MODEL KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H STASIUN GEOMAGNET BIAK DAN TANGERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H STASIUN GEOMAGNET BIAK DAN TANGERANG"

Transkripsi

1 Semiar Nasioal Statistika IX Istitut Tekologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 MODEL KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H STASIUN GEOMAGNET BIAK DAN TANGERANG Habiru Pusat Pemafaata Sais Atariksa, LAPAN Bidag Aplikasi Geomaget da Maget Atariksa Jl. Dr. Jujua No. 133 Badug Abstrak. Model karakteristik variasi haria kompoe H geomaget ditetuka oleh pola variasi diural da semi diural dalam selag 24 jam. Dega megguaka data variasi haria kompoe H pola hari teag dari stasiu geomaget Biak da Tagerag. Peetua model ii didukug dega megguaka data aktivitas matahari (bilaga suspot R) rata-rata. Peetua model berdasarka perhituga model liear yag telah dikeal sebagai pembadig pertama, kemudia dilajutka dega pembadig kedua dari hasil perhituga Trasformasi Fourier data variasi haria kompoe H pola hari teag. Hasil perhituga data variasi haria kompoe H pola hari teag dari Fourier aalisis dikaitka dega aktivitas matahari da litag geografis. 1. Pedahulua Karakteristik variasi haria kompoe H geomaget bergatug pada tigkat aktivitas matahari jagka pedek seperti CME (coroal mass Ejectio) da coroal hole maupu aktivitas matahari jagka pajag seperti siklus bilaga suspot. Pada aktivitas matahari teag parameter meda maget bumi (geomaget) terutama variasi haria kompoe H dalam keadaa stabil. Apabila matahari sedag aktif maka parameterparameter geomaget meujuka pola yag bervariasi, demikia pula variasi haria kompoe H. Perlu diketahui bahwa model ii merupaka model karakteristik media frekuesi kritis lapisa ioosfer da dicoba diguaka pada karakteristik variasi haria kompoe H geomaget pola hari teag, karea dampak gaggua yag mempegaruhi kedua media ii umumya hampir sama. Dalam makalah ii dibahas model karakteristik variasi haria kompoe H pola hari teag pada saat matahari teag megguaka model tersebut di atas. Dega 1

2 membadigka beberapa model sesuai pola variasi diural da semi diural, model yag pertama data variasi haria kompoe H pola hari teag bulaa dihubugka secara liear terhadap data aktivitas matahari dega diyataka bilaga suspot R. Model yag kedua ditijau dari fluktuasi variasi haria kompoe H geomaget selama dalam selag waktu 24 jam megguaka Trasformasi Fourier Umum (TFU). Dari peelitia Sity Rachyay (1985) pada kodisi aktivitas matahari teag terjadi gaggua yag mempegaruhi lapisa ioosfer, demikia pula variasi haria kompoe H mempuyai dampak gaggua yag hampir sama. Dalam peelitia tersebut diperoleh periode-periode gaggua yag berpegaruh, atara lai dampak radiasi matahari terjadi setiap 24 jam sekali, akibat pegaruh gaya tarik bula da matahari terhadap bumi terjadi 12 jam sekali, sedagka akibat pegaruh yag terjadi 9 jam sekali, 8 jam sekali da 6 jam sekali saat ii masih dalam peelitia da diduga akibat pegaruh gelombag plaetary. Model ketiga adalah model estimator yag kedua da dihitug berdasarka ilai-ilai amplitudo da sudut fase yag telah diperoleh, masig-masig ilai dihubugka secara liear terhadap aktivitas matahari serta dikaitka dega litag geografis. Uraia ketiga tersebut disebut model Trasformasi Fourier Aalitis (TFA). Dega kodisi gaggua geomaget tersebut, sehigga kostruksi model karakteristik variasi haria kompoe H geomaget dibagu dega megguaka klasifikasi meurut jam utuk model yag pertama, sedagka model kedua da ketiga ditetuka berdasarka pola dari barisa variasi haria kompoe H pola hari teag, yag ditetuka oleh pola variasi diural da semi diural melalui uruta waktu dalam jam. Data yag diguaka adalah data variasi haria kompoe H dari stasiu pegamat geomaget Biak da Tagerag. Model-model karakteristik variasi haria kompoe H yag dibagu tersebut agar supaya diketahui apakah sudah mewakili daerah-daerah itu atau belum maka perlu dilakuka pegujia kesesuaia model dega megguaka statistik. Demikia pula variasi peyimpaga model karakteristik variasi haria kompoe H terhadap data pegamata aka diukur dalam betuk ukura statistik yag disebut galat model. 2. Model Karakteristik Variasi Haria Kompoe H Geomaget Sesuai prosedur yag diugkapka pada bagia pedahulua di atas maka dalam uraia ii dibicaraka tetag peetua model karakteristik variasi haria kompoe H geomaget. Model dijabarka sesuai atura matematis, dalam pemodela karakteristik variasi haria kompoe H tersebut berdasarka kodisi geomaget di atas stasiu 2

3 pegamat geomaget Biak da Tagerag. Dega dasar pola variasi diural da semi diural melalui fluktuasi variasi haria kompoe H pola hari teag dari masig-masig variasi geomaget haria da bulaa. Model Variasi Haria Kompoe H Pola Jagka Pajag Pola variasi haria kompoe H geomaget terdiri dari pola jagka pajag dega perubaha rata-rata pola hari teag bulaa da pola jagka pedek ditetuka oleh perubaha rata-rata pola hari teag sesuai barisa waktu dalam jam. Fluktuasi rata-rata pola hari teag setiap jam pada bula tertetu diuraika pada sub bagia 2.2 dega megguaka Trasformasi Fourier, sedagka pada bagia ii model variasi haria kompoe H geomaget yag diyataka dega pola jagka pajag dihubugka secara liear terhadap aktivitas matahari diyataka dega jumlah bilaga suspot R. Hubuga tersebut secara matematis diyataka [B.Zolesi et.al., 1989] sebagai h,m = a h,m + b h,m R (1) dega pola hari teag bulaa, a da b kostata model, R idikator aktivitas matahari, h jam da m bula. Meghitug kostata-kostata model persamaa (1) diguaka metode kuadrat terkecil. Model Variasi Haria kompoe H Pola Hari Teag Jagka Pedek Uraia pada sub bagia 2.1 meyataka bahwa pada fluktuasi variasi haria kompoe H setiap jam pada bula tertetu diguaka Trasformasi Fourier, dega berdasarka akibat dampak gaggua matahari da bula, masig-masig berperiode 24 jam da 12 jam sekali. Selai itu diperhitugka pula gaggua-gaggua yag terjadi setiap 9 jam sekali, 8 jam sekali da 6 jam sekali. Kemudia peetua model melalui atura matematis dega syarat batas yag harus dipeuhi sesuai yag diyataka Habiru da Koeswadi (1992). Dega kodisi t = 2 utuk f(t) maksimum pertama, t = 12 utuk f(t) maksimum kedua da t = 4 utuk f(t) miimum. Model variasi haria kompoe H pola hari teag tersebut secara umum diyataka oleh A A Si ( t/ T Y ) (2) h, m o dega jumlah kostata Fourier yag dihitug, A o da A kostata-kostata model, frekuesi Fourier, Y sudut fase, t da T waktu. Pada persamaa (2) h,m dapat pula 3

4 diyataka dega fugsi f(t), da kostata-kostata model itu dapat dihitug dega megguaka metode kuadrat terkecil (Habiru da Koeswadi, 1992). Model Variasi Haria Kompoe H Aalitis Variasi haria kompoe H dipegaruhi oleh aktivitas gaggua da dampak gaggua itu dapat dilihat dari pola peyebara karakteristikya. Utuk memperjelas pola itu dapat didekati dega Trasformasi Fourier persamaa (2). Tetapi efek pegaruh itu masih bersifat lokal da keterkaitaya dega aktivitas gaggua tidak terlihat secara matematis. Salah satu alteratif gaggua variasi haria kompoe H geomaget dibagu modelya berdasarka pola dampak gaggua. Katakalah model persamaa (2) adalah model karakteristik variasi haria kompoe H geomaget maka dapat dikaitka melalui kostata-kostata da sudut fase dari model itu. Dega dihubugka secara liear terhadap aktivitas matahari da dijabarka [B.Zolesi et.al., 1989] sebagai A = a R + b Y = c R + d (3) Kemudia kostata-kostata model itu dihubugka pula secara liear terhadap litag geografis. Hubuga ii utuk memperhitugka efek gaggua variasi haria kompoe H yag ditimbulka oleh lokasi tempat maupu kroologis permukaa bumi. Melihat keterkaita atara kostata- kostata persamaa (3) dega litag geografis secara matematis diyataka dalam persmaa (4) berikut a =a 1, + b 1, ; b =a o, + b o, c =c 1, + d 1, ; d =c o, + d o, (4) Selajuya, persamaa (4) disubtitusika pada persamaa (3) sehigga diperoleh model estimator persamaa (3) yag disebut kostata-kostata model tereduksi dampak aktivitas matahari da dituliska A a1, b1, ) R ao. bo, ( ; = 0, 1, 2,, 12 Y c1, d1, ) R co, do, ( ; =1, 2,, 12 (5) Kostata-kostata model a, b, c da d persamaa (5) dapat diperoleh dega meghitug terlebih dahulu kostata-kostata model persamaa (4) yag dituruka melalui persamaa (5) dirumus dega a c 1, 1, a c m, m, a R c R o, o, b 1, d b m, d 4 b, R d R o m, o, 1, (6)

5 Akhirya model estimator persamaa (2) diperoleh da model itu merupaka model variasi haria kompoe H pola hari teag yag dipegaruhi oleh aktivitas matahari maupu lokasi tempat. Jadi model yag tereduksi atau disebut pula model variasi haria kompoe H pola hari teag Trasformasi Fourier Aalitis (TFA) adalah A A Si ( t/ T Y ) (7) h, m o Keadala da kesesuaia model-model dalam sub bagia ii aka dikaji dega data pegamata yag dihitug bagia berikutya. 3. Hasil Da Pembahasa Dega model-model yag diuraika pada bagia dua di atas, diguaka data variasi haria kompoe H pola hari teag dari stasiu pegamat geomaget Biak da Tagerag, masig-masig stasiu di ambil data pada bula yag sama. Sebagai data aktivitas gaggua temporal seperti CME da flare yag mempegaruhi variasi haria kompoe H pola hari reag jagka pedek dalam selag waktu satu bula. Sedagka jagka pajag diguaka data gaggua aktivitas matahari yag diyataka jumlah bilaga suspot rata-rata sebagai idikator. Data aktivitas matahari tersebut sebelum diguaka terlebih dahulu dimuluska dega metode rata-rata bergerak. Perlu dijelaska bahwa pola perhituga aalisis data dari masig-masig model di atas mempuyai arah tijaua yag berlaia sesuai uraia pada bagia dua. Hal itu jelas bahwa model liear persamaa (1) dihitug berdasarka pola perubaha jagka pajag da Trasformasi Fourier Umum persamaa (2) utuk meghitug perubaha variasi haria kompoe H pola hari teag jagka pedek dalam waktu jam, kedua model itu utuk titik kotrol terhadap Trasformasi Fourier Aalitis persamaa (7). Akurasi model variasi haria kompoe H pola hari teag jagka pajag secara umum, diyataka model liear da dibadigka terhadap model Tasformasi Fourier Umum dega disigkat (TFU) cukup bervariasi. Sedagka model TFU dibadigka terhadap variasi haria kompoe H pola hari teag dari pegamata dapat dilihat pada gambar 1. Galat masig-masig kedua model dipadag terhadap data pegamata variasi haria kompoe H pola hari teag, utuk model liear sebesar T, sedagka TFU sebesar 10,01 T. Dari akurasi model variasi haria kompoe H pola hari teag khususya model liear haya terbatas pada kodisi variasi haria kompoe H mempuyai pola tetap. Jika tidak mempuyai pola tetap atau berfluktuasi maka akurasiya lebih redah. Sedagka kodisi berfluktuasi, model TFU lebih baik dari pada 5

6 H(T) H(T) megguaka model liear dega masuka data aktivitas matahari (jumlah bilaga suspot). Data variasi haria kompoe H pola hari teag 2000 dibadigka terhadap model Tahu model Komp.H Waktu(jam) Bula Gambar 1. Perbadiga atara data variasi haria kompoe H pola hari teag dari stasiu pegamat geomaget Tagerag bula Jauari 2000 dibadigka terhadap model dega megguaka TFU berdasar dampak variasi haria (diural variatio) (kiri) da galat model TFU tahu 2000 (kaa) Dari gambar 1 terlihat bahwa data pegamata variasi haria kompoe H pola hari teag bervariasi disekitar model TFU dega galat sebesar T. Dega akurasi model TFU yag diperoleh di atas maka karakteristik variasi haria kompoe H pola hari teag dari pegamata pada saat tertetu secara umum dapat digatika dega keluara dari model TFU. Perlu diketahui bahwa model-model yag diperoleh di atas merupaka kostruksi model megguaka data variasi haria kompoe H pola hari teag da karakteristikya haya dikaitka terhadap dampak aktivitas matahari yag dibetuk pola variasi haria (diural variatio da semi diural variatio). Jadi kodisi variasi haria kompoe H pola hari teag yag ditayaka kedua model di atas haya bersifat lokal da belum melukiska kodisi variasi haria kompoe H pola hari teag regioal. Demikia pula utuk diguaka data variasi haria kopoe H pola hari teag stasiu geomaget Biak pada umumya mempuyai akurasi yag hampir sama. Berkaita dega kodisi variasi haria kompoe H geomaget yag dikemukaka di atas maka pola karakteristik variasi haria kompoe H yag tetap perlu dilakuka kostruksi secara matematik seperti yag dijabarka pada bagia 2 utuk model regioal yag akurat. Oleh karea itu model variasi haria kompoe H pola hari teag dilakuka kostruksi dega dikaitka dampak variasi diural maupu lokasi tempat supaya dapat mewakili kodisi variasi regioal. Kostruksi model variasi haria kompoe H pola hari teag jelasya dilakuka berdasarka dampak variasi diural akibat matahari 6

7 H(T) da bula serta dikaitka terhadap litag geografis yag diyataka persamaa (7). Perbadiga atara model Trasformasi Fourier Aalitis da disigkat dega (TFA) dibadigka tarhadap model TFU (lihat gambar 2). 150 Perbadiga atara model TFU terhadap model TFA stasiu Tagerag tahu Model TFA Model TFU Waktu(jam) Gambar 2. Perbadiga atara model TFU terhadap model TFA dari data stasiu geomaget Tagerag bula Jauari 2000 Dari hasil yag ditujuka pada gambar 2 terlihat bahwa atara model TFU da model TFA tidak jauh berbeda. Sehubuga galat model variasi haria kompoe H pola hari teag megguaka model TFA yag disebut model variasi haria kompoe H pola hari teag regioal terhadap model TFU haya sebesar T. Lebih lajut akurasi model TFA dibadigka terhadap data pegamata variasi haria kompoe H pola hari teag da hasilya ditujuka pada gambar 3. Pada gambar 3 apabila ditijau terhadap galat model yag ditujuka pada gambar 2 maka telah meguatka hasil aalisis bahwa model TFA cukup akurat. Demikia pula utuk model variasi haria kompoe H pola hari teag megguaka metode Trasformasi Fourier Umum yag diyataka pada persamaa (2) dega hasil aalisis yag diyataka pada gambar 1 bagia kiri. Berkaita dega hasil aalisis model variasi haria kompoe H pola hari teag yag diperoleh pada uraia bagia dua maka dapat memperkaya model variasi haria kompoe H pola hari teag. Terutama model-model variasi haria kompoe H pola hari teag pada kodisi lokal maupu pada kodisi-kodisi regioal khususya utuk meetuka daerah-daerah yag tidak mempuyai stasiu pegamat gaeomaget. 7

8 H(T) 160 Perbadiga data variasi haria kompoe H polahari teag terhadap model TFA dari stasiu geomaget Tagerag Model TFA Komp.H Waktu(jam) Gambar 3. Perbadiga atara data variasi haria kompoe H pola hari teag bula Jauari 2000 stasiu geomaget Tagerag dibadigka terhadap model regioal megguaka TFA atau model TFA Kuatitas deviasi stadar yag disebut galat model terhadap data variasi haria kompoe H pola hari teag di atas akurasiya dihitug melalui selisih atara data variasi haria kompoe H pola hari teag dega data yag diperoleh dari model. Semaki kecil perbedaaya semaki teliti model yag diperoleh itu, demikia pula utuk sebalikya. Utuk megetahui prosetasi perbedaa itu dilakuka pegujia kesesuaia model melalui atura statistik (Habiru et.al., 1992) dega tigkat sigifikasi yag diambil 5 % da 1 %. Melalui pegujia diperoleh bahwa Trasformasi Fourier Aalitis akurasiya cukup baik da melukiska pola karakteristik variasi haria kompoe H pola hari teag dari kedua stasiu pegamat geomaget itu. Kemudia dilihat dari fluktuasi data variasi haria kompoe H pola hari teag terhadap model Trasformasi Fourier Aalitis sebagia kecil meujuka titik-titik data yag keluar kotrol model (lihat gambar 3) tetapi masih dibawah 5 %. Artiya fluktuasi data variasi haria kompoe H pola hari teag terhadap model f(t) masih berkisar pada ilai rata-rataya da perubahaya secara kuatitatif belum melampaui ilai batas 1,96S m. Data variasi haria kompoe H pola hari teag setiap jam aka berfluktuasi secara ormal da terbatas pada persamaa (8) f(t) = f a 1,96 S m (8) dega f(t) adalah variasi haria kompoe H pola hari teag pada jam ke t, f a adalah rata-rata, S m adalah deviasi stadar model da 1,96 diperoleh dari tabel kemiriga kurva ormal dega kesalaha yag diambil 5 %. Prosedur pegujia berdasarka asumsi bahwa fluktuasi simpaga variasi haria kompoe H pola hari teag setiap titik megikuti perubaha acak distribusi Gaussia (Sudjaa, 1976). 8

9 4. Kesimpula Pola variasi haria kompoe H pola hari teag akibat efek variasi diural da semi diural modelya dapat ditetuka dega megguaka beberapa hampira model matematis. Berkaita dega itu diperluka syarat batas yag sesuai pola karakteristik variasi haria kompoe H pola hari teag yag ditimbulka oleh efek aktivitas gaggua jagka pajag (bulaa) maupu jagka pedek (jam) yag meujag pegolaha da aalisis data. Hal ii dibuktika pada relevasi hasil yag diperoleh dari aalisis data Biak da Tagerag dega megguaka tiga model matematis. Model tersebut adalah model liear dega galat 16,28 T; Trasformasi Fourier Umum da Trasformasi Fourier Aalitis yag dikaitka secara liear terhadap aktivitas matahari maupu litag geografis meujuka galat sekitar 10,01 T. Akurasi dari ketiga model itu meujuka hasil-hasil yag memuaska, karea fluktuasi data variasi haria kompoe H terhadap masigmasig model yag dikaji meurut atura statistik simpagaya tidak melebihi 5 %. Daftar Pustaka Habiru da Sity Rachyay, 1999 : Model karakteristik frekuesi kritis lapisa ioosfer di atas stasiu ioosode Biak da Sumedag, Jural Fisika Himpua Fisika Idoesia, vol.2 omor 3 bula Oktober. Habiru da Koeswadi, 1992 : Estimasi model MUF da LUF lapisa ioosfer pada suspot miimum, Proceedigs Semiar Astroomi Sehari, Plaetarium da Observatorium Jakarta 14 Desember hal Sity Rachyay, 1985 : Aalisis data ioosode drif Pameugpeuk, Proceedigs program peelitia Pusat Riset Dirgatara LAPAN Badug, hal. 66 Sudjaa., 1976 : Metode Statistik, Peerbit Trasito Badug Zilesi B., Lj. R. Cader ad G. De Fraceschi, 1989: A Simple Model for A global Distributio of Some Ioospheric Characteristics i Restricted Area, Solar-Terrestrial Predictio, Proceedigs of a workshop at Laura, Australia October vel.2 p

Studi Model Variasi Harian Komponen H Berdasarkan Pola Hari Tenang

Studi Model Variasi Harian Komponen H Berdasarkan Pola Hari Tenang Studi Variasi Haria Kompoe H Berdasarka Pola Hari Teag Habiru Pusat Pemafaata Sais Atariksa, LAPAN Bidag Aplikasi Geomaget da Maget Atariksa Jl. Dr. Jujua No. 133 Badug 4173 Abstrak Studi model karakteristik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu da Tempat Peelitia Peelitia dilaksaaka dari bula Agustus-September 03.Peelitia ii dilakuka di kelas X SMA Muhammadiyah Pekabaru semester gajil tahu ajara 03/04. B. Subjek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARI TENANG VARIASI MEDAN GEOMAGNET DI SG TONDANO DENGAN AKTIVITAS MATAHARI

HUBUNGAN ANTARA HARI TENANG VARIASI MEDAN GEOMAGNET DI SG TONDANO DENGAN AKTIVITAS MATAHARI HUBUNGAN ANTARA HARI TENANG VARIASI MEDAN GEOMAGNET DI SG TONDANO DENGAN AKTIVITAS MATAHARI Joh Maspupu da Setyato Cahyo P Pussaisa LAPAN Jl. Dr. Djudjua No. 33 Badug 4073 Tlp. 06060 Pes. 06. Fax. 0604998

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah III PEMBAHASAN Pada bagia ii aka diformulasika masalah yag aka dibahas. Solusi masalah aka diselesaika dega Metode Dekomposisi Adomia. Selajutya metode ii aka diguaka utuk meyelesaika model yag diyataka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur 0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan POSITRON, Vol. II, No. (0), Hal. -5 ISSN : 30-4970 Peetua Eergi Osilator Kuatum Aharmoik Megguaka Teori Gaggua Iklas Saubary ), Yudha Arma ), Azrul Azwar ) )Program Studi Fisika Fakultas Matematika da

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagai hasil peelitia dalam pembuata modul Racag Bagu Terapi Ifra Merah Berbasis ATMega8 dilakuka 30 kali pegukura da perbadiga yaitu pegukura timer/pewaktu da di badigka

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd

Pertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd Pertemua Ke- Komparasi berasal dari kata compariso (Eg) yag mempuyai arti perbadiga atau pembadiga. Tekik aalisis komparasi yaitu salah satu tekik aalisis kuatitatif yag diguaka utuk meguji hipotesis tetag

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI Utuk lebih memahami megeai etropi, pada bab ii aka diberika perhituga etropi utuk beberapa distribusi diskrit da kotiu. 3. Distribusi Diskrit Pada sub bab ii dibahas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuha Sistem Sebelum melakuka deteksi da trackig obyek dibutuhka peragkat luak yag dapat meujag peelitia. Peragkat keras da luak yag diguaka dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I 7 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Kotaagug Tahu Ajara 0-03 yag berjumlah 98 siswa yag tersebar dalam 3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL)

BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL) BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL) Setiap peelitia selalu berkeaa dega sekelompok data. Yag dimaksud kelompok disii adalah: Satu orag mempuyai sekelompok data, atau sekelompok orag mempuyai satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD) Prosidig Statistika ISSN: 2460-6456 Pegedalia Proses Megguaka Diagram Kedali Media Absolute Deviatio () 1 Haida Lestari, 2 Suliadi, 3 Lisur Wachidah 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas Matematika da Ilmu

Lebih terperinci

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga Peelitia 1. Pedekata Peelitia Peelitia ii megguaka pedekata kuatitatif karea data yag diguaka dalam peelitia ii berupa data agka sebagai alat meetuka suatu keteraga.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika. Meurut Arikuto (99 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas I MIA SMA Negeri 5 Badar Lampug Tahu Pelajara 04-05 yag berjumlah 48 siswa. Siswa tersebut

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI p-chart

PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI p-chart Prosidig Semiar Nasioal Peelitia, Pedidika da Peerapa MIPA, Fakultas MIPA, Uiversitas Negeri Yogyakarta, 2 Jui 2012 PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI p-chart Adi Setiawa

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika Prosidig Semirata FMIPA Uiversitas Lampug, 0 Model Pertumbuha BeefitAsurasi Jiwa Berjagka Megguaka Deret Matematika Edag Sri Kresawati Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Sriwijaya edagsrikresawati@yahoocoid

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecaha Masalah Dalam ragka peigkata keakurata rekomedasi yag aka diberika kepada ivestor, maka dicoba diguaka Movig Average Mometum Oscillator (MAMO). MAMO ii

Lebih terperinci

9 Departemen Statistika FMIPA IPB

9 Departemen Statistika FMIPA IPB Supleme Resposi Pertemua ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351 9 Departeme Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasa Sub Pokok Bahasa Referesi Waktu Pegatar Aalisis utuk Data Respo Kategorik Data respo kategorik Sebara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Statistika iferesi merupaka salah satu cabag statistika yag bergua utuk meaksir parameter. Peaksira dapat diartika sebagai dugaa atau perkiraa atas sesuatu yag aka terjadi

Lebih terperinci

Range atau jangkauan suatu kelompok data didefinisikan sebagai selisih antara nilai terbesar dan nilai terkecil, yaitu

Range atau jangkauan suatu kelompok data didefinisikan sebagai selisih antara nilai terbesar dan nilai terkecil, yaitu BAB 4 UKURAN PENYEBARAN DATA Pada Bab sebelumya kita telah mempelajari beberapa ukura pemusata data, yaitu ukura yag memberika iformasi tetag bagaimaa data-data ii megumpul atau memusat Pada bagia Bab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peelitia Peelitia ii megguaka metode peelitia Korelasioal. Peelitia korelasioaal yaitu suatu metode yag meggambarka secara sistematis da obyektif tetag hubuga atara

Lebih terperinci

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual Pedekata Nilai Logaritma da Iversya Secara Maual Moh. Affaf Program Studi Pedidika Matematika, STKIP PGRI BANGKALAN affafs.theorem@yahoo.com Abstrak Pada pegaplikasiaya, bayak peggua yag meggatugka masalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

Perbandingan Power of Test dari Uji Normalitas Metode Bayesian, Uji Shapiro-Wilk, Uji Cramer-von Mises, dan Uji Anderson-Darling

Perbandingan Power of Test dari Uji Normalitas Metode Bayesian, Uji Shapiro-Wilk, Uji Cramer-von Mises, dan Uji Anderson-Darling Jural Gradie Vol No Juli 5 : -5 Perbadiga Power of Test dari Uji Normalitas Metode Bayesia, Uji Shapiro-Wilk, Uji Cramer-vo Mises, da Uji Aderso-Darlig Dyah Setyo Rii, Fachri Faisal Jurusa Matematika,

Lebih terperinci

A. Pengertian Hipotesis

A. Pengertian Hipotesis PENGUJIAN HIPOTESIS A. Pegertia Hipotesis Hipotesis statistik adalah suatu peryataa atau dugaa megeai satu atau lebih populasi Ada macam hipotesis:. Hipotesis ol (H 0 ), adalah suatu hipotesis dega harapa

Lebih terperinci

Yang biasa dinamakan test komposit lawan komposit. c. Hipotesis mengandung pengertian minimum. Perumusan H 0 dan H 1 berbentuk :

Yang biasa dinamakan test komposit lawan komposit. c. Hipotesis mengandung pengertian minimum. Perumusan H 0 dan H 1 berbentuk : PARAMETER PENGJIAN HIPOTESIS MODL PARAMETER PENGJIAN HIPOTESIS. Pedahulua Kalau yag sedag ditest atau diuji itu parameter θ dalam hal ii pegguaaya ati bias rata-rata µ prprsi p, simpaga baku σ da lai-lai,

Lebih terperinci

Statistika dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Statistika Deskriftif 2. Statistik Inferensial Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

Statistika dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Statistika Deskriftif 2. Statistik Inferensial Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Peaksira Parameter Statistika dibagi mejadi dua yaitu:. Statistika Deskriftif 2. Statistik Iferesial Pearika kesimpula dapat dilakuka dega dua cara yaitu:. Peaksira Parameter 2. Pegujia Hipotesis Peaksira

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia ii adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Badar Lampug tahu pelajara 2009/2010 sebayak 279 orag yag terdistribusi dalam tujuh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 20 Bandar Lampung, dengan populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 20 Bandar Lampung, dengan populasi 5 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di SMPN 0 Badar Lampug, dega populasi seluruh siswa kelas VII. Bayak kelas VII disekolah tersebut ada 7 kelas, da setiap kelas memiliki

Lebih terperinci

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM DAN KONSENTRASI CAMPURAN MENGGUNAKAN DUA JENIS SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM DAN KONSENTRASI CAMPURAN MENGGUNAKAN DUA JENIS SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Lapora Praktikum Aalisis Istrumetal 2014 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM DAN KONSENTRASI CAMPURAN MENGGUNAKAN DUA JENIS SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Norma Nur Azizah 1, Wula Suci P, Mohamad Rafi 1 Departeme

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI

REGRESI DAN KORELASI REGRESI DAN KORELASI Pedahulua Dalam kehidupa sehari-hari serig ditemuka masalah/kejadia yagg salig berkaita satu sama lai. Kita memerluka aalisis hubuga atara kejadia tersebut Dalam bab ii kita aka membahas

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN:

PROSIDING ISBN: S-6 Perlukah Cross Validatio dilakuka? Perbadiga atara Mea Square Predictio Error da Mea Square Error sebagai Peaksir Harapa Kuadrat Kekelirua Model Yusep Suparma (yusep.suparma@ upad.ac.id) Uiversitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desai Peelitia Meurut Kucoro (003:3): Peelitia ilmiah merupaka usaha utuk megugkapka feomea alami fisik secara sistematik, empirik da rasioal. Sistematik artiya proses yag

Lebih terperinci

Pemodelan pada Proses Cyclostationarity Berdasarkan Data Pasut Cilacap Tahun

Pemodelan pada Proses Cyclostationarity Berdasarkan Data Pasut Cilacap Tahun Reka Geomatika No. 1 Vol. 2017 12-22 ISSN 2338-350X Maret 2017 Jural Olie Istitut Tekologi Nasioal Jurusa Tekik Geodesi Pemodela pada Proses Cyclostatioarity Berdasarka Data Pasut Cilacap Tahu 2007-2015

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Halama Tulisa Jural (Judul da Abstraksi) Jural Paradigma Ekoomika Vol.1, No.5 April 2012 PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Oleh : Imelia.,SE.MSi Dose Jurusa Ilmu Ekoomi da Studi Pembagua,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika, meurut Arikuto (998:73)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan. 9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi Da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di MTs Muhammadiyah Natar Lampug Selata. Populasiya adalah seluruh siswa kelas VIII semester geap MTs Muhammadiyah Natar Tahu Pelajara

Lebih terperinci

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS Haug N. Prasetyo Week 11 PENDAHULUAN Regresi da korelasi diguaka utuk megetahui hubuga dua atau lebih kejadia (variabel) yag dapat diukur secara matematis. Ada dua hal yag diukur atau diaalisis,

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan Istitut Tekologi Sepuluh Nopember Surabaya Model Sistem dalam Persamaa Keadaa Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Latiha Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Istilah-istilah Dalam Persamaa Keadaa Aalisis Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS.1 Pegertia-pegertia Lapaga pekerjaa adalah bidag kegiata dari pekerjaa/usaha/ perusahaa/kator dimaa seseorag bekerja. Pekerjaa utama adalah jika seseorag haya mempuyai satu pekerjaa

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Buleti Ilmiah Math. Stat. da Terapaya (Bimaster) Volume 02, No. 1(2013), hal 1-6. PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Demag, Helmi, Evi Noviai INTISARI Permasalaha di bidag tekik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengumpulan Data Pembuatan plot contoh

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengumpulan Data Pembuatan plot contoh BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat da Waktu Peelitia Pegambila data peelitia dilakuka di areal revegetasi laha pasca tambag Blok Q 3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal Kalimata Timur. Kegiata ii dilakuka

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Statistik Inferensial

Mata Kuliah: Statistik Inferensial PENGUJIAN HIPOTESIS SAMPEL KECIL Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id DEFINISI Pegertia Sampel Kecil Sampel kecil yag jumlah sampel kurag dari 30, maka ilai stadar deviasi (s)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi da Waktu Pegambila Data Pegambila data poho Pius (Pius merkusii) dilakuka di Huta Pedidika Guug Walat, Kabupate Sukabumi, Jawa Barat pada bula September 2011.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah. BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pegumpula Data Dalam melakuka sebuah peelitia dibutuhka data yag diguaka sebagai acua da sumber peelitia. Disii peulis megguaka metode yag diguaka utuk melakuka pegumpula

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan November - Desember 2013 di

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan November - Desember 2013 di III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.. Waktu da Tempat Peelitia telah dilakuka pada bula November - Desember 203 di peteraka Kambig yag ada di Kota Pekabaru Provisi Riau. 3.2. Alat da Baha Materi yag diguaka

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Madiun, untuk mendapatkan gambaran kondisi tempat penelitian secara umum,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Madiun, untuk mendapatkan gambaran kondisi tempat penelitian secara umum, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Peelitia dilakuka di PT. INKA yag terletak di Jl. Yos Sudarso o 71 Madiu, utuk medapatka gambara kodisi tempat peelitia secara umum, termasuk kegiata-kegiata

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ARTIKEL Meetuka rumus Jumlah Suatu Deret dega Operator Beda Markaba 191115198801005 Maret 015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Deret Fourier Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDAHULUAN ada modul ii dibahas masalah ekspasi deret Fourier Sius osius utuk suatu fugsi periodik ataupu yag diaggap periodik, da dibahas pula trasformasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa

Lebih terperinci

BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGAN

BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGAN BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGAN A. Mome Misalka diberika variable x dega harga- harga : x, x,., x. Jika A = sebuah bilaga tetap da r =,,, maka mome ke-r sekitar A, disigkat m r, didefiisika oleh

Lebih terperinci

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika BARISAN DAN DERET BILANGAN Peyusu: Atmii Dhoruri, MS Kode: Jejag: SMP T/P: / A. Kompetesi yag diharapka. Meetuka suku ke- barisa aritmatika da barisa geometri. Meetuka jumlah suku pertama deret aritmatika

Lebih terperinci

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2)

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2) Bab 6: Estimasi Parameter () BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (). ESTIMASI PROPORSI POPULASI Proporsi merupaka perbadiga atara terjadiya suatu peristiwa dega semua kemugkiaa peritiwa yag bisa terjadi. Besara

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. a. Penelitian ini menggunakan 68 ekor kambing peranakan etawa ( PE) (31. ukur, tongkat ukur dan timbangan.

III. MATERI DAN METODE. a. Penelitian ini menggunakan 68 ekor kambing peranakan etawa ( PE) (31. ukur, tongkat ukur dan timbangan. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu da Tempat Peelitia Peelitia ii telah dilaksaaka pada Bula Oktober sampai November 013 di peteraka yag ada di Kota Pekabaru. 3.. Materi Peelitia a. Peelitia ii megguaka

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasa Atropometri merupaka salah satu metode yag dapat diguaka utuk meetuka ukura dimesi tubuh pada setiap mausia. Data atropometri yag didapat aka diguaka utuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Peelitia dilakuka di bagia spiig khususya bagia widig Pabrik Cambrics Primissima (disigkat PT.Primissima) di Jala Raya Magelag Km.15 Slema, Yogyakarta. Peelitia

Lebih terperinci

Penyelesaian: Variables Entered/Removed a. a. Dependent Variable: Tulang b. All requested variables entered.

Penyelesaian: Variables Entered/Removed a. a. Dependent Variable: Tulang b. All requested variables entered. 2. Pelajari data dibawah ii, tetuka depede da idepede variabel serta : a) Hitug Sum of Square for Regressio (X) b) Hitug Sum of Square for Residual c) Hitug Meas Sum of Square for Regressio (X) d) Hitug

Lebih terperinci

Ukuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus

Ukuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus -Mar- Ukura Pemusata Pertemua STATISTIKA DESKRIPTIF Statistik deskripti adalah pegolaha data utuk tujua medeskripsika atau memberika gambara terhadap obyek yag diteliti dega megguaka sampel atau populasi.

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB II METODOLOGI PEELITIA 2.1. Betuk Peelitia Betuk peelitia dapat megacu pada peelitia kuatitatif atau kualitatif. Keragka acua dalam peelitia ii adalah metode peelitia kuatitatif yag aka megguaka baik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di Kawasa Patai Ayer, Kabupate Serag Provisi Bate. Lokasi ii dipilih secara segaja atau purposive karea Patai Ayer merupaka salah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia ii adalah metode korelasioal, yaitu Peelitia korelasi bertujua utuk meemuka ada atau tidakya hubuga atara dua variabel atau

Lebih terperinci

BAB V. INTEGRAL. Lambang anti-turunan (integral tak-tentu) oleh Leibniz adalah... dx, sehingga

BAB V. INTEGRAL. Lambang anti-turunan (integral tak-tentu) oleh Leibniz adalah... dx, sehingga BAB V. INTEGRAL 5.. Ati Turua (Itegral Tak-tetu) Defiisi: F suatu ati-turua f pada selag I jika da haya jika D F() = f() pada I, yaki F () = f() utuk semua dalam I. (Jika suatu titik ujug I, F () haya

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan BAB III METODE PENELITAN. Tempat Da Waktu Peelitia Peelitia dilakuka di SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo dega subject Peelitia adalah siswa kelas VIII. Pemiliha SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo. Adapu

Lebih terperinci

Oleh: Bambang Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta

Oleh: Bambang Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta Oleh: Bambag Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta PETA KONSEP Prisip Superposisi Liier Sefase π π beda faseya : 0,2, 4,. beda litasa : 0,,2, 3,. terjadi iterferesi Kostruktif/ salig meguatka, amplitudo

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ii aka memberika iformasi hal yag berkaita dega lagkah-lagkah sistematis yag aka diguaka dalam mejawab pertayaa peelitia.utuk itu diperluka beberapa hal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sukardi, (2003:17) Metodologi penelitian adalah cara yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sukardi, (2003:17) Metodologi penelitian adalah cara yang 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Meurut Sukardi, (003:7) Metodologi peelitia adalah cara yag dilakuka secara sistematis megikuti atura-atura, direcaaka oleh para peeliti utuk memecahka permasalaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujua Peelitia Peelitia ii bertujua utuk megetahui apakah terdapat perbedaa hasil belajar atara pegguaa model pembelajara Jigsaw dega pegguaa model pembelajara Picture ad Picture

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung 42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Defiisi Persamaa diferesial adalah persamaa yag melibatka variabelvariabel tak bebas da derivatif-derivatifya terhadap variabel-variabel bebas. Berikut ii adalah

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

Karakteristik Dinamik Elemen Sistem Pengukuran

Karakteristik Dinamik Elemen Sistem Pengukuran Karakteristik Diamik Eleme Sistem Pegukura Kompetesi, RP, Materi Kompetesi yag diharapka: Mahasiswa mampu merumuskaka karakteristik diamik eleme sistem pegukura Racaga Pembelajara: Miggu ke Kemampua Akhir

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 96 BAB I KESIPUAN AN SARAN I1 Kesimpula Berdasarka hasil pegujia, aalisis, da studi kasus utuk megetahui kekuata da desai pelat komposit beto-dek metal diperoleh kesimpula sebagai berikut: 1 Jika meurut

Lebih terperinci

SEBARAN t dan SEBARAN F

SEBARAN t dan SEBARAN F SEBARAN t da SEBARAN F 1 Tabel uji t disebut juga tabel t studet. Sebara t pertama kali diperkealka oleh W.S. Gosset pada tahu 1908. Saat itu, Gosset bekerja pada perusahaa bir Irladia yag melarag peerbita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kawasa huta magrove, yag berada pada muara sugai Opak di Dusu Baros, Kecamata Kretek, Kabupate Batul. Populasi dalam peelitia ii adalah

Lebih terperinci

ESTIMASI. (PENDUGAAN STATISTIK) Ir. Tito Adi Dewanto. Statistika

ESTIMASI. (PENDUGAAN STATISTIK) Ir. Tito Adi Dewanto. Statistika Wed 6/0/3 ETIMAI (PENDUGAAN TATITIK) Ir. Tito Adi Dewato tatistika Deskriptif Iferesi Estimasi Uji Hipotesis Titik Retag Estimasi da Uji Hipotesis Dilakuka setelah peelitia dalam tahap pegambila suatu

Lebih terperinci