Entropi 91. Perhatikan diagram kerja P-V. setiap titik pada diagram menggambarkan keadaan seimbang, sistem tertentu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Entropi 91. Perhatikan diagram kerja P-V. setiap titik pada diagram menggambarkan keadaan seimbang, sistem tertentu"

Transkripsi

1 Entrop 9. Perhatkan dagram kera P-. setap ttk pada dagram menggambarkan keadaan sembang, sstem tertentu msalkan ttk menggambarkan keadaan sembang awal dan ttk keadaan sembang akhr suatu proses atas dens proses reversbel (sebenarnya dens proses kuasstatk) maka : ttk selalu dapat dcapa dar ttk melalu suatu alan ( Proses) reversbel; lag pula, ada tak berhngga banyaknya alan reversbel yang dapat menghubungkan ttk dengan ttk. Msalkan, alan R adalah salah satu alan reversbel yang mungkn, Perubahan suhu selama proses tdak dketahu secara rnc, hanya dketahu suhu berubah secara reversebel dar nla semula menad. Msalkan, alan r W Pd adalah usaha luar sstem sepanang alan R, maka adalah sama dengan luas -R-- -. Apabla r adalah perubahan energ dalam dalam sstem, maka menurut hukum ke- : r ( U U ) Wr Sekarang perhatkanlah alan reversbel lan yang terdr atas proses adabatk (-a) dan (b-), yang dhubungkan dengan proses sotermal (a-b). kurva soterm n selalu dapat dtemukan sedemkan rupa sehngga luas dgars zg-zag n sama dengan luas dbawah alan R tad W ab W R, sedangkan U adalah tetap (U -U ) (mengapa?), maka hukum ke- mengatakan ab (U -U )-W ab. Dar (a) dan (b) dapat dsmpulkan : ab r Dengan kata lan : Pada proses reversbel antara dua ttk kesemabngan I dan, selalu dapat dtemukan alan reversbel terdr attas adabat-soterm-adabat, sedemkan rupa sehngga kalor yang terlbat dalam kedua alan tu adalah sama (kedua alan reversbel tersebut adalah equvalen) Kebenaran n oleh Claussus dgunakan untuk membuktkan adanya suatu ungs keadaan, yang kta kenal dengan nama entrop Perhatkan suatu sklus reversbel sebarang (R) dalam dagram P-. atas pengamatan datas, sklus demkan dapat dbag-bag atas seumlah pta, yang masng-masng terdr atas dua kurva soterm dan dua kurva adabat, ad merupakan sklus carnot. (Inlah sebabnya mengapa sklus carnot dsebut sklus dasar) Pta-pta dapat dambl sedemkan rupa, sehngga luas sklus R sama dengan luas gambar berzg-zag tertutup tu. Dengan kata lan : Setap sklus reversbel apapun bentuknya, dapat danggap terdr atas seumlah sklus carnot

2 untuk sklus carnot dketahu berlaku atau 0, dsn adalah kalor yang masuk selama sklus, dan adalah kalor yang keluar dar sstem pada suhu. Dengan kembal memaka konvens tanda pada, dapat dtuls bahwa Untuk pta ke- : 0, Untuk pta ke- : 3 4 0, dan seterusnya 3 4 Maka untuk sklus n berlaku : N atau Dsn penumlahan dambl sebanyak umlah sklus yang ada, yakn N, ad ada N buah soterm. Dengan kata lan, penumlahan dambl sepanang gars zg-zag tertutup (Merupakan sklus reversbel). Hasl (9-) n dkenal sebaga teorema Clausus : Setap sklus R dapat dgant sklus ber zg-zag. Apabla umlah pta dalam rumus (9-) dperbanyak (arngan adabat-soterm-adabat dperhalus), gars tutup zg-zag menad kurva kontnyu bertutup : sklus Rumus (9-) menad d Dalam matematka, pernyataan datas berart bahwa merupakan derensal eksal, yakn : derensal total suatu ungs keadaan. Fungs n dber nama entrop sstem dengan lambang S. maka : d dsadalah derensal eksak, hngga R ds 0 : Integras ds sepanang sklus reversbel adalah 0 R R ds S S S : ntegras berbatas ds tdak bergantung alan ntegras, melulu dtentukan oleh ttk awal dan ttk akhr Jalan berkr Clausus : - Setap proses R equvalen (ad-so-ad) karena W dapat dbuat sama. U memang sama, ad U -W menad sama - Untuk sklus carnot berlaku + 0. Untuk sklus R yang terdr atas N sklus carnot :

3 d 0, berart bahwa adalah suatu ungs keadaan. d ds( eksak) ds S Catatan : ds 0 d adalah derensal eksak ds, dmana S S S - d bukanlah derensal eksak, akan tetap aktor dsebut aktor pengntegras d adalah eksak. dalam pada n - berdasarkan penalaran matematk murn, caratheodory uga berhasl membuktkan adanya ungs entrop. Kepustakaan Buchdahl : Am J Phys, Jan 949 LandsBerg : Rev Mod Phys 8, 363 (956) Ketdaksamaan claussus Apa haslnya apabla penumlahan dalam rumus (9.) dadakan sepanang sklus yang tdak reversbel? ernyata d d < 0; atau < 0; atau < ds Art eorema carnot : Mesn carnot (yang palng mendekat mesn reversbel) adalah mesn yang memlk η terbesar dbandng dengan mesn-mesn kalor lan. Apabla mesn carnot C dan mesn lan NC dkerakan antara dua RK yang sama, maka mesn NC memerlukan kalor yang lebh banyak untuk menghaslkan W yang sama karena η > η atau c NC W W > maka ' >. Jka dtuls ' adalah kalor ekstra yang dperlukan mesn NC, maka dengan Untuk mesn C berlaku : 0, + 0, dan konvens ' + q, dengan q Untuk mesn NC berlaku ' ' + q + konvens menad q + q yang dengan

4 ' + ' + + q q adalah negat d Jad untuk sklus NR, dperoleh < 0 dan 0 < erbukt d Dengan mengngat ds 0, dapat dsmpulkan bahwa untuk proses nonreversebel < ds R R d Rangkuman d d 0;0 0; ds Contoh pemakaan - Proses reversbel : Mesn Carnot bekera antara dua RK bersuhu 300 K dan 00 K, dan dalam setap sklusnya memerlukan kalor sebanyak 80 J Htunglah umlah kalor yang terpaka (dapat dubah menad usaha luar) Jawab eorema Claussus : 0, karena sklus carnot adalah sklus reversbel hngga atau , maka 60 L W J Catatan : Soal dapat dselesakan dengan pengertan η : W W 00 η, maka W 0 J Proses non reversebel : Suatu sstem berupa batang yang tersolas dar lngkungan, dpasang antara dua RK. Dalam keadaan sembang (Keadaan transen) seumlah kalor dar RK- masuk ke sstem dan melalu sstem dteruskan masuk ke RK- Sstem sendr tdak mengalam perubahan apapun. Jelaslah proses n bersat non-reversebel. Akan terbukt bahwa teorema claussus berlaku pada proses yang nyata (alamah) n. Clausus m k , negat, sesua dengan teorema ungs entrop untuk gas deal akan dturunkan, berturut-turut SS(,), SS(,P) dan SS(P,)

5 ungs entrop untuk gas non-deal delaskan dalam bab IX SS(,) Hukum ke- : U W Hukum ke- untuk proses nntesmal : d du dw Hukum ke- untuk proses kuasstatk : d du + Pd Kalau sstem bersat deal : d Cvd + Pd d ds + Kasus 9-5 adalah S sebaga ungs dan, namun dalam bentuk derensal, akan tampak pula bahwa varabel ntegras telah terpsah. Hal n memudahkan pengntegrasan Suatu Cv danggap konstanta (tdak bergantung ), ntegras menghaslkan : Kalau proses bersat reversbel : ds Cv( ) d + Pd atau Cv( ) S d d S0 0 0 dapat dsmpulkan : S Cv ln+nrln+konst ln( Cv nr )+konstln( Cv. Cv-Cp ) Fungs logartmk dar dan ( CvLn + nr ln ) ( CvLn nrln ) ds Cv + nr S S0 0 + d nr SS(,P) Fungs n dapat kta peroleh dengan cara yang sama sepert datas, dengan mengngat bahwa hukum ke- gas deal yang mengalam proses nntesmal reversbel adalah dscp()d-dp Apabla Cp tetapan, dpeorleh bentuk Sln( Cp P -c P +C +konst Catatan Hasl n dapat uga dperoleh dengan menggantkan dengan P melalu persamaan keadan gas deal PnR, ddalam (9-5A) Setersunya, SS(P,) dapat uga dperoleh dengan menggantkan dengan P dalam (9-6). Adapun haslnya Sln(P c Cp )+konst Dagram -S atau dagram entrop Untuk proses reversbel berlaku d ds 0 Untuk proses adabatk reversbel : d0, (bahkan 0), maka ds0, atau S0 dan SS Proses adabatk reversbel atau proses sentrop dalam dagram -S dgambarkan sebaga gars lurus tegak Dagram -S berupa dagram energ, tepatya dagram kalor Mengapa dsebut demkan?

6 Untuk proses reversbel : dds maka ds luas dbawah kurva, kalor yang terlbat dalam proses Karena W W m K Sklus Carnotr khususnya mudah dgambarkan dalam dagram -S, karena berupa perseg panang (atau buur sangkar), hngga m, K, dan W dengan mumdah dapat dtentukan/dhtung dengan lmu ukur η W m Luas bola Luas bcd'a' bcd'a' adb'a' bcd'a' add'a' bcd'a' ( Sc Sb) ( Sc Sb) Perubahan entrop pada proses reversbel Menghtung S (Sstem) pada proses reversbel (I dan keadaan kesembangan). Kta akan menghtung perubahan entrop S sstem deal pada proses reversbel sotermal, sokhork, sobark maupun adabatk, dan menggambarkan proses-proses tu pada dagram -S. Proses adabatk Kalau proses beresat reversbel : dds. Karena adabatk : d0, maka Setap. ds0 ; ds S 0 atau Pada dagram -S, proses adbatk reversbel (atau proses sentrop) tampak sebaga gars lurus vertkal.. Proses sotermal reversbel Jelaslah bahwa proses sotermal reversbltas pada dagram -S tergambar oleh gars lurus mendatar Adapun perubahan entrop dperoleh dar rumus (9-5) atau rumus (9-6) : d d d (9-5) : ds Cv + nr. Karena d0, maka ds nr atau S nr ln Jelas : - Suatu ekspans sotermal menghaslkan penambahan entrop sstem dan kompres sotermal menghaslkan pengurangan entrop d dp - Apabla kta bertolak dar (9-6) : ds Cp nr P

7 P S nr ln. Dapat uga dar (9-0A) dengan penggantan P nr P 3. Prose reversbel Pada proses n, d0 maka (9-5) menghaslkan : d d ds C ( ) atau. S ( ) C Jelas : Apabla Cv tetapan S Cv ln. Bagamanakah proses sokhork tergambar pada dagram -S? Dar atas dapat dsmpulkan pada proses sokhork (Cv tetapan) : S a S C SC ln atau exp be C Maka : proses sokhork tergambar sebaga kurva eksponen. Kemrngan pada kurva sokhork n kta peroleh dar (9-5) : Yakn S C Buktkan sendr bahwa untuk >, dperoleh kurva yang letaknya lebh rendah. (Perhatkan hasl 9-0A atau 9-) 4. Proses sobark reversbel Kta bertolak dar (9-6); d dp d ds Cp nr ; pada proses sobark dsp Cp( ) atau P d Sp Cp( ) Apabla Cp bukan ungs, maka Sp Cpln Maka dapat dsmpulkan, pada proses sobark ACp ln +c Kemrngan sobar (Dperoleh dar 9-6) : S P Cp - Kalau P >P, maka sobarnya terletak datas sobar P. - Dapatkah anda buktkan : pada dagram -S, kurva sokhork lebh suram darpada kurva sobar. 5. Perubahan entrop pada RK Dengan mengngat sat RK, bahwa kalor yang keluar maupun masuk RK tdak berlangsung secara sotermal, yakn terad pada suhu RK tersebut. Akan tetap P

8 dan RK uga tdak berubah, maka keadaan kesembangannya tdak pernah terganggu, hngga proses tu selalu bersat reversbel. d Maka berlaku S RK d RK RK dsn adalah kalor yang keluar (atau masuk) RK, maka alor yang masuk (atau keluar sstem), hngga dpat dhtung dengna menggunakan hukum ke- dterapkan pada sstem untuk proses tersebut, kemudan tandanya dbalk. Contoh : Gas deal berekspans sotermal pada suhu 0. berapakah ( S) RK? Untuk sstem : hukum ke- dcvd+pd d d 0 + nr0, hngga d nr0 nr0 ln, maka Untuk RK : nr0 ln, ad ( S ) RK nr ln, (negat) Karena pada ekspans >, ad RK menyerahkan seumlah kalor 6. Perubahan entrop sstem pada perubahan ase Perubahan ase adalah proses sotermal; a terad pada suhu transs, selan yang tdak berubah, basanya ada lag satu kordnat yang tdak berubah, basanya tekanan (perubahan ase pada udara luar). Perubahan entrop yang dderta sstem dhtung dar rumus : yang terlbat ( S ) Suhu transs Contoh : m kg es pad a00 K dpanas hngga menad uap bersuhu 400 K pada tekanan atmoser Dketahu : Cp es 00 J/(Kg K) ; Cp uap ar 400 J/Kg Llebur es330 kj/kg; Luap ar60 kj/kg; Cpuap ar00 J/Kg K Htunglah perubahan entrop sstem Jawab Seluruh proses sn bersat reversbel. Dengna menganggap campuran es-ar-uap ar sebaa sstem hdrostatk deal, maka untuk pemanasan berlaku : (hukum ke- ) d dscpd-dp ds p Cp Untuk perubahan gase berlaku rumus (9-4) datas; 400 K adalah lebh tngg darpada ttk ddh ar, maka es tu tdak hanya mencar, makalah menguap. Proses-proses yang terad alah - Pemanasan es dar 00 K ke 73 K; pencaran es pada 73 K; pemaanasan ar dar 73 ke 373 K; penguapan ar pada 373 K, dan pemanasan uap ar dar 373 K sampa 400 K. semuanya terad secara sobark.

9 9.4 Sekarang akan dhtung S sstem, pada proses non-reversbel. Sebaga contoh akan dbahas proses pencampuran (mxng), yakn :. Pencampuan dua caran : Ar ( Kg) pad asuhu 373 K dcampurkan pada ar Kg (supaya mudah perhtungannya) brrsuhu 73 K secara adabatk dan sobark.. Pencampuran dua gas; : Gas H pada (P,,) dcampurkan dengan gas N pada (P,,) yang sama secara adabatk. Nyata bahwa kedua proses datas bersat rnon-reversbel, hngga kta cenderung d mengatakan bahwa rumuus S tdak berlaku/tdak dapat dgunakan dalam perhtungan. etap kta perhatkan uga, bahwa keaddaan kesembangan, maka teorema Clausus mengatakan : ttk dcapa dar ttk melalu suatu alan reversbel, sehngga d S dapat dgunakan dan karena ds adalah suatu ungs keadaan, maka nla ntegralnya hanyalah dtentukan oleh ttk awal dan ttk akhr, tdak oleh alan sebenarnya. dengan kata lan : Apabla dalam suatu proses non-reversbel, dan merupakan keadaan kesembangan, maka (dalam menghtung S) alan non-reversbel tersebut dapat dgant dengan alan reversbel. d Pergantan n berart : S S ds S S. dan keadaan non rev Re v kesembangan. Catatan - Pergantan n berlaku uga seandanya saa yang merupakan keadaan kesembangan, (ttk bukan keadaan kesembangan) namun secara perhtungan menad lebh rumt. - Apabla kedua keadaan I dan bukan keadaan kesemabngan, S harus dtentukan dengan cara-cara lan. Inlah bdang Non-equlbrum hermodnamc a. Kg ar pada suhu 373 K dcampur dengan Kg ar bersuhu 73 K. sstem deal, Cp tetapan. Berapakah SSstem kalau pencampuran n berlangsung adabatksobark? awab Jelas keadaan (sebelum dcampur adalah keadan kesembangan; dengan demkan pula keadan. elas pula proses n non-reversbel. Dengan rumus (9-) dperoleh : dhtung bahwa 33 K) 33 d 33 S II Cp Cp ln d 33 SI C p ln (dengan mudah

10 ( 33) ( 33)( 73) Maka selsh sstem Ssstem Cp ln > 0 b. Gas H pada (P,,) tertentu berada dalam beana kr, sedangkan gas N pada (P,,) yang sama ebrada dbagan kanan. Kedua gas danggap bersat deal kalau dndng pemsah dmusnahkan. Perstwa n dsebut dus dan dsebabkan karena partkel gas memlk kececpatan (hanyut) sebesar sebesar 000 m/s. Jelaslah bahwa proses dus n adalah non-reversbel tetap elas uga bahwa keadaan awal maupun keadan akhr kedua gas adalah keadaan kesembangan. Berart, bahwa dalam menghtung peruhanan entrops sstem, kta memaka alan gant yang bersat reversbel. Perhtungannya adalah sebaga berkut : Untuk H : pada tetap bertambah besar, maka dar rumus (9-5) d d ds Cv + nr, maka S nr ln nr ln, dan untuk N S nr ln nr ln (benarkah maka S sstem nr ln > n n H N 9.5 Sepert telah dketahu : Sstem + Lngkungan Alam Semesta Apabla perhtungan S dlakukan pad asstem dan uga pada lngkungannya untuk proses reversbel maupun nono-reversbel, segera terungkap bahwa : S S + S yang dsebut Azas Entrop { } 0 ( ) ( ) ( ) alam Sst Lngk suatu vers perumusan lan, dar azas n alah untuk sstem yang tersolas dar lngkungan ( ) ( S) Sst 0 Untuk proses reversbel dan nonreversbel [ S LIngkungan 0], berlaku Azas n sangat pentng. Pembuktannya akan dberkan dengan memperhatkan prosesproses yang ada. Proses n nyatanya adalah perumusan lan dar hukum ke- Dtnau dar seg reversbltas, dan keadan awal dan akhr sstem pertukaran kalor, maka proses-proses yang ada dapat kta golongkan sebaga berkut

11 a. Proses reversbel adabatk Proses n berart : ada pertukaran kalor antara sstem dan lngkungan yang berlangsung secara reversbel, - msalnya terad perubahan suhu (msal sokhork/sobark) hal terakhr n bermakna bahwa dperlukan tak berhngga banyaknya RK yang bersuhu antara dan, lalu sstem berturut-turut dkontakkan pada RK-RK satu dem satu agar berpeluang bertukar kalor perhatkan pertukaran kalor sebanyak d, maka n berlangsung pada suhu RK yakn, maka : d ( d) sst +. Dlan phak RK menyerahkan kalor d ke sstem d ( ds) RK ( ds) alam 0, maka S ds ( ) 0 alam alam - msalnya tdak terad perubahan suhu : proses reversbel sotermal (9.3.) b. Proses reversbel adabatk, msalnya kompress atau ekspans d Jelas bahwa dsn berlaku : ( S) S 0, (karena sstem tdak menerma/melepas kalor d0) ( S) RK 0 karena 0 RK maka S alam ( ) 0 kesmpulan : pada proses-proses reversbel, ( S) alam 0 c. Proses-proses non-reversel, non-adabatk antara dua keadan kesetmbangan - Pada caran kendal dadakan W, yang berubah menad. kemudan mennggalkan sstem ke RK, sehngga keadaan sstem tdak berubah. In proses non-reversbel, sebab kebalkannya akan berart : RK melepas yang kemudan oleh sstem dapat dubah menad W seluruhnya. In elas dlarang hukum ke- : ad tak mungkn terad Gambar S Sstem, karena keadaan sstem tdak berubah ( ) 0 ( ) S Lngkungan RK menad ( S) alam > 0 RK W masuk, keluar, yang post

12 - Keluar masuk sstem, dan menngglkannya lag tanpa mengubah keadaan sstem S Sst, karena sstem tdak mengalam perubahan ( ) 0 RK, negat karena kalor dar RK- ( S) ( S ) RK +, post karena kalor mask ke RK- menad ( S) Alam > 0 d. Proses-proses non-reversbel, adbaatk, antara dua kesemabangan - Isobark : pada caran kental dadakan W luar, yang berubah menad kalor d ( S ) Sst ; menurut hukum ke- (dmsalkan sstem deal) ; d CP d dp Cpd Kalau proses duangga berlangsung pada P tetap d d CP CP ln ( S) Lng 0, karena adabatk maka : ( S) Alam Cp ln > 0 - Ekspans gas deal. Proses n berlangsung non-reversbel, adabatk, dan keadaan awal serta keaddan akhrnya berupa keadaan kesembangan d d ( S ) Sst menurut hukum ke- ( S ) ( ) Sst C + nr. Kalau sstem danggap deal; ( S) Sst nr, yang elas >0 ( S) Lng 0, karena adabatk maka : ( S) Alam Cp ln > 0 proses-proses non reversbel, adabatk, yang berlansung antara dua keadaan kesembangan, selalu menghaslkan ( S) alam > 0, sepert dgambarkan oleh kedua contoh datas. Bukt umumnya adalah sebaga berkut : Gambar Perubahan entrop sstem antara dua keadaan sembang pada proses nonreversbel, kta htung melalu proses reversbel antara kedua ttk kesemabngan yang sama. Yang harus dbuktkan alah ( S) alam > 0 untk proses I-, yang non-reversebel Karena ttk I dan adalah ttk kesembangan, maka ttk selalu dapat dcapa dar ttk melalu alan yang reversebel, maka melalu alan-alan reversebel -k (adabatk), ke- (sotermk) dan - (adabatk).

13 Dengan demkan kta peroleh suatu sklus non-reversebel k. Perubahan entrop sstem selama sklus adalah : S k, karena alan adabatk. Maka S k S. ( ) 0 ( S) k s s k atau s s ( S) 0, karena adabatk maka S S. ( S) k S S atau S S. Untuk seluruh sklus : ( S) sklus ( S) k + ( S) Haruslah nol ( S) ( S) k ( S S ) S S. Maka Kesmpulan : Kta telah berhasl menghtung ( S) pada proses non-reversbel, dengan menghtung ( S) untuk proses reversebel antara dua ttk kesembangan yang sama S S S ( ) sst ( S) alam S S. Bagamanakah tandanya? Kta lhat bahwa sepanang sklus k, hanya pada cabang k terdapat pertukaran kalor. k (S -S k ) (S -S k )(S -S ), karena sotermk. Kta lhat bahwa selama sklus k, pada sstem dlakukan kera W, yang post. Karena W post, maka S > S ; yang berart ( S) alam > 0 Kesmpulan Pada proses-proses nonreversbel ( S) alam > 0 Pemakaan azas entrop Azas entrop dapat dpaka dalam penyelesaan soal-soal tertentu. - eorema carnot Mesn carnot (yang merupakan mesn yang palng mendekat reversbel) memlk eesens tertngg, dantara mesn-mesn lan yang dkerakan antara dua RK yang sama. Gambar Mesn kalor bekera antara RK- yang bersuhu dan RK yang bersuhu. mesn menyerap kalor dan menghaslkan seumlah usaha W. Buktkan bahwa eesens mesn tu adalah terbesar, apabla a mesn carnot. 64 Lngkungan Sstem Bukt : alam RK + RK + Mesn q RK, karena kalor keluar darpadanya suhu. ( S) ( S) W RK. (energ sebesar W masuk pada. ( S) 0 karena bersklus me sn

14 W ( S) 0 alam Maka W, ad W maks ηcarnot Bandngkan bukt n dengan bukt pada (8..v), dmana dgunakan mesn kalor dan mesn npendngn dsambung menad satu. - Mnmal cost estmaton mesn pendngn Gambar Mesn pendngn yang mendngnkan benda B yang semula bersuhu menad, memerlukan usaha W. Kta ngn menghtung W yang dperlukan Jawab Msalkan setelah B ddngnkan sampa suhu, kalor sebesar telah keluar darpadanya, dan entropnya berubah dar S menad S yang lebh kecl. Alam Benda + RK + Sstem S S S (negat ( ) Benda ) ( S) 0 karena bersklus me sn + W ( S) + ( S S ) 0 atau W ( S S ) W RK mn ( S S ) mn, ad S dan S dar datar entrop materal, dtentukan/dhtung menurut prosesnya. W adalah energ mnmal yang harus dbaya. Catatan : Kalau aktor waktu dperhtungkan, msalnya pendngnan tersebut tercapa dalam waktu lma detk, maka daya rata-rata yang harus dmlk mesn tu scara mnmal alah W mn P mn t 9.6 Sehngga kn entrop adalah suatu besaran yang cukup abstrak. Bukan besaran yang nyata sepert, msalnya, tekanan P, olum atau suhu. kta hanya tahu, bahwa entrop adalah besaran yang berubah nanya, ap0abla sstem mengalam proses non-adabatk tertentu, dan perubahan n tdak dapat dukur langsung, harus dhtung. Untuk mendapatkan pengertan yang lebh nyata tentang apa entrop tu, kta kut karya bolzmann. Sudah dketahu, bahwa semua proses alam bersat spontan, dan non-reversbel. Juga dketahu bahwa proses-proses demkan entrop alam selalu nak. Gambar Perhatkan sstem berupa gas dalam beana. Kta perhatkan gas tu dar seg ketdakteraturan partkel-partkelnya.

15 Dar teor knetk gas dketahu, bahwa lau v molekul gas dalam keadaan sembang tdaklah sama, tetap memlk suatu dstrbus, yakn dstrbus maxwell-boltsmann, yang mneyatkaan adanya molekul yang cepat dan ada molekul yang lambat Kta tahu, bah wa molekul-molekul gas bergerak dengan acak sangat tdak teratur v r nya, maupun possnya. dak tampak ketertban dalam gas. Kta tdak mendapatkan bahwa molekul-molekul cepat, msalnya, berada dsuatu sudut beana, dan molekul-molekul lambat berada dsudut yang lan; kta tdak emenmukan ketertban demkan. Kalau toh kta dapatnya pada sesuatu saat, maka dengan spontan keaaan tertb n akan berubah menad pencapuran molekul cepat lambat dengan sempurna (dan segera). Jad. Apapun ketertban yang semula ada, akan segera musnah, dan teradlah suatu keadaan yang sangat tdak tertb, dan keadaan demkan n dapat bertahan merupakan keadaan kesembangankeadaan stabl, ad tdak berubah lag, tanpa adanya gangguan dar luar. Rupa-rupanya ada hubungan antara bertambahnya entrop (S) dengan bertambahnya ketdaktertban dsorder) S D Dalam mekanka statstk dturunkan, bahwa ketdaktertban molekul (D) dalam gas berbandng dengan probabltas (P) mendapatkan molekul dsesuatu tempat dengan sesuatu kecepatan tertentu Berart keadaan yang menunukkan ketdaktertban yang semakn besar, semakn besar pula kemungknannya kta umpa. Maka D P. Jad S D P, atau.s P, dan Boltzman menemukan : S k ln P Atas pertmbangan dmens, kta lhat bahwa koeesen perbandngan k tdak lag lan adalah konstanta Boltzmann Ilustras : Perhatkan sstem terdr atas empat kepng uang Kta cap P Probabltas menemukan sesuatu susunan dengan ketadakterban tertentu. Susunan Gambarannya P(x) Ketertban Sk lnp x yang mungkn. x 4 G. x 3 G 3. x G 4. x G 5. x 0 G GGGG GGGA;GGAG;GAGG;AGGG GGAA;GAGA;AGGA;AAGG;AGAG;GAAG GAAA;AGAA;AAGA;AAAG AAAA /6 4/6 6/6 4/6 /6 ertb sekal ak tertb dak tertb sekal ak tertb ertb sekal S k ln 6 4 S k ln 6 6 S 3 k ln 6 4 S 3 k ln 6 S 5 k ln 6 anpak : susunan ke-3 yang palng tdak tertb, memlk entrop yang palng besar.

b) Sebaliknya : interaksi kalor antara sistem dan lingkungan yang harus berlangsung kuasistatik dan disertai kenaikan suhu,

b) Sebaliknya : interaksi kalor antara sistem dan lingkungan yang harus berlangsung kuasistatik dan disertai kenaikan suhu, I. KALOR DAN HKM KE-1 1.1 Kalor Dketahu ua sstem paa suhu berbea. Apabla kontakkan satu engan yang lan melalu nng atermk, ketahu bahwa suhu keua sstem akan berubah seemkan rupa sehngga akhrnya menja sama.

Lebih terperinci

Solusi Termodinamika Bab VIII

Solusi Termodinamika Bab VIII Solus ermodnamka Bab VIII 8. Art Proses, proses kuasstatk, dspas kalor dan sat proses reversbel: a. Art Proses dan Proses Kuasstatk Proses: Perubahan koordnat dar suatu sstem Proses Kuasstatk: Perubahan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Review Thermodinamika

Review Thermodinamika Revew hermodnamka Hubungan hermodnamka dan Mekanka tatstk hermodnamka: deskrps fenomenologs tentang sfatsfat fss sstem makroskopk dalam kesetmbangan. Phenomenologs : mendasarkan pada pengamatan emprs terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Deret Taylor & Diferensial Numerik. Matematika Industri II

Deret Taylor & Diferensial Numerik. Matematika Industri II Deret Taylor & Derensal Numerk Matematka Industr II Maclaurn Power Seres Deret Maclaurn adalah penaksran polnom derajat tak hngga 0 0! 0 n n 0 n! Notce: Deret nnte tak hngga menyatakan bahwa akhrnya deret

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP)

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP) by: st dyar kholsoh Mater Kulah: Pengantar; Metode Euler; Perbakan Metode Euler; Metode Runge-Kutta; Penyelesaan Sstem Persamaan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGRAL TENTU

APLIKASI INTEGRAL TENTU APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak Bab 3 Teor Comonotonc Pada bab n konsep teor comonotonc akan dpaparkan dar awal dan berakhr pada konsep teor n untuk jumlah dar peubah - peubah acak 1. Setelah tu untuk membantu pemahaman akan dberkan

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN Tujuan Instruksonal Umum :. Mahasswa mampu memaham apa yang dmaksud dengan ukuran penyebaran. Mahasswa mampu memaham berbaga pengukuran untuk mencar nla ukuran penyebaran

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 II TINJUN PUSTK 2.1 Manaemen Proyek 2.1.1 Pengertan Manaemen Proyek Sebelum mengemukakan apa art dar Manaemen Proyek, terlebh dahulu akan mengetahu art dar Manaemen dan Proyek tu. Menurut Hamng dan Nurnaamuddn

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tnauan Pustaka 2.1 Konsep Gagasan Penghematan Bahan Bakar pada Kompor Gas Prnsp dar alat penghemat gas pada tugas akhr n merupakan pengembangan dar tugas akhr yang sebelumnya sudah pernah dlaksanakan.

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA http://starto.sta.ugm.ac.d PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Ordnar Derental Equatons ODE Persamaan Derensal Basa http://starto.sta.ugm.ac.d Acuan Chapra, S.C., Canale R.P., 990, Numercal Methods or Engneers,

Lebih terperinci

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER a. Ketdakpastan Hesenberg a) Rumusan Umum Ketdakpastan Hesenberg Kenyataan bahwa sebuah partkel bergerak harus dpandang sebaga group gelombang de

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

MODUL 3 : METODA Slope Deflection 3.1. Judul : Metoda Slope Deflection

MODUL 3 : METODA Slope Deflection 3.1. Judul : Metoda Slope Deflection MODU 3 1 MODU 3 : METOD Slope Deflecton 3.1. Judul : Tuuan Pembelaaran Umum Setelah membaca bagan n mahasswa akan dapat memaham apakah metoda Slope Deflecton dan bagamana metoda Slope Deflecton dpaka untuk

Lebih terperinci