Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab-

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab-"

Transkripsi

1 Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Supriyanto Suparno ( Website: ) ( supriyanto@sci.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi Pertama Revisi terakhir tgl: 24 Oktober 2014 Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeristas Indonesia 2014

2

3 Untuk Muflih Syamil Hasan Azmi Farah Raihana Nina Marliyani

4 Usia bukan ukuran kedewasaan Ketekunan adalah jalan terpercaya menuju kesuksesan

5 Kata Pengantar Segala puji saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan yang telah Dia diberikan untuk menulis Buku Komputasi untuk Sains dan Teknik. Buku ini disusun dengan tujuan yaitu, pertama, untuk memperkenalkan sejumlah metode komputasi numerik kepada mahasiswa sarjana ilmu fisika; kedua, memperkenalkan tahap-tahap pembuatan program komputer (script) dan logika pemrograman dalam bahasa Matlab untuk memecahkan problem fisika secara numerik. Rujukan utama buku adalah pada buku teks standar yang sangat populer di dunia komputasi, yaitu buku yang ditulis oleh Richard L. Burden dan J. Douglas Faires dengan judul Numerical Analysis edisi ke-7, diterbitkan oleh Penerbit Brooks/Cole, Thomson Learning Academic Resource Center. Namun demikian, buku ini telah dilengkapi dengan sejumlah contoh script yang mudah dipahami oleh programmer pemula. Walaupun buku ini masih jauh dari sempurna, semoga ia dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk peningkatan kapasitas dan kompetensi anak bangsa generasi penerus. Bagi yang ingin berdiskusi, memberikan masukan, kritikan dan saran, silakan dikirimkan ke Akhirnya saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Dede Djuhana yang telah berkenan memberikan format LATEX-nya sehingga tampilan tulisan pada buku ini benar-benar layaknya sebuah buku yang siap dicetak. Tak lupa, saya pun berterima kasih kepada seluruh mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Komputasi Fisika dan Anaisis Numerik di Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia atas diskusi yang berlangsung selama kuliah. Kepada seluruh mahasiswa dari berbagai universitas di Timur dan di Barat Indonesia juga saya ungkapkan terima kasih atas pertanyaan-pertanyaan yang turut memperkaya isi buku ini. Tak lupa saya ingin sampaikan rasa terima kasih kepada Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, RI atas segala dukungan dan apresiasi terhadap penerbitan buku ini. Depok, 24 Oktober 2014 Supriyanto Suparno iii

6 iv

7 Daftar Isi Lembar Persembahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel i iii iii ix xiii 1 Pendahuluan Inisialisasi variabel Perhitungan yang berulang Mengenal cara membuat grafik Gerak mobil Osilasi teredam Baris-baris pembuka Membuat 2 grafik dalam satu gambar Latihan Matriks dan Komputasi Mengenal matriks Vektor-baris dan vektor-kolom Inisialisasi matriks dalam memori komputer Macam-macam matriks matriks transpose matriks bujursangkar Matrik simetrik matriks diagonal matriks identitas matriks upper-triangular matriks lower-triangular matriks tridiagonal matriks diagonal dominan matriks positive-definite Operasi matematika Penjumlahan matriks Komputasi penjumlahan matriks v

8 vi 2.5. Perkalian matriks Komputasi perkalian matriks Perkalian matriks dan vektor-kolom Komputasi perkalian matriks dan vektor-kolom Penutup Latihan Fungsi 41.1 Fungsi internal Fungsi eksternal Fungsi eksternal pada operasi matrik Fungsi eksternal penjumlahan matrik Fungsi eksternal perkalian matrik Fungsi eksternal perkalian matrik dan vektor-kolom Penutup Latihan Aplikasi dalam Sains Metode gravitasi Mencari Solusi Satu Variabel Definisi akar Metode bisection Script Matlab metode bisection Metode Newton Contoh 1: penerapan metode Newton Script metode Newton untuk contoh Contoh 2: penerapan metode Newton Soal-soal Latihan Integral Numerik Metode Trapezoida Metode Simpson Peran faktor pembagi, n Source code metode integrasi Metode Composite-Simpson Adaptive Quardrature Gaussian Quadrature Contoh Latihan

9 vii 7 Diferensial Numerik Metode Euler Metode Runge Kutta Aplikasi: Pengisian muatan pada kapasitor Latihan I Metode Finite Difference Aplikasi Latihan II Persamaan Diferensial Parsial PDP eliptik Contoh pertama Script Matlab untuk PDP Elliptik Contoh kedua PDP parabolik Metode Forward-difference Contoh ketiga: One dimensional heat equation Metode Backward-difference Metode Crank-Nicolson PDP Hiperbolik Contoh Latihan Metode Iterasi Kelebihan Vektor-kolom Pengertian Norm Script perhitungan norm dua Script perhitungan norm tak hingga Perhitungan norm-selisih Iterasi Jacobi Script metode iterasi Jacobi Stopping criteria Fungsi eksternal iterasi Jacobi Iterasi Gauss-Seidel Script iterasi Gauss-Seidel Algoritma Script iterasi Gauss-Seidel dalam Fortran Iterasi dengan Relaksasi Algoritma Iterasi Relaksasi Metode Eliminasi Gauss Sistem persamaan linear Teknik penyederhanaan

10 viii Cara menghilangkan sebuah variabel Permainan indeks Triangularisasi dan Substitusi Mundur Contoh pertama Contoh kedua Matrik dan Eliminasi Gauss Matrik Augmentasi Penerapan pada contoh pertama Source-code dasar Optimasi source code Pentingnya nilai n Jangan puas dulu Pivoting Function Eliminasi Gauss Contoh aplikasi Menghitung arus listrik Mencari invers matrik Penutup Aplikasi Eliminasi Gauss pada Masalah Inversi Inversi Model Garis Script matlab inversi model garis Inversi Model Parabola Script matlab inversi model parabola Inversi Model Bidang Contoh aplikasi Menghitung gravitasi di planet X Metode LU Decomposition Faktorisasi matrik Algoritma Interpolasi Interpolasi Lagrange Interpolasi Cubic Spline Solusi Sistem Persamaan Non Linear Fungsi ber-input vektor Fungsi ber-output vektor Fungsi ber-output matrik Metode Newton untuk sistem persamaan Aplikasi: Mencari sumber sinyal Aplikasi: Mencari pusat gempa

11 ix 14 Metode Monte Carlo Penyederhanaan Inversi Inversi Linear Inversi Non-Linear Lampiran Script Iterasi Jacobi, jcb.m Script Iterasi Gauss-Seidel, itgs.m Indeks 269

12 x

13 Daftar Gambar 1.1 Data perubahan kecepatan terhadap waktu Data perubahan kecepatan terhadap waktu dengan keterangan gambar Kurva simpangan benda yang mengalami gerak osilasi teredam Grafik gelombang berfrekuensi 5 Hz dalam rentang waktu dari 0 hingga 1 detik Grafik yang dilengkapi dengan keterangan sumbu-x dan sumbu-y serta judul Grafik yang dilengkapi dengan font judul 14pt Dua buah grafik dalam sebuah gambar Tiga buah grafik dalam sebuah gambar Lintasan elektron ketika memasuki medan magnet Kapasitor dan induktor masing-masing terhubung seri dengan sumber tegangan bolak-balik Kurva lintasan gerak parabola yang dihasilkan oleh fungsi eksternal parabol() Vektor percepatan gravitasi dalam arah vertikal akibat benda anomali dan akibat bumi Benda anomali berupa bola berada dibawah permukaan bumi Variasi nilai percepatan gravitasi terhadap perubahan jarak horizontal Fungsi dengan dua akar yang ditandai oleh lingkaran kecil berwarna merah, yaitu pada x = 2 dan x = Fungsi dengan satu akar yang ditandai oleh lingkaran kecil berwarna merah, yaitu pada x = 1, Fungsi kuadrat yang memiliki 2 akar Awal perhitungan: batas kiri adalah a = 0, batas kanan adalah b = 1; sementara p adalah posisi tengah antara a dan b Iterasi kedua: batas kiri adalah a = 0,5, batas kanan adalah b = 1; sementara p adalah posisi tengah antara a dan b Iterasi ketiga: batas kiri adalah a = 0,5, batas kanan adalah b = 0,75; sementara p adalah posisi tengah antara a dan b Perubahan f(p) dan p terhadap bertambahnya iterasi Nilai akar ditandai oleh lingkaran kecil pada kurva yang memotong sumbu-x xi

14 xii DAFTAR GAMBAR 6.1 Metode Trapezoida. Gambar sebelah kiri menunjukkan kurva fungsi f(x) dengan batas bawah integral adalah a dan batas atas b. Gambar sebelah kanan menunjukan cara metode Trapesoida menghitung integral dengan cara menghitung luas area integrasi, dimana luas area integrasi sama dengan luas trapesium di bawah kurva f(x) dalam batas-batas a dan b. Jika anda perhatikan dengan teliti, ada area kecil dibawah garis kurva dan diatas garis miring yang berada diluar bidang trapesium. Metode Trapesoida tidak menghitung luas area kecil tersebut. Disinilah letak kelemahan metode trapezoida Metode Simpson. Gambar sebelah kiri menunjukkan kurva fungsi f(x) dengan batas bawah integral adalah a dan batas atas b. Gambar sebelah kanan menunjukan cara metode Simpson menghitung luas area integrasi, dimana area integrasi di bawah kurva f(x) dibagi 2 dalam batas interval a x 1 dan x 1 b dengan lebar masing-masing adalah h Metode Composite Simpson. Kurva fungsi f(x) dengan batas bawah integral adalah a dan batas atas b. Luas area integrasi dipecah menjadi 8 area kecil dengan lebar masingmasing adalah h Kiri: Kurva y(t) dengan pasangan titik absis dan ordinat dimana jarak titik absis sebesar h. Pasangan t 1 adalah y(t 1 ), pasangan t 2 adalah y(t 2 ), begitu seterusnya. Kanan: Garis singgung yang menyinggung kurva y(t) pada t=a, kemudian berdasarkan garis singgung tersebut, ditentukan pasangan t 1 sebagai w 1. Perhatikan gambar itu sekali lagi! w 1 dan y(t 1 ) beda tipis alias tidak sama persis Kurva biru adalah solusi exact, dimana lingkaran-lingkaran kecil warna biru pada kurva menunjukkan posisi pasangan absis t dan ordinat y(t) yang dihitung oleh Persamaan (7.9). Sedangkan titik-titik merah mengacu pada hasil perhitungan metode euler, yaitu nilai w i Kurva biru adalah solusi exact, dimana lingkaran-lingkaran kecil warna biru pada kurva menunjukkan posisi pasangan absis t dan ordinat y(t) yang dihitung oleh Persamaan (7.9). Sedangkan titik-titik merah mengacu pada hasil perhitungan metode Runge Kutta orde 4, yaitu nilai w i Rangkaian RC Kurva pengisian muatan q (charging) terhadap waktu t Kurva suatu fungsi f(x) yang dibagi sama besar berjarak h. Evaluasi kurva yang dilakukan Finite-Difference dimulai dari batas bawah x 0 = a hingga batas atas x 6 = b Skema grid lines dan mesh points pada aplikasi metode Finite-Difference Susunan grid lines dan mesh points untuk mensimulasikan distribusi temperatur pada lempeng logam sesuai contoh satu Sebatang logam dengan posisi titik-titik simulasi (mesh-points) distribusi temperatur. Jarak antar titik ditentukan sebesar h = 0, Interval mesh-points dengan jarak h = 0,1 dalam interval waktu k = 0, Posisi mesh-points. Arah x menunjukkan posisi titik-titik yang dihitung dengan forwarddifference, sedangkan arah t menunjukkan perubahan waktu yg makin meningkat

15 DAFTAR GAMBAR xiii 10.1 Sebaran data observasi antara suhu dan kedalaman Kurva hasil inversi data observasi antara suhu dan kedalaman Kurva hasil inversi data observasi antara suhu dan kedalaman Grafik data pengukuran gerak batu Grafik hasil inversi parabola Kurva hasil interpolasi Lagrange Sejumlah titik terdistribusi pada koordinat kartesian. Masing-masing titik memiliki pasangan koordinat (x,y) Kurva interpolasi cubic spline yang menghubungkan semua titik Sejumlah polinomial cubic yaitus 0,S 1,S 2... dan seterusnya yang saling sambungmenyambung sehingga mampu menghubungkan seluruh titik Profil suatu object Sampling titik data Hasil interpolasi cubic spline Hasil interpolasi lagrange Koordinat sumber sinyal berada pada x = 4 dan y = Lingkaran dan bujursangkar Dart yang menancap pada bidang lingkaran dan bujursangkar Dart yang menancap pada bidang 1/4 lingkaran dan bujursangkar

16 xiv DAFTAR GAMBAR

17 Daftar Tabel 5.1 Perubahan nilai f(p) dan p hingga iterasi ke Polinomial Legendre untuk n=2,,4 dan Solusi yang ditawarkan oleh metode euler w i dan solusi exact y(t i ) serta selisih antara keduanya Solusi yang ditawarkan oleh metode Runge Kutta orde 4 (w i ) dan solusi exact y(t i ) serta selisih antara keduanya Perbandingan antara hasil perhitungan numerik lewat metode Runge Kutta dan hasil perhitungan dari solusi exact, yaitu persamaan (7.16) Hasil simulasi distribusi panas bergantung waktu dalam 1-dimensi. Kolom ke-2 adalah solusi analitik/exact, kolom ke- dan ke-5 adalah solusi numerik forward-difference. Kolom ke-4 dan ke-6 adalah selisih antara solusi analitik dan numerik Hasil simulasi distribusi panas bergantung waktu dalam 1-dimensi dengan metode backwarddifference dimana k = 0, Hasil simulasi distribusi panas bergantung waktu (t) dalam 1-dimensi dengan metode backward-difference dan Crank-Nicolson Hasil akhir elemen-elemen vektor x hingga iterasi ke Hasil perhitungan norm2-selisih hingga iterasi ke Hasil Iterasi Gauss-Seidel Hasil perhitungan iterasi Gauss-Seidel Hasil perhitungan iterasi Relaksasi dengan ω = 1, Data suhu bawah permukaan tanah terhadap kedalaman Data suhu bawah permukaan tanah terhadap kedalaman Data ketinggian terhadap waktu dari planet X Koordinat Sumber Sinyal dan Waktu Tempuh Sinyal Data Gempa xv

18 xvi DAFTAR TABEL

19 Bab 1 Pendahuluan Objektif : Mengenal cara inisialisasi variabel. Mengenal operasi matematika. Mengenal fungsi-fungsi dasar. Mengenal cara membuat grafik. 1.1 Inisialisasi variabel Salah satu perbedaan utama antara komputer dan kalkulator adalah pemanfaatan variabel dalam proses perhitungan. Kebanyakan kalkulator tidak menggunakan variabel dalam proses perhitungan; sebaliknya, komputer sangat memanfaatkan variabel dalam proses perhitungan. Misalnya kita ingin mengalikan 2 dengan. Dengan kalkulator, langkah pertama yang akan kita lakukan adalah menekan tombol angka 2, kemudian diikuti menekan tombol, lalu menekan tombol angka, dan diakhiri dengan menekan tombol =; maka keluarlah hasilnya yaitu angka 6. Kalau di komputer, proses perhitungan seperti ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan variabel. Pertama-tama kita munculkan sebuah variabel yang diinisialisasi 1 dengan angka 2, misalnya A = 2. Kemudian kita munculkan variabel lain yang diinisialisasi dengan angka, misalnya B =. Setelah itu kita ketikkan A B; maka pada layar monitor akan tampil angka 6. Bahkan kalau mau, hasil perhitungannya dapat disimpan dalam variabel yang lain lagi, misalnya kita ketikkan C = A B; maka hasil perhitungan, yaitu angka 6 akan disimpan dalam variabel C. Skrip 2 Matlab untuk melakukan proses perhitungan seperti itu adalah sebagai berikut A = 2; B = ; C = A * B 1 inisialisasi adalah proses memberi nilai awal pada suatu variabel 2 Skrip atau dalam bahasa Inggris ditulis Script adalah daftar baris-baris perintah yang akan dikerjakan (dieksekusi) oleh komputer 1

20 2 BAB 1. PENDAHULUAN Nama suatu variabel tidak harus hanya satu huruf, melainkan dapat berupa sebuah kata. Misalnya kita ingin menyatakan hukum Newton kedua, yaitu F = ma, dengan m adalah massa, a adalah percepatan dan F adalah gaya. Maka, script Matlab dapat ditulis seperti berikut ini massa = 2; percepatan = ; gaya = massa * percepatan Atau bisa jadi kita memerlukan variabel yang terdiri atas dua patah kata. Dalam hal ini, kedua kata tadi mesti dihubungkan dengan tanda underscore. Perhatikan contoh berikut besar_arus = 2; beda_potensial = ; nilai_hambatan = beda_potensial / besar_arus Semua contoh di atas memperlihatkan perbedaan yang begitu jelas antara penggunaan komputer dan kalkulator dalam menyelesaikan suatu perhitungan. 1.2 Perhitungan yang berulang Di dalam Matlab, suatu variabel dapat diinisialisasi dengan urutan angka. Misalnya jika variabel t hendak diinisialisasi dengan sejumlah angka yaitu 0, 1, 2,, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10, caranya sangat mudah, cukup dengan mengetikkan t = 0:10; Angka 0 pada script di atas merupakan nilai awal; sedangkan angka 10 adalah nilai akhir. Contoh lainnya, jika Anda hanya menginginkan bilangan genap, cukup ketikkan t = 0:2:10; angka 2 bertindak sebagai nilai interval dari 0 sampai 10. Sehingga angka-angka yang muncul adalah 0, 2, 4, 6, 8 dan 10. Urutan angka dapat dibalik dengan mengetikkan t = 10:-2:0; sehingga angka yang muncul adalah 10, 8, 6, 4, 2 dan 0. Adakalanya proses perhitungan meminta kita untuk memulainya dari angka kurang dari nol, misalnya t = -10::4; maka angka-angka yang tersimpan pada variabel t adalah -10, -7, -4, -1 dan 2. Dengan adanya kemampuan dan sekaligus kemudahan inisialisasi urutan angka seperti ini, maka kita dimudahkan dalam melakukan perhitungan yang berulang. Sebagai contoh, kita ingin mensimulasikan perubahan kecepatan mobil balap yang punya kemampuan akselerasi 2 m/s 2. Rumus gerak lurus berubah beraturan sangat memadai untuk maksud tersebut v = v o +at (1.1)

21 1.. MENGENAL CARA MEMBUAT GRAFIK Jika kita hendak mengamati perubahan kecepatan mobil balap dari detik pertama di saat sedang diam hingga detik ke-5, kita dapat menghitung perubahan tersebut setiap satu detik, yaitu pada t = 1 v 1 = (0)+(2)(1) 2m/s pada t = 2 v 2 = (0)+(2)(2) 4m/s pada t = v = (0)+(2)() 6m/s pada t = 4 v 4 = (0)+(2)(4) 8m/s pada t = 5 v 5 = (0)+(2)(5) 10m/s skrip Matlab untuk tujuan di atas adalah a = 2; t = 1:5; vo = 0; v = vo + a * t Jarak tempuh mobil juga dapat ditentukan oleh persamaan berikut s = v o t+ 1 2 at2 (1.2) Untuk menentukan perubahan jarak tempuh tersebut, skrip sebelumnya mesti ditambah satu baris lagi 1 a = 2; 2 t = 1:5; vo = 0; 4 s = vo * t + 1/2 * a * t.^2 Ada hal penting yang perlu diperhatikan pada baris ke-4 di atas, yaitu penempatan tanda titik pada t. 2. Maksud dari tanda titik adalah setiap angka yang tersimpan pada variabel t harus dikuadratkan. Jika Anda lupa menempatkan tanda titik, sehingga tertulis t 2, maka skrip tersebut tidak akan bekerja. 1. Mengenal cara membuat grafik 1..1 Gerak mobil Seringkali suatu informasi lebih mudah dianalisis setelah informasi tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik. Pada contoh mobil balap di atas, kita bisa menggambar data perubahan kecepatan mobil terhadap waktu dengan menambahkan perintah plot seperti ditunjukkan oleh skrip dibawah ini 1 a = 2; 2 t = 1:5; vo = 0; 4 v = vo + a * t 5 plot(t,v, o )

22 4 BAB 1. PENDAHULUAN Gambar 1.1: Data perubahan kecepatan terhadap waktu Jika skrip tersebut di-run, akan muncul Gambar 1.1. Untuk melengkapi keterangan gambar, beberapa baris perlu ditambahkan 1 a = 2; 2 t = 1:5; vo = 0; 4 v = vo + a * t; 5 plot(t,v, o ); 6 xlabel( Waktu (s) ); 7 ylabel( Kecepatan (m/s) ) 8 title( Data Kecepatan vs Waktu ) 10 Data Kecepatan vs Waktu 9 8 Kecepatan (m/s) Waktu (s) Gambar 1.2: Data perubahan kecepatan terhadap waktu dengan keterangan gambar

23 1.. MENGENAL CARA MEMBUAT GRAFIK Osilasi teredam Gerak dari suatu benda yang mengalami osilasi teredam (damped oscillations) memenuhi persamaan berikut: y = Ae (b/2m)t cos(ωt+θ) (1.) dengan A = amplitudo, b = faktor redaman (damping factor), m = massa benda, ω = frekuensi angular dan t = waktu. Adapun frekuensi angular (ω) dirumuskan oleh dengan k = kontanta pegas. ω = k m + ( ) b 2 (1.4) 2m Diketahui suatu benda bermassa 10,6 kg, digantung pada ujung pegas yang memiliki konstanta pegas sebesar 2, N/m serta faktor redaman sebesar 6,50 N.s/m. Jika efek gravitasi diabaikan dan benda diberi simpangan awal sebesar 0,1 m, maka gerak osilasi benda akan nampak seperti Gambar Simpangan (meter) Waktu (detik) Gambar 1.: Kurva simpangan benda yang mengalami gerak osilasi teredam Skrip Matlab untuk menghasilkan Gambar 1. adalah 1 m = 10.6; 2 k = 2.05e4; b = 6.50; 4 A = 0.1; 5 theta = 0; 6 t = 0:0.001:2; w = sqrt((k/m)+(b/(2*m))^2); 9 y = A*exp((-b/(2*m))*t).*cos(w*t+theta); 11 plot(t,y)

24 6 BAB 1. PENDAHULUAN 12 xlabel( Waktu (detik) ); 1 ylabel( Simpangan (meter) ); 1.4 Baris-baris pembuka Ketika Anda membuat skrip di komputer, Anda mesti menyadari bahwa skrip yang sedang Anda buat akan memodifikasi isi memory komputer. Oleh karena itu disarankan agar sebelum komputer menjalankan skrip, maka pastikan bahwa memory komputer dalam keadaan bersih. Cara membersihkan memory komputer, di dalam Matlab, adalah dengan menuliskan perintah clear. Alasan yang sama diperlukan untuk membersihkan gambar dari layar monitor. Untuk maksud ini, cukup dengan menuliskan perintah close. Sedangkan untuk membersihkan teks atau tulisan di layar monitor, tambahkan perintah clc. Ketiga perintah tersebut disarankan ditulis pada baris-baris pembuka suatu skrip Matlab, seperti contoh berikut 1 clear 2 close clc 4 5 a = 2; 6 t = 1:5; 7 vo = 0; 8 v = vo + a * t; 9 plot(t,v, o ); 10 xlabel( Waktu (dt) ); 11 ylabel( Kecepatan (m/dt) ) 12 title( Data Kecepatan vs Waktu ) 1.5 Membuat 2 grafik dalam satu gambar Misalnya, sebuah gelombang dinyatakan oleh persamaan y = Asin(2πft+θ) (1.5) dengan A = amplitudo; f = frekuensi; t = waktu; θ = sudut fase gelombang. Jika suatu gelombang beramplitudo 1 memiliki frekuensi tunggal 5 Hz dan sudut fase-nya nol, maka skrip untuk membuat grafik gelombang tersebut adalah 1 clc 2 clear close 4 5 A = 1; % amplitudo 6 f = 5; % frekuensi 7 theta = 0; % sudut fase gelombang 8 t = 0:0.001:1; % t_awal = 0; t_akhir = 1; interval = y = A * sin(2*pi*f*t + theta); % persamaan gelombang plot(t,y) % menggambar grafik persamaan gelombang

25 1.5. MEMBUAT 2 GRAFIK DALAM SATU GAMBAR Gambar 1.4: Grafik gelombang berfrekuensi 5 Hz dalam rentang waktu dari 0 hingga 1 detik Grafik di atas muncul karena ada perintah plot(t,y) yang diletakkan di baris paling akhir pada skrip. Kata atau kalimat yang ditulis setelah tanda % tidak akan dikerjakan oleh komputer. Modifikasi skrip perlu dilakukan untuk memberi keterangan pada sumbu-x dan sumbu-y serta menambahkan judul grafik 1 clc 2 clear close 4 5 A = 1; % amplitudo 6 f = 5; % frekuensi 7 theta = 0; % sudut fase gelombang 8 t = 0:0.001:1; % t_awal = 0; t_akhir = 1; interval = y = A * sin(2*pi*f*t + theta); % persamaan gelombang plot(t,y) % menggambar grafik persamaan gelombang 12 xlabel( Waktu, t (detik) ); % melabel sumbu-x 1 ylabel( Amplitudo ); % melabel sumbu-y 14 title( Gelombang berfrekuensi 5 Hz ); % judul grafik Untuk memperbesar font judul grafik, tambahkan kata fontsize{14} pada title(), contohnya title( \fontsize{14} Gelombang berfrekuensi 5 Hz ); % judul grafik Untuk menggambar dua buah grafik, contoh skrip berikut ini bisa digunakan 1 clc 2 clear close 4 5 t = 0:0.001:1; % t_awal = 0; t_akhir = 1; interval = A1 = 1; % amplitudo gelombang 1

26 8 BAB 1. PENDAHULUAN 1 Gelombang berfrekuensi 5 Hz Amplitudo Waktu, t (detik) Gambar 1.5: Grafik yang dilengkapi dengan keterangan sumbu-x dan sumbu-y serta judul 1 Gelombang berfrekuensi 5 Hz Amplitudo Waktu, t (detik) Gambar 1.6: Grafik yang dilengkapi dengan font judul 14pt

27 1.5. MEMBUAT 2 GRAFIK DALAM SATU GAMBAR 9 8 f1 = 5; % frekuensi gelombang 1 9 theta1 = 0; % sudut fase gelombang 1 10 y1 = A1 * sin(2*pi*f1*t + theta1); % persamaan gelombang A2 = 1; % amplitudo gelombang 2 1 f2 = ; % frekuensi gelombang 2 14 theta2 = pi/4; % sudut fase gelombang 2 15 y2 = A2 * sin(2*pi*f2*t + theta2); % persamaan gelombang figure subplot(2,1,1) 20 plot(t,y1) % menggambar grafik persamaan gelombang 1 21 xlabel( Waktu, t (detik) ); 22 ylabel( Amplitudo ); 2 title( \fontsize{14} Gelombang berfrekuensi 5 Hz ); subplot(2,1,2) 26 plot(t,y2) % menggambar grafik persamaan gelombang 2 27 xlabel( Waktu, t (detik) ); 28 ylabel( Amplitudo ); 29 title( \fontsize{14} Gelombang berfrekuensi Hz, fase pi/4 ); 1 Gelombang berfrekuensi 5 Hz Amplitudo Amplitudo Waktu, t (detik) Gelombang berfrekuensi Hz, fase pi/ Waktu, t (detik) Gambar 1.7: Dua buah grafik dalam sebuah gambar Sekarang, jika ingin melihat tampilan superposisi kedua gelombang di atas, maka skrip berikut ini bisa digunakan 1 clc 2 clear close 4 5 t = 0:0.001:1; % t_awal = 0; t_akhir = 1; interval = A1 = 1; % amplitudo gelombang 1 8 f1 = 5; % frekuensi gelombang 1 9 theta1 = 0; % sudut fase gelombang 1

28 10 BAB 1. PENDAHULUAN 10 y1 = A1 * sin(2*pi*f1*t + theta1); % persamaan gelombang A2 = 1; % amplitudo gelombang 2 1 f2 = ; % frekuensi gelombang 2 14 theta2 = pi/4; % sudut fase gelombang 2 15 y2 = A2 * sin(2*pi*f2*t + theta2); % persamaan gelombang y = y1 + y2; % superposisi gelombang figure subplot(,1,1) 22 plot(t,y1) % menggambar grafik persamaan gelombang 1 2 xlabel( Waktu, t (detik) ); 24 ylabel( Amplitudo ); 25 title( \fontsize{14} Gelombang berfrekuensi 5 Hz ); subplot(,1,2) 28 plot(t,y2) % menggambar grafik persamaan gelombang 2 29 xlabel( Waktu, t (detik) ); 0 ylabel( Amplitudo ); 1 title( \fontsize{14} Gelombang berfrekuensi Hz, fase pi/4 ); 2 subplot(,1,) 4 plot(t,y) % menggambar grafik superposisi gelombang 5 xlabel( Waktu, t (detik) ); 6 ylabel( Amplitudo ); 7 title( \fontsize{14} Superposisi gelombang 5 Hz dan Hz ); Amplitudo Amplitudo Amplitudo 1 0 Gelombang berfrekuensi 5 Hz Waktu, t (detik) 1 0 Gelombang berfrekuensi Hz, fase pi/ Waktu, t (detik) 2 0 Superposisi gelombang 5 Hz dan Hz Waktu, t (detik) Gambar 1.8: Tiga buah grafik dalam sebuah gambar

29 1.6. LATIHAN Latihan 1. Jarak tempuh mobil balap yang bergerak dengan percepatan 2 m/s 2 dari posisi diam ditentukan oleh rumus berikut s = v o t+ 1 2 at2 Buatlah skrip untuk menggambarkan grafik jarak tempuh terhadap waktu dimulai dari t = 0 hingga t = 20 dt. 2. Sebuah elektron memasuki daerah yang dipengaruhi oleh medan listrik seperti Gambar 1.9 Gambar 1.9: Lintasan elektron ketika memasuki medan magnet diketahui besar muatan elektron = 1, C, massa elektron = 9, kg, kecepatan v = 10 6 m/s, kuat medan listrik E = 200 N/C, dan panjang plat l = 0,1 meter. Posisi koordinat elektron memenuhi persamaan x = vt y = 1 ee 2 m t2 dengan percepatan a = ee m Buatlah skrip untuk menentukan variasi posisi elektron (x, y) terhadap waktu (t), mulai dari t = 0 detik hingga t =, 10 8 detik dengan interval waktu, detik.. Berkali-kali bola ditendang dari depan gawang ke tengah lapangan oleh penjaga gawang yang sedang berlatih. Misalnya bola ditendang sedemikian rupa sehingga bola selalu bergerak dengan kecepatan awal 5 m/dt. Diketahui konstanta gravitasi adalah 9,8 m/s 2. (a) Plot variasi ketinggian maksimum bola bila sudut tendangan bervariasi dari 0 hingga 60 dengan interval 5. Persamaan untuk menghitung ketinggian maksimum adalah h maks = v2 o sin 2 α 2g (b) Plot variasi jangkauan maksimum bola bila sudut tendangan bervariasi dari 0 hingga 60 dengan interval 5. Persamaan untuk menghitung jangkauan maksimum ada-

30 12 BAB 1. PENDAHULUAN lah x maks = v2 o sin2α g 4. Tuliskan sebuah skrip untuk menggambar superposisi gelombang yang terbentuk dari 9 gelombang berfrekuensi 9 Hz, 18 Hz, 27 Hz, 5 Hz, 47 Hz, 57 Hz, 65 Hz, 74 Hz dan 82 Hz. 5. Sebuah kapasitor 8 µf dan sebuah induktor sebesar 25 mh, masing-masing dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik 150 Volt dengan frekuensi 60 Hz seperti terlihat pada Gambar 1.10 Gambar 1.10: Kapasitor dan induktor masing-masing terhubung seri dengan sumber tegangan bolak-balik (a) Tentukan nilai reaktansi kapasitif pada rangkaian (a); dan reaktansi induktif pada rangkaian (b). (b) Tuliskan skrip Matlab untuk menggambarkan kurva arus dan tegangan pada rangkaian (a); kemudian plot gambar kurva-nya. (c) Tuliskan skrip Matlab untuk menggambarkan kurva arus dan tegangan pada rangkaian (b); kemudian plot gambar kurva-nya. 6. Muatan Q 1 sebesar 4µC terletak pada x = -1; sementara Q 2 = 20µC terletak pada x = 1. Buatlah skrip Matlab untuk tujuan: (a) plot kurva medan listrik dari x = -10 hingga x = 10 dengan interval 0.1 (b) menghitung medan listrik pada x = 0 (cek: dititik ini, medannya TIDAK NOL; dimanakah posisi yang medannya NOL?) (c) mencari titik x yang medan-nya nol pada -1 < x < 1 (d) mencari titik-titik x yang medannya bernilai Muatan Q 1 sebesar 4µC terletak pada x = -1; sementara Q 2 = 4µC terletak pada x = 1. Buatlah skrip Matlab untuk tujuan: (a) menghitung potensial listrik pada x = -2

31 1.6. LATIHAN 1 (b) menghitung potensial listrik pada x = 0 (c) menghitung potensial listrik pada x = 2 (cek: besar potensial harus sama dengan point pertanyaan (a)) (d) menghitung medan listrik pada -1 < x < 1 dengan interval 0.1 (e) plot kurva perhitungan di atas. (cek: nilai potensial listrik terkecil ada di x = 0; dan nilai potensial listrik meningkat ketika mendekati x = -1 atau x = 1) (f) menghitung potensial listrik pada -10 < x < -1 dengan interval 0.1 (g) plot kurva perhitungan di atas. (cek: nilai potensial listrik harus meningkat ketika mendekati x = -1) (h) menghitung potensial listrik pada 1 < x < 10 dengan interval 0.1 (i) plot kurva perhitungan di atas. (cek: nilai potensial harus meningkat ketika mendekati x = 1) (j) plot kurva potensial listrik dari x = -10 hingga x = 10 dengan interval Muatan Q 1 sebesar 4µC terletak pada x = -1; sementara Q 2 = -20µC terletak pada x = 1. Buatlah skrip Matlab untuk tujuan: (a) plot kurva potensial listrik dari x = -10 hingga x = 10 dengan interval 0.1 (b) menghitung potensial listrik pada x = 0 9. Sebuah bola pejal memiliki jari-jari sebesar 0,75 meter. Kuat medan listrik yang terukur pada permukaan bola diketahui sebesar 890 N/C dan mengarah keluar bola. Dengan memanfaatkan hukum Gauss, tentukan: (a) Total muatan yang terdapat pada kulit bola (b) Apakah muatan-nya positif atau negatif? (c) Kuat medan listrik pada jarak 1 meter dari pusat bola (d) Kuat medan listrik pada jarak 0,5 meter dari pusat bola (e) Buatlah skrip Matlab untuk menggambarkan kurva kuat medan listrik terhadap jarak mulai dari pusat bola sampai ke jarak meter

32 14 BAB 1. PENDAHULUAN

33 Bab 2 Matriks dan Komputasi Objektif : Mengenalkan matriks, vektor dan jenis-jenis matriks. Mendeklarasikan elemen-elemen matriks ke dalam memori komputer. Mengenalkan operasi penjumlahan dan perkalian matriks. Membuat skrip operasi matriks. 2.1 Mengenal matriks Notasi suatu matriks berukuran n m ditulis dengan huruf besar dan dicetak tebal, misalnya A n m. Huruf n menyatakan jumlah baris, dan huruf m jumlah kolom. Suatu matriks tersusun atas elemen-elemen yang dinyatakan dengan huruf kecil lalu diikuti oleh angka-angka indeks, misalnya a ij. Indeks i menunjukkan posisi baris ke-i dan indeks j menentukan posisi kolom ke-j. a 11 a a 1m a A = (a ij ) = 21 a a 2m (2.1)... a n1 a n2... a nm Pada matriks ini, a 11, a 12,..., a 1m adalah elemen-elemen yang menempati baris pertama. Sementara a 12, a 22,..., a n2 adalah elemen-elemen yang menempati kolom kedua. Contoh 1: Matriks A 2 [ ] 8 5 A = dengan masing-masing elemennya adalah a 11 =, a 12 = 8, a 1 = 5, a 21 = 6, a 22 = 4, dan a 2 = 7. 15

34 16 BAB 2. MATRIKS DAN KOMPUTASI Contoh 2: Matriks B 2 1 B = dengan masing-masing elemennya adalah b 11 = 1, b 12 =, b 21 = 5, b 22 = 9, b 1 = 2, dan b 2 = Vektor-baris dan vektor-kolom Notasi vektor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil dan dicetak tebal. Suatu matriks dinamakan vektor-baris berukuran m, bila hanya memiliki satu baris dan m kolom, yang dinyatakan sebagai berikut ] ] a = [a 11 a a 1m = [a 1 a 2... a m (2.2) Sedangkan suatu matriks dinamakan vektor-kolom berukuran n, bila hanya memiliki satu kolom dan n baris, yang dinyatakan sebagai berikut a 11 a 1 a a = 21. = a 2. (2.) a n1 a n 2. Inisialisasi matriks dalam memori komputer Sebelum dilanjutkan, disarankan agar Anda mencari tahu sendiri bagaimana cara membuat m- file di Matlab dan bagaimana cara menjalankannya. Karena semua skrip yang terdapat dalam buku ini ditulis dalam m-file. Walaupun sangat mudah untuk melakukan copy-paste, namun dalam upaya membiasakan diri menulis skrip di m-file, sangat dianjurkan Anda menulis ulang semuanya. Dalam Matlab terdapat cara inisialisasi matriks. Cara pertama 1, sesuai dengan Contoh 1, adalah 1 clear all 2 clc 4 A(1,1) = ; 5 A(1,2) = 8; 6 A(1,) = 5; 7 A(2,1) = 6; 8 A(2,2) = 4; 9 A(2,) = 7; 10 A Sedangkan untuk matriks B 2, sesuai Contoh 2 adalah 1 Cara ini bisa diterapkan pada bahasa C, Fortran, Pascal, Delphi, Java, Basic, dll. Sementara cara kedua dan cara ketiga hanya akan dimengerti oleh Matlab

35 2.4. MACAM-MACAM MATRIKS 17 1 clear all 2 clc 4 B(1,1) = 1; 5 B(1,2) = ; 6 B(2,1) = 5; 7 B(2,2) = 9; 8 B(,1) = 2; 9 B(,2) = 4; 10 B Cara kedua relatif lebih mudah dan benar-benar merepresentasikan dimensi matriksnya, dengan jumlah baris dan jumlah kolom terlihat dengan jelas. 1 clear all 2 clc 4 A=[ ]; 6 7 B=[ ]; Cara ketiga jauh lebih singkat, namun tidak menunjukkan dimensi matriks lantaran ditulis hanya dalam satu baris. 1 clear all 2 clc 4 A=[ 8 5 ; ]; 5 B=[ 1 ; 5 9 ; 2 4]; 2.4 Macam-macam matriks matriks transpose Operasi transpose terhadap suatu matriks akan menukar elemen-elemen kolom menjadi elemenelemen baris. Notasi matriks tranpose adalah A T atau A t. Contoh : Operasi transpose terhadap matriks A [ ] A = A T = Dengan Matlab, operasi transpose cukup dilakukan dengan menambahkan tanda petik tunggal di depan nama matriksnya 1 clear all 2 clc

36 18 BAB 2. MATRIKS DAN KOMPUTASI 4 A=[ ]; 6 7 AT = A ; matriks bujursangkar matriks bujursangkar adalah matriks yang jumlah baris dan jumlah kolomnya sama. Contoh 4: Matrik bujursangkar berukuran x atau sering juga disebut matriks bujursangkar orde 1 8 A = Matrik simetrik matriks simetrik adalah matriks bujursangkar yang elemen-elemen matriks transpose-nya bernilai sama dengan matriks asli-nya. Contoh 5: matriks simetrik A = A T = matriks diagonal matriks diagonal adalah matriks bujursangkar yang seluruh elemen-nya bernilai 0 (nol), kecuali elemen-elemen diagonalnya. Contoh 6: matriks diagonal orde A = matriks identitas matriks identitas adalah matriks bujursangkar yang semua elemen-nya bernilai 0 (nol), kecuali elemen-elemen diagonal yang seluruhnya bernilai 1. Contoh 7: matriks identitas orde I =

37 2.4. MACAM-MACAM MATRIKS matriks upper-triangular matriks upper-tringular adalah matriks bujursangkar yang seluruh elemen dibawah elemen diagonal bernilai 0 (nol). Contoh 8: matriks upper-triangular A = matriks lower-triangular matriks lower-tringular adalah matriks bujursangkar yang seluruh elemen diatas elemen diagonal bernilai 0 (nol). Contoh 9: matriks lower-triangular A = matriks tridiagonal matriks tridiagonal adalah matriks bujursangkar yang seluruh elemen bukan 0 (nol) berada disekitar elemen diagonal, sementara elemen lainnya bernilai 0 (nol). Contoh 10: matriks tridiagonal A = matriks diagonal dominan matriks diagonal dominan adalah matriks bujursangkar yang memenuhi a ii > n j=1,j i dengan i=1,2,,..n. Coba perhatikan matriks-matriks berikut ini A = 5 1 B = a ij (2.4) 0 1

38 20 BAB 2. MATRIKS DAN KOMPUTASI Pada elemen diagonala ii matriks A, 7 > 2 + 0, lalu 5 > + 1, dan 6 > Maka matriks A disebut matriks diagonal dominan. Sekarang perhatikan elemen diagonal matriks B, 6 < 4 +, 2 < 4 + 0, dan 1 < + 0. Dengan demikian, matriks B bukan matriks diagonal dominan matriks positive-definite Suatu matriks dikatakan positive-definite bila matriks tersebut simetrik dan memenuhi Contoh 11: Diketahui matriks simetrik berikut x T Ax > 0 (2.5) A = untuk menguji apakah matriks A bersifat positive-definite, maka x T Ax = = ] [x 1 x 2 x ] 2x 1 x 2 [x 1 x 2 x x 1 +2x 2 x x 2 +2x = 2x 2 1 2x 1x 2 +2x 2 2 2x 2x +2x 2 = x 2 1 +(x2 1 2x 1x 2 +x 2 2 )+(x2 2 2x 2x +x 2 )+x2 = x 2 1 +(x 1 x 2 ) 2 +(x 2 x ) 2 +x 2 Dari sini dapat disimpulkan bahwa matriks A bersifat positive-definite, karena memenuhi kecuali jika x 1 =x 2 =x =0. x 1 x 2 x x 2 1 +(x 1 x 2 ) 2 +(x 2 x ) 2 +x 2 > Operasi matematika Penjumlahan matriks Operasi penjumlahan pada dua buah matriks hanya bisa dilakukan bila kedua matriks tersebut berukuran sama. Misalnya matriks C 2 [ ] 9 5 C = 7 2 1

39 2.5. OPERASI MATEMATIKA 21 dijumlahkan dengan matriks A 2, lalu hasilnya (misalnya) dinamakan matriks D 2 D = A+C D = = = [ ] [ ] [ ] [ ] Tanpa mempedulikan nilai elemen-elemen masing-masing matriks, operasi penjumlahan antara matriks A 2 dan C 2, bisa juga dinyatakan dalam indeks masing-masing dari kedua matriks tersebut, yaitu [ ] [ ] d 11 d 12 d 1 a 11 +c 11 a 12 +c 12 a 1 +c 1 = d 21 d 22 d 2 a 21 +c 21 a 22 +c 22 a 2 +c 2 Dijabarkan satu persatu sebagai berikut d 11 = a 11 +c 11 d 12 = a 12 +c 12 d 1 = a 1 +c 1 (2.6) d 21 = a 21 +c 21 d 22 = a 22 +c 22 d 2 = a 2 +c 2 Dari sini dapat diturunkan sebuah rumus umum penjumlahan dua buah matriks d ij = a ij +c ij (2.7) dengan i=1,2 dan j=1,2,. Perhatikan baik-baik! Batas i hanya sampai angka 2 sementara batas j sampai angka. Kemampuan Anda dalam menentukan batas indeks sangat penting dalam dunia programming Komputasi penjumlahan matriks Berdasarkan contoh operasi penjumlahan di atas, indeks j pada persamaan (2.7) lebih cepat berubah dibanding indeks i sebagaimana ditulis pada baris pertama dari Persamaan (2.6), d 11 = a 11 +c 11 d 12 = a 12 +c 12 d 1 = a 1 +c 1

40 22 BAB 2. MATRIKS DAN KOMPUTASI Jelas terlihat, ketika indeks i masih bernilai 1, indeks j sudah berubah dari nilai 1 sampai. Hal ini membawa konsekuensi pada skrip pemrograman, dengan looping untuk indeks j harus diletakkan di dalam looping indeks i. Aturan mainnya adalah yang looping-nya paling cepat harus diletakkan paling dalam; sebaliknya, looping terluar adalah looping yang indeksnya paling jarang berubah. Bila Anda masih belum paham terhadap kalimat yang dicetak tebal, saya akan berikan contoh source code dasar yang nantinya akan kita optimasi selangkah demi selangkah. OK, kita mulai dari source code paling mentah berikut ini. 1 clear all 2 clc 4 A=[ 8 5; 6 4 7]; % inisialisasi matriks A 5 6 C=[9 5 ; 7 2 1]; % inisialisasi matriks B 7 8 % ---proses penjumlahan matriks D(1,1)=A(1,1)+C(1,1); 10 D(1,2)=A(1,2)+C(1,2); 11 D(1,)=A(1,)+C(1,); 12 D(2,1)=A(2,1)+C(2,1); 1 D(2,2)=A(2,2)+C(2,2); 14 D(2,)=A(2,)+C(2,); % ---menampilkan matriks A, C dan D A 18 C 19 D Tanda % berfungsi untuk memberikan komentar atau keterangan. Komentar atau keterangan tidak akan diproses oleh Matlab. Saya yakin Anda paham dengan logika yang ada pada bagian % proses penjumlahan matriks - dalam source code di atas. Misalnya pada baris ke-9, elemen d 11 adalah hasil penjumlahan antara elemena 11 danc 11, sesuai dengan baris pertama Persamaan 2.6. Tahap pertama penyederhanaan source code dilakukan dengan menerapkan perintah for - end untuk proses looping. Source code tersebut berubah menjadi 1 clear all 2 clc 4 A=[ 8 5; 6 4 7]; % inisialisasi matriks A 5 6 C=[9 5 ; 7 2 1]; % inisialisasi matriks B 7 8 % ---proses penjumlahan matriks for j=1: 10 D(1,j)=A(1,j)+C(1,j); 11 end 12 1 for j=1: 14 D(2,j)=A(2,j)+C(2,j); 15 end

41 2.5. OPERASI MATEMATIKA % ---menampilkan matriks A, C dan D A 19 C 20 D Pada baris ke-9 dan ke-1, saya mengambil huruf j sebagai nama indeks dengan j bergerak dari 1 sampai. Coba Anda pikirkan, mengapa j hanya bergerak dari 1 sampai? Modifikasi tahap kedua adalah sebagai berikut 1 clear all 2 clc 4 A=[ 8 5; 6 4 7]; % inisialisasi matriks A 5 6 C=[9 5 ; 7 2 1]; % inisialisasi matriks B 7 8 % ---proses penjumlahan matriks i=1 10 for j=1: 11 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j); 12 end 1 14 i=2 15 for j=1: 16 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j); 17 end % ---menampilkan matriks A, C dan D A 21 C 22 D Saya gunakan indeks i pada baris ke-9 dan ke-14 yang masing-masing berisi angka 1 dan 2. Dengan begitu indeks i bisa menggantikan angka 1 dan 2 yang semula ada di baris ke-11 dan ke-16. Nah sekarang coba Anda perhatikan, statemen pada baris ke-10, ke-11 dan ke-12 sama persis dengan statemen pada baris ke-15, ke-16 dan ke-17, sehingga mereka bisa disatukan kedalam sebuah looping yang baru dengan i menjadi nama indeksnya. 1 clear all 2 clc 4 A=[ 8 5; 6 4 7]; % inisialisasi matriks A 5 6 C=[9 5 ; 7 2 1]; % inisialisasi matriks B 7 8 % ---proses penjumlahan matriks for i=1:2 10 for j=1: 11 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j); 12 end 1 end % ---menampilkan matriks A, C dan D A

42 24 BAB 2. MATRIKS DAN KOMPUTASI 17 C 18 D Coba Anda pahami dari baris ke-9, mengapa indeks i hanya bergerak dari 1 sampai 2? Source code di atas memang sudah tidak perlu dimodifikasi lagi, namun ada sedikit saran untuk penulisan looping bertingkat dimana sebaiknya looping terdalam ditulis agak menjorok kedalam seperti berikut ini 1 clear all 2 clc 4 A=[ 8 5; 6 4 7]; % inisialisasi matriks A 5 6 C=[9 5 ; 7 2 1]; % inisialisasi matriks B 7 8 % ---proses penjumlahan matriks for i=1:2 10 for j=1: 11 D(i,j)=A(i,j)+C(i,j); 12 end 1 end % ---menampilkan matriks A, C dan D A 17 C 18 D Sekarang Anda lihat bahwa looping indeks j ditulis lebih masuk kedalam dibandingkan looping indeks i. Semoga contoh ini bisa memperjelas aturan umum pemrograman dimana yang looping-nya paling cepat harus diletakkan paling dalam; sebaliknya, looping terluar adalah looping yang indeksnya paling jarang berubah. Dalam contoh ini looping indeks j bergerak lebih cepat dibanding looping indeks i Perkalian matriks Operasi perkalian dua buah matriks hanya bisa dilakukan bila jumlah kolom matriks pertama sama dengan jumlah baris matriks kedua. Jadi kedua matriks tersebut tidak harus berukuran sama seperti pada penjumlahan dua matriks. Misalnya matriks A 2 dikalikan dengan matriks B 2, lalu hasilnya (misalnya) dinamakan matriks E 2 2 E 2 2 = A 2.B 2

43 2.5. OPERASI MATEMATIKA 25 E = = = [ ] [ ] [ ] Tanpa mempedulikan nilai elemen-elemen masing-masing matriks, operasi perkalian antara matriks A 2 dan B 2, bisa juga dinyatakan dalam indeks masing-masing dari kedua matriks tersebut, yaitu [ ] [ ] e 11 e 12 a 11.b 11 +a 12.b 21 +a 1.b 1 a 11.b 12 +a 12.b 22 +a 1.b 2 = e 21 e 22 a 21.b 11 +a 22.b 21 +a 2.b 1 a 21.b 12 +a 22.b 22 +a 2.b 2 Bila dijabarkan, maka elemen-elemen matriks E 2 2 adalah e 11 = a 11.b 11 +a 12.b 21 +a 1.b 1 (2.8) e 12 = a 11.b 12 +a 12.b 22 +a 1.b 2 (2.9) e 21 = a 21.b 11 +a 22.b 21 +a 2.b 1 (2.10) e 22 = a 21.b 12 +a 22.b 22 +a 2.b 2 (2.11) Sejenak, mari kita amati perubahan pasangan angka-angka indeks yang mengiringi elemen e, elemena dan elemenb mulai dari persamaan (2.8) sampai persamaan (2.11). Perhatikan perubahan angka-indeks-pertama pada elemen e seperti berikut ini e 1.. =.. e 1.. =.. e 2.. =.. e 2.. =.. Pola perubahan yang sama akan kita dapati pada angka-indeks-pertama dari elemen a e 1.. = a 1...b... +a 1...b... +a 1...b... e 1.. = a 1...b... +a 1...b... +a 1...b... e 2.. = a 2...b... +a 2...b... +a 2...b... e 2.. = a 2...b... +a 2...b... +a 2...b... Dengan demikian kita bisa mencantumkan huruf i sebagai pengganti angka-angka indeks yang

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab-

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.ac.id ) ( Email: supriyanto@sci.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi IV Revisi terakhir

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab-

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Komputasi untuk Sains dan Teknik -Menggunakan Matlab- Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl:

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Dalam Matlab-

Komputasi untuk Sains dan Teknik -Dalam Matlab- Komputasi untuk Sains dan Teknik -Dalam Matlab- Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl: 25

Lebih terperinci

Metode Matematika untuk Geofisika

Metode Matematika untuk Geofisika Metode Matematika untuk Geofisika Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.ac.id ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri9@gmail.com ) Edisi I Revisi terakhir tgl: Desember 009 Departemen

Lebih terperinci

MATRIK DAN KOMPUTASI

MATRIK DAN KOMPUTASI MATRIK DAN KOMPUTASI Penulis: Supriyanto, email: supri@fisika.ui.ac.id Staf Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia Fukuoka, 5 Feb 2005 Catatan ini bermaksud menjelaskan secara singkat

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi II Revisi terakhir tgl: 12 Februari 2008 Departemen

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi II Revisi terakhir tgl: 28 April 2008 Departemen

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl: 13 Oktober 2008 Departemen

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl: 9 Desember 2008 Departemen

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Edisi I Laboratorium Jaringan Komputer Departemen Fisika-FMIPA Univeristas Indonesia 2006 Untuk Muflih Syamil dan Hasan Azmi... Mottoku : Tenang,

Lebih terperinci

Komputasi untuk Sains dan Teknik

Komputasi untuk Sains dan Teknik Komputasi untuk Sains dan Teknik Supriyanto Suparno ( Website: http://supriyanto.fisika.ui.edu ) ( Email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com ) Edisi III Revisi terakhir tgl: 30 Agustus 2009 Departemen

Lebih terperinci

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Semester Genap 2013/2014 1 Mahdhivan Syafwan Metode Numerik: Sistem Persamaan Linier

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com 5 Februari 2005 Abstract

Lebih terperinci

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK Kasus-kasus fisika yang diangkat pada mata kuliah Fisika Komputasi akan dijawab secara numerik. Validasi jawaban

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT

RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri9@gmail.com December 30, 00 Pada saat membahas metode Euler

Lebih terperinci

MODUL 1 OPERASI-OPERASI ARRAY

MODUL 1 OPERASI-OPERASI ARRAY MODUL 1 OPERASI-OPERASI ARRAY 1. PENDAHULUAN Semua operasi yang akan dilakukan pada praktikum ini melibatkan bilanganbilangan tunggal yang disebut skalar. Operasi-operasi yang melibatkan skalar adalah

Lebih terperinci

MATA KULIAH ANALISIS NUMERIK

MATA KULIAH ANALISIS NUMERIK BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS NUMERIK Oleh: M. Muhaemin Muhammad Saukat JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2009 Bahan Ajar Analisis

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut. BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

LU DECOMPOSITION (FAKTORISASI MATRIK)

LU DECOMPOSITION (FAKTORISASI MATRIK) LU DECOMPOSITION (FAKTORISASI MATRIK) Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com 5 Februari 2005 Pada semua catatan

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I PETUNJUK UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I DR. IR. ISTIARTO, M.ENG. KAMIS, 8 JUNI 017 OPEN BOOK 150 MENIT 1. Saudara tidak boleh menggunakan komputer untuk mengerjakan soal ujian ini.. Tuliskan urutan/cara/formula

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika

Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika Tugas Akhir Mata Kuliah Metode Numerik Dr. Kebamoto Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika Oleh : A. Arif Sartono 6305220017 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. FisikaKomputasi i -FST Undana

KATA PENGANTAR. FisikaKomputasi i -FST Undana Disertai Flowchart, Algoritma, Script Program dalam Pascal, Matlab5 dan Mathematica5 Ali Warsito, S.Si, M.Si Jurusan Fisika, Fakultas Sains & Teknik Universitas Nusa Cendana 2009 KATA PENGANTAR Buku ajar

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI. Disusun Oleh:

MODUL PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI. Disusun Oleh: MODUL PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI Disusun Oleh: JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2017 i PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha

Lebih terperinci

Wardaya College SAINS - FISIKA. Summer Olympiad Camp Sains SMP

Wardaya College SAINS - FISIKA. Summer Olympiad Camp Sains SMP SAINS - FISIKA Summer Olympiad Camp 2017 - Sains SMP 1. Seorang pelari menempuh jarak d selama waktu T detik, dimana t detik pertama gerakkannya dipercepat beraturan tanpa kecepatan awal, kemudian sisanya

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IKG2E3 KOMPUTASI NUMERIK Disusun oleh: PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTASI FAKULTAS INFORMATIKA TELKOM UNIVERSITY LEMBAR PENGESAHAN Rencana Semester (RPS) ini

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI LAPORAN AKHIR MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI PRAKTIKUM UJIAN AKHIR TAKE HOME RATRI BERLIANA 1112100114 Dosen : Sungkono, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2011 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2011 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2011 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2012 SOAL TES TEORI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

Yogyakarta, Maret 2011 Penulis. Supardi, M.Si

Yogyakarta, Maret 2011 Penulis. Supardi, M.Si PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh swt yang telah melimpahkan kasih sayangnya sehingga buku yang berjudul METODE NUMERIK dengan MATLAB ini dapat kami selesaikan penulisannya. Metode numerik

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Pertemuan GEARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (5B0809), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 06 Beberapa parameter yang menentukan karaktersitik getaran: Amplitudo

Lebih terperinci

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Semester Genap 2016/2017 1 Mahdhivan Syafwan Metode Numerik: Sistem Persamaan Linier

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA Pertemuan 2 GETARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (15B08019), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 2016 Beberapa parameter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Metode Langsung Metode Langsung Eliminasi Gauss (EGAUSS) Metode Eliminasi Gauss Dekomposisi LU (DECOLU),

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Metode Langsung Metode Langsung Eliminasi Gauss (EGAUSS) Metode Eliminasi Gauss Dekomposisi LU (DECOLU), PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan rekayasa.

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER 4.1 PERSAMAAN LINIER Misalnya x 2 Matematika analitik membicarakan ilmu ukur secara aljabar. Garis lurus pada bidang x 1 dan x 2 dapat dinyatakan sebagai persamaan a 1 x

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Doc. Name: XPFIS9910 Version: 2012-06 halaman 1 Sebuah bola bermassa m terikat pada ujung sebuah tali diputar searah jarum jam dalam sebuah lingkaran mendatar dengan jari-jari

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER. Oleh: Supardi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta

ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER. Oleh: Supardi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER Oleh: Supardi Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian tentang gejala chaos pada pendulum nonlinier telah dilakukan.

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 62 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Analisis Masalah yang Dihadapi Persamaan integral merupakan persamaan yang sering muncul dalam berbagai masalah teknik, seperti untuk mencari harga

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO i FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO Departemen Fisika Universitas Airlangga, Surabaya E-mail address, P. Carlson: i an cakep@yahoo.co.id URL: http://www.rosyidadrianto.wordpress.com Puji

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR A. Latar Belakang Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi,

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah benda berubah gerak secara beraturan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Besaran merupakan frekuensi sudut, merupakan amplitudo, merupakan konstanta fase, dan, merupakan konstanta sembarang.

II LANDASAN TEORI. Besaran merupakan frekuensi sudut, merupakan amplitudo, merupakan konstanta fase, dan, merupakan konstanta sembarang. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Teori-teori tersebut meliputi osilasi harmonik sederhana yang disarikan dari [Halliday,1987],

Lebih terperinci

Pendahuluan

Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan Numerik dengan Matlab KOMPUTASI NUMERIK dengan MATLAB Oleh : Ardi Pujiyanta Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2007 Hak Cipta 2007 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI

PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI Frando Heremba, Nur Aji Wibowo, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

BANK SOAL METODE KOMPUTASI

BANK SOAL METODE KOMPUTASI BANK SOAL METODE KOMPUTASI 006 iv DAFTAR ISI Halaman Bio Data Singkat Penulis.. Kata Pengantar Daftar Isi i iii iv Pengantar... Kesalahan Bilangan Pendekatan... 6 Akar-akar Persamaan Tidak Linier.....

Lebih terperinci

jawaban : Jadi pada grafik V terhadap t sumbu Vv = o sedangkan pada sumbu t,t = 0 grafik yang benar adalah grafik D. Jawab: D

jawaban : Jadi pada grafik V terhadap t sumbu Vv = o sedangkan pada sumbu t,t = 0 grafik yang benar adalah grafik D. Jawab: D UMPTN 1996 FISIKA 1. Sebuah benda berubag gerak secara beraturan dari kecepatan m/s sampai diam, jarak yang dicapainya adalah 1 meter. Gerak benda itu dapat ditunjukkan oleh grafik kecepatan (v) terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN METODE NUMERIK

PENDAHULUAN METODE NUMERIK PENDAHULUAN METODE NUMERIK TATA TERTIB KULIAH 1. Bobot Kuliah 3 SKS 2. Keterlambatan masuk kuliah maksimal 30 menit dari jam masuk kuliah 3. Selama kuliah tertib dan taat aturan 4. Dilarang makan dan minum

Lebih terperinci

ISBN. PT SINAR BARU ALGENSINDO

ISBN. PT SINAR BARU ALGENSINDO Drs. HERI SUTARNO, M. T. DEWI RACHMATIN, S. Si., M. Si. METODE NUMERIK DENGAN PENDEKATAN ALGORITMIK ISBN. PT SINAR BARU ALGENSINDO PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika Prediksi UN SMA IPA Fisika Kode Soal Doc. Version : 0-06 halaman 0. Dari hasil pengukuran luas sebuah lempeng baja tipis, diperoleh, panjang = 5,65 cm dan lebar 0,5 cm. Berdasarkan pada angka penting maka

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadillah Cijantung Jakarta Timur Telp. 840078, Fax 87794718 REMEDIAL ULANGAN TENGAH SEMESTER

Lebih terperinci

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Modul 1 Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Drs. Susiswo, M.Si. K PENDAHULUAN ompetensi umum yang diharapkan, setelah mempelajari modul ini, adalah Anda dapat memahami konsep tentang persamaan linear dan

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter minimum dari pengukuran benda di atas A. 5,685 cm B. 5,690 cm C. 5,695 cm D. 5,699 cm E. 5,700 cm 2. Sebuah partikel

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

METODE NUMERIK SEMESTER 3 2 JAM / 2 SKS. Metode Numerik 1

METODE NUMERIK SEMESTER 3 2 JAM / 2 SKS. Metode Numerik 1 METODE NUMERIK SEMESTER 3 2 JAM / 2 SKS Metode Numerik 1 Materi yang diajarkan : 1. Pendahuluan - latar belakang - mengapa dan kapan menggunakan metode numerik - prinsip penyelesaian persamaan 2. Sistim

Lebih terperinci

Penerapan Integrasi Numerik pada Medan Magnet karena Arus Listrik

Penerapan Integrasi Numerik pada Medan Magnet karena Arus Listrik Penerapan Integrasi Numerik pada Medan Magnet karena Arus Listrik Rianto Fendy Kristanto - 13507036 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI OSILASI LC DARI KURVA TEGANGAN INDUKTOR DAN KAPASITOR TERHADAP FREKUENSI. Islamiani Safitri* dan Neny Kurniasih

PENENTUAN FREKUENSI OSILASI LC DARI KURVA TEGANGAN INDUKTOR DAN KAPASITOR TERHADAP FREKUENSI. Islamiani Safitri* dan Neny Kurniasih PENENTUAN FREKUENSI OSILASI LC DARI KURVA TEGANGAN INDUKTOR DAN KAPASITOR TERHADAP FREKUENSI Islamiani Safitri* dan Neny Kurniasih STKIP Universitas Labuhan Batu Email: islamiani.safitri@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BERKAS SOAL BIDANG STUDI : FISIKA

BERKAS SOAL BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2014 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan. 2.

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

REGRESI LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS

REGRESI LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS REGRESI LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS Penulis: Supriyanto, email: supri@fisika.ui.ac.id Staf Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia Diketahui data eksperimen tersaji dalam tabel berikut ini

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014 1. Perhatikan pengukuran benda menggunakan 4. Sebuah benda bergerak melingkar dengan neraca o-hauss berikut ini! kecepatan 240 putaran per menit. Apabila jarijari lintasan 20 cm, maka besar kecepatan π

Lebih terperinci

DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA

DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA Matakuliah: Fisika Matematika DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA Di S U S U N Oleh : Kelompok VI DEWI RATNA PERTIWI SITEPU (8176175004) RIFKA ANNISA GIRSANG (8176175014) PENDIDIKAN FISIKA REGULER

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Metode Numerik Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Unified Modelling Language; Use Case Diagram; Class Diagram dan Object Diagram;

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK SEDERHANA

GERAK HARMONIK SEDERHANA GERAK HARMONIK SEDERHANA Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui suatu titik kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak harmonik

Lebih terperinci

Interpolasi dan Ekstrapolasi

Interpolasi dan Ekstrapolasi Interpolasi dan Ekstrapolasi JURNAL 01 Didalam pengertian matematika dasar, interpolasi adalah perkiran suatu nilai tengah dari satu set nilai yang diketahui. Interpoloasi dalam arti luas merupakan upaya

Lebih terperinci

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) 1) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Tanjungpura 2)Program Studi Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS.

Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Fisika IPA Disusun Oleh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT Pembahasan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M.

KATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M. i KATA PENGANTAR Buku ini dibuat untuk memudahkan siapa saja yang ingin belajar MATLAB terutama bagi yang baru mengenal MATLAB. Buku ini sangat cocok untuk pemula terutama untuk pelajar yang sedang menempuh

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon Soal Kinematika Gerak dan Analisis Vektor Soal No. 1 Sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi terhadap waktu : r(t) = 3t 2 2t + 1 dengan t dalam sekon dan rdalam meter. Tentukan: a. Kecepatan partikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan 1. Memiliki kesadaran tentang manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi kuliah persamaan diferensial. 2. Memahami konsep-konsep penting dalam persamaan

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

Oleh Dr. Fahrudin Nugroho Dr. Iman Santosa

Oleh Dr. Fahrudin Nugroho Dr. Iman Santosa UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Buku 1 : RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) PEMROGRAMAN DAN METODE NUMERIK Semester 2/ 2 sks/ MFF 1024 Oleh Dr. Fahrudin Nugroho

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci