PERBANDINGAN FEATURE KATA DAN FRASA DALAM KINERJA CLUSTERING DOKUMEN TEKS BERBAHASA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN FEATURE KATA DAN FRASA DALAM KINERJA CLUSTERING DOKUMEN TEKS BERBAHASA INDONESIA"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN FEATURE KATA DAN FRASA DALAM KINERJA CLUSTERING DOKUMEN TEKS BERBAHASA INDONESIA Amir Hamzah 1, Adhi Susano, F.Soesiano, Jazi Eko Isyano 3 1 Insiu Sains dan Teknologi AKPRIND, Jalan Kalisahak 8, Yogyakara 55 Telepon: (074)-56309; Fax: (074) amir@akprind.ac.id Universias Gadah Mada, Jurusan Tekni k Elekro, Jalan Grafika Yogyayakara 5581 Phone: (6) ; se@e.ugm.ac.id 3 Universias Gadah Mada, Jurusan Fisika,Yogyakara azi@ugm.ac.id ABSTRACT Tex documen clusering has been inensively sudied because of is imporan role in ex-mining and informaion rerieval. High dimensionaliy problem caused by high number of words is always happened in word-based clusering echnique using vecor space model. Alhough exracing words in he preprocessing phase is simple, he collecion iself is no only can be viewed as a se of words bu also a se of parly more han one word phrase. Separaing a phrase ino is pars can eliminae he acual meaning of phrase. Therefore in order o mainain he conex of words a phrase mus be mainain as a phrase. I is assumed ha by adding phrases o words as feaures in clusering will improve he performance. This paper will sudy he comparison of word-base and phrase-based clusering. Three clusering models was chosen i.e. hierachical, parional and hybrid model. Four similariy echnique i.e. GroupAverage, CompleeLink, SingleLink, and CluserCener was ried for hierarchical, K-Means and Bisecing K-Mean for parional and bucksho for hybrid. Documen collecions from news ex ha has been caegorized manually was used o es hese algorihms by using F-measure as crieria of clusering performance. This value was derived from Recall and Precision and can be used o measure he performance of he algorihms o correcly classify he collecions. Resuls show ha by adding phrases or simply word pair, alhough i s sill no saisically significan, i slighly improves he performance of clusering. Keywords: word-base documen clusering, phrase-based documen clusering, clusering performance 1. INTRODUCTION Clusering dokumen eks menduduki posisi pening dalam ex daa mining dan ex informaion rerieval. Hal ini karena dengan inensifnya eknologi digial dalam manaemen menyebabkan koleksi dokumen meningka eksponensial. Saa ini dalam web lebih dari 16 Milyar dokumen eks dikoleksi google [18]. Diperkirakan bahwa sebagian besar informasi dalam suau perusahaan adalah eks. Hal ini mendorong kebuuhan rise unuk elaborasi koleksi eks (ex-mining) dan rise unuk opimalisasi mesin pencari informasi (IR-sysem). Dalam model ruang vekor dimana koleksi dokumen diwakili oleh marik kaa-dokumen dan sebuah dokumen diwakili oleh sebuah vekor dalam ruang dimensi, dengan umlah kaa dalam koleksi dokumen ersebu, umum diumpai bahwa dimensi sanga inggi [5]. Dalam dimensi inggi arak anar iik akan cenderung bernilai sama [1]. Hal ini berakiba algorima clusering yang berumpu pada fungsi arak menghasilkan solusi yang bias. Reduksi dimensi ruang vekor dapa diempuh pada ahap clusering aau ahap pre-processing. Pada ahap clusering reduksi diempuh dengan pendekaan misalnya proeced clusering [1], analisis SVD aau PCA [9]. Reduksi ahap pre-processing diempuh anara lain dengan seleksi kaa [6][11]. Kaa yang erlalu inggi frekuensinya dibuang dengan cara sop-word removal, yaiu membuang kaa seperi dan, ini, iu, dengan dan lain-lain. Sedang kaa frekuensi rendah dibuang dengan baas suau reshold erenu. Cara baku lain reduksi dimensi dalam ahap pre-processing adalah dengan semming kaa [16][10], yaiu mengembalikan kaa ke dalam kaa dasarnya. Dalam model bag of word koleksi dokumen hanya diandaikan sebagai koleksi kaa, padahal pada kenyaaannya dalam dokumen sanga mungkin ada banyak frasa yang ersusun dari dua kaa seperi pasar modal, kambing hiam, aau frasa iga kaa seperi erapi usuk arum. Memisahkan semua frasa menadi inggal kaa-kaa penyusunnya bisa berakiba makna kaa menyimpang auh dari koneks sebenarnya. Oleh karena iu edealnya feaure adalah kaa dan frasa, seperi yang bukikan oleh [0] bahwa feaure frasa lebih baik dalam kinera pembeda dokumen. Tidak seperi eksraksi kaa dari dokumen yang secara eknis sanga mudah, eksraksi frasa memerlukan algorima yang idak mudah. Dalam dokumen bahasa inggris rise dalam bidang eksraksi frasa dari dokumen eks elah banyak dilakukan, anara lain oleh [8][14]. Sayangnya dalam eks bahasa indonesia rise seperi ini belum banyak dilakukan karena rise bidang kompuasi linguisik masih sanga minim [15]. Peneliian ini B-53

2 dimaksudkan sebagai peneliian awal unuk eksraksi kaa dari dokumen eks menggunakan eknik saisik pasangan kaa. Selanunya pengaruh frasa yang dieksraksi dalam kinera clusering dokumen eks berbahasa indonesia akan dilakukan.. LANDASAN TEORI 4.1 Model Ruang Vekor Unuk Koleksi Dokumen Model ruang vekor unuk koleksi dokumen mengandaikan dokumen sebagai sebuah vekor dalam ruang kaa (feaure). Klusering dokumen dipandang sebagai pengelompokan vekor berdasarkan suau fungsi similariy anar dua vekor ersebu. Jika koleksi n buah dokumen dapa diindeks oleh buah erm/feaure maka suau dokumen dapa dipandang sebagai vekor berdimensi dalam ruang erm ersebu. Dengan demikian koleksi dokumen dapa diuliskan sebagai marik kaa-dokumen X, yang dapa diulis : X = {x i } i= 1,,.. ; =1,,.. n (1) x i adalah bobo erm i dalam dokumen ke Menuru Luhn [13], kekuaan pembeda erkai dengan frekuensi erm (erm-frequency, f). Term yang memiliki kekuaan diskriminasi adalah erm dengan frekuensi sedang. Pemoongan erm dengan frekuensi inggi dilakukan dengan membuang sop-word, seperi ini, iu, yang, yaiu dan lain-lain yang dapa mengurangi frekuensi feaure 30 sampai 40 persen [16 ]. Pemboboan dasar dilakukan dengan menghiung frekuensi kemunculan erm dalam dokumen karena dipercaya bahwa frekuensi kemunculan erm merupakan peunuk seauh mana erm ersebu mewakili isi dokumen. Menuru Luhn [13], kekuaan pembeda erkai dengan frekuensi erm (erm-frequency, f), di mana erm yang memiliki kekuaan diskriminasi adalah erm dengan frekuensi sedang. Memperimbangkan panang dokumen dan kemunculan erm dalam dokumen pemboboan baku yang digunakan adalah ermferkeunsi invers-documen freqeuency (TF-IDF) [17] sebagai beriku: Kesamaan anara dokumen D i dengan dokumen D umumnya diukur dengan fungsi similarias erenu. Menuru [3] unuk uuan clusering dokumen fungsi yang baik adalah fungsi similarias Cosine, beriku: Cosine-sim(D i,d )= D D () i= 1 ( Di ) i= 1 i= 1 i ( D ) Jika vekor Di dan D masing-masing ernormalisasi sehingga masing-masing panangnya sau, maka fungsi cosine menadi: Cosine-sim(D i,d ) = D D (3) i i= 1 4. Feaure kaa dan feaure frasa Secara umum feaure yang digunakan unuk mewakili dokumen dalam model raung vekor adalah kaa. Hal ini karena eksraksi kaa dari dokumen relaif mudah, yaiu hanya mendeeksi derean karaker yang diakhiri dengan spasi. Jika dirancang bahwa angka idak merupakan bagian dari kaa maka dalam bahasa Indonesia karaker khusus yang mewakili kaa hanya anda hypen ( - ), yang menunukkan kaa ulang, selainnya adalah karaker abad. Peneliian unuk eks bahasa inggris yang melibakan frasa menunukkan bahwa melibakan frasa dalam feaure dapa meningkakna kinera clusering [0]. Peneliian enang deeksi dan eksraksi frasa dalam bahasa Inggris uga elah cukup banyak dilakukan [8]. Meode seleksi beragam mulai dengan pendekaan saisik sampai pendekaan naural language processing (NLP). Unuk kasus bahasa Indonesia peneliian di bidang ini masih sanga minim [15]. Dengan laar belakang iu dalam peneliian ini frasa didefinisikan sebagai dua kaa yang saling berdekaan yang memiliki makna erenu yang bisa berbeda dengan makna kaa-kaa unggalnya, misalnya kambing hiam. Teknik eksraksi kaa diempuh dengan cara sederhana yaiu melakukan penghiungan frekuensi kemunculan dari pasangan dua kaa. Selanunya seperi pada kaa seelah dibaasi frekuensi minimal kemunculan, analisis variansi frekuensi dilakukan unuk melakukan seleksi. sebagai persamaan beriku [5][6]: ni ni q i ()= 1 f f (4) = 1 ni = 1 dengan q i adalah variansi ika frekuensi minimal kaa/frasa muncul dalam analisis adalah i (i=0,1,,...). 4.3 Clusering Dokumen Clusering didefinisikan sebagai upaya pengelompokan daa ke dalam kluser sehingga daadaa didalam kluser yang sama memiliki lebih kesamaan dibandingkan dengan daa-daa pada kluser yang berbeda [8]. Dikenal dua pendekaan, yaiu herarchical dan parisional dengan masingmasing memiliki banyak variasi. Meode Hierarchi Agglomeraive unuk Clusering dokumen Meode klusering secara aglomeraive berawal dari n= cacah dokumen sebagai cluser. Dengan menggunakan fungsi similarias anar kluser kemudian proses penggabungan kluser erdeka dilakukan. Ukuran similarias anar kluser anara lain, misalnya: UPGMA CST dan IST Single Link, Complee Link [5][7]. Beriku ini ringkasan masing-masing eknik ersebu: Unweighed Pair Group Mehod Average similariy (UPGMA): Similarias dua kluser B-54

3 diukur dengan raa-raa hiung similarias anar seluruh pasangan iik anara kedua kluser. Cenorid- Similariy Technique(CIST): Jarak anar kluser dienukan dengan arak anar pusa kluser. Inra-Cluser Similariy (IST): Dua kluser digabungkan ika selisih similarias dua cluser gabungan dengan similarias masing-masing kluser adalah maksimal. Single Link (SL): arak erbaik dua kluser diwakili oleh arak erdeka (similarias eringgi) dari dua iik dari dua kluser. Complee Link(CL): arak erbaik dua kluser diwakili oleh arak erauh (similarias erendah) dari dua iik dari dua kluser. Secara eknis masukan bagi algorima hierarchical clusering adalah mariks similarias anar dokumen yang berukuran NxN. Ierasi yang seiap ahapnya melakukan penggabungan kluser dilakukan dengan melakukan updae pada marik similarias. Hal inilah yang menyebabkan algorima ini memiliki kompleksias waku dan ruang O(N ). K-Means Clusering Algorima K-means clusering merupakan algorima ieraif dengan meminimalkan umlah kuadra error anara vekor obek dengan pusa kluser erdekanya [7], yaiu: k = 1 x π x m (5) di mana m adalah pusa kluser (mean vecor) dalam kluser ke. Proses dimulai dengan mula-mula memilih secara random k buah dokumen sebagai pusa kluser awal. Bisecing K-Means Clusering Meode Bisecing K-means [16] mencoba menggabungkan pendekaan pariional dengan divisive hierarchi, yaiu mula-mula seluruh dokumen dibagi dua dengan cara K-means (bisecing-sep). Selanunya cara iu dikenakan pada iap-iap kluser sampai diperoleh K buah kluser. Bucksho Clusering Algorima Bucksho menggunakan pendekaan hierarchie agglomeraive unuk mendapakan k buah vekor sebagai pusa kluser awal. Langkah Bucksho mula-mula mengambil sampel acak sebesar kn dokumen, dikluser dengan prosedur hierarchie agglomeraive unuk mendapakan k buah kluser. Selanunya dari parisi awal Bucksho proses refinemen dilakukan sebagaimana dalam K-means clusering [4]. 4.4 Validias Clusering (Cluser validiy) Validias yang digunakan diurunkan dari Confusion Marix yaiu mariks yang disusun berdasarkan berapa banyak obek yang diklasifikasikan dengan benar oleh proses clusering. Parameer kualias clusering yang dapa diurunkan dari confusion marix yang umum digunakan unuk documen clsuering adalah F-measure (persamaan (5)). F-measure = PR P + R (6) 3. EKSPERIMEN Koleksi dokumen yang digunakan unuk eksperimen adalah koleksi yang diambil dari koleksi Asian [] dikemas menadi 5 koleksi yang masingmasing elah dikluser secara manual. Saisik koleksi es ersai dalam Tabel 1. Tabel 1. Koleksi Dokumen Unuk Penguian algorima clusering Colec Name doc clus Clus Size uniq Word avg word/ doc T Sama T Beda T Beda T Beda T Beda Seiap koleksi erdiri dari seumlah dokumen dengan forma seiap dokumen seperi gambar 1. <DOC> <DOCNO>news035-hml</DOCNO> banyaknya calha kalsel bukan indikaor membaiknya perekono mian... </DOC> Gambar 1. Forma koleksi dokumen unuk Tes Proses pre-processing berupa eksrak kaa, frasa, kompuasi saisik frekuensi sampai dengan penyusunan marik dilakukan dengan kode program JAVA (dk1.4.). Frase dalam eksperimen ini adalah dua buah kaa yang muncul berdampingan dengan frekuensi erenu. Selanunya diuikan meodemeode clusering yaiu : meode hierarchi aglomeraive (sraegi similarias: Single Link, Complee Link, Group Average, cenroid similariy, inra cluser similariy), meode pariional (Kmeans, bisecing k-means, Bucksho). Program dirancang dengan scrip MATLAB. Hasil penguian kinera feaure kaa dan frasa diukur melalui nilai F-measure yang membandingkan feaure kaa saa, frasa saa dan feaure campuran. Ui saisik hasil dengan ui wilcoxon sign-rank unuk pengamaan berpasangan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada semua koleksi dilakukan pre-processing dengan baas minimal nilai erenu. Dienukan 3 B-55

4 macam penggunaan feaure, yaiu campuran, kaa saa dan frasa saa. Selanunya clusering dilakukan dengan 100% feaure yang didapa dengan pembaasan minimal ersebu. Seleksi feaure dengan prosenase 0%,15%,10% dan 5% dengan analisis varian frekuensi kemunculan uga dilakukan. Saisik feaure berdasarkan hreshold minimal pada koleksi ersai dalam Tabel. Perbandingan Feaure Kaa+Frasa dengan Kaa Frasa didefinisikan sebagai pasangan dua kaa yang beruruan dalam eks yang sering muncul. Asumsinya ika dua kaa ersebu merupakan frasa maka kemungkinan besar frekeunsi kemunculannya cukup inggi karena ika pasangan kaa ersebu acak maka kemunculannya akan rendah sehingga ia akan dominan pada frekuensi rendah. Hal ini dapa didielaskan pada pola kemunculan kaa dan pasangan kaa yang sama pada seluruh koleksi, salah saunya unuk koleksi 00 kaa seperi dalam Tabel 3 Gambar. Tabel. Saisik Kaa+Frasa, Kaa dan Frasa Kol Min f Σ K+Fr Σ Kaa Σ Frasa T T T T T Tabel 3. Saisik frekuensi erm 00 dokumen Kaa dan Pas Kaa Hanya Kaa % Pas Kaa ToFreq 8,106 1, % Freq=1 19,694 16, % Freq= 3,981, % Freq=3 1, % Freq= % Freq= % Freq>5 1, % Terliha dari able 3 dan Gambar bahwa diaas frekuensi 5 pasangan kaa hanya 15% dari campuran kaa dan pasangan kaa. Frequency Word Analysis (00 Dok) ToFreq Freq=1 Freq= Freq=3 Freq=4 Freq=5 Word Frequency Freq>5 Kaa+ Frasa Frasa saa Gambar. Frekuensi Kaa+Frasa dengan Frasa Analisis kinera clusering berdasar nilai F- measure menggunakan seluruh meode dilakukan pada iap koleksi. Perbandingan dilakukan anara feaure campuran (Kaa+Frasa) dan feaure hanya kaa. Pada koleksi T00 (00 dokumen) hasil perbandingan ersai pada Tabel 4. Karena sempinya ruang perbandingan unuk koleksi T300,T400, T500 dan T800 idak diampilkan dan hanya akan diampilkan hasil ui saisik perbandingan kinera ersebu. Terliha dari Tabel 4 bahwa kinera cluering pada berbagai meode erkadang unggul unuk feaure kaa+frasa dan kadang unggul unuk kaa saa. Pola seperi ini eradi idak hanya pada koleksi T00 eapi pada semua koleksi yang diuikan. Secara raa-raa feaure campuran bernilai lebih inggi dari feaure kaa saa, eapi dari ui saisika rank wilcoxon unuk sampel berpasangan menghasilkan ui beda idak signifikan pada seluruh koleksi yang diui ( Tabel 5). Semua menghasilkan ui non-sig, yang berari belum dapa dikaakan bahwa ada perbedaan kinera clusering karena penambahan pasangan kaa pada feaure kaa. Tabel 4. Perbandingan kinera clusering dengan feaure Kaa dan Kaa+Frasa diukur dari F-Measure unuk koleksi dokumen 00 dokumen 100% erm 0% erm 15 % erm 10% erm 5% erm Meode K+Frs Kaa K+Frs Kaa K+Frs Kaa K+Frs Kaa K+Frs Kaa hcaupgma hcacst hcaist hcasl hcacl spherekm biseckm bucksho Raa-raa B-56

5 Kenyaaan ini dapa diduga disebabkan secara saisik kemunculan frasa (pasangan kaa) dengan analisis frekeunsi yang sama dengan kaa paling inggi adalah 38% dari seluruh feaure (kaa+frasa). Jika dilakukan seleksi maka frasa akan semakin mengecil pada seleksi feaure sampai 5%, maka hanya erdapa paling inggi 9% feaure adalah pasangan kaa. Secara rinci prosenasi frasa(pasangan kaa) akan berubah ika seleksi feaure dilakukan seperi pada Tabel 6. Tabel 5. Saisik Ui rank-wilcoxon beda sample berpasangan pada alpa 5% Kol Raa-raa beda T- value T- abel Hasil Ui beda T Non sig T Non sig T Non sig T Non sig T Non sig Tabel 6. Penurunan prosenase Frasa (pasangan kaa) dalam feaure campuran oleh seleksi feaure Kol 100% 0% 15% 10% 10% T00 38% 17% 15% 13% 9% T300 37% 18% 13% 10% 7% T400 38% 16% 13% 9% 8% T500 36% 16% 11% 9% 9% T800 33% 15% 11% 9% 9% Penggunaan feaure Frasa saa Penggunaan feaure sepenuhnya frasa menunukkan hasil yang relaive lebih rendah, baik pada 100% feaure, maupun 0%,15%,10% aau 5%. Hasil lebih rendah ini konsisen pada semua koleksi yang diuikan. Sebagai conoh unuk koleksi T500 raa-raa F-measure unuk seluruh meode sersai pada gambar 3. Kinera hanya frasa semakin menurun ika digunakan seleksi feaure yang rendah. Pada prosenase 10% dan 5% perbedaan anara frasa dan kaa sera anara frasa dan campuran erliha signifikan. Salah sau penyebab menurunnya nilai F- measure yang berari menurunnya kinera clusering karena pada kenyaaannya feaure kaa dan frasa akan cenderung lebih banyak kaa. Pemilihan frasa dengan hanya mengambil dua kaa yang berdekaan dan dengan frekuensi erenu, anpa meliha makna belum aminan bahwa pasangan kaa ersebu benarbenar sebuah frasa. Tabel 7 menyaikan conoh 0 pasangan kaa erbaik yang dieksraksi dari koleksi T300. Terliha beberapa pasangan kaa seperi per gram, per dolar, uara piala adalah bukan frasa yang benar. Pasangan kaa yang abdullah syafei dengan abdullah syafiie adalah conoh pasangan yang sebenarnya sama eapi diidenifikasi berbeda karena keidak konsisenan warawan dalam menulis beria. Hal ini uga eradi pada pasangan kaa amaah hai yang kadang diulis sebagai emaah hai. Tenu saa ini merupakan noise yang menurunkan kinera clusering. F-measure 0,80 0,60 0,40 0,0 0,00 100% 0% 10% 15% 5% Prosenase Feaure K+Frs Kaa Frasa Gambar 3. Raa-raa F-measure pada koleksi T500 Tabel 6. Conoh pasangan kaa erseksrak dari koleksi per dolar mancheser unied emaah hai arab saudi abdullah syafei menko polkam piala dunia pasar uang erhadap dolar enaga kera maa uang koa ambon banda aceh pasukan ni liga uama uara piala abdullah syafiie amaah hai uara liga per gram 5. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan dari peneliian ini dapa diuliskan sebagai beriku: a. Penambahan feaure frasa yang diambil dari pasangan kaa dengan frekuensi erenu meningkakan hasil kinera clusering, meskipun penguian secara saisik peningkaan belum sinifikan. b. Jika digunakan seleksi erm aas feaure campuran dengan hanya mengambil beberapa persen dari oal feaure campuran, maka umlah frasa yang erliba akan menurun sampai dibawah 10%. c. Penggunaan feaure hanya frasa memiliki kinera yang rendah dibandingkan dengan feaure campuran (kaa dan frasa) aaupun feaure kaa saa. Kinera ini semakin ika digunkaan seleksi feaure frasa pada prosenase 10% aau 5%. Hal ini dapa dipahami karena pada kenyaaannya suau dokumen eks bukanlah kumpulan frasa eapi kaa dan frasa dengan frekuensi kaa yang auh lebih besar dari pada frasa. d. Diperlukan peneliian lebih auh unuk melakukan eksraksi frasa dengan eknik yang lebih baik dari sekedar melakukan saisik pada kemunculan pasangan kaa sebagai feaure. B-57

6 PUSTAKA [1] Aggarwal,C. C. and P.S. Yu, Finding Generalized Proeced Cluser in High Dimensional Spaces, Proc.ACM SIGMOD Conf., 000 [] Asian, J., H. E. Williams, and S. M. M. Tahaghoghi, Tesbed for Indonesian Tex Rerieval, 9h Ausralian Documen Compuing Symposiom, Melbourne December, 13, 004 [3] Chisholm, E. and T. G. Kolda, New Term Weighing Formula for he Vecor Space Mehod in Informaion Rerieval, Research Repor, Compuer Science and Mahemaics Division, Oak Ridge Naional Library, Oak Ridge, TN , March [4] Dhillon, S. I., J. Fan, and Y. Guan, Efficien Clusering of Very Large Documen Collecion, [5] Dhillon, I., J. Kogan, and C. Nicholas, Feaure Selecion and Documen Clusering, oghan.pdf, 00 [6] Jain, A.K. and R. C. Dubes, Algorihms for Clusering Daa, Prenice-Hall, 1988 [7] Franzi K.T. and S. Annaniadou, Auomaic Term Recogniion Using Conexual Cues, DELOS 03, DELOS03/franzi.pdf, 003 [8] Gao, J. and J. Zhang, Clusered SVD Sraegies in Laen Semanic Indexing, Technical Repor No , Deparmen of Compuer Science, Universiy of Kenucky, Lexingon, KY,003 [9] Hamzah, A, Pengaruh Semming Kaa Dalam Peningkaan Unuk Kera Documen Clusering Unuk Dokumen Berbahasa Indonesia, Proseding Seminar Nasional Rise Teknologi Informasi, AKAKOM, Juli, 006. [10] Hamzah, A., F. Soesiano, A.Susano, J.E.,Isyano : Seleksi Feaure Kaa Berdasarkan Variansi Kemunculan Kaa Dalam Peningkaan Unuk Kera Documen Clusering Unuk Dokumen Berbahasa Indonesia, Pakar, Jurnal Teknologi Informasi dan Bisnis, Vol.7,No.3., pp , 006 [11] Hinneburg, A. and D.K. Keim, Opimal Grid- Clusering: Towards Breaking he Curse of Dimensionaliy in High-Dimensional Clusering, Proceeding of 5 h VLDB Conference, Edinburg, Scoland, 1999 [1] Luhn, H.P., The Auomaic Creaion of Lieraure Absracs. IBM Journal of Research and Developmen, : , 1958 [13] Maynard, D. and S. Ananiadou, Incorporaing Linguisic Informaion for Muli-Word Term Exracion, Dep.Of Compuing & Mahemaics, Mancheser, MI 5GD, UK.,1999 [14] Nazief, B., Developmen of Compuaional Linguisic Research: a Challenge for Indonesia, Compuer Science Cener, Universiy of Indonesia,000 [15] Risbergen, C. J., Informaion Rerieval, Informaion Rerieval Group, Universiy of Glasgow, UK,1979 [16] Seinbach, M., Karypis, G., Kumar, V., A Comparison of Documen Clusering Techniques, Universiy of Minnesoa, Technical Repor #00-034, a hp:// edu/ech_repors, 000 [17] [18] Zamir, O.E., Clusering Web Documen : A Phrase-Based Mehod for Grouping Search Engine Resul, PhD. Disseraion, Universiy of Washingon,1999 [19] Zhang, Y., E. Milios and N. Z. Heywood, A Comparison of Key-word and Keyerm-based Mehods for Auomaic Web Sie Summarizaion, Tecnical Repor, Faculy of Compuer Science, Universiy Ave. Halivax, Nova Scoia,004. [0] Cuing, D. R., D. R. Karger, J. O. Pederson, and J. W. Tukey,199, Scaer/Gaher:A Cluser-based Approach o Browsing Large Documen Collecion, Procedding 15 h Annual In 7ACM SIGIR Conference on R&D in IR, 199. B-58

TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS KLUSTER UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI TEKS BAHASA INDONESIA

TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS KLUSTER UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI TEKS BAHASA INDONESIA TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS KLUSTER UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI TEKS BAHASA INDONESIA Amir Hamzah Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknologi Indusri Insiu Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakara

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS

INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS Deddy Wijaya Sulianoro 1, *), Irya Wisnubhadra 2) dan Ernawai 3) 1) Magiser Teknik Informaika, Universias Ama Jaya Yogyakara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR

EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR Yogyakara, 7 Juni 006 EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR Rila Mandala Kelompok Keahlian Informaika, Sekolah Teknik Elekro dan Informaika, Insiu Teknologi Bandung Jalan Ganesha

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON Oleh: Nurul Hidayai Mahasiswa S1 Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

KOMPARASI METODE PERAMALAN AUTOMATIC CLUSTERING TECHNIQUE AND FUZZY LOGICAL RELATIONSHIPS DENGAN SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING

KOMPARASI METODE PERAMALAN AUTOMATIC CLUSTERING TECHNIQUE AND FUZZY LOGICAL RELATIONSHIPS DENGAN SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Komparasi Meode Peramalan (Beik E.) KOMPARASI METODE PERAMALAN AUTOMATIC CLUSTERING TECHNIQUE AND FUZZY LOGICAL RELATIONSHIPS DENGAN SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Beik Endaryai 1, Rober Kurniawan 2 1,2

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Laar Belakang PENDAHULUAN Basis daa saa ini elah berkembang sanga cepa. Di dalam umpukan daa ersebu mungkin erdapa informasi ersembunyi yang sanga pening aau menjadi pening pada saa dibuuhkan. Penumpukan

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

PAPER Analisis Data Outlier Pada Data Pengeluaran Rumah Tangga Di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005 Dengan Metode ROBPCA

PAPER Analisis Data Outlier Pada Data Pengeluaran Rumah Tangga Di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005 Dengan Metode ROBPCA PAPER Analisis Daa Oulier Pada Daa Pengeluaran Rumah Tangga Di Koa Kupang, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005 Dengan Meode ROBPCA oleh Suryana NRP. 1306 201 710 PROGRAM STUDI MAGISTER JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh: Arikel Skripsi TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Unuk Memenuhi Sebagian Syara Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 12, Desember 2017, hlm. 1750-1757 hp://j-piik.ub.ac.id Analisis Senimen Terhadap Tayangan Televisi Berdasarkan Opini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar eori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaiu model regresi dua level, meode penaksiran maximum likelihood, mariks parisi, kronecker

Lebih terperinci

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED Wahyuda 1, Budi Sanosa 2, Nani Kurniai 3 1 Teknik Indusri Universias Mulawarman-Samarinda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN Volume, Nomor, Juni 7 ISSN 978-77 Barekeng, Juni 7 hal6-5 Vol No ANALISIS VARIANS MULTIVARIAT PADA EKSPERIMEN DENGAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Variance Mulivaria Analysis for Experimen wih Complee Random

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

HIDDEN MARKOV MODEL. Proses Stokastik dapat dipandang sebagai suatu barisan peubah acak dengan T adalah parameter indeks dan X

HIDDEN MARKOV MODEL. Proses Stokastik dapat dipandang sebagai suatu barisan peubah acak dengan T adalah parameter indeks dan X BAB II HIDDE MARKOV MODEL.. Pendahuluan Proses Sokasik dapa dipandang sebagai suau barisan peubah acak { X, } dengan adalah parameer indeks dan X menyaakan keadaan pada saa. Himpunan dari semua nilai sae

Lebih terperinci