SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

dokumen-dokumen yang mirip
PROSIDING SEMINAR NASIONAL Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Tanggal 02 Juni 2012, FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

APLIKASI SISTEM LINEAR MAX-PLUS INVARIANT PADA SISTEM PRODUKSI TEMPE SUPER DANGSUL DI YOGYAKARTA

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

PADA GRAF PRISMA BERCABANG

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F )

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K

PROPERTY DAN PERDAGANGAN SEBAGAI SEKTOR DOMINAN PADA DATA BURSA SAHAM. DENGAN Principal Component Analysis (PCA)

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

JMP : Volume 5 Nomor 1, Juni 2013, hal SPEKTRUM PADA GRAF REGULER KUAT

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, )

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan.

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

RESAMPLING UNTUK MEMPERBESAR KOEFISIEN DETERMINASI DALAM MODEL REGRESI LINEAR.

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC

Bab III Analisis Rantai Markov

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean

PELABELAN TOTAL SISI TAK BERATURAN PADA GRAF GABUNGAN BIPARTIT LENGKAP

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

Jurnal Pendidikan Matematika & Matematika

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

EKSISTENSI DAN KETUNGGALAN SOLUSI HARGA OPSI EROPA

Aplikasi Teori Kendali Pada Permainan Dinamis Non-Kooperatif Waktu tak Berhingga

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun

ALJABAR LINIER LANJUT

VLE dari Korelasi nilai K

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB 3 PRINSIP INKLUSI EKSKLUSI

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

TRANSITIF KLOSUR DARI GABUNGAN DUA RELASI EKUIVALENSI PADA SUATU HIMPUNAN DENGAN STRUKTUR DATA DINAMIS

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

Transkripsi:

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d Abstrak Telah dbahas sstem lnear -plus waktu nvarant autonomous (SLMIA), d mana waktu aktftasnya berupa blangan real dan nterval. Dalam sstem lnear -plus kabur waktu nvarant autonomous (SLMKIA), ketdakpastan dalam waktu aktftasnya dmodelkan sebaga blangan kabur (fuzzy number), yang dapat dpandang sebaga keluarga nterval tersarang. Artkel n membahas tentang generalsas SLMIIA menjad SLMKIA dan analss nput-output SLMKIA, serta sfat perodknya. Dapat dtunjukkan bahwa SLMKIA berupa suatu sstem persamaan lnear -plus blangan kabur. Analsa nput-output SLMKIA dapat dbahas melalu proses rekursf pada sstem persamaan lnear -plus blangan kabur. Sfat perodk SLMKIA dapat dperoleh dar nla nla egen dan vektor egen blangan kabur matrks keadaan dalam sstemnya. Kata kunc: Sstem Lnear, Max-Plus, Blangan Kabur, Waktu Invarant, Input-Output, Autonomous PENDAHULUAN Dalam masalah pemodelan dan analsa suatu jarngan, kadang-kadang waktu aktftasnya tdak dketahu dengan past. Hal n msalkan karena jarngan mash pada tahap perancangan, data-data mengena waktu aktftas belum dketahu secara past. Ketdakpastan waktu aktftas jarngan n dapat dmodelkan dalam suatu blangan kabur (fuzzy number), yang selanjutnya d sebut waktu aktftas kabur. Aljabar -plus (hmpunan semua blangan real Rdlengkap dengan operas dan plus) telah dapat dgunakan dengan bak untuk memodelkan dan menganalss secara aljabar masalah-masalah jarngan, sepert masalah: penjadwalan (proyek) dan sstem antran, lebh detalnya dapat dlhat pada Bacell, et al. (2001), Rudhto, A. (2003). Dalam Schutter (1996) dan Rudhto, A. (2003) telah dbahas pemodelan dnamka sstem produks sederhana dengan pendekatan aljabar -plus. Secara umum model n berupa sstem lnear -plus waktu nvarant. Makalah dpresentaskan dalam Semnar Nasonal Matematka dan Penddkan Matematka dengan tema Kontrbus Penddkan Matematka dan Matematka dalam Membangun Karakter Guru dan Sswa" pada tanggal 10 November 2012 d Jurusan Penddkan Matematka FMIPA UNY

Konsep aljabar -plus blangan kabur yang merupakan perluasan konsep aljabar -plus, d mana elemen-elemen yang dbcarakan berupa blangan kabur telah dbahas dalam Rudhto (2008) dan Rudhto (2011a), yang juga melput konsep matrks atas aljabar -plus blangan kabur, nla egen dan vektor egen -plus blangan kabur. Sejalan dengan cara pemodelan dan pembahasan nput-output sstem lnear -plus waktu nvarant (SLMI) sepert dalam Schutter (1996) dan Rudhto, A. (2003), dan dengan memperhatkan hasl-hasl pada aljabar -plus blangan kabur, dalam Rudhto (2011a) telah dbahas pemodelan dan analsa nput-output sstem lnear -plus kabur waktu nvarant (SLMKI), yatu sstem lnear -plus waktu nvarant dengan waktu aktftas kabur. Dalam stuas tertentu ada suatu SLMI yang keadaannya tdak dpengaruh kedatangan nput, yang dsebut dengan SLMI autonomous (SLMIA). Dalam makalah n akan dbahas pemodelan, analss nput-output dan sfat perodk sstem lnear -plus kabur waktu nvarant autonomous (SLMKIA). Dalam makalah n dasumskan pembaca telah mengenal pengertan dan sfat-sfat aljabar -plus blangan kabur, matrks atas aljabar -plus blangan kabur, nla egen dan vektor egen -plus blangan kabur sepert yang dapat dbaca dalam Rudhto (2011a). PEMBAHASAN Berkut dberkan defns sstem lnear -plus kabur waktu nvarant autonomous (SLMKIA). Defns 1 (SLMKIA) Sstem Lnear Max-Plus Kabur Waktu-Invarant Autonomous adalah Sstem Kejadan Dskrt yang dapat dnyatakan dengan persamaan berkut: x~ (k+1) = A ~ ~ x ~ (k) (1) y~ (k) = C ~ ~ x ~ (k) untuk k = 1, 2, 3,..., dengan konds awal ~ x (0) ~ ε, A ~ nn F(R) dan C~ F(R) 1n. Vektor kabur x ~ (k) F(R) n menyatakan keadaan (state) kabur dan y~ (k) I(R) 1 adalah vektor output kabur sstem saat waktu ke-k. Semnar Nasonal Matematka dan Penddkan Matematka FMIPA UNY Yogyakarta, 10 November 2012 MA - 66

SLMKIA dalam defns d atas merupakan sstem dengan satu nput dan satu output (SISO). SLMKIA sepert dalam defns d atas secara sngkat akan dtulskan dengan SLMKIA( A ~, C ~, x ~ (0) ε ~ ). Jka konds awal dberkan pada sstem, maka secara rekursf juga dapat dtentukan barsan keadaan sstem dan barsan output sstem yang bersesuaan dengan konds awal tersebut. Secara umum sfat nput-output SLMKIA ( A ~,C ~, x ~ (0) ε ~ ) dberkan dalam teorema berkut. Teorema 1 (Input-Output SLMKIA( A ~, C ~, x ~ (0) ε ~ )) Dberkan suatu blangan bulat postp p. Jka vektor output kabur y ~ = [ y ~ (1), y ~ (2),..., y~ (p)] T dberkan pada SLMKIA( A ~,C ~, x ~ (0) ε ~ ), maka y ~ = K ~ ~ x ~ (0), dengan ~ ~ K ~ ~ ~ = C ~ C ~ A 2 A. ~ ~ p C ~ A Bukt: Pembuktan analog dengan pembuktan pada kasus waktu aktftas yang berupa blangan real, dengan mengngat bahwa operas penjumlahan dan perkalan matrks potongan- yang berupa matrks nterval konssten terhadap urutan yang telah ddefnskan d atas. D sampng tu untuk setap [0, 1], elemen-elemen matrks potongan- juga bersarang (nested). Bukt untuk kasus waktu aktftas yang berupa blangan real dapat dlhat dalam Rudhto (2003: hal 56-58). Selanjutnya akan dberkan teorema yang memberkan cara penentuan keadaan awal tercepat untuk suatu [0, 1], sehngga nterval keadaan selanjutnya akan berada dalam nterval terkecl yang batas bawah dan batas atasnya perodk dengan perode tertentu. Sebelumnya akan dkonstrukskan suatu vektor blangan kabur dalam defns berkut. Defns 2 Dberkan matrks A ~ nn F(R) rredusbel dan dengan v ~ adalah vektor egen -plus blangan kabur fundamental yang bersesuaan dengan blangan kabur ~ ~v d mana vektor potongan--nya adalah ( A ~ ). Dbentuk vektor v [ v, v ], dengan langkah-langkah sebaga berkut. Untuk setap [0, 1] dan = 1, 2,..., n, dbentuk Semnar Nasonal Matematka dan Penddkan Matematka FMIPA UNY Yogyakarta, 10 November 2012 MA - 67

PROSIDING ISBN : 978-979-16353-8-7 1. 2. 3. 4. v = 1 v, v = 2 () v = 3 v = v, v = 1 v, v, dengan 1 = mn ( v 0 ) v = 2 () v 0 0, dengan 3 = mn( v v ). v = 4 (). 0 v, dengan 2 () = mn( v v ) v 0, dengan 4 () = mn( v v ).. Teorema 2 Dberkan SLMKIA( A ~,C ~, x ~ (0) ε ~ )) dengan A ~ rredusbel. Untuk suatu [0, 1], vektor v sepert yang ddefnskan dalam Defns 2, merupakan keadaan awal tercepat, sehngga nterval keadaan berkutnya akan berada dalam nterval terkecl yang batas bawah dan batas atasnya perodk dengan besar perode berturut-turut ( ( Bukt: A ). A ) dan Persamaan ~ x (k+1) = A ~ ~ ~ x (k) dapat dnyatakan melalu keadaan awal x~ (0), dengan potongan--nya x (0) [ x (0), x (0) ] untuk setap [0, 1]. Perhatkan bahwa untuk setap [0, 1] berlaku x ( k 1) = A x (k) [ A x (k), A (k) x ] = [ ( A ) k x (0), berlaku x ( k 1) = ( A ) k x (0) ] k (A ) x (0). Jad untuk setap [0, 1] k (A ) x (0), yang berart berlaku bahwa ~ x ( k 1) = ~ A ~ k ~ x~ (0). Mengngat keadaan awal dapat dtentukan dengan past, maka keadaan awal merupakan adalah tegas atau berupa blangan kabur ttk, yatu x~ (0), dengan x (0) [ x (0), x (0) ] d mana x (0) = x (0) untuk setap [0, 1]. Karena matrks A ~ rredusbel, maka dapat dbentuk vektor blangan kabur pada Defns 2 d atas. Vektor blangan kabur -plus blangan kabur yang bersesuaan dengan ~ ~v sepert ~v tersebut juga merupakan vektor egen ( A ~ ). Dar konstruks vektor egen -plus blangan kabur d atas dperoleh bahwa komponen semuanya tak negatf dan terdapat {1, 2,..., n } sedemkan hngga v yatu v 0, 0 v = 0 untuk Semnar Nasonal Matematka dan Penddkan Matematka FMIPA UNY Yogyakarta, 10 November 2012 MA - 68

setap [0, 1]. Sementara vektor potongan--nya merupakan nterval-nterval terkecl, 0 0 dalam art mn( v v ) = 0 untuk = 1, 2,..., n, d antara semua kemungknan vektor egen -plus blangan kabur hasl modfkas vektor egen -plus blangan kabur fundamental v ~ d atas, yang semua batas bawah komponennya tak negatf dan palng sedkt satu bernla nol. Mengngat vektor blangan kabur ~v merupakan vektor egen -plus blangan kabur yang bersesuaan dengan ~ ( A ~ ), maka berlaku A ~ ~ ~v = ~ ( A ~ ) ~ ~v atau A v = (A ) v atau [ A v, A v ] = [ ( A ) v, ( A ) v ] yang berart pula A v = ( A ) v dan A v = ( A ) v untuk setap [0, 1]. Untuk suatu nla [0, 1], dambl keadaan awal tercepat x~ (0) = v sehngga batas bawah nterval keadaan sstem perodk. Hal n karena terdapat {1, 2,..., n } sedemkan hngga v = 0 untuk setap [0, 1]. Mengngat operas dan pada matrks konssten terhadap urutan, maka berlaku m ( A ) k v m ( A ) k v m ( A ) k v. Akbatnya d (k) [ ( A ) k v, ( A ) k v ] [ ( A ) k v, ( A ) k v ] = [ ( ( A )) k v, ( ( A )) k v ] = [ ( ( A )) k, ( ( A )) k ] [ v, v ] k = [ A ), ( A )] [ v, v ] untuk setap k = 1, 2, 3,.... ( Dengan demkan untuk suatu [0, 1], vektor v merupakan keadaan awal tercepat, sehngga nterval keadaan selanjutnya akan berada dalam nterval terkecl yang batas bawah dan batas atasnya perodk dengan besar perode berturut-turut ( A ) dan ( A ). SIMPULAN DAN SARAN Dar pembahasan d atas dapat dsmpulkan bahwa bahwa SLMKIA berupa suatu sstem persamaan lnear -plus blangan kabur. Analsa nput-output SLMKIA dapat Semnar Nasonal Matematka dan Penddkan Matematka FMIPA UNY Yogyakarta, 10 November 2012 MA - 69

dbahas melalu proses rekursf pada sstem persamaan lnear -plus blangan kabur, d mana barsan output dapat dtulskan dalam suatu persamaan matrks atas aljabar -plus blangan kabur. Sfat perodk SLMKIA dapat dperoleh dar nla nla egen dan vektor egen blangan kabur matrks keadaan dalam sstemnya, d mana untuk suatu [0, 1], dapat dtentukan keadaan awal tercepat sehngga nterval keadaan selanjutnya akan berada dalam nterval terkecl yang batas bawah dan batas atasnya perodk. Dalam pembahasan pada makalah n mash sebatas teorts, sehngga teor n perlu dterapkan dalam masalah nyata sehar-sehar, sepert dalam masalah sstem produks, masalah antran dan sebaganya. DAFTAR PUSTAKA Baccell, F., Cohen, G., Olsder, G.J. and Quadrat, J.P. 2001. Synchronzaton and Lnearty. New York: John Wley & Sons. Rudhto, Andy. 2003. Sstem Lnear Max-Plus Waktu-Invarant. Tess: Program Pascasarjana Unverstas Gadjah Mada. Yogyakarta. Rudhto, Andy. Wahyun, Sr. Suparwanto, Ar dan Suslo, F. 2008. Aljabar Max-Plus Blangan Kabur. Berkala Ilmah MIPA Majalah Ilmah Matematka & Ilmu Pengetahuan Alam. Vol. 18 (2): pp. 153-164 Rudhto, Andy. 2011. Aljabar Max-Plus Blangan Kabur dan Penerapannya pada Masalah Penjadwalan dan Jarngan Antran Kabur, Dsertas: Program S3 Matematka FMIPA Unverstas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rudhto, Andy. 2012a. Sstem Lnear Max-Plus Interval Waktu Invarant. Semnar Nasonal Matematka dan Penddkan Matematka d Jurusan Penddkan Matematka FMIPA UNY, Yogyakarta, 3 Desember 2011. pp. MA-104-113. Rudhto, Andy. 2012b. Fuzzy Max-Plus Lnear Systems Tme-Invarant. Semnar Nasonal Aljabar 2012 d FMIPA Unverstas Dponegoro, Semarang, 14 Aprl 2012. Schutter, B. De., 1996. Max-Algebrac System Theory for Dscrete Event Systems, PhD thess Departement of Electrcal Engnerng Katholeke Unverstet Leuven, Leuven Semnar Nasonal Matematka dan Penddkan Matematka FMIPA UNY Yogyakarta, 10 November 2012 MA - 70