TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA"

Transkripsi

1 TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA Eddy Djauhari Departemen Matematika Fmipa Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21, tlp./fax. : , Jatinangor, eddy.djauhari@unpad.ac.id ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas tentang Teorema Cayley dan pembuktiannya dengan menggunakan dua metode, yaitu melalui korespondensi 1-1 antara pohon berlabel dengan barisan dan melalui Teori Kombinatorial. Teorema Cayley ini dikemukakan oleh seorang matematikawan Inggris yang bernama Arthur Cayley. Dalam Teorema Cayley ini dikatakan bahwa bila n merupakan bilangan bulat lebih besar dari satu, maka jumlah pohon yang memiliki n simpul berlabel adalah n n 2. Sampai saat ini sudah banyak yang menemukan metode pembuktian Teorema Cayley ini, namun dalam makalah ini hanya dibahas dua metode pembuktian saja. Kata kunci : Teori Graf, Teori Kombinatorial, Teorema Cayley, Korespondensi 1-1, dan Pohon Berlabel. 1. PENDAHULUAN Dalam waktu sekarang-sekarang ini, teori graf telah menguatkan dirinya sebagai alat (tool)matematika yang sangat penting dan bermanfaat. Hal yang utama adalah berhubungan dengan struktur diskrit yang ada pada sistem. Banyak sekali ilmu yang menggunakan Teori Graf (Graph Theory), mulai dari riset operasi, proses komputasi, rangkaian listrik, ilmu komputer, kimia dan biologi (terutama tentang genetika). Teori graf bahkan telah menjadi ilmu tersendiri seperti halnya cabang Ilmu Matematika yaitu Aljabar dan Analisis. Bahkan dengan berkembangnnya Ilmu Komputer dan Teknik Informatika, maka Teori Graf telah banyak memberikan dukungan dalam ilmu yang baru yakni Algoritma Graf (Graph Algorithm). Graf secara sederhana terdiri dari dua himpunan berhingga, yaitu himpunan titik yang disebut dengan himpunan vertex (V=vertex = titik) dan himpunan garis atau himpunan sisi (E = Edge) = sisi). Graf dengan himpunan vertex dan himpunan sisi disimbolkan dengan G (V,E). Dalam makalah ini akan dibicarakan tentang graf yang bersifat khusus, yaitu pohon (tree), karena Teorema Cayley berhubungan dengan pohon berlabel. 2. KAJIAN LITERATUR 2.1 Pohon Untuk para Matematikawan dan Ilmuwan yang lain, pohon merupakan bentuk graf yang sederhana dan banyak memiliki sifat-sifat yang mentakjubkan / mengagumkan. Contohnya isomer isomer kimia karbon divisualisasikan berbentuk pohon. Penyajian jaringan komputer pun merupakan bentuk pohon. Dalam kehidupan sehari-hari, orang telah lama menggunakan pohon untuk silsilah keluarga. Pohon sudah lama digunakan sejak tahun 1857, ketika Matematikawan Inggris bernama Arthur Cayley menggunakan pohon untuk menghitung jumlah senyawa kimia. Akhir akhir ini pohon digunakan juga pada pemodelan jaringan komputer yang memuat berbagai macam elemen seperti komputer-komputer dan kabel komunikasi. Selanjutnya akan diberikan beberapa definisi yang berkaitan dengan teori pohon. Definisi 2.1 : Pohon (tree) adalah graf tak berarah terhubungkan yang tidak memiliki rangkaian sederhana. Definisi 2.2 : Pohon perentang (spanning tree) dari graf G adalah graf bagian G yang berupa pohon dan memuat semua vertex dari G.

2 Definisi 2.3 : Derajat (degree) sebuah vertex (simpul) atau titik v disimbolkan dengan deg(v) adalah banyaknya sisi/garis/rusuk yang berhubungan dengan titik v, dan sisi suatu loop dihitung dua kali. Definisi 2.4 : Jembatan (bridge) adalah sisi dalam suatu graf yang penghapusannya akan membuat graf terpecah menjadi dua komponen. Definisi 2.5 : Pohon berlabel atau pohon bernilai adalah pohon yang di setiap simpulnya mempunyai keterangan/nilai yang digunakan untuk mengindikasikan bahwa diagram tersebut digunakan untuk tujuan tertentu. Di bawah ini diberikan contoh pohon dan bukan pohon. T 1 : v 1 v 2 v 4 v 5 v 6 v 7 v 8 T 2 : v 7 v 1 v 4 v 8 v 2 v 5 Gambar 1. T 1 pohon dan T 2 bukan pohon v 6 Teorema teorema di bawah ini dan buktinya merupakan hasil dan sifat-sifat yang dimiliki pohon. Teorema 2.1 : Jika T adalah pohon dengan n titik maka T mempunyai (n 1) sisi atau rusuk. Untuk n = 1 maka jelas T merupakan sebuah titik saja yaitu graf tanpa sisi (n 1) = 0 sisi. Untuk n > 1, maka T mempunyai (n 1) sisi. Jika sebuah sisi sembarang e di T dihapus, maka akan didapat 2 graf bagian yang masingmasing merupakan pohon, katakanlah T 1 dan T 2 dengan masing-masing titik sebanyak n 1 dan n 2 dan masing-masing sisi sebanyak k 1 dan k 2. Dari sini diperoleh hubungan sebagai berikut : n 1 + n 2 = n, k 1 + k 2 = (n 1 1) + (n 2 1) = n 1 + n 2 2 = n 2 (sebab sebuah sisi sembarang e telah dihapus dari T). Jadi k 1 = n 1 1 dan k 2 = n 2 1. Teorema 2.2 : Jika T tidak memiliki rangkaian sederhana dan mempunyai (n 1) sisi, maka T terhubung Misalkan T tak terhubung dan mempunyai (n 1) sisi maka T tidak memiliki rangkaian sederhana dan jumlah titiknya lebih satu daripada jumlah sisinya. Oleh sebab itu jumlah total titik di T melebihi sisinya dengan paling sedikit 2, yang kontradiksi dengan kenyataan bahwa T memiliki (n 1) sisi. Teorema 2.3 : Jika T adalah graf terhubung dan mempunyai (n 1) sisi mata T terhubung dan setiap sisinya adalah jembatan. Akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan T terhubung dan ada sisinya yang bukan jembatan, maka dengan menghilangkan sebuah sisi tertentu, akan didapat graf dengan n titik dan (n 2) sisi. Graf ini pastilah tidak terhubung, sehingga diperoleh kontradiksi. Teorema 2.4 : Jika T adalah graf terhubung dan setiap sisinya merupakan jembatan, maka dua titik sembarang di T dihubungkan dengan tepat satu lintasan. Akan dibuktikan dengan kontradikasi : Jika dua titik sembarang di T dihubungkan dengan lebih dari satu lintasan (katakanlah dua lintasan), maka dua titik tersebut membentuk rangkaian. Dengan adanya rangkaian maka setiap sisi pada rangkaian tersebut bukan jembatan, dengan kata lain ada sisi yang bukan merupakan jembatan di T. Hal ini kontradiksi dengan kenyataan bahwa setiap sisi di T adalah jembatan. Teorema - teorema di atas merupakan teorema penting yang berkaitan dengan pohon. Teorema Cayley berhubungan dengan jumlah total (non isomorfis) pohon berlabel.

3 Teorema 2.5 (Teorema Cayley) : [3] Ada sebanyak n n-2 pohon berlabel dengan n titik yang berbeda. 3. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang penulis lakukan adalah membahas tentang kontruksi pembuktian Teorema Cayley dengan dua pendekatan. Pendekatan itu adalah dengan melakukan korespondensi 1-1 antara pohon berlabel dengan barisan bilangan bulat positif dan yang kedua dengan melakukan perhitungan melalui teori kombinatorial. Dalam hal ini pohon berlabel adalah pohon yang titiknya dilabelkan dengan bilangan bulat positif. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korespondensi 1-1 antara pohon berlabel dengan barisan. [4] Inti pembuktian Teorema Cayley dengan korespondensi adalah melakukan korespondensi 1-1 antara pohon berlabel dengan barisan ( a 1, a 2, a 3,, a n 2 ). Pembuktian ini telah dilakukan oleh Pruefer. Gambar 2. Konstruksi dasar pembuktian dengan korespondensi 1-1 Pros. 1 (Proses 1) : konstruksi dari pohon berlabel menjadi barisan. Pros. 2 (Proses 2) : konstruksi dari barisan menjadi pohon berlabel. Langkah langkah pada proses 1 (diketahuinya pohon berlabel ): a. Cari titik dengan derajat satu dan pilih dengan label indeks terkecil. b. Cari titik yang langsung berhubungan dengan titik yang telah dipilih dan tempatkanlah indeks itu pada posisi pertama barisan. c. Hilangkan titik yang dipilih pada langkah a. dan sisi yang berhubungan dengannya, sehingga diperoleh pohon yang lebih kecil jumlah titiknya. d. Ulangi langkah a. sampai dengan c, sehingga diperoleh hanya dua titik yang tinggal. Ilustrasi : T : v 7 v 1 v 2 No : Pilih : v 4 v 2 v 1 v 6 Berhub. : v 2 v 2 v 1 v 5 v 5 Indeks : Hilang : v 4 v 2 v 1 v 6 Gambar 3. Pohon berlabel T dan barisan (2, 2, 1, 5, 5 ) sebagai pasangannya Langkah-langkah pada proses 2 (diketahuinya barisan (a 1, a 2, a 3,, a n 2 ) ) : a. Gambarlah n titik, labelkan mereka dari v 1, v 2,, v n dan buatlah daftar bilangan dari 1 sampai dengan n. b. Tentukan bilangan terkecil yang ada di dalam daftar tersebut, tapi tidak berada di barisan dan juga tentukan bilangan pertama dalam barisan; kemudian tambahkan sisi yang menggabungkan titik-titik tersebut dalam gambar. c. Hilangkan bilangan pada langkah b. dari daftar bilangan dan bilangan pertama dari barisan, sehingga didapat daftar bilangan dan barisan bilangan yang lebih sedikit. d. Ulangi langkah b. dan c. untuk daftar bilangan dan barisan bilangan sisanya, sampai hanya ada dua label yang tinggal dalam daftar. Kemudian gabungkan titiktitik pada gambar sesuai dengan dua label sisanya. Ilustrasi : diketahui barisan (2, 2, 1, 5, 5), akan dicari pohon berlabel yang bersesuaian dengannya. Sediakan lebih dahulu daftar {1, 2, 3,4, 5, 6, 7 }, sebab 7 2 = 5.

4 1. Barisan : ( 2, 2, 1, 5, 5 ) Daftar : {1, 2, 3,4, 5, 6, 7 } 5.Barisan : ( 5) Daftar : { 5, 6, 7 } v 7 v 1 v 2 v 7 v 1 v 2 2. Barisan : ( 2, 1, 5, 5 ) Daftar : {1, 2, 4, 5, 6, 7 } 6.Barisan : ( - ) Daftar : { 5,7 } v 7 v 1 v 2 v 7 v 1 v 2 3. Barisan : ( 1, 5, 5 ) Daftar : {1, 2, 5, 6, 7 } v 7 v 1 v 2 4.Barisan :( 5,5) Daftar : {1, 5,6, 7 } v 1 v 2 v 7 Gambar 4. Langkah-langkah proses 2 Dengan adanya konstruksi korespondensi 1-1 tersebut, langsung dapat dilihat bahwa, bila dimiliki pohon berlabel maka dapat dibentuk barisannya. Jika dimiliki barisan (a 1, a 2, a 3,, a n 2 ) maka dapatlah dibentuk pohon berlabelnya. Buktinya langsung diperoleh dari barisan. Barisan (a 1, a 2, a 3,, a n 2 ) memuat (n-2) suku dan tiap-tiap suku mempunyai kemungkinan untuk mengambil nilai 1, 2, 3, 4, 5,..., n. Sehingga jumlah total kemungkinan pohon berlabelnya ada n n 2 buah. Selesailah bukti dengan metode pertama. Akibat : Jumlah pohon perentang untuk graf k n ada n n 2 buah. K n adalah graf yang terdiri dari n titik dimana setiap pasang titiknya dihubungkan dengan tepat satu sisi. Buktinya dengan menggunakan korespondensi 1-1 seperti di atas. Korespondensi itu dilakukan antara semua pohon perentangan K n yang terdiri titik - titik { v 1, v 2,, v n } dengan himpunan barisan (a 1, a 2, a 3,, a n 2 ), dimana a i adalah bilangan bulat yang memenuhi 1 a i n. Jumlah semua kemungkinan yang didapat dari korespondensi itu adalah n n 2, karena ada n cara untuk memilih setiap a i.

5 Akibat : Jumlah pohon perentang dari graf K n e adalah (n-2)n n-3. K n e adalah graf K n yang sembarang sisi e dihapus. Misalkan sisi e tersebut adalah { v n 1, v n }, maka dapat dibentuk korespondensi 1-1 seperti pada pembuktian Teorema Cayley. Korespondensi itu antara titik { v 1, v 2,, v n } di K n e dengan himpunan barisan ((a 1, a 2, a 3,, a n 2 )). Tiap a i adalah bilangan bulat 1 a i n untuk i = 1, 2, 3,, (n-3) dan 1 a n 2 n-2. Sehingga ada n cara untuk memilih setiap a i, i = 1, 2, 3,, (n -3) dan ada (n 2) cara untuk memilih a n 2. Dengan kata lain ada (n-2)n n-3 pohon perentang Teorema Kombinatorial Proses pembuktian dengan Teori Kombinatorial merupakan bukti langsung. Dengan teori ini, diadakan penghitungan langsung dengan melakukan pemecahan dan penggabungan pohon. Teorema - teorema penting yang digunakan dalam pembuktian akan diberikan di bawah ini. Teorema (Binomial) : [1] Misalkan x dan y adalah bilangan-bilangan real dan n adalah bilangan bulat positif, maka n (x + y) n = ( n k ) xn k y k k=0 = ( n 0 ) xn + ( n 1 ) xn 1 y + ( n 2 ) xn 2 y ( n n 1 ) xyn 1 + ( n n ) yn Teorema binomial akan dibuktikan dengan induksi matematika. Basis induksi : Akan dibuktikan bahwa teorema benar untuk n = 1, yaitu bahwa 1 (x + y) 1 = ( 1 k ) x1 k. y k k=0 Langkah induksi : misalkan teorema benar untuk n = k. Jadi, (x + y) k = ( k 0 ) xk + ( k 1 ) xk 1 y + ( k 2 ) xk 2 y ( k k 1 ) xyk 1 + ( k k ) yk Akan dibuktikan bahwa teorema juga benar untuk n = k + 1, yaitu bahwa : (x + y) k+1 = ( k ) xk+1 + ( k ) xk y + ( k ) xk 1 y ( k + 1 k ) xyk + ( k + 1 k + 1 ) yk+1 (x + y) k+1 = (x + y) k (x + y) Dengan menggunakan kebenaran hipotesis (x + y) k, maka didapat (x + y) k+1 = {( k 0 ) xk + ( k 1 ) xk 1 y + + ( k k ) yk } (x + y) = {( k 0 ) xk + ( k 1 ) xk 1 y + + ( k k ) yk } x + {( k 0 ) xk + ( k 1 ) xk 1 y + + ( k k ) yk } y (x + y) k+1 = {( k 0 ) xk+1 + ( k 1 ) xk y + + ( k k ) xyk } + {( k 0 ) xk y + ( k 1 ) xk 1 y ( k k ) yk+1 } (x + y) k+1 = ( k 0 ) xk+1 + {( k 1 ) + (k 0 )} xk y + {( k 2 ) + (k 1 )} xk 1 y {( k k ) + ( k )} xyk k 1 + ( k k ) yk+1 = ( 1 0 ) x1 0. y 0 + ( 1 1 ) x1 1. y 1 = x + y

6 Menurut identitas Pascal, ( k r ) + ( k r 1 ) = (k + 1 ) sehingga r (x + y) k+1 = ( k 0 ) xk+1 + ( k ) xk y + ( k ) xk 1 y ( k + 1 k ) xyk + ( k k ) yk+1 Akan tetapi ( k 0 ) = 1 = (k ) dan (k k ) sehingga = 1 = ( k + 1 k + 1 ) (x + y) k+1 = ( k ) xk+1 + ( k ) xk + ( k ) xk 1 y ( k + 1 ) x yk k + ( k + 1 k + 1 ) yk+1 adalah pohon berlabel dengan deg(v) = k 1. Penghapusan sembarang sisi e = wz dari A yang tidak berhubungan dengan titik v akan menghasilkan dua pohon-bagian, salah satu darinya akan memuat v dan yang lain akan memuat v dan w atau z (katakanlah w) dan yang lainnya akan memuat titik z. Jika titik v dan z digabungkan dengan menambahkan satu sisi, maka diperoleh pohon berlabel B dengan deg(v) = k. Pasangan pohon berlabel (A,B) disebut link, jika B dapat diperoleh dari A dengan konstruksi seperti di atas (konstruksi : penghapusan dan penggabungan). ilustrasi : Terbukti bahwa teorema juga benar untuk n = k+1 sehingga terbukti bahwa n (x + y) n = ( n k ) xn k y k = ( n 0 ) xn k=0 + ( n 1 ) xn 1 y + ( n 2 ) xn 2 y ( n n 1 ) x yn 1 + ( n n ) yn Benar untuk semua bilangan bulat positif n. Teorema : [2] n (1 + x) n = ( n k ) k=0 x n k Benar untuk semua bilangan bulat positif n. Ambil y = 1 pada Teorema di atas, jelas teorema terbukti benar. Konstruksi pembuktian metode kedua adalah sebagai berikut: pertama dibentuk T(n, k) yaitu menunjukkan banyak pohon berlabel dengan n titik dimana suatu titik tertentu ( sebut v ) memiliki derajat k. Dari T(n, k) ini akan dijumlahkan dari k = 1 sampai dengan k = (n 1) sehingga didapat Tn, yaitu banyak pohon berlabel dengan n titik. Misalkan A Gambar 5. Link(A,B) dengan deg(v) = 3 pada A dan deg(v) = 4 pada B Graf A dapat dipilih dengan salah satu T(n, k- 1) cara dan B secara tunggal didapat dari sisi wz (yang dapat dipilih dengan (n 1) (k 1) = n k cara ). Terlihat bahwa link (A,B) mempunyai jumlah total (n k)t(n, k 1). Demikian pula proses dari pohon berlabel B menjadi pohon berlabel A.

7 T(n, k) {(n 1 n 1 ) + (n 1 n 2 ) + (n 1 n 3 ) + + (n 1 n k )} = T(n, k){kn k n i } k i=1 = {kn k n + 1}T(n, k) = (n 1)(k 1) T(n, k), Karena k n i = n 1 i=1 Sehingga akhirnya diperoleh persamaan (n k)t(n, k -1) = (n-1) (k-1)t(n, k), ambil T(n, 1) = 1 dan lakukan proses iterasi, maka diperoleh T(n, 2) = (n 2) (n 1)(1) T(n, 1) = (n 2) (n 1)(1) Gambar 6. Link(A,B) dengan deg(v) = 4 pada B dan deg(v) = 3 pada A B adalah pohon berlabel dengan deg(v) = k. Dan tentu saja T 1, T 2, T 3, T 4, T k adalah pohon-bagian yang didapat dari B dengan menghilangkan titik v beserta dengan k sisi yang berhubungan dengannya. Misalkan dihilangkan satu sisi (sebut vw 4) dan menghubungkan pohon-bagian T 4 dengan salah satu dari k pohon - bagian (sebut T 1 ) sehingga ditemukan link (A,B). B dapat dipilih dengan T(n, k) cara dan banyaknya cara untuk menghubungkan w 4 ke titik lain di pohon-bagian yang lain adalah (n 1) n i {n i adalah jumlah titik T i, dalam hal gambar di atas adalah n 4 }. Oleh karena itu link (A,B) adalah : T(n, 3) = T(n, 4) = (n 3) (n 1)(2) (n 4) (n 1)(3)...dst... T(n, k) = T(n, 2) = (n 3)(n 2) T(n, 3) = (n 4)(n 3)(n 2) (n k) (n 4)(n 3)(n 2) (n 1)(k 1) (n 1)(3)(n 1)(2)(n 1)(1) (n 1)(2)(n 1)(1) (n 1)(3)(n 1)(2)(n 1)(1) ada sebanyak (n k 1) untuk bentuk (n - 1), sehingga : T(n, k) = (n 2)(n 3)(n 4) (n k) (k 1)(k 2)(k 3) (3)(2)(1) (n 1)(n k 1) (n 2)(n 3)(n 4) (n k). (n k 1)! T(n, k) = (k 1)(k 2)(k 3) (3)(2)(1). (n k 1)!. T(n, k) =. (n 1) (n k 1) (n 2)! (k 1)!(n k 1)! (n 1)(n k 1) = ( n 2 ) (n 1)(n k 1) k 1

8 Dalam mencari semua pohon berlabel dengan n titik maka k harus dijumlahkan dari 1 sampai dengan (n-1), prosesnya sebagai berikut : n 1 n 1 T n = T(n, k) = ( n 2 ) (n 1)n k 1 k 1 k=1 n-1 k=1 T n = ( n-2 k-1 ) (n-1)n-k-1 = ( n-2 k-1 ) (n-1)(n-2)-(k-1) k=1 n-2 = ( n-2 ) (n-1) j (n-2)-j j=0 n-2 k-1=0 Persamaan di atas diperoleh dengan substitusi k 1 = j. Akhirnya dengan menerapkan Teorema substitusi r = j dan x = (n 1) maka diperoleh bentuk : T n = {1 + (n 1)} n 2 = n n 2 seperti yang diminta. Akhirnya didapat hasil yang sama seperti pada metode korespondensi 1-1 antara pohon berlabel dan barisan. Selesailah bukti dengan metode kedua. 5. KESIMPULAN Kadang - kadang ada orang yang bertanya metodologi apakah yang digunakan dalam matematika. Makalah ini memperlihatkan sedikit metode yang digunakan oleh para Matematikawan. Dari kontruksi pembuktian di atas dapat dilihat bahwa kedua pendekatan tersebut menghasilkan bentuk akhir yang sama. Sehingga metode yang satu dapat membenarkan dan menguatkan hasil yang sudah ada. Untuk metode korespondensi 1 1 dibutuhkan kontruksi aturan aturan yang dapat diterima untuk memetakan dari 1 sistem ke sistem yang lain dan sebaliknya tanpa menghilangkan struktur baku sistem tersebut. Metode seperi ini juga digunakan dalam menyelesaikan persamaan diferensial secara tidak langsung, yaitu melalui Transformasi Laplace. Sedangkan pada metode dengan menggunakan Teori Kombinatorial dibutuhkan penghitungan dan pencaharian secara rekursif iteratif, dan setelah itu dikembalikan pada bentuk Teorema Binomial untuk penyelesaian akhirnya. Ide dasar dari kedua pembuktian di atas, biarlah dapat memberikan gagasan dan ilham dan untuk bidang penelitian masalah matematika yang lain. DAFTAR REFERENSI [1] Siang, Yek Jong. (2006) Matematika Diskrit dan Aplikasinya Pada Komputer. [2] Rosen, Kenneth H. (1999). Discrete Mathematics and Its Application. McGraw Hill, Inc. [3] Michaels, John G.(2012) Applications of Discrete Matemathics, McGraw-Hill,Inc [4] Wilson R.J (2014) Graphs An Intoductory Approach, John Wiley & Sons, Inc.

Teorema Cayley pada Pohon Berlabel dan Pembuktiannya

Teorema Cayley pada Pohon Berlabel dan Pembuktiannya Teorema Cayley pada Pohon Berlabel dan Pembuktiannya Fakhri NIM : 13506102 Program Studi Teknik Informatik ITB, Bandung, e-mail : if16102@students.if.itb.ac.id Abstrak Makalah ini membahas tentang teorema

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Definisi Graf Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) ditulis dengan notasi G = (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Suatu graf G adalah suatu himpunan berhingga tak kosong dari objek-objek yang disebut verteks (titik/simpul) dengan suatu himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana Muhammad Amrimirza 13506003 Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 4013, email: if16003@students.if.itb.ac.id Abstract Metode untuk menghitung kelas-kelas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf (Graph) Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E) yang dinotasikan dalam bentuk G = {V(G), E(G)}, dimana V(G) adalah himpunan vertex (simpul) yang tidak kosong

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Backtracking Untuk Menentukan Keisomorfikan Graf

Penggunaan Algoritma Backtracking Untuk Menentukan Keisomorfikan Graf Abstrak Penggunaan Algoritma Backtracking Untuk Menentukan Keisomorfikan Graf Neni Adiningsih, Dewi Pramudi Ismi, Ratih Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut

Lebih terperinci

PENENTUAN BANYAKNYA GRAF TERHUBUNG BERLABEL BERORDE LIMA TANPA GARIS PARALEL. (Skripsi) Oleh Eni Zuliana

PENENTUAN BANYAKNYA GRAF TERHUBUNG BERLABEL BERORDE LIMA TANPA GARIS PARALEL. (Skripsi) Oleh Eni Zuliana PENENTUAN BANYAKNYA GRAF TERHUBUNG BERLABEL BERORDE LIMA TANPA GARIS PARALEL (Skripsi) Oleh Eni Zuliana FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Ide Leonard Euler di tahun 1736 untuk menyelesaikan masalah jembatan

II. LANDASAN TEORI. Ide Leonard Euler di tahun 1736 untuk menyelesaikan masalah jembatan 4 II. LANDASAN TEORI Ide Leonard Euler di tahun 1736 untuk menyelesaikan masalah jembatan Konisberg yang kemudian menghasilkan konsep graf Eulerian merupakan awal dari lahirnya teori graf. Euler mengilustrasikan

Lebih terperinci

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana M. Faisal Baehaki Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, Bandung 40135 e-mail: faisal.baihaki@comlabs.itb.ac.id Intisari Metode untuk

Lebih terperinci

Menghitung Jumlah Graf Sederhana dengan Teorema Polya

Menghitung Jumlah Graf Sederhana dengan Teorema Polya Menghitung Jumlah Graf Sederhana dengan Teorema Polya Hafni Syaeful Sulun NIM : 13505058 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha

Lebih terperinci

Pohon. Modul 4 PENDAHULUAN. alam modul-modul sebelumnya Anda telah mempelajari graph terhubung tanpa sikel, misalnya model graph untuk molekul C 4

Pohon. Modul 4 PENDAHULUAN. alam modul-modul sebelumnya Anda telah mempelajari graph terhubung tanpa sikel, misalnya model graph untuk molekul C 4 Modul 4 Pohon Dr. Nanang Priatna, M.Pd. D PENDAHULUAN alam modul-modul sebelumnya Anda telah mempelajari graph terhubung tanpa sikel, misalnya model graph untuk molekul C 4 H 10, hierarki administrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dalam teori graf dan pelabelan graf yang akan digunakan pada bab selanjutnya. 2.1 Definisi dan Istilah Dalam Teori Graf

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini.. Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEOREMA POLYA DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GRAF SEDERHANA YANG TIDAK SALING ISOMORFIS

PENGGUNAAN TEOREMA POLYA DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GRAF SEDERHANA YANG TIDAK SALING ISOMORFIS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 1 (2013), hal. 39-44. PENGGUNAAN TEOREMA POLYA DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GRAF SEDERHANA YANG TIDAK SALING ISOMORFIS Vivy Tri Rosalianti,

Lebih terperinci

Pengantar Matematika Diskrit

Pengantar Matematika Diskrit Materi Kuliah Matematika Diskrit Pengantar Matematika Diskrit Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat Program Studi Informatika UIGM 1 Apakah Matematika Diskrit itu? Matematika Diskrit: cabang matematika yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. DASAR TEORI. Penggunaan Teori Graf banyak memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN II. DASAR TEORI. Penggunaan Teori Graf banyak memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat. Aplikasi Pohon Merentang (Spanning Tree) Dalam Pengoptimalan Jaringan Listrik Aidil Syaputra (13510105) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf didefinisikan sebagai pasangan terurut himpunan dimana: 1. adalah sebuah himpunan tidak kosong yang berhingga yang anggotaanggotanya

Lebih terperinci

Pengantar Matematika. Diskrit. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diksrit RINALDI MUNIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Pengantar Matematika. Diskrit. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diksrit RINALDI MUNIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Sekolah Teknik Elrektro dan Informatika INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Pengantar Matematika Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diksrit Diskrit RINALDI MUNIR Lab Ilmu dan Rekayasa

Lebih terperinci

SILABUS MATEMATIKA DISKRIT. Oleh: Tia Purniati, S.Pd., M.Pd.

SILABUS MATEMATIKA DISKRIT. Oleh: Tia Purniati, S.Pd., M.Pd. SILABUS MATEMATIKA DISKRIT Oleh: Tia Purniati, S.Pd., M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SILABUS A. Identitas

Lebih terperinci

Penyelesaian Traveling Salesman Problem dengan Algoritma Heuristik

Penyelesaian Traveling Salesman Problem dengan Algoritma Heuristik Penyelesaian Traveling Salesman Problem dengan Algoritma Heuristik Filman Ferdian - 13507091 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha

Lebih terperinci

Pengantar Matematika. Diskrit. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diksrit RINALDI MUNIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Pengantar Matematika. Diskrit. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diksrit RINALDI MUNIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Sekolah Teknik Elrektro dan Informatika INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Pengantar Matematika Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diksrit Diskrit RINALDI MUNIR Lab Ilmu dan Rekayasa

Lebih terperinci

Rasa ingin tahu adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta

Rasa ingin tahu adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta Rasa ingin tahu adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta Perjalanan satu mil dimulai dari satu langkah 1 Dahulu namanya.. Matematika Diskrit 2 Mengapa

Lebih terperinci

TEKNIK MENENTUKAN BILANGAN RAMSEY R(M, N) DENGAN M DAN N ADALAH 1, 2, DAN 3 SKRIPSI OLEH AGUS FAJARMAN ZALUKHU BP

TEKNIK MENENTUKAN BILANGAN RAMSEY R(M, N) DENGAN M DAN N ADALAH 1, 2, DAN 3 SKRIPSI OLEH AGUS FAJARMAN ZALUKHU BP TEKNIK MENENTUKAN BILANGAN RAMSEY R(M, N) DENGAN M DAN N ADALAH 1, 2, DAN 3 SKRIPSI OLEH AGUS FAJARMAN ZALUKHU BP. 07134064 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengantar Matematika. Diskrit. Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diksrit RINALDI MUNIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Pengantar Matematika. Diskrit. Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diksrit RINALDI MUNIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Sekolah Teknik Elrektro dan Informatika INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Pengantar Matematika Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diksrit Diskrit RINALDI MUNIR Lab Ilmu dan Rekayasa

Lebih terperinci

EKSENTRISITAS DIGRAF PADA GRAF TANGGA Andri Royani, Mariatul Kiftiah, Yudhi

EKSENTRISITAS DIGRAF PADA GRAF TANGGA Andri Royani, Mariatul Kiftiah, Yudhi Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 06, No. 3(2017), hal 203 210. EKSENTRISITAS DIGRAF PADA GRAF TANGGA Andri Royani, Mariatul Kiftiah, Yudhi INTISARI Misalkan G adalah graf dengan

Lebih terperinci

Matematika Komputasi. Rekyan RMP

Matematika Komputasi. Rekyan RMP Matematika Komputasi Rekyan RMP Sekilas Matakuliah : Matematika Komputasi Prasyarat : - Sifat Bobot : Wajib : 4 sks Deskripsi Mata kuliah ini membahas topik yang menjadi dasarmatematika bagi mahasiswa

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 6 II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada sub bab ini akan diberikan

Lebih terperinci

FUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni

FUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni FUNGSI PEMBANGKIT Ismail Sunni 3508064 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 0, Bandung If8064@students.if.itb.ac.id ismailsunni@yahoo.co.id ABSTRAK Fungsi Pembangkit

Lebih terperinci

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK Mulyono Jurusan Matematika FMIPA UNNES Email:

Lebih terperinci

TEORI GRAF DALAM MEREPRESENTASIKAN DESAIN WEB

TEORI GRAF DALAM MEREPRESENTASIKAN DESAIN WEB TEORI GRAF DALAM MEREPRESENTASIKAN DESAIN WEB STEVIE GIOVANNI NIM : 13506054 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jln, Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

INTRODUCTION TO GRAPH THEORY LECTURE 2

INTRODUCTION TO GRAPH THEORY LECTURE 2 INTRODUCTION TO GRAPH THEORY LECTURE Operasi-Operasi Pada Graph Union Misal G dan H adalah dua graph yang saling asing. Union G H adalah graph dengan V(G H)=V(G) V(H) dan E(G H)=E(G) E(H). Join Join dari

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER No.RPS/PTI/PTI6217 Revisi/Tgl

Lebih terperinci

PEWARNAAN GRAF SEBAGAI METODE PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN

PEWARNAAN GRAF SEBAGAI METODE PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN PEWARNAAN GRAF SEBAGAI METODE PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN Eric Cahya Lesmana - 13508097 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Matematika juga merupakan media untuk melatih kemampuan berfikir kritis, kreatif dan dapat

Lebih terperinci

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2 PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2 1,2 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA KRUSKAL DALAM PENGOTIMALAN PANJANG PIPA Kruskal Algorithm Application on Optimlaizing Pipes Network

APLIKASI ALGORITMA KRUSKAL DALAM PENGOTIMALAN PANJANG PIPA Kruskal Algorithm Application on Optimlaizing Pipes Network Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 2 Hal. 13 18 (2013) APLIKASI ALGORITMA KRUSKAL DALAM PENGOTIMALAN PANJANG PIPA Kruskal Algorithm Application on Optimlaizing Pipes Network ABRAHAM ZACARIA WATTIMENA 1, SANDRO

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Steiner Tree dalam Konstruksi Jaringan Pipa Gas

Penerapan Algoritma Steiner Tree dalam Konstruksi Jaringan Pipa Gas Penerapan Algoritma Steiner Tree dalam Konstruksi Jaringan Pipa Gas Achmad Baihaqi, NIM: 13508030 Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa 10 Bandung e-mail: baihaqi@students.itb.ac.id

Lebih terperinci

PELABELAN GRACEFUL DAN PELABELAN RHO TOPI PADA GRAF 8-BINTANG DENGAN UNTUK GENAP

PELABELAN GRACEFUL DAN PELABELAN RHO TOPI PADA GRAF 8-BINTANG DENGAN UNTUK GENAP PELABELAN GRACEFUL DAN PELABELAN RHO TOPI PADA GRAF 8-BINTANG DENGAN UNTUK GENAP Zulfi Amri 1, Tua Halomoan Harahap 2 1,2) Universitas of Muhammadiyah Sumatera Utara Jl. Kapten Muktar Basri No. 3 Medan

Lebih terperinci

Aplikasi Pewarnaan Graf dalam Penyimpanan Senyawa Kimia Berbahaya

Aplikasi Pewarnaan Graf dalam Penyimpanan Senyawa Kimia Berbahaya 1 Aplikasi Pewarnaan Graf dalam Penyimpanan Senyawa Kimia Berbahaya Ario Yudo Husodo 13507017 Jurusan Teknik Informatika STEI-ITB, Bandung, email: if17017@students.if.itb.ac.id Abstrak Teori Graf merupakan

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Nur Hasanah, M.Cs

Induksi Matematika. Nur Hasanah, M.Cs Induksi Matematika Nur Hasanah, M.Cs Induksi matematik merupakan teknik pembuktian yang baku di dalam matematika. Induksi matematik dapat mengurangi langkah pembuktian bahwa semua bilangan bulat termasuk

Lebih terperinci

Operator 3-Join pada Dua Graf yang Masing-masing adalah 1-edge fault- tolerant Hamiltonian graf

Operator 3-Join pada Dua Graf yang Masing-masing adalah 1-edge fault- tolerant Hamiltonian graf Operator 3-Join pada Dua Graf yang Masing-masing adalah 1-edge fault- tolerant graf Perti susanti, Wamiliana, dan Fitriani Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung Email : perti_s@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT

PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT ILHAM SAIFUDIN Selasa, 04 Oktober 2016 Universitas Muhammadiyah Jember Apa Kalian tau? Jawabannya

Lebih terperinci

Termilogi Pada Pohon Berakar 10 Pohon Berakar Terurut

Termilogi Pada Pohon Berakar 10 Pohon Berakar Terurut KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata?ala, karena berkat rahmat-nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Catatan Seorang Kuli Panggul. Makalah ini diajukan

Lebih terperinci

Matematika Diskrit. Rudi Susanto

Matematika Diskrit. Rudi Susanto Matematika Diskrit Rudi Susanto Rasa ingin tahu adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta Perjalanan satu mil dimulai dari satu langkah Kuliah kita.. Matematika

Lebih terperinci

Penerapan Graf Transisi dalam Mendefinisikan Bahasa Formal

Penerapan Graf Transisi dalam Mendefinisikan Bahasa Formal Penerapan Graf Transisi dalam Mendefinisikan Bahasa Formal Abdurrahman Dihya R./13509060 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Graf Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E), ditulis dengan notasi G = (V, E). Dalam hal ini, V merupakan himpunan tidak kosong dari simpul-simpul (vertices atau

Lebih terperinci

Gambar 6. Graf lengkap K n

Gambar 6. Graf lengkap K n . Jenis-jenis Graf Tertentu Ada beberapa graf khusus yang sering dijumpai. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. a. Graf Lengkap (Graf Komplit) Graf lengkap ialah graf sederhana yang setiap titiknya

Lebih terperinci

PEWARNAAN GRAF TERHADAP PENJADWALAN PENITIPAN ANAK SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA FILLY CANDRA NORE

PEWARNAAN GRAF TERHADAP PENJADWALAN PENITIPAN ANAK SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA FILLY CANDRA NORE PEWARNAAN GRAF TERHADAP PENJADWALAN PENITIPAN ANAK SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA FILLY CANDRA NORE 07134050 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON 2.1 Konsep Dasar Graf Teori dasar mengenai graf yang akan digunakan dalam penelitian ini diambil dari Deo (1989). Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan

Lebih terperinci

7. Counting Trees. Oleh : Ade Nurhopipah. Aldous, Joan M.,Wilson, Robin J Graph and Applications. Springer: UK.

7. Counting Trees. Oleh : Ade Nurhopipah. Aldous, Joan M.,Wilson, Robin J Graph and Applications. Springer: UK. 7. Counting Trees Oleh : Ade Nurhopipah Pokok Bahasan : 1. Menghitung Labelled Tree 2. Menghitung Binary Tree 3. Menghitung Chemical Tree Sumber : Aldous, Joan M.,Wilson, Robin J. 2004. Graph and Applications.

Lebih terperinci

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Vol. 8, No.1, 1-11, Juli 2011 Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Nur Erawati, Azmimy Basis Panrita Abstrak Teorema Cayley-Hamilton menyatakan bahwa setiap matriks bujur sangkar memenuhi persamaan

Lebih terperinci

Menyelesaikan Topological Sort Menggunakan Directed Acyclic Graph

Menyelesaikan Topological Sort Menggunakan Directed Acyclic Graph Menyelesaikan Topological Sort Menggunakan Directed Acyclic Graph Muhammad Afif Al-hawari (13510020) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL

PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL Swaditya Rizki Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 90 96 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP AFIFAH DWI PUTRI, NARWEN Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

Bilangan Kromatik Graf Hasil Amalgamasi Dua Buah Graf

Bilangan Kromatik Graf Hasil Amalgamasi Dua Buah Graf JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Bilangan Kromatik Graf Hasil Amalgamasi Dua Buah Graf Ridwan Ardiyansah dan Darmaji Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu materi dalam graf adalah pohon (tree). Pohon didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu materi dalam graf adalah pohon (tree). Pohon didefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu materi dalam graf adalah pohon (tree). Pohon didefinisikan sebagai graf terhubung yang tidak memuat sikel (Chartrand dan Lesniak, 1996:57). Teori

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORTIMA PRIM DAN KRUSKAL DALAM MENENTUKAN POHON RENTANG MINIMUM

PERBANDINGAN ALGORTIMA PRIM DAN KRUSKAL DALAM MENENTUKAN POHON RENTANG MINIMUM PERBANDINGAN ALGORTIMA PRIM DAN KRUSKAL DALAM MENENTUKAN POHON RENTANG MINIMUM Kodirun 1 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Haluoleo, Kendari e-mail: kodirun_zuhry@yahoo.com Abstrak Masalah yang sering

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL

RANCANG BANGUN APLIKASI MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL RANCANG BANGUN APLIKASI MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL Naskah Publikasi diajukan oleh: Trisni jatiningsih 06.11.1016 kepada JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Gembong Edhi Setyawan

Gembong Edhi Setyawan Gembong Edhi Setyawan Matakuliah : Matematika Komputasi Prasyarat : - Sifat : Wajib Bobot : 4 sks Mata kuliah ini membahas topik yang menjadi dasar matematika bagi mahasiswa informatika-ilmu komputer.

Lebih terperinci

BILANGAN KROMATIK GRAF HASIL AMALGAMASI DUA BUAH GRAF TERHUBUNG

BILANGAN KROMATIK GRAF HASIL AMALGAMASI DUA BUAH GRAF TERHUBUNG BILANGAN KROMATIK GRAF HASIL AMALGAMASI DUA BUAH GRAF TERHUBUNG CHROMATIC NUMBER OF AMALGAMATION OF TWO CONNECTED GRAPHS Ridwan Ardiyansah (1209 100 057) Pembimbing: Dr. Darmaji, S.Si, MT. Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BILANGAN RADIO PADA GRAF GEAR. Ambar Puspasari 1, Bambang Irawanto 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

BILANGAN RADIO PADA GRAF GEAR. Ambar Puspasari 1, Bambang Irawanto 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP BILANGAN RADIO PADA GRAF GEAR Ambar Puspasari 1, Bambang Irawanto 2 1,2 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstract. Let d(u,v)

Lebih terperinci

G r a f. Pendahuluan. Oleh: Panca Mudjirahardjo. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut.

G r a f. Pendahuluan. Oleh: Panca Mudjirahardjo. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. G r a f Oleh: Panca Mudjirahardjo Pendahuluan Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. 1 Pendahuluan Jaringan jalan raya di propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

OPERASI LOGIKA PADA GENERAL TREE MENGGUNAKAN FUNGSI REKURSIF

OPERASI LOGIKA PADA GENERAL TREE MENGGUNAKAN FUNGSI REKURSIF OPERASI LOGIKA PADA GENERAL TREE MENGGUNAKAN FUNGSI REKURSIF Lutfi Hakim (1), Eko Mulyanto Yuniarno (2) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro (1), Dosen Pembimbing (2) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi 2.1 Graf (Deo,1989) Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan tak kosong dengan elemen-elemennya disebut vertex, sedangkan E(G)

Lebih terperinci

Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs. Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika

Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs. Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika 16/12/2015 2 Sub Topik A. Graf dan Model Graf B. Terminologi Dasar Graf dan Jenis

Lebih terperinci

STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL

STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL BAB III METODOLOGI 3.1 POLA PIKIR Proses analisis diawali dari identifikasi pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, meliputi aspek legalitas, penerapan ISPS Code dan manajemen pengelolaan

Lebih terperinci

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf Marvin Jerremy Budiman / 13515076 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH K DENGAN N GENAP

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH K DENGAN N GENAP PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH K DENGAN N GENAP Novi Irawati, Robertus Heri Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT Let G be a graph with vertex set and edge

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SHORTEST PATH ALGORITHM (SPA) DALAM RANGKA PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK PADA GRAF BERSAMBUNG BERARAH BERUNTAI

PENGEMBANGAN SHORTEST PATH ALGORITHM (SPA) DALAM RANGKA PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK PADA GRAF BERSAMBUNG BERARAH BERUNTAI PENGEMBANGAN SHORTEST PATH ALGORITHM (SPA) DALAM RANGKA PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK PADA GRAF BERSAMBUNG BERARAH BERUNTAI Oliver Samuel Simanjuntak Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah BAB II KAJIAN TEORI II.1 Teori-teori Dasar Graf II.1.1 Definisi Graf Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah himpunan tak kosong dari titik graf G, dan E, himpunan sisi

Lebih terperinci

Pemodelan CNF Parser dengan Memanfaatkan Pohon Biner

Pemodelan CNF Parser dengan Memanfaatkan Pohon Biner Pemodelan CNF Parser dengan Memanfaatkan Pohon Biner Jansen 13510611 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu yang banyak memberikan dasar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi,

Lebih terperinci

EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS

EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS Sulistyo Unggul Wicaksono NIM : 13503058 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail: if13058@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN

AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN Reni Tri Damayanti Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Matematika Universitas Brawijaya Email: si_cerdazzz@rocketmail.com ABSTRAK Salah satu topik yang menarik untuk

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB PADA GRAF BINTANG

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB PADA GRAF BINTANG Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 1 Hal. 85 89 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL SISI AJAIB PADA GRAF BINTANG DINA IRAWATI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Aplikasi Pohon dan Graf dalam Kaderisasi

Aplikasi Pohon dan Graf dalam Kaderisasi Aplikasi Pohon dan Graf dalam Kaderisasi Jonathan - 13512031 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf G adalah pasangan (V,E) dengan V adalah himpunan yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

BAB III KONSEP DASAR TEORI GRAF. Teori graf adalah salah satu cabang matematika yang terus berkembang

BAB III KONSEP DASAR TEORI GRAF. Teori graf adalah salah satu cabang matematika yang terus berkembang BAB III KONSEP DASAR TEORI GRAF Teori graf adalah salah satu cabang matematika yang terus berkembang dengan pesat. Teori ini sangat berguna untuk mengembangkan model-model terstruktur dalam berbagai keadaan.

Lebih terperinci

12. Pewarnaan dan Dekomposisi Vertex

12. Pewarnaan dan Dekomposisi Vertex 12. Pewarnaan dan Dekomposisi Vertex Oleh : Ade Nurhopipah Pokok Bahasan : 1. Pewarnaan Vertex 2. Algoritma Pewarnaan Vertex 3. Vertex Dekomposisi Sumber : Aldous, Joan M.,Wilson, Robin J. 2004. Graph

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang sangat penting karena dapat diterapkan pada berbagai bidang ilmu; seperti fisika, kimia, biologi, ilmu komunikasi,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada bagian ini

Lebih terperinci

Solusi Rekursif pada Persoalan Menara Hanoi

Solusi Rekursif pada Persoalan Menara Hanoi Solusi Rekursif pada Persoalan Menara Hanoi Choirunnisa Fatima 1351084 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 4013, Indonesia

Lebih terperinci

PATH KUAT TERKUAT DAN JARAK KUAT TERKUAT DALAM GRAF FUZZY. Lusia Dini Ekawati 1, Lucia Ratnasari 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

PATH KUAT TERKUAT DAN JARAK KUAT TERKUAT DALAM GRAF FUZZY. Lusia Dini Ekawati 1, Lucia Ratnasari 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang PATH KUAT TERKUAT DAN JARAK KUAT TERKUAT DALAM GRAF FUZZY Lusia Dini Ekawati, Lucia Ratnasari, Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl Prof H Soedarto, S H, Tembalang, Semarang Abstract Fuzzy graph is a graph

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN n GANJIL, n 3

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN n GANJIL, n 3 Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 34 40 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Greedy dalam Membangun Pohon Merentang Minimum

Penggunaan Algoritma Greedy dalam Membangun Pohon Merentang Minimum Penggunaan Algoritma Greedy dalam Membangun Pohon Merentang Minimum Gerard Edwin Theodorus - 13507079 Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung, email: if17079@students.if.itb.ac.id Abstract Makalah ini

Lebih terperinci

Russel Paradox dan The Barber Puzzle

Russel Paradox dan The Barber Puzzle Russel Paradox dan The Barber Puzzle Lucky Cahyadi Kurniawan / 13513061 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Penggunaan Perwarnaan Graf dalam Mencari Solusi Sudoku

Penggunaan Perwarnaan Graf dalam Mencari Solusi Sudoku Penggunaan Perwarnaan Graf dalam Mencari Solusi Sudoku Mahdan Ahmad Fauzi Al-Hasan - 13510104 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Dwiprima Elvanny Myori

Dwiprima Elvanny Myori PENGOPTIMALAN JARINGAN LISTRIK DENGAN MINIMUM SPANNING TREE Dwiprima Elvanny Myori Abstract One of mathematics branch that have many application in daily life is graph theory. Graph theory is used to link

Lebih terperinci

Graph. Matematika Informatika 4. Onggo

Graph. Matematika Informatika 4. Onggo Matematika Informatika 4 Onggo Wiryawan @OnggoWr Definisi adalah struktur diskrit yang mengandung vertex dan edge yang menghubungkan vertex-vertex tersebut. vertex edge 2 Jenis-jenis Definisi 1: Suatu

Lebih terperinci

LIPATAN GRAF DAN KAITANNYA DENGAN MATRIKS INSIDENSI PADA BEBERAPA GRAF

LIPATAN GRAF DAN KAITANNYA DENGAN MATRIKS INSIDENSI PADA BEBERAPA GRAF LIPATAN GRAF DAN KAITANNYA DENGAN MATRIKS INSIDENSI PADA BEBERAPA GRAF Septian Adhi Pratama 1, Lucia Ratnasari 2, Widowati 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Backtracking pada Pewarnaan Graf

Penerapan Algoritma Backtracking pada Pewarnaan Graf Penerapan Algoritma Backtracking pada Pewarnaan Graf Deasy Ramadiyan Sari 1, Wulan Widyasari 2, Eunice Sherta Ria 3 Laboratorium Ilmu Rekayasa dan Komputasi Departemen Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG. Rismawati Ramdani

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG. Rismawati Ramdani NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG Rismawati Ramdani Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung rismawatiramdani@gmail.com, Abstrak Misalkan

Lebih terperinci

PELABELAN PRIME CORDIAL PADA BEBERAPA GRAF YANG TERKAIT DENGAN GRAF SIKEL

PELABELAN PRIME CORDIAL PADA BEBERAPA GRAF YANG TERKAIT DENGAN GRAF SIKEL PELABELAN PRIME CORDIAL PADA BEBERAPA GRAF YANG TERKAIT DENGAN GRAF SIKEL Nindita Yuda Hapsari, R.Heri Soelistyo U, Luciana Ratnasari,, Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H.

Lebih terperinci

PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL

PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL Setia Endrayana 1, Bayu Surarso 2, Siti Khabibah 3 1,2,3 Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soedarto, SH Tembalang

Lebih terperinci

Representasi Graf dalam Menjelaskan Teori Lokasi Industri Weber

Representasi Graf dalam Menjelaskan Teori Lokasi Industri Weber Representasi Graf dalam Menjelaskan Teori Lokasi Industri Weber Bimo Aryo Tyasono 13513075 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Graf dalam Permainan Instant Insanity

Aplikasi Teori Graf dalam Permainan Instant Insanity Aplikasi Teori Graf dalam Permainan Instant Insanity Aurelia 13512099 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

Aplikasi Matriks Circulant Untuk Menentukan Nilai Eigen Dari Graf Sikel (Cn)

Aplikasi Matriks Circulant Untuk Menentukan Nilai Eigen Dari Graf Sikel (Cn) Aplikasi Matriks Circulant Untuk Menentukan Nilai Eigen Dari Graf Sikel (Cn) T 24 Siti Rahmah Nurshiami dan Triyani Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal soedirman, Purwokerto

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf Nur Fajriah Rachmah - 0609 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan

Lebih terperinci

ALGORITMA RUTE FUZZY TERPENDEK UNTUK KONEKSI SALURAN TELEPON

ALGORITMA RUTE FUZZY TERPENDEK UNTUK KONEKSI SALURAN TELEPON Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 93 97 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ALGORITMA RUTE FUZZY TERPENDEK UNTUK KONEKSI SALURAN TELEPON NELSA ANDRIANA, NARWEN, BUDI RUDIANTO Program

Lebih terperinci