Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Prin) A-1 Kajian Poensi Kerugian Akiba Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sisem Jawa Bali Luqman Nur Imansyah, Rony Seo Wibowo, dan Soedibyo Jurusan Teknik Elekro, Fakulas Teknologi Indusri, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Absrak Dalam pengoperasian sisem enaga lisrik perlu dilakukan peminimalan biaya operasi aau fuel cos. Tujuannya agar daya beban eap erpenuhi, sedangkan biaya operasi dapa diekan. Fakor yang menjadi perimbangan dalam meminimalkan biaya operasi adalah harga bahan bakar. Selama ini pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam pengoperasian pembangki lisrik menimbulkan kerugian dari sisi biaya operasi. Hal ersebu dikarenakan poensi gas alam yang dalam penggunaannya lebih efisien dan murah oleh pemerinah Indonesia lebih dikhususkan unuk kebuuhan ekspor. Maka, kajian didalam ugas akhir ini ialah mengenai seberapa besar dampak kerugian penggunaan BBM pada pembangki lisrik. Alasan PLTG dan PLTGU dipilih yaiu karena pembangki ini memiliki efisiensi hermal yang inggi, sehingga dapa menggunakan bahan bakar dari berbagai jenis minyak. Dynamic Opimal Power Flow (DOPF) dipakai unuk menghiung biaya operasi dengan menggunakan meode Quadraic Programming. DOPF dilakukan dengan menggunakan program Mapower dan sofware malab. Sisem yang digunakan yaiu PLTG dan PLTGU yang beroperasi pada sisem kelisrikan Jawa Bali 500 kv. Kaa Kunci Kaa kunci : Biaya Operasi Pembangkian, Dynamic Opimal Power Flow (DOPF), Quadraic Programming. I. PENDAHULUAN Energi lisrik merupakan suau fakor penunjang yang sanga pening bagi perkembangan secara menyeluruh suau bangsa. Di Indonesia, dengan semakin meningkanya kegiaan indusri dan jumlah penduduknya, maka kebuuhan energi lisrik juga mengalami peningkaan. Ada beberapa fakor yang mempengaruhi keersediaan lisrik di Indonesia, anara lain keersediaan energi primer dan harga bahan bakar. Telah dikeahui bahwa biaya erbesar dari pembiayaan pembangki lisrik adalah unuk bahan baku energi (sekiar 80 %), selain iu naik/urunnya biaya pembangkian selalu erkai dari penggunaan energi lisrik oleh beban[3]. Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam pengoperasian pembangki lisrik enu menimbulkan kerugian dari sisi biaya operasi. Pada 2009 pemerinah Indonesia mengeluarkan kebiijakan unuk mengkonversi penggunaan BBM ke. Kebijakan ini enu beralasan karena menginga pemakaian gas lebih murah dan Indonesia sendiri kaya akan gas bumi[3]. Merujuk pada daa yang dikeluarkan oleh kemenerian ESDM bahwa cadangan gas bumi masih sanga Udara Pengabu Ruang Bakar POROS Buang Gambar 1. Prinsip Kerja uni pembangki urbin gas Energi Lisrik GENERATOR poensial, namun pemanfaaan di dalam negeri khususnya unuk pembangki lisrik masih minimal. Hal ersebu dikarenakan lebih dari 50% gas bumi unuk kebuuhan ekspor. Hal ini menjadi menjadi soroan pemerinah bahwa penggunaan BBM pada pembangki harus dibaasi dan penggunaan gas bumi harus dimaksimalkan[4]. Oleh karena iu, di ugas akhir ini akan dikaji mengenai seberapa besar dampak kerugian penggunaan BBM pada pembangki lisrik yang erhubung dengan sisem 500 kv. PLTG dan PLTGU dipilih karena pembangki ini memiliki efisiensi hermal yang inggi, sehingga dapa menggunakan bahan bakar dari jenis minyak. Dalam Tugas Akhir ini, fokus perhiungan pada perbedaan biaya operasi ahunan penggunaan minyak HSD dan alam pada PLTG dan PLTGU yang erhubung dengan sisem 500 kv. Perhiungan fuel cos dilakukan dengan DOPF (Dynamic Opimal Power Flow) dan dengan menggunakan meode quadraic programming yang dilakukan pada enam pembangki hermal yang erhubung langsung dengan sisem Jawa Bali 500 kv. II. DYNAMIC OPTIMAL POWER FLOW A. Pusa Lisrik Tenaga Prinsip kerja pembangki lisrik enaga gas ialah berawal dari udara yang masuk ke kompresor unuk dinaikkan ekannannya, kemudian udara ersebu dialirkan ke ruang bakar. Di dalam ruang bakar, udara yang elah dinaikkan ekanannya ini dicampur dengan bahan bakar dan dibakar. Apabila digunakan Bahan Bakar (BBG), maka gas dapa langsung dicampur dengan udara unuk dibakar, eapi apabila digunakan Bahan Bakar Minyak (BBM), maka BBM ini harus dijadikan kabu erlebih dahulu kemudian baru dicampur

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Prin) A-2 Udara Pengabu Ruang Bakar Buang Energi Lisrik dengan P i adalah injeksi daya akif semua saluran ij yang erhubung di bus-i saa, P gi adalah injeksi daya akif generaor pada bus-i saa, sedangkan P di adalah daya akif beban pada bus- i saa. X ij adalah reakansi saluran ij dan θ i adalah sudu bus i. POROS GENERATOR - inequaliy consrain dengan udara unuk dibakar. P i min P i P i (5) UAP GENERATOR GENERATOR GENERATOR POROS POROS POROS Keel Uap Keel Uap Keel Uap Buang Buang Buang Header Uap Header Air AIR UAP POROS GENERATOR UAP Kondensor AIR POMPA Air Lau P i merupakan daya keluaran dari uni ke-i, P i min dan P i merupakan kapasias pembangkian minimum dan maksimum uni generaor ke i. P ij P ij P ij (6) P ij adalah daya akif yang mengalir di saluran ij saa, sedangkan P ij adalah kapasias saluran ij. δ i P i(+1) P i δ i (7) P i merupakan daya keluaran dari uni ke-i, δ adalah ramp limi dari generaor i. Gambar 2. Skema sebuah blok PLTGU yang erdiri dari 3 uni PLTG dan sebuah uni PLTU B. Dynamic Opimal Power Flow (DOPF) Dynamic Opimal Power Flow Arus Searah merupakan pengembangan dari OPF Arus Searah yang digunakan unuk melakukan penjadwalan pembangki dengan beban bersifa dinamis. Dalam permasalahan realime, pembangkian generaor harus disesuaikan dengan perubahan beban. Di sisi lain perubahan daya pembangkian generaor harus dijaga pada baas erenu yang disebu dengan ramp rae, hal ini berfungsi unuk menjaga life ime dari pembangki dan peralaan pendukung pembangki. Cos funcion dari uni Generaor ke-i pada level waku ke- dimodelkan dengan persamaan : T minimize C = i=1 N F i (P i ) i=1 dengan, F (2) i (P i ) = a i P 2 i + b i P i + c i Keerangan :T adalah jumlah level beban, N adalah jumlah generaor, P i adalah daya keluaran dari uni ke i dan a i, b i dan c i adalah cos coefficien uni generaor ke i. (1) Fungsi objekif ersebu diminimalkan melalui baasan : - equaliy consrain : acive power balance P i + P gi = P di (3) P 1 i = n j=1 θ X i θ j (4) ij C. Quadraic Programming Quadraic programming (QP) merupakan masalah opimasi dari fungsi objekif berupa persamaan kuadra dengan consrains linear. Baasan linear digunakan unuk membaasi nilai variabel yang diopimasi.. Secara umum algorima quadraic programming dapa diulis sebagai : Meminimalkan fungsi : F(x) = f+g T x xt Hx (8) Sesuai dengan consrain sisem linier lb Ax ub (9) x min x x (10) III. SISTEM JAWA BALI 500 KV A. Flowchar Penyesaian Tugas Akhir Pada ugas akhir ini dilakukan dengan mempelajari sisem 500 kv dalam keadaan sabil. Daa-daa yang dibuuhkan dalam pengerjaan ugas akhir ini didapa dari P3B pusa jakara pada sepember Proses pengolahan daa melalui beberapa ahapan, yakni daa pembangkian yang diperoleh dikali dengan daa lain yang kemudian dikalikan dengan harga bahan bakar yang digunakan di iap-iap pembangki. Seelah didapa suau nilai koefisien biaya operasi dari hasil pengalian dengan harga bahan bakar erserbu, kemudian daa dimasukkan ke dalam program pada sofware malab. Dari hasil running didapa nilai biaya operasi keseluruhan pada sisem 500 kv. Dari hasil perbandingan, kemudian dianalisis dan disimpulkan sebagai kesimpulan ugas akhir. Flowchar pengerjaan ugas akhir ini seperi pada gambar 3.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Prin) A-3 Mulai Sudi lieraur dan pengumpulan daa Sisem Inerkoneksi Jawa Bali 500 KV Menenukan Cos funcion seiap pembangki hermal di Jawa Bali 500 kv Menghiung biaya operasi pembangki yang erhubung di sisem Jawa bali 500 kv dalam kondisi normal anara penggunaan BBM dan dengan menggunakan program DOPF Cek Performansi Ya Perbandingan hasil biaya, operasional pembangki anara penggunaan BBM dan GAS Analisa hasil perbandingan Tidak Tabel 1. Daa beban Sisem Jawa bali 500 kv (lanjuan) Beban No Nama Bus Type Bus P Q Bus (MW) (MVar) 9 Cibau Load Ciraa Generaor Saguling Generaor Bandung Selaan Load Mandiracan Load Ungaran Load Tanjung Jai Generaor Surabaya bara Load Gresik Generaor Depok Load Tasik Malaya Load Pedan Load Kediri Load Paion Generaor Grai Generaor Balaraja Load Ngimbang Load Kesimpulan Selesai Gambar 3. Flowchar penyelesaian ugas akhir Tabel 1. Daa beban Sisem Jawa bali 500 kv Beban No Nama Bus Type Bus Bus P Q (MW) (MVar) 1 Suralaya Slack Cilegon Load Kembangan Load Gandul Load Cibinong Load Cawang Load Bekasi Load MuaraTawar Generaor 0 0 B. Daa Pembebanan Sisem pembangki 500 kv erdiri dari beberapa bus yang memiliki daa beban berbeda pada masing masing busnya. Daa pembebanan pada masing-masing bus dapa diliha pada abel 1. Pada sisem 500kV Jawa Bali memiliki 8 pembangki, 30 saluran dan 25 bus. Bus ersebu erdiri dari 1 bual slack bus, 7 buah generaor bus, dan 17 load bus.toal beban maksimal yang erpasang adalah 9493 MW dan 3678 MVAR. Jumlah Uni Pembangki di Sisem 500 kv Gambar 5 merupakan daa jumlah uni pembangki pada sisem Jawa Bali 500 kv. Jumlah uni pembangki yang ada diasumsikan selalu erdapa 35 generaor dan selalu dalam keadaan menyala. Daya Mampu Neo (MW) Gambar 4.. Grafik Jumlah Uni Pembangki 500 kv Kemudian dari sisi penggunaan bahan bakar, pembangki yang erhubung di Sisem 500 kv 43% menggunakan baubara. Dimana penggunaan erbesar baubara dipakai di pembangki PLTU. Unuk pembangki PLTG dan PLTGU, masing uni pembangkinya menggunakan dual bahan bakar, yakni menggunakan gas dan HSD. Dari kurva dapa diliha bahwa penggunaan HSD masih dominan dipakai unuh bahan bakar dalam operasi pembangki. B. Kurva Beban Harian Pada ugas akhir ini dibuuhkan daa beban selama 1 ahun. Daa beban diolah agar didapa beban harian dalam seahun. Beban ersebu kemudian dibagi dalam 4 layer, yakni daa beban senin sampai kamis, daa beban juma, daa beban sabu, dan daa beban minggu. Daa beban senin sampai kamis dijadikan 1 layer karena dalam 4 hari iu diasumsikan bebannya sama. Daa beban yang dipakai pada layer senin 700 PLTU PLTG PLTGU PLTA

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Prin) A-4 Gambar 5. Prosenase penggunaan bahan bakar pada uni pembangki yang erhubung di Sisem 500 Kv. Daya (MW) % 17% 11% 43% Baubara pada PLTU GAS pada PLTU GAS/HSD pada PLTG dan PLTGU AIR pada PLTA Waku (Jam) Gambar 6. Kurva beban harian dalam seahun yang mewakili hari senin sampai kamis. sampai kamis adalah daa beban hari rabu. Hari rabu adalah kondisi dimana beban paling besar dan beban puncak erjadi pada pukul Daa beban dibuuhkan unuk mengeahui biaya pembangkian iap jam. Unuk daa beban pada layer senin sampai kamis dapa diliha pada Gambar 6. Pada kurva erliha bahwa beban pada saa jam 19:00 merupakan beban puncak. Kemudian beban akan urun lagi seelah jam 19:00. Beban pada jam adalah beban yang erbesar dalam 1 minggu. IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISIS A. Perhiungan Fungsi Biaya Pembangki Thermal Hal yang paling mendasar dalam operasi ekonomis adalah membua kurva fungsi biaya pembangki. Fungsi biaya pembangki ersebu berasal dari karakerisik inpu-oupu pada masing-masing uni pembangki yang erhubung pada Sisem 500 kv. Perhiungan karakerisik inpu- oupu pembangki hermal pada abel 2. Berdasarkan abel 2 dan abel 3 didapakan koefisien biaya dengan cara memasukkan daa hearae dan baasan daya ke dalam program Malab. yang erera pada abel 4 dan ebel 5 adalah hasil bagi anara harga gas dan HSD dengan kandungan kalori, maka harga gas dan HSD yang digunakan adalah 0,274 Rp/kkal dan 1,4546 Rp/kkal,kemudian menenukan karakerisik inpu-oupu dalam R/h : Daya (MW) Tabel 2. Koefisien biaya pembangki PLTG Muara Tawar blok 3 Hearae (kcal/mwh) (kcal/h) Koefisien biaya pembangki (kcal/h) ap^2+bp+c a= -1869, b= ,7375 c= , Daya (MW) Tabel 3. Koefisien biaya pembangki PLTGU Muara Tawar Blok1 Hearae (kcal/mwh) (kcal/h) Koefisien biaya pembangki (kcal/h) ap^2+bp+c a= 1583, b= ,3781 c= , Tabel 4. bahan bakar pembangki PLTG Muara Tawar blok 3 Pemakaian gas (Rp/MMBTU) (kcal/mmbtu) , ,274 Tabel 5. bahan bakar pembangki PLTG Muara Tawar blok 3 Pemakaian HSD (Rp/MMBTU) (kcal/mmbtu) , ,274 Tabel 6. Bahan Bakar Pembangki PLTGU Muara Tawar Blok 1 pemakaian gas (Rp/MMBTU) (kcal/mmbtu) , ,274 Tabel 7. Bahan Bakar Pembangki PLTGU Muara Tawar Blok 1 pemakaian HSD HSD (Rp/Lier) (kcal/lier) , ,4546 F PLTG blok 3 pemakaian gas = H i = 512,888 P ,49P ,62Rp/h F PLTG blok 3pemakaian HSD = H i = 2718,9 P ,7P ,9Rp/h yang erera pada abel 6 dan abel 7 hasil bagi anara harga gas dan HSD dengan kandungan kalori, maka harga gas dan HSD yang digunakan adalah 0,274 Rp/kkal dan 1,4546 Rp/kkal,kemudian menenukan karakerisik inpuoupu dalam R/h : F PLTGU blok 1 pemakaian gas = H i = 434, P ,18533P Rp/h F PLTGU blok 1 pemakaian HSD = H i = 2303, P ,5743P ,8 Rp/h Pada Tabel 8 dapa dikeahui nilai Pmin dan P dari uni pembangki Gresik. Daa ini juga akan diproses di malab

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Prin) A-5 Tabel 8. Daa baasan generaor pembangki Muara Tawar Uni Pembangki P min (MW) P (MW) PLTU PLTU ; 17% ; 6% ; 19% ; 58% Gambar 7 Prosenase Energi (MWh) pada hari Senin-Kamis Baubara agar daya yang dibangkikan oleh generaor idak melampai kapasiasnya dan sesuai baasan ramp rae pada DOPF. B. Perhiungan Energi (MWh) Tahunan Pada Sisem Jawa Bali 500 kv Unuk menenukan energi, maka dibuuhkan daya generaion pada masing-masing layer. Seelah dikeahui daya generaion yang disimulasikan pada DOPF, maka dihiung energi berdasarkan bahan baku primer pada pembangki lisrik yang erhubung di sisem 500 kv. Selanjunya dicari energi ahunan. Energi ahunan dapa dirumuskan pada persamaan 11 dan 12 Energi Mingguan = 4 x energi hari senin-kamis (11) Energi Tahunan = Energi mingguan x 52 minggu (12) Gambar 7 merupakan hasil perhiungan energi ahunan yang dilakukan pada hari senin sampai kamis dengan daya generaion yang diwakili oleh kurva beban senin sampai kamis. C. Simulasi Biaya Operasi 1) Simulasi Biaya Operasi Harian Dalam Seahun Penggunaan Bahan Bakar Dalam ugas akhir ini perhiungan biaya operasi keadaan sisem sabil dan diasumsikan semua generaor dalam keadaan menyala. Biaya akan disimulasikan dengan beban yang ampak pada kurva beban senin-kamis, kurva beban juma, kurva beban sabu dan kurva beban minggu. Gambar 8 merupakan hasil simulasi dari biaya operasi pada senin-kamis saa PLTG dan PLTGU menggunakan gas. Biaya pada jam adalah yang erbesar. Biaya operasi mencapai puncak eringgi pada saa beban puncak. /HSD Air Biaya (Milliar) 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0, Waku (jam) Gambar 8 biaya pembangkian pada hari senin-kamis () Biaya (Milliar) 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0, Waku (Jam) Gambar 9 biaya pembangkian pada hari senin-kamis (HSD) 1) Simulasi Biaya Operasi Harian Dalam Seahun Penggunaan Bahan Bakar HSD Biaya operasi mengalami kenaikan sekiar dua kali lipa dibanding penggunaan gas. Hali ini disebabkan oleh harga beli bahan bakar yang besar dan berdampak kepada biaya operasi yang juga iku meningka. Kenaikan beban saa beban puncak berimbas langsung kepada biaya operasi yang juga meningka. 2) Perbandingan Biaya Operasi Pada Saa PLTG dan PLTGU menggunakan Bahan Bakar dan Biaya Operasi saa menggunakan Bahan Bakar HSD Perbandingan biaya dilakukan pada saa PLTG dan PLTGU pada sisem 500 kv menggunakan dengan menggunakan HSD. Dari hasil simulasi dapa erbuki penggunaan gas lebih murah dari penggunaan HSD.

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Prin) A-6 Tabel 9. Hasil Simulasi Biaya Pada Hari Senin-Kamis Jam Biaya operasi hari senin - kamis Penggunaan Penggunaan HSD Selisih 1 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Toal Rp Rp Rp Tabel 10. Hasil Simulasi Biaya gabungan pada Hari Senin-Kamis Jam Biaya Operasi hari Senin-Kamis Penggunaan Bahan Bakar Gabungan 1 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp ) Simulasi Biaya Operasi Harian Dalam Seahun Penggunaan Bahan Bakar Gabungan. Penggunaan bahan bakar gabungan ini diasumsikan jika pada jam pembangkian menggunakan dan pada jam pembangkian menggunakan HSD sera pada jam kembali menggunakan. Pada jam adalah beban puncak. Jadi, hal ini dimaksudkan unuk meminimalkan biaya pembangkian saa erjadi keerbaasan gas dan dengan pemakaian gabungan diharapkan bisa mengurangi kerugian pemakaian bahan bakar minyak. Tabel 10. Hasil Simulasi Biaya Pada Hari Senin-kamis (lanjuan) Jam Biaya Operasi hari Senin-Kamis Penggunaan Bahan Bakar Gabungan 15 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Toal Rp Tabel 11. Biaya Tahunan penggunaan gas, HSD, dan Gabungan Toal Biaya Toal Biaya Seahun Seminggu GAS Rp Rp HSD Rp Rp Gabungan Rp Rp D. Analisa Hasil Simulasi Pada abel 11 dapa diliha perbandingan biaya ahunan anara penggunaan gas, penggunaan HSD, dan penggunaan gabungan. V. KESIMPULAN Dari hasil simulasi dapa disimpulakan bahwa penggunaan HSD sebagai bahan bakar pembangki lebih mahal daripada penggunaan. Akan eapi penggunaan bahan bakar gabungan dalam sehari dapa mengurangi kerugian yang besar jika pemakaian HSD dalam sehari. Dari hasil simulasi menunjukkan biaya operasi pembangkian dengan menggunakan bahan bakar gabungan dalam seahun adalah Rp Sedangkan biaya operasi pembangkian dengan menggunakan gas dalam seahun adalah Rp Jika memang keersediaan pasokan gas sedang mengalami keerbaasan maka penggunaan bahan bakar gabungan dapa meminimalkan biaya operasi pembangkian. DAFTAR PUSTAKA [1] Sidarjano, Dika Kuliah Manajemen Sisem Tenaga Lisik,Jurusan Teknik Eleko FTI ITS. [2] Allen J.W. dan Bruce F.W., Power Generaion, Operaion and Conrol, John Willey & Sons Inc, America, 1996 [3] Onoseno, Penangsang, Dika Kuliah Pengoperasian Opimum Sisem Tenaga Lisik,Jurusan Teknik Eleko FTI ITS. [3] Suryoamojo,Heri, Dika kuliah Pembangki Sisem Tenaga Lisrik, Jurusan Teknik Eleko FTI ITS. [4] hp:// beria/komisi7/2013/feb/06/5062/penggunaanpembangki-bbm-harus-dibaasi [5] Cerdin, Cermas, Sisem Tenaga Lisrik, Andi,Yogyakara,2006 [6] Nursidi, Direc Curren Dynamic Opimal Power Flow Using Quadraic Programming, Jurusan Teknik Elekro FTI ITS,2013. [7] PT PLN(Persero), Saisik PLN 2012 dan RUPTL [8] Marsudi, Djieng, Pembangki Energi Lisrik,Erlangga, Jakara,2005 [9] Marsudi, Djieng, Operasi Sisem Tenaga Lisrik, Graha Ilmu,Yogyakara,2006

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali Luqman Nur Imansyah, Rony Seto Wibowo, dan Soedibyo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali Seminar Final Project Power System Engineering Majoring of Electrical Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Dynamic Economic Dispatch dengan Mempertimbangkan Valve Point Effect dan Multiple Fuel Options Mengguanakn Metoda Ant Colony Optimization

Dynamic Economic Dispatch dengan Mempertimbangkan Valve Point Effect dan Multiple Fuel Options Mengguanakn Metoda Ant Colony Optimization JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) B-215 Dynamic Economic Dispach dengan Memperimbangkan Valve Poin Effec dan Muliple Fuel Opions Mengguanakn Meoda An Colony Opimizaion

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013 ANALISIS STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN LARANTUKA (NTT) AKIBAT PENAMBAHAN PLTU 2 X 4 MW PADA TAHUN 2013 Nurul Azizah, Onoseno Penangsang, Adi Soeprijano Jurusan Teknik Elekro-TI ITS Absrak

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming Nursidi 2209100055 Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT. IGN Satriyadi Hernanda ST., MT. OUTLINES OUTLINES 1 Pendahuluan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT Jurnal Ilmiah Teknik Indusri, Vol. 11, No. 1, Juni 2012 ISSN 1412-6869 EISIENSI WKTU PRODUKSI ES BTU SEBGI IMPLIKSI URUTN PENJDWLN KEDTNGN JOB YNG TEPT Hendy Tannady 1 dan Seven 2 bsrak: Efisiensi adalah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN LISTRIK DI PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI (PT. PJB) KANTOR PUSAT SURABAYA

PERAMALAN PENJUALAN LISTRIK DI PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI (PT. PJB) KANTOR PUSAT SURABAYA TUGAS AKHIR SS 145561 PERAMALAN PENJUALAN LISTRIK DI PT PEMBANGKITAN JAWA BALI (PT PJB) KANTOR PUSAT SURABAYA DIA LINA WARDATI NRP 1314 030 08 Dosen Pembimbing Dr Wahyu Wibowo SSi, MSi DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED Wahyuda 1, Budi Sanosa 2, Nani Kurniai 3 1 Teknik Indusri Universias Mulawarman-Samarinda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) B-300 Sudi Eksperimen Pengaruh Kecepaan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer Alim Jabbar Ibrahim dan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci