BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tnjauan Emprs Pada peneltan n, penelt menggunakan beberapa peneltan terkat yang pernah dlakukan oleh penelt lan sebaga tnjauan stud, yatu sebaga berkut : a. Pornography Detecton Usng Support Vector Machne. (Yu-Chun Ln, 2003) Dalam peneltan n dlakukan deteks ctra pornograf menggunakan algortma Support Vector Machne (SVM) untuk pengenalan polanya dan dstrbus warna kult, yang menghaslkan akuras sebesar 74,62%. Namun, metode n memlk kekurangan yatu banyak pada ctra bukan porno yang mengandung banyak warna kult ddeteks sebaga ctra pornograf. Begtu juga sebalknya, ctra pornograf yang mengandung sedkt warna kult ddeteks sebaga bukan ctra pornograf b. Automatc Onlne Porn Detecton and Trackng. (Johnson I Agbnya, 2007) Peneltan n melakukan deteks otomats ctra pornograf onlne dengan melakukan segmentas area kult manusa dengan ruang warna HSV, jka area kult pada sebuah ctra lebh dar 20% akan dsmpulkan bahwa ctra tersebut merupakan ctra pornograf. Metode n memlk kelemahan, yatu pada ctra yang bukan porno dengan luasan warna sepert warna kult akan ddeteks sebaga ctra pornograf. c. Pengenalan Ctra Wajah Menggunakan Metode Two-Dmensonal Lnear Dscrmnant Analyss dan Support Vector Machne. (Ftr Damayant,2010) Peneltan n membahas mengena pengenalan ctra wajah dengan menggunakan metode ekstraks ftur TDLDA dan klasfkas SVM. Dengan kombnas kedua metode tersebut memberkan hasl yang optmal dengan tngkat akuras pengenalan antara 84,18% sampa 100% dengan uj coba menggunakan bass data ORL, YALE, dan BERN. 7

2 8 d. Pengenalan Wajah Menggunakan Learnng Vector Quantzaton (LVQ). (S. Heranurwen, 2010) Peneltan n membahas mengena pengenalan wajah dengan menggunakan menggunakan metode Learnng Vector Quantzaton (LVQ). Dalam menganalsa menggunakan prortas (perngkat) hasl dar LVQ. Adapun urutan algortma sstem n adalah segmentas wajah, mencar bentuk deret dengan algortma pembelajaran dengan Learnng Vector Quantzaton. Sstem kecerdasan buatan LVQ termodfkas mampu mendeteks secara bak apakah pada data ctra tersebut dkenal atau tdak. Tngkat ketepatan sstem LVQ setelah dlakukan beberapa kal proses learnng (setap gambar dlakukan 2 kal proses learnng) adalah 88,67% benar. Dalam beberapa peneltan deteks ponograf yang telah dlakukan sebelumnya, hanya berpatokan pada warna kultnya saja yang tentu saja memlk kelemahan dalam pendeteksan pada ctra yang bukan porno dengan luasan warna sepert warna kult akan ddeteks sebaga ctra pornograf. Demkan juga untuk ctra pornograf yang memlk luasan warna kult ddeteks sebaga bukan ctra pornograf. Adapun konten-konten pornograf bsa dlhat dar s yang terdapat d dalam konten tersebut, msalnya pada ctra manusa yang akan menjad suatu ctra pornograf jka bagan tubuh tertentunya tdak tertutup. Pengenalan s dar konten-konten pornograf tersebut tentu saja memerlukan metode tertentu bak dalam klasfkas ataupun untuk mengekstras ftur dar suatu konten tersebut. Dalam peneltan yang sudah dlakukan mengena pengenalan ctra wajah dengan menggunakan metode ekstraks ftur TDLDA dan klasfkas SVM, memberkan hasl yang optmal dengan tngkat akuras pengenalan antara 84,18% sampa 100%. Sedangkan dengan menggunakan metode klasfkas LVQ mendapatkan hasl 88,67%. Adapun dalam peneltan n akan dlakukan pengenalan pornograf dengan mengenal bagan yang danggap termasuk objek peneltan, dengan menggunakan metode klasfkas Artfcal Neural Network (ANN) yatu Learnng Vector

3 9 Quantzaton karena menghaslkan akuras yang cukup bagus pada peneltan sebelumnya dan akan dkombnaskan dengan metode Two Dmensonal Lnear Dscrmnant Analyss untuk proses ekstraks fturnya untuk melhat pengaruh dar metode ekstraks ftur dalam pengenalannya. 2.2 Tnjauan Teorts Pornograf Pornograf pada umumnya adalah tulsan, gambar, atau produk audo-vsual yang dapat merangsang nafsu seksual pada pembaca dan penontonnya. Pada umumnya belum ada krtera yang jelas kapan suatu produk dkategorkan sebaga porno dan kapan dblang tdak porno. Krtera dapat merangsang garah seksual orang lan yang selama n dpaka sebaga patokan memang sangat relatf. Betapapun juga ketentuan tentang pornograf adalah salah satu bentuk ntervens pemerntah dalam mengatur perlaku seks warganya dengan alasan untuk menjaga moral bangsa (Wdart, 2008). Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 (UU Pornograf) yang dmaksud dengan jasa pornograf adalah segala jens layanan pornograf yang dsedakan oleh orang perseorangan atau korporas melalu pertunjukan langsung, televs kabel, televs teresteral, rado, telepon, nternet, dan komunkas elektronk lannya serta surat kabar, majalah, dan barang cetakan lannya Vdeo Vdeo dgtal dapat dsebut array 3 dmens dar pksel berwarna. 2 dmens melayan arah spasal dar gambar bergerak (horzontal dan vertkal) dan satu dmens lannya akan merepresentaskan doman waktu (Bnanto, 2010). Arstektur vdeo dgtal tersusun atas sebuah format untuk mengodekan dan memankan kembal fle vdeo dengan komputer dan menyertakan sebuah pemutar (player) yang mengenal dan membuka fle yang dbuat untuk format tersebut. Contoh arstektur vdeo dgtal d antaranya adalah Apple QuckTme, Mcrosoft Wndows Meda Format, dan Real Network RealMeda. Format vdeo yang terkat dengan arstektur tersebut adalah QuckTme move (.mov), Audo Vdeo

4 10 Interleaved (.av), dan RealMeda (.rm). beberapa pemutar dapat mengenal dan memankan lebh dar satu format fle vdeo. Vdeo dgtal sebenarnya terdr atas serangkaan gambar dgtal yang dtamplkan dengan cepat pada kecepatan yang konstan. Dalam konteks vdeo, gambar n dsebut frame. Satuan ukuran untuk menghtung frame rata-rata yang dtamplkan dsebut frame per second. Setap frame merupakan gambar dgtal yang terdr dar raster pksel. Gambar dgtal yang terdr dar raster pksel. Gambar dgtal akan mempunya lebar sebanyak W pksel dan tngg sebanyak H pkel. Oleh karena tu, dapat dkatakan bahwa frame sze adalah W x H Pengolahan Ctra Ctra adalah gambar pada bdang dwmatra (dua dmens). Gambar 2.1 adalah ctra seorang gads model yang bernama Lena. Dtnjau dar sudut pandang matemats, ctra merupakan fungs menerus (contnue) dar ntenstas cahaya pada bdang dwmatra. Sumber cahaya menerang objek, objek memantulkan kembal sebagan dar berkas cahaya tersebut. Pantulan cahaya n dtangkap oleh oleh alatalat optk, msalnya mata pada manusa, kamera, pemnda (scanner), dan sebaganya, sehngga bayangan objek yang dsebut ctra tersebut terekam. Gambar 2.1 Ctra Lena (Sumber : Munr, 2004)

5 11 Meskpun sebuah ctra kaya nformas, namun serngkal ctra yang kta mlk mengalam penurunan mutu (degradas), msalnya mengandung cacat atau derau (nose), warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur (blurrng), dan sebaganya. Tentu saja ctra semacam n menjad lebh sult dnterpretas karena nformas yang dsampakan oleh ctra tersebut menjad berkurang. Agar ctra yang mengalam gangguan mudah dnterpretas (bak oleh manusa maupun mesn), maka ctra tersebut perlu dmanpulas menjad ctra lan yang kualtasnya lebh bak. Bdang stud yang menyangkut hal n adalah pengolahan ctra (mage processng). Pengolahan ctra adalah pemrosesan ctra, khususnya dengan menggunakan komputer, menjad ctra yang kualtasnya lebh bak. Pengolahan ctra bertujuan memperbak kualtas ctra agar mudah dnterpretas oleh manusa atau mesn (dalam hal n komputer). Teknk-teknk pengolahan ctra mentransformaskan ctra menjad ctra lan. Jad, masukannya adalah ctra dan keluarannya juga ctra. Gambar 2.2 Operas pengolahan ctra (Sumber : Munr, 2004) Pada dasarnya pengolahan ctra terbag menjad : a. Penngkatan kualtas ctra (mage enhancement) b. Pemulhan ctra (mage restoraton) c. Pemampatan ctra d. Analss ctra e. Segmentas ctra f. Rekonstruks ctra, dan lan-lan Operas-operas pada pengolahan ctra dterapkan pada ctra bla :

6 12 a. perbakan atau memodfkas ctra perlu dlakukan untuk menngkatkan kualtas penampakan atau untuk menonjolkan beberapa aspek nformas yang terkandung d dalam ctra b. elemen d dalam ctra perlu dkelompokkan, dcocokkan atau dukur c. sebagan ctra perlu dgabung dengan bagan ctra yang lan Pengolahan Warna a. Model RGB Suatu ctra dalam model RGB terdr dar tga bdang ctra yang salng lepas, masng-masng terdr dar warna utama: merah, hjau dan bru. Suatu warna dspesfkaskan sebaga campuran sejumlah komponen warna utama. Gambar 2.3 menunjukkan bentuk geometr dar model warna RGB untuk menspesfkaskan warna menggunakan sstem koordnat Cartesan. Spektrum grayscale (tngkat keabuan) yatu warna yang dbentuk dar gabungan tga warna utama dengan jumlah yang sama, berada pada gars yang menghubungkan ttk htam dan puth. Gambar 2.3 Koordnat warna RGB (Sumber : Munr, 2004) Warna dpresentaskan dalam suatu snar tambahan untuk membentuk warna baru, dan berhubungan untuk membentuk snar campuran. Ctra pada gambar 2.4 sebelah kr menunjukkan campuran dengan menambahkan warna utama merah, hjau, dan bru untuk membentuk warna sekunder kunng (merah+hjau), cyan

7 13 (bru+hjau), magenta (merah+bru) dan puth (merah+hjau+bru). Model warna RGB banyak dgunakan untuk montor komputer dan vdeo kamera. Gambar 2.4 Penambahan campuran warna (Sumber : Munr, 2004) b. Grayscale Grayscale adalah ctra yang pada setap pkselnya hanya bers nformas ntenstas warna htam dan puth. Ctra Grayscale memlk banyak varas nuansa abu-abu sehngga berbeda dengan ctra htam-puth. Grayscale juga dsebut monokromatk karena tdak memlk warna lan selan varas ntenstas puth dan htam. Sebuah ctra yang djadkan Grayscale akan terkesan berbeda bla dbandngkan dengan ctra berwarna. D dalam pengolahan ctra, format ctra dgtal yang dpaka adalah grayscale. Pada umumnya warna yang dpaka adalah warna htam sebaga warna mnmal (0) dan warna puth (255) sebaga warna maksmal. Gambar 2.5 Skala keabuan (Sumber : Munr, 2004) Untuk perhtungan nla grayscale menurut (Ruslanto & Harjoko, 2011) pada persamaan (2.1). gr = 0.299r g b...(2.1) Keterangan : gr = hasl perhtungan nla grayscale r = nla warna merah dar pksel

8 14 g = nla warna hjau dar pksel b = nla warna bru dar pksel c. Ctra Bner Ctra bner adalah ctra yang hanya mempunya dua nla derajat keabuan yatu htam dan puth. Meskpun saat n ctra berwarna lebh dsuka karena member kesan yang lebh kaya darpada ctra bner, namun tdak membuat ctra bner mat. Pada beberapa aplkas ctra bner mash tetap dbutuhkan, msalnya ctra logo nstans (yang hanya terdr atas warna htam dan puth), ctra kode batang (bar code) yang tertera pada label barang, ctra hasl pemndaan dokumen teks, dan sebaganya. Pksel-pksel objek bernla 1 dan pksel-pksel latar belakang bernla 0. Pada waktu menamplkan gambar, 0 adalah puth dan 1 adalah htam. Jad, pada ctra bner, latar belakang berwarna puth sedangkan objek berwarna htam. Keuntungan menggunakan ctra bner adalah kebutuhan memor kecl karena nla derajat keabuan hanya membutuhkan representas 1 bt dan waktu pemrosesan lebh lebh cepat. Pengubahan ctra htam-puth (grayscale) menjad ctra bner dlakukan untuk alasan-alasan sebaga berkut: 1) Untuk mengdentfkas keberadaan objek, yang drepresentaskan sebaga daerah (regon) d dalam ctra. Msalnya kta ngn memsahkan (segmentas) objek dar gambar latar belakangnya. Pksel-pksel objek dnyatakan dengan nla 1 sedangkan pksel lannya dengan 0. Objek dtamplkan sepert gambar sluet. Untuk memperoleh sluet yang bagus, objek harus dapat dpsahkan dengan mudah dar gambar latar belakangnya. 2) Untuk lebh memfokuskan pada analss bentuk morfolog, yang dalam hal n ntenstas pksel tdak terlalu pentng dbandngkan bentuknya. Setelah objek dpsahkan dar latar belakangnya, propert geometr dan morfolog/topolog objek dapat dhtung dar ctra bner. Hal n berguna untuk pengamblan keputusan. 3) Untuk menamplkan ctra pada prant keluaran yang hanya mempunya resolus ntenstas satu bt, yatu prant penampl dua-aras atau bner sepert pencetak (prnter).

9 15 4) Mengubah ctra yang telah dtngkatkan kualtas tepnya (edge enhancement) ke penggambaran gars-gars tep. In perlu untuk membedakan tep yang kuat yang berkoresponden dengan batas-batas objek dengan tep lemah yang berkoresponden dengan perubahan llumnaton, bayangan, dll. Pengubahan ke dalam ctra bner dlakukan dengan operas pengambangan (thresholdng). Operas thresholdng mengelompokkan nla derajat keabuan setap pksel ke dalam 2 kelas, htam dan puth. f B (, j) = { 1, f g(, j) T 0, lannya. (2.2) (Sumber : Munr, 2004) Artfcal Neural Network Artfcal Neural Network (ANN) merupakan suatu konsep rekayasa pengetahuan dalam bdang kecerdasan buatan yang ddesan dengan mengadops sstem saraf manusa, yang pemrosesan utamanya ada d otak (Prasetyo, 2012). Bagan terkecl dar otak manusa adalah sel saraf yang dsebut unt dasar pemroses nformas atau neuron. Ada sektar 10 mlar neuron dalam otak manusa dan sektar 60 trlun koneks (dsebut snaps [synapse]) antarneuron dalam otak manusa) (Shepherd dan Koch, 1990). Dengan menggunakan neuron-neuron tersebut secara smultan, otak manusa dapat memproses nformas secara paralel dan cepat, bahkan lebh cepat dar komputer tercepat saat n. Sebuah neuron terdr atas elemen-elemen berkut: badan sel (dsebut soma), sejumlah serat yang menyalurkan nformas ke neuron (dsebut dendrt), dan sebuah serat tunggal yang keluar dan neuron (dsebut akson). Setap snyal luar yang dterma oleh dendrt akan melewat, snaps untuk dteruskan ke neuron, kemudan dproses d dalam soma. Setelah selesa akan dkeluarkan melalu akson untuk dproses kembal oleh neuron yang lan ataupun keluar sebaga. snyal akhr hasl proses d otak. Dengan analog sstem kerja otak manusa tersebut, ANN terdr atas sebuah unt pemroses yang dsebut neuron (akson jka dalam otak manusa) yang bers

10 16 penambah (adder) dan fungs aktvas, sejumlah bobot (snaps dalam otak manusa), sejumlah vektor masukkan (dendrt dalam otak manusa). Fungs aktvas berguna untuk mengatur keluaran yang dberkan oleh neuron. Desan ANN secara umum dperlhatkan oleh Gambar 2.6. Pada gambar tersebut, vektor masukan terdr atas sejumlah nla yang dberkan sebaga nla masukan pada ANN. Vektor masukan tersebut mempunya tga nla (x1, x2, x) sebaga ftur dalam data yang akan dproses d ANN. Masng-masng nla masukan melewat sebuah hubungan berbobot w, kemudan semua nla dgabungkan. Nla gabungan tersebut kemudan dproses oleh fungs aktvas untuk menghaslkan snyal y sebaga keluaran. Fungs aktvas menggunakan sebuah nla ambang batas (threshold) untuk membatas nla keluaran agar selalu dalam batas nla yang dtetapkan. Gambar 2.6 Arstektur ANN (Sumber : Prasetyo, 2012) Sepert halnya manusa yang otaknya selalu belajar dar lngkungan sehngga dapat mengelola lngkungan dengan bak berdasarkan pengalaman yang sudah ddapatkan, ANN, yang dalam pengenalan pola sebaga model yang dgunakan untuk proses pengenalan, membutuhkan proses pelathan agar dapat melakukan pengenalan kelas suatu data uj baru yang dtemukan. Proses pelathan dalam ANN dapat menggunakan algortma-algortma sepert Perceptron, Backpropagaton, Self-Organzng Map (SOM), Delta, Assocatve Memory, Learnng Vector Quantzaton dan sebaganya (Munr, 2004).

11 17 Learnng Vector Quantzaton (LVQ) adalah suatu metode klasfkas pola dmana masng masng nput merepresentaskan kelas atau kategor yang sama. Gambar 2.7 Arstektur jarngan LVQ (Sumber : Fausett, 1994:188) Jka dua vektor nput mendekat sama, maka lapsan kompettf akan meletakkan kedua vektor nput tersebut ke dalam kelas yang sama. Setelah pembelajaran, lapsan LVQ membag vektor nput (x) dengan penempatan lapsan LVQ ke kelas yang sama sebaga unt ouput (y) yang mempunya vektor bobot (w) terdekat dengan vektor nput (Fausett, 1994:187). Cara kerja algortma untuk LVQ yatu dengan mencar output yang terdekat dengan vektor nput. Algortma LVQ dapat djelaskan sebaga berkut: (Fausett, 1994:188) a. Menetapkan learnng rate (α), bobot (w), maksmum epoh, dan error mnmal yang dharapkan. b. Untuk masng-masng pembelajaran vektor nput tranng x melakukan langkah ke c sampa f. c. Mencar Cj dmana x w j dengan persamaan (2.3). C j n x wj (2.3) d. Update wj dengan cara :

12 18 Jka T = Cj maka : wj (t+1) = wj (t) + α(t) (x wj (t))...(2.4) Jka T Cj maka: wj (t+1) = wj (t) α(t) (x wj (t))...(2.5) e. Mengurang learnng rate. α = α * pengurang raso... (2.6) f. Konds berhent jka mencapa maksmum teras atau nla learnng rate cukup kecl. Keterangan : x = Vektor nput tranng T = Kategor atau kelas yang benar wj = Vektor bobot untuk output ke-j (w1j,..., wj,..., wnj) Cj = Kategor atau kelas yang dtunjukkan oleh output ke j x w j = Jarak Eucldan antara vektor nput tranng dan vektor bobot ke-j Ekstraks Ftur Ekstraks ftur (ftur extracton) merupakan bagan dasar dar analss ctra. Ftur adalah karakterstk unk dar suatu objek. Karakterstk ftur yang bak harus memenuh persyaratan berkut : 1. Dapat membedakan suatu objek dengan yang lannya (descrmnaton). 2. Memperhatkan komplekstas komputas dengan memperoleh ftur. Komplekstas komputas yang tngg tentu akan menjad beban tersendr dalam menemukan suatu ftur. 3. Tdak terkat (ndependence) dalam art bersfat nvaran terhadap berbaga transformas (rotas, penskalaan, pergeseran, dan sebaganya). 4. Jumlahnya sedkt, karena ftur yang sedkt dapat menghemat waktu komputas dan ruang penympanan untuk proses selanjutnya. Salah satu metode ekstraks ftur adalah Two Dmensonal Lnear Dscrmnant Analyss (TDLDA) dperkenalkan oleh L dan Ye pada tahun Perbedaan antara LDA dengan TDLDA adalah pada LDA menggunakan vektor mage untuk menghtung matrks beetween class dan matrks scatter wthn-class, sedangkan pada TDLDA menggunakan matrks mage asl untuk menghtung kedua

13 19 matrks tersebut. TDLDA mengklam bahwa haslnya lebh bak dbandngkan dengan metode ekstraks ftur yang lannya (Ye, 2005). Ada 3 tahapan dalam ekstraks ftur TDLDA pada suatu data pelathan yatu tahap pertama menghtung nla rata-rata kelas dan rata-rata global, tahap kedua menghtung matrks sebaran dalam kelas dan sebaran antar kelas dan tahap terakhr menghtung matrks ftur ekstraks data-data pelathan. Berkut adalah langkah-langkah dalam proses TDLDA terhadap suatu dataset ctra pelathan untuk menghtung nla rata-rata kelas dan rata-rata global : 1. Jka dalam suatu bassdata ctra terdapat hmpunan sebanyak n ctra pelathan A = [A1,A2,,An] ( = 1,2,,n) dengan dmens ctra (r x c), matrk dar ctra tersebut adalah : A (n)11 A (n)12 A (n)1c A A n = [ (n)21 A (n)22 A (n)2c ] A (n)r1 A (n)r2 A (n)rc Matrks n dgunakan sebaga data nputan. Data nputan lannya adalah jumlah kelas (k), jumlah data perkelas (n) dan banyaknya data pelathan (n). 2. Menghtung rata-rata ctra pelathan dar kelas ke- dengan menggunakan persamaan (2.7). x M 1 A..(2.7) n 3. Menghtung rata-rata semua ctra pelathan dengan persamaan (2.8). 1 M n k 1 x A.(2.8) Berkut adalah langkah-langkah dalam proses TDLDA terhadap suatu dataset ctra pelathan untuk menghtung matrks sebaran antar kelas dan matrks sebaran dalam kelas : 1. Menentukan nla ll (panjang bars) dan l2 (panjang kolom), dmana nla ll r dan l2 c. 2. Menetapkan matrks transformas R ukuran c x l2 yang dperoleh dar gabungan matrks denttas ukuran l2 x l2 dengan matrks nol ukuran (c-l2) x l2.

14 20 3. Menghtung matrks between class scatter R dengan ukuran r x r dengan persamaan (2.9) S R b k 1 n T M M RR M M T. (2.9) 4. Menghtung matrks wthn class scatter R dengan ukuran r x r dengan persamaan (2.10) S R W k T A M RR A M 1 x T... (2.10) 5. Htung nla egen dan vector egen dar (2.11) dengan ukuran r x r L=( R S W ) -1 ( R S b R S b dan R S W sesua dengan persamaan )... (2.11) 6. Ambl sebanyak l1 vektor egen terbesar dar langkah 5 dengan ukuran matrksnya r x l1. 7. Menghtung matrks between class scatter L dengan ukuran c x c dengan persamaan (2.12) S L b k 1 n T T M M LL M M (2.12) 8. Menghtung matrks wthn class scatter L dengan ukuran c x c dengan persamaan (2.13) S L W k T T A M LL A M 1 x. (2.13) 9. Htung nla egen dan vector egen dar (2.14) dengan ukuran c x c L Sb dan L S W sesua dengan persamaan R=( S ) -1 ( S ).(2.14) L W L b 10. Ambl sebanyak l2 vektor egen terbesar dar langkah 9 dengan ukuran matrksnya c x l2. Berkut adalah langkah-langkah dalam proses TDLDA terhadap suatu dataset ctra pelathan untuk menghtung ekstraks ftur pada setap ctra : 1. Inputan berupa matrks data pelathan

15 21 A (n)11 A (n)12 A (n)1c A A n = [ (n)21 A (n)22 A (n)2c ] A (n)r1 A (n)r2 A (n)rc Inputan lannya : matrks transformas bars (L) dan matrks transformas kolom (R). 2. Htung matrks ekstraks ftur dengan persamaan (2.15), ukuran matrksnya (l1 x l2) B=L T AR... (2.15) 3. Output yang dhaslkan adalah matrks ekstraks ftur B, matrks transformas L dan matrks transformas R. Langkah-langkah dalam ekstraks ftur pada pengujan LVQ adalah sebaga berkut : 1. Inputan berupa matrk data pengujan C yang ukuran dmens matrksnya sama dengan matrks data pelathan yatu r x c : C 11 C 12 C 1c C C = [ 21 C 22 C 2c ] C r1 C r2 C rc Inputan lannya adalah matrks transformas bars (L) dan matrks transformas kolom (R), yang keduanya ddapat dar proses ekstraks TDLDA pada pelathan LVQ. 2. Htung matrks ekstraks ftur sesua dengan persamaan (2.16) yang ukuran matrksnya l1 x l2. D=L T CR... (2.16) 3. Output : matrks ekstraks ftur D.

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE 1 PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SARAF TIRUAN METODA HEBBRULE un Ennggar 1, Wahyul Amen Syafe, ST, MT 2, Bud Setyono,ST,MT 2 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk Unverstas, Dponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS-JENIS IKAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA

PENGENALAN JENIS-JENIS IKAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENALAN JENIS-JENIS IKAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA Suharto Jat Santoso *, Bud Setyono **, R. Rzal Isnanto ** Abstrak - Selama n pengenalan jens kan pada

Lebih terperinci

Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 DAFTAR REVIEWER

Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 DAFTAR REVIEWER Konferens Nasonal Sstem & Informatka 2015 STMIK STIKOM Bal, 9 10 Oktober 2015 DAFTAR REVIEWER Dr. Agus Harjoko Prof. Dr. Sr Hartat Dr.-Ing. Reza Pulungan Dr. Djoko Soetarno, DEA Dr. Ir. Rla Mandala, M.Eng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fungsi f(x,y), dimana x dan y merupakan spatial koordinat, dan tingkatan aplitude

BAB 2 LANDASAN TEORI. fungsi f(x,y), dimana x dan y merupakan spatial koordinat, dan tingkatan aplitude BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ctra Menurut Gonzales (2004, p1) Ctra bsa djelaskan sebaga 2 dmens dar fungs f(x,y), dmana x dan y merupakan spatal koordnat, dan tngkatan apltude pada poss n dsebut dengan ntenstas

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Pengenalan Karakter Tulisan Tangan Angka dan Operator Matematika Berdasarkan Zernike Moments Menggunakan Support Vector Machine

Pengenalan Karakter Tulisan Tangan Angka dan Operator Matematika Berdasarkan Zernike Moments Menggunakan Support Vector Machine JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prnt) 1 Pengenalan Karakter Tulsan Tangan Angka dan Operator Matematka Berdasarkan Zernke Moments Menggunakan Support Vector Machne

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA PENERAPAN MEODE LINIEAR DISCRIMINAN ANALYSIS PADA PENGENALAN AJAH ERASIS KAMERA Asep Sholahuddn 1, Rustam E. Sregar 2,Ipng Suprana 3,Setawan Had 4 1 Mahasswa S3 FMIPA Unverstas Padjadjaran e-mal: asep_sholahuddn@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. George Boole dalam An Investigation of the Laws of Thought pada tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aljabar Boolean Barnett (2011) menyatakan bahwa Aljabar Boolean dpublkaskan oleh George Boole dalam An Investgaton of the Laws of Thought pada tahun 1954. Dalam karya n, Boole

Lebih terperinci

ANALISIS KEMIRIPAN POLA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE EUCLIDEAN

ANALISIS KEMIRIPAN POLA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE EUCLIDEAN AALISIS KEMIRIPA POLA CITRA DIGITAL MEGGUAKA METODE EUCLIDEA Eus St ur Asyah1), Abdul Hayat2), Puspa Wdant3), Shnta Yulnda Prasetya4), Helm Iskandar5) 1), 2 ), 3) Komputersas Akuntans AMIK Raharja Informatka

Lebih terperinci

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean

Matematika Eigenface Menggunakan Metrik Euclidean Matematka Egenface Menggunakan Metrk Eucldean 6 Ben Utomo Sekolah ngg eknolog Bontang, Indonesa Abstract Salah satu sstem pengenalan wajah (face recognton) adalah metode egenface. Metode n bekerja dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Histogram Citra. Bab Membuat Histogram

Histogram Citra. Bab Membuat Histogram Bab 6 Hstogram Ctra I nformas pentng mengena s ctra dgtal dapat dketahu dengan membuat hstogram ctra. Hstogram ctra adalah grafk yang menggambarkan penyebaran nla-nla ntenstas pxel dar suatu ctra atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA INTERAKTIF MENGGUNAKAN REGION MERGING BERBASIS SIMILARITAS MAKSIMAL

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA INTERAKTIF MENGGUNAKAN REGION MERGING BERBASIS SIMILARITAS MAKSIMAL MAKALA EMINAR TUGA AKIR PERIODE JULI 00 IMPLEMENTAI EGMENTAI CITRA INTERAKTIF MENGGUNAKAN REGION MERGING ERAI IMILARITA MAKIMAL Ayu Arta Paramta Relga, andayan Tjandrasa, Anny Yunart 3 Teknk Informatka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kulah : Pengolahan Ctra Dgtal Kode : IES 6323 Semester : VI Waktu : 1 x 3x 50 Ment Pertemuan : 9 A. Kompetens 1. Utama Mahasswa dapat memaham tentang sstem pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

METODE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI CITRA TELUR BERBASIS ANDROID

METODE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI CITRA TELUR BERBASIS ANDROID METODE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI CITRA TELUR BERBASIS ANDROID Fersa Setyanngrum 1, Kartka Frdausy 2 Program Stud Teknk Elektro, Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Ahmad Dahlan Jl. Prof. Dr. Soepomo,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Pengenalan Wajah Menggunakan Implementasi T-shape Mask pada Two Dimentional Linear Discriminant Analysis dan Support Vector Machine

Pengenalan Wajah Menggunakan Implementasi T-shape Mask pada Two Dimentional Linear Discriminant Analysis dan Support Vector Machine Musthafa, Pengenalan Wajah Menggunakan Implementas -shape Mask Pada wo Dmentonal Lnear Dscrmnant Analyss dan... 1 Pengenalan Wajah Menggunakan Implementas -shape Mask pada wo Dmentonal Lnear Dscrmnant

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE

ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE M. Fachrurroz, M.T. 1, Nov Yuslan, M.T. 2 1,2 Jurusan Teknk Informatka Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Srwjaya 1 obetsobets@gmal.com,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 9 BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab n bers penjelasan mengena langkah-langkah perhtungan serta prosedurprosedur yang dgunakan untuk menemukan solus atas rumusan masalah pada Bab. Dalam bab n juga akan dtamplkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

SEGMENTASI BERBASIS REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU

SEGMENTASI BERBASIS REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU EGMENTAI BERBAI REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU Arf Basof,.Kom, Moch. Harad, T, M.c, Ph.D. Program Magster Bdang Keahlan Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

PROTOTYPE APLIKASI UNTUK MENGUKUR KEMATANGAN BUAH APEL BERDASAR KEMIRIPAN WARNA

PROTOTYPE APLIKASI UNTUK MENGUKUR KEMATANGAN BUAH APEL BERDASAR KEMIRIPAN WARNA PROTOTYPE APLIKASI UNTUK MENGUKUR KEMATANGAN BUAH APEL BERDASAR KEMIRIPAN WARNA Catur Iswahyud Program Stud Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Insttut Sans & Teknolog AKPRIND Yogyakarta Emal :

Lebih terperinci

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 PRESENTASI TUGAS AKHIR KI09191 IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA RESONANSI MAGNETIK OTAK MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS YANG DIMODIFIKASI BERDASARKAN KORELASI ANTAR PIKSEL (Kata Kunc : Segmentas Fuzzy

Lebih terperinci

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi)

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi) 0 Oktober 206 Analtk Data Tngkat Lanut (Regres) Imam Cholssodn mam.cholssodn@gmal.com Pokok Bahasan. Konsep Regres 2. Analss Teknkal dan Fundamental 3. Regres Lnear & Regres Logstc (Optonal) 4. Regres

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF UNTUK BINERISASI CITRA DOKUMEN BERWARNA

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF UNTUK BINERISASI CITRA DOKUMEN BERWARNA Vol. 2, No. 2 Desember 2011 ISSN 2088-2130 ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF UNTUK BINERISASI CITRA DOKUMEN BERWARNA Eka Mala Sar Rochman 1), Ratna Nur Tara Shanty 2), Dyah S Rahayu 3) Unverstas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat Bab III Analss dan Rancangan Sstem Kompres Kalmat Bab n bers penjelasan dan analss terhadap sstem kompres kalmat yang dkembangkan d dalam tess n. Peneltan n menggunakan pendekatan statstcal translaton

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Latar Belakang Pada saat n penamplan nformas dalam bentuk ctra semakn banyak dbutuhkan Hal n tdak lepas dar karakterstk ctra yang cenderung mudah dpaham Surat kabar, televs, dan stus web d

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Perbandingan Penggunaan Beberapa Metode Deteksi Tepi Pada Pengolahan Citra Radiologi Fraktur Tulang

Perbandingan Penggunaan Beberapa Metode Deteksi Tepi Pada Pengolahan Citra Radiologi Fraktur Tulang PRISMA FISIKA, Vol. V,. 3 (4), Hal. 7- ISSN : 337-84 Perbandngan Penggunaan Beberapa Metode Deteks Tep Pada Pengolahan Ctra Radolog Fraktur Tulang Ray Andre Junor a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a a Prod

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 INJAUAN PUSAKA 2.1 Ctra Dgtal Ctra (mage) adalah gambar pada bdang dua dmens. Dtnjau dar sudut pandang matemats, ctra merupakan fungs menerus (contnue) dar ntenstas cahaya pada bdang dua dmens. Ctra

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI CITRA PADA SUPER RESOLUSI MENGGUNAKAN PROJECTION ONTO CONVEX SETS

REKONSTRUKSI CITRA PADA SUPER RESOLUSI MENGGUNAKAN PROJECTION ONTO CONVEX SETS REKONSTRUKSI CITRA PADA SUPER RESOLUSI MENGGUNAKAN PROJECTION ONTO CONVEX SETS Nama Mahasswa : Achmad Bryand NRP : 1207 100 006 Jurusan : Matematka FMIPA-ITS Dosen Pembmbng : 1. Dr. Imam Mukhlash, S.S,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN ALGORITMA JSEG

SEGMENTASI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN ALGORITMA JSEG SEGMENTASI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN ALGORITMA JSEG Rully Soelaman 1), Darls Herumurt ), Dyah Wardhan Kusuma. 3) Fakultas Teknolog Informas, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 6111, Indonesa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci