LAPORAN PENELITIAN REPRESENTASI GRAF MAKS-PLUS PADA SISTEM KEJADIAN DISKRET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN REPRESENTASI GRAF MAKS-PLUS PADA SISTEM KEJADIAN DISKRET"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN REPRESENTASI GRAF MAKS-PLUS PADA SISTEM KEJADIAN DISKRET Nilamsari Kusumastuti, M.Sc. Shantika Martha, S.Si, Evy Sulistyaningsih, S.Si. FAKULTAS MArE #ff ffix*tf ffiffi" ETAH'AN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK. 010

2 Lembaran Pengesahan Judul L. Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap b. NIP c. Gol./abatan Representasi Graf Maks-Plus Pada Sistem Kejadian Diskret Nilamsari Kusumastuti, M.Sc L003 lll b/asistenahli d. Sedang Melakukan Penelitian e. Fakultas f. Jurusan g. Bidang Keahlian Personalia Lama Kegiatan Lokasi Penelitian Sumber Dana Mulai Kegiatan Tidak Matematika dan llmu Pengetahuan Alam Matematika Aljabar 3 orang 3 bulan Laboratorium Komputer FMIPA Untan PNBP (DIPA) Fakultas MIPA Untan September 010 Mengetahui, kultas MIPA Pontianak, 5 Nopember 010 Ketua Pelaksana l I ri $$ 4\ ff(jt lttra Nilamsari Kusumastuti, M.Sc. N I P s01003 Mengetahui, baga Penelitian s Tanungpura /1. Asrori, M.Pd

3 KEMENTERIAN PENDIDIKA NASIONAL UNIVERSITAS TANJUNGPURA UPT. PERPUSTAKAAN Jalan JendnalAhmad Yani Pontianak7814 Telp. (0561) Fax. (0561) PO. BOX 1049 SURAT KETERANGAN Nomor 017 thlz.ls/iju n0ll Kepala UPT. Perpustakaan Universitas Tanjunglrura menerangkan dengan sesungguhnya bahwa Saudara Nilamsari Kusumastutr, S.Sr, M.Sc rrip Telahmenulis Karya llmiahldiktat/laporan PenelitianA{akalah dengan surat nomor : 8tvtnz.8/PL/011 Tanggal 4Mei0ll denganjudul: trepresentasi Grflf Maks-Plus Pada Sistem Kcjadian Diskret". terdaftar pada UPT. Perpustakaan Universitas Tanjunpura dengan Nomor Register :003 Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarny agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. 4Mei 0ll Usaha ln I Zanna;rta, SE, MM

4 KATA PENGANTAR Puji syukul kehadilat Allah SWT atas diselesaikannya karya ilmiah yang Berjudul Representasi Graf Mahs-Plus Pacla Sistem Linear Kejadian Diskret. Tujr-ran dari penulisan makalah ini adalah untuk menyajikan pembahasan yang lebih khusus clan mendalam mengenai struktur aljabal yang merupakdn salah satu poliok bahasan yang penting dalam mempelajari matematika. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memellukan saran dan klitik yang membpngun. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuarr. Amin. Pontianak. Nopember Penulis

5 DAFTAR ISI

6 Judul Penelitian Bidang Ilmu : REPRESENTASI GRAF MAKS-PLUS PADA SISTEM LINEAR KEJADIAN DISKRET : Aljabar Terapan A. LATAR BELAKANG Penelitian tentang aljabar -plus dimulai pada tahun 199 oleh Francois Baccelli, Guy Cohen, Geert Jan Olsder dan Jean-Pierre Quadrat. Aljabar plus adalah himpunan yang dilengkapi dengan dua operasi biner imum dan penjumlahan biasa sebagai operasi dan, dan dinotasikan dengan. Penelitian mengenai tersebut dimotivasi oleh pemodelan dan analisa matematis pada beberapa permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti sistem jaringan kereta, sistem produksi barang dalam sebuah pabrik, sistem jaringan telekomunikasi, dan sebagainya. Pada dasarnya, sistem-sistem tersebut merupakan sistem yang dinamik terhadap waktu dan dikenal dengan nama Sistem Kejadian Diskret (SKD) (Baccelli dkk, 199). Contoh yang paling sederhana adalah kejadian pada suatu stasiun kereta api A. Keberangkatan suatu kereta k harus menunggu beberapa kereta lain yang akan datang untuk memberi kesempatan penumpang berganti kereta. Dianggap waktu perjalanan kereta antar stasiun yang berhubungan dengan stasiun A telah diketahui dan kereta k langsung berangkat segera setelah penumpang berganti kereta. Didapat waktu keberangkatan kereta k adalah imum dari waktu kedatangan kereta-kereta lain yang berhubungan dengan kereta k di stasiun A. Waktu kedatangan kereta di stasiun A adalah jumlahan dari waktu keberangkatan kereta dari stasiun lain dengan waktu perjalanan kereta. Dari contoh tersebut diperlihatkan operasi imum merupakan operasi yang sangat penting dalam menentukan jadwal keberangkatan kereta. Oleh karena itu, ide dasar dari aljabar -plus adalah menjadikan operasi imum ini sebagai operasi penjumlahan dalam aljabar. Sejak saat itu, banyak penelitian yang dimotivasi oleh pendekatan secara aljabar -plus pada teori Sistem Kejadian Diskret Linear( SKD Linear Maks-Plus). 1

7 Beberapa sifat dari Sistem Kejadian Diskret dapat dinyatakan dalam gagasan teori graf dan matriks -plus seperti keterhubungan kuat dan sirkuit kritis. Graf dan matriks -plus memiliki sifat yang berbeda dari teori graf dan matriks klasik, hal ini disebabkan karena operasi imum sebagai operasi penjumlahan tidak memiliki invers. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diberikan beberapa tinjauan mengenai teori graf dan matriks -plus. B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan: 1. Pembentukan representasi Graf -plus pada teori Sistem Kejadian Diskret.. Mempelajari sifat-sifat pada Teori Graf dan Matriks -plus serta keterhubungan keduanya. 3. Menerapkan teori Graf dan Matriks -plus dalam penyelesaian berbagai permasalahan pada teori Sistem Kejadian Diskret. C. STUDI PUSTAKA Untuk mempelajari tentang pengertian dasar dan struktur aljabar -plus serta representasinya dalam teori graf -plus diperlukan beberapa definisi dan teorema-teorema yang didapat dari Baccelli, dkk (199). Selain itu, Gaubert (1998) dan Brown(1993) memberikan sumbangan pengetahuan untuk teori matriks -plus dan teori matriks satas ring seperti definisi dan operasi sifat dasar matriks. Sebagian besar penelitian yang dilakukan disini, yang meliputi definisi, teorema dan sifat-sifat pada teori Sistem Kejadian Diskret Linear Maks-Plus mengacu pada Gaubert dan Katz (00). Untuk teori dasar mengenai SKD Linear Maks-Plus digunakan artikel Cohen, dkk (1999), dan teori sistem linear secara umum diambil dari Brewer, dkk (1986).

8 D. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Komputer Jurusan Matematika FMIPA Untan. Rencana waktu penelitian selama tiga bulan.. Tahapan Penelitian Rangkaian penelitian yang dilakukan oleh penulis diawali dengan mempelajari pengertian dan sifat-sifat khusus dari struktur aljabar -plus.. Setelah itu, akan dipelajari mengenai ilustrasinya pada pada masalah teori Sistem Kejadian Diskret Linear Maks-Plus Selanjutnya, konsep mengenai Sistem Kejadian Diskret Linear Maks-Plus diterapkan dalam suatu bentuk graf. Dari bentuk graf ini akan dicari keterhubungannya dengan matriks -plus dan dipelajari sifat-sifat yang dimiliki graf dan matriks -plus. Sifat-sifat yang ditelaah meliputi definisi graf berarah, keterhubungan graf, jalur dan sirkuit kritis dan lain sebagainya. E. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Aljabar Maks-Plus Definisi 1.1.(Gaubert, 1998) Semiring adalah himpunan tak kosong yang dilengkapi dengan dua operasi biner dan yang memenuhi aksioma-aksioma berikut : i. (, ) merupakan monoid komutatif, dengan elemen identitas disebut elemen nol, dinotasikan dengan ε. ii. (, ) merupakan monoid, dengan elemen identitas disebut elemen satuan, dinotasikan dengan e. iii. terhadap bersifat distributif iv. Elemen ε merupakan elemen penyerap terhadap operasi, yaitu s ε s = s ε = ε Seperti pada ring, semiring juga memiliki beberapa tipe yang memiliki sifatsifat khusus seperti yang tercantum dalam berikut ini. 3

9 Definisi 1.. (Gaubert, 1998) i. Semiring (,, ) dikatakan komutatif jika operasi bersifat komutatif. ii. Semiring (,, ) disebut semifield jika ( \{ε}, ) grup komutatif. iii. Semiring (,, ) dikatakan idempoten jika operasi bersifat idempoten, yaitu s s s = s. Semiring idempoten disebut juga dioid. (Baccelli dkk, 199). Definisi 1.3. Himpunan yang dilengkapi dengan operasi dan penjumlahan biasa sebagai dan dinotasikan dengan max-plus semifield atau aljabar -plus (max-plus algebra)., dan dinamakan Mudah ditunjukkan bahwa komutatif dengan ε = dan e = 0. memiliki struktur semifield idempoten yang Definisi 1.4 (Baccelli, et.al.,199) Moduloid atas semifield idempoten,,,,e adalah himpunan monoid komutatif, yang dilengkapi dengan operasi eksternal yaitu pemetaan pergandaan skalar (kiri) : : (,x) x dan memenuhi aksioma-aksioma x, y dan, i. x x ii. x y x y iii. x x x iv. e x x, x, 4

10 Contoh Diberikan himpunan n yang didefinisikan dengan x1 n x xi, i 1,,, n. x n n Didefinisikan operasi internal pada sebagai berikut : x1 y1 x1 y1 x1 y1 x1, y1 x y n x y x y x, y, xn y n xn yn xn yn xn, yn dan operasi eksternal yang didefinisikan dengan : n : x1 x1 x1 x1 x x x x, x n xn xn xn n Jelas merupakan moduloid atas, dengan elemen nol adalah n1,,...,. T n Definisi 1.6 (Baccelli, et.al.,199) Aljabar Idempoten adalah moduloid, dengan suatu operasi internal lain yang memenuhi sifat: i., merupakan monoid dengan elemen identitas dinotasikan ii. dengan e. Berlaku sifat distributif terhadap 5

11 Contoh 1.7 Diberikan himpunan matriks berukuran n n atas nn A A matriks berukuran n n dengan A, i, j 1,, n Didefinisikan operasi internal, dan operasi eksternal pada sebagai berikut : nn A, B A B = matriks n n atas dengan A B A B A B A B = matriks n n atas dengan A = matriks n n atas dengan nn ij,, ij ij ij ij ij n A B A B ij k1 ik kj A A A. ij ij ij merupakan aljabar idempoten dengan i. elemen nol pada nn n n dengan setiap entrinya sama ε ii. elemen identitas pada matriks dengan :,, yang dinotasikan dengan adalah matriks E ij nn nn, yang dinotasikan dengan E, adalah 0, jika i j, jika i j. Teori Graf dan Matriks Maks-Plus Suatu graf G didefinisikan sebagai suatu pasangan (V, E) dengan V adalah himpunan berhingga tak kosong yang anggotanya disebut simpul (vertex) dan E adalah suatu himpunan pasangan (tak terurut) simpul-simpul. Elemen dari E disebut sisi (edge). Suatu graf berarah didefinisikan sebagai suatu pasangan V,, dengan V adalah himpunan berhingga tak kosong dari simpul-simpul dan 6

12 adalah suatu himpunan pasangan terurut simpul-simpul yang disebut busur (arc). Untuk busur (v,w), v disebut simpul awal busur dan w disebut simpul akhir busur. Suatu loop adalah busur (v,v). Jika dalam graf terdapat busur (i,j) G, maka i disebut predecessor dari j dan j disebut succesor dari i. Himpunan semua predecessor dari j dinotasikan dengan π(j) dan himpunan semua succesor dari i dinotasikan dengan σ(i). Jika σ(i) = 0 maka simpul i disebut source dan jika π(j) = 0 maka simpul j disebut sink Diberikan G = V, adalah graf berarah dengan V = {i, i,, i }. Suatu lintasan dalam G adalah suatu barisan berhingga busur (i, i ), (i, i ),..., (i, i ) dengan (i, i ) untuk suatu l R dan k = 1,,..., l 1. Lintasan ini direpresentasikan dengan i i i. Untuk suatu lintasan ρ, panjang lintasan ρ didefinisikan sebagai banyak busur yang menyusun ρ dan dinotasikan dengan. Suatu lintasan disebut sirkuit jika simpul awal dan simpul akhirnya l sama. Sirkuit elementer adalah sirkuit yang simpul-simpulnya muncul tidak lebih dari sekali, kecuali simpul awal yang muncul tepat dua kali. Suatu graf berarah G = V, dengan V = {1,,, n} dikatakan terhubung kuat jika untuk setiap i, j V dengan i j, terdapat suatu lintasan dari i ke j. Contoh.1 Diberikan graf berarah G = V,, dengan V = {1,, 3} dan = {(1,1), (1,), (,1), (,3), (3,1), (3,3)}, maka representasi dari graf berarah tersebut adalah sebagai berikut 1 3 Gambar. 7

13 Barisan busur (,1), (1,1), (1,), (,3) merupakan suatu lintasan dalam G yang dapar direpresentasikan dengan Lintasan ini mempunyai panjang 4 karena tersusun atas 4 busur. Lintasan merupakan suatu sirkuit dengan panjang 5. Lintasan merupakan suatu sirkuit elementer dengan panjang 3. Diperlihatkan bahwa untuk sebarang simpul berbeda dalam graf berarah tersebut selalu terdapat suatu lintasan, sehingga graf berarah tersebut terhubung kuat. Diberikan graf berarah G = V, dengan V = {1,,, p}. Graf berarah G dikatakan berbobot jika setiap busur (j, i) dikawankan dengan suatu bilangan real A ij. Bilangan real A ij disebut bobot busur (j, i), dinotasikan dengan w(j, i). Dalam penyajiannya dengan gambar untuk graf berbobot, busur diberi label dengan bobotnya. Dari pengertian graf berbobot ini, untuk setiap matriks A nn akan bersesuaian dengan suatu graf berarah berbobot seperti diberikan dalam definisi berikut. Definisi.3 (Graf Preseden, Schutter, 1996) Diberikan matriks A nn. Graf preseden dari A adalah graf berarah berbobot G(A) = V, dengan V = {1,,, n} dan =(j, i) w(j, i)=a ij ε. Contoh Diberikan A 4 0 Graf predesen dari A adalah graf berarah berbobot G(A) = (V, A) dengan V = {1,, 3} dan = {(1, 1), (, 1), (3, 1), (, ), (3, ), (, 3)} yang disajikan dalam gambar berikut : 8

14 Gambar.5 Perhatikan sebaliknya bahwa untuk setiap graf berarah berbobot G = (V, A) nn selalu dapat didefinisikan suatu matriks A dengan A ij w j i,, jika j, i, jika j, i. Bobot suatu lintasan ρ pada graf berbobot G = V, didefinisikan sebagai jumlahan bobot busur-busur yang menyusun ρ, dinotasikan dengan matriks A nn preseden G(A) adalah dinotasikan, didefinisikan sebagai Contoh.6. Untuk w, bobot suatu lintasan ρ = i i i dalam graf Ai, i A 1 i3, i... A w il, i. Bobot rata-rata lintasan ρ, l1 1 Diberikan graf preseden G(A) dalam Contoh 3.4. Panjang suatu lintasan l w. ρ = adalah = 4. Bobot lintasan ρ adalah l = w(, 3) + w(3, ) + w(, 1) + w(1, 1) w = A3 A3 A1 A11 = = 8 9

15 Bobot rata-rata lintasan ρ adalah = 1 l w = Berikut diberikan suatu interpertasi dalam teori graf untuk pangkat k matriks nn A dalam aljabar -plus. Diberikan A maka unsur ke-st dari matriks k A adalah k A max A... s, i A k 1 i, i A 1 i1, t st 1 i1, i,..., ik 1 n = max Ai, t Ai, i... As, i 1 i1, i,..., ik 1 n 1 1 k1 nn. Jika k N, untuk setiap s, t. Karena A, A,... A, adalah bobot lintasan dengan i1 t i i1 s i k 1 panjang k, dengan t sebagai simpul awal dan s sebagai simpul akhir dalam G(A), k maka A adalah bobot imum semua lintasan dalam G(A) dengan st panjang k, dengan t sebagai simpul awal dan s sebagai simpul akhir. Jika tidak ada lintasan dengan panjang k dari t ke s, maka bobot imum didefinisikan sama dengan. Contoh.7 Diberikan matriks A dalam Contoh 3.4. Bobot imum semua lintasan dalam G(A) dengan panjang k untuk setiap pasangan simpul awal dan simpul akhir lintasan dapat ditentukan dari unsur-unsur matriks k A. Misalkan untuk k =, 3, didapat : A 4 6, A 6 8, A Terlihat bahwa A = 5, artinya bobot imum semua lintasan dalam G(A) 1 dengan panjang, dengan sebagai simpul awal dan 1 simpul akhirnya adalah 5. Hal ini sesuai dalam G(A), dimana terdapat 3 lintasan dengan panjang, dengan sebagai simpul awal dan 1 sebagai titik akhirnya, yaitu 1 1, 1 dan yang berturut-turut mempunyai bobot 4, 5 dan -. Entri A = ε, 31 10

16 artinya tidak adsa lintasan dengan panjang 3 yang berawal dari simpul 1 dan berakhir pada simpul 3. Selanjutnya diperhatikan bobot rata-rata imum sirkuit elementer, dengan diambil imum atas semua sirkuit elementer dalam graf. Diberikan nn A dengan graf presedennya G(A) = V,. Bobot imum dari semua sirkuit dengan panjang k dengan titik i sebagai simpul awal dan akhir k dalam G(A) dituliskan sebagai A. Maksimum dari bobot imum semua ii sirkuit dengan panjang k yang berawal dan berakhir pada simpul i dalam G(A) n k adalah A k 1, dan disebut trace A k dan rata-ratanya adalah A i1 ii k. Jika diambil imum atas sirkuit dengan panjang k n, yaitu atas semua sirkuit elementernya, didapat bobot rata-rata imum sirkuit elementer dalam G(A) (dinotasikan dengan A ) adalah sebagai berikut : n 1 k trace A A i1 k. Suatu sirkuit dalam graf G disebut sirkuit kritis jika bobot rata-ratanya sama dengan bobot rata-rata imum sirkuit elementer dalam G. Suatu graf yang terdiri dari semua sirkuit kritis dari graf G disebut graf kritis dari G dan dinotaskan dengan G. Contoh.8 Diberikan 3 1 A 1 1. Graf preseden G(A) dapat dinyatakan sebagai berikut 1 11

17 Akan dicari A, yaitu bobot rata-rata imum sirkuit elementer dalam graf G(A) di atas. Dengan operasi perkalian matriks didapat : A dan A k Jadi, A A Gambar trace 1, 4, 5 i1 k 1 3. Sirkuit kritis dalam G(A) di atas adalah sirkuit dengan bobot rata-ratanya adalah, yaitu sirkuit 1 1 dan 1, sehingga graf kritis G dapat disajikan sebagai berikut : Gambar.10 1

18 Teorema.11(Baccelli, et.al.,199) Diberikan A nn. Jika semua sirkuit dalam G(A) mempunyai bobot p n 1 nonpositif maka p n A E A... A Bukti : Karena banyak titik dalam G(A) adalah n maka semua lintasan dengan panjang p n tersusun dari k sirkuit dengan jumlah panjang seluruh sirkuit kurang dari p dan satu lintasan dengan panjang kurang dari n. Hal ini berarti untuk setiap p n dan untuk setiap s, t {1,,..., n}, terdapat r {1,,..., n} sehingga k p l m i dengan 0 1, 1 i, 1 st i dan i ri ri A A A l n m n r n k = 1,, 3,.... Karena semua sirkuit mempunyai bobot nonpositif maka untuk setiap p n dan p l untuk setiap s, t {1,,..., n} berlaku A A dengan 0 l n 1 Akibatnya Karena untuk setiap A p n A A A nn st p n berlaku E A A maka p n A E A A. st p n 1... Berdasarkan Teorema.11 tersebut didefinisikan operasi bintang (*) untuk matriks berikut ini. Definisi.1 Jika diberikan A nn dengan semua sirkuit dalam G(A) mempunyai bobot nonpositif, maka dapat didefinisikan dan n n1 : A E A A A A : A A. 13

19 Selanjutnya, akan diberikan definisi suatu matriks yang graf presedennya terhubung kuat, yaitu untuk setiap i, j V dengan i j, terdapat suatu lintasan dari i ke j. Definisi.13 Suatu matriks A terhubung kuat. nn dikatakan irredusible jika graf presedennya Teorema berikut memberikan syarat perlu dan cukup untu matriks irredusible. Teorema.14 Suatu matriks A n1 A A... A ij nn dikatakan irredusible jika dan hanya jika untuk setiap i, j dengan i j. Contoh Diberikan 3 1 A 1 1. Matriks A irredusible, karena A A , yang berarti A A untuk setiap i j. Dari graf preseden G(A) ij matriks A pada Gambar.9 terlihat bahwa untuk sebarang dua simpul berbeda i dan j terdapat suatu lintasan dari i ke j Diberikan matriks B 4, maka 0 14

20 B B Karena B B dan B B, maka B tidak irredusible. Pada 1 31 gambar graf pada Gambar.5 terlihat dalam graf preseden matriks B tersebut tidak terdapat lintasan dari simpul 1 ke simpul dan dari simpul 1 ke simpul 3. Selanjutnya akan diberikan mengenai konsep nilai dan vektor eigen dari matriks dalam aljabar -plus. Definisi.16 (Schutter, 1996) nn Diberikan A. Skalar λ nn disebut nilai eigen -plus matriks A jika terdapat suatu vektor n v dengan v n 1 sehingga Av v. Vektor v tersebut disebut vektor eigen -plus matriks A yang bersesuaian dengan λ. Berikut ini akan diberikan teorema yang mengaitkan nilai dan vektor eigen suatu matriks -plus dengan graf -plus Teorema.17 Diberikan A nn maka i. Skalar A, yaitu bobot rata-rata imum sirkuit elementer dalam G(A), merupakan suatu nilai eigen -plus matriks A ii. Jika skalar λ merupakan nilai eigen -plus dari matriks A, maka λ merupakan bobot rata-rata suatu sirkuit dalam G(A). 15

21 Contoh Diberikan matriks A dalam Contoh.8, diketahui A =, didapat nilai eigen -plus dari matriks A adalah. Dibentuk matriks B A A Selanjutnya, dihitung B 0, B : E B B Karena sirkuit 1 1 merupakan sirkuit kritis dalam G(A) maka kolom 0 pertama, 1, dan kolom kedua, 1 bersesuaian dengan A =, yaitu 1 0, matriks B * merupakan vektor eigen yang 0 dan Dalam teorema berikut ini akan diberikan beberapa sifat nilai eigen plus untuk matriks yang irredusible dan juga ketunggalan dari nilai eigen plus tersebut. 16

22 Teorema.19 i. Jika matriks irredusible A nn mempunyai nilai eigen plus λ dengan x vektor eigen -plus yang bersesuaian dengan λ, maka x i ε untuk setiap i {1,,..., n} ii. Jika matriks A tunggal. nn irredusible, maka A mempunyai nilai eigen 4. Sistem Linear Kejadian Diskret Diperhatikan suatu sistem jaringan kereta sederhana (Goverde, et.al, 1998) yang disajikan dalam Gambar 4.1 berikut: 5 3 S 1 S 3 Gambar 4.1 Misalkan di suatu kota terdapat dua stasiun kereta S 1 dan S yang dihubungkan dengan suatu jaringan rel kereta seperti pada Gambar 4.1 di atas, dengan dua kereta untuk tiap stasiun. Misalkan pada waktu keberangkatan pertama empat kereta tersebut melakukan perjalanan sebagai berikut. Kereta pertama berangkat dari stasiun S1, mengantar dan menjemput penumpang di pinggiran kota dan kembali ke S1. Kereta kedua berangkat dari stasiun S1, mengantar dan menjemput penumpang di tengah kota dan menuju ke stasiun S. Kereta ketiga berangkat dari stasiun S, mengantar dan menjemput penumpang di tengah kota dan menuju ke stasiun S1. Kereta keempat berangkat dari stasiun S, mengantar dan menjemput penumpang di pinggiran kota dan kembali ke S. Pada waktu keberangkatan kedua perjalanan kereta sebagai berikut. Kereta pertama dan 17

23 keempat kembali melakukan perjalanan seperti pada waktu perjalan sebelumnya. Kereta kedua berangkat dari stasiun S, mengantar dan menjemput penumpang di tengah kota dan menuju ke stasiun S1. Kereta ketiga berangkat dari stasiun S1, mengantar dan menjemput penumpang di tengah kota dan menuju ke stasiun S. Pada waktu keberangkatan ketiga perjalanan kereta seperti pada waktu perjalan pertama, demikian seterusnya. Dengan demikian jaringan rel kereta ini dapt dipandang terdiri dari satu lintasan dalam (S1 S S1) dan dua lintasan luar (S1 S1 dan S S). Kereta mencapai stasiun lain (atau yang sama) setelah suatu waktu tertentu, yang disebut sebagai waktu perjalanan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 di atas. Keberangkatan kereta di suatu stasiun harus menunggu kedatangan kereta yang lain sehingga penumpang mempunyai kesempatan berganti kereta untuk menuju tempat yang diinginkan. Waktu untuk menunggu kereta lain dan penumpang berganti kereta ini telah diperhitungkan dalam waktu perjalanan. Stasiun di pinggiran kota tidak dipertimbangkan karena tidak mempunyai peranan yang penting dalam pemodelan. Misalkan tidak ada jadwal keberangkatan kereta dan kereta langsung berangkat setelah penumpang berganti kereta pada suatu stasiun. Didefinisikan : x i (k) : waktu keberangkatan ke-k pada stasiun S i untuk i = 1,. Jika proses keberangkatan dan kedatangan suatu kereta berkesinambungan, maka didapat: x 1 (k) = ( + x 1 (k - 1), 5 + x (k - 1)), (4.) x (k) = (3 + x 1 (k - 1), 3 + x (k - 1) ), untuk k = 0, 1,,.... dengan menggunakan operasi aljabar -plus, persamaan (4.) dapat ditulis kan sebagai berikut : x1 k = x1 k 1 5 x k 1 x k = 3 x1 k 1 3 x k 1 Jika dituliskan dalam persamaan matriks aljabar -plus, persamaan-persamaan di atas menjadi 18

24 untuk k = 1,, 3,. x1 k 5 x1 k 1 x 3 3 k x k 1 Persamaan di atas dapat juga dituliskan dengan 1 x k A x k untuk k = 1,, 3,, dengan keadaan awal x(0) = x 0 x k x x k k , A. Dalam prakteknya, jaringan rel kereta api beroperasi berdasarkan jadwal keberangkata. Jadwal keberangkatan ini terdiri dari waktu keberangkatan kereta dari semua stasiun. Hal ini berarti bahwa sebuah kereta tidak dapat meninggalkan stasiun sebelum jadwal keberangkatannya, meskipun kereta yang ditunggunya telah datang. Didefinisikan: d i (k ) = jadwal keberangkatan kereta ke-k pada stasiun S i untuk i = 1,. Kemudian didapat x(k) sebagai berikut : x 1 (k) = { + x 1 (k - 1), 5 + x (k - 1), d 1 (k)], (4.3) x (k) = (3 + x 1 (k - 1), 3 + x (k - 1), d (k) ), untuk k = 0, 1,,.... dengan menggunakan operasi aljabar -plus, persamaan (4.3) dapat ditulis kan sebagai berikut : x1 k = x1 k 1 5 x k 1 d1 k x k = 3 x1 k 1 3 x k 1 d k Jika dituliskan dalam persamaan matriks aljabar -plus, persamaan-persamaan di atas menjadi untuk k = 1,, 3,. k x1 k 5 x1 k 1 d1 k x 3 3 k x k 1 d Persamaan di atas dapat juga dituliskan dengan 1 x k A x k d k untuk k = 1,, 3,, dengan keadaan awal x(0) = x 0 19

25 x k x k d k 1, d k 1, x k d k 5 3 3, A. Selanjutnya, akan diberikan kasus lain, yaitu sistem produksi sederhana dalam suatu pabrik sebagai beikut : Diperhatikan suatu sistem produksi sederhana (Gaubert dan Katz, 00) yang disajikan dalam Gambar 4.4 berikut : d = u t 1 = 0 t 1 = 5 M t 1 = 6 d 3 = 3 M 1 M 3 d 1 = 1 t y = 3 y Gambar 4.4 Sistem ini terdiri dari 3 unit mesin produksi M 1, M, M 3. Bahan baku dimasukkan ke M 1, diproses dan dikirim ke M. Pada mesin M produk setengahjadi dari M 1 diproses dan dikirim ke M 3. Selanjutnya, produk setengah-jadi diproses di M 3 dan dihasilkan output produk jadi. Waktu pemrosesan untuk M 1, M, dan M 3 berturut-turut adalah d 1 = 1, d 1 = dan d 3 = 3 satuan waktu. Diasumsikan bahan baku yang di input langsung dapat diproses di M 1, t 1 = 0, dan memerlukan t = 5 satuan waktu untuk dapat masuk ke M. Selain itu, produk setengah-jadi dari M memerlukan t 3 = 6 satuan waktu untuk sampai ke M 3 dan memerlukan t y = 3 satuan waktu sebelum akhirnya menjadi output produk jadi. Pada input sistem dan antara unit mesin terdapat penyangga (buffer) dengan kapasitas yang besar untuk menjamin tidak ada penyangga yang meluap (overflow). Suatu mesin hanya dapat mulai bekerja untuk suatu produk baru jika ia 0

26 telah menyelesaikan pemrosesan produk sebelumnya. Diasumsikan bahwa setiap unit pemrosesan mulai bekerja segera setelah bahan tersedia. Didefinisikan : i) u(k) : waktu saat bahan baku dimasukkan ke sistem untuk pemrosesan ke-(k), ii) x i (k) : waktu saat mesin ke-i mulai bekerja untuk pemrosesan ke-k, iii) y(k) : waktu saat produk ke-k yang diselesaikan meninggalkan sistem. Waktu saat M 1 mulai bekerja untuk pemrosesan ke-(k) dapat ditentukan sebagai berikut. Jika bahan mentah dimasukkan ke sistem untuk pemrosesan ke-(k), maka bahan mentah ini tersedia pada unit mesin M 1 pada waktu t = u(k) + t 1 = u(k) + 0. Akan tetapi M 1 hanya dapat mulai bekerja pada sejumlah bahan baku baru segera setelah menyelesaikan pemrosesan sebelumnya, yaitu sejumlah bahan baku untuk pemrosesan ke-(k-1). Karena waktu pemrosesan pada M 1 adalah d 1 = 1 satuan waktu, maka produk setengah-jadi akan meninggalkan M 1 pada saat t = x 1 (k-1) +1. Hal ini dapat dituliskan dengan : x k u k 0, x k 1 1 untuk k = 1,, 3, 1 1 Secara sama diperoleh waktu pemrosesan ke-k untuk mesin M, M 3 dan waktu saat produk ke-k yang diselesaikan meninggalkan sistem sebagai berikut: x k = x1 k x k 1 5, 1 u k x1 k x k 0, 1 1 6, 1 = = u k x k x k 6, 1 7, 1 1 x3 k = x k x3 k y k = 6, 1 3 = u k x1 k x k x3 k 6, 1 7, 1 8, 1 3 = u k x k x k x k 14, 1 15, 1 10, 1 3 x3 k 3 untuk k = 1,, 3, 1 3 Dengan menggunakan operasi aljabar -plus, persamaan-persamaan dalam model sistem produksi sederhana tersebut dapat dituliskan dalam persamaan berikut: 1

27 x1 k = 1 x1 k 1 u k x k = 7 x1 k 1 x k 1 6 u k x3 k = 15 x1 k 1 10 x k 1 3 x3 k 1 14 u k y k = 3 x3 k Jika dituliskan dalam persamaan matriks aljabar -plus, persamaan-persamaan di atas menjadi x1 k 1 x1 k 1 0 x k 7 x k 1 6 u k x k x k k k x1 y k 3 x k x3 untuk k = 1,, 3,. Persamaan di atas dapat juga dituliskan dengan 1 x k A x k B u k y k C x k untuk k = 1,, 3,, dengan keadaan awal x(0) = x 0 k k x1 xk x k x (4.5) 3, 3 A 7 3, 3 B 6 1, u k 1 dan C = Dari contoh tersebut diperlihatkan bahwa matriks dalam persamaan sistem merupakan matriks konstan, yaitu tidak tergantung pada parameter k. Selain itu, pada sistem tersebut hanya satu macam bahan baku yang diproses dalam satu kali waktu pemrosesan dan menghasilkan output satu macam barang jadi. Pada kenyataannya, dalam suatu sistem dimungkinkan terdapat lebih dari satu input dan

28 satu output dalam satu kejadian. Akibatnya didapat bentuk umum persamaan (4.1) adalah sebagai berikut: dengan A x(k) = A x( k-1) B u(k) y(k) = C x( k) x(0) = x 0 nn n p qn, B, C, x x k p, y(k) q k = 1,, 0, n, u(k) Vektor x(k) menyatakan keadaan pada saat k, u(k) disebut vektor input, y(k) disebut vektor output dan x(0) disebut vektor keadaan awal dari sistem. Jika diasumsikan vektor-vektor x(k), u(k), y(k) dan x(0) hanya menjalani nilai-nilai tertentu, sistem di atas dapat definisikan sebagai berikut. Definisi 4.6 (Gaubert dan Katz, 00) SKD Linear atas dengan persamaan berikut : dengan A x(k) = A x( k-1) B u(k) dapat dinyatakan y(k) = C x( k) (4.7) x(0) = x 0 nn n p qn, B, C, x x k p, y(k) q k = 1,,. 0, n, u(k) Vektor x(k) menyatakan keadaan(state), u(k) disebut vektor input, y(k) disebut vektor output dan x(0) disebut vektor keadaan awal dari Sistem (4.7). Selanjutnya, jika x(0) =, maka dari persamaan (4.7) didapat x(1) = A x(0) B u(1) = B u(1) x() = A x(1) B u() = = A B u(1) Bu() = B AB u u 1 1 A B u B u 3

29 1 3 x(3) = A x() B u(3) = = = x(n) = = A A A B u B u B u B u(1) ABu() B u(3) 3 1 u B AB A B u u n 1 A Bu(1) n A B u()... A B u(n-1)bu(n) u n u n 1 n1 B AB A B u 1 (4.8) Dari persamaan (4.) terlihat vektor-vektor yang memenuhi persamaan (4.8) dapat dicapai dari kondisi awal x(0) = n dan input-input yang bersesuaian. SKD Linear -plus dalam definisi di atas secara singkat akan ditulis dengan SKD (A, B, C) dan dituliskan SKD (A, B, C, x 0 ) jika kondisi awal x(0) = x 0 diberikan. SKD dengan satu input dan satu output akan disebut SKD satu input satu output (SISO). Sedangkan SKD dengan lebih dari satu output akan disebut SKD multi input multi output (MIMO). Dalam situasi tertentu ada suatu SKD yang keadaannya tidak dipengaruhi kedatangan input, yang disebut SKD autonomus, seperti diberikan dalam definisi berikut. Definisi 4.9 SKD autonomus adalah SKD yang mepunyai persamaan berikut : dengan A x(k) = A x( k-1) y(k) = C x( k) (4.10) nn qn, C, y(k) q k = 1,,. 4

30 Secara singkat SKD autonomus seperti dalam definisi di atas ditulis dengan SKD (A,C, x 0 ) dengan x 0. Intepretasi SKD autonomus dalam sistem produksi sederhana adalah bahwa pada keadaan awal sistem, buffer input dan beberapa buffer internal tidak kosong (x 0 ), kemudian bahan baku dimasukkan kedalam sistem dengan laju tertentu sedemikian sehingga buffer input tidak pernah kosong. Jadi mesin-mesin sudah bekerja pada kondisi awal, dan untuk selanjutnya tidak perlu menunggu kedatangan input, karena input sudah selalu tersedia. Dalam kasus Sistem Jaringan Kereta Sederhana, SKD autonomus adalah pada saat tidak ada jadwal keberangkatan. Dalam hal ini, kereta segera berangkat setelah menunggu kereta lain dan penumpang berganti kereta, tanpa menunggu jadwal keberangkatan. 5

31 F. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga bulan yaitu dimulai pada bulan September 010 dan berakhir pada bulan Nopember 010. Jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: No. Kegiatan Penelitian 1. Persiapan. Pengadaan Literatur 3. Kajian Teoritik 4. Evaluasi Penelitian 5. Pembuatan Laporan September Oktober Nopember G. ANGGARAN PENELITIAN No. Uraian Vol Harga Satuan (Rp) 1. Honor Tim Peneliti: a. Ketua Peneliti (1 org x 3 bln x 1 keg) b. Anggota Peneliti ( org x 3 bln x 1keg). ATK dan Bahan Habis Pakai: a. Catridge Canon PIXMA warna b. Catridge Canon PIXMA hitam c. Kertas HVS A4, 80 gram d. Alat Tulis 3. Bahan dan Peralatan Penelitian a. Flashdisk 4 GB b. Pengadaan Literatur 4. Lain-lain a. Peyusunan dan Penggandaan Proposal b. Komunikasi dan Akses Internet c. Publikasi Jurnal d. Penyusunan dan Penggandaan Laporan 3 Obk 6 Obk 1 buah 1 buah 3 rim 1 keg 1 buah 1 keg 1 keg 1 keg 1 jurnal 1 keg Jumlah (Rp) Total

32 H. DAFTAR PUSTAKA Baccelli, F., Cohen, G., Olsder, G.J., Quadrat, J.P., 199, Synchronization and Linearity, Wiley, New York. Brewer, J.W., Bunce, J.W., Van-Vleck, F.S., 1986, Linear Systems Over Commutative Rings, Marcel Dekker, Inc., New York. Brown, W.C., 1993, Matrices Over Commutative Rings, Marcel Dekker, Inc., New York. Cohen, G., Gaubert, S., Quadrat, J.P., 1999, Max-Plus Algebra and Systems Theory: Where We Are and Where to Go Now, Annual Review in Control, 3, 07-19, Gaubert, S. 1998, Exotic Semirings : Examples and General Result, amadeus.inria.fr, Maret 1998, diakses 5 Desember 008. I. BIODATA PENELITI 1. Ketua Pelaksana a. Nama : Nilamsari Kusumastuti, M.Sc. b. NIP : c. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/ III/b d. Jabatan : Asisten Ahli e. Bidang Keahlian : Aljabar. Anggota Pelaksana I a. Nama : Shantika Martha, S.Si b. NIP : c. Pangkat/Golongan : Penata Muda / III/a d. Jabatan : Tenaga pengajar e. Bidang Keahlian : Matematika Terapan 3. Anggota Pelaksana II a. Nama : Evy Sulistyaningsih, S.Si, M.Sc. b. NIP : c. Pangkat/Golongan : Penata Muda / III/a d. Jabatan : Tenaga pengajar e. Bidang Keahlian : Matematika Terapan 7

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitan yang dilaksanakan dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas penelitian-penelitian tentang aljabar maks-plus yang telah dilakukan dan teori-teori yang menunjang penelitian masalah nilai eigen dan vektor eigen yang diperumum

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR. Judul Penelitian : Identifikasi Sifat-Sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Max-Plus..Ketua Pelaksana : a. Nama : Musthofa, M.Sc b.

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG Mira Amalia, Siswanto, dan Bowo Winarno Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak. Aljabar merupakan cabang ilmu matematika

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh DEVI SAFITRI 10654004470 FAKULTAS

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Tri Anggoro Putro, Siswanto, Supriyadi Wibowo Program Studi Matematika FMIPA UNS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS Maria Ulfa Subiono 2 dan Mahmud Yunus 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 23 e-mail: ulfawsrejo@yahoo.com subiono28@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS Farida Suwaibah, Subiono, Mahmud Yunus Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,, e-mail: fsuwaibah@yahoo.com

Lebih terperinci

SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS 1. PENDAHULUAN

SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS 1. PENDAHULUAN SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Kiki Aprilia, Siswanto, dan Titin Sri Martini Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret ABSTRAK.

Lebih terperinci

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto Jurusan Matematika FMIPA UNS sis.mipauns@yahoo.co.id Abstrak Misalkan R himpunan bilangan real. Aljabar Max-Plus adalah himpunan

Lebih terperinci

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 1 (2013), hal. 63 70. RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Eka Wulan Ramadhani, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani INTISARI Rank dari matriks

Lebih terperinci

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN WAKTU KEDATANGAN PESAWAT DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG DENGAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Casilda Reva Kartika, Siswanto, dan Sutrima Program Studi Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kejadian diskrit (Discrete-Event System) merupakan suatu sistem yang state space nya berbentuk diskret, sistem yang keadaannya berubah hanya pada waktu

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal. 183-190 DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN Fidiah Kinanti, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aljabar max-plus bersifat assosiatif, komutatif, dan distributif.

BAB I PENDAHULUAN. aljabar max-plus bersifat assosiatif, komutatif, dan distributif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aljabar max-plus adalah himpunan R := R { } dilengkapi dengan operasi a b := max(a,b) dan a b := a + b. Elemen identitas penjumlahan dan perkalian berturut-turut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat Aljabar Max-Plus, matriks atas Aljabar Max-Plus, matriks dan graf, nilai eigen dan vektor eigen Aljabar Max-Plus,

Lebih terperinci

Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus

Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus Himmatul Mursyidah (1213 201 001) Dosen Pembimbing : Dr. Subiono, M.S. Program Magister

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Anita Nur Muslimah 1, Siswanto 2, Purnami Widyaningsih 3 A-1 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 anitanurmuslimah@yahoo.co.id, 2 sis.mipauns@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian

Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-605X Vol. 6, No., May 2009, 49 59 Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian Subiono Jurusan Matematika FMIPA ITS, Surabaya subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab

Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab J. Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No., Nov. 004, 1 7 Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab Subiono Jurusan Matematika, FMIPA -

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS Galih Gusti Suryaning Akbar, Siswanto, dan Santoso Budi Wiyono Program Studi Matematika

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS PENJDWLN KEGITN BELJR MENGJR SEKOLH MENENGH TS MENGGUNKN LJBR MX-PLUS Yustinus Hari Suyanto 1, Subiono 2 Graduate of Student Department of Mathematic ITS, Surabaya 1 hari_yustinus@yahoo.co.id, 2 subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi

Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi Subjudul (jika diperlukan) [TNR14, spasi 1] Suroto, Ari Wardayani Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Fitri Aryani 1, Tri Novita Sari 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS Sebelum membahas Aljabar Max-Plus, akan diuraikan terlebih dahulu beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut dipenuhi oleh suatu Aljabar Max-Plus.

Lebih terperinci

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya Kode Makalah M-1 Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: yatiuny@yahoo.com

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS oleh ANITA NUR MUSLIMAH M01009009 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kejadian diskrit (SKD) adalah nama klasifikasi masalah tentang sistem dengan sumber daya berhingga yang digunakan oleh beberapa pengguna untuk mencapai

Lebih terperinci

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Annisa Rahmawati, Siswanto, Muslich Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA

PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA oleh ARIF MUNTOHAR M0111012 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif Joko Harianto 1, Puguh Wahyu Prasetyo 2, Vika Yugi Kurniawan 3, Sri Wahyuni 4 1 Mahasiswa S2 Matematika FMIPA UGM, 2 Mahasiswa S2 Matematika FMIPA UGM, 3

Lebih terperinci

KAJIAN METODE KONDENSASI CHIO PADA DETERMINAN MATRIKS

KAJIAN METODE KONDENSASI CHIO PADA DETERMINAN MATRIKS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 279 284. KAJIAN METODE KONDENSASI CHIO PADA DETERMINAN MATRIKS Adrianus Sumitro, Nilamsari Kusumastuti, Shantika Martha

Lebih terperinci

POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Maryatun, Siswanto, dan Santoso Budi Wiyono Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak Polinomial dalam aljabar maks-plus dapat dinotasikan sebagai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS MULYADI NPM

UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS MULYADI NPM UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS MULYADI NPM. 0906577362 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA

Lebih terperinci

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto 1, Aditya NR 2, Supriyadi W 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 sismipauns@yahoocoid, 2 adityanurrochma@yahoocom,

Lebih terperinci

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan Fitri Aryani 1, Rahmadani 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suskaacid Abstrak

Lebih terperinci

RESIDUATION OF MATRICES OVER DIOIDS

RESIDUATION OF MATRICES OVER DIOIDS RESIDUATION OF MATRICES OVER DIOIDS Musthofa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Ari Suparwanto Jurusan matematika FMIPA UGM Abstract A solution of A b in maplus linear system can be determined by

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS oleh GALIH GUSTI SURYANING AKBAR M0111039 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

A-10 OPTIMISASI JADWAL PEMESANAN BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN SISTEM LINEAR MAX-PLUS WAKTU INVARIANT

A-10 OPTIMISASI JADWAL PEMESANAN BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN SISTEM LINEAR MAX-PLUS WAKTU INVARIANT A-10 OPIMISASI JADWAL PEMESANAN BAKPIA PAHOK JAYA 25 DAERAH ISIMEWA YOGYAKARA DENGAN SISEM LINEAR MAX-PLUS WAKU INVARIAN Mustofa Arifin 1 dan Musthofa 2 1 Mahasiswa Program Studi Matematika Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU PRODUKSI TERCEPAT PADA SISTEM MESIN PRODUKSI JAMU DI PT. PUTRO KINASIH DENGAN ALJABAR MAX-PLUS

PENENTUAN WAKTU PRODUKSI TERCEPAT PADA SISTEM MESIN PRODUKSI JAMU DI PT. PUTRO KINASIH DENGAN ALJABAR MAX-PLUS PENENTUAN WAKTU PRODUKSI TERCEPAT PADA SISTEM MESIN PRODUKSI JAMU DI PT. PUTRO KINASIH DENGAN ALJABAR MAX-PLUS oleh CAESAR ADHEK KHARISMA M0109017 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA oleh BUDI AGUNG PRASOJO M0105001 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DALAM ALJABAR MAX-PLUS TESIS RIDA NOVRIDA

UNIVERSITAS INDONESIA NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DALAM ALJABAR MAX-PLUS TESIS RIDA NOVRIDA UNIVERSITAS INDONESIA NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DALAM ALJABAR MAX-PLUS TESIS Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar magister sains RIDA NOVRIDA 1006786221 FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

OPTIMASI WAKTU PRODUKSI DAN ANALISIS KEPERIODIKAN PADA GRAF SISTEM PRODUKSI BER-LOOP DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS

OPTIMASI WAKTU PRODUKSI DAN ANALISIS KEPERIODIKAN PADA GRAF SISTEM PRODUKSI BER-LOOP DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS OPTIMASI WAKTU PRODUKSI DAN ANALISIS KEPERIODIKAN PADA GRAF SISTEM PRODUKSI BER-LOOP DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL A-4 Harry Nugroho 1, Effa Marta R 2, Ari Wardayani 3 1,2,3 Program Studi Matematika Universitas Jenderal Soedirman 1 harry_nugroho92@yahoo.com 2 marta_effa, 3

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR SUPERTROPICAL

KARAKTERISASI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR SUPERTROPICAL TESIS SM 142501 KARAKTERISASI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR SUPERTROPICAL Dian Yuliati NRP. 1214 201 002 DOSEN PEMBIMBING Dr. Subiono, M.S. PROGRAM MAGISTER JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY Any Muanalifah August 9, 2010 Latar Belakang Latar Belakang Teori himpunan fuzzy berkembang pesat saat ini. Banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apabila ditinjau dari struktur aljabar, semiring S merupakan generalisasi dari ring. Sifat idempoten terhadap operasi penjumlahan yang diberikan pada semiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG oleh MIRA AMALIA M0113030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit BAB I RUANG EKTOR UMUM Dalam bab ini akan dipelajari tentang konsep ruang vektor umum, sub ruang vektor dan sifat-sifatnya. Pada pembicaraan ini, para mahasiswa dianggap sudah mengenal konsep dan sifat

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS oleh ADITYA WENDHA WIJAYA M0109003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem kejadian dinamik diskrit (discrete-event dynamic system) merupakan sistem yang keadaannya berubah hanya pada titik waktu diskrit untuk menanggapi terjadinya

Lebih terperinci

MASALAH NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN YANG DIPERUMUM MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS

MASALAH NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN YANG DIPERUMUM MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS MASALAH NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN YANG DIPERUMUM MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS oleh DIAN RIZKI NURAINI M0111021 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus

Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Tri Utomo 1, Subiono 2 1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Three1st@gmail.com 2 Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI

PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Syarat Cukup dan Perlu Elemen Gelanggang Merupakan Pembagi Nol Kiri maupun Kanan )(RMnn

Syarat Cukup dan Perlu Elemen Gelanggang Merupakan Pembagi Nol Kiri maupun Kanan )(RMnn Syarat Cukup dan Perlu Elemen Gelanggang Merupakan Pembagi Nol Kiri maupun Kanan )(RMnn Oleh K a r y a t i R. Rosnawati Abstrak Himpunan matriks ordo atas gelanggang nr komutatif, yang selanjutnya dinotasikan

Lebih terperinci

MODUL ATAS RING MATRIKS ( ) Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman Ari Wardayani Universitas Jenderal Soedirman

MODUL ATAS RING MATRIKS ( ) Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman Ari Wardayani Universitas Jenderal Soedirman Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 MODUL ATAS RING MATRIKS Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman arindiadwikurnia@gmail.com Ari

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter SEMINAR TUGAS AKHIR Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter OLEH: Kistosil Fahim DOSEN PEMBIMBING: Dr. Subiono, M.Sc Subchan, M.Sc.,PhD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aljabar Max-Plus Himpunan bilangan riil (R) dengan diberikan opersai max dan plus dengan mengikuti definisi berikut : Definisi II.A.1: Didefinisikan εε dan ee 0, dan untuk himpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS STRUKTUR ALJABAR 1 Winita Sulandari FMIPA UNS Pengantar Struktur Aljabar Sistem Matematika terdiri dari Satu atau beberapa himpunan Satu atau beberapa operasi yg bekerja pada himpunan di atas Operasi-operasi

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MENGOPTIMALISASI WAKTU PRODUKSI BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MENGOPTIMALISASI WAKTU PRODUKSI BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MENGOPTIMALISASI WAKTU PRODUKSI BAKPIA PATHOK JAYA 25 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

OPERASI MODIFIKASI ARITMATIKA INTERVAL TERHADAP INVERS MATRIKS INTERVAL

OPERASI MODIFIKASI ARITMATIKA INTERVAL TERHADAP INVERS MATRIKS INTERVAL Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 9-18 OPERASI MODIFIKASI ARITMATIKA INTERVAL TERHADAP INVERS MATRIKS INTERVAL Dodi Arianto, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI

Lebih terperinci

MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS

MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS UNIVERSITAS INDONESIA MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS DESSY 0906577324 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA DEPOK JULI

Lebih terperinci

APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK

APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK oleh AHMAD DIMYATHI M0111003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

Matematika Teknik INVERS MATRIKS INVERS MATRIKS Dalam menentukan solusi suatu SPL selama ini kita dihadapkan kepada bentuk matriks diperbesar dari SPL. Cara lain yang akan dikenalkan disini adalah dengan melakukan OBE pada matriks koefisien

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Modul 1 PENDAHULUAN

Konsep Dasar. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Konsep Dasar M PENDAHULUAN Drs. Suryo Guritno, M.Stats., Ph.D. ateri yang akan dibahas dalam modul ini adalah konsep-konsep dasar aljabar matriks yang meliputi pengertian matriks, vektor dan skalar;

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS AHMAD AFIF 1, SUBIONO 2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS PLUS

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS PLUS KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS PLUS oleh TRI ANGGORO PUTRO M0112100 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS

Lebih terperinci

Simetrisasi Aljabar Max Plus

Simetrisasi Aljabar Max Plus Simetrisasi Aljabar Max Plus 1, 2 Lutfina Sahroni 1, Fitria 2, Yeni Susanti 3 Mahasiswa S1 Matematika FMIPA UGM 3 Jurusan Matematika FMIPA UGM Abstrak : Aljabar max plus merupakan aljabar yang dilengkapi

Lebih terperinci

ABSTRACT. v(k + 1) = A v(k),

ABSTRACT. v(k + 1) = A v(k), ii ABSTRAK Dwi Setiawan, 2016. APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA MASALAH PENJADWALAN PENGOPERASIAN BUS BATIK SOLO TRANS (BST) KORI- DOR SATU DI SURAKARTA. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA

TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA Eddy Djauhari Departemen Matematika Fmipa Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21, tlp./fax. : 022-7794696, Jatinangor, 45363 Email : eddy.djauhari@unpad.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351)

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351) I. Aljabar Himpunan Aljabar Himpunan Dalam bab ini kita akan menyajikan latar belakang yang diperlukan untuk mempelajari analisis riil. Dua alat utama analisis riil, yakni aljabar himpunan dan fungsi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring

IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 2 Hal. 41 46 (2013) IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring YOHANA YUNET BAKARBESSY 1, HENRY W. M. PATTY

Lebih terperinci

BARISAN ULTIMATELY GEOMETRIC PADA ALJABAR MAX-PLUS TESIS

BARISAN ULTIMATELY GEOMETRIC PADA ALJABAR MAX-PLUS TESIS UNIVERSITAS INDONESIA BARISAN ULTIMATELY GEOMETRIC PADA ALJABAR MAX-PLUS TESIS SRI SYAMSIAH WARDHANI 0906577412 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA DEPOK 2011

Lebih terperinci

KAJIAN OPERASI ARITMETIKA INTERVAL DAN SIFAT-SIFATNYA

KAJIAN OPERASI ARITMETIKA INTERVAL DAN SIFAT-SIFATNYA Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 19 28. KAJIAN OPERASI ARITMETIKA INTERVAL DAN SIFAT-SIFATNYA Analia Wenda, Evi Noviani, Nilamsari Kusumastuti INTISARI

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan definisi graf,

Lebih terperinci

Kajian Teori Ideal Perluasan Subtraktif Pada Semiring Ternari

Kajian Teori Ideal Perluasan Subtraktif Pada Semiring Ternari JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) A 12 Kajian Teori Ideal Perluasan Subtraktif Pada Semiring Ternari Nur Qomariah dan Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL MENGGUNAKAN METODE PANGKAT

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL MENGGUNAKAN METODE PANGKAT Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 6, No. 0 (017), hal 17 6. PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL MENGGUNAKAN METODE PANGKAT Yuyun Eka Pratiwi, Mariatul Kiftiah,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: derivasi, ideal semigrup, prime near-ring, ring komutatif

ABSTRAK. Kata kunci: derivasi, ideal semigrup, prime near-ring, ring komutatif Judul : Syarat Cukup Prime Near-Ring Merupakan Ring Komutatif Nama : Pradita Zuhriahida Triwulandari Pembimbing : 1. Kartika Sari, S.Si., M.Sc. 2. Luh Putu Ida Harini, S.Si., M.Sc. ABSTRAK Near-ring merupakan

Lebih terperinci

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan 1. GRUP Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan pasangan elemen ( ab, ) pada G, yang memenuhi dua kondisi berikut: 1. Setiap pasangan elemen

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 3 (2015), hal 337-346 DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Heronimus Hengki, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI Matriks kompleks merupakan matriks

Lebih terperinci

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015 Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS oleh ANNISA RAHMAWATI M0112010 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 24 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-62-97552--2 Deskripsi halaman sampul : Gambar yang

Lebih terperinci

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang

Lebih terperinci

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS :

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS : BAB I MATRIKS DEFINISI : Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun/dijajarkan berbentuk persegi panjang (menurut baris dan kolom). Skalar-skalar itu disebut elemen matriks.

Lebih terperinci

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA 07934028 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ABSTRAK Misalkan

Lebih terperinci