana = di mana ={ := } dan =1 =. Contoh Misalkan diberikan interval tertutup dan terbatas [,] R. Untuk = 1,2,3,,, misalkan =[ 1, sedemikian sehingga =1 =[,] dan misalkan juga adalah suatu bilangan real tak negatif. Jika adalah fungsi karakteristik untuk masing-masing interval maka hasil jumlah =

4 54 adalah sebuah fungsi tangga yang juga merupakan fungsi sederhana karena masing-masing subinterval adalah terukur. Selanjutnya ambil dua buah interval [0,1] dan (1,2], jika =2 Q [,] +3 Q,] Maka adalah sebuah fungsi sederhana sebab interval [0,1] dan (1,2] terukur dan hanya memiliki berhingga buah nilai yang berbeda, namun bukan merupakan fungsi tangga. Teorema Misalkan s adalah sebuah fungsi sederhana yang didefinisikan pada himpunan terukur E, dalam bentuk. Fungsi sederhana s adalah terukur jika dan hanya jika masing-masing himpunan dengan =1,2,3,, adalah himpunan terukur. Teorema berikut ini menjelaskan bahwa untuk sebarang fungsi terukur, dapat ditemukan suatu barisan fungsi sederhana yang konvergen ke fungsi terukur tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebarang fungsi terukur dapat didekati oleh fungsi sederhana. Teorema Misalkan : [0, ] adalah sebuah fungsi terukur. Terdapat barisan fungsi sederhana yang terukur pada sedemikian sehingga a) 0. b) ketika, untuk setiap.

5 55 Bukti Misalkan diberikan sebuah fungsi terukur : [0, ], akan ditunjukkan bahwa terdapat barisan dari fungsi-fungsi sederhana yang memenuhi kondisi di atas. Untuk N dan 1 2, partisikan [0, ] ke dalam subinterval-subinterval yang tidak saling tumpang tindih, oleh, = 1 2, 2 Kemudian definisikan juga, = 1 1 2, Definisikan fungsi sederhana pada dengan 2 2 dan = 1 [,. = 1, + =1 2 Sehingga adalah fungsi sederhana yang terukur untuk setiap N, karena, dan masing-masing adalah himpunan terukur. Sekarang ambil sebarang, N dengan, perhatikan bahwa, 2 2 = 1, + 1, + = =1 2 dengan demikian monoton naik. Selanjutnya akan dibuktikan bagian b). Jika < (dengan kata lain f terbatas), yaitu misalkan di mana =1 2 adalah konstanta real positif. Karena, terdapat bilangan asli terkecil 0 di mana < sedemikian sehingga untuk setiap berlaku,

6 56 Maka untuk setiap dan N di mana, terdapat N sedemikian sehingga 1 2 < < 1 2. Misalkan diberikan sebarang >0, terdapat 1 N sedemikian sehingga < 1 2 < untuk setiap dan untuk setiap. Jika =, maka definisikan =, sehingga lim =. Selanjutnya akan didefinisikan integral Lebesgue untuk fungsi sederhana yang terukur, kemudian akan dibahas juga sifat-sifatnya Definisi Misalkan s adalah sebuah fungsi sederhana yang terukur pada E dengan bentuk =, Dimana 1, 2,, adalah nilai yang berbeda dari s dan =1 =, dan misalkan A adalah subset terukur dari E. Integral Lebesgue untuk fungsi sederhana s atas himpunan A didefinisikan sebagai =. =1 Penetapan 0. =0 digunakan di sini, sebab mungkin terjadi =0 untuk suatu i sedangkan =. Teorema 3.1.9

7 57 Misalkan u dan v adalah dua buah fungsi sederhana yang terukur dan terdefinisi pada E. Jika dimana A terukur, maka a) + b) =. = +. c)... d) =.. =. e) 0.. =0, =0... f). Teorema Misalkan u adalah sebuah fungsi sederhana yang didefinisikan pada E dan, dengan A dan B adalah himpunan terukur. a) Jika = maka = +. b) Jika dan 0 maka. 3.2 Integral Lebesgue untuk Fungsi Tak Negatif yang Terukur Lebesgue dan Sifat-sifatnya Sebelum pembahasan mengenai integral Lebesgue untuk fungsi tak negatif yang terukur, akan didefinisikan terlebih dahulu bagian positif dan bagian negatif dari sebuah fungsi. Bagian positif dan bagian negatif ini diperlukan dalam mendefinisikan integral Lebesgue untuk fungsi umum yang terukur.

8 58 Definisi Misalkan adalah sebuah himpunan terukur dan misalkan diberikan sebarang fungsi : [0, ]. Bagian positif + dari fungsi didefinisikan sebagai,, 0 + = 0, <0 Dan bagian negatif dari fungsi didefinisikan sebagai,, <0 = 0, 0. Selanjutnya akan diperlihatkan bahwa bagian positif dan bagian negatif dari sebuah fungsi terukur adalah terukur, Sebagaimana teorema berikut ini. Teorema Misalkan adalah sebuah himpunan terukur. Jika : [0, ] adalah sebuah fungsi terukur, maka + dan adalah fungsi teurukur. Bukti Misalkan adalah sebarang fungsi terukur yang didefinisikan pada, akan ditunjukkan bahwa + dan adalah fungsi terukur. Berdasarkan definisi dari + dan, bagian positif dan bagian negatif dari fungsi dapat dituliskan secara berturut-turut sebagai, + =max{,0} Dan = min{,0}.

9 59 Karena fungsi terukur, maka berdasarkan Teorema fungsi + dan adalah terukur. Dapat dilihat bahwa baik + maupun bernilai tak negatif dan dapat dituliskan, = = +. Selanjutnya akan didefinisikan integral Lebesgue untuk fungsi terukur tak negatif dan beberapa sifat dari integral tersebut. Definisi Misalkan E adalah himpunan terukur dan [0, ] adalah sebuah fungsi terukur yang bernilai tak negatif. Integral Lebesgue untuk f didefinisikan oleh sup: h 0. Ketika f diintegralkan atas sebuah himpunan terukur, diperoleh sup: h 0. Berikut ini akan dibahas mengenai sifat kemonotonan dan kelinearan dari integral Lebesgue untuk fungsi bernilai tak negatif yang terukur Lebesgue. Teorema Misalkan f dan g adalah fungsi terukur non negative dan.

10 60 Bukti. a) Jika. pada A maka. b) Untuk >0,+ dan adalah fungsi terukur non negative maka Dan +=+ =. Pertama akan dibuktikan bagian a). Misalkan diberikan dua buah fungsi terukur sederhana,: [0, ] dengan... Misalkan dan adalah sebarang fungsi terukur sederhana pada yang memenuhi sifat 0 dn 0 secara berturut-turut. Karena akibatnya diperoleh pada, sehingga sup:0 =. Jika diambil supremum atas seluruh fungsi sederhana maka akan diperoleh, =sup:0. Untuk membuktikan bagian b), pertama akan diperlihatkan untuk >0 berlaku =.. Misaklan adalah sebarang fungsi sederhana pada dengan 0 dan misalkan juga merupakan fungsi sederhana sedemikian sehingga 0. Dengan mengambil supremum atas seluruh dan diperoleh,

11 61 sup:0 =sup:0 Dengan demikian, =sup:0. =. Selanjutnya akan diperlihatkan bahwa, +=+, Yaitu menunjukkan kedua peryataan berikut berlaku: i) + ii) Pertama akan diperlihatkan pernyataan i) berlaku. Misalkan dan adalah dua buah fungsi sederhana terukur dengan 0 dan 0 pada. Karena 0 dan 0 akibatnya diperoleh + +, dengan menggunakan definisi integral Lebesgue untuk fungsi + atas dan berdasarkan sifat kelinearan integral untuk fungsi sederhana, diperoleh +=sup+: =+. Dengan mengambil supremum atas seluruh dan diperoleh,

12 Untuk ketaksamaan sebaliknya, misalkan adalah sebuah fungsi terukur sederhana pada, misalkan =min{,} dan =, di mana dan adalah fungsi terukur sederhana dan lebih lanjut diperoleh 0 dan 0 pada. Dengan demikian, =+ 〱 +. Dengan mengambil supremum atas seluruh diperoleh + +. Karena pernyataan i) dan ii) berlaku, maka dapat disimpulkan bahwa += Integral Lebesgue untuk Fungsi Umum yang Terukur Lebesgue dan Sifat-sifatnya Sebelumnya telah didefinisikan integral Lebesgue untuk fungsi-fungsi khusus, dimulai dari fungsi karakteristik sampai dengan fungsi tak negatif yang terukur. Selanjutnya, akan didefinisikan integral Lebesgue untuk sebarang fungsi yang terukur dan akan dikaji juga sifat-sifatnya. Definisi Misalkan : [0, ] adalah fungsi terukur. Integral Lebesgue untuk fungsi f atas himpunan terukur didefinisikan sebagai,

13 63 = +. Fungsi f dikatakan terintegralkan Lebesgue jika masing-masing + dan bernilai hingga. Koleksi semua fungsi yang terintegralkan Lebesgue akan dinotasikan dengan 1. Selanjutnya, akan dibahas beberapa sifat-sifat dasar dari integral Lebesgue untuk sebarang fungsi terukur yang umum. Teorema Misalkan : [0, ] adalah sebuah fungsi terukur dan A adalah subset terukur dari E. Fungsi f terintegralkan Lebesgue atas A jika dan hanya jika terintegralkan atas A. Bukti Misalkan f adalah sebuah fungsi terukur dan himpunan terukur. Pertama asumsikan bahwa, akan diperlihatkan bahwa 1. Karena, diperoleh dengan demikian haruslah + <, < dan <. Sehingga, karena + dan adalah fungsi terukur yang bernilai tak negatif akibatnya diperoleh,

14 64 = + + Jadi dapat disimpulkan bahwa 1. = + + <. Selanjutnya asumsikan bahwa 1, akan ditunjukkan bahwa. Karena 1, akibatnya dengan demkian, Sehingga diperoleh, + = + + < < dan <. = + <. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa. Teorema Misalkan adalah sebuah fungsi terukur dan A adalah himpunan terukur dengan. Jika terdapat sebuah fungsi sedemikian sehingga, maka. Bukti Misalkan diberikan sebarang fungsi terukur dan subset yang terukur, dan asumsikan bahwa terdapat sedemikian sehingga. Akan ditunjukkan bahwa. Karena + + = akibatnya diperoleh + dan

15 65. Karena ketiga fungsi +,,dan terukur dan tak negatif, berdasarkan Teorema diperoleh, Karena maka, Dengan demikian, + dan + +. < dan < = + Jadi, dapat disimpulkan bahwa. <. Berikut ini akan disajikan beberapa Teorema mengenai sifat-sifat dasar Integral Lebesgue. Teorema ini adalah perumuman dari beberapa sifat-sifat dasar Integral Lebesgue yang telah disajikan pada subbab sebelumnya. Teorema Jika, dengan,: [0, ] maka: a) Fungsi di mana c adalah sebarang konstanta, dan =. b) Fungsi +, dan +=+. c) Jika., maka

16 66. d) Jika 1 dan 2 adalah himpunan terukur yang saling lepas di E, maka = e) Jika di mana dan adalah sebarang konstanta, maka.. Bukti Misalkan diberikan sebarang, dan sebarang konstanta, akan diperlihatkan bahwa pernyataan a), b), c) dan d) berlaku. Pertama akan dibuktikan bagian a), asumsikan bahwa 0, akibatnya + = + dan =. Sehingga, berdasarkan Definisi diperoleh = + = = =. Selanjutnya, jika <0 maka + = dan = +, sehingga diperoleh

17 67 = + = + =. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa =. Berikutnya akan dibuktikan bagian b). Diketahui bahwa,, akibatnya berdasarkan Teorema 3.3.2, 1. Karena dan adalah fungsi terukur yang bernilai tak negatif, maka berdasarkan Teorema terintegralkan atas dan berdasarkan ketaksamaan segitiga, diperoleh + + <. Dengan demikian + 1, dan +. Lebih jauh, diperoleh += = + + = = + =+.

18 68 Selanjutnya akan dibuktikan bagian c). Diketahui bahwa... Hal ini mengakibatkan 0. Oleh karena itu, diperoeh 0 Dengan menggunakan hasil dari pernyataan b) didapatkan, = +. Dengan demikian terbukti bahwa. Untuk membuktikan bagian d) perhatikan bahwa, = = + = +. Terakhir, bagian e) jelas berlaku, karena 1 =. Teorema Jika dengan : [0, ], maka. Bukti Misalkan diberikan sebarang fungsi, karena = dan = + +, dengan menggunakan ketaksamaan segitiga diperoleh = +

19 69 = + + =. Jadi terbukti bahwa =. Berikut ini akan disajikan Teorema-teorema yang menjadi konsep penting dari pembahasan ruang, terutama pada pembahasan barisan fungsi di dan fungsional linear terbatas. Teorema (Teorema Konvergensi Terbatas) Misalkan adalah sebuah barisan dari fungsi-fungsi terukur yang terdefinisi pada himpunan terukur E dengan < dan misalkan untuk setiap x dan n dan untuk suatu bilangan real M. Jika =lim untuk setiap, maka = lim.

20 70 Teorema kekonvergenan monoton menjamin bahwa barisan fungsi pada 1 yang bernilai tak negatif dan konvergen akan memiliki limit fungsi di 1 jika barisan fungsi tersebut monoton naik. Teorema (Teorema Kekonvergenan Monoton) Misalkan adalah sebuah barisan dari fungsi-fungsi terukur pada. Jika 0 dan lim =, untuk setiap, maka terukur dan, Bukti lim =lim. Misalkan adalah barisan fungsi terukur tak negatif pada, monoton naik, dan konvergen titik demi titik ke fungsi pada. Teorema menjamin keterukuran dari lim. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa lim =lim. Karena +1 untuk setiap N, maka berdasarkan Teorema diperoleh +1 untuk setiap N. Selanjutnya, karena barisan konvergen ke fungsi maka untuk setiap N, berdasarkan Teorema maka untuk setiap N. Perhatikan bahwa, barisan monoton naik dan terbatas oleh, oleh karena itu akan terdapat [0, sedemikian sehingga lim =.

21 71 Sekarang akan diperlihatkan bahwa =lim dengan menunjukkan bahwa, i) ii). dan =, yaitu Karena =sup{ : N} dan, N akibatnya diperoleh,. Dengan demikian ketaksamaan (i) terbukti. Untuk membuktikan ketaksamaan (ii), misalkan adalah sebarang fungsi sederhana sedemikian sehingga 0, dan misalkan adalah sebarang konstanta dengan 0<<1 dan definisikan =:0,di mana =1,2,3, Karena terukur untuk setiap N akibatnya himpunan terukur untuk setiap N dan karena monoton naik maka diperoleh, Selanjutnya, akan diperlihatkan bahwa =. Karena untuk setiap N, maka diperoleh =1. Selanjutnya, akan diperlihatkan bahwa. Ambil sebarang, jika =0 maka =0 untuk setiap N dan =0, dengan demikian untuk setiap N. Selanjutnya jika >0, maka >> dan > untuk setiap N yang cukup besar. Hal ini juga menunjukkan bahwa, untuk suatu N dan akibatnya diperoleh. Jadi = Sekarang perhatikan bahwa,.

22 72 untuk =1,2,3, Dengan demikian, diperoleh lim atau dengan kata lain lim lim Karena ketaksamaan ini berlaku untuk setiap 0,1, maka diperoleh Untuk setiap fungsi sederhana terukur dengan 0, sehingga dengan mengambil supremum atas seluruh diperoleh,. Dengan demikian ketaksamaan (i) dan (ii) berlaku, sehingga dapat disimpulkan bahwa lim Ĺ==lim. Teorema (fatou s lemma) Jika 1, 2, adalah fungsi terukur tak negatif, maka lim inf lim inf.

23 73 Bukti. Definisikan, =inf, +1, +2, dengan =1,2,3,. Perhatikan bahwa 0,, dan adalah barisan monoton naik. Berdasarkan Teorema , adalah fungsi terukur untuk =1,2,3, dan lim =lim inf. Sehingga dengan menggunakan Teorema diperoleh lim inf =lim = lim = lim inf lim inf karena. Selanjutnya akan disajikan Teorema mengenai kondisi yang diperlukan agar sebarang barisan di 1 yang konvergen mempunyai limit di 1. Teorema (Teorema Konvergensi Terdominasi) Misalkan : [, ] adalah fungsi terukur untuk setiap N dan asumsikan bahwa fungsi 0 di mana. Jika lim dan,

24 74 maka lim 1 dan lim = lim. Bukti Diberikan sebarang barisan fungsi terukur pada di mana barisan konvergen titik demi titik pada dan asumsikan juga bahwa terdapat fungsi 0 di mana sedemikian sehingga untuk setiap. Akan diperlihatkan bahwa pernyataan pada teorema di atas berlaku. Misalkan =lim untuk setiap, akibatnya berdasarkan Teorema adalah sebuah fungsi terukur. Karena untuk setiap N dan maka berdasarkan Teorema untuk setiap N, demikian juga karena =lim haruslah, akibatnya. Selanjutnya, perhatikan bahwa karena dan akibatnya fungsi +,+,,dan adalah fungsi terukur yang bernilai non negative. diperoleh, Yaitu, Dengan mengaplikasikan Lemma Fatou pada fungsi + dan + liminf+ =+ liminf+.

25 75 + +liminf. Karena maka bernilai hingga, dengan demikian kedua ruas pada ketaksamaan di atas dapat dikurangi oleh, diperoleh liminf. Dengan cara yang serupa, aplikasikan juga Lemma Fatou pada fungsi terukur tak negatif 噮 dan, diperoleh dengan kata lain, liminf = liminf Akhirnya diperoleh, lim sup. lim sup lim inf Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lim inf ada dan sama dengan lim.. Selanjutnya akan didefinisikan integral tak tentu dari suatu fungsi terukur yang terdefinisi pada suatu interval [,].

26 76 Definisi Misalkan fungsi f terintegralkan lebesgue pada [,] dan pada setiap interval [,] [,]. Didefinisikan fungsi F dengan =+ Untuk suatu konstanta c. Selanjutnya F dikatakan integral tak tentu dari f. Teorema Jika fungsi F kontinu mutlak pada interval [,], maka berlaku =+ dengan = dan konstanta c. Dengan kata lain terintegralkan pada interval [,] dan =. Teorema berikut ini menyatakan hubungan antara fungsi yang terintegralkan Riemann dengan fungsi yang terintegralkan Lebesgue, yaitu jika

27 77 sebuah fungsi terintegralkan Riemann maka fungsi tersebut juga terintegralkan Lebesgue. Teorema Jika R[,] maka [,] dan [,] =R.

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi semua fungsi yang terintegralkan Lebesgue, 1. Sebagaimana telah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada Bab II, selanjutnya pada bab ini akan dipelajari gagasan mengenai fungsi terukur Lebesgue. Gagasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. Sebagaimana telah diketahui, pengkonstruksian integral Riemann dilakukan dengan cara pemartisian

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI ( ) =

II. LANDASAN TEORI ( ) = II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri BAB II KAJIAN TEORI Analisis kekonvergenan pada barisan fungsi, apakah barisan fungsi itu? Apakah berbeda dengan barisan pada umumnya? Tentunya sebelum membahas mengenai barisan fungsi, apa saja jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral merupakan salah satu konsep penting dalam matematika dan banyak aplikasinya. Dalam kehidupan sehari-hari integral dapat diaplikasikan dalam berbagai

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH TEORI INTEGRAL (MAA 525)

SILABUS MATAKULIAH TEORI INTEGRAL (MAA 525) SILABUS MATAKULIAH TEORI INTEGRAL (MAA 525) JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI BANDUNG 200 A. IDENTITAS MATAKULIH. Nama Matakuliah : Teori Integral 2. Kode Matakuliah : MAA 525 3. Program : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH BAB III KEKONVERGENAN LEMAH Bab ini membahas inti kajian tugas akhir. Di dalamnya akan dibahas mengenai kekonvergenan lemah beserta sifat-sifat yang terkait dengannya. Sifatsifat yang dikaji pada bab ini

Lebih terperinci

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan Pada bagian A ini pembahasan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama membahas mengenai transformasi

Lebih terperinci

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1 An-2 1. PENDAHULUAN Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah membahas tentang integral Lebesgue

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3. Topologi Garis Bilangan Real 3.1 Teori Limit Limit, supremum, dan infimum Titik limit 3.2 Himpunan Buka dan Himpunan Tutup 3.3

Lebih terperinci

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real 5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real Sifat aljabar dan sifat urutan bilangan real telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, akan dijelaskan sifat kelengkapan bilangan real. Bilangan rasional ℚ juga memenuhi

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN Pertemuan ke-: 10, 11, dan 12 Penyusun : Kosim Rukmana Materi: Barisan Bilangan Real 7. Barisan dan Limit Barisan 6. Teorema Limit Barisan 7. Barisan Monoton URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN 7. Barisan dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada BAB II DASAR TEORI Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada pembahasan BAB III, mulai dari definisi sampai sifat-sifat yang merupakan konsep dasar untuk mempelajari Fungsi

Lebih terperinci

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No. (TIU) : 1. Pendahuluan Mahasiswa dapat memahami pengertian dan konsep himpunan, fungsi dan induksi matematik, mampu menerapkannya dalam penyelesaian soal dan

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 12, 2011 Teorema 11 pada Bab 3 memberi kita cara untuk menyelidiki kekonvergenan sebuah barisan tanpa harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan merupakan hal yang mengalami perkembangan secara terus-menerus. Diantaranya teori integral yaitu ilmu bidang matematika analisis yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass, II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi Integral Atas dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass, serta teorema-teorema yang mendukung

Lebih terperinci

Misal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap

Misal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO PENYELESAIAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA 2012/2013 Mata Ujian : Analisis Real 1 Tipe Soal : Reguler Dosen : Dr. Julan HERNADI Waktu : 90 menit

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Masalah Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen pada interval dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi intensitas diasumsikan terintegralkan lokal

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 26, 2007 Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Apakah masuk akal untuk membahas luas daerah

Lebih terperinci

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11.1 Definisi dan Limit Fungsi Monoton Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila untuk setiap x, y H dengan x < y berlaku

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA 1 MINGGU KE- POKOK DAN SUB POKOK BAHASAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATAKULIAH : TEORI UKURAN DAN INTEGRAL

Lebih terperinci

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT 29 BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT 4.1 Perumusan Penduga Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen

Lebih terperinci

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK 3. Perumusan Penduga Misalkan N adalah proses Poisson non-homogen pada interval 0, dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi intensitas

Lebih terperinci

BAB 3 REVIEW PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL DAN GLOBAL DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

BAB 3 REVIEW PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL DAN GLOBAL DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT 9 BAB 3 REVIEW PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL DAN GLOBAL DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen pada interval dengan fungsi intensitas yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3.3 Himpunan Kompak Himpunan tak terhingga lebih sulit ditangani daripada himpunan terhingga. Namun ada himpunan tak terhingga yang

Lebih terperinci

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan 4 BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA JUMLAH PERTEMUAN : 5 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan kekonvergenan

Lebih terperinci

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE Ikram Hamid Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Khairun ABSTRACT In this paper, we discuss a Riemann-type

Lebih terperinci

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga, DERET TAK HINGGA Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan Definisi Deret tak hingga,, konvergen dan mempunyai jumlah S, apabila barisan jumlah jumlah parsial konvergen menuju S.

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. August 18, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. August 18, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 18, 2011 Kita telah mencatat sebelumnya bahwa supremum dan infimum suatu himpunan tidak harus merupakan anggota himpunan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 11, 2007 Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila

Lebih terperinci

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1).

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1). FUNGSI KONTINU 51 FUNGSI KONTINU 511 Definisi A R, f: A R, dan c A Kita mengatakan bahwa f kontinu di c jika, diberi persekitaran Vg (f (c)) dari f (c) terdapat persekitaran (c) dari c sedemikian sehingga

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1 FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, 117 132 KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU Malahayati 1 1 Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik 16. BARISAN FUNGSI 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik Bila pada bab-bab sebelumnya kita membahas fungsi sebagai sebuah objek individual, maka pada bab ini dan selanjutnya kita akan

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, banyak permasalahan yang dapat dimodelkan dengan proses stokastik. Proses stokastik dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses stokastik dengan waktu

Lebih terperinci

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks 0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z

Lebih terperinci

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV Mata Kuliah Wajib 2 sks untuk mahasiswa Program Studi Matematika Oleh Dr. WURYANSARI MUHARINI KUSUMAWINAHYU, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA Mila Apriliani Utari, Encum Sumiaty, Sumanang Muchtar Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia *Coresponding

Lebih terperinci

YOHANA SUWANDI NIM 83950

YOHANA SUWANDI NIM 83950 INTEGRAL MCSHANE TUGAS AKHIR untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana sains YOHANA SUWANDI NIM 83950 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Daftar Isi 3. BARISAN ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB

Daftar Isi 3. BARISAN ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 29, 2011 Dalam kisah Zeno tentang perlombaan lari antara Achilles dan seekor kura-kura, ketika Achilles mencapai

Lebih terperinci

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ RUANG LIPSCHITZ Muhammad Rifqi Agustian 1), Rizky Rosjanuardi 2), Endang Cahya 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: Muhammadrifqyagustian@yahoo.co.id ABSTRAK. Diberikan ruang

Lebih terperinci

BAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret

BAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret BAGIAN PERTAMA Bilangan Real, Barisan, Deret 2 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 3 0. BILANGAN REAL 0. Bilangan Real sebagai Bentuk Desimal Dalam buku ini pembaca diasumsikan telah mengenal dengan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. November 19, 2007 Secara geometris, f kontinu di suatu titik berarti bahwa grafiknya tidak terputus

Lebih terperinci

BARISAN BILANGAN REAL

BARISAN BILANGAN REAL BAB 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut pola tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral Johan Matheus Tuwankotta 1 February 2, 2012 1 Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no. 10, Bandung, Indonesia. mailto:theo@math.itb.ac.id

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 4.2 Sifat-Sifat Fungsi Kontinu Diberikan f dan g, keduanya terdefinisi pada himpunan A, kita definisikan f + g, f g, fg, f/g secara

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS REAL

PENGANTAR ANALISIS REAL Seri Analisis dan Geometri No. 1 (2009), -15 158 (173 hlm.) PENGANTAR ANALISIS REAL Oleh Hendra Gunawan Edisi Pertama Bandung, Januari 2009 2000 Dewey Classification: 515-xx. Kata Kunci: Analisis matematika,

Lebih terperinci

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral Johan Matheus Tuwankotta March 5, 203 Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 0, Bandung, Indonesia. mailto:theo@math.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR)

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) Teorema nilai rata-rata menghubungkan nilai suatu fungsi dengan nilai derivatifnya (turunannya), dimana TNR merupakan salah satu bagian penting dalam kuliah analisis

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan BAGIAN KEDUA Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan 51 52 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 53 6. FUNGSI 6.1 Fungsi dan Grafiknya Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried Wilhelm von Leibniz

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Integral tipe Stieltjes merupakan salah satu topik yang banyak dipelajari dalam matematika analisis. Beberapa di antaranya adalah integral Riemann-Stieltjes,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi

Lebih terperinci

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Hendy Fergus A. Hura 1, Nora Hariadi 2, Suarsih Utama 3 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3.2 Himpunan Buka dan Himpunan Tutup Titik limit dari suatu himpunan tidak harus merupakan anggota himpunan tersebut. Pada interval

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Riil

Sistem Bilangan Riil Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real Q : q R a b, a, b Z, b Q Irasional Contoh Bil Irasional,, 0

Lebih terperinci

Lampiran A. Beberapa Definisi dan Lema Teknis

Lampiran A. Beberapa Definisi dan Lema Teknis LAMPIRAN 33 Lampiran A. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Definisi A.1 (Ruang contoh dan kejadian) Suatu percobaan yang dapat diulang dalam kondisi yang sama, yang hasilnya

Lebih terperinci

KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK

KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol 2, No 1, (2013) 1-6 1 KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK Fikri Firdaus, Sunarsini, Sadjidon Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional BAB III PECAHAN KONTINU dan PIANO A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional Sekarang akan dibahas tentang pecahan kontinu tak hingga yang diawali dengan barisan tak hingga bilangan bulat mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Analisis merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari antara lain barisan, limit, deret, kekontinuan, kekonvergenan, integral, dan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan penting dalam berbagai bidang. Salah satu cabang ilmu matematika yang banyak diperbincangkan

Lebih terperinci

LIMIT DAN KEKONTINUAN

LIMIT DAN KEKONTINUAN LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen

Lebih terperinci

EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Integral McShane fungsi-fungsi bernilai real

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab II ini dibahas teori-teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan selanjutnya yaitu tentang Persamaan Nonlinier, Metode Newton, Aturan Trapesium, Rata-rata Aritmatik dan

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 4. Fungsi Kontinu 4.1 Konsep Kekontinuan Fungsi kontinu Limit fungsi dan limit barisan Prapeta himpunan buka 4.2 Sifat-Sifat Fungsi

Lebih terperinci

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa 0/08/015 Sistem Bilangan Riil Simbol-Simbol dalam Matematikaa 1 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa Simbol-Simbol dalam Matematikaa 4 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa 5 Sistem bilangan N :

Lebih terperinci

0,1, Holder s continue function in rank of and. 0,1, fungsi kontinu Holder berpangkat-,

0,1, Holder s continue function in rank of and. 0,1, fungsi kontinu Holder berpangkat-, JMP : Volume 4 Nomor 1, Juni 2012, hal 233-240 HUBUNGAN ANTARA NILAI KRITIS DERIVATI- DENGAN DIMENSI- DARI SUATU KURVA Supriyadi Wibowo Jurusan Matematika MIPA UNS Surakarta Email supriyadi_w@yahoocoid

Lebih terperinci

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR MATERI A. Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak A. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN YANG MEMUAT NILAI MUTLAK Dalam matematika, sesuatu yang nilainya selalu positif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi dan teorema yang digunakan dalam pembahasan berikutnya. 2.1 Teori Peluang Definisi 2.1.1 (Percobaan Acak) (Ross 2000) Suatu percobaan

Lebih terperinci

BAB V DUALITAS RUANG ORLICZ

BAB V DUALITAS RUANG ORLICZ BAB V DUALITAS RUANG ORLICZ Karena ketaksamaan Holder yang telah dipelajari pada bab sebelumnya, Untuk sembarang h L θ, kita dapat mendefinisikan suatu fungsional linear kontinu l h yang memetakan L θ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep integral sering digunakan untuk menentukan luas daerah di bawah kurva. Selain itu, integral juga sering digunakan untuk mencari penyelesaian dari suatu

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI YOUNG DAN KOMPLEMEN YOUNG

BAB III FUNGSI YOUNG DAN KOMPLEMEN YOUNG BAB III FUNGSI YOUNG DAN KOMPLEMEN YOUNG Pada bab ini, dibahas tentang definisi fungsi Young dengan domain real diperluas dan komplemennya. Sebelumnya, dalam studi deret Fourier, W. H. Young telah menganalisis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam kondisi yang sama, yang hasilnya tidak dapat diprediksi dengan tepat tetapi kita

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI SISTEM BILANGAN REAL. Sifat Aljabar Bilangan Real......................2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real.............4 Supremum

Lebih terperinci

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan ANALISIS REAL 1 Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan kemampuan pada mahasiswa agar dapat memahami pernyataan-pernyataan matematika secara baik dan benar, berpikir secara logis, kritis dan sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika dilengkapi dengan suatu norma., maka dikenal bahwa suatu ruang vektor bernorma. Kemudian

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk:

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk: DERET TAK HINGGA Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk: u k = u 1 + u 2 + u 3 + + u k + Bilangan-bilangan u 1, u 2, u 3, disebut suku-suku dalam deret tersebut.

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN

BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN 4.1. Asimtotik Orde-2 Berdasarkan hasil simulasi pada Helmers dan Mangku (2007) kasus kernel seragam, aproksimasi asimtotik orde pertama pada ragam dan bias, gagal memprediksikan

Lebih terperinci

FUNGSI CANTOR KAJIAN TEORI ABSTRAK 2.1 HIMPUNAN KOMPAK 2.2 HIMPUNAN COUNTABLE 2.3 HIMPUNAN TERUKUR I. PENDAHULUAN

FUNGSI CANTOR KAJIAN TEORI ABSTRAK 2.1 HIMPUNAN KOMPAK 2.2 HIMPUNAN COUNTABLE 2.3 HIMPUNAN TERUKUR I. PENDAHULUAN FUNGSI CANTOR Kisti Nur Aliyah 1, Manuharawati 2, 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Negeri Surabaya Kampus Ketintang 60231,Surabaya email : chist_kiss@yahoocoid 1, manuhara1@yahoocoid

Lebih terperinci

INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN. (Skripsi) Oleh PURNOMO AJI

INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN. (Skripsi) Oleh PURNOMO AJI INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN (Skripsi) Oleh PURNOMO AJI JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRAK INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN

Lebih terperinci

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No. (TIU) 1. Limit Fungsi Mahasiswa dapar memahami secara mendalam (deduktif) pengertian limit fungsi, definisi dan te-orema-teorema serta mampu menga-plikasikannya

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. 2. P bersifat aditif tak hingga, yaitu jika dengan. 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

II. LANDASAN TEORI. 2. P bersifat aditif tak hingga, yaitu jika dengan. 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang II. LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Dalam suatu percobaan sering kali diperlukan pengulangan yang dilakukan dalam kondisi yang sama. Semua kemungkinan hasil yang akan muncul akan

Lebih terperinci