ANALISIS PENGARUH RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU II TERHADAP HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU II TERHADAP HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA"

Transkripsi

1 1279 ANALISIS PENGARUH RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU II TERHADAP HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA Ni Komang Dian Trisnawai ¹ Ni Nyoman Ayu Dianini ² ¹ Fakulas Ekonomi Universias Dhyana Pura (Undhira), Bali, Indonesia ² Fakulas Ekonomi dan Bisnis Universias Udayana (Unud), Bali, Indonesia Absrac This research aimed o analyze he sock price reacion LQ45 in Indonesia Sock Exchange (BEI) and he difference in average abnormal reurn in he period before and afer he announcemen of he evens reshuffled Cabine Indonesia Bersau II on Ocober 18, The research period consised of a 100 days esimaion period and he even period 7 days. The mehod used in his research is he even sudy which observe he marke reacion o announcemens or informaion from a publicaion even. The marke reacion refleced he abnormal reurns obained from he difference (posiive or negaive) abou he acual reurn on he announcemen day o expeced reurn. The resuls showed ha here are sock price reacion LQ45 in Indonesia Sock Exchange before and afer he announcemen of he cabine reshuffle. A he 5% significance level, here are 4 rading days which earn abnormal reurns are on -3, -2, -1 and +1, wih successive values of , , and Bu here was no difference in average abnormal reurn in he period before and afer he announcemen of he evens reshuffled cabine, seen from he es resuls were no saisically significan. Tha is, he marke reacs, bu he informaion, he marke is no efficien in he semi-srong form. Keywords: abnormal reurn, even sudy, reshuffle Absrak Peneliian ini berujuan unuk menganalisis reaksi harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan perbedaan raa-raa reurn ak normal pada periode perisiwa sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober Periode peneliian erdiri dari 100 hari periode esimasi dan 7 hari periode perisiwa.meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode sudi perisiwa yang mengamai reaksi pasar erhadap informasi dari suau pengumuman aau publikasi perisiwa. Hasil peneliian menunjukkan bahwa ada reaksi harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle kabine. Pada ingka signifikansi 5%, erdapa 4 hari bursa yang memperoleh reurn ak normal yaiu pada -3, -2, -1 dan +1, dengan nilai beruru-uru sebesar , , dan Namun idak ada perbedaan raa-raa reurn ak

2 1280 normal pada periode perisiwa sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle kabine, diliha dari hasil uji saisik yang idak signifikan. Arinya, pasar bereaksi, namun secara informasi, pasar idak efisien dalam benuk seengah kua. Keywords: reurn abnormal, sudi perisiwa, reshuffle PENDAHULUAN Penanaman invesasi di pasar modal merupakan invesasi yang menarik karena menghasilkan reurn akan eapi juga memiliki ingka risiko yang inggi. Hal ini disebabkan oleh kondisi harga saham yang selalu berflukuasi dan mengisyarakan dua kemungkinan yaiu kenaikan harga (capial gain) yang bisa memberikan keunungan aau penurunan harga (capial loss) yang dapa menimbulkan kerugian. Risiko invesasi idak dapa dihilangkan, eapi invesor dapa menghindari aau meminimalisir risiko dengan mengamai sumber-sumber risiko dan seiap informasi yang mempengaruhi reaksi pasar modal. Informasi yang dimaksud berkaian dengan kondisi aau siuasi yang dianggap relevan erhadap penilaian harga saham, baik bersifa beria resmi aaupun isu. Informasi-informasi yang menimbulkan reaksi pada pasar saham dan mempengaruhi flukuasi harga saham idak hanya berasal dari informasi kondisi ekonomi, eapi juga dapa berasal dari fakor-fakor lain non ekonomi seperi perisiwa hukum, perisiwa sosial dan gejolak poliik dalam negeri yang berpengaruh pada pergerakan harga saham di bursa efek. Perisiwa-perisiwa poliik dapa memberikan dampak posiif maupun negaif erhadap penilaian para invesor dan calon invesor, eruama bagi invesor dan calon invesor asing, menginga bahwa pasar modal Indonesia masih didominasi oleh para pemodal asing. Perisiwa poliik seperi perombakan susunan kabine (reshuffle) pada umumnya idak suli diduga karena anda-anda awal akan dilakukannya reshuffle dapa diliha melalui berbagai isu akiba performance dan kinerja dari beberapa meneri yang kurang maksimal aau dianggap lebih berkompeen dibidang kemenerian lainnya, sera penjelasan presiden sendiri mengenai rencana reshuffle ersebu. Reshuffle kabine memang idak menginervensi bursa saham secara langsung, eapi informasi mengenai perisiwa

3 1281 ini dapa diserap oleh para pelaku pasar modal dan mempengaruhi pengambilan kepuusan para invesor, yang pada akhirnya pasar bereaksi erhadap informasi ersebu dan harga-harga saham melakukan penyesuaian sehingga dapa dikaakan bahwa secara idak langsung perisiwa poliik mempengaruhi akivias di bursa efek. Perisiwa poliik seperi reshuffle kabine dapa mempengaruhi harga saham baik posiif maupun negaif, erganung dari persepsi masing-masing invesor dan calon invesor. Reshuffle kabine merupakan salah sau perisiwa poliik yang dipilih oleh kepala pemerinahan seperi presiden sebagai solusi unuk memperbaiki kinerja para meneri dalam kabinenya. Berdasarkan ari kaanya, reshuffle dapa berari mengacak kembali aau merombak. Kabine berari badan aau dewan pemerinahan yang erdiri aas meneri ( Jadi reshuffle kabine dapa diarikan sebagai proses mengacak kembali aau merombak badan aau dewan pemerinahan yang erdiri aas meneri. Perombakan kabine dapa berari mengubah seluruh aau sebagian dari susunan meneri yang ada. Biasanya perombakan kabine dilakukan dengan memindahkan seorang meneri dari sau posisi ke posisi yang lain aau menambahkan seorang meneri kedalam jabaan baru. Perombakan kabine juga diperlukan unuk menggani meneri yang mengundurkan diri baik karena suau skandal aau pensiun aaupun sebagai penghargaan kepada seseorang dengan kinerja baik, aau berkompeen lebih baik di bidang kemenerian lainnya. Pemerinahan dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan kabinenya yang disebu Kabine Indonesia Bersau (KIB) elah mengalami reshuffle sebanyak iga kali. Reshuffle perama kali dilakukan pada anggal 5 Desember 2005, kurang lebih sau ahun seelah SBY menang dalam Pemilu Presiden ahun 2004 bersama wakilnya Muhammad Jusuf Kala. Reshuffle kabine yang kedua dipuuskan seelah melakukan evaluasi erhadap kinerja para menerinya pada anggal 7 Mei 2007, sedangkan reshuffle kabine keiga diumumkan pada anggal 18 Okober 2011 dimana SBY dipilih kembali menjadi Presiden RI pada pemilu ahun 2009 dengan susunan kabine yang diberi nama Kabine Indonesia Bersau II.

4 1282 Reaksi pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesia (BEI) erhadap suau perisiwa dapa diuji melalui meode sudi perisiwa (even sudy). Sudi perisiwa merupakan bagian dalam konsep hipoesis pasar efisien (efficien marke hypohesis) yang dikemukakan oleh Prof. Eugene Fama (1991) unuk menguji efisiensi pasar benuk seengah kua (semi-srong form). Secara lebih spesifik sudi perisiwa menyelidiki respons pasar erhadap kandungan informasi dari suau pengumuman aau publikasi perisiwa erenu secara erbuka (Tandelilin, 2010). Berdasarkan laar belakang yang elah dikemukakan diaas, maka pokok permasalahan dalam peneliian ini dapa dirumuskan sebagai beriku: 1) Adakah reaksi harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober 2011? 2)Adakah perbedaan raa-raa reurn ak normal (average abnormal reurn) pada periode perisiwa sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober 2011? Kerangka Pikir RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU II BURSA EFEK INDONESIA HARGA SAHAM LQ45 PERIODE PENELITIAN PERIODE ESTIMASI (100 H) PERIODE PERISTIWA RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU II 3 Hari Sebelum Pengumuman Reshuffle 1 Hari Saa Pengumuman Reshuffle 3 Hari Seelah Pengumuman Reshuffle Ada abnormal reurn Tidak ada abnormal reurn Ada reaksi Tidak ada reaksi Ada perbedaan raa-raa abnormal reurn sebelum dan sesudah perisiwa Tidak ada perbedaan raa-raa abnormal reurn sebelum dan sesudah perisiwa

5 1283 Finano (2006) melakukan peneliian yang diberi judul Pengaruh Pengumuman Reshuffle Kabine Indonesia Bersau Terhadap Pasar Modal di BEJ. Hasil peneliian menyaakan bahwa pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau berpengaruh posiif erhadap pasar modal. Hal ini diliha dari relaif meningkanya harga saham dari beberapa saham unggulan di lanai bursa. Namun secara saisik raa-raa abnormal reurn sebelum anggal pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau dan sesudah anggal pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau idak berbeda secara signifikan. Hasil peneliian juga menyaakan rading volume aciviy meningka karena beberapa moivasi yang berbeda dari para invesor di bursa, yang perama berpengaruh posiif karena adanya anggapan akan membaiknya perekonomian Indonesia dari pengganian beberapa meneri negara, yang kedua adanya aksi profi aking dari meningkanya harga saham di lanai bursa. Peneliian yang sama juga dilakukan oleh Praseyo (2006) dalam peneliiannya yang berjudul Reaksi Pasar Modal Terhadap Pengumuman Reshuffle Kabine Indonesia Bersau Tahun 2005 Di PT. Bursa Efek Jakara. Hasil peneliian menyimpulkan bahwa pasar modal bereaksi (posiif) erhadap pengumuman reshuffle KIB ahun Hal ersebu diunjukkan dari hasil pengujian saisik Z es wo ail pada α = 5% erhadap average abnormal reurn yang erjadi pada iap-iap hari bursa pada periode perisiwa, dimana pada hari bursa +4 invesor memperoleh abnormal reurn yang signifikan posiif yaiu sebesar 0,005 aau 0,5%. Hasil peneliian juga menyimpulkan BEJ sudah efisien dalam benuk seengah kua secara informasi non-keuangan karena mampu memperoleh abnormal reurn sebesar 0,005 aau 0,5%, namun kesempaan invesor dalam menyerap abnormal reurn sanga singka, hanya pada 1 hari bursa yaiu pada hari bursa +4. Demikian juga dengan peneliian lain oleh Annelia (2007) yang berjudul Pengaruh Reshuffle Kabine Terhadap Pergerakan Harga Saham LQ45 Di Indonesia. Peneliian ini menganalisis reaksi pasar erhadap pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau yang dilakukan anggal 7 Mei Namun hasil peneliian menunjukkan idak ada pengaruh yang signifikan anara abnormal reurn sebelum dan sesudah reshuffle kabine yang dilakukan anggal 7 Mei 2007 ersebu.

6 1284 Peneliian ini menunjukkan bahwa belum ada konsisensi dampak perisiwa poliik erhadap perdagangan di bursa saham. Beberapa sudi perisiwa-perisiwa poliik yang menyebabkan invesor bereaksi erhadap perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga dilakukan oleh Manullang (2004) dalam Fahmi (2012) dianaranya: perisiwa Presiden Suharo mengundurkan diri pada anggal 21 Mei 1988, perisiwa menenang SI MPR 1998 pada anggal 13 Desember 1998, perisiwa penahanan Keua DPR RI, Akbar Tanjung, di Kejagung pada anggal 9 April 2002, dan perisiwa pemerinah mengumumkan kepuusan Aceh Darura Milier pada anggal 19 Mei Hasilhasil dari peneliian ini masih belum menyaakan konsisensi dampak dan reaksi signifikan dari perisiwa poliik erhadap perdagangan di bursa saham. Namun hasil emuan dalam peneliian sudi perisiwa (even sudy) lainnya secara umum menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia semakin sensiif erhadap munculnya berbagai informasi yang relevan, ermasuk berbagai perisiwa non-ekonomi seperi perisiwa poliik. Aas dasar landasan eori dan peneliian erdahulu, maka hipoesis dalam peneliian ini adalah: 1. Ada reaksi harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober Ada perbedaan raa-raa abnormal reurn pada periode perisiwa sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober METODE PENELITIAN Peneliian ini menggunakan daa sekunder yang diperoleh dari IDX Indonesia Sock Exchange (Bursa Efek Indonesia) melalui websie unuk mengeahui daa perusahaan yang ergabung dalam indeks LQ45 periode Agusus 2011-Januari 2012 di Bursa Efek Indonesia. Harga saham yang digunakan adalah harga penuupan dari daa harga saham harian masing-masing perusahaan LQ45 yang diperoleh melalui websie

7 1285 Ala analisis dan model perhiungan reurn saham yang digunakan dalam peneliian ini adalah pengujian reurn ak normal (abnormal reurn). Pengolahan dan perhiungan daa dilakukan dengan menggunakan program Microsof Excel dan SPSS (Saisical Produc and Service Soluion). Tahap-ahap pengujian abnormal reurn berdasarkan meode sudi perisiwa (even sudy) adalah (Harono 2008): 1. Menenukan sampel, yaiu saham-saham yang ergabung dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia, karena peneliian berbasis periode harian memerlukan emien-emien yang bersifa liquid dengan kapialisasi erbesar dan paling akif diperdagangkan. 2. Mengidenifikasi hari pengumuman aau even dae, yaiu pada perisiwa pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II pada anggal 18 Okober Menenukan periode peneliian ermasuk periode esimasi dan periode perisiwa, yaiu 100 hari periode esimasi dimulai dari hari bursa -103 pada anggal 13 Mei 2011 sampai hari bursa -4 pada anggal 12 Okober 2011 dan 7 hari periode perisiwa dimulai dari hari bursa -3 sampai +3 pada anggal 13 Okober 2011 sampai 21 Okober 2011, yang erdiri dari 3 hari bursa sebelum hari perisiwa, 1 hari bursa pada saa hari perisiwa, dan 3 hari bursa seelah hari perisiwa. 4. Menghiung reurn realisasi aau reurn akual (acual reurn) yaiu reurn yang elah erjadi pada masing-masing sampel seiap hari selama periode pengamaan dengan rumus (Harono, 2007): Pi, Pi, 1 R i,... (1) P i, 1 Dimana: R i, = reurn akual saham i pada hari. P i, = harga penuupan saham i pada hari. P i,-1 = harga penuupan saham i pada hari Menghiung reurn pasar (marke reurn) yaiu selisih indeks pasar penuupan hari ini erhadap indeks pasar penuupan hari sebelumnya dengan rumus:

8 1286 ILQ45 ILQ45 1 R M,... (2) ILQ45 1 Dimana: R M, = reurn pasar (marke reurn) pada hari. ILQ45 = harga indeks pasar (ILQ45) pada hari. ILQ45-1 = harga indeks pasar (ILQ45) pada hari Menghiung reurn ekspekasi (expeced reurn) dengan menggunakan eknik model pasar (marke model reurns), yaiu model yang menggambarkan hubungan anara sekurias dengan pasar dalam sebuah persamaan regresi linier sederhana anara reurn sekurias dengan reurn pasar. Di dalam persamaan ersebu, nilai alpha (α) dan bea (β) dicari dengan menggunakan daa acual reurn dari periode waku yang idak mengandung perisiwa yang sedang dielii, yaiu periode esimasi 100 hari. E ( R i, ) i irm i,... (3) Dalam hal ini: E(R I, ) = reurn ekspekasi aau reurn prediksian α i = konsana saham i aau inersep dalam regresi unuk sekurias i. Ini merupakan komponen reurn yang idak erganung dengan reurn pasar. β i = koefisien indeks pasar saham i aau koefisien regresi yang menyaakan slope garis regresi. Ini mengukur perubahan yang diharapkan dalam reurn sekurias sehubungan dengan perubahan dalam reurn pasar. RM = reurn marke aau reurn pasar pada periode. ε i, = kesalahan residu saham i pada periode aau kekeliruan regresi. Ini mengukur deviasi reurn yang diobservasi dengan reurn yang diprediksi oleh regresi dan mempunyai nilai harapan sama dengan nol. 7. Menghiung reurn ak normal (abnormal reurn) di sekiar periode perisiwa (beberapa waku sebelum dan sesudah pengumuman perisiwa erjadi). Reurn ak normal adalah reurn akual di sekiar periode perisiwa dikurangi reurn ekspekasi aau prediksian pada periode ersebu (Tandelilin, 2010). RTN i, Ri, E( Ri, )... (4)

9 1287 Dalam hal ini: RTN i, = reurn ak normal saham i pada periode. R i, = reurn akual saham i pada periode. E(R i, ) = reurn ekspekasi aau reurn prediksian. 8. Menghiung raa-raa reurn ak normal (average abnormal reurn) dalam periode perisiwa. Raa-raa reurn ak normal unuk hari ke- dapa dihiung berdasarkan raa-raa arimaika sebagai beriku (Harono, 2009): RRTN k i 1 RTN k i... (5) Dalam hal ini: RRTN = raa-raa reurn ak normal (average abnormal reurn) pada hari ke-. RTN i, = reurn ak normal (abnormal reurn) unuk sekurias ke-i pada hari ke-. k = jumlah sekurias yang erpengaruh oleh pengumuman perisiwa. 9. Pengujian Saisik erhadap Reurn Tak Normal (Abnormal Reurn). Menginga bahwa hipoesis adalah dugaan yang kebenarannya belum enu benar maka hipoesis yang diajukan haruslah diuji. Pengujian hipoesis erhadap reurn ak normal (RTN) dilakukan dengan uji. Nilai reurn ak normal yang elah disandarisasi (RTN S) dapa diarikan sebagai hiung. Reurn ak normal sandarisasi (sandardized abnormal reurn) unuk sekurias ke-i dapa diulis sebagai beriku (Harono, 2009): RTNS i, RTN KSE i, i... (6) Dalam hal ini: RTNS i, = reurn ak normal sandarisasi sekurias ke-i pada hari ke- di periode perisiwa. = reurn ak normal saham sekurias ke-i pada hari ke- di periode RTN i, KSE i perisiwa. = kesalahan sandar esimasi unuk sekurias ke-i.

10 1288 Unuk pengujian nilai hiung kolekif berdasarkan porofolio sekurias dapa diperoleh dengan rumus: RTNS k RTNS i, i 1 k... (7) Dalam hal ini: RTNS = reurn ak normal sandarisasi porofolio unuk hari ke- di periode perisiwa. RTNS i, = reurn ak normal sandarisasi sekurias ke-i unuk hari ke- di periode perisiwa. k = jumlah sekurias. Pengujian erhadap raa-raa reurn ak normal (average abnormal reurn) sebelum dan sesudah perisiwa mengarah kepada meode paired sample -es, dengan menggunakan ingka probabilias sebesar 5% (α=0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN beriku. Hasil uji signifikansi pada ingka 5% (>1.645) dapa diliha pada abel Tabel 1 Uji Signifikansi Raa-raa Reurn Tak Normal (Abnormal Reurn) Pada Periode Perisiwa ( -3 sampai +3 ) T RRTN hiung abel Keerangan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Sumber: (daa diolah).

11 1289 Dari Tabel 4 dapa dikeahui bahwa pada 4 hari bursa pada periode perisiwa, erjadi raa-raa abnormal reurn yang signifikan pada ingka 5% aau lebih besar dari yaiu pada -3, -2, -1 dan +1. Raa-raa abnormal reurn pada 0, +2 dan +3 erbuki secara saisik idak signifikan. Signifikansi raa-raa abnormal reurn yang erjadi sebelum periode perisiwa dari -3 sampai -1 menunjukkan bahwa sudah ada kebocoran informasi dari pengumuman reshuffle KIB II. Pada 0 idak erjadi abnormal reurn, hal ersebu disebabkan karena pasar lebih mengambil indakan wai and see selama waku pengumuman. Sau hari seelah pengumuman ( +1 ) pasar bereaksi dan erjadi abnormal reurn yang merupakan imbas/efek dari pengumuman reshuffle yang dilakukan oleh SBY. Pada +2 sampai +3, pengujian abnormal reurn idak signifikan. Berari pasar secara keseluruhan elah menyerap informasi dari pengumuman ersebu sehingga idak erjadi lagi abnormal reurn. Namun, erjadinya abnormal reurn yang lama dan berkepanjangan (lebih dari 3 spo waku) mencerminkan sebagian respons pasar yang erlamba dalam menyerap aau menginerpreasikan informasi. Dengan demikian dianggap pasar idak efisien dalam benuk seengah kua aau secara informasi. Informasi mengenai reshuffle Kabine Indonesia Bersau (KIB) II sudah dapa diduga dari isu sera anda-anda awal dari penjelasan presiden yang merencanakan melakukan reshuffle ersebu. Pasar modal sendiri sudah semakin sensiif dalam merespon perisiwa-perisiwa poliik yang erjadi, ermasuk merespon seiap kebijakan poliik dibawah pemerinahan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang elah melakukan reshuffle sebanyak iga kali. Analisis reaksi pasar erhadap seiap pengumuman reshuffle kabine dilakukan dengan meode sudi perisiwa (even sudy) yang merupakan bagian dalam konsep hipoesis pasar efisien benuk seengah kua yang dikemukakan Fama (1991). Peneliian erhadap reshuffle perama pada ahun 2005 oleh Finano (2006) dan Praseyo (2006) menyimpulkan bahwa pasar modal merespon posiif erhadap reshuffle yang dilakukan dan sudah efisien dalam benuk seengah kua secara informasi nonkeuangan. Namun hasil yang berbeda diperoleh dalam peneliian erhadap reshuffle kedua pada ahun 2007 oleh Anelia (2007) yang menyimpulkan idak ada pengaruh

12 1290 yang signifikan dari perisiwa poliik reshuffle kabine erhadap pergerakan harga saham di pasar modal. Dari hasil peneliian erhadap reshuffle keiga dapa dikeahui bahwa pasar bereaksi, namun secara informasi, pasar idak efisien dalam benuk seengah kua. Selanjunya, pengujian hipoesis yang menguji adanya perbedaan anara raa-raa reurn ak normal (abnormal reurn) sebelum dan sesudah perisiwa mengarah kepada meode paired sample -es dengan ingka probabilias sebesar 5% (α=0,05) arinya bila hasil pengujian menunjukkan angka signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ho diolak aau Ha dierima, sebaliknya bila hasil pengujian menunjukkan ingka signifikan lebih besar dari 5% maka Ho dierima aau Ha diolak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Tabel 1 Perbedaan Raa-raa Abnormal Reurn Sebelum dan Sesudah Perisiwa T Raa-raa Abnormal Reurn Sebelum Perisiwa Raa-raa Abnormal Reurn Sesudah Perisiwa Raa-raa Raa-raa hiung sig Sumber: Lampiran 10 (daa diolah). Krieria pengujian: Ho Ha = Tidak ada perbedaan raa-raa abnormal reurn pada periode perisiwa sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober = Ada perbedaan raa-raa abnormal reurn pada periode perisiwa sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober 2011.

13 1291 Dari hasil pengujian pada Tabel 5 dapa dikeahui bahwa nilai hiung dengan probabilias lebih besar dari 0.05, maka Ho dierima. Arinya, idak ada perbedaan yang signifikan anara raa-raa abnormal reurn pada periode perisiwa sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau (KIB) II anggal 18 Okober Hasil peneliian ini sama seperi peneliian sebelumnya erhadap reshuffle KIB ahun 2005 dan 2007, yang menyimpulkan idak ada perbedaan signifikan dari raaraa abnormal reurn sebelum dan sesudah anggal pengumuman reshuffle kabine. Hal ini berkaian dengan informasi pengumuman reshuffle KIB yang sudah dapa dierima oleh invesor sebelum pengumuman reshuffle dilakukan, baik dari beria elevisi, koran aau media masa lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis daa mengenai reaksi pasar modal erhadap pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II, dapa diambil kesimpulan sebagai beriku: 1. Ada reaksi harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober 2012, diliha dari erjadinya reurn ak normal (abnormal reurn) yang signifikan pada 4 hari bursa yaiu pada -3, -2, -1 dan +1, dengan nilai beruru-uru sebesar , , dan Tidak ada perbedaan raa-raa reurn ak normal (average abnormal reurn) pada periode perisiwa sebelum dan sesudah pengumuman reshuffle Kabine Indonesia Bersau II anggal 18 Okober Dinyaakan idak ada perbedaan karena hasil uji saisik menunjukkan angka idak signifikan yaiu sebesar Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan diaas, dapa dikemukakan saran sebagai beriku: 1. Dalam proses pengambilan kepuusan, para invesor sebaiknya mengamai seiap informasi relevan yang dapa mempengaruhi harga saham, baik dari

14 1292 fakor ekonomi maupun non ekonomi ermasuk perisiwa poliik dalam negeri, sehingga dapa menghindari aau meminimalisir risiko yang mungkin dianggung. 2. Pemerinah Indonesia sebaiknya selalu menjaga kondisi poliik dalam negeri agar sabil dan idak menimbulkan konflik sera penilaian negaif dari para invesor. DAFTAR RUJUKAN Alwi, I. Z Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Jakara: Nasindo Inernusa. Anelia, C Pengaruh Pengumuman Reshuffle Kabine Indonesia Bersau Terhadap Pasar Modal di BEJ. Skripsi: Fakulas Ekonomi Universias Islam Indonesia, Yogyakara. Anonim. IDX Annualy Saisics hp:// Jakara Composie Index. hp:// Kamus Besar Bahasa Indonesia - Online. hp:// Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tenang Pasar Modal. Fahmi, I Penganar Pasar Modal. Panduan bagi Para Akademisi dan Prakisi Bisnis dalam Memahami Pasar Modal Indonesia. Bandung: Alfabea. Finano, H Pengaruh Pengumuman Reshuffle Kabine Indonesia Bersau Terhadap Pasar Modal di BEJ. Skripsi: Fakulas Ekonomi Universias Islam Indonesia, Yogyakara. Harono, J Teori Porofolio dan Analisis Invesasi. Edisi Kelima. Yogyakara: BPFE Teori Porofolio dan Analisis Invesasi. Edisi Keenam. Yogyakara: BPFE. Praseyo, U Reaksi Pasar Modal Terhadap Pengumuman Reshuffle Kabine Indonesia Bersau Tahun 2005 Di PT. Bursa Efek Jakara (Sebuah Kajian Sudi Perisiwa). Skripsi: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Dhyana Pura, Badung.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN Dalam desain peneliian in akan dijabarkan mengenai eknik pengambilan sampel, pengumpulan daa, dan model empiris yang digunakan, sera level signifikansi dalam peneliian ini. Di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh: Arikel Skripsi TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Unuk Memenuhi Sebagian Syara Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON Oleh: Nurul Hidayai Mahasiswa S1 Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Model Dinamis: Auoregressive Dan Disribusi Lag (Sudi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB)) Dynamic Model : Auoregressive and Disribuion Lag (Case Sudy: Effecs

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember)

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember) Jurnal ILMU DASAR Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 135-141 135 Esimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepaiis di Kabupaen Jember (Esimaing of Survival Funcion of Hepaiis Virus in Jember) Mohamad Faekurohman Saf Pengajar

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN Oong Karyono Teknik Indusri, Fakulas Teknik Universias Majalengka Email : oong_karyono@rockemail.com ABSTRAK Rumah saki umum daerah (RSUD) Kabupaen

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR (KURS) RUPIAH TERHADAP PERGERAKAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR (KURS) RUPIAH TERHADAP PERGERAKAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PNGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR (KURS) RUPIAH TRHADAP PRGRAKAN HARGA SAHAM PADA PRUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA FK INDONSIA Binsar Sihombing Polieknik Wilmar Bisnis Indonesia binsar.sihombing@wbi.ac.id Hendra

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PERAMALAN VOLUME PENGGUNAAN AIR BERSIH DENGAN METODE WINTERS EPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENENTUKAN VOLUME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci