KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur Ignatius Adhi N. : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim Sistem Pembayaran dan MI /Asisten Direktur Neldy Syafrizal : Analis Ekonomi /Manajer Curie Rantung : Analis /Manajer Jeanny Jeans Legoh : Analis /Manajer Wahyu Sihati : Analis /Manajer Ayub Pelita Hati : Kepala Unit Distribusi Uang Noula T. Sondakh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Heru Prasetyo : Kasir Senior /Manajer Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer Ali Albaar : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan Donny Pratama : Analis Ekonomi/Asisten Manajer Rivo Mandey : Analis /Asisten Manajer Iona H. Rombot : Analis /Asisten Manajer Hendro B. Sirait : Analis/Asisten Manajer Adhi Nugroho : Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat :

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 215 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II 215 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih. Manado, Agustus 215 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA Peter Jacobs Direktur iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 215 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman i halaman v halaman vi RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11 Box I.Pariwisata di Sulawesi Utara Sisi Permintaan halaman 12 Sisi Penawaran halaman 18 BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 35 Pendapatan Daerah halaman 36 Dana Transfer Halaman 37 Belanja Daerah Provinsi Sulut halaman 37 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 44 Inflasi Tahunan (yoy) halaman 44 Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Bulanan (mtm) halaman 45 halaman 46 BAB IV STABILITAS SISTEM KEUANGAN halaman 56 Kondisi Sektor Rumah Tangga halaman 56 Dana Pihak Ketiga Dan Kredit Perseorangan Di Perbankan halaman 57 Kinerja Sektor Korporasi halaman 61 Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi halaman 62 Asesmen Sektor Perbankan halaman 62 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai Box II.Akselerasi Transaksi Non Tunai di Sulawesi Utara BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 74 halaman 91 Perkembangan Ketenagakerjaan Sulawesi Utara halaman 91 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 95 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 13 Prospek Ekonomi Makro halaman 13 Prakiraan Inflasi Prospek Perbankan halaman 17 halaman 11 Daftar Istilah dan Singkatan halaman 115 v

6 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II A PDB Nasional (yoy) 5,21 5,12 4,92 5,1 4,71 4,67 B Inflasi Nasional (yoy) 7,32 6,7 4,53 8,36 6,38 7,26 II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II A 1. Laju Inflasi (ytd) % 1,15 1,97 2,55 9,68 (,4) 2,14 2. Laju Inflasi (yoy) % 5,67 6,27 4, 9,67 7,99 8,73 3. Laju Inflasi (mtm) %,31,67 (,3) 3,83,5,49 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 1,3 1,43 (1,25) 9,31,59 1,21 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) %,12,5,13,7,7,7 5. Inflasi Perumahan (mtm) %,15,14,68 1,42,44,5 6. Inflasi Sandang (mtm) % (,19),96 (,18) 1,16 (,12),36 7. Inflasi Kesehatan (mtm) %,8,12,21,38,27,17 8. Inflasi Pendidikan (mtm) %,7,33,11,71,31,27 9. Inflasi Transportasi (mtm) % (,2) 1,47,15 7,22 1,28,94 B PDRB Penggunaan *** 6,72 6,25 6,19 6,12 6,42 6,27 - Konsumsi Rumah Tangga 6,89 6,96 6,37 6,47 6,16 6,4 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 11,48 1,93 1,6 2,5 (11,86) (1,55) - Konsumsi Pemerintah 1,52 5,62 6,74 1,2 7,19 8,32 - Pembentukan Modal Tetap Bruto (3,5),89 2,27 6,5 4,68 6,14 - Perubahan Persediaan (28,12) (8,3) 66,18 31,38 (77,76) (81,84) - Ekspor Luar Negeri 3,82 75,11 32,99 2,9 (2,49) (14,13) - Impor Luar Negeri 83,83 (16,3) (22,42) 18,37 (,42) (35,21) - Net Ekspor Antardaerah 1,19 69,88 31,18 5,76 (5,78) (8,13) C PDRB Sektoral *** 6,72 6,25 6,19 6,12 6,42 6,27 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,92 2,77 5,16 3,75 4,9 4,83 Pertambangan dan Penggalian 4,78 6,87 6,77 9,1 12,1 7,61 Industri Pengolahan 4,14 3,28 3,18 3,15 4, 3,1 Pengadaan Listrik dan Gas 2,4 3,5 3,16 3,21 4,3 9,36 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang,21 2,12 4,4 6,47 8,21 8,36 Konstruksi 7,4 7,67 3,72 5,15 5,86 6,79 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11,77 1,5 7,9 7,56 6,88 5,79 Transportasi dan Pergudangan 11,29 9,86 9,98 1,52 8,79 8,52 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,19 12,43 11,93 9,94 5,68 7,2 Informasi dan Komunikasi 9,33 8,31 9,75 9,64 8,38 9,53 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,84 (1,13) 1,73 8,78 5,71 2,35 Real Estate 9,8 9,18 8,51 8,56 7,98 7,56 Jasa Perusahaan 9,19 8,41 7,31 7,82 8,21 8,33 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,51 7,3 9,58 9,52 8,9 9,52 Jasa Pendidikan 4,47 7,4 3,7,97 2,19 5,6 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,98 8,32 7,17,19 4,52 9,39 Jasa lainnya 8,39 4,84 2,5 3,52 6,24 7,49 II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II BI Rate (%) 7,5 7,5 7,5 7,75 7,5 7,5 Kurs (Rp/USD - posisi akhir) III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II* 1. Ekspor (ribu USD) Impor (ribu USD) IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TW I TW II A. Jumlah Bank Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) Bank Umum Konvensional Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Syariah C. Total Asset (Rp miliar) Bank Umum BPR Bank Syariah Keterangan : * Angka sementara ** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 21 vi

7 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) Giro Deposito Tabungan Kredit (Rp miliar) Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja Investasi Konsumsi Berdasarkan Sektor Ekonomi - Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya Kredit untuk Debitur UMKM Loan to Deposit Ratio (LDR) % 13,81 125,3 125,37 132,77 129,61 131, Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) Rasio (%) 2,94 3,37 3,65 3,3 3,39 3,6 V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II 1. Kas (Rp miliar) - Inflow Outflow Kliring - Volume Kliring (Lembar) Nominal Kliring (Rp Miliar) Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 2,15 1,97 1,7 1,75 2,1 2,37 - Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,19 2,33 2,52 2,17 1,87 2,59 Keterangan : * Angka sementara ** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 21 vii

8 Halaman ini sengaja dikosongkan

9 RINGKASAN EKSEKUTIF

10 RINGKASAN EKSEKUTIF Halaman ini sengaja dikosongkan x

11 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Memasuki triwulan II tahun 215, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perlambatan kendati masih memiliki tingkat pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy)... Memasuki triwulan II tahun 215, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perlambatan kendati masih memiliki tingkat pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy). Namun, tingkat pertumbuhan tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar 6,25% (yoy). Perekonomian Sulut juga tercatat masih mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,67% (yoy). Secara sektoral, melambatnya perekonomian Sulut di triwulan laporan dipengaruhi oleh deselerasi yang terjadi pada dua sektor utama Sulut yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan impresif dari sektor pertanian yang dipengaruhi panen raya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan di sebagian wilayah, serta terakselerasinya sektor konstruksi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut sekaligus menahan pelemahan lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan di sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor internasional. Sementara itu, peningkatan kinerja investasi dan konsumsi pemerintah yang ditopang oleh cukup baiknya serapan anggaran khususnya APBD menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan laporan. Mengawali tahun 215, laju inflasi tahunan Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I yang diwakili oleh kota Manado mengalami perlambatan.. Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II 215 dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar.49% (mtm) atau secara tahunan sebesar 8,73% (yoy) di akhir triwulan II

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari menguatnya tekanan inflasi kelompok volatile foods dan kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price). Sementara kelompok inti (core inflation) cenderung stabil. Stabilitas Sistem Keuangan Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan masih relatif baik. Faktor-faktor yang cenderung dapat mempengaruhi stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak memberikan dampak negatif pada perbankan di Sulawesi Utara... Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan masih relatif baik. Faktor-faktor yang cenderung dapat mempengaruhi stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak memberikan dampak negatif pada perbankan di Sulawesi Utara. Faktor-faktor itu antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan risiko kredit, turunnya ekspor akibat harga komoditas turun, daya beli RT menurun, realisasi anggaran Pemerintah yang lamban, dan pelemahan nilai tukar rupiah. Ketahanan sektor Rumah Tangga, ketahanan sektor korporasi dan juga kondisi serta kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih dalam level yang baik sehingga tidak rentan untuk mengalami shock pada sistem keuangannya. Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 215 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 1.76% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat telah tercapai sebesar 52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar dari total target Rp2,56 triliun... Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 215 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 1.76% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat telah tercapai sebesar 52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar dari total target Rp2,56 triliun. Sementara itu realisasi belanja mencapai 36,8% atau senilai Rp971 Miliar dari total target belanja. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah terlihat dari transfer dana yang diberikan kepada Provinsi dan 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Wilayah Sulawesi Utara. Sampai dengan triwulan II 215 alokasi dana pusat ke daerah sebesar Rp158,67 triliun (Provinsi dan 15 2

13 RINGKASAN EKSEKUTIF Kab/Kota) sebesar 43,5%. Peningkatan alokasi tersebut di tujukan untuk mendorong percepatan pembangun daerah selaras dengan program pembangunan pemerintah pusat. Perkembangan Sistem Pembayaran Sejalan dengan siklusnya, kebutuhan uang kartal meningkat sepanjang triwulan II 215. Di sisi lain, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 1 juta pada BI-RTGS berpangaruh terhadap meningkatnya aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring. Dalam rangka mendorong masyarakat Sulawesi Utara untuk bertransaksi secara non tunai, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah berkomitmen untuk mendukung Gerakan Nasional Non Tunai di Sulawesi Utara... Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama jelang Hari Besar Keagamaan memicu peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan II 215. Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp 314 miliar, meningkat sebesar 84,61 (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi net outflow juga terjadi pada Layanan Jasa Kas Titipan, yaitu sebesar Rp 129 miliar, menurun sebesar 3,63% (yoy). Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 1 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 214 yang berlaku sejak 15 Desember 214, memiliki pengaruh terhadap perkembangan sistem pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Aktivitas kliring debet melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh positif. Nilai dan volume transaksi kliring debet tumbuh sebesar 7,25% (yoy) dan 16,2% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada perkembangan transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Nilai dan volume transaksi mengalami penurunan, secara berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,9% (yoy). Sejalan dengan kebijakan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus mendorong peningkatan transaksi non tunai di melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Dari sisi pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran, aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank terpantau meningkat sepanjang triwulan II 215. Total pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing sepanjang periode 3

14 RINGKASAN EKSEKUTIF tersebut secara berturut-turut sebesar Rp 3,3 miliar (meningkat 16,95%, yoy) dan Rp 3,38 miliar (meningkat sebesar 16,78, yoy). Perkembangan Ketenagakerjaan& Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerja regional yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang terkoreksi ke angka,15%... Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 215 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,26% - 6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II 215. Sumber pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama perekonomian Sulut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi... 4 Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerja regional yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang terkoreksi ke angka,15%. Disisi lain, baik secara tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan. Kelesuan dunia usaha dimana penjualan mengalami penurunan akibat daya beli masyarakat yang juga menurun berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja dan kebijakan untuk tidak akan melakukan penambahan tenaga kerja yang masa kontraknya habis dan/atau pensiun pada mayoritas perusahaan di Sulawesi Utara. Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawsi Utara menunjukkan pelemahan yang tercermin dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga diatas titik optimis, namun persepsi atas nilai tukar yang terus melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun membuat ekspektasi penghasilan kedepan tercatat mengalami penurunan. Outlook Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 215 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,26% - 6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II 215. Sumber pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama perekonomian Sulut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan

15 RINGKASAN EKSEKUTIF sektor konstruksi serta beberapa sektor lain yang memiliki potensi peningkatan pertumbuhan di triwulan mendatang seperti sektor akomodasi, sektor transportasi serta sektor informasi dan komunikasi. Sesuai pola historis, sektor pertanian diperkirakan akan mencapai puncak pertumbuhannya pada periode triwulan III 215 seiring panen raya pada tanaman perkebunan rakyat seperti cengkih, pala dan kelapa. Kondisi tersebut juga didukung prebaikan di sektor perikanan pasca relaksasi peraturan transhipment kendati masih dibayangi risiko cuaca yang kurang kondusif. Sementara itu, sektor perdagangan diperkirakan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang dengan dorongan belanja masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri dan hari pengucapan. Di sisi lain, realisasi belanja modal pemerintah diperkirakan mampu mendorong perkembangan sektor konstruksi ke arah yang lebih tinggi. Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah diperkirakan mulai mengalami peningkatan di paruh ke dua setiap tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa realisasi belanja modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi vertikal) cenderung masih rendah di kisaran 2% sampai dengan semester I 215 sehingga optimalisasi penyerapan anggaran tersebut akan terjadi di semester II 215. Selanjutnya, beberapa sektor lain seperti sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor informasi akan turut terdorong seiring tingginya aktifitas perdagangan, maraknya penyelenggaraan MICE, persiapan pilkada dan peningkatan mobilitas masyarakat menyambut hari raya keagamaan. Dengan memperhatikan perkembangan terkini, maka pertumbuhan ekonomi keseluruan tahun 215 diperkirakan berada pada interval 6,27% - 6,67% (yoy) atau lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Outlook Inflasi Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 215 diperkirakan masih akan berlanjut di triwulan III 215. Pada triwulan III 215 inflasi diperkirakan berada pada kisaran 9,4±1% (yoy). Namun, pada akhir tahun 215 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan berada di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based point effect tingginya inflasi di Desember Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 215 diperkirakan masih akan berlanjut di triwulan III 215. Pada triwulan III 215 inflasi diperkirakan berada pada kisaran 9,4±1% (yoy). Namun, pada akhir tahun 215 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan berada di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based point effec tingginya inflasi di Desember

16 RINGKASAN EKSEKUTIF Risiko inflasi diperkirakan berasal dari kelompok Administrated Prices dan Volatile Food. Risiko yang berasal dari kelompok Administrated Prices terutama terkait dengan tibanya hari raya keagamaan Idul Fitri dan Pengucapan Syukur, adanya realisasi gaji ke-13 PNS, tibanya musim liburan sekolah, dan dampak kenaikan tarif batas bawah angkutan udara. Sementara dari kelompok volatile food tekanan diperkirakan stabil karena adanya normalisasi harga dan permintaan dan adanya panen di sebagian daerah pertanian sehubungan panen beras. Namun, risiko peningkatan harga akibat fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan masih patut diwaspadai. Selanjutnya, inflasi inti diperkirakan relatif terkendali meskipun dengan resiko yang moderat dengan adanya tekanan yang bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan, bahan bangunan dan pengaruh volatilitas nilai tukar. Outlook Perbankan Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan positif sampai dengan triwulan laporan. Kredit pada triwulan berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan... Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan positif sampai dengan triwulan laporan. Kredit pada triwulan berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil Survei Perbankan triwulan laporan yang menunjukkan optimisme persepsi perbankan bahwa kredit akan meningkat pada triwulan yang akan datang. Optimisme peningkatan permintaan kredit didukung oleh perkiraan meningkatnya prospek usaha nasabah dan dukungan permodalan bank yang cukup. 6

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Halaman ini sengaja dikosongkan 7

18 Halaman ini sengaja dikosongkan

19 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20 Halaman ini sengaja dikosongkan

21 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Memasuki triwulan II tahun 215, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perlambatan kendati masih memiliki tingkat pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy). Namun, tingkat pertumbuhan tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar 6,25% (yoy). Perekonomian Sulut juga tercatat masih mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,67% (yoy). Secara sektoral, melambatnya perekonomian Sulut di triwulan laporan dipengaruhi oleh deselerasi yang terjadi pada dua sektor utama Sulut yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan impresif dari sektor pertanian yang dipengaruhi panen raya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan di sebagian wilayah, serta terakselerasinya sektor konstruksi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut sekaligus menahan pelemahan lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan di sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor internasional. Sementara itu, peningkatan kinerja investasi dan konsumsi pemerintah yang ditopang oleh cukup baiknya serapan anggaran khususnya APBD menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan laporan. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi (TD 21) Provinsi Sulawesi Utara (% yoy) Nasional (%) Sulawesi Utara (%) IV Total I II III IV Total I II Sumber: BPS, diolah 11

22 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1 SISI PERMINTAAN Secara keseluruhan, kegiatan konsumsi masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Perkembangan kegiatan konsumsi yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya didorong oleh akselerasi konsumsi pemerintah di tengah konsumsi rumah tangga yang mengalami sedikit perlambatan. Di sisi lain, kegiatan ekspor internasional yang juga merupakan salah saktu faktor penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi tercatat mengalami kontraksi yang lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari belum adanya hasil positif yang signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan transhipment. Namun demikian, kontraksi pertumbuhan yang juga terjadi pada impor internasional maupun net impor antar daerah berhasil menjadi penahan pelemahan lebih lanjut di komponen neraca perdagangan bersih Sulut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Jenis Penggunaan Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Investasi PMTB Perubahan Inventori Neraca Perdagangan Bersih Ekspor Impor Net Ekspor Antar Daerah PDRB Sumber: BPS, diolah Konsumsi Kegiatan konsumsi pada triwulan II 215 mencatat pertumbuhan sebesar 6,36% (yoy) dengan kontribusi sebesar 4,27% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 5,77% (yoy). Pertumbuhan konsumsi ditopang oleh terakselerasinya konsumsi pemerintah di tengah konsumsi LNPRT yang masih terkontraksi dan konsumsi rumah tangga yang mengalami sedikit perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 8,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,19% (yoy). Akselerasi pada konsumsi pemerintah tidak terlepas dari dukungan fiskal yang lebih baik di 215 serta realisasi belanja APBD yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu maupun tahun sebelumnya. Sampai dengan tengah tahun 215, realisasi belanja APBD provinsi 12

23 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO tercatat sebesar 34,77% atau meningkat sebesar 2,47% dibanding posisi triwulan sebelumnya dimana realisasi APBD tercatat sebesar 14,3%. Realisasi belanja tersebut juga lebih baik dibandingkan periode tahun sebelumnya yang sebesar 27,28%. Di sisi lain, kondisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cenderung melambat tercermin dari persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada triwulan laporan yang menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan lalu maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan laporan tercatat sebesar 114,83 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode triwulan lalu dimana IKK tercatat sebesar 137,11 maupun tahun sebelumnya yang sebesar 15,44. Penurunan tingkat keyakinan konsumen disebabkan beberapa faktor seperti tingkat harga yang tinggi dan pelemahan kurs Rupiah. Kedua hal tersebut menjadi dasar presepsi rumah tangga atas penurunan kondisi perekonomian. 5% Grafik 1.2. Serapan APBN Provinsi 5 Tahun Terakhir Grafik 1.3. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 4% 3% 38.77% 35.27% 31.91% 35.43% 27.28% 34.77% 2% 1% % Juni 21 Juni 211 Juni 212 Juni 213 Juni 214 Juni 215 Serapan Belanja APBN Prov. Sulut Sumber: Biro Ekonomi, Pemprov, Sulut Sumber: Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut Selanjutnya, kinerja konsumsi yang cenderung melambat juga dapat dilihat dari perkembangan penjualan ritel beberapa kelompok usaha di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara, terlihat adanya indikasi perlambatan pertumbuhan penjualan yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan Indeks Riil Penjualan (IRP) dari 7,93% (yoy) pada triwulan I 215 menjadi 5,59% pada triwulan II 215. Secara angka indeks, IRP juga mengalami penurunan dari 258,75 di triwulan lalu menjadi 254,13 pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil liaison, para pelaku usaha juga mengkonfirmasi turunnya tingkat konsumsi masyarakat yang tercermin dari menurunnya tingkat penjualan. Lickert Scale penjualan domestik berdasarkan hasil liaison, tercatat mengalami penurunan dari,57 pada triwulan lalu menjadi pada triwulan laporan. Kondisi melambatnya konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh pembayaran gaji ke-13 PNS dan pembayaran THR yang mayoritas diberikan pada bulan Juli 215 sehingga peningkatan belanja masyarakat terfokus pada bulan tersebut. 13

24 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.4. Indeks Penjualan Eceran & Lickert Scake Liaison Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Pertumbuhan Indeks Riil Penjualan Likert Scale Penjualan Domestik (sb.kanan) Rp. Triliun Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Kredit Konsumsi gkredit Konsumsi YoY I II III IV I II III IV I II III IV I II % 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) & Liaison KPw BI Prov. Sulut Sumber: LBU, Lokasi Proyek Di sisi lain, sejalan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga, dukungan perbankan terhadap kegiatan konsumsi juga tengah mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari tingkat penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan di Sulawesi Utara yang tumbuh 13,7% (yoy) pada triwulan laporan atau melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,2% (yoy). Namun demikian, kredit konsumsi tercatat masih memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit perbankan di Sulut dengan share sebesar 58% dari total kredit. Adapun total penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.17,7 Triliun Investasi Kegiatan investasi yang tercermin dari angka PMTB dan perubahan inventori pada triwulan II 215 tercatat tumbuh 5,88% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,1% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang tercatat 4,49% (yoy). Laju impresif pertumbuhan investasi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan selain didorong oleh masih berjalannya proyek yang bersifat multiyears, juga didorong oleh berbagai program pemerintah pusat maupun daerah yang mulai diinisiasi pada awal tahun 215. Serapan belanja modal pada APBD yang relatif lebih baik juga menjadi salah satu fakotr pendukung akselerasi pertumbuhan investasi pada triwulan laporan. 14

25 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.6. Perkembangan Penjualan Semen Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum 25, Volume Semen (ton) gsemen (%) - sb. kanan 1 2, , 4 1, 2 5, -2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : LBU, Lokasi Proyek Jenis proyek multiyears yang masih berjalan baik oleh pemerintah maupun swasta pada triwulan laporan adalah pembangunan jalan tol Manado-Bitung, perbakikan jalan-jembatan di beberapa daerah, pembangunan infrastruktur pendukung transportasi (bandara dan pelabuhan), pembangunan pusat perbelanjaan, pembangunan beberapa hotel baru di Kota Manado serta masih maraknya proyek pembangunan hunian vertikal maupun horizontal. Lebih lanjut lagi, realisasi APBD dan APBN juga mengindikasikan sudah dimulainya beberapa proyek strategis dengan pencapaian realisasi anggaran di atas 5% sampai dengan triwulan II 215 untuk proyek pembangunan waduk (Lolak dan Kuwil) serta proyek pembangunan pelabuhan perikanan. Indikator pertumbuhan investasi juga tercermin dari realisasi penjualan semen yang menunjukkan angka penjualan maupun tingkat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan realisai penjualan semen tercatat sebesar 163 ribu ton atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 158 ribu ton. Sejalan dengan pertumbuhan sektor investasi, perkembangan kredit investasi yang disalurkan oleh bank umum di Sulawesi Utara juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari 12.7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 18,65% (yoy) pada triwulan laporan. Dilihat dari nilainya, jumlah penyaluran kredit investasi pada triwulan II 215 tercatat sebesar Rp. 4,4 Triliun Ekspor Impor Kinerja perdagangan internasional pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi Sulut. Hal ini tercermin dari terkontraksinya pertumbuhan ekspor dan impor Sulut pada triwulan laporan. Ekspor tercatat mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 14,13% dimana pada triwulan sebelumnya tercatat terkontraksi 2,49% (yoy). Di sisi lain, impor juga tercatat melanjutkan pelemahannya setelah mencetak pertumbuhan negatif 35,21% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh negatif,42% (yoy). 15

26 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sementara itu, perdagangan antar daerah pada triwulan laporan masih mencatatkan kondisi net impor. Pada triwulan laporan kinerja ekspor komoditas Sulut mencatatkan pertumbuhan negatif 17.18% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar 291,4 juta USD. Melemahnya kinerja ekspor pada triwulan laporan masih dipengaruhi oleh menurunya ekspor produk ikan dan olahannya sebagai dampak belum adanya hasil positif yang signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan transhipment. Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha ekspor ikan menyatakan kinerja ekspor produk tersebut masih menghadapi masalah seiring kondisi pasokan bahan baku yang terbatas. Uraian Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Total Ekspor (Juta USD) % Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 215 Growth (yoy) Sampai dengan pertengahan tahun 215, dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor Sulawesi Utara, komoditi yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari produk olahan lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar 65%, diikuti oleh produk perhiasan/permata (14%), sementara ikan dan ikan olahan tecatat hanya memiliki pangsa 4% dan 5% seiring menurunnya volume ekspor. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II 215 didominasi oleh Belanda (27%), Amerika Serikat (21%) dan Singapura (14%). Perlambatan ekspor juga tidak terlepas dari kondisi harga internasional komoditas ekspor utama Sulut yaitu minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang terpantau masih rendah pada triwulan laporan. Grafik 1.7. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara Lainnya 8% USD/Metric Ton Grafik 1.8. Harga Komoditas International Ampas 4% Perhiasan 14% Daging&Ikan Olah 5% Lemak&Minyak 65% 4 2 CPO Price CNO Price Ikan 4% Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : World Bank Commodity Price Data Kinerja ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi dan situasi perekonomian yang tengah melambat diikuti oleh melemahnya arus perdagangan antar daerah. Ekspor antar daerah Sulut yang tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung tercatat mengalami pertumbuhan negatif atau terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada 16

27 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO triwulan II 215, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik tercatat hanya sebanyak 64 ribu ton atau tumbuh negatif 64,44% (yoy). Grafik 1.9. Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Utara Grafik 1.1. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung Lainnya 2% Belanda 27% Singapura 14% Korea Selatan 8% Amerika Serikat 21% Tiongkok 1% Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT Pelindo IV, Bitung Sejalan dengan kondisi ekspor luar negeri yang terkontraksi, aktivitas impor juga mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan. Pada triwulan II 215, nilai impor tercatat hanya sebesar 12,4 juta USD atau mengalami kontraksi cukup dalam mencapai 63,29% (yoy). Terkontraksinya impor Sulut yang mayoritas merupakan barang modal menggambarkan melemahnya kegiatan investasi non bangunan khususnya bagi perusahaan industri berorientasi ekspor yang tengah mengalami kendala bahan baku. Tabel 1.3. Impor Sulawesi Utara (Juta USD) Uraian Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Total Impor (Juta USD) % Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Growth (yoy) Berdasarkan komoditinya, impor besi dan baja merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa 22% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas mesin-mesin (18%), benda besi baja (14%), bahan bakar mineral (13%), dan kapal laut (7%). Komoditas impor tersebut digunakan untuk mendukung kinerja ekspor terutama oleh perusahaan di sektor industri pengolahan. Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Juni 215 lebih dominan didatangkan dari negara Tiongkok (26%), Australia (2%), Taiwan (19%), dan Singapura (14%). 17

28 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik Pangsa Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Grafik Negara Asal Impor Sulawesi Utara Lainnya 26% Mesin-mesin 18% Kapal Laut 7% Taiwan 19% Lainnya 14% Tiongkok 26% Besi dan Baja 22% Benda Besi Baja 14% Bahan Bakar Mineral 13% Filipina 7% Singapur a 14% Australia 2% Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Di sisi lain, aktivitas impor antar daerah juga menunjukkan penurunan. Pada triwulan laporan, total barang yang masuk ke Sulut tecatat sebesar 493 ribu ton atau tumbuh negatif 2,83% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif 18,95% (yoy). Melemahnya kegiatan bongkar pelabuhan tersebut mengkonfirmasi kondisi net impor antar daerah pada PDRB yang mengalami pelemahan tingkat pertumbuhan pada triwulan laporan Grafik Perkembangan Kegiatan Bongkar Pelabuhan Bongkar (Ribu ton) - left axis Sumber : PT Pelindo IV, Bitung gbongkar (% yoy) - right axis 15 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 215 ditopang oleh akselerasi pada sektor pertanian dan sektor konstruksi di tengah perlambatan yang terjadi pada sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Akselerasi pada sektor pertanian dipengaruhi peningkatan produksi seiring panen raya tanaman bahan makanan (tabama) dan panen tanaman perkebunan tahunan di beberapa daerah. Sementara itu, akselerasi pada sektor konstruksi ditopang oleh kelanjutan proyek bangunan pemerintah maupun swasta. Di sisil lain, perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh deselerasi yang terjadi pada sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Melambantnya pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan relatif sejalan dengan pelemahan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga pada sisi penggunaan. Hal tersebut tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang cenderung melemah akibat tingkat 18

29 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO harga yang tinggi serta penurunan harga komoditas utama perekebunan rakyat seperti cengkih dan pala. Selain itu, pembayaran gaji ke-13 PNS dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang mayoritas direalisasikan pada bulan Juli 215 menyebabkan belanja rumah tangga terfokus pada triwulan III 215. Tren peningkatan jumlah angka pengangguran terbuka (TPT) sejak tahun lalu serta pengaruh regulasi seperti pajak progresif kendaraan bermotor juga turut memberi pengaruh terhadap laju sektor perdagangan. Selanjutnya, pada sektor industri pengolahan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku terutama untuk komoditas perikanan seiring kondisi cuaca yang kurang mendukung serta oleh belum adanya hasil positif yang signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan transhipment. Secara keseluruhan, sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi Sulut periode triwulan II 215 bersumber dari sektor pertanian yang tumbuh 4,83% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,5%. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Sulut adalah sektor konstruksi dan sektor transportasi dengan sumbangan masing-masing sebesar,86% dan,71%. Sementara itu, kendati melambat, sektor perdagangan masih memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian Sulut dengan sumbangan sebesar,74%. Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (%) Lapangan Usaha Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 19

30 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kendati tumbuh melambat, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor masih menjadi salah satu penopang perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang ditunjukkan dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar,74%. Pada triwulan II 215, sektor Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 5,79% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I Grafik Indeks Penjualan Eceran Makanan & tembakau Pakaian & perlengkapannya Indeks Riil Penjualan (s.b. Kanan) yang tercatat tumbuh sebesar 7,38% (yoy) maupun periode yang sama tahun Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPw BI Prov.Sulut sebelumnya dimana sektor ini mampu tumbuh mencapai 1,5% (yoy). Dilihat dari pangsanya terhadap total perekonomian Sulut, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor menempati posisi kedua di bawah sektor pertanian dengan pangsa mencapai 12,7% dari total perekonomian Sulut pada triwulan laporan. Perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang cenderung melemah akibat tingkat harga yang tinggi serta penurunan harga komoditas utama perekebunan rakyat seperti cengkih dan pala. Selain itu, pembayaran gaji ke-13 PNS dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang mayoritas direalisasikan pada bulan Juli 215 menyebabkan belanja rumah tangga terfokus pada triwulan III 215. Tren peningkatan jumlah angka pengangguran terbuka (TPT) sejak tahun lalu serta pengaruh regulasi seperti pajak progresif kendaraan bermotor juga turut memberi pengaruh terhadap laju sektor perdagangan. Melambatnya kinerja sektor PHR tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya penurunan angka Indeks Riil Penjualan Eceran dari 258,75 pada triwulan I 215 menjadi 254,13 pada triwulan II 215. Penurunan terutama didorong oleh turunnya indeks penjualan riil di kelompok barang makanan dan tembakau serta kelompok kerajinan, seni dan mainan terutama pada awal triwulan laporan. Kelompok lain yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok pakaian dan perlengkapannya. Seiring dengan melemahnya perdagangan, data penjualan kendaraan di Sulawesi Utara juga menunjukkan perkembangan serupa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku usaha, penjualan kendaraan di Sulut pada triwulan laporan kembali mengalami kontraksi cukup dalam sebesar negatif 41,77% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi penurunan penjualan sampai triwulan II 215 sudah berada di luar ekspektasi. Namun 2

31 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO demikian, pelaku usaha masih cukup optimis bahwa tingkat penjualan akan kembali terdongkrak pada paruh ke dua tahun 215. Grafik Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Grafik Penjualan Kendaraan Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Pelaku Usaha Sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan, dukungan perbankan terhadap sektor tersebut juga relatif menurun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit kepada sektor perdagangan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan mencapai Rp.6,7 Triliun, tumbuh 12,44% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit perdagangan tumbuh sebesar 14,32% (yoy) Konstruksi Pada triwulan laporan, sektor konstruksi kembali menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Sektor konstruksi tercatat mengalami akselerasi pada triwulan II 215 dengan pertumbuhan sebesar 6,79% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,92% (yoy). Sumbangan sektor Konstruksi pada laju pertumbuhan ekonomi Sulut secara keseluruhan pada triwulan laporan mencapai,86% atau meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar,75%. Memasuki pertengahan tahun 215, bebrapa proyek baru milik pemerintah tercatat mulai berjalan. Hal ini tercermin dari realisasi anggaran yang diperuntukan bagi proyek strategis sampai dengan Juni 215. Kondisi tersebut didukung oleh masih berlangsungya proyek bersifat multiyears baik oleh swasta maupun pemerintah menjadi pendorong utama perkembangan sektor konstruksi. Di sisi pemerintah, beberapa proyek strategis bahkan telah mencapai penyerapan anggaran di atas 5% yaitu proyek pembangunan waduk Lolak dan Kuwil serta proyek pembangunan pelabuhan perikanan. Namun demikian, masih terdapat beberapa proyek yang masih belum berjalan seperti proyek perpanjangan jaringan (listrik pedesaan) dan proyek pembangunan pasar rakyat. Sementara itu, proyek investasi bangunan pihak swasta seperti 21

32 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO pembangunan pusat perbelanjaan, hotel, hunian vertikal dan kompleks perumahan terpantau masih marak dan terus berlangsung tanpa mengalami hambatan berarti. Tabel 1.4. Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis 215 No Proyek Strategis Pagu (Rp.) Realisasi Juni (Rp.) 1 Pelebaran Jalan (Pelabaran jalan di Manado dan sekitarnya, Kotamobagu dan sekitarnya, serta di Kabupaten Sangihe Talaud dan sekitarnya 699,63,344, 16,82,15,547 2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan tol Manado-Bitung) 635,95,, 11,746,53,1 3 Penggantian Jembatan (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan di Sulawesi Utara) 246,845,293, 36,231,882,84 4 Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Lanjutan pembangunan fasilitas pelabuhan laut bitung) 245,685,948, 8,433,95,161 5 'Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan 222,75,, 35,657,125,8 6 Waduk yang dibangun (Pembangunan bendungan Lolak dan Bendungan Kuwil) 179,384,95, 14,598,266,86 7 Landas Pacu (Runway) (Bandar Udara Naha Tahuna dan Bandar Udara Miangas) 163,742,56, - 8 Pembangunan Jembatan Baru (antara lain rekonstruksi/rehabilitasi Jembatan Tambulinas) 154,572,, 17,5,51,8 9 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 118,521,2, 2,282,65,9 1 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 111,685,662, 16,131,958,5 11 Pembangunan Jalan Baru 81,31,, 6,65,71,2 12 SPAM Perkotaan (di berbagai wilayah di Sulawesi Utara) 66,86,8, 4,387,687,6 13 Panjang Jaringan Distribusi (listrik pedesaan) sepanjang 24,9 KMS 66,71,842, 14 Pasar Rakyat (Type A/B) (pembangunan beberapa pasar rakyat di beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 59,39,243, 15 Jumlah pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan UPT Pusat (lokasi) pada Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung 46,98,818, 29,98,939, Sumber : DJPBN Sulawesi Utara Tingginya pertumbuhan sektor konstruksi juga tidak terlepas dari derasnya dukungan pihak perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit konstruksi yang terus menanjak sejak peruh kedua tahun 214. Kredit konstruksi di Sulut pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,5 Triliun atau mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 35,87% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,86% (yoy). Di sisi lain, tingginya pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran KPw BI Sulut dimana indeks penjualan bahan konstruksi mengalami peningkatan dari 25,6 pada Maret 215 menjadi 274,17 pada posisi Juni 215. Perkembangan sektor konstruksi yang semakin baik, diperkirakan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulut di sepanjang tahun 215. Perkembangan pembangunan terutama untuk jenis proyek infrastruktur transportasi, diharapkan dapat memberi multiplier effect pada perkembangan sektor lain yang terkait seperti sektor perdagangan dan sektor transportasi di masa mendatang. 22

33 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Kredit Konstruksi gkredit Konstruksi YoY Rp. Triliun I II III IV I II III IV I II III IV I II 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Bahan Konstruksi g Bahan Konstruksi (%) - right axis Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor dengan pangsa terbesar pada struktur perekonomian Sulawesi Utara. Porsi sektor ini mencapai 21,42% terhadap nilai perekonomian Sulut di triwulan laporan. Sektor ini juga sekaligus menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Sulut dengan sumbangan tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu mencapai 1,5% pada triwulan laporan, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,83%. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan II 215 tumbuh 4,83% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 215 yang tercatat sebesar 4% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor pertanian didorong oleh pertumbuhan yang signifikan pada subsektor tanaman perkebunan dan akselerasi pada subsektor tanaman bahan makanan. Di sisi lain, subsektor perikanan tercatat masih mengalami kontraksi dipengaruhi penetapan regulasi moratorium dan transhipment oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan. Akselerasi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) didorong oleh peningkatan produksi seiring panen raya beras yang terjadi pada periode April Mei 215 di sentra penghasil beras Sulut di wilayah Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Kondisi ini juga ditandai dengan menurunnya harga beras pada periode tersebut. Subsektor tabama mencatatkan tingkat pertumbuhan sebesar 1,48% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 4,87% (yoy). Sementara itu, pada triwulan laporan, subsektor tanaman perkebunan juga mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi mencapai 16,68% (yoy) didukung panen raya komoditas cengkih dan pala di beberapa daerah terutama daerah kepulauan. 23

34 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik Perkembangan Produksi Ikan Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 12, 1, 8, 6, 4, 2, Ikan Tangkap (ton) gikan Tangkap - sb. kanan (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Rp. Triliun Kredit Pertanian gkredit Pertanian YoY I II III IV I II III IV I II III IV I II % 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov, Sulut Sumber : LBU, Lokasi Proyek Di sisi lain, kontraksi pada subsektor perikanan tercermin dari pertumbuhan produksi ikan tangkap yang masih mengalami tingkat pertumbuhan negatif kendati cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulut, jumlah produksi ikan tangkap tercatat mengalami pertumbuhan negatif 1,6% (yoy) pada triwulan laporan atau mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan terkontraksi sebesar 3,7% (yoy). Di sisi lain, dukungan perbankan terhadap perkembangan sektor pertanian terus menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan kredit yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu kendati masih mengalami kontraksi. Pembiayaan perbankan terhadap sektor pertanian tercatat sebesar Rp.38 Miliar pada triwulan laporan atau mencatatkan pertumbuhan negatif 2,15% (yoy). Kondisi ini relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana tingkat pertumbuhan kredit pertanian mencatatkan angka negatif 3,22% (yoy) Sektor lainnya A. Sektor Indsutri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan pangsa cukup besar pada perekonomian Sulut pada posisi setelah sektor Pertanian, sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan sektor Konstruksi dengan pangsa sebesar 1,55% terhadap total perekonomian Sulut di triwulan laporan. Sektor industri pengolahan menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan pada triwulan laporan dipengaruhi permasalahan yang menerpa subsektor industri pengolahan ikan serta industri berskala kecil dan menengah di berbagai subsektor. Pada triwulan laporan sektori industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,1% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4% (yoy). Adapun kontribusi sektor industri pengolahan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan adalah sebesar,33%. 24

35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terkait erat dengan perkembangan harga khususnya pada komoditas kelapa sawit dan turunannya. Berdasarkan hasil liaison kepada pelaku usaha, kondisi harga kelapa sawit dan turunannya cenderung melemah pada triwulan laporan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan menahan tingkat produksinya. Sementara itu, permasalahan bahan baku pada sektor industri pengolahan ikan juga masih mengemuka dipicu oleh cuaca buruk yang terjadi di penghujung triwulan laporan. Di sisi lain, lesunya perekonomian yang berpengaruh pada tingkat perdagangan serta pelemahan kurs Rupiah diperkirakan menjadi penyebab turunnya kinerja industri berskala kecil dan menengah di berbagai subsektor. Penurunan produksi pada industri pengolahan minyak nabati tercermin dari nilai ekspor produk tersebut yang pada triwulan II 215 mengalami tingkat pertumbuhan negatif 19,3% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar negatif 11,23% (yoy). Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan, dukungan pihak perbankan terhadap sektor tersebut dirasa masih belum optimal. Penyaluran kredit terhadap sektor industri pengolahan pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,7 Triliun dengan tingkat pertumbuhan yang terkontraksi 22,15% (yoy) Grafik Perkembangan Kredit Industri Pengolahan Rp. Triliun Kredit Industri gkredit Industri YoY I II III IV I II III IV I II III IV I II % 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% Grafik Perkembangan Ekspor Minyak Nabati Ekspor Minyak Nabati (Juta USD) gekspor Minyak Nabati (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Bea Cukai, diolah B. Sektor Transportasi dan Pergudangan Pada triwulan laporan, sektor transportasi dan pergudangan mencatatkan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi kendati melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor transportasi dan pergudangan tercatat tumbuh sebesar 8,52% (yoy) melambat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 9,18% (yoy). Kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut tercatat sebesar,71% (yoy). Perlambatan pada sektor transportasi dan pergudangan relatif sejalan dengan melambatnya sektor perdagangan yang menjadi motor kegiatan transportasi maupun pergudangan. 25

36 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Melambatnya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan II 215 tercermin dari data arus kargo datang dan berangkat di bandara Sam Ratulangi. Jumlah kargo yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan II 215 tercatat sebanyak ton atau mengalami tingkat pertumbuhan negatif 3,79% (yoy). Penurunan juga tercermin dari jumlah kargo berangkat dari bandara Sam Ratulangi yang tercatat mengalami pertumbuhan negatif 12,51% (yoy) pada triwulan laporan. Namun demikian, jumlah penumpang datang maupun berangkat dari bandara Sam Ratulangi tercatat masih mengalami pertumbuhan kendati pada level yang terbatas. Peningkatan arus penumpang dipengaruhi oleh pembukaan rute baru oleh maskapai dan persiapan menjelang hari raya Idul Fitri yang jatuh di bulan Juli 215 Jenis Pengangkutan Penumpang Kargo Keterangan Tabel 1.5. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi 213 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Penumpang Datang (orang) 162, , ,437 29, , ,18 261, , ,78 244, % Penumpang Berangkat (orang) 262,69 278,629 39,53 277,15 228,69 239, , ,35 231, , % Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,77,487 2,44,699 2,28,863 2,284,495 2,81,959 2,722,161 1,85,84 2,197, % Kargo Berangkat (kg) 1,5,13 1,75, , , , , ,46 786,22 783, , % Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara Growth (YoY) Sejalan dengan pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan yang mengalami perlambatan, dukungan kredit perbankan terhadap sektor ini juga menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan. Kredit sektor transportasi pada triwulan II 215 tercatat tumbuh 25,52% (yoy), melambat Grafik Perkembangan Kredit Sektor Transportasi Rp. Triliun Kredit Transportasi gkredit Transportasi YoY 5% 4% 3% 2% 1% dibandingkan triwulan I 215 yang tumbuh 26,79% (yoy). Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan I II III IV I II III IV I II III IV I II % -1% pada sektor transportasi di triwulan II 215 tercatat mencapai Rp.418 Miliar. Sumber : LBU, Lokasi Proyek C. Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik Perkembangan Ekspor Emas Sulut Setelah sempat mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I 215, sektor pertambangan dan penggalian tercatat tumbuh melambat pada triwulan laporan. Sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 7,61% (yoy) pada triwulan laporan atau mengalami perlambatan dibanding triwulan Ekspor Emas (Juta USD) gekspor Emas - sb.kanan (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bea Cukai, diolah 26

37 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO sebelumnya yang tumbuh 12,1 % (yoy). Adapun kontribusi sektor ini terhadap total pertumbuhan ekonomi adalah sebesar,37%. Melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tidak terlepas dari perkembangan produksi pertambangan emas yang merupakan usaha pertambangan utama di Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil liaison kepada pelaku usaha, produksi emas pada triwulan laporan memang sedikit menurun yang disebabkan oleh kendala cuaca dan perkembangan harga emas yang cenderung melemah di bawah ekspektasi peaku usaha. Penurunan produksi emas juga tercermin dari nilai ekspor emas Sulut yang mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Ekspor emas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,44% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu mencatatkan angka pertumbuhan sebesar 175,13% (yoy). D. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Kinerja sektor Jasa Keuangan dan Asuransi pada triwulan II 215 tumbuh 2,35% (yoy) dengan sumbangan,9%, melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh 5,71% (yoy) dengan sumbangan sebesar,22% terhadap laju total perekonomian Sulut. Namun demikian, kinerja sektor jasa keuangan dan asuransi pada triwulan laporan relatif lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana sektor ini mengalami kontraksi sebesar 1,13% (yoy). Sumber : KPw BI Prov. Sulut Grafik Perkembangan NTB Bank Umum Kinerja sektor ini terutama dipengaruhi oleh kinerja sektor perbankan yang memegang peranan penting dalam perkembangan sektor Jasa Keuangan. Sesuai dengan pola historisnya, kinerja perbankan cenderung belum optimal di paruh pertama setiap tahunnya. Melambatnya kinerja perbankan tercermin dari Nilai Tambah Bruto (NTB) bank umum di Sulut yang tercatat mengalami pertumbuhan negatif 1,16% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan perode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar,6% (yoy). Penurunan kinerja perbankan sendiri dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara keseluruhan yang tengah melambat. Akibatnya, perbankan menjadi lebih selektif dalam melakukan penyaluran kredit karena faktor risiko yang dinilai semakin meningkat.hal tersebut tentunya memberikan pengaruh kepada produktifitas perbankan secara keseluruhan. Sementara itu, indikator pertumbuhan sektor Jasa Keuangan dan Asuransi lainnya yaitu perkembangan jumlah perbankan yang beroperasi di Sulawesi Utara mulai menunjukkan adanya peningkatan meskipun tidak signifikan. Jumlah kantor bank umum tercatat mengalami peningkatan dari 282 di triwulan lalu menjadi 285 pada triwulan laporan. 49, 48, 47, 46, 45, 44, 43, 42, NTB Bank Umum Sulut (Rp.Juta) gntb Bank Umum Sulut - sb.kanan (%yoy) I II III IV I II III IV I II (5.) (1.) 27

38 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kondisi ini diharapkan memberi pengaruh positif pada perkembangan sektor jasa keuangan di triwulan mendatang. Data Bank E. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 7,2% (yoy) atau mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat sebesar 5,68% (yoy). Secara kontribusi, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum memberi sumbangan sebesar,15% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Jumlah Bank Umum*) Jumlah Kantor Bank Umum Jumlah BPR Jumlah kantor BPR Ket: *) Konvensional dan Syariah Sumber : OJK, diolah Tabel 1.6. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara 213 Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan bisnis perhotelan serta sektor pariwisata di Sulawesi Utara. Relaksasi kebijakan pemerintah mengenai pelaksanaan rapat di hotel bagi PNS memberi pengaruh positif pada bisnis perhotelan di triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin dari tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara rata-rata TPK hotel berbintang tercatat sebesar 56,15% atau mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 42,9%. Di sisi lain, setelah tumbuh sangat tinggi di triwulan lalu, kunjungan wisman ke Sulawesi Utara tercatat mengalami penurunan. Jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut selama triwulan laporan tercatat sebanyak 3.62 orang atau jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak orang. Kondisi TPK yang meningkat di tengah menurunnya kunjungan wisman menggambarkan ketergantungan yang tinggi bisnis perhotelan terhadap belanja dari sektor domestik terutama pemerintahan , Grafik Perkembangan Kunjungan Wisman Wisman (org) - left axis gwisman (% yoy) - right axis 8 6 Grafik Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar 6, 4 4, 2-2, (2) (4) - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 (6) Sumber : BPS Sumber : BPS 28

39 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO F. Sektor Real Estate Pada triwulan laporan, sektor real estate tercatat tumbuh sebesar 7,56% (yoy) atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,98% (yoy). Secara kontribusi, sumbangan sektor real estate terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan adalah sebesar,28% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar,29%. Grafik Perkembangan IHPR Kota Manado Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Real Estate IHPR Kota Manado gihpr Kota Manado - sb.kanan I II III IV I II III IV I II Rp. Triliun Kredit Real Estate gkredit Real Estate YoY I II III IV I II III IV I II III IV I II 5% 4% 3% 2% 1% % -1% -2% -3% -4% Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Sumber : LBU, Lokasi Proyek Perlambatan pada sektor real estate terkonfirmasi dari perkembangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di Kota Manado yang mengalami perlambatan pertumbuhan dari 13,67% pada triwulan lalu menjadi 6,23% pada triwulan laporan. Kondisi ini mencerminkan turunnya tingkat permintaan terhadap properti residensial di pasar primer yang berpengaruh pada tingkat harga seiring melemahnya situasi perekonomian secara keseluruhan. Berdasarkan penelusuran kepada pelaku usaha, kebijakan LTV yang diterapkan beberapa waktu lalu masih menjadi salah satu faktor penghambat penjualan rumah terutama untuk tipe rumah menengah dan besar. Namun demikian, dukungan perbankan terhadap sektor ini terpantau kembali mengalami perbaikan di triwulan laporan walaupun masih mencatatkan pertumbuhan negatif 2,59% (yoy). Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit sektor real estate mengalami kontraksi sebesar 16,44% (yoy). 29

40 Box I Pariwisata Sulawesi Utara Harapan mencipatakan industri pariwisata sebagai industri pendorong perekonomian di Provinsi Sulawesi Utara, dapat dikatakan relevan. Hal tersebut merujuk pada potensi pariwisata yang cukup besar, baik daya tarik alam, kekayaan budaya, maupun hasil cipta masyarakat yang unik dan beragam. Selain taman bawah laut Bunaken, dan Danau Tondano, juga terdapat underwater volcano Mahangetang, taman laut di kabupaten kepaulaun, seperti Pulau Sitaro dan Sangihe, serta pantai manawan yang menghadap perairan laut Maluku. Selain kekayaan alam, budaya dan beragam kreasi masyarakat seperti pesta adat Tulude, Manee hingga Tomohon International Flower Festival juga turut menopang daya tarik pariwisata Sulawesi Utara. Meskipun daya tarik cukup beragam, namun jumlah kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara masih dapat dikatakan minimal, apabila dibandingkan dengan kunjungan wisatawan di daerah pariwisata Utama seperti Bali, Jogjakarta dan Jakarta. Dari data lima tahun terakhir, rata-rata tahunan kunjungan wisatawan manca negara kurang dari 2. jiwa setiap tahunnya. Namun pada 28 dan 29, kunjungan wisatawan sempat mencapai masing-masing dan orang. Kunjungan yang sangat tinggi ini ditengarai didorong oleh penyelenggaraan event berskala internasional yaitu Coco-tech Meeting pada 28 dan World Ocean Conference (WOC) serta Coral Triangle Initiative (CTI) Summit pada 29. Kondisi ini mengindikasikan bahwa industry pariwisata dapat didorong oleh pariwisata jenis Meetings, Incentives, Conferencing, and Exhibitions (MICE). Selain itu, industri pariwisata Sulawesi Utara juga dianggap masih perlu didukung infrastruktur yang memadai. Khususnya infrastruktur yang mampu mempermudah akses wisatawan ke daerah tujuan wisata tersebut, hal tersebut perlu diperhatikan mengingat letak geografis destinasi wisata yang relatif berjauhan. Kemudahan akses ini diharapkan mampu mempercepat jarak tempuh dan menekan biaya perjalanan. Selain itu, infrastruktur pendukung lain yang dianggap mampu menambah kenyamanan dan kepuasan wisatawan seperti sanitary, akomodasi, serta pusat-pusat informasi dan pengaduan juga dianggap perlu untuk ditingkatkan.

41 Halaman ini sengaja dikosongkan

42 Halaman ini sengaja dikosongkan

43 BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

44 Halaman ini sengaja dikosongkan

45 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 215 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 1.76% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat telah tercapai sebesar 52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar dari total target Rp2,56 triliun. Sementara itu realisasi belanja mencapai 36,8% atau senilai Rp971 Miliar dari total target belanja. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah terlihat dari transfer dana yang diberikan kepada Provinsi dan 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Wilayah Sulawesi Utara. Sampai dengan triwulan II 215 alokasi dana pusat ke daerah sebesar Rp158,67 triliun (Provinsi dan 15 Kab/Kota) sebesar 43,5%. Peningkatan alokasi tersebut di tujukan untuk mendorong percepatan pembangun daerah selaras dengan program pembangunan pemerintah pusat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik di daerah, instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah melalui APBD. Pelaksanaan APBD dimaksud diharapkan dapat menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Periode triwulan II 215 nilai APBD Provinsi Sulawesi Utara meningkat jika dibandingkan dengan nilai APBD tahun Sebelumnya. No Uraian Tabel 2.1 Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d 3 Juni 215 APBD 214 (Rp Miliar) Realisasi APBD Realisasi APBD Tw. II-214 APBD 215 Tw. II-215 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % I Pendapatan 2,329 1, ,557 1, Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang Sah II Belanja 2, , Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) III Pembiayaan Penerimaan Daerah SILPA Pengeluaran Daerah Penyertaan Modal (Investasi) Pemda Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 35

46 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasai APBD, baik komponen pendapatan maupun belanja sampai dengan triwulan II 215 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Dari sisi pendapatan, realisasi tercatat 52,63%, lebih tinggi dibanding realisasi pada tahun sebelumnya 43,41%. Disisi belanja, realisasi tercatat mencapai 36,8% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 27,3%. Berdasarkan perhitungan rasio belanja terlihat bahwa sebagian besar dana direalisasikan untuk belanja rutin, rata rata rasio belanja rutin lebih besar dibandingkan dengan belanja pembangunan yaitu sebesar 36,5,4% atau senilai Rp591,6 Miliar, sedangkan untuk rasio aktivitas belanja modal/pembangunan tercatat 33,9% atau sebesar Rp22,8 Miliar Perkembangan surplus/defisit APBD Provinsi Sulawesi Utara realisasi sampai dengan triwulan II 215 tercatat surplus senilai Rp373,4 Miliar dengan rasio surplus/defisit terhadap agregat pendapatan 27,7% Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Dana ke daerah sampai dengan triwulan II 215 realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat 52,6% dari total target, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 43,4%. Uraian Tabel 2.2 Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d 3 Juni 215 APBD 214 (Rp Miliar) Realisasi APBD Realisasi APBD Tw. II-214 APBD 215 Tw. II-215 Nominal % (Rp Miliar) Nominal % PENDAPATAN 2,329 1, ,557 1, Pendapatan Asli Daerah , Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lain-lain Dana Perimbangan 1, , Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum , Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Secara komposisi realisasi PAD triwulan II 215 yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu pajak daerah sebesar Rp384 miliar dari target, pencapaian ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. Untuk realisasi transfer dana triwulan II 215 tercatat dana perimbangan mencapai Rp.683 miliar atau 57,3% dari target, pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya sebesar Rp.515,7 miliar atau 46,9%. Realisasi penyaluran tertinggi dari dana 36

47 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH perimbangan yaitu dana alokasi khusus yang mencapai 59,4%. Sementara itu realisasi dana penyesuaian & otonomi khusus tercatat Rp168% miliar atau 49,9%, lebih tinggi dibanding tahun lalu yang belum memiliki realisasi Dana Transfer Porsi Dana Perimbangan terhadap keseluruhan dana transfer relatif lebih besar dibandingkan porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Porsi Dana Perimbangan sebesar Rp9,4 triliun atau mencapai 85.96% dari total Dana transfer/pendapatan transfer, sementara itu Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus tercatat sebesar Rp1,48 triliun atau 14,4%. Komponen Dana Perimbangan terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan nilai sebesar Rp7,65 triliun atau 85%, diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp973 miliar atau 11%, sementara porsi terkecil adalah Dana Bagi Hasil (DBH) senilai Rp411 miliar atau 4% dari total dana perimbangan. Tabel 2.3 Perkembangan Transfer Dana Pusat ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Dana Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus TOTAL *) Data update per Juni 215 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Belanja Daerah Provinsi Sulut Sampai dengan triwulan II 215 realisasi belanja operasi mencapai 36,4% dari target, lebih tinggi dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 27,3%. Sedangkan untuk belanja modal tercatat telah terealisasi 34.1% atau senilai Rp.222 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 13,9% atau senilai Rp.71 miliar. Peningkatan realisasi belanja modal yang tinggi tersebut dipicu oleh realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan yang pada periode yang sama tahun 214 belum terdapat realisasi. Sejalan dengan kondisi ini mengindikasikan adanya upaya percepatan belanja modal untuk mengoptimalkan fungsi fiskal bagi kesejahteraan. 37

48 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Tabel 2.4 Kinerja Belanja Daerah (Operasi-Modal) Provinsi Sulawesi Utara s.d 3 Juni 215 Uraian APBD 214 (Rp Miliar) Realisasi APBD Realisasi APBD Tw. II-214 APBD 215 Tw. II-215 Nominal % (Rp Miliar) Nominal % BELANJA 2, , Belanja Operasi 1, , Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 38

49 Halaman ini sengaja dikosongkan

50 Halaman ini sengaja dikosongkan

51 PERKEMBANGAN EKONOMI MA BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

52 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Halaman ini sengaja dikosongkan 43

53 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II 215 dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar.49% (mtm) atau secara tahunan sebesar 8,73% (yoy) di akhir triwulan II 215. Tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari menguatnya tekanan inflasi kelompok volatile foods dan kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price). Sementara kelompok inti (core inflation) cenderung stabil. 3.1 PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TAHUNAN (yoy) Tekanan inflasi tahunan Kota Manado tercatat meningkat pada triwulan II 215 dibandingkan triwulan sebelumnya. Angka inflasi bergerak dari 7,99% (yoy) di triwulan I 215 menjadi 8,73% (yoy) pada triwulan laporan. Tekanan inflasi Kota Manado terutama bersumber dari inflasi volatile food terutama komoditas tomat sayur dan aneka cabai yang harganya melambung akibat terbatasnya produksi oleh faktor cuaca. Selain Grafik 3.1 Laju Inflasi Kota Manado, KTI dan Nasional (yoy) dari kelompok volatile food, tekanan juga berasal dari inflasi administrated price yang disumbang oleh komoditas angkutan udara. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa, Keuangan tercatat memberikan tekanan inflasi terbesar di triwulan II 215. Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring naiknya permintaan selama musim liburan. Sementara itu, kelompok Bahan Makanan turut memberikan tekanan inflasi meskipun turun dibanding triwulan sebelumnya disebabkan kenaikan harga beberapa komoditas seperti tomat sayur dan aneka cabai. Kelompok lain yang juga tercatat turut mendorong naiknya inflasi di triwulan ini adalah kelompok Perumahan, Air, Listrk, Gas & Bahan Bakar yang dengan adanya penyesuaian pada tarif listrik. Empat kelompok barang dan jasa lainnya (Makanan Jadi, Sandang, Kesehatan, Pendidikan) tercatat mengalami inflasi dalam level moderat. (Tabel 3.1) 12% 1% 8% 6% 4% 2% % Manado (yoy) KTI (yoy) Nasional (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 8.73% 7.41% 6.27% 44

54 No Kelompok Tabel 3.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Dilihat dari komoditasnya, cabai rawit merupakan komoditas yang mengalami inflasi tahunan terbesar dengan mencapai 139,15% (yoy) dengan sumbangan sebesar,66% terhadap inflasi tahunan. Melambungnya harga cabai rawit tak lepas dari turunnya pasokan dari produksi di Minahasa. Di sisi lain, harga tomat sayur yang kembali normal di triwulan laporan berperan menahan laju inflasi dengan sumbangan -,17% terhadap inflasi tahunan (Tabel 3.2). Tabel 3.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado (%) Grafik 2.2 Inflasi & Sumbangan per Kelompok Juni 215 KOMODITAS Inflasi Andil (%) CABAI RAWIT 139,15,66 JAHE 77,58,3 EKOR KUNING 64,77,11 KUNYIT 56,94,1 ANGKUTAN DALAM KOTA 53,7 1,91 CAKALANG/SISIK 45,69,5 KOREK API GAS 4,48,1 CABAI MERAH 39.,3 DAUN PAKU/PAKIS 37,96,3 BUNCIS 36,93,1 KOMODITAS Deflasi Andil (%) JAGUNG MANIS ,3 KEMBANG KOL ,1 NANAS ,1 KENDARAAN CARTER/RENTAL ,11 KENTANG ,1 KANGKUNG ,6 TOMAT SAYUR ,17 DAUN SINGKONG ,1 TAUGE/KECAMBAH ,1 AYAM HIDUP ,1 Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan Andil Inflasi (yoy) Juni 215 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah INFLASI TRIWULANAN (qtq) Inflasi triwulanan Kota Manado menguat di triwulan II 215. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,51% (qtq), atau lebih tinggi dibanding triwulan II 2145 yang mengalami deflasi,4% (qtq). Tekanan inflasi pada triwulanan ini disebabkan oleh tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan serta Kelompok Sandang dan Kelompok Kesehatan. 45

55 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH No Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Tabel 3.3 Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Inflasi pada kelompok Transpor terutama disumbang oleh inflasi yang terjadi pada komoditas Bensin, Angkutan Dalam Kota dan Angkutan Udara sebagai dampak kenaikan BBM yang terjadi pada awal triwulan. Sementara inflasi pada kelompok Sandang terjadi seiring liburan sekolah dan masuknya tahun ajaran baru. Selain kelompok-kelompok tersebut, inflasi pada kelompok lainnya memberi sumbangan yang relatif terbatas terhadap inflasi triwulanan, yaitu berkisar,4-,9% INFLASI BULANAN (mtm) Laju inflasi bulanan Kota Manado selama triwulan II 215 menunjukkan peningkatan di tengah triwulan namun kembali melandai di akhir triwulan. Pada bulan April 215 inflasi 5% 4% 3% Grafik 3.3 Laju Inflasi Kota Manado, KTI dan Nasional (mtm) mtm Manado mtm KTI mtm Nasional Kota Manado tercatat sebesar,6% (mtm) disebabkan oleh tekanan dari kelompok administrated prices. Inflasi kembali terjadi di bulan Mei dengan kenaikan IHK yang cukup tinggi mencapai,95% (mtm) terjadi seiring naiknya harga tomat sayur dan aneka cabai 2% 1% % -1% -2% -3% Sumber: BPS Prov.Sulawesi Utara, diolah.54%.49%.42% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q rawit. Tekanan inflasi melandai di bulan Juni 215 yang mencatat inflasi sebesar,49% (mtm) disebabkan oleh masih bertahannya harga tomat sayur, kenaikan tariff transportasi udara dan tariff listrik, meskipun harga cabai rawit mulai turun namun belum mampu menahan laju inflasi. 46

56 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH APRIL215 Pada bulan April 215 Kota Manado tercatat mengalami inflasi sebesar,6% (mtm) dengan laju inflasi tahunan yang meningkat menjadi sebesar 7,73% (yoy). Inflasi Kota Manado bersumber dari kelompok Transportasi yang tercatat mengalami inflasi sebesar 6,43% (mtm) dengan andil sebesar 1,2%. Empat kelompok mengalami inflasi dengan sumbangan yang terbatas (,1-,3%), antara lain kelompok Pendidikan, kelompok Kesehatan, kelompok Sandang, dan kelompok Grafik 3.4 Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 215 Menurut Kelompok Barang & Jasa Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Makanan Jadi. Sementara itu kelompok Bahan Makanan dan kelompok Perumahan masingmasing mengalami deflasi sebesar 4.29% (mtm) dan,17% (mtm) dengan sumbangan masingmasing terhadap inflasi bulan April sebesar -,96% dan -,5%. Komoditas utama yang memicu inflasi yaitu angkutan dalam kota, bensin, dan daging babi sedangkan komoditas utama yang mengalami penurunan harga yaitu bayam, daging ayam ras dan wortel. Tekanan inflasi bulan April bersumber dari kelompok Transportasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM yang berlaku pada awal bulan. Namun tekanan tersebut diredam oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan, yang tercatat deflasi pada bulan ini. Penurunan pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh telah berakhirnya gangguan cuaca yang mengakibatkan terjadinya peningkatan suplai komoditas sayuran di pasar Andil Inflasi (mtm)apr 215 MEI 215 Pada bulan Mei 215 tekanan inflasi Kota Manado kembali meningkat, dengan kenaikan indeks sebesar,95% (mtm), atau secara tahunan sebesar 8,92% (yoy). Setelah mengalami deflasi pada awal triwulan, kelompok Bahan Makanan beralih menjadi kelompok yang menyumbang inflasi terbesar di bulan ini. Kelompok Bahan Makanan mengalami inflasi sebesar 4,18% (mtm), dengan andil sebesar,89%. Komoditas tomat sayur, aneka cabai dan Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 215 Menurut Kelompok Barang & Jasa Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan Andil Inflasi (mtm) Mei 215 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 47

57 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH bawang yang pada bulan sebelumnya tercatat deflasi, di bulan ini mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Kenaikan harga tersebut disebabkan karena pasokan yang terbatas dari daerah supply sementara permintaan konsumen tetap, sehingga menyebabkan harga terdongkrak naik. Di sisi lain, deflasi yang terjadi pada kelompok Transportasi tidak mampu menahan inflasi yang juga terjadi pada seluruh kelompok lainnya yang memberikan sumbangan inflasi meskipun relatif terbatas. JUNI 215 Tekanan inflasi Kota Manado sedikit mereda setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi pada pertengan triwulan II 215 setelah mengalami deflasi di pertengahan triwulan. Realisasi inflasi bulan Juni 215 mencapai,497% (mtm), dengan inflasi tahunan yang turut meningkat ke angka 8,73% (yoy). Kelompok Bahan Makanan menjadi penyumbang utama inflasi bulan Juni dengan inflasi sebesar 1,21% (mtm) dan sumbangan,27%, yang Sumber: BPS SulawesiUtara, diolah. terutama bersumber dari sub kelompok bumbubumbuan dan sayur-sayuran, disusul kelompok Transportasi yang mengalami inflasi 94% (mtm) dengan sumbangan,15% terhadap inflasi bulanan. Sementara itu kelima kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi dengan sumbangan relatif minim. Inflasi bulan Juni terutama didorong oleh tren kenaikan harga tomat sayur yang terus berlanjut, dipengaruhi oleh berkurangnya produksi di sentra produksi tomat di Minahasa. Komoditas angkutan udara juga tercatat menjadi salah satu komoditas penyumbang terbesar, seiring dengan kenaikan tariff angkutan udara selama musim liburan. Di sisi lain, inflasi yang terjadi pada komoditas- komoditas tersebut, relatif tertahan dengan koreksi yang terjadi pada komoditas cabai rawit dan beras. Inflasi secara umum juga bersumber dari kenaikan harga sandang seiring liburan sekolah dan kenaikan kelas, serta kenaikan tarif listrik rumah tangga kelompok tertentu, meski sumbangan keduanya relatif terbatas. Grafik 3.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Juni 215 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan Andil Inflasi (mtm) Jun FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile 48

58 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH foods) akibat gangguan produksi dan kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price). Sementara kelompok inti (core inflation) cenderung stabil INFLASI INTI Tekanan inflasi inti (core inflation) relatif terjaga sepanjang triwulan II 215. Inflasi inti pada akhir triwulan II 215 tercatat sebesar 3,12% (yoy) dengan sumbangan 1,84% terhadap inflasi umum, atau cenderung stabil dari angka triwulan I 215 yang sebesar 3,2% (yoy). Grafik 3.7. Sumbangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 3.8 Pergerakan Inflasi Bulanan Berdasarkan Faktor Penyebabnya CORE ADMINISTERED VOLATILE INFLASI (YOY) Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah INFLASI (MTM) CORE ADMINISTERED VOLATILE Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Terjaganya inflasi inti pada triwulan laporan sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik, dan ekspektasi inflasi yang relatif terkendali, meskipun terdapat tekanan dari faktor eksternal yang meningkat seiring depresiasi nilai tukar rupiah yang disertai peningkatan harga emas domestik Berdasarkan hasil Survei Konsumen, ekspektasi harga untuk 3 bulan kedepan menunjukkan penurunan sejalan dengan koreksi harga pasa perayaan Idul Fitri, meskpun dari sisi pedagang ekspektasi harga untuk 3 bulan mengalami kenaikan tercermin dari hasil Survei Pedagang Eceran. Grafik 3.9. Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 3.1 Ekspektasi Inflasi Pedagang 25 2 Inflasi IHK (yoy) -Sb Kanan Indeks Ekspektasi harga konsumen 3 bulan y.a.d. Indeks ekspektasi harga konsumen 6 bulan y.a.d Inflasi IHK (yoy) -Sb Kanan Indeks Ekspektasi harga pedagang 3 bulan y.a.d. Indeks ekspektasi harga pedagang 6 bulan y.a.d Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Prov.Sulut. Sumber: Survei Penjualn Eceran Bank Indonesia Prov.Sulut. 49

59 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Sementara itu, berdasarkan hasil survey Liaison yang dilakukan selama triwulan II 215, tekanan permintaan yang melemah direspon perusahaan dengan menurunkan kapasitas terpakainya. Pada triwulan laporan, rata-rata kapasitas terpakai seluruh contact berada pada level 64,13%, lebih rendah dibandingkan 91,25% pada triwulan sebelumnya Volatile foods Tekanan inflasi volatile foods mereda pada triwulan II 215. Pada bulan Juni 215 inflasi kelompok ini tercatat sebesar 11,1% (yoy) dengan sumbangan 2,34% terhadap inflasi umum, atau turun tipis dibandingkan akhir triwulan I 215 yang sebesar 11,77% (yoy) dengan sumbangan 3,64% (yoy) terhadap inflasi umum. Meningkatnya tekanan inflasi volatile foods didorong oleh supply shock komoditas tomat sayur selama 2 (dua) bulan terakhir triwulan laporan akibat berkurangnya pasokan dari sentra produksi lokal di Minahasa. Terganggunya produksi berdampak pada melambungnya harga tomat sayur di pasaran hingga mencapai dua kali lipat harga normal. Sementara itu di sisi lain, tekanan inflasi volatile foods tertahan oleh koreksi harga cabai rawit dan beras di bulan Mei- Juni 215 setelah sempat melonjak dari triwulan I hingga awal triwulan II 215. Grafik P di Kota Manado Grafik Perkembangan Harga Beras di Kota Manado 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, I IV III II V III II I IV II I IV II I IV III II I IV III II V III II I IV II V III II I IV II I IV III II V III II V MaretApr Mei JuniJuli Agt SeptOkt NovDecJan FebMarApr Mei Jun Jul Agt Sep OktNov Des Jan FebMarAprilMei Juni Bawang Merah Cabai Rawit Merah Tomat Sayur (sb. Kanan) Bawang Putih 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, - I IV III II I IV III I IV III II V III II V III II I IV III II I IV III I IV III II V III I IV III II V III II I IV III I IV III JanFebMaretApr MeiJuniJuli AgtSeptOkt NovDecJanFebMarApr Mei Jun Jul Agt Sep OktNov Des JanFebMarAprilMeiJuni Sultan Superwin Rojolele Membramo Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Hasil Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulawesi Utara turut menunjukkan tren (Grafik 2.1 & Grafik 2.11). Pergerakan harga beberapa komoditas penyumbang inflasi Manado juga terpantau secara harian melalui Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara, yang berfungsi sebagai peringatan dini bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Sulut (Grafik 2.12). 5

60 1-Jan 5-Jan 9-Jan 13-Jan 17-Jan 21-Jan 25-Jan 31-Jan 4-Feb 8-Feb 12-Feb 16-Feb 2-Feb 24-Feb 28-Feb 4-Mar 8-Mar 12-Mar 16-Mar 2-Mar 24-Mar 28-Mar 1-Apr 5-Apr 9-Apr 13-Apr 17-Apr 8-May 14-May 6-Jun 1-Jun 14-Jun 18-Jun 22-Jun 26-Jun 3-Jun PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik 3.13 Data Pergerakan Harga PIHBS Sulut (komoditas terpilih) 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, 215 Bawang Merah Tomat Sayur Rica/Cabe Rawit Beras Superwin Telur Ayam Sumber : Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara Administered Price Tekanan inflasi administered pricese menguat di triwulan laporan sebagai dampak kenaikan BBM di pertengahan triwulan. Penyesuaian harga BBM berimbas pada kenaikan tariff angkutan dalam kota, angkutan udara dan tariff kendaraan carter/sewa. Inflasi administered prices pada triwulan II 215 tercatat sebesar 23,6% (yoy) dengan sumbangan 4,55% terhadap inflasi umum, atau naik dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 18,58% (yoy) dengan sumbangan 3,64%. 51

61 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Halaman ini sengaja dikosongkan 52

62 Halaman ini sengaja dikosongkan

63 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH BAB IV STABILITAS SISTEM KEUANGAN 54

64 STABILITAS SISTEM KEUANGAN Halaman ini sengaja dikosongkan 55

65 STABILITAS SISTEM KEUANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan masih relatif baik. Faktorfaktor yang cenderung dapat mempengaruhi stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak memberikan dampak negatif pada perbankan di Sulawesi Utara. Faktor-faktor itu antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan risiko kredit, turunnya ekspor akibat harga komoditas turun, daya beli RT menurun, realisasi anggaran Pemerintah yang lamban, dan pelemahan nilai tukar rupiah. Ketahanan sektor Rumah Tangga, ketahanan sektor korporasi dan juga kondisi serta kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih dalam level yang baik sehingga tidak rentan untuk mengalami shock pada sistem keuangannya KONDISI SEKTOR RUMAH TANGGA Pada triwulan laporan, tingkat konsumsi RT mengalami penurunan. Menurunnya tingkat konsumsi diindikasikan oleh Indeks Penjualan Riil yang tumbuh melambat pada triwulan laporan sebesar 5,92% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,93% (yoy). Penurunan penjualan riil terjadi pada sebagian besar kelompok, kecuali kelompok kerajinan, seni dan mainan, serta kelompok peralatan tulis. Faktor penyebab penurunan penjualan berasarkan hasil Survei Penjualan Eceran yaitu penghematan RT yang disebabkan oleh kenaikan harga barangbarang akibat kebijakan kenaikan harga BBM. Tingkat keyakinan konsumen pada triwulan laporan kembali tumbuh negatif sebesar -23,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -2,72% (yoy). Menurunnya tingkat keyakinan konsumen disebabkan oleh turunnya persepsi RT terhadap kondisi ekonomi saat ini dan juga terhadap ekspektasi akan 6 (enam) bulan mendatang. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, faktor penyebab penurunan adalah kurangnya ketersediaan lapangan kerja sebagai imbas efisiensi pelaku bisnis dalam investasi maupun penggunaan tenaga kerja. Perilaku pelaku bisnis tersebut merupakan dampak dari kenaikan harga BBM dan peraturan/ketentuan pemerintah lainnya ditengah kondisi perekonomian yang lesu. Di sisi lain, penghasilan RT juga mengalami penurunan sebagaimana hasil Survei Konsumen. Selain sejalan dengan perlambatan ekonomi, sebagian pelaku usaha mengalami penurunan kapasitas produksi yang berdampak pada penurunan penghasilan pekerja/rt. Persepsi kurangnya lapangan kerja dan penurunan penghasilan juga terindikasi dari likert scale liaison penggunaan tenaga kerja dan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) jumlah tenaga kerja yang menurun pada triwulan laporan. Beberapa penyedia lapangan kerja melakukan pembatasan bahkan pengurangan tenaga kerja di tengah kondisi bisnis yang lesu dan kenaikan UMP pada awal tahun. Kurangnya lapangan pekerjaan 56

66 STABILITAS SISTEM KEUANGAN dan menurunnya penghasilan RT menyebabkan pembelian barang tahan lama RT juga menurun atau RT melakukan penghematan dalam berkonsumsi. Ekspektasi konsumen juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh persepsi RT atas nilai tukar Rupiah yang terus melemah, persepsi ketidaksiapan Sulawesi Utara menyambut pemberlakuan MEA pada akhir tahun 215, dan juga kondisi bisnis yang masih belum membaik. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan RT memiliki ekspektasi rendah atas ekonomi kedepannya. Meskipun demikian, tingkat ekspektasi konsumen yang lebih besar dari angka 1 menunjukkan masih adanya optimisme masyarakat, antara lain yaitu realisasi proyek-proyek Pemerintah yang cenderung mendorong peningkatan jumlah lapangan kerja DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT PERSEORANGAN DI PERBANKAN Dalam perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan laporan, secara umum RT berperan sebagai defisit unit (net borrowing) yaitu secara agregat jumlah kredit lebih besar dibandingkan simpanan. Kredit perseorangan di perbankan Sulawesi Utara mencapai Rp23,55 Trilyun, sementara itu DPK perseorangan di perbankan Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp14,88 Trilyun. Dengan demikian, perseorangan Grafik 4.1. Perkembangan LDR Perseorangan Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut memiliki net borrowing di perbankan Sulawesi Utara sebesar Rp8,67 Trilyun atau tingkat LDR perseorangan sebesar 158,25%. Tingkat LDR tersebut menunjukkan tren peningkatan sampai dengan triwulan laporan. Secara nasional, RT berperan sebagai surplus unit (net saving) yaitu secara agregat jumlah simpanan lebih besar dibandingkan kredit. Kredit perseorangan mencapai Rp1.718 Trilyun, sementara itu DPK di perbankan nasional tercatat sebesar Rp2.332 Trilyun. Dengan demikian, perseorangan di nasional memiliki net saving sebesar Rp614 Trilyun atau dengan level LDR perseorangan sebesar 73,66%. 17% 16% 15% 14% 13% 12% 11% 1% 9% 8% 111.1% Tingginya tingkat LDR perseorangan pada perbankan di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa RT di Sulawesi Utara masih memilih perbankan sebagai sumber dana utamanya. Selain itu, kondisi tersebut juga mencerminkan bahwa akses mendapatkan kredit dan penyaluran kredit di % % 128.1% % 14.83% % % % 14.79% 14.19% % LDR Perseorangan % % I II III IV I II III IV I II III IV I II

67 STABILITAS SISTEM KEUANGAN Sulawesi Utara tidak memiliki kendala berarti. Namun di sisi lain, tren peningkatan LDR perseorangan mengindikasikan bahwa RT mengalami penurunan pendapatan yang biasanya digunakan untuk simpanan/dpk. DPK perbankan dari sektor perseorangan masih dominan di Sulawesi Utara. Pada triwulan laporan, pangsa DPK perseorangan mencapai 7,53%, sementara itu pangsa DPK bukan perseorangan sebesar 29,47%. Dibandingkan dengan nasional, pangsa DPK perseorangan perbankan di Sulawesi Utara relatif lebih tinggi dibandingkan 54% pangsa DPK perseorangan secara nasional. Pangsa DPK perseorangan pada perbankan di Sulawesi Utara menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 72,3%. DPK perseorangan tumbuh negatif pada triwulan laporan sebesar -1,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,48% (yoy). Menurunnya DPK perseorangan disebabkan oleh pengurangan simpanan atau penarikan simpanan oleh RT untuk memenuhi kebutuhan perayaan Idul Fitri, liburan, tahun ajaran baru penurunan DPK perseorangan memiliki tren sejalan dengan perlambatan pertumbuhan total DPK. Di sisi suku bunga, tren penurunan pertumbuhan DPK perseorangan juga sejalan dengan tren penurunan suku bunga DPK perseorangan. Pada triwulan laporan, suku bunga DPK perseorangan menurun menjadi 4,1% dari 4,3% pada triwulan sebelumnya. Preferensi masyarakat dalam menabung pada perbankan di 3% 25% 2% 15% 1% 5% % -5% g DPK Perseorangan Grafik 4.2. Perkembangan DPK Perseorangan g Total DPK Suku Bunga DPK Perseorangan (sb.kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sulawesi Utara didominasi oleh tabungan. Pada triwulan laporan, mayoritas DPK perseorangan berupa tabungan dengan porsi sebesar 56,7%, diikuti dalam bentuk deposito (38,8%) dan sisanya berupa giro (5,13%). Di sisi lain, DPK perseorangan dalam bentuk deposito pada triwulan laporan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -7,14% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 8,23% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan penurunan suku bunga deposito perseorangan pada triwulan laporan menjadi 7,56% dari 7,97% pada triwulan sebelumnya. Penurunan suku bunga dana mahal berpotensi mengurangi

68 STABILITAS SISTEM KEUANGAN risiko suku bunga pada perbankan dan juga berpotensi meningkatkan profitabilitas perbankan di Sulawesi Utara. Berdasarkan jangka waktu DPK perseorangan, DPK dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan cenderung mengalami penurunan pertumbuhan pada triwulan laporan. Kondisi ini sejalan dengan perlambatan perekonomian saat ini. Perseorangan bersikap wait & see dalam mengambil keputusan bisnis sepanjang tahun 215 sehingga mendorong perseorangan melakukan penyimpanan dana dalam bentuk simpanan jangka panjang atau minimal diatas 6 bulan. Berdasarkan nilai, DPK dengan nilai simpanan dibawah Rp1 Juta cenderung meningkat dibandingkan DPK dengan nilai diatas Rp1 Juta. Kondisi bisnis yang lesu yang menyebabkan menurunnya daya beli RT berakibat pada simpanan RT yang cenderung tidak bernominal besar. DPK perseorangan dengan nilai dibawah Rp1 Juta tumbuh meningkat sebesar 6,59% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,27% (yoy). Sementara itu, DPK perseorangan dengan nilai diatas Rp1 Juta tumbuh negatif sebesar -4,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,92% (yoy). Secara spasial, DPK perseorangan masih didominasi oleh Kota Manado dengan pangsa sebesar 75,15% sebagaimana merupakan pusat aktivitas bisnis dan perekonomian di Sulawesi Utara. Di sisi kelompok bank, pangsa DPK perseorangan masih didominasi oleh kelompok bank persero/bumn sebesar 5,34%, kemudian diikuti kelompok bank swasta, asing & campuran (39,44%) dan BPD (1,22%). Pada triwulan laporan, perlambatan terbesar pertumbuhan DPK perseorangan terjadi pada kelompok bank persero/bumn yang tumbuh 4,4%, dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,76%. Berdasarkan kegiatan bank, DPK perseorangan bank konvensional tumbuh negatif sebesar - 1,2% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 3,47% (yoy). Sementara itu, bank syariah mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 9,54% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,4% (yoy). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa potensi bisnis atau penghimpunan dana bank syariah mulai tumbuh lebih baik di Sulawesi Utara. Berdasarkan valutanya, DPK perseorangan Rupiah masih mendominasi pangsa DPK dengan porsi 95%. Namun, pada triwulan laporan DPK perseorangan Rupiah mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -1,81% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 3,7% (yoy). Sementara itu, DPK perseorangan valas mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 13,93% (yoy) 59

69 STABILITAS SISTEM KEUANGAN dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,13% (yoy). Meningkatnya simpanan dalam bentuk valas juga menjadi salah satu faktor meredam risiko nilai tukar. Mayoritas kredit perbankan di Sulawesi Utara diberikan kepada perseorangan dengan pangsa sebesar 84,22% dari total kredit pada triwulan laporan. Dibandingkan dengan nasional, penyaluran kredit perbankan di Sulawesi Utara kepada perseorangan lebih tinggi dibandingkan nasional yang hanya 44,5% dari total kredit. Pangsa kredit perseorangan Sulawesi Utara tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 86,72%. Kredit perbankan di Sulawesi Utara kepada perseorangan tumbuh melambat sebesar 11,18% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,7% (yoy). Sebaliknya, total kredit perbankan di Sulawesi Utara mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 13,89% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,12% (yoy). Meningkatnya total kredit didorong oleh peningkatan kredit ke Grafik 4.3. Perkembangan Kredit Perseorangan Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut sektor bukan perseorangan atau sektor produktif yang tumbuh signifikan sebesar 17,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,98% (yoy). Stagnannya suku bunga kredit ditengah penurunan suku bunga simpanan berpotensi mengurangi risiko suku bunga serta meningkatkan profitabilitas bagi perbankan. Mayoritas kredit perseorangan digunakan untuk konsumsi (69,26%) dan sisanya untuk keperluan produktif yaitu untuk modal kerja (22,77%) dan investasi (7,97%). Di sisi pertumbuhan, kredit modal kerja dan kredit konsumsi mengalami perlambatan, sementara itu kredit investasi mengalami peningkatan. 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % I II III IV I II III IV I II III IV I II 6% 5% 4% 3% 2% 1% % -1% g Kredit g Kredit Perseorangan Suku Bunga Grafik 4.4. Perkembangan Kredit Berdasarkan Penggunaanya g KMK g KI g KK I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

70 STABILITAS SISTEM KEUANGAN Kredit yang disalurkan untuk sektor RT pada triwulan laporan mencapai Rp16,48 Trilyun atau memiliki pangsa pasar 58,94% dari total kredit. Dari sisi penggunaan, kredit kepada RT terutama digunakan untuk keperluan Multiguna (38,41%), kredit RT lainnya (37,83%), dan Kredit Pemilikan Rumah (22,23%), kemudian diikuti Kredit Kendaraan Bermotor (1,3%) dan Kredit Perlengkapan (,23%). Sementara dari sisi pertumbuhan, kredit ke sektor RT pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 12,19% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 13,48% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit RT disebabkan oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah yang cenderung melambat pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,44% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Loan to Value (LTV) tahun 213 yang menyebabkan pertumbuhan KPR cenderung melambat. Kebijakan LTV yang baru pada pertengahan tahun 215 belum memberikan pengaruh pada triwulan laporan. Dilihat dari indikator risiko kredit, sektor RT mengalami penurunan kualitas kredit. Hal ini terlihat dari tren peningkatan rasio NPL sektor RT sampai dengan triwulan laporan menjadi sebesar 2,75% dibandingkan rata-rata rasio NPL sepanjang 1 (satu) tahun terakhir yang berada pada level 2,69%. Rasio NPL sektor RT pada triwulan laporan juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,41%. Meskipun masih terjaga 5%, namun perlu dicermati tren peningkatan NPL ke depan akibat lambatnya pemulihan perekonomian global, turunnya harga komoditas dunia, perlambatan ekonomi domestik dan Sulawesi Utara, penghapusan subsidi BBM dan lambatnya realisasi anggaran Pemerintah Daerah yang dapat mempengaruhi kemampuan membayar sektor RT atas semua kewajibannya, terutama kepada perbankan KINERJA SEKTOR KORPORASI Selama triwulan laporan, kegiatan usaha korporasi mengalami penurunan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triuwlan laporan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebleumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar -13,41%, lebih rendah dari SBT triwulan sebelumnya sebesar 7,15%. Perlambatan kegiatan usaha terutama terjadi pada subsektor perkebunan tahunan yang sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi subsektor tersebut pada triwulan laporan sebesar 16,86% (yoy) dibandingkan 17,18% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Selain subsektor tersebut, penurunan kegiatan usaha yang tercermin dari nilai SBT juga terjadi di sektor industri pengolahan, PHR dan jasa-jasa. 61

71 STABILITAS SISTEM KEUANGAN 4.4. EKSPOSUR PERBANKAN PADA SEKTOR KORPORASI Kredit produktif perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp11,5 Trilyun atau meningkat sebesar 16,95% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,89% (yoy). Peningkatan terjadi pada 5 (lima) sektor produktif, sedangkan 4 (empat) sektor produktif lainnya mengalami perlambatan atau penurunan pertumbuhan. Sektor produktif yang mengalami peningkatan penyaluran kredit merupakan sektor utama Sulawesi Utara yaitu sektor pertanian, pertambangan, LGA, konstruksi, dan perbaikan pertumbuhan jasa dunia usaha. Porsi kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor produktif sekitar 4,26% dari total kredit perbankan, meningkat dibandingkan 38,31% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan kredit di sektor korporasi tidak diimbangi oleh kualitas kredit. Kualitas kredit sektor korporasi pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL yang tercatat sebesar 3,96%, meningkat dibandingkan 3,55% pada triwulan sebelumnya ASESMEN SEKTOR PERBANKAN Sepanjang triwulan laporan, intermediasi perbankan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat menjadi 131% pada triwulan laporan dari 128,12% pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan LDR terjadi pada ketiga kelompok bank yaitu Bank Persero (BUMN), Bank Swasta, dan BPR, namun pada Bank Pemerintah Daerah LDR mengalami penurunan. Pertumbuhan DPK industri perbankan pada triwulan laporan melambat menjadi 9,11% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,3% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi kelompok bank, perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada kelompok bank persero, bank swasta, dan BPD, sedangkan BPR mengalami pertumbuhan DPK. Perlambatan terbesar terjadi pada kelompok bank persero yang tumbuh melambat sebesar 8,46% (yoy) pada triwulan laporan dibandingkan 18,31% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, BPR tumbuh sebesar 13,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 11,97% (yoy). 62

72 STABILITAS SISTEM KEUANGAN Di sisi pangsa, kelompok bank persero masih mendominasi DPK dengan pangsa 43,75% diikuti oleh bank swasta (29,13%), BPD (23,57%) dan BPR (3,55%). Dari sisi spasial, perlambatan maupun penurunan pertumbuhan DPK terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara, kecuali di Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang mengalami peningkatan pertumbuhan DPK. Di sisi pangsa, Kota Manado masih mendominasi DPK dengan pangsa 69,33%, diikuti oleh Kota Bitung (7,32%), Kab. Minahasa (5,29%) dan Kab. Kepulauan Sangihe (4,57%). Hal ini sejalan dengan konsentrasi kegiatan ekonomi dan bisnis yang terpusat di Kota Manado. Dari sisi kepemilikan DPK, perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada sektor pemerintah dan sektor swasta. DPK sektor pemerintah tumbuh melambat sebesar 58,81% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 79,15% (yoy), sedangkan sektor swasta tumbuh melambat,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,25% (yoy). Penurunan tertinggi terjadi pada sektor swasta khususnya perseorangan yang terkontraksi sebesar -1,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,48% (yoy). Menurunnya pertumbuhan DPK perseorangan menyebabkan total DPK mengalami penurunan karena DPK perseorangan masih mendominasi pangsa DPK sebesar 7,53%. Faktor penyebab penurunan yaitu perayaan hari yang memicu penarikan dana oleh perseorangan. Dari sisi jenis valuta, DPK Rupiah masih mendominasi dengan pangsa 95%. Perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada DPK Rupiah yang tumbuh 8,83% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,65% (yoy), sedangkan DPK valuta asing tumbuh meningkat sebesar 11,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,92% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, perlambatan pertumbuhan DPK pada triwulan laporan terjadi pada giro dan deposito. Giro tumbuh melambat sebesar 12,41% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,5% (yoy), dan deposito tumbuh melambat sebesar 13,66% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 28,93% (yoy). Sebaliknya, tabungan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 3,47% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (yoy). Dari sisi pangsa, struktur DPK masih didominasi oleh tabungan (41,63%), kemudian diikuti oleh deposito (38,3%) dan giro (2,35%). 63

73 Halaman ini sengaja dikosongkan

74 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

75 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Halaman ini sengaja dikosongkan 67

76 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan perubahan terakhir yaitu Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 29. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai, nontunai, maupun pengawasan terhadap penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran di Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama jelang Hari Besar Keagamaan memicu peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan II 215. Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp 314 miliar, meningkat sebesar 84,61 (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi net outflow juga terjadi pada Layanan Jasa Kas Titipan, yaitu sebesar Rp 129 miliar, menurun sebesar 3,63% (yoy). Dalam upaya menjaga ketersediaan Uang Layak Edar bagi masyarakat Sulawesi Utara dan Gorontalo, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan Layanan Kas Keliling. Sepanjang periode laporan, Layanan Kas Keliling diselenggarakan sebanyak 31 kali dengan modal kerja sebesar Rp 14,72 miliar dan tingkat penyerapan sebesar 8,14%. Sejalan dengan hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bersama dengan seluruh Bank Umum di Sulawesi Utara menyepakati upaya peningkatan layanan penukaran uang lusuh dan pecahan kecil bagi masyarakat melalui Kantor Bank Umum sejak tanggal 4 Mei 215. Melalui upaya ini, masyarakat Sulawesi Utara dapat menikmati layanan penukaran uang lusuh dan pecahan kecil di Kantor Bank terdekat. Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 1 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 214 yang berlaku sejak 15 Desember 214, memiliki pengaruh terhadap perkembangan sistem pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Aktivitas kliring debet melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh positif. Nilai dan volume transaksi kliring debet tumbuh sebesar 7,25% (yoy) dan 16,2% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada perkembangan transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Nilai dan volume transaksi mengalami penurunan, secara berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,9% (yoy). Kondisi ini sesuai dengan tujuan ditetapkannya kebijakan, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pembayaran serta mendorong penggunaan SKNBI oleh masyarakat untuk transaksi yang bersifat retail value. Sejalan dengan kebijakan tersebut, Bank Indonesia terus melakukan upaya 68

77 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN penyempurnaan terhadap sistem pembayaran non-tunai melalui implementasi SKNBI Generasi II sejak 5 Juni 215, serta mendorong peningkatan transaksi non-tunai di Sulawesi Utara melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni 215. Dari sisi pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran, aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank terpantau meningkat sepanjang triwulan II 215. Total pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing sepanjang periode tersebut secara berturutturut sebesar Rp 3,3 miliar (meningkat 16,95%, yoy) dan Rp 3,38 miliar (meningkat sebesar 16,78, yoy) Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Sejalan dengan siklus selama dua tahun terakhir, aktivitas perkembangan aliran Uang Kartal sepanjang triwulan II 215 diwarnai dengan meningkatnya aktivitas outflow. Pada periode tersebut, posisi aliran Uang Kartal berada pada net-outflow sebesar Rp 313,83 miliar (meningkat sebesar 84,61%, yoy), yang terdiri dari inflow sebesar Rp 1,8 triliun dan outflow sebesar Rp 1,39 triliun. Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan Uang Kartal di masyarakat seiring dengan mulai berjalannya aktivitas ekonomi masyarakat dan transaksi keuangan daerah pada periode tersebut Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Inflow Outflow Netflow Rp Triliun I II III IV I II III IV I II Sumber : KPwBI Prov. Sulut Grafik 5.2 Perkembangan Rasio UTLE Terhadap Inflow 3 Inflow UTLE Rasio UTLE terhadap Inflow Rp Triliun % 2 1 I II III IV I II III IV I II Sumber : KPwBI Prov. Sulut Sepanjang triwulan II 215, rasio Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow yang menggambarkan tingkat kelusuhan Uang Kartal yang masuk ke khazanah Kantor Perwakilan 69

78 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara berada pada level 18,14%. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan semester sebelumnya (1,85%, qtq) maupun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (17,27%, yoy). Untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat Bank Indonesia menerapkan kebijakan clean money policy. Dalam rangka penerapan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Proses pemusnahan tersebut dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Sulawesi Utara terhadap kebutuhan Uang Layak Edar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dan Bank Umum di wilayah Sulawesi Utara menyepakati bahwa seluruh kantor Bank Umum di wilayah Sulawesi Utara memberikan pelayanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil bagi masyarakat Sulawesi Utara sejak tanggal 4 Mei 215. Dengan adanya kesepakatan ini, maka masyarakat dapat menikmati layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil di kantor Bank Umum terdekat di wilayah Sulawesi Utara. Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tetap memberikan layanan penukaran Uang pecahan kecil melalui kegiatan Kas Keliling dan Jasa Kas Titipan. Layanan penggantian Uang rusak tetap dapat dinikmati oleh masyarakat melalui loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dengan adanya kesepakatan tersebut, jumlah penukaran Uang dan penggantian Uang rusak kepada masyarakat melalui loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara sepanjang triwulan II 215 terpantau mengalami penurunan. Total nilai layanan tersebut tercatat sebesar Rp 5,79 miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%, qtq) maupun periode yang sama di tahun sebelumnya (84,64%, yoy). Grafik 5.3 Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak 25. Rp Juta Sumber : KPwBI Prov. Sulut 7

79 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Layanan Jasa Kas Titipan Dalam rangka penyediaan kebutuhan uang kartal kepada masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menyelenggarakan pelayanan Jasa Kas Titipan. Jasa Kas Titipan bertujuan untuk melayani kebutuhan uang beredar masyarakat, terutama di daerahdaerah yang relatif jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Jasa Kas Titipan diselenggarakan melalui kerjasama dengan bank umum di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Kotamobagu dan diluar wilayah Sulawesi Utara yaitu Provinsi Gorontalo. Sejalan dengan siklus net outflow yang terjadi sepanjang triwulan II 215, kondisi yang sama juga mewarnai perkembangan aliran Uang Kartal pada layanan Jasa Kas Titipan. Secara total, posisi net outflow dari seluruh layanan Jasa Kas Titipan adalah Rp 129 miliar yang terdiri dari inflow sebesar Rp 44 miliar dan outflow sebesar Rp 569 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, posisi net outflow mengalami penurunan sebesar 3,63% (yoy). Grafik 5.4 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada Seluruh Layanan Jasa Kas Titipan Grafik 5.5 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada Layanan Jasa Kas Titipan Provinsi Gorontalo Rp Miliar 1.5 Inflow Outflow Netflow Rp Miliar 1.5 Inflow Outflow Netflow I II III IV I II III IV I II Sumber : KPwBI Prov. Sulut -1. I II III IV I II III IV I II Sumber : KPwBI Prov. Sulut Kondisi aliran uang kartal pada layanan Jasa Kas Titipan di Provinsi Gorontalo sepanjang triwulan II 215 tercatat berada pada posisi net outflow sebesar Rp 12 miliar, dengan inflow sebesar Rp 324 miliar dan outflow sebesar Rp 336 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, posisi net inflow mengalami penurunan sebesar 84,46% (yoy). Kondisi yang sama ditunjukkan pada Layanan Jasa Kas Titipan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sepanjang triwulan II 215, perkembangan aliran uang kartal tercatat berada pada posisi net outflow sebesar Rp 21 miliar, yang terdiri dari inflow sebesar Rp 93 miliar dan outflow sebesar Rp 114 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, posisi net inflow mengalami penurunan sebesar 3,82% (yoy). 71

80 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.6 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada Layanan Jasa Kas Titipan Kab. Kep. Sangihe Grafik 5.7 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada Layanan Jasa Kas Titipan Kota Kotamobagu Rp Miliar 2 Inflow Outflow Netflow Rp Miliar 2 Inflow Outflow Netflow I II III IV I II III IV I II I II III IV I II Sumber : KPwBI Prov. Sulut Sumber : KPwBI Prov. Sulut Sementara itu, perkembangan aliran uang kartal sepanjang triwulan II 215 pada layanan Jasa Kas Titipan Kotamobagu yang beroperasi sejak bulan November tahun 213, tercatat berada pada posisi net outflow sebesar Rp 96 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari inflow sebesar Rp 23 miliar dan outflow sebesar Rp 12 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, posisi net outflow mengalami peningkatan sebesar 21,91% (yoy) Perkembangan Layanan Kas Keliling Sejalan dengan kesepakatan layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil bagi masyarakat oleh Bank Umum sejak tanggal 4 Mei 215, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara berkomitmen untuk tetap memberikan layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil melalui kegiatan layanan Kas Keliling khususnya di pusat bisnis maupun remote area. Penyelenggaraan layanan Kas Keliling sepanjang triwulan II 215 tercatat mengalami peningkatan yang jauh signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Modal kerja Layanan Kas Keliling sepanjang periode tersebut tercatat sebesar Rp 14,72 Miliar atau meningkat 146,48% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan 211,76% (yoy). Peningkatan modal kerja tersebut juga diikuti dengan peningkatan jumlah frekuensi kegiatan, yaitu sebanyak 31 kali atau meningkat 21% (qtq) dan 52% (yoy). Tingkat penyerapan modal kerja Layanan Kas Keliling sepanjang triwulan II 215 berada di level 8,14%. 72

81 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.8 Jumlah Modal Kerja dan Tingkat Penyerapan Layanan Kas Keliling Grafik 5.9 Jumlah Frekuensi Kegiatan Layanan Kas Keliling Rp Juta Modal Kerja % Penyerapan % I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut Berdasarkan wilayah penyelenggaraannya, sepanjang triwulan II 215 sebanyak 24 kegiatan Layanan Kas Keliling (77%) diselenggarakan di dalam Kota Manado dan 7 kegiatan (23%) diselenggarakan di luar Kota Manado. Penyelenggaraan Layanan Kas Kelliling di Luar Kota Manado meliputi daerah Kabupaten Minahasa sebanyak 1 kegiatan, Kepulauan Nusa Utara (Kabupaten Kepuluan Talaud, Sangihe, dan Sitaro) sebanyak 1 kegiatan, Bolaang Mongondow Raya (Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, dan Bolaang Mongondow Utara) sebanyak 2 kegiatan, Kota Tomohon sebanyak 1 kegiatan, dan Provinsi Gorontalo sebanyak 2 kegiatan. Grafik 5.1 Layanan Kas Keliling Berdasarkan Wilayah Penyelenggaraan Periode Triwulan II-215 7% 3% 77% 23% 7% 3% 3% Kota Manado Bolaang Mongondow Raya Kab. Minahasa Kepuluan Nusa Utara (Sitaro, Talaud, Sangihe) Provinsi Gorontalo Kota Tomohon Sumber : KPw BI Prov. Sulut 73

82 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Temuan Uang Palsu Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan, mengedarkan, dan menarik uang untuk menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di masyarakat juga berperan aktif dalam upaya pemberantasan uang palsu. Hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi keaslian Rupiah dengan tag line 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Melalui upaya sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat mengenali Rupiah asli dan diharapkan dapat mengurangi jumlah uang palsu yang beredar. Di sisi lain, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga terus meningkatkan kerjasama dengan pihak kepolisian, salah satunya melalui penandatanganan Pokok-Pokok Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni 215. Salah satu cakupan materi kesepahaman tersebut adalah mengenai koordinasi Tata Cara Pelaksanaan Penanganan Dugaan Pelanggaran Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Dugaan Tindak Pidana terhadap Uang Rupiah. Tabel 5.1 Jumlah Temuan Uang Palsu per Pecahan di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Pecahan I II III IV I II III IV I II Rp 1., Rp 5., Rp 2., Rp 1.,- 1 Rp 5.,- 1 Rp 1.,- Total lembar Sumber : KPw BI Prov. Sulut Berdasarkan pecahannya, sepanjang triwulan II 215 terdapat 67 temuan Uang Palsu yang terdiri dari 56 lembar pecahan Rp 1 ribu dan 11 lembar pecahan Rp 5 ribu. Dengan demikian, sepanjang semester I 215, total temuan Uang Palsu telah mencapai 146 lembar yang terdiri dari 123 lembar pecahan Rp 1 ribu dan 23 lembar pecahan Rp 5 ribu Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai Perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai transaksi pembayaran secara non-tunai menuntut Bank Indonesia untuk melakukan berbagai upaya penyempurnaan. Upaya penyempurnaan ini salah satunya diwujudkan melalui implementasi SKNBI Generasi II sejak 5 Juni 215. Di sisi lain, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga terus 74

83 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN mendorong upaya peningkatan transaksi non-tunai di Sulawesi Utara melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni Perkembangan Kliring Perkembangan Kliring di Provinsi Sulawesi Utara Sejalan dengan penetapan kebijakan nilai nominal per transaksi di atas Rp 1 juta pada BI- RTGS, transaksi kliring secara umum menunjukan perkembangan positif pada tahun 215. Implementasi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Generasi II pada tanggal 5 Juni 215 secara umum dapat dilaksanakan dengan baik oleh seluruh peserta kliring di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dalam pelaksanaan tugas terkait kliring, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menjalankan fungsi sebagai Kantor Penyelenggara Pertukaran Warkat Debet (KPWD) wilayah Manado dan melaksanakan supervisi dan monitoring terhadap 4 (empat) wilayah kliring lainnya sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 5.2 Daftar Wilayah Kliring KPw BI Provinsi Sulawesi Utara No. Nama Wilayah Jumlah Peserta Jenis KPWD Koordinator Kliring Kliring 1. Manado Bank Indonesia KPw BI Provinsi Sulawesi Utara Bitung Non Bank Indonesia PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk KC 12 Bitung 3. Sangihe Non Bank Indonesia PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk KC Tahuna 5 4. Kotamobagu Non Bank Indonesia PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk KC 8 Kotamobagu 5. Gorontalo Non Bank Indonesia PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk KC Gorontalo 16 Sumber : KPw BI Prov. Sulut Sepanjang triwulan II 215, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet tercatat sebesar Rp 2.781,6 miliar dan 18,88 ribu lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 11,28% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi terpantau meningkat sebesar 1,4% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 7,25% (yoy) dan 16,2% (yoy). Tingkat nilai dan volume tolakan sepanjang periode tersebut adalah 2,81% dan 2,57%. 75

84 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.11 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet Grafik 5.12 Perkembangan Tingkat Tolakan Layanan Kliring Warkat Debet 3.5 Rp Miliar Nilai Volume (Sisi Kanan) Ribu Lembar 14 4 Persentase Volume Tolakan % Persentase Nilai Tolakan I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut Sumber : KPw BI Prov. Sulut Pada periode yang sama, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana (sebelumnya dikenal dengan istilah layanan kliring kredit) tercatat sebesar Rp 287,7 miliar yang terdiri dari 12.1 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (22,3%, qtq) maupun volume (23,66%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 3,74% (yoy) dan 2,55% (yoy). Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana Nominal Volume (Sisi Kanan) Rp Miliar Transaksi I II III IV I II III IV I II Sumber :

85 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Manado Sepanjang triwulan II 215, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Manado tercatat sebesar Rp 2.15,43 miliar yang terdiri dari lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 11,44% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi terpantau meningkat sebesar 2,47% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 12,85% (yoy) dan 22,91% (yoy) Grafik 5.14 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Manado Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nilai Lembar Grafik 5.15 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Manado 5. Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nominal Transaksi I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut I II III IV I II III IV I II Sumber : Pada periode yang sama, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 275,55 miliar yang terdiri dari transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (19,99%, qtq) maupun volume (22,55%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 3,38% (yoy) dan 3,57% (yoy) Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Gorontalo Sepanjang triwulan II 215, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Gorontalo tercatat sebesar Rp 436,52 miliar yang terdiri dari lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 6,36% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi terpantau meningkat tipis sebesar,1% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring 77

86 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 6,4% (yoy) dan,88% (yoy) Grafik 5.16 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Gorontalo Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nilai Lembar Grafik 5.17 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Gorontalo Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nominal Transaksi I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut I II III IV I II III IV I II Sumber : Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 25,29 miliar yang terdiri dari 787 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai (27,2%, qtq) maupun volume (63,96%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 18,28% (yoy) dan 266,5% (yoy) Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Bitung Sepanjang triwulan II 215, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Bitung tercatat sebesar Rp 113,51 miliar yang terdiri dari 4.89 lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 31,54% (qtq) dan volume transaksi mengalami penurunan sebesar 16,65% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 5,83% (yoy) dan 9,1% (yoy). Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 3,2 miliar yang terdiri dari 44 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (37,19%, qtq) maupun volume (52,17%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 37,55% (yoy) dan 39,73% (yoy). 78

87 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.18 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Bitung Grafik 5.19 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Bitung Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nilai Lembar Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nominal Transaksi I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut - I II III IV I II III IV I II Sumber : Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Kotamobagu Sepanjang triwulan II 215, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Kotamobagu tercatat sebesar Rp 71,23 miliar yang terdiri dari lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami pertumbuhan sebesar 23,68% (qtq) dan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 14,87% (qtq). Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 1,62% (yoy) dan 2,6% (yoy) Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Kotamobagu Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Lembar I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut Nilai Grafik 5.21 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Kotamobagu Rp Miliar Transaksi I II III IV I II III IV I II Sumber : Volume (Sisi Kanan) Nominal

88 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 8,95 miliar yang terdiri dari 553 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (54,7%, qtq) maupun volume (38,76%, qtq). Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 4,54% (yoy) dan 32,93% (yoy) Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Sangihe Sepanjang triwulan II 215, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Sangihe tercatat sebesar Rp 9,37 miliar yang terdiri dari 187 lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 43,43% (qtq) dan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 23,5% (qtq). Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 58,81% (yoy) dan 23,36% (yoy). Grafik 5.22 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Sangihe 25 Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nilai Lembar I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut Perkembangan BI-RTGS Secara umum, volume transaksi BI-RTGS pada tahun 215 terpantau menurun dibandingkan dengan tahun 214 dan 213. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 1 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 214 yang berlaku sejak 15 Desember 214. Sejalan dengan tujuan penetapan kebijakan tersebut, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi sitem pembayaran serta mendorong penggunaan SKNBI untuk transaksi yang bersifat retail value, pada periode yang sama transaksi kliring menunjukan perkembangan yang positif. 8

89 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.23 Perkembangan Total Transaksi BI-RTGS Grafik 5.24 Perkembangan Transaksi Outgoing Transfer BI-RTGS Volume (Sisi Kanan) Nilai Volume (Sisi Kanan) Nilai 4 Rp Triliun Transaksi Rp Triliun Transaksi I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II Sumber : Sumber : Sepanjang triwulan II 215 total transaksi BI-RTGS (incoming transfer, outgoing transfer, dan internal transfer) sebesar Rp 2,85 triliun yang terdiri atas transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi tercatat mengalami penurunan sebesar 2,85% (qtq), sedangkan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 3,99% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, baik nilai maupun volume transaksi mengalami penurunan, secara berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,9% (yoy). Dilihat berdasarkan tujuannya, sepanjang triwulan II 215 total transaksi outgoing transfer tercatat sebesar Rp 1,16 triliun dan terdiri dari transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai dan volume transaksi terpantau mengalami penurunan sebesar 7,12% (qtq) dan 4,95% (qtq). Sementara itu, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, nilai dan volume transaksi juga terpantau mengalami penurunan, yaitu sebesar 11,52% (yoy) dan 54,17% (yoy). 2 1 Grafik 5.25 Perkembangan Transaksi Incoming Transfer BI-RTGS Volume (Sisi Kanan) Nilai Rp Triliun Transaksi Rp Triliun Grafik 5.26 Perkembangan Transaksi Internal Transfer BI-RTGS Volume (Sisi Kanan) Nilai Transaksi I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II Sumber : Sumber : 81

90 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi BI-RTGS dari daerah di luar Sulawesi Utara ke daerah Sulawesi Utara (incoming transfer) sepanjang triwulan II-215 tercatat sebesar Rp 1,41 triliun dan terdiri dari transaksi. Berbeda dengan outgoing transfer, aktivitas incoming transfer mengalami peningkatan baik dari sisi nilai (,69%, qtq) maupun volume (2,59%, qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas incoming transfer menunjukan penurunan baik dari sisi nilai (15,67%, yoy) maupun volume (58,79%, yoy). Sepanjang triwulan II 215, nilai dan volume transaksi internal transfer (dari dan ke daerah Sulawesi Utara) tercatat sebesar Rp,29 triliun dan 139 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi mengalami penurunan sebesar 22,88% (qtq), sedangkan volume transaksi tercatat meningkat sebesar 3,73% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, nilai dan volume transaksi terpantau mengalami penurunan, yaitu sebesar 8,17% (yoy) dan 49,82% (yoy) Perkembangan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) Penyelenggaraan kegiatan usaha penukaran valuta asing berfungsi sebagai penunjang sektor keuangan dan memiliki peran strategis dalam mendukung pencapaian stabilitas nilai Rupiah. Dalam rangka menciptakan tata kelola yang baik dan mencegah dimanfaatkannya kegiatan usaha penukaran valuta asing sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta memberikan kepastian dan perlindungan bagi masyarakat, Bank Indonesia memiliki kewenangan dalam melakukan supervisi terhadap Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB). Sampai dengan triwulan II 215, terdapat tiga Penyelenggara KUPVA BB berizin yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, dengan data sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 5.3 Daftar Penyelenggara KUPVA BB yang Berkantor Pusat di Wilayah Kerja KPw BI Provinsi Sulawesi Utara No. Nama KUPVA BB Nomor Izin Usaha Alamat 1. PT Manado Inter Mc 5/1/KEP.PBI.MO/23 tanggal 6 Juni PT Napele Indah 6/1/KEP.PBI/24 tanggal 9 Februari PT Sentralindo Valutama 9/1/KEP.GBI/KBI.MO/27 tanggal 16 Januari 27 Jl. Wolter Monginsidi No. 62, Manado Jl. Bailang II No.133 Bailang - Molas, Manado Jl. Sisingamangaraja No. 12, Manado Sumber : KPw BI Prov. Sulut 82

91 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Secara umum aktivitas penyelenggara KUPVA BB yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terpantau meningkat sepanjang triwulan II 215. Hal tersebut tercermin dari peningkatan aktivitas pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing (UKA). Total pembelian UKA sepanjang periode tersebut adalah sebesar Rp 3,3 miliar, meningkat sebesar 34,91% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan 16,95% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total pembelian UKA tercatat sebesar Rp 3,38 miliar, atau meningkat sebesar 35,25% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan 16,78% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik 5.27 Perkembangan Kegiatan Jual Beli Uang Kertas Asing Rp Juta Pembelian UKA Penjualan UKA (RHS) Sumber : Laporan Kegiatan Usaha KUPVA BB Dalam rangka menjaga tata kelola yang baik dan mencegah dimanfaatkannya kegiatan usaha penukaran valuta asing sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga terus melakukan berbagai upaya salah satunya melalui penandatanganan Pokok-Pokok Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni 215. Salah satu cakupan materi kesepahaman tersebut adalah mengenai koordinasi Tata Cara Pelaksanaan Penanganan Dugaan Tindak Pidana di Bidang Sistem Pembayaran dan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA). 83

92 Box II Akselerasi Transaksi Non Tunai di Sulawesi Utara Tunai Kartu Debit Kartu Kredit Uang Elektronik Voucher Sarana pembayaran tunai masih menjadi top of Komposisi Pembayaran Yang Digunakan di Merchants mind dan perilaku bagi masyarakat Indonesia dalam bertransaksi. Hal tersebut terbukti dari hasil Tunai Kartu Debit Kartu Kredit Uang Elektronik Voucher,3% survei Bank Indonesia (213) yang 4,5% menggambarkan bahwa lebih dari 95% transaksi 1,6% 95,5%,3% pembayaran yang digunakan di merchants masih 4,5% menggunakan sarana pembayaran tunai. Survei 1,6% 95,5% McKinsey (213) mengatakan bahwa sebanyak 2,5% 99,4% transaksi pembayaran di Indonesia masih menggunakan Uang kartal, tertinggi 2,5% dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN,1% Sumber : Bank Indonesia, Survey of Payment Behavioral Pattern in Indonesia (213) lainnya seperti Thailand (97,2%), Malaysia (92,3%), dan Singapura (55,5%). Padahal, bertransaksi dengan menggunakan Uang kartal memiliki,1% Sumber : Bank Indonesia, Survey of Payment Behavioral Pattern in Indonesia (213) beberapa kelemahan, diantaranya adalah biaya pengelolaan uang yang mahal, kurang aman, tidak terekam dan tercatat, mendorong perilaku konsumtif, bahkan dapat menjadi sarana korupsi dan sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan oleh Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah Pusat dan Daerah pada 14 Agustus 214 mencoba menjawab tantangan tersebut. GNNT memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai serta mendorong terciptanya sistem keuangan yang inklusif. Upaya akselerasi penggunaan instrumen non tunai bagi masyarakat di tingkat daerah salah satunya dapat diwujudkan melalui implementasi elektronifikasi transaksi keuangan Pemerintah Daerah. Dengan kapasitasnya sebagai perumus kebijakan bagi masyarakat di daerah, tentunya upaya ini dapat mendorong kesadaran dan perilaku masyarakat dalam melakukan transaksi secara non tunai. Sebagai langkah awal dalam rangka akselerasi transaksi non tunai di Sulawesi Utara, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman mengenai Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Utara, dan Pemerintah Kota Manado pada 23 Juni 215. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.32/PMK.5/214 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik. Kebijakan tersebut ditempuh dalam rangka meningkatkan kualitas penatausahaan dan pertanggungjawaban penerimaan negara, dengan menerapkan Sistem Penerimaan Negara secara elektronik yang memanfaatkan teknologi informasi. Penyempurnaan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pembayaran dan penerimaan negara, serta mewujudkan tata kelola yang baik (good governance). Selanjutnya, upaya tersebut perlu didukung oleh perumusan strategi yang tepat untuk mengubah sistem transaksi tunai menjadi non tunai. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah : (1) meningkatkan adopsi terhadap kebiasaan non tunai dengan dukungan teknologi dan inovasi; (2) regulasi yang mengakomodasi inovasi dan pembayaran elektronik; dan (3) membangun ekosistem dan infrastruktur yang handal, terpercaya, dan interoperable.

93 Halaman ini sengaja dikosongkan

94 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

95 Halaman ini sengaja dikosongkan

96 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerja regional yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang terkoreksi ke angka,15%. Disisi lain, baik secara tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan. Kondisi makroekonomi dan kondisi bisnis yang cenderung melemah membuat pelaku bisnis cenderung pesimis dalam memandang kondisi perusahaannya dari beberapa aspek seperti penjualan domestik, penjualan LN, investasi, termasuk tenaga kerja. Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawsi Utara menunjukkan pelemahan yang tercermin dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga diatas titik optimis, namun persepsi atas nilai tukar yang terus melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun membuat ekspektasi penghasilan kedepan tercatat mengalami penurunan PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan sejalan dengan melambatnya pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Perlambatan tersebut tercermin dari peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak signifikan diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran. Data bulan Februari 215 mencatat pertumbuhan angkatan kerja sebesar 1,78% (yoy) dengan peningkatan tipis Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar,15% (yoy). Sejalan dengan kedua hal tersebut, jumlah tenaga kerja juga mengalami peningkatan moderat yaitu sebesar,23% (yoy) menjadi sebanyak 1.78 ribu jiwa. Disisi lain, tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan baik secara tahunan tahunan yaitu sebesar 19,7% maupun dibanding periode sebelumnya sebesar 15,29%. 91

97 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar Mei Juli PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Jumlah Bekerja Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara Angka indeks ketersediaan lapangan kerja yang diperoleh dari Survei Konsumen (SK) pada triwulan laporan menunjukkan optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja meskipun secara tahunan pertumbuhannya mengalami perlambatan sebesar 18,5%. Nilai rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 215 hanya tercatat sebesar 134,17 tumbuh di bawah nilai rata-rata triwulan I 214 sebesar 19,83. Kondisi makroekonomi dan kondisi bisnis yang cenderung melemah membuat pelaku bisnis cenderung pesimis dalam memandang kondisi perusahaannya dari beberapa aspek seperti penjualan domestik, penjualan LN, investasi, dan tenaga kerja. Berdasarkan liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara, mayoritas perusahaan menyatakan telah melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat dari likert scale jumlah tenaga kerja pada triwulan laporan sebesar -,29, menurun dibandingkan,13 pada triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan dengan kenaikan biaya tenaga kerja yang tercermin dari likert scale biaya tenaga kerja Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Growth (yoy) Angkatan Kerja (ribu jiwa) ,78% Bekerja ,23% Pengangguran ,85% TPAK (%) 66,82 61,94 64,63 59,76 66,14 59,99 66,15% TPT (%) 8,32 7,78 7,19 6,67 7,26 7,54 8,69 19,73% Grafik 6.1. Likert Scale Ketenagakerjaan Grafik 13. Likert Scale Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerj a Ketersediaan Lap. Kerja Titik Optimis Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 19, 17, 15, 13, 11, 9, 7, 5, Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara 92

98 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Disisi lain, kondisi pengangguran di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan di tengah kondisi pengangguran nasional yang cenderung mengalami perbaikan. Data bulan Februari 215 menunjukkan angka pengangguran mengalami peningkatan hingga 19,73% (yoy), dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 8,69%. Menurunnya jumlah serapan tenaga kerja di sektor industri (29,97% yoy) utamanya industri perikanan menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan angka pengangguran di Sulawesi Utara. Peningkatan biaya operasional utamanya bongkar muat yang dipengaruhi faktro kebijakan pada sektor industri perikanan menjadi penyebab menurunnya penyerapan serapan tenaga kerja pada sektor tersebut. Tabel 6.2. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (ribu jiwa) Sektor Pekerjaan (ribu jiwa) Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Growth (yoy) Pertanian ,5% Industri ,97% Perdagangan ,4% Jasa ,5% Lainnya ,6% Jumlah ,49% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 32%. Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian utama Sulut yang memang didominasi oleh sektor pertanian. Jika dikaitkan dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Utara yang terus bergerak naik yang berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan, dominasi sektor pertanian baik dalam penyediaan lapangan kerja maupun sektor utama pendorong perekonomian Sulut merupakan suatu potensi dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan utama daerah. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan (termasuk hotel dan restoran) masih cukup baik kendati mengalami perlambatan. Sementara sektor jasa (termasuk jasa pemerintahan) masih merupakan sektor terbesar ketiga dengan pangsa 17% dan 25% tenaga kerja lainnya terbagi ke sektor pertambangan, listrik, angkutan, konstruksi, keuangan dan sektor lainnya. 93

99 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Grafik 6.3. Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut Lapangan Usaha Lainnya 25% Pertanian 32% Jasa 17% Perdagangan 22% Industri 4% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan status pekerjaannya, dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara, sebanyak 34% berprofesi sebagai buruh/karyawan dan 29% penduduk berwiraswasta sementara 11% merupakan pekerja bebas. Pada Februari 215 pekerja informal di Sulawesi Utara masih lebih banyak dibanding pekerja formal, dengan komposisi 61,6% berbanding 38,4%. Porsi jumlah pekerja informal yang mendominasi perlu menjadi perhatian bersama, mengingat pekerja sektor informal lebih rentan untuk terkonversi menjadi kelompok pengangguran mengingat kerentanannya terhadap shocks apabila terjadi gejolak ekonomi. Status Pekerjaan (ribu jiwa) Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan Growth Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb (yoy) Berusaha Sendiri ,34% 28,94% Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap- Buruh Dibayar ,1% 9,86% ,49% 4,42% Buruh/Karyawan ,44% 34,22% Pekerja Bebas Pertanian ,12% 7,93% Pekerja Bebas Non Pertanian ,62% 3,62% Pekerja Bebas ,99% 11,55% Pekerja Tak Dibayar ,86% 11,2% Jumlah ,23% 1,% Share Belum banyaknya peluang lapangan kerja di sektor formal menjadi salah satu penyebab meningkatnya pangsa pengangguran terdidik. Tingkat pengangguran tenaga kerja berpendidikan universitas mengalami kenaikan dari 7,61% Februari 213 menjadi 9,64% pada Februari 214. Meningkatnya pengangguran terdidik ini mengindikasikan fenomena pemborosan intelektual dimana peningkatan lulusan terdidik universitas tidak dapat diimbangi dengan peningkatan peluang lapangan kerja formal. Hal tersebut mengakibatkan perekrutan tenaga kerja terdidik untuk pekerjaan yang sebenarnya tidak membutuhkan spesifikasi pendidikan tinggi yang seharusnya diperuntukkan untuk angkatan kerja yang tidak mengenyam 94

100 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT pendidikan tinggi. Dengan demikian fenomena ini akan menyebabkan peluang angkatan kerja yang tidak mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan menjadi lebih kecil dan menjadi salah satu faktor meningkatnya tingkat pengangguran. Sementara itu, tingkat pengangguran tertinggi masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Diploma I/II/III, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase masingmasing sebesar 17,23%, 12,28% dan 12,63%. Tabel 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Tingkat Pendidikan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara (Persen) 215 Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke bawah 4,75 3,34 4,75 3,54 4,52 Sekolah Menengah Pertama 4,8 6,24 6,54 5,55 5,71 Sekolah Menengah Atas 13,57 9,21 1,72 1,65 12,28 Sekolah Menengah Kejuruan 1,12 15,34 9,19 14,7 17,23 Diploma I/II/III 2,92 5,22 1,56 6,29 12,63 Universitas 8,54 5,87 7,61 11,35 9, PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang tercermin dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat tercatat mengalami penurunan. Sebagai salah satu sektor penyerap tenaga kerja terbesar, kesejahteraan di sektor pertanian tercatat mengalami kontraksi yang terus berlanjut sejak triwulan IV 214 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mengalami penurunan pada triwulan laporan. Meski mengalami perlambatan, Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sebagai salah satu indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani yang hanya memperhitungkan komponen pengeluaran di usaha petanian tercatat masih surplus dan cukup menguntungkan (indeks NTUP di atas 1). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (IB), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Indeks NTUP pada triwulan laporan tercatat sebesar 14,64. 95

101 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Growth (%) Rincian yoy qtq Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Indeks Diterima Petani 12,19 13,52 15,9 16,27 19,12 111,16 111,83 113,67 114,82 114,34 2,85% -,42% Indeks Dibayar Petani 12,73 13,5 17,3 18,43 11,2 111,33 112,7 115,4 117,15 117,25 5,31%,9% Konsumsi Rumah Tangga 13,9 14,28 18,67 19,97 112,6 113,42 114,27 117,59 12,16 12,25 6,2%,8% Bahan Makanan 14,43 15,93 111,84 112,7 114,94 117,14 118,63 123,23 126,92 126,83 8,27% -,7% Makanan Jadi 13,64 13,98 15,9 16,16 17,46 18,49 18,8 11,7 112,31 112,64 3,83%,29% Perumahan 11,66 12,11 14,17 17,1 11,3 111,2 111,78 113,59 115,87 116,16 4,46%,25% Sandang 11,93 12,9 12,54 13,4 14,94 15,28 15,69 17,41 19,44 19,29 3,81% -,14% Kesehatan 11,86 12,11 13,79 14,71 14,42 15,39 15,68 16,77 19,49 11,2 4,39%,48% Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 1,55 1,66 1,96 11,44 12,47 12,94 13,49 14,36 15,59 15,5 2,49% -,9% Transportasi dan Komunikasi 1,58 1,67 113,98 116,86 12,94 121,13 121,13 126,56 126,99 127,24 5,4%,19% BPPBM 1,59 1,7 12,3 13,46 15,44 15,96 16,47 18,3 19,14 19,27 3,12%,11% Bibit 99,88 1,7 1,13 12,39 16,7 16,8 17,4 18,31 19,5 18,83 1,9% -,2% Obat-obatan & Pupuk 1,35 1,55 11,1 11,91 13,79 14,3 14,85 15,92 16,52 16,4 2,1% -,11% Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 1,53 1,74 1,97 12,9 14,6 14,81 15,23 15,88 17,1 17,17 2,25%,15% Transportasi 1,75 1,94 17,38 11,44 116,39 116,98 117,13 126,73 125,23 125,42 7,21%,15% Penambahan Barang Modal 11,7 11,5 11,45 12,37 14,31 14,89 15,24 16,1 16,44 16,55 1,58%,1% Upah Buruh Tani 1,42 1,52 11,87 13,14 14,71 15,5 16,26 17,31 19,29 19,74 4,2%,41% Nilai Tukar Petani (indeks) 99,47 1,2 98,69 98, 99,2 99,85 99,78 98,83 98,1 97,52-2,33% -,51% Nilai Tukar Usaha Pertanian (indeks) 13,49 14,91 15,4 14,97 15,2 14,65 -,25% -,53% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah menggunakan tahun dasar 212 Menggunakan tahun dasar yang baru (212), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan II 215 tercatat sebesar 97,52 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 98,1. Jika dilihat secara tahunan, pada triwulan laporan NTP juga tercatat mengalami pelemahan (-2,33%yoy) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-1,2%) Pelemahan NTP utamanya didorong oleh kenaikan biaya hidup petani yang peningkatannya tidak sebesar dengan peningkatan pendapatan pertanian. Indeks yang Diterima Petani (IT) yang mencerminkan pendapatan usaha petani tercatat hanya tumbuh sebesar 2,85% (yoy) dibandingkan dengan Indeks yang Dibayar Petani (IB) yang merupakan indikator pengeluaran usaha petani mengalami peningkatan mencapai 5,31%. Kenaikan IB didorong oleh naiknya pengeluaran baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun input produksi yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 6,2% (yoy) dan 3,12% (yoy). Pengeluaran dari konsumsi rumah tangga utamanya didorong oleh pengeluaran bahan makanan yang sejalan dengan gejolak inflasi Kota Manado pada akhir triwulan laporan. Dilihat dari subsektornya, petani pada subsektor tanaman hortikultura dan perikanan merupakan yang paling sejahtera, hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar dibandingkan dengan subsektor lainnya. Sementara indeks NTP subsektor peternakan terus tumbuh tipis di atas threshold minimum sejahtera, dengan angka 1,71 pada akhir triwulan laporan. Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan dan perkebunan masih berada di bawah batas sejahtera. NTP pada subsektor tanaman pangan terus terperosok kebawah yang terlihat dari berlanjutnya pertumbuhan negatif pada triwulan sebelumnya (-1,2% yoy) hingga triwulan ini (-3,68%). Fenomena El Nino yang terjadi 96

102 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT beberapa bulan terakhir diindikasi menjadi salah satu penyebab merosotnya NTP pada subsektor tanaman pangan. Ketersediaan air yang minim menjadi salah satu faktor berkurangnya kualitas maupun kuantitas produksi sawah di wilayah lumbung sawah utama Sulawesi Utara yakni Kab. Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Disisi lain, kesejahteraan Petani pada subsektor perkebunan perlu menjadi perhatian khusus mengingat komoditas unggulan Sulawesi Utara umumnya berasal dari sektor perkebunan diantaranya kelapa, cengkeh dan pala. Grafik 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik 6.6. Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor , Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera Indeks Dibayar Petani (sk. kanan) Indeks Diterima Petani (sk. kanan) 125 1, 96,17 94, , 12,78 88,1 1,71 15, , 4, 2, , NTP Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, tahun dasar 212 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Batas Minimum Sejahtera Melaui pendekatan dari hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum yang tercermin dari penghasilan masih berada diatas titik optimis meski mengalami kontraksi sebesar 16,1% dari triwulan sebelumnya. Indeks penghasilan terkoreksi pada awal triwulan II 215, seiring perlambatan dunia usaha dan ketidakpastian kondisi bisnis yang sejalan dengan perlambatan perekonomian Sulawesi Utara. Kondisi tersebut turut memengaruhi ekspektasi penghasilan ke depan yang juga tercatat mengalami penurunan berdasarkan oleh persepsi atas nilai tukar yang terus melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun. Grafik 6.7. Perkembangan Indeks Penghasilan Saat ini & Ekspektasi Penghasilan Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara 97

103 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Data terakhir pada bulan September 214 menunjukkan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara secara umum masih berada di bawah angka nasional. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan jumlah penduduk miskin Sulut sampai dengan September 214 mencapai 197,56 ribu jiwa (8,26% dari total penduduk). Jumlah tersebut berkurang dari Maret 214 yang berjumlah 28,23 ribu jiwa (8,75% dari total penduduk) atau turun,49 persen jika dibandingkan Maret 214. Grafik 6.8. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut Grafik 6.9. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut (%) % Kota Desa Sulut Nasional Juli 6 Mar 7 Mar 8 Mar 9 Mar 1 Mar 11 Mar 12 Sep 12 Mar 13 Sep 13 Mar 14 Sep- 14 Juli 6Mar 7Mar 8Mar 9Mar 1Mar 11Mar 12Sep 12Mar 13Sep 13Mar 14Sep-14 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara 98

104 Halaman ini sengaja dikosongkan

105 Halaman ini sengaja dikosongkan

106 PROSPEK PEREKONOMIAN BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 11

107 12 Halaman ini sengaja dikosongkan

108 PROSPEK PEREKONOMIAN PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1. Prospek Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 215 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,26% - 6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II 215. Sumber pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama perekonomian Sulut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi serta beberapa sektor lain yang memiliki potensi peningkatan pertumbuhan di triwulan mendatang seperti sektor akomodasi, sektor transportasi serta sektor informasi dan komunikasi. Sesuai pola historis, sektor pertanian diperkirakan akan mencapai puncak pertumbuhannya pada periode triwulan III 215 seiring panen raya pada tanaman perkebunan rakyat seperti cengkih, pala dan kelapa. Kondisi tersebut juga didukung prebaikan di sektor perikanan pasca relaksasi peraturan transhipment kendati masih dibayangi risiko cuaca yang kurang kondusif. Sementara itu, sektor perdagangan diperkirakan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang dengan dorongan belanja masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri dan hari pengucapan. Di sisi lain, realisasi belanja modal pemerintah diperkirakan mampu mendorong perkembangan sektor konstruksi ke arah yang lebih tinggi. Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah diperkirakan mulai mengalami peningkatan di paruh ke dua setiap tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa realisasi belanja modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi vertikal) cenderung masih rendah di kisaran 2% sampai dengan semester I 215 sehingga optimalisasi penyerapan anggaran tersebut akan terjadi di semester II 215. Selanjutnya, beberapa sektor lain seperti sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor informasi akan turut terdorong seiring tingginya aktifitas perdagangan, maraknya penyelenggaraan MICE, persiapan pilkada dan peningkatan mobilitas masyarakat menyambut hari raya keagamaan. Di sisi lain, secara penggunaan, sumber pertumbuhan masih akan berasal dari kegiatan konsumsi dan investasi. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan pada sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Sementara itu, kegiatan ekspor-impor diperkirakan akan mengalami perbaikan kendati pada level terbatas. Secara keseluruhan tahun 215, perekonomian Sulawesi Utara diproyeksikan mampu tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini didukung akselerasi pertumbuhan ekonomi pada paruh ke dua tahun laporan, seiring realisasi proyek strategis pemerintah. Dengan memperhatikan perkembangan terkini, pertumbuhan ekonomi Sulut di tahun 215 diperkirakan berada pada interval 6,27% - 6,67% (yoy). 13

109 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul* PROSPEK PEREKONOMIAN Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan masih akan menjadi salah satu sumber pertumbuhan utama dengan tingkat pertumbuhan yang terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan instensitas perdagangan tersebut didorong oleh peningkatan penghasilan masyarakat dengan masuknya musim panen beberapa tanaman perkebunan rakyat (cengkih, pala dan kelapa), pembayaran gaji ke-13 PNS dan pembagian tunjangan hari raya pada bulan Juli 215. Selain itu, momen hari besar keagamaan yaitu Idul Fitri dan hari pengucapan menjadi pemicu meningkatnya aktifitas konsumsi yang didukung oleh peningkatan di sisi penghasilan. Indikator peningkatan aktivitas ekonomi di sektor Perdagangan Besar dan Eceran tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan angka Indeks Penjualan Eceran yaitu sebesar 286,61 pada Juli 215 atau lebih tinggi dibandingkan posisi Juni 215 yang tercatat sebesar 274,17. Grafik 7.1. Indeks Penjualan Eceran Grafik 7.2. Penjualan Kendaraan 9 Makanan & tembakau Pakaian & perlengkapannya Indeks Riil Penjualan (s.b. Kanan) 4 3 Total Sales (Unit) - left axis gsales (% yoy) - right axis 1.% % -1.% -2.% -3.% -4.% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q % Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Sulut Sumber : Pelaku Usaha, diolah Perkiraan akselerasi sektor perdagangan juga tercermin dari optimisme pelaku usaha di bidang perdagangan besar terkait peningkatan penjualan kendaraan di triwulan mendatang. Optimisme didorong oleh tren penjualan kendaraan yang cenderung meningkat pasca panen raya komoditas perkebunan. Faktor lain yang mendukung adalah kegiatan pra pilkada yang juga diperkirakan berpengaruh positif terhadap tingkat penjualan kendaraan. Namun demikian, pertumbuhan dan volume penjualan kendaraan tersebut diperkirakan masih lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. 14

110 PROSPEK PEREKONOMIAN Sektor Konstruksi Dengan melihat perkembangan terkini, sektor konstruksi diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi di triwulan mendatang. Hal ini didorong oleh masih berjalannya proyek multiyears pemerintah dan swasta serta dimulainya proyek-proyek baru tahun 215. Sektor konstruksi juga didukung besarnya anggaran infrastruktur yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya baik untuk tingkat APBD Provinsi, APBD Kab/Kota maupun APBN. Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah diperkirakan mulai mengalami peningkatan di paruh ke dua setiap tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa realisasi belanja modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi vertikal) cenderung masih rendah di kisaran 2% sampai dengan semester I 215 sehingga optimalisasi penyerapan anggaran tersebut akan terjadi di semester II 215 Berdasarkan data terkini, beberapa proyek strategis pemerintah terpantau mulai mengalami perkembangan hingga periode awal Agustus 215. Kendati demikian, masih terdapat beberapa proyek yang perkembangannya cenderung lambat seperti proyek pembangunan Jalan Tol Manado-Bitung yang hingga awal Agustus realisasi anggarannya baru mencapai 2%. Tabel 7.1. Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis 215 No Proyek Strategis Pagu (Rp.) Realisasi Juni (Rp.) Persentase Realisasi Juni Realisasi sd. 7 Agustus (Rp.) Persentase Realisasi sd. 7 Agustus 1 Pelebaran Jalan (Pelabaran jalan di Manado dan sekitarnya, Kotamobagu dan sekitarnya, serta di Kabupaten Sangihe Talaud dan sekitarnya 699,63,344, 16,82,15,547 15% 19,771,296,61 27% 2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan tol Manado-Bitung) 635,95,, 11,746,53,1 2% 11,746,53,1 2% 3 Penggantian Jembatan (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan di Sulawesi Utara) 246,845,293, 36,231,882,84 15% 72,296,641,552 29% 4 Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Lanjutan pembangunan fasilitas pelabuhan laut bitung) 245,685,948, 8,433,95,161 3% 25,43,989,58 1% 5 'Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan 222,75,, 35,657,125,8 16% 48,579,258,35 22% 6 Waduk yang dibangun (Pembangunan bendungan Lolak dan Bendungan Kuwil) 179,384,95, 14,598,266,86 58% 15,85,358,6 59% 7 Landas Pacu (Runway) (Bandar Udara Naha Tahuna dan Bandar Udara Miangas) 163,742,56, - % 16,662,956,8 1% 8 Pembangunan Jembatan Baru (antara lain rekonstruksi/rehabilitasi Jembatan Tambulinas) 154,572,, 17,5,51,8 11% 44,196,84,2 29% 9 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 118,521,2, 2,282,65,9 17% 23,368,31,945 2% 1 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 111,685,662, 16,131,958,5 14% 2,778,61,174 19% 11 Pembangunan Jalan Baru 81,31,, 6,65,71,2 8% 15,266,94, 19% 12 SPAM Perkotaan (di berbagai wilayah di Sulawesi Utara) 66,86,8, 4,387,687,6 7% 6,415,83,6 1% 13 Panjang Jaringan Distribusi (listrik pedesaan) sepanjang 24,9 KMS 66,71,842, % 2,733,42,9 4% 14 Pasar Rakyat (Type A/B) (pembangunan beberapa pasar rakyat di beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 59,39,243, % - % 15 Jumlah pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan UPT Pusat (lokasi) pada Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung 46,98,818, 29,98,939, 65% 29,994,662, 65% Sumber : DJPBN Sulawesi Utara Pertumbuhan sektor Konstruksi juga akan disumbang oleh lanjutan aktivitas pembangunan fisik maupun non fisik oleh pihak swasta dalam bentuk pembangunan kawasan bisnis (mall dan hotel) dan permukiman di kota Manado dan sekitarnya. 15

111 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kinerja sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan III 215 diperkirakan masih akan melanjutkan perkembangan positifnya. Pendorong utama peningkatan pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan datang dari subsektor tanaman perkebunan seiring masuknya masa panen raya tanaman perkebunan utama Sulut seperti cengkih, pala dan kelapa serta perbaikan yang terjadi pada sektor perikanan seiring relaksasi pada regulasi transhipment oleh pemerintah. Namun Grafik 7.3. Proyeksi Produksi Perikanan Sumber : DKP Prov. Sulut PROSPEK PEREKONOMIAN demikian, risiko cuaca masih mengemuka pada triwulan mendatang dipengaruhi badai siklon yang menerpa Filipina dan serta pengaruh fenomena El Nino. Indikasi peningkatan kinerja pada subsektor perikanan tercermin dari perkiraan hasil produksi ikan tangkap yang meningkat pada triwulan III 215. Jumlah produksi ikan tangkap pada triwulan III 215 diperkirakan mampu mencapai 87 ribu ton dengan angka pertumbuhan sebesar 13,6% (yoy) atau lebih baik dibandingkan triwulan laporan yang tercatat mengalami kontraksi 1,6% (yoy). Sektor Akomodasi, Makan Minum, Sektor Transportasi dan Sektor Informasi Peningkatan aktivitas perekonomian, perdagangan dan mobilitas masyarakat menyambut hari raya keagamaan diperkirakan mampu mendorong sektor transportasi dan sektor akomodasi ke arah yang lebih baik. Selain itu, aktifitas pra pilkada serta kegiatan MICE yang cukup marak di triwulan III 215 seperti kegiatan Tomohon International Flower Festival, Festival Bunaken dan Rangkaian Acara Ulang Tahun Prov.Sulut diyakini mampu membawa pengaruh positif pada kedua sektor tersebut. Sementara itu, perkembangan sektor informasi dan telekomunikasi juga didukung pengembangan jaringan 4G LTE di Sulut serta pengoprasian jaringan broadband kabel optik. Dilihat berdasarkan Penggunaan, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 215 diperkirakan masih akan didorong oleh aktivitas konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi diperkirakan akan didorong terutama oleh aktifitas konsumsi pemerintah dengan optimalisasi serapan anggaran di paruh ke dua tahun 215. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi didorong peningkatan konsumsi menyambut hari raya Idul Fitri dan hari raya pengucapan. Indikator pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara yang menunjukkan masih optimisnya masyarakat dengan nilai 12, 1, 8, 6, 4, 2, Ikan Tangkap (ton) gikan Tangkap - sb. kanan (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q

112 PROSPEK PEREKONOMIAN indeks yang masih berada di atas 1 pada bulan Juli 215. Namun demikian, kondisi IKK yang menurun dibanding periode sebelumnya menunjukan peningkatan level konsumsi masyarakat masih akan terbatas seiring tingkat harga yang masih cenderung tinggi Grafik 7.4. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen Juli Juni Mei Apr Mar Feb Jan Dec Nov Oct Sep Aug Jul Jun May Apr Mar Feb Jan Dec Nov Oct Sep Aug Jul June May Apr Mar Feb Jan Grafik 7.5. Perkembangan Harga Komoditas CPO & CNO Sumber : Survei Konsumen KPw BI Prov.Sulut Sumber : World Bank Comodity Prices Di sisi lain, pertumbuhan investasi memasuki pertengahan tahun diperkirakan kembali mengalami akselerasi sejalan dengan pertumbuhan positif sektor konstruksi. Selain itu, dimulainya proyek-proyek baru tahun 215 pada triwulan III 215 turut menjadi faktor positif pertumbuhan sektor ini. Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor pada triwulan III 215 diperkirakan dapat tumbuh lebih baik seiring peningkatan produksi pada industri pengolahan minyak nabati khususnya pada produk kelapa dan turunannya. Peningkatan produksi didukung oleh cukup lancarnya pasokan bahan baku kelapa yang juga diperkirakan mengalami peningkatan produksi pada triwulan mendatang serta tingkat permintaan luar negeri yang meningkat. Namun demikian, pergerakan harga internasional komoditas minyak nabati (CPO dan CNO) yang masih dalam tren menurun menjadi risiko tersendiri dalam perbaikan pertumbuhan ekspor. Pada triwulan mendatang, kondisi net impor antar daerah juga diperkirakan masih akan terjadi sehingga menjadi faktor penahan kontribusi neraca perdagangan bersih pada laju perekonomian secara keseluruhan. Terdongkraknya impor antar daerah di triwulan mendatang selaras dengan peningkatan kebutuhan barang konsumsi masyarakat jelang hari besar keagamaan yang mayoritas masih didatangkan dari luar daerah Sulut. 17

113 PROSPEK PEREKONOMIAN 7.2. Prakiraan Inflasi Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 215 diperkirakan masih akan berlanjut di triwulan III 215. Pada triwulan III 215 inflasi diperkirakan berada pada kisaran 9,4±1% (yoy). Namun, pada akhir tahun 215 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan berada di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based point effect tingginya inflasi di Desember 214. Pada triwulan III 215, risiko inflasi diperkirakan berasal dari kelompok Administrated Prices dan Volatile Food. Risiko yang berasal dari kelompok Administrated Prices terutama terkait dengan tibanya hari raya keagamaan Idul Fitri dan Pengucapan Syukur yang menyebabkan naiknya harga angkutan, adanya realisasi gaji ke-13 PNS, tibanya musim liburan sekolah, dan dampak kenaikan tarif batas bawah angkutan udara. Sementara dari kelompok volatile food tekanan diperkirakan stabil karena adanya normalisasi harga dan permintaan pasca hari raya serta adanya panen di sebagian daerah pertanian sehubungan panen beras. Namun, risiko peningkatan harga akibat fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan masih patut diwaspadai. Selanjutnya, inflasi inti diperkirakan relatif terkendali meskipun dengan resiko yang moderat dengan adanya tekanan yang bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan, bahan bangunan dan pengaruh volatilitas nilai tukar. 1. Volatile Food Tekanan Inflasi volatile foods diperkirakan stabil akibat adanya normalisasi harga dan pemintaan bahan pangan selama triwulan III seiring dengan adanya panen beras di sebagian daerah pertanian juga karena pasokan yang memadai. Gejolak inflasi volatile foods diperkirakan bersumber dari lonjakan harga cabai rawit di pasaran akibat pasokan yang kurang dari sentra produksi. Berdasarkan pemantauan harga beberapa komoditas melalui Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara serta hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), terlihat lonjakan harga cabai rawit (rica) dan bawang merah yang cukup tajam di bulan Juni 215 (Grafik 7.14). Sementara itu harga beras diperkirakan terjaga stabil bahkan dapat terkoreksi seiring berlangsungnya panen raya padi di triwulan II 215. Sumber : PIHBS Sulut Grafik 7.14 Perkembangan Harga Pokok Strategis Minyak Goreng Curah Rp./Kg Telur Ayam Rp./Kg Bawang Merah Rp./Kg Tepung Curah Kompas Rp./Kg Ikan Cakalang Rp./ekor Beras Superwin Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg Gula Pasir Curah Rp./Kg Bawang Putih Rp./Kg Ikan Deho Rp./ekor 18

114 PROSPEK PEREKONOMIAN 2. Administrated Prices Resiko inflasi dari kelompok ini diperkirakan terjadi seiring dengan tibanya hari raya keagamaan Idul Fitri dan Pengucapan Syukur, adanya realisasi gaji ke-13 PNS yang diperkirakan akan memicu terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat, dan tibanya musim liburan sekolah yang akan memicu peningkatan permintaan terhadap transportasi darat, laut, dan udara. 3. Core Inflation Inflasi inti pada triwulan III 215 diperkirakan terjaga pada level moderat. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi diperkirakan menguat seiring pergerakan nilai tukar yang diperkirakan masih berfluktuasi dan harga emas/perhiasan cenderung menguat. Selain itu risiko tekanan eksternal juga bersumber dari tekanan harga komoditas global yang meningkat. Dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi normalisasi harga dan permintaan, sebagaimana tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulawesi Utara, terjadi kenaikan angka perkiraan indeks penjualan eceran pada triwulan III 215 yang mengindikasikan penurunan konsumsi masyarakat. Tingkat ekspektasi inflasi masyarakat Sulut naik di triwulan III 215, tercermin dari hasil Survei Konsumen periode Juli 215 yang menunjukkan turunnya indeks ekspektasi konsumen terhadap harga (Grafik 7.15). Dari sisi pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga jangka pendek pada triwulan III 215 menunjukkan peningkatan (grafik 7.16), yang disebabkan persepsi pedagang terhadap musim liburan sekolah, pengucapan syukur dan perayaan idul fitri. Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemda melalui forum TPID yang membahas mengenai perkembangan inflasi, faktor-faktor pemicu inflasi dan upaya/langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengendalikan laju inflasi khususnya inflasi supply side Grafik 7.15 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa di Kota Manado Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen Sumber : Suvei Konsumen KPwBI Sulut 19

115 PROSPEK PEREKONOMIAN Beberapa upaya yang telah dilakukan TPID sepanjang triwulan laporan antara lain sebagai berikut. 1. Mengadakan rapat koordinasi di kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara pada April 215 dengan beberapa hasil rapat yaitu : Peningkatan Gerakan Rumah Pangan Lestari, dan implementasi teknologi pada pertanian dalam rangka peningkatan produksi pertanian, pengawasan di lapangan oleh Dinas Terkait terhadap angkutan dalam kota, pemantauan harga-harga setiap hari di pasar tradisional dan modern, dan optimalisasi penggunaan PIHPS. 2. Mengadakan Rakorwil di Bali dan Rakornas di Jakarta pada Mei 215 dalam rangka meningkatkan peran dan komitmen daerah serta memperkuat kebijakan pusat-daerah khususnya dalam mendukung terciptanya stabilitas harga di daerah dan upaya pencapaian sasaaran inflasi Nasional. 3. Mengadakan Rakor TPID pada Juni 215 dalam rangka Stabilisasi Pangan dan Inflasi Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 215, melakukan sidak pasar pada 17 Juni 215 di pasar karombasan dan pasar bersehati untuk pengawasan ketersediaan pasokan, dan pemantauan keterjangkauan harga serta untuk menginspeksi keberadaan produkproduk bahan makanan yang telah kadaluwarsa. 11

116 PROSPEK PEREKONOMIAN 7.3. PROSPEK PERBANKAN Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan positif sampai dengan triwulan laporan. Kredit pada triwulan berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil Survei Perbankan triwulan laporan yang menunjukkan optimisme persepsi perbankan bahwa kredit akan meningkat pada triwulan yang akan datang. Optimisme peningkatan permintaan kredit didukung oleh perkiraan meningkatnya prospek usaha nasabah dan dukungan permodalan bank yang cukup. Proyek-proyek pembangunan infrastruktur pada semester II 215 dan kecenderungan membaiknya perekonomian dunia juga menjadi faktor pendukung pertumbuhan kredit tetap tumbuh stabil. Survei Perbankan juga menunjukkan penggunaan kredit pada triwulan yang akan datang dominan pada Kredit Modal Kerja diikuti oleh Kredit Konsumsi dengan sektor PHR masih diproyeksikan akan banyak menyerap kredit dari perbankan. Sementara NPL, diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan pada triwulan yang akan datang. Prospek usaha yang membaik dan didukung oleh kebijakan internal dalam pemilihan debitur yang lebih selektif diperkirakan menjadi penopang dalam penurunan NPL triwulan yang akan datang. Grafik Jenis Penggunaan Kredit Triwulan YAD Grafik Sektor-Sektor Penyaluran Kredit YAD Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut 111

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C.

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C. Setyadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo MHA Ridhwan : Kepala Perwakilan / Direktur : Kepala Divisi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 1 Visi, Misi, dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Dwiki K. [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KATEGORI 2015 Konsumsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 No. 76/XI/71/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 6,01 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2016 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs A.Yusnang Gunawan Lukman Hakim Zulham Effendi Rivo Mandey

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat. NOVEMBER Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat. NOVEMBER Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat NOVEMBER - 217 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulbar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci