Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu"

Transkripsi

1 Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newon pada Siswa X SMA Negeri 4 Palu Nursia, Darsikin, dan Syamsu Shiajung@yahoo.co.id Pend. Fisika, FKIP, Universias Tadulako Jl. Soekarno Haa KM. 9 Palu Peneliian ini berujuan unuk mengeahui ada idaknya pengaruh model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan pemecahan masalah hukum newon yang diliha dari hasil ujian di kelas eksperimen dan kelas konrol. Peneliian ini menggunakan eksperimen kuasi dengan desain peneliian non equivalen pre-pos design. Populasi peneliian adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 4 palu. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. X MIA II sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA I sebagai kelas konrol. Insrumen digunakan berupa es esai. Analisis daa menggunakan uji signifikansi ( dua pihak pada araf nyaa,5 dan dk= 6 dengan uji prasyara normalias dan homogenias. Hasil uji saisik diperoleh hiung = 3,38 dan abel = 2, dengan krieria erima H o jika -2,< < 2, dan olak H dalam hal lainnya. Nilai hiung berada diluar penerimaan H o sehingga H dierima, sehingga dapa disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan pemecahan masalah hukum newon pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Palu. Kaa Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Pemecahan Masalah, Hukum Newon I. PENDAHULUAN Fisika merupakan salah sau displin ilmu yang sanga berkembang pesa, baik dari segi maeri maupun kegunaannya. Sebagai bagian dari Ilmu Pengeahuan Alam, fisika banyak membahas sepuar gejala dan perilaku alam yang dapa diamai oleh manusia, sera pengaplikasiannya dalam kehidupan. Melalui fisika, siswa diajak unuk mampu memahami berbagai gejala dan permasalahan, berpikir, menganalisa sera mampu memecahkan masalah. Memecahkan masalah adalah salah sau bagian pening dalam proses pembelajaran. Pemecahan masalah (problem solving adalah upaya siswa unuk menemukan jawaban masalah yang dihadapi berdasarkan pengeahuan, pemahaman, dan keerampilan yang elah dimiliki sebelumnya []. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan individu dalam menggunakan proses berpikirnya unuk memecahkan permasalahan melalui pengumpulan fakafaka, analisis informasi, menyusun berbagai alernaif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efekif [2]. Kemampuan dalam memecahkan masalah dapa diperkua melalui laihan yang sering dilakukan dalam kelas, dengan pemberian masalah-masalah oleh guru kepada siswa, yang dapa mengajak siswa unuk mampu menganalisa dan berpikir. unuk iu pemilihan model pembelajaran yang efekif diperlukan dalam hal ini, guna memfasiliasi siswa menjadi pembelajar mandiri dan diharapkan dapa membanu siswa memecahkan masalah. Kenyaaannya pembelajaran fisika di kelas masih menghadapi berbagai masalah. Salah saunya adalah siswa kurang bermina pada pelajaran fisika karena dianggap suli. Pelajaran fisika yang berisi konsep, aplikasi dan perhiungan sera analisis membua siswa merasa pelajaran ini idak mudah dipahami. Hal inilah yang memicu siswa unuk cenderung malas dan kurang bermina baik dalam menerima pelajaran maupun mengerjakan ugas. Dan enu saja akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 4 Palu dan wawancara dengan guru fisika, dikeahui bahwa kebanyakan siswa menganggap pelajaran fisika adalah pelajaran yang suli, siswa cenderung malas beranya dan menyelesaikan suau masalah dengan meniru penyelesaian masalah yang diperagakan guru keika membahas soal-soal. Hal ini juga dapa diliha melalui peneliian yang dilakukan oleh penelii sebelumnya. 8

2 Dimana dalam peneliiannya, diperoleh skor raa-raa kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen adalah,57 dan kelas konrol adalah 9,86 dengan skor ideal kemampuan pemecahan masalah adalah 4. Adanya perbedaan skor raa-raa dan skor ideal, mengindikasikan kurangnya kemampuan pemecahan masalah fisika siswa di SMA Negeri 4 Palu [3]. Berdasarkan permasalah ersebu, diperlukan adanya suau inovasi baru dalam pembelajaran yang dapa mengajak siswa unuk mampu mengembangkan kemampuan berpikir, menganalisa, dan memecahkan masalah, sera menghilangkan anggapan siswa bahwa fisika adalah pelajaran yang suli. Salah saunya adalah dengan memberikan permasalahan fisika yang era kaiannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa akan cenderung berfikir sesuai pengalaman yang mereka alami. Hal ini juga diunjang oleh peran guru dalam memberikan rangsangan pengeahuan, memancing siswa unuk berfikir dan menjadikan siswa pelajar akif. Model pembelajaran yang berorienasi kearah ersebu adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah aau masalah sebagai iik olak. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suau model pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang membuuhkan penyelidikan auenik, yakni penyelidikan yang membuuhkan penyelesaian nyaa dari permasalahan yang nyaa [4]. Pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran menunu siswa menjadi pelaku uama. Selain iu, guru hanya sebagai fasiliaor yang membanu siswa unuk dapa merekonsruksi pemikiran dan pengeahuannya, sehingga dalam pelaksanaan baik pelaksanaan belajar di dalam kelas maupun di luar kelas siswa mampu menjalankan aau menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya [5]. Pembelajaran berbasis masalah juga sejalan dengan kurikulum 23. Dimana kurikulum 23 merupakan kurikulum yang menganu pandangan dasar bahwa pengeahuan idak dapa dipindahkan begiu saja dari guru ke pesera didik. Siswa adalah subyek yang memiliki kemampuan unuk akif mencari, mengolah, mengkonsruksi, dan menggunakan pengeahuan. Hal ini menyebabkan pembelajaran harus berkenaan dengan pemberian kesempaan kepada siswa unuk 9 mengkonsruksi pengeahuan dalam proses kogniifnya. Agar benar-benar memahami dan dapa menerapkan pengeahuan, siswa perlu didorong unuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuau unuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya [6]. II. METODE PENELITIAN Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini yaiu eksperimen semu (quasi experimen, karena idak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen dapa dikonrol secara kea. Salah sau ciri dari peneliian ini adalah keidakmampuan meleakkan subjek secara random pada kelompok eksperimenal aau kelompok conrol. Desain peneliian yang digunakan adalah nonequivalen pre-pos design. Peneliian dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Palu. Pemilihan sampel digunakan eknik purposive sampling yaiu penenuan sampel dengan perimbangan erenu, sehingga diperoleh kelas X MIA II sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA I sebagai kelas konrol. Daa yang dikumpulkan berupa hasil es pemecahan masalah hukum Newon, dengan insrumen yang digunakan berupa es uraian dengan jumlah 4 buir soal. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada peneliian ini digunakan dua kelas yaiu kelas eksperimen dan kelas konrol. Dengan kelas eksperimen diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kelas konrol diajar menggunakan model pembelajaran konvensional berupa model pembelajaran inquiri. Hasil es kemampuan pemecahan masalah hukum newon berdasarkan es awal dan es akhir pada kelas ekperimen dan kelas konrol dapa diliha pada Tabel TABEL I DESKRIPSI SKOR TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH HUKUM NEWTON PADA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Pre Pos Uraian Eksperi men Konrol Eksperi men Konrol Sampel (N Skor Maksimum Skor Minimum

3 Reraa Skor,36, 2,33 8,28 8% Skor Ideal Sandar Deviasi % Keercapaia n dari skor ideal 3, 3,5 3,5 3,6 36 % 34% 67% 57% 7% 6% 5% 4% 36% 34% 67% 57% Eksperimen % 2% % Konrol ,36 Pre 2,33 8,28 Pos Skor Ideal Eksperimen Konrol Gambar : Grafik Perolehan Raa-raa Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Gambar perolehan skor raaraa siswa secara kuanias erdapa perbedaan. Pada pos perbedaan yang diunjukkan cukup signfikan dimana kelas eksperimen dengan perolehan skor eringgi yaiu 2,33 sedangkan pada kelas konrol dengan perolehan skor yaiu 8,28 dari skor ideal 32. Adapun grafik persenase skor raa-raa es awal (pre dan es akhir (pos dari kedua kelas dapa diliha pada Gambar 2. % Pre Pos Gambar 2: Grafik persenase raa-raa skor es awal dan es akhir kemampuan pemecahan masalah Berdasarkan Gambar 2, persenase skor raaraa es keercapaian kemampuan pemecahan masalah hukum newon pada es awal dan es akhir yang diukur dari skor ideal yakni skor raa-raa dibagi dengan skor ideal yang dikalikan dengan % diperoleh pada es awal (pre kelas ekperimen 36% dan kelas konrol 35%, sedangkan unuk es akhir (pos pada kelas ekperimen 67% dan kelas konrol 57%. Secara kuanias erdapa perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika anara kelas eksperimen dan kelas konrol. Uji normalias dilakukan unuk mengeahui apakah daa yang diperoleh berasal dari daa yang berdisribusi normal aau idak. Uji normalias erhadap dua kelas ersebu dilakukan dengan uji chi kuadra dengan araf signifikansi Hasil uji normalias pada pre dan pos dapa diliha pada Tabel 2 TABEL 2 : NORMALITAS DISTRIBUSI TES AWAL (PRETEST DAN TES AKHIR (POSTEST KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL. N o Ekperime n II Nilai Hiung Nilai Prees Poses ( Tabel 3,4 4,57 7,8 Kepuusan Terdisribus i normal 2 Konrol I 3,67 2,64 7,8 Terdisribus i normal 2 Berdasarkan hasil oupu pada uji normalias seperi pada Tabel 2 unuk pre pada kelas eksperimen diperoleh χ 2 hi = 3,4 sedangkan

4 kelas konrol diperoleh χ 2 hi = 3,67 kedua nilai signifikansi ini lebih keci dari χ 2 abel = 7,8. Karena χ 2 hi < χ 2 abel maka daa berdisribusi normal. Pos pada kelas eksperimen diperoleh χ 2 hi = 4,57 sedangkan kelas konrol diperoleh χ 2 hi = 2,64 kedua nilai signifikansi ini lebih kecil dari χ 2 abel = 7,8. Karena χ 2 hi < χ 2 abel maka daa berdisribusi normal. Uji homogenias varians digunakan unuk meliha daa kemampuan pemecahan masalah hukum newon bagi kelompok murid eksperimen dan kelompok konrol dari populasi dan varians yang homogen aau idak homogen. Jika F hiung < F abel maka daa berasal dari populasi yang homogen. TABEL 3 : HOMOGENITAS DUA VARIANS TES AWAL (PRETEST DAN TES AKHIR (POSTEST KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL. N o 2 Eksperi men II Konrol I Nilai Varians Pre 9, 2 9,9 6 Pos 9,9 7, 4 Varians Hiung Pre,, Pos, 3, 3 Nilai F Tabel (,88,88 Kepuu san Kedua daa homog en (prees dan pos Berdasarkan hasil oupu pada uji homogenias seperi pada Tabel 3 dengan araf signifikansi ( unuk pre diperoleh F hiung sebesar, dan F abel sebesar,88 sedangkan unuk pos diperoleh F hiung sebesar,3 dan F abel sebesar,88. Dari daa ersebu erliha bahwa F hiung baik pada pre maupun pada pos lebih kecil dari F abel, sehingga berdasarkan krieria pengambilan kepuusan dapa disimpulkan bahwa idak erdapa perbedaan varians anara kelas eksperimen dan kelas konrol (varians kelas eksperimen dan kelas konrol sama dengan kaa lain daanya bersifa homogen. Berdasarkan hasil uji normalias dan uji homogenias yang elah dilakukan, diperoleh daa yang berdisribusi normal dan homogen sehingga dapa dilakukan uji kesamaan raaraa dengan menggunakan uji signifikansi (dua pihak. Uji ini digunakan unuk memasikan apakah hipoesis yang diajukan dapa dierima aau diolak. Hasil perolehan pengujian saisik uji signifikansi daa hasil kemampuan siswa dalam pemecahan masalah hukum newon anara kelas eksperimen dan kelas konrol diunjukkan pada Tabel 4 2 TABEL 4 : UJI DUA PIHAK TES AWAL (PRETEST DAN TES AKHIR (POSTEST KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL ab N o 2 Eksper imen II Konro l I Nilai Raa- Raa Pre es, 44, 9 Pos 2, 8, 37 Pre,3 Hiung Pos es 3,3 8 el ( 2, Kepuusan Pree s H o Dier ima Pos H Dier ima Berdasarkan Tabel 4 erliha bahwa, pada es awal (pre nilai hiung sebesar,3 dan nilai abel pada araf signifikansi (α =,5 sebesar 2, hasil pengujian ini menunjukkan hiung berada pada daerah penerimaan H o, yakni hiung < abel dengan demikian H o dierima dan H diolak arinya idak erdapa perbedaan kemampuan pemecahan masalah hukum newon anara kelas ekpserimen dan kelas konrol. Unuk pengujian hipoesis berdasarkan es akhir (pos diperoleh nilai sebesar 3,38 dan nilai abel pada araf signifikansi (α =,5 sebesar 2, hasil pengujian ini menunjukkan hiung berada pada daerah penerimaan H, yakni hiung abel dengan demikian H dierima dan H diolak arinya erdapa perbedaan yang signifikan anara kemampuan pemecahan masalah hukum newon kelas eksperimen dan kelas konrol. Berdasarkan uji hipoesis diaas dapa dikeahui, bahwa kedua kelas memiliki perbedaan, dengan kelas eksperimen memiliki nilai raa-raa pos yang lebih inggi dibanding kelas konrol. Sehingga mengindikasikan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh erhadap kemampuan pemecahan masalah hukum newon. B. Pembahasan Peneliian ini berujuan unuk mengeahui ada idaknya pengaruh model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning erhadap kemampuan pemecahan masalah fisika pada maeri hukum newon. Pada peneliian ini digunakan dua sampel yaiu kelas eksperimen dan kelas konrol. Pada awal peneliian kedua kelas ini diberikan es awal aau pre. Kemudian daa pre dianalisis unuk mengeahui bahwa kedua daa ersebu berasal dari varians yang sama (homogen aau

5 memiliki kemampuan yang kurang lebih sama. Selanjunya kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kelas konrol menggunakan model pembelajaran inquiri. Tahapan pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan: ( orienasi siswa erhadap masalah, (2 mengorganisasi siswa unuk belajar, (3 membimbing penyelidikan individual dan kelompok, (4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada ahap awal penelii menyampaikan ujuan pembelajaran dan memberi peranyaan awal yang merangsang pengeahuan awal siswa. Salah sau conohnya, penelii menanyakan maeri hukum Newon I: Pernakah kalian mengendarai sebuah kendaraan, kemudian iba-iba kendaraan ersebu berheni. Apa yang erjadi pada ubuh kalian?. Secara anusias siswa menjawab peranyaan yang diberikan sesuai dengan pengalaman mereka. Sebagian siswa menjawab bahwa ubuh mereka erdorong kedepan keika kendaraan yang mereka umpangi berheni mendadak. Unuk lebih jelasnya, penelii memina dua orang siswa mendemosnrasikan langsung di depan kelas. Dua orang siswa ersebu dimina berlari kemudian dengan iba-iba berheni. Melalui demonsrasi ersebu siswa lainnya dapa meliha bagaimana ubuh eman mereka saa berheni. Kemudian penelii beranya kepada siswa, kenapa bisa demikian? Sebagian siswa ada yang bingung dan beberapa dianaranya menyaakan bahwa ini ada hubungannya dengan hukum newon. Keika dianyai lebih lanju mengenai hukum newon ersebu, siswa juga masih bingung enang hal ersebu. Penelii belum memberikan jawaban melainkan memina siswa unuk menemukan jawabannya melalui prakikum yang akan mereka lakukan menyangku hukum I Newon. Siswa kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok, iap kelompok erdiri 5 aau 6 orang siswa. Kemudian penelii memberikan lembar kerja siswa pada masing-masing kelompok. Pada ahap ini siswa didorong unuk melakukan kerjasama dengan melakukan prakikum sesuai langkah kerja pada LKS. Namun sebelum iu, siswa diarahkan unuk membaca masalah yang ersedia di LKS. Masalah yang diberikan merupakan masalah auenik yang sering mereka alami. Berdasarkan masalah ersebu, siswa diarahkan unuk melakukan prakikum sesuai peunjuk LKS. Seperi pada kegiaan prakikum hukum I Newon, siswa menggunakan media sederhana berupa kaleng 22 dan selembar keras. kaleng yang digunakan ada dua buah, yaiu kaleng kosong dan kaleng yang masih berisi minuman. Siswa melakukan perlakuan perama dengan menggunakan kaleng kosong. Sesuai peunjuk prakikum, perama-ama kaleng diarik secara perlahan kemudian diarik dengan cepa. Lalu siswa mengamai apa yang erjadi. Siswa meliha bahwa kaleng kosong ersebu erjauh keika diarik dengan cepa, berbeda jika diarik dengan pelan. Kemudian perlakukan kedua dengan menggunakan kaleng yang berisi minuman, siswa menarik kaleng berisi ersebu menggunakan keras dengan perlahan, kemudian diarik dengan cepa. Siswa meliha adanya perbedaan. Pada kaleng kedua keika diarik dengan cepa, kaleng ersebu bergerak api ak jauh seperi kaleng perama. Siswa kemudian menuliskan hasil pengamaan mereka pada LKS. Di dalam lembar LKS, siswa melakukan analisis masalah. Pada awalnya siswa menulis masalah yang dialami dalam wacana ersebu. Lalu siswa menuliskan faka-faka yang ada, barang-barang apa saja yang erliha di wacana dengan benda yang mereka miliki. kemudian siswa melakukan langkah-langkah pemecahan masalah. Pada langkah-langkah pemecahan masalah, siswa menuliskan kegiaan yang mereka lakukan dalam memecahkan masalah melalui kegiaan prakikum yang mereka lakukan. Berdasarkan hal ersebu, siswa menghubungkan masalah yang dialami dalam wacana dengan prakikum yang mereka lakukan. Siswa juga diarahkan unuk membaca buku referensi, agar proses pemecahan masalah dapa berlangsung dengan baik. Berdasarkan prakikum yang dilakukan oleh siswa, mereka mengeahui bahwa masalah yang dialami Andi dalam wacana merupakan salah sau conoh hukum I Newon enang kelembaman. Kaleng yang erjauh keika keras diarik menunjukkan bahwa kaleng ersebu cenderung memperahankan posisinya sesuai dengan hukum I Newon. Siswa meliha kelembaman yang erjadi pada dua benda dengan massa yang berbeda, melalui dua kaleng berbeda massa ini siswa menjadi ahu bahwa kelembaman benda berganung pada massanya. Semakin besar massa benda ersebu maka kelembamannya akan semakin b besar, hal ini dapa diliha pada kaleng yang masih berisi minuman cenderung eap memperahankan posisinya dengan bergerak anpa erjauh seperi kaleng yang kosong.

6 Selanjunya penelii membimbing siswa unuk menyajikan hasil kerja mereka. Siswa dapa saling berukar pendapa anara kelompok dan menyampaikan pendapa mereka secara erbuka pada eman sekelas. Kemudian penelii membanu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah. Mengevaluasi konsepkonsep yang salah dengan menjelaskan maeri secara keseluruhan. Diakhir pembelajaran siswa kemudian melaksanakan pos. Analisis daa hasil pos dilakukan dengan ujuan unuk mengeahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan pemecahan masalah pada maeri hukum newon. Selanjunya dengan menggunakan raa-raa skor pos dimana pada masingmasing kelas elah diberi perlakuan sehingga diperoleh nilai hiung = 3,38 dan nilai abel = 2,. Dengan demikian diperoleh H dierima sedangkan H diolak. Arinya ada perbedaan yang signifikan anara kemampuan pemecahan masalah hukum newon siswa yang mendapa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang mendapakan pembelajaran dengan model pembelajaran inquiri. Diperolehnya hasil ersebu karena dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, siswa dilaih dengan memberikan masalah yang berkaian sepuar kehidupan sehari-hari dan belajar sesuai pengalaman mereka. Siswa juga berperan akif dalam proses pembelajaran dan secara kreaif berusaha menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan, saling berineraksi dengan eman maupun guru, saling berukar pikiran, sehingga wawasan dan daya pikir mereka berkembang dan menyadari banyak hal aau kejadian yang dapa mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang berkaian dengan konsep fisika yang mereka pelajari. Melalui pembelajaran berbasis masalah siswa dapa erlaih belajar mandiri dan memecahkan masalah. Siswa cenderung belajar sesuai pengalaman mereka sehari-hari. Hasil ini sejalan dengan kelebihan model pembelajaran berbasis masalah yang ada pada lieraur dimana siswa dapa menginga, menerapkan dan melanjukan proses belajar secara mandiri dan siswa dapa mengimplemenasikan pengeahuan unuk memecahkan masalah. Pernyaaan ersebu juga didukung oleh hasil peneliian sebelumnya diamana kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih inggi dibanding menggunakan pembelajaran konvensional. Menurunya perbedaan ini disebabkan karena, pemberian maeri menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada permasalahan-permasalahan yang berkaian era dalam kehidupan, sehingga siswa erarik dalam mengikui pembelajaran [7]. IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis daa, maka dapa disimpulkan bahwa erdapa pengaruh model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan pemecahan masalah hukum Newon pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Palu. DAFTAR PUSTAKA [] Sanyasa, I W. 24. Model problem solving dan reasoning sebagai alernaif pembelajaran inovaif. Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi V, anggal 5-9 Okober 24, di Surabaya. Inpress. [2] Dwi. I M., Arif. M, & Seno. K. 23. Pengaruh Sraegi Problem Based Lerning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia [online] 9 ( Tersedia pada hp:// journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi. [2 Februari 24]. [3] Hariawan. 24. Pengaruh Model Pembelajaran Creaive Problem Solving Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika Pada Siswa XI SMA Negeri 4 Palu. Skripsi FKIP Universias Tadulako Palu. Unpublished. [4] Triano. 29. Mendesain Model Pembelajaran Inovaif-Progresif. Jakara : Kencana Pernada Group. [5] Resiano, Sidiq. 2. Penerapan Pendekaan Konsrukivisik Dengan Problem Based Learning Dalam Peningkaan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak di SMK NU Kedungpring Lamongan. Skripsi Pada Universias Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Unpublished. [6] Kemdikbud. 24. Ilmu Pengeahuan Alam. Pusa Kurikulun dan Perbukuan, Balibang, Kemdikbud: Jakara. [7] Nurhayai. (29. Peranan model pembelajaran berbasis masalah erhadap kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa SMA Negeri Anggeraja Kabupaen Enrekang. JSPF [online] Tersedia pada hp://digilib.unm.ac.id. [ 2 Februari 24]. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON Oleh: Nurul Hidayai Mahasiswa S1 Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh: Arikel Skripsi TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Unuk Memenuhi Sebagian Syara Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM BERBANTUAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM BERBANTUAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V Ni Nyoman Niha Samadhi, Puu Nanci Riasini. (17). Pengaruh Pembelajaran Quanum Berbanuan Permainan Dalam Pembelajaran Terhadap Keakifan Dan Hasil Belajar Kogniif IPA Siswa Kelas V. Inernaional Journal of

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Indah Nursuprianah, Darsono

Indah Nursuprianah, Darsono Perbedaan Kemampuan Komunikasi Maemaika Siswa Yang Menggunakan Pendekaan Pembelajaran Realisic Mahemaic Educaion (RME) Dan Pendekaan Konvensional Indah Nursuprianah, Darsono Program Sudi Pendidikan Maemaika,

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Unnes Science Education Journal

Unnes Science Education Journal USEJ 3 (1) (014) Unnes Science Educaion Journal hp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN LKS BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA

Lebih terperinci

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan*** PELATIHAN MENITI PAPAN JARAK 4 METER 5 REPETISI 2 SET DAN 2 REPETISI 5 SET TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MENGWI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kadek Bayu Wibawa*, I Keu Sumera**,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 7-11

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 7-11 PERBEDAAN PENERAPAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA KOMPETENSI MEMBUAT POLA CELANA PANJANG (SLACK) DI SMK NEGERI 3 KEDIRI Aufa Rohmaul Laili Mahasiswi Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA JPPM Vol. 9 No. 2 (2016) PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA Rika Mulyai Musika Sari Program Sudi Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sauan Pendidikan : SMA Kelas/Semeser Maa Pelajaran Topik Waku : X / Ganjil : Fisika (Wajib/Mina*) : Gerak Jauh Bebas : 4 45 meni A. Kompeensi Ini KI 1: Menghayai dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN Oong Karyono Teknik Indusri, Fakulas Teknik Universias Majalengka Email : oong_karyono@rockemail.com ABSTRAK Rumah saki umum daerah (RSUD) Kabupaen

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK Kompeensi Dasar paramerik. Mahasiswa memahami enang beberapa eknik analisis saisik non Indikaor Pencapaian Mahasiswa dapa: a. Menjelaskan, menghiung dan menerapkan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA Erlangga Andalas Saki, Maskun, Suparman Arif. FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Soemanri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

Lebih terperinci

PENERAPAN PERHITUNGAN FISHER-SNEDECOR UNTUK UJI F

PENERAPAN PERHITUNGAN FISHER-SNEDECOR UNTUK UJI F PENERAPAN PERHITUNGAN FISHER-SNEDECOR UNTUK UJI F Zihaul Haq 1, Bowo Nurhadiono, S.Si, M.Kom 2 1 Mahasiswa Teknik Informaika, Universias Dian Nuswanoro Semarang 2 Dosen Pembimbing Teknik Informaika, Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Jawaban Soal Latihan

Jawaban Soal Latihan an Soal Laihan 1. Terangkanlah ari grafik-grafik di bawah ini. dan ulis persamaan geraknya. an: a. Merupakan grafik kecepaan erhadap waku, kecepaan eap. Persamaan v()=v b. Merupakan grafik jarak erhadap

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN Volume, Nomor, Juni 7 ISSN 978-77 Barekeng, Juni 7 hal6-5 Vol No ANALISIS VARIANS MULTIVARIAT PADA EKSPERIMEN DENGAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Variance Mulivaria Analysis for Experimen wih Complee Random

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK

ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK Oleh : Bambang Sarjono Saf Pengajar Jurusan Teknik Elekro Polieknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudaro SH. Tembalang. Semarang 50275 Absrak Analisis

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci