APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA JALUR TAKSI UNTUK MEMAKSIMUMKAN PENDAPATAN PENGEMUDI TAKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA JALUR TAKSI UNTUK MEMAKSIMUMKAN PENDAPATAN PENGEMUDI TAKSI"

Transkripsi

1 Jurnal Barekeng Vol 5 No Hal 9 3 (0) APLIKASI ALJABA MAKS-PLUS PADA JALU TAKSI UNTUK MEMAKSIMUMKAN PENDAPATAN PENGEMUDI TAKSI DOTEUS LODEWYIK AHAKBAUW Staf Jurusan Matematika FMIPA UNPATTI Jl Ir M Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon lodewyik@gmailcom ABSTAK Jaringan jalur transportasi pada suatu daerah memegang peranan penting dalam mobilitas masyarakat antar satu daerah, baik antar kota maupun antar tempat yang satu ke tempat yang lain Berbagai macam alat transportasi digunakan baik alat transportasi umum maupun pribadi Ditengah aktivitas yang padat masyarakat yang berekonomi menengah kebawah cenderung menggunakan taksi sebagai solusi untuk membantu aktivitas agar tepat waktu, ditengah kepadatan lalu lintas Jalur taksi pada umumnya lebih bervariasi daripada jalur kendaraan umum karena tidak mempunyai jalur yang ditetapkan Sopir taksi dalam hal ini cenderung memaksimalkan tarif/ongkos yang didapat untuk itu sering diambil jalur yang dapat memaksimalkan tarif/ongkos tersebut Dalam paper ini dikonstruksikan model aljabar maksplus untuk rute/jalur taksi yang dianggap maksimal akan ditempuh oleh seorang pengemudi taksi Keywords: graph, jalur taksi, aljabar maks-plus, lintasan kritis PENDAHULUAN Transportasi menjadi alat yang sangat penting dalam mobilitas masyarakat ditengah aktivitasnya sehari-hari Namun seringkali transportasi seringkali dikaitkan dengan ketepatan waktu yang harus dicapai oleh pengguna alat tranportasi Dalam paper ini penulis mencoba mengabaikan hal tersebut tetapi akan dikaji jalur taksi yang bisa menghasilkan pendapatan yang maksimal dari seorang pengemudi taksi Dengan mengabaikan waktu berorientasi pada tarif deterministi pada kajian jalur taksi, akan dikonstruksikan aljabar maks-plus untuk bagaimana pengemudi taksi dapat mencapai tujuan penumpang dengan memilih jalur-jalur yang dirasa sangat menguntungkannya TINJAUAN PUSTAKA Aljabar Maks-Plus Elemen dasar dari aljabar maks-plus adalah bilangan real Operasi dasar dari aljabar maks-plus adalah maximum (dinotasikan dengan simbol, dibaca : O-plus ) tambah (dinotasikan dengan simbol, dibaca O-times ) dengan dua operasi tersebut diperoleh : Untuk setiap, dimana Catatan: untuk semua Operasi yang diperluas ke matriks sebagai berikut : untuk semua i,j Definisi Graph Dalam Aljabar Max-Plus Diberikan graph berarah dengan V adalah suatu himpunan berhingga tak kosong yang anggotanya disebut titik (vertex) A adalah suatu himpunan pasangan terurut titik-titik pada garis (edge) V Suatu barisan garis dari dari suatu garis dinamakan path Suatu path dikatakan elementer apabila tidak ada titik terjadi dua kali dalam path tersebut Suatu sirkuit adalah path elementer tertutup yaitu

2 Barekeng Vol 5 No Hal 9 3 (0) Suatu graph berarah dengan dikatakan strongly connected jika untuk setiap, terdapat suatu lintasan dari i ke j Suatu graph yang memuat sirkuit disebut graph siklik, segkan suatu graph yang tidak memuat sirkuit disebut graph tak siklik (a) (b) Gambar (a) merupakan path elementer,gambar (b) bukan path elementer Graph berarah G dikatakan berbobot jika setiap garis (j, i) A dikawankan dengan suatu bilangan real A ij Bilangan real A ij disebut bobot garis (j, i), dilambangkan dengan w(j, i) Graph preseden dari nxn matriks A max adalah graph berarah berbobot G(A) = (V, A) dengan V = {,,, n}, A = {( j, i ) w( i, j ) = A ij ε, i, j } Sebaliknya untuk setiap graph berarah berbobot G = (V, A) selalu dapat nxn didefinisikan suatu matriks A max dengan A ij = w ij, jika ( i, j) A, jika ( i, j) A bobot graph G Bobot suatu path dinotasikan oleh, yang disebut matriks diberikan oleh: ( ) Panjang dari path P/ banyak garis dalam path P dinotasikan oleh Bobot rata-rata dari path P adalah bobot P dibagi banyak garis dalam path P : HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Jaringan Transportasi (Jalur Taksi) a Asumsi pendukung Diasumsikan bahwa walaupun penumpang taksi cenderung berkeinginan sampai tepat pada waktunya namun pengemudi taksi selalu memperhitungkan biaya yang nantinya dia terima, sehingga pengemudi taksi akan mengambil jalur yang dirasanya dapat mencapai ongkos/tarif maksimum Dengan kata lain pengemudi taksi yang menentukkan jalur/rute untuk dicapai ke tempat tujuan penumpang Dalam kenyataannya seringkali terdapat faktorfaktor pendukung seorang pengemudi taksi mendapatkan tarif/biaya maksimum seperti waktu tunggu saat berada pada lampu lalu lintas, waktu tunggu pada saat terjadi kemacetan, kecepatan taksi yang diatur oleh pengemudi taksi, lama perjalanan sebagainya 30 Dan sebaliknya faktor-faktor yang kurang mendukung adalah permintaan rute oleh penumpang kepada pengemudi taksi yang dapat meminimumkan pendapatan pengemudi taksi tersebut Dalam paper ini dikaji sebuah contoh jalur taksi dengan ongkos/tarif deterministik yang sudah ditentukan Tabel Jalur biaya taksi Kode dari Tujuan Tarif (puluh ribu) upiah K K 5 A 3 3 A 4 4 K 0 5 K3 7 6 K K 0 7 A 4 8 K 9 K3 0 0 K3 K 0 A K 6 3 K3 4 A K 4 5 K 6 6 K3 3 b Contoh jalur taksi Pada bagian ini akan dikaji jalur taksi yang digunakan oleh seorang pengemudi taksi dalam memaksimalkan pendapatan yang didapat Dalam contoh ini dibuat graph berarah (directed graph), dimana ada 4 node yang menunjukkan tempat yakni kota (K ), kota (K ), kota 3(K 3 ), pelabuhan udara (Airport)(A), dimana bobot-bobot dari masing-masing garis(edge) menunjukkan tarif/ongkos rute Dari Tabel terlihat pada kode, 3 terdapat jalur yang sama untuk itu pengemudi akan selalu memakai jalur yang dirasanya maksimum terhadap tarif/ongkos Dengan demikian jalur dari kode akan selalu diabaikan oleh pengemudi taksi juga jalur dari kode 4, 6, 9, 0 karena menghasilkan tarif yang minimum Gambar Graph di atas diubah menjadi graph seperti di bawah ini karena diambil maksimum dari path yang sama ahakbauw

3 Barekeng Vol 5 No Hal 9 3 (0) 3 Gambar 3 Graph berarah yang dibangun berdasarkan jalur taksi yang diberikan pada tabel berikut : Dari graph diatas didapat matriks bobot sebagai [ ] Berdasarkan graph di atas dapat dibuat path berdasarkan kode sebagai berikut :, 3, 5, 7, 8,,, 3, 4, 5, 6 Kajian Aljabar Maks-Plus dengan menggunakan Scilab a Menentukan Maximum Cycle Mean (MCM) Diketahui ada 3 jalur sikel/sirkuit, secara manual didapat : Tabel No JALU SIKUIT CYCLE MEAN K-K 5/=5 K-A-K (4 4)/=4 3 K-K3-A-K (7 4)/3= 4,33 4 K-K3-K-A-K ( )/4=5,5 5 K-K /= 6 K-A-K (6 4)/=5 7 K-A-K3-K (4 3 6)/3=4,33 8 K-A-K-K3-K ( )/4=5,5 9 K3-K3 3/=3 0 K3-A-K3 ( 3)/=,5 K3-A-K-K3 ( 4 7)/3=4,33 K3-K-A-K3 (6 4 3)/3=4,33 3 K3-K-A-K-K3 ( )/4=5,5 Pada dasarnya no 3 adalah bentuk sikel yang sama (misalkan sikel a), no 4, 8, 3 juga sama (misalkan sikel b), no7 juga sama (misalkan sikel c), ditambah,, 5, 6, 9, 0 jadi ada 9 bentuk sikel/sirkuit Dan Maximum Cycle Mean (MCM) dari 9 bentuk sikel/sirkuit adalah Dengan menggunakan scilab : -->t=-%inf t = -Inf -->A=[5 4 t 7;4 t 6 3;t 4 t;t 6 ] A = 5 4 -Inf 7 4 -Inf 6 3 -Inf 4 -Inf -Inf 6 -->mcm=maxplusmcm(a) mcm = 55 b Lintasan kritis Menentukan lintasan kritis adalah hal yang sangat penting bagi seorang pengemudi taksi, karena pada lintasan kritis tersebut akan dipakai sebagai jalur yang akan sering digunakkan oleh pengemudi taksi Dengan mendapatkan maksimum dari semua sikel mean (maximum cycle mean), akan didapat rute yang menyebabkan tarif tersebut dalam hal ini bobot pada graph A menjadi maksimum Hal ini mengandung arti bahwa pada sikel tersebut pengemudi taksi dapat memaksimalkan tarif yang dicapai yakni sebesar 0000 yakni no 4, 8 3 yang menunjukkan rute masing-masing K-K3-K-A- K,untuk berangkat dari kota ; K-A-K-K3-K, untuk berangkat dari kota, K3-K-A-K-K3 untuk berangkat dari kota 3 Berikut implementasi dengan scilab dalam hal menentukan lintasan kritis -->[l,d,x] = maxplusccir(a) x = 4 3 d = 4 l = 55 c Strongly connected Untuk mengecek apakah graph A ini strongly connected ataukah tidak maka dengan menggunakan tool yang ada pada scilab s = maxplusscg(a) s = T Didapat jawaban T yang berarti benar (True), hal ini berarti graph berarah A yang merupakan konstruksi graph atas jalur/rute taksi adalah strongly connected KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat di capai adalah : Untuk memaksimalkan pendapatan pengemudi taksi dalam hal ini tarif/ongkos dari penumpang harus beroperasi pada lintasan kritis dalam hal ini maksimum dari sikel-sikel mean yang ada (maximum cycle mean) ahakbauw

4 Barekeng Vol 5 No Hal 9 3 (0) 3 Selanjutnya paper ini dapat disempurnakan dengan menggunakan maks-min untuk mendapatkan waktu yang minimum bagi keuntungan penumpang DAFTA PUSTAKA St ephane Gaubert and Max Plus, Methods and Applications of (max,+) Linear Algebra, INIA, Domaine de Voluceau, BP05, 7853 Le Chesnay Cedex, France ftp://ftpinriafr/inia/publication/publipdf//-3088pdf Winarni, Subiono, Penjadwalan jalur bus dalam kota dengan aljabar max-plus, Seminar nasional matematika IV, Institut teknologi sepuluh nopember surabaya, 3 desember 008 Subiono, (000), On classes of min-max-plus systems and their application, Thesis PhD, Technische Universiteit Delft, Delft ahakbauw

5 Jurnal Barekeng Vol 5 No Hal (0) KAAKTEISASI ELEMEN IDEMPOTEN CENTAL HENY W M PATTY, ELVINUS ICHAD PESULESSY, UDI WOLTE MATAKUPAN 3,,3 Staf Jurusan Matematika FMIPA UNPATTI Jl Ir M Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon henry_4t00@yahoocom, richardelvinus@yahoocom, rwmatakupan@yahoocom ABSTAK Elemen idempoten e dalam suatu ring dengan elemen satuan disebut idempotent central jika untuk sebarang r berlaku er re Selanjutnya dibentuk ring e e yang merupakan subring dengan elemen satuan e Dimotivasi dari struktur ring e e akan diselidiki sifat-sifat dalam ring modul diantaranya, indecomposable, homomorfisma radikal Jacobson, dalam kaitannya dengan elemen idempotent central Dalam tulisan ini akan dipelajari karakterisasi Kata kunci: indecomposable, homomorfisma, radikal Jacobson, idempoten central PENDAHULUAN Dalam struktur ring yang komutatif, jika dipunyai suatu elemen idempoten e maka ring tersebut dapat didekomposisikan (decomposable) menjadi hasil kali langsung dari ring e ( e) Dilain pihak, terdapat ring yang tidak dapat dinyatakan sebagai hasil kali langsung dari dua ring yang tak nol ing ini disebut ring yang tidak dapat didekomposisikan (indecomposable) Dalam ring yang indecomposable ini, hanya 0 yang merupakan elemen idempoten atau sering disebut idempoten trivial Sebaliknya dalam teori ring nonkomutatif, elemen idempoten dikenal dengan sebutan idempoten central Hal ini berarti suatu ring yang tak nol disebut indecomposable jika ring tersebut tidak memiliki elemen idempoten central yang nontrivial Selanjutnya untuk memahami struktur ring indecomposable ini, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik elemen idempoten central yang dalam perkembangannya lebih banyak berperan dalam teori ring nonkomutatif dibandingkan dalam teori ring komutatif Oleh karena itu dalam tulisan ini akan dibahas karakteristik elemen idempoten khususnya elemen idempoten central TINJAUAN PUSTAKA Untuk mempelajari karakteristik elemen idempoten central ini diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang ring modul diantaranya ideal maksimal, homomorfisma, radikal Jacobson jumlah langsung (direct sum) yang dikaji dari Malik (997) Fuller (99) Selanjutnya dalam bukunya yang berjudul A first Course in Noncommutative ings, Tsit Yuen Lam (99) menjelaskan beberapa sifat elemen idempoten central peranannya dalam struktur ring modul ing yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah ring dengan elemen satuan Jadi, tidak harus komutatif terhadap operasi pergandaan Berikut ini diberikan beberapa definisi sifat yang melandasi karakterisasi elemen idempoten central Definisi Suatu elemen e disebut elemen idempoten jika e e Selanjutnya diberikan beberapa sifat dalam ideal kanan e ( e ) dengan asumsi analog untuk ideal kiri e ( e)

6 Barekeng Vol 5 No Hal (0) Proposisi Misalkan e elemen idempoten dalam Suatu ideal kanan e ( e ) dapat dinyatakan sebagai berikut ( e) ( e) r r e er r Selanjutnya didefinisikan hasil tambah langsung (direct sum) dari ideal kanan e ( e ) sebagai berikut Definisi Misalkan e ( e ) ideal kanan dalam maka disebut direct sum dari ideal kanan e ( e ), dinotasikan e ( e), jika e ( e) e ( e) 0 Berikut ini diberikan definisi beberapa sifat dari ideal kanan maksimal dalam suatu ring dengan asumsi bahwa definisi sifat-sifat tersebut juga berlaku untuk ideal kiri maksimal Definisi 3 Ideal kanan M disebut ideal kanan maksimal jika M tidak terdapat suatu ideal kanan I sedemikian sehingga M I Selanjutnya, suatu ideal kanan N disebut ideal kanan minimal jika N 0 tidak terdapat ideal kanan J sedemikan hingga 0 J N Berikut ini diberikan pengertian radikal Jacobson dari suatu ring dalam kaitannya dengan ideal kanan maksimal dengan asumsi yang analog untuk ideal kiri maksimal Definisi 4 adikal Jacobson dari suatu ring (dinotasikan Jac()) adalah irisan dari semua ideal kanan maksimal dalam Jadi, ( ) M M ideal kanan maksimal dalam Jac = Berdasarkan Definisi 3, dapat dipahami bahwa ideal kanan M disebut ideal kanan maksimal jika terdapat suatu ideal kanan I yang memenuhi sifat M I maka berlaku I M atau I Selanjutnya, suatu ideal I disebut ideal sejati jika I Selain itu radikal Jacobson dari suatu ring dapat dipahami dengan bantuan elemen unit dalam ring tersebut, seperti yang termuat dalam sifat berikut ini Teorema Jika y Jac( ) maka xy merupakan unit kiri untuk setiap x Bukti: Diambil sebarang y Jac( ) Akan ditunjukkan xy merupakan unit kiri dalam Diandaikan terdapat xy yang bukan unit kiri dalam Artinya ( xy) ( xy) Karena ideal 34 ( xy) termuat dalam suatu ideal maksimal M Akibatnya, xy M y M sehingga diperoleh M Timbul kontradiksi dengan M sebagai ideal maksimal, maka xy merupakan unit kiri dalam HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bagian ini akan dibahas beberapa sifat elemen idempoten central sebagai berikut Karakterisasi Elemen Idempoten Central Misalkan ring dengan elemen satuan Jika ideal e e berturut-turut merupakan ideal kanan yang dibangun oleh elemen idempoten e e maka ring dapat dinyatakan sebagai dekomposisi dari e e, seperti yang dijelaskan dalam proposisi berikut ini Proposisi Misalkan ring dengan elemen satuan Elemen e e idempoten di, maka berlaku: () e e ideal kanan dalam () e ( e) Bukti: () Diambil sebarang er, er e s Akan ditunjukkan e ideal kanan dalam Diperoleh, er er e( r r ) e er s e( rs) e Terbukti e merupakan ideal kanan dalam Analog untuk ( e ) () Diambil sebarang a diketahui e elemen idempoten dalam Akan ditunjukkan e ( e) Diperoleh a ea a ea ea e a dengan ea e ( e) a ( e) Hal ini berarti e ( e) Selanjutnya diambil sebarang be ( e) yang artinya b ec b( e) d untuk suatu c, d Jika digandakan dengan e akan diperoleh eb e( e) d demikian b eb 0 eb e c ec b ( e e ) d ( e e) d 0 Dengan atau e ( e) 0 Terbukti e ( e) Berdasarkan Proposisi dapat dinyatakan bahwa, suatu ring juga merupakan jumlah langsung dari idealideal kiri dalam yang dibangun oleh elemen idempoten e e (dinotasikan e ( e) ) Segkan untuk ring 0 yang tidak dapat dinyatakan sebagai jumlah langsung dari sebarang dua ideal yang tak nol disebut ring indecomposable ing tersebut hanya memiliki elemen idempoten yang trivial yaitu 0

7 Barekeng Vol 5 No Hal (0) Selanjutnya, jika e elemen idempoten central maka ring e e ere r merupakan subring dengan elemen satuan e Namun sebelumnya diberikan definisi elemen idempoten central sebagai berikut Definisi 5 Suatu elemen idempoten e disebut central jika untuk sebarang r berlaku er re Himpunan semua elemen idempoten central dinotasikan dengan C ( ) Proposisi 3 Jika ring dengan elemen idempoten central e maka e e ere r merupakan subring dengan elemen satuan e Bukti: Diambil sebarang x, x e e dengan x ere x ere, untuk suatu r, r Akan ditunjukkan e e merupakan subring dengan elemen satuan e x x er e er e e( r r ) e e e (i) (ii) x x ( er e)( er e) er e r e e( r er ) e e( r r ) e e e Dari (i) (ii) terbukti e e merupakan subring Misalkan ee e dengan e e e maka untuk setiap x ee dengan x ere diperoleh ex e( ere) e re ere x xe ( ere) e ere ere x Terbukti e e subring dengan elemen satuan e Berdasarkan Proposisi 3 maka suatu ring e e f f dapat dinyatakan sebagai berikut (i) e e er r re r (ii) f f fr r rf r () dengan e f e berturut-turut merupakan elemen idempoten central sekaligus merupakan elemen satuan Selanjutnya, diberikan proposisi tentang elemen idempoten central yang ditinjau dari () Proposisi 4 Suatu elemen idempoten e merupakan idempoten central ( e C( ) e f f e 0 ) jika hanya jika Bukti: Diambil sebarang r diberikan e, f C( ) dengan f e Akan ditunjukkan e f f e 0 Diperoleh erf er( e) er ere er er 0 fre ( e) re re ere re re 0 Terbukti e f 0 f e Sebaliknya, diberikan e f f e 0 35 Akan ditunjukkan untuk setiap r berlaku ec( ) atau er re 0 Jika erf 0 dengan f e maka berlaku er( e) 0 atau er ere 0 Akibatnya, er ere Selanjutnya, jika fre 0 maka berlaku ( e) re 0 atau re ere 0 Akibatnya, re ere Terbukti, re ere er Dalam suatu ring yang memiliki sebarang elemen idempoten e e ', dapat ditentukan Hom ( e, e ) sebagai homomorfisma dari e ke e Berikut ini diberikan suatu isomorfisma antara e e dengan suatu ring e e Proposisi 5 Jika diberikan sebarang elemen idempoten e dalam suatu ring M modul kanan atas ring maka terdapat suatu isomorfisma grup aditif : Hom ( e, M ) Me Bukti: Diberikan suatu homomorfisma modul, e M Untuk setiap r dengan r e diperoleh : ( er) m segkan untuk r e juga diperoleh ( ee) m Karena e elemen idempoten maka () e m sehingga berlaku ( er) m ( e) Selanjutnya, didefinisikan suatu pemetaan : Hom ( e, M ) M e e' dengan ( ) me, untuk setiap m M Jika () e m maka diperoleh me ( e) e ( e ) ( e) m atau dengan kata lain m me M e, sehingga berlaku ( ) me m ( e) Akan ditunjukkan isomorfisma grup aditif atau Hom ( e, M ) M e (i) Akan ditunjukkan terdefinisi Diambil sebarang, Hom( e, M) dengan Akan ditunjukkan ( ) ( ) Jika atau dengan kata lain 0 maka untuk suatu elemen idempoten e diperoleh ( ) e 0 Selanjutnya, karena suatu homomorfisma modul maka berlaku ( e) ( e) 0 atau ( e) ( e) Mengingat definisi ( e) ( ) maka untuk ( e) ( e) diperoleh ( ) ( ) Terbukti, terdefinisi (ii) Akan ditunjukkan homomorfisma grup Diambil sebarang, Hom( e, M) Diperoleh ( ) ( )e ( e) ( e) ( ) ( ) Terbukti, homomorfisma grup (iii) Akan ditunjukkan injektif

8 Barekeng Vol 5 No Hal (0) Diambil sebarang ( ), ( ) Me dengan ( ) ( ) Akan ditunjukkan Karena ( ) ( ) atau ( ) ( ) 0 maka untuk suatu homomorfisma diperoleh ( ) 0 Selanjutnya, karena didefinisikan ( ) ( e) maka untuk ( ) 0 diperoleh ( ) e 0 atau ( e) ( e) 0 Akibatnya, ( e) ( e) atau Terbukti, injektif (iv) Akan ditunjukkan surjektif Diambil sebarang () e M e Akan ditunjukkan terdapat Hom ( e, M ) sehingga berlaku ( ) ( e) Karena ( e) m me ( ) maka akan selalu ditemukan Hom ( e, M ) sehingga ( ) ( e) Terbukti, surjektif Berdasarkan bukti (i)-(iv) terbukti bahwa Hom ( e, M ) M e Berdasarkan Proposisi 5 diperoleh suatu akibat sebagai berikut Akibat Jika diberikan sebarang elemen idempoten e dalam suatu ring maka Hom ( e, e' ) e' e Bukti: Pada Proposisi 5 telah dibuktikan bahwa terdapat suatu isomorfisma grup aditif : Hom ( e, M ) M e atau Hom ( e, M ) M e Dengan asumsi M e, maka diperoleh Hom ( e, e' ) e' e Dari Akibat diperoleh suatu akibat sebagai berikut Akibat Untuk suatu idempoten e terdapat suatu isomorfisma ring, End ( e) e e Bukti: Diambil sebarang idempoten e e ' dengan e e Akan ditunjukkan End ( e) e e Berdasarkan Akibat Hom ( e, e' ) e' e Jika diasumsikan elemen idempoten e e maka diperoleh End ( e) Hom ( e, e) ee Selanjutnya untuk suatu pemetaan : e e dengan definisi ( er) er, r serta mengingat Proposisi 5 yaitu ( er) m me maka untuk suatu pemetaan : Hom( e, e) ee diperoleh ( ) ere ( er) e me m Dapat disimpulkan m e e yang artinya me m em Akan dibuktikan homomorfisma ring Diambil sebarang, End ( e) maka diperoleh: (i) ( ) ( ) e ( e) ( e) ( ) ( ) (ii) ( ) ( e) ( m) ( em) ( e) m ( ) ( ) e ' 36 Berikut ini didefinisikan elemen idempoten yang saling ortogonal diberikan beberapa sifat indecomposable dalam ring Definisi 6 Dua elemen idempoten, dikatakan saling ortogonal jika 0 Definisi 7 Suatu ring disebut indecomposable jika ring tersebut tidak memiliki elemen idempoten central yang nontrivial atau dengan kata lain hanya 0 yang merupakan elemen idempoten central dalam Dari sifat ring indecomposable, idempoten central idempoten ortogonal, dapat didefinisikan elemen idempoten yang primitif, namun sebelumnya diberikan suatu proposisi yang mendasari pendefinisian tersebut Proposisi 7 Untuk sebarang idempoten e yang tidak nol, maka beberapa pernyataan berikut ini ekuivalen e indecomposable sebagai -modul kanan e indecomposable sebagai -modul kiri ing e e tidak memiliki idempoten yang non trivial 3 Elemen e tidak dapat didekomposisikan ke dalam bentuk dcngan, adalah idempoten tidak nol yang saling ortogonal Bukti: () () Diketahui e indecomposable sebagai - modul kanan Akan ditunjukkan ring e e tidak memiliki idempoten yang nontrivial Berdasarkan Akibat End ( e) e e maka ring e e juga indecomposable dengan kata lain ring e e tidak memiliki idempoten yang nontrivial Dengan asumsi yang sama dibuktikan untuk pernyataan e indecomposable sebagai -modul kiri () (3) Dibuktikan dengan kontradiksi Andaikan e dengan idempoten tak nol yang saling ortogonal maka diperoleh e ( ) 0 e ( ) 0 Diperoleh e e 0 maka kontradiksi dengan () karena e e memuat idempoten yang nontrivial Pengandaian diingkari, terbukti e dengan dengan idempoten tak nol yang saling ortogonal (3) () Dibuktikan dengan kontradiksi Diandaikan ring e e memiliki idempoten yang nontrivial sehingga untuk suatu komplemen idempoten dari yaitu e dengan

9 Barekeng Vol 5 No Hal (0) e e, akan dipunyai suatu dekomposisi dari idempoten yang ortogonal yaitu e Akibatnya timbul kontradiksi dengan pernyataan (3), sehingga ring e e tidak mempunyai elemen idempoten yang nontrivial Berdasarkan Proposisi 7 didefinisikan suatu idempoten primitif sebagai berikut Definisi 8 Suatu elemen idempoten e 0 disebut idempoten primitif dari, jika memenuhi salah satu dari kondisi berikut ini eindecomposable sebagai -modul kanan segkan e indecomposable sebagai -modul kiri ing e e tidak memiliki idempoten yang non trivial 3 Elemen e tidak dapat didekomposisikan ke dalam bentuk dcngan, adalah idempoten tak nol yang saling ortogonal Selanjutnya, struktur Jac ( e e ) e e dapat dipahami dengan memanfaatkan teorema homomorfisma ring Teorema Diberikan suatu elemen idempotent e dalam J Jac( ) Diperoleh Jac ( e e) J ( e e) eje e e/ Jac ( e e) e e Bukti: Diberikan elemen idempoten e J Jac( ) Akan ditunjukkan: Jac ( e e) J ( e e) eje e e/ Jac ( e e) e e Akan ditunjukkan Jac ( e e) J ( e e) eje Dibuktikan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: (i) rjac ( e e) r J, (ii) rj ( e e) r e J e, (iii) re J er Jac ( e e) Pembuktian seperti berikut: (i) Diambil sebarang r Jac ( e e) Akan ditunjukkan r J Berdasarkan Teorema jika rj Jac( ) maka yr unit dalam, untuk setiap y Dengan asumsi yang sama maka untuk setiap r Jac ( e e) y e e berlaku e eye r yang merupakan unit dalam e e Artinya untuk suatu be e berlaku b( e eye r) e, akibatnya be( ye r) e Karena bee maka be b eb sehingga berlaku b( yer) e Mengingat yee maka diperoleh b( yr) e Di lain pihak, jika digandakan dengan yr dari ruas kiri pada 37 b( yr) e diperoleh yrb( yr) yre yr akibatnya yrb yrb yr yr Diberikan ( yrb), ( yr) maka berlaku ( yrb)( yr) ( yr) yrb( yr) yr yr Terbukti bahwa terdapat yrb sehingga berlaku ( yrb )( yr) atau dengan kata lain yr unit dalam (ii) Diambil sebarang r J e e Akan ditunjukkan r e J e Jika r J e e yang artinya r J r e e maka berlaku r er e Segkan di lain pihak telah diketahui bahwa r J mengingat bahwa J maka diperoleh r er e e J e (iii) Diambil sebarang r e J e J Akan ditunjukkan r Jac ( e e) Berdasarkan Teorema yaitu untuk setiap y e e maka e yr merupakan unit dalam e e Di lain pihak karena r e J e J Jac( ) maka yr merupakan unit dalam, yang artinya terdapat suatu x sehingga berlaku x( yr) Diperoleh e e e ex( yr) e ex( e yre) ex( e yr) ex( e eyr) exe( e yr) Dengan kata lain exe e e adalah invers kiri dari e yr atau e yr unit di e e Akan ditunjukkan e e/ Jac ( e e) e e Diberikan suatu pemetaan : e e e e yang terdefinisi dengan ( ere) e r e Suatu pemetaan merupakan homomorfisma ring dari ee ke e e, yakni untuk sebarang er e, er eee diperoleh : ( er e er e) ( e( r r ) e) e ( r r ) e (i) (ii) e ( r r ) e e r e e r e ( er e) ( er e) ( er e er e) ( er e r e) ( er er e) Di lain pihak ( er r e) e ( r r ) e e ( r r ) e e re e re ( ere ) ( ere ) :ee ee juga merupakan suatu epimorfisma karena untuk setiap e r e e e dengan masing-masing e r adalah bayangan dari e r sehingga berlaku e r e ( e J)( r J)( e J) ere J e e Hal ini berarti untuk setiap e r e e e dapat ditemukan er e ee sehingga berlaku

10 Barekeng Vol 5 No Hal (0) ( ere) e r e Diperoleh, untuk setiap ere e e berlaku Im( ) e r e e e ( ere) e r e e e Ker ( ) ere e e ( ere) 0 ereee e r e 0 ereee er e J 0 J Jika ee J ere ee maka erej ee Selanjutnya, mengingat bukti (i) (ii), jika J ( e e) eje maka ereej e Ker ( ) eje rad ( ee) Dengan mengingat teorema utama homomorfisma ring diperoleh e e/ Ker ( ) Im( ) Terbukti e e/ Jac ( e e) e e Berikut ini diberikan proposisi yang mendasari definisi isomorfisma antara dua elemen idempoten dalam suatu ring Proposisi 8 Diberikan elemen idempoten e, f, maka pernyataanpernyataan berikut ini ekuivalen e f sebagai -modul kanan e f sebagai -modul kiri Terdapat elemen a ef b fe sedemikian sehingga e ab f ba 3 Terdapat elemen a, b sedemikian sehingga e ab f ba Bukti: Diberikan e f sebagai modul kanan atas Akan ditunjukkan e ab f ba Berdasarkan Proposisi 5, untuk sebarang elemen idempoten e f, dengan e f dapat ditemukan suatu isomorfisma : e f atau Hom ( e, f ) f e dengan definisi () e b fe Sebaliknya untuk suatu pemetaan invers : f e atau Hom ( f, e) e f didefinisikan ( f ) a ef Karena b fe dengan f, e yang juga merupakan elemen satuan maka berlaku fb b be untuk setiap a ef berlaku ea a af diperoleh e ( ( e )) ( )( ) ( b) ( f) b ab, ( fb) ( ( f )) ( a) ( ea) () ea ba Dari hasil komposisi, elemen e dipetakan ke ab elemen f dipetakan ke ba Karena maka terbukti e=ab f=ba 38 Bukti e f sebagai -modul kiri dikerjakan secara analog dengan asumsi e f sebagai modul kiri atas 3 Pernyataan 3 adalah pernyataan yang trivial 3 Diberikan a, b dengan e ab f ba Akan ditunjukkan e f sebagai modul kanan atas Dipunyai be b( ab) ( ba) b fb f af a( ba) ( ab) a ea e Selanjutnya, didefinisikan : e f dengan () e b f sehingga untuk setiap x e diperoleh ( x) ( ex) () ex bx f Didefinisikan juga : f e dengan ( f ) a e sehingga untuk setiap y berlaku ( y) ( fy) Karena () e b fb be ( f ) a ea af ( f) y ay e diperoleh () e ( ( e )) ( be) a( be) ( ab) e ee e e ( f ) ( ( f )) ( af ) b( af ) ( ba) f ff f f Karena, terbukti e f Berdasarkan Proposisi 8 dapat didefinisikan isomorfisma antara dua elemen idempoten dalam sebagai berikut Definisi 9 Elemen idempoten e dikatakan saling isomorfisma dengan idempoten f (dinotasikan e f ) jika memenuhi salah satu dari kondisi berikut ini e f e f sebagai modul kanan atas segkan sebagai modul kiri atas Terdapat elemen aef b fe sedemikian sehingga e ab f ba 3 Terdapat elemen a, b sedemikian sehingga e ab f ba KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa beberapa karakteristik dari elemen idempotent central adalah sebagai berikut: Syarat perlu cukup suatu elemen idempoten e merupakan idempoten central adalah e f f e 0

11 Barekeng Vol 5 No Hal (0) 39 Jika diberikan sebarang elemen idempoten e e dalam suatu ring M modul kanan atas ring maka terdapat suatu isomorfisma grup aditif : Hom ( e, M ) Me 4 Untuk sebarang idempoten e yang tidak nol, maka beberapa pernyataan berikut ini ekuivalen yaitu e( e) indecomposable sebagai -modul kanan (modul kiri), ring e e tidak memiliki idempoten yang non trivial, elemen e tidak dapat didekomposisikan ke dalam bentuk dcngan, adalah idempoten tidak nol yang saling ortogonal 5 Jika diberikan suatu elemen idempoten e dalam J Jac( ) maka diperoleh Jac ( e e) J ( e e) eje e e / Jac ( e e ) e e 6 Untuk sebarang elemen idempoten e, f, maka beberapa pernyataan berikut ini ekuivalen yaitu: e f ( e f ) sebagai -modul kanan (-modul kiri), terdapat elemen a ef b fe sedemikian sehingga e ab elemen a, b sehingga e ab f ba, terdapat f ba DAFTA PUSTAKA Anderson, W Fuller, K, 99, ing and Categories of Modules, Springer Verlag, New York Lam, TY, 99, A First Course in Noncommutative ings, Springer Verlag, New York Malik, DS, Mordeson, J M, Sen, M K, 997, Fundamentals of Abstract Algebra, The McGraw- Hill Companies, Inc, NewYork

KARAKTERISASI ELEMEN IDEMPOTEN CENTRAL

KARAKTERISASI ELEMEN IDEMPOTEN CENTRAL Jurnal Barkng Vol 5 No Hal 33 39 (0) KAAKTEISASI ELEMEN IDEMPOTEN CENTAL HENY W M PATTY, ELVINUS ICHAD PESULESSY, UDI WOLTE MATAKUPAN 3,,3 Staf Jurusan Matmatika FMIPA UNPATTI Jl Ir M Putuhna, Kampus Unpatti,

Lebih terperinci

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring Jurnal Barekeng Vol 8 No Hal 33 39 (14) KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring ELVINUS RICHARD PERSULESSY Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura Jl Ir M Putuhena, Kampus Unpatti,

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N JURNAL FOURIER Oktober 216, Vol. 5, No. 2, 61-66 ISSN 2252-763X; E-ISSN 2541-5239 Beberapa Sifat Ideal Bersih-N Uha Isnaini dan Indah Emilia Wijayanti Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta, Sekip Utara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai teori grup. 2.1 Grup Dalam struktur aljabar, himpunan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG Mira Amalia, Siswanto, dan Bowo Winarno Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak. Aljabar merupakan cabang ilmu matematika

Lebih terperinci

RING STABIL BERHINGGA

RING STABIL BERHINGGA RING STABIL BERHINGGA Samsul Arifin Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Surya, Tangerang Email: samsul.arifin@stkipsurya.ac.id ABSTRACT Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai karakteristik ring

Lebih terperinci

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye DEAL DFEENSAL DAN HOMOMOFSMA DFEENSAL Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat l. end. A. Yani Km. 36 Kampus Unlam Banjarbaru Email : imah_math@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015 Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Teorema Jacobson Density

Teorema Jacobson Density Teorema Jacobson Density Budi Santoso 1, Fitriani 2, Ahmad Faisol 3 Jurusan Matematika FMIPA, Unila, Bandar Lampung, Indonesia 1,2,3 E-mail: budi.klik@gmail.com Abstrak. Misalkan adalah ring (tidak harus

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N JURNAL FOURIER Oktober 216, Vol. 5, No. 2, 65-7 ISSN 2252-763X; E-ISSN 2541-5239 Beberapa Sifat Ideal Bersih-N Uha Isnaini dan Indah Emilia Wijayanti Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta, Sekip Utara,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring

IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 2 Hal. 41 46 (2013) IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring YOHANA YUNET BAKARBESSY 1, HENRY W. M. PATTY

Lebih terperinci

HASIL KALI TENSOR: KONSTRUKSI, EKSISTENSI DAN KAITANNYA DENGAN BARISAN EKSAK

HASIL KALI TENSOR: KONSTRUKSI, EKSISTENSI DAN KAITANNYA DENGAN BARISAN EKSAK HASIL KALI TENSO: KONSTUKSI, EKSISTENSI AN KAITANNYA ENGAN BAISAN EKSAK Samsul Arifin samsul_arifin@mail.ugm.ac.id Mahasiswa S Matematika FMIPA UGM alam tulisan ini akan dibahas mengenai konstruksi hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitan yang dilaksanakan dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya penelitian

Lebih terperinci

Modul Faktor Dari Modul Supplemented

Modul Faktor Dari Modul Supplemented Modul Faktor Dari Modul Supplemented A 16 Puguh Wahyu Prasetyo S2 Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta Email : puguhwp@gmail.com Ari Suparwanto Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta Email : ari_suparwanto@ugm.ac.id

Lebih terperinci

Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian

Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-605X Vol. 6, No., May 2009, 49 59 Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian Subiono Jurusan Matematika FMIPA ITS, Surabaya subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

Syarat Perlu Suatu Modul Merupakan Modul Distributif Lemah dan Ring Endomorfisma dari Modul Distributif Lemah

Syarat Perlu Suatu Modul Merupakan Modul Distributif Lemah dan Ring Endomorfisma dari Modul Distributif Lemah Syarat Perlu Suatu Modul Merupakan Modul Distributif Lemah Ring Endomorfisma dari Modul Distributif Lemah Fitriani Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung Email: fitriani_mathunila@yahoocoid AbstrakMisalkan

Lebih terperinci

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS Maria Ulfa Subiono 2 dan Mahmud Yunus 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 23 e-mail: ulfawsrejo@yahoo.com subiono28@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru ABSTRAK Penelitian ini membahas ideal near-ring yang

Lebih terperinci

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS Farida Suwaibah, Subiono, Mahmud Yunus Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,, e-mail: fsuwaibah@yahoo.com

Lebih terperinci

Setiap Modul merupakan Submodul dari Suatu Modul Bersih

Setiap Modul merupakan Submodul dari Suatu Modul Bersih Jurnal Matematika Integrati ISSN 4-684 Volume No, April 05, pp 65-74 Setiap Modul merupakan Submodul dari Suatu Modul Bersih Kartika Sari, Indah Emilia Wijayanti ) Jurusan Matematika,Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang grup, ring, dan modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. 2.1 Ring Sebelum didefinisikan pengertian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan

Lebih terperinci

GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI. Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2

GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI. Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh DEVI SAFITRI 10654004470 FAKULTAS

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: RING

STRUKTUR ALJABAR: RING STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas penelitian-penelitian tentang aljabar maks-plus yang telah dilakukan dan teori-teori yang menunjang penelitian masalah nilai eigen dan vektor eigen yang diperumum

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR. Judul Penelitian : Identifikasi Sifat-Sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Max-Plus..Ketua Pelaksana : a. Nama : Musthofa, M.Sc b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi tersebut adalah modul. Untuk membahas pengertian tentang suatu modul harus dimengerti lebih

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS 1. PENDAHULUAN

SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS 1. PENDAHULUAN SISTEM MAKS-LINEAR DUA SISI ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Kiki Aprilia, Siswanto, dan Titin Sri Martini Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret ABSTRAK.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Saman Abdurrahman. Universitas Lambung Mangkurat,

Saman Abdurrahman. Universitas Lambung Mangkurat, Saman Abdurrahman Universitas Lambung Mangkurat, samunlam@gmail.com Abstrak. Dalam tulisan ini akan dibahas dua permasalahan, yaitu jumlah antara ideal fuzzy dari near-ring, dan jumlah antara ideal normal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,

Lebih terperinci

RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA

RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA BAB 8 RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Faktor dan Homomorfisma Ring Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Rio Yohanes 1, Nora Hariadi 2, Kiki Ariyanti Sugeng 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia rio.yohanes@sci.ui.ac.id,

Lebih terperinci

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar Mashuri, Kristina Wijayanti, Rahayu Budhiati Veronica, Isnarto Jurusan Matenmatika FMIPA

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS PENJDWLN KEGITN BELJR MENGJR SEKOLH MENENGH TS MENGGUNKN LJBR MX-PLUS Yustinus Hari Suyanto 1, Subiono 2 Graduate of Student Department of Mathematic ITS, Surabaya 1 hari_yustinus@yahoo.co.id, 2 subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.

Lebih terperinci

Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan

Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan Soleha 1, Dian W. Setyowati 2, Satrio A. W. 3 1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, seha_07@matematika.its.ac.id 2 Institut

Lebih terperinci

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 1 (2013), hal. 63 70. RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Eka Wulan Ramadhani, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani INTISARI Rank dari matriks

Lebih terperinci

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d 1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf didefinisikan sebagai pasangan terurut himpunan dimana: 1. adalah sebuah himpunan tidak kosong yang berhingga yang anggotaanggotanya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring urnal Gradien Vol 11 o 2 uli 2015 : 1112-1116 Teorema-Teorema Utama somorphisma pada ear-ring Zulfia Memi Mayasari, Yulian Fauzi, Ulfasari Rafflesia urusan Matematika, Fakultas Matematika dan lmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Karakteristik Koproduk Grup Hingga

Karakteristik Koproduk Grup Hingga Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Vol. 9 No. 2, Oktober 2013 pp. 31-37 Karakteristik Koproduk Grup Hingga Edi Kurniadi, Stanley P.Dewanto, Alit Kartiwa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN : Dzikrullah Akbar 1), Sri Wahyuni 2)

PROSIDING ISBN : Dzikrullah Akbar 1), Sri Wahyuni 2) Modul Strongly Supplemented A 6 Dzikrullah Akbar 1), Sri Wahyuni 2) 1) Mahasiswa S2 Matematika Jurusan Matematika FMIPA UGM Email : dzikoebar@yahoo.com 2) Dosen PS S2 Matematika Jurusan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

Bab 3 Gelanggang Polinom Miring

Bab 3 Gelanggang Polinom Miring Bab 3 Gelanggang Polinom Miring Dalam bab ini akan dibahas mengenai Gelanggang Poliom Miring mulai dengan bentuk yang sederhana (satu variabel) sampai ke bentuk yang lebih kompleks (banyak variabel) berikut

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2014 Inovasi Pendidikan Sains dalam Menyongsong Pelaksanaan Kurikulum 2013 Surabaya 18 Januari 2014 DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol 5 No Juni 0: 43-5 TES FORMAL MOUL PROJEKTIF AN MOUL BEBAS ATAS RING OPERATOR IFERENSIAL Na imah Hijriati Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 GRAF TOTAL SUATU MODUL BERDASARKAN SUBMODUL SINGULER Dian Ambarsari (S1 Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus

Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus Nahlia Rakhmawati Dosen Pendidikan Matematika STKIP PGRI Jombang rakhmanahlia.stkipjb@gmail.com ABSTRAK Pada penelitian ini dirancang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung proses penelitian. 2.1 Teori Grup Definisi 2.1.1 Operasi Biner Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Tri Anggoro Putro, Siswanto, Supriyadi Wibowo Program Studi Matematika FMIPA UNS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas

Lebih terperinci

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Karakterisasi Modul Torsi dan Modul Bebas Torsi Menggunakan Preradikal

Karakterisasi Modul Torsi dan Modul Bebas Torsi Menggunakan Preradikal Karakterisasi Modul Torsi dan Modul Bebas Torsi Menggunakan Preradikal Indah Emilia Wijayanti Primastuti Indah Suryani Dwi Ertiningsih Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281 Abstrak

Lebih terperinci

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Fitri Aryani 1, Tri Novita Sari 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680,

Lebih terperinci

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351)

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351) I. Aljabar Himpunan Aljabar Himpunan Dalam bab ini kita akan menyajikan latar belakang yang diperlukan untuk mempelajari analisis riil. Dua alat utama analisis riil, yakni aljabar himpunan dan fungsi,

Lebih terperinci

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan 1. GRUP Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan pasangan elemen ( ab, ) pada G, yang memenuhi dua kondisi berikut: 1. Setiap pasangan elemen

Lebih terperinci

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL Skripsi Oleh ALI ABDUL JABAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

SYARAT PERLU MENGKONSTRUKSIKAN RELASI EKIVALENSI PADA RING TIDAK KOMUTATIP ELVINA HERAWATY

SYARAT PERLU MENGKONSTRUKSIKAN RELASI EKIVALENSI PADA RING TIDAK KOMUTATIP ELVINA HERAWATY SYARAT PERLU MENGKONSTRUKSIKAN RELASI EKIVALENSI PADA RING TIDAK KOMUTATIP ELVINA HERAWATY Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Abstrak Diketengahkan metode memperluas himpunan

Lebih terperinci

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS TERREDUKSI DALAM ALJABAR MAKS-PLUS BESERTA APLIKASINYA oleh BUDI AGUNG PRASOJO M0105001 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru

Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru HOMOMORFISMA DARI LEVEL SUBNEAR-RING FUZZY Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru E-mail: saman@unlam.ac.id ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan dari skripsi

Lebih terperinci

IDEAL FUZZY NEAR-RING. Saman Abdurrahman, Na imah Hijriati, Thresye

IDEAL FUZZY NEAR-RING. Saman Abdurrahman, Na imah Hijriati, Thresye IDEAL FUZZY NEAR-RING Saman Abdurrahman, Na imah Hijriati, Thresye Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru ABSTRAK Dalam tulisan ini akan dibahas ideal

Lebih terperinci

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal. Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 108 114 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND GELANGGANG ARTIN IMELDA FAUZIAH, NOVA NOLIZA BAKAR, ZULAKMAL Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graf berarah (quiver) yang selanjutnya hanya dikatakan graf saja, dapat dipandang secara aljabar sebagai 4-tupel, E = (E 0, E 1, s, r) yang terdiri dari himpunan

Lebih terperinci

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2 PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2 1,2 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE)

HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE) Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 98 102 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE) RISCHA DEVITA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS STRUKTUR ALJABAR 1 Winita Sulandari FMIPA UNS Pengantar Struktur Aljabar Sistem Matematika terdiri dari Satu atau beberapa himpunan Satu atau beberapa operasi yg bekerja pada himpunan di atas Operasi-operasi

Lebih terperinci

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung. The Quiver of a Connected Path Algebra

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung. The Quiver of a Connected Path Algebra The Quiver of a Connected Path Algebra Vika Yugi Kurniawan Program Studi Matematika FMIPA UNS ABSTRACT A directed graph can be viewed as a 4-tuple Q = (Q 0, Q 1, s, t) where Q 0 and Q 1 are finite sets

Lebih terperinci

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 142 147 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 FEBYOLA, YANITA, MONIKA RIANTI HELMI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL SKRIPSI Oleh : ANI NURHAYATI J2A 006 001 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Logika Fuzzy Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh, seorang peneliti dari Universitas California, pada tahun 1960-an. Logika fuzzy dikembangkan dari

Lebih terperinci

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto Jurusan Matematika FMIPA UNS sis.mipauns@yahoo.co.id Abstrak Misalkan R himpunan bilangan real. Aljabar Max-Plus adalah himpunan

Lebih terperinci

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya Kode Makalah M-1 Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: yatiuny@yahoo.com

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pengelompokan aljabar ring, lapangan merupakan kejadian sangat khusus dari ring karena tidak hanya memiliki invers penjumlahan tetapi juga invers perkalian

Lebih terperinci

R-SUBGRUP NORMAL FUZZY NEAR-RING

R-SUBGRUP NORMAL FUZZY NEAR-RING R-SUBGRUP NORMAL FUZZY NEAR-RING Saman Abdurrahman Email: samunlam@gmail.com Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRAK Dalam tulisan ini akan dibahas R-subgrup normal fuzzy

Lebih terperinci

Produk Cartesius Semipgrup Smarandache

Produk Cartesius Semipgrup Smarandache Jurnal Matematika Vol. 2 No. 2, Desember 2012. ISSN : 1693-1394 Produk Cartesius Semipgrup Smarandache Yuliyanti Dian Pratiwi Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto e-mail: dianhilal@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis 1 I. PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang dan Masalah Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis aljabar dibagi menjadi dua periode waktu, dengan batas waktu sekitar tahun

Lebih terperinci

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan

Lebih terperinci

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 1 6 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT AIDILLA DARMAWAHYUNI, NARWEN Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif); II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi Grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics UJM 6 (1) 2017 UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT K-ALJABAR Deni Nugroho, Rahayu Budhiati Veronica, dan Mashuri Jurusan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dipaparkan dasar-dasar yang akan digunakan pada bagian pembahasan dari skripsi ini. Tinjauan yang dilakukan dengan memaparkan definisi mengenai himpunan fuzzy, struktur

Lebih terperinci

PERLUASAN DARI RING REGULAR

PERLUASAN DARI RING REGULAR PERLUASAN DARI RING REGULAR Devi Anastasia Shinta 1, YD. Sumanto 2, Djuwandi 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang fue_anastasia@yahoo.com

Lebih terperinci