PROSES KEPUTUSAN MARKOVIAN TEKNIK RISET OPERASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES KEPUTUSAN MARKOVIAN TEKNIK RISET OPERASI"

Transkripsi

1 PROSES KEPUTUSAN MARKOVIAN TEKNIK RISET OPERASI

2

3 Contoh TIA 310 3

4 Contoh TIA 310 4

5 TIA 310 5

6 TIA 310 6

7 TIA 310 7

8 TIA 310 8

9 Cara Perhitungan 0.2 x x x 3 = x x x 1 = 3 0 x x x -1 = x x x -1 = x x x 0 = x x x -2 =

10 -0.6 TIA

11 Cara Perhitungan x x x x x x = 8.03 = x x x 0.4 = x x x 0.4 = x x x 0.4 = x x x 0.4 = 2.13

12 TIA

13 Cara Perhitungan x x x 2.13 = x x x 2.13 = x x x 2.13 = x x x 2.13 = x x x 2.13 = x x x 2.13 = 4.23

14 14

15 15

16 16

17 17

18 18

19 Metode Enumerasi Lengkap Contoh 1: Masalah petani dengann horison perencanaan periode tak hingga Di sini ada 8 kebijakan stasioner, yaitu: Kebijakan Stasioner s Tindakan 1 Tidak menggunakan pupuk sama sekali 2 Menggunakan pupuk tanpa bergantung pada keadaan 3 Gunakan pupuk ketika keadaan 1 4 Gunakan pupuk ketika keadaan 2 5 Gunakan pupuk ketika keadaan 3 6 Gunakan pupuk ketika keadaan 1 atau 2 7 Gunakan pupuk ketika keadaan 1 atau 3 8 Gunakan pupuk ketika keadaan 2 atau 3 TIA

20 Metode Enumerasi Lengkap Matriks P k dan R k untuk kebijakan 3 sampai 8 diturunkan dari matriks untuk kebijakan 1 dan 2. Karena itu kita memiliki 0,2 0,5 0,3 P 1 = 0 0,5 0,5 R 1 = ,3 0,6 0,1 P 2 = 0,1 0,6 0,3 R 2 = 0,05 0,4 0, ,3 0,6 0,1 P 3 = 0 0,5 0,5 R 3 = ,2 0,5 0,3 P 4 = 0,1 0,6 0,3 R 4 =

21 Metode Enumerasi Lengkap 0,2 0,5 0,3 P 5 = 0 0,5 0,5 R 5 = 0,05 0,4 0,55 0,3 0,6 0,1 P 6 = 0,1 0,6 0,3 R 6 = ,3 0,6 0,1 P 7 = 0 0,5 0,5 R 7 = 0,05 0,4 0, ,2 0,5 0,3 P 8 = 0,1 0,6 0,3 R 8 = 0,05 0,4 0, Nilai-nilai v ik karena itu dapat dihitung seperti diberikan dalam tabel berikut ini: 21

22 Metode Enumerasi Lengkap s i = 1 i = 2 i = 3 1 5, ,7 3,,1 0,4 3 4, ,3 3,, ,3 3 0,4 6 4,7 3,, ,7 3 0,4 8 5,3 3,,1 0,4 Perhitungan dari probabilitas stasioner tersebut dicapai dengan menggunakan persamaan: π s P s = π s π 1 + π π m = 1 22

23 Metode Enumerasi Lengkap Sebagai ilustrasi, pertimbangkan s = 2. Persamaan yang berkaitan adalah: 0,3π 1 + 0,1π 2 + 0,05π 3 = π 1 0,6π 1 + 0,6π 2 + 0,4π 3 = π 2 0,1π 1 + 0,3π 2 + 0,55π 3 = π 3 π 1 + π 2 + π 3 = 1 Berdasarkan hasil eliminasi dan substitusi didapatkan : π 12 = 6/59, π 22 = 31/59, π 32 = 22/ /59 Dalam kasus ini, pendapatan tahunan yang diperkirakan adalah: E i vi i1 6x4, 7 31x31, 22 x0, 4 2, 256 Tabel berikut ini meringkaskan π k stasioner dan E k untuk semua kebijakan 23

24 Metode Enumerasi Lengkap s π 1 s / π s 2 π s 3 E s /59 22/59 2, /154 69/154 80/154 1, /137 62/137 70/137 1, /135 69/135 54/135 2,216 Tabel terakhir ini menunjukkan bahwa kebijakan 2 menghasilkan pendapatan tahunan yang diperkirakan terbesar. Akibatnya, kebijakan jangka panjang optimum menyatakan penggunaan pupuk tanpa bergantung pada keadaan sistem. 24

25 Metode Iterasi Kebijakan Tanpa Diskonto Bayangkan jika metode enumerasi lengkap diterapkan untuk masalah petani dengan 4 arah tindakan (bukan dua) ): tidak menggunakan pupuk, menggunakan pupuk satu kali selama musim tersebut, menggunakan pupuk dua kali, dan menggunakan pupuk tiga kali. Dalam kasus ini, petani tersebut secara keseluruhan memiliki 4 3 = 256 kebijakan stasioner. Melakukan enumerasi dari semua kebijakan secara eksplisit bukan hanya sulit, tetapi juga jumlah perhitungan yang terlibat dalam evaluasi kebijakan ini dapat sangat besar. Karena itu dikembangkan metode iterasi kebijakan sebagai berikut. Di bagian sebelumnya sudah diperlihatkan bahwa pengembalian total yang diperkirakan di tahap n dinyatakan dengan persamaan rekursif: fn m i v p f j, i i j 1 ij n 1 1,2,..., m Persamaan rekursif ini adalah dasar untuk pengembangan metode iterasi kebijakan. Tetapi, bentuk ini harus sedikit dimodifikasi untuk memungkinkan kita untuk mempelajari perilaku asimtut dari proses ini. 25

26 Metode Iterasi Kebijakan Tanpa Diskonto Pada intinya, kita mendefinisikan η sebagai jumlah tahap yang tersisa untuk dipertimbangkan. Ini adalah berbalikan dengan n dalam persamaan di atas, yang mendefinisikan tahap ke-n. Jadi, persamaan rekursif itu dapat ditulis: m f i vi pij f1 j, i 1,2,...,m j1 Catat bahwa f η adalah pendapatan kumulatif yang diperkirakan dengan diketahui η adalah jumlah tahap yang tersisa untuk dipertimbangkan. Dengan definisi baru ini, perilaku asimtut dari proses ini dapat diketahui dengan menganggap η. Dengan diketahui bahwa π = (π 1, π 2,, π m ) adalah vektor probabilitas steady state dari matriks transisi P = p ij dan E = π 1 v 1 + π 2 v 2 + π m v m adalah pendapatan yang diperkirakan per tahun seperti dihitung di bagian sebelumnya, dapat diperlihatkan bahwa untuk η yang sangat besar, f η (i) = ηe +f(i) 26

27 Metode Iterasi Kebijakan Tanpa Diskonto dengan f(i) adalah sebuah bagian konstan yang mewakili titik potong asimtut dari f η (i) dengan diketahui keadaan i. Karena f η (i) adalah pengembalian optimum kumulatif untuk η tahap dengan diketahui keadaan i dan E adalah pengembaliann yang diperkirakan per tahap, kita dapat secara intuitif melihat mengapa f η (i) sama dengan ηe ditambah faktor koreksi f(i) yang memperhitungkan keadaan spesifik i. Hasil ini tentu saja mengasumsikan bahwa η sang besar. Menggunakan informasi ini, persamaan rekursif tersebut dapat ditulis: E f i m Dengan menyederhanakan persamaan di atas, kita memperoleh: E f i vi pij 1 E f j, i 1, 2,...,m v i i1 m i1 p ij.. 1 E f j, i 1, 2,...,m yang menghasilkan m persamaan dan m + 1 variabel yang tidak diketahui, di mana variabel yang tidak diketahui itu adalah f(1), f(2),, f(m), dan E. 27

28 Metode Iterasi Kebijakan Tanpa Diskonto Tujuan akhir adalah menentukan kebijakan optimum yang menghasilkan nilai E maksimum. Karena terdapat m persamaan dengan m+1 variabel yang tidak diketahui, nilai E optimum tidak dapat ditentukan dalam satu langkah. Sebaliknya, suatu pendekatan iteratif dimanfaatkan yang, dengan memulai di satu kebijakan secara sembarang, lalu akan menentukan suatu kebijakan baru yang menghasilkan nilai E yang lebih baik. Proses iteratif tersebut berakhir ketika dua kebijakan yang berturut- turut adalah identik. Proses iteratif ini terdiri dari dua komponen dasar, yang disebut langkah penentuan nilai (value determination) dan langkah perbaikan kebijakan (policy improvement). 1. Langkah penentuan nilai. Pilihlah satu kebijakan s secara sembarang. Gunakan matriks P s dan R s yang berkaitan dan secara sembarang asumsikan bahwa f s (m) = 0, pecahkan persamaan E s v s i m j 1 p ij s f s j f s i, i 1,2,..., m ( b.1) dengan variabel yang tidak diketahui E s, f s (1),, dan f s (m-1). Lanjutkan ke tahap perbaikan kebijakan. 28

29 Metode Iterasi Kebijakan Tanpa Diskonto 2. Langkah Perbaikan Kebijakan. Untuk setiap keadaan i, tentukan alternatif k yang menghasilkan: m k k maxvi pij f s j, i 1, 2,..., m k j1 [Nilai-nilai f s (j), j = 1, 2,, m, adalah nilai-nilai yang ditentukan dalam langkah penentuan nilai.] Keputusan optimum yang dihasilkan k untuk keadaan 1, 2,, m membentuk kebijakan baru t. Jika s dan t adalah identik, berhenti; t adalah optimum. Jika tidak identik, tetapkan = t dan kembali ke langkah penentuan nilai. Masalah optimisasi dari langkah perbaikan kebijakan memerlukan penjelasan. Tujuan kita dalam langkah ini adalah memperoleh max{e}. Seperti diketahui: E v i m j1 p ij f j f i 29

30 Metode Iterasi Kebijakan Tanpa Diskonto Karena f(i) tidak bergantung pada alternatif k, disimpulkan bahwa maksimisasi E di semua alternatif k adalah setara dengan masalah maksimisasi yang diketahui dalam langkah perbaikan kebijakan. Contoh: Kita mmecahkan contoh petani tersebut dengan metode iterasi kebijakan. Iterasi 1 Kita mulai dengan kebijakan sembarang yang menyatakan tidak diperguna-kannya pupuk. Matriks yang berkaitan adalah: Persamaan dalam langkah iterasi nilai adalah: E + f(1) 0,2f(1) 0,5f(2) 0,3f(3) = 5,3 E + f(2) - 0,5f(2) 0,5f(3) = 3 E + f(3) - f(3) = -1 0,2 0,5 0, P = 0 0,5 0,5 R = Jika kita secara sembarang menganggap f(3) = 0, persamaan-persamaan tersebut menghasilkan pemecahan: E = -1, f(1) = 12,88, f(2) = 8, f(3) = 0 30

31 Metode Iterasi Kebijakan Tanpa Diskonto Selanjutnya, kita menerapkan langkah perbaikan kebijakan. Perhitungan yang berkaitan diperlihatkan dalam tabel berikut ini. Kebijakan baru ini menyatakan penggunaan pupuk tanpa bergantung pada keadaan. Karena kebijakan baru ini berbeda dari yang sebelumnya, langkah penentuan nilai kembal dilakukan. Iterasi 2 i k=1 1 5,3+0,2x12,88+0,5x8+0,3x0 = 11, ,0+0x12,88+0,5x8+0,5x0 = 7 v ik + p i1k f(1) + p i2k f(2) + p i3k f(3) Pemecahan optimal 3-1,0+0x12,88+0x8+1x0 = -1 0,4+0,05x12,88+0,4x8+0,55x0 = 4,24 4,24 2 Matriks yang berkaitan dengan kebijakan baru ini adalah: 0,3 0,6 0, P = 0,1 0,6 0,3 R = ,05 0,4 0, Matriks ini menghasilkan persamaan-persamaan berikut: k=2 f(i) k* 4,7+0,3x12,88+0,6x8+0,1x0 = 13,36 13,36 2 3,1+0,1x12,88+0,6x8+0,3x0 = 9,19 9,19 2 E + f(1) 0,3f(1) 0,6f(2) 0,1f(3) = 4,7 TIA

32 Metode Iterasi Kebijakan Tanpa Diskonto E + f(2) 0,1f(1) 0,6f(2) 0,3f(3) = 3,1 E + f(3) 0,05f(1) 0,4f(2) 0,55f(3) = 0,4 Sekali lagi, dengan menganggap f(3) = 0, kita memperoleh pemecahan: E = 2,26, f(1) = 6,75, f(2) = 3,79, f(3) = 0 Perhitungan dalam langkah perbaikan kebijakan diberikan dalam tabel berikut ini: v ik + p i1k f(1) + p i2k f(2) + p i3k f(3) Pemecahan optimal i k=1 k=2 f(i) k* 1 5,3+0,2x6,75+0,5x3,79+0,3x0 = 8,54 4,7+0,3x6,75+0,6x3,79+0,1x0 = 8,99 8, ,0+0x6,75+0,5x3,79+0,5x0 = 4,89 3,1+0,1x6,75+0,6x3,79+0,3x0 = 6,05 6, ,0+0x6,75+0x3,79+1x0 = -1 0,4+ +0,05x6,75+0,4x3,79+0,55x0 = 2,25 2,25 2 Kebijakan baru ini, yang menyatakan penggunaan pupuk tanpa bergantung pada keadaan adalah identik dengan yang sebelumnya. Jadi, kebijakan terakhir ini optimal dan proses iteratif berakhir. Secara alamiah, kesimpulan dengan metode ini sama dengan kesimpulan yang diperoleh dengan metode enumerasi lengkap. 32

33 Metode Iterasi Kebijakan Dengan Diskonto Dengan diketahui bahwa α (< 1) adalah faktor diskonto, persamaan rekursif tahap terhingga dapat ditulis sebagai: f i m k k maxvi pij k j1 f 1 (Perhatikan bahwa η mewakili sejumlah tahap yang masih harus dilalui). j Dapat dibuktikan bahwa sementara η (model tahap tak hingga), f η (i) = f(i), dengan f(i) adalah nilai sekarang (yang didiskonto) dari pendapatan yang diperkirakan dengan diketahui bahwa sistem tersebut berada dalam keadaan i dan beroperasi dalam horison waktu yang tak terhingga. Jadi perilaku jangka panjang dari f η (i) sementara η tidak bergantung dari nilai η. Ini berlawanan dengan kasus tanpa diskonto, di mana f η (i) = ηe + f(i), seperti disebutkan di atas. Hasil ini dapat diperkirkan karena dalam kasus diskonto, pengaruh pendapatan masa mendatang akan menurun menjadi nol secara asimtut. Pada kenyataannya, nilai sekarang f(i) akan mendekati nilai konstan sementara η. 33

34 Metode Iterasi Kebijakan Dengan Diskonto Langkah kebijakan iterasi dimodifikasi sebagai berikut. 1. Langkah penentuan nilai. Untuk sebuah kebijakan sembarang s dengan matriks P s dan R s, pecahkan m persamaan: f s i v s i m j 1 p ij s f s j, i 1,2,..., m ( b.2 ) dalam m nilai yang tidak diketahui f s (1), f s (2),, f s (m). (Catat bahwa di sini terdapat m persamaan dengan tepat m variabel yang tidak diketahui) 2. Langkah perbaikan kebijakan. Untuk setiap tahap i, tentukan alternatif k yang menghasilkan m k k max vi pij f 1 j, i 1, 2,..., m k j 1 di mana f s (j) adalah nilai-nilai yang diperoleh dari langkah penentuan nilai. Jika kebijakan yang dihasilkan t adalah sama dengan s, berhenti; t optimum. Jika tidak sama, tetapkan s = t dan kembali ke langkah penentuan nilai 34

35 Metode Iterasi Kebijakan Dengan Diskonto Contoh: Kita akan menyelesaikan contoh terdahulu dengan α = 0,6 Dengan dimulai dari satu kebijakan sembarang s = {1,1,1}. Matriks P dan R (P 1 dan R 1 dalam contoh terdahulu) menghasilkan persamaan: f(1) 0,6[0,2f(1) + 0,5f(2) + 0,3f(3)] = 5,3 f(2) 0,6[ 0,5f(2) + 0,5f(3)] = 3 f(3) 0,6[ f(3)] = -1 Pemecahan dari persamaan-persamaann ini menghasilkan: f(1) = 6,6, f(2) = 3,21, f(3) = -2,5 Ringkasan iterasi perbaikan kebijakan diberikan dalam tabel berikut ini: v ik + 0,6[p i1k f(1) + p i2k f(2) + p i3k f(3)] Pemecahan optimal i k=1 k=2 f(i) k* 1 5,3+0,6[0,2x6,6+0,5x3,21+0,3x-2,5] = 6,61 4,7+ +0,6[0,3x6,6+0,6x3,21+0,1x-2,5] = 6,89 6, ,0+0,6[0x6,6+0,5x3,21+0,5x-2,5] = 3,21 3,1+ +0,6[0,1x6,6+0,6x3,21+0,3x-2,5] = 4,2 4, ,0+0,6[0x6,6+0x3,21+1x-2,5] = -2,5 0,4+0,6[0,05x6,6+0,4x3,21+0,55x-2,5] = 0,54 0,

36 Metode Iterasi Kebijakan Dengan Diskonto Langkah penentuan nilai yang menggunakan P 2 dan R 2 dalam contoh sebelumnya menghasilkan persamaan-persamaan berikut: f(1) 0,6[0,3f(1) + 0,6f(2) + 0,1f(3)] = 4,,7 f(2) 0,6[0,1f(1) + 0,6f(2) + 0,3f(3)] = 3,1 f(3) 0,6[0,05f(1) + 0,4f(2) + 0,55f(3)] = 0,4 Pemecahan dari persamaan-persamaan ini menghasilkan: f(1) = 8,88, f(2) = 6,62, f(3) = 3,57 Ringkasan iterasi perbaikan kebijakan diberikan dalam tabel berikut ini: v ik + 0,6[p i1k f(1) + p i2k f( (2) + p i3k f(3)] Pemecahan optimal i k=1 k=2 f(i) k* 1 5,3+0,6[0,2x8,88+0,5x6,62+0,3x3,37] = 8,95 4,7+0,6[0,3x8,88+0,6x6,62+0,1x3,37] = 8,88 8, ,0+0,6[0x8,88+0,5x6,62+0,5x3,37] = 5,99 3,1+0,6[0,1x8,88+0,6x6,62+0,3x3,37] = 6,62 6, ,0+0,6[0x8,88+0x6,62+1x3,37] = 1,02 0,4+0,6[0,05x8,88+0,4x6,62+0,55x3,37] = 3,37 3,

37 Metode Iterasi Kebijakan Dengan Diskonto Karena kebijakan baru {1,2,2} berbeda dengan kebijakan di atas, langkah penentuan nilai dimasuki kembali dengan menggunakan P 8 dan R 8 dalam conto sebelumnya menghasilkan persamaan-persamaan berikut: f(1) 0,6[0,2f(1) + 0,5f(2) + 0,3f(3) )] = 5,3 f(2) 0,6[0,1f(1) + 0,6f(2) + 0,3f(3)] = 3,1 f(3) 0,6[0,05f(1) + 0,4f(2) + 0,55f(3)] = 0,4 Pemecahan dari persamaan-persamaan ini menghasilkan: f(1) = 8,98, f(2) = 6,63, f(3) = 3,38 Ringkasan iterasi perbaikan kebijakan diberikan dalam tabel berikut ini: v ik + 0,6[p i1k f(1) + p i2 f(2) + p i3k f(3)] Pemecahan optimal i k=1 k=2 f(i) k* 1 5,3+0,6[0,2x8,98+0,5x6,63+0,3x3,38] = 8,98 4,7+0,6[0,3x8,98+0,6x6,63+0,1x3,38] = 8,91 8, ,0+0,6[0x8,98+0,5x6,63+0,5x3,38] = 6,00 3,1+0,6[0,1x8,98+0,6x6,63+0,3x3,38] = 6,63 6, ,0+0,6[0x8,98+0x6,63+1x3,38] = 1,03 0,4+0,6[0,05x8,98+0,4x6,63+0,55x3,38] = 3,37 3,

38 Metode Iterasi Kebijakan Dengan Diskonto Karena kebijakan baru ini {1,2,2} adalah identik dengan kebijakan sebelumnya, kebijakan ini optimal. Catat bahwa kebijakan diskonto menghasilkan kebijakan optimal yang berbeda, yang menyatakan tidak digunakannya pupuk jika keadaan sistem adalah baik (keadaan 1). 38

39 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov Masalah keputusan Markov tahap tak hingga, baik dengan maupun tanpa diskonto, dapat dirumuskan dan dipecahkan sebagai sebuah program linear. Masalah Keputusan Markov tanpa diskonto. Di bagian seblumhya, sudah diperlihatkan bahwa masalah Markov tahap tak hingga tanpa diskonto pada akhirnya menyempit menjadi masalah penentuan kebijakan optimal s*, yang bersesuaian dengan: m s s s s s s s s s max i vi P, m 1, i 0, i 1, 2,..., m ss i1 dengan S adalah kumpulan dari semua kebijakan yang mungkin dalam masalah itu. Batasan dari masalah ini memastikan bahwa π is, i = 1, 2,, m mewakili probabilitas steady-state dari rantai Markov P s. Secara spesifik, setiap kebijakan s dinyatakan dengan sekelompok tindakan yang tetap (stasioner). Kita harus memodifikasi variabel yang tidak diketahui dari masalah ini sedemikian rupa sehingga pemecahan optimal akan secara otomatis menentukan tindakan optimal k ketika sistem tersebut berada dalam keadaan i. Kumpulan dari semua tindakan optimal ini lalu akan mendefinisikan s*, kebijakan optimal. 39

40 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov Tujuan ini dicapai sebagai berikut. Anggaplah q ik = probabilitas kondisional dari memilih alternatif k dengan diketahui sistem tersebut berada dalam keadaan i Jadi, masalah ini dapat diekspresikan sebagai maksimumka n dengan batasan m j i pij, j 1, 2,..., m i m K qi qi... qi 1, i 1, 2,..., m k i 0, qi 0, i dan k E m K i i1 k 1 q k i v k i Catat bahwa p ij adalah fungsi dari kebijakan yang dipilih dan karena itu merupakan fungsi dari alternatif spesifik k dari kebijakan tersebut. 40

41 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov Masalah ini dapat dikonversikan menjadi sebuah program linear dengan membuat substitusi yang tepat yang melibatkan q ik. Amati bahwa formulasi tersebut adalah setara dengan masalah semula hanya jika q ik = 1 untuk tepat satu k untuk setiap i, karena hal ini akan mengurangi jumlah menjadi v ik, di mana k* adalah alternatif optimal yang dipilih. Untungnya, program linear yang kita kembangkan di sini memperhitungkan kondisi ini secara otomatis. Definisikan w ik = π i q ik, untuk semua i dan k Berdasarkan definisinya, w ik mewakili probabilitas gabungan untuk berada dalam keadaan i dan membuat keputusan k. Dari teori probabilitas kita mengetahui bahwa: i K k 1 w ik K k k q i vi k 1 41

42 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov Karena itu q k i K w k 1 ik w ik Jadi kita melihat bahwa batasan m i 1 i 1 dapat ditulis sebagai m K i 1 k 1 w ik 1 K k 1 k q i Juga batasan secara otomatis tersirat berdasarkan cara kita mendefinisikan q k i dalam bentuk w ik. Jadi masalah ini dapat ditulis sebagai 1 maksimumka n E m K i i1 k 1 q k i v k i 42

43 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov dengan batasan m m K w p k jk ij w ik i 1 i 1 k 1 m K wik 1 i 1 k 1 w ik 0, i 1, 2,..., m ; k 0, j 1, 2,..., K 1, 2,..., m Model yang dihasilkan ini merupakan sebuah program linear dalam w ik. Di sini akan diperlihatkan bahwa pemecahan optimalnya secara otomatis menjadi q ik = 1 untuk satu k untuk setiap i. Pertama, catat bahwa program linear ini memeliki m persamaan independen (satu persamaan yang berkaitan dengan π = πp adalah berlebihan). Karena itu, masalah ini harus memiliki m variabel dasar. Tetapi, dapat diperlihatkan bahwa w ik harus positif secara ketat untuk setidaknya satu k untuk setiap i. Dari kedua hasil ini, kita menyimpulkan bahwa: k q i TIA 310 K w k 1 ik w ik 43

44 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov hanya dapat memiliki nilai biner (0 atau 1), seperti yang diinginkan. (Pada kenyataannya, hasil di atas juga memperlihatkan bahwa di mana k* adalah alternatif yang bersesuaian dengan w ik >0) K i w 1 k Contoh: Formulasi LP untuk masalah petani tadi tanpa diskonto: maksimumkan E = 5,3w ,7w w ,1w 22 w ,4w 32 dengan batasan w 11 + w 12 (0,2w ,3w ,1w ,05w 32 ) = 0 w 21 + w 22 (0,5w ,6w ,5w ,6w ,4w 32 ) = 0 w 31 + w 32 (0,3w ,1w ,5w ,3w 22 + w ,55w 32 ) = 0 w 11 + w 12 + w 21 + w 22 + w 31 + w 32 = 1 w ik 0, untuk semua i dan k Pemecahan optimalnya adalah w 11 = w 12 = w 31 = 0 dan w 12 = 6/59, w 22 = 31/59, dan w 32 = 22/59. Hasil ini berarti bahwa q 12 = q 2 2 = q 32 = 1. Jadi, kebijakan optimal menyatakan dipilihnya alternatif 2 (k = 2) untuk i = 1, 2, dan 3. Nilai optimal dari E adalah 2,256. ik * wik TIA

45 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov Adalah menarik bahwa nilai-nilai positif dari w ik tepat setara dengan nilai-nilai π i yang berkaitan dengan kebijakan optimal dalam prosedur enumerasi lengkap. Observasi ini menunjukkan hubungan langsung di antara kedua metode pemecahan ini. Masalah Keputusan Markov dengan diskonto. Masalah ini diekspresikan dengan persamaan rekursif f k k i max v p f j, i 1, 2,..., m k i Persamaan ini adalah setara dengan f m dengan ketentuan bahwa f(i) mencapai nilai minimum untuk setiap i. Sekarang pertimbangkan fungsi tujuan m j1 ij k k i v p f j, i dan k i j1 ij min imumkan m i1 b i f i 45

46 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov dengan b i (> 0 untuk semua i) adalah sebuah konstanta sembarang. Dapat diperlihatkan bahwa optimisasi dari fungsi ini dengan dikenakan pertidaksamaan yang diberikan akan menghasilkan nilai minimum dari f(i), seperti yang diinginkan. Jadi masalah ini dapat ditulis sebagai m min imumkan b f i i1 i dengan batasan i m k pij j1 f(i) tidak dibatasi, i = 1, 2,, m. f Sekarang, masalah dual dari masalah ini adalah f j v k i, i dan k 46

47 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov maksimumkan m K i1 k 1 k v i w ik dengan batasan K m K k w jk pij wik b j, j 1, 2,...,m k 1 i1 k 1 w ik 0, untuk i = 1, 2,, m; k = 1,2,, K Perhatikan bahwa fungsi tujuan ini memiliki bentuk yang sama seperti kasus tanpa diskonto, sehingga w ik dapat diinterpretasikan dengan cara serupa. Contoh: Contoh petani tadi dengan faktor diskonto α = 0,6. Jika kita menganggap b 1 = b 2 = b 3 = 1, masalah dual dari LP ini dapat ditulis sebagai TIA

48 Pemecahan Pemrograman Linear untuk Masalah Keputusan Markov maksimumkan 5,3w ,7w w ,1w 22 w ,4w 32 dengan batasan w 11 + w 12 0,6[0,2w ,3w ,1w ,05w 32 ] = 1 w 21 + w 22 0,6[0,5w ,6w ,5w ,6w ,4w 32 ] = 1 w 31 + w 32 0,6[0,3w 11 +0,1w 12 +0,5w ,3w 22 + w ,55w 32 ] = 1 w ik 0, untuk semua i dan k Pemecahan optimalnya adalah w 12 = w 21 = w 31 = 0 dan w 11 = 1,5678, w 22 = 3,3528, dan w 32 = 2,8145. Pemecahan ini memperlihatkan bahwa pemecahan optimal adalah {1,2,2}, seperti yang diperoleh pada contoh terdahulu.. 48

PENYELESAIAN MODEL TAHAP TERHINGGA DAN TAKHINGGA PADA PROSES KEPUTUSAN MARKOV DAN APLIKASINYA DI BIDANG PERTANIAN BILYAN USTAZILA

PENYELESAIAN MODEL TAHAP TERHINGGA DAN TAKHINGGA PADA PROSES KEPUTUSAN MARKOV DAN APLIKASINYA DI BIDANG PERTANIAN BILYAN USTAZILA PENYELESAIAN MODEL TAHAP TERHINGGA DAN TAKHINGGA PADA PROSES KEPUTUSAN MARKOV DAN APLIKASINYA DI BIDANG PERTANIAN BILYAN USTAZILA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II METODE SIMPLEKS BAB II METODE SIMPLEKS 2.1 Pengantar Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan

Lebih terperinci

Volume 2 No 1 Desember 216 ISSN:288-3943 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV DI PT. PDM INDONESIA Muslena Layla Program Studi Komputerisasi Akuntansi Politeknik Trijaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan metode-metode yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Metode-metode pada bab ini yaitu metode Value at Risk dengan pendekatan distribusi normal

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Linier Penyelesaian program linear dengan algoritma interior point dapat merupakan sebuah penyelesaian persoalan yang kompleks. Permasalahan dalam program linier mungkin

Lebih terperinci

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS BAB IV. METODE SIMPLEKS Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim (ingat kembali solusi

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R Metode Simpleks M U H L I S T A H I R PENDAHULUAN Metode Simpleks adalah metode penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan

Lebih terperinci

Penelitian Operasional II Rantai Markov RANTAI MARKOV

Penelitian Operasional II Rantai Markov RANTAI MARKOV Penelitian Operasional II Rantai Markov 49 4. RANTAI MARKOV 4. PENDAHULUAN Dalam masalah pengambilan suatu keputusan, seringkali kita diperhadapkan dengan suatu ketidakpastian. Permasalahan ini dapat dimodelkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application)

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application) Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application) Kuliah 6 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Teori dualitas 2 Metode simpleks dual TI2231 Penelitian Operasional I 2

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata,

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata, BAB III Hidden Markov Models (HMM) 3.1 Pendahuluan Rantai Markov mempunyai state yang dapat diobservasi secara langsung. Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata, beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. real. T dinamakan himpunan indeks dari proses atau ruang parameter yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. real. T dinamakan himpunan indeks dari proses atau ruang parameter yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Stokastik Stokastik proses = { ( ), } adalah kumpulan dari variabel acak yang didefinisikan pada ruang peluang (Ω, ς, P) yang nilai-nilainya pada bilangan real. T dinamakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MARKOV

BAB IV ANALISIS MARKOV BAB IV ANALISIS MARKOV 1. Pendahuluan Model Rantai Markov dikembangkan oleh seorang ahli Rusia A.A. Markov pada tahun 1906. Pada umumnya Riset Operasional bertujuan untuk mengambil keputusan yang optimal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang berhubungan dengan pembahasan ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY 3.1 State dan Proses Observasi Semua proses didefinisikan pada ruang peluang Ω,,. Misalkan ; adalah rantai Markov dengan state berhingga

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS

BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS A. Metode Simpleks Metode simpleks yang sudah kita pelajari, menunjukkan bahwa setiap perpindahan tabel baru selalu membawa semua elemen yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear 5 BAB II LANDASAN TEORI A Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel dengan derajat tertinggi adalah satu Sedangkan sistem

Lebih terperinci

: METODE GRAFIK. Metode grafik hanya bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dimana hanya

: METODE GRAFIK. Metode grafik hanya bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dimana hanya LINEAR PROGRAMMING : METODE GRAFIK Metode grafik hanya bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dimana hanya terdapat dua variabel keputusan. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, langkah pertama

Lebih terperinci

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB III. METODE SIMPLEKS BAB III. METODE SIMPLEKS 3.1. PENGANTAR Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan linear program yang memilki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyelesaikannya

Lebih terperinci

BAB VI. DUALITAS DAN ANALISIS POSTOPTIMAL

BAB VI. DUALITAS DAN ANALISIS POSTOPTIMAL BAB VI. DUALITAS DAN ANALISIS POSTOPTIMAL HUBUNGAN PRIMAL-DUAL Dual adalah permasalahan PL yang diturunkan secara matematik dari primal PL tertentu. Setiap permasalahan primal selalu mempunyai pasangan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS 6.1 Teori Dualitas Teori dualitas merupakan salah satu konsep programa linier yang penting dan menarik ditinjau dari segi teori dan praktisnya.

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Integer Program Integer merupakan pengembangan dari Program Linear dimana beberapa atau semua variabel keputusannya harus berupa integer. Jika hanya sebagian variabel

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu observasi yang berguna dalam bidang komputasi di tahun 1970 adalah observasi terhadap permasalahan relaksasi Lagrange. Josep Louis Lagrange merupakan tokoh ahli

Lebih terperinci

III RELAKSASI LAGRANGE

III RELAKSASI LAGRANGE III RELAKSASI LAGRANGE Relaksasi Lagrange merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan dalam aplikasi pemrograman matematik. Sebagian besar konsep teoretis dari banyak aplikasi menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. Contoh 1:

BAB 3 PEMBAHASAN. Contoh 1: BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pengolahan Data Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rantai markov atau proses markov akan digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian ini. Contoh kasus yang

Lebih terperinci

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV 4.1 State dan Proses Observasi Semua proses didefinisikan pada ruang peluang (Ω, F, P). Misalnya X = {X : k N} adalah rantai Markov dengan state berhingga yang bersifat homogen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

DUALITAS. Obyektif 1. Memahami penyelesaian permasalahan dual 2. Mengerti Interpretasi Ekonomi permasalahan dual

DUALITAS. Obyektif 1. Memahami penyelesaian permasalahan dual 2. Mengerti Interpretasi Ekonomi permasalahan dual DUALITAS 3 Obyektif 1. Memahami penyelesaian permasalahan dual 2. Mengerti Interpretasi Ekonomi permasalahan dual Istilah dualitas menunjuk pada kenyataan bahwa setiap Program Linier terdiri atas dua bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman yang semakin berkembang membuat persoalan semakin kompleks, tidak terkecuali persoalan yang melibatkan persoalan matematika. Dalam pemecahannya, matematika memegang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Pemeliharaan Untuk menjamin kontinuitas kegiatan operasional suatu sistem, keandalan setiap komponen peralatan sangat dijaga agar peralatan tersebut tidak mengalami kegagalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

12/15/2014. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer.

12/15/2014. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer. 1 PEMROGRAMAN LINEAR BULAT (INTEGER LINEAR PROGRAMMING - ILP) Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? METODE SIMPLEKS Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer. 2 1 INTEGER LINEAR PROGRAMMING

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan diuraikan beberapa landasan teori untuk menunjang penulisan skripsi ini. Uraian ini terdiri dari beberapa bagian yang akan dipaparkan secara terperinci

Lebih terperinci

PROGRAM LINIER : ANALISIS POST- OPTIMAL. Pertemuan 6

PROGRAM LINIER : ANALISIS POST- OPTIMAL. Pertemuan 6 PROGRAM LINIER : ANALISIS POST- OPTIMAL Pertemuan 6 Pengantar Biasanya, setelah solusi optimal dari masalah program linier ditemukan maka peneliti cenderung untuk berhenti menganalisis model yang telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

BAB VII METODE TRANSPORTASI

BAB VII METODE TRANSPORTASI BAB VII METODE TRANSPORTASI Pada umumnya masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan, dengan permintaan

Lebih terperinci

ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL)

ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL) ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL) Artificial Variable Algoritma Simpleks Metode M (Method of penalty) Metode dua fase Tabel Simpleks dalam bentuk matriks Artificial Variable (AV) Apabila terdapat satu

Lebih terperinci

Model Optimisasi dan Pemrograman Linear

Model Optimisasi dan Pemrograman Linear Modul Model Optimisasi dan Pemrograman Linear Prof. Dr. Djati Kerami Dra. Denny Riama Silaban, M.Kom. S PENDAHULUAN ebelum membuat rancangan penyelesaian masalah dalam bentuk riset operasional, kita harus

Lebih terperinci

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan BAB III HIDDEN MARKOV MODELS Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan yang dapat diamati. Tetapi terkadang ada urutan dari suatu keadaan yang ingin diketahui tetapi tidak dapat

Lebih terperinci

Model umum metode simpleks

Model umum metode simpleks Model umum metode simpleks Fungsi Tujuan: Z C X C 2 X 2 C n X n S S 2 S n = NK FungsiPembatas: a X + a 2 X 2 + + a n X n + S + S 2 + + S n = b a 2 X + a 22 X 2 + + a 2n X n + S + S 2 + + S n = b 2 a m

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

BAB II. PEMROGRAMAN LINEAR

BAB II. PEMROGRAMAN LINEAR BAB II. PEMROGRAMAN LINEAR KARAKTERISTIK PEMROGRAMAN LINEAR Sifat linearitas suatu kasus dapat ditentukan menggunakan beberapa cara. Secara statistik, kita dapat memeriksa kelinearan menggunakan grafik

Lebih terperinci

BAB 2 PROGRAM LINEAR

BAB 2 PROGRAM LINEAR BAB 2 PROGRAM LINEAR 2.1. Pengertian Program Linear Pemrograman Linier disingkat PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

Masalah maksimisasi dapat ditinjau dari metode minimisasi, karena

Masalah maksimisasi dapat ditinjau dari metode minimisasi, karena Lecture 2: Optimization of Function of One Variable A. Pendahuluan Ide dasar dari masalah optimisasi adalah mengoptimumkan (memaksimumkan/ meminimumkan) suatu besaran skalar yang merupakan harga suatu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

PROSES KEMATIAN MURNI (Pure Death Processes)

PROSES KEMATIAN MURNI (Pure Death Processes) PROSES KEMATIAN MURNI (Pure Death Processes) Komplemen dari bertambahnya proses kelahiran murni adalah dengan penurunan proses kematian murni. Hal itu ditunjukkan keberhasilan melewati state,,, 2, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi probabilitas banyaknya pelanggan dalam sistem antrian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi probabilitas banyaknya pelanggan dalam sistem antrian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi probabilitas banyaknya pelanggan dalam sistem antrian M/M/1/K Pada model antrian, kedatangan pelanggan dalam sistem antrian dan kepergian pelanggan yang telah

Lebih terperinci

Bentuk Standar. max. min

Bentuk Standar. max. min Teori Dualitas 2 Konsep Dualitas Setiap permasalahan LP mempunyai hubungan dengan permasalahan LP lain Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal 3

Lebih terperinci

BAB III MODEL ANTRIAN MULTISERVER DENGAN VACATION

BAB III MODEL ANTRIAN MULTISERVER DENGAN VACATION BAB III MODEL ANTRIAN MULTISERVER DENGAN VACATION Dalam sebuah sistem antrian akan terdapat individu yang datang untuk mendapatkan pelayanan yang disebut dengan customer, juga individu yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Markov Dalam teori probabilitas, model Markov adalah model stokastik yang digunakan untuk memodelkan sistem yang berubah-ubah secara random di mana diasumsikan bahwa kondisi

Lebih terperinci

Hanna Lestari, ST, M.Eng. Lecture 11 : Rantai Markov

Hanna Lestari, ST, M.Eng. Lecture 11 : Rantai Markov Hanna Lestari, ST, M.Eng Lecture 11 : Rantai Markov I. Pendahuluan Model rantai markov dikembangkan oleh A.A Markov tahun 1896. Dalam Analisis markov yang dihasilkan adalah suatu informasi probabilistik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian, Struktur, Kelebihan dan Kekurangan, serta Potensi Dynamic Programming Dynamic Programming adalah suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 0 PENELITIAN OPERASIONAL Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA http://wwwmercubuanaacid JAKARTA 007 PENDAHULUAN Suatu

Lebih terperinci

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari. 6.. Proses Kelahiran Murni Dalam bab ini, akan dibahas beberapa contoh penting dari waktu kontinu, state diskrit, proses Markov. Khususnya, dengan kumpulan dari variabel acak {;0 } di mana nilai yang mungkin

Lebih terperinci

PROSES KEPUTUSAN MARKOV DENGAN METODE THE POLICY IMPROVEMENT ALGORITHM. (Skripsi) Oleh Nafisatutaliah

PROSES KEPUTUSAN MARKOV DENGAN METODE THE POLICY IMPROVEMENT ALGORITHM. (Skripsi) Oleh Nafisatutaliah PROSES KEPUTUSAN MARKOV DENGAN METODE THE POLICY IMPROVEMENT ALGORITHM Skripsi) Oleh Nafisatutaliah JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Lebih terperinci

6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga

6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga 6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga Markov chain kontinu 0 adalah proses markov pada state 0, 1, 2,.... Diasumsikan bahwa probabilitas transisi adalah stasioner, pada persamaan, (6.53) Pada

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Menurut Sitorus, Parlin (1997), Program Linier merupakan suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu suatu

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa ITB mengambil mata kuliah MA1122 Kalkulus I pada tahun pertama perkuliahannya. Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah yang

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 7 Memahami dan Menganalisa Optimisasi Sederhana Tanpa Kendala dengan Satu Variabel Keputusan

Catatan Kuliah 7 Memahami dan Menganalisa Optimisasi Sederhana Tanpa Kendala dengan Satu Variabel Keputusan Catatan Kuliah 7 Memahami dan Menganalisa Optimisasi Sederhana Tanpa Kendala dengan Satu Variabel Keputusan Optimisasi Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana melakukan penelitian yang terbaik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 0 I PEDAHULUA. Latar Belakang Peternakan didefinisikan sebagai suatu usaha untuk membudidayakan hewan ternak. Jika dilihat dari enis hewan yang diternakkan, terdapat berbagai enis peternakan, salah satunya

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teori Graf untuk Menguraikan Permasalahan dalam Pemodelan Persoalan Penjadwalan Kereta Api

Pemanfaatan Teori Graf untuk Menguraikan Permasalahan dalam Pemodelan Persoalan Penjadwalan Kereta Api Pemanfaatan Teori Graf untuk Menguraikan Permasalahan dalam Pemodelan Persoalan Penjadwalan Kereta Api Muhammad Dhito Prihardhanto - 13507118 Prodi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR) 25 BAB III (MSAR) 3.1 Model Markov Switching Autoregressive Model runtun waktu Markov Switching Autoregressive adalah salah satu model runtun waktu yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR).Ide

Lebih terperinci

Penelitian Operasional II Programma Dinamik 9. S2 : Musim gugur S3 : Musim dingin S4 : Musim semi

Penelitian Operasional II Programma Dinamik 9. S2 : Musim gugur S3 : Musim dingin S4 : Musim semi Penelitian Operasional II Programma Dinamik 9 Penyelesaian Tahapan : Musim S : Musim panas S : Musim gugur S3 : Musim dingin S4 : Musim semi Peubah keputusan : x n = Jumlah / level pekerja untuk tahapan

Lebih terperinci

1. Fungsi Objektif z = ax + by

1. Fungsi Objektif z = ax + by Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif, Program Linear, Fungsi Objektif, Cara Menentukan, Contoh Soal, Rumus, Pembahasan, Metode Uji Titik Sudut, Metode Garis Selidik, Matematika Nilai Optimum Suatu Fungsi

Lebih terperinci

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1 METODE BIG M Sering kita menemukan bahwa fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tapi juga oleh pertidakasamaan dan/atau persamaan (=). Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai surplus

Lebih terperinci

BAB 2 OPTIMISASI KOMBINATORIAL

BAB 2 OPTIMISASI KOMBINATORIAL BAB 2 OPTIMISASI KOMBINATORIAL Optimisasi kombinatorial merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencari semua kemungkinan nilai real dari suatu fungsi objektif. Proses pencarian dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS

PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS Merupakan metode yang biasanya digunakan untuk memecahkan setiap permasalahan pada pemrogramman linear yang kombinasi variabelnya terdiri dari tiga variabel atau lebih. Metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Dinamik Pemrograman dinamik adalah suatu teknik matematis yang biasanya digunakan untuk membuat suatu keputusan dari serangkaian keputusan yang saling berkaitan. Pemrograman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Program Linear adalah suatu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi suatu model linear dengan berbagai kendala yang dihadapinya. Masalah program

Lebih terperinci

Penelitian Operasional II Programa Dinamik 1 1. PROGRAM DINAMIK

Penelitian Operasional II Programa Dinamik 1 1. PROGRAM DINAMIK Penelitian Operasional II Programa Dinamik. PROGRAM DINAMIK. PENDAHULUAN Definisi.: Program dinamik adalah suatu teknik matematik untuk menentukan serangkaian keputusan yang saling terkait, serta memberikan

Lebih terperinci

BAB 2. PROGRAM LINEAR

BAB 2. PROGRAM LINEAR BAB 2. PROGRAM LINEAR 2.1. Pengertian Program Linear Pemrograman Linier disingkat PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

mempunyai tak berhingga banyak solusi.

mempunyai tak berhingga banyak solusi. Lecture 4: A. Introduction Jika suatu masalah LP hanya melibatkan 2 kegiatan (variabel keputu-san) saja, maka dapat diselesaikan dengan metode grafik. Tetapi, jika melibatkan lebih dari 2 kegiatan, maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep teori permainan pada permainan berstrategi murni dan campuran dari dua pemain yang akan digunakan sebagai landasan berpikir dalam melakukan

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 6: Rantai Markov Waktu Kontinu Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 2015 Pendahuluan Rantai Markov Waktu Kontinu Pendahuluan Pada bab ini, kita akan belajar mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Pengertian Pemeliharaan Menurut Agus Ahyari (99) pemeliharaan merupakan suatu kegiatan mutlak yang diperlukan dalam perusahaan yang saling berkaitan dengan proses produksi, sehingga

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain)

Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain) #10 Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain) 10.1. Pendahuluan Berbagai teknik analitis untuk mengevaluasi reliability dari suatu sistem telah diuraikan pada bab terdahulu. Teknik analitis ini mengasumsikan

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

PROGRAM LINEAR DENGAN METODE SIMPLEX

PROGRAM LINEAR DENGAN METODE SIMPLEX PROGRAM LINEAR DENGAN METODE SIMPLEX PENDAHULUAN Metode simpleks ini adalah suatu prosedur aljabar yang bukan secara grafik untuk mencari nilai optimal dari fungsi tujuan dalam masalah-masalah optimisasi

Lebih terperinci

ANALISIS POSTOPTIMAL/SENSITIVITAS

ANALISIS POSTOPTIMAL/SENSITIVITAS ANALISIS POSTOPTIMAL/SENSITIVITAS Dalam sub bab ini kita akan mempelajari apakah solusi optimal akan berubah jika terjadi perubahan parameter model awal. Jika solusi optimal berubah, dapatkah kita menghitung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peluang Peluang mempunyai banyak persamaan arti, seperti kemungkinan, kesempatan dan kecenderungan. Peluang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang bersifat acak.

Lebih terperinci

Metode Simpleks. Program linier bentuk standar Pengantar metode simpleks

Metode Simpleks. Program linier bentuk standar Pengantar metode simpleks Metode Simpleks Program linier bentuk standar Pengantar metode simpleks Metode-metode Grafis; Jumlah variable yang sedikit Simpleks; Jumlah variable: small - large Interior-point Jumlah variable: etra

Lebih terperinci

Konsep Dasar Markov Chain serta Kemungkinan Penerapannya di Bidang Pertanian

Konsep Dasar Markov Chain serta Kemungkinan Penerapannya di Bidang Pertanian Edi Abdurachman * Konsep Dasar Markov Chain serta Kemungkinan Penerapannya di Bidang Pertanian Pendahuluan Konsep dasar Markov Chain baru diperkenalkan sekitar tahun 1907, oleh seorang Matematisi Rusia

Lebih terperinci

BahanKuliahKe-3 Penelitian Operasional VARIABEL ARTIFISIAL. (Metode Penalty & Teknik Dua Fase) Oleh: Darmansyah Tjitradi, MT.

BahanKuliahKe-3 Penelitian Operasional VARIABEL ARTIFISIAL. (Metode Penalty & Teknik Dua Fase) Oleh: Darmansyah Tjitradi, MT. BahanKuliahKe-3 Penelitian Operasional VARIABEL ARTIFISIAL (Metode Penalty & Teknik Dua Fase) Oleh: Darmansyah Tjitradi, MT. PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL UNLAM 2006 1 TEKNIK VARIABEL ARTIFISIAL Dalam

Lebih terperinci