NiKomang Hendri Primayanti,NiNengahMadriAntari,NyomanDantes

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NiKomang Hendri Primayanti,NiNengahMadriAntari,NyomanDantes"

Transkripsi

1 PENERAPAN KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK MELALUI KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWAKELAS VIII BSMP NEGERI 3 SINGARAJA NiKomang Hendri Primayani,NiNengahMadriAnari,NyomanDanes Jurusan BimbinganKonseling Fakulas Ilmu Pendidikan Universias Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia kominggex@yahoo.com,madrianari@yahoo.co.id,nyomandanes@pasca.ac.id Absrak Peneliian ini berujuan unuk mengeahui penerapan konseling eksisensial humanisik melalui konseling kelompok unuk meningkakan anggung jawab belajar pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 3 Singaraja. Peneliian ini merupakan peneliian indakan bimbingan konseling, yang dilaksanakan dalam dua siklus dan seiap siklus erdiri dari 6 ahapan yaiu idenifikasi, diagnosis, prognosis, konseling, evaluasi dan refleksi. Subjek peneliian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 3 Singaraja yang berjumlah 30 orang siswa, sedangkan sampel dalam peneliian ini berjumlah 7 orang siswa yang memiliki anggung jawab belajar rendah. Unuk mengumpulkan daa, digunakan pedoman observasi sebagai daa pendukung dan kuesioner sebagai ala pengumpulan daa uama. Hasilpeneliianmenunjukkan adanya peningkaan dari daa awal ke siklus I raa-raa yang diperoleh yaiu 33,6 dari 7 siswa yang memiliki kaegori anggung jawab belajar rendah. Sedangkan dari siklus I dan siklus II dengan raa-raa peningkaan yaiu 15,6. Hasil uji hipoesis yang elah dilakukan dengan menggunakan rumus -es nonparamerik.hasilpeneliianmenunjukkan bahwa penerapan konseling eksisensial humanisik melalui konseling kelompok dapa meningkakan anggung jawab belajar siswa yang memiliki anggung jawab belajar rendah di kelas VIIIB SMP Negeri 3 Singaraja. Kaa-kaa kunci: konselingeksensialhumanisik, konseling kelompok, anggung jawabbelajar Absrac This sudy aims o deermine he applicaion of exisenial humanisic counseling hrough group counseling o increase he responsibiliy of learning on grade sudens of SMP Negeri 3 Singaraja VIIIB. This sudy aims o deermine he applicaion of exisenial humanisic counseling hrough group counseling o increase he responsibiliy of learning on grade sudens of SMP Negeri 3 Singaraja VIIIB. This sudy is acion research guidance counseling, which was conduced in wo cycles, and each cycle consiss of 6 sages: idenificaion, diagnosis, prognosis, counseling, evaluaion and reflecion. The subjecs were VIIIB grade sudens of SMP Negeri 3 Singaraja, amouning o 30 sudens, while he samples in his sudy amouned o 7 sudens who have a low learning responsibiliy. To collec he daa, used as supporing daa observaion and quesionnaire as he main daa collecion ool. Hasilpeneliianmenunjukkan an increase from he iniial daa o he firs cycle an average of 33.6 obained by he 7 sudens who have a low learning responsibiliy caegory. While he firs cycle and second cycle wih an average increase of The resuls of hypohesis esing ha has been performed using -es formula nonparamerik. Hasilpeneliianmenunjukkan ha he applicaion of exisenial humanisic counseling hrough group counseling can improve suden learning responsibiliies ha have low learning responsibiliy in class VIIIB SMP Negeri 3 Singaraja.

2 Key words: konselingeksensialhumanisik, group counseling, responsibiliies jawabbelajar Pendahuluan Pendidikan merupakan suau proses kegiaan yang kompleks. Pada saa ini pendidikan di sekolah, hanya semaa-maa menekankan pada pencapaian hasil belajar siswa dalam benuk nilai dan penyesuaian arge kurikulum yang dieapkan. Karena iu, dalam rangka mencapai hasil belajar ersebu, para guru melaksanakan proses pendidikan melalui proses pembelajaran sebagai cara yang uama. Pendidikan yang diberikan lebih menekankan pada aspek kogniif saja sedangkan pembinaan aspek efekifnya dan psikomoor yang ermasuk anggung jawab di dalamnya perlu dicermai dan dipikirkan. Padahal jika kia hanya menguamakan aspek kogniif, hal ini dapa mengakibakan siswa berkembang menjadi anak yang pinar secara inelekual saja, namun memiliki kesulian dalam bergaul, idak memiliki anggung jawab, idak dapa menghargai orang lain, dan mampu berineraksi dengan lingkungannya. Pendidikan memegang peranan yang sanga pening, karena pendidikan memiliki kemampuan unuk mengembangkan kualias manusia dari berbagai segi. Menuru pasal 1 Aya (1) UU. 0/003 enang Sisem Pendidikan Nasional menyaakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan erencana unuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesera didik secara akif mengembangkan poensi dirinya unuk memiliki kegiaan spiriual keagamaan, anggung jawab, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera keerampilan diperlukan dirinya, masyaraka, bangsa dan Negara. Tanggung jawab umum dalam sekolah adalah pendidikan yang menghasilkan siswa yang baik dan beradab karena siswa merupakan komponen pembangunan oleh karena iu perlu pembinaan sejak dini. Siswa yang baik dan beradab memiliki sejumlah ciri yaiu keerampilan unuk berahan hidup, menghormai keeriban dengan memauhi auran yang berlaku dan menjunjung inggi budi pekeri dan aa krama di dalam pergaulan. Siswa yang memiliki anggung jawab belajar memiliki sejumlah ciri yaiu menyelesaikan ugas yang diberikan guru epa pada wakunya, keerampilan unuk berahan hidup, menghormai keeriban dengan memauhi auran yang berlaku dan menjunjung inggi budi pekeri dan aa krama dalam pergaulan. Unuk mengwujudkan hal ersebu lingkungan dimana kia belajar mesi kondusif, dalam pengerian lingkungan iu mengembalikan anggung jawab belajar pada siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 3 Singaraja masih diemukan beberapa hambaan yang dialami siswa, dianaranya adalah sejumlah siswa yang kurang memiliki anggung jawab dalam belajar, selalu sanai dalam seiap keadaan, dan sering idak mengerjakan ugas sampai unas. Hal ini bisa diliha dari seringnya siswa membua pekerjaan rumah di sekolah, idak serius mengerjakan ugas yang di berikan oleh guru, bercanda pada saa mengikui pelajaran, idak ada gairah dalam mengikui pelajaran, sering mengobrol pada saa mengikui pelajaran, bahkan yang paling menarik perhaian adalah siswa erlamba mengumpulkan ugas-ugas yang diberikan. Unuk dapa meningkakan anggung jawab dalam belajar siswa harus memiliki kesadaran dari diri sendiri erkai kewajiban menjadi seorang siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari dalam diri siswa dan siswa menganggap semua iu idak pening, akan peningnya proses pembelajaran sehingga anggung jawab belajarnya menjadi sanga rendah. Jadi kalau siswa diberikan kesempaan unuk berpikir, unuk beranya, belajar menjadi anggung jawabnya. Kalau siswa idak diberikan kesempaan unuk berpikir aaupun beranya, maka siswa idak akan lagi

3 belajar sehingga anggung jawab belajar iu idak ada pada diri siswa iu sendiri. Jadi pening sekali kia mengalihkan anggung jawab iu kepada siswa agar siswa menyadari dirinya sendiri aas anggung jawabnya dalam belajar. Secara umum bahwa anggung jawab adalah kesanggupan unuk menjalankan suau ugas aau kewajiban yang diperoleh dari pengalaman dan laihan sehingga individu ersebu siap menerima segala resiko aas indakan dan perbuaan yang dilakukan oleh individu ersebu. Apabila siswa idak memiliki anggung jawab dalam belajar maka akan mempengaruhi presasi belajar di sekolah yang akan mengakibakan presasi siswa rendah aau menurun. Sehingga anggung jawab dalam belajar sanga diperlukan bagi siswa. Siswa yang memiliki anggung jawab belajar memiliki sejumlah ciri yaiu menyelesaikan ugas yang diberikan guru epa pada wakunya, keerampilan unuk berahan hidup, menghormai keeriban dan memauhi auran yang berlaku dan menjunjung inggi aa krama, sopan sanun dan budi pekeri dalam pergaulan. Apabila siswa idak bersemanga unuk mengikui pelajaran dan idak lari dari anggung jawab, maka siswa akan mengalami masalah yaiu penurunan nilai erhadap presasinya yang akan mengakibakan idak naik kelas. Siswa-siswi yang anggung jawab belajarnya rendah cenderung menunjukkan perilaku yang menyimpang karena ingka kesadaran yang dimiliki unuk belajar lebih rendah dibandingkan siswa-siswi yang memiliki anggung jawab belajar sedang maupun inggi. Hal ini dapa merugikan dirinya sendiri, eman sekelas aaupun eman sekolah, guruguru dan keluarga. Salah sau conohnya siswa SMP Negeri 3 Singaraja yang idak memiliki anggung jawab belajar di sekolah, eapi siswa ersebu harus mengikui pelajaran-pelajaran di sekolah karena absensi merupakan salah sau syara kelulusan, maka siswa ersebu erpaksa erliba pada pelajaran-pelajaran disekolah. Namun keerlibaan iu idak opimal karena mengurangi perhaian, keinginan dan kepuasannya dalam belajar yang akan menimbulkan rasa bosan yang naninya akan dialihkan kepada akifiasakifias yang menyimpang, conohnya mengganggu eman-emannya yang sedang akif belajar aau mengobrol dengan eman-emannya yang samasama idak memiliki anggung jawab dalam belajar, maka dari iu perlu diupayakan penanganan khusus bagi siswa yang anggung jawab belajarnya rendah. Berbagai upaya sudah pernah dilaksanakan unuk meningkakan hal ersebu, seperi halnya yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa guru, yaiu dengan cara menerapkan pola anggung jawab erhadap pengumpulan ugas-ugas sekolah dengan memberikan hukuman aau eguran. Teapi hal ersebu belum dapa menumbuhkan sikap beranggung jawab siswa ersebu. Hal ini dikarenakan kurangnya moivasi dari siswa ersebu dan siswa erlalu sanai. Pola pikiran yang salah ersebu dianaranya adanya anggapan-anggapan dari siswa bahwa ugas ersebu erlalu mudah unuk dikerjakan, dan dapa dikerjakan belakangan. Selain iu ada juga yang beranggapan bahwa ugas ersebu erlalu suli, jadi idak bisa unuk dikerjakan, ada juga siswa yang beranggapan bahwa seiap ugas bisa meminjam sama eman aau menconek sama eman, dan ada juga pikiran-pikiran salah seperi waku pengumpulan erlalu lama, hasil pekerjaan harus sanga sempurna. Memperhaikan hal ersebu menunjukkan perlu adanya usaha pendekaan yang relevan. Penulis erdorong unuk mengembangkan konseling erhadap siswa yang memiliki anggung jawab belajar rendah, masalahmasalah yang diemui akan dielii dalam peneliian ini. Peneliian ini memiliki cara unuk meningkakan anggung jawab belajar ersebu dengan memberikan konseling kelompok kepada siswa. Dalam penerapan konseling ersebu digunakan eori yang dapa penelii percaya unuk meningkakan anggung jawab belajar, dianaranya dengan menggunakan konseling eksisensial humanisik melalui konseling kelompok.

4 Unuk dapa meningkakan anggung jawab belajar, dengan peneliian ini digunakan Penerapan Konseling Eksisensial Humanisik. Dengan memberikan konseling eksisensial humanisik secara efekif, individu mulai menyadari dirinya dan mulai belajar mengembangkan segala poensi yang ada dalam dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa rasa kesadaran diri sanga pening unuk dikaji dalam peneliian, dengan mengeahui rasa kesadaran diri siswa dalam anggung jawab belajarnya ini berari penelii secara dini dapa menyusun upaya dalam pembinaan seperi dengan memberikan banuan layanan yang sifanya menumbuhkan semanga dan rasa kesadaran diri siswa dalam anggung jawab belajarnya. Peneliian ini dilaksanakan melalui konseling kelompok dengan memberikan layanan konseling kelompok. konseling kelompok adalah banuan yang diberikan kepada kelompok siswa yang memiliki masalah yang relaif sama beberapa siswa bermasalah dengan krieria masalah yang relaif sama maka kelompok ersebu dapa diangani yaiu dengan konseling kelompok. Masalah yang dihadapi siswa adalah masalah belajar, dan salah sau penyebab imbulnya masalah belajar adalah anggung jawab belajar yang rendah. Tanggung jawab belajar yang rendah dapa diingkakan melalui suau penaaan proses, kesadaran aau pengalaman belajar yang opimal. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan ingkah laku aau perbuaannya yang disengaja maupun yang idak disengaja yang merupakan perwujudan dari kesadaran aas kewajibannya. Tanggung jawab iu bersifa kodrai yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang merupakan beban yang harus dipikul aau dipenuhi sebagai akiba dari perbuaan. Tanggung jawab dalam hal ini merupakan anggung jawab belajar. Dimana seorang siswa harus berani menanggung segala jenis perbuaannya yang berhubungan dengan presasi maupun nilai yang diperolehnya. Dengan demikian jelas bahwa konseling kelompok merupakan kegiaan pemberian informasi erenu kepada anggoa kelompok. Konseling merupakan proses pemberian banuan erhadap kelompok yang memiliki masalah yang sama yaiu anggung jawab belajar yang rendah, sehingga siswa mampu memecahkan masalah kelompok yang masalahnya sendiri dengan mandiri. Dengan memberikan konseling kelompok secara efekif individu dapa mengembangkan sekaligus dapa menemukan jai diri mereka dan dapa memberikan kesempaan kepada siswa unuk berdiskusi dan berbuka wawasan dan pendapa sehubungan dengan peningnya anggung jawab dalam belajar. Dengan diskusi akan erjadi pemahaman enang peningnya anggung jawab dalam belajar, dengan pemahaman ini diharapkan anggung jawab belajar siswa erus meningka.berkaian dengan masalah yang sering muncul maka dilakukan peneliian enang penerapan konseling eksisensial humanisik melalui konseling kelompok unuk meningkakan anggung jawab belajar siswa. Terapi Eksisensial Humanisik berujuan agar klien mengalami keberadaannya secara oenik dengan menjadi sadar aas keberadaan dan poensi-poensi sera sadar bahwa ia dapa membuka diri dan berindak berdasarkan kemampuannya. (Corey, 003:56). Terapi eksisensial mengusahakan agar klien keluar dari alur kaku dan menanang kecendrungankecendrungan mereka yang sempi dan kompulsif, yang menghalangi kebebasan mereka. Banyak keakuan eruju pada beranya beranggung jawab unuk keadaan dia sekarang dan keadaan yang akan daang. Misalnya dia harus memilih apakah berpegang pada yang elah dikenal aau yang bisa aau mengambil resiko unuk membuka dirinya sendiri yang kurang pasi dan lebih menanang kecemasan. Tugas uama erapis adalah berusaha mamahami klien sebagai ada dalam dunia. Teknik yang digunakan mengikui alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada

5 pemahaman klien sekarang, para rapis eksisensial humanisic menunjukan keleluasaan dalam menggunakan meode-meode dan prosedur yang dilakukan oleh erapis. menuru May (dalam Corey 003: 59) memandang ugas erapis dianaranya adalah membanu klien agar menyadari keberadaannya dalam dunia. Konseling Kelompok menuru prayino, 1995 (dalam Suranaa 010:6) mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah suau proses kegiaan dalam kelompok melalui ineraksi sosial yang dinamis dianara anggoa kelompok unuk membahas masalah yang dialami seiap anggoa kelompok sehingga diemukan arah pemecahan yang epa dan memuaskan. Menuru Mudjijono (01:40) anggung jawab adalah sikap yang berkaian dengan janji aau unuan erhadap hak, ugas, kewajiban sesuai dengan auran, nilai, norma, ada-isiada yang dianu warga masyaraka. Sedangkan menuru Sedanayasa (011:7) mengemukakan belajar adalah proses menal unuk mengembangkan fungsi-fungsi psikologis yang dipresenasikan dalam benuk perubahan. Dari uraian sebelumnya anggung jawab diarikan kesanggupan unuk menjalankan ugas aau meneapkan sikap dan siap menanggung segala resiko erhadap segala perbuaan dan indakan yang dilakukan oleh individu. Adapun belajar diarikan merupakan proses perubahan perilaku yang merupakan perilaku yang relaif meneap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman aau prakek perubahan iu menuju kearah kemajuan aau kearah perbaikan menuju proses kegiaan belajar.berdasarkan uraian diaas maka penelii dapa simpulkan bahwa anggung jawab belajar adalah kesanggupan unuk menjalankan ugas-ugas belajar sera siap menerima segala resiko aas indakan dan perbuaan yang dilakukan dalam belajar. Meode Peneliian Peneliian indakan ini dilakukan di SMP Negeri 3 Singaraja. Yang berada di Jln. Pulau Kalimanan Singaraja, Bali. Dalam peneliian ini dirancang pada semeser genap ahun pelajaran 013/014. Dengan subjek peneliian siswa kelas VIII B yang berjumlah 30 orang yang erdiri dari 13 perempuan dan 17 laki-laki dengan menggunakan Purposive Sampling. Alasan pengambilan subjek ini adalah dari hasil observasi masih banyak siswa yang memiliki perilaku anggung jawab belajar yang rendah. Hal ini diliha dari beberapa indikaor yang belum dimiliki siswa seperi (1) mengerjakan ugas berdasarkan inisiaif sendiri, () idak suka melempar kesalahan pada orang lain, (3) menyelesaikan ugas dari guru epa pada wakunya, (4) memberikan hasil akhir yang opimal, (5) berani menanggung resiko dari seiap perbuaannya. Selain iu, dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh penelii ada beberapa siswa yang belum mampu menumbuhkan perilaku anggung jawab belajar dengan berbagai alasan dianaranya: menghindari ugas yang diberikan dengan alasan idak mempunyai lks, mengerjakan PR di sekolah, sering menyonek, sering menunda-nunda pengumpulan ugas dengan berbagai alasan, dan lain sebagainya. Penenuan jumlah sampel melalui kurve normal dienukan melalui daerah yang dibaasi oleh kurve dan absisnya, daerah ini dinyaakan dalam benuk persen (%) aau dalam proporsi. Jika dalam % maka kurve melipui 100%. Jenis peneliian yang dilakukan adalah peneliian idakan. Peneliian ini dirancang dalam ( dua ) siklus. Seiap siklus dalam perencanaan ini erdiri dari 6 (enam ahapan kegiaan) yaiu : (1) Idenifikasi, () Diagnosa, (3) Prognosa, (4) Konseling/reamen/raining, (5) Evaluasi, dan (6) Refleksi Tahap perama yaiu Idenifikasi adalah hal paling perama yang mesi dilakukan sebelum melaksanakan peneliian adalah ahap idenifikasi. Segala sesuau yang akan dilakukan naninya dalam indakan peneliian haruslah maang dan akura sehingga pelaksanaan indakan dapa erlaksana dengan baik dan sesuai dengan ujuan yang dikehendaki.tahap yang kedua yaiu

6 diagnosis adalah ahapan unuk menganalisis penyebab suau masalah yang dihadapi klien. Seelah di idenifikasi siswa yang memiliki anggung jawab belajar rendah. Selanjunya langkah yang digunakan adalah menenukan fakor penyebab sehingga siswa mengalami masalah ersebu.tahap yang keiga yaiu prognosis adalah ahapan unuk menyiapkan rencana-rencana unuk melaih siswa/konseli aau sebuah upaya yang dilakukan dalam proses konseling misalnya memberikan advis cara-cara unuk meningkakan anggung jawab. Tahap keempa yaiu konseling /reamen/raining ahap ini ujuan unuk membanu siswa yang memiliki anggung jawab belajar rendah agar mampu dikembangkan.terapi yang diberikan kepada siswa-siswa sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah banuan yang elah dieapkan dalam program kasus.tahap kelima yaiu evaluasi adalah suau ahap penilaian erhadap indikaorindikaor yang ercanum dalam prognosa.tahap keenam yaiu refleksi merupakan kegiaan analisis, sinesis, inerpresasi dan penjelasan (eksplanasi). Menuru Nurkancana (1990: 35-61) erdapa beberapa eknik pengumpulan daa secara umum seperi observasi, kuesioner, dan wawancara.dalam peneliian ini daa yang dikumpulkan adalah enang siswa yang memiliki disiplin belajar yang rendah. Pengumpulan daa dalam peneliian ini, penelii menggunakan eknik pengumpulan daa, yaiu : observasi, dan kuesioner. Menuru Nurkancana (1990: 51), observasi dapa diarikan suau cara pengumpulan daa dengan mengadakan pengamaan langsung erhadap suau obyek dalam periode erenu dan mengadakan pencaaan secara sisemais enang hal-hal erenu yang diamai. Secara operasional pengembangan kuesioner anggung jawab belajar melalui langkah-langkah sebagai beriku : (1) menyusun kisi-kisi insrumen, () merumuskan buir pernyaaan, (3) melakukan uji validias, isi, buir, dan reliabilias perangka. Menuru Walgio (003:31) kuesioner merupakan meode peneliian dengan menggunakan dafar peranyaan-peranyaan yang harus dijawab aau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek dari peneliian ersebu. Hal ersebu dilakukan unuk mengeahui siswa yang memiliki disiplin belajar rendah. Adapun rumus validias isi D A B C D Gregory (dalam Koyan, 01 : 77) Keerangan : A : Sel yang menunjukan keidaksesuaian anara kedua penilai/pakar. B dan C : Sel yang menunjukan perbedaan pandangan anara kedua penilai/pakar. D : Sel yang menunjukan perseujuan yang valid anara kedua penilai/pakar. Nilai validias isi yang diperoleh mencerminkan keseluruhan buir es yang dihasilkan. Unuk mengklasifikasikan dikaegori mana koefisien validias iu berada, maka dapa dikeahui berdasarkan abel beriku: Tabel : Koefisien Validias KOEFISIEN 0,80-1,00 VALIDITAS Validias isi sanga inggi 0,60-0,79 Validias isi inggi 0,40-0,59 Validias isi sedang 0,0-0,39 Validias isi rendah 0,00-0,19 Validias isi sanga rendah Berdasarkan pada hasil peneliian dari kedua pakar (judges) erhadap kuesioner anggung jawab belajar yang berjumlah 30 buir pernyaaan, diperoleh koefesien validias isi sebesar 1.00, yang berari bahwa kuesioner anggung jawab belajarersebu memiliki validias isi yang sanga inggi.

7 Krieria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga r xy dengan harga able kriik r produc, dengan keenuan r xy dikaakan valid apabila r xy > r abel pada araf signifikan 5%. Peneliian ini menggunakan 30 siswa unuk menguji validias buir kuesioner anggung jawab belajar. Deskripsi daa yang diperoleh akan dicari arah kecenderungannya dengan membandingkan Mean Observasi dengan Mean Ideal. Formula yang digunakan sebagai beriku : MI = (skor eringgi ideal + skor erendah ideal) SDI = (skor eringgi ideal - skor erendah ideal) Krieria penggolongan disiplin belajarsiswa, dieapkan berdasarkan lima jenjang kaagori seperi abel di bawah ini : Tabel: Kualifikasi Skor anggung jawab belajar NO SKOR KUALIFIKASI 1 MI + 1,5 SDI Sanga inggi MI +3SDI MI + 0,5SDI Tinggi MI + 1,5SDI 3 MI -0,5SDI Sedang MI +0,5 SDI 4 MI -1,5SDI MI -0,5 SDI Rendah 5 MI -3SDI MI -1,5SDI Sanga rendah Dari hasil perolehan MI dan SDI di aas, maka diperolehlah renangan skor disiplin belajar sebagai beriku : Tabel Kualifikasi Skor anggung jawab belajar NO SKOR KUALIFIKASI Sanga inggi Tinggi Sedang Rendah Sanga rendah Penggunaan -es ini dimaksudkan unuk mengeahui berapa besar keberhasilan penerapan konseling eksisensial humanisik melalui konseling kelompok unuk meningkakan anggung jawab belajar siswa, maka digunakan rumus sebagai beriku : = (Bruning L. James, 1997:8) Keerangan : Ẋ1 = Meansampel µ = Mean daripopulasi = Jumlah darinilainilaiskorkuadra = Kuadra darijumlah semuanilai N = Jumlahskoryang digunakandalam analisis. Unuk menenukan µ (miu) digunakan ingka keberhasilan minimal 80%. Hasil Dari Pembahasan Berdasarkan penyebaran kuesioner awal dari 30 orang siswa diperoleh 7 orang siswa yang memiliki anggung jawab belajar rendah. keujuh orang siswa ini akan diberikan indakan konseling pada peneliian siklus I melalui penerapan konseling eksisensial humanisik melalui bimbingan kelompok unuk meningkakan anggung jawab belajar siswa. Pelaksanaan peneliian pada siklus I dilakukan sebanyak 3x peremuan. Krieria keberhasilan yang dienukan oleh penelii sebelumnya yaiu dari skor ideal 150 dan diperoleh hasil 10 aau dengan presenase 80%, siswa dikaakan berhasil jika skor yang diperoleh oleh siswa 80% 10 dari skor eringgi ideal. Jika siswa yang berada < 80% aau < 10 dari skor eringgi ideal maka siswa besangkuan memiliki krieria rendah. Dari hasil perhiungan sebelum indakan siswa yang berada di bawah 80% aau berada di bawah 10 adalah siswa yang memiliki anggung jawab belajarrendah. Hasil peneliian siklus I menunjukkan bahwa adanya peningkaan anggung jawab belajar siswa dengan raa-raa peningkaan 33,6 aau dalam presenase 6,88%. Hal ini erbuki dengan adanya peningkaan yang

8 KAP KAI KS PTAY KWS YSW KYP skor e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling diunjukkan 3 orang siswa, sedangkan 4 orang siswa masih memiliki anggung jawab belajar rendah. Keiga orang ini akan diindak lanjui pada peremuan siklus II, namun 3 orang siswa yang sudah mengalami peningkaan akan eap dipanau unuk mengeahui perkembangannya secara opimal. Peningkaananggung jawab belajar siswa pada siklus I dapa diliha able beriku: Tabel Peningkaan anggung jawab belajar siklus I Penilaian Siklus I daa awal Siklus I N o Nama Siswa Daa Awal Skor Siklus I Skor 1 KAP KAI KS Keerang an PTAY KWS YSW 77 1 KYP Jumlah Raa-Raa ,6 Beriku ini akan disajikan grafik peningkaan anggung jawab belajar siswa siklus I Nama Siswa Gambar 01.Grafik Peningkaan Tanggung Jawab Belajar Siklus Seelah meliha hasil persenase di aas, dari 7 siswa yang diberikan konseling kelompok pada siklus I, erdapa 4 orang siswa yang skornya masih berada di bawah 80% aau masih berada di bawah skor 10. Sehingga dari keempa siswa ersebu harus diberikan konseling kelompok pada siklus II. Dari 4 orang siswa yang masih anggung jawab belajarnya rendah yaiu aas nama KAI no absen, aas nama PTAY no absen 3, aas nama KWS no absen 6, dan aas nama KYP no absen 9. Dari 4 orang siswa yang masih memperoleh skor di bawah 10 aau dengan presenase 80%, akan diberikan konseling kelompok unuk meningkakan anggung jawab belajar siswa yangbersangkuan. Seelah diliha dan dievalusi peningkaan skor pada siklus II di aas penelii dapa meliha perbandingan anggung jawab belajarseelah dan sebelum diberikan indakan pada siklus I dan siklus II. Seluruh sampel memperoleh skor di aas skor 10 aau sudah mencapai dalam presenase 80%, dengan jumlah peningkaan dari siklus 1 ke siklus II yaiu 15,6 aau 1,48 % dari krieria keberhasilan 80 %. Ini berari penerapan konseling eksisensial humanisik dapa meningkakan anggung jawab belajar siswa.

9 KAP KAI KS PTAY KWS YSW KYP skor e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Sedangkan pada siklus II Peningkaan anggung jawab belajar siswa dapa diliha pada abel beriku: Tabel Peningkaan anggung jawab belajar siklus II N o Nam a Sis wa Daa awal Sikl us I Sikl us II Skor Skor Skor 1 KAP KAI KS PTA Y KW S YS 77 1 W KYP Keera ngan 130 Mening ka 15 Mening ka 18 Mening ka 15 Mening ka 13 Mening ka 17 Mening ka 16 Mening ka Jumlah Raa- 110, 16, 77 Raa 6 Beriku ini akan disajikan grafik peningkaan anggung jawab belajar siswa siklus II Penilaian Siklus II Nama Siswa daa awal Siklus I Siklus II Gambar 0.Grafik Peningkaan Tanggung Jawab BelajarSiklus II Berdasarkaan ringkasan analisis daa es awal, siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkaan yang signifikan sehingga memenuhi krieria keberhasilan anggung jawab belajar yang elah dienukan penelii sebelumnya. Dengan begiu hipoesis yang diajukan dalam peneliian ini dapa dierima berari penerapan konseling eksisensial humanisik melalui konseling kelompok dapa meningkakan anggung jawab belajar pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 3 Singaraja. Penuup Berdasarkan hasil peneliian, maka dapa disimpulkan bahwa penggunaan penerapan konseling eksisensial humanisik melalui bimbingan kelompok efekif dan dapa meningkakan anggung jawab belajar rendah pada siswa di kelas VIIIB SMP Negeri 3 Singaraja ahun pelajaran 013/014. Peningkaan ersebu dapa diliha dari hasil penyebaran kuesioner, dimana skor yang diperoleh sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok bagi siswa yang berada pada kaegori rendah dengan menggunakan konseling eksisensial humanisik melalui bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil analisis es siklus I, dikeahui bahwa elah erjadi peningkaan anggung jawab belajar pada masing-masing siswa yang mengikui kegiaan bimbingan kelompok. Hal ini dibukikan dengan meliha krieria keberhasilan yang mampu dicapai oleh seiap anggoa kelompok. Seluruh anggoa mampu mencapai krieria inggi. Peningkaan erjadi dari awal dan siklus I didapakan raa-raa peningkaan yaiu 33,6 aau dalam persenase 6,88% sedangkan dari siklus I dan siklus II dengan raa-raa peningkaan yaiu 15,6 aau dalam presenase 1,48% dari krieria keberhasilan 80% yang elah dienukan. Dan hasil uji hipoesis yang elah dilakukan yaiu dengan menggunakan rumus -es nonparamerik maka didapakan nilai hiung = 7,9 dan abel = 1,895 dengan araf signifikasi 5 % jadi hiung > abel ini berari Ho dierima. Jadi penerapan konseling eksisensial humanisik melalui bimbingan kelompok

10 dapa meningkakan anggung jawab belajar siswa. Berdasarkan hasil peneliian yang diperoleh sera uraian diaas maka, dapa dikemukakan beberapa saran yang berkaian dengan peneliian ini, yaiu yang perama kepada kepala sekolah rendahnya anggung jawab belajar siswa kelas VIIIB SMP Negeri 3 Singaraja diharapkan selalu berdikusi dengan semua wali kelas dan guru-guru lainnya, sehingga permasalahan yang erjadi pada siswa lebih cepa dikeahui dan dapa segera diangani. Kedua, Kepada siswa, diharapkan agar lebih meningkakan anggung jawab belajar, semanga belajar sebagia siswa sera harus beranggung jawab dalam mengemban ugas sebagai seorang siswa, agar dapa memanfaakan layanan yang diberikan sebagai wadah unuk meningkakan anggung jawab belajar, dan mampu menjalin hubungan yang kondusif dengan para guru sehingga dapa mencapai hasil pembelajaran yang opimal di sekolah. Keiga Kepada guru pembimbing, disarankan unuk dapa menerapkan konseling eksisensial humanisik secara berkelanjuan unuk mengeahui perkembangan pesera didik aau siswa, baik yang memiliki masalah aaupun yang idak memiliki masalah. Dafar Pusaka Bruning, James L Compuaional Handbook of Saisics. Unied Sae of Amerika : Sco, Foresman and Company. Nurkancana,Wayan Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Penerbi Usaha Nasional. Suranaa, Kadek dkk Panduan Memimpin Kelompok Dalam Konseling Kelompok.Bali : FIP Undiksha Sedanayasa, Gede Panduan Konseling Perorangan. Singaraja : Universias Pendidikan Ganesha. Mudjijono. 01. Bimbingan dan Konseling Pribadi-sosial. Singaraja: Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakulas Ilmu Pendidikan Universias Pendidikan Ganesha. Corey, Gerald Teori Prakek Konseling dan Psikoerapi. Bandung: PT Refika Adiama. Koyan, Wayan. 01. Saisik Pendidikan. Singaraja: Universias Pendidikan Ganesha Press.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON Oleh: Nurul Hidayai Mahasiswa S1 Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 7-11

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 7-11 PERBEDAAN PENERAPAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA KOMPETENSI MEMBUAT POLA CELANA PANJANG (SLACK) DI SMK NEGERI 3 KEDIRI Aufa Rohmaul Laili Mahasiswi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA Erlangga Andalas Saki, Maskun, Suparman Arif. FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Soemanri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP Halima Rosida 1, Widha Sunarno 2, Supurwoko 3 Program Sudi Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UNS Surakara, 57126, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh: Arikel Skripsi TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Unuk Memenuhi Sebagian Syara Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIN Meode adalah suau prosedur aau cara unuk mengeahui sesuau yang mempunyai langkah-langkah sisemais. 1 Meode peneliian adalah semua asas, perauran, dan eknik-eknik yang perlu diperhaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Eviani Damastuti-Penerapan Strategi KWL untuk..

Eviani Damastuti-Penerapan Strategi KWL untuk.. PENERAPAN STRATEGI KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF SISWA BERKESULITAN BELAJAR KELAS III SDN MANAHAN SURAKARTA Eviani Damasui dan Sugini *) sugini@fkip.uns.ac.id

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM BERBANTUAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM BERBANTUAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V Ni Nyoman Niha Samadhi, Puu Nanci Riasini. (17). Pengaruh Pembelajaran Quanum Berbanuan Permainan Dalam Pembelajaran Terhadap Keakifan Dan Hasil Belajar Kogniif IPA Siswa Kelas V. Inernaional Journal of

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newon pada Siswa X SMA Negeri 4 Palu Nursia, Darsikin, dan Syamsu Shiajung@yahoo.co.id Pend. Fisika, FKIP, Universias

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sauan Pendidikan : SMA Kelas/Semeser Maa Pelajaran Topik Waku : X / Ganjil : Fisika (Wajib/Mina*) : Gerak Jauh Bebas : 4 45 meni A. Kompeensi Ini KI 1: Menghayai dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan*** PELATIHAN MENITI PAPAN JARAK 4 METER 5 REPETISI 2 SET DAN 2 REPETISI 5 SET TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MENGWI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kadek Bayu Wibawa*, I Keu Sumera**,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Unnes Science Education Journal

Unnes Science Education Journal USEJ 3 (1) (014) Unnes Science Educaion Journal hp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN LKS BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA JPPM Vol. 9 No. 2 (2016) PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA Rika Mulyai Musika Sari Program Sudi Pendidikan

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Jl. Tamansari No.1 Bandung

Jl. Tamansari No.1 Bandung Prosiding Hubungan Masyaraka ISSN: 2460-6510 Hubungan anara Komunikasi Insruksional Pembimbing dengan Moivasi Kerja Pesera Prakek Kerja Lapangan Relaion beween Insrucor Insrucional Communicaion wih Work

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK Kompeensi Dasar paramerik. Mahasiswa memahami enang beberapa eknik analisis saisik non Indikaor Pencapaian Mahasiswa dapa: a. Menjelaskan, menghiung dan menerapkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN Oong Karyono Teknik Indusri, Fakulas Teknik Universias Majalengka Email : oong_karyono@rockemail.com ABSTRAK Rumah saki umum daerah (RSUD) Kabupaen

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PSIKOLOGIS SUPERVISI PENGAJARAN

PERSPEKTIF PSIKOLOGIS SUPERVISI PENGAJARAN Supervisi dipandang dari perspekif psikologi erenu. Masing-2 pandangan berangka dari asumsi-2 psikologis erenu. Terdapa 3 pandangan, yakni: PERSPEKTIF PSIKOLOGIS SUPERVISI PENGAJARAN 1. Pandangan psikologi

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci