KIMIA ANORGANIK (Kode : D-06)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KIMIA ANORGANIK (Kode : D-06)"

Transkripsi

1 MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANORGANIK (Kode : D-06) ISBN : ADSORPSI ION LOGAM Cu(II) DAN Zn(II) SECARA SIMULTAN PADA ZEOLIT-A YANG DISINTESIS DARI ABU DASAR BATUBARA MENGGUNAKAN METODE BATCH Munifah, Nurul Widiasui, Didik Praseyoko, Fahimah Marak Jurusan Kimia, FMIPA, ITS, Surabaya, Indonesia * Keperluan korespondensi, el/fax : , muncye@mhs.chem.is.ac.id Absrak Peneliian ini berujuan unuk mempelajari adsorpsi ion logam Cu(II) dan Zn(II) secara simulan dalam laruan sineik pada zeoli-a hasil sinesis dari abu dasar baubara. Beberapa parameer yang mempengaruhi adsorpsi secara simulan dipelajari pada peneliian ini yaiu waku, konsenrasi, ph dan suhu. Penyerapan ion logam Cu(II) dan Zn(II) secara simulan menggunakan zeoli-a dilakukan pada konsenrasi 50 mg/l selama 6 jam. Kapasias penyerapan ion logam Cu(II) dan Zn(II) secara simulan menggunakan zeoli A meningka dengan berambahnya konsenrasi logam yang diserap dan dengan menurunnya suhu proses adsorpsi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa zeoli A mampu mengadsorps ion logam Cu(II) hingga 9, 24 mg/g dan ion logam Zn(II) hingga 9,83 mg/g. Pada penenuan ph opimum diperoleh kondisi opimum penyerapan yaiu pada ph 4. Sedangkan hasil pengolahan daa unuk kineika dan isoerm adsorpsi menunjukkan bahwa kineika adsorpsi ion logam Cu(II) dan Zn(II) secara simulan keduanya mengikui model kineika orde dua semu dan isoerm adsorpsinya secara simulan mengikui model Langmuir. Kaa kunci : Penghilangan ion logam Cu(II) dan Zn(II), Zeoli-A, Abu dasar baubara, Adsorpsi PENDAHULUAN Baubara merupakan salah sau sumber energi erbesar unuk pembangki lisrik. Daa menunjukkan bahwa 32,83% dari produksi lisrik PLN dihasilkan oleh PLTU berbahan bakar baubara dengan kapasias erpasang MW dan daya lampu 5.910,97 MW [1]. Hal ini karena Indonesia mempunyai cadangan baubara yang sanga besar, yaiu sekiar jua on (pusaka). Perauran Presiden RI No 5 Tahun 2006 enang Kebijakan Energi Nasional (KEN) menyebukan bahwa sampai ahun 2025 Indonesia masih akan mengandalkan bahan bakar baubara hingga mencapai diaas 33% [2]. Akan eapi pemanfaaan baubara ini juga dapa menimbulkan masalah lingkungan. Salah saunya adalah dihasilkannya limbah pada abu dalam jumlah besar, yaiu 1,66 jua on abu pada ahun 2000 dan mencapai sekiar 2 jua on abu pada ahun 2006 [2]. Limbah abu baubara berdasarkan PPRI No.18 h 1999 dengan kode limbah 223 dinyaakan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) [3]. Oleh karena iu, perlu dicarikan upaya-upaya unuk mengolah dan memanfaakannya. Karena abu dasar mengandung SiO 2 dan Al 2 O 3 yang inggi (30-50%) [4], maka abu dasar dapa dimanfaakan sebagai bahan dasar pembuaan zeoli..peneliian sebelumnya elah melakukan pembuaan zeoli dengan bahan abu dasar. cara hidroermal langsung [4], dan hidroermal dengan peleburan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III).. 420

2 [5]. Pada peneliian ini, meode pembuaan zeoli yang digunakan adalah hidroermal dengan peleburan, karena meode ini menghasilkan zeoli dengan kemurnian lebih inggi dibanding hidroermal langsung. Disisi lain, limbah indusri pelapisan logam mengandung logam-logam bera yang perlu dilakukan pengolahannya. Berdasarkan peneliian Boricha [6], kandungan logam yang erdapa dalam limbah pelapisan logam yaiu Cu(II) 0,97 mg/l, dan Zn(II) 584 mg/l. Sciban M [7], melaporkan bahwa kandungan logam bera limbah pelapisan logam anara lain Cu 18,9 mg/l; Zn 76,3 mg/l; Cd 8,52 mg/l dan range ph 7,89. Sze,K.F [8] juga melaporkan kandungan logam Cu(II) dan Zn(II) dalam limbah pelapisan logam yang mencapai masing-masing 30 mg/l dan 250 mg/l. Dari daa ersebu erliha bahwa ion logam Cu(II) dan Zn(II) hampir selalu erkandung didalam limbah indusri pelapisan logam dan konsenrasi ion logam ersebu cukup inggi. Disisi lain, ion logam Cu(II) dan Zn(II) berbahaya bagi kesehaan manusia maupun bagi lingkungan. Oleh karena iu, perlu penanganan unuk menurunkan aau menghilangkan ion-ion logam ersebu. Zeoli adalah bahan yang dapa dimanfaakan unuk menurunkan kandungan ion logam. Beberapa peneliian sebelumnya elah melaporkan, yaiu Ouki dan Kavannagh [9] yang mempelajari kemampuan zeoli alam (Clipnopiloli dan chabazie) dalam menghilangkan campuran logam (Pb 2+, Cd 2+, Cu 2+, Zn 2+, Cr 3+, Ni 2+, dan Co 2+ ) pada konsenrasi 1-30 mg/l. Panayoova dan Velikov [10] menemukan bahwa kineika reaksi pseudo-firs-order dapa menjelaskan penghilangan beberapa ion logam seperi Pb 2+, Cd 2+, Cu 2+, Zn 2+, dan Ni 2+ dengan menggunakan zeoli alam pada konsenrasi 50 mg/l. Alvares- Ayuzo, dkk [11] mempelajari penyerapan ion logam Cd 2+, Cu 2+, Zn 2+, Cr 3+, dan Ni 2+ menggunakan zeoli alam dan zeoli sinesis (NaP1). Mereka menemukan bahwa kapasias penyerapan zeoli sinesis 10 kali lebih besar daripada zeoli alam. Hui, dkk [12] mempelajari penghilangan campuran ion logam bera secara simulan menggunakan zeoli 4A pada konsenrasi mg/l, ph 3. Ternyaa, ion Ni 2+ kineika penyerapannya dapa dijelaskan menggunakan model pseudo-firs-order sedangkan ion Cu 2+, Cr 3+, Zn 2+, dan Co 2+ dapa dijelaskan menggunakan model pseudo-secondorder. Wang Chunfeng, dkk [13] juga menelii kemampuan zeoli sinesis (A dan X) sebagai adsorben limbah logam bera (Cu 2+ dan Zn 2+ ) pada konsenrasi 300 mg/l, ph 3. Mereka menemukan bahwa ernyaa zeoli A lebih efekif menghilangkan ion logam Cu 2+ dan Zn 2+ daripada zeoli X, dan diperoleh kapasias adsorpsi ion Cu 2+ > Zn 2+. Berdasarkan uraian diaas enang perlunya pemanfaaan abu dasar dan masalah limbah logam bera dari indusri pelapisan logam, maka pada peneliian ini dielii adsorpsi campuran ion logam bera Cu(II) dan Zn(II) secara simulan menggunakan adsorben zeoli A yang disinesis dari abu dasar. PROSEDUR PERCOBAAN Prosedur peneliian melipui idenifikasi sinesis zeoli, adsorpsi erhadap campuran ion logam Cu(II) dan Zn(II) dalam laruan sinesis. Sinesis zeoli A dari abu dasar Abu dasar baubara dan NaOH yang sudah digerus dicampurkan dengan perbandingan massa NaOH : Abu dasar = 1:2 ke dalam krusibel sainles seel. Campuran kemudian dipanaskan pada suhu 750 ºC selama 1 jam dalam muffle furnace. Seelah iu, peleburan campuran didinginkan, digerus dan dibua suspensi sera diperam, diambil eksrak supernaannya sebagai laruan sumber Si dan Al. Kandungan Si, Al dan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III).. 421

3 Na erlaru pada eksrak ersebu dianalisis dengan ICP-AES. Eksrak yang elah dikeahui kandungan Si, Al dan Na-nya kemudian dibua slurry secara siokiomeri anara NaOH, bubuk NaAlO 2 dan air deionisasi hingga erbenuk perbandingan komposisi rasio molar 3,165 Na 2 O : Al 2 O 3 : 1,926 SiO 2 : 128 H 2 O kemudian dilakukan reaksi hidroermal. Selanjunya laruan disaring dan endapan dicuci dengan air desila hingga filra ph 10. Sampel kemudian dihidroermal pada kondisi opimum berdasarkan hasil yang dilaporkan oleh Yani [5]. Karakerisasi padaan hasil sinesis Padaan hasil sinesis dikarakerisasi dengan meode difraksi sinar-x (XRD) unuk idenifikasi krisaliniasnya. Unuk menenukan srukur mikroskala dan morfologi zeoli sinesis dengan Scanning Elecron Microscopy X-Ray Diffracion SEM ipe JSM-6360 LA. Sudi adsorpsi Kineika Adsorpsi 0,5 g zeoli dikonakkan dengan 100 ml laruan campuran ion logam Cu(II) dan Zn(II) (50 mg/l) pada ph 4. Laruan diaduk dengan kecepaan 300 rpm pada variasi waku meni dan suhu ruang. Laruan kemudian disaring hingga jernih. Filra yang diperoleh dibua menjadi ph 3 dengan penambahan HNO 3 2% unuk menghindari erjadinya pengendapan. Konsenrasi ion logam Cu(II) dan Zn(II) yang idak eradsorp diukur menggunakan AAS. Isoerm adsorpsi Unuk penenuan isoerm adsorpsi dilakukan eksperimen yang sama seperi pada kineika adsorpsi dengan parameer konsenrasi yang divariasikan pada mg/l dan ph 4 selama 360 meni. Kapasias adsorpsi dihiung menggunakan persamaan: C 0 adalah konsenrasi awal laruan (mg/l), Ce adalah konsenrasi pada saa keseimbangan (mg/l), m adalah massa adsorben (g), dan V adalah volume laruan (l). Serapan maksimum dapa dihiung dengan persamaan: Co- C % adsorpsi = Co (2) x100% Penenuan ph Opimum Unuk menenukan ph opimum laruan erhadap proses adsorpsi campuran ion logam Cu(II) dan Zn(II), maka sebanyak 0,5 g zeoli A diambahkan kedalam 100 ml laruan dengan masing-masing konsenrasi 50 mg/l dengan variasi ph 3-6. Laruan diaduk dengan kecepaan 300 rpm selama 6 jam pada suhu ruang dan disaring sera dianalisa dengan cara seperi diaas. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakerisasi adsorben Dari pola XRD pada Gambar 1 diidenifikasi bahwa zeoli yang dihasilkan adalah zeoli A (PDF no ). Zeoli A ini juga dianalisis menggunakan SEM unuk mengeahui morfologinya dan dapa diliha pada Gambar 2. Dari gambar ersebu menunjukkan bahwa zeoli hasil sinesis merupakan zeoli A [Na 96 (AlO 2 ) 96 (SiO 2 ) H 2 O] yang berbenuk kubik. Kineika Adsorpsi Daa kineika dalam peneliian ini dianalisa dengan model orde 1 semu,orde dua semu, Bangham, Difusi inra parikel, dan kineika Elovich Orde sau semu Persamaan umum dinyaakan sebagai: Log (q e - q ) = log (q e ) - (1) qe = (1) Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III).. 422

4 q e dan q adalah jumlah ion logam dq d eradsorp pada adsorben (mg/l) pada keseimbangan dan waku. k 1 adalah orde perama (min -1 ). Orde dua semu Persamaan laju kineika unuk orde dua semu dinyaakan sebagai beriku: q = k = s ( qe - q k s 1 q + 2 e 2 ) 1 q e (2) k s adalah konsana laju orde dua (g/mg.min). jika q e = 0 pada = 0 dan q = q e pada =, maka persamaan liniernya dapa diperoleh sebagai beriku: Kineika Adsopsi Bangham (3) Persamaan Bangham digunakan unuk mempelajari ahap waku erjadinya sisem adsorpsi dan persamaannya digambarkan sebagai beriku é Co ù é kom ù log logê ú= log + a log Co qm ê 2.303V ú ë - û ë û (4) C o adalah konsenrasi awal adsorba dalam laruan (mg/l), V adalah volume laruan (ml), m adalah bera adsorben per lier laruan (g/l), q (mg/g) adalah jumlah adsorba yang eringgal pada waku, dan a (<1) dan k o adalah eap/konsan [14]. Difusi inra parikel Rumus model inra-parikel dinyaakan sebagai beriku 1/ 2 q = kid + C (5) dimana k id adalah konsana laju difusi inraparikel. Sebuah plo q versus 1/2 akan didapakan garis lurus dengan slope k id dan inersep C keika mekanisme adsorpsi mengikui proses difusi inra-parikel. Nilai inersep menandakan enang keebalan dari baas lapisan yaiu luas inersep erbesar adalah efek baas lapisan. Kineika adsorpsi Elovich Model kineika yang kelima yaiu Elovich. Persamaan Elovich berasumsi bahwa permukaan pada sesungguhnya adalah sepenuhnya heerogen. Persamaan Elovich ini berdasarkan kapasias adsorpsi dan unuk menenukan kineika penyerapan secara kimia dari fasa gas pada permukaan heerogen. Persamaan Elovich dapa dinyaakan sebagai dq d =ae - b Inegrasi persamaan diaas q q = ( 1/ b )ln( ab) + (1/ b) ln (6) dan penggunaan kondisi awal q = 0 pada = 0 dan q =q, akan kia peroleh model Elovich (7) a adalah laju adsorpsi awal (mg/(g min)) dan parameer b berhubungan dengan luas perrmukaan yang eruup dan energi akivasi(g/mg). Hasil analisa dari beberapa model kineika adsorpsi dirangkum pada Tabel 1. Dari daa Tabel 1 dapa dikeahui bahwa adsorpsi ion logam Cu(II) dan Zn(II) secara simulan menggunakan zeoli A mengikui model orde dua semu. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai R 2 yang mendekai sau, dimana nilai R ini merupakan nilai koefisien korelasi dari grafik. Nilai R semakin mendekai sau memiliki daa yang linier. Isoerm Adsorpsi Isoerm adsorpsi dapa digunakan unuk mengeahui ineraksi anara laruan dengan adsorben dan kemampuan opimum yang dapa dicapai oleh adsoben. Isoerm adsorpsi merupakan parameer yang sanga pening dalam adsorpsi karena iku berperan dalam menenukan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III).. 423

5 kondisi maksimum unuk menghasilkan adsorpsi yang opimal. Model isoerm adsorpsi Langmuir mengasumsikan bahwa penyerapan mengambil pada empa spesifik yang homogen dalam adsorben dan disribusi yang seragam dari empa adsorpsi energeik. Akibanya, sekali molekul adsorba menempai empa, idak ada lagi penyerapan yang dapa erjadi pada beriku qmax KC q= 1 + KC 1 log q= log K + log n e e F C e empa ersebu [14]. Oleh karena iu, model Langmuir valid unuk adsorpsi monolayer pada permukaan dengan jumlah erbaas pada empa yang sama. Parameer Langmuir dienukan dengan rumus (8) q max (mg/l) dan K (L/mg) adalah kapasias monolayer yang dicapai pada konsenrasi inggi dan konsana keseimbangan, beruru-uru. C e adalah konsenrasi keseimbangan dalam laruan (mg/l) dan q menunjukkan jumlah yang diserap pada keseimbangan (mg/g). Selanjunya model Freundlich menganggap permukaan heerogen dengan disribusi panas adsorpsi yang idak seragam pada permukaan. Parameer Freundlich dienukan dengan rumus: q K C 1 = n F e (9) K F dan 1/n menunjukkan fakor kapasias Freundlich dan parameer inensias Freundlich, beruru-uru. C e adalah konsenrasi keseimbangan dalam laruan (mg/l) dan q menunjukkan jumlah yang diserap pada keseimbangan (mg/g). (10) Pada peneliian ini model isoerm adsorpsi diperoleh dari pengolahan daa variasi konsenrasi awal laruan Cu(II) dan Zn (II) yang diadsorp secara simulan menggunakan adsorben zeoli A yang disinesis dari abu dasar bau bara yang elah disiapkan sebelumnya. Dari daa hasil variasi konsenrasi dan variasi waku (Gambar 3 dan 4) maka dapa dienukan daa model isoerm adsorpsinya. Hal ini unuk mengeahui model isoerm dan unuk mengeahui jenis adsorpsi yang erjadi. Seelah mengeahui jenis adsorpsi yang erjadi maka dapa dikeahui ikaan yang erjadi. Daa ini sanga bermanfaa unuk mengeahui apakah adsorben yang digunakan dapa diregenerasi ulang aau idak. Daa isoerm dalam peneliian ini dianalisis dengan model Langmuir dan Freundlich. Nilai parameer adsorpsi isoerm dari dua model dirangkum dalam Tabel 2. Dari daa Tabel 2 dapa dikeahui bahwa adsorpsi ion logam Cu(II) dan Zn(II) secara simulan mengikui model Langmuir Selain iu kapasias serapan keseimbangan, q m, yang diperoleh unuk Cu(II) sebesar 9,009 mg/g sedangkan unuk Zn(II) sebesar 17,241 mg/g aau Zn(II) > Cu(II). Berbeda dengan hasil yang dilaporkan oleh Hui [12] bahwa kapasias serapan Cu(II) > Zn(II) dengan adsorben zeoli 4A yang disinesis dari abu layang. Zeoli secara umum merupakan asam lemah yang berada dalam benuk penukar ion. Oleh karena iu, ion Na selekif erhadap Hidrogen (R-Na + H 2 O RH + Na + + OH - ). Jika proses ukar ion erjadi pada ph inggi maka akan erjadi pengendapan logam hidroksida. Srukur zeoli A mempunyai diameer pori 4,2 Å [14]. Secara umum, fakor yang menghamba penyerapan ion logam oleh zeoli adalah ukuran ion erhidra. Jika ukuran ion erhidra lebih besar dari diameer pori, maka spesies mungkin akan excluded aau beberapa air erhidra harus dihilangkan erlebih dahulu agar dapa masuk kedalam pori. Uruan selekifias ion erhidra adalah sebagai beriku: Cu 2+ >Co 2+ >Zn 2+. Fakor lain yang menghamba penyerapan adalah energi bebas hidrasi. dengan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III).. 424

6 energi bebas hidrasi inggi akan eap inggal dalam laruan. Jadi menuru energi hidrasi, uruan selekifias adalah Zn 2+ >Ni 2+ >Cu 2+. Akan eapi keduanya, ukuran ion erhidra dan energi bebas hidrasi, idak dapa menjelaskan dengan baik selekifias serapan ion. Beberapa uruan selekifias yang elah dilaporkan unuk adsorpsi ion logam secara simulan menggunakan zeoli alam: Pb 2+ >Cu 2+ >Cd 2+ >Zn 2+ >Cr 3+ >Co 2+ >Ni 2+ [9], Pb 2+ >Cr 3+ >Fe 3+ >Cu 2+ [16], Pb 2+ >Fe 3+ >Cu 2+ >Cr 3+ [17]. Zeoli NaP1: Ba 2+ >Cu 2+ >Cd 2+ Zn2+ >Co2+ >Ni2+ [18] dan Cr3+ >Cu2+ >Zn2+ >Cd2+ >Ni2+ [19]. Perbedaan yang diemukan dianggap erjadi akiba adanya sifa spesifik dari adsorben dan eknik eksperimen yang berbeda. Pengaruh ph ph laruan merupakan fakor pening yang dapa mempengaruhi adsorpsi dan proses perukaran ion. Pada umumnya penghilangan logam meningka dengan naiknya ph. Gambar 5 menunjukkan pengaruh ph erhadap kinerja zeoli A pada ph 3-6 dengan konsenrasi awal Cu(II) dan Zn(II) 50 mg/l. Effisiensi penghilangan Cu(II) dan Zn(II) dengan menggunakan zeoli A dari ph 3-6, ernyaa yang paling efekif pada ph 4. Hal ini serupa dengan yang dielii oleh Hui [18] yang menggunakan zeoli hasil sinesis dari abu dasar. Jadi ph 4 dieapkan sebagai ph opimum unuk adsorpsi logam Cu(II) dan Zn(II) oleh adsorben zeoli A dengan kapasias adsorpsi unuk ion Cu(II) sebesar 9,92 mg/g dan ion logam Zn(II) sebesar 9,83 mg/g. Hasil pengolahan daa unuk kineika dan isoerm adsorpsi menunjukkan bahwa kineika adsorpsi ion Cu(II) dan Zn(II) secara simulan pada zeoli A mengikui model orde dua semu, sedangkan adsorpsi isoermnya mengikui model Langmuir. KESIMPULAN Peneliian ini menunjukkan bahwa zeoli A yang disinesis dari abu dasar baubara adalah adsorben yang efekif dalam menghilangkan campuran ion logam Cu(II) dan Zn(II). Uruan selekivias dari ion logam oleh adsorben berganung pada sisem kerja, dan eruama berganung pada konsenrasi awal ion logam dan ph awal laruan. Kineika adsorpsinya baik dijelaskan dengan model orde dua semu, dan isoerm adsorpsinya oleh model langmuir. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan erima kasih diberikan kepada DIKTI yang elah mendukung peneliian dalam program Hibah Pasca, Laboraorium Energi dan Rekayasa Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya aas dukungan fasilias yang diperlukan dalam peneliian ini, sera PT IPMOMI Paion sebagai penyedia abu dasar baubara.. DAFTAR RUJUKAN [1] Puslibang Teknologi Mineral dan Baubara. [2] PPRI No KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. hp:// [3] Perauran Pemerinah No Presiden Republik Indonesia, Jakara [4] Nikmah, Syukuri Tesis Jurusan Kimia ITS [5] Yani, Yuli Tesis Jurusan Kimia ITS [6] Boricha, Alka G J. of Separaion and Purificaion Technology, hal.8 [7] Sciban, Marina, Bogdanka Journal of Bioresource Technology, hal [8] Sze,K.F, Y.J. Lu, P.K. Wong Journal of resources, conservaion recycling, hal Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III).. 425

7 [9] Ouki, S.K., dan Kavannagh. M Wase managemen and research. Vol. 15, hal [10] Panayaova, M., dan Velikov, B Journal Environmen Science Healh. Vol. 38, hal [11] Alfarez-ayuzo, E., Garcia-sanches, A., Qeurol, A Waer research. Vol. 37, hal [12] Hui, K.S., Chao, C.Y.H., Ko, S.C J. of hazardous. Vol. 127, hal [13] Wang, C.F., Li, J.S., Wang, L.J. dan Sun, X.Y J. of Environmenal Sciences. Vol 21, hal [14] Widiasui, N., Wu, H., Ang, H.M., Zhang, D J. Desalinaion 218 : [15] Wang, C.F., Li, J.S., Wang, L.J. dan Sun, X.Y J. of Environmenal Sciences. Vol 21, hal [16] Inglezakis, V.J., Loizidou, M.D e all Waer. Vol. 36, hal [17] Inglezakis, V.J., Loizidou, M.D e all J. Colloid Inerface Sci. Vol. 261, hal Nama Penanya : J.S. Sukarjo Nama Pemakalah : Munifah Peranyaan : 1. Pembuaan zeoli A, Mengapa harus membua zeoli A padahal di dalam ada? 2. Diinjau dari biaya mahal, bagaimana pendapa anda? Jawaban : 1. Hal ini didasarkan pada bagaimana mencari pemecah masalah limbah abu dasar yang lebih efisien dan efekif, karena abu dasar jika dibiarkan akan semakin menumpuk dan ini bahaya bagi lingkungan dan manusia, dikuakan oleh PPRI No limbah abu dasar ermasuk dalam limbah B3. 2. Pembuaan zeoli A dari abu dasar idak memerlukan biaya yang cukup besar/mahal dan meode yang digunakan juga relaive mudah. Sehingga jika diinjau dari biaya dan waku idak ada masalah. TANYA JAWAB LAMPIRAN Gambar 2 Mikrograf SEM hasil sinesis zeoli A (suhu 100 ºC selama 12 jam hidroermal). Gambar 1 Difrakogram XRD dari Zeoli A hasil sinesis dari abu dasar baubara PT IPMOMI Paion dengan daa PDF no Gambar 3 Hubungan konsenrasi awal (mg/l) dengan kapasias adsorpsi, qe (mg/g) dengan jumlah adsorben 0,5 gram, volume 100 ml, waku 6 jam, suhu 25 0 C dan ph 6 Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III).. 426

8 Gambar 4 Hubungan waku (meni) dengan kapasias adsorpsi, qe (mg/g) dengan jumlah adsorben 0,5 gram, volume 100 ml, waku 6 jam, suhu 25 0 C dan ph 6 Zn(II) 0,007 20,98 9 Orde dua semu h q e (mg/g (mg/g min) ) Cu(II) 14,925 9,803 Zn(II) 18, Cu(II) Zn(II) R 2 0,006 K s (g/(mg min) , ,708 0,999 0, Bangham k 0 α R² Difusi inra parikel k id C R² Cu(II) 0,030 10,07 0,518 Zn(II) 0,003 9,716 0,177 Elovich α β R² Cu(II) 14,719 8,064 0,368 Zn(II) 8959,3 62,5 0,154 Tabel 2. Ringkasan dari perhiungan isoerm adsorpsi Gambar 5 Hubungan ph dengan kapasias adsorpsi, qe (mg/g) dengan jumlah adsorben 0,5 gram, volume 100 ml, waku 6 jam, suhu 27 0 C dan konsenrasi awal 50 mg/l Tabel 1. Ringkasan dari perhiungan kineika adsorpsi Orde sau semu k f (min - 1 ) q e (mg/g ) R 2 Cu(II) 0,001 2,927 0,460 Model isoherm Langmuir Parameer K q m R 2 Cu(II) -1, ,009 0,970 Zn(II) -0, ,241 0,973 Freundlich K 1/n R 2 Cu(II) 0, ,480 0,963 Zn(II) 0, ,003 0,880 Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III).. 427

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 KINETIK KIMI LJU DN MEKNISME DLM REKSI KIMI Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 03 Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana diulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. Silvia Reni Yeni,MSi Nip : 195924081987022001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universias Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, anggal 20 desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

KINETICS STUDY OF Au(III) ADSORPTION ON GALLIC ACID INTERCALATED Mg/Al-HYDROTALCITE

KINETICS STUDY OF Au(III) ADSORPTION ON GALLIC ACID INTERCALATED Mg/Al-HYDROTALCITE KINETIS STUDY OF u(iii) DSORPTION ON GLLI ID INTERLTED Mg/l-HYDROTLITE Ika Yani a, Sri Juari Sanosa b, Indriana Karini b a Program Sudi Kimia, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan lam, Universias Islam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED Wahyuda 1, Budi Sanosa 2, Nani Kurniai 3 1 Teknik Indusri Universias Mulawarman-Samarinda

Lebih terperinci

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK Frandy Ferdian, Amelia Makmur, S.T., M.T. Binus Universiy, Jl.

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) B-300 Sudi Eksperimen Pengaruh Kecepaan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer Alim Jabbar Ibrahim dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala Berdasarkan hasil peneliian W.C Rongen, Henry Becquerel pada ahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, eapi secara kebeulan ia menemukan gejala keradioakifan. Pada peneliiannya ia menemukan bahwa garam-garam

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

PENURUNAN TSS DAN WARNA LIMBAH INDUSTRI BATIK SECARA ELEKTRO KOAGULASI

PENURUNAN TSS DAN WARNA LIMBAH INDUSTRI BATIK SECARA ELEKTRO KOAGULASI 37 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 6 No. 1 PENURUNAN TSS DAN WARNA LIMBAH INDUSTRI BATIK SECARA ELEKTRO KOAGULASI Noviani Dwi Lesari dan Tuhu Agung Program Sudi Teknik Lingkungan, Fakulas Teknik Sipil

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL DINAMIK PERTUMBUHAN BIOMASSA RUMPUT LAUT GRACILLARIA VERRUCOSA. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

ANALISIS MODEL DINAMIK PERTUMBUHAN BIOMASSA RUMPUT LAUT GRACILLARIA VERRUCOSA. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275 Jurnal Maemaika Vol. 11, No.1, April 28: 2-24, ISSN: 141-8518 ANALISIS MODEL DINAMI PERTUMUHAN IOMASSA RUMPUT LAUT GRACILLARIA VERRUCOSA arono 1, Munifaul Izzai 2, Suimin 3, Dian Insani 4 1, 3, 4 Jurusan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci