PENGONTROLAN TORSI MESIN PADA MESIN PEMBAKARAN INTERNAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA KONTROL LOGIKA FUZZY ROBUST

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGONTROLAN TORSI MESIN PADA MESIN PEMBAKARAN INTERNAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA KONTROL LOGIKA FUZZY ROBUST"

Transkripsi

1 PENGONTROLAN TORSI MESIN PADA MESIN PEMBAKARAN INTERNAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA KONTROL LOGIKA FUZZY ROBUST Esa Apaska 1), As Twyatno 2), dan Bud Setyono 2) Juusan Teknk Elekto, Fakultas Teknk, Unvestas Dponegoo, Jln. Pof. Sudhato, Tembalang, Semaang, Indonesa Emal: Abstak Semakn menpsnya poduks bahan baka mnyak (BBM) dan menngkatnya pengguna kendaaan bemoto d Indonesa mengakbatkan pelunya suatu pekembangan teknolog d bdang kontol otomotf. Pengontolan tos mesn aga mencapa nla optmal meupakan salah satu caa yang tepat untuk mengatas pemasalahan tesebut. Sebaga mesn yang seng dgunakan dalam aplkas otomotf, mesn pembakaan ntenal memlk konds opeas yang cukup luas. Dengan demkan, kontole tunggal akan susah untuk mencapa pefomans yang dngnkan untuk semua konds. Kontole obust fuzzy telah tebukt mampu mengatas pemasalahan yang sama. Dalam penulsan tugas akh n, penuls mendesan sebuah kontole yang meupakan pengembangan da obust fuzzy, yakn algotma genetka kontol logka fuzzy obust (GA-RFLC). Sebaga salah satu teknk optmas global, algotma genetka dtambahkan dalam teo obust fuzzy yang sebelumnya memanfaatkan teknk optmas lokal dengan lnea quadatc ntegal tackng (LQIT) kaena teknk optmas global telah tebukt lebh bak dapada teknk optmas lokal. Selanjutnya, pengujan akan dlakukan dengan membandngkan nla ntegal aea eo (IAE) da hasl espon sstem menggunakan kontole GA-RFLC dan LQIT. Kata kunc : tos mesn, algotma genetka kontol logka fuzzy obust, ntegal aea eo, mesn pembakaan ntenal Abstact Deceasng poducton of fuel and nceasng the use of vehcle at Indonesa have effected n the need of automotve technology development. Contollng engne toque by achevng optmal value s one way to solve the poblems. As an engne whch s often used n automotve applcaton, spak gnton engne has wde opeatng pont. A sngle contolle wll be had to acheve the equements fo the whole condton. Robust fuzzy logc contolle has poven be able to solve the same poblem. Ths fnal eseach povde a development desgn of obust fuzzy logc contolle named genetc algothm obust fuzzy logc contol (GA-RFLC). As a global optmzaton technque, genetc algothm has been added nto obust fuzzy logc theoy whch used a local optmzaton wth lnea quadatc ntegal tackng (LQIT) snce global optmzaton technque had been poven to be bette than local optmzaton technque. Then, the value of ntegal aea eo (IAE) fom system espon usng GA-RFLC and wll be compaed to LQIT. Keywods : engne toque, genetc algothm obust fuzzy logc contol, ntegal aea eo, spak gnton engne 1. Pendahuluan Dewasa n, seng dengan menngkatnya kebutuhan manusa dengan alat tanspotas, penggunaan kendaaan bemoto d Indonesa cukup bekembang pesat [1]. D sampng tu, poduks bahan baka mnyak d Indonesa semakn menps, dtunjukkan dengan data Kementan ESDM pada tahun 11 [2]. Hal nlah yang membuat pementah haus beusaha untuk melakukan bebeapa kebjakan dalam penghematan penggunaan bahan baka. Untuk mendukung hal tesebut, maka dpelukan pekembangan teknolog d bdang kontol otomotf yang bemanfaat dalam efektftas penggunaan bahan baka. Sebuah teknk pengontolan yang tepat dbutuhkan untuk dapat menunjang kebjakan penghematan penggunaan BBM pada kendaaan bemoto. Pengontolan tos mesn untuk mencapa nla optmal meupakan salah satu stateg yang tepat. Hal n tejad kaena tos mesn yang optmal dapat dah hanya dengan melakukan 1) Mahasswa Teknk Elekto UNDIP 2) Dosen Teknk Elekto UNDIP D1

2 D2 pembakaan bahan baka secaa sempuna d dalam slnde pembakaan, yang mengndkaskan penggunaan bahan baka yang efektf dan efsen. Dengan demkan, secaa tdak langsung akan menngkatkan pefoma mesn, menghemat penggunaan bahan baka dan menguang ems gas buang [3]. Pada tugas akh n, dlakukan stud kasus untuk pengontolan tos mesn pada mesn pembakaan ntenal dengan menggunakan metode algotma genetka kontol logka fuzzy obust. Metode n meupakan modfkas pengembangan da metode kontol obust fuzzy yang sebelumnya telah tebukt mampu menyelesakan kasus yang sama. Akan tetap, pada obust fuzzy yang sebelumnya menggunakan teknk optmas lokal dengan kontol optmal LQIT untuk langkah optmas. Penambahan algotma genetka yang meupakan salah satu teknk optmas global pada teo obust fuzzy dlakukan kaena peneltan yang dlakukan oleh Hong Bao dan Nan Yu [19] telah menunjukkan bahwa teknk optmas global adalah lebh bak da pada teknk optmas lokal. Dengan menggunakan algotma genetka kontol logka fuzzy obust dhaapkan dapat tecapa optmas penggunaan tos mesn pada semua konds opeas mesn yang mungkn. 2 Metode 2.1 Pemodelan Mesn Pembakaan Intenal Mesn pembakaan ntenal meupakan salah satu jens mesn baka yang membutuhkan pemcu beupa peckan bunga ap untuk meledakkan campuan udaa dan bahan baka dalam uang bakanya. Mesn pembakaan ntenal secaa umum memlk 4 sklus beuutan, yatu sklus hsap (ntake), sklus kompes (compesson), sklus pembakaan (combuston) atau sklus usaha (powe), dan sklus buang (exhaust). Gamba 1 menunjukkan skema sstem mesn pembakaan ntenal. Model matematka mesn pembakaan ntenal yang dgunakan adalah da peneltan yang dlakukan oleh Anna Stefanopoulou [6]. d dt P m = K m (m θ m cyl ), d mana K m = R. T V m (1) Dnamka udaa pada manfold ddeskpskan melalu pesamaan dfeensal ode satu yang menghubungkan tngkat peubahan tekanan pada manfold (P m ) dengan tngkat alan yang masuk dan kelua da ntake manfold (m θ dan m cyl ) [6]. m θ = f θ g(p m ) (2) d mana f θ = θ θ θ 3 (3) g P m = 1, f P m > P o 2 2 P o P m P o P m 2, f P m > P o 2 Banyaknya tngkat alan udaa yang masuk ke ntake manfold (m θ ) melalu fst thotle meupakan fungs da sudut bukaan thotle (θ), tekanan hulu (P o ), yang dasumskan sebaga tekanan atmosfe, sehngga P o = 1 ba, dan tekanan pada hl, yakn tekanan pada manfold (P m ) [6]. (4) m f = NP m NP 2 m N 2 P m (5) m cyl = θ c m f (6) Tngkat alan udaa yang dpompa pada mesn secaa umum meupakan fungs da tekanan pada manfold (P m ) dan engne speed (N) [6]. Tos yang dhaslkan oleh mesn begantung pada pengapan slnde, fomas pencampuan antaa udaa dan bahan baka, dan paamete paamete fsk mesn yang spesfk [6]. T b = m a AFR 0.85 AFR σ σ N N Nσ σm a 0.05σ 2 m a σm e (7) d mana m a : massa da udaa yang dskan (g/ntake event) A/F : a-to-fuel ato σ : sudut da spak advance N : engne speed (ad/sec) : skulas gas buang (g / ntake event) m e Gamba 1 Skema sstem mesn pembakaan ntenal [7] Geakan otas da cankshaft mesn ddapatkan da hubungan antaa mesn dengan momen nesa da kendaaan (J), pecepatan angula (ω dalam ad/sec 2 ) dan

3 D3 pebedaan antaa tos yang dhaslkan oleh mesn (T b Atuan Plant ke : dalam Nm) dan tos beban pada cankshaft (T l dalam Nm) IF x 1 t s M 1 and x n t s M n [6]. THEN u = K x (16) T = T b T l = Jω (8) (3.8) Tos beban pada cankshaft bsa depesentaskan sebaga sebuah fungs da pengeeman dalam katan dengan pegesean mesn (c df ), pengeeman aeodnams (c dv ) dan aso gea yang dplh (g ) [6]. T l = (c df + c dv g )ω 2 (9) (3.9) Total nesa adalah kombnas da nesa mesn (J e ) dan nesa kendaaan dan dbekan dalam pesamaan J = J c + m v ( ω g ) 2 (10) 2.2 Fuzzy Model Takag - Sugeno Sebuah model dnamk fuzzy Takag-Sugeno djelaskan dengan sebuah kumpulan atuan fuzzy IF THEN dan sstem dnamk lne kawasan waktu [10]. Sebuah atuan sstem Takag-Sugeno dapat dtuls sebaga bekut [11] : Atuan Plant ke : IF x 1 t s M 1 and x n t s M n THEN x = A x + B u (11) D mana x ϵ R nx 1 adalah vekto state, adalah jumlah ule, M y adalah kumpulan fuzzy, u ϵ R mx 1 u adalah masukan dan A ϵ R nxn adalah matks state, B ϵ R nxm adalah matks masukan. Dengan menggunakan sngleton fuzzfe, max poduct nfeence dan cente aveage defuzzfe, penjumlahan model fuzzy dapat dtuls [12] x = =1 ω x (A x+b u) =1 w (x) dengan ω adalah (12) n ω x = j =1 µ j (x j ) (13) D mana µ j adalah membeshp functon da j t kumpulan fuzzy dalam atuan ke-. Koefsen a adalah a = ω =1 w Kemudan pesamaan (12) dubah menjad [13] x = (14) =1 a x (A x + B u) = 1, 2, 3,, (15) D mana a > 0 dan =1 a = 1. Dengan menggunakan metode yang sama untuk membuat ule fuzzy Takag-Sugeno sebaga kontole, atuan kontole dapat dtuls sebaga bekut [11] Pesamaan kontole menjad sebaga bekut [12] u = =1 a x K x (17) 2.4 Metode Kontol Robust Fuzzy Ide dasa da desan kontole obust fuzzy adalah dengan membuat soft-swtchng dengan fuzzy model Takag-Sugeno, sebagamana dalam pesamaan (16) untuk solus kontol optmal d setap ttk opeas [14]. Untuk solus kasus optmas pada setap ttk opeas tesebut, bsa dgunakan LQIT (Lnea Quadatc Integal Tackng) ataupun metode optmas yang lan sesua dengan kebutuhan. Langkah dalam mendesan kontole obust fuzzy adalah sebaga bekut [14] : 1. Membuat model lne dengan metode pece-wse lneazaton da sstem nonlne [14] Pece-wse lneazaton secaa umum dgunakan untuk membuat model lne yang meepesentaskan tap ttk opeas da sstem. 2. Optmas setap pesamaan model lne da langkah 1 menggunakan skema teo kontol optmal [14] Pada peneltan n, setap pesamaan model lne doptmas menggunakan algotma genetka yang dpadukan dengan skema kontol optmal LQIT [14]. Kemudan aks kontol Takag-Sugeno sepet pada pesamaan (16) dubah menjad R : IF x 1 s F 1 and x 2 s F 2 and x n s F n and w 1 s G 1 and w 2 s G 2 and w m s G m and 1 s H 1 and 2 s H 2 and k s H k THEN x = A x + B u = 1, 2,, L u = K x x K w w + K (18) d mana, R = Atuan da model ke- L = Jumlah ttk opeas F j = Kumpulan fuzzy da vaabel state (x) G j = Kumpulan fuzzy da ntegal da eo antaa efeens dan output (w) H j = Kumpulan fuzzy da efeens () n = Jumlah da vaable state m = Jumlah da vaable ntegal eo k = Jumlah da vaable efeens K x = Gan optmal untuk umpan balk state K w = Gan optmal untuk ntegal eo K = Gan optmal untuk efeens nput 3. Menambahkan ttk opeas sebaga pengkonds snyal untuk mengubah fuzzy Takag-Sugeno sebaga soft-swtchng [14]

4 D4 Sebaga soft-swtchng, fuzzy Takag-Sugeno yang dubah dengan pehtungan algotma genetka sepet djelaskan pada pesamaan (18) dtambah masukan tambahan sebaga pengkonds snyal. Dengan penambahan bebeapa masukan, fuzzy Takag-Sugeno dalam pesamaan (18) dapat dubah menjad pembakaan ntenal. Gamba 3 menunjukkan aplkas sstem mesn pembakaan ntenal pada Matlab 08a. R I : IF c 1 s O 1 and c 2 s O 2 and c q s o q and x 1 s F 1 and x 2 s F 2 and x n s F n and w 1 s G 1 and w 2 s G 2 and w m s G m and 1 s H 1 and 2 s H 2 and k s H k x = A THEN x + B u = 1, 2,, L (19) u = K c c K x x K w w + K d mana O j = Kumpulan fuzzy da pengkonds snyal q = Jumlah da pengkonds snyal K c = Gan untuk pengkonds snyal (sebaga snyal pemcu, ddefnskan K c adalah zeo vecto) 4. Membangun hmpunan fuzzy da snyal pengkonds bedasakan data ttk opeas yang teseba sebaga pewaklan da sstem secaa keseluuhan, dan hmpunan fuzzy tunggal untuk masukan yang lan [14]. 5. Desan atuan fuzzy [14] Atuan fuzzy ddesan untuk membuat sstem softswtchng dalam memlh model dan kontole yang tepat bedasakan masukan pengkonds snyal. Jumlah da atuan haus sama dengan jumlah da model lne yang ddapatkan da pece-wse lneazaton dalam langkah petama. 2.3 Peancangan Smulas Peancangan smulas pada peneltan n ddesan bedasakan dagam blok pada gamba 2. Peancangan smulas n menggunakan pogam bantu yatu Matlab 08a. Pada aplkas pogam Matlab n dgunakan bebeapa sub pogam, yatu Matlab Command Wndow, Matlab Edto, FIS Edto, dan Matlab Smulnk. Gamba 2 Dagam blok peancangan sstem kontol Peancangan Plant Mesn Pembakaan Intenal Pesamaan (2.1) hngga pesamaan (2.16) meupakan pesamaan model matematka da sstem mesn Gamba 3 Sstem mesn pembakaan ntenal Peancangan Algotma Genetka Algotma genetka pada peneltan n dgunakan sebaga langkah optmas da teo desan obust fuzzy. Sklus algotma genetka yang dgunakan menyeupa sklus Davd Goldbeg [8]. Skema optmas yang dgunakan adalah LQIT sepet pada gamba 4. Gamba 4 Dagam skema LQIT pada sstem Pada skema LQIT yang dtunjukkan oleh gamba 4 tedapat 3 jens paamete kontol, yatu K, Kw dan Kx. Paamete kontol tulah yang nantnya akan dca nlanlanya dengan menggunakan algotma genetka. Mengngat model sstem lne yang doptmas adalah ode 2, maka paamete Kx ada 2 vaabel. Dengan demkan, ada 4 vaabel yang dca nlanya oleh algotma genetka. Keempat vaabel tesebut nantnya akan djadkan sebaga gen pembentuk ndvdu dalam algotma genetka dengan fungs ftness beupa nla IAE. Paamete algotma genetka yang dgunakan adalah sebaga bekut. Tabel 1 Paamete algotma genetka No Paamete Nla 1 P m 0,3 2 P c 0,9 3 Populas 4 Iteas 30

5 D5 Penentuan populas dan teas dlakukan secaa coba-coba dengan petmbangan nla IAE dan lamanya waktu unnng pogam algotma genetka, sehngga ddapatkan paamete yang palng efektf. Adapun untuk nla P m dan P c dtentukan bedasakan petmbangan yang dsampakan oleh Sutojo, Mulyanto dan Suhatono [8] Peancangan Fuzzy Model Takag - Sugeno Fuzzy model Takag-Sugeno n dgunakan untuk estmas nla state sstem yang dhaslkan jka dbe nla masukan atau dsebut juga fuzzy state estmato. Nla state n yang nantnya akan dgunakan untuk masukan kontole. Cond 1 Cond 2 x x = 0 0 A B K 0 u e c d mana : x = State estmas A = Matks A B = Matks B K = Matks K Cond 1 = Sudut bukaan thottle Cond 2 = Poss gg x = Vaabel state u = Masukan sstem e = Eo model c = Konstanta () Pada fuzzy model n tedapat 6 vaabel masukan yatu cond1, cond2, x 1, x 2, u dan e. Vaabel masukan cond1 mewakl konds sudut bukaan thottle dengan 5 fungs keanggotaan yang bebentuk tapesum. Nla ange da setap fungs keanggotaan cond1 memlk nla yang sama yatu 0-, -, -, - dan Vaabel masukan cond2 mewakl konds poss gg dengan 4 fungs keanggotaan yang juga bebentuk tapesum. Adapun vaabel lan hanya memlk fungs keanggotaan tunggal yang bebentuk tapesum. Gamba 7 Blok dagam fuzzy state estmato Peancangan Kontol Logka Fuzzy Robust Kontol logka fuzzy obust dgunakan sebaga softswtchng dalam pemlhan nla gan K, Kw dan Kx da optmas yang dlakukan oleh algotma genetka. Dalam pemlhan nla gan n dsesuakan dengan konds opeas yang aktf. cond1 cond2 output = 0 0 K x K K w 0 x w c (21) Ket: output = Nla keluaan da kontole Kx = Nla penguatan da state K = Nla penguatan untuk efeens Kw = Nla penguatan da nla ntegal eo x = Nla vaabel state = Nla efeens w = Nla ntegal eo c = Konstanta Gamba 8 Blok dagam kontol logka fuzzy obust Gamba 5 Fungs keanggotaan cond1 Gamba 6 Fungs keanggotaan cond2 Pada kontole fuzzy obust n tedapat 6 vaabel masukan yatu cond1, cond2,, w, x 1 dan x 2. Vaabel masukan cond1 mewakl konds sudut bukaan thottle dengan 5 fungs keanggotaan yang bebentuk tapesum. Nla ange da setap fungs keanggotaan cond1 memlk nla yang sama yatu 0-, -, -, - dan Vaabel masukan cond2 mewakl konds poss gg dengan 4 fungs keanggotaan yang juga bebentuk tapesum. Desan n sama dengan desan pada fuzzy model untuk state estmato. Adapun untuk vaabel

6 Nla vaabel state D6 lan hanya memlk fungs keanggotaan tunggal yang bebentuk tapesum. fuzzy state estmato dapat dgunakan sebaga masukan yang vald untuk kontole. 0.1 Pengujan Fuzzy State Estmato X1 - State Sstem X1 - State Estmas X2 - State Sstem X2 - State Estmas Gamba 9 Fungs keanggotaan tunggal yang belaku untuk vaabel x 1, x 2, u, e, dan w 3. Hasl dan Analsa Pada bagan n tebag menjad dua tahap, yatu pengujan tehadap fuzzy state estmato dan pengujan pebandngan espon sstem antaa kontole algotma genetka kontol logka fuzzy obust kontole LQIT. 3.1 Pengujan tehadap Fuzzy State Estmato Pada bagan n dlakukan pengujan tehadap fuzzy state estmato yang ddesan menggunakan fuzzy model Takag-Sugeno. Pengujan n betujuan untuk membandngkan nla keluaan state sstem dengan nla keluaan da fuzzy model. Dalam pengujan n, sstem dangka secaa open loop. Gamba 10 menunjukkan angkaan smulnk da pengujan fuzzy model Waktu(s) Gamba 11 Hasl pengujan state untuk sudut bukaan thottle 10 deajat dan poss gg Pengujan Pebandngan Respon Sstem dengan Algotma Genetka Kontol Logka Fuzzy Robust dan Kontol Optmal Pada bagan n dlakukan pebandngan espon sstem mesn pembakaan ntenal dengan metode kontol algotma genetka kontol logka fuzzy obust dan kontol optmal LQIT. Penentuan efeens tos mesn yang optmal ddapatkan da sumbe yang sama dengan peneltan sebelumnya oleh As Twyatno, Mohammad Nuh, A Santoso, I Nyoman Sutanta [3]. Hasl keluaan sstem yang dbandngkan adalah nla tos mesn. Gamba 12 adalah angkaan smulnk da pengujan pebandngan espon sstem dengan algotma genetka fuzzy obust dan kontol optmal LQIT. Gamba 10 Smulnk pengujan fuzzy model Gamba 11 menunjukkan hasl yang ddapatkan da pengujan fuzzy state estmato untuk sudut bukaan thottle 10 deajat dan poss gg 1. Pada gamba 11 dapat kta lhat bahwa peubahan nla state sstem juga dkut oleh peubahan nla state hasl da fuzzy state estmato untuk tap satuan waktu. Hal yang sama juga tejad pada vaas masukan yang lan d mana nla state estmas sudah sesua dengan nla state sstem, sehngga dapat dkatakan bahwa fuzzy state estmato dapat bekeja dengan bak. Dengan demkan, hasl state estmas da Gamba 12 Smulnk pengujan pebandngan espon sstem mesn pembakaan ntenal dengan algotma genetka kontol logka fuzzy obust dan LQIT Setelah dlakukan pengujan, ddapatkan bahwa untuk setap konds yang mungkn pada mesn kontole GA- RFLC mampu mengkut efeens tos mesn optmal yang dngnkan dan kontole LQIT tdak mampu mengkut efeens untuk bebeapa konds yang mungkn, sepet dtunjukkan pada gamba 13. Selan tu, konds d mana kedua kontole mampu mengkut efeens juga ddapatkan saat pengujan. Akan tetap, hasl espon sstem dengan kontole GA-RFLC lebh bak da pada kontole LQIT. Hal tesebut dtunjukkan pada gamba 14 dan 15.

7 Engne Toque (Nm) Engne Toque (Nm) u (deg) Engne Toque (Nm) Engne Toque (Nm) D7 Engne Toque Opt 90 Engne Toque Opt Respon LQIT - Desed ET Respon GA-RFLC Tme(s) Gamba 13 Hasl espon sstem untuk sudut bukaan thottle 50 deajat dan poss gg 2 Respon LQIT 30 Desed ET Respon GA-RFLC Tme(s) Gamba 16 Hasl espon sstem untuk sudut bukaan thottle 90 deajat dan poss gg Snyal Kontol Thottle Engne Toque Opt Respon LQIT 30 Desed ET Respon GA-RFLC Tme(s) Gamba 14 Hasl espon sstem untuk sudut bukaan thottle 50 deajat dan poss gg Engne Toque Opt Respon LQIT 30 Desed ET Respon GA-RFLC Tme(s) Gamba 15 Hasl espon sstem untuk sudut bukaan thottle 70 deajat dan poss gg 3 Meskpun demkan, ada bebeapa konds d mana kedua kontole memlk sama-sama tdak mampu mencapa nla efeens yang dngnkan. Hal n dkaenakan nla efeens yang dngnkan melebh batas maksmum kemampuan mesn dalam menghaslkan tos mesn, sehngga dapat dkatakan bahwa konds-konds tesebut tdak mungkn tejad pada mesn. Konds-konds tesebut adalah saat vaas masukan sudut bukaan thottle 90 deajat pada poss gg 1, 2 dan 3. Gamba 16 menunjukkan salah satu hasl espon sstemnya. Gamba 17 menunjukkan snyal kontol da ketga konds tesbut yang sudah mencapa nla batas maksmum masukan yang mungkn tejad pada mesn, yakn 90 deajat Snyal Kontol LQIT Snyal Kontol GA-RFLC Tme(s) Gamba 17 Snyal kontol yang dhaslkan untuk sudut bukaan thottle 90 deajat dan poss gg 1, 2 dan 3 Rata-ata ntegal aea eo (IAE) dgunakan untuk menganalss secaa umum kontole mana yang memlk pengontolan lebh bak. Semakn kecl nla IAE menunjukkan output sstem semakn bak. Tabel 5 mempelhatkan pebandngan nla IAE kedua kontole. Tabel 2 Pebandngan ata-ata nla IAE Vaas masukan Nla IAE No. Sudut Poss Thottle gg GA - RFLC LQIT , , , , , , ,13 17, , , ,14 112, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,8955 Rata-ata nla IAE 791, ,5862 Da tabel 2 dapat kta lhat bahwa kontole GA-RFLC memlk ata-ata nla IAE elatf lebh kecl jka dbandngkan dengan kontole LQIT untuk semua

8 D8 konds. Akan tetap, mash ada bebeapa konds yang nla IAE kedua kontole hamp sama. Hal n tejad kaena kedua kontole menghaslkan snyal kontol yang sama, sepet yang dtunjukkan pada gamba Kesmpulan Da hasl smulas dapat dsmpulkan bahwa penggunaan kontole GA-RFLC yang ddesan pada peneltan n mampu beopeas dengan bak untuk ttk opeas yang luas dengan kaakte tap ttk opeas yang cukup bebeda. Penggunaan kontole n akan mampu membekan pean yang pentng dalam mempenbak pefoma mesn kaena telah mampu mencapa nla tos optmal yang bepengauh pada konds deal pembakaan sempuna pada mesn. Adapun penggunaan kontole tunggal sepet kontol optmal LQIT telah tebukt tdak mampu mencapa nla efeens untuk sstem dengan konds yang memlk ttk opeas yang cukup luas. Sebaga saan untuk pengembangan selanjutnya, dapat dlakukan modfkas poses mutas dan pndah slang yang adaptf pada algotma genetka aga poses teas yang dlakukan menjad lebh efektf. Selan tu, pengontolan tos mesn akan menjad lebh aplkatf apabla dsetakan juga dengan pengontolan subsstem lan dalam kontol otomotf, sepet pengontolan kecepatan puta mesn, A/F (A to Fuel ato), gnton tme atau EGR (Exhaust Gas Recculaton). Refeens [1] Badan Pusat Statstk, (11), Jumlah Kendaaan Bemoto d Indonesa tahun 08-11, [19 Me 12] [2] Kementan ESDM, (11), Poduks, Konsums dan Impo BBM Indonesa 05-10, [19 Me 12] [3] Twyatno, A., Nuh, M., Santoso, A. dan Sutanta I. N., (11), Engne Toque Contol of Spak Ignton Engne Usng Robust Fuzzy Logc Contol, IACSIT Jounal Intenatonal of Engneeng and Technology, vol. 3, no. 4, hal [4] Twyatno, A., Nuh, M., Santoso, A. dan Sutanta I. N., (12), Engne Toque Contol of Spak Ignton Engne Usng Fuzzy Gan Schedulng, Telkomnka, vol. 10, no. 1, hal [5] Twyatno, A., (11), Optmal-Fuzzy Contol Desgn : Case Study of Engne Toque Contol of Spak Ignton Engne, Intenatonal Confeence on Infomatcs fo Development 11 [6] Stefanopoulou, A. (1996), Modelng and Contol of Advanced Technology Engne, Ph.D. Thess, Electcal Engneeng: Systems, The Unvesty of Mchgan. [7] Lambeson, D.M. (03), Toque Management of Gasolne Engne, Tess Maste, Mechancal Engneeng, Unvesty of Calfona at Bekeley [8] Sutojo, T., Mulyanto, E. dan Suhatono, V., (11) Kecedasan Buatan, Penebt ANDI Yogyakata [9] Kuswad, Son., (07) Kendal Cedas Teo dan Aplkas Paktsnya, Penebt And, Yogyakata. [10] T. Takag dan M. Sugeno, Fuzzy dentfcaton of systems and ts applcatonsto modelng and contol, IEEE Tans. Syst., Man, Cyben., vol. SMC-15, pp , May [11] Mastoaks, N.E. (04), Modellng dynamcal systems va the Takag-Sugeno fuzzy model, Poceedngs of the 4th WSEAS Intenatonal Confeence on Fuzzy sets and Fuzzy Systems, Udne, Italy, Mach [12] Twyatno, As., Mohammad Nuh., A Santoso., I NyomanSutanta., Fuzzy State Obseve Desgn fo Engne Toque Contol System of Spak Ignton Engne, Dssetaton, InsttutTeknologSepuluh Novembe, Suabaya, 11. [13] F. Khabe, K. Zeha, dan A. Hamzaou, State feedback contolle desgn va Takag-Sugeno fuzzy model: LMI appoach, Intenatonal Jounal of Computaton Intellgence, Vol 2, No 2, pp , 05. [14] Twyatno, As., Mohammad Nuh., A Santoso., I Nyoman Sutanta., A New Method of Robust Fuzzy Contol: Case Study of Engne Toque Contol of Spak Ignton Engne, Insttut Teknolog Sepuluh Novembe, Suabaya, 11. [15] Lews, Fank, dkk. Optmal Contol, John Wley & Sons, Inc, [16] Ogata, Katsuhko (02) Moden Contol Engneeng, Unvesty of Mnnesota, New Jesey : Pentce Hall. [17] ---,Tansent Response Analyss, Oktobe 12. [18] Ston, R. dan Pce, K. Dffeental Evoluton A Smple and Effcent Heustc fo Global Optmzaton ove Contnuous Spaces, Jounal of Global Optmzaton, Kluwe Academc Publshes, Nethelands, 11: , 1997 [19] Yu, Hong Bao dan Nan Yu, Applcaton of Genetc Algothms to Vehcle Suspenson Desgn, Mechancal Engneeng Depatment, The Pennsylvena State Unvesty. Bogaf Esa Apaska (L2F009043) lah d Sukohajo, pada tanggal 18 Oktobe Telah menempuh penddkan da MI Nege Sukohajo, SMP Nege 1 Sukohajo seta SMA Nege 1 Sukohajo. Saat n penuls sedang menjalankan masa penddkan untuk mendapatkan gela sajana d S1 Teknk Elekto Unvestas Dponegoo. Mengetahu dan Mengesahkan Dosen Pembmbng I D. As Twyatno, S.T.,M.T. NIP Dosen Pembmbng II Bud Setyono, S.T.,M.T. NIP

DESAIN ALGORITMA GENETIKA KONTROL LOGIKA FUZZY ROBUST STUDI KASUS : KONTROL TORSI MESIN PADA MESIN PEMBAKARAN INTERNAL

DESAIN ALGORITMA GENETIKA KONTROL LOGIKA FUZZY ROBUST STUDI KASUS : KONTROL TORSI MESIN PADA MESIN PEMBAKARAN INTERNAL DESAIN ALGORITMA GENETIKA KONTROL LOGIKA FUZZY ROBUST STUDI KASUS : KONTROL TORSI MESIN PADA MESIN PEMBAKARAN INTERNAL Esa Apaska *), As Twyatno, and Bud Setyono Juusan Teknk Elekto, Unvestas Dponegoo

Lebih terperinci

Kontrol Tracking pada Sistem Pendulum Kereta Berbasis Model Fuzzy Takagi-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modifikasi

Kontrol Tracking pada Sistem Pendulum Kereta Berbasis Model Fuzzy Takagi-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modifikasi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (15) ISSN: 337-3539 (31-971 Pnt) A-83 Kontol Tackng pada Sstem Pendulum Keeta Bebass Model Fuzzy Takag-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modfkas Nan Nu an Awab Put dan

Lebih terperinci

Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia.

Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia. PERANCANGAN KONTROLER NEURO-ROBUST FUZZY (NEU-ROF) UNTUK PENGATURAN AIR TO FUEL RATIO (AFR) PADA MODEL MOBIL BERMESIN INJEKSI BENSIN BERDASARKAN PROFIL KARAKTERISTIK MENGEMUDI PENGENDARA Azz Nur Arfyanto

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

OUTPUT REGULATOR FUZZY MELALUI STATE FEEDBACK BERBASIS MODEL FUZZY TAKAGI-SUGENO UNTUK INVERTED PENDULUM

OUTPUT REGULATOR FUZZY MELALUI STATE FEEDBACK BERBASIS MODEL FUZZY TAKAGI-SUGENO UNTUK INVERTED PENDULUM JAVA Jounal of Electcal and Electoncs Engneeng, Vol., No., Apl 3 OUTPUT REGULATOR FUZZY MELALUI STATE FEEDBACK BERBASIS MODEL FUZZY TAKAGI-SUGENO UNTUK INVERTED PENDULUM Thastut Agustnah Yusuf Blfaqh Juusan

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengetan Koelas Koelas adalah stlah statstk yang menyatakan deajat hubungan lnea antaa dua vaabel atau lebh, yang dtemukan oleh Kal Peason pada awal 1900. Oleh sebab tu tekenal dengan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum ewton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta ugasakhr E 91399 DesanKontrolFuzzy BerbassPerformansH dengan Batasan Input-Output untuk Sstem Pendulum-Kereta to Febraranto (8116) Dosen Pembmbng: Prof. Dr. Ir. Achmad Jazde, M.Eng. Jurusan eknk Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III BAGAN CUSUM Dasar statistik bagan kendali Cumulative Sum untuk rata-rata

BAB III BAGAN CUSUM Dasar statistik bagan kendali Cumulative Sum untuk rata-rata 3 BAB III BAGAN CUSUM 3.. Dasa statstk bagan kendal Cumulatve Sum untuk ata-ata Bagan Cusum dgunakan untuk mendeteks pegesean kecl pada mean atau vaans dalam poses oleh kaena adanya penyebab khusus secaa

Lebih terperinci

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle Peancangan, Pembuatan dan Pengujan Omndectonal Vehcle Muljowdodo dan Cahyad Setawan Laboatoum Otomas & Sstem Manufaktu Juusan Teknk Mesn FTI ITB muljo@bdg.centn.net.d, dot@tekpod.ms.tb.ac.d Rngkasan Movng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN JIMT Vol. 4 No. Jun 07 (Hal - 0) ISSN : 450 766X PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER L n (; ; t) DAN L n (;, s; t) Nujana, I W. Sudasana, dan Resnawat 3,,3 Pogam Stud Matematka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Untuk mencapa tujuan peneltan, maka dpelukan suatu metode yang tepat aga peneltan dapat dlaksanakan dengan bak. Sebagamana yang dkemukakan oleh Mohammad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Keanggotaan Fuzzy

Optimasi Fungsi Keanggotaan Fuzzy Optmas Fungs Keanggotaan Fuzzy Tsukamoto Dua Tahap Menggunakan Algortma Genetka Pada Pemlhan Calon Penerma Beasswa dan BBP-PPA (Stud Kasus: PTIIK Unverstas Brawjaya Malang) Bunga Amela Restuputr 1, Wayan

Lebih terperinci

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV Bab III Reduks Ode Model Sstem PV Metode eduks ode model melalu MI telah dgunakan untuk meeduks ode model sstem I bak untuk kasus kontnu maupun dskt. Melalu metode n telah dhaslkan pula bentuk da model

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN ISIKA PMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Smak Petanaan! Bang A B Bentuk kuva apakah ang menunjukkan jaak tepenek ang menghubung-kan ttk A an ttk B alam bang ata

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum Newton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-135

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-135 JURNA TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Pnt) F-135 Penelusuan Daya Maksmum Pada Panel Photovoltac Menggunakan Kontol ogka Fuzzy D Kota Suabaya Kuna M. Pebnngtyas, Al Musyafa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0.

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0. 0 3.5. PELUANG BERSYARAT Jka kta menghtung peluang sebuah pestwa, maka penghtungannya selalu ddasakan pada uang sampel ekspemen. Apabla A adalah sebuah pestwa, maka penghtungan peluang da pestwa A selalu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada tanggal 12 Juni 1991 yang terletak di Km. 12 Jl. Manyar Sakti Simpang Baru

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada tanggal 12 Juni 1991 yang terletak di Km. 12 Jl. Manyar Sakti Simpang Baru BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d MTs Daul Hkmah Pekanbau yang bed kokoh pada tanggal 1 Jun 1991 yang teletak d Km. 1 Jl. Manya Sakt Smpang Bau Panam-Pekanbau

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

Swing-up dan Tracking pada Pendulum Terbalik Menggunakan Kontrol Fuzzy

Swing-up dan Tracking pada Pendulum Terbalik Menggunakan Kontrol Fuzzy Poeedng Semna Tugas kh Jun Swng-up dan Takng pada Pendulum Tebalk Menggunakan ontol Fuzzy Rahmat Hdayat Juusan Teknk Elekto ITS Suabaya 6 e-mal: math@elet-eng.ts.a.d bstak Swng-up dlanjutkan takng pada

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

SIFAT - SIFAT MATRIKS UNITER, MATRIKS NORMAL, DAN MATRIKS HERMITIAN

SIFAT - SIFAT MATRIKS UNITER, MATRIKS NORMAL, DAN MATRIKS HERMITIAN SFT - SFT MTRKS UNTER, MTRKS NORML, DN MTRKS HERMTN Tasa bstak : Tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu pengetan dan sfat sfat da matks unte, matks nomal, dan matks hemtan. Metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Peluang Peluang adalah suatu nla untuk menguku tngkat kemungknan tejadnya suatu pestwa (event) akan tejad d masa mendatang yang haslnya tdak past (uncetan event). Peluang dnyatakan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-6 1 Desain Sistem Kontol Menggunakan Fuzzy Gain Scheduling Untuk Unit Boile-Tubine Nonlinea Daiska Kukuh Wahyudianto, Tihastuti Agustinah Teknik Elekto, Fakultas

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Analisis Simulasi Power System Stabilizers (PSS) pada Single Machine Damping System

Analisis Simulasi Power System Stabilizers (PSS) pada Single Machine Damping System Jounal of Electcal, Electonc, Contol, an Automote Engneeng (JEECAE) Analss Smulas Powe System Stablzes (PSS) paa Sngle achne ampng System. Jasa Kusumo Hayo Polteknk Nege aun aun, Inonesa e-mal: asakusumo@pnm.ac.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING

TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING Dajukan guna memenuh persyaratan untuk mencapa derajat Sarjana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 07 Sfat-sfat Operas Perkalan Modular pada raf Fuzzy T - 3 Tryan, ahyo Baskoro, Nken Larasat 3, Ar Wardayan 4,, 3, 4 Unerstas Jenderal Soedrman transr@yahoo.com.au

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci