BAB III INDUKSI MATEMATIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III INDUKSI MATEMATIKA"

Transkripsi

1 BAB III INDUKSI MATEMATIKA

2

3 BAB III INDUKSI MATEMATIKA 3.1 Pendahuluan Dalam bidang matematika tidak jarang ditemui pola-pola induktif yang melibatkan himpunan indeks berupa himpunan bilangan asli atau bulat seperti barisan atau deret. Bentuk umum dari pola keteraturan tersebut membutuhkan perumusan yang sahih. Untuk itu, sebagai salah satu alat bukti, pada bab ini dibahas tentang pengertian induksi matematika dan contoh-contoh penggunaannya. Topik ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk merumuskan bentuk umum dari suatu pola yang diamati, seperti barisan dan deret, yang terapannya banyak dijumpai di bidang premi asuransi, bunga berbunga, integral tertentu, dan iterasi. Setelah mempelajari topik bahasan pada pertemuan minggu ke-6 yang meliputi 1. Proses Induktif (Aksiomatika bilangan asli) 2. Induksi Matematika 3. Contoh aplikasi pembuktian dengan Induksi matematika ini secara tuntas diharapkan memiliki learning Outcomes berupa: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian induksi matematika 2. Mahasiswa mampu menggunakan induksi matematika dalam bidang matematika 3.2 Induksi Matematika Salah satu alat bukti penting yang banyak dipakai di bidang matematika, khususnya yang terkait dengan himpunan bilangan asli adalah induksi matematika yang sesungguhnya merupakan salah satu aksioma yang dipenuhi oleh sistem bilangan asli. Bentuk umum induksi matematika sebagai berikut: Misalkan N adalah himpunan semua bilangan asli. Teorema 3.1 Jika G subhimpunan N yang memenuhi 1. Pangkal: 1 G, dan Induksi hipotesa: n G berakibat n + 1 G, maka G = N. Selanjutnya jika G = {n N P (n)}, dengan P (n) mempunyai arti n mempunyai sifat P atau n memenuhi ketentuan P, maka berlaku ( n N )(n G P (n)). Hal ini berakibat Teorema 3.1 ekuivalen dengan Teorema 3.2 Jika G subhimpunan N yang memenuhi 1. Pangkal: P (1), dan 2. Induksi Hipotesa: P (n), berakibat P (n + 1), maka ( n N ).P (n). Contoh Dengan menggunakan induksi matematika buktikan, bahwa : 1. Jumlah n suku pertama deret geometri dengan rasio r 1 dan u1 = a adalah 1 a rr 1 n 2. Jumlah n suku pertama deret aritmetika dengan beda b dan u1 = a adalah n (2a 2 + b(n 1)) Penyelesaian: 1. Jumlah n suku pertama deret geometri dengan rasio r 1 dan suku ke-1 a adalah Sn = a + ar + ar2 + + arn 1. 1 Dibentuk G = {n N Sn = a rr 1 }. n 1. Pangkal: Untuk n = 1, Sn = S1 = a = a sehingga 1 G. 34 rn 1 r1 1 =a, r 1 r 1 2. Induksi hipotesa: Misalkan n G. Akibatnya a + ar + ar2 + + arn 1 = Sn = a rn 1, r 1 sehingga Sn+1 = a + ar + ar2 + + arn 1 + ar(n+1) 1 rn 1 = a + ar(n+1) 1 r 1 a = (rn 1 + r(n+1) 1 (r 1)) r 1 rn+1 1 = a r 1 Jadi n+1 G, sehingga berlaku G = N. Dengan kata lain untuk setiap 1 bilangan asli n berlaku Sn = a rr 1 n

4 2. Jumlah n suku pertama deret hitung dengan beda b dan suku pertama a adalah Sn = a + (a + b) + (a + 2b) + + (a + (n 1)b. Didefinisikan P (n) : n mempunyai sifat P, yaitu Sn = n2 (2a + b(n 1)) 1. Pangkal: Untuk n = 1, 1 n Sn = S1 = a = (2a + b(1 1)) = (2a + b(n 1), 2 2 sehingga 1 memenuhi sifat P. 2. Induksi hipotesa: Misalkan n memenuhi sifat P. Akibatnya a + (a + b) + (a + 2b) + + (a + (n 1)b = Sn = n (2a + b(n 1)), 2 sehingga Sn+1 = a + (a + b) + (a + 2b) + + (a + (n 1)b + (a + b((n + 1) 1)) n (2a + b(n 1)) + (a + b((n + 1) 1)) = 2 n 1 = (2a + b(n 1)) + (2a + 2b(n)) 2 2 n+1 n+1 = (2a + bn) = (2a + b((n + 1) 1) 2 2 Jadi n + 1 memenuhi sifat P, sehingga untuk setiap bilangan asli n berlaku Sn = n2 (2a + b(n 1)) 35 Contoh Diketahui n dan b adalah dua bilangan bulat positif dan b > 1. Tunjukkan, bahwa akan berlaku sifat P, yaitu dapat ditemukan bilangan bulat s 0 dan ni yang memenuhi 0 ni < b, untuk i = 0, 1,, s, ns 0, dan n = ns bs + ns 1 bs n1 b + n0. Penyelesaian: Diketahui bilangan bulat b > Pangkal: 1 = 1, dengan s = 0 dan ns = 1, sehingga 1 memenuhi sifat P. 2. Induksi hipotesa: Misalkan n mempunyai sifat P, berarti dapat ditemukan s 0, ns 0, 0 ni < b untuk i = 0, 1,, s sedemikian hingga n = ns bs + ns 1 bs n1 b + n0. Kemungkinan: 1. Untuk setiap i, ni = b 1. Akibatnya n + 1 = ns bs + ns 1 bs n1 b + n0 + 1 = bs+1, sehingga n + 1 memenuhi sifat P. 2. Ada indeks i, 0 i s yang memenuhi ni < b 1. Anggap saja indeks pertama yang memenuhi adalah k. Akibatnya 0 nk + 1 < b dan n + 1 = ns bs + ns 1 bs n1 b + n0 + 1 = ns bs + + nk+1 bk+1 + (nk + 1)bk Contoh Buktikan bahwa (2n 1) = n2, untuk setiap bilangan bulat positif n. Bukti: 1. Pangkal: Untuk n = 1 1 = = 2n 1, sehingga 1 memenuhi sifat Induksi hipotesa: Misalkan n memenuhi (2n 1) = n2. Maka (2n 1) + (2(n + 1) 1) = n2 + 2(n + 1) 1 = n2 + 2n + 1 = (n + 1)2 Latihan Dengan menggunakan induksi matematika buktikan bahwa untuk n = 1, 2, persamaan dan pertidaksamaan berikut ini berlaku: n(n + 1) = n(n+1)(n+2) (1!) + 2(2!) + n(n!) = (n + 1)! n2 = n(n+1)(2n+1) 6 n ( 1)

5 n = 1 + (2n 1)(2n+1) = ( 1)n (n+1) 2 n 2n n + 1 2n 1.7 2n n2 1.8 (1 + x)n 1 + nx, untuk setiap x n 1 = 6k, untuk suatu bilangan asli k n 2.3n = 4k, untuk suatu bilangan asli k (1 + x)n 1 + nx, untuk setiap x Jika ai bulat positif, untuk i = 1, 2,, maka 1 (a1 a2 a2n ) 2n a1 a2 a2n 2n. 2. Buktikan dengan induksi matematika, bahwa n buah garis lurus pada sebuah bidang datar pasti membagi bidang tersebut menjadi n2 +n+2 2 daerah, dengan asumsi tidak ada dua garis lurus yang sejajar dan tidak ada tiga garis yang beririsan di satu titik. 3. Tunjukkan bahwa jika sin( x2 ) 0, maka x) sin((n + 1)x) (n + 1) cos( 2n sin x + 2 sin 2x + + n sin nx =. x 2 x 2 sin( 2 ) 4 sin ( 2 ) 37 Tes Formatif III-1 PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Topik Bahasan Hari/tanggal Waktu Sifat : INDUKSI MATEMATIKA : : 60 menit : Buku Tertutup Dosen : Budi S. 1. Buktikan dengan prinsip Induksi matematika, bahwa pada himpunan semua bilangan bulat positif Z + berlaku n = 2n(n + 1). 2. Tulislah rumus deret geometri dengan suku tak hingga yang memiliki rasio r < 1 dan suku pertama a. Buktikan dengan induksi matematika, bahwa rumus anda benar! 38 Tes Formatif III-2 PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Topik Bahasan Hari/tanggal Waktu Sifat : INDUKSI MATEMATIKA : : 60 menit : Buku Tertutup Dosen : Budi S. Tes Formatif Berkelompok Jika k bilangan asli. Tunjukkan, bahwa jika terdapat barisan bilangan bulat ao, a 1, a 2,... yang memenuhi an =

6 an 1 + nk n untuk semua n 1 maka k 2 habis dibagi Kunci Jawaban Tes Formatif III-1 1. No. 1: n = 2n(n + 1). Untuk n = 1: 4.1 = 2.1(1 + 1) Misalkan benar untuk n: n = 2n(n + 1). Jadi untuk n + 1: n + 4(n + 1) = 2n(n + 1) + 4(n + 1) = 2(n + 1)(n + 1). Benar untuk n No 2: Perhatikan kembali Contoh3.2.1 Komentar Dan Pengayaan 1. Tes Formatif III-1 hanya menguji tingkat dasar, pengulangan Contoh Tingkat pengusaan sudah mencapai kompetensi jika minimal dapat mengerjakan 70% dari soal Latihan 3. Pengayaan: Tes Formatif III-2 mempunyai tingkat kesulitan tinggi, untuk mengukur kerjasama. Silahkan buka 40 BAB IV KUANTOR 4.3 Pendahuluan Bab ini merupakan materi untuk Minggu ke-7 dan satu kali tatap muka pada Minggu ke-8. Pada bab ini akan dibahas tentang Pengertian kuantor (eksistensial dan universal), hubungan kuantor universal dan eksistensial. Dalam perkembangan berikutnya diperlukan bebarapa jenis kuantor lain. Untuk itu selanjutnya pada bab ini juga dibahas tentang. Kuantor terbatas, kuantor jamak, dan implimentasinya dalam berbagai bidang baik di bidang matematika, maupun kehidupan sehari-hari. Setelah mempelajari pokok bahasan ini para mahasiswa diharapkan memperoleh learning outcomes sebagai berikut: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan kuantor universal dan eksistensial 2. Mahasiswa mampu membuat ingkaran kalimat berkuantor 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kuantor eksistensial dan universal 4. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis kuantor khusus 5. Mahasiswa mampu menggunakan kuantor khusus dalam bidang matematika 4.4 Kuantor Dalam suatu pernyataan sangat mungkin kalimat yang digunakan merujuk pada keberadaan sejumlah unsur dalam semesta pembicaraan yang memenuhi keadaan tertentu, yaitu unsur tertentu, sebagian unsur, atau semua (setiap) unsur dari semesta pembicaraan. Dengan menggabungkan konsep negasi kalimat pada kuantifikasi, muncullah istilah tidak ada, paling sedikit, paling banyak, tidak kurang dari, dan tidak semua. Untuk itu diperlukan simbol atau istilah tertentu yang mewakili sebagian atau seluruh anggota dari semesta pembicaraan. Sebagai contoh: 1. Ada anak yang suka makan wortel mentah 2. Tidak ada bilangan real yang nilai kuadratnya negatif 3. Setiap hari dia berjualan dari jam sampai dengan Di R2 setiap dua garis yang saling tegak lurus tidak mungkin sejajar 5. Tidak semua anak pandai berenang 6. Sebagian rakyat berada di bawah garis kemiskinan 7. Terdapat bilangan bulat yang hasil penjumlahannya dengan masing-masing bilangan real x sama dengan bilangan x itu sendiri. Bentuk kuantifikasi di atas dapat juga digunakan untuk mengubah kalimat terbuka menjadi kalimat

7 deklaratif, selain dengan jalan mengganti variabel dengan konstanta). Alat tersebut dinamakan kuantor. Ada dua jenis kuantor, yaitu: 1. Kuantor Universal: Untuk semua x berlaku atau Untuk setiap x berlaku. Sebagai contoh misalkan semesta pembicaraannya himpunan semua bilangan asli. 1. x > 1 merupakan kalimat terbuka 2. Untuk semua x berlakulah x > 1 merupakan kalimat deklaratif bernilai salah, sebab dapat ditemukan bilangan asli x = 1 yang memenuhi x> Kuantor Eksistensial: Terdapat x sedemikian hingga atau Ada x sedemikian hingga Dengan semestanya himpunan semua bilangan asli 1. x > 1 merupakan kalimat terbuka 2. Terdapat x sedemikian hingga x > 1 merupakan kalimat deklaratif bernilai benar, sebab untuk x = 2 berlakulah x > 1. Di dalam contoh di atas kalimat x > 1 dapat dibaca dengan x mempunyai sifat lebih besar daripada 1. Jika kondisi tersebut dinyatakan x mempunyai sifat P dan ditulis dengan simbol P (x), maka kalimat Untuk semua x berlakulah x > 1 dapat ditulis dengan: ( x)p (x). Secara umum bentuk ( x)p (x) dapat dibaca dengan 1. Semua x bersifat P Setiap x mempunyai sifat P. 3. Untuk semua x berlaku sifat P. Kalimat Terdapat suatu x yang memenuhi (sifat) x > 1 dapat ditulis dengan: ( x)p (x). Secara umum bentuk ( x)p (x) dapat dibaca dengan 1. Terdapat x yang mempunyai sifat P 2. Beberapa x mempunyai sifat P. 3. Paling sedikit ada satu x yang mempunyai sifat P. Selanjutnya perlu diperhatikan, bahwa dalam penulisan simbol kuantor mengikat lebih kuat dibandingkan kata penghubung lainnya. Sebagai contoh kalimat ( x)p (x) (α β) yang dimaksud adalah (( x)p (x)) (α β). Di dalam prakteknya, di bidang ilmu eksakta untuk mengungkapkan sifat-sifat (hukum-hukum) yang berlaku umum tidak jarang kuantor universal tidak ditulis, walaupun eksistensinya memang diakui. Sebagai contoh rumus xn 1 = (x 1)(xn 1 + xn ). Bentuk sesungguhnya dari rumus tersebut seharusnya ( x).xn 1 = (x 1)(xn 1 + xn ). Dalam pemakaiannya seringkali di dalam suatu kalimat kuantor yang digunakan tidak tunggal dan mungkin juga antara kuantor universal dan eksistensial digunakan bersamaan, baik di awal kalimat maupun di tengah kalimat. Sebagai contoh kalimat-kalimat berikut ini dengan semesta himpunan semua bilangan real 1. ( x)( y)( y < x < y = x2 < y 2 ). 2. ( x)( y)(x y = 0 = y + x). 3. ( x)( y)(x + y = y + x = y) ( x)((x 0) = ( y)(xy = yx = 1)). Simbolisma-simbolisma di atas dibaca: 1. Untuk semua x dan untuk semua y berlaku jika y lebih kecil daripada x dan x lebih kecil daripada y, maka x2 lebih kecil daripada y 2. Dapat juga diucapkan dengan kalimat: Setiap pasangan bilangan real x dan y, jika y < x < x, berlakulah x kuadrat lebih kecil darpada y kuadrat. 2. Untuk setiap x terdapatlah y yang memenuhi x dikurang y sama dengan 0 dan 0 sama dengan y ditambah x. Dengan bahasa keseharian dapat diucapkan : Setiap bilangan memiliki kebalikan terhadap operasi pengurangan, yaitu dirinya sendiri. Kalimat ini bernilai benar. 3. Terdapat x yang memenuhi untuk semua y berlaku x ditambah y sama dengan y ditambah x yang sama dengan y. Dengan bahasa keseharian dapat diucapkan : Ada bilangan yang memenuhi sifat jika ditambahkan kepada setiap bilangan hasilnya akan sama dengan bilangan yang kedua. 4. Untuk setiap x berlaku, jika x tidak sama dengan 0, maka terdapat y yang memenuhi x dikali y sama dengan y dikali x, sama dengan 1. Dapat diucapkan: Setiap bilangan yang tidak nol pasti mempunyai bilangan yang berlawanan (terhadap perkalian. Kalimat ini bernilai benar, sebagai contoh bilangan 5 lawannya Urutan, Sifat-sifat dan Hubungan Antar Kuantor Urutan dan letak kuantor di dalam suatu pernyataan harus diperhatikan secara seksama. Penempatan kuantor yang tidak tepat akan berakibat makna pernyataan akan berbeda dengan fakta yang ingin disampaikan. Hal ini juga berdampak pada nilai kebenaran dari pernyataan tersebut. Selanjutnya, misalkan P adalah suatu predikat tertentu. Tata tulis dua kuantor secara berurutan

8 mempunyai bentuk umum: ( x)( y).p (x, y), juga ditulis dengan: ( x, y).p (x, y). Dibaca : Untuk semua x dan y berlaku x dan y bersifat P. 2. ( x)( y).p (x, y). Dibaca : Untuk semua x terdapat y yang memenuhi x dan y bersifat P. 3. ( x)( y).p (x, y). Dibaca : Terdapat x yang memenuhi untuk semua y berlaku x dan y mempunyai sifat P. 4. ( x)( y).p (x, y), juga ditulis dengan: ( x, y).p (x, y). Dibaca : Terdapat x dan y yang memenuhi sifat P. Teorema berikut ini menunjukkan, bahwa kuantor-kuantor yang sejenis bisa ditukar letaknya. Teorema 4.3 ( x)( y).q(x, y) ( y)( x).q(x, y). Teorema 4.4 ( x)( y).q(x, y) ( y)( x).q(x, y). Kalimat ( x)( y).p (x, y) mempunyai arti yang berbeda dengan ( x)( y).p (x, y). Sebagai contoh perhatikan kalimat: 1. ( x)( y)(x y = 0 = y + x), dan 2. ( x)( y)(x y = 0 = y + x), dengan semesta pembicaraan himpunan semua bilangan nyata. Kalimat ke-1 bernilai benar. Untuk setiap x, pasti ada y yaitu y = x yang memenuhi x y = x x = 0 = y + x. Sedangkan kalimat ke-2 bernilai salah, sebab jika ada x yang memenuhi kondisi tersebut, maka x 1 = 0 dan x 2 = 0. Akibatnya 1 = 0, sehingga terjadi kontradiksi. Teorema 4.5 ( x)( y).q(x, y) = ( y)( x).q(x, y). Sifat ini berlaku untuk semua semesta pembicaraan dan semua predikat q. Contoh Kalimat : ( x)( y)(x+y = y+x = y) akan berkibat: ( y)( x)(x+ y = y + x = y), sebab anteseden benar, sehingga eksistensi x yang memenuhi x + y = y + x = y, untuk semua y dijamin di dalam semestanya. Jadi untuk sebarang y, berlaku x + y = y + x = y. 45 Selanjutnya bentuk ingkaran dari kalimat Semua x mempunyai sifat p, adalah Tidak benar semua x mempunyai sifat p, atau Tidak semua x mempunyai sifat p. Kalimat ingkaran tersebut sama dengan kalimat Ada x yang tidak mempunyai sifat p. Dengan kata lain pernyataan yang merupakan ingkaran, bahwa setiap anggota semestanya mempunyai sifat p, adalah sama dengan mengatakan terdapat anggota yang tidak mempunyai sifat p, sehingga berlaku Teorema 4.6 ( x).p(x) ( x).p(x). Contoh Jika semestanya himpunan semua bilangan nyata, tentukan ingkaran dari kalimatkalimat berikut ini: 1. ( x)(x2 + 2x + 1 1) 2. ( x)( a x a = x2 a2 ) Penyelesaian: 1. ( x)x2 + 2x Sama dengan: ( x)(x2 + 2x + 1 1) Atau: ( x)(x2 + 2x + 1 < 1) 2. ( x) a x a = x2 a2 Sama dengan: ( x) a x a x2 a2 Dengan kata lain: ( x)( a x a x2 a2 ) Mempunyai makna yang sama dengan: ( x)( a x a x2 > a2 ) Ingkaran bahwa terdapat anggota semestanya yang mempunyai sifat p sama dengan menyatakan, bahwa tidak ada anggota semestanya yang mempunyai sifat p. Hal ini sama dengan mengatakan semua anggota semestanya tidak mempunyai sifat p. Teorema 4.7 ( x).p(x) ( x).p(x). 46 Contoh Tentukan ingkaran dari kalimat-kalimat berikut ini: 1. Ada mahasiswa yang IPK-nya lebih besar daripada 3, Dengan semesta himpunan bilangan nyata: ( x)(x2 2x + 1 < 1) Penyelesaian: 1. Tidak ada mahasiswa yang IPK-nya lebih besar daripada 3,85. Sama dengan: Semua

9 mahasiswa IPK-nya tidak lebih besar daripada 3,85 Atau: Semua mahasiswa IPK-nya kurang dari atau sama dengan 3, ( x)x2 2x + 1 < 1 Sama dengan: ( x)(x2 2x + 1 < 1) Dengan kata lain: ( x)(x2 2x + 1 1) Berdasarkan sifat-sifat ingkaran kalimat di atas dapat diturunkan bentuk-bentuk ingkaran kalimat yang lain, yang di dalamnya juga memuat kuantor. Teorema 4.8 Ingkaran kuantor jamak: 1. ( x)( y).p(x, y) ( x)( y).p(x, y) 2. ( x)( y).p(x, y) ( x)( y).p(x, y) 3. ( x)( y).p(x, y) ( x)( y).p(x, y) 4. ( x)( y).p(x, y) ( x)( y).p(x, y) Contoh Dengan semesta pembicaraan himpunan semua bilangan nyata, tentukan ingkaran dari kalimat-kalimat berikut ini: 1. ( x)( y)(x + y = 0). 2. ( l)( ϵ)(ϵ > 0 = P (l, ϵ)) 3. ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)). Penyelesaian: Ingkaran dari: ( x)( y)(x + y = 0) adalah : ( x)( y)(x + y = 0) ( x)( y)(x + y = 0) ( x)( y)x + y = 0 ( x)( y)(x + y 0) 2. Ingkaran dari: ( l)( ϵ)(ϵ > 0 = P (l, ϵ)) adalah : ( l)( ϵ)(ϵ > 0 = P (l, ϵ)) ( l)( ϵ)(ϵ > 0 = P (l, ϵ)) ( l)( ϵ)ϵ > 0 = P (l, ϵ) ( l)( ϵ)(ϵ > 0 P (l, ϵ)) 3. Ingkaran dari: ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)) adalah : ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)). ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)). ( x)( y)x > y ( u)(u > 0 x = y + u). ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)) (( u)(u > 0 x = y + u) x > y). ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)) (( u)(u > 0 x = y + u) x > y). ( x)( y)(x > y ( u)(u > 0 x = y + u)) (( u)(u > 0 x = y + u) x > y). ( x)( y)(x > y ( u)u > 0 x = y + u ( u)(u > 0 x = y + u) x >y). ( x)(( y)(x > y ( u)(u >0 x y +u) (( u)(u > 0 x = y +u) x > y)). Berikut ini diberikan contoh-contoh menentukan nilai logika kalimat yang menggunakan kuantor. Contoh Semesta pembicaraan adalah himpunan semua bilangan real. Tentukan nilai logika dari kalimat berikut ini. 1. ( x).x2 x > 1 2. ( x).x2 x > 1 3. ( x). x2 = x 4. ( x). x2 = x 5. ( x)(x > 0 = ( y)( y1 < x)) 6. ( x)( y)( xy = 0) 7. ( x)( y)(x y = ( z)(x < z < y y < z < x)) 48 Penyelesaian: 1. Bernilai salah, sebab untuk x = 1 berlaku x2 x = 1 1 = Bernilai benar, sebab untuk x = 2 berlaku x2 x = 4 2 > Bernilai salah, sebab untuk x = 3 berlaku x2 = ( 3)2 = 9 = 3 x. 4. Bernilai benar. Contohnya x = Bernilai benar, sebab jika x > 0, maka 0 < maka 1 x < 1 x + 1. Jika dipilih y = 1 x + 1, 1 1 < 1 = x. y x 6. Bernilai salah, sebab untuk x = 1, berapapun y berlaku 1 y 0.

10 7. Bernilai benar. Contoh Semesta pembicaraan adalah himpunan bilangan 0, 1, 2, 3 dan 4. Tentukan nilai logika dari kalimat berikut ini. 1. ( x).x 1 2. ( x).x2 x > x 1 3. ( x).x ( x). x2 = x Penyelesaian: 1. Bernilai benar, sebab paling kecil 0 dan 0 > 1. Jadi pasti Bernilai benar, sebab contohnya x = 1 berlaku x2 x = 1 1 = x Bernilai benar, sebab paling besar adalah 4 dan 42 = Bernilai salah, sebab semua anggota semestanya positif, sehingga Latihan x = x. 1. Diberikan semesta pembicaraan himpunan semua manusia. Didefinisikan simbol-simbol sebagai berikut: M (x) : P (x) : A(x) : x merupakan mahasiswa x orang yang pandai x suka berolah raga. Tulislah penyataan-pernyataan ini dengan menggunakan kauantor dan simbolsimbol di atas 1.1 Ada manusia yang suka berolah raga tetapi tidak pandai 1.2 Semua mahasiswa pandai 1.3 Ada mahasiswa yang pandai dan suka berolah raga. 1.4 Semua manusia yang tidak pandai tetapi suka berolah raga pasti bukan mahasiswa. 1.5 Ada manusia yang suka berolah raga tetapi bukan mahasiswa 1.6 Semua orang pandai pasti tidak menyukai olah raga 2. Diberikan semesta pembicaraannya himpunan semua bilangan nyata. Bacalah kalimat-kalimat di bawah ini, kemudian renungkan artinya dan ucapkanlah dengan menggunakan bahasa sehari-hari (dengan makna yang sama dengan bentuk simbolnya). Selanjutnya tentukan nilai kebenaraannya. 2.1 ( x)(x2 1 = 0) 2.2 ( y)( x)(x y) 2.3 ( y)( x)(yx = xy = 0) 2.4 ( x)(( ϵ)(ϵ > 0 = x < 0) = x = 0) 2.5 ( x)( y)(x 0 = (x < y x > y)) 2.6 ( x)( y)(x > y > 0 x2 < y 2 ) 2.7 ( x)( y)(xy = y 2 ). 3. Tentukanlah ingkaran bentuk simbolisma dari kalimat-kalimat Soal , kemudian terjemahkan dalam bahasa seharihari. 4. Tentukanlah ingkaran bentuk simbolisma dari kalimat-kalimat Soal , kemudian terjemahkan dalam bahasa sehari-hari dan tentukan nilai kebenarannya Kuantor Jenis Lain Dan Kuantifikasi Terbatas Di bidang matematika terdapat suatu kuantor jenis lain yang mempunyai simbol khusus, yaitu yang mewakili pernyataan Terdapatlah satu dan hanya satu di dalam semestanya. Untuk itu perhatikan kalimat : Terdapatlah satu dan hanya satu x yang mempunyai sifat P. Simbol dari pernyataan tersebut adalah: ( x)(p (x) ( y)(p (y) = y = x)) yaitu ada x yang memenuhi sifat P dan untuk setiap y yang memenuhi sifat P, maka y sama dengan x. Kuantor ini diberi simbol dengan (!x), sehingga kalimat selengkapnya dapat ditulis dengan (!x)p (x) dan dibaca Terdapat dengan tunggal x yang mempunyai sifat P. Contoh Di dalam himpunan semua bilangan nyata kalimat berikut ini bernilai benar (!x)( y)(x + y = y + x = x) satu-satunya bilangan nyata x yang memenuhi adalah 0. Kuantor jenis lain dapat dijumpai dalam pernyataan berikut ini: Terdapat tepat dua bilangan nyata yang memenuhi x2 x 6 = 0. Secara simbolis kalimat tersebut dapat ditulis ( u, v)(u v u2 u 6 = 0 v 2 v 6 = 0 ( w)(w2 w 6 = 0 = (w = u w = v))), dengan terjemahan Terdapat u dan v yang berbeda yang memenuhi x2 x 6 = 0 dan untuk setiap w yang memenuhi x2 x 6 = 0, maka w sama dengan u atau v. Selanjutnya untuk keperluan tertentu tidak jarang kuantor (eksistensial maupun universal) yang tertulis di awal kalimat mengalami pembatasan ruang lingkup dalam semesta pembicaraannya yang disebabkan oleh sifat yang

11 dipenuhinya di dalam pernyataan. Secara simbolis penulisan kuantor kemudian mengalami penyesuaian. 51 Contoh Diberikan kalimat-kalimat berikut ini : 1. Terdapat x yang positif dan bersifat P. 2. Terdapat u yang merupakan elemen A dan bersifat P. 3. Semua x yang positif mempunyai sifat P. 4. Semua u anggota A mempunyai sifat P. Bentuk simbolis dari kalimat-kalimat tersebut adalah: 1. ( x)(x > 0 P (x)). Kalimat tersebut dapat juga ditulis: ( x > 0).P (x) dan dibaca : Terdapat suatu x positif yang bersifat P. 2. ( x)(x A P (x)). Kalimat tersebut dapat juga ditulis: ( x A).P (x) dan dibaca : Terdapat suatu x elemen A yang bersifat P. 3. ( x)(x > 0 = P (x)). Kalimat tersebut dapat juga ditulis: ( x > 0).P (x) dan dibaca : Semua x positif mempunyai sifat P. Simbolisasi dari kalimat tersebut bukan: ( x)(x > 0 P (x)), karena terjemahan dari ( x)(x > 0 P (x)) adalah Setiap x pasti positif dan mempunyai sifat P. Kalimat ini tidak sesuai dengan kalimat aslinya. 4. ( x)(x A = P (x)). Kalimat tersebut dapat juga ditulis: ( x R).P (x) dan dibaca : Semua x elemen A mempunyai sifat P. Bentuk ingkaran dari kalimat-kalimat dalam contoh di atas adalah : 1. ( x > 0).P (x) yaitu ( x)(x > 0 P (x)) ( x)x > 0 P (x) ( x)(x > 0 P (x) ( x)(x > 0 = P (x) ( x > 0).P (x) 52 dan dibaca : Semua x positif tidak mempunyai sifat P. 2. ( x A).P (x) yaitu ( x)(x A P (x)) ( x)x A P (x) ( x)(x A P (x) ( x)(x A = P (x) ( x A).P (x), dan dibaca : Semua x elemen R tidak mempunyai sifat P. 3. ( x > 0).P (x) yaitu ( x)(x > 0 = P (x)) ( x)x > 0 P (x) ( x)(x > 0 P (x) ( x)(x > 0 P (x) ( x > 0).P (x) dan dibaca : Terdapat x positif yang tidak mempunyai sifat P. 4. ( x A).P (x)) yaitu ( x)(x A = P (x)) ( x)x A P (x) ( x)(x A P (x) ( x)(x A P (x) ( x A).P (x), dan dibaca : Terdapat x elemen R yang tidak mempunyai sifat P. Contoh Tentukanlah negasi (ingkaran) dari kalimat-kalimat berikut ini, jika semestanya adalah himpunan orang-orang. 1. Bagi wisudawan yang memiliki IPK lebih dari 3,75 meraih derajat cumlaude 2. Ada bayi yang berat badan lahirnya kurang dari 2 kg yang tidak dimasukkan ke dalam inkubator Setiap mahasiswa semester satu harus mengambil kalkulus I. Penyelesaian: 1. Kalimatnya sama artinya denga kalimat, setiap wisudawan yang memiliki IPK lebih dari 3,75 meraih derajat cumlaude, sehingga ingkarannya adalah Ada wisudawan yang memiliki IPK lebih dari 3,75 tapi tidak meraih derajat cumlaude. 2. Setiap bayi yang berat badan lahirnya kurang dari 2 kg pasti dimasukkan ke dalam inkubator. 3. Ada mahasiswa semester satu yang tidak harus mengambil kalkulus I. Kalimat ini sama artinya dengan kalimat : Ada mahasiswa semester satu yang diperbolehkan tidak mengambil kalkulus I. Contoh Tulislah dengan simbolisma logika kalimat-kalimat berikut ini. 1. Sekurang-kurangnya ada satu x yang mempunyai sifat P. 2. Paling banyak ada satu x yang mempunyai sifat P. 3. Hanya ada satu x yang mempunyai sifat P. 4. Paling banyak ada satu bilangan positif yang bersifat P. 5. Sekurang-kurangnya ada dua x bersifat P. 6. Paling banyak ada dua elemen D yang bersifat P. Penyelesaian: 1. ( x).p (x). 2. ( x)( y)(p (x) P (y) = x = y). Ekuivalen dengan ( x)( y)(x y = P (x) P (y)). ( x)( y)(x y = (P (x) = P (y))). ( x, y)(x y P (x) P (y)). Perlu diperhatikan, bahwa kalimat ini mengandung arti di dalam semestanya tidak ada kepastian ada x yang bersifat P. Namun jika ada x yang memenuhi sifat P, maka elemen sedemikian tunggal adanya. 3. ( x)(p (x) ( y)(p (y) = x = y). Kalimat ini berbeda dengan kalimat 2, sebab adanya elemen x yang bersifat P dijamin ada dan tunggal ( x)( y)(x > 0 y > 0 P (x) P (y) = x = y). 5. ( x)( y)(x y P (x) P (y)). 6. ( x)( y)( z)((p (x) P (y) P (z)) = (x = y x = z y = z)). Contoh Diberikan semesta pembicaraan himpunan semua bilangan bulat. Tulislah dengan simbolisma logika kalimat-kalimat berikut ini. 1. Untuk setiap bilangan positif ϵ terdapat bilangan positif δ yang bersifat δ < ϵ. 2. Ada bilangan L yang memenuhi untuk setiap bilangan positif ϵ terdapat bilangan positif δ yang bersifat δ < ϵ. 3. Untuk setiap bilangan positif ϵ terdapat bilangan positif δ sedemikian hingga untuk setiap x anggota Df yang memenuhi 0 < x a < δ berlaku f (x) L < ϵ. 4. Ada bilangan L sedemikian hingga untuk setiap bilangan positif ϵ terdapat bilangan positif δ sedemikian hingga untuk setiap x anggota Df

12 yang memenuhi 0 < x a < δ berlaku f (x) L < ϵ. Penyelesaian: 1. ( ϵ > 0)( δ > 0). δ < ϵ. 2. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0). δ < ϵ. 3. ( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ = f (x) L < ϵ). 4. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ = f (x) L < ϵ). Pernyataan ini merupakan definisi dari fungsi f mempunyai limit di x = a. Teorema 4.9 Ingkaran kuantor jamak dengan pembatasan himpunan: 1. ( x A)( y B).p(x, y) ( x A)( y B).p(x, y) 2. ( x A)( y B).p(x, y) ( x A)( y B).p(x, y) 3. ( x A)( y B).p(x, y) ( x A)( y B).p(x, y) 4. ( x A)( y B).p(x, y) ( x A)( y B).p(x, y) 55 Selanjutnya pada kalimat Untuk x yang bersifat P terdapat y yang bersifat Q, sehingga x dan y memenuhi r dapat dinyatakan dengan ( P (x))( Q(y)).r(x, y) Contoh Pernyataan Untuk setiap ϵ yang bersifat ϵ > 0 terdapat δ yang memenuhi δ > sehingga jika 0 < x x0 < δ, maka f (x) L < ϵ dapat ditulis ( ϵ > 0)( δ > 0).[0 < x x0 < δ f (x) L < ϵ] Teorema 4.10 Ingkaran kuantor jamak dengan pembatasan berbentuk pernyataan: 1. ( P (x))( Q(y)).r(x, y) ( P (x))( Q(y)).r(x, y) 2. ( P (x))( Q(y)).r(x, y) ( P (x))( Q(y)).r(x, y) 3. ( P (x))( Q(y)).r(x, y) ( P (x))( Q(y)).r(x, y) 4. ( P (x))( Q(y)).r(x, y) ( P (x))( Q(y)).r(x, y) Contoh Tentukan ingkaran pernyataan di Contoh Penyelesaian: 1. ( ϵ > 0)( δ > 0). δ < ϵ. ( ϵ > 0)( δ > 0). δ ϵ 2. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0). δ < ϵ ( L)( ϵ > 0)( δ > 0). δ ϵ 3. ( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ = f (x) L < ϵ). ( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ f (x) L ϵ) 4. ( L)( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ = f (x) L < ϵ). ( L)( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x a < δ f (x) L ϵ) Latihan Tentukan negasi dari simbolisma-simbolisma logika kalimat-kalimat di dalam Contoh 4.6.4, kemudian terjemahkan dengan bahasa sehari-hari Tentukan negasi dari simbolisma-simbolisma logika kalimat-kalimat di dalam Contoh 4.6.5, kemudian terjemahkan dengan bahasa sehari-hari. 3. Diberikan semesta pembicaraan himpunan semua bilangan real. Tentukanlah nilai kebenaran dari uangkapan-ungkapan berikut ini: 3.1 ( x)(( ϵ > 0) x < ϵ = x = 0). 3.2 ( ϵ > 0)( N0 N )( N10 < ϵ). 3.3 ( M > 0)( x)(e x < M ). Tulislah dalam bentuk simbolisma logika 4. Tulislah definisi lim f = L untuk x c 5. Tulislah definisi lim f = L untuk x c 6. Tulislah definisi lim f = L untuk x c+ 7. Tulislah definisi fungsi f tidak mempunyai limit di x = c. 8. Tulislah definisi fungsi f mempunyai derifatif di x = c. 9. Tulislah definisi fungsi f kontinu di x = c. 10. Tulislah definisi fungsi f tidak kontinu x = c. 11. Paling banyak ada dua x dimana f tidak kontinu di x. 12. Fungsi f kontinu pada interval I. 13. Fungsi f mempunyai derivatif di setiap x I kecuali mungkin di c. 14. Tulislah definisi barisan {xi }i 1 konvergen, kemudian tentukan ingkarannya. 15. Tentukan nilai kebenaran dan beri alasan kalimat [( ε > 0)( δ > 0)( x xo < 0 f (x) fxo < ε)] f (xo ) ada 57 Tes Formatif V PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Topik Bahasan Hari/tanggal Waktu Sifat : KUANTOR : : 100 menit : Buku Tertutup Dosen : Budi S. 1. Tulislah kalimat berikut dalam simbolisma matemtika: 1.1. Terdapat tepat 3 bilangan asli yang bersifat P Fungsi f mempunyai limit di x = c Jika untuk setiap ϵ > 0 berlaku 0 x < ϵ, maka x = Untuk setiap bilangan real x dan y yang berbeda, terdapat bilangan bulat n dan k, sehingga n m

13 terletak di antara x dan y. 2. Tentukan bentuk ingkaran dari soal nomor 1, kemudian terjemahkan dalam kalimat sehari-hari. 3. Tentukan nilai kebenaran soal nomor 1(dan beri alasan): 3.1. Soal nomor 1.3 di atas ( x [0, 1))( y IR )(x2 + y 2 = 2xy). Kunci Jawaban Tes Formatif V 1. No ( L)( ϵ > 0)( δ > 0)( x Df )(0 < x c < δ f (x) L < ϵ) 2. No. 2 dan 3. Ingkaran 1.3 dalam kalimat sehari-hari adalah Untuk setiap untuk setiap ϵ > 0 berlaku 0 x < ϵ, tetapi x 0. Kalimat ini bernilai salah. 58 Komentar Dan Pengayaan 1. Materi topik ini dilengkapi dengan soal latihan yang cukup untuk memenuhi kommpetensi mahasiswa di bidang kuantor. Untuk kemampuan cukup mahasiswa harus bisa mengerjakan minimal 80% soal contoh dan latihan. 2. Sebagai pelengkap mahasiswa dapat penelusuran internet dengan kata kunci Mathematical Logic atau Agebraic Logic. Salah satu di antaranya Leibniz s Logic di situs 59

14

BAB III INDUKSI MATEMATIKA

BAB III INDUKSI MATEMATIKA 3.1 Pendahuluan BAB III INDUKSI MATEMATIKA Dalam bidang matematika tidak jarang ditemui pola-pola induktif yang melibatkan himpunan indeks berupa himpunan bilangan asli atau bulat seperti barisan atau

Lebih terperinci

KUANTOR (Minggu ke-7)

KUANTOR (Minggu ke-7) KUANTOR (Minggu ke-7) 1 4 Pendahuluan 1. Kuantor Universal: Untuk semua x berlaku atau Untuk setiap x berlaku. S P : Himpunan semua bilangan asli. 1. x > 1 merupakan kalimat terbuka 2. Untuk semua x berlakulah

Lebih terperinci

BAB III KUANTOR kuantor, 1. Kuantor Universal 3. Kuantor Eksistensial

BAB III KUANTOR kuantor, 1. Kuantor Universal 3. Kuantor Eksistensial BAB III KUANTOR Untuk mengubah kalimat tebuka menjadi kalimat deklaratif, selain dengan jalan mengganti variabel dengan konstanta, dapat juga dilakukan dengan menggunakan kuantor, yaitu dengan menggunakan

Lebih terperinci

KUANTOR KHUSUS (Minggu ke-8)

KUANTOR KHUSUS (Minggu ke-8) KUANTOR KHUSUS (Minggu ke-8) 1 4 Kuantor Jenis Lain Terdapatlah satu dan hanya satu x yang mempunyai sifat P. ( x)(p(x) ( y)(p(y) = y = x)) Terdapat x yang memenuhi sifat p dan untuk setiap y yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibicarakan rumus-rumus tautologi dan prinsip-prinsip pembuktian yang tidak saja digunakan di bidang matematika, tetapi

Lebih terperinci

Mahasiswa memahami kuantifikasi dan simbolisme logika. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan hubungan antara kuantor eksistensial dan kuantor

Mahasiswa memahami kuantifikasi dan simbolisme logika. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan hubungan antara kuantor eksistensial dan kuantor BAB II KUANTIFIKASI Tujun Instruksional Umum Mahasiswa memahami kuantifikasi dan simbolisme logika. Tujuan Instruksional Khusus 1) Mahasiswa dapat menggunakan kuantor 2) Mahasiswa dapat menyebutkan hubungan

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS REAL

PENGANTAR ANALISIS REAL Seri Analisis dan Geometri No. 1 (2009), -15 158 (173 hlm.) PENGANTAR ANALISIS REAL Oleh Hendra Gunawan Edisi Pertama Bandung, Januari 2009 2000 Dewey Classification: 515-xx. Kata Kunci: Analisis matematika,

Lebih terperinci

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Fungsi Peubah Banak Prof. Dr. Bambang Soedijono PENDAHULUAN D alam modul ini dibahas masalah Fungsi Peubah Banak. Dengan sendirina para pengguna modul ini dituntut telah menguasai pengertian mengenai

Lebih terperinci

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses. Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA Clara Ika Sari Budhayanti Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan baik di bidang aritmatika, aljabar, geometri dan pengukuran,

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL

BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL 8.1 Pendahuluan BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL Pada sistem bilangan bulat, bentuk persamaan yang melibatkan perkalian belum tentu memiliki solusi. Keadaan ini juga ditemui pada kasus pembagian sebuah

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 0/0. Akar-akar persamaan kuadrat x +ax - 40 adalah p dan q. Jika p - pq + q 8a, maka nilai a... A. -8 B. -4 C. 4 D. 6 E. 8 BAB III Persamaan

Lebih terperinci

BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL

BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL 8.1 Pendahuluan BAB VIII HIMPUNAN BILANGAN RASIONAL Pada sistem bilangan bulat, bentuk persamaan yang melibatkan perkalian belum tentu memiliki solusi. Keadaan ini juga ditemui pada kasus pembagian sebuah

Lebih terperinci

BAB V HIMPUNAN Pendahuluan

BAB V HIMPUNAN Pendahuluan BAB V HIMPUNAN 5.1. Pendahuluan Bab ini memuat materi tentang pengertian himpunan, operasi irisan, gabungan, komplemen, selisih dan simetri, dan aljabar himpunan yang meliputi sifat dan rumus-rumus. Selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas anugrah yang diberikan sehingga penulisan Buku Diktat yang dilengkapi dengan Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan

Lebih terperinci

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Akar Barisan a 1, a 2, a 3, a 4,... adalah susunan bilangan-bilangan real yang teratur, satu untuk setiap bilangan bulat positif. adalah fungsi yang

Lebih terperinci

BARISAN BILANGAN REAL

BARISAN BILANGAN REAL BAB 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut pola tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk:

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk: DERET TAK HINGGA Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk: u k = u 1 + u 2 + u 3 + + u k + Bilangan-bilangan u 1, u 2, u 3, disebut suku-suku dalam deret tersebut.

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA 1 I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA A. Pernyataan. Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus keduanya. Benar atau salahnya suatu pernyataan dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB Deret Tak Hingga Pada bagian ini akan dibicarakan penjumlahan berbentuk a +a 2 + +a n + dengan a n R Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pengertian barisan

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT May 26, 203 A Lecture Note Acknowledgement of Sources For all ideas taken from other sources (books, articles, internet), the source of the ideas is mentioned in the

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

CBT Psikotes CBT UN SMA IPA SBMPTN. FPM Matematika. Tes Buta Warna

CBT Psikotes CBT UN SMA IPA SBMPTN. FPM Matematika. Tes Buta Warna GENTA GROUP in PLAY STORE CBT UN SMA IPA Aplikasi CBT UN SMA IPA android dapat di download di play store dengan kata kunci genta group atau gunakan qr-code di bawah. CBT Psikotes Aplikasi CBT Psikotes

Lebih terperinci

KUANTOR SMTS 1101 / 3SKS LOGIKA MATEMATIKA. Disusun Oleh : Dra. Noeryanti, M.Si 31 MODUL LOGIKA MATEMATIKA

KUANTOR SMTS 1101 / 3SKS LOGIKA MATEMATIKA. Disusun Oleh : Dra. Noeryanti, M.Si 31 MODUL LOGIKA MATEMATIKA KUANTOR SMTS 1101 / 3SKS LOGIKA MATEMATIKA Disusun Oleh : Dra. Noeryanti, M.Si 31 DAFTAR ISI Cover pokok bahasan... 31 Daftar isi.... 3 Judul Pokok Bahasan... 33.1. Pengantar... 33.. Kompetensi... 33.3

Lebih terperinci

Modul ke: Logika Matematika. Proposisi & Kuantor. Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO. Program Studi SISTEM INFORMASI.

Modul ke: Logika Matematika. Proposisi & Kuantor. Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO. Program Studi SISTEM INFORMASI. Modul ke: 5 Logika Matematika Proposisi & Kuantor Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO Program Studi SISTEM INFORMASI http://www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Kalkulus Proposisi Konjungsi Disjungsi

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif

4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif Diferensial merupakan topik yang cukup 'baru' dalam matematika. Dimulai sekitar tahun 1630 an oleh Fermat ketika menghadapi masalah menentukan garis singgung kurva, dan juga masalah menentukan maksimum

Lebih terperinci

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik 16. BARISAN FUNGSI 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik Bila pada bab-bab sebelumnya kita membahas fungsi sebagai sebuah objek individual, maka pada bab ini dan selanjutnya kita akan

Lebih terperinci

1 INDUKSI MATEMATIKA

1 INDUKSI MATEMATIKA 1 INDUKSI MATEMATIKA Induksi Matematis Induksi matematis merupakan teknik pembuktian yang baku di dalam matematika. Melalui induksi matematis maka dapat mengurangi langkah-langkah pembuktian bahwa semua

Lebih terperinci

OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional)

OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) ocsz Pembahasan Soal OSN Guru 2012 OLIMPIADE SAINS NASIONAL KHUSUS GURU MATEMATIKA SMA OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) Disusun oleh: Pak Anang Halaman 2 dari 26 PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI MATEMATIKA Program Keahlian Akuntansi dan Penjualan PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG

Lebih terperinci

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun MA3231 Pengantar Analisis Real Semester II, Tahun 2016-2017 Hendra Gunawan, Ph.D. Tentang Mata Kuliah MA3231 Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi S1 Matematika, dengan

Lebih terperinci

Mahasiswa memahami kuantifikasi dan simbolisme logika. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan hubungan antara kuantor eksistensial dan kuantor

Mahasiswa memahami kuantifikasi dan simbolisme logika. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan hubungan antara kuantor eksistensial dan kuantor BAB II KUANTIFIKASI Tujun Instruksional Umum Mahasiswa memahami kuantifikasi dan simbolisme logika. Tujuan Instruksional Khusus 1) Mahasiswa dapat menggunakan kuantor 2) Mahasiswa dapat menyebutkan hubungan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL CONTOH SOAL CONTOH SOAL TENTUKAN JUMLAH DERET GEOMETRI TAK HINGGA BERIKUT

CONTOH SOAL CONTOH SOAL CONTOH SOAL TENTUKAN JUMLAH DERET GEOMETRI TAK HINGGA BERIKUT CONTOH SOAL CONTOH SOAL CONTOH SOAL TENTUKAN JUMLAH DERET GEOMETRI TAK HINGGA BERIKUT Contoh Soal 3.17 Tentukan jumlah deret geometri tak hingga berikut. 2 2 2 + + +... 3 9 Jawab: 1 Berdasarkan deret

Lebih terperinci

KALKULUS PREDIKAT KALIMAT BERKUANTOR

KALKULUS PREDIKAT KALIMAT BERKUANTOR 1 KALKULUS PREDIKAT KALIMAT BERKUANTOR A. PREDIKAT DAN KALIMAT BERKUANTOR Dalam tata bahasa, predikat menunjuk pada bagian kalimat yang memberi informasi tentang subjek. Dalam ilmu logika, kalimat-kalimat

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Latihan 1 1. A. NOTASI SIGMA 1. Pengertian Notasi Sigma Misalkan jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah S n = U 1 + U 2 + U 3 + + U

Lebih terperinci

PERNYATAAN MAJEMUK & NILAI KEBENARAN

PERNYATAAN MAJEMUK & NILAI KEBENARAN PERNYATAAN MAJEMUK & NILAI KEBENARAN 1. Pernyataan Majemuk Perhatikan pernyataan hari ini hujan dan aku berjalan-jalan. Pernyataan tersebut terdiri dari dua pernyataan pokok/tunggal (prime sentence), yaitu

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Budi Surodjo Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ -LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id Konsep Limit Fungsi mendasari pembentukan kalkulus dierensial dan integral. Konsep ini

Lebih terperinci

PERNYATAAN (PROPOSISI)

PERNYATAAN (PROPOSISI) Logika Gambaran Umum Logika : - Logika Pernyataan membicarakan tentang pernyataan tunggal dan kata hubungnya sehingga didapat kalimat majemuk yang berupa kalimat deklaratif. - Logika Predikat menelaah

Lebih terperinci

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 5 KUANTOR II: METODE MEMILIH (c) Hendra Gunawan (2015) 2 Masih Berurusan dengan Kuantor Sekarang kita akan membahas metode memilih,

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Untuk materi ini mempunyai 3 Kompetensi Dasar yaitu: Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar 2. Melakukan operasi

Lebih terperinci

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN Pertemuan ke-: 10, 11, dan 12 Penyusun : Kosim Rukmana Materi: Barisan Bilangan Real 7. Barisan dan Limit Barisan 6. Teorema Limit Barisan 7. Barisan Monoton URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN 7. Barisan dan

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

RPKPS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UGM

RPKPS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UGM RPKPS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UGM 1 Judul, Kode, SKS Pengantar Logika Matematika Dan Himpunan, MMM 1201, 3 SKS 2 Silabus Semesta Pembicaraan, Kalimat Deklaratif, Ingkaran

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA M A T E M A T I K A PROGRAM STUDI IPS PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan

Lebih terperinci

Dari contoh di atas fungsi yang tak diketahui dinyatakan dengan y dan dianggap

Dari contoh di atas fungsi yang tak diketahui dinyatakan dengan y dan dianggap BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persamaan Diferensial Definisi 2.1 Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat variabel bebas, variabel tak bebas, dan derivatif-derivatif

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN. Budi Surodjo

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN. Budi Surodjo RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Budi Surodjo Jurusan Matematika Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab BAB III PEMBAHASAN Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab C. Sub-bab A menjelaskan mengenai konsep dasar C[a, b] sebagai ruang vektor beserta contohnya. Sub-bab B

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008 Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008. Diketahui premis premis : () Jika hari hujan, maka udara dingin. (2) Jika udara dingin, maka ibu memakai baju hangat. (3) Ibu tidak memakai baju hangat

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk

Lebih terperinci

RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI. (Minggu ke-5 dan 6)

RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI. (Minggu ke-5 dan 6) RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI (Minggu ke-5 dan 6) 1 1 Rumus-rumus tautologi Rumus 1.1 (Komutatif) 1. p q q p 2. p q q p Bukti: p q p q q p T T T T T F F F F T F F F F F F 2 Rumus 1.2 (Distributif) 1. p (q r) (p

Lebih terperinci

KALIMAT DEKLARATIF (Minggu ke-1 dan 2)

KALIMAT DEKLARATIF (Minggu ke-1 dan 2) KALIMAT DEKLARATIF (Minggu ke-1 dan 2) 1 1 Kalimat Definisi 1.1 Kalimat dikatakan lengkap jika paling sedikit memuat subyek dan predikat. Contoh: 1. Toni makan L 2. Menulis buku TL 3. Setiap hari matahari

Lebih terperinci

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan 4 BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA JUMLAH PERTEMUAN : 5 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan kekonvergenan

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) LOGIKA MATEMATIKA Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X Created By Ita Yuliana 37 Logika Matematika Kompetensi

Lebih terperinci

PTI 206 Logika. Semester I 2007/2008. Ratna Wardani

PTI 206 Logika. Semester I 2007/2008. Ratna Wardani PTI 206 Logika Semester I 2007/2008 Ratna Wardani 1 Materi Logika Predikatif Fungsi proposisi Kuantor : Universal dan Eksistensial Kuantor bersusun 2 Logika Predikat Logika Predikat adalah perluasan dari

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

BAB III SUB BARISAN DAN TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRASS

BAB III SUB BARISAN DAN TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRASS BAB III SUB BARISAN DAN TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRASS Dalam bab ini akan kita bahas pengertian tentang sub barisan dari barisan bilangan real, yang lebih umum dibandingkan ekor suatu barisan, serta dapat

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

Uji Komptensi. 2. Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 100 dan 200 yang habis dibagi 5

Uji Komptensi. 2. Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 100 dan 200 yang habis dibagi 5 Uji Komptensi Barisan dan Deret "Aljabar Linear Elementer". Diketahui barisan 84,80,77,... Suku ke-n akan menjadi 0 bila n =... Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 00 dan 00 yang habis

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi

Lebih terperinci

Penulis Penelaah Materi Penyunting Bahasa Layout

Penulis Penelaah Materi Penyunting Bahasa Layout Penulis Clara Ika Sari Budhayanti Josef Tjahjo Baskoro Edy Ambar Roostanto Bitman Simanullang Penelaah Materi M. Syaifuddin Penyunting Bahasa Yumiati Layout Renaldo Rhesky N Kata Pengantar Pendidikan Jarak

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 LEMBAR SOAL

DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 LEMBAR SOAL DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI TAHUN PELAJARAN 0/0 LEMBAR SOAL Mata Pelajaran : Matematika Jenjang : SMA/MA Program Studi : IPA Hari/Tanggal : Jam : PETUNJUK UMUM. Isilah lembar jawaban tes uji coba Ujian

Lebih terperinci

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA)

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA) 22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA) NO. 1. Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkarannya, menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk serta menggunakan prinsip logika matematika dalam pemecahan

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK ALJABAR

BENTUK-BENTUK ALJABAR BENTUK-BENTUK ALJABAR (Pembelajaran Matematika SMP) Oleh : H. Karso FPMIPA UPI A. Kalimat Matematika dalam Bentuk Aljabar Serta Unsur-unsurnya Dalam pelajaran matematika pengertian kalimat matematika dibedakan

Lebih terperinci

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

PENALARAN DALAM MATEMATIKA PENALARAN DALAM MATEMATIKA A. PENDAHULUAN Siswa belajar dimulai dari mengamati contoh-contoh atau fenomena Dari informasi-informasi yang diperoleh secara khusus siswa mencoba melakukan generalisasi secara

Lebih terperinci

LIMIT DAN KEKONTINUAN

LIMIT DAN KEKONTINUAN LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen

Lebih terperinci

Bab 2 Fungsi Analitik

Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 ini direncanakan akan disampaikan dalam 4 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: () Pertemuan I: Fungsi Kompleks dan Pemetaan. (2) Pertemuan II: Limit Fungsi, Kekontiuan,

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Peng. Logika Matematika dan Himpunan Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Waktu : 120 menit Sifat : Buku Tertutup Dosen : Budi S.

Mata Kuliah : Peng. Logika Matematika dan Himpunan Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Waktu : 120 menit Sifat : Buku Tertutup Dosen : Budi S. Mata Kuliah : Peng. Logika Matematika dan Himpunan Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Waktu : 120 menit Sifat : Buku Tertutup Dosen : Budi S. 1. Tentukan jenis kalimat berikut. Kalimat tidak lengkap,

Lebih terperinci

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK Nama Siswa LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK : Kelas : KOMPETENSI DASAR: 3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis konsep nilai mutlak dalam persamaan dan pertidaksamaan serta

Lebih terperinci

BAB I LOGIKA MATEMATIKA

BAB I LOGIKA MATEMATIKA BAB I LOGIKA MATEMATIKA A. Ringkasan Materi 1. Pernyataan dan Bukan Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. (pernyataan disebut

Lebih terperinci

Pengantar : Induksi Matematika

Pengantar : Induksi Matematika Pengantar : Induksi Matematika Analisis Real /2 SKS/ Ega Gradini, M.Sc Induksi Matematika adalah cara standar dalam membuktikan bahwa sebuah pernyataan tertentu berlaku untuk setiap bilangan asli. Pembuktian

Lebih terperinci

TELAAH BAHAN BELAJAR MANDIRI Oleh Sufyani P. Hasil Telaah

TELAAH BAHAN BELAJAR MANDIRI Oleh Sufyani P. Hasil Telaah TELAAH BAHAN BELAJAR MANDIRI Oleh Sufyani P Nama Matakuliah: Logika Matematika. SKS : 2 Semester : 7 Penulis : Drs. Mujono, M.Pd. I. Tinjauan matakuliah: tidak ada Hasil Telaah II. Sajian Materi: a. Relevansi

Lebih terperinci

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si.

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si. LOGIKA MATEMATIKA Oleh NUR INSANI, M.SC Disadur dari BUDIHARTI, S.Si. Logika adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis kaidah-kaidah penalaran yang absah/valid. Ada dua macam penalaran, yaitu: penalaran

Lebih terperinci

Indikator : Menentukan penarikan kesimpulan dari beberapa premis. Modus Ponens Modus Tollens Silogisme

Indikator : Menentukan penarikan kesimpulan dari beberapa premis. Modus Ponens Modus Tollens Silogisme Indikator : Menentukan penarikan kesimpulan dari beberapa premis Modus Ponens Modus Tollens Silogisme p q p q p q p ~q q r q ~p p r Bentuk ekuivalen : p q ~q ~p p q ~p q Soal 1 : Diketahui premis : Premis

Lebih terperinci

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3)

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3) NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3) 1 1 Kata Penghubung Kalimat 1. Konjungsi: menggunakan kata penghubung: dan 2. Disjungsi: menggunakan kata penghubung: atau 3. Implikasi: menggunakan kata

Lebih terperinci

C34 MATEMATIKA. Pak Anang. Rabu, 18 April 2012 ( ) Pembahasan soal oleh

C34 MATEMATIKA. Pak Anang. Rabu, 18 April 2012 ( ) Pembahasan soal oleh DOKUMEN NEGARA C MATEMATIKA SMA/MA IPA MATEMATIKA SMA/MA IPA Pak Anang http://pakhttp://pak-anang.blogspot.com MATEMATIKA Rabu, 8 April 0 (08.00 0.00) A-MAT-ZD-M9-0/0 Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan-BALITBANG-KEMDIKBUD

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian

Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian Modul 1 Persamaan Diferensial: Pengertian, Asal Mula dan Penyelesaian Drs. Sardjono, S.U. M PENDAHULUAN odul 1 ini berisi uraian tentang persamaan diferensial, yang mencakup pengertian-pengertian dalam

Lebih terperinci

BAB I LOGIKA KALIMAT

BAB I LOGIKA KALIMAT BAB I LOGIKA KALIMA Dalam suatu pernyataan kalimat, baik verbal maupun dalam bentuk tulisan, sering muncul ketidak mengertian, kesalah tafsiran dan bahkan keslah pahaman oleh karena beberapa aspek yang

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan (Semester I Tahun 2011-2012) Analysis and Geometry Group, FMIPA-ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan August 8, 2011 Di sekolah menengah telah dipelajari apa yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 0 PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-90 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 0 PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-906 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-906 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 006/007 PANDUAN MATERI MATEMATIKA Kelompok Seni, Pariwisata, dan Teknologi Kerumahtanggaan PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA)

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) Disampaikan Pada MGMP Matematika SMA Provinsi Bengkulu Tahun Ajaran 2007/2008 Oleh: Supama Widyaiswara LPMP Bengkulu DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Matematika tidak dapat terlepas dalam kehidupan manusia sehari-hari, baik saat mempelajari matematika itu sendiri maupun mata kuliah lainnya. Mata kuliah Pengantar

Lebih terperinci

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use INTISARI KALKULUS 2 Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Program Studi Matematika - FMIPA Institut Teknologi Bandung Januari 200 Pengantar Kalkulus & 2 merupakan matakuliah wajib tingkat pertama bagi semua

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) 0 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KELAS : XII KELOMPOK : TEKNOLOGI, PERTANIAN DAN KESEHATAN BENTUK & JMl : PILIHAN GANDA = 35 DAN URAIAN = 5 WAKTU :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 0 PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.9 Sukoharjo Telp. 0-906 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP TAHUN PELAJARAN 0/0 Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci