BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graf berarah (quiver) yang selanjutnya hanya dikatakan graf saja, dapat dipandang secara aljabar sebagai 4-tupel, E = (E 0, E 1, s, r) yang terdiri dari himpunan titik-titik E 0, himpunan sisi-sisi E 1 dan dua buah fungsi s, r dari E 1 ke E 0. Fungsi s disebut sumber (source) sisi dan fungsi r disebut ujung (range) sisi. Jika E 0 himpunan berhingga maka graf E disebut graf berhingga. Graf E disebut graf baris berhingga (row-finite graph) jika invers fungsi s berhingga untuk setiap titik. Sebuah lintasan (path) dengan panjang n dalam suatu graf adalah barisan n buah sisi-sisi sedemikian sehingga ujung sisi ke-i sama dengan sumber sisi ke- (i + 1) dengan i = 1, 2,..., n 1. Suatu lintasan disebut sikel (cycle) jika ujung dan sumber dari lintasan tersebut sama, tetapi tidak ada sisi dalam lintasan tersebut yang mempunyai sumber yang sama. Adapun sikel dengan panjang satu disebut loop. Himpunan semua lintasan dengan panjang n dinotasikan dengan E n, sedangkan P ath(e) menotasikan himpunan semua lintasan dalam E. Abrams, dkk. (2014) Telaah tentang aljabar lintasan atas lapangan K pada graf E yang dinotasikan dengan KE dilakukan oleh Assem, dkk. (2006), Ara, dkk. (2007), Molina (2008) dan Aranda Pino, dkk. (2010). Aljabar lintasan KE didefinisikan sebagai suatu K-aljabar bebas dengan basis P ath(e) yang memenuhi dua syarat: 1. Setiap titik dalam graf bersifat idempoten dan perkalian sebarang dua buah titik berbeda hasilnya nol. 2. Sebarang sisi dikalikan ujungnya sama dengan sumbernya dikalikan sisi tersebut dan sama dengan sisi itu sendiri. Beberapa sifat penting aljabar lintasan yang telah dibahas Assem, dkk. (2006), antara lain: aljabar lintasan KE = KE m merupakan aljabar bertingkat yang m 0 1

2 2 assosiatif, KE merupakan aljabar unital jika E 0 berhingga, serta KE berdimensi hingga jika graf E berhingga dan asiklis. Hasil penelitian mutakhir oleh Molina (2008) dan Aranda Pino, dkk. (2010) tentang aljabar lintasan KE adalah ditemukannya syarat perlu dan cukup pada suatu graf E sedemikian sehingga aljabar lintasan KE merupakan aljabar semiprima. Sebarang graf E dapat diperluas dengan cara menambahkan himpunan sisisisi dengan arah kebalikan dari sisi-sisi dalam E 1. Sisi-sisi dalam E 1 disebut sisisisi nyata (real edges) dan sisi-sisi dengan arah kebalikannya disebut sisi-sisi hantu (ghost edges). Himpunan semua sisi hantu dinotasikan (E 1 ). Selanjutnya, graf perluasan (extended graph) didefinisikan oleh Leavitt (1962) sebagai pasangan 4- tupel, Ê = (E 0, E 1 (E 1 ), s, r ), dengan dua fungsi s, r dari E 1 (E 1 ) ke E 0 didefinisikan sebagai s E 1 = s, s (E 1 ) = r, r E 1 = r, r (E 1 ) = s. Aljabar lintasan KÊ yang terbentuk dari graf perluasan Leavitt disebut aljabar lintasan Leavitt (Leavitt Path Algebra), jika memenuhi dua syarat Cuntz-Krieger. Aljabar lintasan Leavitt pada graf E atas lapangan K dinotasikan dengan L K (E) yang juga merupakan K-aljabar bebas.(abrams dan Aranda Pino,2008) Selain aljabar lintasan, penelitian aljabar lintasan Leavitt atas lapangan terus berkembang yang menghasilkan teori-teori baru. Beberapa topik penelitian telah dilakukan dan diperoleh hasil antara lain ditemukannya syarat perlu dan cukup pada graf E sedemikian sehingga aljabar lintasan Leavitt L K (E) berdimensi berhingga (Aranda Pino, dkk., 2007); L K (E) bersifat sederhana (Abrams dan Aranda Pino, 2005, 2008); L K (E) adalah Locally Finite atau Noether (Abrams, dkk., 2008); dan L K (E) merupakan aljabar prima (Aranda Pino, dkk., 2006, 2009; Larki,2012). Hasil lain dari penelitian Aranda Pino, dkk. (2008, 2010), bahwa sebarang aljabar lintasan Leavitt L K (E) bersifat nondegenerate atau merupakan aljabar semiprima. Aljabar lintasan Leavitt L K (E) bersifat sederhana bukan karena lapangan yang pasti merupakan ring sederhana, namun bergantung pada struktur graf yang memenuhi syarat tertentu. Syarat perlu dan cukup dari aljabar tersebut berdimensi berhingga bergantung pada grafnya yang asiklis. Demikian pula sifat semiseder-

3 3 hana dan prima dari L K (E), bahkan keprimaan ideal bertingkat dalam L K (E) bergantung pula pada struktur grafnya. Selain itu, syarat perlu dan cukup aljabar lintasan KE semiprima bergantung pada struktur grafnya pula. Hal inilah yang menimbulkan dugaan bahwa hasil-hasil penelitian di atas dapat dikembangkan pada ruang lingkup yang lebih umum. Perumuman ruang lingkup yang dapat dilakukan antara lain pengembangan aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan. Ide pengembangan aljabar lintasan Leavitt L R (E) atas ring komutatif dengan elemen satuan, telah dimulai oleh Tomforde (2011). Aljabar lintasan Leavitt L R (E) merupakan R-aljabar bebas dengan basisnya suatu subhimpunan dari himpunan semua lintasan dari graf perluasan Ê, yang dinyatakan sebagai : L R (E) = Span R {αβ : α, β P ath(e), r(α) = r(β)} (1.1) Selanjutnya, Tomforde mengkaji sifat-sifat aljabar lintasan Leavitt yang tetap berlaku pada L R (E), dan beberapa sifat yang sedikit berbeda antara L K (E) dan L R (E), seperti Teorema Ketunggalan Bertingkat dan Teorema Ketunggalan Cuntz-Krieger. Temuan lain yang menarik untuk dikaji lebih jauh dari Tomforde (2011) adalah ditemukannya definisi ideal dasar (basic ideal) pada L R (E). Ideal I dari L R (E) dikatakan ideal dasar, jika memenuhi sifat : c R\{0}, v E 0, cv I v I (1.2) Sifat (1.2) selalu berlaku pada setiap ideal dalam L K (E), karena setiap koefisien tak nol dalam K selalu memiliki invers. Artinya, sebarang ideal dalam L K (E) merupakan ideal dasar. Berdasar definisi ideal dasar tersebut, Tomforde (2011) mendefinisikan aljabar sederhana mendasar (basically simple algebras) pada L R (E). Aljabar lintasan Leavitt L R (E) bersifat sederhana mendasar jika ideal dasar dari L R (E) hanyalah {0} dan L R (E). Selanjutnya, Tomforde (2011) menemukan syarat perlu dan cukup aljabar lintasan Leavitt L R (E) sederhana mendasar yang bergantung pada bentuk grafnya. Hal ini sejalan dengan temuan Abrams dan Aranda Pino (2005, 2008).

4 4 Aljabar (ring) semisederhana adalah aljabar (ring) yang merupakan hasil tambah langsung dari ideal-ideal minimalnya, yaitu ideal yang tidak memuat ideal sejati selain dirinya sendiri. Secara analog, ideal dasar dalam L R (E) yang tidak memuat ideal dasar sejati selain dirinya sendiri dikatakan ideal dasar minimal. Secara analog pula, L R (E) bersifat semisederhana mendasar jika L R (E) merupakan hasil tambah langsung dari ideal-ideal dasar minimal dalam L R (E). Salah satu kelas khusus lain dari aljabar berdasarkan sifat idealnya adalah aljabar (semi) prima (Wisbauer (1991) dan Lam (1991)). Senada dengan kelas khusus tersebut, dapat didefinisikan ideal dasar (semi) prima dari L R (E) yang menentukan sifat aljabar L R (E) yang (semi) prima mendasar. Uraian di atas menginspirasikan penelitian atau kajian guna menyelidiki syarat perlu dan cukup suatu ideal dasar dalam L R (E) bersifat prima. Hasil ini berimplikasi syarat perlu dan cukup pada graf sedemikian sehingga aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan L R (E) merupakan aljabar prima mendasar. Selain itu, berdasar temuan Abrams dan Aranda Pino (2008) dan Aranda Pino, dkk. (2010) bahwa sebarang L K (E) merupakan aljabar semiprima, akan diselidiki apakah sebarang L R (E) juga semiprima mendasar. Hal ini menginspirasikan perlunya diselidiki sifat semiprima dari ideal-ideal dasar dalam L R (E). Aljabar lintasan KE merupakan subaljabar bertingkat dari aljabar lintasan Leavitt L K (E) (Aranda Pino, dkk.,2010). Namun, berbeda dengan aljabar lintasan Leavitt L K (E), aljabar lintasan KE tidak selalu merupakan aljabar semiprima. Temuan Molina (2008) dan Aranda Pino, dkk. (2010) tentang syarat perlu dan cukup pada suatu graf E sehingga KE merupakan aljabar semiprima, memberikan indikasi bahwa syarat tersebut merupakan syarat perlu keprimaan KE. Konstruksi aljabar lintasan Leavitt L R (E) oleh Tomforde (2011) dan Larki (2012), menginspirasikan perumuman aljabar lintasan atas ring komutatif dengan elemen satuan, RE. Aljabar lintasan RE juga merupakan R-aljabar bebas, mengacu pada konstruksi aljabar lintasan KE dari Assem, dkk. (2006), Molina (2008) dan Aranda Pino, dkk. (2010). Jika diperhatikan konstruksi ideal sisi (arrow ideal)

5 5 dalam KE serta ideal-ideal yang termuat dalam ideal sisi (Assem, dkk., 2006), maka konstruksi ideal dasar dalam aljabar lintasan RE, tidak dapat secara langsung dianalogkan dengan ideal dasar dalam L R (E). Konstruksi ideal dasar dalam aljabar lintasan RE merupakan masalah sangat penting untuk mengkaji sifat-sifat aljabar lintasan RE, khususnya keprimaan mendasarnya. Secara umum, aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt merupakan aljabar bebas. Jika diberikan aljabar bebas A atas lapangan K dan ideal I A maka selalu berlaku sifat bahwa basis X A, k K\{0}, x X, kx I x I (1.3) Sifat (1.3) belum tentu berlaku pada ideal I dalam R-aljabar bebas atas ring komutatif dengan elemen satuan. Kita dapat mendefinisikan ideal dasar dalam R-aljabar bebas atas ring komutatif dengan elemen satuan, yakni ideal yang memenuhi (1.3) dengan menggantikan lapangan K dengan ring komutatif R dengan elemen satuan. Definisi ini merupakan generalisasi ideal dasar dalam L R (E) oleh Tomforde (2011). Merujuk Wisbauer (1991) dan Lam (1991), ideal dasar minimal dan ideal dasar (semi) prima dalam R-aljabar bebas dapat didefinisikan. Secara analog pula, R-aljabar bebas dapat dikarakterisasi berdasarkan sifat ideal dasarnya, seperti : R-aljabar bebas merupakan aljabar (semi) prima mendasar jika ideal nolnya merupakan ideal dasar (semi) prima. Kajian tentang sifat ideal dasar (semi) prima dalam R-aljabar bebas sangat mendukung pembahasan tentang sifat prima dan semiprima mendasar aljabar lintasan RE dan aljabar lintasan Leavitt L R (E). 1.2 Rumusan Masalah Uraian dalam latar belakang masalah di atas menyiratkan banyaknya masalah terbuka dalam aljabar lintasan maupun aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan. Namun, gagasan utama yang dikaji dalam disertasi ini adalah keprimaan mendasar aljabar lintasan RE dan aljabar lintasan Leavitt L R (E) atas ring komutatif dengan elemen satuan pada graf berhingga. Pembatasan graf berhingga dimaksudkan untuk mendapatkan aljabar lintasan dan aljabar lintasan

6 6 Leavitt unital, karena definisi sifat (semi) prima mendasar mensyaratkan R-aljabar bebas unital. Secara terperinci, masalah-masalah dalam telaah keprimaan mendasar aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana konstruksi ideal dasar dalam aljabar bebas atas ring komutatif dengan elemen satuan sebagai generalisasi ideal dasar dalam aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan. Ideal dasar ini yang akan mengkarakterisasi sifat-sifat prima dan semiprima mendasar aljabar bebas tersebut. Sifat-sifat tersebut akan mendukung pembuktian sifat-sifat keprimaan mendasar aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt ini. 2. Bagaimana konstruksi ideal dasar dalam aljabar lintasan RE yang dibangun oleh subhimpunan herediter dan tersaturasi sebagai generalisasi ideal dasar dalam aljabar lintasan Leavitt L R (E) dan sekaligus generalisasi dari ideal sisi dalam aljabar lintasan RE. Konstruksi ini sangat penting dalam penentuan syarat perlu dan cukupnya ideal dasar tersebut merupakan ideal dasar (semi) prima, sehingga dapat ditentukan syarat perlu dan cukup suatu graf sehingga aljabar lintasan RE (semi) prima mendasar. 3. Apakah syarat perlu dan cukup suatu graf sedemikian sehingga aljabar lintasan Leavitt L R (E) merupakan aljabar prima mendasar, sama dengan pada sifat prima aljabar lintasan Leavitt atas lapangan. Demikian pula, apakah sebarang L R (E) bersifat semiprima mendasar, dan bagaimana dengan kesemiprimaan ideal-ideal dasar dalam L R (E). 1.3 Tujuan Penelitian Terdapat tiga (3) bagian permasalahan yang diselesaikan dalam penelitian ini. Berdasarkan rumusan masalah di atas, ditetapkan bahwa tujuan dari penelitian disertasi ini adalah sebagai berikut : 1. Menelaah R-aljabar bebas yang merupakan generalisasi dari aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan, se-

7 7 hingga menghasilkan konstruksi ideal dasar dalam R-aljabar bebas beserta sifat-sifatnya. 2. Menemukan syarat perlu dan cukup suatu ideal dasar dalam R-aljabar bebas merupakan ideal dasar (semi) prima yang akan menghasilkan syarat perlu dan cukup R-aljabar bebas merupakan aljabar (semi) prima mendasar. 3. Menghasilkan konstruksi ideal dasar dalam aljabar lintasan RE yang dibentuk oleh subhimpunan herediter tersaturasi beserta sifat-sifatnya. 4. Menemukan syarat perlu dan cukup suatu ideal dasar dalam RE adalah prima, yang berakibat ditemukannya syarat perlu dan cukup suatu graf sehingga aljabar lintasan RE merupakan aljabar prima mendasar. 5. Menentukan syarat perlu dan cukup suatu graf sehingga aljabar lintasan RE merupakan aljabar semiprima mendasar, dengan menentukan syarat perlu dan cukup suatu ideal dasar dalam RE adalah semiprima. 6. Menentukan syarat perlu dan cukup aljabar lintasan Leavitt L R (E) prima mendasar. 7. Menyelidiki keberlakuan bahwa sebarang ideal dasar dalam L R (E) adalah semiprima sehingga sebarang aljabar lintasan Leavitt L R (E) pasti semiprima mendasar. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan struktur aljabar dan lebih khusus lagi berkaitan dengan aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan. Secara rinci, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Membuka peluang untuk mengembangkan definisi ideal dasar dari L R (E) pada aljabar bebas pada umumnya, sehingga dapat memperkaya pengetahuan

8 8 tentang sifat (semi) sederhana mendasar dan (semi) prima mendasar pada aljabar bebas. 2. Ideal dasar dalam R-aljabar bebas dapat diaplikasikan untuk mengkonstruksi ideal dasar dalam aljabar lintasan RE, sehingga dapat ditentukan syarat perlu dan cukupnya suatu graf sehingga aljabar lintasan RE (semi) prima mendasar. 3. Membawa hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang syarat perlu dan cukup sifat sederhana mendasar aljabar lintasan leavitt L R (E) atas ring komutatif dengan elemen satuan, ke permasalahan yang lebih umum yaitu syarat perlu dan cukup L R (E) prima mendasar ataupun semiprima mendasar. 4. Mampu menjadi motivasi dan ide bagi para peneliti lain untuk dapat mengembangkan permasalahan yang belum terpecahkan dalam penelitian ini. 1.5 Tinjauan Pustaka Aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt merupakan aljabar bebas. Peneliti merujuk Grillet (2007) untuk mengkaji R-aljabar bebas unital dengan R adalah ring dengan elemen satuan. Karena aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan sebagai ruang lingkup penelitian ini, maka pembicaraan R-aljabar bebas unital dikhususkan dengan R ring komutatif dengan elemen satuan. Ideal dasar dalam aljabar lintasan Leavitt L R (E) yang didefinisikan oleh Tomforde (2011) sangat berperan dalam pengembangan penelitian ini. Definisi ini dapat diperumum menjadi definisi ideal dasar dalam R-aljabar bebas, menggunakan sifat basisnya. Selanjutnya, R-aljabar bebas dapat dikarakterisasi berdasarkan idealideal dasar, analog dengan aljabar (ring) yang dapat dikarakterisasi berdasarkan ideal-idealnya sebagaimana dalam Wisbauer (1991) dan Lam (1991). Pengembangan aljabar lintasan Leavitt telah banyak dilakukan dalam dekade terakhir ini. Para peneliti telah mengkonstruksi aljabar lintasan Leavitt baik atas la-

9 9 pangan maupun atas ring komutatif dengan elemen satuan. Beberapa teorema atau lema penting telah dihasilkan dari penelitian-penelitian tersebut. Pengembangan aljabar lintasan RE atas ring komutatif dengan elemen satuan dilakukan dengan mengacu kajian aljabar lintasan atas lapangan KE dari Assem, dkk. (2006), Ara, dkk. (2007), Molina (2008) dan Aranda Pino, dkk. (2010). Berdasarkan pengertian ideal sisi dalam KE oleh Assem, dkk. (2006), dapatlah didefinisikan ideal sisi dalam RE dengan E graf berhingga terhubung, sebagai ideal yang terdiri dari kombinasi linear dari lintasan-lintasan dengan panjang 1. Ideal sisi ini merupakan ideal dasar dalam RE yang tidak memuat titik, dan dapat diperumum menjadi ideal dasar dalam RE pada graf yang tidak terhubung. Selain itu, ideal dasar tersebut memuat subhimpunan herediter tersaturasi yang cara membentuknya, senada dengan ideal dasar dalam L R (E) yang dikonstruksi oleh Tomforde (2011) dan ideal dalam L K (E) oleh Aranda Pino, dkk. (2009). Namun, sifat-sifat ideal dasar dalam RE tidak sama persis dengan ideal dasar dalam L R (E). Temuan penting dalam aljabar lintasan KE oleh Molina (2008) dan Aranda Pino, dkk. (2010) adalah syarat perlu dan cukup suatu graf sedemikian sehingga KE merupakan aljabar semiprima. Temuan ini tidak diikuti dengan kajian keprimaan ideal dalam KE. Namun, temuan tersebut menginspirasikan bahwa syarat tersebut tetap bertahan pada aljabar lintasan RE yang semiprima mendasar. Selain itu, temuan tersebut juga mengisyaratkan bahwa syarat perlu dan cukup tersebut merupakan syarat perlunya aljabar lintasan KE merupakan aljabar prima. Hal ini sebagai motivasi untuk meneliti bagaimana syarat perlu dan cukup aljabar lintasan RE merupakan aljabar prima mendasar. Kajian diawali dengan mencari syarat perlu dan cukup ideal dasar dalam RE yang dibentuk oleh subhimpunan herediter tersaturasi, merupakan ideal dasar prima. Kajian ini didukung pula oleh temuan Aranda Pino, dkk., (2006, 2009) tentang syarat perlu dan cukup ideal yang dibentuk subhimpunan herediter tersaturasi dalam L K (E) merupakan ideal prima. Aljabar lintasan Leavitt L R (E) oleh Larki (2012) dipandang sebagai ring (aljabar atas dirinya sendiri), yang kajiannya menghasilkan syarat perlu dan cukup

10 10 L R (E) merupakan ring prima, yaitu R merupakan daerah integral dan E 0 memenuhi kondisi ekor maksimal. Karena lapangan pasti merupakan daerah integral, maka sifat ini berakibat bahwa syarat perlu dan cukup L K (E) merupakan aljabar (ring) prima adalah E 0 memenuhi kondisi ekor maksimal. Temuan yang sama dihasilkan oleh Aranda Pino, dkk., (2006, 2009), sebagai akibat dari suatu proposisi yang menyatakan bahwa ideal yang dibentuk oleh subhimpunan herediter tersaturasi H, yakni I H merupakan ideal prima jika dan hanya jika M = E 0 \H memenuhi kondisi ekor maksimal. Uraian ini memberikan inspirasi bahwa syarat perlu dan cukup tersebut tetap berlaku pada keprimaan ideal dasar I H dalam L R (E). Temuan lain dalam aljabar lintasan Leavitt L K (E) dari Aranda Pino, dkk., (2008, 2009) adalah bahwa sebarang L K (E) memenuhi sifat nondegenerate yang ekuivalen dengan aljabar semiprima. Temuan ini menjadikan dasar untuk menduga bahwa sebarang L R (E) merupakan aljabar semiprima mendasar. Namun, dalam pembuktiannya tidak dengan ditunjukkan bahwa L R (E) memenuhi sifat nondegenerate. Hal ini dikarenakan aljabar semiprima mendasar belum tentu merupakan aljabar semiprima, yang ditunjukkan dengan suatu contoh penyangkal. Kajian aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan pada graf berhingga memerlukan penguasaan materi dasar teori graf, teori ring, aljabar dan aljabar lintasan. Graf sebagai objek kombinatorial beserta istilah-istilah dalam graf dipelajari dari buku Rosen (2003) dan referensi dari Godsil dan Royle (2001). Graf atau quiver dengan pendekatan aljabar banyak dirujuk dari Assem, dkk. (2006), Ara, dkk. (2007), Molina (2008) dan Aranda Pino, dkk. (2010). Pembahasan tentang ring komutatif, lapangan, ideal, ideal (semi) prima, dan ring (semi) prima beserta sifat-sifatnya, juga teori modul dan aljabar mengacu pada referensi Dummit dan Foote (2004), Rotman (2003), Grillet (2007), Lam (1991) dan Wisbauer (1991,1996). Penggabungan graf yang dipandang secara aljabar sebagai semigrup multiplikasi dengan lapangan atau ring, secara teori dapat dirujuk dalam buku Passman (1997) dan Wisbauer (1991). Guna memahami paper Tom-

11 11 forde (2011) diperlukan teori latis (Lattice theory) yang dipelajari dalam Chajda, dkk. (2007). Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini akan dilakukan hal-hal berikut : 1. Akan ditelaah R-aljabar bebas dengan sifat-sifatnya sehingga menghasilkan konstruksi ideal dasar dalam R-aljabar bebas. Selanjutnya, akan diteliti sifatsifat (semi) prima mendasar dari R-aljabar bebas. Pengkajian ini tidak terlepas dari keterkaitan terminologi ideal dasar (semi) prima beserta sifat-sifatnya. Hasil ini akan digunakan untuk membuktikan sifat (semi) prima aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan. 2. Akan dikonstruksi aljabar lintasan RE atas ring komutatif dengan elemen satuan sehingga dihasilkan konstruksi ideal dasar di dalamnya beserta sifatsifatnya. 3. Akan dicari syarat perlu dan cukup suatu ideal dasar dalam RE merupakan ideal dasar (semi) prima, sehingga ditemukan syarat perlu dan cukupnya RE merupakan aljabar (semi) prima mendasar. 4. Akan dicari syarat perlu dan cukup L R (E) bersifat prima mendasar dengan menentukan syarat perlu dan cukup suatu ideal dasar dalam L R (E) bersifat prima, secara analog dalam aljabar lintasan Leavitt L K (E) atas lapangan. 5. Akan diselidiki apakah sebarang ideal dasar dalam L R (E) merupakan ideal dasar semiprima, sehingga sebarang aljabar lintasan Leavitt L R (E) selalu merupakan aljabar semiprima mendasar. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan reseach and development yang didasarkan pada studi pustaka dan kajian teoritis. Sebagian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deduksi-induksi. Deduksi adalah cara berpikir yang di-

12 12 tangkap atau diambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Sebaliknya, metode induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Secara umum langkah-langkah yang dilakukan selama penelitian sampai dengan diperolehnya hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Kajian teori-teori dasar yang berkaitan dengan aljabar lintasan (KE) dan aljabar lintasan Leavitt (L K (E)) atas lapangan, serta ide konstruksi aljabar lintasan Leavitt atas ring komutatif dengan elemen satuan (L R (E)) pada graf berhingga sebagai generalisasi L K (E), terutama ide didefinisikannya ideal dasar dan sifat sederhana mendasar aljabar L R (E). 2. Pengembangan penelitian diawali dengan metode deduksi-induksi sehingga diperoleh definisi ideal dasar minimal, ideal dasar prima dan ideal dasar semiprima dalam L R (E) pada graf berhingga sampai dengan sifat-sifat semisederhana mendasar dan keprimaan mendasar pada aljabar tersebut. 3. Kajian aljabar bebas atas ring komutatif R dengan elemen satuan (R-aljabar bebas) diperlukan karena aljabar lintasan dan aljabar lintasan Leavitt merupakan aljabar bebas, dan diperolehlah generalisasi ideal dasar dalam R-aljabar Bebas. Selanjutnya, dihasilkan pula sifat-sifat penting dari R-aljabar bebas yang (semi) sederhana mendasar dan (semi) prima mendasar. 4. Konstruksi ideal dasar I H dalam RE yang memuat subhimpunan herediter H, yang evolusinya berawal dari definisi ideal sisi dalam KE. Selain merupakan generalisasi ideal dasar dalam L R (E), ideal dasar I H dalam RE berperan dalam penemuan syarat perlu dan cukup suatu graf berhingga sehingga RE bersifat (semi) prima mendasar berdasarkan temuan syarat perlu dan cukup ideal dasar tersebut (semi) prima. 5. Pengembangan penelitian dilakukan untuk mencari syarat perlu dan cukup ideal dasar I H dalam L R (E) merupakan ideal dasar prima, sehingga diperoleh syarat perlu dan cukup aljabar lintasan Leavitt L R (E) bersifat prima

13 13 mendasar. Selain itu, dapat ditunjukkan bahwa sebarang ideal dasar dalam L R (E) merupakan ideal dasar semiprima, yang berakibat sebarang aljabar lintasan Leavitt L R (E) bersifat semiprima mendasar. Langkah-langkah penelitian di atas dapat disederhanakan dengan diagram dalam Gambar 1.1 berikut : Gambar 1.1 Flowchart Langkah-langkah Penelitian Disertasi Anak panah menunjukkan hubungan antara teori, konsep yang melandasi, dan hasil yang diperoleh. Lebih khusus, anak panah warna biru menandai suatu proses perumuman (generalisasi) dan warna hijau menunjukkan adanya perluasan. Perumuman maupun perluasan yang dilakukan peneliti, ditandai oleh anak panah dengan garis putus-putus. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, ditandai dengan garis putusputus warna coklat.

14 Sistematika Penulisan Laporan penelitian disertasi ini terdiri dari lima (5) bab, dengan masingmasing bab terdiri dari beberapa subbab dan subsubbab. Penulisan kutipan yang digunakan adalah bodynote dengan tanda kurung terdiri dari nama penulis (author) dan tahun penerbitan referensi, sesuai dengan template yang ditentukan. Jika penulis lebih dari dua orang, akan dituliskan penulis pertama ditambahkan dkk. Secara umum, definisi, lema, proposisi, teorema, dan contoh yang merujuk suatu referensi, kutipan disisipkan setelah penomerannya. Penomeran definisi, lema, proposisi, teorema dan contoh diurutkan berdasarkan bab dan subbabnya. Adapun penomeran gambar maupun persamaan hanya berdasarkan bab tanpa memperhatikan subbab ke berapa. Bab I adalah Pendahuluan, terdiri dari tujuh (7) subbab. Latar belakang masalah menjelaskan ide atau motivasi terpilihnya topik disertasi sehingga muncul rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Tinjauan pustaka menggambarkan perjalanan penelitian-penelitian serupa yang menjadi inspirator dan dasar pengembangan penelitian ini, serta menunjukkan posisi dan perbedaan penelitian disertasi ini dengan penelitian sebelumnya. Langkah-langkah penelitian dijabarkan pada metode penelitian, sedangkan subbab terakhir tentang sistematika penulisan. Penulisan laporan penelitian disertasi ini tidak mengkhususkan landasan atau dasar teori dalam bab tersendiri, namun tersebar dalam bab II, III, dan IV yang juga berisi hasil penelitiannya. Namun demikian, bab II tetap merupakan pijakan untuk membuktikan beberapa temuan dalam bab berikutnya. Pemilihan sistematika tersebut beralasan agar fokus dari setiap bab lebih tegas, bab II lebih umum dari bab III, bab III lebih umum dari bab IV, namun bab IV lebih luas dari bab III. Bab II berisi dua (2) subbab, dengan subbab 2.1 merupakan dasar teori tentang graf yang terdiri dua (2) subsubbab dan subbab 2.2 terdiri dari tiga (3) subsubbab. Tidak ada hal yang baru dalam subbab 2.1 dan subsubbab Beberapa temuan penting dalam bab II dipaparkan dalam subsubbab dan Temuan penting dalam bab ini antara lain definisi dan sifat dari ideal dasar dan ideal bebas

15 15 dalam R-aljabar bebas, syarat perlu dan cukup ideal dasar dalam R-aljabar bebas merupakan ideal dasar minimal maupun (semi) prima, juga syarat perlu dan cukup R-aljabar bebas merupakan aljabar (semi) prima mendasar. Salah satu topik besar disertasi ini adalah Sifat Prima dan Semiprima Mendasar Aljabar Lintasan, disajikan dalam bab III yang terdiri dari empat (4) subbab. Mayoritas kajian dalam bab ini merupakan hal baru, kecuali subbab 3.1 tentang Aljabar lintasan RE dan sifat-sifatnya yang merupakan perumuman aljabar lintasan KE. Temuan berharga dalam bab ini adalah konstruksi ideal dasar bertingkat I H dalam RE yang memuat subhimpunan herediter H, disajikan dalam subbab 3.2. Evolusi ideal dasar tersebut diawali dari definisi ideal sisi dalam RE yang harus didefinisikan pada graf berhingga dan terhubung. Evolusi tersebut memperlihatkan berbagai bentuk ideal dasar dalam RE. Temuan penting lainnya dibahas dalam subbab 3.3 dan 3.4, yaitu teorema tentang syarat perlu dan cukup ideal dasar I H merupakan ideal dasar (semi) prima, jika subhimpunan herediter H juga tersaturasi. Teorema tersebut berakibat ditemukannya syarat perlu dan cukup aljabar lintasan RE bersifat (semi) prima mendasar. Bab IV terdiri dari enam (6) subsubbab yang terbagi dalam tiga (3) subbab, memaparkan tentang Sifat Prima dan Semiprima Mendasar Aljabar Lintasan Leavitt. Tidak ada hal yang baru dalam subsubbab 4.1.1, dan 4.2.1, kecuali beberapa sifat L R (E) yang merupakan perumuman sifat L K (E). Secara berurutan, ketiga subsubbab ini berisi tentang konstruksi aljabar lintasan Leavitt L R (E) dan sifat-sifatnya serta konstruksi ideal dasar dalam L R (E). Adapun ketiga subsubbab terakhir dalam bab IV merupakan temuan hasil penelitian, kecuali tentang sifat sederhana mendasar L R (E) dalam subsubbab tentang beberapa sifat L R (E) berdasarkan ideal dasarnya. Secara umum temuan dalam bab ini merupakan perumuman temuan-temuan sebelumnya, namun dibuktikan secara berbeda karena peran ideal dasarnya. Perbedaan signifikan tampak pada subsubbab akhir dan 4.3.2, terutama temuan bahwa sebarang ideal dasar bertingkat dalam L R (E) merupakan ideal dasar semiprima yang berakibat sebarang L R (E) merupakan aljabar semiprima mendasar.

16 16 Bab V hanya terdiri dari dua (2) subbab, yaitu Kesimpulan dan Masalah Terbuka. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang merupakan tujuan dari penelitian disertasi ini. Adapun Masalah Terbuka memaparkan kajian yang berpeluang untuk dikembangkan dan ditindaklanjuti pada penelitian berikutnya.

Kesemiprimaan Aljabar Lintasan dan Aljabar Lintasan Leavit

Kesemiprimaan Aljabar Lintasan dan Aljabar Lintasan Leavit JURNAL FOURIER April 2017, Vol. 6, No. 1, 9-20 ISSN 2252-763X; E-ISSN 2541-5239 Kesemiprimaan Aljabar Lintasan dan Aljabar Lintasan Leavit Khurul Wardati Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

BAB III PERLUASAN INTEGRAL BAB III PERLUASAN INTEGRAL Pembahasan pada bab ini termuat pada ruang lingkup perluasan uniter atas suatu ring komutatif. Jika adalah suatu ring, maka yang dimaksud adalah suatu ring yang komutatif dan

Lebih terperinci

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung. The Quiver of a Connected Path Algebra

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung. The Quiver of a Connected Path Algebra The Quiver of a Connected Path Algebra Vika Yugi Kurniawan Program Studi Matematika FMIPA UNS ABSTRACT A directed graph can be viewed as a 4-tuple Q = (Q 0, Q 1, s, t) where Q 0 and Q 1 are finite sets

Lebih terperinci

APERIODICITY PADA GRAF-

APERIODICITY PADA GRAF- APERIODICITY PADA GRAF- Firda Bilqis Azizah H., Rizky Rosjanuardi, Isnie Yusnitha Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: firda.bilqis@student.upi.edu ABSTRAK. Diberikan suatu graf- Λ berhingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah diketahui dalam teori modul, pengertian basis meliputi konsep membangun dan konsep bebas linear. Karakterisasi suatu himpunan bagian yang bersifat membangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif); II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi Grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan

Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan Soleha 1, Dian W. Setyowati 2, Satrio A. W. 3 1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, seha_07@matematika.its.ac.id 2 Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pengelompokan aljabar ring, lapangan merupakan kejadian sangat khusus dari ring karena tidak hanya memiliki invers penjumlahan tetapi juga invers perkalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan dari skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aljabar abstrak merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika. Aljabar abstrak merupakan sistem matematika yang terdiri dari suatu himpunan yang dilengkapi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada teori himpunan, telah diperkenalkan mengenai konsep himpunan terurut parsial yang dinamakan latis. Jika diberikan suatu ring dengan elemen identitas R

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA LATIS BOOLEAN, RING BOOLEAN DAN ALJABAR BOOLEAN

KETERKAITAN ANTARA LATIS BOOLEAN, RING BOOLEAN DAN ALJABAR BOOLEAN KETERKAITAN ANTARA LATIS BOOLEAN, RING BOOLEAN DAN ALJABAR BOOLEAN SKRIPSI Oleh : Andina Ivana Triandani J2A005003 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Modul adalah generalisasi dari ruang vektor yaitu dengan memperluas struktur lapangan pada ruang vektor menjadi ring yang strukturnya lebih umum. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada keseluruhan tulisan ini, ring yang digunakan merupakan ring komutatif dengan elemen satuan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada keseluruhan tulisan ini, ring yang digunakan merupakan ring komutatif dengan elemen satuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada keseluruhan tulisan ini, ring yang digunakan merupakan ring komutatif dengan elemen satuan. Modul merupakan perumuman struktur ruang vektor dengan memperlemah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tulisan ini diasumsikan semua ring merupakan ring komutatif dengan elemen satuan, kecuali jika diberikan suatu pernyataan lain. Diberikan ring R dan P

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015 Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODULES AND BASES OF FREE MODULES Dian Mardiani Pendidikan Matematika, STKIP Garut Garut, Indonesia Alfid51@yahoo.com Abstrak Penelitian ini membahas beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai teori grup. 2.1 Grup Dalam struktur aljabar, himpunan

Lebih terperinci

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS Sebelum membahas Aljabar Max-Plus, akan diuraikan terlebih dahulu beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut dipenuhi oleh suatu Aljabar Max-Plus.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan definisi dan teorema yang berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan definisi dan teorema yang berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan definisi dan teorema yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 2.1. Konsep Dasar Graf Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan terurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Himpunan R merupakan ring jika dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian, di mana terhadap operasi penjumlahan merupakan grup komutatif, dan terhadap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELANGGANG BILANGAN BULAT DAN PENGAITANNYA DENGAN TIGA STRUKTUR KHUSUS DAERAH INTEGRAL

KARAKTERISTIK GELANGGANG BILANGAN BULAT DAN PENGAITANNYA DENGAN TIGA STRUKTUR KHUSUS DAERAH INTEGRAL ARATERISTI GELANGGANG BILANGAN BULAT DAN PENGAITANNYA DENGAN TIGA STRUTUR HUSUS DAERAH INTEGRAL Eka Susilowati Fakultas eguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya eka250@gmailcom

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Rio Yohanes 1, Nora Hariadi 2, Kiki Ariyanti Sugeng 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia rio.yohanes@sci.ui.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ring polinomial adalah himpunan semua fungsi dari himpunan semua bilangan bulat nonnegatif ke ring R dengan elemen identitas dan dilengkapi dengan operasi penjumlahan

Lebih terperinci

SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP AGAR REPRESENTASI QUIVER BERTIPE HINGGA

SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP AGAR REPRESENTASI QUIVER BERTIPE HINGGA Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 96 104 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP AGAR REPRESENTASI QUIVER BERTIPE HINGGA HITDAYATURAHMI Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN Pada bab 1 ini akan dibahas definisi kode, khususnya kode linier atas dan pencacah bobot Hammingnya. Di samping itu, akan dijelaskanan invarian, ring invarian dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan graf G dan H sebarang. Notasi F (G, H) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan graf G dan H sebarang. Notasi F (G, H) menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Misalkan diberikan graf G dan H sebarang. Notasi F (G, H) menyatakan bahwa pada sebarang pewarnaan merah-biru terhadap semua sisi graf F, senantiasa diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ruang vektor merupakan suatu sistem di aljabar linier yang sangat sering dipelajari karena banyak penerapannya di berbagai cabang ilmu sains. Seiring dengan

Lebih terperinci

PERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT

PERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT PERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika Diajukan Oleh : Moch. Widiono 09610030

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori tentang subhimpunan fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Zadeh pada tahun 1965. Hal ini menginspirasi banyak peneliti lain untuk melakukan penelitian

Lebih terperinci

MODUL ATAS RING MATRIKS ( ) Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman Ari Wardayani Universitas Jenderal Soedirman

MODUL ATAS RING MATRIKS ( ) Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman Ari Wardayani Universitas Jenderal Soedirman Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 MODUL ATAS RING MATRIKS Arindia Dwi Kurnia Universitas Jenderal Soedirman arindiadwikurnia@gmail.com Ari

Lebih terperinci

SUBMODUL PRIMA, SEMIPRIMA, DAN PRIMER DI MODUL DAN MODUL FRAKSI

SUBMODUL PRIMA, SEMIPRIMA, DAN PRIMER DI MODUL DAN MODUL FRAKSI Jurnal Gammath, Volume 2 Nomor 1, Maret 2017 SUBMODUL PRIMA, SEMIPRIMA, DAN PRIMER DI MODUL DAN MODUL FRAKSI Lina Dwi Khusnawati FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta lina.d.khusnawati@ums.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

Karakterisasi Modul Torsi dan Modul Bebas Torsi Menggunakan Preradikal

Karakterisasi Modul Torsi dan Modul Bebas Torsi Menggunakan Preradikal Karakterisasi Modul Torsi dan Modul Bebas Torsi Menggunakan Preradikal Indah Emilia Wijayanti Primastuti Indah Suryani Dwi Ertiningsih Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281 Abstrak

Lebih terperinci

Kaitan Antara Homomorfisma Pada Graf dan Homomorfisma Pada Aljabar Graf

Kaitan Antara Homomorfisma Pada Graf dan Homomorfisma Pada Aljabar Graf Kaitan Antara Homomorfisma Pada Graf dan Homomorfisma Pada Aljabar Graf Nunung Nurhidayah, Rizky Rosjanuardi, Isnie Yusnitha Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia Correspondent

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL Vol 11, No 1, 71-76, Juli 2014 IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL Qharnida Khariani, Amir Kamal Amir dan Nur Erawaty Abstrak Teori gelanggang merupakan salah satu bagian di matematika

Lebih terperinci

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal. Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 108 114 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND GELANGGANG ARTIN IMELDA FAUZIAH, NOVA NOLIZA BAKAR, ZULAKMAL Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Contoh sederhana dari ring adalah himpunan bilangan bulat Z.

BAB 1 PENDAHULUAN. Contoh sederhana dari ring adalah himpunan bilangan bulat Z. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu struktur aljabar adalah himpunan takkosong yang dilengkapi satu atau lebih operasi biner pada himpunan tersebut. Salah satu contoh struktur aljabar adalah ring,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring

IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 2 Hal. 41 46 (2013) IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring YOHANA YUNET BAKARBESSY 1, HENRY W. M. PATTY

Lebih terperinci

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya Kode Makalah M-1 Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: yatiuny@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung proses penelitian. 2.1 Teori Grup Definisi 2.1.1 Operasi Biner Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah

Lebih terperinci

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d 1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?

Lebih terperinci

SYARAT PERLU DAN CUKUP SUBMODUL TERKOMPLEMEN. Sri Wahyuni Jurusan Matematika FMIPA UGM. Abstrak

SYARAT PERLU DAN CUKUP SUBMODUL TERKOMPLEMEN. Sri Wahyuni Jurusan Matematika FMIPA UGM. Abstrak JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 8-13, April 2002, IN : 1410-8518 YARAT PERLU DAN CUKUP UBMODUL TERKOMPLEMEN ri Wahyuni Jurusan Matematika FMIPA UGM Abstrak Dipresentasikan syarat perlu dan

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2014 Inovasi Pendidikan Sains dalam Menyongsong Pelaksanaan Kurikulum 2013 Surabaya 18 Januari 2014 DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL

Lebih terperinci

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN MASALAH TERBUKA

BAB V KESIMPULAN DAN MASALAH TERBUKA BAB V KESIMPULAN DAN MASALAH TERBUKA Kesimpulan Pada penelitian disertasi ini diperoleh terminologi baru dari invers Moore Penrose pada ring R dengan elemen satuan yang dilengkapi involusi " ", yaitu bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Permulaan munculnya analisis fungsional didasari oleh permasalahan pada kurang memadainya metode analitik klasik pada fisika dan astronomi matematika.

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh DEVI SAFITRI 10654004470 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama)

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama) Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu I) Outline 1 Pendahuluan 2 Pengertian

Lebih terperinci

MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND

MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND Erlina Tri Susianti 1) Santi Irawati 2) Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang. email: erltrisa@yahoo.co.id, santira99@gmail.com Abstrak: Gelanggang

Lebih terperinci

TEORI RING LANJUT (MODUL PRIMA)

TEORI RING LANJUT (MODUL PRIMA) TEORI RING LANJUT (MODUL PRIMA) 23 Maret 2010 Samsul Arifin (09/290722/PPA/2875) Yunita Septriana Anwar (08/275043/PPA/2614) IDEAL PRIMA Definisi 1: Misalkan R ring dan ideal. I disebut prima jika untuk

Lebih terperinci

Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif

Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif Joko Harianto 1, Nana Fitria 2, Puguh Wahyu Prasetyo 3, Vika Yugi Kurniawan 4 Jurusan Matematika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: RING

STRUKTUR ALJABAR: RING STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang grup, ring, dan modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. 2.1 Ring Sebelum didefinisikan pengertian

Lebih terperinci

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 GRAF TOTAL SUATU MODUL BERDASARKAN SUBMODUL SINGULER Dian Ambarsari (S1 Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup BAB 3 DASAR DASAR GRUP Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian serta sistematika penulisan dari penyusunan skripsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas penelitian-penelitian tentang aljabar maks-plus yang telah dilakukan dan teori-teori yang menunjang penelitian masalah nilai eigen dan vektor eigen yang diperumum

Lebih terperinci

PRODUK SILANG ATAS SEMIGRUP ENDOMORFISMA

PRODUK SILANG ATAS SEMIGRUP ENDOMORFISMA PRODUK SILANG ATAS SEMIGRUP ENDOMORFISMA Ishma Fadlina Urfa, Rizky Rosjanuardi, Isnie Yusnitha Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia *Coresponding author: ishmafadlina@yahoo.com

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN STUDY OF PROPERTIES OFZERO-DIVISOR GRAPH OF A COMMUTATIVE RING WITH UNITY Satrio Adi Wicaksono (1209 100 069) Pembimbing: Soleha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi tersebut adalah modul. Untuk membahas pengertian tentang suatu modul harus dimengerti lebih

Lebih terperinci

0. Diperoleh bahwa: Selanjutnya dibuktikan tertutup terhadap perkalian skalar:

0. Diperoleh bahwa: Selanjutnya dibuktikan tertutup terhadap perkalian skalar: f g) f g C atau ( f g). Diperoleh bahwa: f g) ( f g) dg f ( f dg g) g dg f g Selanjutnya dibuktikan tertutup terhadap perkalian skalar: Ambil. f ) f C, R. Ditunjukkan bahwa. f C atau (. f ).. f ). diketahui

Lebih terperinci

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP oleh : Mulvi Ludiana (1) Cece Kustiawan (2) Sumanang Muhtar Gozali (2) ABSTRAK Dari suatu ring dan grup, dapat dikonstruksi suatu ring baru yang disebut ring

Lebih terperinci

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 6 RING (GELANGGANG) Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat suatu Ring, Integral Domain dan Field Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FATORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEIND Eka Susilowati Fakultas eguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adibuana Surabaya eka50@gmail.com Abstrak Setiap

Lebih terperinci

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif Joko Harianto 1, Puguh Wahyu Prasetyo 2, Vika Yugi Kurniawan 3, Sri Wahyuni 4 1 Mahasiswa S2 Matematika FMIPA UGM, 2 Mahasiswa S2 Matematika FMIPA UGM, 3

Lebih terperinci

SIFAT GELANGGANG NOETHERIAN DAN GELANGGANG PERLUASANNYA. ABSTRAK Suatu gelanggang R disebut gelanggang Noetherian jika memenuhi sifat :

SIFAT GELANGGANG NOETHERIAN DAN GELANGGANG PERLUASANNYA. ABSTRAK Suatu gelanggang R disebut gelanggang Noetherian jika memenuhi sifat : SIFAT GELANGGANG NOETHERIAN DAN GELANGGANG PERLUASANNYA Raja Sihombing 1, Amir Kamal Amir 2, Loeky Haryanto 3 1 Mahasiswa Program Studi Matematika, FMIPA Unhas 2,3 Dosen Program Studi Matematika, FMIPA

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada lapangan F diketahui bahwa himpunan elemen-elemen idempotennya (Id(F )) adalah {0, 1} dan himpunan elemen-elemen unitnya (U(F )) adalah F \ {0}. Akibatnya,

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDEAL MAKSIMAL GELANGGANG POLINOM MIRING MENGGUNAKAN IDEAL GELANGGANG TUMPUANNYA

PEMBENTUKAN IDEAL MAKSIMAL GELANGGANG POLINOM MIRING MENGGUNAKAN IDEAL GELANGGANG TUMPUANNYA PEMBENTUKAN IDEAL MAKSIMAL GELANGGANG POLINOM MIRING MENGGUNAKAN IDEAL GELANGGANG TUMPUANNYA Amir Kamal Amir Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin Makassar amirkamalamir@yahoo.com ABSTRAK. Gelanggang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Logika Fuzzy Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh, seorang peneliti dari Universitas California, pada tahun 1960-an. Logika fuzzy dikembangkan dari

Lebih terperinci

SYARAT PERLU UNTUK GRAF RAMSEY (2K 2, C n )-MINIMAL

SYARAT PERLU UNTUK GRAF RAMSEY (2K 2, C n )-MINIMAL SYARAT PERLU UNTUK GRAF RAMSEY (2K 2, C n )-MINIMAL Jondesi Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang, Kampus UNAND Limau Manis Padang 25163, Indonesia

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. R S = { r s. untuk S subset multiplikatif dari R yang tidak memuat pembagi nol dan didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. R S = { r s. untuk S subset multiplikatif dari R yang tidak memuat pembagi nol dan didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Topik "Hubungan Modul Dedekind Dengan Modul π Melalui Modul Invertibel dan Modul Padat" merupakan kajian atas 2(dua) jenis submodul yang muncul dari ide yang

Lebih terperinci

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U September 2015 MZI (FIF Tel-U) Ruang Vektor R 2 dan R 3 September 2015

Lebih terperinci

BENTUK - BENTUK IDEAL PADA SEMIRING ( ( ) )

BENTUK - BENTUK IDEAL PADA SEMIRING ( ( ) ) BENTUK - BENTUK IDEAL PADA SEMIRING ( ( ) ) Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya ABSTRAK. Diberikan R semiring dan I himpunan bagian dari R maka I disebut ideal pada R jika dan maka

Lebih terperinci

Teori Dasar Himpunan. Julan HERNADI. December 27, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah, Ponorogo

Teori Dasar Himpunan. Julan HERNADI. December 27, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah, Ponorogo 1 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah, Ponorogo December 27, 2012 PENGERTIAN DASAR Denition Himpunan merupakan koleksi objek-objek yang disebut anggota atau elemen himpunan tersebut.

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang definisi serta konsep-konsep yang mendukung

II.TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang definisi serta konsep-konsep yang mendukung II.TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan tentang definisi serta konsep-konsep yang mendukung dalam penelitian ini. 2.1. Konsep Dasar Teori Graf Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan terurut

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS STRUKTUR ALJABAR 1 Winita Sulandari FMIPA UNS Pengantar Struktur Aljabar Sistem Matematika terdiri dari Satu atau beberapa himpunan Satu atau beberapa operasi yg bekerja pada himpunan di atas Operasi-operasi

Lebih terperinci

RING NOETHER DAN TEOREMA BASIS HILBERT

RING NOETHER DAN TEOREMA BASIS HILBERT RING NOETHER DAN TEOREMA BASIS HILBERT Skripsi Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika Diajukan Oleh Estri Yunita Sari 09610016 PROGRAM STUDI MATEMATIKA

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real 5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real Sifat aljabar dan sifat urutan bilangan real telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, akan dijelaskan sifat kelengkapan bilangan real. Bilangan rasional ℚ juga memenuhi

Lebih terperinci

b = (X T X) 1 X T Y.

b = (X T X) 1 X T Y. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Invers Moore Penrose pada ring dengan elemen satuan yang dilengkapi involusi disampaikan oleh Koliha dan Patricio (2002). Dijelaskan bahwa jika elemen suatu ring yang

Lebih terperinci

IDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP

IDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP Vol 2 No 2 Bulan Desember 2017 Jurnal Silogisme Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya http://journal.umpo.ac.id/index.php/silogisme IDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP Info Artikel Article History: Accepted

Lebih terperinci