ANALISIS BIPLOT DALAM MENDESKRIPSIKAN POSISI RELATIF ANTAR KECAMATAN BERDASARKAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KONAWE.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS BIPLOT DALAM MENDESKRIPSIKAN POSISI RELATIF ANTAR KECAMATAN BERDASARKAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KONAWE."

Transkripsi

1 ANALISIS BIPLOT DALAM MENDESKRIPSIKAN POSISI RELATIF ANTAR KECAMATAN BERDASARKAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KONAWE Oleh Dermawanto, Dr. Gusti Ngurah Adhi Wibawa, S.Si., M.Si, Norma Muhtar S.Si.,M.Si Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Biplot analysis is an attempt to present a graph demonstration of the matrix data X in a plot by overlapping vectors of the row matrix X (object picture) with vectors that represent the column matrix X (modifier picture). Biplot developed based on Singular Value Decomposition (SVD). The study utilize data of social welfare problems on 12 districts in Konawe regency in 2013 and aimed to find out the social problems that exist in 12 districts in Konawe regency. The results of Biplot analysis generate diversity degree about 99.3%. The results of the relative position in the Wonggeduku, Sampara, Pondidaha and Abuki district positioned as the districts which have relative large social problems issues about abandoned children and the mentally disabled. The result of some districts such as Soropia, Wawotobi, Bondoala, Amonggedo, Lambuya, and Uepai are defined as the districts that have major social problems about decrepit abandon and physical defects. While Routa district and Unaaha district have social problems that are not oversized. Keyword : Biplot, Singular Value Decomposition, Position Relative

2 1. PENDAHULUAN P embangunan adalah karya terstruktur yang mempunyai implikasi luas terhadap kualitas hidup manusia. Hal ini karena kontruksi pembangunan terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi hidup manusia. Analogi ini menyiratkan bahwa karya terstruktur yang dilakukan melalui pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan selama ini, ternyata telah mengantarkan bangsa Indonesia memasuki era-baru dengan berbagai konsekuensinya. Pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional, juga mengambil peran aktif dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Terdapat indikasi bahwa belakangan ini, Indonesia ternyata berhasil menata dan meningkatkan kualitas hidup rakyat setahap lebih maju dari tatanan kehidupan yang diwarisi era sebelumnya. Seiring dengan kemajuan bidang kesejahteraan sosial yang dicapai selama ini, disadari pula bahwa keberhasilan bangsa Indonesia ternyata masih diwarnai permasalahan sosial yang belum terselesaikan. Bangsa Indonesia masih tetap dihadapkan pada permasalahan kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, keterpencilan, korban bencana dan tindak kekerasan, baik masalah yang bersifat primer maupun akibat dari dampak nonsosial, yang belum sepenuhnya terjangkau oleh proses pembangunan kesejahteraan sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan wujud komitmen pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat sebagian warga masyarakat yang menyandang permasalahan sosial. Tantangan pembangunan kesejahteraan sosial yang dihadapi tercermin dari masih rendahnya daya dorong perekonomian, serta populasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang masih menjadi beban sosial, baik bobot maupun kompleksitasnya. Untuk menghadapi berbagai permasalahan sosial tersebut, maka diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap kondisi dan permasalahan sosial yang akan dihadapi. Dalam menanggapi pemahaman terhadap permasalahan sosial, maka peneliti mencoba menyajikan gambaran penyandang masalah kesejahteraan sosial pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Konawe. Terlepas dari itu, metode biplot mampu memberikan gambaran atau kondisi mengenai PMKS di Kabupaten Konawe. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Definisi Tuna Rungu Istilah tunarungu diambil dari kata tuna dan rungu, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Tunarungu satu istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli dan kurang dengar. Sedangkan yang kurang dengar biasanya menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan untuk keberhasilan

3 memproses informasi bahasa melalui pendengarannya, artinya apabila orang yang kurang dengar tersebut menggunakan hearing aid ia masih dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya (Pratiwi. 2014) Definisi Cacat Anggota Badan(Tuna Daksa) Istilah tuna daksa maksudnya sama dengan istilah yang berkembang seperti cacat tubuh, tuna tubuh, cacat anggota badan, dll.dengan kata lain, tuna daksa adalah suatu kegiatan yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang, otot, atau sendi sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan karena bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan (Ekawati, 2013). Secara etimologis, gambaran seseorang yang diidentifikasi mengalami ketunadaksaan, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemapuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan (Fitriani, 2014) Definisi Cacat Mental (Tuna Grahita) Keterbelakangan mental disebut juga dengan tunagrahita. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mental retarded, mentally deviciency, mental detective, dan lain-lain (Sugiarti, 2014). Penyandang tuna grahita adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda.misalnya cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan ada juga yang disertai dengan cacat pendengaran (Hidayat, 2014) Definisi Jompo Terlantar Peningkatan populasi orang lanjut usia diikuti pula berbagai persoalan-persoalan bagi orang lanjut usia itu sendiri. Penurunan kondisi fisik dan psikis, menurunnya penghasilan akibat pensiun, kesepian akibat ditinggal oleh pasangan atau teman seusia dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu perhatian besar dan penanganan khusus bagi orang lanjut usia tersebut (Kadir. 2007). Menjadi tua seharusnya bukan untuk ditakuti tapi untuk dinikmati dan hal tersebut merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Semakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan pada gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut. Demikian pula di Indonesia,seperti dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jompo adalah tua sekali dan sudah lemah fisiknya sehingga tidak mampu mencari nafkah sendiri dsb; tua renta; uzur (Malawat. 2012) Definisi Anak Terlantar Anak Terlantar adalah anak karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani dan sosial yang dimaksud anak terlantar adalah anak yang tinggal

4 dalam keluarga miskin usia sampai dengan 18 tahun (Afiadin. 2011). 2.2 Konsep Dasar Matriks Definisi Matriks Sebuah matriks adalah sebuah susunan segi empat dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan di dalam susunan tersebut dinamakan entri di dalam matriks (Anton, 1997). Matriks dapat dituliskan sebagi berikut: a a a a a a = [ ] a a a Susunan matriks A disebut matriks m kali (ditulis m ), karena memiliki m baris dan kolom Jenis-jenis Matriks a. Matriks Bujur Sangkar Definisi : Suatu matriks dikatakan matriks bujur sangkar jika banyaknya baris dan kolom dari matriks tersebut sama (Anton, 1997). Dalam matriks bujur sangkar elemen-elemen a, a,, a disebut elemen diagonal. Sedangkan jumlah elemen dalam diagonal utama matriks bujur sangkar disebut trace. Contoh 2.1 Diberikan matriks bujur sangkar = [ ] Elemen diagonal matriks =,, dan trace = + + =. b. Matriks Dioganal Definisi : Matriks diagonal adalah matriks yang semua anggotanya nol semua kecuali pada diagonal utama yang semuanya tidak harus nol (Imron dan Didik, 2007). Contoh 2.2 Diberikan matriks = [ ] dan = [ ] c. Matriks Identitas/satuan Definisi : Matriks identitas adalah matriks yang anggotanya semua nol kecuali pada diagonal utamanya semuanya bilangan satu, biasanya disimbolkan dengan, dimana n adalah ukuran matriksnya (Imron dan Didik, 2007). Matriks identitas ini biasanya dinotasikan dengan atau. Matriks identitas ini dalam aljabar matriks mempunyai peranan yang sama dengan bilangan 1 dalam aljabar biasa. Contoh 2.3 Diberikan matriks = = [ ] dan = = [ ] d. Matriks Transpose Definisi : Matriks transpose dari matriks A ditulis yang anggotanya merupakan anggota A dengan mengubah baris menjadi kolom dan kolom menjadi baris (Imron dan Didik, 2007).

5 Apabila diketahui suatu matriks berukuran m maka matriks transpose biasanya dinotasikan dengan dengan ukuran m. Contoh 2.4 Jika diketahui matriks = [ ]. Maka transpos matriks untuk matriks adalah = [ Determinan Matriks ]. Misalkan adalah matriks bujur sangkar. Fungsi determinan dinyatakan oleh det, dan kita definisikan det() sebagai jumlah semua hasil kali elementer bertanda dari. Jumlah det( kita namakan determinan (Anton, 1987). Jika matriks yang berukuran mempunyai! hasil kali elementer. Hasil kali elementer tersebut adalah hasil kali yang berbentuk, dimana,,, adalah permutasi himpunan {,,, }. Yang di artikan dengan hasil kali elementer bertanda adalah hasil kali elementer dikalikan dengan +atau. Digunakan tanda + jika,,, adalah permutasi genap dan tanda jika,,, adalah permutasi ganjil. Contoh. 2.5 Diketahui matriks = [ ] det = (2.1) Invers Matriks Jika A adalah matriks bujur sangkar, dan jika dapat dicari matriks B sehingga berlaku AB = BA = I, maka A dikatakan dapat dibalik (invertible) dan B dinamakan invers (inverse) dari A. Jika dapat dibalik, maka inversnya dinyatakan dengan simbol. Jadi = dan = (Kusumawati. 2009) Nilai Eigen Dan Vektor Eigen Definisi : Misalkan A adalah matriks n x n. Skalar disebut sebagai suatu nilai eigen atau nilai karakteristik (Characteristic Value) dari A jika terdapat suatu vektor tak nol x, Sehingga Ax = x (2.2) Vektor x disebut vector eigen atau vektor karakteristik dari (leon. 1999). Persamaan 2.2 dapat dituliskan kembali dalam bentuk: (A-I)x = 0 (2.3) Dengan I adalah matriks identitas yang berukuran sama dengan matriks A. Jika persamaan (2.3) ditulis lengkap maka persamaannya menjadi : a + a + + a = a + a + + a = a + a + + a = Pada persamaan 2.3 akan mempunyai penyelesaian taktrivial jika dan hanya jika A-I singular atau secara ekuivalen (leon. 1999) det I = Persamaannya dapat ditulis kembali menjadi : det I = I

6 = = 0 Nilai eigen dari suatu matriks dapat berupa akar real atau kompleks, suatu nilai eigen yang berlainan disebut nilai eigen yang berulang k kali dinamakan bermultiplisitas k. Vektor eigen dapat diperoleh setelah nilai eigen didapat dengan memasukkan i dalam persamaan berikut : (A i I)x i = 0, untuk i=1,2,.,n 2.3 Konsep Dasar Vektor Pengantar Vektor Vektor dinyatakan sebagai segmen-segmen garis terarah diruang dimensi dua atau diruang dimensi tiga.arah panah menentukan arah vektor dan panjang panah menyatakan besarannya. Ekor panah dinamakan titik awal (Initial Point) dari vektor, dan ujung panah dinamakan titik terminal. Jika titik awal vektor V adalah titik A dan titik terminalnya adalah titik B maka vektor tersebut dapat dituliskan (Kusumawati. 2009). V = B (2.4) Norma Vektor Panjang suatu vektor V dinamakan norma V dan dinyatakan dengan. Norma vector =, diruang dimensi dua adalah = + (2.5) Jika =, dan =, adalah dua titik diruang dimensi dua, maka jarak d diantara kedua titik tersebut adalah d = + (Kusumawati. 2009) (2.6) Hasil Kali Titik Proyeksi Jika U dan V adalah vektorvektor diruang dimensi dua dan θ adalah sudut diantara U dan, maka hasil kali titik (dot product) atau hasil kali dalam euclidis (Euclidean) inner product U.V didefinisikan oleh cs θ jika da. = { jika = da = Jika U dan V adalah vektor tak nol maka rumus hasil kali titik diatas dapat ditulis sebagai : cs θ =. (2.7) Jika =, dan =, adalah dua vektor diruang dimensi dua, maka rumus yang bersesuaian adalah. = + (2.8) Teorema. Jika U dan V adalah vektor diruang dimensi dua atau ruang dimensi tiga dan jika V 0, maka Komponen vektor U sepanjang V adalah sebagai berikut : ry =. (2.9) Sedangkan untuk menentukan panjang komponen vektor u sepanjang a dapat ditulis : ry =. (Kusumawati. 2009) (2.10) 2.4 Biplot Analisis biplot adalah teknik statistika deskriptif yang dapat disajikan secara visual guna menyajikan secara simultan n objek pengamatan dan p variabel dalam ruang bidang datar, sehingga ciri-ciri

7 variabel dan objek pengamatan serta posisi relatif antar objek pengamtan dengan variabel dapat dianalisis.analisis biplot pertama kali diperkenalkan oleh Gabriel pada tahun Analisis Biplot merupakan upaya untuk memberikan peragaan secara grafik dari matriks data X dalam suatu plot dengan menumpang tindihkan vektor-vektor baris matriks X (gambaran objek) dengan vektor-vektor yang mewakili kolom matriks X (gambaran peubah). penghitungan dalam analisis biplot didasarkan pada Penguraian Nilai Singular (PNS) suatu matriks (Siswadi dan Suharjo, 1998). Menurut Mattijk (2004) ada empat hal penting yang dapat dilihat pada tampilan objek. Hal tersebut adalah : 1. Kedekatan antar objek, informasi ini bisa dijadikan panduan objek mana yang memiliki kemiripan karateristik dengan objek tertentu. Dalam biplot, dua objek dengan karateristik sama akan digambarkan sebagai dua titik yang posisinya berdekatan. 2. Keragaman variabel, informasi ini digunakan untuk melihat apakah ada variabel tertentu yang nilainya hampir sama setiap objek ada yang sama besar dan ada juga yang sangat kecil. Dengan informasi ini, bisa diperkirakan pada variabel mana strategi tertentu harus ditingkatkan, serta sebaliknya. Dalam biplot, variabel dengan keragaman kecil digambarkan dengan vektor pendek, sedangkan variabel yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor yang panjang. 3. Hubungan (korelasi) antar variabel, dengan menggunakan biplot variabel akan digambarkan sebagai garis berarah. Dua variabel yang memiliki korelasi positif tinggi akan digambarkan sebagai dua buah garis dengan arah yang sama, atau membentuk sudut yang sempit. Apabila dua variabel yang memiliki korelasi negatif tinggi akan digambarkan dalam bentuk dua garis yang arahnya berlawanan, atau membentuk sudut yang lebar (tumpul). Sedangkan dua buah variabel yang tidak berkorelasi akan digambarkan dalam bentuk dua garis yang mendekati 90 0 (siku-siku). 4. Nilai variabel pada suatu objek, informasi ini digunakan untuk melihat keunggulan dari setiap objek. Objek yang terletak searah dengan arah dari suatu variabel dikatakan bahwa pada objek tersebut nilainya diatas rata-rata. Sebaliknya jika objek lain terletak berlawanan dengan arah dari variabel tersebut maka objek tersebut memiliki nilai dekat dengan rata-rata Penguraian Nilai Singular Perhitungan pada analisis biplot didasarkan pada penguraian nilai singular. Landasan analisis ini adalah bahwa setiap matriks X yang berpangkat r dimana r <min({n,p}, dapat digambarkan secara pasti dalam ruang berdimensi r. Bagi matriks yang berpangkat r dan ingin digambarkan dengan baik dalam ruang berdimensi k dimana k r dilakukan suatu pendekatan yang optimum dengan suatu matriks berpangkat k berdasarkan kuadrat norma perbedaan terkecil antara keduanya. Dari matriks hasil pendekatan terbaik tersebut digambarkanlah konfigurasi objek dan variabel dalam ruang berdimensi k. untuk memudahkan pemahaman masalah ini, misalkan saja k=2 sehingga pendekatan tersebut dapat

8 digambarkan dalam suatu salib sumbu atau bidang ( Siswadi & Suharjo, 1998). Matriks X adalah matriks yang memuat variabel-variabel yang akan diteliti sebanyak p dan objek penelitian sebanyak n. pendekatan langsung untuk mendapatkan nilai singularnya, dengan persamaan yang digunakan adalah matriks X berukuran n x p yang berisi n objek dan p variabel yang dikoreksi terhadap rata-ratanya dan mempunyai rank r, dapat dituliskan menjadi : nx p = n U r r L rr A p t (2.11) dimana matriks U dan A adalah matriks dengan kolom orthonormal (U t U=A t A=I) dan L adalah matriks diagonal berukuran (r x r) dengan unsure-unsur diagonalnya adalah akar dari nilai eigen- nilai eigen X t X, yaitu.unsurunsur diagonal matriks L ini disebut nilai singular matriks X dan kolomkolom matriks A adalah vektor eigen dari X t X. Kolom-kolom untuk matriks U diperoleh dari : = Xa i, (2.12) dimana adalah kolom mariks U, adalah kolom matriks A dan adalah nilai eigen ke-i (Mattjik & Sumertajaya, 2011). Dengan penguraian nilai singular diperoleh X seperti pada persamaan 2.11 yang juga dapat dituliskan sebagai berikut : nx p = n U rr L α rrl 1- rr α A t p (2.13) α Misalkan ng r = n U r L r dan rh t p = r L 1-α rra t p dengan α besarnya 0 α 1 persamaan diatas menjadi μ (Jollife, 1986) nx p = n U rr L α rrl 1- rr α A t p = n G rr H t p (2.14) Hal ini berarti unsur Ke-(i,j) matriks X dapat dituliskan sebagai berikut : X ij =g i t h j (2.15) t Dengan g i, i =1,2,..., n dan h j,j=1,2,...,p masing masing merupakan baris matriks G dan kolom matriks H. t Pada g i dan h j mempunyai r dimensi. Jika X mempunyai rank dua, vektor t baris g i dan vektor h j dapat digambarkan dalam ruang berdimensi dua. Jika X mempunyai rank lebih dua maka persamaan (2.15) diatas menjadi : = = (2.16) Dimana u ik adalah elemen ke-(i,k) dari matriks U, a jk adalah elemen ke- (j,k) dari matriks A dan adalah elemen diagonal ke-k dari matriks L (Siswadi & Suharjo, 1998). Himpunan data asal yang terdiri dari n objek dan p variabel tereduksi menjadi himpunan data yang terdiri dari n objek dengan m unsur pertama. Jika ada sebanyak m elemen unsur yang dipertahankan, persamaan diatas dapat didekati dengan : (Mattjik & Sumertajaya, 2011) = = ; < (2.17) Persamaan diatas kemudian dapat dituliskan kembali sebagai = =

9 = = = h = = g i t h j (2.18) Jika m = 2 maka hal itu disebut biplot, sehingga persamaan yang terakhir dapat dinyatakan sebagai : (Gabriel, 1971) = g i t h j (2.19) Dengan 2x ij merupakan unsur pendekatan matriks X pada dimensi dua, sedangkan g i dan h j masingmasing mengandung dua unsur pertama vektor g i dan h j. Dari pendekatan matriks X pada dimensi dua diperoleh matriks G dan H sebagai berikut : h h G = [ ]danh = [ ] h h Matriks G adalah titik-titik koordinat dari n objek dan matriks H adalah titik-titik koordinat dari p variabel (Mattjik & Sumertajaya, 2011) Ilustrasi Penguraian Nilai Singular Analisis biplot dimulai dengan pembentukan terlebih dahulu matriks data asal. Matriks tersebut didasarkan pada objek pengamatan, untuk itu peneliti mengilustrasikan perhitungan PNS sebagai berikut : Misalkan matriks Y = [ ], maka diperoleh nilai sebagai berikut : = ++ = + + = = Sehingga diperoleh matriks X : Y Y X = [ Y Y Y ] Y = [ = [ ] ] Setelah pembentukan matriks X, berikutnya pembentukan matriks X t X, dimana matriks tersebut digunakan dalam PNS sebagai berikut : X t X = [ ] [ ] X t X = [ ] X t X = [ ] Dalam PNS yang pertama kali dilakukan adalah mencari akar ciri dan vektor ciri dari matriks X t X. Maka penyelesaiannya sebagai berikut : det(x t X I) =0 det [ ] [ ] [ ] = det [ ] [ ] = det [ ] = sehingga diperoleh persamaannya sebagai berikut : + = + = = = atau = Jadi nilai eigen dari matriks X t X adalah =3 dan =1 Untuk vektor eigen diperoleh sebagai berikut : Jika =3 (X t X i I)x i =0

10 [ ] [] [ ] [x x ] = [ ] [ ] [x x ] = [ ] [x x ] = maka persamaannya sebagai berikut : x x = pers = pers 2 Penyelesaiannya : x = x pers = pers 2 Sehingga : x = x, x T untuk = 1 (X t X i I)x i =0 [ ] [] [ ] [x x ] = [ ] [ ] [x x ] = [ ] [x x ] = maka persamaannya sebagai berikut : x x = pers + = pers 2 Penyelesaiannya : x = x pers = pers 2 Sehingga : x = x, x T Jadi semua kelipatan taknol dari (-1, 1) T adalah vektor eigen miliki 1 dan semua kelipatan taknol dari (1, 1) T merupakan vektor eigen milik 2. Matriks L adalah matriks diagonal dengan diagonal utamanya merupakan akar ciri atau nilai eigen dari matriks X t X. Maka diperoleh matriks L dari Ilustrasi diatas sebagai berikut : L = [ ] L = [ ] L = [ 1, ] Untuk matriks A diperoleh dari vektor ciri atau vektor eigen X t X yang telah dinormalisasikan menjadi himpunan orthonormal sebagai berikut : A = 1 2 [ ] A = 1 1 [ 1 1, ] A = 0,7071 [ ] 0,7071 0,7071 A = [ 0,7071 0,7071 ] Untuk matriks U diperoleh sebagai berikut : u 1 = 1 1 Xa 1 u 1 = [ 1 0 ] [ 0,7071 0,7071 ] 0 1 u 1 = 1 0,7071 0,7071 1,732 [ 0,7071 ] 0,7071 1,4142 u 1 = 0,5774 [ 0,7071 ] 0,7071

11 0,8165 u 1 = [ 0,4083 ] 0,4083 u 2 = 1 2 Xa 2 u 2 = [ 1 0 ] [ 0,7071 0,7071 ] u 2 = 1 [ 0,7071] 0, u 2 = [ 0,7071] 0,7071 Jadi Matriks U adalah : 0, U = [ 0,4083 0,7071] 0,4083 0, Keterandalan Biplot Ukuran pendekatan matriks X dalam biplot dijabarkan sebagai berikut (Gabriel, 1971) ρ 2 = r 2 k k (2.20) dengan 1 adalah nilai eigen terbesar ke-1, 2 adalah nilai eigen terbesar ke- 2 dan,k =1,2.r adalah nilai eigen ke-k. Apabila ρ 2 mendekati nilai satu, maka biplot memberikan penyajian yang semakin baik mengenai informasi data yang sebenarnya. Untuk mendeskripsikan biplot perlu mengambil nilai α dalam mendefinisikan G dan H. Pemilihan nilai α pada G = UL α dan H t = L 1-α A t bersifat sembarang dengan syarat 0 α 1. Pengambilan nilai ekstrim α = 0 dan α = 1 berguna dalam mempermudah interpretasi biplot. Jika α = 0 maka G= U dan H t = LA t ini berarti X t X = (GH t ) t (GH t ) = HG t GH t = HH t (2.21) U adalah orthonormal, dan XX t = HH t =(n-1)s,dengan n adalah banyaknya objek pengamatan dan S adalah matriks kovarian dari matriks X maka HH t =(n-1)s (2.22) Diagonal utama pada matriks HH t menggambarkan variansi dari variabel. Nilai cosinus sudut antara dua vektor variabel menggambarkan korelasi kedua variabel.semakin sempit sudut yang dibuat antara dua variabel maka semakin tinggi korelasinya. Korelasi variabel ke-j dan ke-k sama dengan nilai cosinus sudut vector h j dan h k. = da sehinggacsθ = = = (2.23) Fakta yang diperoleh jika nilai α = 1, adalah bahwa G = UL dan H t = A t sehingga diperoleh hubungan: XX t = (GH t )(GH t ) t = GH t HG t =GG t (2.24) Pada keadaan ini, vektor baris ke-i sama dengan akar komponen utama untuk responden ke-i dari hasil analisis komponen utama. Untuk G=UL maka unsur ke-k dari g i adalah u ik. Hasil tersebut sama dengan Z jk yang merupakan skor komponen utama ke-k dari objek ke-i. sedangkan H=A diperoleh vektor pengaruh kolom h j sama dengan a j.

12 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan September 2014 sampai dengan bulan November 2014 di mana pengambilan datanya diambil pada Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara di Kendari, dan kemudian pengolahan data dilakukan di Laboratorium Komputasi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 3.2 Metode Analisis Data Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis Biplot. Adapun langkah langkah analisisnya sebagai berikut: 1. Pemasukan data (matriks data Y). 2. Mereduksi Matriks Y menjadi matriks X dengan mengurangi nilai data Matriks dengan rataannya. 3. Mancari matriks X t X. 4. Mencari nilai eigen dan vektor eigen kemudian diurutkan dari yang terbesar 5. Mencari nilai matriks U, L dan A 6. Menghitung koefisien kebaikan dari dua nilai eigen terbesar ( 70%) 7. Membuat matriks G = U L α dan H t = L 1-α A t. 8. Plot matriks G dan H secara tumpang tindih. Analisis Biplot dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Software 4. PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Pada data jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial dari 12 (dua belas) Kecamatan yang berada didaerah otonomi Kabupaten Konawe, diperoleh beberapa informasi bahwa, terdapat 7196 orang PMKS, diantaranya jompo terlantar merupakan masalah sosial dengan jumlah terbanyak yakni 2938 orang penyandang, untuk masalah sosial anak terlantar sebanyak 2762 orang penyandang. Sedangkan cacat anggota badan, cacat mental, Tuna rungu masing-masing sebanyak 753 orang, 494 orang, 251 orang penyandang yang mengalami masalah sosial. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada diagram batang berikut ini : Gambar 4.1 Diagram batang jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial Tuna Rungu Cacat Cacat Mental Jopo Aak Berdasarkan diagram batang terlihat bahwa penyandang jompo terlantar, dan penyandang anak terlantar merupakan masalah kesejahteraan sosial yang masih banyak terjadi di Kabupaten Konawe dibandingkan dengan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang lain dengan jumlah sedikit. Dari 12 Kecamatan, jika dirata-ratakan maka penyandang jompo terlantar terdapat 244,8 orang setiap Kecamatan, sedangkan penyandang anak terlantar

13 juga terdapat 230,17 setiap Kecamatan. Jompo terlantar dan anak terlantar merupakan masalah sosial yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Konawe. Untuk data penyandang masalah sosial ada pada lampiran Pemetaan Posisi Relatif Dengan Analisis Biplot Perhitungan SVD (Singular Value Decomposition) Analisis biplot dimulai dengan pembentukan terlebih dahulu matriks data asal. Matriks tersebut didasarkan pada objek pengamatan, untuk itu perhitungan Singular Value Decomposition sebagai berikut : Misalkan matriks Y = λ λ0 2λλ 33 6λ λ λ [ λ8 ], maka diperoleh nilai sebagai berikut : = =, = = 62,75 = = 41,17 = = 244,83 = = 230,17 Sehingga diperoleh matriks X : Y 11 1 Y 12 2 Y 1 5 Y X = [ 21 1 Y 22 2 ] Y 1 1 Y 2 2 Y 5 det ([ = 0 λ,λ2 0,25 1λ,17 21,83 6,17 5,λ2 15,75 31,17 64,83 1λ,83 6,08 16,25 8,83 26,17 7,83 7,08 12,25 11,17 55,17 3λ,83 14,08 22,25 3,83 45,17 68,83 X = 12,08 6,25 16,83 25,17 44,83 λ,08 20,25 53,83 22,17 53,83 3,λ2 17,25 16,17 45,17 23,83 4,08 1λ,25 25,83 24,83 5,17 5,λ2 2,25 1λ,17 44,83 115,17 5,λ2 37,75 28,83 70,17 0,17 [ 20,λ2 62,75 41,17 132,83 132,17] Setelah pembentukan matriks X, berikutnya pembentukan matriks X t X, dimana matriks tersebut digunakan dalam PNS (Penguraian Nilai Singular) sehingga diperoleh matriks X t X sebagai berikut : xx 1186,λ7 2382, , , , , , ,5 λ614, ,5 = 2068, ,5 855λ, , , ,83 λ614, , ,67 305λ4,3 [ 5606, , ,67 305λ4, ,67] Dalam PNS yang pertama kali dilakukan adalah mencari akar ciri dan vektor ciri dari matriks X t X. Maka penyelesaiannya sebagai berikut : det ( = 0 det(x t X I) =0 1186,λ7 2382, , , , , , ,5 λ614, ,5 2068, ,5 855λ, , , ,83 λ614, , ,67 305λ4,3 [ 5606, , ,67 305λ4, ,67] [ ] [ ] ) 1186,λ7 2382, , , , , , ,5 λ614, ,5 det 2068, ,5 855λ, , , ,83 λ614, , ,67 305λ4,3 ([ 5606, , ,67 305λ4, ,67] = [ ] ) 1186,λ7 2382, , , , , , ,5 λ614, ,5 2068, ,5 855λ, , , ,83 λ614, , ,67 305λ4,3 5606, , ,67 305λ4, ,67 ])

14 sehingga diperoleh persamaannya sebagai berikut : ( +,,x +,x,x +,x +,x ),x +,x = ( +,,x +,x +,x +,x ) =0 Maka nilai eigen : 216, , , ,28λ 7λ060,24λ = 0 1 = 7λ060,24λ 2 = 10572,28λ 3 = 5226,208 4 = 4173,162 5 = 216,258 Untuk vektor eigen diperoleh sebagai berikut : 1 = 7λ060,24λ (X t X ii) x i = 0,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ([,,,,,] [,] [ ] ) [ ] =,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ([,,,,,]) [ ] = 77873, , , , , , ,λλ 3443,5 λ614, ,5 2068, , , , , ,83 λ614, , ,58 305λ4,33 ([ 56061, , ,67 305λ4, ,58]) maka persamaannya sebagai berikut :, +, +, +, +,,, +, +, +,, +,, +, +,, +, +,, +,, +, +, +,, [ Dengan menggunakan Sistem Persamaan Linier (SPL) atau dengan sistem metode Gauss Jordan, dan menormalisasi dari himpunan orthogonal menjadi himpunan orthonormal, maka diperoleh vektor eigen sebagai berikut : 0,λ76λ8 0, , , , , ,λ057λ 0, ,1347λ 0,2128λ 0,0λλ32 0, ,8λ781 0, , , ,040λ8 0, , , , , , , ,6λ355] A = Matriks L adalah matriks diagonal dengan diagonal utamanya merupakan akar ciri atau nilai eigen dari matriks X t X. Maka diperoleh matriks L dari sebagai berikut : L = L = [ ] 281, , ,2λ ,6 0 [ ,71] Setelah diperoleh matriks L, maka dibentuk pula matriks A dan U dimana matriks A adalah vektor ciri atau vektor eigen X t X sebagai berikut : 0,λ76λ8 0, , , , , ,λ057λ 0, ,1347λ 0,2128λ 0,0λλ32 0, ,8λ781 0, , , ,040λ8 0, , , , , , , ,6λ355] [ Untuk matriks U diperoleh sebagai berikut : u 1 = 1 1 Xa 1 1 u 1 = 281,176

15 λ,λ2 0,25 1λ,17 21,83 6,17 5,λ2 15,75 31,17 64,83 1λ,83 6,08 16,25 8,83 26,17 7,83 7,08 12,25 11,17 55,17 3λ,83 14,08 22,25 3,83 45,17 68,83 12,08 6,25 16,83 25,17 44,83 λ,08 20,25 53,83 22,17 53,83 3,λ2 17,25 16,17 45,17 23,83 4,08 1λ,25 25,83 24,83 5,17 [ 5,λ2 2,25 1λ,17 44,83 115,17 5,λ2 37,75 28,83 70,17 0,17 [ 20,λ2 62,75 41,17 132,83 132,17] 7, , ,6652 3, ,53λ86 6,52352 u 1 = [0,003556] 3,0λλ61 6, ,73λλ3 2,05λ65 1,λ0845 [ 2,38828] 0, ,002λ5 0,005λ2 0, ,01λ7 0,0232 u 1 = 0, , ,0061λ 0, ,0067λ [ 0,0084λ] Jadi Matriks U adalah : 0,λ76λ8 0, ,0λλ32 0, ,05454 ] ,161λλ 0, ,5λ24λ 0.002λ5 0,1162λ 0,24λ83 0,λ6417 2, λ2 0, , ,1λ233 1,λ248λ 0, , , ,1347λ 4,36λ25 0,01λ7 0,0625λ 0,12λλ6 0,2603λ 5,70672 U = 0,0232 0,0761 0, , , , ,0λ678 0,5874 0, , , , , , ,0λλ65 0,0061λ 0,0λ318 0,508λ5 0,1λ362 0, , , , , , ,0067λ 0,4038 0, ,λ32λλ 2,λ0807 [ 0,0084λ 0,1λλ18 0, ,05λ6 13,72226] Dalam penguraian nilai singular pada penelitian ini, dengan objek pengamatan sebanyak 12 Kecamatan dan Variabel sebanyak 5 bentuk masalah sosial. Maka diperoleh nilai singular beserta proporsi dan kumulatif yang berdasarkan perhitungan menggunakan software matlab dan software Microsoft excel, disajikan pada tabel berikut ini: Tabel. 4.1 Nilai Eigen, Proporsi dan Proporsi kumulatif Nilai eigen Proporsi Kumulatif 79060,249 0, , ,289 0, , ,208 0, , ,162 0, , ,258 0, Setelah matriks L, maka dibentuk pula matriks A dan U. dimana matriks A, L, dan U ini akan menjadi dasar dari pembentukan matriks G dan H. Matriks A diperoleh dari vektor eigen X t X sedangkan kolom-kolom untuk matriks U diperoleh dengan rumus pada persamaan (2.13), untuk matriks L, A dan U ada pada lampiran 4 dan 5.Selanjutnya adalah pembentukan matriks G dan H dimana matriks G merupakan titik kordinat dari 12 Objek dan matriks H merupakan titik koordinat dari 5 variabel. Matriks G dan H diperoleh melalui persamaan (2.14) dengan menggunakan nilai α=1. Dengan nilai α=1 maka biplot dapat menampilkan jarak antar pasangan baris dan berguna untuk mempelajari objek. Matriks G dan H digambarkan dalam dimensi dua dengan objek dan variabel penelitian disesuaikan dengan dimensi tersebut. Hasil analisis biplot dapat dilihat pada gambar 4.2. Dan tabel 4.2 dan 4.3 menyajikan koordinat biplot (matriks G dan H) yang diperoleh berdasarkan dengan software matlab Tabel 4.2 Koordinat Biplot untuk Objek dalam Dimensi 1 dan Dimensi 2 (G)

16 Objek Dimensi 1 Dimensi 2 Soropia Sampara Bondoala Lambuya Uepai Pondidaha Wonggeduku Amonggedo Wawotobi Unaaha Abuki Routa Tabel 4.3. Koordinat Biplot untuk Variabel (Peubah) dalam Dimensi 1 dan Dimensi 2 (H) Varibel (Peubah) Dimensi 1 Dimensi 2 Tuna Rungu Cacat Anggota Badan Cacat Mental Jompo Terlantar Anak Terlantar Setelah memperoleh titik koordinat objek dan titik koordinat variabel, maka matriks G dan matriks H ditumpang tindihkan dalam satu grafik yang kemudian disebut biplot. Dengan bantuan Software Microsoft Excel grafik biplot dengan koordinat diatas disajikan dalam gambar 4.2. Gambar 4.2. Grafik Biplot berdasarkan Matriks G dan H Keterangan : TR : Tuna Rungu CAB : Cacat Anggota Badan CM : Cacat Mental JT : Jompo Terlantar AT : Anak Terlantar Hasil analisis biplot kesejahteraan sosial pada 12 Kecamatan dan 5 variabel disajikan pada gambar 2. Hasil biplot pada gambar dijelaskan pada sub-bab berikut ini : Interpretasi Output Menurut Mattjik (2004) ada empat hal penting yang dapat dilihat pada tampilan biplot. Hal tersebut adalah kedekatan antar objek, keragaman peubah (variabel), hubungan antar variabel, dan nilai variabel pada suatu objek. Berdasarkan biplot pada gambar 2 maka interpretasi yang diperoleh dijelaskan dalam subbab berikut. Kedekatan antar objek (Kecamatan) Informasi ini bisa dijadikan panduan objek mana yang memiliki kemiripan karateristik dengan objek tertentu. Dalam biplot, kedekatan objek dengan variabel ditunjukan oleh letak

17 objek tersebut terhadap vektor variabel. Sedangkan kedekatan objek yang satu dengan yang lain menunjukan kemiripan antar objek. Berdasarkan gambar 4.2. Diketahui bahwa Kecamatan Uepai, Kecamatan Lambuya, Kecamatan Bondoala, Kecamatan Amonggedo, Kecamatan Wawotobi dan Kecamatan Soropia. Hal ini berarti masing-masing kecamatan memiliki kemiripan karateristik permasalahan sosial yang sama. Pada gambar 4.2 juga terlihat bahwa koordinat objek yang saling berdekatan masing-masing Kecamatan Sampara, Kecamatan Pondidaha, Kecamatan Routa dan Kecamatan Wonggeduku memiliki jarak yang relatif dekat. Hal tersebut menandakan bahwa objek yang memiliki jarak kedekatan yang relatif kecil tersebut memiliki permasalahan sosial yang lebih mirip. Sedangkan untuk kecamatan Unaaha dan kecamatan Abuki merupakan objek yang memiliki jarak terjauh memungkinkan tidak mempunyai kemiripan permasalahan sosial yang sama terhadap objek lain. Keragaman Peubah (Variabel) Informasi ini digunakan untuk melihat keragaman variabel tersebut. Dimana panjang vektor variabel sebanding dengan keragaman variabel. Semakin panjang vektor variabel maka keragaman variabel tersebut semakin besar. Dalam biplot, variabel dengan keragaman kecil digambarkan dengan vektor yang pendek, sedangkan peubah yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor panjang. Tabel 4.4. Nilai Panjang Vektor Pada Sebuah Variabel Variabel Panjang TR CAB CM JT AT TR Berdasarkan gambar 4.2 dan tabel 4.4, terlihat bahwa vektor variabel tuna rungu dan cacat anggota badan memiliki vektor yang panjang. Hal tersebut menunjukan bahwa keragaman variabel tersebut sangat besar atau dapat juga dikatakan bahwa permasalahan sosial tuna rungu dan permasalahan sosial cacat anggota badan sangat beragam di 12 Kecamatan. Untuk vektor variabel jompo terlantar memiliki vektor yang relatif lebih pendek. Hal tersebut menunjukan bahwa keragaman variabel jompo terlantar lebih kecil atau dapat juga dikatakan bahwa permasalahan sosial untuk jompo terlantar relatif hampir sama besar di 12 Kecamatan yang berada pada daerah otonomi Kabupaten Konawe. Sedangkan untuk variabel anak terlantar dan cacat mental memiliki vektor yang relatif sedang. Hubungan (Korelasi) antar variabel Dalam biplot, nilai sudut antara dua vektor variabel menggambarkan korelasi kedua variabel. Dua vektor variabel yang memiliki korelasi tinggi akan digambarkan sebagai dua buah garis vektor yang membentuk sudut sempit. Jika sudut yang dibuat tegak lurus maka keduanya tidak berkorelasi. Sedangkan jika sudutnya tumpul maka korelasinya semakin rendah dan jika berlawanan arah maka korelasinya negatif.

18 Tabel 4.5. Nilai Cosinus antar Variabel Variabel Nilai Sudut Variab Nilai Sudut Cos el Cos TR, -0,073 94,22 0 CAB, -0, ,97 0 CAB CM CM, JT -0, ,33 0 JT, AT -0, ,86 0 AT, TR -0, ,26 0 TR, -0, ,79 0 CM CAB, -0,91 155,51 0 CAB, 0,986 9,352 AT JT JT, TR 0,089 84,86 0 AT, CM 0,998 3,53 0 Berdasarkan gambar 4.2 dan tabel 4.5 terlihat bahwa vektor variabel anak terlantar membentuk sudut yang lancip dengan vektor variabel cacat mental. Hal tersebut menandakan bahwa kedua variabel saling berkorelasi tinggi, ini ditunjukan dengan sudut yang terbentuk sebesar 3,54 0 kedua vektor variabel ini mempunyai tingkat keeratan yang sangat kuat. Sedangkan sudut yang dibentuk variabel anak terlantar dan cacat mental terhadap variabel yang lain adalah sudut tumpul. Untuk variabel jompo terlantar juga membentuk sudut lancip dengan variabel cacat anggota badan. Sedangkan variabel tuna rungu memiliki arah yang sama terhadap variabel jompo terlantar dengan sudut yang terbentuk sebesar 84,86 0. Hal ini mennjukan bahwa kedua variabel memiliki tingkat keeratan yang sedang. Nilai Peubah Pada Suatu Objek Dalam informasi ini digunakan untuk melihat keunggulan dari setiap objek. Objek yang terletak searah dengan arah vektor variabel dikatakan bahwa objek tersebut mempunyai jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang besar. Namun jika objek terletak berlawanan dengan arah dari vektor variabel tersebut, maka objek tersebut memiliki jumlah penyandang yang sedikit. Sedangkan objek yang hampir relatif searah berarti objek tersebut memiliki jumlah penyandang yang hampir sama. 1. Nilai Variabel Jompo Terlantar terhadap Objek (Kecamatan) Kecamatan Uepai, Kecamatan Lambuya, Kecamatan Amonggedo, Kecamatan Unaaha, Kecamatan Bondoala, Kecamatan Soropia, dan Kecamatan Wawotobi searah terhadap vektor variabel jompo terlantar, sehingga dapat dikatakan bahwa Kecamatan-Kecamatan tersebut memiliki permasalahan yang relatif besar terhadap penyandang masalah jompo terlantar. Pada gambar 2 terlihat ketujuh kecamatan tersebut membentuk sudut lancip terhadap permasalahan sosial jompo terlantar. Sedangkan Kecamatan Pondidaha, Kecamatan Sampara, Kecamatan Wonggeduku, Kecamatan Routa dan Kecamatan Abuki terlihat tidak searah dengan vektor variabel jompo terlantar dapat dikatakan bahwa kelima Kecamatan tersebut memiliki jumlah permasalahan penyandang jompo terlantar lebih sedikit. Hal ini ditunjukan kelima kecamatan tersebut membentul sudut yang tumpul terhadap permasalahan sosial tersebut. 2. Nilai Variabel Anak terlantar terhadap Objek (Kecamatan) Kecamatan Routa, Kecamatan Sampara, Kecamatan Wonggeduku, Kecamatan Pondidaha dan Kecamatan Abuki diposisikan searah dengan vektor variabel anak terlantar dengan kata lain kelima kecamatan tersebut memiliki permasalahan sosial yang relatif besar terhadap masalah sosial anak terlantar. Hal ini dibuktikan bahwa kelima Kecamatan tersebut membentuk sudut yang lancip terhadap permasalahan sosial anak terlantar. Beberapa kecamatan seperti

19 Kecamatan Uepai, Kecamatan Lambuya,Kecamatan Amonggedo, Kecamatan Unaaha, Kecamatan Bondoala, Kecamatan Soropia, dan Kecamatan Wawotobi terletak tak searah dengan vektor variabel anak terlantar. Hal tersebut menandakan bahwa ketujuh objek tersebut merupakan Kecamatan dengan penyandang masalah sosial anak terlantar yang relatif lebih sedikit. 3. Nilai Variabel Tuna Rungu terhadap Objek (Kecamatan) Kecamatan Uepai, Kecamatan Pondidaha, dan Kecamatan Lambuya berada pada posisi yang searah dengan permasalahan penyandang sosial tuna rungu. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga kecamatan tersebut memiliki jumlah permasalahan sosial tuna rungu yang relatif besar, ini ditunjukan dengan sudut lancip yang terbentuk. Selain ketiga Kecamatan tersebut, koordinat Kecamatan Bondoala dan Kecamatan Unaaha juga masih searah terhadap vektor variabel tuna rungu dengan tingkat keeratan yang sedang. Selain dari lima Kecamatan yang telah disebutkan, Kecamatan lain memiliki koordinat tak searah dengan vektor variabel tuna rungu, hal ini menunjukan bahwa Kecamatan lain masih memiliki penyandang masalah sosial tuna rungu yang lebih sedikit, ini ditunjukan dengan sudut yang terbentuk yakni sudut tumpul. 4. Nilai Variabel Cacat Mental terhadap Objek (Kecamatan) Kecamatan Wonggeduku, Kecamatan Sampara, Kecamatan Routa, Kecamatan Pondidaha dan Kecamatan Abuki berada pada posisi yang searah dengan permasalahan sosial cacat mental. Hal ini dikarenakan Kecamatan-Kecamatan tersebut membentuk sudut lancip terhadap masalah sosial cacat mental. Hal ini menjadikan kelima kecamatan tersebut memiliki permasalahan sosial cacat mental yang relatif besar. Selain dari kelima Kecamatan tersebut, Kecamatan lain berada pada posisi tak searah dengan masalah sosial cacat mental, hal ini dibuktikan sudut yang terbentuk adalah sudut tumpul sehingga dapat dikatakan bahwa Kecamatan lain masih memiliki permasalahan sosial cacat mental yang lebih relatif sedikit. 5. Nilai Variabel Cacat Anggota Badan terhadap Objek (Kecamatan) Kecamatan Amonggedo, Kecamatan Unaaha, Kecamatan Bondoala, Kecamatan Lambuya, Kecamatan Wawotobi, Kecamatan Uepai dan Kecamatan Soropia berada pada posisi searah dengan masalah sosial cacat anggota badan. Hal ini dibuktikan dengan sudut yang terbentuk yakni sudut lancip antara ketujuh kecamatan tersebut dengan masalah sosial cacat anggota badan. Sehingga dapat dikatakan pula ketujuh kecamatan tersebut masih memiliki permasalah sosial cacat anggota badan yang besar. Selain dari ketujuh Kecamatan tersebut, Kecamatan lain berada pada posisi tak searah dengan masalah sosial cacat anggota badan, hal ini menunjukan bahwa kecamatan lain masih memiliki permasalahan sosial cacat anggota badan yang relatif lebih sedikit, dikarenakan sudut yang terbentuk antara kecamatan lain dengan masalah sosial cacat anggota badan yakni sudut tumpul Keterandalan Biplot Biplot yang terbentuk pada gambar 4.2 telah menyajikan data secara visual deskriptif dengan tingkat representasi yang baik. Namun dalam

20 penyajian tersebut sebenarnya juga terdapat beberapa kekeliruan pada pemetaan posisi relatif objek. Kekeliruan tersebut adalah Kecamatan Routa yang seharusnya diposisikan sebagai objek yang berlawanan arah dengan vektor anak terlantar. Pereduksian dimensi yang dilakukan membuat representasi data mengalami sedikit penurunan. Biplot merupakan representasi dua dimensi dari data yang semula berdimensi banyak. Oleh karena itu pereduksian dimensi ini mengakibatkan sedikit kekeliruan seperti hal yang dijelaskan di atas. Secara umum, biplot pada gambar 4.2 adalah biplot yang sangat baik. Kebaikan dari grafik biplot tersebut dapat dilihat pada sumbu pertama atau dimensi pertama sebesar 97,56% dan pada sumbu kedua atau dimensi 2 sebesar 1,74%. Sehingga, total informasi keragaman yang dapat diterangkan oleh biplot adalah 99,3% jadi pererepresentasi data yang diperoleh setelah pereduksian dimensi adalah 99,3%. Sisa 0,7% merupakan kekeliruan-kekeliruan kecil yang mungkin terjadi akibat pereduksian dimensi tersebut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dari bab sebelumnya, maka secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Analisis biplot dalam penelitian ini mampu memberikan gambaran visualisasi yang lebih praktis dengan presentase keragaman sebesar 99,3% dari data yang berdimensi tinggi, hal ini berarti analisis biplot mampu menerangkan 99,3% keragaman data. 2. Kecamatan Wonggeduku, Kecamatan Sampara, Kecamatan Pondidaha dan Kecamatan Abuki diposisikan sebagai Kecamatan yang memiliki permasalahan sosial yang besar pada permasalahan penyandang anak terlantar dan cacat mental. Untuk Kecamatan Soropia, Kecamatan Wawotobi, Kecamatan Bondoala, Kecamatan Amonggedo, Kecamatan Lambuya, dan Kecamatan Uepai adalah Kecamatan-Kecamatan yang memiliki permasalahan sosial yang besar pada permasalahan penyandang jompo terlantar dan cacat anggota badan. Sedangkan Kecamatan Routa dan Kecamatan Unaaha memiliki permasalahan sosial yang tidak terlalu besar terhadap 5 variabel. 5.2 Saran Dalam skripsi ini hanya terbatas pada pembahasan mengenai metode Biplot dengan data sederhana. Pemetaan untuk penyandang masalah kesejahteraan sosial juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pemetaan lainnya guna mencari keefektifan kinerja pemetaan secara grafik. Teknik lainnya seperti gabungan antara analisis cluster dengan anaisis bipot, dan gabungan antara analisis faktor dengan analisis bipot

21 DAFTAR PUSTAKA Afiadin Pengertian Anak Terlantar dan Lanjut Usia Serta Landasan Hukumnya. diakses 23 Mei 2015 Anton, H Aljabar Linear Elementer. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Anton, H., Terjemahan Pantur Silaban 1997, Aljabar Linier Elementer, Erlangga, Jakarta. Imron, C. Dan Didik, S., 2007, Modul Aljabar Matriks, Departemen Pendidikan Nasional, Surabaya. Bronson, R Theory and Problem of Matrix Operation. New York: Mcgraw- Hill. Ekawati, E Pengertian Tuna Daksa. diakses 23 Mei 2015 Fitriani, N Makalah Tuna daksa. diakses 23 Mei Gabriel, K.R The Biplot Graphic Display of Matrices with Application to Principal Componen Analysis. Jarussalem., Gower,J.C and Hand,D.J. 1996, Biplots (Monographs on Statistics and Applied Probability 54).First Edition. Chapman & Hall. Hidayat, A Pengertian Anak Tuna Grahita Dalam Pendidikan. diakses 23 Mei 2015 Jollife, I.T Principal Component Analysis. New York: Springer Verlas. Kadir, S Panti Werdha Sebuah Pilihan. Diakses 23 Mei Kusumawati, R Aljabar Linear dan matriks. Malang: UIN. Kotler, P Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Edisi Bahasa Indonesia Jilid I. Jakarta : Pearson Education Asia. PT Prenhalindo Leon,S..,1999. Aljabar Linier dan Aplikasinya. Edisi Kelima. Jakarta :Erlangga Malawat, F Kesejahteraan Lanjut Usia. blogspot.com. diakses 25 Agustus Mattjik, A.A., M Sumertajaya, H. Wijayanto, Indahwati, A. Kurnia B. Sartono Modul Teori Pelatihan Analisis Multivariat. Departemen Statistika FMIPA IPB. Bogor. Mattjik, A.A., dan M Sumertajaya Sidik Peubah Ganda dengan Menggunakan SAS. Bogor: IPB Press. Pratiwi, C Makalah Tuna Rungu SLB. Com. diakses 25 Agustus Siswadi dan Suharjo B Analisis Eksplorasi Data Peubah Ganda. Bogor: Jurusan Matematika FMIPA IPB. Sugiarti Keterbelakangan Mental Dan Pendidikan Dengan Individu Khusus Mei 2015

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya) (M.2) ANALISIS BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR PADA MASYARAKAT MISKIN ANTAR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati

Lebih terperinci

Company LOGO ANALISIS BIPLOT

Company LOGO ANALISIS BIPLOT Company LOGO ANALISIS BIPLOT Pendahuluan Company name Data : ringkasan berupa nilai beberapa peubah pada beberapa objek Objek n Nilai Peubah X X.. Xp Company name Penyajian Data dalam bentuk matriks =

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR Jur. Ris. & Apl. Mat. I (207), no., xx-xx Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 258-054 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Statistika Multivariat Analisis statistika multivariat adalah teknik-teknik analisis statistik yang memperlakukan sekelompok variabel terikat yang saling berkorelasi sebagai

Lebih terperinci

Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan

Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan Desy Komalasari Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail: Desi_its@yahoo.com Mustika Hadijati Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran?? TINJAUAN PUSTAKA Data Disagregat dan Agregat Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dibedakan atas data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari lingkungan sendiri sedangkan data eksternal

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari seringkali dijumpai sesuatu hal yang banyak melibatkan sejumlah variabel yang antar variabel saling berpengaruh, hal semacam ini akan lebih mudah diinterpretasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar

Lebih terperinci

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT ANALISIS BIPLOT PENGANTAR Biplot diperkenalkan pertama kali oleh Gabriel (1971) sehingga sering disebut sebagai Gabriel s biplot. Metode ini tergolong dalam analisis eksplorasi peubah ganda yang ditujukan

Lebih terperinci

Analisis Biplot terhadap Pemetaan Kebutuhan Guru SMP di Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Rasio Guru per Mata Pelajaran

Analisis Biplot terhadap Pemetaan Kebutuhan Guru SMP di Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Rasio Guru per Mata Pelajaran Analisis Biplot terhadap Pemetaan Kebutuhan Guru SMP di Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Rasio Guru per Mata Pelajaran Listiani Amare 1, Jantjce D Prang 2, Tohap Manurung 3 1 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK BIPLOT SQRT (SQUARE ROOT BIPLOT)

ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK BIPLOT SQRT (SQUARE ROOT BIPLOT) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 41-50 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 545-551 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS KECENDERUNGAN PEMILIHAN KOSMETIK WANITA DI KALANGAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT KOMPONEN UTAMA PADA BANK UMUM (COMMERCIAL BANK) YANG BEROPERASI DI JAWA TENGAH

ANALISIS BIPLOT KOMPONEN UTAMA PADA BANK UMUM (COMMERCIAL BANK) YANG BEROPERASI DI JAWA TENGAH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 61-70 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS BIPLOT KOMPONEN UTAMA PADA BANK UMUM (COMMERCIAL BANK)

Lebih terperinci

karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT Menggunakan Analisis Biplot

karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT Menggunakan Analisis Biplot JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 2 (1) 29-33 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9 Aljabar Linier Elementer Kuliah ke-9 Materi kuliah Hasilkali Titik Proyeksi Ortogonal 7/9/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Hasilkali Titik dari Vektor-Vektor Definisi Jika u dan v adalah vektor-vektor

Lebih terperinci

ANALISIS PRINCIPAL COMPONENT BIPLOTS PADA BANK UMUM PERSERO YANG BEROPERASI DI JAWA TENGAH

ANALISIS PRINCIPAL COMPONENT BIPLOTS PADA BANK UMUM PERSERO YANG BEROPERASI DI JAWA TENGAH ANALISIS PRINCIPAL COMPONENT BIPLOTS PADA BANK UMUM PERSERO YANG BEROPERASI DI JAWA TENGAH Ely Fitria Rifkhatussa diyah 1, Hasbi Yasin 2, Agus Rusgiyono 3 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FSM UNDIP 2,3 Staff

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II.A.1 Matriks didefinisikan sebagai susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Contoh II.A.1: 9 5

Lebih terperinci

Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi. Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception

Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi. Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception Jurnal EKSPONENSIAL Volume, Nomor, Mei ISSN 85-89 Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception Fitriani, Rito Goejantoro, dan Darnah Andi

Lebih terperinci

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 91 98. SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Febrianti,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT ROW METRIC PRESERVING UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PROVIDER TELEPON SELULER PADA MAHASISWA S1 FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO

ANALISIS BIPLOT ROW METRIC PRESERVING UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PROVIDER TELEPON SELULER PADA MAHASISWA S1 FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 331-340 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS BIPLOT ROW METRIC PRESERVING UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Vol. 8, No.1, 1-11, Juli 2011 Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Nur Erawati, Azmimy Basis Panrita Abstrak Teorema Cayley-Hamilton menyatakan bahwa setiap matriks bujur sangkar memenuhi persamaan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. i Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. Modul ajar ini dimaksudkan untuk membantu penyelenggaraan kuliah jarak

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONTRIBUSI ITS DALAM MEMBENTUK MUTU SARJANA BARU ITS MENURUT PERSEPSI WISUDAWAN TAHUN 2004

PENGUKURAN KONTRIBUSI ITS DALAM MEMBENTUK MUTU SARJANA BARU ITS MENURUT PERSEPSI WISUDAWAN TAHUN 2004 B-17-1 PENGUKURAN KONTRIBUSI ITS DALAM MEMBENTUK MUTU SARJANA BARU ITS MENURUT PERSEPSI WISUDAWAN TAHUN 2004 Arie Kismanto dan Muhammad Sjahid Akbar Jurusan Statistik ITS ABSTRAK Sarjana baru dapat dipakai

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Aljabar Linear Kode / SKS : TIF-5xxx / 3 SKS Dosen : - Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi Sistem persamaan Linier dan Matriks, Determinan, Vektor

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2. SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : 3 Minggu Ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan Sasaran Belajar Cara Pengajaran Media Tugas Referens i 1

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matriks merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan jajaran persegi panjang dari bilangan-bilangan dan setiap matriks akan mempunyai baris dan kolom. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS A. OPERASI ELEMENTER TERHADAP BARIS DAN KOLOM SUATU MATRIKS Matriks A = berdimensi mxn dapat dibentuk matriks baru dengan menggandakan perubahan bentuk baris dan/atau

Lebih terperinci

RUANG HASIL KALI DALAM (RHKD) Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pengampu: Abdul Aziz Saefudin, M.

RUANG HASIL KALI DALAM (RHKD) Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pengampu: Abdul Aziz Saefudin, M. RUANG HASIL KALI DALAM (RHKD) Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pengampu: Abdul Aziz Saefudin, M.Pd Disusun oleh: Kelompok 5 1. Nurita Cahyaningtyas (14144100112)

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks

Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks 1 Notasi : huruf besar tebal misalnya A, B, C Merupakan array dari bilangan, setiap bilangan disebut elemen matriks (entri matriks) Bentuk umum : m : jumlah baris (mendatar)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI SAP (1) Buku : Suryadi H.S. 1991, Pengantar Aljabar dan Geometri analitik Vektor Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor Susunan

Lebih terperinci

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Matriks Tujuan Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Pengertian Matriks Adalah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2 Berlaku mulai: Genap/2011 MATA KULIAH : MATRIK DAN TRANSFORMASI LINEAR NOMOR KODE / SKS : 410202051/ 3 SKS PRASYARAT

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal. 183-190 DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN Fidiah Kinanti, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani

Lebih terperinci

01-Pengenalan Vektor. Dosen: Anny Yuniarti, M.Comp.Sc Gasal Anny2011 1

01-Pengenalan Vektor. Dosen: Anny Yuniarti, M.Comp.Sc Gasal Anny2011 1 01-Pengenalan Vektor Dosen: Anny Yuniarti, M.Comp.Sc Gasal 2011-2012 Anny2011 1 Agenda Bagian 1: Vektor dan Kombinasi Linier Bagian 2: Panjang Vektor dan Perkalian Titik (Dot Products) Bagian 3: Matriks

Lebih terperinci

PEMETAAN CABANG PERUSAHAAN ASURANSI X BERDASARKAN LAPORAN BEBAN KLAIM DAN PENERIMAAN PREMI MENGGUNAKAN BIPLOT

PEMETAAN CABANG PERUSAHAAN ASURANSI X BERDASARKAN LAPORAN BEBAN KLAIM DAN PENERIMAAN PREMI MENGGUNAKAN BIPLOT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 323-334 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMETAAN CABANG PERUSAHAAN ASURANSI X BERDASARKAN LAPORAN BEBAN

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U September 2015 MZI (FIF Tel-U) Ruang Vektor R 2 dan R 3 September 2015

Lebih terperinci

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar Wahidah Sanusi 1, Sukarna 1 dan Nur Ridiawati 1, a) 1 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 3 (2015), hal 337-346 DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Heronimus Hengki, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI Matriks kompleks merupakan matriks

Lebih terperinci

Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel

Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel Vitawati Bawotong, Hanny Komalig, Nelson Nainggolan 3 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT, vbawotong@gmail.com

Lebih terperinci

Geometri pada Bidang, Vektor

Geometri pada Bidang, Vektor Prodi Matematika FMIPA Unsyiah September 9, 2011 Melalui pendekatan aljabar, vektor u dinyatakan oleh pasangan berurutan u 1, u 2. Disini digunakan notasi u 1, u 2 bukan (u 1, u 2 ) karena notasi (u 1,

Lebih terperinci

MA Analisis dan Aljabar Teori=4 Praktikum=0 II (angka. 17 Juli

MA Analisis dan Aljabar Teori=4 Praktikum=0 II (angka. 17 Juli INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN JURUSAN MATEMATIKA DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDI MATEMATIKA SILABUS MATA KULIAH KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan Aljabar Linear ELementer MA Analisis

Lebih terperinci

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih:

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih: Modul Praktikum Aljabar Linier Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih: David Abror Gabriela Minang Sari Hanan Risnawati Ichwan Almaza Nuha Hanifah Riza Anggraini Saiful Anwar Tri

Lebih terperinci

MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR

MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR 5.. Pendahuluan Biasanya jika suatu matriks A berukuran mm dan suatu vektor pada R m, tidak ada hubungan antara vektor dan vektor A. Tetapi seringkali kita menemukan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Matematika Diskrit 2 Kode / SKS : IT02 / 3 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi. Pendahuluan 2. Vektor.. Pengantar mata kuliah aljabar linier.

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 2, Hal 7-24 pissn : 2460-3333 eissn : 2579-907X DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT Randhi N Darmawan Universitas PGRI Banyuwangi, randhinumeric@gmailcom Abstract The Hilbert matrix

Lebih terperinci

Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia, Abstrak. Seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan kompetisi untuk meraih

Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia, Abstrak. Seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan kompetisi untuk meraih Analisis Sikap DAN Faktor Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jakarta Berbasis Komputer Menggunakan Model Fishbein dan Biplot (Studi kasus : SMA Kota Bogor) Fajar Ropi BINUS UNIVERSITTY, Jakarta, Indonesia,

Lebih terperinci

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS Arif Prodi Matematika, FST- UINAM Wahyuni Prodi Matematika, FST-UINAM Try Azisah Prodi Matematika, FST-UINAM

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer MA SKS. 07/03/ :21 MA-1223 Aljabar Linear 1

Aljabar Linear Elementer MA SKS. 07/03/ :21 MA-1223 Aljabar Linear 1 Aljabar Linear Elementer MA SKS 7//7 : MA- Aljabar Linear Jadwal Kuliah Hari I Hari II jam jam Sistem Penilaian UTS 4% UAS 4% Quis % 7//7 : MA- Aljabar Linear Silabus : Bab I Matriks dan Operasinya Bab

Lebih terperinci

02-Pemecahan Persamaan Linier (1)

02-Pemecahan Persamaan Linier (1) -Pemecahan Persamaan Linier () Dosen: Anny Yuniarti, M.Comp.Sc Gasal - Anny Agenda Bagian : Vektor dan Persamaan Linier Bagian : Teori Dasar Eliminasi Bagian 3: Eliminasi Menggunakan Matriks Bagian 4:

Lebih terperinci

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) A. LANDASAN TEORI Misalkan χ merupakan matriks berukuran nxp, dengan baris-baris yang berisi observasi sebanyak n dari p-variat variabel acak X. Analisis

Lebih terperinci

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH : MATEMATIKA INFORMATIKA 2 JURUSAN : S1-TEKNIK INFORMATIKA KODE MATA KULIAH : IT-045214 Referensi : [1]. Yusuf Yahya, D. Suryadi. H.S., Agus S., Matematika untuk

Lebih terperinci

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER Oleh : SRI ESTI TRISNO SAMI, ST, MMSI 082334051324 Daftar Referensi : 1. Kreyzig Erwin, Advance Engineering Mathematic, Edisi ke-7, John wiley,1993 2. Spiegel, Murray R, Advanced

Lebih terperinci

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 ) MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat dari suatu unsur-unsur pada beberapa sistem aljabar. Unsur-unsur tersebut bisa berupa bilangan dan juga suatu peubah.

Lebih terperinci

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier Bernhard M. Wongkar 1, John S. Kekenusa 2, Hanny A.H. Komalig 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, bernhard.wongkar2011@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world).

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world). 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemodelan Matematika Definisi pemodelan matematika : Pemodelan matematika adalah suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian

Lebih terperinci

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi Artikel Aljabar Vektor dan Matriks Oleh : Zie_Zie Vektor Vektor 1. Pengertian Vektor a. Definisi Vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai (besar) dan arah. Contohnya

Lebih terperinci

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Lebih terperinci

Artha Ida Sri Anggriyani

Artha Ida Sri Anggriyani ANALISIS BIPLOT ROW METRIC PRESERVING UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PROVIDER TELEPON SELULER PADA MAHASISWA S1 FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SKRIPSI Disusun Oleh : Artha Ida Sri Anggriyani 24010211130032

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Matriks (matrix) adalah jajaran empat persegi panjang dan bilanganbilangan. Bilangan-bilangan dalam jajaran tersebut disebut entri dari matriks. Berikut ini beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II. A. 1 Matriks didefinisikan sebagai susunan segi empat siku- siku dari bilangan- bilangan yang diatur dalam baris dan kolom (Anton, 1987:22).

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda STK511 Analisis Statistika Pertemuan 13 Peubah Ganda 13. Peubah Ganda: Pengantar Pengamatan Peubah Ganda Menggambarkan suatu objek tidak cukup menggunakan satu peubah saja Kasus pengamatan peubah ganda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

a11 a12 x1 b1 Definisi Vektor di R 2 dan R 3

a11 a12 x1 b1 Definisi Vektor di R 2 dan R 3 a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Definisi Vektor di R 2 dan R 3 a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Pendahuluan Notasi dan Pengertian Dasar Skalar, suatu konstanta yang dituliskan dalam huruf kecil Vektor,

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE BERDASARKAN EMPAT INDIKATOR STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE BERDASARKAN EMPAT INDIKATOR STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN JdC, Vol. 3, No. 2, September, 2014 1 ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE BERDASARKAN EMPAT INDIKATOR STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Jaqualine Tinungki

Lebih terperinci

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 17-22 ISSN: 2303-1751 KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN I MADE ANOM ARIAWAN 1, I PUTU EKA NILA KENCANA 2, NI LUH PUTU

Lebih terperinci

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Matriks Dra. Sri Haryatmi Kartiko, M.Sc. I PENDAHULUAN lmu pengetahuan dewasa ini menjadi semakin kuantitatif. Data numerik dengan skala besar, hasil pengukuran berupa angka sering dijumpai oleh

Lebih terperinci

APLIKASI METODE PANGKAT DALAM MENGAPROKSIMASI NILAI EIGEN KOMPLEKS PADA MATRIKS

APLIKASI METODE PANGKAT DALAM MENGAPROKSIMASI NILAI EIGEN KOMPLEKS PADA MATRIKS Jurnal UJMC, Volume, Nomor, Hal 36-40 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X APLIKASI METODE PANGKAT DALAM MENGAPROKSIMASI NILAI EIGEN KOMPLEKS PADA MATRIKS Novita Eka Chandra dan Wiwin Kusniati Universitas

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2 Aljabar Linier Elementer Kuliah 1 dan 2 1.3 Matriks dan Operasi-operasi pada Matriks Definisi: Matriks adalah susunan bilangan dalam empat persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

Lebih terperinci

Vektor Ruang 2D dan 3D

Vektor Ruang 2D dan 3D Vektor Ruang 2D dan D Besaran Skalar (Tidak mempunyai arah) Vektor (Mempunyai Arah) Vektor Geometris Skalar (Luas, Panjang, Massa, Waktu dan lain - lain), merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai mutlak

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR ELEMENTER

ALJABAR LINEAR ELEMENTER BAHAN AJAR ALJABAR LINEAR ELEMENTER Disusun oleh : Indah Emilia Wijayanti Al. Sutjijana Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Desember, 22 ii Daftar Isi Sistem Persamaan Linear dan Matriks.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER 2 KODE : MKK414515 DOSEN PENGAMPU : Annisa Prima Exacta, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT0143231 / 2 SKS Deskripsi: - Mata kuliah ini mempelajari konsep aljabar linear sebagai dasar untuk membuat algoritma dalam permasalahan

Lebih terperinci

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks atau disebut juga elemen

Lebih terperinci

Pemetaan Kecamatan Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Berdasarkan Hasil Produksi Pertanian dan Perkebunan Dengan Menggunakkan Analisis Biplot

Pemetaan Kecamatan Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Berdasarkan Hasil Produksi Pertanian dan Perkebunan Dengan Menggunakkan Analisis Biplot Pemetaan Kecamatan Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Berdasarkan Hasil Produksi Pertanian dan Perkebunan Dengan Menggunakkan Analisis Biplot 1 Friscilia D Kahuweka, 2 Marline Paendong, 3 Yohanes

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh DEVI SAFITRI 10654004470 FAKULTAS

Lebih terperinci

Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. . Matriks dan Sistem Persamaan Linear Definisi Persamaan dalam variabel dan y dapat ditulis dalam

Lebih terperinci

ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK BIPLOT SQRT (SQUARE ROOT BIPLOT)

ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK BIPLOT SQRT (SQUARE ROOT BIPLOT) ANALISIS LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN GRAFIK BIPLOT SQRT (SQUARE ROOT BIPLOT) SKRIPSI Disusun Oleh : ANIK NURUL AINI 240 102 111 300 28 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika Jurusan Matematika 1 Nopember 2011 1 Vektor dan Garis 2 Koordinat 3 Norma Vektor 4 Hasil Kali Titik dan Proyeksi 5 Hasil Kali Silang Definisi Vektor Definisi Jika AB dan CD ruas garis berarah, keduanya

Lebih terperinci

Aljabar Matriks. Aljabar Matriks

Aljabar Matriks. Aljabar Matriks Aljabar Matriks No No Unit Unit Kompetensi 1 Menerapkan keamanan web dinamis 2 Membuat halaman web dinamis dasar 3 Membuat halaman web dinamis lanjut 4 Menerapkan web hosting 5 Menerapkan konten web memenuhi

Lebih terperinci

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah Matematika II : Vektor Dadang Amir Hamzah sumber : http://www.whsd.org/uploaded/faculty/tmm/calc front image.jpg 2016 Dadang Amir Hamzah Matematika II Semester II 2016 1 / 24 Outline 1 Pendahuluan Dadang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Repeated Measurement Dalam repeated measurement setiap perlakuan menunjukkan pengukuran terhadap satu sampel (unit eksperimen ) atau beberapa sampel yang memiliki karakter sama

Lebih terperinci

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor VEKTOR GAYA Perkalian dan Pembagian vektor dengan scalar Jika vektor dikalikan dengan nilai positif maka besarnya meningkat sesuai jumlah pengalinya. Perkalian dengan bilangan negatif akan mengubah besar

Lebih terperinci