PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA"

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE CRIPT DALAM MENINGKATKAN PRETAI BELAJAR IWA Yuli Trilarasai, Iskandar yah dan Muhammad Basri FKIP Unila Jalan Prof. Dr. oemanri Brojonegoro No. Bandar Lampung 3545 Telepon (07) 4 947, Faximile (07) yulirilarasai@yahoo.com Hp Educaion is a hink which is absoluely mus be compleed as good learning experience direcly or indirecly became he foundaion of sudens aiude changing. One of indicaor o measure sudens success is reaching Minimal Compleeness Crieria. The purpose which is going o reached in his research is o find ou wheer here is increasing sudens learning achievemen. The sample of his research is class VII A and VII B. The sample is aken by using purposive sampling echnique. Based on suden achievemen resuls of he sudy are augh using cooperaive learning model scrip higher wih an average value of 8,08. Pendidikan merupakan sesuau yang mulak harus dipenuhi sebagai pengalaman belajar yang baik secara langsung maupun idak langsung menjadi dasar dalam perubahan ingkah laku siswa. alah sau olok ukur keberhasilan siswa adalah ercapainya Krieria Keunasan Minimal. Tujuan yang ingin dicapai dalam peneliian ini adalah unuk mengeahui apakah ada pengaruh model pembelajaran Cooperaive crip dalam meningkakan presasi belajar siswa.ampel pada peneliian ini adalah kelas VIIA dan VIIB dengan pengambilan sampel menggunakan eknik purposive sampling. Berdasarkan hasil peneliian presaasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperaive crip lebih inggi dengan nilai raa-raa 8,08. Kaa kunci : cooperaive scrip, pengaruh, presasi belajar PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sesuau yang mulak harus dipenuhi sebagai pengalaman belajar yang baik secara langsung maupun idak langsung menjadi dasar dalam perubahan ingkah laku menuju kedewasaan.pendidikan merupakan suau kebuuhan seiap manusia dalam kehidupan sehari-hari. eorang anak normal yang umbuh dewasa maka secara oomais pemikirannya pun akan berkembang dan lebih bijak dalam mengambil suau kepuusan, jika dalam perumbuhan menuju kedewasaannya diimbangi dengan pendidikan yang baik. Dalam pendidikan persekolahan aau pendidikan formal, siswa secara sadar dan erencana didewasakan dalam suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara akif mengembangkan poensi dirinya unuk memiliki kekuaan spiriual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sera keerampilan yang diperlukan dirinya, masyaraka, bangsa, dan negara (Bab I Pasal Aya () UUPN No 0

2 ahun 003). Pendidikan adalah usaha sadar dan erencana unuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesera didik secara akif mengembangkan poensi dirinya unuk memiliki kekuaan spiriual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sera keerampilan yang diperlukan dirinya dan masyaraka. Dari pernyaaan di aas dapa di arik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah suau proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapa menyesuaikan diri sebaik mungkin erhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya unuk berfungsi secara adekua (baik) dalam kehidupan masyaraka. Pengajaran berugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan iu dapa ercapai sebagaimana yang diinginkan (Oemar Hamalik, 004:79). Pendidikan mempunyai peranan yang pening unuk mencipakan generasi yang bermuu dan dapa menjalankan kewajibannya dalam meningkakan kehidupan di masa depan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang isem Pendidikan Nasional Nomor 0 Tahun 003 pengerian pendidikan adalah sebagai beriku: pendidikan adalah usaha sadar dan erencana unuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesera didik secara akif mengembangkan poensi dirinya unuk memiliki kekuaan spiriual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sera keerampilan yang diperlukan dirinya, masyaraka, bangsa, dan negara. Kebuuhan akan guru yang berkualias yang semakin inggi saa ini harus disikapi secara posiif oleh para pengelola pendidikan guru. Respons posiif ini haruslah diunjukkan dengan senaniasa meningkakan muu program pendidikan yang diawarkannya. Perbaikan muu pendidikan pada jenjang pendidikan inggi ini jelas akan membawa dampak posiif bagi pencipaan guru yang berkualias kelak di kemudian hari. Pendidikan bermuu idak akan erwujud anpa adanya guru berkualias. ejalan dengan kenyaaan ersebu, upaya awal yang harus dilakukan unuk mewujudkan pendidikan bermuu adalah meningkakan kualias guru. Melalui peningkaan muu guru, guru akan mampu mengembangkan muu pembelajaran yang dilaksanakannya. Peningkaan muu pembelajaran ini akan berdampak pada peningkaan muu lulusan. Pada akhirnya kepemilikan karaker guru yang efekif akan berdampak pada peningkaan muu pendidikan. Melalui guru yang berkualias, pendidikan bermuu bukan sebuah keniscayaan.ikap dari seorang guru adalah salah sau fakor yang menenukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjunya, karena sikap seorang guru idak hanya diliha dalam waku mengajar saja, eapi juga diliha ingkah lakunya dalam kehidupan seharisehari oleh anak didiknya.menginga pada saa ini banyak sikap dari seorang guru idak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai fakor yang mesinya idak erjadi dalam dunia pendidikan.karenanya masalah sikap guru dalam mengajar perlu mendapa perhaian kia semua. eorang pendidik aau guru perlu menguasai banyak fakor yang mempengaruhi moivasi, presasi dan perilaku siswa mereka.lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan kualias komunikasi anar guru dan siswa merupakan fakor pening yang bisa memampukan aau menghamba pembelajaran yang opimal. Menuru hasil pengamaan yang dilakukan penelii erhadap guru maa pelajaran sejarah kelas VII di MP Negeri I Terusan Nunyai dan siswa, menunjukkan bahwa presasisiswa dalam belajar pada maa pelajaran sejarah sanga kurang. Asumsi dasar yang menyebabkan presasi erhadap maa pelajaran sejarah siswa sanga kurang adalah pemilihan meode pembelajaran dan kurangnya peran sera (keakifan) siswa dalam KBM. Meode mengajar guru masih erpaku pada sau aau dua jenis meode saja. Proses belajar mengajar sejarah masih erfokus pada guru dan kurang erfokus pada siswa. Hal ini mengakibakan kegiaan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Meode pembelajaran

3 yang digunakan lebih didominasi oleh siswasiswa erenu saja yang memang menaruh mina yang lebih pada maa pelajaran sejarah. Peran sera siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam kegiaan pembelajaran. iswa yang menaruh mina yang lebih cenderung lebih akif dalam KBM sedangkan siswa yang kurang bermina cenderung lebih pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengeahuan yang daang padanya. Berdasarkan perimbangan di aas, maka perlu dikembangkan suau meode pembelajaran yang mampu meningkakan presasi siswa dan melibakan peran sera siswa secara menyeluruh sehingga kegiaan belajar mengajar idak hanya didominasi oleh siswa-siswa erenu saja. Melalui pemilihan meode pembelajaran ersebu diharapkan sumber informasi yang dierima siswa idak hanya dari guru melainkan juga dapa meningkakan peran sera dan keakifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada eruama maa pelajaran sejarah. alah sau upaya yang dianggap mampu unuk melaksanakan kegiaan pembelajaran dengan baik, sehingga dapa membanu meningkakan moivasi berpresasi dan hasil belajar siswa sejarah adalah dengan model pembelajaran Cooperaive crip. Meode Cooperaive crip menuru Deparemen Nasional yaiu dimana siswa bekerja berpasangan dan berganian secara lisan mengikhisarkan bagian-bagian maeri yang dipelajari.pembelajaran cooperaive scrip merupakan salah sau benuk aau model pembelajaran kooperaif.model pembelajaran cooperaive scrip dalam perkembangannya mengalami banyak adapasi sehingga melahirkan beberapa pengerian dan benuk yang sediki berbeda anara yang sau dengan yang lainnya. Model pembelajaran cooperaive scrip ini memiliki konsep dari he acleraedlearning, acive learning, dancooperaive learning. Maka prinsipprinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip yang ada pada model pembelajaran cooperaive learning, prinsipprinsipnya yaiu :. iswa harus memiliki persepsi bahwa mereka enggelam dan berenang bersama.. iswa memiliki anggung jawab erhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping anggung jawab erhadap diri sendiri dalam mempelajari maeri yang dihadapi. 3. iswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki ujuan yang sama. 4. iswa harus berbagi ugas dan berbagi anggung jawab, sama besarnya dianara para anggoa kelompok. 5. iswa akan diberi suau evaluasi aau penghargaan yang akan iku berpengaruh erhadap evaluasi seluruh anggoa kelompok. 6. iswa berbagi kepemimpinan, semenara mereka memperoleh kerampilan bekerja sama selama belajar. 7. iswa akan dimina memperanggung jawabkan secara individual maeri yang dipelajari dalam kelompok kooperaif (yusi-arini.blogspo.com/03/08/model pembelajaran Cooperaive crip). Langkah-langkah unuk menerapkan model pembelajaran cooperive scrip adalah sebagai beriku:. Guru membagi siswa unuk berpasangan.. Guru membagikan wacana/maeri iap siswa unuk dibaca dan membua ringkasan. 3. Guru dan siswa meneapkan siapa yang perama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, semenara pendengar: a. Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap. b. Membanu menginga/menghafal ide/ide pokok dengan menghubungkan maeri sebelumnya aau dengan maeri lainnya. 5. Berukar peran, semula berperan sebagai pembicara diukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperi kegiaan ersebu kembali.. 6. Merumuskan kesimpulan bersama-sama siswa dan guru.

4 7. Penuup Model pembelajaran Cooperaive cripbaik digunakan dalam pembelajaran unuk menumbuhkan ide-ide aau gagasan baru (dalam pemecahan suau permasalahan), daya berfikir kriis sera mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Model pembelajaran ini mengajarkan siswa unuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri unuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. iswa dilaih unuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide emannya, sehingga dapa membanu siswa belajar menghormai siswa yang pinar dan siwa yang kurang pinar dan menerima perbedaan yang ada. Model pembelajaran Cooperaive crip merupakan suau sraegi yang efekif bagi siswa unuk mencapai hasil akademik dan sosial ermasuk meningkakan presasi, percaya diri dan hubungan inerpersonal posiif anara sau siswa dengan siswa yang lain. Model pembelajaran Cooperaive crip banyak menyediakan kesempaan kepada siswa unuk membandingkan jawabannya dan menilai keepaan jawaban, sehingga dapa mendorong siswa yang kurang pinar unuk eap berbua (meningkakan kemampuan berpikir kreaifsiswa). Model pembelajaran ini memudahkan siswa melakukan ineraksi sosial, sehingga mengembangkan keerampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain. Penerapan model ini dengan cara siswa bekerja berpasangan dan berganian secara lisan mengikhisarkan bagian dari maeri yang dipelajari. Berdasarkan laar belakang masalah, maka rumusan masalah pada peneliian ini adalah sebagai beriku:). Apakah ada pengaruh model pembelajaran Cooperaive crip dalam meningkakan presasi belajar siswa? ). ejauhmana pengaruh model pembelajaran Cooperaive crip dalam meningkakan presasi belajar siswa? Rumusan masalah di aas elah dijawab dengan melakukan peneliian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Cooperaive crip Dalam Meningkakan Presasi Belajar iswa Pada Maa Pelajaran IP iswa Kelas VII di MP Negeri I Terusan Nunyai Kebupaen Lampung Tengah Tahun Ajaran 03/04. METODE PENELITIAN Meode peneliian ini menggunakan meode peneliian eksperimen.meode eksperimenmerupakan meode yang berujuan unuk menjelaskan sebab- akiba anara sau variabel dengan variabel lainnya. Meode eksperimen adalah meode peneliian yang digunakan unuk mencari pengaruh perlakuan erenu erhadap yang lain dalam kondisi yang erkendalikan (ugiyono, 0), eapi meode eksperimen idak hanya digunakan unuk menjelaskan sebab-akiba anara sau dan lain variabel, eapi juga unuk menjelaskan dan memprediksi gerak aau arah kecenderungan sau variabel di masa depan. Dalam peneliian ini, penelii menggunakan meode eksperimen quasi.meode eksperimen quasi adalah meode yang hanya sau yang diberi perlakuan yaiu kelompok eksperimen saja. Tujuannya yaiu unuk mengeahui dan menyelidiki ada idaknya pengaruh dan hubungan sebab akiba suau model pembelajaran yang dilakukan oleh penelii dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan erenu pada beberapa kelompok eksperimen yang elah dienukan. Populasi adalah seluruh masyaraka yang menjadi sasaran dalam peneliian.populasi merupakan semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel (Mardalis, 008:53).Populasi dalam peneliian ini adalah seluruh siswa kelas VII MP Negeri Terusan Nunyai Tahun Pelajaran ampel adalah bagian dari jumlah dan karakerisik yang dimiliki oleh populasi (ugiyono, 0:8). Dikarenakan populasi dalam peneliian ini masih sanga luas, dan penelii memiliki keerbaasan waku, enaga, maupun biaya, maka penelii menggunakan sampel dalam peneliian ini yang diambil dari populasi.maka, dalam peneliian ini menggunakan eknik sampling purposive. Teknik ini merupakan eknik penenuan

5 sampel dengan perimbangan erenu (ugiyono, 0). Cara pengambilan sampel yang memilih sub grup dari populasi sedemikian rupa sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifa-sifa yang sesuai dengan populasi. Jadi dalam hal ini kia erlebih dahulu mengeahui sifa-sifa populasi ersebu, dan sampel yang akan diarik diusahakan mempunyai sifa-sifa seperi populasi ersebu. Hal ini berari bahwa purposive sampling idak akan dilakukan dari populasi yang belum kia kenal sifa-sifanya, aau yang harus dikenal erlebih dahulu. uharsimi Arikuno, menjelaskan enang purposive sampling sebagai beriku:purposive sampling (sampling berujuan) dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan aas sraa, random aau daerah, eapi didasarkan aas adanya ujuan erenu. yara-syara yang harus dipenuhi yaiu sebagai beriku:. Pengambilan sampel harus didasarkan ciri-ciri, sifa-sifa aau karakerisik erenu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.. ubjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang erdapa pada populasi. 3. Penenuan karakerisik populasi dilakukan dengan cerma di dalam sudi pendahuluan (uharsimi Arikuno, 987: 0). Berdasarkan pendapa di aas dapa disimpulkan, purposive sampling adalah meode pemilihan sampel dengan cara memilih sub grup dari populasi sehingga sampel yang dipilih memiliki sifa-sifa yang sesuai dengan populasi. ampel pada peneliian ini dienukan berdasarkan perimbangan dari guru pengajar pelajaran sejarah yang mengeahui ingka kemampuan siswa dalam menerima pelajaran raa-raa sama. ampel pada peneliian ini adalah kelas VII A dan VII B. Kelas VII A merupakan sampel unuk kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperaive crip, karena model pembelajaran ini baik digunakan dalam pembelajaran unuk menumbuhkan ide-ide aau gagasan baru (dalam pemecahan suau permasalahan), daya berfikir kriis sera mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Model pembelajaran ini mengajarkan siswa unuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri unuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Kelas VII B merupakan sampel unuk kelas konrol yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair And hare, karena Think Pair And hare ini dapa meningkakan parisipasi siswa dan meningkakan banyaknya informasi yamg diinga siswa dan dengan Think Pair And hare siswa belajar dari sau sama lain dan berupaya berukar ide dalam koneks yang idak mendebarkan hai sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningka dan semua siswa mempunyai kesempaan berparisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban aas peranyaan guru, idak seperi biasanya hanya siswa siswa erenu saja yang menjawab. Menuru umadi uryabraa dalam bukunya Meodologi Peneliian, yang dimaksud dengan variabel adalah segala sesuau yang akan menjadi obyek pengamaan peneliian aau fakor-fakor yang berperan dalam perisiwa aau gejala yang dielii (umadi uryabraa, 000 : 7). Variabel bebas dalam peneliian ini adalah model Cooperaive crip, sedangkan variabel erikanya adalah presasi belajar. Teknik pengumpulan daa pada peneliian ini adalah dengan observasi dan es. Pengumpulan daa dengan observasi digunakan bila, peneliian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamai idak erlalu besar (ugiyono, 00:03). Observasi langsung dilakukan erhadap objek di empa erjadinya aau berlangsungnya perisiwa, sehingga observer berada bersama objek yang di selidiki (Hadari Nawawi, 987:00). Penggunaan eknik observasi dalam peneliian ini adalah unuk memperoleh daa presasi siswa secara langsung erhadap objek yang akan di elii.

6 Tes sebagai insrumen pengumpul daa adalah serangkaian peranyaan yang digunakan unuk mengukur keerampilan pengeahuan, inelegensi, kemampuan aau baka yang dimiliki oleh individu aau kelompok (Riduwan, 003: 57). Peneliian ini menggunakan es hasil belajar yang akan diempakan sebagai variabel erika yang mengukur presasi siswa sebagai hasil dari proses belajar. Tes yang diberikan adalah berupa soal erulis berbenuk objekif dengan memenuhi syara validias dan reliabilias. Validias adalah suau ukuran yang menunjukan ingka kevalidan aau kesahihan suau insrumen, jadi ala ukur dikaakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur secara epa sehingga sesuai krieria ujuan belajar (Arikuno, 00:44). Validias juga merupakan ala penilaian yang harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur (Oemar Hamalik, 005:57). Insrumen yang valid berari ala ukur yang digunakan unuk mendapakan daa (mengukur) iu valid.peneliian ini menggunakan pengujian validias konsra (Consruc Validiy). Reliabilias adalah keeapan suau es dapa dieskan pada objek yang sama unuk mengeahui keeapan ini pada dasarnya meliha kesejajaran hasil (uharsimi Arikuno, 0:86). uau insrumen dikaakan reliabel jika insrumen ersebu dapa digunakan unuk mengukur objek yang sama dan menghasilkan daa yang sama (ugiyono, 008:67 ). Dalam peneliian ini analisis daa dilakukan seelah daa erkumpul yaiu dengan mengidenifikasikan daa, menyelesaikan dan selanjunya dilakukan klasifikasi daa kemudian menyusun daa. Dalam menganalisis daa maka harus menggunakan uji normalias. Uji normalias daa ini perlu dilakukan unuk mengeahui apakah daa yang akan dianalisis normal aau idak, kaena uji baru dapa digunakan apabila daa ersebu erdisribusi normal. elanjunya dilakukan dengan uji homogenias. Uji homogenias daa dilakukan unuk membukikan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang sama. Langkah selanjunya yaiu eknik pengujian hipoesis yang merupakan suau cara unuk menenukan apakah hipoesis yang elah dirumuskan dapa dierima aau idak. Teknik pengujian hipoesis ini menggunakan saisik. HAIL DAN PEMBAHAAN Peneliian eksperimen ini mulai dilaksanakan pada anggal 8 Okober 03 di MP Negeri Terusan Nunyai. Proses pembelajaran berlangsung selama 4 kali aap muka dengan alokasi waku - jam pelajaran yang seiap jam pelajaran erdiri aas 45 meni. Dalam peneliian eksperimen ini yang dipilih sebagai sampel adalah kelas VIIA dan VIIB.Hal ini didasarkan bahwa presasi belajar siswa masih kurang memuaskan yang salah saunya disebabkan oleh fakor kurangnya moivasi belajar. Pelaksanaan pembelajaran pada peneliian di MP Negeri I Terusan Nunyai ini menggunakan dua kelas sebagai sampel, seiap kelas dibagi menjadi kelompok siswa yaiu eman sebangku. Peneliian ini menggunakan dua model pembelajaran yaiu model Cooperaive crip dan Think Pair and hare. Deskripsi Daa Tes Kelas Cooperaive crip (Eksperimen) Tes diberikan pada peremuan erakhir aau peremuan ke-4. Tes diberikan unuk meliha hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperaive crip. oal es yang diberikan dalam benuk pilihan ganda sebanyak 5 soal. oal erlampir pada lampiran. Daa es diperoleh dari hasil belajar kedua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok konrol. Daa yang diperoleh dalam peneliian ini adalah nilai hasil es belajar siswa. Beriku ini disajikan hasil belajar pada kelas eksperimen yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Cooperaive crip yang raaraa nilai dari seluruh siswa kelas VIIA adalah sebesar 8,08. Daa es diperoleh dari hasil belajar kedua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok konrol.

7 Tabel 5. Hasil Belajar Kelas Eksperimen No Nama iswa Nilai Agus Dwi Purnomo 87 Ahmad Arif W Alpian Pura P Ardi Arifin 86 5 Adinda Lusiana D Andrea Puspa A Anisa Caur M Arika 85 9 Ayu Laifah 75 0 Ayu Maysahara 80 Caraka Wijaya 8 Dian apura 9 3 Dimas eiawan 88 4 Deni Andrayani 97 5 Eka Prihain 89 6 Elia Uari 88 7 Ifnu Danu IkaHidayaurohmah 63 9 Khamim Firiano 83 0 Lufi Huama W. 84 Linda inia 83 Muhammad Dika 89 3 Muhammad M Ningrum Nova Rahmawai O Rama Abdul R Reno Ayu Kinani 65 8 uci Indah Ayu N yifa Laifah Tani Indah Lesari 65 3 Tina Wahyuningsih 85 3 Tri Wulan Dian P Vina Nur Aini 34 Wahyu anoso Yusinar Innayah Zaerofi 93

8 Tabel 6. Disribusi Nilai Hasil Belajar Kelas VII A Inerval Nilai Kaegori Nilai hasil belajar Jumlah Persenase anga Baik 5 69,44% Baik 6 6,67% Cukup 5 3,89% Kurang anga Kurang - - Dari abel diaas dapa diliha bahwa hasil belajar siswa sudah sanga baik, hal ini erliha siswa yang mendapakan nilai sanga baik yaiu 5 siswa dengan persenase 69,44%, yang mendapakan nilai baik sebanyak 6 orang dengan persenase 6,67%, yang mendapakan nilai cukup 5 orang dengan presenase 3,89% dan idak ada siswa yang mendapakan nilai dibawah 60 dengan kaegori kurang dan sanga kurang. Daa Hasil Belajar Kelas Think Pair and hare (Konrol) Daa yang diperoleh dalam peneliian ini adalah nilai hasil es belajar siswa. Beriku ini disajikan hasil belajar pada kelas konrol dengan mengajar menggunakan model pembelajaran Think Pair And hare yang raa-raa nilai dari seluruh siswa kelas VIIB adalah sebesar 7,08. Pengujian Normalias Daa Uji normalias daa dibuuhkan karena berkaian dengan eknik saisik yang akandigunakan unuk menguji hipoesis yang elah dirumuskan. Normalias Daa Kelas Eksperimen. Renang = daa erbesar - daa erkecil = = 40. Banyak kelas inerval = + 3,3 log n = + 3,3 log 36 = + 3,3 (,56 ) = 6,4 maka banyak kelas inerval adalah 6 3. panjang kelas = = = 6,67 = 7 maka panjang kelas inerval adalah 7 Normalias Daa Kelas Eksperimen. Renang = daa erbesar - daa erkecil = = 40. Banyak kelas inerval = + 3,3 log n = + 3,3 log 36 = + 3,3 (,56 ) = 6,4 maka banyak kelas inerval adalah 6 3. panjang kelas = = ren an g banyakkelas 40 6 ren an g banyakkelas 40 6 = 6,67 = 7 maka panjang kelas inerval adalah 7 Dalam kelas eksperimen nilai erbesar adalah 00 dan nilai erkecil 60. ehingga didapa banyak kelas inerval adalah Raa-raa ( X ) = f X Ḟ

9 958 = 36 = 8,67 5. modus b M o b p b b 5 79,5 5 3 M 79,5 + 6,875 M o O M 86,37 O 6. Varian n. f x nn ,4 Maka = 99, 4 = 9,97 7. kemiringan x M o K s 8,67 86,37 K 9,97 4,08 K = = - 0,4 9,97 Daa normal jika K erleak anara - sampai + (-<-0,4<) jadi daa ergolong normal. Normalias Daa Kelas Konrol. renang = = 40. banyak kelas inerval = + 3,3 log n = + 3,3 log 36 = + 3,3 (,56 ) = + 5,4 = 6,4 = 6 f. x 3. panjang inerval = ren an g banyakkelas 40 = 6,67 = 6 = 7 Uji Homogenias Uji homogenias dilakukan unuk meliha apakah daa yang didapa homogen aau idak homogen. F 9,97 F =,0 9,77 Inerpreasi pada uji F Dk pembilang = N = 36 = 35 Dk penyebu = N = 36 = 35 Taraf signifikansi 5 % (35, 35) =,30 F hiung lebih kecil pada araf signifikansi 5 % Kesimpulan : bahwa es unuk kelas konrol dan eksperimen adalah homogen. Uji Hipoesis Karena daa es erdisribusi normal dan homogen, maka dilakukan pengujian hipoesis dengan menggunakan uji-. Daa hasil belajar N N N N 36 99, , , , ,7 3343,9 683,6 97,48 97,48 = 9,87 X X N N 8,6 67,7 9,

10 4,99 9,8,4 4,99 6,433,33 Inerpesasi erhadap uji- Dk = (N + N ) = ( ) = elanjunya penelii membandingkan nilai abel pada deraja kebebasan Dk = (N + N ) =. karena harga pada perhiungan dk idak erdapa pada abel disribusi, maka dihiung dengan menggunakan inerpolasi : 0 0 0,95.0 0,95.0 X 0,95. Dari perhiungan didapa :, 66 0,95.0 0,95.,64 Unuk X merupakan pemisah pada harga ,0083 0,04,66 X 0,0083,66,64 0,0059,66 x 0,0083 0,0,66 X 0,8 0,0 0,04, 66 X X,66 0,04 =, 674 Kesimpulan : bahwa hipoesis nol diolak. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran Cooperaive crip dapa meningkakan presasi belajar siswa dengan hasil hiung 6,433 dan abel,67. elanjunya daa Hasil Belajar: N N N N 36 99, , , , ,7 3343,9 683,6 97,48 97,48 = 9,87 X X N N 8,6 67,7 9, ,99 9,87 0,4 4,99 6,433,33 Inerpesasi erhadap uji- Dk = (N + N ) = ( ) = elanjunya penelii membandingkan nilai abel pada deraja kebebasan Dk = (N + N ) =. karena harga pada pehiungan dk idak erdapa pada abel disribusi, maka dihiung dengan menggunakan inerpolasi : 0 0 0,95.0 0,95.0 X 0,95.

11 Dari perhiungan didapa : 0, 66,95.0 Unuk X merupakan pemisah pada harga ,0083 0,04,66 X 0,0083,66,64 0,0059,66 x 0,0083 0,0,66 X 0,8 0,0 0,04, 66 X X,66 0,04 =, 674 Kesimpulan : bahwa hipoesis nol diolak Ini menunjukkan bahwa ingka signifikansi pengaruh model pembelajaran Cooperaive crip dalam meningkakan presasi belajar siswa adalah inggi dengan hasil hiung 9,87 dan abel,66. Pembahasan Peneliian ini dilakukan di MP Negeri I Terusan Nunyai pada kelas VII ahun ajaran 03/04 dengan menggunakan meode eksperimen dengan model Cooperaive crip. Dalam peneliian ini diliha perbedaan presasi belajar siswa dan pengaruh penggunaan meode eksperimen dengan model Cooperaive crip erhadap presasi belajar. Model Cooperaive crip dalam suau pembelajaran memberikan peluang kepada siswa unuk memecahkan permasalahan yang menjadi opik pembelajaran bersama eman sebangkunya, yakni dengan cara melakukan diskusi. Pada peneliian ini penelii menggunakan es obyekif sebagai eknik pengumpulan daa yang paling uama, yang dilakukan pada peremuan erakhir aau pada peremuan ke-4. oal-soal yang digunakan sebagai es berjumlah 5 soal. Berdasarkan peneliian yang elah dilakukan penelii didapa raa-raa nilai unuk kelas eksperimen adalah 8,08. Nilai ini didapa dari hasil es obyekif yang dilakukan dengan membua peranyaan sebanyak 5 soal unuk kelas VII A dengan jumlah siswa 36. Nilai eringgi adalah 00 dan nilai erendah 60 dengan Krieria Keunasan Mengajar 65. edangkan unuk kelas konrol mendapa nilai raa-raa 7,08. Nilai ini didapa dari hasil es obyekif yang dilakukan dengan membua peranyaan sebanyak 5 soal unuk kelas VII B dengan jumlah siswa 36. Nilai eringgi adalah 90 dan nilai erendah 50 dengan Krieria Keunasan Mengajar 65. Kelebihan dari model pembelajaran cooperaive scripdianaranya yaiu melaih pendengaran, keeliian/kecermaan, eiap siswa mendapakan peran sera melaih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Daa dari hasil es yang diujikan kepada siswa daa normal dan homogen karena elah diujikan normalias daa dan homogenias daa. ehingga dapa melakukan uji hipoesis unuk daa ersebu. Berdasarkan hasil uji hipoesis di aas, diperoleh hiung 6,433 dan abel,67. Dari hasil perhiung iu maka hipoesis yang dierima adalah Ha yaiu ada pengaruh yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperaive crip erhadap presasi belajar siswa dan model pembelajaran Cooperaive crip berpengaruh inggi dalam meningkakan presasi belajar siswa. Berdasarkan hasil peneliian ini dapa dinyaakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Cooperaive crip pada proses belajar sejarah berpengaruh erhadap presasi belajar siswa. Melalui kelompok kecil siswa saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar unuk mencapai ujuan belajar yang baik. Dengan model Cooperaive crip pada kelas eksperimen siswa lebih akif dalam proses kegiaan belajar mengajar sehingga membua hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan model Cooperaive crip berpengaruh inggi dalam meningkakan presasi belajar siswa. KEIMPULAN Berdasarkan hasil peneliian dan pembahasan dapa disimpulkan sebagai beriku: Model pembelajaran Cooperaive crip berpengaruh signifikan erhadap presasi belajar siswa pada maa pelajaran IP siswa kelas VII di MP Negeri I Terusan Nunyai Lampung Tengah karena berdasarkan uji hipoesis diperoleh hiung 6,433 dan abel,67 dengan araf signifikansinya adalah 0,05. ehingga dinyaakan hiung 6,433 > 0,05 dan abel,67 > 0,05.Tingka signifikansi model

12 pembelajaran Cooperaive crip dalam meningkakan presasi belajar siswa adalah inggi pada maa pelajaran IP siswa kelas VII di MP Negeri I Terusan Nunyai Lampung Tengah karena berdasarkan uji hipoesis diperoleh hiung 6,433 dan abel,67 dengan ingka signifikansinya adalah 0,05 sehingga dinyaakan 9,87 > 0,05 dan abel,66 > 0,05. Hal ini juga erliha dengan perolehan nilai raa-raa hasil es unuk kelas eksperimen 8,08 dan unuk kelas konrol 7,08. DAFTAR PUTAKA Arikuno, uharsimi Prosedur Peneliian uau Pendekaan Prakis. Jakara:Bina Angkasa. Arikuno, uharsimi. 00. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi VIII. Jakara: Grafindo. Arikuno, uharsimi.0.dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakara:PT.Bumi Aksara. Mardalis.008. Meode Peneliian uau Pendekaan Proposal. Jakara: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari Meode Peneliian Bidang osial. Jakara: Gajahmada Universiy Press. Oemar Hamalik Proses Belajar Mengajar. Jakara: Bumi Aksara. Oemar Hamalik.005.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakara:PT.Bumi Aksara. Riduwan, N Dasar-Dasar Peneliian. Bandung: Alfabea. ugiyono aisik unuk Peneliian.Bandung : Alfabea ugiyono. 00. Meode Peneliian Pendidikan. Bandung: Alfabea. ugiyono.0.meode PeneliianPendidikan.Pendekaan Kuaniaif, Kualiaif, dan R&D. Bandung:Alfabea. uryabraa, umadi Meodologi Pendidikan. Jakara: PT. Rajawali Press. Yusi-arini.blogspo.com/03/08/model pembelajaran Coperaive crip.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh: Arikel Skripsi TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Unuk Memenuhi Sebagian Syara Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA Erlangga Andalas Saki, Maskun, Suparman Arif. FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Soemanri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON Oleh: Nurul Hidayai Mahasiswa S1 Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Indah Nursuprianah, Darsono

Indah Nursuprianah, Darsono Perbedaan Kemampuan Komunikasi Maemaika Siswa Yang Menggunakan Pendekaan Pembelajaran Realisic Mahemaic Educaion (RME) Dan Pendekaan Konvensional Indah Nursuprianah, Darsono Program Sudi Pendidikan Maemaika,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 7-11

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 7-11 PERBEDAAN PENERAPAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA KOMPETENSI MEMBUAT POLA CELANA PANJANG (SLACK) DI SMK NEGERI 3 KEDIRI Aufa Rohmaul Laili Mahasiswi Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP Halima Rosida 1, Widha Sunarno 2, Supurwoko 3 Program Sudi Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UNS Surakara, 57126, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA JPPM Vol. 9 No. 2 (2016) PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA Rika Mulyai Musika Sari Program Sudi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIN Meode adalah suau prosedur aau cara unuk mengeahui sesuau yang mempunyai langkah-langkah sisemais. 1 Meode peneliian adalah semua asas, perauran, dan eknik-eknik yang perlu diperhaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newon pada Siswa X SMA Negeri 4 Palu Nursia, Darsikin, dan Syamsu Shiajung@yahoo.co.id Pend. Fisika, FKIP, Universias

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM BERBANTUAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM BERBANTUAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V Ni Nyoman Niha Samadhi, Puu Nanci Riasini. (17). Pengaruh Pembelajaran Quanum Berbanuan Permainan Dalam Pembelajaran Terhadap Keakifan Dan Hasil Belajar Kogniif IPA Siswa Kelas V. Inernaional Journal of

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Jl. Tamansari No.1 Bandung

Jl. Tamansari No.1 Bandung Prosiding Hubungan Masyaraka ISSN: 2460-6510 Hubungan anara Komunikasi Insruksional Pembimbing dengan Moivasi Kerja Pesera Prakek Kerja Lapangan Relaion beween Insrucor Insrucional Communicaion wih Work

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN Oong Karyono Teknik Indusri, Fakulas Teknik Universias Majalengka Email : oong_karyono@rockemail.com ABSTRAK Rumah saki umum daerah (RSUD) Kabupaen

Lebih terperinci

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan*** PELATIHAN MENITI PAPAN JARAK 4 METER 5 REPETISI 2 SET DAN 2 REPETISI 5 SET TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MENGWI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kadek Bayu Wibawa*, I Keu Sumera**,

Lebih terperinci

Unnes Science Education Journal

Unnes Science Education Journal USEJ 3 (1) (014) Unnes Science Educaion Journal hp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN LKS BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sauan Pendidikan : SMA Kelas/Semeser Maa Pelajaran Topik Waku : X / Ganjil : Fisika (Wajib/Mina*) : Gerak Jauh Bebas : 4 45 meni A. Kompeensi Ini KI 1: Menghayai dan mengamalkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Eviani Damastuti-Penerapan Strategi KWL untuk..

Eviani Damastuti-Penerapan Strategi KWL untuk.. PENERAPAN STRATEGI KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF SISWA BERKESULITAN BELAJAR KELAS III SDN MANAHAN SURAKARTA Eviani Damasui dan Sugini *) sugini@fkip.uns.ac.id

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK

ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK Oleh : Bambang Sarjono Saf Pengajar Jurusan Teknik Elekro Polieknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudaro SH. Tembalang. Semarang 50275 Absrak Analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI ANTARA HASIL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN KqONVENSIONAL PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK DI SMK NEGERI 2 SURABAYA

STUDI KOMPARASI ANTARA HASIL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN KqONVENSIONAL PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK DI SMK NEGERI 2 SURABAYA Sudi Komparasi Anara Hasil Pembelajaran Koneksual Dengan Konvensional STUDI KOMPARASI ANTARA HASIL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN KqONVENSIONAL PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK DI SMK NEGERI SURABAYA INDRAYANA

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK Kompeensi Dasar paramerik. Mahasiswa memahami enang beberapa eknik analisis saisik non Indikaor Pencapaian Mahasiswa dapa: a. Menjelaskan, menghiung dan menerapkan

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen merupakan metode yang bertujuan untuk menjelaskan sebab- akibat

III. METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen merupakan metode yang bertujuan untuk menjelaskan sebab- akibat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode yang bertujuan untuk menjelaskan sebab- akibat antara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci