KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA"

Transkripsi

1 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp Fax :

2 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN II-2009 BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp Fax :

3 VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil MISI BANK INDONESIA Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999) 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank. Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) Fax : (0921)

4 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi, moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih. Ternate, 5 Agustus 2009 BANK INDONESIA TERNATE Marlison Hakim Pemimpin i

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH RINGKASAN EKSEKUTIF i ii iv v vii iv BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Gambaran Umum Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 11 BOKS 1 Analisa Kinerja Ekspor Maluku Utara 24 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Gambaran Umum Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Inflasi IHK Triwulanan (q-t-q) Inflasi IHK Tahunan (y-o-y) 33 BOKS 2 High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Harga Barang 38 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan Perbankan 41 a. Perkembangan Aset Bank Umum 41 b. Penghimpunan Dana Bank Umum 45 c. Penyaluran Kredit 47 c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor 47 c.2 Persetujuan Kredit Baru 49 d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 51 e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 52 BOKS 3 Bank dan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara 54 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Gambaran Umum Pendapatan Daerah Belanja Daerah 59 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi RTGS Transaksi Kliring Transaksi Tunai 64 ii

6 5.4 Pemusnahan Uang 65 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi Umum Lapangan Pekerjaan Utama Status Pekerjaan Utama 69 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prosoek Inflasi Daerah 72 iii

7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q) 30 Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 31 (q-t-q) Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar 31 (q-t-q) Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) 31 Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q) 32 Tabel 2.6 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q) 32 Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) 33 Tabel 28 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y) Tabel 2.9 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 34 (y-o-y) Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar 35 (y-o-y) Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) 35 Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y) 36 Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) 36 Tabel 2.14 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) 37 Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara (Milyar Rp) 43 Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah) 48 Tabel 5.1 Rata-rata Transaksi Harian 63 Tabel 5.2 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong 63 Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor di Ternate 69 Tabel 6.2 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang) 70 Tabel 7.1 Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit 73 Tabel 7.2 Indeks Ekspektasi terhadap Penjualan 73 iv

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1 Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y) 3 Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara 4 Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah) 5 Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara 6 Gambar 1.6 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 8 Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil 10 Gambar 1.8 Perkembangan Impor Maluku Utara 10 Gambar 1.9 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y) 12 Gambar 1.10 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 13 Gambar 1.11 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 14 Gambar 1.12 Pertumbuhan Ekspor Nickel dan Harga Nickel Dunia 15 Gambar 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 16 Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 17 Gambar 1.15 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 18 Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 19 Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 20 Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 21 Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa 23 Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q) 29 Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y) 29 Gambar 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara 42 Gambar 3.2 Perkembangan Aset Valuta Asing 44 Gambar 3.3 Proporsi DPK Perbankan 45 Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru 50 Gambar 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 52 Gambar 3.6 Perkembangan NPL s Perbankan Daerah 53 Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 57 v

9 Gambar 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Maluku Utara 62 Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian 63 Gambar 5.3 Arus Uang Tunai BI Ternate 65 Gambar 5.4 Perbandingan Inflow dengan Jumlah Kas Keliling 65 Gambar 5.5 Persentase Uang yang Diracik Terhadap Uang Masuk 66 Gambar 6.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja 67 Gambar 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka 68 Gambar 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha 71 vi

10 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI & PDRB MAKRO INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009 Tw. 4 Tw.1 Tw.2 Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 115,88 117,33 117,01 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 11,25 7,64 4,34 PDRB - harga konstan (miliar Rp) - Pertanian 240,33 241,67 248, Pertambangan & Penggalian 29,40 27,00 27, Industri Pengolahan 83,35 83,72 86,83 - Listrik, Gas & Air Bersih 3,27 3,20 3,31 - Bangunan 12,44 12,07 12,47 - Perdagangan, Hotel & Restoran 168,00 171,99 178,77 - Pengangkutan & Komunikasi 54,53 54,71 56,30 - Keuangan, Persewaaan & Jasa 23,92 24,40 25,10 - Jasa 51,38 51,09 53,45 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,85 4,66 4,94 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 47,50 27,62 25,23* Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 971,48 815,45 816,96* Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - - 0,68* Volume Impor Nonmigas (ribu ton) - - 0,05* Keterangan * Data Ekspor dan Impor pada Tw.2 baru mencakup April dan Mei 2009 vii

11 PERBANKAN INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009 Tw. 4 Tw.1 Tw.2 PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp triliun) 3,04 3,01 3,18 DPK (Rp triliun) 2,80 2,83 2,90 - Giro 0,80 1,01 0,99 - Tabungan 1,47 1,25 1,33 - Deposito 0,53 0,57 0,57 Kredit (Rp triliun) 1,27 1,38 1,53 - Modal Kerja 0,42 0,47 0,52 - Investasi 0,11 0,11 0,14 - Konsumsi 0,74 0,81 0,88 LDR 45,35% 48,94% 52,82% Kredit UMKM (Rp juta) Kredit Mikro (Rp juta) 606, , ,338 - Modal Kerja 46,308 49,347 54,411 - Investasi 7,903 9,127 10,615 - Konsumsi 552, , ,312 Kredit Kecil (Rp juta) 301, , ,688 - Modal Kerja 121, , ,178 - Investasi 28,186 28,145 37,665 - Konsumsi 151, , ,845 Kredit Menengah (Rp juta) 327, , ,353 - Modal Kerja 222, , ,935 - Investasi 73,13 71,513 79,953 - Konsumsi 31,431 35,778 31,465 Total Kredit MKM (Rp juta) 1235, , ,379 NPL MKM (%) 3,75 3,77 3,31 Keterangan: Klredit Mikro (< Rp50 juta) Klredit Kecil (Rp50 juta < X Rp500 juta) Klredit Mikro (Rp500 juta < X Rp5 miliar) viii

12 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,94% (y-o-y). Tingkat inflasi tahunan di Ternate mengalami penurunan... GAMBARAN UMUM Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009 tumbuh secara moderat dibandingkan kondisi triwulan I Kinerja perekonomian yang terjadi pada triwulan laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi ekonomi yang terjadi pada triwulan IV Pada triwulan II angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 4,94% (y-o-y), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,66% (y-o-y). Tingkat inflasi di Ternate pada Triwulan II-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan Triwulan I- 2009, maupun bila dibandingkan terhadap periode yang sama tahun Secara triwulanan perkembangan harga di Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,27%, dimana pada triwulan I-2009 masih terjadi inflasi sebesar 1,25%. Secara tahunan inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,34%, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,64%. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan II menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tergambar dari angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 4,94% (y-o-y) yang meningkat secara moderat jika dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya yaitu 4,66% (y-o-y). Ringkasan Eksekutif x

13 Di sisi permintaan, pertumbuhan tahunan didorong tingginya konsumsi... Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan... Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 sebesar 4,94% (y-o-y) secara dominan masih ditopang oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara masih mengalami penurunan seiring dengan penurunan permintaan akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia sejak awal triwulan IV Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi adalah peningkatan pendapatan masyarakat terkait adanya panen hasil bumi terutama komoditas pala dan kopra yang dimulai pada bulan Juni serta adanya musim tuna dan cakalang yang juga dimulai pada bulan Juni. Lalu mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah serta cairnya gaji ke- 13 di kalangan PNS juga diyakini sebagai faktor pendorong konsumsi. Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih cukup tinggi meskipun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,51% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 37,68% (y-o-y). Masih tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyekproyek pembangunan Pemerintah Daerah, baik itu untuk daerah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun pembangunan di daerah-daerah yang baru saja mengalami pemekaran. Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ringkasan Eksekutif xi

14 Apabila ditelaah secara lebih terperinci pada sektor pertanian, lonjakan pertumbuhan dialami oleh sub sektor kehutanan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 28,87% (y-oy), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,31% (y-o-y). Kondisi ini didorong oleh aktivitas kehutanan terutama untuk kayu damar dan rotan yang banyak berada di Kabupaten Halmahera Barat. Pada triwulan II-2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan I Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar 7,57% (y-o-y). Perlambatan ini terutama dipicu oleh perlambatan pada sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel, sedangkan sub sektor restoran masih menunjukan kinerja pertumbuhan yang tinggi. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga secara triwulanan mengalami inflasi tertinggi... Kelompok bahan makanan secara triwulanan mengalami deflasi... INFLASI REGIONAL Secara triwulanan, inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (16,24%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya mencapai 24,01%. Kondisi ini disebabkan karena meningkatnya permintaan atas jasa pendidikan seiring terjadinya tahun ajaran baru dan penerimaan mahasiswa baru. Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dengan deflasi sebesar minus 1,89%. Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus 7,20%, dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya sebesar minus 12,78%. Komoditas ikan segar yang mengalami penurunan harga yaitu cakalang, lolosi, kembung, Ringkasan Eksekutif xii

15 Inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga... malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan bubara. Penurunan harga ini disebabkan karena masa panen ikan khususnya tuna dan cakalang, sehingga pasokan menjadi banyak. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan bawang putih. Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 16,24%, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 3,41%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,01% pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus 5,96%%. Kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan... PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,98% (y-o-y), dengan angka LDR sebesar 52,82%, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu LDR tercatat sebesar 39,10%. Hingga triwulan II-2009, belum terjadi penambahan kantor bank umum yang beroperasi di Maluku Utara, meskipun telah ada rencana pembukaan kantor cabang baru oleh salah satu bank untuk lokasi diluar Kota Ternate. Data yang dimiliki oleh Bank Indonesia Ternate menunjukkan bahwa sampai dengan Bulan Juni 2009 terdapat 10 (sepuluh) bank umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR yang beroperasi. Dari seluruh Bank yang ada di Maluku Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh perbankan melalui 38 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan 1 BPR, Ringkasan Eksekutif xiii

16 serta beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Utara. Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 mencapai 19,31%... KEUANGAN DAERAH Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I mencapai 19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009 adalah Rp 139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang ditetapkan adalah 721,4 milyar rupiah. Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS mengalami peningkatan... Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring mengalami peningkatan... Aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate mengalami peningkatan... SISTEM PEMBAYARAN Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan II-2009 tercatat jumlah transaksi sebesar 2,3 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 7,75% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Volume transaksi pada triwulan II-2009 tercatat sebanyak transaksi, atau tumbuh sebesar 22,16%. Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Nilai rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,35 miliar rupiah, atau tumbuh sebesar 0,61% (q-t-q) dimana pada triwulan I-2009 nilainya adalah 2,33 miliar rupiah. Jika dilihat rata-rata harian jumlah warkat, tidak terdapat peningkatan yang signifikan dimana jumlahnya pada triwulan I-2009 adalah 48 lembar, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlahnya 49. Pada triwulan II-2009 perkembangan total transaksi tunai di Ternate mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II- 1 Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia Ringkasan Eksekutif xiv

17 2009, total transaksi (inflow dan outflow) mencapai 279,47 miliar rupiah, dimana pada triwulan I-2009 total transaksinya adalah 207,63 miliar rupiah. Dengan kata lain pada triwulan II-2009 terjadi peningkatan total transaksi tunai sebesar 34,60% (q-t-q). Jumlah dana yang keluar dari bank Indonesia Ternate (outflow) mencapai Rp 241,71 miliar, sedangkan jumlah dana yang masuk (inflow) hanya sebesar Rp 37,76 miliar. Tingginya outflow pada triwulan laporan disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan kebutuhan uang tunai karena bertepatan dengan masa pemilu dan kenaikan pendapatan seiring terjadinya panen hasil bumi dan panen tuna. Tingkat pengangguran di Maluku Utara mengalami penurunan... TENAGA KERJA Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di Ternate sampai dengan bulan Februari 2009 secara tahunan mengalami peningkatan, serta diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan Februari 2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 440,66 ribu jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 5,56% (y-o-y) dimana jumlah angkatan kerja pada posisi Februari 2008 adalah 417,45 ribu jiwa. Karena penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan pertambahan angkatan kerja maka tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar minus 5,97% (y-o-y) dari 7,03% pada Februari 2008 menjadi 6,61% pada Februari Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja secara tahunan mengalami penurunan. Pada Februari 2008 sektor primer menyerap 62,46% dari seluruh tenaga kerja yang ada di Maluku Utara sedangkan pada Februari 2009 penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 57,48%. Turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer diikuti oleh peningkatan pada sektor sekunder dan tersier. Ringkasan Eksekutif xv

18 Perekonomian daerah masih akan mengalami pertumbuhan pada triwulan III Inflasi pada triwulan III-2009 diperkirakan mengalami kenaikan... PROSPEK EKONOMI REGIONAL Dengan melihat kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada triwulan III-2009 perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,8% ± 1% (y-o-y). Proyeksi ini searah dengan hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilaksanakan Bank Indonesia Ternate pada triwulan II-2009, dimana ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha untuk periode triwulan III-2009 optimis akan mengalami peningkatan. Dari sisi pengeluaran, sektor konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak ekonomi daerah, apalagi pada triwulan III-2009 merupakan masa ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sektor pertanian masih akan tumbuh seiring berlangsungnya panen hasil bumi sampai Juli serta tingginya produksi ikan laut hingga September. Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan mengalami peningkatan karena telah masuknya maskapai penerbangan baru dan sudah mulai beroperasi. Pada triwulan III-2009 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 5,17% ± 1% (y-o-y). Tekanan inflasi pada triwulan III-2009 kemungkinan besar akan bersumber dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; kelompok bahan makanan; serta kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, seiring dengan datangnya bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Ringkasan Eksekutif xvi

19 Bab I Perkembangan Ekonomi Makro 1.1 Gambaran Umum Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009 tumbuh secara moderat dibandingkan kondisi triwulan I Kinerja perekonomian yang terjadi pada triwulan laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi ekonomi yang terjadi pada triwulan IV Pada triwulan II-2009 angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 4,94% (y-o-y), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,66% (y-o-y). Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 sebesar 4,94% (y-o-y) secara dominan masih ditopang oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara masih mengalami penurunan seiring dengan penurunan permintaan akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia sejak awal triwulan IV Perkembangan Ekonomi Makro 1

20 Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada triwulan II-2009 pertumbuhan sektor pertanian tercatat sebesar 4,72% (y-o-y), sedangkan kontraksi sektor pertambangan dan penggalian mencapai minus 17,62% (y-o-y), sektor industri pengolahan mengalami petumbuhan sebesar 6,97% (y-o-y), sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y), Sektor bangunan tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y), sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 7,30% (y-o-y), sektor pengangkutan dan komunikasi mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,17%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (y-o-y), sedangkan sektor jasa-jasa tumbuh 2,04% (y-o-y). 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan II-2009 utamanya digerakan oleh konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.2., konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 6,88% sedangkan pengeluaran pemerintah kontribusinya sebesar 3,88%. Kontraksi ekspor selama beberapa triwulan belakangan, telah mengakibatkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 menjadi minus 10,30%. Meskipun mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi, namun kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 1,95%. Jika dibandingkan pertumbuhannya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada investasi yang tumbuh sebesar 33,51% (y-o-y). Pengeluaran pemerintah tumbuh sebesar 15,50% (y-o-y), konsumsi mengalami pertumbuhan sebesar 9,04% (y-o-y), lalu impor tumbuh sebesar 4,55% (y-o-y), sedangkan ekspor mengalami kontraksi sebesar minus 25,61% (y-o-y). Jika dihitung secara net, net ekspor mengalami kontraksi yang semakin dalam hingga mencapai minus 69,90% (y-o-y). Perkembangan Ekonomi Makro 2

21 Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y) Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY) Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY) Tw.II 2009* Tw.II 2009* 4.94 PDRB 4,94 PDRB 9.04 Konsumsi 6,88 Konsumsi 15.5 Pengeluaran Pemerintah 3,88 Pengeluaran Pemerintah Investasi 1,95 Investasi Ekspor -10,3 Ekspor 4.55 Impor 1,09 Impor Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah A. Konsumsi Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 konsumsi masyarakat tercatat sebesar Rp 548,17 milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 9,04% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 konsumsi tercatat sebesar 536,49 milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,22% (y-o-y). Perkembangan Ekonomi Makro 3

22 Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Tumbuhnya konsumsi pada dua triwulan terakhir, sejak terjadinya kontraksi pada triwulan IV-2008 sebagai akibat dari terjadinya krisis global, mengindikasikan bahwa pengaruh krisis keuangan global terhadap perekonomian Maluku Utara telah hilang, bahkan dapat dikatakan bahwa krisis global tidak memiliki pengaruh jangka panjang terhadap tingkat konsumsi Maluku Utara. Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi pada triwulan II-2009 adalah peningkatan pendapatan masyarakat terkait adanya panen hasil bumi terutama komoditas pala dan kopra yang dimulai pada bulan Juni serta adanya musim tuna dan cakalang yang juga dimulai pada bulan Juni. Lalu mulai berjalannya proyekproyek pemerintah serta cairnya gaji ke-13 di kalangan PNS juga diyakini sebagai faktor pendorong konsumsi. Apabila ditelaah secara lebih mendalam, pertumbuhan sektor konsumsi terutama didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga, sedangkan konsumsi swasta tumbuh namun mengalami perlambatan. Pada triwulan II-2009 nilai konsumsi rumah tangga mencapai 542 miliar rupiah dengan pertumbuhan sebesar 9,12% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 nilai konsumsi rumah tangga adalah 530,35 miliar rupiah dengan angka pertumbuhan 8,29% (y-o-y). Konsumsi swasta tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 1,82% sedangkan pertumbuhan pada Perkembangan Ekonomi Makro 4

23 triwulan I-2009 adalah 2,49%. Nilai konsumsi triwulan II-2009 mencapai 6,168 milyar rupiah dimana nilainya pada triwulan I-2009 adalah 6,135 milyar rupiah. Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah) Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah B. Investasi Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih cukup tinggi meskipun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,51% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 37,68% (y-oy). Masih tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-proyek pembangunan Pemerintah Daerah, baik itu untuk daerah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun pembangunan di daerah-daerah yang baru saja mengalami pemekaran. Pembangunan kompleks perkantoran Gubernur di Sofifi, Kantor Bupati Halmahera Timur dan Halmahera Tengah, pembangunan rumah-rumah dinas, dan pembangunan maupun perbaikan jalan dan jembatan menjadi penggerak sektor investasi. Investasi masih akan terus mengalami pertumbuhan seiring rencana investasi kedepan, seperti pembangunan pelabuhan alternatif bagi pelabuhan Ahmad Yani dan perluasan bandara Babullah. Perkembangan Ekonomi Makro 5

24 Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Masih dominannya peran pemerintah dalam hal investasi juga terbukti dalam survei pemeringkatan iklim usaha di 33 provinsi pada tahun 2008, yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), dimana Maluku Utara termasuk dalam lima daerah terbawah pada: a) peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah, b) infrastruktur, dan c) kondisi keamanan usaha. Rendahnya peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah terlihat pada tiga aspek, yaitu sektor perbankan, peran swasta dalam keuangan daerah, dan peran swasta dalam investasi dan penciptaan lapangan kerja. Seperti yang dapat dilihat pada data LDR 1, penyaluran kredit oleh perbankan di Maluku Utara masih tergolong rendah, yakni hanya sebesar 52,82%, yang menunjukan bahwa perbankan belum secara optimal menjalankan fungsi intermediasinya. Selain itu penyaluran kredit perbankan masih didominasi oleh kredit konsumsi, dimana idealnya porsi lebih besar diberikan kepada kredit yang sifatnya produktif, sehingga bank dapat berperan dalam menggerakan perekonomian daerah. Dalam kaitannya dengan keuangan daerah, peran swasta tampaknya masih kecil. Hal ini terlihat dari struktur APBD, dimana dalam RAPBD 2009 pendapatan daerah masih didominasi oleh dana alokasi umum dengan porsi sebesar 63,56% dari total anggaran pendapatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa Maluku Utara sebagai 1 Pembahasan sektor perbankan dapat dilihat lebih rinci pada Bab III Perkembangan Ekonomi Makro 6

25 Provinsi yang sekitar satu dekade telah menikmati otonomi daerah, masih belum dapat mewujudkan kemandirian ekonomi. Rendahnya peran swasta dalam investasi dan penciptaan lapangan kerja, terlihat dari masih dominannya tenaga kerja di Maluku Utara yang bekerja pada sektor informal. Sektor formal hanya mampu menyerap sebanyak 20,16% jumlah tenaga di Maluku Utara. Seperti telah disebutkan sebelumnya, Maluku Utara juga masih dianggap belum memiliki infrastruktur yang memadai. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka pembangunan perekonomian dan menarik investor. Tersedianya akses jalan darat ke provinsi terdekat, ketersediaan pelabuhan dan bandara, ketersediaan sambungan listrik hingga ke pelosok desa, frekuensi pemadaman, sambungan telepon dan sambungan internet, merupakan indikator baik atau tidaknya infrastruktur suatu daerah. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi bandara di Kota Ternate memang belum memadai. Sebagai pusat aktivitas ekonomi Maluku Utara sudah sewajarnya apabila Ternate memiliki bandara udara yang representatif. Perluasan dan pembangunan fasilitas bandara yang telah dilaksanakan saat ini diharapkan dapat segera terealisasi, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pengguna jasa penerbangan, apalagi saat ini telah masuk maskapai baru, dan diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja perekonomian Maluku Utara. Masalah urgen lainnya yang perlu diatasi adalah ketersediaan listrik. Masih banyaknya daerah yang belum teraliri listrik dan tingginya frekuensi pemadaman menjadi penghambat masuknya investasi. Investasi dalam bentuk pendirian pabrik tentu saja akan membutuhkan pasokan listrik yang cukup dan lancar. Tingginya frekeuensi pemadaman merupakan disinsentif bagi investor karena akan meningkatkan biaya pemeliharaan mesin, maupun biaya overhead karena harus menyediakan tenaga listrik alternatif berupa genset. Kedepan diharapkan hal ini dapat diatasi, mengingat listrik tidak saja penting bagi kehidupan masyarakat, tetapi juga bagi keberlangsungan usaha para pelaku ekonomi. Perkembangan Ekonomi Makro 7

26 Meskipun kondisi Maluku Utara saat ini relatif lebih kondusif, namun hasil survei menemukan bahwa kondisi keamanan usaha di daerah Maluku Utara masih rendah, dimana hal ini dikaitkan dengan upaya Pemda dalam menjamin keamanan berusaha. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya stereotipe negatif dimana masyarakat luar menganggap Maluku Utara merupakan daerah rawan konflik. Untuk merubah hal ini diperlukan kerjasama seluruh pihak, misalnya melalui penciteraan media, agar tercipta image bahwa Maluku Utara adalah daerah yang bersahabat dan memiliki iklim usaha yang kondusif. C. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah pada periode triwulan II-2009 masih menunjukan pertumbuhan walau mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan I Pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan adalah 15,50% (y-o-y) sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya mencapai 23,33% (y-o-y). Pada triwulan II-2009 nilai pengeluaran pemerintah mencapai 190,86 milyar rupiah sedangkan pada triwulan I-2009 nilainya adalah 188,15 milyar rupiah. Pertumbuhan pemerintah pada periode ini didorong oleh realisasi proyek-proyek yang biasanya telah ditenderkan pada triwulan pertama. Gambar 1.6 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Perkembangan Ekonomi Makro 8

27 Kegiatan goverment spending pada triwulan berikutnya diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan. Salah satu indikasinya adalah pada triwulan laporan beberapa proyek pemerintah baru memasuki tahap tender, sehingga pada triwulan berikutnya diperkirakan sudah memasuki tahapan pengerjaan/realisasi. D. Kegiatan Ekspor dan Impor Kinerja net ekspor pada triwulan II-2009 masih melanjutkan trend kontraksi yang telah dimulai sejak triwulan IV Pertumbuhan sebesar 0,77% (y-o-y) pada triwulan III-2008 tidak berlanjut pada triwulan berikutnya seiring terjadinya krisis keuangan global yang menurunkan permintaan dunia. Pada triwulan IV-2008 net ekspor mengalami kontraksi hingga mencapai minus 54,03% (y-o-y), dan berlanjut pada triwulan I-2009 dimana kontraksinya menjadi minus 67,54% (y-o-y), lalu pada triwulan II-2009 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus 69,90% (y-o-y). Kondisi ini disebabkan karena semakin dalamnya kontraksi yang dialami ekspor, sedangkan impor masih mengalami pertumbuhan. Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.7, kinerja ekspor pada triwulan II-2009 menunjukan kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61%, sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi ekspor tercatat sebesar minus 24,48%. Kontraksi ekspor secara keseluruhan dipicu oleh kontraksi komoditas nickel, sedangkan untuk ikan masih relatif stabil. Perkembangan Ekonomi Makro 9

28 Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Kinerja impor pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan meskipun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan impor tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 4,58% (y-o-y). Gambar 1.8 Perkembangan Impor Maluku Utara Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Tumbuhnya impor terutama didorong oleh impor antar pulau, dimana pada triwulan laporan pertumbuhannya tercatat sebesar 12,99% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya 12,18%. Meksipun pada triwulan II-2009 ini impor luar negeri mengalami kontraksi hingga mencapai minus 67,13% (y-o-y), Perkembangan Ekonomi Makro 10

29 namun karena porsinya yang hanya sebesar 3%, maka hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja impor secara keseluruhan. Pada triwulan II-2009, berdasarkan data impor dari bea cukai, volume impor Maluku Utara untuk periode April-Mei 2009 tercatat sebesar 52 ribu ton, dengan nilai impor sebesar US$. Impor luar negeri pada periode ini terutama merupakan barang modal untuk industri perkapalan. Untuk impor antar pulau, data SIMOPPEL menunjukan bahwa pada bulan april 2009, volume bongkar barang mencapai ton. 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Apabila dibandingkan pertumbuhan masing-masing sektor, maka pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 10,17% (y-o-y). Akan tetapi karena bobotnya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran maka kinerja sektor ini belum dapat mendorong kinerja perekonomian daerah secara kuat. Perkembangan Ekonomi Makro 11

30 Gambar 1.9 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y) Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY) Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY) Tw.II 2009* Tw.II 2009* 4.94 PDRB 4.94 PDRB 4.72 Pertanian 1.70 Pertanian Pertambangan & Penggalian Pertambangan & Penggalian 6.97 Industri Pengolahan 0.86 Industri Pengolahan 4.28 Listrik, Gas & Air Bersih 0.02 Listrik, Gas & Air Bersih 8.16 Bangunan 0.14 Bangunan 7.30 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.84 Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi 0.79 Pengangkutan & Komunikasi 9.51 Keuangan, Persewaan & Jasa Perush 0.33 Keuangan, Persewaan & Jasa Perush 2.04 Jasa-jasa 0.16 Jasa-jasa Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah A. Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2009 masih menunjukan pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,72% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 yang pertumbuhannya mencapai 7,91%. Faktor pendorong pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan adalah di bulan Juni sudah dimulai panen hasil bumi seperti kopra dan pala. Walaupun panen kali ini tidak seberhasil seperti pada tahun-tahun sebelumnya, petani menikmati kenaikan harga hasil bumi yang signifikan pada triwulan II ini. Mulai bulan Juni, subsektor perikanan juga mulai menikmati peningkatan produksi khususnya tuna dan cakalang. Hal ini juga didorong oleh cuaca yang mendukung sehingga nelayan dapat terus melaut. Diperkirakan produksi akan terus meningkat sampai puncaknya pada Agustus dan September. Perkembangan Ekonomi Makro 12

31 Gambar 1.10 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Apabila ditelaah secara lebih teperinci, lonjakan pertumbuhan dialami oleh sub sektor kehutanan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 28,87% (y-oy), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,31% (y-oy). Kondisi ini didorong oleh aktivitas kehutanan terutama untuk kayu damar dan rotan yang banyak berada di Kabupaten Halmahera Barat. Sub sektor lain yang masih mengalami pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dimana pada triwulan laporan pertumbuhannya sebesar 0,64% (y-o-y), sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang pertumbuhannya sebesar 0,59% (y-o-y). Tiga sub sektor lainnya, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan perikanan masih tumbuh meskipun mengalami perlambatan. Sub sektor tanaman bahan makanan mengalami perlambatan terbesar, dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya mencapai 14,87% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,43% (y-o-y). Pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan pada periode ini didorong oleh peningkatan pada tanaman jagung, ubi jalar, kacang-kacangan dan hortikultura. Untuk pertanian beras memang mengalami penurunan, seperti yang tercatat dalam angka ramalan BPS. Hal ini disebabkan oleh pengalihan tanaman, dimana petani lebih memilih untuk menananam jagung dibandingkan beras, karena sulitnya memperoleh bibit Perkembangan Ekonomi Makro 13

32 dan pupuk, selain karena prosesnya yang lebih rumit. Halmahera Utara bahkan memiliki alokasi dana APBD untuk pengembangan jagung di Kabupaten tersebut. Untuk sub sektor tanaman pekebunan, pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah 5,55% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 7,10% (y-o-y). Sub sektor perikanan sedikit mengalami perlambatan, dimana pada triwulan II-2009 terjadi pertumbuhan sebesar 3,06% adapun pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 3,30% (y-o-y). Walaupun produksi ikan meningkat pada triwulan ini, namun nelayan harus menghadapi turunnya harga ikan. Hal ini disebabkan permintaan ekspor yang turun serta terbatasnya fasilitas cold storage sehingga pasokan akhirnya membanjiri pasar lokal. B. Pertambangan & Penggalian Pada triwulan II-2009 sektor pertambangan dan penggalian masih melanjutkan trend kontraksi yang cenderung semakin dalam. Pada triwulan laporan, kontraksi sektor ini mencapai minus 17,62% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 kontraksinya sebesar minus 17,58% (y-o-y). Gambar 1.11 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Perkembangan Ekonomi Makro 14

33 Kontraksi pada sektor ini, dipicu oleh kontraksi pada sub sektor pertambangan tanpa migas, yang porsinya hampir 90% dari keseluruhan sektor pertambangan dan penggalian. Kontraksi sub sektor ini yang tercatat pada triwulan II-2009 adalah minus 20,23% (y-o-y), sedikit melandai dibandingkan kontraksi yang terjadi pada triwulan I-2009 yaitu sebesar minus 21,09%. Komoditas utama pada sub sektor ini merupakan nickel, yang juga merupakan komoditas ekspor utama, sehingga penurunan kinerja pada komoditas ini juga tercermin dari penurunan ekspor. Gambar 1.12 Pertumbuhan Ekspor Nickel dan Harga Nickel Dunia Seperti yang terlihat pada gambar diatas, pertumbuhan ekspor nickel pada triwulan II-2009 sedikit membaik jika dibandingkan dengan triwulan I Namun kondisi demikian bukan semata-mata disebabkan oleh peningkatan volume ekspornya, tetapi juga oleh kenaikan harga nickel dunia, sehingga ikut mendongkrak nilai ekspor nickel. Pada triwulan II-2009 volume ekspor nickel mencapai Mton, dengan nilai sebesar Rp 106,92 miliar rupiah. Sub sektor penggalian masih mengalami pertumbuhan, meskipun jauh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sub sektor ini pada triwulan II sebesar 7,58% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya mencapai 20,65% (y-o-y). Sub sektor ini masih didominasi oleh penggalian tipe C, berupa pasir dan batu, yang pengelolaannya masih dilakukan secara sederhana, dan banyak terkonsentrasi di daerah Kabupaten Halmahera Utara dan Halmahera Timur. Perkembangan Ekonomi Makro 15

34 C. Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat sektor ini mengalami petumbuhan sebesar 6,97% (y-o-y), jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sebelumnya dimana sub sektor ini mengalami kontraksi hingga mencapai minus 7,26% (y-o-y). Gambar 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 didorong oleh membaiknya kinerja sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya. Setelah beberapa triwulan belakangan mengalami kontraksi, pada triwulan laporan tercatat sub sektor ini tumbuh sebesar 6,17% (y-o-y). Dengan share lebih dari 70%, maka tidak mengherankan apabila membaiknya kinerja sub sektor ini juga ikut mendongkrak kinerja sektor industri pengolahan. Pertumbuhan ini sejalan dengan kondisi pada sub sektor kehutanan yang juga mengalami pertumbuhan. Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,19% (y-o-y), dimana pada triwulan I pertumbuhannya sebesar 6,20% (y-o-y). Dua hal positif ini merupakan penyebab membaiknya kinerja sektor industri pengolahan. Perkembangan Ekonomi Makro 16

35 D. Listrik, Gas & Air Bersih Sektor listrik, gas dan air bersih menunjukan peningkatan kinerja dibandingkan dengan triwulan I Pada tiwulan II-2009 sektor ini tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y), lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 1,37% (y-o-y). Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Tumbuhnya sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2009 terutama disebabkan karena membaiknya kinerja sub sektor listrik. Sub sektor ini tumbuh 3,26% (y-o-y), dimana pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar minus 0,95% (y-o-y). Sub sektor air bersih juga mengalami pertumbuhan sebesar 5,41% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 4,03% (y-o-y). Pertumbuhan sub sektor air bersih disebabkan oleh pemasangan jaringan PDAM baru pada wilayah Sanana, Halmahera Utara dan Bacan. E. Bangunan Kinerja sektor bangunan pada triwulan II-2009 masih menunjukan pertumbuhan, meksipun melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor bangunan tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y), jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhannya mencapai 19,67% (y-o-y). Perkembangan Ekonomi Makro 17

36 Gambar 1.15 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Pertumbuhan sektor bangunan masih dimotori oleh pembangunan infrastruktur kedaerahan yang meliputi wilayah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun pembangunan daerah baru, yang merupakan hasil pemekaran. Pertumbuhan sektor ini sejalan dengan pertumbuhan investasi, yang memang masih sangat didominasi oleh investasi pemerintah daerah. F. Perdagangan, Hotel & Restoran Pada triwulan II-2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan I Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar 7,57% (y-o-y). Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan didorong oleh naiknya permintaan masyarakat yang dipicu oleh meningkatnya pendapatan mereka seiring dengan adanya panen hasil bumi dan ikan laut serta mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah. Selain dari sisi permintaan, naiknya nilai perdagangan juga disebabkan oleh kenaikan harga beberapa barang seperti kendaraan dan produk-produk manufaktur yang bahan bakunya diimpor dari negara lain. Hal ini merupakan dampak dari melemahnya nilai rupiah beberapa waktu lalu akibat krisis global. Untuk volume Perkembangan Ekonomi Makro 18

37 perdagangan komoditas energi juga mengalami sedikit kenaikan, hal ini disebabkan oleh adanya penambahan alokasi minyak tanah dari Pertamina serta peningkatan konsumsi BBM selama Pemilu dan Pilpres. Pada sub-sektor hotel dan restoran, pertumbuhan dipicu oleh semakin banyaknya event yang diselenggarakan instansi pemerintah berkaitan dengan cairnya anggaran untuk tahun Beberapa manajemen hotel dan restoran juga mengatakan bahwa biasanya pada triwulan II akan memasuki middle period dimana permintaan masyarakat mulai naik dibandingkan triwulan I yang merupakan low period. Hal ini merupakan siklus tahunan yang dikaitkan dengan faktor musiman (panen/hari raya) serta konsumsi pemerintah. Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Jika dianalisa faktor perlambatannya, perlambatan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran terutama dipicu oleh perlambatan pada sub sektor perdagangan besar dan eceran, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 7,17% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 7,43% (y-o-y). Sub sektor hotel juga mengalami perlambatan, dimana pada triwulan II-2009 tercatat pertumbuhan sebesar 8,93% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan I adalah 9,90% (y-o-y). Sub sektor restoran masih menunjukan kinerja pertumbuhan yang tinggi, seperti yang terjadi pada beberapa triwulan sebelumnya, Perkembangan Ekonomi Makro 19

38 dimana peretumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 22,55% (y-o-y), sedangkan pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 22,33% (y-o-y). G. Pengangkutan & Komunikasi Pada triwulan II-2009 sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun demikian pertumbuhan sektor ini dapat dikatakan masih cukup tinggi, yaitu sebesar 10,17% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 11,38% (y-o-y). Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Perlambatan pada sektor ini disebabkan karena melambatnya seluruh sub sektor yang ada, kecuali angkutan jalan raya. Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh sebesar 6,64% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 5,29% (y-o-y). Kondisi ini didorong oleh peningkatan aktivitas angkutan jalan raya untuk lintas Halmahera, seiring dengan penambahan rute penerbangan (Kao-Weda dan Kao-Sofifi) maupun perlintasan kapal. Seiring penambahan dua angkutan ini, maka jasa angkutan jalan raya sebagai feeder juga akan meningkat. Sub sektor angkutan laut mengalami pertumbuhan sebesar 6,41% (y-o-y), sedikit menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 6,67% (y-oy). Sub sektor angkutan sungai, danau dan penyebrangan tumbuh 16,16% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 17,32% (y-o-y). Perkembangan Ekonomi Makro 20

39 Sub sektor angkutan udara kinerjanya mengalami perlambatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan I-2009, dimana pada triwulan laporan pertumbuhannya adalah 10,58% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 16,28% (y-o-y). Kedepan sub sektor ini diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke Ternate. Pertumbuhan sub sektor jasa penunjang angkutan pada triwulan II-2009 adalah 11,31% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-2009 dimana pertumbuhannya adalah 13,56% (y-o-y). Sub sektor pos dan telekomunikasi pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 14,68% (y-o-y), sedangkan pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 1647 (y-o-y). H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami perlambatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 sektor ini tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (y-o-y), adapun pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 12,11% (y-o-y). Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Pada sektor ini satu-satunya sub sektor yang tidak mengalami perlambatan pertumbuhan adalah lembaga keuangan non bank, dimana pertumbuhannya pada Perkembangan Ekonomi Makro 21

40 tiwulan II-2009 tercatat sebesar 24,32% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 23,07% (y-o-y). Meskipun demikian karena share-nya yang kecil, maka hal ini tidak dapat menahan perlambatan yang terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara keseluruhan, apalagi sub sektor lainnya juga mengalami perlambatan. Dibandingkan triwulan I-2009, sub sektor bank tumbuh melambat dimana pada triwulan laporan pertumbuhan sektor ini sebesar 16,58% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 18,76% (y-o-y). Sub sektor sewa bangunan juga menunjukan perlambatan yang cukup signifikan, dimana pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah 4,84% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan sebesar 8,31% (y-o-y). Kinerja sub sektor jasa perusahaan melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 12,90% (y-o-y) sedangkan periode triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 14,65% (y-o-y). I. Jasa-jasa Sektor jasa-jasa mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2009, dibandingkan dengan kinerja yang ditunjukan pada triwulan I Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009 adalah 2,04% (y-o-y), atau melambat lebih dari setengah, dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang sebesar 4,26% (y-o-y). Perlambatan pada sektor jasa ini terutama disebabkan oleh perlambatan pada sub sektor jasa pemerintahan umum yang berupa administrasi pemerintahan dan pertahanan, dimana pada triwulan sebelumnya tercatat administrasi pemerintahan dan pertahanan tumbuh sebesar 3,13% (y-o-y), sedangkan pada triwulan laporan kinerjanya menurun hingga pertumbuhan yang terjadi hanya sebesar 0,16%. Dengan porsi sebesar lebih dari 72%, tidak mengherankan apabila perlambatan pada sub sektor ini akan berpengaruh terhadap melambatnya sektor jasa-jasa secara keseluruhan. Perkembangan Ekonomi Makro 22

41 Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Pada sub sektor jasa-jasa swasta, hanya terdapat satu kelompok usaha yang mengalami pertumbuhan positif, sedangkan dua kelompok usaha lainnya mengalami perlambatan. Usaha sosial kemasyarakatan tumbuh sebesar 6,24% (y-oy), masih mengalami peningkatan dibandingkan kinerja yang ditunjukan pada triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 5,80%. Usaha hiburan dan rekreasi masih menunjukan pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 tercatat usaha hiburan dan rekreasi megalami pertumbuhan sebesar 10,57% (y-o-y), sedikit lebih rendah jika dibandingkan terhadap kinerja tahunan triwulan I-2009 dimana pertumbuhan tercatat sebesar 10,90% (y-o-y). Sektor usaha perorangan dan rumah tangga juga sedikit mengalami perlambatan jika dibandingkan terhadap pertumbuhan tahunan pada periode triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat pertumbuhan tahunan yang berhasil dicapai oleh sektor usaha perorangan dan rumah tangga adalah 8,14% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 8,61%. Perkembangan Ekonomi Makro 23

42 BOKS 1 Analisa Kinerja Ekspor Maluku Utara Selama beberapa triwulan terakhir ekspor Maluku Utara selalu mengalami kontraksi. Seperti yang telah diuraikan pada bab pertama, kinerja ekspor pada triwulan II-2009 menunjukan kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61%, sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi ekspor tercatat sebesar minus 24,48%. Kondisi ini perlu mendapat perhatian mengingat ekspor menyumbang sepertiga dari total produk domestik regional bruto, sehingga turunnya ekspor juga akan berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan PDRB. Tulisan ini akan berupaya untuk menganalisa lebih jauh tentang kinerja ekspor Maluku Utara, dilihat dari sisi permintaan. Tinjauan Teoritis Fungsi dasar dari permintaan ekspor dapat digambarkan dengan persamaan sederhana sebagai berikut: y t =f(x t,r t ) dimana y t adalah jumlah ekspor yang diminta oleh negara lain, x t adalah pendapatan riil negara lain dan r t adalah harga ekspor relatif yang digambarkan oleh nilai tukar riil (real effective exchange rate). Kenaikan pendapatan negara lain akan meningkatkan permintaan terhadap ekspor, sedangkan penguatan nilai tukar rupiah akan menurunkan permintaan ekspor. Persamaan ini merupakan persamaan dasar dalam literatur ekspor (Goldstein dan Khan, 1985 dalam Cheung ). Data dan Metode Analisa atas kinerja ekspor Maluku Utara akan menggunakan data triwulanan periode 2000:1 hingga 2009:1. Mengingat ekspor Maluku Utara mayoritas ditujukan ke Jepang, maka pendapatan riil negara lain akan menggunakan PDRB riil Jepang yang bersumber dari Department of National Accounts Economic and Social Research Institute Cabinet Office Japan. Data ekspor menggunakan ekspor riil yang bersumber dari BPS. Adapun data real effective exchange rate diperoleh dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia. Pengolahan data akan dilakukan dengan metode regresi sederhana. 1 Cheung, Yin Wong, 2003, An Analysis of Hong Kong Export Performance, UC Santa Cruz Economics Working Paper, No

43 Hasil dan Pembahasan Hasil estimasi model regresi dapat dilihat pada tabel 1 dibawah. Berdasarkan model tersebut diperoleh nilai R-squared sebesar 0,7832 yang menggambarkan bahwa seluruh variasi dari variabel-variabel yang ada, dapat dijelaskan oleh model sebanyak 78,32%. Dengan persentase sebesar ini dapat dikatakan bahwa model telah cukup baik. Probabilitas F-statistic yang sebesar 0,00 menunjukan bahwa seluruh variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Jika dilihat satu per satu, variabel real effective exchange rate tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai probabilitasnya yang berada diatas 0,05, sedangkan variabel independen lainnya yaitu PDB Jepang dan ekspor periode sebelumnya mempengaruhi secara signifikan. Tabel 1. Hasil Estimasi Model Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C LPDBJP LREER LXPRT(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber: Data diolah Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, PDB Jepang mempengaruhi secara signifikan permintaan ekspor Maluku Utara. Kenaikan PDB Jepang sebesar 1,00% akan meningkatkan permintaan ekspor sebanyak 1,52% dan sebaliknya penurunan PDB Jepang akan menurunkan permintaan ekspor. Ekspor Maluku Utara selama ini memang lebih banyak didominasi ke benua Asia dibandingkan dengan benua lainnya, sedangkan sebagian tujuan ekspor lainnya adalah Eropa. Berdasarkan data Januari hingga April 2009, volume ekspor dengan tujuan Asia mencapai 82,29% dari total volume ekspor Maluku Utara, sedangkan nilainya mencapai 79,92% dari keseluruhan nilai ekspor. Di Asia, negara tujuan ekspor Malut sejak tahun 2003 hingga 2006 selalu didominasi oleh Jepang, namun sejak tahun 2007 ekspor ke Cina mulai meningkat. Jika dilihat volumenya, 25

44 ekspor ke Cina memang jauh lebih besar, namun apabila dilihat nilainya sebenarnya Jepanglah yang memiliki lebih besar. Hal ini disebabkan karena komoditas yang diekspor ke Jepang memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan ke Cina. Dengan masih dominannya Jepang sebagai tujuan ekspor, terutama ekspor Nickel maka tidak mengherankan apabila PDB Jepang mempengaruhi permintaan ekspor secara signifikan. Di negara tujuannya, output utama dari pengolahan nikel (stainless steel) paling banyak digunakan pada industri otomotif. Tabel 1 Proporsi Volume dan Nilai Ekspor Malut ke Jepang dan Cina Tahun Volume Nilai Jepang R.R.C Jepang R.R.C ,07% 0,00% 66,91% 0,00% ,49% 0,00% 79,00% 0,00% ,90% 0,00% 83,10% 0,00% ,88% 19,18% 77,78% 11,29% ,12% 67,67% 48,68% 49,15% ,39% 65,57% 54,97% 44,78% s/d Apr % 51.84% 59.61% 33.59% Sumber: DSM Pada triwulan III-2008 PDB Jepang tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 0,3% (y-o-y), lalu pada triwulan IV-2008 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus 4,3% (y-o-y), dan pada triwulan I-2009 kondisi ini semakin parah dengan kontraksi mencapai minus 8,8%. Dengan menurunnya PDB Jepang, maka tidak mengherankan apabila ekspor juga mengalami penurunan, karena seperti yang ditunjukan oleh model, PDB Jepang memang signifikan mempengaruhi permintaan ekspor Maluku Utara. Dan seperti yang pernah dibahas pada KER sebelumnya sampai triwulan pertama 2009, pasar otomotif dunia terus memburuk akibat turunnya permintaan seiring dengan adanya kirisis ekonomi global. Asosiasi Produsen Mobil Jepang melaporkan penjualan kendaraan di pasar domestik selama Maret mengalami penurunan hingga 32%. Selain itu akibat merosotnya permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa, produksi otomotif Jepang anjlok hingga 56% pada bulan Februari lalu dibandingkan bulan sama pada Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak tahun Dua belas pabrikan mobil Jepang hanya memproduksi unit pada Februari lalu sehingga mendorong Nissan, Mazda, dan Mitsubishi memangkas produksi minimal 60%. Variabel nilai tukar riil ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan ekspor. Kondisi ini cukup logis mengingat biasanya untuk ekspor pertambangan telah ada kesepakatan atau kontrak jangka panjang, sehingga naik-turunnya permintaan ekspor tidak terlalu dipengaruhi 26

45 oleh perubahan nilai tukar, tetapi lebih disebabkan oleh faktor kebutuhan akan nickel itu sendiri. Ekspor satu periode sebelumnya ternyata secara signifikan mempengaruhi permintaan ekspor untuk periode saat ini. Kenaikan ekspor satu periode lalu sebesar 1% akan menaikan permintaan ekspor saat ini sebesar 0,49%. Kondisi ini menggambarkan bahwa dalam permintaan ekspor Maluku Utara, Jepang akan memperhatikan kondisi ekspor Maluku Utara satu periode sebelumnya. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan kondisi perekonomian domestik Jepang, dimana kenaikan akan permintaan ekspor dari Maluku Utara, terutama nickel, berarti pula terjadi peningkatan aktivitas pengolahan nickel, yang berarti membaiknya permintaan domestik Jepang akan produk berbahan nickel. Kesimpulan Kinerja ekspor Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara tujuan ekspor. Sebagai negara tujuan ekspor utama, naik-turunnya perekonomian Jepang akan berpengaruh secara signifikan terhadap naik-turunnya permintaan ekspor Maluku Utara. Mengingat besarnya potensi sumber daya alam yang ada di Maluku Utara, maka pengelolaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara optimal agar memberikan manfaat yang seluas-luasnya kepada masyarakat. Diversifikasi tujuan ekspor bagi seluruh produk ekspor dapat dipertimbangkan, sehingga jika terjadi gangguan ekonomi di suatu negara tujuan ekspor, dapat diimbangi dengan peningkatan ekspor ke negara tujuan lainnya. 27

46 Bab II Perkembangan Inflasi Regional 2.1 Gambaran Umum Tingkat perkembangan harga di Ternate pada Triwulan II-2009 mengalami penurunan, baik itu secara triwulanan (q-t-q) maupun tahunan (y-o-y), dibandingkan dengan Triwulan I Secara triwulanan perkembangan harga di Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,27%, dimana pada triwulan I-2009 masih terjadi inflasi sebesar 1,25%. Secara tahunan inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,34%, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,64%. Penurunan tingkat inflasi pada bulan Juni 2009 terutama disebabkan oleh kelompok bahan makanan. Jika dibandingkan dengan nasional stabilitas harga yang terjadi dikota Ternate secara triwulanan lebih baik namun secara tahunan lebih buruk. Secara triwulanan Ternate mengalami penurunan inflasi sebesar minus 0,27% sedangkan pada tingkat nasional terjadi penurunan inflasi sebesar minus 0,13%. Jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah SULAMPUA, Ambon merupakan provinsi yang mengalami penurunan inflasi tertinggi hingga mencapai minus 2,43% dan diikuti oleh Manado yang mengalami penurunan sebesar minus 2,08%, lalu Makassar sebesar minus 1,13%, Parepare sebesar minus 0,53%, Jayapura sebesar minus 0,36%, Palu sebesar minus 0,36% lalu Kendari sebesar minus 0,34%. Daerah-daerah yang tingkat inflasinya diatas nasional adalah Watampone (0,84%), Gorontalo (0,59%), Sorong (0,52%), Manokwari (0,36%) dan Mamuju (0,06%). Secara tahunan Ambon merupakan satu-satunya daerah yang mengalami deflasi yaitu sebesar minus 0,21%. Daerah-daerah lain yang inflasinya berada dibawah inflasi nasional adalah Manado (2,25%), Jayapura (2,77%) dan Makassar (3,34%). Daerah-daerah yang inflasinya diatas inflasi nasional yaitu Manokwari (13,24%), Gorontalo (7,22%), Watampone (7,02%), Kendari (6,81%), Sorong (6,66%), Palu (5,83%), Palopo (5,77%), Mamuju (5,24%) dan Parepare (4,53%). 28

47 Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y) 2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok A. Inflasi Triwulanan (q-t-q) Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (16,24%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya mencapai 24,01%. Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dengan deflasi sebesar minus 1,89%. Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada 29

48 sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus 7,20%, dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya sebesar minus 12,78%. Secara umum kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar minus 1,89%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 3,73%. Terjadinya penurunan harga ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok ikan segar; telur, susu dan hasil-hasilnya; kacang-kacangan; buahbuahan; dan bumbu-bumbuan. Komoditas ikan segar yang mengalami penurunan harga yaitu cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan bubara. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan bawang putih. Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q) Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,35% Daging dan Hasil-hasilnya 2,65% Ikan Segar -7,20% Ikan Diawetkan 14,25% Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,02% Sayur-sayuran 6,78% Kacang kacangan -3,55% Buah buahan -1,80% Bumbu bumbuan -12,78% Lemak dan Minyak 4,67% Bahan Makanan Lainnya 2,08% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,74%, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,07%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok makanan jadi sebesar 1,17%, dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah mie. 30

49 Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q) Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi Makanan Jadi 1,17% Minuman yang Tidak Beralkohol -0,17% Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,51% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 0,26% lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 1,48%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sedangkan pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air harganya relatif stabil. Komoditas penyumbang inflasi utama pada kelompok ini adalah cat tembok, kasur, air conditioner (AC), pompa air listrik dan pembasmi nyamuk bakar. Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi Biaya Tempat Tinggal 0,26% Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,00% Perlengkapan Rumahtangga 0,38% Penyelenggaraan Rumahtangga 0,87% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar minus 1,12% dimana pada triwulan sebelumnya kelompok ini mengalami inflasi sebesar 2,59%. Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dengan deflasi mencapai minus 6,71%. Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) Sub Kelompok Sandang Inflasi Sandang Laki-laki 0,00% Sandang Wanita 0,34% Sandang Anak-anak 1,11% Barang Pribadi dan Sandang Lain -6,71% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara 31

50 Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,54% lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 0,95%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang inflasinya mencapai 1,22% lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,22%. Inflasi pada sub kelomnpok ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga pada komoditas pasta gigi, bedak, hand body lotion, sabun mandi dan alas bedak. Sedangkan inflasi yang dialami oleh sub kelompok obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga vitamin. Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q) Sub Kelompok Kesehatan Inflasi Jasa Kesehatan 0,00% Obat-obatan 0,09% Jasa Perawatan Jasmani 0,00% Perawatan Jasmani dan Kosmetika 1,22% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 1,71% jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi harga pada triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar minus 0,07%. Kondisi ini dipicu oleh kenaikan harga pada sub kelompok rekreasi yang mencapai 5,80% dengan komditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya televisi berwarna. Tabel 2.6 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi Pendidikan 0,00% Kursus-kursus / Pelatihan 0,00% Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,02% Rekreasi 5,80% Olahraga 0,68% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,23% dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar minus 4,00%. Hal ini terutama disebabkan karena kenaikan harga pada sub kelompok sarana dan 32

51 penunjang transpor yang mencapai 0,67% dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya ban luar motor dan ban dalam motor. Untuk inflasi pada sub kelompok transpor utamanya dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas mobil dan sepeda. Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Transpor 0,30% Komunikasi Dan Pengiriman 0,00% Sarana dan Penunjang Transpor 0,67% Jasa Keuangan 0,00% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara B. Inflasi Tahunan (y-o-y) Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 16,24%, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 3,41%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,01% pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus 5,96%%. Jika dilihat secara tahunan (y-o-y) inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II tahun 2009 adalah sebesar 5,63%, lebih kecil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,59%. Hal ini disebabkan karena perlambatan inflasi pada sebagian besar sub kelompok bahan makanan yang ada, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sayursayuran yang inflasinya mencapai 23,68%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 20,72%. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya juga mengalami inflasi tinggi hingga mencapai 15,61%, yang melambat jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 16,33%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dengan penurunan harga sebesar minus 7,02% dimana pada triwulan sebelumnya sub kelompok ini mengalami inflasi sebesar 8,97%. Sub kelompok lemak dan minyak juga mengalami penurunan harga 33

52 sebesar minus 6,11%, dimana pada triwulan sebelumnya penurunan harga yang terjadi jauh lebih besar yaitu sebesar minus 13,50%. Tabel 2.8 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y) Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,71% Daging dan Hasil-hasilnya 15,61% Ikan Segar 7,79% Ikan Diawetkan 2,29% Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5,34% Sayur-sayuran 23,68% Kacang kacangan 3,97% Buah buahan 3,70% Bumbu bumbuan -7,02% Lemak dan Minyak -6,11% Bahan Makanan Lainnya 2,84% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah 8,07% lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,31%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dengan inflasi sebesar 12,34% lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,40%. Tabel 2.9 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y) Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi Makanan Jadi 7,35% Minuman yang Tidak Beralkohol 12,34% Tembakau dan Minuman Beralkohol 7,22% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 3,46% atau mengalami perlambatan jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 6,05%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga yaitu 6,39% jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 12,69%. 34

53 Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) Sub KelompokPerumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi Biaya Tempat Tinggal 4,13% Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,09% Perlengkapan Rumahtangga 4,10% Penyelenggaraan Rumahtangga 6,39% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 6,25% lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan harga pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,06%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mencapai 13,76% meskipun memang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 19,81%. Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) Sub Kelompok Sandang Inflasi Sandang Laki-laki 1,41% Sandang Wanita 6,89% Sandang Anak-anak 6,72% Barang Pribadi dan Sandang Lain 13,76% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,70% sedikit meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,55%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang inflasinya mencapai 7,06% sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,05%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok jasa perawatan jasmani yaitu minus 0,38% yang masih mengikuti trend penurunan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar minus 1,13%. 35

54 Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y) Sub Kelompok Kesehatan Inflasi Jasa Kesehatan 2,37% Obat-obatan 0,85% Jasa Perawatan Jasmani -0,38% Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7,06% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 16,24% masih meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,50%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok pendidikan yang mencapai 24,01%, sedikit mengalami perlambatan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 24,02%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok olahraga yaitu sebesar minus 3,53% dimana pada periode sebelumnya masih mengalami inflasi sebesar 1,64%. Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi Pendidikan 24,01% Kursus-kursus / Pelatihan 7,01% Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 4,53% Rekreasi 11,72% Olahraga -3,53% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan harga sebesar minus 3,41% dimana penurunan harga ini lebih besar dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar minus 0,35%. Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 2,77%, dimana pada triwulan sebelumnya terjadi penurunan harga hingga mencapai minus 11,97%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok transpor yaitu sebesar minus 5,96% dimana pada triwulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 4,88%. 36

55 Tabel 2.14 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Transpor -5,96% Komunikasi Dan Pengiriman 2,77% Sarana dan Penunjang Transpor 1,12% Jasa Keuangan 2,55% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara 37

56 BOKS 2 High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Harga Barang Salah satu permasalahan ekonomi yang penting untuk diatasi adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang atau jasa, dimana kenaikan harga yang terus menerus dan tidak terkendali akan memiliki dampak negatif yang sangat luas terhadap perekonomian. Dampakdampak negatif tersebut diantaranya yaitu: 1) Inflasi akan menurunkan kesejahteraan masyarakat, 2) distribusi pendapatan melebar, 3) inflasi menjadikan iklim usaha tidak kondusif, 4) inflasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Secara historis tingkat inflasi tahunan di Maluku Utara lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi nasional. Sejalan dengan kerangka kebijakan moneter yang diterapkan saat ini di Indonesia, yaitu inflation targeting framework (ITF), dimana tujuan akhir dari kebijakan moneter adalah untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan pemahaman tentang bagaimana pembentukan harga barang terjadi di daerah. Sebagaimana diketahui Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan terbatas untuk megendalikan inflasi, dan banyak faktor-faktor diluar kendali Bank Indonesia yang berperan dalam menentukan inflasi. Dengan demikian perlu diidentifikasi faktor-faktor apa saja yang ikut menentukan dalam penetapan harga barang. Untuk kasus Ternate, beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga barang adalah tingginya ketergantungan perekonomian daerah terhadap perekonomian regional, berbagai masalah infrastruktur dan terjadinya high cost economic activity terutama pada saat bongkar muat barang di pelabuhan. Tulisan ini akan menguraikan permasalahan bongkar-muat di Ternate, karena biaya bongkar-muat menjadi salah satu komponen penting dalam penetapan harga kebutuhan masyarakat dimana mayoritas didatangkan dari luar pulau. Permasalahan dalam Bongkar-Muat Dalam pertemuan triwulanan tim koordinasi pengendalian inflasi daerah (TKPID) di Bank Indonesia pada bulan Juni, pimpinan ADPEL Kota Ternate Bp. Asmari menyampaikan bahwa biaya bongkar muat di pelabuhan Ahmad Yani Ternate termasuk yang tertinggi di indonesia, terutama biaya penanganan petikemas isi 20 dengan tarif per box sebesar Rp ,- dibandingkan dengan pelabuhan lain di Indonesia yang rata rata hanya sebesar Rp ribu. 38

57 Beberapa hal yang ditengarai menjadi penyebab tingginya biaya di pelabuhan Ahmad Yani tersebut antara lain: Adanya pungutan pungutan yang tidak relevan Sampai saat ini masih diberlakukan tarif kerusuhan yang mulai diberlakukan sejak tahun 1999, yaitu saat terjadi kerusuhan di Maluku Utara. Hal ini ditengarai sebagai cerminan rendahnya pemahaman terhadap pengenaan tarif baik jenis maupun besarannya. Belum terbentuknya P2T (Pusat Pelayanan Terpadu) Kondisi ini menyebabkan arus kapal keluar masuk pelabuhan menjadi kurang teratur dan meningkatkan pemborosan waktu saat bongkar muat. Umpan balik pengangkutan petikemas tidak ada (datang penuh kembali kosong) Kondisi ini disiasati dengan peningkatan perhitungan biaya petikemas. Jalan di Ternate terlalu sempit Tidak tersedianya fasilitas jalan yang memungkinkan barang (kontainer) turun dari kapal, lalu masuk truk, dan diangkut ke gudang pedagang, semakin meningkatkan biaya angkut barang. Sebagian besar pedagang di wilayah Maluku Utara tidak memiliki gudang tersendiri Hal ini menimbulkan gudang bayangan berupa tumpukan peti kemas di lingkungan pelabuhan yang menambah biaya penumpukan barang. Uang pandu GT 500 kebawah masih dikenakan Menurut ketentuan yang ada seharusnya untuk gross tonage 500 kebawah bebas biaya. Pass pelabuhan dipungut dua kali (masuk keluar) Biaya pass pelabuhan seharusnya dikenakan hanya saat masuk kawasan pelabuhan saja. Biaya Bongkar Muat Sebagai Komponen Harga Hampir seluruh barang kebutuhan pokok di Ternate didatangkan dari luar pulau. Dengan demikian barang-barang yang dijual di Ternate harus memperhatikan harga pokok barang, biaya angkut barang dan margin keuntungan. Umumnya impor antar pulau untuk wilayah Maluku Utara menggunakan transportasi laut, sehingga biaya bongkar-muat barang penting untuk diperhatikan. Dengan mahalnya biaya angkut barang, maka harga jual barang di Ternate menjadi semakin mahal. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1, barang kebutuhan pokok, barang strategis maupun barang kebutuhan lainnya banyak yang didatangkan dari luar wilayah Ternate. 39

58 Tabel 1. Volume Bongkar Komoditas Terpilih Komoditas Volume Volume Komoditas (Ton/M3) (Ton/M3) SEMEN TONASA / TIGA RODA DSB SENG, ARDEX 850 BARANG CAMPURAN GULA PASIR 775 BERAS UMUM NON DOLOG KACANG KEDELE, KC TANAH 775 TEGEL/KERAMIK/PORSELIN BAWANG 725 MOTOR RODA EMPAT PIPA 700 MINUMAN RINGAN MINYAK GORENG, DRUM, DOS 650 BAHAN MAKANAN SABUN 650 TEPUNG TERIGU / TAPIOKA CAT TEMBOK 421 MEUBEL, GEMBOL (PERABOT RT) MIE INSTAN 400 MOTOR RODA DUA MESIN / KONST. BERAT & RINGAN 395 TELUR TRIPLEK 350 ROKOK BRG PINDAH, ALAT RUMAH TANGGA 315 SUSU ELEKTRONIK 200 UNILEVER SPARE PART 55 KACA OBAT-OBATAN 25 ALAT LISTRIK/MESIN 880 ALAT OLAHRAGA 15 Sumber: Simoppel, edisi Januari hingga Maret 2009 Untuk mengatasi tingkat harga yang tinggi, maka masalah bongkar muat harus diatasi. Memang telah muncul wacana untuk membangun pelabuhan alternatif diluar kota Ternate, namun hal ini tentunya perlu mendapat dukungan semua pihak terkait, karena akan sulit jika seluruh permasalahan yang ada ditangani oleh satu pihak saja. 40

59 Bab III Perkembangan Perbankan Daerah 3.1 Perkembangan Perbankan Secara umum kinerja perbankan pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate tumbuh sebesar 13,67% (y-o-y). Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan sebesar 7,55% (y-o-y). Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat masih mengalami pertumbuhan, meskipun melambat dengan pertumbuhan sebesar 45,29% (y-o-y). Pertumbuhan persetujuan kredit baru secara tahunan mengalami pertumbuhan yang sangat mengagumkan hingga mencapai 170,20% (y-o-y). Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan dimana LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,98% (y-o-y), dengan angka LDR sebesar 52,82%. Jumlah kredit bermasalah pada triwulan II-2009 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 4,38% pada triwulan I-2009 menjadi 3,88% pada triwulan II a. Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate 1 pada akhir Triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan tercatat total aset bank umum sebesar Rp 3,2 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 5,35% (q-t-q). Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja yang ditunjukan pada triwulan I-2009, dimana pada periode tersebut aset perbankan mengalami kontraksi sebesar minus 0,93% (q-t-q). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan total aset perbankan mencapai 13,67% (y-o-y), mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,86% (y-o-y). 1 Tidak termasuk KCP BCA karena laporan bulanannya menginduk ke KC di Manado 41

60 Bank pemerintah masih mendominasi penguasaan aset perbankan di Maluku Utara dengan proporsi sebesar 87,01%, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya, dimana persentase aset bank pemerintah terhadap total aset adalah 86,75%. Jika dibandingkan kinerja antara bank pemerintah dengan bank swasta, pertumbuhan tahunan tertinggi dialami oleh bank swasta sebesar 23,49% (y-o-y). Meskipun demikian kinerja ini sebenarnya jauh menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan yang dicapai pada triwulan I-2009 dimana pertumbuhan yang terjadi adalah 37,21%. Bank pemerintah juga meningkat pertumbuhannya, dimana pada triwulan laporan tercatat pertumbuhan sebesar 12,34% (y-o-y), sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhan aset bank pemerintah adalah 5,66% (y-o-y). Gambar 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara Sumber: Bank Indonesia Ternate Posisi penyebaran aset bank umum pada triwulan laporan masih didominasi Kota Ternate dengan proporsi sebesar 75,52%. Kondisi ini sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan I-2009 porsinya sebesar 75,13%. Daerah terbesar lainnya dalam hal penyebaran aset bank umum adalah Kabupaten Halmahera Tengah dengan porsi sebesar 14,03%, sedikit menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,25%. 42

61 Kondisi ini mencerminkan masih terkonsentrasinya aktivitas ekonomi di Kota Ternate. Dengan pembangunan daerah yang terus ditingkatkan saat ini, diharapkan dapat terwujud ketersediaan infrastruktur yang lebih baik, sehingga aksesibilitas daerah menjadi lebih mudah dan akan menjadi insentif bagi perbankan untuk melakukan ekspansi usaha yang lebih luas diluar Kota Ternate. Melalui pemerataan perbankan hingga ke daerah-daerah lainnya, kebutuhan masyarakat akan pelayanan perbankan, baik itu berupa produk simpanan, pembiayaan (kredit), jasa kliring dan RTGS, maupun tersedianya uang layak edar dapat terpenuhi. Selain itu dengan kehadiran perbankan, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, melalui pembiayaan yang sifatnya produktif. Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara (Milyar Rp) Keterangan I II III IV I II Jenis Bank 2.743, , , , , ,53 Pemerintah 2.452, , , , , ,03 Swasta 291,10 334,05 362,91 395,16 399,42 412,51 Dati II 2.743, , , , , ,53 Ternate 2.022, , , , , ,24 Maluku Utara 274,95 254,00 288,24 329,42 320,12 331,80 Halteng 446,04 488,54 457,90 431,15 429,70 445,49 Jenis Valuta 2.743, , , , , ,53 Rupiah 2.641, , , , , ,56 Valas 102,60 19,05 35,36 12,45 67,29 90,98 Proporsi aset perbankan dalam bentuk valuta asing masih relatif kecil, namun selama dua triwulan terakhir mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2008 porsinya hanya sebesar 0,41%, lalu pada triwulan I-2009 proporsinya naik menjadi 2,23%, sedangkan pada triwulan II-2009 porsinya kembali meningkat menjadi 2,86%. 43

62 Gambar 3.2 Perkembangan Aset Valuta Asing Pertumbuhan tahunan aset perbankan dalam bentuk valuta asing cenderung berfluktuasi, namun selama dua triwulan terakhir menunjukan peningkatan, seiring peningkatan proporsinya terhadap jumlah aset perbankan yang ada di Maluku Utara. Sejak triwulan IV-2008 proporsi aset perbankan syariah di Maluku Utara secara moderat terus mengalami peningkatan. Setelah beberapa periode sebelumnya mengalami penurunan, tepatnya dimulai pada triwulan I-2008 dan berlanjut hingga triwulan III-2008, aset perbankan syariah kembali menunjukan peningkatan. Pada triwulan II-2009 porsi aset perbankan syariah adalah 2,44%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,39%. Masih kecilnya porsi aset perbankan syariah ini disebabkan karena hingga saat ini baru terdapat satu bank umum syariah, dan belum ada bank konvensional yang membuka counter layanan syariah melalui office chaneling. Kedepan diharapkan perbankan syariah dapat terus tumbuh, baik secara kuantitas maupun kualitas, mengingat besarnya potensi pengembangan yang ada. Penambahan jumlah bank syariah akan semakin memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan perbankan dengan sistem syariah sebagai alternatif sistem perbankan konvensional yang ada khususnya bagi masyarakat diluar Kota Ternate. 44

63 b. Penghimpunan Dana Bank Umum Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan mencapai Rp 2,9 triliun, mengalami peningkatan sebesar 2,38% (q-t-q) jika dibandingkan dengan triwulan I-2009 atau tumbuh sebesar 7,55% (y-o-y) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Jika dilihat masing-masing komponennya, deposito mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi dibandingkan tabungan maupun giro, yaitu sebesar 23,65% (y-oy), dengan total dana sebesar Rp 574,87 miliar, melonjak dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,50% (y-o-y). Dana masyarakat dalam bentuk tabungan meskipun pertumbuhannya tidak setinggi deposito, namun masih mendominasi penghimpunan dana yaitu sebesar 46%, dimana jumlahnya mencapai Rp 1,3 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 4,73% (yo-y) atau mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus 0,82% (y-o-y). Jumlah dana dalam bentuk giro tercatat sebesar Rp 988,53 miliar rupiah, tumbuh sebesar 3,47% (y-o-y), namun mengalami perlambatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,05% (y-o-y). Gambar 3.3 Proporsi DPK Perbankan Pertumbuhan deposito yang signifikan mengindikasikan bahwa masyarakat semakin tertarik untuk berinvestasi pada sektor keuangan. Namun jika kita lihat strukturnya, tabungan selalu mendominasi DPK. Kebutuhan masyarakat akan jasa tabungan 45

64 ternyata masih jauh lebih besar, sehingga tabungan terus mendominasi perolehan DPK. Masih tingginya tabungan ini terkait dengan kultur Maluku Utara, dimana konsumsi merupakan penggerak utama perekonomian, sehingga kebutuhan akan investasi keuangan masih relatif rendah. Hal ini juga dikonfirmasi dengan dominasi kredit konsumsi dalam struktur kredit, dibandingkan dengan kredit investasi dan modal kerja. Jika dilihat berdasarkan kelompok bank, porsi bank pemerintah meningkat secara moderat, dimana pada triwulan II-2009 porsinya adalah 86,11% sedangkan pada triwulan I-2009 porsinya adalah 86,02%. Jika dibandingkan kinerjanya, pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun oleh bank pemerintah mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan II-2009 pertumbuhannya adalah 5,38% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 6,05% (y-o-y). Penghimpunan DPK oleh bank swasta tercatat mengalami lonjakan yang sangat signifikan, dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 2,19% (y-o-y) sedangkan pada triwulan laporan pertumbuhan ini mencapai 23,26% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan semakin agresifnya perbankan swasta dalam menghimpun DPK di Maluku Utara. Jika dilihat berdasarkan daerah penghimpunannya, Kota Ternate masih menjadi penghimpun DPK terbesar di Maluku Utara dengan nilai nominal mencapai Rp 2,2 triliun rupiah, atau memiliki porsi sebesar 75,95% dari seluruh DPK di Maluku Utara. Nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan I-2009 porsinya adalah 74,93%. Daerah lain yang dapat dikategorikan sebagai daerah dengan penghimpunan dana tertinggi lainnya adalah Kabupaten Halmahera Tengah, yang memiliki porsi sebesar 14,97%, sedikit mengalami kenaikan dimana pada triwulan sebelumnya porsi penghimpunan DPK adalah 14,84%. Kenapa??? Jika dilihat berdasarkan jenis valuta, penghimpunan DPK dalam bentuk rupiah masih mendominasi, meskipun porsinya sedikit menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2009 tercatat porsi DPK dalam valuta rupiah nilainya sebesar Rp 2,76 triliun atau sebesar 97,53%, namun pada triwulan II-2009 porsinya tercatat sebesar 96,78% dengan nilai sebesar 2,80 triliun rupiah. 46

65 Jika ditelaah berdasarkan golongan debitur, debitur perorangan masih memberikan kontribusi terbesar dalam penghimpunan DPK dimana porsinya pada triwulan II adalah 65,30% dengan jumlah penghimpunan dana sebesar 1,89 triliun rupiah. Kondisi ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya dimana porsi debitur perorangan adalah 62,59%. Dana pemerintah yang dikelola oleh perbankan di Maluku Utara (pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan/lembaga pemerintah, BUMN dan BUMD) memiliki porsi sebesar 30,04%, mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2009 dimana porsinya adalah 32,78%. Hal ini terjadi karena pada triwulan II-2009 proyek-proyek pemerintah telah mulai dijalankan, dimana pada triwulan I-2009 proses tender biasanya baru dimulai. c. Penyaluran Kredit c.1.penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan, meskipun melambat jika dibandingkan dengan triwulan I Pada triwulan laporan tercatat jumlah kredit yang disalurkan adalah Rp 1,53 miliar, tumbuh sebesar 45,29% (y-o-y). Meskipun masih mengalami pertumbuhan yang tinggi, namun kinerja pada triwulan II-2009 melambat jika dibandingkan dengan kinerja pada triwulan I-2009 dimana pertumbuhan yang terjadi adalah 50,74% (y-o-y). Jika dibandingkan antara golongan kredit, kredit perbankan yang disalurkan kepada UKM tercatat sebesar Rp 1,4 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan kepada non UKM adalah 100 miliar rupiah. Jika dipersentasekan, maka persentase kredit UKM mencapai 93,41% dari jumlah kredit di Maluku Utara, sedangkan kredit non UKM sebesar 6,59%. Besarnya porsi kredit UKM ini mengindikasikan besarnya komitmen perbankan dalam rangka pengembangan UKM di Maluku Utara, yang pada dasarnya memang didominasi oleh usaha yang berbentuk UKM. Selain itu masih terbatasnya kewenangan dalam hal pemutusan kredit non UKM juga menjadi faktor penyebab kecilnya kredit non UKM, dimana sebagian perbankan di Maluku Utara harus berkonsultasi dulu dengan kantor wilayah baik di Manado atau di Makassar. 47

66 Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih menjadi kredit utama yang disalurkan oleh perbankan dengan porsi mencapai 57,63% dari kredit keseluruhan. Pada triwulan II-2009 kredit konsumsi tumbuh sebesar 50,11% (y-o-y), mengalami perlambatan jika dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan kredit konsumsi mencapai 57,16% (y-o-y). Tingginya kredit konsumsi ini juga tercermin dalam tingginya konsumsi masyarakat Maluku Utara, seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Kredit investasi terus menunjukan pertumbuhan yang tinggi, meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 58,33% (y-oy), sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhannya adalah 56,02% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan kredit swasta mengindikasikan bahwa dari tahun ke tahun, investasi yang terjadi di Maluku Utara terus bertambah, meskipun memang selama ini tampaknya investasi masih didominasi oleh Pemerintah melalui pembangunan berbagai infrastruktur. Melalui pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan aksesibilitas daerah menjadi lebih mudah, dan menjadi daya tarik investasi bagi investor luar. Seperti halnya pada kredit konsumsi dan investasi, kredit modal kerja juga masih menunjukan pertumbuhan meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 tercatat kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 35,43% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 39,40%. Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah) I II III IV I II Jenis Penggunaan 918, , , , , ,61 Modal Kerja 336,65 380,82 398,41 424,70 469,28 515,76 Investasi 68,71 86,68 109,55 109,22 108,79 135,23 Konsumsi 512,98 585,33 679,08 735,77 806,22 878,62 Golongan Kredit 304, , , , , ,61 UKM KUK (inc. PKT) 167,24 199,00 192,44 207,37 207,32 228,44 UKM Non KUK 68,24 788,37 916,26 993, , ,34 48

67 Non UKM 68,69 65,46 78,33 69,22 86,29 100,83 Jenis Bank 918, , , , , ,61 Bank Pemerintah 841,11 968, , , , ,62 Bank Swasta 77,23 84,38 91,55 90,29 93,17 105,00 Apabila dibandingkan penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi, sektor konstruksi mencatatkan pertumbuhan tahunan yang sangat mengagumkan, dimana pada triwulan II-2009 pertumbuhan kredit di sektor ini tercatat sebesar 2067,55% (y-o-y). Selama setahun terakhir perkembangan kredit sektor konstruksi memang terjadi dengan sangat pesat, dimana pada triwulan II-2008 kredit untuk sektor ini tercatat hanya sebesar Rp 5,82 miliar rupiah, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlahnya telah mencapai Rp 126,11 miliar. Kondisi ini terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur, baik itu pada wilayah lama seperti Ternate maupun Tidore, serta wilayah-wilayah yang baru saja mengalami pemekaran. Khusus untuk daerah-daerah yang baru saja mekar, aktivitas di sektor bangunan pasti akan mengalami lonjakan. Kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki porsi terbesar dibandingkan dengan penyaluran kredit kepada sektor lainnya, yaitu sebesar 25,41%, sedikit menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 25,55%. Kredit sektor ini pada triwulan laporan tercatat sebesar 388,65 miliar rupiah atau tumbuh sebesar 27,43% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun masih lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 28,82% (y-o-y). Kredit kepada sektor pertanian, yang merupakan sektor dengan share terbesar dalam perekonomian, hanya memperoleh sebanyak 4,81% dari seluruh kredit di Maluku Utara, dengan nilai sebesar 73,51 miliar rupiah, tumbuh 19,17% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. c.2 Persetujuan Kredit Baru Pada triwulan II-2009 pertumbuhan persetujuan kredit baru secara tahunan mengalami pertumbuhan yang sangat mengagumkan hingga mencapai 49

68 170,20% (y-o-y). Nilai persetujuan kredit baru pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp 591,41 miliar. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kredit baru bagi penggunaan modal kerja yang mengalami pertumbuhan tahunan fantastis dimana pada triwulan II-2009 pertumbuhannya mencapai 2860,56% (y-o-y) dengan nilai mencapai Rp 510,46 miliar. Lonjakan kredit baru pada modal kerja sebenarnya telah dimulai pada triwulan I-2009 tepatnya pada bulan Februari. Kondisi ini terjadi karena peningkatan pelaksanaan proyek-proyek pemerintah, dimana kontraktor lebih dahulu melakukan pembangunan, baru kemudian diberikan pembayaran sesuai persentase pembangunan yang telah dikerjakan, sehingga kredit untuk modal kerja mengalami lonjakan. Semakin banyaknya pembangunan ruko di Kota Ternate juga merupakan penjelasan lainnya untuk penggunaan kredit modal kerja. Peningkatan aktivitas usaha juga ikut mendorong pertumbuhan kredit investasi, dimana secara tahunan pertumbuhannya mencapai 146,77% (y-o-y) dengan nilai persetujuan sebesar Rp 29,99 miliar. Kredit konsumsi mengalami kontraksi hingga mencapai minus 73,10% (y-o-y) dengan nilai yang disetujui sebesar Rp 50,97 miliar. Dengan tingginya pertumbuhan pada kredit modal kerja, tidak mengherankan apabila pertumbuhan persetujuan kredit secara keseluruhan mengalami lonjakan, mengingat porsinya yang sangat dominan. Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru Bank pemerintah menunjukan agresifitas yang tinggi dalam hal pemberian kredit baru, dimana pertumbuhannya mencapai 332,74% (y-o-y) dengan nilai mencapai 50

69 Rp 288,03 miliar. Karena pertumbuhannya yang tinggi ini, tidak mengherankan apabila porsi bank pemerintah dalam pemberian kredit baru mengalami peningkatan. Pada triwulan I-2009 share bank pemerintah adalah 19,49%, lalu pada triwulan II-2009 sharenya tumbuh menjadi 48,70%. Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, Kota Ternate masih menjadi tempat utama dalam pemberian kredit baru dengan share sebesar 97,57%. d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,98% (y-o-y), dengan angka LDR sebesar 52,82%, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu LDR tercatat sebesar 39,10%. Hal ini menunjukan bahwa selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan aktivitas intermediasi perbankan di Maluku Utara secara signifikan, dan diharapkan kedepan perbankan dapat lebih meningkatkan fungsi intermediasi tersebut dan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, tidak hanya menjadi pengikut 2. Sesuai dengan fungsinya bank merupakan lembaga intermediasi keuangan, sehingga penyaluran kredit harus terus ditingkatkan, khususnya kredit yang sifatnya produktif. Jika dibandingkan antara LDR bank pemerintah dengan bank swasta, bank pemerintah masih menunjukan fungsi intermediasi yang lebih baik, yang ditunjukan dengan LDR sebesar 57,14%. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dimana LDR tercatat sebesar 40,93%. Dengan demikian selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan LDR pada bank pemerintah sebesar 39,59% (y-o-y). Pada triwulan laporan bank swasta tercatat memiliki LDR sebesar 26,10%, naik sebesar 2,67% (y-o-y) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dimana LDR tercatat sebesar 25,42%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dalam hal penyaluran kredit, bank pemerintah masih memiliki penetrasi pasar yang lebih baik dibandingkan dengan bank swasta. 2 Lihat BOX 3 untuk pembahasan lebih lanjut 51

70 Gambar 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara e. Non Performing Loans (NPL s) Bank Umum Jumlah kredit bermasalah pada triwulan II-2009 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan s) terhadap keseluruhan kredit di Maluku Utara adalah 3,88%, sedangkan pada triwulan I-2009 rasionya adalah 4,38%. Kondisi ini menggambarkan semakin baiknya perbankan dalam penyaluran kredit, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, dan penerapan manajemen kredit yang lebih baik. Disisi lain kondisi ini juga menggambarkan bahwa mayoritas nasabah yang mengajukan kredit kepada bank memang memiliki kapasitas untuk melakukan pengembalian pinjaman. 52

71 Gambar 3.6 Perkembangan NPL s Perbankan Daerah Dari Rp 59,42 miliar kredit bermasalah, kredit modal kerja merupakan golongan kredit yang paling banyak mengalami masalah dengan proporsi sebesar 77,30%. Kredit investasi memiliki masalah paling sedikit diantara yang lain dengan proporsi sebesar 5,17%. Jika dibandingkan antar sektor ekonomi, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang paling bermasalah dalam kredit dengan proporsi mencapai 47,23%. Sektor lainnya yang juga sangat bermasalah adalah sektor pertanian dengan proporsi mencapai 15,45%. Kondisi ini tidak berubah dari triwulan I-2009, dimana kedua sektor tersebut memang memiliki pembentuk NPL s tertinggi. 53

72 BOKS 3 Bank dan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara Salah satu hal penting dalam membangun perekonomian adalah tersedianya modal (capital). Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam berkembangnya perekonomian karena fungsinya sebagai penyedia modal. Sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani antara surplus spending unit dengan deficit spending unit, bank mampu menghimpun dana atau modal dari masyarakat dan menyalurkan kembali modal tersebut kepada pelaku ekonomi secara efisien. Melalui alokasi modal yang efisien, diharapkan dapat terwujud pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi seiring peningkatan aktivitas ekonomi yang ikut didukung oleh perbankan selaku lembaga intermediasi keuangan. Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara sektor perbankan dengan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, sehingga dapat diperoleh gambaran riil bagaimana perbankan berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara. Landasan Teori Bank merupakan bagian penting dari sektor keuangan secara keseluruhan. Arah keterkaitan antara sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dalam dua hipotesis, yaitu supply-leading dan demand-following, seperti yang telah dikemukakan oleh Patrick (1966) 1. Hipotesis supply-leading mengedepankan arah hubungan dari perkembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, yang berarti bahwa pembangunan institusi dan pasar keuangan akan meningkatkan penawaran jasa keuangan yang akan mengarah pada pertumbuhan ekonomi riil 2. Sedangkan hipotesis demand-following menyatakan adanya arah hubungan dari pertumbuhan ekonomi terhadap perkembangan sektor keuangan. Dalam kerangka ini, kenaikan permintaan terhadap jasa keuangan akan mendorong terjadinya peningkatan pada sektor keuangan ketika perekonomian riil tumbuh 3. Data dan Metode Untuk menganalisa arah hubungan antara bank dengan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, digunakan data produk domestik regional bruto (PDRB) dan data kredit triwulanan, dengan periode 1 Patrick, Hugh T., 1966, Financial Development and Economic Growth in Underdeveloped Countries, Economic Development and Cultural Change, Vol. 14, No. 2, Hal Lihat misalnya Mc Kinnon, 1973, Money and Capital in Economic Development, The Brookings Institution, Washington D.C.; King dan Levine (1993); Neusser dan Kugler (1998) serta Levine, Loayza dan Beck (2000). 3 Lihat misalnya Goldsmith, R. W., 1969, Financial Structure and Development, Yale University Press, New Haven CN.; Gurley dan Shaw, 1967; juga Jung,

73 2003:4 hingga 2009:1. Data PDRB bersumber dari BPS sedangkan data kredit berasal dari data Bank Indonesia. Metode yang digunakan adalah granger causality test. Hasil dan Pembahasan Hasil pengujian dengan menggunakan granger causality test dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan hasil tersebut tampak bahwa arah hubungan antara bank dan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, menunjukan hubungan satu arah dimana perkembangan ekonomi akan mendorong tumbuhnya perbankan, dan tidak berlaku sebaliknya. Temuan ini mendukung hipotesa demand-following, dimana kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap jasa perbankan, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan sektor perbankan. Tabel 1. Hasil Granger Causality Test Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. KRDT_LAP does not Granger Cause PDRBSA PDRBSA does not Granger Cause KRDT_LAP Sumber: Data diolah Jika memperhatikan kondisi Maluku Utara, peran intermediasi perbankan tampaknya memang belum optimal dimana LDR perbankan pada triwulan II-2009 hanya sebesar 52,82%. Nilai LDR ini menunjukan bahwa dari seluruh dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara, hanya 52,82% yang disalurkan kembali kepada masyarakat Maluku Utara. Dana lain yang belum tersalurkan, bisa jadi disalurkan ke daerah lain, atau menjadi dana menganggur yang alihalih memberikan keuntungan malah menjadi beban bagi bank. Selain itu dominasi kredit konsumsi dalam struktur pembiayaan, juga menjadi penyebab kurangnya peran perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Memang selama ini pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sangat didukung oleh konsumsi masyarakat, namun dalam jangka panjang, pembentukan modal akan lebih berperan penting. Kesimpulan Peran bank dalam pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara tampaknya masih belum optimal, dimana hasil granger causality test menunjukan bahwa arah hubungan antara dan pertumbuhan 55

74 ekonomi di Maluku Utara, berlaku satu arah dimana perkembangan ekonomi akan mendorong tumbuhnya perbankan. Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan meningkatkan permintaan terhadap jasa perbankan, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan sektor perbankan. Kedepan diharapkan perbankan akan lebih meningkatkan perannya dalam perekonomian melalui penyaluran kredit produktif. Apalagi potensi Maluku Utara masih sangat terbuka untuk dikembangkan, karena sumber daya alam yang masih belum secara maksimal dikelola, terutama bagi wilayah diluar Kota Ternate. 56

75 Bab IV Perkembangan Keuangan Daerah 4.1. Gambaran Umum Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 mencapai 19,31%. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21 Januari 2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009 pendapatan daerah Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja daerah dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah. Dengan demikian anggaran pembangunan daerah pada tahun 2009 mengalami defisit sebesar 34,5 miliar rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rencana pendapatan daerah mengalami kenaikan sebesar 16,08% dimana pada tahun anggaran 2008 rencana pendapatan daerah adalah 621,47 miliar rupiah. Rencana belanja daerah juga mengalami kenaikan sebesar 18,77% dimana pada tahun sebelumnya belanja daerah yang direncanakan adalah sebesar 736,61 miliar rupiah. Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 57

76 4.2. Pendapatan Daerah Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I mencapai 19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009 adalah Rp 139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang ditetapkan adalah 721,4 milyar rupiah. Komponen pendapatan asli daerah telah mencapai realisasi 23,2 miliar rupiah atau sebesar 28,78% dari target anggaran PAD Secara lebih rinci realisasi ini disumbang oleh pajak daerah sebesar 11,4 miliar rupiah, retribusi daerah sebesar 2,9 miliar rupiah, lain-lain pendapatan daerah yang sah mencapai 8,9 miliar rupiah. Pada pos pendapatan pajak, pajak bahan bakar kendaraan bermotor memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi mencapai 6,4 miliar rupiah. Bea balik nama kendaraan bermotor memberikan kontribusi sebesar 2,6 miliar rupiah, lalu pajak kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 2,5 miliar rupiah. Untuk pos retribusi, retribusi jasa umum mendominasi penerimaan untuk pos penerimaan ini dengan realisasi mencapai 2,2 miliar rupiah yang utamanya merupakan kontribusi dari retribusi pelayanan kesehatan. Retribusi jasa usaha terealisasi sebesar 0,6 miliar rupiah, dimana pos-pos yang memberikan kontribusi adalah retribusi pemeriksaan, pengukuran dan pengujian hasil hutan (RP3HH), retribusi pengujian dan pengawasan mutu hasil perikanan, retribusi pengawasan mutu produk hasil perkebunan, dan retribusi pengawasan pengujian dan sertifikasi benih tanaman pertanian. Untuk retribusi perijinan tertentu yang terdiri dari retribusi ijin trayek dan retribusi ijin usaha perikanan nilai realisasinya sebesar 0,014 miliar rupiah. Lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat terealisasi sebesar 8,9 miliar rupiah, dimana sumbangan pihak ketiga merupakan pos penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi sebesar 8,3 miliar rupiah. Jasa giro terealisasi sebesar 0,4 miliar rupiah sedangkan pendapatan dari biaya administrasi terealisasi sebesar 0,2 miliar rupiah. 58

77 Pos dana perimbangan terealisasi sebesar 116,1 miliar rupiah, dimana pos dana alokasi umum memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi 114,6 miliar rupiah. Untuk pos bagi hasil, bagi hasil pajak dapat terealisasi sebesar 1,5 miliar rupiah yang bersumber dari penerimaan bagi hasil pajak bumi dan bangunan (PBB), bagi hasil dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), serta bagi hasil dari pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh pasal Belanja Daerah Realisasi belanja daerah biasanya baru terlaksana pada triwulan II, dimana periode triwulan I masih merupakan tahap tender. Dengan demikian meskipun pembahasan pendapatan daerah dilakukan untuk periode triwulan I-2009, namun untuk realisasi belanja daerah akan dilakukan untuk periode triwulan II Data komprehensif perihal realisasi belanja daerah pada triwulan II-2009 memang belum tersedia, dengan demikian pembahasan pada bagian ini akan dilakukan dengan melihat pelaksanaan proyek-proyek pemerintah. Berdasarkan data Malut Post, pada triwulan II-2009 terdapat tujuh paket proyek sekretariat DPRD Maluku Utara dengan nilai mencapai 3,61 miliar rupiah. Proyek tersebut yaitu pencetakan kalender dan agenda sebesar 205 juta rupiah, pengadaan mebeler paket I senilai 300 juta rupiah, pengadaan mebeler paket II senilai 225 juta rupiah, pengadaan alat angkutan darat bermotor sebesar 2,23 miliar rupiah, pengadaan angkutan darat sebesar 370 juta rupiah, pengadaan sepeda motor 100 juta rupiah serta pengadaan pakaian dinas sebesar 180 juta rupiah. Untuk proyek yang memasuki tahap tender pada tanggal 28 Mei 2009, didominasi oleh pembangunan infrastruktur baik itu berupa pemeliharaan infrastruktur yang telah ada maupun pembangunan infrastruktur baru. Proyek-proyek tersebut meliputi: 1. Pembangunan gedung kantor gubernur tahap VI 2. Pemeliharaan jalan Labuha-Babang (3km) 3. Pemeliharaan jalan Jailolo-Goal (2,5km) 1 Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia 59

78 4. Pemeliharaan berkala jalan Sidangoli-Jailolo (20km) 5. Pembangunan jalan Matuting-Saketa (7km) 6. Pembangunan jalan Saketa-Dehepoho (7km) 7. Pembangunan jembatan darurat (Babang Yaba 200m) 8. Pembangunan jalan Galela-Kedi (5km) 9. Pembangunan jalan Buli-Gotowase (4km) 10. Pembangunan jalan Sanana-Manaf (3km) 11. Peningkatan jalan dalam Kota Sofifi (4,5km) 12. Peningkatan jalan Guraping-Modayama (2km) 13. Peningkatan jalan keliling pulau Makean (2,5km) Untuk proyek yang belum memasuki tahap tender, nilainya mencapai 51 miliar rupiah dan seluruhnya merupakan proyek pembangunan infrastruktur. Proyekproyek tersebut yaitu: 1. Pembangunan gedung DPRD tahap VII senilai Rp 2 miliar 2. Pembangunan Jembatan Kota Sofifi (50 meter) senilai Rp 4 miliar 3. Pembangunan gedung kantor gubernur tahap VII senilai Rp 20 miliar 4. Pembangunan jalan Sirtu (5km) Ibu-Kedi senilai Rp 3 miliar 5. Pembangunan jalan dalam kota Sofifi (4km) senilai Rp 2,4 miliar 6. Pembuatan saluran drainase (3.000 m) senilai Rp 4,35 miliar 7. Pembuatan trotoar jalan dalam kota Sofifi (3.000 m) senilai Rp 2,5 miliar 8. Pembangunan Land Mark kota Sofifi tahap II senilai Rp 1 miliar 9. Pembangunan taman kota Sofifi tahap II senilai Rp 1 miliar 10. Rehabilitasi Mesjid Raya Tobelo senilai Rp 1 miliar 11. Rehabilitasi Mesjid Raya Makian senilai Rp 1,75 miliar 12. Pembangunan kantor dinas PU tahap II senilai Rp 4 miliar 13. Pembangunan kantor dinas kesehatan senilai tahap II Rp 1 miliar 14. Pembangunan kantor Dikjar tahap II (1 unit) senilai Rp 2 miliar 15. Pembangunan kantor dinas perikanan tahap II senilai Rp 1 miliar 60

79 Bab V Perkembangan Sistem Pembayaran 5.1. Transaksi RTGS Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan II-2009 tercatat jumlah transaksi sebesar 2,3 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 7,75% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Volume transaksi pada triwulan II-2009 tercatat sebanyak transaksi, atau tumbuh sebesar 22,16%. Transaksi outflow tercatat sebesar 1,2 triliun rupiah atau mengalami pertumbuhan 7,42% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan I-2009 transaksi outflow tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 33,83% (q-t-q). Volume transaksi outflow pada triwulan laporan sebanyak transaksi yaitu tumbuh sebesar 17,16% (q-t-q), atau meningkat tajam dibandingkan kinerja triwulan I-2009 yang mengalami kontraksi sebesar minus 41,28% (q-t-q). Transaksi inflow tercatat sebesar 1,1 triliun rupiah, tumbuh sebesar 8,13% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini jauh meningkat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus 38,17%. Jumlah transaksi tercatat sebanyak 2.313, tumbuh sebesar 27,65% (q-t-q) dibandingkan triwulan I Volume inflow pada triwulan laporan juga menunjukan terjadinya lonjakan, dimana pada triwulan I-2009 kinerja volume inflow tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 40,20%. Sistem Pembayaran 61

80 Gambar 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Maluku Utara Transaksi RTGS antar provinsi (from-to) mengalami peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat transaksi RTGS antar pulau sebesar 464,8 miliar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 21,00%. Lonjakan ini disebabkan karena menurunnya transaksi antar pulau pada triwulan I-2009 yang mengalami kontraksi hingga mencapai minus 52,49% (q-t-q). Kondisi ini sejalan dengan peningkatan volume yang terjadi pada triwulan laporan, dimana volume transaksi adalah 545 transaksi, atau tumbuh sebesar 27,65% (q-t-q) dibandingkan triwulan I-2009, dimana pada periode tersebut volume transaksi mengalami kontraksi hingga mencapai minus 63,61%. Secara net, Maluku Utara terus mengalami outflow bahkan sejak triwulan III Pada triwulan II-2009 net outflow tercatat sebesar 200,59 miliar rupiah, meningkat dibandingkan triwulan I-2009 dimana net outflow tercatat sebesar 193,32 miliar rupiah. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dana yang ada di Maluku Utara banyak digunakan di luar daerah, dan belum dioptimalkan untuk pembangunan lokal Transaksi Kliring Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Nilai rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,35 miliar rupiah, atau tumbuh sebesar 0,61% (q-t-q) dimana pada triwulan I-2009 nilainya adalah 2,33 miliar rupiah. Jika dilihat rata-rata Sistem Pembayaran 62

81 harian jumlah warkat, tidak terdapat peningkatan yang signifikan dimana jumlahnya pada triwulan I-2009 adalah 48 lembar, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlahnya 49. Tabel 5.1 Rata-rata Transaksi Harian TRIWULAN Lembar Kli i Nominal (satuan) (miliar Rp) 2007 I 38 1,20 II 46 1,47 III 49 1,65 IV 47 2, I 49 1,92 II 48 2,43 III 49 2,10 IV 48 3, I 48 2,33 II 49 2,35 Sumber: Bank Indonesia Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian Kualitas kliring di Ternate pada triwulan II-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata harian kliring yang mengalami peningkatan. Persentase volume tolakan pada triwulan II-2009 adalah 1,66% dimana pada triwulan sebelumnya volume tolakan tersebut sebesar 0,65%. Dari sisi nominal terjadi pula kenaikan tolakan dimana pada triwulan II-2009 nominal tolakan sebesar 3,19% sedangkan pada triwulan I-2009 tolakan sebesar 1,16%. Tabel 5.2 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase TRIWULAN Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal 2008 I 0,68 14,84 48, ,44 1,39% 0,77% II 0,41 484,47 47, ,49 0,87% 19,96% III 0,51 36,33 48, ,51 1,04% 1,73% IV 0,39 37,21 48, ,40 0,81% 1,22% 2009 I 0,31 27,12 48, ,05 0,65% 1,16% II 0,81 74,86 48, ,36 1,66% 3,19% Sumber: Bank Indonesia Sistem Pembayaran 63

82 5.3. Transaksi Tunai Pada triwulan II-2009 perkembangan total transaksi tunai di Ternate mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009, total transaksi (inflow dan outflow) mencapai 279,47 miliar rupiah, dimana pada triwulan I-2009 total transaksinya adalah 207,63 miliar rupiah. Dengan kata lain pada triwulan II-2009 terjadi peningkatan total transaksi tunai sebesar 34,60% (q-t-q). Jumlah dana yang keluar dari bank Indonesia Ternate (outflow) mencapai Rp 241,71 miliar, sedangkan jumlah dana yang masuk (inflow) hanya sebesar Rp 37,76 miliar. Tingginya outflow pada triwulan laporan disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan kebutuhan uang tunai karena bertepatan dengan masa pemilu dan kenaikan pendapatan seiring terjadinya panen hasil bumi dan panen tuna. Jika dihitung secara net, kondisi yang terjadi pada triwulan laporan adalah net outflow sebesar 203,95 miliar rupiah, sedangkan periode sebelumnya terjadi net inflow sebesar 5,23 miliar rupiah. Jika dibandingkan antara inflow dana dengan outflow dana, kondisi triwulan II-2009 menunjukan kontraksi inflow dana sebesar minus 64,52%, sedangkan outflow dana tumbuh sebesar 138,85%. Perubahan posisi dari net inflow menjadi net outflow menunjukan bahwa aktivitas ekonomi yang terjadi pada triwulan II-2009 lebih tinggi intensitasnya, sehingga menambah kebutuhan akan uang tunai. Apalagi hampir seluruh transaksi yang terjadi pada perekonomian Ternate masih menggunakan media uang tunai. Apabila ditelaah lebih dalam, kondisi outflow terbesar terjadi pada bulan April, dimana terjadi outflow dana sebesar 111,72 miliar rupiah sedangkan inflow dana hanya sebesar 12,81 miliar rupiah. Sistem Pembayaran 64

83 Gambar 5.3 Arus Uang Tunai BI Ternate Gambar 5.4 Perbandingan Inflow dengan Jumlah Kas Keliling Total transaksi tunai pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun Peningkatan jumlah transaksi ini tercermin dari angka pertumbuhan sebesar 9,21% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 total transaksi tunai mengalami kontraksi sebesar minus 9,70% (y-o-y). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kondisi inflow dana mengalami peningkatan sebesar 66,87% (y-o-y), sedangkan outflow dana mengalami peningkatan sebesar 3,61% (y-o-y). Dengan membandingkan kondisi Sistem Pembayaran 65

84 net outflow yang terjadi antara triwulan II-2009 dengan periode yang sama tahun lalu, maka net outflow turun sebesar 3,18% (y-o-y) Pemusnahan Uang Kartal Pada triwulan II-2009 persentase uang tidak layak edar yang dimusnahkan mengalami peningkatan, meskipun nilai nominalnya mengalami penurunan. Uang tidak layak edar (UTLE) yang terdiri dari uang lusuh, uang cacat, uang rusak dan uang yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran di Ternate pada triwulan II tercatat sebanyak 26,75% dibandingkan dengan jumlah dana inflow yang masuk ke Kantor Bank Indonesia Ternate. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan kondisi triwulan I-2009, dimana persentase uang tidak layak edar yang dimusnahkan adalah 15,35%. Meskipun persentasenya meningkat, namun secara nominal sebenanrnya mengalami penurunan. Jumlah uang tidak layak edar pada triwulan II-2009 adalah 10,10 milyar rupiah sedangkan pada triwulan I-2009 jumlahnya 16,34 miliar rupiah. Gambar 5.5 Persentase Uang yang Diracik Terhadap Uang Masuk Sistem Pembayaran 66

85 Bab VI Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah 6.1 Kondisi Umum Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di Ternate sampai dengan bulan Februari 2009 secara tahunan mengalami peningkatan, serta diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan Februari 2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 440,66 ribu jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 5,56% (y-o-y) dimana jumlah angkatan kerja pada posisi Februari 2008 adalah 417,45 ribu jiwa. Secara tahunan penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 6,04% dari 388,11 ribu jiwa pada posisi Februari 2008 menjadi 411,54 ribu jiwa pada posisi Februari Karena penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan pertambahan angkatan kerja maka tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar minus 5,97% (y-o-y) dari 7,03% pada Februari 2008 menjadi 6,61% pada Februari Gambar 6.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Ketenagakerjaan Daerah 67

86 Apabila dibandingkan dengan posisi Agustus 2009, tingkat pengangguran terbuka mengalami peningkatan sebesar 2,01%. Pada posisi Agustus 2008 tingkat pengangguran terbuka adalah 6,48% sedangkan posisi Februari 2009 menunjukan angka 6,61%. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2009 mengalami peningkatan 4,45% dimana pada posisi Agustus 2008 jumlahnya adalah 421,9 ribu jiwa. Peningkatan jumlah pengangguran ini karena penambahan jumlah orang yang bekerja dan yang menganggur pada posisi Februari 2009 mengalami peningkatan, dimana persentase kenaikan masing-masing adalah sebesar 4,29% dan 6,67% dimana posisinya pada Agustus 2008 adalah sebesar 394,6 ribu jiwa dan 27,3 ribu jiwa. Gambar 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 6.2. Lapangan Pekerjaan Utama Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja secara tahunan mengalami penurunan. Pada Februari 2008 sektor primer menyerap 62,46% dari seluruh tenaga kerja yang ada di Maluku Utara sedangkan pada Februari 2009 penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 57,48%. Turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer diikuti oleh peningkatan pada sektor sekunder dan tersier. Pada periode Februari 2009 sektor sekunder menyerap 10,29% total tenaga kerja sedangkan tingkat penyerapannya pada Februari 2008 adalah 7,71%. Sektor tersier memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 29,83% pada Februari 2008, sedangkan pada Februari 2009 penyerapannya adalah 32,23%. Ketenagakerjaan Daerah 68

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mulai memperlihatkan tanda pemulihan dari tekanan gejolak penurunan harga minyak mentah maupun harga pangan dunia (CPO) yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Yos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci