Metode Matematika untuk Geofisika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metode Matematika untuk Geofisika"

Transkripsi

1 Metode Matematika untuk Geofisika Supriyanto Suparno ( Website: ) ( supri@fisika.ui.ac.id atau supri9@gmail.com ) Edisi I Revisi terakhir tgl: Desember 009 Departemen Fisika-FMIPA, Univeristas Indonesia Dipublikasikan pertama kali pada November 008

2

3 Untuk Nina Marliyani Muflih Syamil dan Hasan Azmi

4 Ketekunan adalah jalan yang terpercaya untuk mengantarkan kita menuju kesuksesan (Supriyanto, 007)

5 Kata Pengantar Ini adalah buku ke-empat yang saya tulis dalam tahun terakhir, semenjak saya kembali ke Indonesia. Namun isi-nya masih tidak terlepas dari dunia komputasi dan analisis numerik sebagaimana buku-buku karya saya sebelumnya. Kali ini, saya menulis buku untuk memberikan catatan kuliah Metode Matematika untuk Geofisika di Departemen Fisika, FMIPA-UI. Di dalam buku ini, algoritma numerik ditulis ke dalam bahasa pemrograman Matlab. Akhirnya saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Dede Djuhana yang telah berkenan memberikan format L A TEX-nya sehingga tampilan tulisan pada buku ini benar-benar layaknya sebuah buku yang siap dicetak. Tak lupa, saya pun sepatutnya berterima kasih kepada seluruh rekan diskusi yaitu para mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Metode Matematika untuk Geofisika PTA 008/009 program Pasca Sarjana Ilmu Fisika di Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia. Walaupun buku ini masih jauh dari sempurna, namun semoga ia dapat salah satu mata air ilmu pengetahuan anak bangsa. Saya izinkan anda meng-copy dan menggunakan buku ini selama itu ditujukan untuk belajar dan bukan untuk tujuan komersial. Bagi yang ingin berdiskusi, memberikan masukan, kritikan dan saran, silakan dikirimkan ke saya yang tercantum di halaman depan buku ini. Depok, 14 November 008 Supriyanto Suparno iii

6 iv

7 Daftar Isi Lembar Persembahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel i iii iii vi vii 1 Matrik dan Komputasi Pengenalan matrik Inisialisasi matrik dalam memori komputer Macam-macam matrik Matrik transpose Matrik bujursangkar Matrik simetrik Matrik diagonal Matrik identitas Matrik upper-triangular Matrik lower-triangular Matrik tridiagonal Matrik diagonal dominan Matrik positive-definite Vektor-baris dan vektor-kolom Operasi matematika Penjumlahan matrik Komputasi penjumlahan matrik Perkalian matrik Komputasi perkalian matrik Perkalian matrik dan vektor-kolom Komputasi perkalian matrik dan vektor-kolom Penutup Latihan Formulasi Masalah Inversi 17.1 Klasifikasi masalah inversi Inversi Model Garis v

8 vi.3 Inversi Model Parabola Inversi Model Bidang Contoh aplikasi Menghitung gravitasi di planet X Kesimpulan Daftar Pustaka 33 Indeks 35

9 Daftar Gambar.1 Data observasi perubahan temperatur terhadap kedalaman dari permukaan tanah 18. Grafik data pengukuran gerak batu Grafik hasil inversi parabola vii

10 viii DAFTAR GAMBAR

11 Daftar Tabel.1 Data temperatur bawah permukaan tanah terhadap kedalaman Data temperatur bawah permukaan tanah terhadap kedalaman Data ketinggian terhadap waktu dari planet X ix

12 x DAFTAR TABEL

13 Bab 1 Matrik dan Komputasi Objektif : Mengenalkan matrik dan jenis-jenis matrik. Mengenalkan operasi penjumlahan dan perkalian matrik. Mendeklarasikan elemen-elemen matrik ke dalam memori komputer. Membuat script operasi matrik. 1.1 Pengenalan matrik Notasi suatu matrik berukuran n x m ditulis dengan huruf besar dan dicetak tebal, misalnya A n m. Huruf n menyatakan jumlah baris, dan huruf m jumlah kolom. Suatu matrik tersusun dari elemen-elemen yang dinyatakan dengan huruf kecil diikuti angka-angka indeks, misalnya a ij, dimana indeks i menunjukan posisi baris ke-i dan indeks j menentukan posisi kolom ke-j. a 11 a 1... a 1m a A = (a ij ) = 1 a... a m (1.1)... a n1 a n... a nm Contoh 1: Matrik A 3 [ ] A = dimana masing-masing elemennya adalah a 11 = 3, a 1 = 8, a 13 = 5, a 1 = 6, a = 4, dan a 3 = 7. Contoh : Matrik B B =

14 BAB 1. MATRIK DAN KOMPUTASI dimana masing-masing elemennya adalah b 11 = 1, b 1 = 3, b 1 = 5, b = 9, b 31 =, dan b 3 = Inisialisasi matrik dalam memori komputer Dalam bahasa pemrograman Matlab, cara mengisi memori komputer dengan elemen-elemen matrik A 3, sesuai dengan Contoh 1 adalah 1 clear all clc 3 4 A(1,1) = 3; 5 A(1,) = 8; 6 A(1,3) = 5; 7 A(,1) = 6; 8 A(,) = 4; 9 A(,3) = 7; 10 A Sedangkan untuk matrik B 3, sesuai Contoh adalah 1 clear all clc 3 4 B(1,1) = 1; 5 B(1,) = 3; 6 B(,1) = 5; 7 B(,) = 9; 8 B(3,1) = ; 9 B(3,) = 4; 10 B Ini bukan satu-satunya cara menginisialisasi suatu matrik, disamping itu, ada juga cara lain yang relatif lebih mudah. Misalnya untuk matrik A dan matrik B bisa ditulis sebagai berikut 1 clear all clc 3 4 A=[ ]; 6 7 B=[ ]; atau 1 clear all clc 3 4 A=[ ; ]; 5 B=[ 1 3 ; 5 9 ; 4];

15 1.3. MACAM-MACAM MATRIK Macam-macam matrik Matrik transpose Operasi transpose terhadap suatu matrik akan menukar elemen-elemen dalam satu kolom menjadi elemen-elemen dalam satu baris; demikian pula sebaliknya. Notasi matrik tranpose adalah A T. Contoh 3: Operasi transpose terhadap matrik A [ ] A = A T = Matrik bujursangkar Matrik bujursangkar adalah matrik yang jumlah baris dan jumlah kolomnya sama. Contoh 4: Matrik bujursangkar berukuran 3x3 atau sering juga disebut matrik bujursangkar orde A = Matrik simetrik Matrik simetrik adalah matrik bujursangkar yang elemen-elemen matrik A bernilai sama dengan matrik transpose-nya (A T ). Contoh 5: Matrik simetrik A = A T = Matrik diagonal Matrik diagonal adalah matrik bujursangkar yang seluruh elemen-nya bernilai 0 (nol), kecuali elemen-elemen diagonalnya. Contoh 6: Matrik diagonal orde 3 A =

16 4 BAB 1. MATRIK DAN KOMPUTASI Matrik identitas Matrik identitas adalah matrik bujursangkar yang semua elemen-nya bernilai 0 (nol), kecuali elemen-elemen diagonal yang seluruhnya bernilai 1. Contoh 7: Matrik identitas orde I = Matrik upper-triangular Matrik upper-tringular adalah matrik bujursangkar yang seluruh elemen dibawah elemen diagonal bernilai 0 (nol). Contoh 8: Matrik upper-triangular A = Matrik lower-triangular Matrik lower-tringular adalah matrik bujursangkar yang seluruh elemen diatas elemen diagonal bernilai 0 (nol). Contoh 9: Matrik lower-triangular A = Matrik tridiagonal Matrik tridiagonal adalah matrik bujursangkar yang seluruh elemen bukan 0 (nol) berada disekitar elemen diagonal, sementara elemen lainnya bernilai 0 (nol). Contoh 10: Matrik tridiagonal A =

17 1.3. MACAM-MACAM MATRIK Matrik diagonal dominan Matrik diagonal dominan adalah matrik bujursangkar yang memenuhi a ii > n j=1,j i dimana i=1,,3,..n. Coba perhatikan matrik-matrik berikut ini A = B = a ij (1.) Pada elemen diagonal a ii matrik A, 7 > + 0, lalu 5 > 3 + 1, dan 6 > Maka matrik A disebut matrik diagonal dominan. Sekarang perhatikan elemen diagonal matrik B, 6 < 4 + 3, < 4 + 0, dan 1 < Dengan demikian, matrik B bukan matrik diagonal dominan Matrik positive-definite Suatu matrik dikatakan positive-definite bila matrik tersebut simetrik dan memenuhi Contoh 11: Diketahui matrik simetrik berikut x t Ax > 0 (1.3) 1 0 A = untuk menguji apakah matrik A bersifat positive-definite, maka x t Ax = = ] 1 0 [x 1 x x ] x 1 x [x 1 x x 3 x 1 + x x 3 x + x 3 = x 1 x 1 x + x x x 3 + x 3 = x 1 + (x 1 x 1 x + x ) + (x x x 3 + x 3) + x 3 = x 1 + (x 1 x ) + (x x 3 ) + x 3 Dari sini dapat disimpulkan bahwa matrik A bersifat positive-definite, karena memenuhi x 1 x x 3 x 1 + (x 1 x ) + (x x 3 ) + x 3 > 0

18 6 BAB 1. MATRIK DAN KOMPUTASI kecuali jika x 1 =x =x 3 = Vektor-baris dan vektor-kolom Notasi vektor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil dan dicetak tebal. Suatu matrik dinamakan vektor-baris berukuran m, bila hanya memiliki satu baris dan m kolom, yang dinyatakan sebagai berikut ] ] a = [a 11 a 1... a 1m = [a 1 a... a m (1.4) Sedangkan suatu matrik dinamakan vektor-kolom berukuran n, bila hanya memiliki satu kolom dan n baris, yang dinyatakan sebagai berikut a 11 a 1 a a = 1. = a. (1.5) a n1 a n 1.4 Operasi matematika Penjumlahan matrik Operasi penjumlahan pada dua buah matrik hanya bisa dilakukan bila kedua matrik tersebut berukuran sama. Misalnya matrik C 3 [ ] C = 7 1 dijumlahkan dengan matrik A 3, lalu hasilnya (misalnya) dinamakan matrik D 3 D = A + C D = = = [ ] [ ] [ ] [ ] Tanpa mempedulikan nilai elemen-elemen masing-masing matrik, operasi penjumlahan antara matrik A 3 dan C 3, bisa juga dinyatakan dalam indeks masing-masing dari kedua matrik tersebut, yaitu [ ] [ ] d 11 d 1 d 13 a 11 + c 11 a 1 + c 1 a 13 + c 13 = d 1 d d 3 a 1 + c 1 a + c a 3 + c 3

19 1.4. OPERASI MATEMATIKA 7 Dijabarkan satu persatu sebagai berikut d 11 = a 11 + c 11 d 1 = a 1 + c 1 d 13 = a 13 + c 13 (1.6) d 1 = a 1 + c 1 d = a + c d 3 = a 3 + c 3 Dari sini dapat diturunkan sebuah rumus umum penjumlahan dua buah matrik d ij = a ij + c ij (1.7) dimana i=1, dan j=1,, Komputasi penjumlahan matrik Berdasarkan contoh operasi penjumlahan di atas, indeks j pada persamaan (1.7) lebih cepat berubah dibanding indeks i sebagaimana ditulis pada persamaan (1.6), d 11 = a 11 + c 11 d 1 = a 1 + c 1 d 13 = a 13 + c 13 Jelas terlihat, ketika indeks i masih bernilai 1, indeks j sudah berubah dari nilai 1 sampai 3. Hal ini membawa konsekuensi pada script pemrograman, dimana looping untuk indeks j harus diletakkan di dalam looping indeks i. Pokoknya yang looping-nya paling cepat harus diletakkan paling dalam; sebaliknya, looping paling luar adalah looping yang indeksnya paling jarang berubah. Dalam matlab, algoritma penjumlahan dua matrik ditulis sebagai berikut: 1 for i=1: for j=1:3 3 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j); 4 end 5 end Sedangkan dalam Fortran77, operasi penjumlahan antara matrik ditulis sebagai berikut: A 3 dan C 3 adalah 1 do i=1, do j=1,3 3 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j) 4 end do 5 end do

20 8 BAB 1. MATRIK DAN KOMPUTASI Perhatikan kedua script di atas! Penulisan indeks i harus didahulukan daripada indeks j. Perlu dicatat bahwa ukuran matrik tidak terbatas hanya x3. Tentu saja anda bisa mengubah ukurannya sesuai dengan keperluan atau kebutuhan anda. Jika ukuran matrik dinyatakan secara umum sebagai n x m, dimana n adalah jumlah baris dan m adalah jumlah kolom, maka bentuk pernyataan komputasinya dalam matlab menjadi 1 for i=1:n for j=1:m 3 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j); 4 end 5 end sedangkan dalam Fortran77 1 do i=1,n do j=1,m 3 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j) 4 end do 5 end do Sekarang, mari kita lengkapi dengan contoh sebagai berikut: diketahui matrik A 3 [ ] A = dan matrik C 3 [ ] C = 7 1 Program untuk menjumlahkan kedua matrik tersebut dalam matlab adalah: 1 clear all clc 3 4 A(1,1) = 3; 5 A(1,) = 8; 6 A(1,3) = 5; 7 A(,1) = 6; 8 A(,) = 4; 9 A(,3) = 7; 10 C(1,1) = 9; 11 C(1,) = 5; 1 C(1,3) = 3; 13 C(,1) = 7; 14 C(,) = ; 15 C(,3) = 1; 16 n= 17 m=3 18 for i=1:n 19 for j=1:m 0 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j); 1 end end

21 1.4. OPERASI MATEMATIKA 9 sedangkan dalam Fortran77 1 A(1,1) = 3 A(1,) = 8 3 A(1,3) = 5 4 A(,1) = 6 5 A(,) = 4 6 A(,3) = 7 7 C(1,1) = 9 8 C(1,) = 5 9 C(1,3) = 3 10 C(,1) = 7 11 C(,) = 1 C(,3) = 1 13 n= 14 m=3 15 do i=1,n 16 do j=1,m 17 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j) 18 end do 19 end do Perkalian matrik Operasi perkalian dua buah matrik hanya bisa dilakukan bila jumlah kolom matrik pertama sama dengan jumlah baris matrik kedua. Jadi kedua matrik tersebut tidak harus berukuran sama seperti pada penjumlahan dua matrik. Misalnya matrik A 3 dikalikan dengan matrik B 3, lalu hasilnya (misalnya) dinamakan matrik E E = A 3.B 3 E = = = [ ] [ ] [ ] Tanpa mempedulikan nilai elemen-elemen masing-masing matrik, operasi perkalian antara matrik A 3 dan B 3, bisa juga dinyatakan dalam indeks masing-masing dari kedua matrik tersebut, yaitu [ ] [ ] e 11 e 1 a 11.b 11 + a 1.b 1 + a 13.b 31 a 11.b 1 + a 1.b + a 13.b 3 = e 1 e a 1.b 11 + a.b 1 + a 3.b 31 a 1.b 1 + a.b + a 3.b 3

22 10 BAB 1. MATRIK DAN KOMPUTASI Bila dijabarkan, maka elemen-elemen matrik E adalah e 11 = a 11.b 11 + a 1.b 1 + a 13.b 31 (1.8) e 1 = a 11.b 1 + a 1.b + a 13.b 3 (1.9) e 1 = a 1.b 11 + a.b 1 + a 3.b 31 (1.10) e = a 1.b 1 + a.b + a 3.b 3 (1.11) Sejenak, mari kita amati perubahan pasangan angka-angka indeks yang mengiringi elemen e, a dan b pada persamaan (1.8) sampai persamaan (1.11). Perhatikan perubahan angka indeks pertama pada elemen e seperti berikut ini e 1.. =.. e 1.. =.. e.. =.. e.. =.. Pola perubahan yang sama akan kita dapati pada angka indeks pertama dari elemen a e 1.. = a 1...b... + a 1...b... + a 1...b... e 1.. = a 1...b... + a 1...b... + a 1...b... e.. = a...b... + a...b... + a...b... e.. = a...b... + a...b... + a...b... Dengan demikian kita bisa mencantumkan huruf i sebagai pengganti angka-angka indeks yang polanya sama e i.. = a i...b... + a i...b... + a i...b... e i.. = a i...b... + a i...b... + a i...b... e i.. = a i...b... + a i...b... + a i...b... e i.. = a i...b... + a i...b... + a i...b... dimana i bergerak mulai dari angka 1 hingga angka, atau kita nyatakan i=1,. Selanjutnya, masih dari persamaan (1.8) sampai persamaan (1.11), marilah kita perhatikan perubahan angka indeks masih pada elemen e dan elemen b, e i1 = a i...b..1 + a i...b..1 + a i...b..1 e i = a i...b.. + a i...b.. + a i...b.. e i1 = a i...b..1 + a i...b..1 + a i...b..1 e i = a i...b.. + a i...b.. + a i...b..

23 1.4. OPERASI MATEMATIKA 11 Dengan demikian kita bisa mencantumkan huruf j sebagai pengganti angka-angka indeks yang polanya sama e ij = a i...b..j + a i...b..j + a i...b..j e ij = a i...b..j + a i...b..j + a i...b..j e ij = a i...b..j + a i...b..j + a i...b..j e ij = a i...b..j + a i...b..j + a i...b..j dimana j bergerak mulai dari angka 1 hingga angka, atau kita nyatakan j=1,. Selanjutnya, masih dari persamaan (1.8) sampai persamaan (1.11), mari kita perhatikan perubahan angka indeks masih pada elemen a dan elemen b, dimana kita akan dapati pola sebagai berikut e ij = a i1.b 1j + a i.b j + a i3.b 3j e ij = a i1.b 1j + a i.b j + a i3.b 3j e ij = a i1.b 1j + a i.b j + a i3.b 3j e ij = a i1.b 1j + a i.b j + a i3.b 3j Dan kita bisa mencantumkan huruf k sebagai pengganti angka-angka indeks yang polanya sama, dimana k bergerak mulai dari angka 1 hingga angka 3, atau kita nyatakan k=1,,3. e ij = a ik.b kj + a ik.b kj + a ik.b kj e ij = a ik.b kj + a ik.b kj + a ik.b kj e ij = a ik.b kj + a ik.b kj + a ik.b kj e ij = a ik.b kj + a ik.b kj + a ik.b kj Kemudian secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut e ij = a ik.b kj + a ik.b kj + a ik.b kj (1.1) Selanjutnya dapat ditulis pula formula berikut e ij = dimana i=1,; j=1,; dan k=1,,3. 3 a ik b kj (1.13) k=1 Berdasarkan contoh ini, maka secara umum bila ada matrik A n m yang dikalikan dengan matrik B m p, akan didapatkan matrik E n p dimana elemen-elemen matrik E memenuhi m e ij = a ik b kj (1.14) dengan i=1,,...,n; j=1,...,p; dan k=1,...,m. k=1

24 1 BAB 1. MATRIK DAN KOMPUTASI Komputasi perkalian matrik Komputasi operasi perkalian antara matrik A 3 dan B 3 dilakukan melalui tahap; pertama adalah memberikan nilai 0 (nol) pada elemen-elemen matrik E dengan cara (dalam matlab) 1 for i=1: for j=1: 3 E(i,j)=0.0; 4 end 5 end dalam Fortran77 1 do i=1, do j=1, 3 E(i,j)=0.0 4 end do 5 end do kedua adalah menghitung perkalian matrik dengan cara (dalam matlab) 1 for i=1: for j=1: 3 for k=1:3 4 E(i,j)=E(i,j)+A(i,k)*B(k,j); 5 end 6 end 7 end dalam Fortran77 1 do i=1, do j=1, 3 do k=1,3 4 E(i,j)=E(i,j)+A(i,k)*B(k,j) 5 end do 6 end do 7 end do Sebentar.., sebelum dilanjut tolong perhatikan penempatan indeks i, j dan k pada script di atas. Mengapa indeks i didahulukan daripada indeks j dan k? Ini bukan sesuatu yang kebetulan. Dan ini juga bukan sekedar mengikuti urutan huruf abjad i,j,k. Sekali lagi ingin saya tegaskan bahwa penempatan yang demikian semata-mata mengikuti aturan umum yaitu looping yang indeksnya berubah paling cepat harus diletakkan paling dalam; sebaliknya, looping paling luar adalah looping yang indeksnya paling jarang berubah. Kalau anda perhatikan dengan teliti, pasti anda akan menemukan fakta bahwa indeks k paling cepat berubah. Kemudian disusul oleh indeks j. Lalu yang paling jarang berubah adalah indeks i. Itulah sebabnya, penempatan urutan indeks pada script di atas harus dimulai dari i terlebih dahulu sebagai looping terluar, kemudian indeks j, dan yang terakhir indeks k sebagai looping terdalam.

25 1.4. OPERASI MATEMATIKA 13 Tentu saja anda bisa mengubah ukurannya sesuai dengan keperluan atau kebutuhan anda. Jika ukuran matrik A dinyatakan secara umum sebagai n x m dan matrik B berukuran m x p, maka bentuk pernyataan komputasinya dalam Matlab menjadi 1 for i=1:n for j=1:p 3 E(i,j)=0.0; 4 end 5 end 6 for i=1:n 7 for j=1:p 8 for k=1:m 9 E(i,j)=E(i,j)+A(i,k)*B(k,j); 10 end 11 end 1 end dalam Fortran77 1 do i=1,n do j=1,p 3 E(i,j)=0.0 4 end do 5 end do 6 do i=1,n 7 do j=1,p 8 do k=1,m 9 E(i,j)=E(i,j)+A(i,k)*B(k,j) 10 end do 11 end do 1 end do dimana akan diperoleh hasil berupa matrik E yang berukuran n x p Perkalian matrik dan vektor-kolom Operasi perkalian antara matrik dan vektor-kolom sebenarnya sama saja dengan perkalian antara dua matrik. Hanya saja ukuran vektor-kolom boleh dibilang spesial yaitu m x 1, dimana m merupakan jumlah baris sementara jumlah kolomnya hanya satu. Misalnya matrik A, pada contoh 1, dikalikan dengan vektor-kolom x yang berukuran 3 x 1 atau disingkat dengan mengatakan vektor-kolom x berukuran 3, lalu hasilnya (misalnya) dinamakan vektor-kolom y y = Ax

26 14 BAB 1. MATRIK DAN KOMPUTASI y = = = [ ] [ ] [ ] 50 5 Sekali lagi, tanpa mempedulikan nilai elemen-elemen masing-masing, operasi perkalian antara matrik A dan vektor-kolom x, bisa juga dinyatakan dalam indeksnya masing-masing, yaitu [ y 1 y ] [ ] a 11.x 1 + a 1.x + a 13.x 3 = a 1.x 1 + a.x + a 3.x 3 Bila dijabarkan, maka elemen-elemen vektor-kolom y adalah y 1 = a 11.x 1 + a 1.x + a 13.x 3 y = a 1.x 1 + a.x + a 3.x 3 kemudian secara sederhana dapat diwakili oleh rumus berikut y i = dimana i=1,. 3 a ij x j j=1 Berdasarkan contoh tersebut, secara umum bila ada matrik A berukuran n x m yang dikalikan dengan vektor-kolom x berukuran m, maka akan didapatkan vektor-kolom y berukuran n x 1 dimana elemen-elemen vektor-kolom y memenuhi y i = dengan i=1,,...,n. m a ij x j (1.15) j= Komputasi perkalian matrik dan vektor-kolom Sama seperti perkalian dua matrik, komputasi untuk operasi perkalian antara matrik A berukuran n x m dan vektor-kolom x berukuran m dilakukan melalui tahap; pertama adalah memberikan nilai 0 (nol) pada elemen-elemen vektor-kolom y yang berukuran n. Lalu tahap kedua adalah melakukan proses perkalian. Kedua tahapan ini digabung jadi satu dalam program berikut ini 1 for i=1:n b(i,1)=0.0;

27 1.5. PENUTUP 15 3 end 4 for i=1:n 5 for j=1:m 6 b(i,1)=b(i,1)+a(i,j)*x(j,1); 7 end 8 end dan dalam Fortran 1 do i=1,n b(i,1)=0.0 3 end do 4 do i=1,n 5 do j=1,m 6 b(i,1)=b(i,1)+a(i,j)*x(j,1) 7 end do 8 end do 1.5 Penutup Demikianlah catatan singkat dan sederhana mengenai jenis-jenis matrik dasar yang seringkali dijumpai dalam pengolahan data fisika secara numerik. Semuanya akan dijadikan acuan atau referensi pada pembahasan topik-topik numerik yang akan datang. 1.6 Latihan Diketahui matrik A, matrik B, dan vektor x sebagai berikut A = B = x = Buatlah script untuk menyelesaikan penjumlahan matrik A dan matrik B.. Buatlah script untuk menyelesaikan perkalian matrik A dan matrik B. 3. Buatlah script untuk menyelesaikan perkalian matrik A dan vektor x. 4. Buatlah script untuk menyelesaikan perkalian matrik B dan vektor x.

28

29 Bab Formulasi Masalah Inversi.1 Klasifikasi masalah inversi Dalam masalah inversi, kita selalu berhubungan dengan parameter model (M) dan data (N); yang mana jumlah dari masing-masing akan menentukan klasifikasi permasalahan inversi dan cara penyelesaiannya. Bila jumlah model parameter lebih sedikit dibandingkan data observasi (M < N), maka permasalahan inversi ini disebut overdetermined. Umumnya masalah ini diselesaikan menggunakan pencocokan (best fit) terhadap data observasi. Dalam kondisi yang lain dimana jumlah parameter yang ingin dicari (M) lebih banyak dari pada jumlah datanya (N), maka masalah inversi ini disebut underdetermined. Dalam kasus ini terdapat sekian banyak model yang dapat sesuai kondisi datanya. Inilah yang disebut dengan masalah nonuniqness. Bagaimana cara untuk mendapatkan model yang paling mendekati kondisi bawah permukaan? Menurut Meju, 1994 persoalan ini bisa diselesaikan dengan model yang parameternya berbentuk fungsi kontinyu terhadap posisi. Kasus yang terakhir adalah ketika jumlah data sama atau hampir sama dengan jumlah parameter. Ini disebut evendetermined. Pada kasus ini model yang paling sederhana dapat diperoleh menggunakan metode inversi langsung. Pada bab ini, saya mencoba menyajikan dasar teknik inversi yang diaplikasikan pada model garis, model parabola dan model bidang. Uraian aplikasi tersebut diawali dari ketersediaan data observasi, lalu sejumlah parameter model (unknown parameter) mesti dicari dengan teknik inversi. Mari kita mulai dari model garis.. Inversi Model Garis Secara teori, variasi temperatur bawah permukaan akan semakin meningkat ketika temperatur tersebut diukur semakin kedalam permukaan bumi. Misalnya telah dilakukan sebanyak sepuluh kali (N = 10) pengukuran temperatur (T i ) pada kedalaman yang berbeda beda (z i ) sebagaimana ditunjukan datanya pada Tabel.1. 17

30 18 BAB. FORMULASI MASALAH INVERSI Tabel.1: Data temperatur bawah permukaan tanah terhadap kedalaman Pengukuran ke-i Kedalaman (m) Temperatur ( O C) 1 z 1 = 5 T 1 = 35.4 z = 16 T = z 3 = 5 T 3 = z 4 = 40 T 4 = z 5 = 50 T 5 = z 6 = 60 T 6 = z 7 = 70 T 7 = z 8 = 80 T 8 = z 9 = 90 T 9 = z 10 = 100 T 10 = Variasi Temperatur terhadap Kedalaman 00 Temeprature (Celcius) Kedalaman (m) Gambar.1: Data observasi perubahan temperatur terhadap kedalaman dari permukaan tanah Source code untuk menggambar grafik tersebut dalam Matlab adalah 1 clear all clc 3 % Data observasi 4 z = [ ]; 5 T = [ ]; 6 7 % Menampilkan grafik 8 plot ( z, T, b* ) 9 xlabel( Kedalaman (meter) ); 10 ylabel( Temeprature (Celcius) ); 11 title( Variasi Temperatur terhadap Kedalaman )

31 .. INVERSI MODEL GARIS 19 Lalu kita berasumsi bahwa variasi temperatur terhadap kedalaman ditentukan oleh rumus berikut ini: m 1 + m z i = T i (.1) dimana m 1 dan m adalah konstanta-konstanta yang akan dicari. Rumus di atas disebut model matematika. Sedangkan m 1 dan m disebut parameter model atau biasa juga disebut unknown parameter. Pada model matematika di atas terdapat dua buah parameter model, (M = ). Sementara jumlah data observasi ada empat, (N = 10), yaitu nilai-nilai kedalaman, z i, dan temperatur, T i. Berdasarkan model tersebut, kita bisa menyatakan temperatur dan kedalaman masing-masing sebagai berikut: m 1 + m z 1 = T 1 m 1 + m z = T m 1 + m z 3 = T 3 m 1 + m z 4 = T 4 m 1 + m z 5 = T 5 m 1 + m z 6 = T 6 m 1 + m z 7 = T 7 m 1 + m z 8 = T 8 m 1 + m z 9 = T 9 m 1 + m z 10 = T 10 Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik berikut ini: 1 z 1 1 z 1 z 3 1 z 4 [ 1 z 5 1 z 6 1 z 7 1 z 8 1 z 9 1 z 10 m 1 m ] = T 1 T T 3 T 4 T 5 T 6 T 7 T 8 T 9 T 10 (.) Lalu ditulis secara singkat Gm = d (.3) dimana d adalah data yang dinyatakan dalam vektor kolom, m adalah model parameter, juga dinyatakan dalam vektor kolom, dan G disebut matrik kernel. Lantas bagaimana cara menda-

32 0 BAB. FORMULASI MASALAH INVERSI patkan nilai m 1 dan m pada vektor kolom m? Manipulasi 1 berikut ini bisa menjawabnya G T Gm = G T d (.4) dimana T disini maksudnya adalah tanda transpos matrik. Selanjutnya, untuk mendapatkan elemen-elemen m, diperlukan langkah-langkah perhitungan berikut ini: G T Gm = G T d [G T G] 1 G T Gm = [G T G] 1 G T d m = [G T G] 1 G T d (.5) 1. Tentukan transpos dari matrik kernel, yaitu G T 1 z 1 1 z 1 z 3 1 z 4 [ 1 z 5 G = G T = 1 z 6 1 z 7 1 z 8 1 z 9 1 z z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8 z 9 z 10 ]. Lakukan perkalian matriks G T G [ G T G = z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8 z 9 z 10 ] 1 z 1 1 z 1 z 3 1 z 4 1 z 5 1 z 6 1 z 7 1 z 8 1 z 9 [ = ] N zi zi z i 1 z 10 dimana N = 10 atau sesuai dengan jumlah data observasi; sementara i = 1,, 3,..., Matrik G biasanya tidak berbentuk bujursangkar. Akibatnya tidak bisa dihitung nilai invers-nya. Dengan mengalikan matrik G dan transpose matrik G, maka akan diperoleh matrik bujursangkar

33 .. INVERSI MODEL GARIS 1 3. Kemudian tentukan pula G T d [ G T d = z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8 z 9 z 10 ] T 1 T T 3 T 4 T 5 T 6 T 7 T 8 T 9 = [ Ti zi T i ] T Dengan menggunakan hasil dari langkah dan langkah 3, maka persamaan (.4) dapat dinyatakan sebagai G T Gm = G T d [ ] [ N zi zi z i m 1 m ] = [ ] Ti zi T i (.6) Berdasarkan data observasi pada tabel di atas, diperoleh m = [G T G] 1 G T d [ [ m 1 m m 1 m ] ] = = [ [ N zi ] 1 [ Ti ] zi z i zi T i ] 1 [ ] (.7) Operasi matriks di atas akan menghasilkan nilai m 1 = 4.9 dan m =.0. Perintah di Matlab untuk menghitung elemen-elemen m, yaitu m=inv(g *G)*G *d Secara lebih lengkap, source code Matlab untuk melakukan inversi data observasi adalah Source-code Matlab untuk perhitungan inversi data observasi tersebut adalah: 1 clear all clc 3 % Data observasi 4 z = [ ]; 5 T = [ ]; 6 7 % Perhitungan matrik Kernel

34 BAB. FORMULASI MASALAH INVERSI 8 G = [1 z(1) ; 9 1 z() ; 10 1 z(3) ; 11 1 z(4) ; 1 1 z(5) ; 13 1 z(6) ; 14 1 z(7) ; 15 1 z(8) ; 16 1 z(9) ; 17 1 z(10) ]; % Perhitungan inversi 0 m = inv(g *G)*G *T Demikianlah contoh aplikasi teknik inversi untuk menyelesaikan persoalan model garis. Anda bisa mengaplikasikan pada kasus lain, dengan syarat kasus yang anda tangani memiliki bentuk model yang sama dengan yang telah dikerjakan pada catatan ini, yaitu model garis: y = m 1 + m x. Selanjutnya mari kita pelajari inversi model parabola..3 Inversi Model Parabola Kembali kita ambil contoh variasi temperatur terhadap kedalaman dengan sedikit modifikasi data. Misalnya telah dilakukan sebanyak delapan kali (N = 8) pengukuran temperatur (T i ) pada kedalaman yang berbeda beda (z i ). Tabel pengukuran yang diperoleh adalah: Lalu ki- Tabel.: Data temperatur bawah permukaan tanah terhadap kedalaman Pengukuran ke-i Kedalaman (m) Temperatur ( O C) 1 z 1 = 5 T 1 = 1, 75 z = 8 T =, 68 3 z 3 = 14 T 3 = 5, 6 4 z 4 = 1 T 4 = 30, 87 5 z 5 = 30 T 5 = 40, 5 6 z 6 = 36 T 6 = 48, 7 7 z 7 = 45 T 7 = 63, 75 8 z 8 = 60 T 8 = 96 ta berasumsi bahwa variasi temperatur terhadap kedalaman memenuhi model matematika berikut ini: m 1 + m z i + m 3 zi = T i (.8) dimana m 1, m dan m 3 adalah unknown parameter. Jadi pada model di atas terdapat tiga buah model parameter, (M = 3). Adapun yang berlaku sebagai data adalah nilai-nilai temperatur T 1, T,..., dan T 8. Berdasarkan model tersebut, kita bisa menyatakan temperatur dan kedalaman sebagai sistem persamaan simultan yang terdiri atas 8 persamaan (sesuai dengan

35 .3. INVERSI MODEL PARABOLA 3 jumlah data observasi): m 1 + m z 1 + m 3 z1 = T 1 m 1 + m z + m 3 z = T m 1 + m z 3 + m 3 z3 = T 3 m 1 + m z 4 + m 3 z4 = T 4 m 1 + m z 5 + m 3 z5 = T 5 m 1 + m z 6 + m 3 z6 = T 6 m 1 + m z 7 + m 3 z7 = T 7 m 1 + m z 8 + m 3 z8 = T 8 Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik berikut ini: 1 z 1 z1 1 z z 1 z 3 z 3 1 z 4 z4 1 z 5 z5 1 z 6 z6 1 z 7 z7 1 z 8 z8 m 1 m m 3 = T 1 T T 3 T 4 T 5 T 6 T 7 T 8 (.9) Lalu ditulis secara singkat Gm = d (.10) dimana d adalah data yang dinyatakan dalam vektor kolom, m adalah model parameter, juga dinyatakan dalam vektor kolom, dan G disebut matrik kernel. Lantas bagaimana cara mendapatkan nilai m 1, m dan m 3 pada vektor kolom m? Manipulasi berikut ini bisa menjawabnya G t Gm = G t d (.11) dimana t disini maksudnya adalah tanda transpos matrik. Selanjutnya, untuk mendapatkan elemen-elemen m, diperlukan langkah-langkah perhitungan berikut ini:

36 4 BAB. FORMULASI MASALAH INVERSI 1. Tentukan transpos dari matrik kernel, yaitu G t 1 z 1 z1 1 z z 1 z 3 z 3 G = 1 z 4 z 4 1 z 5 z5 1 z 6 z6 1 z 7 z7 1 z 8 z8 G t = z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8 z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8. Tentukan G t G G t G = z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8 z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8 1 z 1 z1 1 z z 1 z 3 z3 1 z 4 z4 1 z 5 z5 1 z 6 z6 1 z 7 z7 N zi z i = zi z i z 3 i z i z 3 i z 4 i 1 z 8 z 8 dimana N = 8 dan i = 1,, 3,...,8. 3. Kemudian tentukan pula G t d G t d = z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8 z 1 z z 3 z 4 z 5 z 6 z 7 z 8 T 1 T T 3 T 4 T 5 T 6 T 7 Ti = zi T i z i T i T 8 4. Sekarang persamaan (.16) dapat dinyatakan sebagai N zi z i zi z i z 3 i m 1 m = Ti zi T i (.1) z i z 3 i z 4 i m 3 z i T i

37 .4. INVERSI MODEL BIDANG 5 Berdasarkan data observasi pada tabel di atas, diperoleh m 1 m m 3 = 349, , , 33 (.13) Program Matlab telah menyediakan sebuah baris perintah untuk menghitung elemenelemen m, yaitu m=inv(g *G)*G *d Sehingga operasi matriks di atas akan menghasilkan nilai m 1 = 1, m = 0, 05 dan m 3 = 0, 0. Demikianlah contoh aplikasi teknik inversi untuk menyelesaikan persoalan model parabola. Anda bisa mengaplikasikan pada kasus lain, dengan syarat kasus yang anda tangani memiliki bentuk model yang sama dengan yang telah dikerjakan pada catatan ini, yaitu model garis: y = m 1 + m x + +m 3 x. Selanjutnya mari kita pelajari inversi model bidang atau model - dimensi (-D)..4 Inversi Model Bidang Dalam catatan ini saya belum sempat mencari contoh data observasi yang sesuai untuk model -dimensi. Maka, saya ingin langsung saja mengajukan sebuah model matematika untuk - dimensi berikut ini: m 1 + m x i + m 3 y i = d i (.14) dimana m 1, m dan m 3 merupakan unknown parameter yang akan dicari. Adapun yang berlaku sebagai data adalah d 1, d, d 3,..., d i. Berdasarkan model matematika tersebut, kita bisa nyatakan m 1 + m x 1 + m 3 y 1 = d 1 m 1 + m x + m 3 y = d m 1 + m x 3 + m 3 y 3 = d m 1 + m x N + m 3 y N = d N Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik berikut ini: 1 x 1 y 1 1 x y 1 x 3 y x N y N m 1 m m 3 = d 1 d d 3. d N

38 6 BAB. FORMULASI MASALAH INVERSI Lalu ditulis secara singkat Gm = d (.15) dimana d adalah data yang dinyatakan dalam vektor kolom, m adalah unknown parameter, juga dinyatakan dalam vektor kolom, dan G disebut matrik kernel. Lantas bagaimana cara mendapatkan nilai m 1, m dan m 3 pada vektor kolom m? Sama seperti sebelumnya, kita harus membuat persamaan matriks berikut ini G t Gm = G t d (.16) dimana t disini maksudnya adalah tanda transpos matrik. Selanjutnya, untuk mendapatkan elemen-elemen m, diperlukan langkah-langkah perhitungan berikut ini: 1. Tentukan transpos dari matrik kernel, yaitu G t 1 x 1 y 1 1 x y G = 1 x 3 y x N y N G t = x 1 x x 3 x N y 1 y y 3 y N. Tentukan G t G G t G = x 1 x x 3 x N y 1 y y 3 y N 1 x 1 y 1 1 x y 1 x 3 y 3... N xi yi = xi x i xi y i yi xi y i y i 1 x N y N dimana N = jumlah data. dan i = 1,, 3,..., N. 3. Kemudian tentukan pula G t d G t d = x 1 x x 3 x N y 1 y y 3 y N d 1 d d 3. di = xi d i yi d i d N 4. Sekarang, persamaan (.16) dapat dinyatakan sebagai N xi yi xi x i xi y i m 1 m = di xi d i (.17) yi xi y i y i m 3 yi d i

39 .5. CONTOH APLIKASI 7 5. Sampai disini, jika tersedia data observasi, maka anda tinggal memasukan data tersebut ke dalam persamaan di atas, sehingga nilai elemen-elemen m dapat dihitung dengan perintah matlab m=inv(g *G)*G *d Langkah-langkah selanjutnya akan sama persis dengan catatan sebelumnya (model linear dan model parabola) Anda bisa mengaplikasikan data pengukuran yang anda miliki, dengan syarat kasus yang anda tangani memiliki bentuk model yang sama dengan yang telah dikerjakan pada catatan ini, yaitu memiliki tiga buah model parameter yang tidak diketahui dalam bentuk persamaan bidang (atau -dimensi): d = m 1 + m x + m 3 y..5 Contoh aplikasi.5.1 Menghitung gravitasi di planet X Seorang astronot tiba di suatu planet yang tidak dikenal. Setibanya disana, ia segera mengeluarkan kamera otomatis, lalu melakukan ekperimen kinematika yaitu dengan melempar batu vertikal ke atas. Hasil foto-foto yang terekam dalam kamera otomatis adalah sebagai berikut Plot data pengukuran waktu vs ketinggian diperlihatkan pada Gambar.. Anda diminta un- Tabel.3: Data ketinggian terhadap waktu dari planet X Waktu (dt) Ketinggian (m) Waktu (dt) Ketinggian (m) 0,00 5,00,75 7,6 0,5 5,75 3,00 7,5 0,50 6,40 3,5 6,77 0,75 6,94 3,50 6,0 1,00 7,38 3,75 5,5 1,5 7,7 4,00 4,73 1,50 7,96 4,5 3,85 1,75 8,10 4,50,86,00 8,13 4,75 1,77,5 8,07 5,00 0,58,50 7,90 tuk membantu proses pengolahan data sehingga diperoleh nilai konstanta gravitasi di planet tersebut dan kecepatan awal batu. Jelas, ini adalah persoalan inversi, yaitu mencari unkown parameter (konstanta gravitasi dan kecepatan awal batu) dari data observasi (hasil foto gerak sebuah batu). Langkah awal untuk memecahkan persoalan ini adalah dengan mengajukan asumsi model matematika, yang digali dari konsep-konsep fisika, yang kira-kira paling cocok dengan situasi pengambilan data observasi. Salah satu konsep dari fisika yang bisa diajukan adalah konsep

40 8 BAB. FORMULASI MASALAH INVERSI Tinggi (meter) Waktu (detik) Gambar.: Grafik data pengukuran gerak batu tentang Gerak-Lurus-Berubah-Beraturan (GLBB), yang formulasinya seperti ini h o + v o t 1 gt = h Berdasarkan tabel data observasi, ketinggian pada saat t = 0 adalah 5 m. Itu artinya h o = 5 m. Sehingga model matematika (formulasi GLBB) dapat dimodifikasi sedikit menjadi Selanjut, didefinisikan m 1 dan m sebagai berikut v o t 1 gt = h h o (.18) m 1 = v o m = 1 g (.19) sehingga persamaan model GLBB menjadi m 1 t i + m t i = h i 5 (.0) dimana i menunjukkan data ke-i. Langkah berikutnya adalah menentukan nilai tiap-tiap elemen matrik kernel, yaitu dengan

41 .5. CONTOH APLIKASI 9 memasukan data observasi kedalam model matematika (persamaan (.0)) m 1 t 1 + m t 1 = h 1 5 m 1 t + m t = h 5 m 1 t 3 + m t 3 = h =. m 1 t 0 + m t 0 = h 0 5 Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik berikut ini: t 1 t 1 t t t 3 t 3 [ t 4 t 4.. t 19 t 19 t 0 t 0 m 1 m ] = h 1 5 h 5 h 3 5. h 19 5 h 0 5 Operasi matrik di atas memenuhi persamaan matrik Gm = d Seperti yang sudah dipelajari pada bab ini, penyelesaian masalah inversi dimulai dari proses manipulasi persamaan matrik sehingga perkalian antara G t dan G menghasilkan matriks bujursangkar G t Gm = G t d (.1) Selanjutnya, untuk mendapatkan m 1 dan m, prosedur inversi dilakukan satu-per-satu 1. Menentukan transpos matrik kernel, yaitu G t G = t 1 t 1 t t t 3 t 3 t 4 t 4.. t 19 t 19 t 0 t 0 [ ] G t t 1 t t 3 t 4... t 19 t 0 = t 1 t t 3 t 4... t 19 t 0

42 30 BAB. FORMULASI MASALAH INVERSI. Menentukan G t G [ G t t 1 t t 3 t 4... t 19 t 0 G = t 1 t t 3 t 4... t 19 t 0 ] t 1 t 1 t t t 3 t 3 t 4 t 4.. t 19 t 19 = [ ] t i t 3 i t 3 i t 4 i t 0 t 0 dimana N = 0 dan i = 1,,..., N. 3. Kemudian menentukan hasil perkalian G t d [ G t d = t 1 t t 3 t 4... t 19 t 0 t 1 t t 3 t 4... t 19 t 0 ] h 1 h h 3 h 4. h 19 = [ ti ] h i t i h i h 0 4. Sekarang persamaan (.1) dapat dinyatakan sebagai [ ] [ t i t 3 i t 3 i t 4 i m 1 m ] = [ ti ] h i t i h i (.) Berdasarkan data observasi, diperoleh [ 179, 4 689, 1 689, 1 8, 9 ] [ m 1 m ] = [ 73, 7 796, 3 ] Hasil operasi matriks ini dapat diselesaikan dengan satu baris statemen di matlab yaitu m=inv(g *G)*G *d Hasil inversinya adalah nilai kecepatan awal yaitu saat batu dilempar ke atas adalah sebesar m 1 = v o = 3,009 m/dt. Adapun percepatan gravitasi diperoleh dari m dimana m = 1 g = -0,8169; maka disimpulkan nilai g adalah sebesar 1,6338 m/dt. Gambar.3 memperlihatkan kurva hasil inversi berserta sebaran titik data observasi. Garis berwarna biru merupakan garis kurva fitting hasil inversi parabola. Sedangkan bulatan berwarna merah adalah data pengukuran ketinggian (m) terhadap waktu (dt). Jelas terlihat bahwa garis kurva berwarna biru benar-benar cocok melewati semua titik data pengukuran. Ini menunjukkan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Sehingga nilai kecepatan awal dan gravitasi hasil inversi cukup valid untuk menjelaskan gerak batu di planet X.

43 .6. KESIMPULAN Ketinggian (m) Waktu (dt) Gambar.3: Grafik hasil inversi parabola.6 Kesimpulan Dari sejumlah contoh pada bab ini, terlihat bahwa matrik kernel kerap kali berubah-ubah, sesuai dengan model matematika. Jadi, model matematika secara otomatis akan mempengaruhi bentuk rupa matrik kernelnya.

44

45 Daftar Pustaka [1] Burden, R.L. and Faires, J.D., (001), Numerical Analysis, Seventh Edition, Brooks/Cole, Thomson Learning Academic Resource Center. [] Haliday and Resnick, (001), Fundamental of Physics, Brooks/Cole, Thomson Learning Academic Resource Center. 33

46

47 Indeks Positive-definite, 5 Transpose, 3 Tridiagonal, 4 Vektor-baris, 6 Vektor-kolom, 6 35

MATRIK DAN KOMPUTASI

MATRIK DAN KOMPUTASI MATRIK DAN KOMPUTASI Penulis: Supriyanto, email: supri@fisika.ui.ac.id Staf Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia Fukuoka, 5 Feb 2005 Catatan ini bermaksud menjelaskan secara singkat

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab-

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl:

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi II Revisi terakhir tgl: 12 Februari 2008 Departemen

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Dalam Matlab-

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Dalam Matlab- Komputasi untuk Sains dan Teknik -Dalam Matlab- Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl: 25

Lebih terperinci

Analisis Data Geofisika: Memahami Teori Inversi

Analisis Data Geofisika: Memahami Teori Inversi Analisis Data Geofisika: Memahami Teori Inversi Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Edisi I Departemen Fisika-FMIPA Univeristas Indonesia 007 Untuk Muflih Syamil, Hasan Azmi dan Farah Raihanah Mottoku : Tenang,

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab-

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.ac.id ) ( Email: supriyanto@sci.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi IV Revisi terakhir

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi II Revisi terakhir tgl: 28 April 2008 Departemen

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Edisi I Laboratorium Jaringan Komputer Departemen Fisika-FMIPA Univeristas Indonesia 2006 Untuk Muflih Syamil dan Hasan Azmi... Mottoku : Tenang,

Lebih terperinci

Analisis Data Geofisika: Memahami Teori Inversi

Analisis Data Geofisika: Memahami Teori Inversi Analisis Data Geofisika: Memahami Teori Inversi Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Edisi I Departemen Fisika-FMIPA Univeristas Indonesia 007 Untuk Muflih Syamil dan Hasan Azmi... Mottoku : Tenang, Kalem dan Percaya

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com 5 Februari 2005 Abstract

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab-

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.ac.id ) ( Email: supriyanto@sci.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi Pertama Revisi terakhir

Lebih terperinci

LU DECOMPOSITION (FAKTORISASI MATRIK)

LU DECOMPOSITION (FAKTORISASI MATRIK) LU DECOMPOSITION (FAKTORISASI MATRIK) Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com 5 Februari 2005 Pada semua catatan

Lebih terperinci

Analisa Numerik. Matriks dan Komputasi

Analisa Numerik. Matriks dan Komputasi Analisa Numerik Matriks dan Komputasi M AT R I K S Matriks adalah suatu susunan angka atau bilangan, variabel, atau parameter yang berbentuk empat persegi dan biasanya ditutup dengan tanda kurung K O N

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl: 13 Oktober 2008 Departemen

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl: 9 Desember 2008 Departemen

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl: 30 Agustus 2009 Departemen

Lebih terperinci

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Semester Genap 2013/2014 1 Mahdhivan Syafwan Metode Numerik: Sistem Persamaan Linier

Lebih terperinci

03-Pemecahan Persamaan Linier (2)

03-Pemecahan Persamaan Linier (2) -Pemecahan Persamaan Linier () Dosen: Anny Yuniarti, M.Comp.Sc Gasal - Anny Agenda Bagian : Matriks Invers Bagian : Eliminasi = Faktorisasi: A = LU Bagian : Transpos dan Permutasi Anny Bagian MATRIKS INVERS

Lebih terperinci

Contoh. C. Determinan dan Invers Matriks. C. 1. Determinan

Contoh. C. Determinan dan Invers Matriks. C. 1. Determinan C. Determinan dan Invers Matriks C.. Determinan Suatu matriks persegi selalu dapat dikaitkan dengan suatu bilangan yang disebut determinan. Determinan dari matriks persegi dinotasikan dengan. Untuk matriks

Lebih terperinci

Matriks - Definisi. Sebuah matriks yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m n. Sebagai contoh: Adalah sebuah matriks 2 3.

Matriks - Definisi. Sebuah matriks yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m n. Sebagai contoh: Adalah sebuah matriks 2 3. MATRIKS Pokok Bahasan Matriks definisi Notasi matriks Matriks yang sama Panambahan dan pengurangan matriks Perkalian matriks Transpos suatu matriks Matriks khusus Determinan suatu matriks bujursangkar

Lebih terperinci

Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks

Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U Agustus 2015 MZI (FIF Tel-U) Matriks -

Lebih terperinci

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS MATRIKS Beberapa pengertian tentang matriks : 1. Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun atau dijajarkan secara empat persegi panjang menurut baris-baris dan kolom-kolom.

Lebih terperinci

Pengolahan Dasar Matriks Bagus Sartono

Pengolahan Dasar Matriks Bagus Sartono Pengolahan Dasar Matriks Bagus Sartono bagusco@gmail.com Departemen Statistika FMIPA IPB Notasi Dasar Matriks A mxn, m A n, [a ij ] mxn : matriks berukuran m x n (m baris, n kolom) a ij adalah elemen matriks

Lebih terperinci

Part II SPL Homogen Matriks

Part II SPL Homogen Matriks Part II SPL Homogen Matriks SPL Homogen Bentuk Umum SPL homogen dalam m persamaan dan n variabel x 1, x 2,, x n : a 11 x 1 + a 12 x 2 + + a 1n x n = 0 a 21 x 1 + a 22 x 2 + + a 2n x n = 0 a m1 x 1 + a

Lebih terperinci

REGRESI LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS

REGRESI LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS REGRESI LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS Penulis: Supriyanto, email: supri@fisika.ui.ac.id Staf Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia Diketahui data eksperimen tersaji dalam tabel berikut ini

Lebih terperinci

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER 4.1 PERSAMAAN LINIER Misalnya x 2 Matematika analitik membicarakan ilmu ukur secara aljabar. Garis lurus pada bidang x 1 dan x 2 dapat dinyatakan sebagai persamaan a 1 x

Lebih terperinci

BAB IX OPERASI MATRIK

BAB IX OPERASI MATRIK 1 BAB IX OPERASI MATRIK Matrik merupakan suatu bentuk data tipe larik berdimensi dua. Data-data dalam matrik disusun dalam sejumlah baris dan kolom. Suatu elemen data atau lebih dikenal sebagai entri,

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN Determinan Matriks Determinan Matriks Sub Pokok Bahasan Permutasi dan Determinan Matriks Determinan dengan OBE Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Beberapa Aplikasi

Lebih terperinci

METODE ITERASI DALAM SISTEM PERSAMAAN LINEAR

METODE ITERASI DALAM SISTEM PERSAMAAN LINEAR METODE ITERASI DALAM SISTEM PERSAMAAN LINEAR Penulis: Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc, email: supri@fisika.ui.ac.id Staf Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia Penulisan vektor-kolom Sebelum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Metode Langsung Metode Langsung Eliminasi Gauss (EGAUSS) Metode Eliminasi Gauss Dekomposisi LU (DECOLU),

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Metode Langsung Metode Langsung Eliminasi Gauss (EGAUSS) Metode Eliminasi Gauss Dekomposisi LU (DECOLU), PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan rekayasa.

Lebih terperinci

MATRIKS Matematika Industri I

MATRIKS Matematika Industri I MATRIKS TIP FTP UB Mas ud Effendi Pokok Bahasan Matriks definisi Notasi matriks Matriks yang sama Panambahan dan pengurangan matriks Perkalian matriks Transpos suatu matriks Matriks khusus Determinan suatu

Lebih terperinci

MATRIKS Matematika Industri I

MATRIKS Matematika Industri I MATRIKS TIP FTP UB Mas ud Effendi Pokok Bahasan Matriks definisi Notasi matriks Matriks yang sama Panambahan dan pengurangan matriks Perkalian matriks Transpos suatu matriks Matriks khusus Determinan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3 Matriks A. Matriks Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang. Susunan bilangan itu diletakkan di dalam kurung

Lebih terperinci

& & # = atau )!"* ( & ( ( (&

& & # = atau )!* ( & ( ( (& MATRIKS ======PENGERTIAN====== Matriks merupakan Susunan bilangan-bilangan yang membentuk segi empat siku-siku. Susunan bilangan-bilangan tersebut dinamakan entri dalam matriks. Matriks dinotasikan dengan

Lebih terperinci

MODUL E LEARNING SEKSI -1 MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE MATA KULIAH : ESA 151 : 5099 : DRA ENDANG SUMARTINAH,MA

MODUL E LEARNING SEKSI -1 MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE MATA KULIAH : ESA 151 : 5099 : DRA ENDANG SUMARTINAH,MA MODUL E LEARNING SEKSI - MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE MATA KULIAH : ESA DOSEN : : DRA ENDANG SUMARTINAH,MA TUJUAN MATA KULIAH : A.URAIAN DAN TUJUAN MATA KULIAH : Mahasiswa mempelajari Matriks, Determinan,

Lebih terperinci

BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR A. Latar Belakang Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB V HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Kajian Produk yang Telah Direvisi 1. Kesimpulan Dari analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut. Analisis validitas menghasilkan rata-rata

Lebih terperinci

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom.

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom. Page- MATRIKS Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom. Notasi: Matriks dinyatakan dengan huruf besar, dan elemen elemennya

Lebih terperinci

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Semester Genap 2016/2017 1 Mahdhivan Syafwan Metode Numerik: Sistem Persamaan Linier

Lebih terperinci

MATRIKS Nuryanto, ST., MT.

MATRIKS Nuryanto, ST., MT. MateMatika ekonomi MATRIKS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat : 1. Pengertian matriks 2. Operasi matriks 3. Jenis matriks 4. Determinan 5. Matriks invers 6.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Matriks Tujuan Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Pengertian Matriks Adalah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam

Lebih terperinci

8 MATRIKS DAN DETERMINAN

8 MATRIKS DAN DETERMINAN 8 MATRIKS DAN DETERMINAN Matriks merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem persamaan linear. Oleh karenanya aljabar matriks sering juga disebut dengan aljabar linear. Matriks dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 a11 a12 x1 b1 a a x b 21 22 2 2 Setijo Bismo

Lebih terperinci

6- Operasi Matriks. MEKANIKA REKAYASA III MK Unnar-Dody Brahmantyo 1

6- Operasi Matriks. MEKANIKA REKAYASA III MK Unnar-Dody Brahmantyo 1 6- Operasi Matriks Contoh 6-1 : Budi diminta tolong oleh ibunya untuk membeli 2 kg gula dan 1 kg kopi. Dengan uang Rp. 10.000,- Budi mendapatkan uang kembali Rp. 3.000,-. Dihari yang lain, Budi membeli

Lebih terperinci

MODUL 3 FAKTORISASI LU, PARTISI MATRIK DAN FAKTORISASI QR

MODUL 3 FAKTORISASI LU, PARTISI MATRIK DAN FAKTORISASI QR MODUL 3 FAKTORISASI LU, PARTISI MATRIK DAN FAKTORISASI QR KOMPETENSI: 1. Memahami penggunaan faktorisasi LU dalam penyelesaian persamaan linear.. Memahami penggunaan partisi matrik dalam penyelesaian persamaan

Lebih terperinci

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS :

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS : BAB I MATRIKS DEFINISI : Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun/dijajarkan berbentuk persegi panjang (menurut baris dan kolom). Skalar-skalar itu disebut elemen matriks.

Lebih terperinci

Operasi Pada Matriks a. Penjumlahan pada Matriks ( berlaku untuk matriks matriks yang berukuran sama ). Jika A = a ij. maka matriks A = ( a ij)

Operasi Pada Matriks a. Penjumlahan pada Matriks ( berlaku untuk matriks matriks yang berukuran sama ). Jika A = a ij. maka matriks A = ( a ij) MATRIKS a a a... a n a a a... an A a a a... a n............... am am am... a mn Matriks A dengan m baris dan n kolom (A m n). Notasi Matriks : a, dimana a adalah elemen pada baris ke i kolom ke j Kesamaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M.

KATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M. i KATA PENGANTAR Buku ini dibuat untuk memudahkan siapa saja yang ingin belajar MATLAB terutama bagi yang baru mengenal MATLAB. Buku ini sangat cocok untuk pemula terutama untuk pelajar yang sedang menempuh

Lebih terperinci

Dasar-dasar MATLAB. by Jusak Irawan, STIKOM Surabaya

Dasar-dasar MATLAB. by Jusak Irawan, STIKOM Surabaya Dasar-dasar MATLAB by Jusak Irawan, STIKOM Surabaya Perintah-Perintah Dasar MATLAB akan memberikan respons secara langsung terhadap ekspresi apapun yang diketikkan pada editor MATLAB. Sebagai contoh: >>

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks

Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks 1 Notasi : huruf besar tebal misalnya A, B, C Merupakan array dari bilangan, setiap bilangan disebut elemen matriks (entri matriks) Bentuk umum : m : jumlah baris (mendatar)

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Matriks, part 2

Pertemuan 2 Matriks, part 2 Pertemuan 2 Matriks, part 2 Beberapa Jenis Matriks Khusus 1. Matriks Bujur Sangkar Suatu matriks dengan banyak baris = banyak kolom = n disebut matriks bujur sangkar berukuran n (berordo n). Barisan elemen

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

MATRIKS. Matematika. FTP UB Mas ud Effendi. Matematika

MATRIKS. Matematika. FTP UB Mas ud Effendi. Matematika MATRIKS FTP UB Mas ud Effendi Pokok Bahasan Transpos suatu matriks Matriks khusus Determinan suatu matriks bujursangkar Invers suatu matriks bujursangkar Penyelesaian set persamaan linier Nilai-eigen dan

Lebih terperinci

Matriks. Matriks B A B. A. Pengertian Matriks. B. Operasi Hitung pada Matriks. C. Determinan dan Invers

Matriks. Matriks B A B. A. Pengertian Matriks. B. Operasi Hitung pada Matriks. C. Determinan dan Invers Matriks B B 3. Pengertian Matriks B. Operasi Hitung pada Matriks C. Determinan dan Invers Matriks D. Penerapan Matriks dalam Sistem Persamaan Linear Sumber: www.smanela-bali.net Pernahkah kalian mengamati

Lebih terperinci

MATEMATIKA. Sesi MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS B. UKURAN ATAU ORDO SUATU MATRIKS

MATEMATIKA. Sesi MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS B. UKURAN ATAU ORDO SUATU MATRIKS MATEMATIKA KELAS XII - KURIKULUM GABUNGAN 09 Sesi N MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS Dalam matematika, matriks adalah kumpulan bilangan, simbol, atau ekspresi, berbentuk persegi panjang yang disusun menurut

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Materi Pokok : Integral Pertemuan Ke- : 1 dan Alokasi Waktu : x pertemuan (4 x 45 menit) Standar Kompetensi : Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah

Lebih terperinci

Bab 5 Array (Variabel Berindeks)

Bab 5 Array (Variabel Berindeks) Bab 5 Array (Variabel Berindeks) 5.1. Pengertian array Variabel dengan tipe data tunggal (skalar) hanya dapat digunakan untuk menyimpan sebuah nilai saja, sehingga untuk menyimpan beberapa nilai sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang harus diikuti siswa mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika harus dipelajari siswa sejak

Lebih terperinci

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI LAPORAN AKHIR MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI PRAKTIKUM UJIAN AKHIR TAKE HOME RATRI BERLIANA 1112100114 Dosen : Sungkono, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

INVERS MATRIK DAN ELIMINASI GAUSS

INVERS MATRIK DAN ELIMINASI GAUSS INVERS MATRIK DAN ELIMINASI GAUSS Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com 5 Februari 2005 Secara umum, sistem

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi Artikel Aljabar Vektor dan Matriks Oleh : Zie_Zie Vektor Vektor 1. Pengertian Vektor a. Definisi Vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai (besar) dan arah. Contohnya

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika

Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika Tugas Akhir Mata Kuliah Metode Numerik Dr. Kebamoto Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika Oleh : A. Arif Sartono 6305220017 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks Matriks & Ruang Vektor Pertemuan Sistem Persamaan Linier dan Matriks Start Matriks & Ruang Vektor Outline Materi Pengenalan Sistem Persamaan Linier (SPL) SPL & Matriks Matriks & Ruang Vektor Persamaan

Lebih terperinci

Minggu II Lanjutan Matriks

Minggu II Lanjutan Matriks Minggu II Lanjutan Matriks Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus Jumlah Pertemuan : Matriks : A. Transformasi Elementer. Transformasi Elementer pada baris

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS (WAJIB)

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS (WAJIB) LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS (WAJIB) Nama Siswa Kelas : : Kompetensi Dasar (Kurikulum 2013): 3.1 Menganalisis konsep, nilai determinan dan sifat operasi matriks serta menerapkannya dalam menentukan invers

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peluang Peluang mempunyai banyak persamaan arti, seperti kemungkinan, kesempatan dan kecenderungan. Peluang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang bersifat acak.

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Salah satu kajian matematika sekolah menengah yang memiliki banyak aplikasinya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan

Lebih terperinci

Algoritma & Pemrograman #10

Algoritma & Pemrograman #10 Algoritma & Pemrograman #10 by antonius rachmat c, s.kom, m.cs Soal Array Minggu Lalu? Mennuarray.cpp Array KELEBIHAN Struktur Data yang paling mudah Tipe Data yang mampu menampung lebih dari satu data

Lebih terperinci

Definisi : det(a) Permutasi himpunan integer {1, 2, 3,, n}:

Definisi : det(a) Permutasi himpunan integer {1, 2, 3,, n}: Definisi : Determinan dari matrik bujursangkar A berorde n adalah jumlah semua permutasi n (n!) hasil kali bertanda dari elemen-elemen matrik. Dituliskan : det(a) atau A (jr j r...j n ).a jr a j r...am

Lebih terperinci

PELATIHAN INSTRUKTUR/PENGEMBANG SMU 28 JULI s.d. 12 AGUSTUS 2003 MATRIKS. Oleh: Drs. M. Danuri, M. Pd.

PELATIHAN INSTRUKTUR/PENGEMBANG SMU 28 JULI s.d. 12 AGUSTUS 2003 MATRIKS. Oleh: Drs. M. Danuri, M. Pd. PELATIHAN INSTRUKTUR/PENGEMBANG SMU JULI s.d. AGUSTUS MATRIKS Oleh: Drs. M. Danuri, M. Pd. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Regresi Perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, namun perubahan nilai variabel itu dapat disebabkan oleh berubahnya variabel lain yang berhubungan

Lebih terperinci

4. SISTEM PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

4. SISTEM PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN 4. SISTEM PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN 4.1 Persamaan Garis a. Bentuk umum persamaan garis Garis lurus yang biasa disebut garis merupakan kurva yang paling sederhana dari semua kurva. Misalnya titik A(2,1)

Lebih terperinci

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS A. OPERASI ELEMENTER TERHADAP BARIS DAN KOLOM SUATU MATRIKS Matriks A = berdimensi mxn dapat dibentuk matriks baru dengan menggandakan perubahan bentuk baris dan/atau

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2 Aljabar Linier Elementer Kuliah 1 dan 2 1.3 Matriks dan Operasi-operasi pada Matriks Definisi: Matriks adalah susunan bilangan dalam empat persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

Lebih terperinci

METODE ITERATIF YANG DIPERCEPAT UNTUK Z-MATRIKS ABSTRACT

METODE ITERATIF YANG DIPERCEPAT UNTUK Z-MATRIKS ABSTRACT METODE ITERATIF YANG DIPERCEPAT UNTUK Z-MATRIKS Mildayani 1, Syamsudhuha 2, Aziskhan 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

Pendahuluan. Praktikum Pengantar Pengolahan Citra Digital Departemen Ilmu Komputer Copyright 2008 All Rights Reserved

Pendahuluan. Praktikum Pengantar Pengolahan Citra Digital Departemen Ilmu Komputer Copyright 2008 All Rights Reserved 1 Pengenalan Matlab Pendahuluan Matlab adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk analisis dan visualisasi data. Matlab didesain untuk mengolah data dengan menggunakan operasi matriks. Matlab juga

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR MENGGUNAKAN MATLAB

PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR MENGGUNAKAN MATLAB PETUNJUK PRAKTIKUM PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR MENGGUNAKAN MATLAB Oleh Ahmad Kamsyakawuni JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2009 MODUL 1 MENGENAL MATLAB A.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA

MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA PROBLEM SET KINEMATIKA PERKULIAHAN FISIKA DOSEN : Dede Trie Kurniawan, S.Si., M.Pd MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA Fisika_dHeTik_16 Page 1 Fisika_dHeTik_16 Page 2 GERAK LURUS Suatu benda melakukan gerak,

Lebih terperinci

APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR

APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 31 39 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR AMANATUL FIRDAUSI, MAHDHIVAN SYAFWAN,

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Linier Simultan

Solusi Persamaan Linier Simultan Solusi Persamaan Linier Simultan Obyektif : 1. Mengerti penggunaan solusi persamaan linier 2. Mengerti metode eliminasi gauss. 3. Mampu menggunakan metode eliminasi gauss untuk mencari solusi 1. Sistem

Lebih terperinci

MATERI 8 MATRIKS. Contoh vektor kolom : Pengoperasian matriks dan vektor. Penjumlahan dan pengurangan matriks

MATERI 8 MATRIKS. Contoh vektor kolom : Pengoperasian matriks dan vektor. Penjumlahan dan pengurangan matriks MATERI 8 MATRIKS Sub Materi : 1. Pengertian matriks dan vector 2. Kesamaan matriks dan kesamaan vector 3. Bentuk-bentuk khas matriks 4. Pengubahan matriks 5. Matriks bersekat 6. Determinan matriks 7. Adjoin

Lebih terperinci

Syarif Abdullah (G ) Matematika Terapan FMIPA Institut Pertanian Bogor.

Syarif Abdullah (G ) Matematika Terapan FMIPA Institut Pertanian Bogor. Syarif Abdullah (G551150381) Matematika Terapan FMIPA Institut Pertanian Bogor e-mail: syarif_abdullah@apps.ipb.ac.id 25 Maret 2016 Ringkasan Kuliah ke-6 Analisis Numerik (16 Maret 2016) Materi : System

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Oleh : Gede Edy Priyadnya 93 VII.C Jurusan S Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 9 PENGERTIAN

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

Penyelesaian SPL dalam Rangkaian Listrik

Penyelesaian SPL dalam Rangkaian Listrik Penyelesaian SPL dalam Rangkaian Listrik Harry Octavianus Purba (13514050) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB X MATRIK DAN SISTEM PERSAMAAN LINIER SIMULTAN

BAB X MATRIK DAN SISTEM PERSAMAAN LINIER SIMULTAN 1 BAB X MATRIK DAN SISTEM PERSAMAAN LINIER SIMULTAN Pembahasan berikut ini akan meninjau salah satu implementasi operasi matrik untuk menyelesaikan sistem persamaan linier simultan. Selain menggunakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : X/Ganjil Mata Pelajaran : Matematika-Wajib Topik : Definisi Matriks, Jenis-jenis matriks, Transpos Matriks, Kesamaan dua

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU

REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU J. Math. and Its Appl. ISSN: 89-65X Vol. 4, No., November 7, 8 REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU Erna Apriliani, Bandung Arry Sanjoyo Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT

RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri9@gmail.com December 30, 00 Pada saat membahas metode Euler

Lebih terperinci

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

Matematika Teknik INVERS MATRIKS INVERS MATRIKS Dalam menentukan solusi suatu SPL selama ini kita dihadapkan kepada bentuk matriks diperbesar dari SPL. Cara lain yang akan dikenalkan disini adalah dengan melakukan OBE pada matriks koefisien

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI

PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI Frando Heremba, Nur Aji Wibowo, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci