BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 INJAUAN PUSAKA 2.1 Ctra Dgtal Ctra (mage) adalah gambar pada bdang dua dmens. Dtnjau dar sudut pandang matemats, ctra merupakan fungs menerus (contnue) dar ntenstas cahaya pada bdang dua dmens. Ctra sebaga output dar suatu sstem perekaman data dapat bersfat : 1. Optk, berupa foto. 2. Analog berupa snyal vdeo, sepert gambar pada montor televs. 3. Dgtal yang dapat langsung dsmpan pada suatu pta magnetk. Ctra dapat dkelompokkan menjad dua bagan yatu ctra dam (stll mage) adalah ctra tunggal yang tdak bergerak dan ctra bergerak (movng mage) yatu rangkaan ctra dam yang dtamplkan secara beruntun (sekuensal), sehngga member kesan pada mata sebaga gambar yang bergerak. Setap ctra ddalam rangkaan tu dsebut frame. Gambar-gambar yang tampak pada flm layar lebar atau televs yatu terdr dar ratusan sampa rbuan frame. [1] Dar sudut pandang penctraan, ctra (mage) adalah rekaman hasl nteraks antara gelombang dengan benda (object), yang memberkan sebagan gambaran atau nformas dar benda tersebut. Proses pembentukan ctra dengan merekam hasl nteraks nlah yang dsebut sebaga proses penctraan (magng). Dengan demkan ada 3 (tga) komponen utama dalam penctraan, yatu : 11

2 12 1. Gelombang pengndera (sensng waves) 2. Benda (object) 3. Alat pengndera (sensor) Untuk sebuah sstem koordnat merah-hjau-bru, nla nstanous trmulusnya adalah: R(x,y,t) = C (x,y,t,λ)rs(λ)d λ 0 G(x,y,t) = C (x,y,t,λ)gs(λ)d λ 0 B(x,y,t) = C (x,y,t,λ)bs(λ)d λ 0 Jka RS(λ),GS(λ),BS(λ) adalah nla spectral trmulusnya untuk hmpunan warna prmer merah, hjau dan bru, maka spectral trmulus adalah dalam efek, nla trmulus dbutuhkan untuk memperlhatkan sejumlah cahaya dengan panjang gelombang λ. Dalam sebuah sstem ctra multspectral, feld ctra damat dan dmodelkan sebaga sebuah ntegral berat spectral dar fungs cahaya ctra. Feld spectral ctra adalah: F1(x,y,t) = C (x,y,t,λ)rs(λ)d λ 0 D mana S1(λ) adalah respon spectral sensor Pengolahan Ctra Pengolahan ctra dgtal adalah pemrosesan ctra menjad ctra yang lan dengan kualtas yang lebh bak, yatu pemrosesan pada usaha untuk memanpulas [9]. Ctra yang telah menjad gambar lan menggunakan algortma atau teknk tertentu. Pengolahan ctra mempunya tujuan yatu:

3 13 1. Proses memperbak kualtas ctra agar mudah dnterpretaskan oleh manusa atau komputer. 2. eknk pengolahan ctra dengan mentrasformaskan ctra menjad ctra lan. 3. Pengolahan ctra merupakan proses awal dar komputer vson. Pada umumnya pengolahan ctra berhubungan dengan ctra-ctra dgtal. Dalam hal n, ctra f(x,y) dperoleh secara dskrt dan kemudan dkuantsas. Maka akan dperoleh suatu ctra baru : (m,n) I dengan m,n I; d mana I adalah hmpunan blangan bulat (nteger). Namun demkan, secara umum sstem pengolahan ctra mengandalkan ctra asal yang bernla real dan menghaslkan blangan real juga, meskpun secara tekns pada akhrnya ctra n ddgtalkan sebelum dsmpan. Ada beberapa hal yang pentng ddalam pengolahan ctra dgtal, antara lan teknk-teknk pengamblan ctra, model ctra dgtal, samplng dan kuanttas, hstogram, proses flterng, perbakan ctra sampa pada pengolahan ctra dgtal yang lebh lanjut sepert segmentas, mage clusterng dan ekstras cr.[1] Pengertan Ctra Dgtal Ctra dgtal dapat dartkan sebaga suatu fungs kontnu dar ntenstas cahaya dalam bdang dua dmens. Pada dasarnya suatu ctra terdr dar sekumpulan pksel, yang tap pkselnya terdr dar tga kombnas warna dasar yatu merah, hjau, bru, (RGB), dengan ntenstas yang berbeda-beda.

4 14 Ctra dgtal merupakan representatf dar ctra yang dambl oleh mesn dengan bentuk pendekatan berdasarkan samplng dan kuanttas. Samplng menyatakan besarnya kota-kotak yang dsusun dalam bars dan kolom. Dengan kata lan samplng pada ctra menyatakan besar keclnya ukuran pxel (ttk) pada ctra, jka kuanttas menyatakan besarnya nla tngkat kecerahan yang dnyatakan dalam nla tngkat keabuan (gray scale) sesua dengan jumlah bt bner yang dgunakan oleh mesn, maka dapat dkatakan bahwa kuanttas pada ctra menyatakan jumlah warna yang ada pada ctra.[3] Secara umum teknk pengolahan ctra dgtal dbag menjad 3 tngkat pengolahan, yatu: 1. ahap 1 yang dnamakan dengan Low-Level Processng (pengolahan tngkat rendah). Pengolahan n operasonal-operasonal dasar dalam pengolahan ctra, sepert pengurangan nose (nose reduton), perbakan ctra (mage enhancement) dan restoras ctra (mage restoraton). 2. ahap 2 yang dnamakan dengan Md-Level Processng (pengolahan tngkat menengah). Pengolahan n melput segmentas pada ctra, deskrps objek dan klasfkas objek secara terpsah. 3. ahap 3 yang dnamakan dengan Hgh-Level Processng (pengolahan tngkat tngg), yang melput analss ctra. Operas operas pengolahan ctra melput perbakan kualtas ctra, yakn perbakan kualtas ctra n bertujuan memperbak kualtas ctra dengan memanpulas parameter-parameter ctra. Melalu operas n, cr-cr khusus yang terdapat dalam ddalam ctra dapat lebh dtonjolkan. Dalam perbakan kualtas

5 15 ctra dapat dlakukan operas operas ctra, sepert yang tertuls dalam buku Pengolahan Ctra Dgtal yatu : a. Perbakan kontras gelap dan terang b. Perbakan tepan objek c. Penajaman d. Pemberan warna semu e. Penapsan derau Gambar adalah contoh operas penajaman. Operas n menerma masukan sebuah ctra yang gambarnya hendak dbuat tampak lebh tajam. Bagan ctra yang dtajamkan adalah tep-tep objek. 2.2 Pengenalan Wajah (Face Recognton) Pengenalan wajah adalah suatu metode pengenalan yang berorentas pada wajah. Pengenalan n dapat dbag menjad dua bagan yatu : Dkenal atau tdak dkenal, setelah dlakukan perbandngan dengan pola yang sebelumnya dsmpan d dalam database. Metode n juga harus mampu mengenal objek bukan wajah. Perhtungan model pengenalan wajah memlk beberapa masalah. Kesultan muncul ketka wajah drepresentaskan dalam suatu pola yang bers nformas unk yang membedakan dengan wajah yang lan.[4] Secara umum sstem pengenalan ctra wajah dbag menjad dua jens, yatu sstem feature based dan sstem mage based. Pada sstem pertama dgunakan ftur yang dekstraks dar komponen ctra wajah (mata, hdung, mulut, dll) yang kemudan hubungan antar ftur-ftur tersebut dmodelkan secara geometrs.

6 16 Sedangkan sstem kedua menggunakan nformas mentah dar pksel ctra yang kemudan drepresentaskan dalam metode tertentu. Proses pengenalan wajah yang dlakukan oleh komputer tdak semudah dan secepat proses pengenalan yang dlakukan oleh manusa. Manusa dapat dengan mudah mengenal wajah seseorang dengan cepat tanpa rasa harus berfkr. Manusa juga tdak terpengaruh oleh orentas wajah tersebut, msalnya wajah orang tersebut dengan keadaan agak menoleh, merunduk dan menengadah asalkan ada batas-batas yang mash bas dlhat. Sedangkan komputer selan lamban dalam pengenalan juga kesultan pada orentas wajah berlanan, pencahayaan, latar belakang yang berbeda, potongan rambut, kums atau jenggot, berkacamata atau tdak dan sebaganya. Memang otak manusa lebh memlk keunggulan dalam mengatas masalah dmana aturan eksplst tdak dapat dengan mudah dformulaskan, sedangkan komputer mempunya keuntungan pada bdang sepert matematka dmana aturanaturan mudah dformulaskan. Oleh karena tu banyak dlakukan peneltan untuk mencar algortma-algortma yang tepat bag komputer agar dapat mengenal suatu wajah dengan memperhatkan faktor kecepatan dan akuras. Metode pengenalan pola wajah memaka dua prosedur yatu : a. Pengenalan kontur wajah dengan mengenal bentuk hdung, mata dan mulut dan korelas dantara keduanya. Karakterstk organ tersebut kemudan dnyatakan dalam bentuk vektor. b. Analss komponen wajah, berdasarkan nformas dar konsep n, mencar perhtungan model terbak yang menjelaskan bentuk wajah

7 17 dengan mengutp nformas yang relevan yang terkandung d dalam wajah tersebut. Dbalk kemudahan mengenal wajah, ada bebrapa masalah yang mungkn tmbul dalam proses pengenalan wajah, yatu : adanya perubahan skala, perubahan poss, perubahan poss, perubahan pencahayaan atau adanya perubahan detal dan ekspres wajah. Alan Brooks pernah mengembangkan sebuah peneltan yang membandngkan dua algortma yatu Egenface dan Fsherface. Peneltan n dfokuskan pada perubahan pose wajah apakah mempengaruh akuras pengenalan wajah. Dberkan database lath berupa foto wajah manusa, kemudan dgunakan untuk melath sebuah sstem pengenalan wajah, setelah proses lathan selesa, dberkan sebuah masukan mage yang sebenarnya sama dengan salah satu mage wajah pada fase lathan tetap dengan pose yang berbeda. Sstem juga dharapkan punya senstftas mnmal terhadap pencahayaan. Sstem dkembangkan dengan dua algortma yatu Egenface dan Fsherface, dan dbandngkan haslnya. Kedua teknk menghaslkan hasl yang memuaskan tetap ada beberapa perbedaan Pada Egenface komplekstas komputas lebh sederhana darpada Fsherface. Dar seg efektftas karena perubahan pose Fsherface memberkan hasl yang lebh bak, bahkan dengan data yang lebh terbatas. eknk Egenface juga lebh senstf terhadap pencahayaan dbandngkan dengan Fsherface.

8 ahapan Umum Pengenalan Wajah Algortma untuk mengenal wajah ada bermacam-macam. Akan tetap pada umumnya ada beberapa tahapan-tahapan umum yang dpaka dalam pengenalan wajah.[4] ahapan-tahapan umum dar pengenalan wajah adalah sebaga berkut : 1. Perbakan Gambar 2. Segmentas 3. Pencaran Feature 4. Scew Detecton/Perbakan Kemrngan 5. Identfkas Perbakan Gambar Masukkan (nput) gambar dar hasl scannng belum tentu bagus atau kabur, sehngga bukan merupakan nput yang bagus bag program. Image hasl scannng basanya mengandung banyak nose yang harus dhlangkan. Kemudan harus dterapkan algortma-algortma untuk mempertajam gambar bla gambar kabur. Sepert flterng yang teornya ada pada mage processng. Setelah tu dlakukan pengaturan pencahayaan paga mage, sehngga dharapkan semua mage mempunya pencahayaan yang sama untuk memudahkan proses pengenalan nant Segmentas ahap n dlakukan segmentas dengan satu algortma untuk mengenal gambar mana yang merupakan wajah. Apabla gambar setelah dcek oleh

9 19 algortma bukan merupakan wajah, maka proses berhent dan keluar. Akan tetap bla wajah tersebut ada bentuk oval dar wajah, maka mage tersebut akan dsegmentas untuk membuang latar belakangnya sehngga haslnya adalah wajah oval saja tanpa latar belakang. Yang dmaksud wajah oval yatu bentuk oval dar wajah, yatu wajah tanpa rambut, telnga atau leher Pencaran Feature Ada dua macam feature pada wajah, yatu holstc feature dan partan feature pada pengenalan wajah basanya dsebut sebaga facal feature. Contoh facal feature-nya adalah warna dan bentuk rambut, besar dan letak mata, hdung, rambut, mulut, telnga dan lan-lan. Sedangkan pada holstc feature, setap feature-nya adalah suatu karakterstk dar seluruh wajah. Maksudnya wajah danggap sebaga suatu kesatuan yang utuh. Partcpal Component Analyss adalah teknk yeng menggunakan holstc feature. Jad Partcpal Component Analyss menganggap suatu wajah adalah suatu kesatuan dan dbandngkan dengan wajah yang lan Perbakan Kemrngan Gambar oval dar wajah seseorang ddapatkan dar hasl segmentas dapat tegak, mrng ke kr atau ke kanan atau bahkan terbalk. Oleh karena tu proses perbakan kemrngan n dperlukan, sehngga gambar yang mrng atau terbalk bsa dperbak agar menjad gambar yang benar-benar tegak.

10 20 Sebenarnya pada gambar wajah, kemrngan bukan hanya sesederhana bla kta mengamat tulsan. ulsan atau huruf hanya bsa mrng ke kr atau ke kanan. Pada gambar selan mrng ke kr atau ke kanan, ada juga kemrngan pada orentas wajah. Maksudnya gambar orang tdak selalu menghadap ke depan, namun bsa menoleh beberapa derajat ke kanan atau ke kr. Maka seharusnya ada algortma untuk mengatur orentas wajah tersebut. Facal Feature basanya dmanfaatkan untuk perbakan kemrngan. Msalkan dengan mengamat keadaan lurus atau mrngnya dar letak dua mata, maka dapat dtentukan pada sudut rotas bag wajah. Letak hdung juga harus dperhatkan agar rotas wajah yang dhaslakan tdak terbalk., sehngga mata harus datas hdung dan bukan sebalknya. Berdasarkan feature n maka gambar hanya bsa drotas kemrngannya sehngga menjad tegak, tetap tetap saja tdak ada algortma untuk orentas wajah Identfkas Pada tahap akhr akan dambl kesmpulan. Kesmpulan yang dambl bsa berbeda tergantung pada aplkas yang dngnkan, msalnya kesmpulan yang dambl yatu untuk menggolongkan ndvdu pada mage berdasarkan jens kelamnnya, atau melakukan pengenalan terhadap mage yang d nput-kan atau langsung member denttas mage tersebut. Setelah komputer atau tentang feature dan testng mage yang d nput-kan maka dapat dlakukan perbandngan dengan feature-feature mage pelathan. entu saja sebelumnya mage-mage pelathan juga melalu tahap yang sama dar

11 21 tahap satu sampa lma. Setelah dlakukan perbandngan maka dplh satu wajah tranng yang feature-nya palng mrp dengan mage testng. Wajah tranng nlah yang merupakan output dar pengenalan wajah, yatu sebaga wajah pelathan yang mrp dengan testng Vektor dan Ruang Wajah Sebuah wajah, yang juga merupakan sebuah ctra, dapat dpandang sebaga sebuah vektor. Apabla lebar dan tngg ctra adalah w dan h pksel, maka Gambar 2.1 Formas Vektor dar Sebuah Gambar banyaknya komponen dar vektor n adalah (w x h). Setap pksel dkodekan oleh satu komponen vektor. Konstruks vektor dar sebuah ctra dbentuk oleh penggabungan sederhana, yatu bars dar sebuah ctra dletakkan salng bersebelahan dengan bars-bars yang lan, sepert yang terlhat pada gambar 2.1. Vektor wajah yang telah ddeskrpskan sebelumnya merupakan bagan dar sebuah ruang. Ruang n adalah sebuah ruang lngkup ctra (ctra space), yatu ruang dar semua ctra keseluruhan yang mempunya dmens wxh pksel. Bass dar ruang lngkup ctra dkomposskan oleh vektor-vektor berkut, sepert terlhat pada gambar 2.2. Semua wajah mrp satu sama lan. Mereka semua mempunya dua mata, satu hdung, satu mulut, dua telnga, dan lan sebaganya yang terletak pada tempat yang sama. Akbatnya semua vektor wajah terletak

12 22 pada tempat-tempat yang amat berdekatan dalam ruang lngkup ctra. Oleh karena tu, sebuah ruang ctra (ctra space) yang penuh bukan sebuah ruang yang tepat untuk mendeskrpskan sebuah wajah. Peneltan yang akan dlakukan berkut bertujuan untuk membangun sebuah ruang lngkup wajah (face space) yang lebh dapat mendeskrpskan wajah. Vektor bass dar ruang lngkup wajah (face space) dsebut sebaga komponen utama (prncpal component). Dmens dar ruang lngkup ctra adalah wxh. entu saja penggunaan semua pksel dar sebuah wajah tdak relevan, dkarenakan setap pksel memlk kebergantungan dengan tetangganya. Sehngga dmens dar ruang lngkup wajah akan lebh kecl jka dbandngkan dengan dmens ruang lngkup ctranya. Gambar Bass Ruang Lngkup Ctra Hubungan antara ruang ctra yang berdmens tngg dan ruang wajah berdmens rendah yang memuat komponen utama dapat dgambarkan dengan dagram sebaga berkut.

13 23 Gambar 2.3 Ruang Ctra dan Ruang Wajah 2.3 Algortma Pengenalan Wajah Sekarang pengenalan wajah telah dkembangkan untuk banyak aplkas, terutama untuk aplkas keamanan. Penggunaan wajah sebaga dentfer mempunya banyak manfaat, terutama kepraktsannya karena tdak memerlukan kartu atau foto untuk dentfkas. Masalah utamanya adalah sebuah mage yang mewakl sebuah gambar yang terdr dar vector yang berukuran relatf besar. Ada banyak teknk untuk mereduks dmens mage yang dproses. Dataranya adalah menggunakan egenface algortm dan fsherface algortm Metode Egenface Kata egenface sebenarnya berasal dar bahasa Jerman egenwert dmana egen artnya karakterstk dan wert artnya nla. Egenface adalah salah satu algortma pengenalan pola wajah yang berdasarkan pada Prncple Component

14 24 Analyss (PCA) yang dkembangkan d MI. Egenface merupakan kumpulan dar egenvector yang dgunakan untuk masalah computer vson pada pengenalan wajah manusa.[3] Egenface adalah sekumpulan standardze face ngredent yang dambl dar analss statstk dar banyak gambar wajah. Untuk menghaslkan egenface, sekumpulan ctra dgtal dar wajah manusa dambl pada konds pencahayaan yang sama kemudan dnormalsaskan dan dproses pada resolus yang sama (msal m x n), kemudan ctra tad dperlakukan sebaga vektor dmens m x n dmana komponennya dambl dar nla pksel ctra. eknk reduks dmens yang banyak dgunakan dalam pengenalan pola, khususnya pengenalan wajah, adalah Prncpal Component Analyss (PCA) atau yang dsebut juga transformas Karhunen-Loeve. eknk reduks nlah yang menjad dasar dar metode Egenface [3]. Prncpal Components Analyss (PCA) merupakan suatu teknk yang dgunakan untuk mereduks data multdmens menjad data dengan dmens yang lebh kecl, dengan tetap mempertahankan karakterstk dar data tersebut, untuk menganalss data dan membuat model peramalan, dalam perhtungannya melbatkan nla egen dar matrks kovarans (sngular value decomposton). Secara matemats Prncpal Components Analyss (PCA) adalah sebuah transformas lnear orthogonal, yatu transformas yang memberkan nla optmal yang ddapat dengan metode kuadrat terkecl.[3] Selan tu Prncpal Components Analyss (PCA) merupakan teknk yang popular dgunakan dalam pengenalan wajah, walaupun bukan merupakan teknk

15 25 yang palng optmal, Prncpal Components Analyss (PCA) dgunakan sebaga bahan alternatf dar penggunaan Lnear Dscrmnant Analyss (LDA). Prncpal Components Analyss (PCA) menggunakan jarak L 2 (Eucldan) untuk memnmalkan kesalahan. Dalam penggunaannya, Prncpal Components Analyss (PCA) menggunakan beberapa asums yatu data yang lnear, formula statstka yang dgunakan hanya rata-rata dan kovarans, data dengan varans yang besar danggap lebh pentng. Berdasarkan kesmpulan yang dberkan oleh Krby dan Srovch (1990). Dtunjukan bahwa bass optmal yang dapat dgunakan untuk merepresentaskan suatu vektor ctra dberkan oleh ruang egen yang dbentuk dar nla-nla egen yang tdak nol (nonzero egenvalues) dar matrks kovaran seluruh ctra tersebut. Dengan menggunakan bass yang dbentuk oleh ruang egen tersebut dapat dlakukan reduks dmens dengan melakukan transformas lner dar suatu ruang berdmens tngg ke dalam ruang berdmens lebh rendah. Untuk menentukan dmens yang lebh rendah dengan galat (error, nformaton losss) yang mnmum dapat dlakukan dengan memlh sejumlah nla egen yang terbesar dar ruang berdmens tngg tersebut. ahapan tersebut merupakan gambaran umum dar metode yang dsebut Analss Komponen Utama (Prncpal Component Analyss). urk dan Pentland (1991) mengatakan bahwa jka ada M buah ctra wajah yatu Γ 1,Γ2,..ΓM yang dgunakan dalam pelathan dan masng-masng ctra wajah dpandang sebaga sebuah vektor wajah yang panjangnya N (bars x

16 26 kolom). Rata-rata wajah dar kumpulan data yang dlath n dapat dperoleh dengan persamaan (2.1) berkut n : M Ψ (2.1) 1 Γ Kemudan, setap vektor wajah dkurangkan dengan rata-rata wajah, dengan persamaan (2.2). Φ Γ Ψ (2.2) Kumpulan dar vektor-vektor yang sangat besar n merupakan syarat untuk analss komponen utama, yang mana mencar sekumpulan M (M<<N) buah vektor orthonormal µk yang bersesuaan dengan nla egen λ k terbak yang menggambarkan pendstrbusan data. Dmana kumpulan dar vektor egen dengan nla egen terbak n merupakan vektor bass dar PCA atau basa dsebut dengan Egenface. Vektor µk dan λ k skalar masng-masng merupakan vektor egen dan nla egen dar matrks kovaran data pelathan (Gonzales at all, 2002). Matrks kovaran dcar dengan persamaan (2.3). 1 M AA M 1 (2.3) Dmana matrks A [Φ,Φ,..Φ ] 1 2 M Matrks kovaran data akan berukuran N x N, dan dgunakan untuk mencar N vektor egen dan nla egen. Nla n memlk dmens yang sangat besar untuk proses ctra. Untuk tu secara komputas, dperlukan metode yang lebh sederhana untuk mendapatkan vektor egen-vektor egen n. Untuk mengatas hal n, dapat dgunakan dmens matrks yang lebh kecl yatu M x M

17 27 untuk proses PCA, dmana M merupakan jumlah ctra yang dgunakan dalam pelathan. Oleh Yambor (2000), cara tersebut dkenal dengan metode Snapshot Egenface. Dengan analss n, perhtungan menjad berkurang secara dramats, dar ukuran jumlah pksel N menjad M (M<<N). Pemecahan metode n dgunakan jka jumlah data pelathan jauh lebh kecl dar dmens vektor wajah. Ctra wajah ddefnskan berada dalam suatu ruang ctra (mage space). Metode Egenface mereduks dmens ctra dengan mentransformaskan ctra dar ruang ctra berdmens n (n-dmensonal mage space) ke ruang cr berdmens m (m-dmensonal feature space), dmana nla m < n [3]. Hasl transformas dsebut sebaga vektor cr Reduks Dmens dengan Metode Egenface Msalkan learnng set terdr dar N ctra wajah : {x 1, x 2,, x N }, masngmasng terdr dar n pxel, dmana n = lebar*tngg ctra. Asums bahwa setap ctra merupakan anggota salah satu dar C kelas ctra wajah : {X 1, X 2,, X c }. Setap ctra dapat drepresentaskan sebaga vektor bars x, = 1N, berdmens n. Nla n merupakan dmens ruang ctra, sehngga x berada dalam ruang ctra berdmens n. Rata-rata vektor ctra,, dapat dperoleh melalu persamaan berkut : N 1 (2.4) x N 1 Selsh vektor ctra dengan rata-rata vektor adalah :

18 28 x (2.5) dmana = 1N. Matrks kovaran S, dsebut juga sebaga matrks total-scatter ctra, ddefnskan sebaga : S A A (2.6) dmana A = [ 1, 2,, N ]. ransformas Karhunen-Loeve atau PCA terhadap vektor ctra akan menghaslkan vektor-vektor cr yang memlk total-scatter : WS W dengan W adalah matrks tranformas. Matrks transformas W yang dplh adalah matrks dengan kolom-kolom ortonormal yang dapat memaksmalkan determnan dar total-scatter vektorvektor cr [3]. Atau : W arg max WS W W = [w 1; w 2; ; w m ] (2.7) dmana w, = 1 m, adalah kumpulan vektor egen dar S (dalam bentuk vektor bars) yang bersesuaan dengan m nla egen terbesar. Vektor-vektor egen n, yang dsebut juga prcpal components, memlk dmens yang sama dengan dmens ctra wajah, yatu n, sehngga dsebut sebaga egenfaces atau egenpctures.

19 29 Egenfaces merupakan vektor-vektor bass dar ruang cr dmens-m [9]. ransformas ctra dar ruang ctra dmens-n ke ruang cr dmens-m adalah : y W (2.8) dmana = 1N. Dengan demkan, dapat dperoleh vektor cr berdmens m untuk masngmasng ctra. Besarnya nla m dapat dtentukan melalu persamaan berkut : r d 1 m mn N (2.9) r d 1 dmana adalah suatu nla ambang atau threshold dan 0 < threshold 1 [9] Metode Egenface untuk Ctra dengan Varas Pencahayaan dan Ekspres Wajah Matrks transformas W atau egenfaces yang dhaslkan metode Egenface bertujuan untuk memaksmalkan total-scatter atau jarak antar vektor cr. Sayangnya, transformas tdak hanya memaksmalkan jarak antar kelas (betweenclass scatter) yang bak untuk klasfkas, tetap juga memaksmalkan jarak ntra kelas (wthn-class scatter) yang kurang bak untuk klasfkas [3]. Jka ctra masukan merupakan ctra-ctra dengan varas pencahayaan atau ekspres wajah, vektor cr yang dhaslkan akan dbedakan berdasarkan pencahayaan atau ekspres. Apabla perubahan pencahayaan atau ekspres wajah cukup ekstrm bla dbandngkan dengan ctra dalam konds normal,

20 30 pengelempokkan vektor cr pada ruang cr kurang bak, bahkan bsa bercampur antara satu kelas ctra dengan kelas ctra lan. Sebuah solus telah dtawarkan, yatu dengan menghlangkan 3 prncpal component (egenvector) pertama dar matrks S, dmana 3 buah egenvektor n bersesuaan dengan 3 nla egen terbesar. Jka 3 prncpal component tersebut menympan nformas varas pencahayaan atau ekspres, pengelompokkan vektor cr yang lebh bak dapat dperoleh dengan menghlangkan ketga prncpal component tersebut. etap hal n akan mengakbatkan hlangnya nformas lan, yang tdak berkatan dengan varas pencahayaan atau ekspres, yang pentng untuk pengelompokan (clusterng) Algortma Egenface Dasar dar metode Egenface adalah Prncpal Component Analyss (PCA) yang dsebut juga transformas Karhunen-Loeve. Metode n bertujuan untuk mentrasformas vektor ctra dar ruang ctra dmens-n ke ruang cr dmens-m. Algortma metode Egenface adalah sebaga berkut : Mencar matrks transformas (egenfaces) Langkah 1: Car rata-rata vektor ctra N 1 (1*n) (2.10) PCA x N 1 Langkah 2 : Untuk = 1 N, car selsh vektor ctra dengan rata-rata vektor ctra, x (1*n) (2.11)

21 31 Smpan dalam matrks A, sehngga A = [ 1 ; 2 ; ; N ] (N*n) (2.12) Langkah 3 : Car matrks total scatter, S S A A (n*n)*(n*n) = (n*n) (2.13) Langkah 4 : Car vektor egen dan nla egen dar matrks S, kemudan urutkan berdasarkan nla egen (dar yang terbesar) [ v, d] eg S (2.14) Nla egen dar S : d d d 1 2 d n (1*n) (2.15) dmana d 1 > d 2 > > d n. Vektor egen yang bersesuaan dengan nla egen (dalam bentuk vektor kolom) : w11 w12 w1 n w21 w22 w 2n v ( n * n) (2.16) wn1 wn2 wnn Langkah 5 : entukan dmens ruang cr (vektor egen yang efektf pengenalan: maksmal N)

22 32 m mn r r 1 N 1 d d (2.17) Langkah 6 : Reduks vektor egen dar S sesua dengan nla m w11 w12 w1 m w21 w22 w 2m v' ( n * m) (2.18) wn1 wn2 wnm Matrks transformas W atau egenfaces adalah : W v' (m*n) (2.19) ransformas Langkah 7 : ransformas vektor ctra menjad vektor cr reduks AW (N*n)*(n*m) = (N*m) (2.20) Atau untuk = 1 N : y W (1*n)*(n*m) = (1*m) (2.21) Metode Fsherface Dasar dar metode Fsherface n adalah Fsher s Lnear Dscrmnant (FLD). Metode n dtemukan oleh Robert Fsher pada tahun 1936 untuk klasfkas taksonom dan menjad salah satu tehnk yang banyak dgunakan dalam pengenalan pola (pattern recognton) [3].

23 cr-2 33 FLD merupakan salah satu contoh metode class spesfc, karena metode n berusaha untuk membentuk jarak (scatter) antar kelas dan ntra kelas sehngga dapat menghaslkan klasfkas yang lebh bak. Jka terdapat 20 sampel (N = 20) yang terbag atas 2 kelas sampel. Dmens sampel, n = 2 dan dmens reduks, m = 1. Jad, sampel akan dtransformaskan dar ruang sampel dmens-2 ke ruang cr dmens-1. ransformas dlakukan dengan metode PCA dan FLD. Hasl proyeks vektor cr sampel pada ruang cr dmens-1 dengan metode PCA dan FLD, dapat dekspreskan pada Gambar o + o + o o o o + o o o FL o o 0 cr-1 o o + + o PC o o o kelas 1 + kelas 2 Gambar 2.4 Perbandngan Metode PCA dan FLD untuk wo-class Problem Dar gambar d atas terlhat bahwa transformas dengan metode PCA menyebabkan kedua kelas salng bercampur. Sedang dengan metode FLD, kedua kelas terpsah (dkelompokkan) dengan bak. Hal n menunjukkan bahwa walaupun transformas PCA menghaslkan total-scatter yang lebh besar,

24 34 transformas dengan FLD dapat menghaslkan between-class scatter yang lebh besar sehngga proses klasfkas menjad lebh sederhana [3] Reduks Dmens dengan Fsher s Lnear Dscrmnant Fsher s Lnear Dscrmnant, yang menjad dasar dar metode Fsherface, memlh matrks transformas W yang dapat memaksmalkan raso antara determnan between-class scatter dengan wthn-class scatter dar vektor-vektor cr. Pernyataan tersebut dapat dekspreskan sebaga berkut : W opt WS BW arg max (2.22) W WS W W = [w 1; w 2; ; w m ] dmana w, = 1m, merupakan m buah vektor egen dar raso antara S B dengan S W (dalam bentuk vektor bars), yang bersesuaan dengan m buah nla egen terbesar. Jka w adalah vektor egen dar raso antara matrks S B dengan matrks S W dan d merupakan nla egen yang bersesuaan, maka : B S w d S W w dmana = 1m dan d 1 > d 2 > > d m. Jka x, = 1N, adalah vektor ctra dmens-n dan masng-masng vektor ctra merupakan anggota salah satu dar C kelas ctra wajah {X 1, X 2,, X C }, vektor adalah rata-rata vektor ctra yang dapat dperoleh dar persamaan (2.10), maka matrks between-class scatter, S B, dan matrks wthn-class scatter, S W, dapat dperoleh melalu persamaan berkut :

25 35 C 1 S B N (2.23) S W C N x j x j 1 j1, n jx (2.24) dmana N adalah jumlah anggota kelas X dan adalah rata-rata ctra anggota kelas X, = 1 C. Pada pengenalan wajah, matrks wthn-class scatter, S W, yang dhaslkan selalu sngular. Hal n dsebabkan oleh rank maksmum dar matrks S W adalah (N-C) dan pada umumnya, jumlah ctra masukan, N, jauh lebh kecl dar dmens ctra, n [3]. Untuk mengatas hal n, vektor-vektor ctra terlebh dahulu dtransformaskan ke ruang cr berdmens -(N-C) dengan metode PCA, kemudan menerapkan persamaan (2.9) dengan vektor nput baru, yatu x, = 1..N, berdmens (N-C). Inlah yang dsebut sebaga metode Fsherface. Secara gars besar, proses metode Fsherface dapat dnyatakan dalam bagan pada Gambar 2.5 berkut :

26 36 Vektor x dmens-n Metode PCA Vektor x' dmens- (N-C) Metode FLD Vektor y dmens m Gambar 2.5 Proses Reduks Dmens Metode Fsherface Jka W PCA adalah matrks transformas hasl metode PCA dan matrks transformas metode FLD, Wopt, pada persamaan (2.22) dsebut sebaga W FLD, maka pernyataan matemats dar bagan d atas adalah : x W x' (2.25) PCA ransformas vektor ctra dar ruang ctra dmens-n ke ruang cr dmens-(n- C). Dan : y x' W (2.26) FLD ransformas vektor nput baru dar ruang cr dmens-(n-c) ke ruang cr dmens-m. Dmens ruang cr metode Fsherface, m, mempunya nla maksmum C- 1, karena hanya C-1 nla egen dar raso matrks S B dengan matrks S W, yang bernla postf [3].

27 Algortma Fsherface Dasar dar metode Fsherface adalah Lnear Dscrmnat Analyss. Dalam metode Fsherface terdr dar 2 tahap, yatu : a. Metode PCA untuk mentransformas vektor ctra dar ruang ctra dmensn ke ruang cr dmens-(n-c) b. Metode Fsher s Lnear Dscrmnant (FLD) untuk mentransformas vektor masukan baru (hasl transformas PCA) dmens-(n-c) ke ruang cr dmens-m. Algortma metode Fsherface adalah sebaga berkut : Metode PCA Langkah 1: Car rata-rata vektor ctra N 1 (1*n) (dar persamaan 2.10) PCA x N 1 Langkah 2 : Untuk = 1 N, car selsh vektor ctra dengan rata-rata vektor ctra, PCA (1*n) (dar persamaan 2.11) x PCA Smpan dalam matrks A, sehngga A = [ 1 ; 2 ; ; N ] (N*n) (dar persamaan 2.12) Langkah 3 : Car matrks total scatter, S S A A (n*n)*(n*n) = (n*n) (dar persamaan 2.13) Langkah 4 : Car vektor egen dan nla egen dar matrks S, kemudan urutkan berdasarkan nla egen, dar yang terbesar

28 38 S [ v, d] eg (dar persamaan 2.14) Nla egen dar S : d n d d d (1*n) (dar persamaan 2.15) dmana d 1 > d 2 > > d n. 1 2 Vektor egen yang bersesuaan dengan nla egen (dalam bentuk vektor kolom) : w11 w12 w1 n w21 w22 w 2n v ( n * n) (dar persamaan 2.16) wn1 wn2 wnn Langkah 5 : Reduks vektor egen dar S sesua dengan nla (N-C) w11 w12 w1( N C) w21 w22 w2( N C) v ' (n*(n-c)) (dar persamaan 2.18) wn 1 wn2 wn( N C) Matrks transformas W PCA adalah : W PCA v' ((N-C)*n) (dar persamaan 2.19) ransformas PCA Langkah 6 : ransformas vektor ctra dmens-n menjad vektor masukan dmens-(n-c), untuk masukan masukan metode FLD

29 39 nput FLD AW PCA (N*n)*(n*(N-C)) = (N*(N-C)) (2.27) Atau untuk = 1 N : PCA x' W (1*n)*(n*(N-C)) = (1*(N-C)) (2.28) Jad : nput FLD x' 1 x' 2 x' N (2.29) Metode FLD Langkah 7 : Car rata-rata nput FLD N 1 ' (1*(N-C)) (2.30) N 1 FLD x Langkah 8 : Untuk = 1..C, car rata-rata kelas X N 1 x' (1*(N-C)) (2.31) N j j1, x' jx dmana N adalah jumlah anggota kelas X. Smpan, = 1 N, dalam matrks K, sehngga : K 1 2 c (C*(N-C)) (2.32)

30 40 Langkah 9 : Car matrks between-class scatter, S B C S B N 1 FLD FLD ((N-C)*C )* (C*(N-C)) = ((N-C)*(N-C)) (2.33) Langkah 10 : Car matrks wthn-class scatter, S W S W C N x' j x' j 1 j1, x' jx ((N-C)*N )* (N *(N-C)) = ((N-C)*(N-C)) (2.34) Langkah 11 : Car raso antara S B dengan S W S S B raso ((N-C)*(N-C)) (2.35) W Langkah 12 : Car vektor egen dan nla egen dar matrks raso, kemudan urutkan berdasarkan nla egen (dar yang terbesar) [ v, d] eg raso (2.36) Nla egen dar raso : 1 2 ( NC) d d d d (1*(N-C)) (2.37) dmana d 1 > d 2 > > d (N-C). Vektor egen yang bersesuaan dengan nla egen (dalam bentuk vektor kolom) :

31 41 w11 w12 w1( N C) w21 w22 w2( N C) v ((N-C)*(N-C)) (2.38) w( N C)1 w( N C)2 w( N C)( N C) Langkah 13 : entukan dmens ruang cr (vektor egen yang efektf untuk pengenalan : maksmal C) r d 1 m mn C (2.39) r d 1 Langkah 14 : Reduks vektor egen dar raso sesua dengan nla m w11 w12 w1 m w21 w22 w2m v' ((N-C)*m) (2.40) w( N C)1 w( N C)2 w( N C) m Matrks transformas W FLD adalah : W FLD v' (m*(n-c)) (2.41) ransformas FLD Langkah 15 : ransformas vektor masukan dmens-(n-c) menjad vektor cr dmens-m reduks nput FLD W FLD (N*(N-C))*((N-C)*m) = (N*m) (2.42)

32 42 Atau untuk = 1 N : y x' W FLD (1*n)*(n*(N-C)) = (1*(N-C)) (2.43) 2.4 Image Processng Image gresccale lebh mudah untuk danalsa apabla dbandngkan dengan mage berwarna. Image berwarna adalah kombnas tga warna utama merah, hjau dan bru yang basa dsebut dengan sstem warna RGB. erdr dar 24 bt, masng-masng 8 bt untuk merah, hjau dan bru. Akan lebh mudah untuk danalsa maka mage terlebh dahulu dubah menjad mage greyscale dengan cara member nla yang sama untuk masng-masng nla 8 bt tersebut Pemetaan Ctra menjad Vektor Cr Dalam proses pengenalan pola wajah menerma masukan berupa ctra btmap (hasl capture) yang dubah dalam format grey-level. Kumpulan ctra yang menjad masukan pada proses pencaran matrks transformas dsebut tranng set, dan N = jumlah ctra tranng set. Kumpulan ctra yang menjad masukan uj pengenalan dsebut testng set, dan = jumlah ctra testng set. Ctra masukan dpetakan kedalam nla-nla bertpe float, yang merepresentaskan tngkat ke-abuan dar pxel pada poss yang bersesuaan. Nlanla ke-abuan dar suatu ctra kemudan dsmpan dalam bentuk vektor bars, yang dsebut vektor cr.

33 43 Msalkan terdapat N buah ctra wajah yang akan djadkan masukan sstem. Masng-masng ctra memlk dmens n. Gambar dbawah n menggambarkan penympanan vektor-vektor ctra kedalam matrks nput berdmens N*n. a11 a21 ctra1 at1 z11 z21 ctran zt1 a a a t 2 z z z t 2 a1 l a 2l atl z1 l z 2l ztl nput a11 z11 a z atl ztl Unfed Modelng Gambar Language 2.6 Proses (UML) Pemetaan Ctra menjad Vektor Cr Algortma ransformas estng Set Msalkan testng set terdr dar ctra wajah manusa : {x 1, x 2,, x } dengan dmens n. Jka telah dperoleh : a. Dar metode Egenface : Matrks W : matrks egenfaces dengan dmens me*n b. Dar metode Fsherface : Matrks W PCA : matrks transformas PCA dengan dmens (N-C)*n Matrks W FLD : matrks transformas FLD dengan dmens mf*(n-c) dmana N = jumlah ctra dan C = jumlah kelas pada learnng set. Algortma transformas testng set dar ruang ctra dmens-n ke ruang cr dmens-me atau ruang cr dmens-mf adalah sebaga berkut :

34 44 a. ransformas ke ruang cr dmens-me (Egenface) : Langkah 1 : raensformas vektor ctra dmens-n menjad vektor cr dmens-me reduks AW (*n)*(n*me) = (*me) dengan A = [ 1; 2; ; ] (*n) Atau untuk = 1 : y W (1*n)*(n*me) = (1*me) Vektor adalah : x (1*n) dan adalah rata-rata ctra learnng set. b. ransformas ke ruang cr dmens-mf (Fsherface) : Langkah 1 : ransformas vektor ctra dmens-n menjad vektor cr dmens- (N-C), untuk masukan FLD nput FLD AW PCA (*n)*(n*(n-c)) = (*(N-C)) dengan A = [ 1; 2; ; ] (*n) Atau untuk = 1 : x' W PCA (1*n)*(n*(N-C)) = (1*(N-C)) Vektor adalah :

35 45 x (1*n) dan adalah rata-rata ctra learnng set. Langkah 2 : ransformas vektor nput FLD dmens-(n-c) menjad vektor cr dmens-mf reduks nputfldw FLD (*(N-C))*((N-C)*m) = (*m) Atau untuk = 1 : y x' W FLD (1*n)*(n*m) = (1*m) Pengenalan Wajah (Recognton) Feature adalah komponen komponen pentng dar mage-mage tranng yang ddapatkan dar proses tranng. Feature nlah yang nant akan dgunakan untuk mengdentfkaskan mage yang akan dkenal. Berdasarkan jumlah feature yang dambl, presentase pengenalan dar PCA dapat berubah-ubah. Jumlah feature yang optmal akan ddapatkan dar hasl ekspermen beberapa kal. Dstance = f x f database ( f x1 fdatabase 1) f x1 fdatabase 2).. ( f x1 fdatabasez) Dmana z adalah jumlah feature yang dambl

36 46 Setelah ddapat semua dstance maka dcar yang palng mnmum, maka dlhat dstance mnmum tersebut bersesuaan dengan mage ke-berapa dan dambl nama orang dar mage tersebut. 2.5 Unfed Modelng Language (UML) UML adalah bahasa grafs untuk mendokumentaskan, menspesfkaskan, dan membangun sstem perangkat lunak. UML berorentas objek, menerapkan banyak level abstraks, tdak bergantung proses pengembangan, tdak bergantung bahasa dan teknolog, pemaduan beberapa notas d beragam metodolog, usaha bersama dar banyak phak. Standar UML dkelola oleh OMG (Object Management Group).[5] Gambar 2.7 Object Management Group UML adalah bahasa pemodelan untuk menspesfkaskan, memvsualsaskan, membangun, dan mendokumentaskan artfak-artfak dar sstem.[5]

37 47 1. D dalam system ntensve process, metode dterapkan sebaga proses untuk menurunkan atau mengevoluskan sstem. 2. Sebaga bahasa, UML dgunakan untuk komunkas yatu alat untuk menangkap pengetahuan mengena satu subjek dan mengekspreskan pengetahuan (sntaks) yang memperdulkan subjek untuk maksud komunkas. Subjek adalah sstem yang dbahas. 3. Sebaga bahasa pemodelan, UML fokus pada pemahaman subjek melalu formulas model dar subjek. Model memuat pengetahuan pada subjek, dan aplkas dar pengetahuan n berkatan dengan ntelegency. 4. Berkatan dengan unfkas, UML memadukan praktek rekayasa terbak sstem nformas dan ndustr, melput beragam tpe sstem ( perangkat lunak dan non perangkat lunak ), doman ( bsns, perangkat lunak) dan proses sklus hdup. 5. Ketka dterapkan untuk menspesfkaskan sstem, UML dapat dgunakan untuk mengkomunkaskan apa yang dperlukan dar sstem dan bagamana sstem dapat drealsaskan. 6. Ketka dterapkan untuk memvsualsaskan sstem, UML dapat dgunakan untuk menjelaskan sstem secara vsual sebelum drealsaskan. 7. Ketka dterapkan untuk membangun sstem, UML dapat dgunakan untuk memandu realsas sstem serupa dengan blueprnt.

38 48 8. Ketka dterapkan untuk mendokumentaskan sstem, UML dapat dgunakan untuk menangkap pengetahuan mengena sstem pada seluruh sklus hdup ujuan UML ujuan utama perancangan UML adalah : 1. Menyedakan bahasa pemodelan vsual yang ekspresf dan sap paka untuk mengembangkan dan pertukaran model-model yang berart. 2. Menyedakan mekansme perluasan dan spesfkas untuk memperluas konsep-konsep nt. 3. Mendukung spesfkas ndependen bahasa pemrograman dan proses pengembangan tertentu. 4. Menyedakan bass formal untuk pemahaman bahasa pemodelan. 5. Mendorong pertumbuhan pasar kakas berorentas objek. 6. Mendukung konsep-konesp pengembanga level lebh tngg sepert komponen, kolaboras, framework dan pattern Dagram Perlaku Dagram n memvsualsaskan, menspesfkas, membangun dan mendokumentaskan aspek dnams dar sstem. 1. Class dagram Class adalah sebuah spesfkas yang jka dnsalsas akan menghaslkan sebuah objek dan merupakan nt dar pengembangan dan desan berorentas

39 49 objek. Class menggambarkan keadaan (atrbut/propert) suatu sstem, sekalgus menawarkan layanan untuk memanpulas keadaan tersebut (metode/fungs). Class dagram menggambarkan struktur dan deskrps class, package dan objek beserta hubungan satu sama lan sepert contanment, pewarsan, asosas dan lan-lan. 2. Statechart Dagram Statechart dagram menggambarkan transs dan perubahan keadaan (dar satu state ke state lannya) suatu objek pada sstem sebaga akbat dar stmul yang dterma. Pada umumnya statechart dagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat memlk lebh dar satu statechart dagram). 3. Actvty Dagram Actvty dagram menggambarkan berbaga alran alr aktvtas dalam sstem yang sedang drancang, bagamana masng-masng alr berawal, decson yang mungkn terjad, dan bagamana mereka berakhr. Actvty dagram juga dapat menggambarkan proses pararel yang mungkn terjad pada beberapa eksekus. Actvty dagram merupakan state dagram khusus, dmana sebagan besar state adalah acton dan sebagan besar transs d-trgger oleh selesanya state sebelumnya (nternal processng). Oleh karena tu actvty dagram tdak menggambarkan behavor nternal sebuah sstem (dan nteraks antar subsstem) secara eksak, tetap lebh menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktvtas dar level atas secara umum.

40 50 Sebuah aktvtas dapat drealsaskan oleh satu usecase atau lebh. Aktvtas menggambarkan proses yang berjalan, sementara usecase menggambarkan bagamana aktor menggunakan sstem untuk melakukan aktvtas. 4. Sequence Dagram Sequence dagram menggambarkan nteraks antar objek d dalam dan d sektar sstem (termasuk pengguna, dsplay, dan sebaganya) berupa message yang dgambarkan terhadap waktu. Sequence dagram terdr atas dmens vertcal (waktu) dan dmens horzontal (objek-objek terkat). Sequence dagram bas dgunakan untuk menggambarkan scenaro atau rangkaan langkah-langkah yang dlakukan sebaga respons dar sebuah event untuk menghaslkan output tertentu. Dawal dar apa yan men-trgger aktvtas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjad secara nternal dan output apa yang dhaslkan. 5. Collaboraton Dagram Collaboraton dagram juga menggambarkan nteraks antar objek sepert sequence dagram, tetap lebh menekankan pada peran masng-masng objek dan bukan pada waktu penyampaan message. Setap message memlk sequence number, dmana message dar level tertngg memlk nomor 1, message dar level yang sama memlk prefks yang sama.

41 51 6. Component Dagram Component dagram menggambarkan struktur dan hubungan antar komponen prant lunak, termasuk ketergantungan (dependency) d antaranya. Komponen prant lunak adalah modul bers code, bak bers source code maupun bnary code, bak lbrary maupun executable, bak yang muncul pada comple tme, lnk tme, maupun run-tme. Umumnya komponen terbentuk dar beberapa class dan/atau package, tetap dapat juga dar komponen-komponen yang lebh kecl. Komponen dapat juga berupa nterface, yatu kumpulan layanan yang dsedakan sebuah komponen untuk komponen lan. 7. Deployment Dagram Deployment dagram menggambarkan detal bagamana komponen ddelay dalam nfrastruktur sstem, dmana komponen akan terletak (pada mesn, server atau prant keras), bagamana kemampuan jarngan pada lokas tersebut, spesfkas server dan hal-hal lan yang bersfat fskal.

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean Matematka Egenface Menggunakan Metrk Eucldean 6 Ben Utomo Sekolah ngg eknolog Bontang, Indonesa Abstract Salah satu sstem pengenalan wajah (face recognton) adalah metode egenface. Metode n bekerja dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA PENERAPAN MEODE LINIEAR DISCRIMINAN ANALYSIS PADA PENGENALAN AJAH ERASIS KAMERA Asep Sholahuddn 1, Rustam E. Sregar 2,Ipng Suprana 3,Setawan Had 4 1 Mahasswa S3 FMIPA Unverstas Padjadjaran e-mal: asep_sholahuddn@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fungsi f(x,y), dimana x dan y merupakan spatial koordinat, dan tingkatan aplitude

BAB 2 LANDASAN TEORI. fungsi f(x,y), dimana x dan y merupakan spatial koordinat, dan tingkatan aplitude BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ctra Menurut Gonzales (2004, p1) Ctra bsa djelaskan sebaga 2 dmens dar fungs f(x,y), dmana x dan y merupakan spatal koordnat, dan tngkatan apltude pada poss n dsebut dengan ntenstas

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS-JENIS IKAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA

PENGENALAN JENIS-JENIS IKAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENALAN JENIS-JENIS IKAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA Suharto Jat Santoso *, Bud Setyono **, R. Rzal Isnanto ** Abstrak - Selama n pengenalan jens kan pada

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Histogram Citra. Bab Membuat Histogram

Histogram Citra. Bab Membuat Histogram Bab 6 Hstogram Ctra I nformas pentng mengena s ctra dgtal dapat dketahu dengan membuat hstogram ctra. Hstogram ctra adalah grafk yang menggambarkan penyebaran nla-nla ntenstas pxel dar suatu ctra atau

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 DAFTAR REVIEWER

Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 DAFTAR REVIEWER Konferens Nasonal Sstem & Informatka 2015 STMIK STIKOM Bal, 9 10 Oktober 2015 DAFTAR REVIEWER Dr. Agus Harjoko Prof. Dr. Sr Hartat Dr.-Ing. Reza Pulungan Dr. Djoko Soetarno, DEA Dr. Ir. Rla Mandala, M.Eng

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Latar Belakang Pada saat n penamplan nformas dalam bentuk ctra semakn banyak dbutuhkan Hal n tdak lepas dar karakterstk ctra yang cenderung mudah dpaham Surat kabar, televs, dan stus web d

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

ISSN Evaluasi Kinerja Metode PCA/LPP Pada Sistem Pengenalan Citra Wajah Manusia

ISSN Evaluasi Kinerja Metode PCA/LPP Pada Sistem Pengenalan Citra Wajah Manusia ISSN0216-3241 25 Evaluas Knera Metode PCA/LPP Pada Sstem Pengenalan Ctra Waah Manusa Oleh N Wayan Mart Jurusan Manaemen Informatka, FK - Undksha Abstrak Sstem dentfkas personal yang berbass pengenalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tnjauan Emprs Pada peneltan n, penelt menggunakan beberapa peneltan terkat yang pernah dlakukan oleh penelt lan sebaga tnjauan stud, yatu sebaga berkut : a. Pornography Detecton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuh Tugas Matakulah Multvarat yang dbmbng oleh Ibu Tranngsh En Lestar oleh Sherly Dw Kharsma 34839 Slva Indrayan 34844 Vvn Octana 34633 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPRESI WAJAH TERHADAP KEBERHASILAN KLASIFIKASI GENDER BERBASIS PCA-LDA

PENGARUH EKSPRESI WAJAH TERHADAP KEBERHASILAN KLASIFIKASI GENDER BERBASIS PCA-LDA Pengaruh Ekspres Wajah terhadap Gender Berbass - (Agus Seta Bud N.) PENGARUH EKSPRESI WAJAH ERHADAP KEBERHASILAN KLASIFIKASI GENDER BERBASIS - Agus Seta Bud N. (1) (1) Staf Pengajar Jurusan eknk Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE

ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE M. Fachrurroz, M.T. 1, Nov Yuslan, M.T. 2 1,2 Jurusan Teknk Informatka Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Srwjaya 1 obetsobets@gmal.com,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

KLASTERISASI DATA MICROARRAY MENGGUNAKAN METODE CLIQUE PARTITIONING

KLASTERISASI DATA MICROARRAY MENGGUNAKAN METODE CLIQUE PARTITIONING KLASTERISASI DATA MICROARRAY MENGGUNAKAN METODE CLIQUE PARTITIONING Lsa Maranah 1, Fhra Nhta, Adwjaya 3 1,,3 ProdS1 Ilmu Komputas, Fakultas Informatka, Unverstas Telkom 1 lsamaranah@gmal.com, fhranhta@telkomunversty.ac.d,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA VIOLA JONES DALAM PENERAPAN COMPUTER VISION

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA VIOLA JONES DALAM PENERAPAN COMPUTER VISION FCE RECOGTO MEGGUK METODE LGORTM VOL JOES DLM PEERP COMPUTER VSO Pareza lam Jusa, S.Kom, M.Kom STKOM Dnamka Bangsa Jamb,Teknk nformatka E-mal: parezaalam@stkom-db.ac.d BSTRK Deteks wajah merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN

ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN Hendra Bunyamn Jurusan Teknk Informatka Fakultas Teknolog Informas Unverstas Krsten Maranatha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci