Pengembangan Energi Rendah Emisi untuk Mitigasi Perubahan Iklim Global

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Energi Rendah Emisi untuk Mitigasi Perubahan Iklim Global"

Transkripsi

1 Pengembangan Energi Rendah Emisi unuk Miigasi Perubahan Iklim Global Armi Susandi Kelompok Keahlian Sains Amosfer Fakulas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Insiu Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No. Bandung 432 Indonesia Absrak Tulisan ini mengkaji enang poensi energi rendah emisi yang dapa dikembangan di Indonesia yang berasal dari sumber daya alamnya. Kajian ini dianggap pening sebagai perhaian Indonesia erhadap peningkaan emisi karbon dari sekor energi dan kehuanan, sekaligus sebagai upaya miigasi perubahan iklim global. Kajian poensi energi rendah emisi yang dilakukan dalam peneliian ini adalah unuk: energi angin, energi mini/mikro hidro, energi surya, energi panas bumi, dan energi biodiesel. Pengembangan energi rendah emisi belum mencapai iik opimal kecuali dalam pengembangan energi mini/mikro hidro dan biodiesel. Pengembangan energi rendah emisi ersebu di masa mendaang diharapkan akan mencapai arge energi mix nasional ahun 225 melalui kebijakan khusus dan pengembangan eknologi. Kaa kunci: energi mix nasional, energi rendah emisi, penyerapan emisi karbon, skenario opimalisasi.. Pendahuluan Kebijaksanaan energi nasional berujuan unuk menjamin keamanan pasokan (securiy of supply) energi dalam mendukung perekonomian negara yang merupakan penggerak pembangunan nasional. Sebagai suau negara yang banyak penduduknya dan mempunyai wilayah yang luas, pemeraaan pembangunan juga berari pemeraaan kesempaan unuk mendapakan energi yang cukup. Salah sau sraegi pengembangan energi nasional adalah meningkakan kegiaan diversifikasi energi dengan menganekaragamkan pemanfaaan energi rendah emisi. Hal ersebu sejalan dengan kebijaksanaan umum bidang energi yang memprioriaskan pemanfaaan energi dalam negeri. Sedangkan energi ekspor khususnya minyak dan gas bumi eap masih memegang peranan pening sebagai sumber devisa negara unuk manunjang pembangunan nasional. Oleh karena iu pengembangan energi erbarukan/rendah emisi menjadi sanga pening dan mendesak unuk erus dilakukan. Di samping unuk kepeningan keamanan pasokan energi nasional dalam menjaga keberlangsungan pembangunan, pengembangan energi rendah emisi akan iku sera iku ambil bagian dalam miigasi perubahan iklim yang erjadi akiba peningkaan konsenrasi gas karbon dioksida di amosfer. Seperi dikeahui bahwa pembakaran energi fosil sebagai sumber uama dari peningkaan konsenrasi karbon dioksida (CO 2 ). Oleh karena iu pengembangan energi erbarukan yang rendah emisi akan bernilai ganda unuk ekonomi nasional dan lingkungan global. Indonesia memiliki poensi energi rendah emisi yang cukup besar, namun pemanfaaannya unuk memenuhi kebuuhan energi masih sanga kecil. Pemanfaaan energi rendah emisi secara komersial masih erbaas pada panas bumi dan enaga air. Penggunaan biomassa komersial,

2 energi bomassa hanya unuk keperluan rumah angga dan indusri kayu (kogenerasi). Unuk iu upaya pengembangan energi alernaif dalam srukur energi Indonesia menjadi sanga pening unuk erus dilakukan dan dikembangkan. Beberapa energi rendah emisi yang berpoensi unuk dikembangkan adalah: () energi angin, (2) mini/mikro hidro, (3) panas bumi, (4) biomassa, (5) energi surya, (6) energi lau. Pada ulisan ini akan dikaji semua energi rendah kecuali energi lau. Tulisan ini akan memberikan kajian enang energi rendah emisi Indonesia yang renda emisi dalam upaya miigasi perubahan iklim global dengan peningkaan emisi CO 2 di amosfer. Bagian berikunya dari ulisan ini akan mendeskripsikan emisi karbon dari sekor energi dan kehuanan Indonesia. Selanjunya pada bagian keiga akan di analisis kebijakan pemerinah enang energi mix pada ahun 225. Selanjunya bagian keempa akan mengkaji poensi energi rendah emisi Indonesia dan kemampuan daya serap karbon akan disajikan pada bagian selanjunya. Kesimpulan dan kajian mendaang menjadi bagian erakhir dari ulisan ini. 2. Proyeksi Emisi Karbon Indonesia Indonesia memiliki cadangan minyak, gas, dan baubara yang cukup signifikan saa ini. Gas yang ada saa ini akan dapa di produksi sampai 7 ahun mendaang, dalam ingka produksi saa ini (EUSAI, 2). Semenara iu baubara akan menjadi energi andalan unuk konsumsi dalam negeri Indonesia (dapa di produksi sampai 5 ahun ke depan dalam ingka produksi saa ini). Semenara iu energi minyak hanya akan berahan dalam 7 ahun ke depan seelah ahun 2. Konsumsi energi Indonesia di dominasi oleh energi dari bahan bakar fosil, yaiu sekiar 3,9 quadrillion Briish hermal uni (BTU) aau sekiar 95 persen dari oal konsumsi energi Indonesia (DGEED, 2). Minyak sampai saa ini mendominasi pemakaian energi Indonesia, sekiar 56% dari oal energi pada ahun 2. Selanjunya gas yang dikonsumsi adalah sebesar 3% dan baubara sebesar 8% dari oal konsumsi energi Indonesia (IEA, 2). Dari ingka konsumsi energi Indonesia ersebu di aas, maka pada ahun 2, oal emisi CO 2 dari kebuuhan energi Indonesia adalah sebesar 62 jua merik on karbon, 42% adalah berasal dari energi indusri (ermasuk pembangki lisrik), ingka laju perumbuhan CO 2 dari sumber ini adalah sebesa 7% per ahun (sumber yang lainnya raa-raa sebesar 3,3% per ahun). Selanjunya 25% dari sekor indusri, 24% dari sekor ransporasi, dan 9% berasal dari rumah angga (SME-ROI, 996). Menuru model MERGE, emisi dari konsumsi energi primer Indonesia adalah sebesar 64 jua merik on karbon (Gambar 2.). Emisi karbon dari sekor energi ini meningka secara subsansial sampai mencapai puncaknya pada ahun 26, emisi mencapai sekiar 58 jua merik on karbon. Selanjunya peran energi bebas emisi (Susandi, 24) akan mendominasi pada periode selanjunya di pasaran energi Indonesia unuk mengganikan energi fosil. Pada akhir periode abad 2, emisi akan urun secara gradual dan mencapai jua merik on karbon (Gambar 2.). Selanjunya, dari sekor kehuanan Indonesia juga menyumbangkan emisi yang idak sediki, eruama dari hasil deforesasi. Dalam laporan UNFCCC (SME-ROI, 999) di laporkan bahwa perubahan aa guna lahan dan kegiaan deforesasi elah menghasilkan emisi hingga mencapai 42 jua merik on karbon pada ahun 994. Pada ahun 2, dalam MERGE emisi karbon dari kegiaan deforesasi adalah sebesar 42, jua merik on karbon (Gambar 2.2). Pada ahun 2 ersebu deforesasi di Indonesia diperkirakan sebesar 2,3 jua ha per ahun (Sari e al. 2). Selanjunya akifias deforesasi diperkirakan akan meningka dan mencapai iik eringgi pada ahun 23 dengan emisi karbon sebesar 56 jua merik on. Seelah iu emisi karbon dari sekor kehuanan ini akan menurun secara perlahan-lahan sampai ahun 2 (Gambar 2.2).

3 8 Jua merik on karbon Sumber: Susandi, 25 Gambar 2.. Proyeksi emisi karbon dari sekor energi 8 Jua merik on karbon Sumber: Susandi, 25 Gambar 2.2. Proyeksi emisi karbon dari deforesasi 3. Targe Energi Mix Indonesia 225 Konsumsi energi di Indonesia, sampai saa ini di dominasi oleh minyak. Pada ahun 23, bahan bakar minyak memenuhi 54% dari oal konsumsi energi Indonesia, selanju bahan bakar gas bumi mencapai konsumsi 27% dan baubara sebesar 4% (Gambar 3.). Sedangkan energi dari sumber lainnya (enaga air, dan energi erbaharukan) baru mencapai 5% dari oal konsumsi energi Indonesia (Gambar 3.). Pada Gambar 3. ersebu di bawah ini secara lengkap ergambarkan energi mix Indonesia pada ahun 23 (DESDM, 25).

4 Gas bumi 26.5% Baubara 4.% PLTA 3.4% Panas bumi.4% EBT Lainnya.2% Sumber: DESM, 25 Minyak bumi 54.4% Gambar 3.. Energi (Primer) Mix Nasional 23 Selanjunya pemerinah Indonesia menarge srukur energi nasional pada waku mendaang dengan memberikan proyeksi energi (primer) mix nasional pada ahun 225 seperi diperlihakan pada Gambar 3.2. Energi mix pada Gambar 3.2 di bawah ini disebu juga sebagai energi mix unuk scenario dasar. Baubara 34.6% PLTA.9% Panas bumi Gas bumi.% 2.6% PLTMH.% Sumber: DESDM, 25 Minyak bumi 4.7% Gambar 3.2. Energi (Primer) Mix Nasional 225 (Skenario Dasar) Apabila dilakukan upaya peningkaan usaha pengembangan energi rendah emisi (skenario opimalisasi), maka akan didapakan proyeksi energi nasional seperi diperlihakan pada Gambar 3.3 beriku ini.

5 Baubara 32.7% PLTA 2.4% Panas bumi 3.8% EBT Lainnya 4.4% PLTMH.26% Biofuel.335% Tenaga surya.2% Tenaga angin.28% Fuel cell.% Biomassa.766% Gas bumi 3.6% Minyak bumi 26.2% Nuklir.993% Sumber: DESDM, 25 Gambar 3.3. Energi (Primer) Mix Nasional 225 (Skenario Opimalisasi) Sedangkan arge energi mix nasional pada ahun 225 ersebu dijelaskan lebih lanju dalam sauan energi seperi dijelaskan dalam Tabel 3., beriku ini. Tabel 3.. Targe Energi Mix 225 Energi Rendah emisi Panas Bumi 87 MW 95 MW Mini/mikro Hidro 84 MW 5 MW (On Grid) 33 MW (Off Grid) Energi Surya 8 MW 8 MW Biomassa 445 MW 8 MW Energi Angin,6 MW 25 MW (On Grid) 5 MW(Off Grid) Biodiesel 4,7 Jua KL Gasohol 5% dari oal Gasoline Bio Oil 2,5% dari oal FO dan IDO Sumber: DESDM, 25 Beriku ini adalah poensi energi rendah emisi dan kapasias erpasangnya. Tabel 3.2. Poensi dan Kapasias Terpasang Energi Rendah emisi Jenis Energi Poensi Kapasias Terpasang Tenaga Air GW 42 MW Panas Bumi 27 GW 87 MW Mini/Microhydro 72 GW 26 MW Biomassa 49.8 GW 445 MW Energi Surya 4.8 kwh / m 2 / hari 8 MW Energi Angin 3-6 m/de.6 MW Sumber: DESDM, 25

6 Saus pemanfaaan eknologi energi rendah emisi berbeda unuk iap jenis eknologi. Teknologi mikrohidro, panas bumi dan solar waer heaer elah mencapai ahap komersil. Teknologi phoovolaik, energi angin, gasifikasi elah mencapai ahap perconohan dan semi komersial. Beberapa eknologi lainnya masih dalam ahap peneliian dan pengembangan seperi fuelcell dan OTEC. Jenis Energi Tabel 3.3. Saus Teknologi Energi Rendah emisi Peneliian dan Pengembangan Perconohan Semi Komersial Komersial Panas Bumi Mikrohidro Surya : - Foovolaik - Surya Thermal Angin Biomassa: - Direc combusion - Gasifikasi - Biogas - Liquefacion Energi Samudra EBT lainnya Sumber: DESDM, 25 Usaha unuk pengembangan energi rendah emisi agar dapa bersaing secara komersial khususnya dengan energi komersial masih menghadapi berbagai macam kendala seperi kurangnya dukungan pengembangan indusri, kebijakan invesasi, pengembangan pasar, insenif/subsidi maupun pola invesasi unuk mendorong parisipasi swasa dan koperasi. 4. Poensi Energi Rendah Emisi dan Daya Serap Karbon Pada bagian ini selanjunya akan dikaji dan dikuanifikasi proyeksi energi rendah emisi Indonesia berdasarkan dua skenario, yaiu skenario business as usual (skenario dasar) dan skenario opimalisasi. Skenario opimalisasi yang dikembangkan disini merupakan fungsi dari () perumbuhan ekonomi (Y), (2) perambahan populasi (P), dan (3) peningkaan eknologi (T). Masing-masing energi rendah emisi yang akan dikaji dibawah ini merupakan variasi fungsi ersebu di aas dan bisa berbeda dari sau energi rendah emisi dengan energi rendah emisi lainnya. Sedangkan magniude (besaran) perumbuhan merupakan fungsi dari nilai/daa energi sebelumnya. Pendekaan yang digunakan dikembangkan dengan pendekaan ekonomerika dan penenuan besaran variable dengan menggunakan prinsip elasisias. Persamaan umum yang digunakan dalam proyeksi energi rendah emisi/energi erbarukan (ET) nasional adalah sebagaimana disajikan dalam persamaan (4.) beriku ini:

7 di mana; P f P Y, Y *, T T ET (4.) ET = Produksi energi rendah emisi (ET) pada ahun ET = Produksi energi rendah emisi (ET) pada ahun - P = Populasi pada pada ahun P = Populasi pada pada ahun - Y = Perumbuhan ekonomi pada ahun Y = Perumbuhan ekonomi pada ahun - T = Peningkaan eknologi pada ahun T = Peningkaan eknologi pada ahun - Perumbuhan populasi menggunakan hasil kajian populasi dan perumbuhan ekonomi Indonesia yang didapakan dari peneliian Susandi (24), sedangkan perkembangan eknologi merupakan fungsi perumbuhan ekonomi perkapia Indonesia. Perambahan populasi, perkembangan ekonomi dan ekonomi perkapia Indonesia sampai ahun 2, diunjukkan masing-masing oleh Gambar 4., Gambar 4.2 dan Gambar 4.3. Populasi (Jua) Sumber: Susandi, Gambar 4.. Proyeksi Populasi Indonesia

8 GDP (Trilyun Dolar) Sumber: Susandi, 24 Gambar 4.2. Proyeksi Perumbuhan Ekonomi (GDP) Indonesia 8 GDP perkapia (Dolar) Sumber: Susandi, 24 Gambar 4.3. Proyeksi GDP perkapia Indonesia Persamaan (4.) ersebu digunakan sebagai persamaan umum unuk proyeksi masing-masing energi rendah emisi Indonesia yang akan diberikan secara rinci pada bagian di bawah ini. 4.. Mini/mikrohidro Kapasias erpasang energi mini/mikro hidro pada ahun 998 adalah sebesar 2 MW dan meningka pada ahun 25 sebesar 84 MW. Perkembangan energi mini/mikro hidro mendaang yang dipilih merupakan fungsi perambahan populasi (P) dan perumbuhan ekonomi (Y). Persamaan yang digunakan proyeksi energi rendah emisi (skenario dasar) dari energi mini/mikro hidro adalah persamaan (4.2) sebagai beriku:

9 P * f P, Mh( ) Mh( ) Y Y ET (4.2) Diasumsikan bahwa usaha pengembangan energi rendah emisi dari mini/mikro hidro melalui kebijakan pola invesasi dan pendanaan seperi yang diusulkan dalam kajian ini akan meningka sebesar fungsi perumbuhan ekonomi, selanjunya skenario ini disebu sebagai skenario opimalisasi, sehingga persamaan (4.3) menjadi: * Mh( ) Mh( ) Y f Y ET (4.3) Hasil proyeksi pengembangan energi rendah emisi dari mini/mikro hidro seperi diberikan pada Gambar 4.4. beriku: MW dasar opimalisasi Gambar 4.4. Proyeksi Energi Mini/Mikro Hidro Skenario Dasar dan Opimalisasi Terliha bahwa energi mikro mini/mikro hidro naik mencapai 264 MW (Off Grid) aau,8% dari oal energi nasional (arge,%) dengan skenario dasar pada ahun 225 dan mencapai 43 MW (Off Grid) dengan skenario opimalisasi (melebihi arge aau,25%, semenara arge pada skenario ini adalah sebesar,26% aau sebesar 33 MW (Off Grid)) Angin Proyeksi energi angin unuk skenario dasar merupakan fungsi dari perumbuhan ekonomi (Y) dan perkembangan eknologi (T), seperi di berikan dalam persamaan (4.4) beriku: Y * f Y, A( ) A( ) T T ET (4.4) Sedangkan unuk skenario opimalisasi dengan dukungan pola invesasi dan pendanaan dari pemerinah merupakan fungsi perumbuhan ekonomi (Y) saja, liha persamaan (4.5).

10 A * ( ) A( ) Y f Y ET (4.5) Gambar 4.5, memperlihakan proyeksi unuk kondisi dasar dan kondisi opimalisasi. Terliha bahwa energi angin berkonribusi sebesar 2, MW (Off Grid) pada ahun 225 pada skenario dasar dan mencapai 2,5 MW (Off Grid) pada skenario opimalisasi aau sebesar,4% lebih rendah dari arge sebesar,28%, sebesar 5 MW (Off Grid), liha Gambar 3. MW dasar opimalisasi Gambar 4.5. Proyeksi Energi Angin Skenario Dasar dan Opimalisasi 4.3. Surya Sasaran pengembangan pemanfaaan pembangki lisrik enaga surya seperi diperlihakan pada Gambar 4.6. beriku: 6.8 MWp 25,6 MWp 7, MWp. MWp Sumber: DESDM, 25 Gambar 4.6. Pengembangan Energi Lisrik Tenaga Surya Selanjunya dengan pendekaan ekonomerika maka persamaan (4.6) akan menggambarkan proyeksi energi rendah emisi dari surya ini, fungsi dari perambahan penduduk (P) dan perkembangan eknologi (T). P * f P, S ( ) S ( ) T T ET (4.6)

11 Sedangkan unuk skenario opimaslisasi digunakan pendekaan fungsi eknologi (4.T) yang memacu perumbuhan energi surya, sebagai implikasi banuan pendanaan dari pemerinah dalam pengembangan energi surya ini. Persamaan (4.7) menggambarkan proyeksi energi surya ersebu. * S ( ) S ( ) T f T ET (4.7) Gambar 4.7 memperlihakan proyeksi energi rendah emisi dari surya unuk kedua skenario ersebu, pada ahun 225, energi surya akan menghasilkan,7% dari oal energi (primer) mix nasional aau sebesar 28.4 MW, semenara diargekan adalah mencapai,2% aau sebesar 8 MW (Gambar 3.3). MW Biomassa dasar opimalisasi Gambar 4.7. Proyeksi Energi Surya Skenario Dasar dan Opimalisasi Pengembangan energi biomassa diasumsikan akan berkembangan dengan perambahan penduduk (P) dan peningkaan perkembangan eknologi (T) dari biomassa iu sendiri, oleh karena iu persamaan (4.8) memberikan proyeksi unuk energi biomassa ini dimasa mendaang unuk skenario dasar. P * f P, B( ) B( ) T T ET (4.8) Sedangkan unuk skenario opimalisasi, perkembangan energi biomassa dijelas oleh persamaan (4.9). * B( ) B( ) T f T ET (4.9) Gambar 4.8 menunjukkan proyeksi kedua skenario ersebu. Berdasarkan Gambar 9, erliha bahwa skenario opimalisasi akan meningkakan produksi biomassa mencapai 75 MW (,) pada ahun 225 aau melebih arge sebesar 8 MW (,766%), sedangkan pada skenario dasar mendekai arge opimalisasi yaiu sebesar 86 MW pada ahun 225.

12 MW dasar opimalisasi Panas bumi Gambar 4.8. Proyeksi Energi Biomassa Skenario Dasar dan Opimalisasi Roadmap pengembangan panas bumi diargekan bahwa energi ini akan mencapai 95 MW pada ahun 225 (DESDM, 25). Sebagaimana di perlihakan pada Gambar MW (produksi) 2 MW 3442 MW MW (arge) 93 MW WKP yang ada 442 MW WKP yang ada 58 MW 4 MW 35 MW WKP yang ada WKP baru WKP baru + WKP baru Sumber: DESDM, 25 Gambar 4.9. Roadmap Energi Panas Bumi Indonesi Berdasarkan pengembangan model ekonomerika unuk kasus panas bumi Indonesia, diasumsikan bahwa perkembangan panas bumi di Indonesia merupakan fungsi perumbuhan ekonomi (Y) dan perkembangan eknologi (T) panas bumi iu sendiri. Persamaan (4.) dan (4.) memperliha unuk skenario dasar dan skenario opimalisasi. Y * f Y, G ( ) G ( ) T T ET (4.) * G ( ) G ( ) Y f Y ET (4.) Gambar 4., memperliha proyeksi energi panas bumi ersebu dalam dua skenario.

13 MW dasar opimalisasi Gambar 4.. Proyeksi Energi Panas Bumi Skenario Dasar dan Opimalisasi Terliha bahwa energi panas bumi Indonesia hanya akan mencapai 34 MW pada skenario dasar. Sedangkan melalui skenario opimalisasi dari model didapakan bahwa energi panas bumi akan mencapai 394 MW aau berkonribusi sebesar,6% dari oal energi mix, lebih rendah dari yang diargekan sebesar 3,8% aau sebesar 95 MW (DESDM, 25), liha Gambar 3.3 dan Gambar Penyerapan Karbon dari Energi Rendah Emisi Poensi penyerapan karbon oleh energi angin adalah berkorelasi dari nilai energi fosil yang idak jadi dibakar eapi diganikan oleh energi angin yang akan diproduksi. Gambar 4., menunjukkan proyeksi penyerapan karbon dengan pengembangan energi angin di Indonesia..2. M CO2 per year Year Gambar 4.. Proyeksi Penyerapan Emisi Karbon dari Pengembangan Energi Angin Selanjunya pada Gambar 4.2 dan 4. 3 diperlihakan proyeksi penyerapan emisi karbon dari pemakaian panas bumi dan pengembangan biodiesel.

14 MCO2 per year Replacing Gas Replacing Oil Replacing Coal Year Sumber: Susandi, 26 Gambar 4.2. Proyeksi Penyerapan Emisi Karbon dari Pengembangan Panas Bumi M CO2 per Year Year Gambar 4.3. Proyeksi Penyerapan Emisi Karbon dari Pengembangan Biodiesel 5. Kesimpulan dan Kajian Mendaang 5.. Kesimpulan Peniliian ini elah memberikan gambaran enang pengembangan energi rendah emisi Indonesia yang berpoensi dalam usaha miigasi perubahan iklim global. Pengembangan energi rendah emisi Indonesia secara umum belumlah mencapai iik opimal yang diharapkan unuk mencapai arge energi mix nasional pada ahun 225. Diperlukan usaha-usaha baru yang lebih

15 mempercepa perkembangan usaha energi erbarukan yang rendah emisi ini, sehingga Indonesia dapa mencapai keberlangsungan pembangunannya dengan menjaga keamanan pasokan energi nasionalnya. Peran eknologi dan kemudahan dalam pengembangan usaha energi rendah emisi melalui kebijakan-kebijakan khusus akan menjadi ambahan penguaan dalam pengembangan energi rendah emisi ini, diharapkan upaya ini akan mempercepa usaha mencapai arge energi mix nasional yang diharapkan Kajian Mendaang Selain iu kajian mendaang yang diperlukan adalah membua pea poensi energi yang lebih deail secara spasial sehingga memberikan pea dan bahan awal yang cukup berari bagi pengembang energi erbarukan (rendah emisi). Selanjunya analisis emporal enang energi rendah emisi ini dapa dilakukan proyeksi poensi energi dengan berbasis perminaan konsumen dengan akifias pembangunannnya sera perkembangan eknologi mendaang, sehingga proyeksi mendaang akan lebih menarik unuk diperhaikan oleh berbagai sakeholder dalam pengembangan energi rendah emisi ini. Dafar Pusaka DESDM., 25. Blue Prin Kebijakan Pengelolaan Energi Nasional Deparemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Indonesia. DGEED (Direcorae General of Elecriciy and Energy Developmen)., 2: Saisik dan Informasi Keenagalisrikan dan Energi (Saisics and Informaion of Elecric Power and Energy), Jakara. DGEED (Direcorae General of Elecriciy and Energy Developmen)., 2. Saisics and Informaion of Elecric Power and Energy. Jakara. EUSAI (Embassy of he Unied Saes of America in Indonesia)., 2. Peroleum Repor Indonesia. IEA (Inernaional Energy Agency)., 2. World consumpion of primary energy. Inernaional Energy Annual, World Energy Consumpion. Sari, A e al., 2. Does money growh on ress? Opporuniies and Challenges of Foresry CDM in Indonesia, Pelangi, Jakara. SME-ROI (Sae Minisry for Environmen, Republic of Indonesia)., 996. Indonesia: Firs Naional Communicaion under he Unied Naions Framework Convenion on Climae Change, Jakara. Susandi, A., 24: The Impac of Inernaional Green House Gas Emmisions Reducion on Indonesia. Repor on Sysem Science. Max Planck Insiue for Meeorology. Hamburg, Jerman. Susandi, A., 25. Emisi Karbon dan Poensi CDM dari Sekor Energi dan Kehuanan Indonesia. Jurnal Teknik Lingkungan, ISSN , Ocober 25 Susandi, A., 26. Indonesia s Geohermal: Developmen and CDM Poenial.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA

PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA J.Tek.Ling Edisi. Khusus Hal. 79-85 Jakara, Juli. 2006 ISSN 1441 318x PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA Irawan Rahardjo Penelii pada Pusa Teknologi Konversi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTOR BY SECTOR APPROACH BENGKALIS DISTRICTS FORMING

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI Azizah 1 Absrac Regional economic developmen has he main purpose of ha is o increase and expand job opporuniies

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

RPSEP-47 PENDIDIKAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA INSANI

RPSEP-47 PENDIDIKAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA INSANI RPSEP-47 PENDIDIKAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA INSANI Nadia Sri Damajani (dini@u.ac.id) IN Baskara Rini Febriani Fakulas Ekonomi Universias Terbuka

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 0002 TAHUN 2004 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 0002 TAHUN 2004 TENTANG : MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 0002 TAHUN 2004 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED Wahyuda 1, Budi Sanosa 2, Nani Kurniai 3 1 Teknik Indusri Universias Mulawarman-Samarinda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilakukan lebih kurang 1 bulan di lapangan yaiu anggal 01 15 Agusus, 01 15 Sepember 2014 dan dilanjukan di Laboraorium Pembangunan Ekonomi Perikanan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H

ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H ANALISIS INTEGRASI VERTIKAL PADA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA OLEH HENI SULISTYOWATI H14104084 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR Dr. Armi Susandi, MT Program Studi Meteorologi Departemen

Lebih terperinci

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit Kombinasi Fiing Sinusoids dan Meode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Perminaan Kredi (Sudi Kasus: Koperasi Simpan Pinjam X Salaiga, Jawa Tengah) Rahayu Prihanini Fakulas Teknologi Informasi Universias

Lebih terperinci