KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C. Setyadi : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur Wahyu Sihati : Analis Ekonomi /Manajer Curie Rantung : Analis /Manajer Noula T. Sondakh : Analis /Manajer Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer Jeanny J. Legoh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kasir Senior /Manajer Achmad Jainuri : Kepala Unit Sumber Daya Abdullah Atalapu : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan Esty Melasih : Analis Ekonomi /Asisten Manajer Weno Adji Syahdana : Analis Ekonomi /Asisten Manajer Donny H. Pratama : Analis /Asisten Manajer Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat :

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II 2014 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih. Manado, Agustus 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA Luctor E. Tapiheru Direktur iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman iii halaman v halaman vi RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11 Sisi Permintaan halaman 12 Sisi Penawaran halaman 18 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31 Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32 Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Bulanan (mtm) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Upaya Pengendalian Inflasi Daerah halaman 33 halaman 34 halaman 37 halaman 41 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 47 Struktur Aset Perbankan Sulawesi Utara halaman 47 Perkembangan Kantor Bank halaman 47 Perkembangan Bank Umum Konvensional halaman 49 Stabilitas Sistem Perbankan halaman 55 Perkembangan Perbankan Syariah halaman 59 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Box 1. Perkembangan Penggunaan Kartu Kredit di Sulawesi Utara dan Pemanfaatan Jasa Asuransi Dalam Penyaluran Kredit halaman 60 halaman 62 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 67 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 67 APBD di Tingkat Provinsi halaman 69 Box 2. Kondisi Utang Luar Negeri Provinsi Sulawesi Utara halaman 75 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 81 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 81 Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 86 Box 3. Kliring Sebagai Prompt Indicator Dari Konsumsi halaman 88 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 93 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 93 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 96 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 105 Prospek Ekonomi Makro halaman 105 Prakiraan Inflasi Prospek Perbankan halaman 107 halaman 111 Daftar Istilah dan Singkatan halaman 115 v

6 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II A PDB Nasional (yoy) 6,02 5,81 5,62 5,72 5,21 5,12 B Inflasi Nasional (yoy) 5,90 5,90 8,40 8,38 7,32 6,70 II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II A 1. Laju Inflasi (ytd) % 2,34 1,82 5,99 8,12 1,15 1,97 2. Laju Inflasi (yoy) % 6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6,27 3. Laju Inflasi (mtm) % 1,52 0,21 (2,10) 2,69 0,31 0,67 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 4,77 (2,36) (6,49) 7,97 1,30 1,43 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0,13 0,01 0,08 0,79 0,12 0,05 5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0,13 0,16 0,11 0,16 0,15 0,14 6. Inflasi Sandang (mtm) % (0,17) (0,71) 1,55 0,90 (0,19) 0,96 7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0,04 0,71 0,23 0,19 0,08 0,12 8. Inflasi Pendidikan (mtm) % ,16 0,07 0,33 9. Inflasi Transportasi (mtm) % 0,21 7,16 (1,10) 0,32 (0,20) 1,47 vi B PDRB Penggunaan 7,57 7,25 7,46 7,51 7,94 7,32 Konsumsi 7,78 6,81 5,37 6,52 6,31 7,58 Konsumsi Swasta 7,46 6,92 5,94 5,86 8,88 8,27 Konsumsi Pemerintah 8,39 6,60 4,28 7,61 1,43 6,26 PMTB 9,28 8,67 1,24 (2,73) 4,22 5,05 Stok (6,90) 7,33 28,22 30,73 (3,50) 4,70 Ekspor (5,75) (10,68) 3,09 6,16 2,63 7,70 Impor (7,51) (16,80) (5,71) (3,22) (3,87) 6,68 C PDRB Sektoral 7,57 7,25 7,46 7,51 7,94 7,32 Pertanian 2,46 2,29 3,19 6,95 1,03 1,98 Pertambangan & Penggalian 4,08 5,17 6,75 4,92 2,01 3,92 Industri Pengolahan 4,85 5,27 4,47 2,25 4,17 4,98 Listrik, Gas & Air Bersih 4,26 16,13 19,21 19,42 5,83 4,00 Bangunan 7,87 5,48 5,32 2,40 4,33 7,68 Perdagangan, Hotel & Restoran 10,70 11,40 12,04 15,22 14,37 12,96 Pengangkutan & Komunikasi 9,30 7,10 6,39 5,29 12,43 9,93 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 16,38 16,32 14,23 14,65 12,21 6,67 Jasa-Jasa 7,24 7,73 8,41 6,35 10,32 7,23 II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II 3. BI Rate (%) 5,75 6,00 7,25 7,50 7,50 7,50 Kurs (Rp/USD - posisi akhir) III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II** 1. Ekspor (ribu USD) Impor (ribu USD) IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II A. Jumlah Bank Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) Bank Umum Konvensional Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Syariah C. Total Asset (Rp miliar) * 1. Bank Umum BPR* Bank Syariah Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

7 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) Giro Deposito Tabungan Kredit (Rp miliar) Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja Investasi Konsumsi Berdasarkan Sektor Ekonomi - Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya Kredit untuk Debitur UMKM Loan to Deposit Ratio (LDR) % 123,91 128,62 128,41 133,18 130,81 125, Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) Rasio (%) 2,21 2,22 2,34 2,50 2,94 3,37 V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I 1. Kas (Rp miliar) - Inflow Outflow Kliring - Volume Kliring (Lembar) Nominal Kliring (Rp Miliar) Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 1,87 2,13 2,03 1,96 2,15 1,97 - Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,19 1,94 2,07 2,08 2,19 2,33 Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor vii

8 Halaman ini sengaja dikosongkan

9 RINGKASAN EKSEKUTIF

10 x Halaman ini sengaja dikosongkan

11 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Setelah tumbuh cukup impresif di awal tahun 2014, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tumbuh sejalan dengan perekonomian nasional yang cenderung melambat. Pada triwulan II 2014, perekonomian Sulawesi Utara tumbuh pada level 7,32% (yoy)... Setelah tumbuh cukup impresif di awal tahun 2014, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tumbuh sejalan dengan perekonomian nasional yang cenderung melambat. Pada triwulan II 2014, perekonomian Sulawesi Utara tumbuh pada level 7,32% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2014 yang tercatat 7,94% (yoy). Meskipun demikian, angka pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nasional pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 5,12% (yoy). Faktor utama yang masih menjadi pendorong pertumbuhan adalah adanya pelaksanaan Pemilu Legislatif pada April 2014 dan persiapan Pemilu Presiden pada Juli 2014, periode seasonal liburan sekolah, adanya perayaan hari besar keagamaan (Paskah) dan mulai dimasukinya masa bulan Ramadhan serta adanya pelaksanaan kegiatan berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Berdasarkan sumbangannya, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 masih didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi. Aktivitas ekspor masih tumbuh membaik meskipun diikuti oleh peningkatan impor yang cukup tinggi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan masih disumbang oleh aktivitas sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) serta sektor Angkutan dan Komunikasi, meskipun dengan angka pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 6,27% (yoy) di akhir triwulan II Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 6,27% (yoy) di akhir triwulan II 2014, atau naik jika dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang sebesar 5,67% (yoy). Dengan pencapaian tersebut, inflasi tahunan Kota Manado tetap berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% 1

12 RINGKASAN EKSEKUTIF (yoy), maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) yang sebesar 6,68% (yoy). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari kelompok inti (core inflation) yang sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya, serta menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari kelompok inti (core inflation) yang sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya, serta menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) akibat gangguan produksi yang menimbulkan supply shock. Sementara itu, inflasi pada kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price) semakin mereda seiring berkurangnya efek kenaikan harga BBM bersubsidi tahun Kinerja perbankan konvensional Sulawesi Utara secara umum menunjukkan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter. Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada sisi kredit, sementara pertumbuhan DPK relatif meningkat... Pada triwulan II 2014 perkembangan perbankan umum syariah di Sulawesi Utara mengalami penurunan terutama dari sisi aset dan DPK... Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja perbankan konvensional Sulawesi Utara secara umum menunjukkan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter. Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada sisi kredit, sementara pertumbuhan DPK relatif meningkat. Aset perbankan konvensional Sulut pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 12,60% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 15,59% (yoy), namun apabila dibandingkan dengan triwulan l 2014 pertumbuhan aset relatif meningkat. Kredit perbankan konvensional Sulut tercatat tumbuh sebesar 11,97% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar sebesar 22,58% (yoy). Di tengah perlambatan pertumbuhan aset dan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) mampu tumbuh lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 8,57% (yoy) menjadi 14,94% (yoy). Pada triwulan II 2014 perkembangan perbankan umum syariah di Sulawesi Utara mengalami penurunan terutama dari sisi aset dan DPK. Sementara itu, kredit perbankan syariah masih mengalami pertumbuhan kendati terus mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi Juni 2014 mengalami penurunan sebesar 5,26% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp545,67 miliar pada triwulan laporan. Sebaliknya, kondisi kredit pada triwulan laporan masih mengalami pertumbuhan kendati mengalami perlambatan dari 7,9% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 2

13 RINGKASAN EKSEKUTIF 3,03% (yoy) pada triwulan II Di sisi lain, DPK mengalami penurunan mencapai 15,10% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp187,33 miliar pada Juni Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi jika dilihat dari sisi aset, namun demikian NPL mulai menunjukkan perbaikan walaupun harus tetap diwaspadai karena masih berada pada level diatas 5%... Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi jika dilihat dari sisi aset, namun demikian NPL mulai menunjukkan perbaikan walaupun harus tetap diwaspadai karena masih berada pada level diatas 5%. Aset BPR pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 1.52% (yoy), sehingga menjadi Rp miliar. Pertumbuhan aset BPR yang terkontraksi pada periode laporan terutama disebabkan oleh penurunan jumlah kredit, tercatat sebesar 1.02% (yoy). Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah tercermin dari transfer dana berupa Dana perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah tercermin dari transfer dana berupa Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2013, yang tercermin dari peningkatan alokasi Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus yang meningkat dari Rp8,64 triliun menjadi Rp9,23 triliun. Meskipun alokasi belanja maupun target pendapatan pada tahun 2014 cukup besar, namun demikian realisasi sampai dengan triwulan II 2014 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan baru mencapai 43% atau senilai Rp1,01 triliun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,04 triliun atau 54,7% dari total target. Kondisi yang sama juga terlihat dari realisasi belanja yang baru mencapai 27% atau senilai Rp670 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp694 miliar atau 35,4% dari target belanja. 3

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan II 2014, nilai transaksi sistem pembayaran tunai di Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow, disertai meningkatnya nilai transaksi sistem pembayaran nontunai melalui kliring... Pada triwulan II 2014, nilai transaksi sistem pembayaran tunai di Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow, disertai meningkatnya nilai transaksi sistem pembayaran non-tunai melalui kliring. Kondisi net outflow berarti uang yang keluar dari Bank Indonesia (ke masyarakat) lebih besar dibandingkan uang yang masuk sehingga mengindikasikan peningkatan kebutuhan penggunaan uang di masyarakat. Kondisi ini merupakan siklus umum yang terjadi secara tahunan dimana terjadi peningkatan aktivitas perekonomian yang didorong oleh peningkatan konsumsi pada masa seasonal liburan sekolah dan menyambut bulan Ramadhan. Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II 2014 di wilayah Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow. Bank Indonesia mencatat jumlah aliran uang keluar pada triwulan II 2014 sebesar Rp1,30 triliun sedangkan aliran uang masuk hanya berjumlah Rp1,13 triliun. Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan II 2014 mengalami penurunan dari sisi volume dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, meskipun jika dilihat dari sisi nominal tercatat adanya peningkatan. Jumlah warkat yang dikliringkan pada triwulan II 2014 sebanyak lembar dengan nilai Rp2,59 triliun atau menurun dari sisi volume sebesar 5,2% (yoy), sementara dari sisi nominal terjadi peningkatan sebesar 8% (yoy). Jumlah warkat harian yang dikliringkan selama periode laporan rata-rata sebanyak lembar warkat per hari dengan nilai sebesar Rp 41,16 miliar. Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami perkembangan yang cukup baik di tengah laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara yang masih cukup tinggi di triwulan II Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami perkembangan yang cukup baik di tengah laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara yang masih cukup tinggi di triwulan II Hal ini tercermin dari berbagai indikasi positif pada indikator tenaga kerja regional. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 6,37% (yoy), sejalan dengan meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ke angka 66,14%, sementara tingkat pengangguran dapat 4

15 RINGKASAN EKSEKUTIF terjaga relatif stabil. Hasil Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan rata-rata ketersediaan lapangan kerja di triwulan Iaporan. Dari hasil liaison terhadap pelaku usaha, diketahui bahwa di tengah kenaikan UMP 2014 yang cukup tinggi, jumlah tenaga kerja tetap dipertahankan bahkan meningkat di beberapa sektor seiring rencana ekspansi perusahaan. Dari sisi kesejahteraan, kondisi kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan terbatas pada triwulan laporan... Dari sisi kesejahteraan, kondisi kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan terbatas pada triwulan laporan. Kondisi kesejahteraan masyarakat yang semakin baik terlihat dari ratarata indeks penghasilan masyarakat Sulut yang meningkat terbatas di triwulan II Kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar juga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Outlook Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,34% - 7,74% (yoy). Pertumbuhan terutama akan berasal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Bangunan dan sektor Angkutan dan Komunikasi... Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,34% - 7,74% (yoy). Pertumbuhan terutama akan berasal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Bangunan dan sektor Angkutan dan Komunikasi. Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan pada triwulan yang akan datang adalah periode seasonal menjelang tahun ajaran baru, peringatan hari besar keagamaan (Pengucapan Syukur, Ramadhan, Idul Fitri), serta pelaksanaan Pemilu Presiden. Di sisi permintaan, adanya peningkatan penghasilan masyarakat dalam bentuk pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI dan Tunjangan Hari Raya (THR) diperkirakan juga akan dapat mendorong perekonomian khususnya dari aktivitas konsumsi. Outlook Inflasi Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan masih berlanjut hingga triwulan III 2014, sehingga angka inflasi tahunan di bulan September 2014 akan berada pada kisaran 4,35%±1% (yoy)... Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan masih berlanjut hingga triwulan III 2014, sehingga angka inflasi tahunan di bulan September 2014 akan berada pada kisaran 4,35%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, inflasi inti diperkirakan bergerak menurun. 5

16 RINGKASAN EKSEKUTIF Tekanan inflasi sisi eksternal diperkirakan berada pada level moderat di tengah penguatan nilai tukar dan turunnya harga komoditas global. Sementara dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat didorong perayaan hari besar keagamaan, penyelenggaraan event, musim liburan sekolah dan tahun ajaran baru. Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan berangsur mereda akibat berkurangnya permintaan pasca lebaran yang disertai membaiknya produksi. Sementara itu tekanan inflasi administered price diperkirakan juga menurun seiring hilangnya dampak kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi tahun Outlook Perbankan Perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan di Sulawesi Utara diperkirakan masih akan tumbuh positif kendati mengalami perlambatan khususnya di sisi aset dan kredit... Perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan di Sulawesi Utara diperkirakan masih akan tumbuh positif kendati mengalami perlambatan khususnya di sisi aset dan kredit. Sementara itu, DPK diperkirakan akan kembali tumbuh tinggi seiring tingginya minat masyarakat untuk menyimpan dana di perbankan sebagai imbas dari tingginya suku bunga simpanan yang cenderung lebih responsif dalam penyesuaian terhadap BI Rate. 6

17 Halaman ini sengaja dikosongkan

18 Halaman ini sengaja dikosongkan

19 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20 Halaman ini sengaja dikosongkan

21 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Setelah tumbuh cukup impresif di awal tahun 2014, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tumbuh sejalan dengan perekonomian nasional yang cenderung melambat. Pada triwulan II 2014, perekonomian Sulawesi Utara tumbuh pada level 7,32% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2014 yang tercatat 7,94% (yoy). Meskipun demikian, angka pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nasional pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 5,12% (yoy). Faktor utama yang masih menjadi pendorong pertumbuhan adalah adanya pelaksanaan Pemilu Legislatif pada April 2014 dan persiapan Pemilu Presiden pada Juli 2014, periode seasonal liburan sekolah, adanya perayaan hari besar keagamaan (Paskah) dan mulai dimasukinya masa bulan Ramadhan serta adanya pelaksanaan kegiatan berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Berdasarkan sumbangannya, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 masih didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi. Aktivitas ekspor masih tumbuh membaik meskipun diikuti oleh peningkatan impor yang cukup tinggi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan masih disumbang oleh aktivitas sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan sektor Angkutan dan Komunikasi, meskipun dengan angka pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy) 7,32 Sumber: Badan Pusat Statistik 1.1 SISI PERMINTAAN Diliat dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 terutama ditopang oleh kegiatan konsumsi dan mulai kembali menggeliatnya aktivitas investasi. Kegiatan perdagangan internasional juga tercatat cukup baik seiring dengan pertumbuhan ekspor yang 11

22 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO cukup tinggi meskipun diikuti pula dengan peningkatan impor yang berdampak pada pertumbuhan net ekspor yang melambat dibandingkan periode sebelumnya. Faktor yang menggerakkan konsumsi diantaranya adalah masa seasonal liburan sekolah, peringatan hari besar keagamaan, perhelatan berkala nasional dan internasional, serta pelaksanaan Pemilu legislatif di bulan April 2014 dan persiapan Pemilu Presiden pada bulan Juli Jenis Penggunaan Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Konsumsi 7,78 5,24 6,81 4,26 5,37 3,32 6,52 4,19 6,31 4,26 7,58 4,27 Konsumsi Swasta 7,46 3,30 6,92 2,83 5,94 2,40 5,86 2,67 8,88 3,93 8,27 3,37 Konsumsi Pemerintah 8,39 1,94 6,60 1,43 4,28 0,92 7,61 1,51 1,43 0,33 6,26 1,35 PMTB 9,28 2,12 8,67 1,93 1,24 0,30-2,73 0,81 4,22 0,98 5,05 1,14 Stok -6,90-0,07 7,33 0,07 28,22 0,28 30,73 0,16-3,50-0,03 4,70 0,05 Ekspor -5,75-3,09-10,68-5,89 2,15 1,51 6,16-0,92 2,63 1,24 7,70 3,53 Impor -7,50-3,38-16,80-6,88-6,98-2,05-3,22-1,07-3,87-1,50 6,68 2, PDRB 7,57 7,57 7,25 7,25 7,46 7,46 7,51 7,51 7,94 7,94 7,32 7, Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Konsumsi Konsumsi masih menjadi kontributor utama pertumbuhan Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 dengan sumbangan sebesar 4,27% (yoy). Pertumbuhan sektor konsumsi pada triwulan laporan juga tercatat cukup tinggi, yaitu 7,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 6,31% (yoy). Pertumbuhan konsumsi terutama didorong oleh aktivitas konsumsi swasta dengan Grafik 1.1. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini pertumbuhan tercatat 8,27% (yoy). Sementara konsumsi pemerintah tercatat Penghasilan Saat Ini Ketersediaan Lap. Kerja Pembelian Barang Tahan Lama Kondisi Ekonomi Saat Ini tumbuh 6,26% (yoy) Masih cukup tingginya aktivitas konsumsi swasta terutama didorong masa seasonal liburan sekolah yang secara historis mampu meningkatkan belanja masyarakat. Sementara 60 Jan Feb Mar Apr May June Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May June belanja pemerintah juga turut terdorong Sumber:Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulut seiring dengan adanya perhelatan internasional World Coral Reef Conference (WCRC) dengan pendanaan yang bersumber dari pemerintah pusat dan daerah serta pelaksanaan Pemilu Legislatif pada April 2014 dan persiapan Pemilu Presiden yang akan dilaksanakan pada bulan Juli

23 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Des Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.2. Indeks Penjualan Eceran Grafik 1.3. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Pakaian & perlengkapannya Bahan bakar Indeks Riil Penjualan Makanan & tembakau Peralatan tulis Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov.Sulut Sumber : Pelaku Usaha, diolah Indikator peningkatan konsumsi juga tercermin dari perkembangan penjualan ritel beberapa kelompok usaha di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, terlihat adanya indikasi peningkatan penjualan yang tercermin dari peningkatan Indeks Penjualan Eceran dari 233,56 pada Maret 2014 menjadi 243,36 pada Juni Peningkatan angka indeks terutama berasal dari kelompok Makanan dan Tembakau, kelompok Pakaian dan Perlengkapannya serta kelompok Peralatan Tulis. Peningkatan angka indeks ini menunjukkan bahwa pedagang ritel dapat mengkonfirmasi relatif tingginya level konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya, khususnya untuk pembelian produk kebutuhan pokok serta kebutuhan menjelang tahun ajaran baru. Indikator konsumsi swasta lainnya adalah perkembangan penjualan kendaraan roda empat di wilayah Sulawesi Utara. Berdasarkan prompt indicator yang diperoleh dari data penjualan kendaraan pada beberapa main dealer di Sulawesi Utara, jumlah kendaraan terjual sepanjang triwulan II 2014 masih menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meskipun dengan pertumbuhan yang melambat. Kinerja konsumsi swasta yang masih positif pada triwulan laporan juga terlihat dari perkembangan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini yang juga masih menunjukkan optimisme, meskipun pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan keyakinan konsumen tersebut tergambar dari hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (KPw BI Prov. Sulut) yang menunjukkan angka Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) pada akhir periode laporan (Juni 2014) sebesar 167,83. Jika dilihat berdasarkan komponennya, optimisme masyarakat terutama terjadi pada rencana pembelian barang tahan lama yang ditunjukkan dengan indeks 137,50, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks Maret 2014 sebesar

24 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.4. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Jan Feb Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini Apr Mar Feb Jan Dec Nov Oct Sep Aug Jul June May Apr Mar May June 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis gkredit_konsumsi (% yoy) - right axis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut Seiring dengan meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat, pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan di Sulut juga menunjukkan pertumbuhan positif meskipun melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Juni 2014, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp miliar, atau tumbuh sebesar 16,34% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 40,68% (yoy) Investasi Pada triwulan II 2014, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,05% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,14% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan kinerja investasi pada triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh 8,67% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,93%. Perlambatan investasi terlihat dari perkembangan penjualan bahan bangunan utama yaitu semen yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan yang hanya mencapai 4,76%. Kondisi ini lebih lambat dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai pertumbuhan 40%. Namun demikian, jika dilihat dari sisi nominal tercatat adanya peningkatan jumlah penjualan semen pada triwulan II 2014 yang mencapai ton, lebih besar dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai ton. Aktivitas investasi pada periode laporan yang tercatat melambat tercermin dari penurunan kredit investasi. Penyaluran kredit investasi pada triwulan II 2014 tercatat Rp2,76 triliun atau hanya tumbuh 1,96% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 14

25 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.6. Perkembangan Penjualan Semen Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum 250, , , ,000 Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis ,000 2,500 2,000 1,500 Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis gkredit_investasi (% yoy) - right axis ,000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Ekspor Impor Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 menunjukkan perbaikan setelah mengalami kontraksi sepanjang tahun Ekspor tercatat tumbuh 7,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencatat pertumbuhan negatif 10,68% (yoy). Aktivitas ekspor pada triwulan laporan ini juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan kontribusi sebesar 3,53%. Pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi tersebut tidak terlepas dari mulai membaiknya kondisi perekonomian global, terutama negara tujuan ekspor (Amerika Serikat), serta mulai membaiknya tren harga komoditas dunia. Membaiknya kondisi ekspor juga tercermin dari total nilai ekspor Sulut pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar USD 563,26 atau tumbuh 60,99% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD349,87 juta. Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD) Growth Uraian Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 (yoy) Total Ekspor (Juta USD) % Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Jika dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor Sulut, komoditi yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari produk olahan lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar 78%, diikuti oleh produk daging dan ikan olahan sebesar 7%, ikan (4%), ampas (4%), produk kimia (2%) dan lainnya (5%). 15

26 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14 Apr-14 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.8 Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut Grafik 1.9 Harga Komoditas International CCNO Price (USD/MT) Daging&Ikan Olah 7% Ikan 4% Ampas 4% Produk Kimia 2% Lainnya 5% 2, , , Lemak&Minyak 78% 1, Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : World Bank Commodity Price Data Sektor industri yang utama di Sulut adalah industri pengolahan komoditas pertanian dan perikanan yaitu usaha pengolahan ikan dan produksi minyak nabati yaitu minyak kelapa dan minyak kelapa sawit (CCNO dan CPO). Seiring dengan mulai membaiknya permintaan global yang diiringi dengan perbaikan harga komoditas internasional, terutama komoditas minyak nabati, maka total ekspor komoditas unggulan Sulut kembali meningkat yang selanjutnya meningkatkan nilai ekspor Sulut secara keseluruhan. Kondisi ini juga sesuai dengan hasil liaison yang dilakukan oleh KPw BI prov. Sulut kepada pelaku usaha industri pengolahan minyak nabati terbesar di Sulut yang mengkonfirmasi adanya perbaikan nilai ekspor. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor Sulut sampai dengan triwulan II 2014 masih didominasi oleh Amerika Serikat (25%), Belanda (20%), China (18%), dan Korea Selatan (8%). Grafik 1.10 Negara Tujuan Ekspor Jan-Jun 2014 Grafik Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung Vietnam 2% Thailand 1% Inggris 2% Jerman 2% Jepang 2% Australia 0% Korsel 300 9% 200 Lainnya 19% Muat (Ribu ton) - left axis Belanda 20% AS 25% gmuat (% yoy) - right axis Muat (Ribu ton) - left axis gmuat (% yoy) - right axis Cina % -120 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : PT Pelindo IV, Bitung 16

27 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Berbeda dengan kondisi ekspor luar negeri yang tumbuh positif, kinerja ekspor antar pulau/daerah menunjukkan adanya perlambatan yang tercermin dari penurunan kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung. Selama triwulan II 2014, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik sebanyak 181 ribu ton atau tumbuh negatif 43,77% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 322 ribu ton. Sejalan dengan membaiknya kondisi ekspor luar negeri, aktivitas impor juga menunjukkan perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2014, impor tumbuh 1,27% (yoy), relatif membaik dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat negatif 33% (yoy). Kenaikan impor juga tercermin dari total nilai impor Sulut pada triwulan II 2014 sebesar USD 75,4 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang tercatat sebesar USD56,64 juta. Tabel 1.3. Impor Sulut (Juta USD) Growth Uraian Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 (yoy) Total Impor (Juta USD) % Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Berdasarkan komoditinya, impor komponen mesin merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa 59% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas lainnya diantaranya kapal laut (10%) dan bahan bakar mineral (6%). Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Juni 2014 lebih dominan didatangkan dari negara Amerika Serikat (37%), China (15%), Filipina (14%), dan Australia (9%). Grafik 1.12 Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut Bahan Peledak 2% lainnya 17% Bahan Bakar Mineral 6% Benda Besi Baja 6% Kapal Laut 10% Mesin-mesin 59% Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Berbeda dengan aktivitas perdagangan internasional yang menunjukkan adanya perbaikan, impor antar daerah menunjukkan penurunan yang tercermin dari penurunan volume bongkar barang di pelabuhan Bitung. Pada triwulan II 2014, total barang yang masuk ke Sulut tercatat hanya 623 ribu ton, turun 12,41% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 711 ribu ton. 17

28 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik Negara Asal Impor Jan-Jun 2014 Grafik Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung 3,000 Bongkar (Ribu ton) - left axis gbongkar (% yoy) - right axis 20 Lainnya 12% Cina 15% Malaysia 8% 2,500 2, Amerika Serikat 37% Australia 9% 1,500 1, Filipina 14% Singapura 5% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung 1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 disumbang oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,32% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 sebesar 7,94% (yoy) namun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 7,25% (yoy). Tiga sektor pendorong utama perekonomian Sulut pada triwulan II 2014 adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) yang tercatat tumbuh 12,96% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,31% terhadap total pertumbuhan, diikuti oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh 9,93% (yoy) dengan sumbangan 1,27%, serta sektor Bangunan yang tumbuh 7,75% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,21%. Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) Lapangan Usaha Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Pertanian 2,46 0,43 2,29 0,43 3,19 0,59 6,95 1,13 1,03 0,18 1,98 0,35 Pertambangan & Penggalian 4,08 0,21 5,17 0,25 6,75 0,32 4,92 0,24 2,01 0,10 3,66 0,18 Industri Pengolahan 4,85 0,39 5,27 0,40 4,47 0,34 2,25 0,17 4,17 0,32 4,98 0,37 Listrik, Gas & Air Bersih 4,26 0,04 16,13 0,13 19,21 0,15 19,42 0,14 5,83 0,05 4,00 0,03 Bangunan 7,87 1,26 5,48 0,88 5,32 0,85 2,40 0,41 4,33 0,68 7,75 1,21 PHR 10,70 1,86 11,40 1,95 12,04 2,12 15,22 2,76 14,37 2,56 12,96 2,31 Pengangkutan & Komunikasi 9,30 1,15 7,10 0,91 6,39 0,84 5,29 0,70 12,43 1,55 9,93 1,27 Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 16,38 1,13 16,32 1,13 14,23 0,99 14,65 0,98 12,21 0,91 6,47 0,49 Jasa-Jasa 7,24 1,11 7,73 1,17 8,41 1,27 6,35 0,98 10,32 1,57 7,23 1,10 PDRB 7,57 7,57 7,25 7,25 7,46 7,46 7,51 7,51 7,94 7,94 7,32 7,32 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 18

29 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Des Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) menjadi pendorong utama perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan sebesar 12,96% (yoy) dan sumbangan sebesar 2,31% (yoy) terhadap total pertumbuhan. Sektor ini mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,40% (yoy). Dilihat berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor PHR pada triwulan II 2014 terutama berasal dari kegiatan Perdagangan Besar dan Eceran yang ditunjukkan dengan share 82%, diikuti oleh sub sektor Hotel (10%) dan sub sektor Restoran (8%). Pertumbuhan sektor PHR terutama didorong oleh pelaksanaan Pemilu legislatif pada bulan April 2014, persiapan pemilu presiden pada Juli 2014, hari besar keagamaan dan adanya beberapa kegiatan MICE di Sulawesi Utara, diantaranya World Coral Reef Conference (WCRC). Masih cukup tingginya aktivitas sub sektor perdagangan tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan angka Indeks Penjualan Eceran dari 204,44 pada Juni 2013 menjadi 243,36 pada Juni Angka indeks terbesar berasal dari kelompok Kerajinan, Seni dan Mainan (864,75) serta Kelompok Makanan dan Grafik Indeks Penjualan Eceran Pakaian & perlengkapannya Bahan bakar Indeks Riil Penjualan Makanan & tembakau Peralatan tulis Tembakau (547) Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut Grafik Data Wisatawan Mancanegara Grafik Penjualan Kendaraan 8,000 6,000 4,000 2,000 - Wisman (org) - left axis gwisman (% yoy) - right axis Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q (10.00) (20.00) (30.00) (40.00) (50.00) 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Total Sales (Unit) - left axis gsales (% yoy) - right axis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% % % Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : Pelaku Usaha 19

30 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Data penjualan kendaraan di Sulut juga masih menunjukkan adanya pertumbuhan meskipun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, hal berbeda terlihat pada kegiatan sub sektor perhotelan, dimana terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada triwulan II 2014 yaitu menjadi 3858 orang, lebih rendah dibandingkan jumlah kunjungan pada tahun lalu yang tercatat 5196 orang. Dari segi pembiayaan, dukungan perbankan kepada sektor PHR pada triwulan II 2014 masih cukup besar ditunjukkan dengan baki debet yang mencapai Rp6,42 triliun, atau lebih tinggi 7,000 6,000 5,000 4,000 Grafik 1.18 Kredit Sektor PHR Kredit_PHR (Rp miliar) gkredit_phr (% yoy) - right axis dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, 3, meskipun tumbuh melambat sebesar 7,32% (yoy). 2,000 1,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Bangunan Pada triwulan II 2014 sektor bangunan tercatat tumbuh 7,75% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,21% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh 5,48% (yoy) maupun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan sektor bangunan sejalan dengan kembali terakselerasinya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Hal ini sejalan dengan pola realisasi pembangunan infrastruktur fisik pemerintah yang mulai berjalan memasuki periode triwulan II. Grafik Perkembangan Penjualan Semen Grafik 1.20 Indeks Penjualan Bahan Konstruksi 250, , , ,000 50,000 Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis Indeks Bahan konstruksi gbahan konstruksi (%) -right axis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Asosiasi Semen Indoensia Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE KPw BI Prov. Sulut 20

31 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Indikator meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan dibandingkan periode sebelumnya juga tercermin dari nilai penjualan semen di Sulut pada triwulan II 2014 yang menunjukkan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun Indikator pertumbuhan sektor bangunan lainnya ditunjukkan oleh peningkatan indeks penjualan bahan konstruksi. Dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, terlihat bahwa Indeks Penjualan Bahan Konstruksi pada bulan Juni 2014 tercatat 224,43 atau lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada Maret 2014 sebesar 204,40. Beberapa proyek multiyears pemerintah diantaranya adalah pembangunan jalan MORR, serta pembangunan infrastruktur pasca bencana, diantaranya perbaikan jalan lintas Manado Tomohon dan perbaikan jembatan di beberapa titik di kota Manado. Sementara itu, proyek swasta yang masih terus berlanjut diantaranya pembangunan kawasan bisnis dan pemukiman di kota Manado (Boulevard dan Kairagi). Masih tingginya aktivitas pembangunan kawasan pemukiman di kota Manado juga tercermin dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia terhadap 9 (sembilan) developer utama di kota Manado yang mencatat total rumah yang dibangun pada triwulan II 2014 sebanyak 2063 unit. Berdasarkan komposisinya, pembangunan rumah tipe kecil masih mendominasi diikuti dengan pembangunan rumah tipe sedang dan tipe besar. Tabel 1.5 Perkembangan Pembangunan Rumah di Kota Manado Tipe Rumah Jumlah Unit Dibangun TW II 2013 TW III 2013 TW IV 2013 TW I 2014 TW II 2014 Tipe Kecil Tipe Sedang Tipe Besar Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) KPw BI Prov. Sulut Pertumbuhan sektor konstruksi juga masih didukung oleh kalangan perbankan dalam bentuk penyaluran kredit di sektor konstruksi. Total pembiayaan sektor konstruksi pada triwulan II 2014 mencapai Rp714 Miliar, meningkat dari sisi jumlah dibandingkan periode yang sama tahun 2013 sebesar Rp685 miliar, meskipun dari sisi pertumbuhan terlihat adanya sedikit perlambatan dari 9,33% (yoy) pada triwulan II 2013 menjadi 4,30%(yoy) pada periode Grafik Perkembangan Kredit Konstruksi Konstruksi (Rp miliar) - left axis gkonstruksi (% yoy) - right axis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q laporan. 21

32 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2014 tumbuh 1,98% (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 2,29% (yoy) namun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di awal tahun (1,03%,yoy), dengan sumbangan sebesar 0,35% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut. Membaiknya pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan I 2014 terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja sub sektor pertanian tanaman bahan makanan (padi) dan perikanan seiring dengan membaiknya kondisi cuaca jika dibandingkan dengan kondisi di awal tahun. BMKG mencatat cuaca di wilayah Sulut sepanjang triwulan II 2014 diperkirakan akan berada pada kondisi curah hujan menengah ( mm). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II 2014 berasal dari sub sektor Tanaman Bahan Makanan (31%), Tanaman Perkebunan (31%), Perikanan (26%), Peternakan (11)% dan Kehutanan (1%). Meskipun kondisi cuaca pada triwulan II 2014 relatif lebih baik dibandingkan awal tahun, namun demikian kinerja sub sektor perkebunan justru menunjukkan penurunan, tercermin dari penurunan jumlah produksi kelapa dari 65 ribu ton pada triwulan I 2014 menjadi 63 ribu ton pada triwulan II Penurunan jumlah produksi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan luas panen dari 56 ribu Ha menjadi 53 ribu Ha. Tabel Perkembangan Produksi Kelapa Grafik Pertumbuhan Kredit Pertanian Luas Panen (Ha) Produksi Kelapa (ton) 700 Pertanian (Rp miliar) - left axis gpertanian (% yoy) - right axis , , , , , , , , , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara Jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian pada triwulan II 2014 masih menunjukkan pertumbuhan negatif 5,54% (yoy), meskipun tidak sedalam sebelumnya yang tumbuh negatif 18,07% (yoy). Sementara jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan II 2014 tercatat Rp472 miliar, meningkat dibandingkan penyaluran pada triwulan I 2014 Rp463 miliar. 22

33 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa Kinerja sektor jasa pada triwulan II 2014 tumbuh 7,23% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,1% terhadap total pertumbuhan triwulan laporan. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh 7,73% (yoy), maupun jika dibandingkan dengan pertumbuhan di awal tahun sebesar 10,32% (yoy). Dilihat berdasarkan sub sektornya, sub sektor pemerintahan umum memiliki share 76% terhadap nilai total sektor jasa, sementara sub sektor jasa swasta tercatat 24%. Salah satu indikator perlambatan kinerja sektor jasa-jasa adalah realisasi belanja pemerintah Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 yang baru mencapai 27% dari total anggaran belanja. Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Perlambatan sektor jasa-jasa juga tercermin dari masih relatif rendahnya dukungan pembiayaan perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit sektor jasa tumbuh negatif 27,54% (yoy) pada triwulan II 2014, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 21,68% (yoy), dengan jumlah kredit yang disalurkan pada periode laporan sebesar Rp1,06 triliun. 1,200 1, Grafik Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gjasa (% yoy) - right axis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q B. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Angkutan dan Komunikasi pada triwulan II 2014 memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Sulut, yaitu pada posisi kedua setelah sektor PHR. Sektor ini tercatat tumbuh 9,93% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,27%. Pertumbuhan sektor ini melambat dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang tumbuh 12,43% (yoy). Dilihat berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini terutama berasal dari sub sektor angkutan (92%), sementara share sub sektor komunikasi hanya sebesar 8%. Adanya penyelenggaraan event internasional World Coral Reef Conference (WCRC) pada periode laporan ternyata masih belum mampu mendorong kinerja sektor ini ke level yang lebih tinggi. Perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 2014 tercermin dari data arus penumpang di bandara Sam Ratulangi. Jumlah penumpang yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tercatat sebanyak 236 ribu orang atau tumbuh negatif 14,65% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, meskipun jika dibandingkan dengan posisi awal tahun terlihat adanya peningkatan jumlah penumpang yang datang. Sementara jumlah penumpang yang berangkat dari Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat 239 ribu orang atau tumbuh 23

34 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO negatif 13% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, namun meningkat dari sisi jumlah jika dibandingkan dengan periode triwulan I Di sisi lain, jumlah kargo datang ke Sulawesi Utara masih mencatat pertumbuhan positif 23% (yoy), meskipun kargo berangkat menunjukkan pertumbuhan negatif 27% (yoy). Tabel 1.6. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi Jenis Pengangkutan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Growth (YoY) Penumpang Penumpang Datang (orang) 162, , , , , , % Penumpang Berangkat (orang) 262, , , , , , % Kargo Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,770,487 2,440,699 2,208,863 2,284, % Kargo Berangkat (kg) 1,005,130 1,075, , , , , % Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara Dukungan perbankan kepada sektor angkutan dan transportasi pada triwulan II 2014 masih tumbuh positif, meskipun melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kredit sektor angkutan dan komunikasi tercatat mencapai Rp239 miliar, atau tumbuh 9,52% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2014 yang mencapai 20% (yoy) Grafik Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis gkredit_angk&kom (% yoy) - right axis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q C. Sektor Industri Pengolahan Meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan sektor Industri Pengolahan masih tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I Sektor ini tercatat tumbuh 4,98% (yoy) dengan kontribusi 0,37%, atau tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,27% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 sebesar 4,17% (yoy). Mulai membaiknya perkembangan harga komoditas dan ketersediaan bahan baku menjadi faktor pendorong peningkatan aktivitas usaha industri pengolahan utama di Sulut yaitu Minyak Nabati. Dari hasil Survei Produksi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, produksi minyak nabati Sulut pada periode triwulan II 2014 tercatat menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. 24

35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik Perkembangan Produksi Minyak Nabati Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Produksi CCNO (MT) Harga (USD) - right axis 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q ,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis gkredit_industri (%yoy) - right axis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Survei Produksi (SP) KPw BI Prov. Sulut Dukungan perbankan terhadap pertumbuhan sektor Industri Pengolahan tercermin dari masih tumbuh positifnya penyaluran kredit meskipun melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Total kredit yang disalurkan kepada industri pengolahan pada triwulan II 2014 tercatat Rp671 miliar, atau tumbuh 27,62% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp526 miliar. D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II 2014 tumbuh 6,47% (yoy) dengan sumbangan 0,49%, melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh 16,32% (yoy). Komposisi pembentuk sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan pada triwulan II 2014 terdiri dari sub sektor bank (62%), Sewa Bangunan (22%), Jasa Perusahaan (12%), dan Lembaga Keuangan Non Bank (4%). Grafik Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Keuangan Pertumbuhan positif sektor keuangan, persewaan dan jasa juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan nilai SBT untuk sektor ini sebesar 0,22 pada triwulan II Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan (SBT) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulut 25

36 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sementara itu, indikator pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan lainnya yaitu perkembangan jumlah perbankan yang beroperasi di Sulawesi Utara menunjukkan belum adanya penambahan kantor cabang pada periode laporan. Data Bank Tabel 1.7. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Jumlah Bank Umum*) Jumlah Kantor Bank Umum Jumlah BPR Jumlah kantor BPR Ket: *) Konvensional dan Syariah E. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian masih belum menjadi kontributor utama perekonomian di Sulawesi Utara. Hal ini terkait dengan masih relatif rendahnya potensi pertambangan yang ada di Sulut. Pertumbuhan sektor ini pada triwulan II 2014 hanya mencapai 3,66% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,18% terhadap total pertumbuhan, melambat dibanding periode yang sama tahun 2013 yang tumbuh 5,17% (yoy). Perkembangan sektor pertambangan pada triwulan II 2014 terutama berasal dari aktivitas Penggalian yang ditunjukkan dengan share 70%, diikuti sub sektor Pertambangan Non Migas (26%) dan Migas (4%). Usaha penggalian merupakan usaha yang cukup berkembang di wilayah Sulut, terutama daerah Bolaang Mongondow dan Minahasa. Usaha ini terkait erat dengan proyek pembangunan pemerintah khususnya infrastruktur jalan dan jembatan. Relatif lambatnya aktivitas pembangunan infrastruktur sepanjang awal tahun diperkirakan menjadi salah satu faktor yang menahan laju pertumbuhan sektor ini. Sementara Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis gkredit_pertambangan (% yoy) - right axis Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q usaha pertambangan masih belum menjadi pendorong perekonomian dari sektor pertambangan, mengingat potensi pertambangan Sulut masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi tambang di kawasan timur Indonesia lainnya. Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Meningkatnya jumlah penyaluran kredit untuk sektor pertambangan tidak banyak mempengaruhi pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian. Jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan II 2014 tercatat Rp49 miliar atau tumbuh 14,81% (yoy). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp43 miliar. 26

37 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II 2014 tumbuh sebesar 4% (yoy), dengan kontribusi sebesar 0,03% terhadap total pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh 16,13% (yoy). Komponen pembentuk pertumbuhan sektor LGA pada triwulan II 2014 terutama berasal dari sub sektor listrik yang ditunjukkan dengan share sebesar 84%, diikuti oleh sub sektor air bersih (16%). Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Grafik 1.31 Perkembangan Jumlah Pemakaian Listrik 600, , , , , ,000 - Total Pelanggan-left axis gtotal Pelanggan-right axis Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q % 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% Jumlah Pemakaian (MW) Jumlah listrik yang tersedia (MW) Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari pertumbuhan jumlah pelanggan listrik dan jumlah pemakaian listrik di Sulawesi Utara. Pertumbuhan pelanggan listrik pada triwulan II 2014 tercatat mencapai 7% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2014 sebesar 8,25% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan jumlah pelanggan, pertumbuhan pemakaian listrik pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh 7% (yoy). 27

38 Halaman ini sengaja dikosongkan

39 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40 PERKEMBANGAN EKONOMI MA Halaman ini sengaja dikosongkan

41 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 6,27% (yoy) di akhir triwulan II 2014, atau naik jika dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang sebesar 5,67% (yoy). Dengan pencapaian tersebut, inflasi tahunan Kota Manado tetap berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy), maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) yang sebesar 6,68% (yoy). Laju inflasi bulanan Kota Manado di akhir triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan setelah sempat mengalami deflasi di pertengahan triwulan. Meningkatnya inflasi di akhir triwulan sejalan dengan pergerakan inflasi nasional dan wilayah Sulampua. Kota Manado mengalami inflasi sebesar 0,30% (mtm) di bulan April 2014, disebabkan oleh masih berlanjutnya gejolak harga cabai rawit. Deflasi sebesar 0,15% (mtm) terjadi di bulan Mei seiring koreksi harga cabai rawit serta turunnya harga ikan meski dibayangi peningkatan harga tomat. Sementara tekanan inflasi kembali meningkat di bulan Juni yang mencatat inflasi sebesar 0,67% (mtm) disebabkan oleh peningkatan harga pangan, kenaikan tarif transportasi dan harga sandang, serta kenaikan tarif listrik rumah tangga. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari kelompok inti (core inflation) yang sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya, serta menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) akibat gangguan produksi yang menimbulkan supply shock. Sementara itu, inflasi pada kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price) semakin mereda seiring berkurangnya efek kenaikan subsidi BBM tahun Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (yoy) Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (qtq) 12% 5% 10% 4% 8% 6% 4% 2% 0% -2% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q ,70% 6,68% 6,27% 3% 2% 1% 0% -1% -2% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q ,83% 0,82% 0,57% yoy Manado yoy Sulampua yoy Nasional -3% qtq Manado qtq Sulampua qtq Nasional Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 31

42 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TAHUNAN (yoy) Tekanan inflasi tahunan Kota Manado tercatat meningkat pada triwulan II 2014 dibandingkan triwulan sebelumnya. Angka inflasi bergerak dari 5,67% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 6,27% (yoy) pada triwulan laporan. Bertambahnya tekanan inflasi Kota Manado bersumber dari inflasi kelompok bahan makanan terutama tomat sayur yang harganya melambung akibat terganggunya produksi oleh faktor cuaca. Meningkatnya inflasi Kota Manado terjadi di tengah tren perlambatan inflasi nasional dan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua). Meski demikian, pada triwulan II 2014 angka inflasi Kota Manado tetap berada di bawah inflasi nasional maupun Sulampua yang masing-masing tercatat sebesar 6,70% (yoy) dan 6,68% (yoy) (grafik 2.1). Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1 Bahan Makanan -5,19 3,01 8,63 11,51 16,54 7,60 12,92 13,33 3,89 9,45 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,95 3,36 3,89 3,71 2,97 3,06 2,24 2,67 2,61 2,27 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4,73 5,70 5,64 5,29 3,27 2,48 4,13 4,73 7,90 7,76 4 Sandang 5,68 4,52 1,29 2,57 1,19-0,20 0,55-0,04 2,67 3,76 5 Kesehatan 4,48 2,52 2,08 1,61 0,95 2,03 2,82 2,96 2,48 2,84 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 9,22 9,41 8,46 8,59 8,56 8,47 0,70 1,15 1,66 2,26 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,35 0,17 0,81 0,85 1,45 8,46 18,02 17,92 11,71 7,37 Umum 0,95 3,73 5,23 6,04 6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6,27 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Berdasarkan kelompoknya, seluruh kelompok barang dan jasa tercatat mengalami inflasi di triwulan II Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar masih merupakan kelompok penyumbang utama inflasi di triwulan laporan meski melambat dibanding triwulan sebelumnya, dengan inflasi sebesar 7,76% (yoy) dan sumbangan 2,24% terhadap inflasi tahunan. Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan upah tukang bangunan dan kenaikan harga LPG 12 kg yang terjadi di triwulan I Sementara itu inflasi terbesar terjadi pada kelompok Bahan Makanan yang tercatat mencapai 9,45% (yoy) atau melonjak dari triwulan sebelumnya karena terdapat tekanan dari sisi pasokan, dengan sumbangan mencapai 2,00%. Tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan mereda di triwulan II 2014 seiring berkurangnya dampak kenaikan BBM bersubsidi di tahun 2013 sehingga inflasi menjadi sebesar 7,37% (yoy) dengan sumbangan 1,13%. Empat kelompok barang dan jasa lainnya (Makanan Jadi, Sandang, Kesehatan, Pendidikan) tercatat mengalami inflasi di bawah 0,5% dengan total sumbangan yang terbatas, yaitu sebesar 0,90% (Grafik 2.3). 32

43 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Dilihat dari komoditasnya, tomat sayur menjadi penyumbang inflasi tahunan terbesar dengan inflasi mencapai 229,22% (yoy) dan sumbangan sebesar 1,22% terhadap inflasi tahunan. Melambungnya harga tomat sayur tak lepas dari terganggunya produksi lokal akibat curah hujan tinggi yang melanda sentra produksi tomat di Minahasa. Biaya tukang bukan mandor menjadi penyumbang terbesar selanjutnya dengan kontribusi 0,61% yang disebabkan kenaikan upah tukang bangunan di awal tahun. Sementara itu pengaruh kenaikan BBM bersubsidi mulai berkurang dengan menurunnya kontribusi bensin dan angkutan dalam kota terhadap inflasi tahunan menjadi masing-masing sebesar 0,53% dan 0,51%. Di sisi lain, harga cabai rawit yang kembali normal di triwulan laporan berperan menahan laju inflasi dengan sumbangan -0,30% terhadap inflasi tahunan, disusul angkutan udara dan ikan tindarung yang masing-masing memiliki sumbangan -0,24% dan -0,11% (Tabel 2.2). Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado (%) Grafik 2.3 Inflasi & Sumbangan per Kelompok Juni 2014 KOMODITAS Inflasi (Deflasi) Andil 1,13 Inflasi Transportasi 7,37 TOMAT SAYUR 229,22 1,22 0,16 Pendidikan TUKANG BUKAN MANDOR 16,51 0,61 2,26 BENSIN 26,88 0,53 0,12 Kesehatan ANGKUTAN DALAM KOTA 15,22 0,51 2,84 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 21,59 0,41 0,22 Sandang 3,76 SEWA RUMAH 5,01 0,32 2,24 TARIP LISTRIK 8,78 0,28 Perumahan 7,76 BERAS 3,31 0,18 0,39 AIR KEMASAN 21,00 0,17 Makanan jadi 2,27 KANGKUNG 34,99 0,12 2,00 Deflasi Bahan Makanan 9,45 TUNA -17,76-0,02 CAKALANG ASAP -8,50-0, MINUMAN RINGAN -4,27-0,03 Andil Inflasi (yoy) Juni 2014 ANGGUR -24,21-0,04 CABAI MERAH -33,22-0,05 GULA PASIR -7,11-0,07 CAKALANG/SISIK -6,14-0,08 TINDARUNG -12,41-0,11 ANGKUTAN UDARA -18,42-0,24 CABAI RAWIT -37,35-0,30 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah INFLASI TRIWULANAN (qtq) Inflasi triwulanan Kota Manado kembali melambat di triwulan II Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,82% (qtq), atau lebih rendah dibanding triwulan I 2014 yang mengalami inflasi 1,15% (qtq). Perlambatan inflasi triwulanan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi perumahan, meskipun di sisi lain tekanan inflasi bahan makanan dan transportasi tercatat meningkat akibat gejolak harga tomat dan bawang serta kenaikan tarif angkutan udara. 33

44 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH No Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1 Bahan Makanan 1,86 2,66 1,66 4,89 6,45-5,21 6,70 5,27-2,19 1,28 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,51 0,50 1,23 0,42 0,78 0,59 0,42 0,85 1,21 0,26 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,29 1,31 0,35 0,27 1,30 0,54 1,96 0,85 4,22 0,31 4 Sandang 0,50 0,05 1,78 0,22-0,84-1,33 2,55-0,37 0,97 0,90 5 Kesehatan 0,97 0,05 0,46 0,12 0,32 1,12 1,24 0,25 0,56 1,23 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,16 0,14 8,20 0,06 0,13 0,06 0,45 0,51 0,31 0,66 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,81 0,58 0,77 0,33-0,22 7,52 9,66 0,24 0,82 1,69 Umum 1,59 1,28 1,40 1,64 2,34-0,51 4,09 2,01 1,15 0,82 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Tabel 2.3 Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama bersumber dari kelompok Bahan Makanan yang mengalami inflasi 1,28% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,28% terhadap inflasi umum. Inflasi kelompok tersebut didorong oleh tekanan harga tomat sayur dan bawang yang mengalami supply shock. Pada kelompok Transportasi, terjadi inflasi sebesar 1,69% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,26% yang didorong inflasi angkutan udara. Selain kelompok-kelompok tersebut, inflasi pada 5 kelompok lainnya memberi sumbangan yang relatif terbatas terhadap inflasi triwulanan, yaitu berkisar 0,04-0,09% INFLASI BULANAN (mtm) 5% 4% 3% 2% Grafik 2.4 Laju Inflasi Kota Manado, Zona Sulampua dan Nasional (mtm) 1% 0% -1% -2% -3% 0,67% 0,43% 0,42% mtm Manado mtm Sulampua mtm Nasional Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Laju inflasi bulanan Kota Manado di akhir triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan setelah sempat mengalami deflasi di pertengahan triwulan. Meningkatnya inflasi di akhir triwulan sejalan dengan pergerakan inflasi nasional dan wilayah Sulampua (Grafik 2.4). Pada bulan April 2014 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 0,30% (mtm) disebabkan oleh masih tingginya harga cabai rawit di pasaran. Deflasi sebesar 0,15% (mtm) terjadi di bulan Mei 2014 seiring 34

45 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH koreksi harga cabai rawit serta turunnya harga ikan meski dibayangi peningkatan harga tomat. Tekanan inflasi kembali meningkat di bulan Juni 2014 yang mencatat inflasi sebesar 0,67% (mtm) disebabkan oleh peningkatan harga pangan, kenaikan tarif transportasi dan harga sandang, serta kenaikan tarif listrik rumah tangga. APRIL 2014 Pada bulan April 2014 Kota Manado tercatat mengalami inflasi sebesar 0,30% (mtm) dengan laju inflasi tahunan yang meningkat menjadi sebesar 6,12% (yoy). Inflasi Kota Manado bersumber dari kelompok Bahan Makanan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm) dengan andil sebesar 0,24%. Empat kelompok mengalami inflasi dengan sumbangan yang terbatas (0,01-0,03%), antara lain kelompok Makanan Jadi, kelompok Perumahan, kelompok Kesehatan, dan kelompok Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 2014 Menurut Kelompok Barang & Jasa Pendidikan. Sementara itu kelompok Transportasi dan kelompok Sandang masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,17% (mtm) dan 0,21% (mtm) dengan sumbangan masing-masing terhadap inflasi bulan April sebesar -0,03% dan -0,01%. Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan Tekanan inflasi bulan April bersumber dari berlanjutnya gejolak harga cabai rawit serta beberapa bahan makanan yang dipengaruhi tekanan permintaan seiring perayaan Paskah. Di sisi lain, deflasi pada kelompok transportasi disebabkan kenaikan fuel surcharge pesawat udara dapat tertahan oleh masih berlangsungnya periode low season. -0,03-0,17-0,01-0,21 0,01 0,07 0,03 0,03 0,11 0,03 0,19 0,24 0,63 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 1,12-0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 Andil Inflasi (mtm) April 2014 MEI 2014 Kota Manado tercatat mengalami deflasi sebesar 0,15% (mtm) pada bulan Mei 2014, atau secara tahunan inflasi sedikit menurun ke angka 6,07% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, deflasi Bahan Makanan sebesar 1,26% (mtm) menjadi pendorong utama deflasi bulanan, dengan andil sebesar -0,27%. Sub kelompok bumbu-bumbuan dan ikan segar menjadi pendorong deflasi pada kelompok bahan Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 2014 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan -1,26-0,27 0,06 0,02 0,25 0,02 0,01 0,16 0,02 0,05 0,00 0,02 0,39 0,47-1,5-1,0-0,5 0,0 0,5 1,0 Andil Inflasi (mtm) Mei 2014 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 35

46 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH makanan dengan sumbangan masing-masing sebesar -0,48% dan -0,15% terhadap deflasi umum. Di sisi lain, deflasi kelompok Bahan Makanan masih tertahan oleh inflasi sub kelompok sayur-sayuran dengan kontribusi 0,39%. Sementara itu kelompok lainnya mengalami inflasi dengan sumbangan yang relatif terbatas. Kembali normalnya harga cabai rawit pasca tingginya permintaan sepanjang perayaan Paskah pada periode sebelumnya diperkirakan menjadi faktor utama yang menarik angka inflasi ke level yang lebih rendah. Membaiknya kondisi cuaca juga menyebabkan komoditas ikan segar mengalami deflasi. Di sisi lain, meski cabai rawit mengalami penurunan harga, kelompok bumbu lainnya dan sayuran masih menunjukkan adanya tekanan harga yang tinggi, yaitu tomat sayur, bawang merah, dan bawang putih. JUNI 2014 Tekanan inflasi Kota Manado kembali meningkat di akhir triwulan II 2014 setelah mengalami deflasi di pertengahan triwulan. Realisasi inflasi bulan Juni 2014 mencapai 0,67% (mtm), dengan inflasi tahunan yang turut meningkat ke angka 6,27% (yoy). Kelompok Bahan Makanan menjadi penyumbang utama inflasi bulan Juni dengan inflasi sebesar 1,43% (mtm) dan sumbangan 0,31%, yang terutama bersumber dari sub kelompok sayursayuran, disusul kelompok Transportasi yang Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. mengalami inflasi 1,47% (mtm) dengan sumbangan 0,23% terhadap inflasi bulanan. Sementara itu kelima kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi dengan sumbangan relatif minim. Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Juni 2014 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan 0,01 0,12 0,05 0,04 0,14 0,01 0,05 Inflasi bulan Juni terutama didorong oleh tren kenaikan harga tomat sayur dan bawang (merah maupun putih) yang terus berlanjut, dipengaruhi oleh berkurangnya produksi akibat kondisi curah hujan yang tinggi di sentra produksi tomat di Minahasa. Di sisi lain, inflasi pangan relatif tertahan oleh masih berlanjutnya penurunan harga cabai rawit. Sementara itu, pada kelompok Transportasi inflasi disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring dimulainya masa liburan sekolah dan masa kampanye pemilihan presiden. Inflasi secara umum juga bersumber dari kenaikan harga sandang seiring liburan sekolah dan kenaikan kelas, serta kenaikan tarif listrik rumah tangga kelompok tertentu, meski sumbangan keduanya relatif terbatas. 0,02 0,23 0,33 0,31 0,96 1,47 1,43 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 Andil Inflasi (mtm) Juni

47 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari kelompok inti (core inflation) yang sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya, serta menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) akibat gangguan produksi yang menimbulkan supply shock. Sementara itu, inflasi pada kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price) semakin mereda seiring berkurangnya efek kenaikan harga BBM bersubsidi tahun FAKTOR FUNDAMENTAL Tekanan inflasi inti (core inflation) relatif terjaga sepanjang triwulan II Terjaganya inflasi inti pada triwulan laporan ditopang oleh tekanan domestik yang relatif terkendali. Sementara tekanan dari faktor eksternal meningkat seiring depresiasi nilai tukar rupiah yang disertai peningkatan harga emas domestik. Tekanan permintaan yang mulai menguat di triwulan II 2014 direspon perusahaan dengan meningkatkan kapasitas terpakainya sehingga interaksi permintaan dan permintaan bergerak seimbang. Di sisi lain, ekspektasi inflasi masyarakat menunjukkan pelemahan meski dari sisi pedagang terdapat ekspektasi peningkatan harga seiring dimulainya liburan sekolah dan menjelang bulan puasa. Eksternal Tekanan inflasi eksternal meningkat seiring depresiasi nilai tukar rupiah yang cukup signifikan, disertai peningkatan harga emas domestik. Tekanan eksternal bersumber dari kenaikan harga jual barang dengan konten impor seperti bahan bangunan dan susu bubuk yang terpengaruh depresiasi rupiah sebesar 4,07% sepanjang triwulan laporan. Kenaikan bahan bangunan tercermin dari meningkatnya inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal dari 7,10% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 7,39% (yoy) di triwulan laporan, sedangkan meningkatnya harga susu bubuk ditunjukkan oleh inflasi sub kelompok telur, susu & hasil-hasilnya yang bergerak naik dari 6,26% (yoy tw I 2014) menjadi 10,13% (yoy tw II 2014). Sementara itu menguatnya harga emas domestik di tengah fluktuasi harga emas dunia juga turut memberikan tekanan pada inflasi inti, sebagaimana dindikasikan melalui meningkatnya inflasi sub kelompok barang pribadi & sandang lainnya dari -2,66% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 4,58%(yoy) di triwulan II

48 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Grafik Perkembangan Harga Emas Internasional Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah USD USD/Oz Harga Emas Internasional Sumber:Bloomberg Sumber: Bank Indonesia Tekanan Domestik Dari sisi domestik, tekanan inflasi yang dicerminkan oleh inflasi inti non traded relatif stabil. Relatif stabilnya tekanan domestik bersumber dari kembali normalnya harga makanan jadi dan ikan olahan yang sempat meningkat akibat dampak banjir dan cuaca buruk di awal tahun. Hal ini tercermin dari inflasi sub kelompok ikan diawetkan yang menurun dari 19,44% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi deflasi 2,13% (yoy) di triwulan laporan, sedangkan inflasi sub kelompok makanan jadi berkurang dari 2,78% (yoy tw I 2014) menjadi 2,51% (yoy tw II 2014). Di sisi lain, beberapa komoditas barang dan jasa lokal seperti sandang dan paket liburan mulai meningkat seiring dimasukinya masa liburan sekolah dan kenaikan kelas di akhir triwulan laporan.. Grafik Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut Interaksi Permintaan dan Penawaran Terjaganya inflasi inti tak lepas dari interaksi permintaan dan penawaran yang bergerak seimbang. Pada triwulan II 2014 konsumsi masyarakat secara umum mulai menguat sesuai pola 38

49 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH musimannya, tercermin dari indeks penjualan eceran yang meningkat di triwulan laporan. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, perusahaan merespon dengan meningkatkan kapasitas terpakainya (Grafik 2.10). Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi masyarakat menunjukkan penurunan di triwulan II Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), ekspektasi konsumen terhadap harga jangka pendek maupun jangka panjang mengalami tren penurunan sepanjang triwulan II 2014 (Grafik 2.11). Meskipun demikian, ekspektasi pedagang terhadap harga cenderung meningkat khususnya di akhir triwulan laporan yang bertepatan dengan dimulainya liburan sekolah dan menjelang bulan puasa (Grafik 2.12). Grafik Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Grafik Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado , , Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad Sumber : Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulut Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut Non Fundamental Volatile foods Laju inflasi volatile foods mengalami akselerasi pada triwulan II Indikasi peningkatan inflasi volatile foods ditunjukkan oleh inflasi kelompok bahan makanan yang pada bulan Juni 2014 tercatat sebesar 9,45% (yoy) dengan sumbangan 2,00% terhadap inflasi umum, atau meningkat cukup tajam dibandingkan akhir triwulan I 2014 yang sebesar 3,89% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi volatile foods didorong oleh supply shock komoditas tomat sayur akibat berkurangnya pasokan dari sentra produksi lokal di Minahasa. Terganggunya produksi tomat yang disebabkan curah hujan tinggi berdampak pada melambungnya harga tomat sayur di pasaran hingga mencapai dua kali lipat harga normal. Sementara itu di sisi lain, tekanan inflasi volatile foods tertahan oleh koreksi harga cabai rawit di bulan Mei-Juni 2014 setelah 39

50 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH sempat melonjak dari triwulan I hingga awal triwulan II Selain itu, koreksi harga juga terjadi pada ikan segar seiring membaiknya kondisi cuaca untuk melaut. Grafik Perkembangan Harga di Kota Manado Grafik Perkembangan Harga Ikan Segar di Kota Manado Rp/kg Rp/Ekor , , , , , , ,00 - I IV III I IV III II I IV III II V III I IV II I IV III II I IV III II V III II I IV II I IV II I IV III II I IV III II V III - I III I III I III I III I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III Jan FebMarAprMeiJun Jul AgstSept OktNovDesJanFebMaretAprMeiJuniJuli AgtSeptOktNovDecJanFebMarAprMei Jun Jan Feb Maret Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Bawang Merah Cabe Rawit Tomat Sayur Bawang Putih Deho Malalugis Tude Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Hasil Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulawesi Utara turut menunjukkan tren pergerakan harga I 2014 (Grafik 2.15 & Grafik 2.16). Pergerakan harga beberapa komoditas penyumbang inflasi Manado juga terpantau secara harian melalui Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara, yang berfungsi sebagai peringatan dini bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Sulut (Grafik 2.17). Grafik 2.17 Data Pergerakan Harga PIHBS Sulut (komoditas terpilih) Juni 2013 Juli 2013 Agustus September Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni Bawang Merah Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg Beras Superwin Rp./Kg Gula Pasir Curah Rp./Kg Minyak Goreng Curah Rp./Kg Telur Ayam Rp./Kg Tomat Sayur Rp./Kg Inflasi (mtm) - sb. Kanan Sumber : Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara Administered Price Tekanan inflasi administered price semakin mereda di triwulan laporan seiring berkurangnya efek kenaikan subsidi BBM tahun Inflasi administered prices pada triwulan II 2014 tercermin dari inflasi sub kelompok Transportasi yang tercatat sebesar 10,64% (yoy) dengan 40

51 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH sumbangan 1,06% terhadap inflasi umum, atau turun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 17,95% (yoy). Perlambatan inflasi administered prices didorong oleh meredanya dampak kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi yang diberlakukan di akhir Juni Hal ini tercermin dari berkurangnya angka inflasi tahunan bensin dan angkutan dalam kota. Faktor lain yang mendorong perlambatan inflasi administered prices adalah tarif angkutan udara, yang secara tahunan tercatat masih mengalami deflasi meskipun secara triwulanan terjadi kenaikan tarif akibat penyelenggaraan event (World Coral Reef Conference 2014, kampanye Pemilu Presiden) dan musim liburan sekolah. Di sisi lain, penyesuaian tarif listrik (tariff adjustment) untuk pelanggan rumah tangga berdaya di atas VA turut berperan menahan perlambatan inflasi administered prices di triwulan laporan. 2.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Upaya pengendalian inflasi di Sulawesi Utara tak lepas dari peranan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Sulawesi Utara yang saat ini terdiri atas TPID Provinsi Sulut serta 4 TPID di tingkat Kabupaten/Kota seiring pembentukan 2 TPID baru di triwulan II 2014, yaitu TPID Kab. Bolaang Mongondow Timur (dibentuk tanggal 12 Mei 2014) dan TPID Kab. Minahasa Tenggara (dibentuk tanggal 6 Juni 2014). Salah satu agenda strategis pengendalian inflasi Sulut di triwulan II 2014 adalah upaya mengatasi inflasi yang kerap ditimbulkan dari gejolak harga cabai rawit. Sebagai tindak lanjut nyata dari rekomendasi TPID berupa pencanangan Kabupaten Minahasa sebagai Kabupaten Cabai, pada tanggal 28 April 2014 dilakukan panen cabai perdana di Desa Pinebetengan, Kecamatan Tompaso Barat, Minahasa yang dipimpin Menteri Pertanian RI dan turut dihadiri Gubernur Sulut, Bupati Minahasa, serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sulut dan Minahasa. Kegiatan tersebut diharapkan menjadi tonggak peningkatan produksi cabai lokal guna memenuhi kebutuhan masyarakat Sulut yang tinggi, yang selama ini sering gagal dipenuhi pasokan dari luar daerah sehingga kerap memicu inflasi. Upaya mengatasi permasalahan inflasi cabai dari sisi produksi juga diikuti pembahasan dari sisi distribusi. Pada tanggal 29 April 2014 diselenggarakan rapat TPID Kota Manado yang khusus membahas cabai rawit sebagai langganan penyebab inflasi Kota Manado. Rapat yang dipimpin langsung oleh Wakil Walikota Manado menyepakati bahwa selanjutnya akan diadakan forum diskusi dengan pedagang besar cabai rawit guna mencari jalan keluar permasalahan inflasi cabai rawit. Selain itu, forum juga menyepakati untuk meng ai rawit di pekarangan rumah dan kantor guna memenuhi kebutuhan cabai rawit rumah tangga. 41

52 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Sementara itu, program penguatan kelembagaan TPID terus berlanjut hingga menjangkau daerah kepulauan, mengingat pentingnya pengendalian harga di daerah kepulauan yang menghadapi berbagai hambatan distribusi. Upaya ke arah tersebut ditunjukkan dengan dilangsungkannya sosialisasi pembentukan TPID di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tanggal Mei Dalam rangka persiapan menjelang hari besar keagamaan yang terjadi pada bulan Juni-Juli 2014, yaitu bulan puasa, Lebaran, serta Pengucapan Syukur, TPID di Sulawesi Utara menyelenggarakan high level meeting dan rapat tim teknis yang difokuskan pada pembahasan kondisi terkini harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok, serta upaya antisipasi yang akan dilakukan selama berlangsungnya hari besar keagamaan. Rapat antara lain diselenggarakan oleh TPID Kabupaten Minahasa pada tanggal 24 Juni 2014, TPID Kota Manado tanggal 25 Juni 2014, dan TPID Provinsi Sulawesi Utara tanggal 25 Juni Pada hari penyelenggaraan rapat, TPID Provinsi Sulawesi Utara juga melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar tradisional dan pasar swalayan Kota Manado yang dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara. 42

53 Halaman ini sengaja dikosongkan

54 Halaman ini sengaja dikosongkan

55 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

56 Halaman ini sengaja dikosongkan

57 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan konvensional Sulawesi Utara secara umum menunjukkan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter. Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada sisi kredit, sementara pertumbuhan DPK relatif meningkat. Aset perbankan konvensional Sulut pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 12,60% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 15,59% (yoy), namun apabila dibandingkan dengan triwulan l 2014 pertumbuhan aset relatif meningkat. Kredit perbankan konvensional Sulut tercatat tumbuh sebesar 11,97% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar sebesar 22,58% (yoy). Di tengah perlambatan pertumbuhan aset dan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) mampu tumbuh lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 8,57% (yoy) menjadi 14,94% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dana dibandingkan penyaluran kredit yang tumbuh melambat mendorong turunnya rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan konvensional di Sulawesi Utara yang berada pada level 125,30% di akhir triwulan II 2014 dari sebelumnya 130,81%. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya pada triwulan laporan masih relatif terkendali. Non Performing Loan (NPL) relatif terjaga pada level 3,37% atau di bawah batas ketentuan Bank Indonesia, yaitu 5%. Sementara itu, BI Rate yang dipertahankan sebesar 7,50% dinilai konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 serta mengendalikan defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat yang lebih sehat dan berkesinambungan. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan Konvensional di Sulawesi Utara Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Total Aset (Rp.Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) 21,22 23,55 21,40 18,25 18,73 15,59 13,80 14,22 10,78 12,60 DPK (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) 23,58 21,95 16,95 13,81 10,49 8,57 11,60 6,62 9,26 14,94 Kredit outstanding (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) 20,75 21,54 22,10 22,19 23,38 22,58 20,83 17,64 15,34 11,97 LDR (%) 110,96 113,92 118,60 120,71 123,91 128,62 128,41 133,18 130,81 125,30 NPL (%) 2,66 2,61 2,57 1,99 2,21 2,22 2,34 2,50 2,94 3,37 47

58 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA Struktur aset perbankan Sulawesi Utara relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan pada triwulan laporan. Aset bank umum konvensional pada triwulan II 2014 masih mendominasi dengan porsi 95,61%, yang terdiri atas 69,83% aset bank pemerintah dan 25,78% aset bank umum swasta. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masingmasing sebesar 1,67% dan 2,72% dari total aset perbankan Sulawesi Utara. Total aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tumbuh 11,81% (yoy) menjadi sebesar Rp32,74 triliun. Laju pertumbuhan aset perbankan tersebut relatif meningkat jika dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,48% (yoy), namun lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 18,76% (yoy). Total aset bank umum konvensional Sulut pada triwulan laporan mencapai Rp31,31 triliun atau tumbuh 12,60% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,78% (yoy). Berkebalikan dengan hal tersebut, aset bank umum syariah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) justru mengalami kontraksi secara tahunan. Pada triwulan II 2014 aset bank umum syariah tercatat sebesar Rp545,67 miliar, menurun sebesar 5,26% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp575,96 miliar. Sementara itu, aset BPR tercatat sebesar Rp891,40 miliar, turun 1,52% (yoy) dibanding triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp903,15 miliar. Bank Umum Syariah 1% BPR Konvensional 3% Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2014 Bank Umum Konvensional 96% Bank Umum Konvensional Swasta 26% Bank Umum Konvensional Pemerintah 70% 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 - Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2014 (%) Total Asset BPR Konvensional (left axis) Total Asset BU Syariah (left axis) % Bank Umum Konvensional (right axis) % 98 97, , , , ,5 93 BPR Konvensional Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional Swasta PERKEMBANGAN KANTOR BANK Selama triwulan II 2014 tidak terjadi penambahan maupun penutupan kantor bank sehingga jumlah dan kantor bank sama dibandingkan dengan triwulan lalu. Secara kelembagaan, jumlah 48

59 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH bank di Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat sebanyak 45 bank yang terdiri dari 24 bank umum konvensional, 4 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sementara itu dari sisi jaringan kantor, jumlah kantor bank tercatat sebanyak 323 kantor, yang terdiri dari 255 kantor bank umum konvensional, 16 bank umum syariah, serta 52 kantor BPR PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Juni 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara mulai memasuki tahap akhir terlihat dari laju kenaikan suku bunga deposito dan kredit yang cenderung melambat. Seiring dengan kenaikan BI Rate pada pertengahan 2013, suku bunga perbankan terus mengalami tren peningkatan terutama pada suku bunga simpanan. Pada periode Juni 2014, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,17%, sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 13,11%. Kenaikan suku bunga kredit rata-rata terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi yang masingmasing tercatat sebesar 13,51% dan 14,28% per tahun di akhir triwulan laporan. Sementara suku bunga rata-rata kredit konsumsi relatif stabil di level 12,79%. Di sisi lain, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan pada Juni 2013 tercatat sebesar 7,46%, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,21%. Grafik 3.3. Perkembangan Rata-rata Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito, dan BI Rate (%) 17,5 16,5 15,5 14,5 13,5 12,5 8,00 7,50 7,00 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 17,5 17,0 16,5 16,0 15,5 15,0 14,5 14,0 13,5 13,0 12,5 Grafik 3.4. Rata-rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%) Sk. Bunga Kredit (Left Axis) Sk. Bunga Deposito (Right Axis) BI Rate (Right Axis) Modal Kerja Investasi Konsumsi 49

60 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Penyerapan Dana Masyarakat Penyerapan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sulawesi Utara tumbuh sebesar 14,94% (yoy) pada triwulan II 2014 sehingga jumlah dana masyarakat yang dihimpun perbankan mencapai Rp19,2 triliun. Pertumbuhan DPK mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,26% (yoy) Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar) Giro Deposito Tabungan Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Dilihat dari jenis simpanan, meningkatnya pertumbuhan DPK didorong oleh pertumbuhan deposito dan giro yang meningkat, sementara pertumbuhan tabungan relatif melambat. Deposito tercatat tumbuh hingga 25,68% (yoy), jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan di triwulan I 2014 yang sebesar 15,43% (yoy). Pengaruh tingginya suku bunga deposito menjadi salah satu pemicu peningkatan pada jenis simpanan ini terutama oleh nasabah perorangan. Di sisi lain, giro juga tercatat tumbuh signifikan pada triwulan laporan. Pertumbuhan giro mencapai 23,43% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang hanya tumbuh sebesar 2,53% (yoy). Sementara itu laju pertumbuhan tabungan relatif melambat dari 7,94% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 4,21% (yoy) pada triwulan laporan. Perkembangan deposito yang cukup baik membuat porsi simpanan deposito pada dana pihak ketiga meningkat menjadi 36,55% dari 33,83% di triwulan sebelumnya. Sebaliknya, pangsa dana tabungan berkurang menjadi sebesar 43,59% akibat porsi giro yang juga meningkat menjadi 19,85%. Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar) Bank Pemerintah Bank Swasta Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q

61 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah masih dominan menyerap 69,43% dari total DPK di Sulawesi Utara, sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (30,57%). Sejalan dengan itu, penyerapan dana di bank pemerintah tercatat tumbuh lebih cepat ketimbang bank swasta. Dana pihak ketiga di bank pemerintah tumbuh 16,24% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar 12,10% (yoy). Pada akhir triwulan II 2014, wilayah penghimpunan dana masih terkonsentrasi pada bank-bank yang berlokasi di Kota Manado, meski dengan porsi yang berkurang menjadi sebesar 69,39% dari total dana pihak ketiga yang dihimpun di Sulawesi Utara atau sejumlah Rp13,31 triliun. Berkurangnya pangsa DPK Kota Manado disertai dengan pertumbuhan DPK di kabupaten/kota lainnya sehingga porsi kabupaten/kota lainnya meningkat. Setelah Kota Manado, DPK Sulawesi Utara tersebar di Kota Kotamobagu dan Kabupaten Boltim (7,89%), disusul Kota Bitung (7,26%), Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud (6,21%), Kabupaten Minahasa dan Minahasa Tenggara (5,41%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,52%), Kota Tomohon (1,29%), dan Kabupaten Minahasa Utara (1,04%). Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Kota/Kabupaten II III IV I II III IV I II Kab. Minahasa dan Mitra Kab. Kep. Sangihe dan Talaud Kab. Minahasa Selatan Kab. Minahasa Utara Kota Menado Kota Kotamobagu dan Kab Boltim Kota Bitung Kota Tomohon Total Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%) Kota Tomohon Kota Bitung Kota Kotamobagu II III IV I II III IV I II Kota Tomohon Kota Bitung Kota Kotamobagu dan Kab Boltim Kota Menado Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. Kep. Sangihe dan Talaud Kab. Minahasa dan Mitra Kota Tomohon Kota Bitung Kota Kotamobagu dan Kab Boltim Kota Menado Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. Kep. Sangihe dan Talaud Kab. Minahasa dan Mitra Kota Menado Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. Kep. Sangihe dan Talaud Kab. Minahasa Q

62 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan pertumbuhan DPK di masing-masing wilayah, seluruh Kabupaten/Kota tercatat mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan DPK tertinggi terjadi pada Kabupaten Minahasa sebesar 30,72% (yoy), sementara Kabupaten Minahasa Utara mengalami pertumbuhan tahunan terendah sebesar 3,98% (yoy) Penyaluran Kredit Bank Pelapor Kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara mencatat pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu, dipengaruhi kebijakan moneter ketat yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Pada triwulan II 2014, jumlah kredit tercatat sebesar Rp24,03 triliun atau tumbuh 11,97% (yoy). Pertumbuhan kredit didorong oleh kredit konsumsi meski relatif tumbuh melambat sebesar 14,77% (yoy) dan kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 11,59% (yoy) dengan jumlah baki debet masing-masing senilai Rp14,41 triliun dan Rp6,92 triliun. Di sisi lain, kredit investasi justru mengalami kontraksi sebesar 0,19% (yoy) sehingga baki debet pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,69 triliun. Grafik Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%) Grafik Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp. Miliar) Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q Investasi Modal Kerja Konsumsi Dengan nilai baki debet yang cukup besar, kredit konsumsi masih menguasai penyaluran kredit di Sulawesi Utara dengan pangsa mencapai 59,98% dari total kredit yang disalurkan. Sementara itu, porsi kredit modal kerja tercatat sebesar 28,81%, disusul oleh kredit investasi dengan porsi sebesar 11,21%. Dominannya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya sejalan dengan karakteristik pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang merupakan sektor utama Sulut dengan pangsa sebesar 26,24% dari total kredit. Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan kelompoknya, bank 52

63 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH umum pemerintah masih menjadi penyalur kredit utama dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kredit yang disalurkan bank pemerintah mencapai Rp.17,52 triliun dengan porsi 72,91% terhadap total kredit, sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp6,51 triliun atau sebesar 27,09% dari total kredit. Grafik Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Sejalan dengan penghimpunan DPK, sebagian besar penyaluran kredit perbankan juga masih tercurah di Kota Manado. Dari total kredit sebesar Rp24,03 triliun, tercatat 63,71% atau sebesar Rp15,31 triliun disalurkan di Kota Manado. Selanjutnya porsi penyaluran kredit berturut-turut diikuti oleh Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa sebesar 9,93% (Rp2,39 triliun), Kabupaten Minahasa dan Minahasa Tenggara 8,35% (Rp2,01 triliun), Kabupaten Kep. Sangihe dan Talaud 7,05% (Rp1,69 triliun), Kota Bitung 6,29% (Rp1,51 triliun), Kabupaten Minahasa Selatan 1,79% (Rp429 miliar), Kota Tomohon 1,66% (Rp398 miliar), dan Kabupaten Minahasa Utara 1,22% (Rp292 miliar). Grafik Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Grafik Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%) Tomohon Bitung Kotamobagu Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Menado Minahasa Utara Minahasa Selatan Sangihe Tomohon Bitung Kotamobagu Menado Minahasa Utara Minahasa Selatan Sangihe & Talaud Minahasa Minahasa

64 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan laju pertumbuhan kredit per wilayah, Kabupaten Minahasa Utara tumbuh paling cepat dengan laju 21,01% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kota Tomohon dengan pertumbuhan sebesar 10,07% (yoy) Kredit UMKM Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu pada nilai kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Data yang disajikan dalam pembahasan adalah kredit UMKM dengan menggunakan definisi sebagaimana diatur dalam UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM. Posisi kredit UMKM pada triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp6,87 triliun atau tumbuh positif 8,31% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya dan masih berada di bawah tingkat pertumbuhan kredit secara umum. Kredit usaha menengah memiliki pangsa terbesar dalam kredit UMKM yakni mencapai 48,95%, kemudian diikuti kredit usaha kecil dengan pangsa 32,12%, dan sisanya 18,93% merupakan kredit usaha mikro. 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - (10,00) Grafik Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Kredit Umum Kredit UMKM Dengan melihat pangsa kredit UMKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan pada triwulan II 2014, terjadi peningkatan porsi kredit UMKM dibandingkan triwulan I 2014, yakni dari 28,49% menjadi 28,60%. Sementara dari sisi kualitas kredit, kredit UMKM tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya akibat peningkatan NPL terutama pada jenis kredit usaha kecil. Pada triwulan II 2014 rasio NPL kredit UMKM tercatat sebesar 4,92%, meningkat dibandingkan dengan periode triwulan I 2014 yang sebesar 4,82%. 54

65 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar) Grafik Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q Mikro Kecil Menengah Menengah Kecil Mikro 3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara pada akhir triwulan II 2014 secara umum terjaga. Non Performing Loan (NPL) relatif terkendali, berada pada tingkat di bawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) masih berada pada level di atas 100%. Volatilitas kurs rupiah diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, Pendapatan Bunga Bersih, ROA) menunjukkan perkembangan yang cukup baik Risiko Kredit Pada triwulan II 2014, terjadi peningkatan risiko kredit perbankan konvensional Sulawesi Utara tercermin dari indikator Non Performing Loan (NPL), sementara konsentrasi kredit relatif tidak mengalami perubahan. Meski meningkat dibanding triwulan sebelumnya, rasio NPL (bruto) masih tetap terjaga pada level di bawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%), yaitu tercatat sebesar 3,37%. Kenaikan rasio NPL bersumber dari kualitas kredit yang menurun pada beberapa sektor. Kredit di sektor pertanian, sektor industri, sektor listrik, gas, dan air (LGA), sektor konstruksi, dan sektor angkutan dan komunikasi harus semakin diwaspadai seiring meningkatnya NPL sampai di atas 5%. Di sisi lain, kualitas kredit di sektor PHR yang memiliki pangsa terbesar untuk kredit produktif juga tercatat mengalami penurunan kualitas kredit yang tercermin dari naiknya NPL ke level 3,46% dari triwulan lalu yang tercatat berada di level 3,17%, sementara rasio NPL pada sektor lainnya (konsumsi) tercatat masih cukup baik meski re meningkat 0,58% dari triwulan lalu menjadi sebesar 2,45% pada triwulan laporan. Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif 55

66 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH rendah yakni sektor lainnya (konsumsi) dengan pangsa mencapai 59,98% dari total kredit dan memiliki rasio NPL sebesar 2,45%. Grafik Kredit & NPL Sektoral Tw. II Kredit (Rp miliar)-left axis NPL (%)-right axis Risiko Likuiditas Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan masih terkendali. Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan, giro, dan deposito jangka pendek) yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan memiliki jangka waktu relatif lebih panjang dibanding penghimpunan dana masyarakat. Grafik Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota Total Tomohon Bitung Kotamobagu Menado Minahasa Utara Minahasa Selatan Sangihe Minahasa Q2 Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat menurun menjadi 125,30%. Perlu digarisbawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR perbankan terendah berada di Kota Bitung sebesar %. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa dan Minahasa Tenggara sebesar %, disusul kemudian berturut-turut oleh Kota Tomohon sebesar %, Kota Kotamubagu dan Kabupaten Boltim sebesar %, Kabupaten Minahasa Selatan sebesar %, Kabupaten Minahasa Utara sebesar %, Kabupaten Kepulauan 56

67 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sangihe sebesar %, dan Kota Manado sebesar %. Relatif tingginya rasio LDR di beberapa wilayah mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut. Sementara di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat di wilayah tersebut juga perlu semakin ditingkatkan untuk lebih mendukung penyaluran kredit Risiko Pasar Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sepanjang triwulan laporan tidak mengalami perubahan. Hal tersebut menyebabkan melambatnya pergerakan suku bunga perbankan di Sulut terutama untuk suku bunga pinjaman. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara Indikator perbankan lainnya Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan II 2014 melanjutkan tren penurunan yang terjadi sejak triwulan sebelumnya. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada Juni 2014 sebesar 4,94% atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat 5,74%. Hal ini mengindikasikan penggunaan kredit yang lebih optimal oleh debitur. Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih merupakan salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Pendapatan Bunga Bersih pada triwulan laporan menunjukkan angka yang positif sebesar Rp Grafik Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Plafond Outstanding Rasio UL (%) 7,56 7,25 7,78 7,30 7,47 6,73 6,06 5,95 6,14 5,16 5,71 6,55 5,74 4,94 Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Rp Miliar Grafik Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum (Rp Miliar) - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Pend.Bunga Biaya Bunga NIM % 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,

68 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH miliar, meningkat sebesar 11.71%(yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1.102 miliar. Rasio BOPO Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan relatif mengalami penurunan yang tercermin dari kenaikan rasio BOPO bank umum konvensional dari 67.72% pada triwulan II 2013 menjadi 72.89% pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan kenaikan beban operasional yang cukup tinggi mencapai 22.44% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Meningkatnya pendapatan bunga bersih namun di sisi lain terjadi penurunan efisiensi, membuat rasio ROA bank umum tercatat turun dari 2,24% di triwulan II 2013 menjadi sebesar 1,86% pada triwulan laporan. Grafik Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum Grafik Return On Asset Bank Umum Rp Miliar % Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q BO PO Rasio 67,3 73,6 81,8 78,7 66,0 68,4 68,0 67,4 65,5 67,7 66,1 64,7 71,7 72, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Aset (Rp Juta) - Left Axis L/R (Rp Juta) - Right Axis ,26 279,34 530,12 813, , 318,12 623,53 953, , 300,35 583, PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH 58

69 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan II 2014 perkembangan perbankan umum syariah di Sulawesi Utara masih dilanda perlambatan bahkan penurunan terutama dari sisi aset dan DPK. Sementara itu, kredit perbankan syariah masih mengalami pertumbuhan kendati terus mangalami perlambatan pada triwulan laporan. Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi Juni 2014 mengalami penurunan sebesar 5,26% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp545,67 miliar pada triwulan laporan. Sebaliknya, kondisi kredit pada triwulan laporan masih mengalami pertumbuhan kendati mengalami perlambatan dari 7,9% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,03% (yoy) pada triwulan II Di sisi lain, DPK mengalami penurunan mencapai 15,10% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp187,33 miliar pada Juni Lebih tingginya laju peningkatan kredit dibandingkan dengan DPK yang terkontraksi menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR) kembali meningkat menjadi 277% pada Juni Tingginya tingkat FDR mencerminkan bahwa bank umum syariah perlu mendorong upaya menjaring Dana Pihak Ketiga di Sulawesi Utara. Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 (Rp. Miliar) Asset 454,29 476,53 480,13 548,66 544,01 575,96 547,88 566,29 556,24 545,67 Growth (yoy) 37,12 44,19 38,34 14,10 19,75 20,87 14,11 3,21 2,25-5,26 DPK 195,65 198,98 205,21 266,31 235,68 220,65 194,10 230,58 205,91 187,33 Growth (yoy) 52,40 49,57 47,69 41,22 20,46 10,89-5,41-13,42-12,63-15,10 Giro 13,94 15,87 16,24 33,05 17,14 20,49 14,64 15,89 10,14 11,08 Tabungan 106,55 110,52 126,27 144,81 124,41 119,88 131,26 157,02 136,83 127,57 Deposito 75,16 72,59 62,71 88,45 94,13 80,28 48,20 57,67 58,93 48,68 Kredit 371,77 403,16 440,70 472,47 483,63 503,67 511,36 521,72 521,86 518,91 Growth (yoy) 51,10 41,42 36,80 32,91 30,09 24,93 16,03 10,43 7,90 3,03 Modal Kerja 260,57 276,33 295,16 308,75 308,87 310,38 304,59 179,56 179,35 167,91 Investasi 16,27 22,38 122,81 119,63 120,60 125,87 137,07 148,17 143,14 75,76 Konsumsi 94,93 104,45 22,73 44,09 54,17 67,42 69,70 193,99 199,37 275,24 FDR (%) 190,02 202,61 214,75 177,41 205,21 228,27 263,45 226,27 253,44 277,00 NPF (%) 1,89 3,06 4,95 4,18 5,39 6,43 5,69 4,06 9,17 10,47 Jumlah Bank Jaringan Kantor Kualitas pembiayaan pada perbankan syariah juga kembali mengalami penurunan tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) yang melampaui batas ketentuan Bank Indonesia, yakni tercatat sebesar 10,17% pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,17%. 59

70 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi jika dilihat dari sisi aset, namun demikian NPL mulai menunjukkan perbaikan walaupun harus tetap diwaspadai karena masih berada pada level diatas 5%. Aset BPR pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 1.52% (yoy), sehingga menjadi Rp miliar. Pertumbuhan aset BPR yang terkontraksi pada periode laporan terutama disebabkan oleh penurunan jumlah kredit, tercatat sebesar 1.02% (yoy). Berdasarkan hasil survey Perbankan yang dilakukan KPw BI Sulawesi Utara pada triwulan II 2014, salah satu penyebab terjadinya kontraksi pada kredit BPR adalah meningkatnya risiko kredit usaha nasabah. Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* Y.o.Y Aset 713,67 780,43 825,13 820,50 850,20 905,13 959,14 962,26 905,76 891,40-1,52% Growth (yoy) 43,84 57,29 46,54 25,89 19,13 15,98 16,24 17,28 6,53 (1,52) DPK 471,29 508,60 515,70 588,09 621,47 655,74 701,97 725,44 685,86 683,25 4,20% Growth (yoy) 35,23 45,94 47,98 33,82 31,87 28,93 36,12 23,35 10,36 4,20 Deposito 382,24 408,82 416,40 475,25 505,16 530,97 574,66 590,63 556,85 560,99 5,65% Tabungan 89,05 99,78 99,30 112,84 116,31 124,78 127,31 134,80 129,01 122,26-2,01% Kredit 505,54 544,48 572,01 621,61 671,99 722,39 738,66 722,02 725,52 715,04-1,02% Growth (yoy) 31,80 41,95 49,13 36,37 32,92 32,67 29,14 16,15 7,97 (1,02) Jenis Penggunaan Modal Kerja 97,13 102,88 114,10 93,80 106,91 133,20 147,24 97,06 110,46 112,82-15,30% Investasi 17,32 21,83 23,16 17,42 20,36 33,87 41,45 6,30 14,93 13,76-59,38% Konsumsi 391,09 419,77 434,75 510,39 544,71 555,33 549,98 618,65 600,13 588,46 5,97% Sektoral Pertanian 5,85 5,55 6,59 7,01 8,18 8,76 7,07 6,04 5,45 5,61-35,98% Perindustrian 2,34 2,12 2,65 1,67 1,89 3,29 3,40 2,48 2,12 2,37-28,10% PHR 50,85 56,84 61,39 50,40 55,81 49,44 43,16 37,53 37,11 32,39-34,49% Jasa-jasa 33,77 35,27 32,92 25,23 25,42 36,13 41,03 10,27 9,72 9,70-73,14% Lain-lain 412,73 444,70 468,46 537,30 580,69 624,77 644,01 665,70 671,12 664,97 6,43% LDR (%) 107,27 107,06 110,92 105,70 108,13 110,16 105,23 99,53 105,78 104,65 NPL (%) 3,89 4,17 5,44 4,10 5,56 5,41 7,81 8,07 11,21 10,92 Jumlah Bank Jaringan Kantor * Data s/d Mei 2014 Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama didorong sektor lain-lain (konsumsi) yang mengalami pertumbuhan sebesar 6.43% (yoy). Sementara itu, seluruh jenis kredit di sektor produktif mengalami kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau mencatatkan pertumbuhan negatif. Sektor yang paling tinggi mengalami penurunan kredit adalah sektor jasa-jasa yang mengalami penurunan hingga 73.14% dibanding tahun sebelumnya. Di sisi lain, penghimpunan dana mengalami pertumbuhan positif kendati mengalami perlambatan. DPK BPR tumbuh sebesar 4.20% (yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp

71 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH miliar. Pertumbuhan DPK BPR didorong oleh jenis simpanan deposito yang tumbuh 5,65% (yoy) sementara tabungan mengalami kontraksi. Secara struktur, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 82.11%. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, khususnya terhadap suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR. Sementara itu, rasio LDR BPR pada triwulan II 2014 tercatat sebesar %, atau lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yaitu % sejalan dengan pertumbuhan DPK dan kontraksi yang terjadi pada kredit. Di sisi lain, tingkat kehati-hatian pada penyaluran kredit BPR harus semakin diberi perhatian. Hal ini tercermin dari rasio NPL (bruto) yang terus meningkat hingga mencapai 10.92% (yoy) pada triwulan laporan, jauh melebih batas 5%. 61

72 Box 1. Perkembangan Penggunaan Kartu Kredit di Sulawesi Utara dan Pemanfaatan Jasa Perusahaan Asuransi dalam Penyaluran Kredit Perbankan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan survei kepada perbankan yang ada di Sulut. Adapun tujuan dari survei ini yaitu untuk mengetahui perkembangan aktivitas perbankan di Sulut dilihat dari sisi kredit, penghimpunan dana, penempatan dana, prospek perbankan kedepan, risiko kredit, perkembangan sistem pembayaran dan perkembangan pemanfaatan perusahaan asuransi. Fokus pembahasan pada wacana ini adalah mengenai (1) Perkembangan APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) yang merupakan salah satu tools dari Sistem Pembayaran dan (2) Perkembangan pemanfaatan jasa perusahaan asuransi oleh perbankan yang menyalurkan kredit di Provinsi Sulut. Perkembangan Penggunaan Kartu Kredit di Sulut Perkembangan pertumbuhan penggunaan Kartu Kredit yang merupakan salah satu bagian dari APMK di Provinsi Sulut dinilai cukup signifikan khususnya di beberapa daerah seperti Kota Manado, Kabupaten Minahasa, dan Kota Tomohon. Data historis Jan Mei 2014 menunjukkan bahwa ketiga daerah tersebut berkontribusi rata-rata sebesar 90% terhadap total penggunaan Kartu Kredit di provinsi Sulut. Pada bulan Mei 2014, data Bank Indonesia menunjukkan transaksi penggunaan Kartu Kredit di Kota Manado mencapai Rp70,27 Milliar, di Kab. Minahasa mencapai Rp37,54 Milliar, sementara di Kota Tomohon mencapai Rp26,72 Milliar dan di kota lainnya Rp14,89 Milliar. Total penggunaan Kartu Kredit di Provinsi Sulut mencapai Rp149,35 Milliar, menyumbang 0.07% dari total penggunaan kartu kredit secara nasional. Pertumbuhan penggunaan pada bulan Mei 2014 dibanding bulan sebelumnya mencapai 7% (mtm). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kartu kredit di Sulut cenderung meningkat sejalan perekonomian Sulut yang tumbuh sebesar 7.32% (yoy) pada triwulan II

73 Diperkirakan penggunaan kartu kredit akan terus bertambah seiring semakin giatnya perbankan dalam mensosialisasikan less cash society sesuai dengan arah kebijakan Bank Indonesia untuk mengurangi penggunaan uang kartal demi efisiensi transaksi. Perbankan mulai menggalakkan penggunaan APMK di Sulut dengan berbagai metode dan program bank seperti sosialisasi dan undian, edukasi, dan mengadakan kerjasama dengan beberapa merchant atau store untuk mendorong nasabah menggunakan APMK. Sementara itu, untuk ketersediaan layanan berbasis e-money sendiri di Provinsi Sulut dinilai masih minim karena menurut survei yang dilakukan kepada perbankan hanya 5.26% responden yang menyediakan layanan e-money di Sulut. Untuk itu Bank Indonesia akan terus mendorong dan mengarahkan perbankan untuk lebih menggalakkan penggunaan APMK melalui peningkatan dan penambahan infrastruktur terkait penggunaan APMK. Perkembangan Pemanfaatan Jasa Perusahaan Asuransi dalam Penyaluran Kredit Perbankan Survei Perbankan pada Triwulan II 2014 juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas perbankan yang memanfaatkan jasa asuransi dalam penyaluran kreditnya. Kegiatan penyaluran kredit secara umum masih dalam kategori baik ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah 5%. Sebagian besar dana yang dihimpun disalurkan pada kredit konsumtif (59.98%), dan sebagian lainnya pada sektor produktif (40.02%). Perkreditan merupakan bisnis utama perbankan sehingga harus dijaga kualitasnya guna menjamin kelangsungan bisnis dari perbankan itu sendiri dan pada akhirnya akan dapat menjamin soundness dari Stabilitas Sistem Keuangan. Dalam hal menjaga kualitas perkreditan bank dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan asuransi dalam penyaluran kreditnya untuk memitigasi risiko. Menurut survei yang dilakukan Bank Indonesia terhadap perbankan di Sulut, sebagian besar perbankan telah memanfaatkan jasa perusahaan asuransi dalam pemberian kredit (95%) dan sebagian besar perbankan tersebut juga terafiliasi dengan perusahaan asuransi yang melakukan kerjasama dalam pemberian kredit (52.63%). 63

74 Halaman ini sengaja dikosongkan

75 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

76 Halaman ini sengaja dikosongkan

77 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah tercermin dari transfer dana berupa Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2013, yang tercermin dari peningkatan alokasi Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus yang meningkat dari Rp8,64 triliun menjadi Rp9,23 triliun. Meskipun alokasi belanja maupun target pendapatan pada tahun 2014 cukup besar, namun demikian realisasi sampai dengan triwulan II 2014 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan baru mencapai 43% atau senilai Rp1,01 triliun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,04 triliun atau 54,7% dari total target. Kondisi yang sama juga terlihat dari realisasi belanja yang baru mencapai 27% atau senilai Rp670 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp694 miliar atau 35,4% dari target belanja Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara Upaya peningkatan kapasitas perekonomian Sulawesi Utara tidak terlepas dari adanya dukungan pemerintah pusat dalam bentuk transfer dana berupa Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus ke Provinsi serta Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara. Total transfer daerah Provinsi Sulawesi Utara dan 15 kab/kota dibawahnya pada tahun 2014 mencapai Rp9,23 triliun atau naik 6,83% dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara (dlm miliar (Rp.Miliar) rupiah) Dana * Dana Perimbangan 4,376 5,283 5,462 5,998 6,993 7,941 8,138 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) 3,428 4,059 4,431 4,964 5,947 6,725 6,917 Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus , ,092 TOTAL 4,656 5,676 5,683 7,150 7,427 8,644 9,231 *) Data Update per 30 M aret 2014 Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah Secara rata-rata, porsi Dana Perimbangan terhadap keseluruhan dana transfer relatif lebih besar dibandingkan porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Porsi Dana Perimbangan mencapai 88% dari total Dana transfer atau senilai Rp8,14 triliun. Sementara itu jika dilihat dari komponen penyusunnya, Dana Perimbangan terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan nilai sebesar Rp6,92 triliun atau 84,99% dari total dana perimbangan, lalu diikuti oleh 67

78 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp881 miliar atau 19,82% dari total Dana Perimbangan. Sementara porsi terkecil adalah Dana Bagi Hasil (DBH) senilai Rp340 miliar atau 4,17% dari total dana perimbangan. Porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus terhadap keseluruhan dana transfer sebesar Rp1,09 triliun atau hanya 12%. Namun demikian, terlihat adanya peningkatan alokasi dibandingkan tahun 2013 sebesar 13,42%. Berdasarkan wilayahnya, alokasi Dana Perimbangan terbagi atas pengalokasian di wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan Seluruh wilayah Kab/Kota di Sulut. Dari total Dana Perimbangan yang disalurkan oleh pemerintah pusat pada tahun 2014, komposisi dana terbesar diperoleh pemerintah Prov. Sulut dengan alokasi sebesar 15% atau mencapai Rp1,38 triliun. Sementara itu, kab/kota yang mendapatkan alokasi dana terbesar adalah kota Manado senilai Rp1 triliun atau sebesar 11% dari total dana perimbangan. Grafik 4.1. Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota di Sulawesi Utara Tahun 2014 Dana Alokasi Khusus (DAK) 11% Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 4% Dana Alokasi Umum (DAU) 85% Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2014 Kab. Kepulauan Sitaro 5% Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Minahasa 4% Tenggara 6% Kota Kotamobagu 5% Kab. Minahasa Selatan 0% Kab. Minahasa Utara 6% Kota Tomohon 5% Kab. Bolaang Mongondow Timur 4% Kab. Kepulauan Talaud 6% Kab. Bolaang Mongondow Selatan 4% Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah Kota Manado 11% Kota Bitung 7% Prov. Sulawesi Utara 15% Kab. Bolaang Mongondow 7% Kab. Minahasa 9% Kab. Sangihe 7% Ketergantungan suatu daerah terhadap pendanaan dari pusat pada dasarnya masih terjadi di seluruh Indonesia. Namun demikian, pada tahun 2014, tingkat ketergantungan daerah terhadap pendanaan pusat relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari sebesar 85% pada tahun 2013 menjadi 84% pada tahun Sementara itu jika dilihat tren perkembangannya, rasio tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap alokasi dana perimbangan masih lebih rendah 2,500, ,000, ,500, ,000, , Grafik 4.3. Proporsi Sumber Pendapatan Daerah PAD Dana Perimbangan Proporsi Sulut Proporsi Rata-rata seluruh Indonesia Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, yaitu pada kisaran 60% dengan tren yang terus 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 68

79 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas ekonomi Sulawesi Utara sudah cukup baik dan mandiri yang berdampak pada meningkatnya peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber pendapatan dalam mendukung pembangunan daerah APBD di Tingkat Provinsi Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara tercermin dari peningkatan nilai APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan nilai APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2014 (dlm miliar rupiah) No Uraian APBD 2013 (Rp Miliar) Realisasi APBD Realisasi APBD Tw. II-2013 APBD 2014 Tw. II-2014 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % I Pendapatan , Pendapatan Asli Daerah ,4 944,6 361,1 38,2 Dana Perimbangan ,4 1109,5 515,7 46,5 Lain-lain PAD yang Sah ,0 274,7 134,7 49,0 II Belanja , Belanja Operasi ,5 1570,6 522,9 33,3 Belanja Modal ,6 509,8 70,8 13,9 Belanja Tidak Terduga ,2 10,0 1,6 15,9 Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) ,1 362,3 74,5 20,6 III Pembiayaan , Penerimaan Daerah ,4 148,3 249,4 168,2 - SILPA ,4 148,3 249,4 168,2 Pengeluaran Daerah Penyertaan Modal (Investasi) Pemda Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Meskipun terlihat adanya peningkatan nilai APBD, namun demikian rata-rata realisasi masingmasing komponen, baik komponen pendapatan, belanja maupun pembiayaan pada triwulan II 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Dari sisi pendapatan, realisasi tercatat Rp1,01 triliun baru mencapai 43% dari total target pendapatan. Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat Rp1,05 triliun atau sebesar 55%. Di sisi belanja, realisasi pada triwulan II 2014 juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang baru mencapai Rp670 miliar atau hanya 27% dari total alokasi anggaran belanja. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp694 miliar atau sudah mencapai 35%. Untuk memenuhi kebutuhan belanja daerah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan diperlukan adanya pembiayaan sebagai sumber pendapatan tambahan. Pembiayaan tersebut berasal dari Sisa Lebih Penerimaan Daerah (SILPA) dikurangi dengan penyertaan modal (investasi). Total pembiayaan yang direalisasikan pada triwulan II

80 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH tercatat sebesar Rp249 miliar, lebih rendah dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp253 miliar Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tercatat mencapai Rp1,01 triliun atau 43% dari total target pendapatan. Realisasi ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp1,04 triliun atau 54,7% dari total target pendapatan. Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2014 Uraian APBD 2013 (Rp Miliar) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah (dlm miliar rupiah) Realisasi APBD Realisasi APBD APBD 2014 Tw. II-2013 Tw. II-2014 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % PENDAPATAN , ,4 Pendapatan Asli Daerah , ,2 - Pajak Daerah , ,6 - Retribusi Daerah , ,8 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 30-0, ,0 - Lain-lain , ,3 Dana Perimbangan , ,5 - Dana Bagi Hasil Pajak , ,2 - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) , ,6 - Dana Alokasi Umum , ,0 - Dana Alokasi Khusus , ,0 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya , ,0 Lain-lain pendapatan yang sah , ,0 Berdasarkan komponennya porsi dana perimbangan menempati posisi terbesar dalam pembentukan pendapatan daerah yaitu sebesar 47,99%, lalu diikuti oleh komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 40,56% dan dana transfer otsus sebesar 11,80%. Masih tingginya porsi dana perimbangan menunjukkan bahwa peran dana pusat di daerah masih cukup tinggi. Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama, porsi PAD menunjukkan peningkatan dari sebelumnya 33,93% terhadap total pendapatan. Jumlah dana perimbangan pada 2014 sebesar Rp1,11 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp1,01 triliun. Peningkatan nilai juga terjadi pada kompenen dana transfer dari Rp255 miliar menjadi Rp275 miliar, serta PAD dari Rp650 miliar menjadi Rp945 miliar. Sampai dengan triwulan II 2014, realisasi PAD baru mencapai Rp361 miliar atau 38% dari target. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp354 miliar atau 54,4% dari target. Realisasi PAD terutama berasal dari pajak daerah yang tercatat sebesar Rp 325 miliar, atau sudah mencapai 40% dari target. 70

81 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Untuk dana perimbangan pada triwulan II 2014, realisasi mencapai Rp516 milliar atau 46% dari target. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp574 milliar atau 56,8% dari target. Sementara itu penerimaan dana otsus di triwulan II 2014 mencapai Rp.135 milliar atau 49% dari target. Pecapain target ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 pada periode yang sama dimana hanya mencapai Rp121 milliar atau 47,3% dari target Belanja Daerah di Tingkat Provinsi Proporsi Belanja Daerah dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) bagian besar yaitu Belanja Operasi dan Belanja Modal. Belanja modal berarti pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset dan/atau menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Sementara Belanja Operasi merupakan pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran pegawai, pembelian barang, bantuan sosial dan bantuan keuangan lainnya. Total anggaran untuk belanja daerah oleh pemerintah provinsi Sulut pada tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu dari Rp1,96 triliun menjadi Rp2,45 triliun, atau meningkat 25%. Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah (Operasi-Modal) Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2014 Uraian APBD 2013 (Rp Miliar) (dlm miliar rupiah) Realisasi APBD Realisasi APBD APBD 2014 Tw.II-2013 Tw. II-2014 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % BELANJA , ,3 Belanja Operasi , ,3 - Belanja Pegawai , ,1 - Belanja Barang , ,1 - Belanja Hibah , ,5 - Belanja Bantuan Sosial , ,8 - Belanja Bantuan Keuangan 1-0, Belanja Modal , ,8 - Belanja Tanah , ,6 - Belanja Peralatan dan Mesin , ,9 - Belanja Bangunan dan Gedung , ,8 - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,7 - Belanja Aset Tetap Lainnya , Belanja Tak Terduga , ,9 Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) , ,5 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Dilihat berdasarkan komponennya, pagu anggaran belanja 2014 masih didominasi oleh belanja operasional yang mencapai 64,04% dari total anggaran belanja. Sementara belanja modal 71

82 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH tercatat hanya sebesar 20,78%, diikuti oleh komponen bagi hasil 14,77% dan belanja tak terduga 0,41%. Masih relatif rendahnya komposisi belanja modal menunjukkan bahwa dukungan fiskal terhadap komponen belanja yang memberikan multiplier effect lebih besar terhadap perekonomian masih lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran untuk belanja rutin pegawai. Sementara itu, sampai dengan triwulan II 2014, realisasi belanja daerah baru mencapai Rp670 miliar, atau 27,3% dari total anggaran belanja. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp694 miliar atau 35,4% dari target belanja. Realisasi biaya operasi pada triwulan II 2014 mencapai 33,3% dari target, lebih rendah dari pencapaian tahun sebelumnya. Sementara itu untuk belanja modal tercatat terealisasi 13,8%, atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 26,6%. Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah (Langsung-Tidak Langsung) Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2014 Uraian AP BD 2013 (Rp Miliar) (dlm miliar rupiah) Realis as i AP BD Realis as i AP BD AP BD 2014 Tw. II-2013 Tw. II-2014 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % Belanja 1, % 2, % Bel anj a Ti dak L angs ung % 1, % Belanja P egawai % % Belanja Hibah % % Belanja Bantuan S os ial % % Belanja Bagi Has il % % Belanja Bantuan Keuangan % % Belanja Tidak Terduga % % Bel anj a L angs ung % 1, % Belanja P egawai % % Belanja Barang dan J as a % % Belanja Modal % % S urplus /(Defis it) (46) 354 (124) 341 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Komponen belanja pemerintah juga dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung berarti alokasi belanja yang ditetapkan dapat diukur atau dibandingkan dengan output yang dihasilkan diantaranya dalam bentuk penambahan aset. Sementara Belanja Tidak Langsung berarti anggaran belanja yang bersifat common cost atau digunakan secara bersama-sama untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja non investasi. Pagu belanja langsung pada tahun 2014 sebesar Rp1,12 triliun (46%), sementara biaya tidak langsung tercatat Rp1,32 triliun (54%). Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai 72

83 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH (41,1%), belanja hibah (23,9%), belanja bantuan sosial (1,51%), belanja bagi hasil (27,28%), belanja bantuan keuangan (5,45%), dan belanja tidak terduga (0,75%). Sementara belanja langsung terdiri dari belanja pegawai (4,03%), belanja barang dan jasa (51,65%), serta belanja modal (45,32%). Sampai dengan triwulan II 2014, realisasi belanja terbesar terjadi pada kelompok belanja tidak langsung yang mencapai 12,6% atau senilai Rp168 miliar, sementara belanja langsung baru mencapai 4,1% atau senilai Rp46 miliar. Total realisasi masing-masing komponen tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Pangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB Tabel 4.6. Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 30 Juni 2014 Terhadap PDRB Uraian Realisasi APBD Tw.I-2014 (Rp Miliar) % thd PDRB PENDAPATAN 1, % Pendapatan Asli Daerah % - Pajak Daerah % - Retribusi Daerah % - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah % - Lain-lain % Dana Perimbangan % - Dana Bagi Hasil Pajak % - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) % - Dana Alokasi Umum % - Dana Alokasi Khusus % Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya % BELANJA % Konsumsi Pemerintah % - Belanja Pegawai % - Belanja Barang % - Belanja Hibah % - Belanja Bantuan Sosial % - Belanja Bantuan Keuangan % - Belanja Tak Terduga % - Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) % Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Surplus/(Defisit) % Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 73

84 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu Konsumsi Pemerintah dan Investasi (PMTB), diperoleh hasil bahwa pada triwulan II 2014, realisasi konsumsi pemerintah tercatat sebesar 4,12% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara, sedangkan realisasi belanja modal/investasi hanya memiliki pangsa sebesar 0,05%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara yang memiliki kontribusi besar dalam PDRB, lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi investasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa stimulasi APBD lebih banyak dialokasikan untuk pembiayaan operasional pemerintahan dibandingkan dengan pembangunan fisik. Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi triwulan II 2014 mengalami penurunan, hal ini tercermin dari kondisi surplus APBD sebesar Rp405 miliar yang berarti jumlah realisasi belanja pemerintah lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan. 74

85 Box 2. Kondisi Utang Luar Negeri (ULN) Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Utang Luar Negeri (ULN) diperlukan karena terdapat saving invesment gap sehingga diperlukan pendanaan yang berasal dari ULN untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan Pemerintah. Menurut persyaratan peminjaman, ULN dibedakan menjadi tiga jenis yaitu pinjaman lunak, pinjaman setengah lunak, dan pinjaman komersial. ULN yang diterima Pemerintah Daerah umumnya berupa two step loan dimana Pemerintah Pusat berperan sebagai pihak yang melakukan penandatanganan perjanjian utang dan kemudian disalurkan kepada Pemerintah Daerah sebagai modal pembangunan. Apabila tidak dikelola dengan baik, ULN memiliki potensi risiko yang dapat menjadi pemicu dari kerentanan perekonomian. Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur beban ULN Indonesia antara lain rasio debt to service ratio (DSR) yang pada posisi Maret 2014 telah menyentuh angka 46,31%. Angka tersebut telah melebihi tingkat kesehatan ULN yang dimiliki suatu negara yaitu 44%. Indikator-indikator beban ULN Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Indikator Beban ULN per Maret 2014 Indikator beban ULN Nilai rasio (%) Standar rasio IMF (%) Debt to service ratio 46,31 44 Debt to export ratio 128, Debt to GDP ratio 32,35 50 Sumber: Bank Indonesia Kondisi ULN di Provinsi Sulawesi Utara Secara nasional posisi ULN Sulawesi Utara pada Juni 2014 menempati urutan ke-16 untuk persentase terhadap total ULN Indonesia dengan nilai 0,21%. Secara nominal ULN Sulawesi Utara berjumlah USD302,9 juta, terpaut USD592 juta jika dibanding dengan Sulawesi Selatan sebagai provinsi yang berada di satu kawasan Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua). Outstanding ULN Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan laporan tercatat masih tersisa USD70,34 juta. Sedangkan ketika ditinjau berdasarkan jenis kreditur pada posisi Juni 2014, Sulawesi Utara memiliki tiga jenis kreditur yaitu kreditur multirateral, bilateral, dan perbankan komersial. Persentase kredit yang diterima dari ketiga kredit tersebut sebagian besar berasal dari kreditur multilateral sebesar 59%, sisanya sebesar 40% merupakan kreditur bilateral dan 1% perbankan komersial. 75

86 Tabel 2. Persentase ULN Provinsi terhadap ULN Total Indonesia Urutan Provinsi Persentase terhadap Total ULN Indonesia 1 DKI Jakarta 57,48% 2 Jawa Barat 3,90% 3 Jawa Tengah 1,46% 4 Jawa Timur 1,30% 5 Sumatera Utara 1,23% 6 Sumatra Selatan 1,02% 7 Sumatra Barat 0,81% 8 Banten 0,71% 9 Sulawesi Selatan 0,61% 10 Lampung 0,58% Sulawesi Utara 0,21% Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 1. Persentase ULN Provinsi Sulawesi Utara Berdasar Jenis Kreditur multirateral bilateral perbankan komersial 1% 40% 59% Sumber: Bank Indonesia, diolah ULN Provinsi Sulawesi Utara tersebut digunakan untuk pembangunan berbagai infrastruktur yang terbagi dalam lima sektor perekonomian, antara lain Sektor Listrik, Gas dan Uap, Sektor Perikanan, Sektor Jalan dan Jembatan Penghubung, Sektor Perdagangan dan Sektor Lain-Lain. Sektor yang mendapatkan ULN terbesar adalah sektor perdagangan karena memiliki nilai ULN terbesar dengan nilai USD175 juta walaupun masih bersifat undisbursed atau dana tersebut belum digunakan oleh Provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan sektor-sektor perekonomian lainnya dapat dilihat pada Tabel 2. 76

87 Tabel 3. ULN Provinsi Sulawesi Utara Menurut Sektor-Sektor Perekonomian Sektor Besaran ULN* Persentase Listrik, Gas dan Uap 85,23 28,14% Perikanan 1,92 0,63% Lain-Lain 8,81 2,91% Jalan dan Jembatan Penghubung 31,95 10,55% Perdagangan 175,00 57,77% Sumber: Bank Indonesia, diolah *dalam juta USD ULN Provinsi Sulawesi Utara tersebut digunakan untuk berbagai proyek dalam rangka meingkatkan daya saing Provinsi Sulawesi Utara. Sektor listrik tercatat mendapatkan ULN sebesar USD85,2 juta yang digunakan untuk pembiayaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong dan proyek pembakit listrik di Minahasa. Sedangkan sektor jalan dan jalan penghubung dibiayai ULN sebesar USD31,95 untuk proyek Manado Bypass. Sementara itu sektor perikanan dibiayai ULN sebesar USD1,92 juta dalam rangka pengembangan Pelabuhan Nelayan Bitung. Pembiayaan proyek di sektor lainnya tercatat sebesar USD8,81 juta. 77

88 Halaman ini sengaja dikosongkan

89 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

90 Halaman ini sengaja dikosongkan

91 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undangundang Republik Indonesia No.6 tahun Mengacu pada pasal 1 Undang-undang tersebut, Sistem Pembayaran berarti seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Kegiatan ini dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai. Pembayaran secara tunai dilakukan menggunakan mata uang Rupiah, sementara pembayaran non tunai dilakukan dengan cara kliring ataupun Real Time Gross Settlement (RTGS). Dalam menjaga kelancaran pembayaran secara tunai, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai sesuai dengan salah satu misi dari Bank Indonesia yaitu mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang sekaligus melayani wilayah Provinsi Gorontalo. Pada triwulan II 2014, nilai transaksi sistem pembayaran tunai di Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow, disertai meningkatnya nilai transaksi sistem pembayaran non-tunai melalui kliring. Kondisi net outflow berarti uang yang keluar dari Bank Indonesia (ke masyarakat) lebih besar dibandingkan uang yang masuk sehingga mengindikasikan peningkatan kebutuhan penggunaan uang di masyarakat. Kondisi ini merupakan siklus umum yang terjadi secara tahunan dimana terjadi peningkatan aktivitas perekonomian yang didorong oleh peningkatan konsumsi pada masa seasonal liburan sekolah dan menyambut bulan Ramadhan Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II 2014 di wilayah Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow. Bank Indonesia mencatat jumlah aliran uang keluar pada triwulan II 2014 sebesar Rp1,30 triliun sedangkan aliran uang masuk hanya berjumlah Rp1,13 triliun. Hal ini 81

92 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN berbeda dengan periode triwulan I 2014 yang mencatat kondisi net inflow sebesar Rp1,55 triliun. Kondisi net outflow merupakan kondisi yang terjadi karena siklus tahunan dimana terdapat event keagamaan disertai dengan periode libur akhir tahun ajaran yang menyebabkan tingginya permintaan akan uang beredar di masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Secara series bulanan, kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan II 2014 sudah diawali dari awal triwulan (April) dan berlanjut sampai Juni. Hal ini mencerminkan kondisi perekonomian sedang menggeliat setelah terjadi net inflow pada triwulan pertama. Net outflow secara bulanan di triwulan II 2014 berfluktuasi dengan rata-rata sebesar Rp116,5 miliar. Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Untuk menjamin ketersediaan uang layak edar dimasyarakat Bank Indonesia menerapkan kebijakan clean money policy. Dalam rangka penerapan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang atau yang dikenal dengan istilah peracikan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Uang yang termasuk dalam kategori UTLE adalah uang yang sudah lusuh, rusak dan kotor. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat. Selama triwulan II 2014, jumlah UTLE yang dimusnahkan tercatat Rp195 miliar, atau tumbuh 165% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp73 miliar. 82

93 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Dalam upaya menjaga kualitas uang tetap berada pada kondisi baik, Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Salah satu program yang terus disosialisasikan adalah tagline Didapat, Disimpan, Disayang yang berarti uang tidak boleh diremas, dibasahi, dilipat dan distraples Grafik 5.2. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Nominal UTLE (Rp Miliar) gutle (%,yoy) - right axis Perkembangan Kas Titipan Dalam perannya sebagai mitra strategis Pemerintah Daerah yang juga bertanggung jawab mengawal tingkat likuditas uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kas titipan diharapkan dapat melayani kebutuhan uang beredar masyarakat di Sulawesi Utara terutama di daerah-daerah yang relatif jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Kabupaten Tahuna, Kota Kotamobagu dan diluar wilayah Sulawesi Utara yaitu Provinsi Gorontalo. 83

94 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II 2014 menunjukkan posisi outflow sebesar Rp78 miliar. Pada triwulan laporan, jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp823 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) lebih besar yaitu tercatat sebesar Rp900 miliar. Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna. Pada triwulan II 2014, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar Rp29,6 miliar, dengan jumlah uang keluar (outflow) sebesar Rp166 miliar yang lebih tinggi jika dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp137 miliar. 84

95 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sementara itu, kas titipan Kotamobagu menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp78 miliar pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh nilai outflow pada triwulan II 2014 sebesar Rp122 miliar, lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang masuk ke kas titipan Bank Indonesia yang berjumlah Rp43 miliar Penemuan Uang Palsu Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan, mengedarkan, dan menarik uang untuk menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di masyarakat juga berperan aktif dalam upaya pemberantasan uang palsu. Hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi keaslian Rupiah dengan tag line 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Melalui upaya sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat mengenali Rupiah asli dan diharapkan dapat mengurangi jumlah uang palsu yang beredar. Di sisi lain, Bank Indonesia juga terus meningkatkan kerjasama dengan pihak berwajib dalam menangani kasus peredaran uang palsu. Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Pecahan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 - Rp , Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp1.000, Total Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 menunjukkan penurunan, baik dalam jumlah fisik dan dari sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, menunjukan peningkatan secara fisik dan nominal jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 124 lembar, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang tercatat sebanyak 149 lembar. Penurunan peredaran uang palsu pada periode laporan karena masyarakat sudah mengenal ciri-ciri uang asli dan efek dari sosialisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia kepada masyarakat. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 90% dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan. 85

96 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.5. Perkembangan Jumlah Pecahan Uang Palsu yang Ditemukan di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara 5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai Perkembangan perekonomian yang semakin pesat menuntut ketersediaan layanan pembayaran yang tepat, handal dan aman yang mendukung aktivitas perekonomian dari masyarakat. Sistem pembayaran non tunai menjadi alternatif utama bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien dan aman. Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu kliring untuk transaksi retail value dan Real Time Gross Settlement (RTGS) untuk transaksi high value. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara itu RTGS pada dasarnya merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan real time (saat itu juga) Perkembangan Kliring Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan II 2014 mengalami penurunan dari sisi volume dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, meskipun jika dilihat dari sisi nominal tercatat adanya peningkatan. Jumlah warkat yang dikliringkan pada triwulan II 2014 sebanyak lembar dengan nilai Rp2,59 triliun atau menurun dari sisi volume sebesar 5,2% (yoy), sementara dari sisi nominal terjadi peningkatan sebesar 8% (yoy). Jika ditinjau berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak lembar warkat dengan nilai sebesar Rp 41,16 miliar. 86

97 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan antar triwulan menunjukkan adanya peningkatan dari sisi volume sebesar 13,5% dan dari sisi nominal 6%. Pertumbuhan transaksi baik dari sisi volume maupun nominal transaksi non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat masih cukup baik. Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara KETERANGAN Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Perputaran Kliring a. Lembar 86,147 93,606 93,738 96,670 91,631 98,823 99, ,927 82,527 93,703 b. Nominal (Rp miliar) 2,151 2,294 2,350 2,490 2,408 2,411 2,657 2,816 2,446 2,593 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 1,367 1,510 1,538 1,611 1,527 1,569 1,582 1,701 1,375 1,487 b. Nominal (Rp miliar) Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) b. Nominal (%) Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,97% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun dari 2,13% lembar penolakan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya RTGS (Real Time Gross Settlement) Dengan semakin meningkatnya transaksi yang dilakukan masyarakat, pemanfaatan BI-RTGS sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran sepanjang triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp 3,29 triliun dengan volume sebesar 6.760, atau tumbuh masing-masing 13,8% (yoy) dan 0,96% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement From To From To Periode Nilai (Miliar) Volume (Satuan) Nilai (Miliar) Volume (Satuan) Nilai (Miliar) Volume (Satuan) Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Growth TW II 2014 (yoy) 37.28% 18.50% -6.42% % % 11.24% 87

98 Box 3. Kliring Sebagai Prompt Indicator Dari Konsumsi Kliring merupakan suatu bagian dari sistem pembayaran yang menangani transaksi bernilai ritel (ritel value). Sifat kliring sebagai sistem pembayaran nilai ritel tersebut dapat disinyalir mencerminkan transaksi konsumsi rumah tangga di masyarakat. Sesuai dengan teori Kuantitas Uang Irving Fisher yang dirumuskan M.V = P.Y, dimana velocity of money dapat mempengaruhi Y (pendapatan) dan P (harga). Dengan semakin tingginya penggunaan layanan sistem pembayaran tentunya akan berpengaruh pada peningkatan velocity of money yang akan berdampak pada perekonomian. Dalam tulisan ini akan dikaji penggunaan data Kliring yang merupakan indikator dari sistem pembayaran sebagai prompt indicator untuk melakukan proyeksi arah perekonomian. Data diperoleh dari data internal Bank Indonesia (data Kliring) dan data BPS untuk data konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode statistik yaitu analisis kualitatif dan korelasi untuk menjelaskan variabel Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara sepanjang periode triwulan I 2007 sampai dengan triwulan II tahun Analisis kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan hubungan dari kedua variabel penelitian melalui pergerakan series kedua variabel tersebut di dalam grafik. Grafik 1. Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dan BPS Sulawesi Utara, diolah Dari Grafik 1 terlihat bahwa terdapat coinsidence movement atau pergerakan searah dari variabel kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara. Gerakan searah itu tercermin 88

99 dari gerakan grafik trough dan peak yang koinsiden antara kliring dan konsumsi sebanyak 7 kali dari 9 kali gerakan. Dengan demikian Kliring dapat diindikasikan sebagai prompt indicator dari konsumsi masyarakat di Sulawesi Utara. Analisis Korelasi Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara. Tabel 1. Korelasi Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara sepanjang periode triwulan I 2007 sampai dengan triwulan II 2014 KONS SKN KONS SKN Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dan BPS Sulawesi Utara, diolah Untuk menjelaskan nilai korelasi pada Tabel 1, digunakan skala pengukuran antara (-1 r 1) yang dapat diinterpretasikan pada Tabel 2. Nilai korelasi antara Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara sepanjang triwulan I 2007 sampai dengan triwulan II 2014 adalah sebesar 0,7986 yang dapat diartikan bahwa kedua variabel memiliki korelasi yang kuat. Interval Koefisien Tabel 2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Tingkat Hubungan 0,800 1,000 Sangat kuat 0,600 0,799 Kuat 0,400 0,599 Cukup Kuat 0,200 0,399 Lemah 0,000 0,199 Sangat Lemah Kesimpulan Dari hasil analisis hubungan antara Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara sepanjang triwulan I 2007 sampai dengan triwulan II 2014 dapat ditarik kesimpulan bahwa Kliring memiliki keterkaitan dengan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara. Hal ini ditunjukan oleh nilai uji korelasi kedua variabel yang memiliki nilai 0,7986 atau memiliki korelasi yang kuat. Oleh karena itu Kliring dapat diindikasikan sebagai prompt indicator dari konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara. 89

100 Halaman ini sengaja dikosongkan

101 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 91

102 Halaman ini sengaja dikosongkan

103 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami perkembangan yang cukup baik di tengah laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara yang masih cukup tinggi di triwulan II Hal ini tercermin dari berbagai indikasi positif pada indikator tenaga kerja regional. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 6,37% (yoy), sejalan dengan meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ke angka 66,14%, sementara tingkat pengangguran dapat terjaga relatif stabil. Hasil Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan rata-rata ketersediaan lapangan kerja di triwulan Iaporan. Dari hasil liaison terhadap pelaku usaha, diketahui bahwa di tengah kenaikan UMP 2014 yang cukup tinggi, jumlah tenaga kerja tetap dipertahankan bahkan meningkat di beberapa sektor seiring rencana ekspansi perusahaan. Dari sisi kesejahteraan, kondisi kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan terbatas pada triwulan laporan. Kondisi kesejahteraan masyarakat yang semakin baik terlihat dari rata-rata indeks penghasilan masyarakat Sulut yang meningkat terbatas di triwulan II Kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar juga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami perkembangan yang cukup baik, tercermin dari pertumbuhan jumlah tenaga kerja regional dan tingkat pengangguran yang relatif stabil, serta sejalan dengan hasil survei dan liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Angka indeks ketersediaan lapangan kerja yang diperoleh dari Survei Konsumen (SK) menunjukkan optimisme masyarakat yang meningkat terhadap ketersediaan lapangan kerja di triwulan II Nilai rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2014 mencapai 190,83 atau meningkat dibanding nilai rata-rata triwulan I 2014 sebesar 184,67. Berdasarkan liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara, di tengah kenaikan UMP 2014 yang cukup tinggi mayoritas perusahaan menyatakan jumlah tenaga kerja relatif stabil. Beberapa perusahaan berencana meningkatkan jumlah tenaga kerjanya. Peningkatan jumlah tenaga kerja tersebut diproyeksikan untuk mendukung rencana investasi perusahaan berupa pembukaan 93

104 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT cabang usaha baru maupun untuk menambah tenaga penjualan dengan tujuan tercapainya target perusahaan yang meningkat pada tahun Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Nasional dan Sulawesi Utara Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (%) TPT Nasional 7,19 7,26 5,92 5,7 TPT Sulut Feb Feb Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Titik optimis = Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Sumber: BPS Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kondisi pengangguran di Sulawesi Utara menunjukkan perkembangan yang relatif stabil meski terjadi sedikit peningkatan angka pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di bulan Februari 2014 tercatat sebesar 7,26%, atau meningkat terbatas dibandingkan bulan Februari 2013 yang sebesar 7,19%. Data terakhir di bulan Februari 2014 menunjukkan bahwa penduduk berusia produktif (usia 15 tahun ke atas) bertambah 4,03% (yoy) jika dibandingkan dengan Februari Peningkatan jumlah penduduk berusia produktif tersebut disertai laju penambahan angkatan kerja yang lebih besar (6,45% yoy), sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat ke angka 66,14%. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan data terkini, jumlah tenaga kerja di Sulut juga tumbuh 6,37% (yoy) menjadi sebanyak 1,08 juta jiwa. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara Jumlah Bekerja Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Feb Feb Feb Feb Feb Feb Penduduk 15 thn ke atas (ribu jiwa) Angkatan Kerja (ribu jiwa) Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja (ribu jiwa) TPAK (%) 63,91 62,79 64,71 66,82 64,63 66,14 TPT (%) 10,63 10,48 9,19 8,32 7,19 7, Pertumbuhan tenaga kerja di Sulawesi Utara terutama didorong oleh penyerapan pada sektor perdagangan dan industri yang tumbuh sampai kisaran 10% (yoy). Perkembangan tenaga kerja di sektor pertanian juga cukup baik, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,93% (yoy), 94

105 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT sementara tenaga kerja sektor angkutan tumbuh 7,34% (yoy). Di sisi lain, beberapa sektor mengalami penurunan tenaga kerja seperti sektor keuangan dan sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan air bersih). Komposisi tenaga kerja Sulawesi Utara menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada triwulan II 2014 masih didominasi sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja yang cukup baik pada sektor perdagangan (termasuk hotel dan restoran) dan pertanian (termasuk perikanan) semakin memperbesar porsi kedua sektor yang jika dijumlah menyerap 52,73% dari keseluruhan tenaga kerja di Sulut. Sektor jasa (termasuk jasa pemerintahan) merupakan sektor terbesar ketiga dengan pangsa 19,43%. Sementara itu 27,84% tenaga kerja lainnya terbagi ke sektor angkutan, konstruksi, industri, keuangan dan sektor lainnya. Tabel 6.3. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (ribu jiwa) Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Keuangan 2% Grafik 6.3. Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut Lapangan Usaha Lainnya 3% Jasa 19% Pertanian 32% Angkutan 8% Perdagangan 21% Industri 7% Konstruksi 8% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 95

106 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara, status pekerjaan utama terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan (35,52%) disusul berusaha sendiri (26,05%) serta pekerja bebas pertanian dan non pertanian (12,18%). Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sementara sisanya digolongkan sebagai pekerja informal. Melalui pendekatan klasifikasi tersebut, maka pada Februari 2014 porsi pekerja formal di Sulawesi Utara masih lebih rendah dibanding pekerja informal, dengan komposisi 39,53% berbanding 60,47%. Jumlah pekerja formal di bulan Februari 2014 tercatat sebesar 425 ribu orang atau bertambah sebanyak 14 ribu orang dibanding Februari Sementara itu jumlah pekerja informal juga meningkat sebanyak 50 ribu orang menjadi 650 ribu orang di Februari Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 6.2 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Peningkatan kondisi kesejahteraan masyarakat tercermin dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara. Pada triwulan II 2014, mayoritas indikator tingkat kesejahteraan menunjukan perbaikan dengan peningkatan terbatas pada indeks beberapa indikator. Hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara mencatat rata-rata indeks penghasilan pada triwulan II 2014 meningkat terbatas Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Penghasilan Saat ini & Ekspektasi Penghasilan Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan Titik optimis =100 0 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara 96

107 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pelemahan indeks penghasilan terjadi pada akhir triwulan II 2014, seiring dengan ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan ke depan yang tercatat melemah ke level 121 dari 129 di triwulan sebelumnya. Kesejahteraan di sektor pertanian, yang merupakan salah satu sektor andalan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar, tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) di triwulan laporan yang meningkat. Perkembangan NTP bulanan pada triwulan laporan juga terus menunjukkan tren peningkatan sehingga diperkirakan NTP dapat kembali berada di atas batas sejahtera. Mulai tahun 2014, selain menggunakan NTP sebagai indikator perkembangan kesejahteraan petani, digunakan pula Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang memasukkan usaha di sektor/subsektor lain sebagai komponen penerimaan petani. Dengan merujuk pada angka NTUP tersebut, terlihat bahwa petani tetap mengalami surplus pendapatan (indeks NTUP di atas 100) dengan berusaha di luar mata pencarian utamanya. Angka NTUP pada triwulan II 2014 tercatat sebesar , naik dari triwulan sebelumnya yang sebesar Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah menggunakan tahun dasar 2012 Dengan menggunakan tahun dasar yang baru (2012), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan II 2014 tercatat sebesar 99,85, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 98,21. Peningkatan NTP terutama didorong oleh kenaikan pendapatan dari usaha pertanian meski di sisi lain biaya usaha pertanian dan biaya hidup petani juga meningkat. Indeks yang Diterima Petani (IT) yang mencerminkan pendapatan usaha petani tumbuh lebih besar di triwulan laporan (3,63% qtq) dibandingkan dengan Indeks yang Dibayar Petani (IB) (1,93% qtq) yang merupakan indikator pengeluaran usaha petani. Meningkatnya IT sejalan dengan bertumbuhnya output sektor pertanian sebesar 13,23% (qtq). Kenaikan IB didorong oleh naiknya pengeluaran dari sisi konsumsi rumah tangga maupun biaya produksi 97

108 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT dan penambahan barang modal (BPPBM), terutama oleh pengeluaran untuk bahan makanan, perumahan dan transportasi. Selain itu, meningkatnya pengeluaran petani juga disebabkan oleh kenaikan biaya perumahan (termasuk listrik dan air) serta kenaikan harga bibit/benih. Berdasarkan subsektornya, petani pada subsektor tanaman hortikultura dan perikanan merupakan yang paling sejahtera, terlihat dari angka NTP yang lebih besar dibandingkan dengan subsektor lainnya. Indeks NTP subsektor peternakan meningkat dan berhasil melampaui threshold minimum sejahtera, dengan angka 100,64 pada akhir triwulan laporan. Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan adalah yang paling tidak sejahtera, disusul petani perkebunan. Hal ini masih perlu menjadi perhatian karena pertanian pangan memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan daerah, sementara komoditas unggulan Sulut umumnya berasal dari sektor perkebunan (kelapa, cengkeh, pala) Grafik 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (indeks) Indeks Dibayar Petani (sb. kanan) batas minimum sejahtera Indeks Diterima Petani (sb. kanan) Grafik 6.6. Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor NTP Pangan Holtikultura PerkebunanPeternakan Perikanan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, tahun dasar 2012 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Batas Minimum Sejahtera Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara secara umum tercatat mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan, berbanding terbalik dengan angka kemiskinan secara nasional yang mengalami penurunan tipis. Meski demikian, tingkat kemiskinan Sulut masih di bawah angka nasional. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan Maret 2014, Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara berada pada angka 8,75%, naik dibandingkan dengan posisi September 2013 yang tercatat sebesar 8,50%. Naiknya tingkat kemiskinan tersebut bersumber dari bertambahnya jumlah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan dari 200,16 ribu jiwa di bulan September 2013, menjadi 208,23 ribu jiwa pada bulan Maret Pertambahan penduduk miskin terutama terjadi pada wilayah perdesaan. 98

109 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut Grafik 6.8. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Perubahan jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Bertambahnya jumlah penduduk miskin di Sulawesi Utara tak lepas dari meningkatnya Garis Kemiskinan khususnya di wilayah perdesaan. Dari periode September 2013 ke Maret 2014, garis kemiskinan secara umum bergerak naik sebesar Rp , sehingga pada bulan Maret 2014 Garis Kemiskinan berada pada level Rp per kapita per bulan dari sebelumnya Rp Kondisi tersebut menunjukkan perlambatan laju kenaikan Garis Kemiskinan secara umum di Sulut dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di wilayah perdesaan, Garis Kemiskinan meningkat dari Rp per kapita per bulan menjadi Rp atau naik Rp Imbas dari peningkatan Garis Kemiskinan tersebut adalah semakin meningkatnya persentase penduduk miskin di daerah perdesaan, dari 10,46% di September 2013 menjadi 11,41% di Maret Sebaliknya, Garis Kemiskinan di wilayah kota mengalami perbaikan sebesar Rp.1.048, serta diiringi oleh perbaikan Tingkat Kemiskinan dari 6,12% di September 2013 menjadi 5,51% di Maret Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara 99

110 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa meningkatnya Garis Kemiskinan didominasi oleh sumbangan komoditi makanan dibanding komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Dengan membandingkan angka September 2013 terhadap Maret 2014, sumbangan peningkatan GKM terhadap peningkatan GK sebesar 81%, sementara sumbangan peningkatan GKBM hanya sebesar 19%. Pada periode September 2013 Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tercatat mengalami peningkatan, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) relatif menurun. Nilai indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Meningkatnya indeks P1 di Maret 2014 menunjukkan semakin melebarnya rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin dari garis kemiskinan, yang terutama terjadi di daerah perdesaan. Sementara itu nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin, yang pada rentang September 2013 Maret 2014 semakin menurun di wilayah perkotaan dan tetap di wilayah perdesaan. Dengan kata lain, kesenjangan pengeluaran penduduk miskin kota semakin mengecil. Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 100

111 Halaman ini sengaja dikosongkan

112 Halaman ini sengaja dikosongkan

113 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

114 104 Halaman ini sengaja dikosongkan

115 PROSPEK PEREKONOMIAN PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1. Prospek Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,34% - 7,74% (yoy). Pertumbuhan terutama akan berasal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Bangunan dan sektor Angkutan dan Komunikasi. Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan pada triwulan yang akan datang adalah periode seasonal menjelang tahun ajaran baru, peringatan hari besar keagamaan (Pengucapan Syukur, Ramadhan, Idul Fitri), serta pelaksanaan Pemilu Presiden. Di sisi permintaan, adanya peningkatan penghasilan masyarakat dalam bentuk pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI dan Tunjangan Hari Raya (THR) diperkirakan juga akan dapat mendorong perekonomian khususnya dari aktivitas konsumsi. Perkiraan pertumbuhan yang positif tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Hasil SKDU menunjukkan bahwa ekspektasi pelaku usaha dari 9 (sembilan) sektor ekonomi terhadap perkembangan dunia usaha pada triwulan III 2014 akan meningkat dibandingkan triwulan II 2014, ditunjukkan dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 13,47%, lebih (10.00) Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3* Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha PDRB Sulut (%yoy) - (Right Axis) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Sulut tinggi dari indikator realisasi kegiatan usaha pada triwulan II 2014 yang menunjukkan nilai SBT sebesar 2,51%. Jika dilihat lebih dalam berdasarkan sektornya, hampir seluruh sektor menunjukkan perkiraan pertumbuhan positif. Sektor PHR akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2014 tercermin dari nilai SBT yang tercatat sebesar 4, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada triwulan III 2014 diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut seiring dengan mulai dimasukinya masa seasonal tahun ajaran baru dan peringatan hari besar keagamaan (Pengucapan Syukur, 105

116 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Des Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Agt* PROSPEK PEREKONOMIAN Ramadhan, Idul Fitri). Di samping itu, faktor pelaksanaan Pemilu Presiden di awal Juli 2014 diperkirakan juga masih akan memberi dampak terhadap pertumbuhan sektor ini. Pelaksanaan event internasional Tomohon International Flower Festival (TIFF) serta kegiatan MICE lainnya yang berskala nasional diperkirakan juga akan dapat mendorong kinerja sektor PHR. Grafik 7.2 Perkembangan Penjualan Eceram Indikator peningkatan aktivitas ekonomi di sektor PHR juga tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulut yang menunjukkan adanya perkiraan peningkatan angka Indeks Penjualan Eceran yaitu sebesar 274,05 pada Juli 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada bulan Juni 2014 sebesar 243, Pakaian & perlengkapannya Bahan bakar Indeks Riil Penjualan Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Proc. Sulut Makanan & tembakau Peralatan tulis Sektor Bangunan Setelah mengalami perlambatan pada periode sebelumnya, kinerja sektor bangunan diperkirakan akan kembali memberi kontribusi yang lebih tinggi pada triwulan III Salah satu faktor yang mendorong kinerja sektor bangunan adalah mulai berjalannya proyek pembangunan infrastruktur pemerintah, dimana sesuai pola historisnya, proyek pembangunan akan lebih terakselerasi pada pertengahan hingga akhir tahun. Beberapa proyek baru pemerintah diantaranya adalah peningkatan ruas jalan dan jembatan di wilayah Manado dan kab/kota lainnya. Sementara itu, sektor swasta diperkirakan juga masih akan terus melanjutkan proyek pembangunan kawasan bisnis maupun pemukiman terutama di kota Manado. Beberapa proyek pembangunan pemerintah kab/kota yang telah dan akan berjalan pada pertengahan tahun 2014 diantaranya : 1. Peningkatan ruas jalan Maesa dan perbaikan jembatan Sario di kota Manado. 2. Pembangunan 11 jalan produksi pertanian dan perkebunan di Tahuna dengan total anggaran Rp2,7 miliar. 3. Pembangunan 21 jalan di Boltim dengan nilai lebih dari Rp20 miliar. 4. Proyek pelebaran jalan Trans Sulawesi di Minahasa Selatan dengan nilai Rp16 Miliar. 5. Peningkatan dan pemeliharaan jalan di Minahasa Utara yang akan dimulai pada triwulan III 2014 dengan nilai mencapai Rp90 miliar. 106

117 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Jan Mar Mei Jul Sep Nop Des Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Agt* PROSPEK PEREKONOMIAN Proyek pembangunan swasta yang masih terus berlanjut di kota Manado diantaranya pembangunan kawasan bisnis di sepanjang Boulevard dan kawasan bisnis Kairagi serta pembangunan kawasan pemukiman. Indikator pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin dari dari pergerakan angka Indeks Penjualan Barang Konstruksi. Dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut pada bulan Juli 2014, penjualan eceran diperkirakan akan meningkat ditunjukkan dengan indeks sebesar Grafik 7.3 Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Indeks Bahan konstruksi Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Sulut 274,05, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada Juni 2014 sebesar 243,36. gbahan konstruksi (%) -right axis Sektor Angkutan dan Komunikasi Kontribusi Sektor Angkutan dan Komunikasi pada triwulan III 2014 diperkirakan juga akan memberi kontribusi positif yang didorong oleh periode seasonal liburan hari besar keagamaan dan pelaksanaan perhelatan nasional dan internasional, diantaranya pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF) yang dihelat pada Agustus Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil liaison terhadap pelaku usaha di bidang angkutan Sumber : Angkasa Pura Datang (orang) Berangkat (orang) udara yang menyatakan adanya peningkatan trafik jelang hari raya. Indikator pertumbuhan positif sektor Angkutan dan Komunikasi juga terlihat dari pergerakan jumlah penumpang pesawat, baik yang datang ke Manado maupun berangkat dari Manado. Pada bulan Juli 2014, jumlah penumpang yang datang dan berangkat dari bandara Sam Ratulangi berada tercatat pada kisaran 80 ribu orang. Diperkirakan jumlah penumpang tersebut akan meningkat lebih tinggi pada bulan Agustus 2014 seiring dengan periode liburan hari besar keagamaan dan pelaksanaan TIFF Grafik 7.4 Jumlah Penumpang Pesawat 107

118 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*) PROSPEK PEREKONOMIAN Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2014 diperkirakan masih akan tumbuh meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan perkiraan kegiatan usaha di sektor Pertanian pada triwulan III 2014 yang terlihat dari nilai SBT sebesar 4,04, lebih rendah dibandingkan dengan nilai SBT pada triwulan II 2014 sebesar 4,08. Grafik 7.5 Perkiraan Kegiatan Usaha Grafik 7..6 Perkiraan Curah Hujan Kegiatan Usaha Pertanian (SBT) Perkiraan Kegiatan Usaha Pertanian (SBT) (5.00) (10.00) (15.00) Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulut Sumber : BMKG Perlambatan pertumbuhan diperkirakan akan berasal dari sub sektor pertanian padi yang disebabkan oleh faktor cuaca kering (El Nino). Hal ini sejalan dengan perkiraan BMKG yang menunjukkan curah hujan di wilayah Sulut hingga akhir triwulan III 2014 diperkirakan akan berada pada level menengah dengan kecenderungan rendah Prakiraan Inflasi Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan masih berlanjut hingga triwulan III 2014, sehingga angka inflasi tahunan di bulan September 2014 akan berada pada kisaran 4,35%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, inflasi inti diperkirakan bergerak menurun. Tekanan inflasi sisi eksternal diperkirakan berada pada level moderat di tengah penguatan nilai tukar dan turunnya harga komoditas global. Sementara dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat didorong perayaan hari besar keagamaan, penyelenggaraan event, musim liburan sekolah dan tahun ajaran baru. Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan berangsur mereda akibat berkurangnya permintaan pasca lebaran yang disertai membaiknya produksi. Sementara itu tekanan inflasi administered price diperkirakan juga menurun seiring hilangnya dampak kebijakan kenaikan BBM bersubsidi tahun

119 PROSPEK PEREKONOMIAN Faktor Fundamental Tekanan inflasi inti pada triwulan III 2014 diperkirakan berkurang. Dari sisi eksternal, inflasi diperkirakan berada pada level moderat di tengah penguatan nilai tukar yang disertai penurunan harga komoditas global (grafik 7.11). Namun demikian risiko tekanan eksternal dapat bersumber dari tekanan harga emas. Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik Interaksi Permintaan dan Penawaran Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3* Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis) Sumber : Bank Indonesia Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulut Tekanan inflasi dari sisi domestik diperkirakan akan bersumber dari peningkatan konsumsi masyarakat yang didorong perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, pengucapan syukur), event Tomohon International Flower Festival 2014, masa liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru. Indikasi peningkatan konsumsi tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulawesi Utara yang menunjukkan kenaikan angka perkiraan indeks penjualan eceran pada triwulan III Pada sisi produsen, kapasitas produksi diperkirakan berada pada level yang tinggi terlihat dari pola historis kapasitas produksi di triwulan III (grafik 7.12). Sementara itu kenaikan tarif tenaga listrik industri menimbulkan risiko penyesuaian harga barang dan jasa akibat kenaikan biaya produksi, meskipun dampaknya terhadap inflasi inti diperkirakan sangat minim. Grafik 7.13 Indeks Ekspektasi Pedagang thd Harga 3 bln & 6 bln yad Grafik 7.14 Indeks Ekspektasi Konsumen thd Harga 3 bln & 6 bln yad ,00 13,00 11,00 9,00 7,00 5,00 3,00 1,00-1, ,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00-1, Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad Inflasi tahunan (yoy) - sb. Kanan Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad Inflasi tahunan (yoy) - sb. Kanan Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) - KPwBI Prov. Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK)- KPwBI Prov. Sulut 109

120 PROSPEK PEREKONOMIAN Tingkat ekspektasi inflasi masyarakat Sulut diperkirakan meningkat di triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II 2014, namun tekanan tersebut cenderung mereda di akhir triwulan. Hal ini tercermin dari kenaikan indeks rata-rata ekspektasi konsumen terhadap harga, hasil Survei Konsumen (SK) (Grafik 7.14). Di akhir triwulan III 2014, indeks ekspektasi harga jangka pendek diperkirakan menurun, sejalan dengan perkiraan laju inflasi tahunan yang melambat di bulan September Dari sisi pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga sepanjang triwulan III 2014 menunjukkan tren penurunan pasca musim liburan dan Idul Fitri (grafik 7.14). Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan berangsur mereda akibat berkurangnya permintaan pasca lebaran yang disertai membaiknya produksi. Tekanan inflasi volatile foods di awal triwulan III 2014 diperkirakan berlangsung temporer seiring meningkatnya tekanan permintaan pangan selama bulan puasa, lebaran dan pengucapan syukur. Harga tomat sayur yang melambung dan menjadi penyumbang utama inflasi triwulan II 2014 diperkirakan kembali normal di triwulan III dengan membaiknya produksi lokal di daerah Minahasa. Berdasarkan pemantauan harga beberapa komoditas pada Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara dan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), terlihat bahwa terjadi yang relatif mereda di akhir bulan, sementara harga pangan strategis lainnya stabil (Grafik 7.15 & 7.16). Grafik Perkembangan Harga Bahan Pokok Strategis Grafik Perkembangan Harga Bawang, Cabai, dan Tomat Rp/kg , , , , , ,00 Rp/kg , , , , , Jun 01-Jul 01-Agust 01-Sep 01-Okt 01-Nop 01-Des 01-Jan 01-Feb 01-Mar 01-Apr 01-Mei 01-Jun 01-Jul -2 - I III I III I III I III I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III I III Bawang Merah Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg Beras Superwin Rp./Kg Gula Pasir Curah Rp./Kg Minyak Goreng Curah Rp./Kg Telur Ayam Rp./Kg Tomat Sayur Rp./Kg Inflasi (mtm) - sb. Kanan -3 Jan FebMaretApr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Bawang Merah Cabe Rawit Tomat Sayur - sb. Kanan Sumber : PIHBS Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Sulut Di sisi lain, tekanan inflasi kelompok administered prices juga diperkirakan menurun pada triwulan III 2014 seiring hilangnya dampak inflasi akibat kebijakan kenaikan BBM bersubsidi di tahun Tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara di awal triwulan III 2014 yang didorong peak season musim liburan dan lebaran, namun diperkirakan mereda di akhir triwulan. Selain itu terdapat tekanan inflasi yang bersumber dari kenaikan tarif listrik rumah tangga secara bertahap, meski diperkirakan hanya menyumbang sebesar 0,12% terhadap inflasi umum. 110

121 PROSPEK PEREKONOMIAN 7.3. Prospek Perbankan Perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan di Sulawesi Utara diperkirakan masih akan tumbuh positif kendati mengalami perlambatan khususnya di sisi aset dan kredit. Sementara itu, DPK diperkirakan akan kembali tumbuh tinggi seiring tingginya minat masyarakat untuk menyimpan dana di perbankan sebagai imbas dari tingginya suku bunga simpanan yang cenderung lebih responsif dalam penyesuaian terhadap BI Rate. Berdasarkan hasil survey perbankan yang dilakukan KPw BI Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 terhadap bank umum maupun BPR yang berlokasi di Sulut, diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memperkirakan bahwa permintaan kredit di triwulan mendatang akan mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh faktor prospek usaha nasabah yang meningkat. Adapun permintaan kredit baru diperkirakan lebih didominasi oleh jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Sejalan dengan itu, posisi total kredit (baki debet) di triwulan mendatang juga diperkirakan akan mengalami kenaikan seiring dengan naiknya permintaan kredit. Apabila dilihat secara sektoral maka peningkatan kredit tertinggi diperkirakan akan terjadi pada sektor PHR dan pertanian yang juga sebagai sektor utama perekonomian Sulawesi Utara. Grafik Prakiraan Kondisi Permintaan Kredit Pada Triwulan III 2014 Grafik Prakiraan Posisi Total Kredit Pada Triwulan III % 14% 4% 80% 82% Meningkat tajam (>10%) Meningkat (>1% s/d 10%) Sama (-1% s/d 1%) Menurun (<-1% s/d -10%) Menurun tajam (<-10%) Sumber: Survey Perbankan Bank Indonesia Prov. Sulut Meningkat tajam (>10%) Meningkat (>1% s/d 10%) Sama (-1% s/d 1%) Menurun (<-1% s/d -10%) Menurun tajam (<-10%) Sumber: Survey Perbankan Bank Indonesia Prov. Sulut Hasil survei perbankan juga menunjukkan bahwa DPK diperkirakan akan melanjutkan pertumbuhan positifnya di triwulan mendatang. Pendorong pertumbuhan positif DPK diprediksi berasal dari peningkatan jenis simpanan deposito dan tabungan. Sementara itu, tingkat suku bunga yang dalam tren meningkat diperkirakan sebagai pemicu utama kenaikan DPK perbankan. 111

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Manado 0 Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2011 Kantor Bank Indonesia Manado 0 Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 21 Kantor Bank Indonesia Manado Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II 2011 Kantor Bank Indonesia Manado 0 Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2011 Kantor Bank Indonesia Manado 0 Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci