Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D"

Transkripsi

1 1

2 FUNGSI KONTINU, Ph.D

3 FUNGSI KONTINU 3 1 Kekontinuan Bab ini akan diawali dengan klas fungsi yang terpenting dalam analisis riil, yaitu klas fungsi-fungsi kontinu. Terlebih dahulu akan didenisikan gagasan kekontinuan di suatu titik dan kekontinuan dalam suatu himpunan. Kemudian akan ditunjukkan bahwa kombinasi dari fungsi-fungsi kontinu akan menghasilkan fungsi kontinu juga. Denisi 1. Misalkan A R; f : A! R dan c 2 A: Fungsi f dikatakan kontinu di c jika untuk setiap lingkungan V " (f(c)) ada lingkungan V (c) sedemikian sehingga x 2 V (c) \ A ) f(x) 2 V " (L): Soal: Tuliskan denisi fungsi f tidak kontinu di titik c! Perlu dicatat bahwa:

4 FUNGSI KONTINU 4 (1). Jika c adalah suatu titik kluster dari A; maka f kontinu di c jika dan hanya jika lim x!c Sehingga, agar (*) berlaku maka harus dipenuhi 3 syarat i). f harus terdenisi di c (sehingga f(c) mempunyai makna) ii). lim x!c f harus ada iii). lim x!c f = f(c) f = f(c): (*) (2). Jika c bukan titik kluster dari A; maka ada lingkungan V (c) sedemikian sehingga V (c) \ A = fcg : Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi f otomatis kontinu pada suatu titik c 2 A dengan c bukan titik kluster. Dalam kasus seperti ini, titik c disebut sebagai titik terasing (isolated point) dari himpunan A: Karena kontinuitas otomatis untuk titik terasing, maka dalam bagian ini hanya akan diuji kontinuitas untuk titik kluster saja.

5 FUNGSI KONTINU 5 Berikut ini akan didenisikan kontinuitas pada suatu himpunan. Denisi 2. Misalkan A R dan f : A! R dan B A: Fungsi f dikatakan kontinu pada B jika f kontinu di setiap titik dalam B: Theorem 1 Misalkan A R, f : A! R dan c 2 A: Maka pernyataan berikut ekivalen: (i). f kontinu di c; yaitu untuk setiap V " (f(c)) ada V (c) sedemikian sehingga untuk setiap x 2 A \ V (c) berakibat f(x) 2 V " (f(c)): (ii). Untuk setiap " > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga x 2 A dan jx cj < (") ) jf(x) f(c)j < ": (iii). Jika (x n ) adalah barisan sebarang dalam A; dengan x n 2 A 8 n 2 N; yang konvergen ke c; maka barisan (f(x n )) konvergen ke f(c): Theorem 2 (Kriteria Diskontinu) Misalkan A R, f : A! R dan c 2 A: Fungsi f diskontinu di c jika dan hanya jika terdapat barisan (x n ) dalam A yang konvergen ke c; tetapi barisan (f(x n )) tidak konvergen ke f(c):

6 FUNGSI KONTINU 6 Contoh 1. Misalkan f(x) = x 2 : Tunjukkan bahwa fungsi f kontinu pada R: Bukti. Ambil c 2 R sebarang. Dalam contoh 3 Bab IV telah ditunjukkan bahwa lim x 2 = c 2 = f(c): Karena c 2 R sebarang, maka dapat disimpulkan x!c bahwa fungsi f kontinu pada R: Contoh 2. Fungsi sgn(x) tidak kontinu di 0; tetapi sgn(x) kontinu pada setiap titik x 6= 0: Contoh 3. Misalkan A R dan f adalah fungsi Dirichlet yang didenisikan sebagai berikut: 1; jika x rasional f(x) = 0; jika x irrasional Tunjukkan bahwa f(x) tidak kontinu disetiap titik dalam R: Bukti. Misalkan c adalah bilangan rasional dan (x n ) adalah barisan bilangan

7 FUNGSI KONTINU 7 irrasional yang konvergen ke c (Corollary dan Teorema dalam Bartle (1992) menjamin eksistensi barisan tersebut). Maka f(x n ) = 0 dan berakibat lim (f(x n)) = 0; x!c sedangkan f(c) = 1: Karena itu f diskontinu di setiap bilangan rasional c: Selanjutnya, Misalkan b adalah bilangan irrasional dan (y n ) adalah barisan bilangan rasional yang konvergen ke b (Teorema dalam Bartle (1992) menjamin eksistensi barisan tersebut). Maka f(y n ) = 1 dan berakibat lim (f(y n)) = 1; y!c sedangkan f(b) = 0: Oleh karena itu f diskontinu di setiap bilangan irrasional b:sebarang. Karena himpunan bilangan riil merupakan gabungan dari rasional dan irrasional, maka dapat disimpulkan bahwa f diskontinu dise-

8 FUNGSI KONTINU 8 tiap titik dalam R: Perlu diperhatikan, kadang-kadang suatu fungsi f : A! R tidak kontinu pada suatu titik c karena f(c) tidak terdenisi. Namun demikian, jika lim f(x) = L dan jika didenisikan suatu fungsi baru F : A [ fcg! R x!c sebagai L; jika x = c F (x) = f(x); jika x 2 A; maka F kontinu di c: Periksa, bahwa lim F = L: x!c Selain itu, dalam kasus suatu fungsi g : A! R; dengan limg tidak ada, x!c maka tidak ada cara untuk mengkonstruksi suatu fungsi baru G : A [ fcg! R yang kontinu di c dengan mendenisikan L; jika x = c G(x) = g(x); jika x 2 A:

9 FUNGSI KONTINU 9 Untuk memperlihatkan ini, periksa bahwa jika lim G ada, dan lim G = L x!c x!c maka lim g juga mesti ada dan lim g = L: x!c x!c Contoh 4. Misalkan f terdenisi dalam Rn f2g dengan f(x) = x2 + x 6 : x 2 Dapatkah f didenisikan di x = 2 agar f kontinu di 2? 2 Kombinasi Fungsi Kontinu Theorem 3 Misalkan A R; f; g : A! R kontinu di c 2 A dan b 2 R: (a). Maka (f + g) ; (f g); (fg) dan (bf) kontinu di c: (b). Jika h : A! R kontinu di c 2 A dan h(x) 6= 0 8 x 2 A maka f h kontinu di c: Bukti (b).

10 FUNGSI KONTINU 10 Terlebih dahulu akan dibuktikan bahwa jika h : A! R kontinu di c 2 A dan h(x) 6= 0 8 x 2 A maka 1 kontinu di c: h Karena h kontinu di c; maka untuk = 1 2 jh(c)j ; ada 1 > x 2 A dan jx cj < 1 ) jh(x) h(c)j < 1 2 jh(c)j : Mengingat ketaksamaan segitiga: jjh(x)j jh(c)jj jh(x) h(c)j < 1 2 jh(c)j ; maka diperoleh 1 2 jh(c)j < jh(x)j ; jika jx cj < 1

11 FUNGSI KONTINU 11 atau 1 jh(x)j < 2 jh(c)j ; jika jx cj < 1: Ambil " > 0 sebarang. Akan dicari > 0 sedemikian sehingga 8 x 2 A dan jx cj < ) 1 1 h(x) h(c) = h(x) h(c) h(x)h(c) < ": Karena h kontinu di c; maka ada 2 > 0 sedemikian sehingga 8 x 2 A dan jx cj < 2 ) jh(x) h(c)j < 1 2 " jh(c)j2 :

12 FUNGSI KONTINU 12 Pilih = inf f 1 ; 2 g ; maka berlaku 8 x 2 A dan jx cj < ) 1 h(x) 1 h(c) = h(x) h(c) h(x)h(c) 1 = jh(x)j : 1 jh(c)j : jh(x) < 2 jh(c)j " jh(c)j2 = ": h(c)j Karena " > 0 sebarang, maka disimpulkan bahwa 1 h kontinu di c: Dengan menggunakan bagian (a), kekontinuan f dan 1 h di c berakibat bahwa f h kontinu di c. Buktikan yang lainnya!

13 FUNGSI KONTINU 13 Theorem 4 Misalkan A R; f; g : A! R kontinu pada A dan b 2 R: (a). Maka (f + g) ; (f g); (fg) dan (bf) kontinu pada A: (b). Jika h : A! R kontinu di c 2 A dan h(x) 6= 0 8 x 2 A maka f h kontinu pada A: Buktikan! Theorem 5 Misalkan A R; f : A! R dan jfj didenisikan sebagai jfj (x) = jf(x)j ; 8 x 2 A: (a). Jika f kontinu di suatu titik c 2 A; maka jfj kontinu di c: (b). Jika f kontinu pada A; maka jfj kontinu pada A: Buktikan! p Theorem 6 Misalkan A R; f : A! R dan f(x) 0 8 x 2 A didenisikan sebagai f(x); 8 x 2 A: p f (x) = (a). Jika f kontinu di suatu titik c 2 A; maka p f kontinu di c: (b). Jika f kontinu pada A; maka p f kontinu pada A:

14 FUNGSI KONTINU 14 Buktikan! Contoh 5. Tunjukkan bahwa fungsi f(x) = sin(x) kontinu pada R: Bukti. Gunakan fakta bahwa dan sin(x) jsin(z)j jzj ; jcos(z)j j1j ; sin(y) = 2 sin 1 1 (x y) cos (x + y) : 2 2 Misalkan c 2 R sebarang. Ambil " > 0 sebarang. Akan dicari > 0 sedemikian sehingga jx cj < ) jsin(x) sin(c)j < ":

15 FUNGSI KONTINU 15 Mengingat jsin(x) sin(c)j = 2 sin 1 2 (x c) cos 1 2 (x + c) pilih = "; maka berlaku (x c) :1 = jx cj ; jx cj < ) jsin(x) sin(c)j < jx cj < ": Karena c 2 R dan " > 0 sebarang, maka dapat disimpulkan bahwa kontinu pada R: Komposisi Fungsi Kontinu f(x) = sin(x) Misalkan f : A! R kontinu di c 2 A dan g : B! R kontinu di b = f(c): Maka fungsi h = g f g(f) kontinu di c: Untuk menjamin bahwa

16 FUNGSI KONTINU 16 g f terdenisi disemua titik dalam A; perlu diasumsikan bahwa f(a) B: Perlu juga diperhatikan bahwa domain fungsi h; D(h), adalah sebagai berikut: D(h) = fx 2 D(f)jf(x) 2 D(g)g Theorem 7 Misalkan A; B R; f : A! R dan g : B! R adalah sedemikian sehingga f(a) B: Jika f kontinu di suatu titik c 2 A dan g kontinu di b = f(c) 2 B; maka komposisi g f : A! R kontinu di c: Bukti. Misalkan V " (g(b)) adalah lingkungan " sebarang dari g(b): g kontinu di b = f(c) ) 9 V (b) 3 8 y 2 B \ V (b) ) g(y) 2 V " (g(b)): f kontinu di c ) untuk V (b) tersebut, 9 V (c) 3 8 x 2 A \ V (c) ) f(x) 2 V (b):

17 FUNGSI KONTINU 17 Karena f(a) B; maka 8 x 2 A \ V (c) ) f(x) 2 B \ V (b) ) (g f)(x) = g(f(x)) 2 V " (g(f(c))): Karena V " (g(b)) sebarang; maka g f kontinu di c: Theorem 8 Misalkan A; B R; f : A! R kontinu pada A; dan g : B! R kontinu pada B: Jika f(a) B; maka fungsi komposisi g f : A! R kontinu pada A: Bukti. Bukti teorema 8 merupakan akibat langsung dari hasil sebelumnya jika f dan g kontinu pada setiap titik dalam himpuan A dan B: Contoh 6. Misalkan fungsi f dan g didenisikan sebagai berikut: 0; x = 1 g(x) = dan f(x) = x + 1; 8 x 2 R: 2; x 6= 1; Tunjukkan bahwa lim x!0 gf 6= ( g f) (0): Mengapa hal ini tidak bertentangan

18 FUNGSI KONTINU 18 dengan teorema 7? Bukti. (g f) (x) = g(f(x)) = g(x + 1) = 0; x = 0 = 2; x 6= 0 0; x + 1 = 1 2; x + 1 6= 1 Perhatikan bahwa: lim x!0 g f = 2; tetapi ( g f) (0) = 0: Jadi limg f 6= ( g f) (0): x!0 Hal ini disebabkan fungsi g diskontinu di f(0) = 1: 3 Kekontinuan Fungsi Pada Interval Fungsi-fungsi yang kontinu pada interval memiliki sejumlah sifat-sifat pent-

19 FUNGSI KONTINU 19 ing yang secara umum tidak dimiliki oleh fungsi-fungsi lain. Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil yang mendalam tentang fungsi-fungsi yang kontinu pada interval. Denisi 3. Suatu fungsi f : A! R dikatakan terbatas pada A jika ada suatu konstanta M > 0 sedemikian sehingga jf(x)j M; 8 x 2 A: Dengan kata lain, suatu fungsi akan terbatas pada suatu interval jika range nya adalah himpunan terbatas dalam R: Suatu fungsi f dikatakan tak terbatas pada himpunan A jika untuk setiap bilangan M > 0 maka ada x M 2 A sedemikian sehingga jf(x M )j > M: Contoh 7. Fungsi f(x) = 1 x tak terbatas pada A = (0; 1) ; karena untuk

20 FUNGSI KONTINU 20 sebarang M > 0, maka ada titik x M = 1 M A sedemikian sehingga f(x M ) = 1 x M = M + 1 > M: Contoh 7 memperlihatkan bahwa fungsi kontinu tak perlu terbatas. Dalam teorema berikut akan diperlihatkan bahwa fungsi kontinu pada suatu tipe interval tertentu perlu terbatas. Theorem 9 ( Teorema Keterbatasan) Misalkan I = [a; b] adalah suatu interval tertutup terbatas dan f : I! R kontinu pada I: Maka f terbatas pada I: Bukti. Andaikan f tak terbatas pada I: Maka, maka untuk sebarang n 2 N ada bilangan x n 2 I sedemikian sehingga jf(x n j > n: Karena I terbatas maka barisan (x n ) terbatas. Maka berdasarkan teorema Bolzano Weierstrass, ada subbarisan (x nr ) dari (x n ) yang konvergen ke suatu bilangan x: Karena I tertutup dan elemen-elemen dari (x nr ) berada dalam I maka x 2 I

21 FUNGSI KONTINU 21 (berdasarkan teorema 9 bab 3). Karena fungsi f kontinu di x maka barisan f((x nr )) konvergen ke f(x), dan barisan konvergen f((x nr )) haruslah terbatas. Tetapi hal ini kontradiksi, karena jf(x nr j > n r r; untuk r 2 N: Oleh karena itu pengandaian bahwa fungsi kontinu f tak tebatas pada interval tertutup terbatas I menghasilkan suatu kontradiksi. Denisi 4 Misalkan A R dan f : A! R: a). Fungsi f dikatakan mempunyai maksimum mutlak pada A jika ada suatu titik x 2 A sedemikian sehingga f(x ) f(x); 8 x 2 A: b). Fungsi f dikatakan mempunyai minimum mutlak pada A jika ada suatu

22 FUNGSI KONTINU 22 titik x 2 A sedemikian sehingga f(x ) f(x); 8 x 2 A: c). x dikatakan titik maksimum mutlak f pada A; dan x minimum mutlak f pada A: dikatakan titik Suatu fungsi kontinu pada suatu himpunan A tidak perlu memiliki suatu maksimum mutlak atau minimum mutlak. Sebagai contoh, perhatikan fungsi f(x) = 1 : Fungsi ini kontinu pada himpunan A = fx 2 Rjx > 0g, tetapi x f tidak memiliki maksimum mutlak maupun minimum mutlak dalam A: Dalam himpunan fx 2 Rj1 < x < 2g fungsi f juga tidak memiliki maksimum dan minimum mutlak. Tetapi fungsi f memiliki maksimum dan minimum mutlak dalam himpunan A = fx 2 Rj1 x 2g. Theorem 10 (Maksimum-Minimum) Misalkan I = [a; b] adalah suatu interval tertutup terbatas dan f : I! R kontinu pada I: Maka f mempunyai maksimum dan minimum mutlak pada I:

23 FUNGSI KONTINU 23 Bukti. Perhatikan himpunan tak kosong yang terdiri atas nilai-nilai f pada I; yakni f(i) = ff(x)jx 2 Ig : Maka f(i) adalah himpunan terbatas berdasarkan teorema 9. sup f(i) dan inf f(i) keduanya ada, dan misalkanlah s = sup f(i) dan s = inf f(i): Akan dibuktikan ada x ; x 2 I sedemikian sehingga s = f(x ) dan s = f(x ): Akibatnya Karena s = sup f(i); maka untuk setiap n 2 N; bilangan s 1 n bukan batas atas himpunan f(i): Akibatnya ada bilangan x n 2 I sedemikian se-

24 FUNGSI KONTINU 24 hingga s 1 n < f(x n) < s 8 n 2 N: (#) Karena I terbatas, maka barisan (x n ) juga terbatas. Oleh karena itu ada subbarisan (x nr ) dari (x n ) yang konvergen ke suatu bilangan x (berdasarkan teorema Bolano Weierstrass). Karena elemen dari (x nr ) juga berada dalam I maka x 2 I: Oleh karena itu f kontinu di x dan Karena maka lim (f (x nr )) = f (x ) : s 1 n r < f(x nr ) < s 8 n 2 N; (berdasarkan (#)) lim (f (x nr )) = s (berdasarkan teorema apit)

25 FUNGSI KONTINU 25 Oleh karena itu f (x ) = lim (f (x nr )) = s = sup f(i); yang menunjukkan bahwa x adalah suatu titik maksimum mutlak f pada I: Dengan argumen yang serupa, buktikan juga eksistensi elemen x 2 I; sedemikian sehingga s = f(x ): Teorema berikut memberikan suatu dasar untuk melokasikan akar suatu fungsi kontinu, dan buktinya dapat dijadikan algoritma untuk menghitung akar yang dapat dibuat program untuk perhitungan komputer. Theorem 11 (Teorema Lokasi Akar) Misalkan I adalah suatu interval dan f : I! R kontinu pada I: Jika ; 2 I dengan < ; memenuhi f() < 0 < f() (atau f() < 0 < f(); maka ada suatu bilangan c 2 (; ) sedemikian sehingga f(c) = 0:

26 FUNGSI KONTINU 26 Bukti. Anggaplah f() < 0 < f(): Misalkan I 1 = [; ] dan = 1 ( + ): 2 Jika f() = 0; ambil c = ; dan bukti selesai. Jika f() > 0; ambil 2 =, 2 = ; sedangkan jika f() < 0; ambil 2 =, 2 = : Misalkan I 2 = [ 2 ; 2 ] dengan f( 2 ) < 0 dan f( 2 ) > 0: Teruskan proses bagi dua interval ini. Anggaplah I 1 ; I 2 ; : : : ; I k = [ k ; k ] diperoleh dengan proses bagi dua secara berturut-turut dengan f( k ) < 0 dan f( k ) > 0:

27 FUNGSI KONTINU 27 Misalkan k = 1 2 ( k + k ): Jika f( k ) = 0; ambil c = k ; dan bukti selesai. Jika f( k ) > 0; ambil k+1 = k, k+1 = k ; sedangkan jika f( k ) < 0; ambil k+1 = k, k+1 = k : Misalkan I k+1 = [ k+1 ; k+1 ] dengan f( k+1 ) < 0 dan f( k+1 ) > 0: Jika proses ini berakhir dengan melokasikan suatu titik n sedemikian sehingga f( n ) = 0; maka bukti lengkap. Jika proses belum berakhir, maka didapat suatu barisan interval tertutup terbatas tersarang (nested) I n = [ n ; n ] ; n 2 N: Karena interval-interval ini diperoleh dengan pengulangan bagi dua, maka

28 FUNGSI KONTINU 28 diperoleh ( ) n n = : 2 n 1 Akibatnya ada suatu titik c 2 I n 8 n 2 N (berdasarkan sifat Interval Tersarang 2.6.1, Bartle (1994)). Karena n c n 8 n 2 N; maka dan Karena lim 2 n 1 0 c n n n = 0 n c n n = = 0; maka ( ) 2 n 1 ( ) 2 n 1 : lim ( n ) = c dan lim ( n ) = c:

29 FUNGSI KONTINU 29 Karena f kontinu di c maka lim (f ( n )) = f(c) = lim (f ( n )) : Dilain pihak, karena f ( n ) 0 8 n 2 N; maka f(c) = lim (f ( n )) 0: Dengan cara yang sama, karena f ( n ) 0 8 n 2 N; maka f(c) = lim (f ( n )) 0: Oleh karena itu haruslah f(c) = 0; dan akibatnya c adalah suatu akar dari f. Theorem 12 (Teorema Nilai Antara Bolzano) Misalkan I adalah suatu interval dan f : I! R kontinu pada I: Jika a; b 2 I dan k 2 R; memenuhi f(a) < k < f(b); maka ada suatu bilangan c 2 I antara a dan b sedemikian sehingga f(c) = k:

30 FUNGSI KONTINU 30 Bukti. Anggaplah a < b dan misalkan g(x) = f(x) g(a) < 0 < g(b): k; maka Akibatnya, ada suatu titik c dengan a < c < b sedemikian sehingga 0 = g(c) = f(c) k: (berdasarkan Teorema Lokasi Akar) Oleh karena itu f(c) = k: Anggaplah b < a dan misalkan h(x) = k h(b) < 0 < h(a): f(x); maka Akibatnya, ada suatu titik c dengan b < c < a sedemikian sehingga 0 = h(c) = k f(c): (berdasarkan Teorema Lokasi Akar) Oleh karena itu f(c) = k:

31 FUNGSI KONTINU 31 Corollary 1 Misalkan I = [a; b] adalah suatu interval tertutup terbatas dan f : I! R kontinu pada I: Jika k 2 R adalah sebarang bilangan yang memenuhi inf f(i) k sup f(i); maka ada suatu bilangan c 2 I antara a dan b sedemikian sehingga f(c) = k: Buktikan! Teorema berikut meringkaskan hasil utama dari bagian ini, yang menyatakan bahwa peta dari interval tertutup terbatas oleh suatu fungsi kontinu adalah suatu interval tertutup terbatas juga. Titik ujung dari interval (peta) adalah nilai minimum dan maksimum mutlak dari fungsi tersebut. Theorem 13 Misalkan I adalah suatu tertutup terbatas dan f : I! R kontinu pada I: Maka himpunan adalah suatu interval tertutup terbatas. Bukti. f(i) = ff(x)jx 2 Ig

32 FUNGSI KONTINU 32 Misalkan m = inf f(i) dan M = sup f(i); maka m; M 2 f(i) (berdasarkan teorema Maksimum Minimum). Selain itu juga diperoleh bahwa f(i) [m; M] : Disisi lain, jika k 2 [m; M] sebarang, maka corollary 1 berakibat bahwa ada titik c 2 I sedemikian sehingga k = f(c): Sehingga k 2 f(i) dan dapat disimpulkan bahwa [m; M] f(i): Oleh karena itu, f(i) = [m; M] : Lemma 1 Misalkan S R; S 6=? memenuhi sifat Maka S adalah suatu interval. x; y 2 S dan x < y ) [x; y] S: (**) Theorem 14 (Pengawetan Interval) Misalkan I adalah suatu interval, dan f : I! R kontinu pada I: Maka himpunan f(i) adalah suatu interval.

33 FUNGSI KONTINU 33 Bukti. Misalkan ; 2 f(i) dengan < ; maka ada titik-titik a; b 2 I sedemikian sehingga = f(a) dan = f(b): Selanjutnya, berdasarkan Teorema Nilai Antara Bolzano diperoleh bahwa jika k 2 (; ) maka ada suatu titik c 2 I dengan k = f(c) 2 f(i): Oleh karena itu, [; ] f(i); yang menunjukkan bahwa f(i) memiliki sifat (**) pada lemma 1. Sehingga f(i) adalah suatu interval. 4 Kekontinuan Uniform Misalkan A R dan f : A! R: Dalam teorema 1 telah dinyatakan bahwa pernyataan berikut ekivalen: (i). f kontinu di setiap titik u 2 A (ii). diberikan " > 0 dan u 2 A; maka ada ("; u) > 0 sedemikian sehingga 8x 2 A dan jx uj < ("; u) ) jf(x) f(u)j < ":

34 FUNGSI KONTINU 34 Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa secara umum bergantung pada " > 0 dan u 2 A: Ketergantungan pada u adalah akibat dari perubahan nilai fungsi f secara cepat pada suatu titik tertentu, dan mungkin perubahan secara lambat pada titik yang lain. Pada sebagian fungsi, dapat dipilih sedemikian rupa sehingga tersebut hanya bergantung pada " dan tidak bergantung pada u 2 A: Sebagai contoh, perhatikan fungsi f(x) = 2x 8 x 2 R: Maka jf(x) f(u)j = j2x 2uj = 2 jx uj ; sehingga kita dapat memilih ("; u) = " 2 8 " > 0; u 2 R:

35 FUNGSI KONTINU 35 Dilain pihak, untuk fungsi maka g(x) = 1 ; pada x 2 A = fx 2 R : x > 0g ; x jg(x) g(u)j = 1 x 1 u = x u xu : Ambil sebarang " > 0; maka untuk 1 = u 2 berlaku jx uj < 1 = u 2 ) x > u 2 ) 1 x < 2 u ) jg(x) g(u)j = x u xu < 2 u x u u

36 FUNGSI KONTINU 36 Pilih maka ("; u) = jx uj < ("; u) ) jg(x) g(u)j = u 2 ; u2 2 " ; (1) < x u xu 2 u x u u = 2 jx uj u2 < 2 u u2 2 2 " = ": Dapat dilihat bahwa pemilihan dalam rumus (1) bergantung pada u 2 A: Perhatikan juga bahwa rumus (1) tidak bisa memberikan suatu nilai (") > 0

37 FUNGSI KONTINU 37 yang akan bisa berlaku secara serentak untuk semua u > 0; karena u inf 2 ; u2 2 " = 0: Denisi 5. Misalkan A R dan f : A! R: f dikatakan kontinu uniform pada A jika untuk setiap " > 0 terdapat (") > 0 sedemikian sehingga x; u 2 A dan jx uj < (") ) jf(x) f(u)j < ": Jelas bahwa jika f kontinu uniform pada A; maka f kontinu pada A: Sebaliknya tidak perlu benar. Theorem 15 (Kriteria tidak kontinu uniform) Misalkan A R dan f : A! R: Pernyataan berikut ekivalen: (i). f tidak kontinu uniform pada A (ii). terdapat suatu " 0 > 0 sedemikian sehingga untuk setiap > 0 terdapat titik x ; u 2 A yang

38 FUNGSI KONTINU 38 memenuhi jx u j < tetapi jf(x ) f(u )j " 0 : (iii). terdapat suatu " 0 > 0 dan dua barisan (x n ) dan (u n ) dalam A sedemikian sehingga lim (x n u n ) = 0 tetapi jf(x n ) f(u n )j " 0 untuk semua n 2 N: Contoh 8. Tunjukkan bahwa fungsi f(x) = 1 x tidak kontinu uniform pada Bukti. Ambil x n = 1 n dan u n = 1 n + 1 : Maka untuk " 0 = 1 berlaku A = fx 2 R : x > 0g : lim (x n u n ) = 0; tetapi jf(x n ) f(u n )j 1 untuk semua n 2 N:

39 FUNGSI KONTINU 39 Theorem 16 (Kriteria kontinuitas uniform pada interval tertutup) Misalkan I adalah interval tertutup terbatas dan f : I! R kontinu pada I: Maka f kontinu uniform pada I: Bukti. (Pembuktian menggunakan argumen kontradiksi) Anggaplah f tidak kontinu uniform pada I: Maka 9 " 0 > 0 dan dua barisan (x n ) dan (u n ) dalam I sedemikian sehingga jx n u n j < 1 n ; tetapi jf(x n) f(u n )j " 0 untuk semua n 2 N: Karena I terbatas, maka barisan (x n ) juga terbatas. Akibatnya ada sub barisan (x nk ) dari (x n ) yang konvergen ke suatu z (berdasarkan teorema Bolzano Weierstrass). Karena I tertutup, maka z 2 I: Selain itu, sub barisan (u nk ) dari (u n ) juga konvergen ke z; karena Karena f ju nk zj = ju nk x nk + x nk zj ju nk x nk j + jx nk zj : kontinu di z; maka barisan barisan (f (x nk )) konvergen ke f(z)

40 FUNGSI KONTINU 40 dan barisan (f (u nk )) juga konvergen ke z: Tetapi ini kontradiksi dengan jf(x n ) f(u n )j " 0 untuk semua n 2 N: Sehingga hipotesis bahwa f tidak kontinu uniform pada interva tertutup terbatas I adalah salah. Contoh 9. Tunjukkan bahwa fungsi f(x) = 1 x kontinu uniform pada A = fx 2 R : 2 x 3g : Bukti. Ambil " > 0 sebarang. Akan dicari (") > 0 sedemikian sehingga x; u 2 A dan jx uj < (") ) 1 1 x u = jx uj < ": jxj juj

41 FUNGSI KONTINU 41 Mengingat 2 x 3; maka 1 jxj juj < = 1 4 : Pilih (") = 4"; maka berlaku x; u 2 A dan jx uj < (") ) 1 x 1 u = jx uj jxj juj < 1 4 jx uj = ": Karena " > 0 maka dapat disimpulkan bahwa f(x) = 1 x pada A = fx 2 R : 2 x 3g : kontinu uniform Denisi 6 (Fungsi Lipschitz) Misalkan A R dan f : A! R: Fungsi f dikatakan fungsi Lipschitz (memenuhi syarat Lipschitz) pada A jika ada suatu konstanta K > 0 sedemikian

42 FUNGSI KONTINU 42 sehingga jf(x) f(u)j K jx uj untuk semua x; u 2 A: Theorem 17 Jika f : A! R adalah suatu fungsi Lipschitz, maka f kontinu uniform pada A: Contoh 10. f(x) = p x kontinu uniform pada [1; 1): Tunjukkan! Contoh 11. f(x) = p x kontinu uniform pada [0; 1): Tunjukkan! Theorem 18 Jika f : A! R kontinu uniform pada A dan (x n ) adalah suatu barisan Cauchy dalam A; maka (f (x n )) adalah barisan Cauchy dalam R: Bukti. Misalkan f kontinu uniform pada A dan (x n ) adalah suatu barisan Cauchy dalam A: Ambil " > 0 sebarang. f kontinu uniform pada A ) 9 > 0 3 x; u 2 A dan jx uj < ) jf(x) f(u)j < "

43 FUNGSI KONTINU 43 (x n ) barisan Cauchy dalam A ) untuk > 0 di atas, 9 H() 2 N 3 jx n u m j < 8 n; m > H() ) jf(x n ) f(u m )j < " 8 n; m > H() Fakta terakhir memperlihatkan bahwa (f (x n )) adalah barisan Cauchy dalam R: Theorem 19 (Perluasan Kontinu) Suatu fungsi f kontinu uniform pada interval (a; b) jika dan hanya jika f dapat didenisikan pada a dan b sedemikian sehingga perluasan fungsi f kontinu pada [a; b] : Soal. 1). Tunjukkan bahwa f(x) = 1 kontinu seragam pada [1; 1); tetapi tidak x2 kontinu seragam pada (0; 1) : 2). a). Tunjukkan bahwa fungsi f(x) = x 2 tidak kontinu seragam pada [0; 1) :

44 FUNGSI KONTINU 44 b). Tunjukkan bahwa fungsi g(x) = sin (0; 1) : 1 x tidak kontinu seragam pada 3). Tunjukkan bahwa f(x) = x2; x 2 R kontinu seragam pada R: 4). Misalkan A R dan f : A! R mempunyai sifat untuk setiap " > 0 ada fungsi g " : A! R sedemikian sehingga g " kontinu seragam pada A dan jf(x) g " (x)j < " untuk setiap x 2 A: Buktikan bahwa f kontinu 3 seragam pada A: 5 Fungsi Monoton dan Fungsi Invers Suatu fungsi f : A! R dikatakan naik (increasing) pada A jika x 1 ; x 2 2 A dan x 1 x 2 maka f(x 1 ) f(x 2 ): Suatu fungsi f : A! R dikatakan naik sejati (strictly increasing) pada A

45 FUNGSI KONTINU 45 jika x 1 ; x 2 2 A dan x 1 < x 2 maka f(x 1 ) < f(x 2 ): Suatu fungsi g : A! R dikatakan turun (decreasing) pada A jika x 1 ; x 2 2 A dan x 1 x 2 maka g(x 1 ) g(x 2 ): Suatu fungsi g : A! R dikatakan turun sejati (strictly decreasing) pada A jika x 1 ; x 2 2 A dan x 1 < x 2 maka g(x 1 ) > g(x 2 ): Suatu fungsi f dikatakan monoton pada A jika f naik atau turun pada A: Suatu fungsi f dikatakan monoton sejati (strictly monotone) pada A jika f naik sejati atau turun sejati pada A: Jika fungsi f : A! R naik pada A; maka fungsi g = berlaku juga sebaliknya. Fungsi monoton tak perlu (not necessarily) kontinu. Sebagai contoh, perhatikan fungsi 0; x 2 [0; 1] f(x) = 1; x 2 (1; 2] f turun pada A; dan

46 FUNGSI KONTINU 46 Maka f naik pada (0; 2]; tetapi gagal untuk kontinu pada x = 1: Theorem 20 Misalkan I R adalah suatu interval dan f : I! R adalah fungsi naik pada I: Jika c 2 I bukan suatu titik ujung I; maka (i). lim x!c f = sup ff(x) : x 2 I; x < cg (ii). lim f = inf ff(x) : x 2 I; x > cg : x!c + Bukti. Misalkan x 2 I dan x < c maka f(x) f(c) (karena f adalah fungsi naik). Karena c bukan suatu titik ujung I; maka himpunan ff(x) : x 2 I; x < cg 6=? dan terbatas di atas oleh f(c). Sehingga sup ff(x) : x 2 I; x < cg ada, dan sebutlah L: Akan dibuktikan lim x!c f = L:

47 FUNGSI KONTINU 47 Ambil " > 0 sebarang. Maka L " bukan batas atas himpunan ff(x) : x 2 I; x < cg : Sehingga ada y " 2 I; y " < c sedemikian sehingga L " < f(y " ) L: Karena f fungsi naik, maka pilih = c y " : Akibatnya, jika 0 < c y < maka y " < y < c sedemikian sehingga Oleh karena itu L " < f(y " ) f(y) L: 0 < c y < ) jf(y) Lj < ": Karena " > 0 sebarang, maka dapat disimpulkan bahwa lim x!c f = sup ff(x) : x 2 I; x < cg :

48 FUNGSI KONTINU 48 Soal 1). Buktikan bagian (ii). 2). Tuliskan teorema 20 dalam versi fungsi f turun pada I: Corollary 2 Misalkan I R adalah suatu interval dan f : I! R adalah fungsi naik pada I: Jika c 2 I bukan suatu titik ujung I; maka pernyataan berikut ekivalen. (i). f kontinu di c (ii). lim x!c f = f(c) = lim x!c + f (iii). sup ff(x) : x 2 I; x < cg = f(c) = inf ff(x) : x 2 I; x > cg : Soal. 1). Buktikan corollary 2. 2). Misalkan I adalah suatu interval dan f : I! R adalah fungsi naik. Jika a adalah titik ujung kiri dari I; tunjukkan bahwa f kontinu di a jika dan

49 FUNGSI KONTINU 49 hanya jika f(a) = inf ff(x) : x 2 I; a > xg : 3). Tunjukkan bahwa f(x) = x dan g(x) = x 1 naik sejati pada I = [0; 1] ; tetapi fg tidak naik pada I: 4). Jika f; g > 0 8 x 2 I dan f; g naik pada I; tunjukkan bahwa fg naik pada interval I: Misalkan f : I! R adalah fungsi naik pada I dan c 2 I bukan suatu titik ujung I: Denisikan loncatan f di c sebagai berikut: Lihat gambar 1 berikut: f j (c) = lim x!c + f lim f: x!c

50 FUNGSI KONTINU 50 Gambar 1. Loncatan f di c Maka berdasarkan teorema 20, berlaku f j (c) = inf ff(x) : x 2 I; x > cg sup ff(x) : x 2 I; x < cg

51 FUNGSI KONTINU 51 Jika titik ujung kiri a 2 I; denisikan loncatan f di a sebagai berikut: f j (a) = lim x!a +f f(a): Jika titik ujung kanan b 2 I; denisikan loncatan f di b sebagai berikut: f j (b) = f(b) lim f: x!b Theorem 21 Misalkan I R adalah suatu interval dan f : I! R adalah fungsi naik pada I: Jika c 2 I; maka f kontinu di c jika dan hanya jika f j (c) = 0: Buktikan! Fungsi Invers. Ingat bahwa: Suatu fungsi f : I! R mempunyai invers jika dan hanya jika f injektif (satu - satu); yaitu x; y 2 I dengan x 6= y berakibat f(x) 6= f(y): Theorem 22 (Invers Kontinu) Misalkan I R adalah suatu interval dan f : I! R adalah fungsi monoton sejati pada I: Maka invers fungsi f juga monoton sejati dan kontinu pada J = f(i):

52 FUNGSI KONTINU 52 Bukti. Ada 2 kasus yang harus dibuktikan, yaitu: 1). fungsi f naik sejati 2). fungsi f turun sejati Kasus 1. Misalkan f naik sejati. Karena f kontinu pada I dan I adalah interval maka J = f(i) adalah interval (berdasarkan teorema 14 tentang pengawetan interval). Karena f naik sejati pada I; maka f injektif pada I; oleh karena itu invers fungsi f; yakni g : J! R; ada. Akan dibuktikan g naik sejati. y 1 ; y 2 2 J; y 1 < y 2 ) y 1 = f(x 1 ) dan y 2 = f(x 2 ) untuk suatu x 1 ; x 2 2 I: Akan dibuktikan bahwa x 1 < x 2 : Andaikan x 1 x 2 : Maka y 1 = f(x 1 ) f(x 2 ) = y 2

53 FUNGSI KONTINU 53 yang bertentangan dengan y 1 < y 2 : Oleh karena itu mestilah g(y 1 ) = x 1 < x 2 = g(y 2 ): Karena y 1 dan y 2 adalah elemen sebarang dari J dengan y 1 < y 2 ; maka dapat disimpulkan bahwa g naik sejati pada J: Akan dibuktikan bahwa g kontinu pada J: Anggaplah g diskontinu di suatu titik c 2 J; maka loncatan g di c adalah tak nol sedemikian sehingga lim g < lim y!c y!c +g: Jika dipilih sebarang bilangan x 6= g(c) yang memenuhi lim g < x < lim y!c y!c +g; maka x mempunyai sifat bahwa x 6= g(y) untuk sebarang y 2 J;

54 FUNGSI KONTINU 54 (lihat gambar 2 berikut). Gambar 2. g(y) 6= x untuk y 2 J Sehingga x =2 I; yang bertentangan dengan fakta bahwa I adalah suatu interval. Oleh karena itu disimpulkan bahwa g kontinu pada J: Soal:

55 FUNGSI KONTINU 55 Buktikan kasus 2! DAFTAR BACAAN [1] Bartle, R. G. dan Sherbert, D. R., Introduction to Real Analysis, 2 nd edition, John Wiley and Sons, New York, [2] Marsden, J. E dan Hoffman, M. J., Elementary Classical Analysis, 2 nd edition, W. H. Freeman and Company, New York, 1993

Muhafzan TURUNAN. Muhafzan, Ph.D

Muhafzan TURUNAN. Muhafzan, Ph.D 1 TURUNAN, Ph.D TURUNAN 3 1 Turunan Kita mulai diskusi ini dengan memperkenalkan denisi turunan suatu fungsi Denisi 1. Misalkan I R; f : I! R dan c 2 I: Bilangan L 2 R dikatakan merupakan turunan dari

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan

Lebih terperinci

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1).

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1). FUNGSI KONTINU 51 FUNGSI KONTINU 511 Definisi A R, f: A R, dan c A Kita mengatakan bahwa f kontinu di c jika, diberi persekitaran Vg (f (c)) dari f (c) terdapat persekitaran (c) dari c sedemikian sehingga

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS) 11.1 Definisi dan Limit Fungsi Monoton Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila untuk setiap x, y H dengan x < y berlaku

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 4.2 Sifat-Sifat Fungsi Kontinu Diberikan f dan g, keduanya terdefinisi pada himpunan A, kita definisikan f + g, f g, fg, f/g secara

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. November 19, 2007 Secara geometris, f kontinu di suatu titik berarti bahwa grafiknya tidak terputus

Lebih terperinci

Analisis Riil II: Diferensiasi

Analisis Riil II: Diferensiasi Definisi Turunan Definisi dan Teorema Aturan Rantai Fungsi Invers Definisi (Turunan) Misalkan I R sebuah interval, f : I R, dan c I. Bilangan riil L dikatakan turunan dari f di c jika diberikan sebarang

Lebih terperinci

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No. (TIU) 1. Limit Fungsi Mahasiswa dapar memahami secara mendalam (deduktif) pengertian limit fungsi, definisi dan te-orema-teorema serta mampu menga-plikasikannya

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan BAGIAN KEDUA Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan 51 52 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 53 6. FUNGSI 6.1 Fungsi dan Grafiknya Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried Wilhelm von Leibniz

Lebih terperinci

Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada,

Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada, Lecture 4. Limit B A. Continuity Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada, (2) lim f(x) ada, (3) lim f(x) =

Lebih terperinci

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif Diferensial merupakan topik yang cukup 'baru' dalam matematika. Dimulai sekitar tahun 1630 an oleh Fermat ketika menghadapi masalah menentukan garis singgung kurva, dan juga masalah menentukan maksimum

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada BAB II DASAR TEORI Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada pembahasan BAB III, mulai dari definisi sampai sifat-sifat yang merupakan konsep dasar untuk mempelajari Fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan ANALISIS REAL 1 Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan kemampuan pada mahasiswa agar dapat memahami pernyataan-pernyataan matematika secara baik dan benar, berpikir secara logis, kritis dan sistematis,

Lebih terperinci

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam

Lebih terperinci

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif Diferensial merupakan topik yang cukup 'baru' dalam matematika. Dimulai sekitar tahun 1630 an oleh Fermat ketika menghadapi masalah menentukan garis singgung kurva, dan juga masalah menentukan maksimum

Lebih terperinci

BAB I LIMIT-LIMIT Limit-limit Fungsi

BAB I LIMIT-LIMIT Limit-limit Fungsi .. Limit-it Fungsi BAB I LIMIT-LIMIT... Definisi. Misalkan A R. Suatu titik c R adalah titik cluster dari A jika setiap lingkungan-δ dari c, V δ (c) = (c-δ,c+δ), memuat paling sedikit satu titik dari A

Lebih terperinci

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH BAB III KEKONVERGENAN LEMAH Bab ini membahas inti kajian tugas akhir. Di dalamnya akan dibahas mengenai kekonvergenan lemah beserta sifat-sifat yang terkait dengannya. Sifatsifat yang dikaji pada bab ini

Lebih terperinci

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik 16. BARISAN FUNGSI 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik Bila pada bab-bab sebelumnya kita membahas fungsi sebagai sebuah objek individual, maka pada bab ini dan selanjutnya kita akan

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

BAB I DERIVATIF (TURUNAN)

BAB I DERIVATIF (TURUNAN) BAB I DERIVATIF (TURUNAN) Pada bab ini akan dipaparkan pengertian derivatif suatu fungsi, beberapa sifat aljabar derivatif, aturan rantai, dan derifativ fungsi invers. A. Pengertian Derivatif Pengertian

Lebih terperinci

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 FUNGSI

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 FUNGSI MATEMATIKA INFORMATIKA 2 FUNGSI PENGERTIAN FUNGSI Definisi : Misalkan A dan B dua himpunan tak kosong. Fungsi dari A ke B adalah aturan yang mengaitkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B. ATURAN

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 11, 2007 Misalkan f terdefinisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik pada H apabila

Lebih terperinci

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua II. LANDASAN TEORI 2.1 Limit Fungsi Definisi 2.1.1(Edwin J, 1987) Misalkan I interval terbuka pada R dan f: I R fungsi bernilai real. Secara matematis ditulis lim f(x) = l untuk suatu a I, yaitu nilai

Lebih terperinci

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Kalkulus Differensial dan Integral sangat luas penggunaannya dalam berbagai bidang seperti penentuan maksimum dan minimum. Suatu fungsi yang sering digunakan mahasiswa

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS REAL

PENGANTAR ANALISIS REAL Seri Analisis dan Geometri No. 1 (2009), -15 158 (173 hlm.) PENGANTAR ANALISIS REAL Oleh Hendra Gunawan Edisi Pertama Bandung, Januari 2009 2000 Dewey Classification: 515-xx. Kata Kunci: Analisis matematika,

Lebih terperinci

BAB I DERIVATIF (TURUNAN)

BAB I DERIVATIF (TURUNAN) BAB I DERIVATIF (TURUNAN) Pada bab ini akan dipaparkan pengertian derivatif suatu fungsi, beberapa sifat aljabar derivatif, aturan rantai, dan derifativ fungsi invers. A. Pengertian Derivatif Pengertian

Lebih terperinci

Bahan Diskusi/Tugas Kelompok Topik: Turunan Fungsi

Bahan Diskusi/Tugas Kelompok Topik: Turunan Fungsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bahan Diskusi/Tugas Kelompok Topik: Turunan Fungsi Definisi 1: Misalkan I R suatu interval, c I dan f : I R. Fungsi f disebut diferensiabel

Lebih terperinci

ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI

ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI 34 Jurnal Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017 ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI THE CONVERGENCE ANALYZE ON THE SEQUENCE OF FUNCTION Oleh: Restu Puji Setiyawan 1), Dr. Hartono 2) Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri BAB II KAJIAN TEORI Analisis kekonvergenan pada barisan fungsi, apakah barisan fungsi itu? Apakah berbeda dengan barisan pada umumnya? Tentunya sebelum membahas mengenai barisan fungsi, apa saja jenis

Lebih terperinci

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam

Lebih terperinci

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR)

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) Teorema nilai rata-rata menghubungkan nilai suatu fungsi dengan nilai derivatifnya (turunannya), dimana TNR merupakan salah satu bagian penting dalam kuliah analisis

Lebih terperinci

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No. (TIU) : 1. Pendahuluan Mahasiswa dapat memahami pengertian dan konsep himpunan, fungsi dan induksi matematik, mampu menerapkannya dalam penyelesaian soal dan

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3. Topologi Garis Bilangan Real 3.1 Teori Limit Limit, supremum, dan infimum Titik limit 3.2 Himpunan Buka dan Himpunan Tutup 3.3

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 12, 2011 Teorema 11 pada Bab 3 memberi kita cara untuk menyelidiki kekonvergenan sebuah barisan tanpa harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh BAB III INTEGRAL LEBESGUE Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh fungsi-fungsi terukur dan memenuhi sifat yang berkaitan dengan integral Lebesgue. Kajian mengenai keterukuran suatu

Lebih terperinci

Kajian Fungsi Metrik Preserving

Kajian Fungsi Metrik Preserving Kajian Fungsi Metrik Preserving A 2 Binti Mualifatul Rosydah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jalan Teknik Kimia Kampus ITS Sukolilo Surabaya 6 Abstrak

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada Bab II, selanjutnya pada bab ini akan dipelajari gagasan mengenai fungsi terukur Lebesgue. Gagasan mengenai

Lebih terperinci

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351)

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351) I. Aljabar Himpunan Aljabar Himpunan Dalam bab ini kita akan menyajikan latar belakang yang diperlukan untuk mempelajari analisis riil. Dua alat utama analisis riil, yakni aljabar himpunan dan fungsi,

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV Mata Kuliah Wajib 2 sks untuk mahasiswa Program Studi Matematika Oleh Dr. WURYANSARI MUHARINI KUSUMAWINAHYU, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

G. Minimum Lokal dan Global Berikut diberikan definisi minimum local (relatif) dan minimum global (mutlak) dari fungsi dua variabel.

G. Minimum Lokal dan Global Berikut diberikan definisi minimum local (relatif) dan minimum global (mutlak) dari fungsi dua variabel. G. Minimum Lokal dan Global Berikut diberikan definisi minimum local (relatif) dan minimum global (mutlak) dari fungsi dua variabel. Definisi. (i) Suatu fungsi f(x, y) memiliki minimum lokal pada titik

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. October 10, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. October 10, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. October 10, 2011 Pemahaman yang baik tentang fungsi kontinu merupakan hal yang penting dalam analisis. Dalam optimisasi,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI ( ) =

II. LANDASAN TEORI ( ) = II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DESKRIPSI MATA KULIAH : ANALISIS REAL II KODE MK : MT 410 Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberi kemampuan pada mahasiswa tentang konsep-konsep matematika mengenai limit fungsi, kekontinuan fungsi,

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

Matematika I : Limit. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 79

Matematika I : Limit. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 79 Matematika I : Limit Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 79 Outline 1 limit Introduction to Limit Rigorous Study of Limits Limit Theorem Limit Involving Trigonometric

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT May 26, 203 A Lecture Note Acknowledgement of Sources For all ideas taken from other sources (books, articles, internet), the source of the ideas is mentioned in the

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab BAB III PEMBAHASAN Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab C. Sub-bab A menjelaskan mengenai konsep dasar C[a, b] sebagai ruang vektor beserta contohnya. Sub-bab B

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

PAM 252 Metode Numerik Bab 2 Persamaan Nonlinier

PAM 252 Metode Numerik Bab 2 Persamaan Nonlinier PAM 252 Metode Numerik Bab 2 Persamaan Nonlinier Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Semester Genap 2013/2014 1 Mahdhivan Syafwan Metode Numerik: Persamaan Nonlinier Solusi persamaan

Lebih terperinci

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 5.3 Kalkulus Turunan Pada bagian ini kita akan membahas sejumlah aturan untuk diferensial dan aturan untuk turunan, yg mempunyai kemiripan

Lebih terperinci

BAB VI LIMIT FUNGSI. 6.1 Definisi. A R. Titik c R adalah titik limit dari A, jika untuk setiap persekitaran-δ dari c,

BAB VI LIMIT FUNGSI. 6.1 Definisi. A R. Titik c R adalah titik limit dari A, jika untuk setiap persekitaran-δ dari c, BAB VI LIMIT FUNGSI Sesungguhnya yang dimaksud dengan fungsi f mempunyai limit L di c adalah nilai f mendekati L, untuk x mendekati c. Dengan demikian dapat diartikan bahwa f(x) terletak pada sembarang

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716

MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716 MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716 N0 TOPIK FUNGSI 2.1 DEFINISI FUNGSI 2.2 DAERAH DEFINISI DAN DAERAH HASIL 2.3 JENIS-JENIS FUNGSI 2.4 OPERASI ALJABAR FUNGSI 2.5 FUNGSI GENAP, GANJIL,

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x)

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x) II. TINJUAN PUSTAKA 2.1. Limit Definisi lim f(x) = L, dan mengatakan limit f (x) ketika x mendekati a sama dengan L, jika dapat dibuat nilai f (x) sebarang yang dekat dengan L dengan cara mengambil nilai

Lebih terperinci

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN Pertemuan ke-: 10, 11, dan 12 Penyusun : Kosim Rukmana Materi: Barisan Bilangan Real 7. Barisan dan Limit Barisan 6. Teorema Limit Barisan 7. Barisan Monoton URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN 7. Barisan dan

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

10. TEOREMA NILAI RATA-RATA

10. TEOREMA NILAI RATA-RATA 10. TEOREMA NILAI RATA-RATA 10.1 Maksimum dan Minimum Lokal Misalkan f terdefinisi pada suatu interval terbuka (a, b) dan c (a, b). Kita katakan bahwa f mencapai nilai maksimum lokal di c apabila f(x)

Lebih terperinci

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach Badrulfalah 1,Khafsah Joebaedi 2 1 Departemen Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran badrulfalah@gmail.com 2 Departemen Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada Bab III nanti, diantaranya: fungsi komposisi,

Lebih terperinci

CARA LAIN PEMBUKTIAN TEOEMA ARZELA-ASCOLI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKSISTENSI PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL (SUATU KAJIAN TEORITIS)

CARA LAIN PEMBUKTIAN TEOEMA ARZELA-ASCOLI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKSISTENSI PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL (SUATU KAJIAN TEORITIS) CARA LAIN PEMBUKTIAN TEOEMA ARZELA-ASCOLI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKSISTENSI PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL SUATU KAJIAN TEORITIS) Sufri Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Kampus

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat

Lebih terperinci

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 Abstract. In this paper was discussed about Nadlr fixed

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi.

BAB 1. PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi. BAB PENDAHULUAN Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi Himpunan Real Ada beberapa notasi himpunan yang sering digunakan dalam Analisis () merupakan

Lebih terperinci

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT Moch. Ramadhan Mubarak 1), Encum Sumiaty 2), Cece Kustiawan 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: ramadhan.101110176@gmail.com ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB IV. PENGGUNAAN TURUNAN. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia

BAB IV. PENGGUNAAN TURUNAN. Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia BAB IV. PENGGUNAAN TURUNAN Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia BAB IV. PENGGUNAAN TURUNAN Maksimum dan Minimum Kemonotonan dan Kecekungan Maksimum dan Minimum Lokal Masalah Maksimum dan Minimum

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

PAM 252 Metode Numerik Bab 2 Persamaan Nonlinier

PAM 252 Metode Numerik Bab 2 Persamaan Nonlinier PAM 252 Metode Numerik Bab 2 Persamaan Nonlinier Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Semester Genap 2016/2017 1 Mahdhivan Syafwan Metode Numerik: Persamaan Nonlinier Solusi persamaan

Lebih terperinci

) dengan. atau sub barisan (subsequences) dari X ,,,..., kemudian dipilih hasil index barisan Contoh, jika X =

) dengan. atau sub barisan (subsequences) dari X ,,,..., kemudian dipilih hasil index barisan Contoh, jika X = Section 3.4 Barisan Bagian dan Teorema Bolzano Weierstrass Di bagian ini kita akan diberikan konsep dari barisan bagian dari barisan bilangan real. Secara informal, barisan bagian dari barisan adalah satu

Lebih terperinci

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi 1 Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass Islamiyah Abbas 1, Naimah Aris 2, Jusmawati M 3. Abstrak Dalam skripsi ini dibahas pembuktian

Lebih terperinci

FUNGSI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1

FUNGSI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1 FUNGSI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1 PENGERTIAN FUNGSI A disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut daerah hasil (Kodomain) dari f. Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi. A Fungsi

Lebih terperinci

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 1 Hal. 42 51 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE DEBI OKTIA HARYENI

Lebih terperinci

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun MA3231 Pengantar Analisis Real Semester II, Tahun 2016-2017 Hendra Gunawan, Ph.D. Tentang Mata Kuliah MA3231 Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi S1 Matematika, dengan

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ RUANG LIPSCHITZ Muhammad Rifqi Agustian 1), Rizky Rosjanuardi 2), Endang Cahya 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: Muhammadrifqyagustian@yahoo.co.id ABSTRAK. Diberikan ruang

Lebih terperinci

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Hendy Fergus A. Hura 1, Nora Hariadi 2, Suarsih Utama 3 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun MA3231 Pengantar Analisis Real Semester II, Tahun 2016-2017 Hendra Gunawan, Ph.D. Eudoxus & Lingkaran Fakta bahwa luas lingkaran sebanding dengan kuadrat diameternya dibuktikan* secara rigorous oleh Eudoxus

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA (Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 1, 2007 Diberikan sebuah fungsi yang terdefinisi pada interval (a, b) kecuali mungkin di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass, II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi Integral Atas dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass, serta teorema-teorema yang mendukung

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 13 September 2013

Hendra Gunawan. 13 September 2013 MA1101 MATEMATIKA 1A Hendra Gunawan Semester I, 2013/2014 13 September 2013 Latihan (Kuliah yang Lalu) sin t 1. Menggunakan fakta bahwa lim 1, t0 hitunglah: t 2 sin( 2 ) a. limsin t.cot 2t b. lim t 0 0

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal ini akan dibahas macam-macam peubah acak, distribusi peluang, fungsi densitas, dan fungsi distribusi. Pada pembahasan selanjutnya, fungsi peluang untuk peubah acak

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH ANALISIS REAL II (MT410) / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH ANALISIS REAL II (MT410) / 3 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH ANALISIS REAL II (MT410) / 3 SKS JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 0 A. Identitas Mata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,

Lebih terperinci

FUNGSI. Modul 3. A. Definisi Fungsi

FUNGSI. Modul 3. A. Definisi Fungsi Modul 3 FUNGSI A. Definisi Fungsi Definisi 1. Misalkan A dan B suatu himpunan. Suatu relasi f A x B, dimana setiap a A dipasangkan dengan tepat satu di b B, disebut dengan pemetaan (atau fungsi) dari A

Lebih terperinci

Misal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap

Misal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO PENYELESAIAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA 2012/2013 Mata Ujian : Analisis Real 1 Tipe Soal : Reguler Dosen : Dr. Julan HERNADI Waktu : 90 menit

Lebih terperinci

INF-104 Matematika Diskrit

INF-104 Matematika Diskrit Relasi dan Fungsi Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah March 10, 2014 Suatu fungsi f : A B disebut pada (onto) atau surjektif (surjective) jika f(a) = B, yaitu jika untuk semua b B ada sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

Discrete Time Dynamical Systems

Discrete Time Dynamical Systems Discrete Time Dynamical Systems Sheet 1 and Solution (1) Tentukan titik tetap dari fungsi berikut. (a) f(x) = x x (b) f(x) = 2x + bx (c) f(x) = e (a) Titik tetap f memenuhi persamaan f(x) = x x x = x x

Lebih terperinci