BAB I LOGIKA KALIMAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I LOGIKA KALIMAT"

Transkripsi

1 BAB I LOGIKA KALIMA Dalam suatu pernyataan kalimat, baik verbal maupun dalam bentuk tulisan, sering muncul ketidak mengertian, kesalah tafsiran dan bahkan keslah pahaman oleh karena beberapa aspek yang terkandung dalam kalimat. Perbedaan tersebut terkait pengertian kalimat yang dipicu dengan perbedaan definisi mengenai sebagian, maupun keseluruhan kalimat. Secara fungsional dalam banyak kasus, hal ini memang disengaja, mengingat perbedaan kebutuhan masing-masing bidang ilmu terhadap konsep dan makna dasar pemakaian suatu kata dalam suatu kalimat.bahkan walaupun bahasa induknya sama, misalkan Bahasa Indonesia, dalam perkembangannya setiap bidang ilmu memiliki ciri-ciri tertentu terhadap pemakaian suatu kata atau kalimat. Bahasa sastra, dalam hal ini kalimat sastra berbeda dengan kalimat hokum maupun matematika. Sebagai contoh perhatikan contoh-contoh berikut: 1. Senja resah terapung 2. Dari masing-masing buku keluar akar 3. Barangsiapa meniru, memalsukan uang kertas dan/atau dengan sengaja menyimpan. Kalimat pertama merupakan jenis kalimat yangs sering kita jumpai dalam sastra, khsususnya puisi atau prosa. Secara sastra kalimat tersebut memuat beberapa gaya bahasa, yang menurut orang awam merupakan sesuatu yang sulit atau tidak bisa dimengerti. Diantaranya apa artinya senja resah?. Padahal senja bukan makhluk hidup. Senja merupakan peralihan waktu antara sore dan malam hari. Bagaimana dia bisa mempunyai perasaan?. Di sisi lain muncul pertanyaan bagaimana senja bisa terapung, karena pengertian terapung adalah kondisi obyek di dalam cairan dengan posisi tidak menyentuh dasar temapt cairan dan sebagian muncul di atas permukaan cairan tersebut. Bagaimana senja bisa seperti itu? Jika demikian, apakah definisi senja dalam kalimat tersebut? Masing-masing kata dalam kalimat trsebut secara partial maupun sebagai bagian integral dari kalimat mempunyai arti ganda (konotasi) yang berbeda dengan makna yang seharusnya. Senja bisa diartikan manusia lanjut usia, pemerintahan yang sedang diambang kehancuran atau keadaan senja itu sendiri. Hal ini memang disengaja oleh si

2 pembuat kalimat, agar si pemerhati kalimat mengartikan kalimat tersebut mengikuti imajinasi mereka masing-masing. Dari sinilah keindahan kata atau kalimat dalam lingkup bidang sastra, akan muncul. Pada kalimat kedua yang menjadi persoalan adalah arti kata buku. Buku mempunyai dua arti yaitu kitab, sesuatu yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas, atau ruas, baik tebu atau persendian. Jika kita mengartikan buku dalam kalimat tersebut sebagai kitab, maka kalimat tersebut menjadi tidak mempunyai arti. Demikian juga jika buku kita artikan sebagai persendian. Sangat aneh jika dari buku tangan bisa keluar akar. Kalimat di atas akan mempunyai arti jika buku mempunyai arti sebagai ruas tebu. Kalimat ketiga merupakan pernyataan yang dikutip dari lembaran uang kertas dan merupakan bahasa hokum. Kalimat P dan/atau Q dibaca P dan atau Q yang berarti bisa P saja atau Q saja yang dipenuhi. Hal ini dilakukan dengan menekankan dari apek ketepatan bahasa hokum. Sedangkan di bidang matematika dan bahasa percakapan secara umum, biasanya cukup digunakan kalimat P atau Q. 1.1 Semesta Pembicaraan Di bidang matematika, khususnya logika kalimat setiap kata atau kalimat harus mempunyai arti yang tunggal. idak boleh mempunyai konotasi yang berbeda antara satu pihak dengan pihak lainnya, sehingga setiap kata atau kalimat secara tepat dapat ditentukan apakah merupakan kalimat yang mempunyai arti, kalimat terbuka atau kalimat yang bisa ditentukan nilai kebenarannya. Walaupun suatu kalimat terdiri dari unsure-unsur subyek, predikat, obyek dan keterangan, tetapi dalam logika kalimat dipandang sebagai suatu kesatuan utuh yang tidak dianalisa berdasarkan unsure-unsurnya. Logika kalimat berperanan penting sebagai bahasa untuk memahami konsepkonsep matematika dan alat berpikir bagi para matematikawan. Salah satu unsure penting di dalam logika kalimat adalah semesta pembicaraan (universum/universe of discourse), yaitu himpunan semua obyek-obyek yang berada atau yang dibentangkan di dalam pembicaraan. Dalam percakapan sehari-hari biasanya semesta pembicaraan meliputi seluruh alam semesta, sehingga sangat mungkin muncul ketidak mengertian atau salah penafsiran. Sebagai contoh pada kalimat,

3 Dari masing-masing buku keluar akar Jika semesta pembicaraannya seluruh alam semesta dan buku diartikan denga kitab, kalimat tersebut bisa tidak memliki arti, jika akar diartikan sebagai bagian dari tumbuhan. Bisa juga memiliki arti, apabila yang dimaksud akar misalnya adalah ringkasan-ringkasan penting yang diturunkan dari buku tersebut. Namun jika semesta pembicaraan kita adalah tumbuhan, maka kalimat tersebut mempunyai arti dan tidak menutup kemungkinan sesuai dengan fakta yang terjadi. entu saja dalam kasus ini kita lebih memilih semestanya adalah tumbuhan. Untuk itu pada saat suatu ungkapan dinyatakan, sangat penting bagi kita untuk menentukan semesta pembicaraannya. Namun dalam percakapan sehari-hari hal ini seringkali tidak kita lakukan, walaupun dari kalimatnya sendiri seringkali dapat diperkirakan semesta pembicaraannya. Sebagai contoh perhatikan kalimat, Amir lebih kecil daripada setiap anggota Bisa diduga, bahwa semestanya terdiri dari orang-orang dan bukan bilangan atau fungsi. Oleh karena kondisi suatu kalimat mempunyai arti atau tidak, bernilai benar atau salah dapat ditentukan oleh semesta pembicaraannya, maka di dalam bidang matematika penentuan semesta pembicaraan harus kita lakukan pada saat suatu ungkapan dikemukakan. Contohnya adalah kalimat: Ada anggota yang lebih kecil daripada I. Jika semesta pembicaraan kalimat tersebut adalah R yaitu himpunan semua bilangan nyata, maka terhadap relasi lebih kecil yang lazim kita jumpai pada bilangan nyata, kalimat tersebut mempunyai arti. etapi jika semestanya himpunan semua bilangan kompleks, maka kalimat tersebut tidak mempunyai arti, kecuali pengertian lebih kecil telah didefinisikan. Selanjutnya jika semestanya R, pernyataan tersebut bernilai benar; dan jika semesta pembicaraannya himpunan semua bilangan asli, maka ungkapan tersebut bernilai salah. Latihan entukan semesta pembicaraannya agar persamaan x 2 x 2 = 0 mempunyai: 1.1. epat satu penyelesaian 1.2. epat dua penyelesaian 2. entukan semesta pembicaraannya agar persamaan x = 0 mempunyai penyelesaian.

4 3. Semesta pembicaraan himpunan semua bilangan nyata. Definisikan : bilangan bulat terbesar yang lebih kecil daripada : bilangan bulat terbesar yang lebih besar daripada entukan apakah kalimat-kalimat berikut benar atau salah: 3.1. Ada yang merupakan bilangan asli 3.2. Semua merupakan bilangan bulat tidak positif 3.3. Semua memenuhi 3.4. Ada yang memenuhi 1.2 Kalimat Deklaratif Suatu kalimat yang mengandung nilai salah atau benar dikatakan kalimat deklaratif. Benar pada kalimat artinya mempunyai persesuaian antara isi pernyataan dengan fakta yang sesungguhnya. Selanjutnya perhatikan ungkapan-ungkapan berikut ini; 1. Ya ampun 2. Bumi berputar pada porosnya 3. Presiden Indonesia dipilih setiap empat tahun sekali. 4. Carilah fakta untuk membuktikan, bahwa kesaksiannya bohong. 5. Selama ini bilangan 2 selalu hidup rukun dengan bilangan 3 6. Besok hujan atau tidak hujan Kalimat pertama merupakan kalimat seru (kata seru) yang mempunyai arti tetapi tidak mengandung nilai benar maupun salah; bahkan tidak memiliki struktur kalimat yang lengkap, yang minimal terdiri dari subyek dan predikat. Ungkapan ke-2 merupakan kalimat deklaratif yang bernilai benar, yaitu suatu fakta yang terjadi dalam ilmu bumi. Kalimat ke-3 merupakan kalimat deklaratif yang bernilai salah. Kalimat ke-2 dan ke-3 disebut faktual, karena untuk menentukan benar atau salahnya kita harus melihat fakta yang terjadi. Sedangkan kalimat ke-4 merupakan kalimat perintah yang mempunyai arti tetapi tidak memiliki nilai benar maupun salah, sehingga bukan merupakan kalimat deklaratif.

5 Latihan 1.2 entukan apakah kalimat-kalimat berikut ini merupakan kalimat yang mempunyai arti atau kalimat tanpa arti atau kalimat deklaratif. Jika deklaratif, tentukan merupakan kalimat faktual atau non faktual. 1. Semoga uhan mengabulkan permohonan 2. Apakah yang salah? 3. idak ada bilangan rasional yang lebih kecil dari semua bilangan bulat. 4. Bilangan 6 menghabiskan bilangan Bilangan asli yang memenuhi dan + 2 merupakan bilangan prima banyaknya tak berhingga. 6. Ada hari dimana manusia tidak membutuhkan air. 7. Setiap bilangan jika dikuadratkan hasilnya non-negatif. 8. Setiap bilangan pasti rasional atau irrasional. 1.3 Konstanta dan Variabel Untuk memahami pengertian konstanta mari kita perhatikan kalimat, Soekarno adalah salah seorang proklamator RI. Kata Soekarno dalam kalimat tersebut adalah nama dari seseorang yang pernah menjadi presiden RI pertama dan yang tercatat dalam buku sejarah. Dalam sejarah, dia merupakan salah satu (unsure tertentu) dari semesta pembicaraan yang terdiri dari orang-orang masa lalu. Pada kalimat tersebut kita membicarakan unsur tertentu dari semesta pembicaraan tanpa menghadirkan, bahkan tidak mungkin menghadirkan unsur tersebut, tetapi menggunakan lambangnya, yaitu Soekarno. Dalam hal ini Soekarno merupakan suatu konstanta. Definisi Lambang suatu anggota tertentu dari semesta pembicaraannya disebut konstanta. Sebagai contoh perhatikan kalimat-kalimat berikut ini: 1. Ani adalah mahasiswi angkatan 2004 yang paling pandai. 2. Lima puluh habis dibagi 5. Pada kalimat pertama, dengan semesta pembicaraan himpunan semua manusia, Ani merupakan lambing dari suatu unsur tertentu dari semestanya yang merupakan manusia dengan ciri-ciri tertentu. Jadi Ani merupakan konstanta. Demikian juga lima puluh dan 5 merupakan angka sebagai lambing dari bilangan-bilangan tetentu dalam

6 semesta pembicaraan berupa himpunan bilangan, sehingga mereka merupakan konstanta. Dalam kondisi tertentu seringkali kita juga membicarakan sebarang anggota dari semesta pembicaraan. Misalkan dalam kalimat, Anak-anak memerlukan makanan dan pendidikan Dengan semesta pembicaraan himpunan semua manusia, maka kata anak-anak dalam kalimat tersebut merupakan lambang dari sebarang anggota semestanya yang memiliki rentang usia tertentu, yang sebenarnya bukan rangkaian huruf, tetapi terdiri atas tangan, kaki, perasaan dan sebagainya. Definisi Lambang yang menjadi symbol dari sebarang anggota di dalam semesta pembicaraannya disebut variable. Lambang ini dapat berupa huruf, atau dan sebagainya. Semesta disebut daerah jelajah (range). Contoh Pernyataan, merupakan bilangan negative, Bukan merupakan kalimat deklaratif. Kalimat ini disebut kalimat terbuka, karena memuat variable bebas dan baru mempunyai nilai benar atau salah (menjadi deklaratif) jika dengan suatu unsur tertentu dari semestanya. Misalnya deiganti 5 atau -2, sehingga diperolah 1. Bilangan 5 merupakan bilangan negatif 2. Bilangan -2 merupakan bilangan negatif Kalimat pertama bernilai salah, sedangkan kalimat ke-2 bernilai benar. Contoh Jika semestanya himpunan semua bilangan nyata, maka kalimat: 1. merupakan kalimat terbuka 2. Untuk setiap pasangan dan jika <, maka terdapat yang memenuhi merupakan kalimat deklaratif dan bukan kalimat terbuka. Latihan 1.3 entukan apakah kalimat-kalimat berikut ini merupakan kalimat terbuka atau kalimat deklaratif. Jika kalimat deklaratif apakah bernilai benar atau salah. 1. Kalimat berikut semestanya himpunan semua manusia: 1.1. ono lebih tinggi daripada ini 1.2. Balita lebih rentan terhadap penyakit daripada lansia

7 1.3. Si lebih pandai daripada si. 2. Kalimat berikut semestanya himpunan semua bilangan nyata Kata Penghubung Seperti layaknya penggunaan kalimat dalam bidang lain, pada logika kalimat juga muncul penggabungan beberapa kalimat tunggal yang disangkai dengan menggunakan kata penghubung. 1. Konjungsi: Menggunakan kata penghubung: dan 2. Disjungsi: Menggunakan kata penghubung: atau 3. Implikasi: Menggunakan kata penghubung: jika..., maka Biimplikasi: Menggunakan kata penghubung: jika dan hanya jika Negasi, Konjungsi dan Disjungsi Suatu kalimat tidak jarang merupakan penyangkalan/ingkaran (negasi) dari suatu pernyataan lain, sebagaimana kalimat-kalimat berikut ini: Contoh idak benar Amir mahasiswa tertinggi di angkatannya. Negasi dari: Amir mahasiswa tertinggi di angkatannya. 2. Dia bukan mahasiswi terpandai. Negasi dari: Dia mahasiswi terpandai 3. idak ada bilangan nyata yang kuadratnya negatif. Negasi dari: Ada bilangan nyata yang kuadratnya negatif.

8 Jika merupakan suatu pernyataan, maka negasi dari dengan simbol adalah kalimat tidak benar tidaklah atau non Nilai kebenaran didefiniskan dengan tabel kebenaran: dengan berarti kalimat bernilai benar dan berarti kalimat bernilai salah. Dalam contoh misalkan adalah kalimat: Amir mahasiswa tertinggi di angkatannya, dan faktanya dia memang yang tertinggi di angkatannya, berarti bernilai ; sehingga kalimat ingkarannya, yaitu, idak benar Amir mahasiswa tertinggi di angkatannya, bernilai. Definisi Kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang dirangkai dengan kata penghubung dan disebut konjungsi. Di dalam logika kalimat kata dan diberi notasi dengan atau &. Contoh oni mahasiswa pandai dan kaya. erdiri atas kalimat tunggal: : = oni mahasiswa pandai, dan : = ono orang kaya. Dalam logika kalimat dapat ditulis dengan atau Jika dan!kalimat tunggal, maka nilai kebenaran didefinisikan sebagai berikut: " "

9 Berdasarkan tabel tersebut suatu konjungsi berniali benar jika setiap kalimat tunggal bernilai benar. Dalam contoh 1.4.3, jika faktanya oni mahasiswa kaya, tetapi IPKnya kurang dari 2, yang berarti dia tidak pandai, maka kalimat tersebut bernilai salah; atau si pembuat pernyataan dikatakan berbohong. Ungkapan yang benar untuk fakta ini adalah oni mahasiswa kaya, tetapi tidak pandai. Definisi Kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang dirangkai dengan kata penghubung atau disebut disjungsi. Di dalam logika kalimat kata atau diberi notasi dengan #. Contoh adalah bilangan primaatau habis dibagi 2. erdiri atas kalimat tunggal: $ = 13 adalah bilangan prima $= 13 adalah bilangan yang habis dibagi 2. Dalam logika kalimat dapat ditulis dengan # Jika dan! kalimat tunggal, maka nilai kebenaran # didefinisikan sebagai berikut: " # " Berdasarkan tabel tersebut suatu disfungsi bernilai benar jika salah suatu kalimat penyusunannya bernilai benar; atau dengan kata lain salah satu kalimat penyusunannya terjadi. Disjungsi akan bernilai salah jika masing-masing kalimat penyusunannya bernilai salah. Dalam contoh sesuai fakta, 13 adalah bilangan prima, berarti bernilai benar. walaupun pernyataan, yaitu 13 adalah bilangan yang habis dibagi 2, merupakan pernyataan yang salah, tetapi sesuai tabel kalimat # bernilai benar. Selain disjungsi inklusif, yaitu jika ada kalimat majemuknya bernilai benar (seperti di tabel di atas), dalam bidang matematika juga dikenal adanya disjungsi

10 eksklusif. Pernyataan %&%' yang merupakan disjungsi eksklusif diberi simbol dengan # dengan tabel kebenaran: " # " Jadi disjungsi eksklusif bernilai benar jika hanya tepat satu dari kalimat penyusunannya yang bernilai benar. Sebagai contoh dalam kalimat, ( lebih besar daripada 1 atau ( 1 0. Untuk setiap bilangan real ( hanya dapat berlaku salah satu Implikasi dan biimplikasi Implikasi (kondisional) adalah kalimat yang terdiri dari anteseden dan konsekuen yang di rangkai dengan, 1. Jika..., maka..., 2. Bila..., maka..., Kata bila juga dapat diganti dengan apabila. Di dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai kalimat yang berbentuk implikasi seperti berikut ini: 1. Jika kamu lolos UMPN, maka kamu akan dibelikan motor. 2. Jika hari hujan, maka suhu udara akan turun. 3. Bila badannya panas, maka vaksin itu sedang bekerja. Pada kalimat pertama, antesedennya adalah Kamu lolos UMPN dan kosekuennya adalah Kamu akan dibelikan motor. Kalimat ini merupakan suatu berjanji. Kalimat ke-2 antesedennya adalah Hari hujan dan konsekuennya adalah Suhu udara akan turun. Kalimat ini mempunyai hubungan sebab akibat. Sedangkan kalimat ke-3 merupakan suatu tanda. Dari contoh-contoh tersebut jelas terlihat, bahwa di dalam implikasi sehari-hari biasanya ada hubungan antara anteseden dan konsekuen. Hal ini berbeda dengan impilikasi material yang digunakan dalam logika kalimat, yaitu keharusan adanya hubungan antara anteseden dan konsekuen ditiadakan.

11 Di dalam logika kalimat kebenaran implikasi Jika ), maka yang diberi simbol dengan )* didefiniskan dengan tabel kebenaran, " * " Dari tabel terlihat, bahwa suatu implikasi bernilai benar jika: 1. Anteseden bernilai salah atau 2. Kosekuen bernilai benar. Contoh Di dalam teori bilangan berlaku sifat: Jika %+, maka %,+,. 1.1 Substitusi %= 1, + = 2 3 dan, = 4, diperoleh kalimat: Jika 1 = 2 3, maka 4 = ( 1)4 = (2 3)4 = 4 Karena sifat dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan anteseden dan konsekuen yang bernilai benar. Hal ini sesuai dengan baris ke-1 tabel kebenaran. 1.2 Substitusi %= 1, + = 2, dan,= 0, diperoleh kalimat: Jika 1 = 2, maka 0 = ( 1)0 = 2(0) = 0. Karena sifat di dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan anteseden salah tetapi konsekuen bernilai benar. Hal ini sesuai dengan baris ke-3 tabel kebenaran. 1.3 Substitusi %= 1, + = 2, dan,= 4, diperoleh kalimat: Jika 1 = 2, maka 4 = ( 1)4 = 2(4) = 8. Karena sifat di dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan anteseden dan konsekuen yang bernilai salah. hal ini sesuai dengan baris ke-4 tabel kebenaran. Implikasi )* yang dinyatakan sesuai fakta (bernilai benar) dapat diucapkan: 1. Jika ), maka, atau Bila ), maka atau bila ). 2. ) hanya jika atau ) hanya bila Karena jika tidak, berarti tidak terjadi atau dengan kata lain salah, maka pasti tidak ), yaitu ) bernilai salah.

12 - )merupakan syarat cukup untuk, Karena jika ) benar (terjadi) maka kondisi tersebut mencukupi untuk pasti terjadi. Dengan kata lain benar. merupakan syarat perlu untuk ), erjadinya merupakan suatu keharusan yang diperlukan agar ) terjadi. Karena jika tidak terjadi, maka ) pun tidak terjadi, walaupun dengan terjadinya tidak menjadi jaminan pasti terjadinya ). Agar ) pasti terjadi, selain terjadi mungkin diperlukan fakta lain. Contoh Jika 1 < (< 1, maka ( 2 > Syarat cukup agar dua buah sudut pada segitiga ABC mempunyai besar yang sama adalah ABC sama sisi. 3. Syarat perlu agar segitiga ABC sama sisi adalah dua buah sudutnya sama besar. Ketiga implikasi tersebut merupakan sifat di kalkulus dan geometri. Pada contoh ke-2 terlihat, bahwa dengan dipenuhinya kondisi segitiga ABC sama sisi, berakibat ketiga sudutnya sama besar pasti dipenuhi. Dengan kata lain kondisi ABC sama sisi sudah mencukupi terjadinya dua buah sudutnya sama besar, walaupun sesunggunhnya untuk membuat dua buah sudutnya sama tidak diperlukan ABC sama sisi. Pada contoh ke-3, agar segitiga ABC sama sisi, salah satu keharusan yang perlu dipenuhi adalah dua sudutnya sama besar, tetapi keadaan ini belum cukup untuk membuat ABC sama sisi. Dengan kata lain diperlukan syarat tambahan, misalnya sudut lainnya juga sama. Selanjutnya di dalam tabel berikut dapat dilihat bahwa nilai kebenaran A * B identik dengan # B. " * " # B

13 Definisi Kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal A dan B, yang ditulis dengan A. B disebut biimplikasi atau bikondisional. abel kebenaran biimplikasi adalah: " / " Dari tabel terlihat bahwa suatu biimplikasi bernilai benar jika kalimat-kalimat penyusunannya mempunyai nilai kebenaran yang sama; dan bernilai salah jika kalimatkalimat penyusunannya mempunyai nilai kebenaran yang berbeda. Biimplikasi A. B dibaca : 1. A jika dan hanya jika B 2. A menjadi syarat perlu dan cukup terjadinya B Hal ini didasarkan pada fakta bahwa tabel kebenaran biimplikasi identik dengan kolom terakhir tabel berikut. A B A * B B * A (A * B) (B * A) Dengan kata lain nilai logika dari biimplikasi A. sama dengan kalimat, (A * B) (B * A) Contoh jika dan hanya jika Sisi-sisi segitiga ABC sama panjang bila dan hanya bila sudut-sudutnya sama besar. Latihan entukan negasi dari kalimat berikut ini Amir mahasiswa terpandai di angkatannya.

14 bukan bilangan rasional Ada mahasiswa yang kaya dan mempunyai IPK 3, Setiap mahasiswa pernah bolos kuliah Ada bilangan nyata 0 yang memenuhi untuk setiap bilangan nyata A mahasiswa terpandai atau bilangan negatif Bilangan 0 lebih besar daripada 1 dan lebih kecil daripada Dari soal no 1 untuk masing-masing kalimat tentukanlah apakah merupakan kalimat terbuka atau kalimat deklaratif. entukan juga jenis kalimat negasinya apakah bernilai benar atau salah. 3. entukan apakah kalimat-kalimat berikut ini merupakan kalimat terbuka atau kalimat deklaratif. Jika kalimat deklaratif tentukan apakah bernilai benar atau salah Setiap hari manusia memerlukan makanan Sisi-sisi bujursangkar selalu sama panjang Dia guru yang baik bagi teman-temannya Bilangan nyata 0 selalu memenuhi atau Grafik fungsi dengan persamaan memotong sumbu 0 di dua titik yang berbeda dan mencapai minimum di 0 = Bilangan 0 memenuhi entukan nilai kebenaran dari implikasi berikut ini * * Pada geometri bidang: Jika garis 898 dan , maka : 8;;8- : 4.4. Pada geometri ruang: Jika garis 898 dan , maka : 8;;8- : 4.5. Jika amir lebih berat daripada Amin dan ani lebih ringan daripada Amin, maka Amin tidak sama berat dibanding amir Jika <=> <=>?@A B C <=> D@E C G, maka <=>?@A C%H%I%=&'G Semesta himpunan semua bilangan bulat: Jika J -K, maka J habis dibagi 3.

15 5. entukan nilai kebenaran dari biimplikasi berikut ini ;; 6 L / L # L garis 89Mjika dan hanya 8NM 5.3. O. # ungsi C kontinyu di 0Pjika dan hanya jika, i. CK ada, ii. <=>?@A C ada dan iii. C <=>?@A C 1.5 Ingkaran dari konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi. 1. Ingkaran konjungsi Q "Q adalah Q RRRRRRRRQ, " dengan tabel kebenaran sebagai berikut. " " RRRRRRRR " # "R "R erlihat bahwa nilai kebenaran dari Q RRRRRRRRQ " identik dengan # "R 2. Ingkaran disjungsi Q # "Q adalah Q RRRRRRRRQ ", dengan tabel kebenaran sebagai berikut. " # " RRRRRRRR " "R "R erlihat bahwa nilai kebenaran dari Q RRRRRRRRQ # " identik dengan "R. 3. Ingkaran implikasi Q * "Q adalah Q RRRRRRRRR, * " dengan tabel kebenaran sebagai berikut. " * " RRRRRRRRR * " "R "R

16 erlihat bahwa nilai kebenaran dari Q RRRRRRRRRQ * " identik dengan "R. 4. Ingkaran biimplikasi Q / "Q adalah Q RRRRRRRRRR, / " dengan tabel kebenaran sebagai berikut. " "R * " RRRRRRRRR * " " # " erlihat bahwa nilai kebenaran dari Q RRRRRRRRRRQ / " identik dengan "R # " Latihan 1.5 entukan ingkaran dari kalimat-kalimat di dalam Latihan 1.4, kemudian tentukan nilai kebenarannya. 1.6 Konvers, invers dan kontraposisi. Dari kalimat yang berbentuk implikasi Q * "Q dapat diturunkan bentuk-bentuk kalimat: 1. " * yang disebut konvers dari Q * " 2. * "R yang disebut invers dari Q * " 3. * "R yang disebut kontraposisi dari Q * " Nilai kebenaran kontraposisi sama dengan nilai kebenanaran implikasi awalnya. " * " * "R "R Contoh Kalimat: Jika hari hujan, maka jalanan basah. Kontraposisinya:

17 1.1. Jika tidak benar jalanan basah, maka tidak benar hari hujan Jika jalanan tidak basah, maka hari tidak hujan. 2. Kalimat: ;; * Kontraposisinya: S * ;; S Untuk semesta pembicaraan ekuivalen dengan 6* ;; 6 Sedangkan nilai kebenaran dari konvers dan invers tidak bisa ditentukan dari nilai kebenaran implikasi awalnya. Contoh Kalimat: Jika hari Minggu, maka kemarin hari Jum at Konversinya : Jika kemarin hari Jum at, maka besok hari Minggu Inversinya : Jika besok bukan hari Minggu, maka kemarin bukan hari Jum at Dalam kasus ini baik implikasi awal, maupun inversnya semua bernilai benar. 2. Diberikan semesta pembicaraannya Kalimat: 3 * Konversinya : 3 * Inversinya : U * U Implikasi soal bernilai benar, Konvers dan inversnya bernilai salah sebab untuk berlaku 3 tetapi. Latihan 1.6 entukan konvers, invers dan kontraposisi kalimat-kalimat di dalam Latihan 1.4 no. 3 kemudian tentukan nilai kebenarannya.

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3)

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3) NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3) 1 1 Kata Penghubung Kalimat 1. Konjungsi: menggunakan kata penghubung: dan 2. Disjungsi: menggunakan kata penghubung: atau 3. Implikasi: menggunakan kata

Lebih terperinci

KALIMAT DEKLARATIF (Minggu ke-1 dan 2)

KALIMAT DEKLARATIF (Minggu ke-1 dan 2) KALIMAT DEKLARATIF (Minggu ke-1 dan 2) 1 1 Kalimat Definisi 1.1 Kalimat dikatakan lengkap jika paling sedikit memuat subyek dan predikat. Contoh: 1. Toni makan L 2. Menulis buku TL 3. Setiap hari matahari

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Budi Surodjo Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I LOGIKA MATEMATIKA

BAB I LOGIKA MATEMATIKA BAB I LOGIKA MATEMATIKA A. Ringkasan Materi 1. Pernyataan dan Bukan Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. (pernyataan disebut

Lebih terperinci

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si.

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si. LOGIKA MATEMATIKA Oleh NUR INSANI, M.SC Disadur dari BUDIHARTI, S.Si. Logika adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis kaidah-kaidah penalaran yang absah/valid. Ada dua macam penalaran, yaitu: penalaran

Lebih terperinci

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibicarakan rumus-rumus tautologi dan prinsip-prinsip pembuktian yang tidak saja digunakan di bidang matematika, tetapi

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA)

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) Disampaikan Pada MGMP Matematika SMA Provinsi Bengkulu Tahun Ajaran 2007/2008 Oleh: Supama Widyaiswara LPMP Bengkulu DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA. Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks

KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA. Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks Agenda 2 Pengantar Logika Kalimat pernyataan (deklaratif) Jenis-jenis pernyataan Nilai kebenaran Variabel dan konstanta Kalimat

Lebih terperinci

Logika. Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si.

Logika. Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si. Logika Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si. Logika Matematika Kalimat Terbuka dan Tertutup Kalimat terbuka adalah kalimat yang tidak mengandung nilai kebenaran Contoh: Semoga kamu

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR LOGIKA

BAB I DASAR-DASAR LOGIKA BAB I DASAR-DASAR LOGIKA 11 Pendahuluan Logika adalah suatu displin yang berhubungan dengan metode berpikir Pada tingkat dasar, logika memberikan aturan-aturan dan teknik-teknik untuk menentukan apakah

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA. Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom

LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA. Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom Pendahuluan Untuk menemukan suatu gagasan baru dari informasi dan gagasan yang telah ada, diperlukan proses berpikir. Proses ini dikenal

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB I TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN

BAB I TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN BAB I TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN Pada bab ini akan dibicarakan rumus-rumus tautologi dan prinsip-prinsip pembuktian yang tidak saja digunakan di bidang matematika, tetapi juga dapat diterapkan

Lebih terperinci

Logika Matematika. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI

Logika Matematika. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI Logika Matematika 1. Pengertian Logika 2. Pernyataan Matematika 3. Nilai Kebenaran 4. Operasi Uner 5. Operasi Biner 6. Tabel kebenaran Pernyataan 7. Tautologi, Kontradiksi dan Kontingen 8. Pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Materi Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : X / 2 Pertemuan ke : 1,2 Alokasi Waktu : 5 x 45 menit Standar Kompetensi : Menerapkan logika matematika dalam pemecahan

Lebih terperinci

PERNYATAAN MAJEMUK & NILAI KEBENARAN

PERNYATAAN MAJEMUK & NILAI KEBENARAN PERNYATAAN MAJEMUK & NILAI KEBENARAN 1. Pernyataan Majemuk Perhatikan pernyataan hari ini hujan dan aku berjalan-jalan. Pernyataan tersebut terdiri dari dua pernyataan pokok/tunggal (prime sentence), yaitu

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA Logika Perhatikan argumen di bawah ini: Jika anda mahasiswa Informatika maka anda tidak sulit belajar Bahasa Java. Jika anda tidak suka begadang maka anda bukan mahasiswa Informatika.

Lebih terperinci

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses. Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA Clara Ika Sari Budhayanti Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan baik di bidang aritmatika, aljabar, geometri dan pengukuran,

Lebih terperinci

Matematika Industri I

Matematika Industri I LOGIKA MATEMATIKA TIP FTP - UB Pokok Bahasan Proposisi dan negasinya Nilai kebenaran dari proposisi Tautologi Ekuivalen Kontradiksi Kuantor Validitas pembuktian Pokok Bahasan Proposisi dan negasinya Nilai

Lebih terperinci

Logika. Modul 1 PENDAHULUAN

Logika. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Logika Drs. Sukirman, M.Pd. L PENDAHULUAN ogika merupakan salah satu bidang ilmu yang mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penarikan kesimpulan yang absah, baik yang bersifat deduktif

Lebih terperinci

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/SKS Program Studi Semester Dosen Pengampu : Matematika Diskrit : MAT-3615/ 3 sks : Pendidikan Matematika : VI (Enam) : Nego Linuhung, M.Pd /Nurain Suryadinata, M.Pd Referensi

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) LOGIKA MATEMATIKA Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X Created By Ita Yuliana 37 Logika Matematika Kompetensi

Lebih terperinci

RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI. (Minggu ke-5 dan 6)

RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI. (Minggu ke-5 dan 6) RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI (Minggu ke-5 dan 6) 1 1 Rumus-rumus tautologi Rumus 1.1 (Komutatif) 1. p q q p 2. p q q p Bukti: p q p q q p T T T T T F F F F T F F F F F F 2 Rumus 1.2 (Distributif) 1. p (q r) (p

Lebih terperinci

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012 Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah September 26, 2012 yang diharapkan Dasar: Menggunakan logika matematika. Indikator Esensial: 1 Mengidentifikasi suatu tautologi 2 Menentukan ingkaran suatu pernyataan

Lebih terperinci

LOGIKA Matematika Industri I

LOGIKA Matematika Industri I LOGIKA TIP FTP UB Pokok Bahasan Pengertian Logika Pernyataan Matematika Nilai Kebenaran Operasi Uner Operasi Biner Tabel kebenaran Pernyataan Tautologi, Kontradiksi dan Kontingen Pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN

LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN Logika adalah dasar dan alat berpikir yang logis dalam matematika dan pelajaran-pelajaran lainnya, sehingga dapat membantu dan memberikan bekal tambahan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB III KUANTOR kuantor, 1. Kuantor Universal 3. Kuantor Eksistensial

BAB III KUANTOR kuantor, 1. Kuantor Universal 3. Kuantor Eksistensial BAB III KUANTOR Untuk mengubah kalimat tebuka menjadi kalimat deklaratif, selain dengan jalan mengganti variabel dengan konstanta, dapat juga dilakukan dengan menggunakan kuantor, yaitu dengan menggunakan

Lebih terperinci

LOGIKA. Arum Handini Primandari

LOGIKA. Arum Handini Primandari LOGIKA Arum Handini Primandari LOGIKA MATEMATIKA KALIMAT TERBUKA DAN TERTUTUP Kalimat terbuka adalah kalimat yang tidak mengandung nilai kebenaran Contoh: Apakah kamu tahu pencipta lagu PPAP? Semoga ujian

Lebih terperinci

Silabus. Tugas individu, tugas kelompok, kuis.

Silabus. Tugas individu, tugas kelompok, kuis. Silabus Nama Sekolah : SMK Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Program : X / TEKNOLOGI, KESEHATAN, DAN PERTANIAN Semester : GANJIL Sandar Kompetensi: 1. Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi

Lebih terperinci

PENGERTIAN. Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak keduanya. Nama lain proposisi: kalimat terbuka.

PENGERTIAN. Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak keduanya. Nama lain proposisi: kalimat terbuka. BAB 2 LOGIKA PENGERTIAN Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Proposisi Kalimat deklaratif yang

Lebih terperinci

RUMUS LOGIKA MATEMATIKA DAN TABEL KEBENARAN

RUMUS LOGIKA MATEMATIKA DAN TABEL KEBENARAN RUMUS LOGIKA MATEMATIKA DAN TABEL KEBENARAN Updated by Admin of Bahan Belajar Logika matematika merupakan salah satu materi pelajaran matematika dan cabang logika yang mengandung kajian matematis logika.

Lebih terperinci

Modul ke: Logika Matematika. Proposisi & Kuantor. Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO. Program Studi SISTEM INFORMASI.

Modul ke: Logika Matematika. Proposisi & Kuantor. Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO. Program Studi SISTEM INFORMASI. Modul ke: 5 Logika Matematika Proposisi & Kuantor Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO Program Studi SISTEM INFORMASI http://www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Kalkulus Proposisi Konjungsi Disjungsi

Lebih terperinci

Jadi penting itu baik, tapi jadi baik jauh lebih penting

Jadi penting itu baik, tapi jadi baik jauh lebih penting LOGIKA MATEMATIKA Logika Matematika - Pernyataan, Nilai Kebenaran, dan Kalimat Terbuka - Pernyataan Majemuk - Konvers, Invers, dan Kontraposisi - Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial - Ingkaran dari

Lebih terperinci

LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan

LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan (statements). Proposisi kalimat deklaratif yang bernilai benar (true)

Lebih terperinci

PERNYATAAN (PROPOSISI)

PERNYATAAN (PROPOSISI) Logika Gambaran Umum Logika : - Logika Pernyataan membicarakan tentang pernyataan tunggal dan kata hubungnya sehingga didapat kalimat majemuk yang berupa kalimat deklaratif. - Logika Predikat menelaah

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) SMK DIPONEGORO LEBAKSIU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) SMK DIPONEGORO LEBAKSIU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Kompetensi Keahlian : TKR dan Farmasi Kelas : X Semester : 1 ANALISIS KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL () SMK DIPONEGORO LEBAKSIU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Memecahkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 F T T F T F T F

PERTEMUAN KE 3 F T T F T F T F PEREMUAN KE 3 E. DISJUNGSI EKSLUSI (Exclusive OR) Misalkan p dan q adalah proposisi. Exclusive or p dan q, dinyatakan dengan notasi, adalah proposisi yang bernilai benar bila hanya salah satu dari p dan

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT. Logika

MATEMATIKA DISKRIT. Logika MATEMATIKA DISKRIT Logika SILABUS KULIAH 1. Logika 2. Himpunan 3. Matriks, Relasi dan Fungsi 4. Induksi Matematika 5. Algoritma dan Bilangan Bulat 6. Aljabar Boolean 7. Graf 8. Pohon REFERENSI Rinaldi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGEMBANGAN SILABUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENGEMBANGAN SILABUS TAHUN PELAJARAN 01/013 NAMA SEKOLAH : SMK DIPONEGORO LEBAKSIU MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KELAS / SEMESTER : X / 1 STANDAR KOMPETENSI : MEMECAHKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN KONSEP OPERASI

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA. Pertemuan 2 Matematika Diskrit

DASAR-DASAR LOGIKA. Pertemuan 2 Matematika Diskrit DASAR-DASAR LOGIKA Pertemuan 2 Matematika Diskrit 25-2-2013 Materi Pembelajaran 1. Kalimat Deklaratif 2. Penghubung kalimat 3. Tautologi dan Kontradiksi 4. Konvers, Invers, dan Kontraposisi 5. Inferensi

Lebih terperinci

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Oleh : Markus Yuniarto, S.Si Tahun Pelajaran 2014 2015 SMA Santa Angela Jl. Merdeka No. 24 Bandung LOGIKA MATEMATIKA A. Standar Kompetensi : Menggunakan

Lebih terperinci

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements).

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Logika (logic) 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai

Lebih terperinci

LOGIKA. Kegiatan Belajar Mengajar 1

LOGIKA. Kegiatan Belajar Mengajar 1 Kegiatan elajar Mengajar 1 LOGIKA Zainuddin Akina Kegiatan belajar mengajar 1 ini akan membahas tentang logika. esuai dengan kebutuhan maka kegiatan belajar mengajar 1 ini mencakup dua pokok bahasan, yaitu

Lebih terperinci

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA 1 I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA A. Pernyataan. Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus keduanya. Benar atau salahnya suatu pernyataan dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS X ( 1 ) SEMESTER I

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS X ( 1 ) SEMESTER I KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS X ( 1 ) SEMESTER I KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN: MATEMATIKA Sekolah : SMA/MA... Kelas : X Semester : I (SATU) KKM

Lebih terperinci

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA

Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA Modul Ilmu Mantiq/Logika Dosen: Ahmad Taufiq MA C. PROPOSISI Unsur Dasar Proposisi Proposisi kategorik adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan 2 term sebagai subjek dan predikat serta dapat

Lebih terperinci

Selamat datang di Perkuliahan LOGIKA MATEMATIKA Logika Matematika Teori Himpunan Teori fungsi

Selamat datang di Perkuliahan LOGIKA MATEMATIKA Logika Matematika Teori Himpunan Teori fungsi Selamat datang di Perkuliahan LOGIKA MAEMAIKA Logika Matematika eori Himpunan eori fungsi Dosen : Dr. Julan HERNADI PUSAKA : Kenneth H Rossen, Discrete mathematics and its applications, fifth edition.

Lebih terperinci

B. Proposisi (Pernyataan) yaitu kalimat yang mempunyai nilai salah atau benar tetapi tidak sekaligus keduanya

B. Proposisi (Pernyataan) yaitu kalimat yang mempunyai nilai salah atau benar tetapi tidak sekaligus keduanya A. emesta Pembicaraan yaitu himpunan semua objek yang dibicarakan a. 1 + 1 = 2 Jika semesta pembicaraannya adalah himpunan bilangan bulat, himpunan bilangan cacah, himpunan bilangan asli. b. x 2 1 = 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Apa sajakah hukum-hukum logika dalam matematika? b. Apa itu preposisi bersyarat?

BAB I PENDAHULUAN. a. Apa sajakah hukum-hukum logika dalam matematika? b. Apa itu preposisi bersyarat? BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara etimologi, istilah Logika berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga ilmu pengetahuan. Dalam arti

Lebih terperinci

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA 1 BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA DI SUSUN OLEH : DRS. ABD. SALAM,MM KELAS X BM & PAR SMK NEGERI 1 SURABAYA LOGIKA MATEMATIKA Standar Kompetensi : Menerapkan logika matematika dalam pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB 4 PROPOSISI. 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran

BAB 4 PROPOSISI. 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran BAB 4 PROPOSISI 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran Ilmu logika adalah berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-argumen) dan hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memberikan

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B LOGIKA MATEMATIKA A. Pernyataan, kalimat terbuka, dan ingkaran pernyataan. 1. Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mengandung nilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus kedua-duanya. a. Hasil kali

Lebih terperinci

KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR 2014

KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR 2014 LKS SMK 214 Bidang : Matematika Teknologi KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR 214 1 Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep aljabar memaham, mengaplikasikan, menganalisai

Lebih terperinci

B. Proposisi (Pernyataan) yaitu kalimat yang mempunyai nilai salah atau benar tetapi tidak sekaligus keduanya

B. Proposisi (Pernyataan) yaitu kalimat yang mempunyai nilai salah atau benar tetapi tidak sekaligus keduanya A. emesta Pembicaraan yaitu himpunan semua objek yang dibicarakan a. 1 + 1 = 2 Jika semesta pembicaraannya adalah himpunan bilangan bulat, himpunan bilangan cacah, himpunan bilangan asli. b. x 2 1 = 0

Lebih terperinci

Materi 4: Logika. I Nyoman Kusuma Wardana. STMIK STIKOM Bali

Materi 4: Logika. I Nyoman Kusuma Wardana. STMIK STIKOM Bali Materi 4: Logika I Nyoman Kusuma Wardana STMIK STIKOM Bali Logika merupakan dasar dr semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan-pernyataan (statements). Dalam Logika

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS REAL

PENGANTAR ANALISIS REAL Seri Analisis dan Geometri No. 1 (2009), -15 158 (173 hlm.) PENGANTAR ANALISIS REAL Oleh Hendra Gunawan Edisi Pertama Bandung, Januari 2009 2000 Dewey Classification: 515-xx. Kata Kunci: Analisis matematika,

Lebih terperinci

NAMA LAMBANG KATA PERNYATAAN LOGIKANYA PENGHUBUNG

NAMA LAMBANG KATA PERNYATAAN LOGIKANYA PENGHUBUNG LOGIKA MATEMATIKA A. PERNYATAAN DAN KALIMAT TERBUKA Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar dan salah). 1. Gadis itu cantik. 2. Bersihkan lantai itu. 3. Pernyataan/kalimat

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1

Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1 2. ALJABAR LOGIKA 2.1 Pernyataan / Proposisi Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai kebenaran (benar atau salah), tetapi tidak keduanya. Contoh 1 : P = Tadi malam BBM mulai naik (memiliki

Lebih terperinci

- Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat

- Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat LOGIKA Tujuan umum : - Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat Tujuan Khusus: - mahasiswa diharapkan dapat : 1. memahami pengertian proposisi,

Lebih terperinci

MODUL LOGIKA MATEMATIKA

MODUL LOGIKA MATEMATIKA PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODUL LOGIKA MATEMATIKA AUTHOR: Navel Mangelep UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA KATA PENGANTAR Salah satu penunjang

Lebih terperinci

1.3 Pembuktian Tautologi dan Kontradiksi. Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi

1.3 Pembuktian Tautologi dan Kontradiksi. Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi 1.3 Pembuktian 1.3.1 Tautologi dan Kontradiksi Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi yang membentuknya disebut toutologi, sedangkan proposisi yang selalu bernilai salah

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT Penulis : Nelly Indriani Widiastuti S.Si., M.T. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011 DAFTAR ISI Daftar Isi. 2 Bab 1 LOGIKA

Lebih terperinci

Logika Proposisi 1. Definisi 1. (Proposisi) Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya sekaligus.

Logika Proposisi 1. Definisi 1. (Proposisi) Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya sekaligus. Logika Proposisi 1 I. Logika Proposisi Logika adalah bagian dari matematika, tetapi pada saat yang sama juga merupakan bahasa matematika. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ada kepercayaan bahwa

Lebih terperinci

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT TUJUAN : MATEMATIKA : Melatih berfikir dan bernalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktifitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide/gagasan

Lebih terperinci

LOGIKA PROPOSISI 3.1 Proposisi logika proposisional. Contoh : tautologi yaitu proposisi-proposisi yang nilainya selalu benar. Contoh 3.

LOGIKA PROPOSISI 3.1 Proposisi logika proposisional. Contoh : tautologi yaitu proposisi-proposisi yang nilainya selalu benar. Contoh 3. LOGIKA PROPOSISI 3.1 Proposisi Proposisi adalah suatu pernyataan yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari sebuah kalimat disebut nilai kebenarannya.

Lebih terperinci

LOGIKA. Logika Nilai kebenaran pernyataan majemuk Ingkaran suatu pernyataan Penarikan kesimpulan. A. Pernyataan, Kalimat Terbuka, Ingkaran.

LOGIKA. Logika Nilai kebenaran pernyataan majemuk Ingkaran suatu pernyataan Penarikan kesimpulan. A. Pernyataan, Kalimat Terbuka, Ingkaran. LOGIKA Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkarannya, menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk, serta mampu menggunakan prinsip logika matematika dalam pemecahan

Lebih terperinci

PENALARAN DEDUKTIF. Pernyataan generalisasi (premis mayor) : Seseorang boleh mengendarai kendaraan bermotor jika ia mempunyai SIM.

PENALARAN DEDUKTIF. Pernyataan generalisasi (premis mayor) : Seseorang boleh mengendarai kendaraan bermotor jika ia mempunyai SIM. PENALARAN DEDUKTIF Berbeda dengan penalaran induktif, penalaran deduktif berlangsung dari hal yang umum dan diturunkan pada hal-hal yang khusus. Dalam penalaran deduktif tidak menerima generalisasi dari

Lebih terperinci

PROPOSISI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1

PROPOSISI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1 PROPOSISI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan (statements). Proposisi Pernyataan atau kalimat

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Terima kasih atas kesediaan Bapak atau Ibu guru yang menggunakan buku Matematika Aplikasi SMA Kelas X XII. Hormat kami, Tim Penyusun

Kata Pengantar. Terima kasih atas kesediaan Bapak atau Ibu guru yang menggunakan buku Matematika Aplikasi SMA Kelas X XII. Hormat kami, Tim Penyusun Kata Pengantar Perjalanan panjang proses penilaian buku Matematika SMA oleh Pusat Perbukuan dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Departemen Pendidikan Nasional telah usai bersamaan dengan diterbitkannya

Lebih terperinci

Konvers, Invers dan Kontraposisi

Konvers, Invers dan Kontraposisi MODUL 5 Konvers, Invers dan Kontraposisi Represented by : Firmansyah,.Kom A. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMELAJARAN 1. Tema Konvers, Invers dan Kontraposisi 2. Fokus Pembahasan Materi Pokok 1. Konvers, invers

Lebih terperinci

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

PENALARAN DALAM MATEMATIKA PENALARAN DALAM MATEMATIKA A. PENDAHULUAN Siswa belajar dimulai dari mengamati contoh-contoh atau fenomena Dari informasi-informasi yang diperoleh secara khusus siswa mencoba melakukan generalisasi secara

Lebih terperinci

51. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

51. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. 51. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang

Lebih terperinci

Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan Tahun Ajaran 2013/2014 Logika Klasik Matematika Diskret (TKE132107) - Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan (Semester I Tahun 2011-2012) Analysis and Geometry Group, FMIPA-ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan August 8, 2011 Di sekolah menengah telah dipelajari apa yang

Lebih terperinci

BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA

BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA A 6 LOGIKA MATEMATIKA A RINGKAAN MATERI 1. Pengertian Logika adalah suatu metode yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran (bentuk pemikiran yang masuk akal). Pernyataan adalah kalimat yang hanya

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 TABEL KEBENARAN DADANG MULYANA. TABEL KEBENARAN (TB) digunakan untuk menyajikan hubungan antara nilai kebenaran sejumlah proposisi.

PERTEMUAN 2 TABEL KEBENARAN DADANG MULYANA. TABEL KEBENARAN (TB) digunakan untuk menyajikan hubungan antara nilai kebenaran sejumlah proposisi. PEREMUAN 2 ABEL KEBENARAN DADANG MULYANA ABEL KEBENARAN (B) digunakan untuk menyajikan hubungan antara nilai kebenaran sejumlah proposisi. ABEL 1 : B untuk proposisi dan negasinya p p MASALAH LOGIKA 1

Lebih terperinci

BAB 2 PENGANTAR LOGIKA PROPOSISIONAL

BAB 2 PENGANTAR LOGIKA PROPOSISIONAL BAB 2 PENGANTAR LOGIKA PROPOSISIONAL 1. Pendahuluan Dilihat dari bentuk struktur kalimatnya, suatu pernyataan akan memiliki bentuk susunan minimal terdiri dari subjek diikuti predikat kemudian dapat diikuti

Lebih terperinci

Dasar Logika Matematika

Dasar Logika Matematika Dasar Logika Matematika Pertemuan 1: Brainstorming Perhatikan kedudukan himpunan titik-titik yang berderet kemudian tentukan himpunan titik-titik berikutnya sesuai dengan pola.? Pengantar Dasar Logika

Lebih terperinci

A. Pengertian Logika B. Pernyataan C. Nilai Kebenaran

A. Pengertian Logika B. Pernyataan C. Nilai Kebenaran HAND OUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah : Pengantar Dasar Matematika ub Materi : Pernyataan, Konjungsi, Disjungsi, Implikasi, iimplikasi Pertemuan : 1 URAIAN POKOK PERKULIAHAN LOGIKA A. Pengertian Logika

Lebih terperinci

BAB IV LOGIKA A. Pernyataan B. Operasi uner

BAB IV LOGIKA A. Pernyataan B. Operasi uner BAB IV LOGIKA A. Pernyataan Pernyataan adalah kalimat matematika tertutup yang benar atau yang salah, tetapi tidak kedua-duanya pada saat yang bersamaan. Pernyataan biasa dilambangkan dengan p, q, r,...

Lebih terperinci

Pertemuan 2. Proposisi Bersyarat

Pertemuan 2. Proposisi Bersyarat Pertemuan 2 Proposisi ersyarat Proposisi ersyarat Definisi 4 Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk jika p, maka q disebut proposisi bersyarat (implikasi dan dilambangkan dengan p q Proposisi

Lebih terperinci

PERTEMUAN Logika Matematika

PERTEMUAN Logika Matematika 1-1 PERTEMUAN 1 Nama Mata Kuliah : Matematika Diskrit ( 3 SKS) Nama Dosen Pengampu : Dr. Suparman E-mail : matdis@netcourrier.com HP : 081328201198 Judul Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran : 1. Logika Matematika

Lebih terperinci

Paket Rumus Matematika Dasar

Paket Rumus Matematika Dasar 1 2 Paket Rumus Matematika Dasar (Bilangan dan Perbandingan, Deret Matematika, Himpunan dan Peluang, Bangun Datar dan Bangun Ruang) Bilangan Bilangan asli (A) A = {1,2,3,4, } Himpunan bagian A antara lain:

Lebih terperinci

B. Tujuan Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

B. Tujuan Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 49. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Seni, Pariwisata, Sosial, Administrasi Perkantoran, dan Teknologi Kerumahtanggaan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III INDUKSI MATEMATIKA

BAB III INDUKSI MATEMATIKA 3.1 Pendahuluan BAB III INDUKSI MATEMATIKA Dalam bidang matematika tidak jarang ditemui pola-pola induktif yang melibatkan himpunan indeks berupa himpunan bilangan asli atau bulat seperti barisan atau

Lebih terperinci

Aljabar Bentuk Pernyataan

Aljabar Bentuk Pernyataan Modul 1 Aljabar Bentuk Pernyataan Prof. R. Soemantri B PENDAHULUAN ahasa adalah suatu bentuk pengungkapan yang sangat kompleks dan fleksibel. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan emosi yang sangat

Lebih terperinci

p q p? q (p? q) -p -q (1) (2) (3) (4) (5) (6) B B B S S S B S S B S B S B S B B S S S B B B B B S S ( - p? - q ) B S (p? q) S

p q p? q (p? q) -p -q (1) (2) (3) (4) (5) (6) B B B S S S B S S B S B S B S B B S S S B B B B B S S ( - p? - q ) B S (p? q) S MAT. 02. Logika i Kode MAT.02 Logika p q p? q (p? q) -p -q (1) (2) (3) (4) (5) (6) B B B S S S B S S B S B S B S B B S S S B B B (p? q)? ( - p? - q ) B B S S ( - p? - q ) B S (p? q) S BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1. PERNYATAAN PENGHUBUNG PERNYATAAN A.Jerry W Jeki C.S. jekichas.weebly.com

PERTEMUAN 1. PERNYATAAN PENGHUBUNG PERNYATAAN A.Jerry W Jeki C.S. jekichas.weebly.com PERTEMUAN 1 IT 030 G PERNYATAAN PENGHUBUNG PERNYATAAN A.Jerry W Jeki C.S jekichas.weebly.com Peraturan Keterlambatanyang penting tdk keterlaluan dan tdk tertinggal pre test (tidak ada pre test susulan)

Lebih terperinci

KALIMAT MAJEMUK DAN KONEKTIVITAS

KALIMAT MAJEMUK DAN KONEKTIVITAS KALIMAT MAJEMUK DAN KONEKTIVITAS Dosen & Asisten Dr. Julan HERNADI & (Asrul dan Enggar) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo Pertemuan 2 FONDASI MATEMATIKA DEFINISI DAN MACAM KONEKTIVITAS

Lebih terperinci

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT TUJUAN : MATEMATIKA : Melatih berfikir dan bernalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktifitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide/gagasan

Lebih terperinci

SILABUS ALOKASI WAKTU T M P S P D SUMBER BELAJAR MATERI PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SILABUS ALOKASI WAKTU T M P S P D SUMBER BELAJAR MATERI PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SILABUS KELAS / SEMESTER : X / 1 STANDAR : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan riil KODE : D.9 : 44 x 45 menit 1. Menerapkan operasi pada bilangan riil Dua atau lebih bilangan bulat

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Peng. Logika Matematika dan Himpunan Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Waktu : 120 menit Sifat : Buku Tertutup Dosen : Budi S.

Mata Kuliah : Peng. Logika Matematika dan Himpunan Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Waktu : 120 menit Sifat : Buku Tertutup Dosen : Budi S. Mata Kuliah : Peng. Logika Matematika dan Himpunan Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Waktu : 120 menit Sifat : Buku Tertutup Dosen : Budi S. 1. Tentukan jenis kalimat berikut. Kalimat tidak lengkap,

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) 0 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KELAS : XII KELOMPOK : TEKNOLOGI, PERTANIAN DAN KESEHATAN BENTUK & JMl : PILIHAN GANDA = 35 DAN URAIAN = 5 WAKTU :

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 007/008 PANDUAN MATERI MATEMATIKA Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Matematika tidak dapat terlepas dalam kehidupan manusia sehari-hari, baik saat mempelajari matematika itu sendiri maupun mata kuliah lainnya. Mata kuliah Pengantar

Lebih terperinci

PROPOSISI. Novy SetyaYunas. Pertemuan 4

PROPOSISI. Novy SetyaYunas. Pertemuan 4 Pertemuan 4 PROPOSISI Novy SetyaYunas Phone: [+62 8564 9967 841] Email: novysetiayunas@gmail.com Online Course: https://independent.academia.edu/yunaszone KAITAN LOGIKA DAN BAHASA Ada dua aspek penting

Lebih terperinci

IT105 MATEMATIKA DISKRIT. Ramos Somya, S.Kom., M.Cs.

IT105 MATEMATIKA DISKRIT. Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. IT105 MATEMATIKA DISKRIT Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. TUJUAN Mahasiswa Memahami dan menguasai konsep dasar logika matematika Mahasiswa mempunyai daya nalar yang semakin tajam. POKOK BAHASAN Pernyataan dan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 DASAR-DASAR LOGIKA

PERTEMUAN 3 DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 3 DASAR-DASAR LOGIKA 1.1 PENGERTIAN UMUM LOGIKA Filsafat dan matematika adalah bidang pengetahuan rasional yang ada sejak dahulu. Jauh sebelum matematika berkembang seperti sekarang ini dan penerapannya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK... Mata Pelajaran : Matematika Kelas : XI Program Keahlian : Akuntansi dan Penjualan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK... Mata Pelajaran : Matematika Kelas : XI Program Keahlian : Akuntansi dan Penjualan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK... Mata Pelajaran : Matematika Kelas : XI Program Keahlian : Akuntansi dan Penjualan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu

Lebih terperinci

Dasar-dasar Logika. (Review)

Dasar-dasar Logika. (Review) Dasar-dasar Logika (Review) Intro Logika berhubungan dengan kalimat-kalimat dan hubungan antar kalimat. Tujuan: menentukan apakah suatu kalimat / masalah bernilai benar (TRUE) atau salah (FALSE) Kalimat

Lebih terperinci