BAB II LANDASAN TEORITIS. Pada dasarnya, data apapun adalah rangkaian bit 0 dan 1. Yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIS. Pada dasarnya, data apapun adalah rangkaian bit 0 dan 1. Yang"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORITIS Pada dasarnya, data aaun adalah rangkaian bit 0 dan 1. Yang membedakan antara suatu data dengan data yang lain adalah ukuran dari rangkaian bit dan bagaimana 0 dan 1 ditematkan dalam rangkaian bit tersebut. Semakin komleks suatu data maka rangkaian bit yang dierlukan un menjadi semakin rumit dan anjang, dengan demikian ukuran keseluruhan data juga semakin besar. Rangkaian bit inilah yang nantinya akan diolah dalam roses komresi. Dalam tulisan ini, akan dibandingkan dua metode komresi yaitu metode Huffman dan Dynamic Markov Comression. Untuk melakukan kedua metode tersebut dierlukan beberaa ilmu endukung. Selanjutnya akan dibahas mengenai ilmu-ilmu endukung tersebut. 2.1 Teori Peluang Konse Dasar Peluang Dalam melakukan enelitian, sering kali dilakukan berbagai ercobaan atau ekserimen. Ekserimen dalam hal ini meruakan ekserimen acak. Sebagaimana dikemukakan oleh Djauhari (1994:2) bahwa Ekserimen acak memiliki karakteristik: i. Hasil ekserimen tak daat diduga sebelumnya dengan tingkat keyakinan yang asti. 7

2 8 ii. Semua hasil yang mungkin daat diidentifikasi terkandung di dalm suatu himunan. iii. Daat diasumsikan bisa dilakukan berulang-ulang dalam kondisi yang sama. Setelah melakukan ekserimen, maka akan dieroleh hasil-hasil yang mungkin dari ekserimen itu, kumulan semua hasil-hasil yang mungkin tersebut disebut dengan ruang samel dan dinotasikan dengan S. Pengertian ruang samel dierjelas ada definisi berikut: Definisi 2.1 (Herrhyanto, 1994:19) Aabila kita melakukan suatu ekserimen acak, maka semua hasil yang mungkin dari ekserimen itu dinamakan ruang samel. Sedangkan masing-masing hasil yang mungkin dari ekserimen atau setia anggota dari ruang samel dinamakan titik-titik samel. Definisi 2.2 (Herrhyanto, 1994:19) Sebuah eristiwa adalah sebuah himunan bagian dari ruang samel. Setia himunan bagian adalah sebuah eristiwa. Dalam suatu ekserimen acak selalu terjadi suatu ketidakastian aakah suatu eristiwa akan terjadi atau tidak. Jika suatu eristiwa sudah asti akan terjadi maka daat dikatakan eristiwa tersebut memiliki eluang sama dengan 1. Sebaliknya, jika eristiwa tersebut sangat tidak mungkin terjadi, maka eluangnya sama dengan 0. Tetai yang terjadi dalam kehiduan sehari-hari sangat jarang

3 9 ditemukan eristiwa yang memiliki eluang sama dengan 0 atau 1, kebanyakan eristiwa memunyai eluang antara 0 dan 1. Berikut adalah definisi eluang. Definisi 2.3 Misalkan untuk setia eristiwa E dari ruang samel S, P(E) memenuhi tiga syarat: (i) 0 P(E) 1 (ii) P(S) =1 (iii) P i=1 E i = i=1 P (E i ) Untuk setia E 1, E 2,... di S dengan E i E j = φ, i = j P(E) dibaca eluang dari eristiwa E. Definisi di atas adalah definisi eluang, sedangkan cara menghitung eluang suatu eristiwa daat dilihat ada definisi-definisi berikut: Definisi 2.4 (Definisi Klasik) Jika eristiwa E daat terjadi sebanyak n kali di antara N eristiwa yang saling asing dan semuanya terjadi dengan kesematan yang sama, maka eluang terjadinya eristiwa E adalah n P(E) = N

4 10 Definisi 2.5 (Definisi Emiris) Perhatikan frekuensi relatif sebuah eristiwa di antara sejumlah engamatan. Peluang eristiwa tersebut adalah limit dari frekuensi relatifnya jika engamatan di ulang samai dengan tak hingga. Definisi 2.6 Misalkan X diskrit dengan nilai X = x 1, x 2, x 3,..., x n, fungsi yang memenuhi syarat: (a) P(x i ) 0, untuk setia x i, dan n (b) i= 1 P(x i ) = 1 Disebut fungsi eluang Contoh: Misalkan dilakukan ekserimen engundian 2 mata uang, jika x menyatakan banyaknya kejadian munculnya angka, ruang samel untuk engundian ini adalah S = {0, 1, 2}. Berikut adalah tabel distibusi eluang dari kejadian munculnya angka dalam dua kali engundian Tabel 2.1 Distibusi Peluang Pengundian Koin n i= 1 x P(x) 0 1/4 1 1/2 2 1/4 P(x i ) 1

5 Rantai Markov Proses statokastik X = {X(t), t T} adalah kumulan dari variabel-variabel acak. T dalam hal ini adalah himunan index atau arameter waktu dan X(t) adalah keadaan dari suatu roses ada waktu t. Jika himunan T memunyai jumlah anggota terbatas maka X dinamakan roses stokastik dengan arameter waktu diskrit. Sedangkan jika himunan T memunyai jumlah anggota terbatas maka X adalah roses stokastik dengan arameter waktu kontinu. Himunan nilai X(t) yang mungkin yaitu range X(t) dinamakan ruang keadaan dari roses stokastik Salah satu roses stokastik yang cuku dikenal adalah model rantai Markov. Model rantai Markov ertama kali dierkenalkan oleh Andrei A. Markov ada tahun Model ini berhubungan dengan suatu rangkaian roses di mana kejadian akibat suatu ekserimen hanya bergantung ada kejadian yang langsung mendahuluinya dan tidak tergantung ada rangkaian kejadian sebelumsebelumnya yang lain (Abdurrachman, 1999:499). Model ini daat digunakan untuk memerkirakan erubahan-erubahan di waktu yang akan datang dalam variabel-variabel dinamis atas dasar erubahan-erubahan dari variabel-variabel dinamis tersebut di waktu yang lalu. Tetai model ini tidak memberikan keutusan rekomendasi, melainkan hanya informasi robabilitas mengenai situasi keutusan yang daat membantu engambil keutusan mengambil keutusan. Alikasi rantai Markov yang terkenal diantaranya adalah analisa erindahan merek dari elanggan, analisa gema, analisa robabilitas kerusakan mesin, analisa hutang tak tertagih, dan masih banyak lagi yang lainnya.

6 12 Definisi 2.7 Proses Markov adalah roses stokastik masa lalu tidak memunyai engaruh ada masa yang akan datang bila masa sekarang diketahui. Bila t n-1 < t n maka : P{X(t n ) X n X(t), t t n-1 } = P {X(t n ) X n X(t n-1 )} Bila t 1 < t 2 <.< t n maka : P { X(t n ) X n X(t n-1 ),.X(t 1 )} = P { X(t n ) X n X(t n-1 )} Definisi 2.8 Diberikan sebuah himunan N dengan keadaaan E = { E 1,E 2,, E N } dan rantai keadaan itu : E j1, E j2, E j3, E jn Rantai tersebut adalah rantai Markov bila : P( E k E j1 E j2..e ji ) = P( E k E ji ) Definisi 2.9 Probabilitas transisi adalah robabilitas ergerakan dari keadaan E i ke E j, dinotasikan dengan ij. P(E j Ek 1.Ek 2, Ek v, E i ) = P(E j E i ) = ij Untuk semua i dan j, ij 0 dan untuk setia i N ij j= 1

7 13 Definisi 2.10 Matriks transisi sebuah sistem dengan N keadaan, E 1, E 2,., E N dan robabilitas transisi ij = 1,2,.N adalah: T = M N M N M N 3 L L L O L 1N 2N 3N M NN Contoh: Misalkan di suatu kota terdaat tiga erusahaan engiriman barang yaitu erusahaan A, B dan C. Jumlah enduduk kota tersebut adalah 2000 orang, Setia bulannya enduduk kota tersebut menggunakan layanan dari salah satu dari ketiga erusahaan tersebut. Setelah diadakan survei, ternyata elanggan tidak setia seenuhnya ada erusahaan engiriman manaun. Hasil surveinya adalah sebagai berikut : a. Jika elanggan melakukan transaksi dengan erusahaan A bulan ini, ada robabilitas sebesar 50% bahwa elanggan akan melakukan transaksi dengan A kembali dibulan berikutnya. Sedangkan bahwa elanggan akan berindah ke B dan C, terdaat robabilitas sebesar 30% dan 20% b. Untuk elanggan yang bulan ini mengadakan transaksi dengan erusahaan B, terdaat robabilitas sebesar 55% bahwa elanggan tersebut akan kembali ada mereka dibulan berikutnya. Sedangkan bahwa elanggan akan berindah ke A dan C, terdaat robabilitas sebesar 20% dan 25%

8 14 c. Untuk elanggan yang bulan ini mengadakan transaksi dengan erusahaan C, robabilitas bahwa elanggan akan kembali ada mereka dibulan berikutnya adalah 60%. Sedangkan robabilitas elanggan akan beralih ke A dan B adalah 20% dan 20%. Probabilitas ergerakan elanggan erbulan daat dijabarkan sebagai matriks transisi: 0,5 T = 0,2 0,2 dan dierjelas melalui tabel berikut: 0,3 0,55 0,2 0,2 0,25 0,6 Tabel 2.2 Probabilitas Transisi Bulan ini Bulan Berikutnya A B C A 0,5 0,3 0,2 B 0,2 0,55 0,25 C 0,2 0,2 0,6 Sumber: Yashinta.net Dari tabel robabilitas transisi di atas, erusahaan daat menentukan langkah selanjutnya untuk mendaatkan kembali elanggan, misalnya dengan meningkatkan elayanan, memberi diskon, atau memasang iklan lebih banyak.

9 Pohon dalam Graf Graf Graf digunakan untuk mereresentasikan objek-objek dan hubungan antar objek-objek tersebut. Reresentasi visual dari graf adalah dengan menyatakan objek sebagai titik dan hubungan antar objek sebagai garis. Sebagai contoh lihat gambar (2.1), gambar 2.1(a) adalah eta kota Konigsberg dan tujuh jembatannya yang terkenal, sedangkan gambar 2.1(b) adalah graf yang mereresentasikan jembatan kota Konigsberg dan 7 jembatannya. Daratan dinyatakan oleh titik-titik dan jembatan dinyatakan oleh garis-garis yang menghubungkan titik-titik tersebut. (a) (b) Gambar 2.1 (a) Peta Kota Konigsberg; (b) Reresentasi Jembatan Konigsberg dalam Graf Definisi 2.11 Graf G didefinisikan sebagai asangan himunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E) yang dalam hal ini V adalah himunan tidak kosong dari simul-simul dan E adalah himunan sisi yang menghubungkan seasang simul.

10 16 Dari definisi di atas daat dilihat bahwa V tidak boleh kosong sedangkan E boleh kosong. Jadi, suatu graf boleh tidak memunyai sisi satu un, tetai minimal harus ada satu simul. Sisi ada graf daat menmunyai orientasi arah. Berdasarkan orientasi arah ada sisi, maka graf daat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: 1. Graf Tak Berarah (Undirected Grah) Graf yang sisi-sisinya tidak memunyai orientasi arah disebut graf tak berarah. Urutan asangan simul yang dihubungkan oleh sisi tidak dierhatikan, dengan kata lain (u,v) = (v,u). 2. Graf Berarah (Directed Grah atau Digrah) Graf yang sisi-sisinya memunyai orientasi arah disebut graf berarah. Pada graf berarah sisi (u,v) tidak sama dengan sisi (v,u), dengan kata lain (v,u) (v,u). Sisi (u,v) artinya sisi dengan tanda anah mengarah dari simul u ke simul v. Berikut ini adalah beberaa terminologi dalam graf yang sering digunakan. 1. Bertetangga (Adjasent) Definisi 2.12 Dua buah simul ada graf tak berarah G dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung dengan sebuah sisi. Dengan kata lain, u bertetangga dengan v jika (u,v) adalah sisi ada graf G.

11 17 2. Bersisian (Incident) Definisi 2.13 Untuk sembarang sisi e = (u,v), sisi e dikatakan bersisian dengan simul u dan simul v. 3. Derajat (Degree) Definisi 2.14 Derajat suatu simul v, ditulis d(v) menyatakan banyaknya sisi yang incident dengan v. Untuk graf berarah, d(v) = d in (v) + d out (v) dengan d in (v): banyaknya sisi yg masuk ke v d out (v): banyaknya sisi yg keluar dari v 4. Lintasan (Path) Definisi 2.15 Suatu lintasan u-v adalah erjalanan u-v yang tidak mengulangi sebarang simul dan sebarang sisi. Lintasan u-v dengan anjang n dinyatakan dengan urutan berselang-seling simul-simul dan sisi-sisi v 0, e 1, v 1, e 2, v 2,..., e n, v n. Sedemikian sehingga e 1 = (v 0, v 1 ), e 2 = (v 1, v 2 ),..., e n = (v n-1,v n ) adalah sisi-sisi ada graf G.

12 18 5. Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit) Definisi 2.16 Lintasan yang berawal dan berakhir ada simul yang sama disebut sirkuit atau siklus Pohon ohon: Pohon adalah salah satu bentuk khusus dari graf. Berikut adalah definisi Definisi 2.17 Pohon (tree) adalah graf tak berarah terhubung yang tidak memuat sirkuit. Perhatikan gambar (2.2), gambar 2.2(a), 2.2(b) dan 2.2(c) adalah contoh ohon, 2.1(d) bukan meruakan sebuah ohon, karena memuat sirkuit. (a) (b) (c) (d) Gambar 2.2 Graf Teorema 2.1 Jika T ohon, maka untuk setia dua titik u dan v yang berbeda di T terdaat teat satu lintasan yang menghubungkan kedua titik tersebut.

13 19 Bukti Misalkan ohon T dan ada dua lintasan yang berbeda yang menghubungkan titik u dan v, maka dua litasan tersebut akan menghubungkan titik u dan v sehingga kedua lintasan ini akan menghubungkan kedua titik tersebut, kedua lintasan ini akan membentuk sirkuit. Berdasarkan definisi, T tidak memiliki sirkuit, dengan demikian haruslah lintasan ertama sama dengan lintasan kedua. Hal ini bertentangan dengan emisalan, jadi, terbukti bahwa setia dua titik yang berbeda di T memiliki teat satu lintasan yang menghubungkan kedua titik tersebut. Definisi 2.18 (Priatna, 2008:4.9) Pohon berakar adalah grah berarah (digrah) T yang memunyai dua syarat: 1. Bila arah sisi-sisi ada T diabaikan, hasil grah tidak berarahnya meruakan sebuah ohon, dan 2. Ada titik tunggal R sedemikian hingga derajat masuk R adalah 0 dan derajat masuk sembarang titik lainnya adalah 1. Titik R disebut akar dari ohon berakar itu. Contoh ohon berakar daat dilihat ada Gambar (2.3). Gambar 2.3(a) adalah gambar graf berakar dengan a sebagai akar karena derajat masuk a adalah sama dengan 0 dan derajat masuk semua titik lainnya adalah 1. Sedangkan Gambar 2.3(b) adalah cara menggambar graf berakar dengan mengabaikan arahnya.

14 20 Simul a sebagai akar diletakkan aling atas, simul yang bertetangga dengan a yaitu b, c, d diletakkan di bawah simul a dan seterusnya. (a) (b) Gambar 2.3 (a)pohon Berarah; (b)pohon Berakar Berikut adalah beberaa terminologi ada ohon berakar, erhatikan gambar (2.3): 1. Anak (Child atau Successor) dan Orangtua (Parent) Simul anak adalah simul yang memunyai derajat masuk sama dengan 1. dan orang tua dari simul tersebut adalah simul yang ajasen dengan simul tersebut. Contoh anak ada Gambar (2.3) adalah simul h, i dan j dan e adalah orang tua dari simul h, i dan j. 2. Lintasan (Path) Suatu lintasan u-v adalah erjalanan u-v yang tidak mengulangi sebarang simul dan sebarang sisi. Contoh lintasan ada Gambar (2.3) adalah lintasan dari a ke m ayaitu a, d, h, m, dan anjang lintasannya adalah Daun (Leaf)

15 21 Daun adalah simul yang berderajat nol (atau tidak memunyai anak). Contoh daun ada Gambar (2.3) simul h, i, n, o, dan m. 4. Simul Dalam (Internal Nodes) Simul dalam adalah simul yang memiliki derajat keluar yang tidak nol. Contoh simul dalam ada Gambar (2.3) adalah b, d, e, g, h, j dan l. 5. Aras (Level) atau Tingkat Aras adalah tingkat suatu simul ada ohon berarah, aras 0 di mulai dari akar ohon anak dari simul a memiliki aras 1, dan seterusnya. Pada Gambar (2.3) Simul a berada ada aras nol, simul b, c dan d berada ada aras satu dan seterusnya. 6. Tinggi (Height) atau Kedalaman (Deth) Tinggi atau kedalaman ohon adalah aras maksimum dari suatu ohon disebut Pohon berakar ada gambar (2.3) di atas memunyai tinggi 4. Dalam struktur data, ohon berakar memegang eranan yang cuku enting. Struktur ini biasanya digunakan terutama untuk menyajikan data yang mengandung hubungan hierarki antara elemen-elemennya. Bentuk ohon khusus yang lebih mudah dikelola dalam komuter adalah ohon biner. Definisi 2.19 sebuah ohon biner (binary tree) adalah sebuah ohon struktur data dimana setia simul memiliki aling banyak dua anak.

16 22 Setia simul didalam ohon biner hanya daat memunyai 0, 1 atau 2 suksesor. Untuk menyajikan ohon biner, simul akar adalah simul yang digambar ada bagian aling atas. Sedangkan suksesor kiri (left successor) digambarkan sebagai garis ke kiri bawah dan suksesor kanan (right successor) sebagai garis ke kanan bawah. Contoh ohon biner daat dilihat ada Gambar (2.4) Gambar 2.4 Pohon Biner Terdaat beberaa jenis ohon biner, di antaranya: 1. Pohon Biner Berakar (rooted binary tree) Pohon biner berakar adalah sebuah ohon berakar dimana setia simul aling banyak memunyai dua anak 2. Pohon Biner Penuh (Full Binary Tree) Pohon biner enuh adalah Semua simul kecuali daun memiliki dua anak dan tia cabang memiliki anjang ruas yang sama. Dengan kata lain anjang lintasan dari akar ke setia daun adalah sama. Simul-simul ada ohon biner ini hanya memuanyai 0 atau 2 anak. 3. Pohon Biner Lengka (Comlete Binary Tree)

17 23 Semua simul kecuali daun memiliki dua anak tetai tia cabang tidak memiliki anjang ruas yang sama. 2.3 Sistem Bilangan Biner Sebelum memelajari sistem bilangan biner lebih lanjut, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui mengenai aa itu sistem bilangan. Sistem bilangan adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item fisik. Sistem bilangan menggunakan basis tertentu yang tergantung dari jumlah bilangan yang digunakan (Cei, 2008:26). Berikut adalah beberaa sistem bilangan yang dikenal dalam ilmu komuter: 1. Sistem bilangan desimal dengan basis Sistem bilangan biner dengan basis Sistem bilangan hexadesimal dengan basis 16. Sistem bilangan yang aling umum diakai adalah sistem bilangan desimal. Definisi 2.20 Sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua adalah sebuah sistem enulisan angka dengan menggunakan dua simbol yaitu 0 dan 1. Pengelomokan bilangan biner dalam komuter selalu berjumlah 8, dengan istilah 1 Byte/bita. Dalam istilah komuter, 1 Byte = 8 bit. Berikut adalah beberaa contoh bilangan desimal dan bilangan binernya dalam Byte:

18 24 Tabel 2.3 Bilangan Desimal dan Reresentasi Biner dalam Byte Desimal Biner (8 bit) Desimal Biner (8 bit) Sumber: Wikiedia.org Konversi Bilangan Desimal ke Biner Untuk konversi bilangan desimal ke bilangan biner, erhatikan contoh berikut. Misalkan akan dikonversi suatu bilangan desimal yaitu 1335 ke dalam bentuk bilangan biner. Pertama-tama bilangan 1335 dikurangi dengan bilangan 2 x yang aling mendekatinya yaitu 1024 = 2 10, selanjutnya hasil engurangan = 311 di kurangi dengan bilangan 2 x yang aling mendekatinya yaitu 256 = 2 8, dan seterusnya sehingga daat dijabarkan seerti berikut: (2 10 ) = (2 8 ) = (2 5 ) = (2 4 ) = (2 2 ) = (2 1 ) = (2 0 ) = 0

19 25 atau 1335 = (1x2 10 ) + (0x2 9 ) + (1x 2 8 ) + (0x 2 7 ) + (0x 2 6 ) + (1x 2 5 ) + (1x 2 4 ) + (0x 2 2 ) + (1x 2 2 ) + (1x 2 1 ) + (1x 2 0 ) Dari erhitungan di atas daat disimulkan bahwa 1335 (10) = (2). Atau bilangan desimal dari 1335 sama dengan bilangan biner Konversi Bilangan Biner ke Desimal Setelah mengetahui bagaimana cara mengonversi bilangan desimal ke bilangan biner, sekarang akan dibahas cara mengonversi bilangan biner ke bilangan desimal. Untuk mengkonversi bilangan biner ke dalam bentuk desimal, kalikan bit dari yang aling kanan ke kiri secara berurutan dengan 2 0, 2 1, 2 2, 2 3, 2 4, dan seterusnya. Misalkan akan dikonversi suatu bilangan biner yaitu ke bilangan desimal. Caranya adalah sebagai berikut: (2) = (1x2 0 ) + (`1x2 1 ) + (0x 2 2 ) + (0x 2 3 ) + (1x 2 4 ) + (0x 2 5 ) + (1x 2 6 ) = = 83 (10) Jadi, (2) = 83 (10). Dari contoh di atas daat disimulkan bahwa bilangan biner sama dengan bilangan desimal dari Finite State Automata

20 26 Definisi 2.21 FSA dinyatakan oleh 5 tuel yaitu : M = ( Q,, δ, S, F ) dengan: Q = himunan state = himunan simbol inut/masukan δ = fungsi transisi S = state awal/initial state, S.Q F = himunan state akhir, F. Q Himunan state akhir (F) hanya menyatakan state yang diterima. Contoh: Misalkan terdaat etani (P), kambing (K), serigala (S), rumut (R). Terdaat sebuah erahu yang hanya bisa ditumangi oleh dua orang. Bagaimana cara menyeberang dengan selamat, dengan syarat kambing tidak boleh satu erahu dengan runut dan serigala.? Penyelesaian : Q = {PKSR-Ø, SR-PK, PSR-K, R-PSK, S-PKR, PKR-S, PSK-R, K-PSR, PK-SR, Ø-PKSR} = {P, K, S, R} S = {PKSR-Ø} F = {Ø-PKSR} Ilustrasi Finite state aotumata ini daat dilihat ada gambar (2.8)

21 27 Gambar 2.5 Ilustrasi Finite State Automata 2.5 Basis Data Basis data (database) adalah wadah sekelomok data yang disusun secara sistematis. Basis data ada rinsinya digunakan untuk mengelola informasi terstruktur. Yang dimaksud informasi terstruktur adalah jenis informasi terdefinisi. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengelola dan memanggil query basis data disebut managemen basis data atau dalam bahasa Inggris Database Management Sistem. Perangkat lunak yang sering digunakan dalam

22 28 basis data di antaranya MS SQL Server, Microsoft Access, Oracle, Paradox, MySQL, Firebird dan lain-lain. Pada basis data seerti MS SQL Server, Access dan termasuk Oracle, data tersiman dalam bentuk tabel-tabel. Setia tabel terdiri dari kolom (field) dan baris (record). Gambar dibawah memerlihatkan bagaimana data elanggan direresentasikan dalam sebuah tabel. Gambar 2.6 Ilustrasi Tabel ada Basis Data Tabel data elanggan di atas tersusun dari tiga field (kolom) yaitu No_Pel, Nama, Alamat dan dua record (baris) yaitu data elanggan Budi dan Susi. Data yang berada ada kolom yang sama, harus memiliki jenis yang sama. Query adalah fasilitas untuk melihat, mengganti dan menganalisis data dari berbagai sudut andang. Hasil dari query daat digunakan untuk form dan reort. SQL (Structure Query Language) memunyai eranan yang sangat enting dalam RDBMS (Relational Database Management System). SQL sesuai dengan namanya adalah sebuah bahasa. Bahasa ini telah menjadi standard semua RDBMS sebagai alat komunikasi dengan basisdata. Bahasa ini mendefinisikan cara untuk mengambil,menyisikan, mengudate dan menghaus data ada sebuah basisdata. Ada beberaa jenis query yang sering digunakan, diantaranya:

23 29 1. SQL untuk mengambil data Query jenis ini adalah query yang aling sering digunakan. Sintaks SQL untuk mengambil data adalah sebagai berikut: SELECT [Fields yang diiginkan] FROM [nama tabel] WHERE [Kondisi] 2. SQL untuk Menghaus Data Sintaks SQL untuk menghaus data adalah sebagai berikut: SELECT [Fields yang diiginkan] FROM [nama tabel] WHERE [Kondisi] 3. SQL untuk Fungsi Agregasi Fungsi agregasi adalah fungsi yang Digunakan dalam sebuah kelomok record. Terdaat lima fungsi agregasi: 1. AVG ( ) : Menghitung rata-rata 2. MIN ( ): Menghitung nilai minimum 3. MAX ( ): Menghitung nilai maksimum 4. SUM ( ) : Menghitung jumlah 5. COUNT (*): Menghitung jumlah record Beberaa contoh Query: 1. SELECT golongan_tarif, daya, COUNT(*) as jumlah, daya as jumlah_daya FROM rincian_rekening WHERE kode_satuan_daya = 'V' grou by golongan_tarif,daya 2. SELECT golongan_tarif, daya, count(*) as jumlah, daya as jumlah_daya FROM rincian_rekening

24 30 WHERE kode_satuan_daya = 'V' grou by golongan_tarif,daya having count(*) <100

Pohon (Tree) Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2012/2013

Pohon (Tree) Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2012/2013 Pohon (Tree) Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2012/2013 Pohon (Tree) Pohon (Tree) didefinisikan sebagai graf terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Karena merupakan graf terhubung, maka pohon selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota

Lebih terperinci

DEFINISI. Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit. pohon pohon bukan pohon bukan pohon 2

DEFINISI. Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit. pohon pohon bukan pohon bukan pohon 2 1 POHON DEFINISI Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit a b a b a b a b c d c d c d c d e f e f e f e f pohon pohon bukan pohon bukan pohon 2 Hutan (forest) adalah - kumpulan

Lebih terperinci

JEMBATAN KÖNIGSBERG. Puji Nugraheni. Abstrak

JEMBATAN KÖNIGSBERG. Puji Nugraheni. Abstrak JEMTN KÖNIGSERG Puji Nugraheni Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo bstrak erbagai ermasalahan dalam kehiduan sehari-hari daat dimodelkan dengan menggunakan diagram titik

Lebih terperinci

Definisi. Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit. pohon pohon bukan pohon bukan pohon

Definisi. Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit. pohon pohon bukan pohon bukan pohon 1 Definisi Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit a b a b a b a b c d c d c d c d e f e f e f e f pohon pohon bukan pohon bukan pohon 2 Hutan (forest) adalah - kumpulan pohon

Lebih terperinci

Pohon. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit. Program Studi Teknik Informatika ITB. Rinaldi M/IF2120 Matdis 1

Pohon. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit. Program Studi Teknik Informatika ITB. Rinaldi M/IF2120 Matdis 1 Pohon Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit Program Studi Teknik Informatika ITB Rinaldi M/IF2120 Matdis 1 Definisi Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit a b a b a b a

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n Nama : Yogi Sindy Prakoso NRP : 106 100 015 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Pembimbing : Drs. Suhud Wahyudi, M.Si Dra. Titik Mudiati, M.Si Abstrak Grah adalah

Lebih terperinci

Pohon (TREE) Matematika Deskrit. Hasanuddin Sirait, MT 1

Pohon (TREE) Matematika Deskrit. Hasanuddin Sirait, MT 1 Pohon (TREE) Matematika Deskrit By @Ir. Hasanuddin Sirait, MT 1 Definisi Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit a b a b a b a b c d c d c d c d e f e f e f e f pohon pohon

Lebih terperinci

Matematika Diskret (Pohon) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Matematika Diskret (Pohon) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Matematika Diskret (Pohon) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Definisi Pohon adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit a b a b a b a b c d c d c d c d e f e f e f e f pohon

Lebih terperinci

PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS

PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS Adative R Control Chart as Alternative Shewhart R Control Chart in Detecting Small Shifts

Lebih terperinci

Definisi. Pohon adalah graf tak-berarah, terhubung, dan tidak mengandung sirkuit. pohon pohon bukan pohon bukan pohon (ada sikuit) (tdk terhubung)

Definisi. Pohon adalah graf tak-berarah, terhubung, dan tidak mengandung sirkuit. pohon pohon bukan pohon bukan pohon (ada sikuit) (tdk terhubung) POHON (TREE) Pohon Definisi Pohon adalah graf tak-berarah, terhubung, dan tidak mengandung sirkuit a b a b a b a b c d c d c d c d e f e f e f e f pohon pohon bukan pohon bukan pohon (ada sikuit) (tdk

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk

Lebih terperinci

8/29/2014. Kode MK/ Nama MK. Matematika Diskrit 2 8/29/2014

8/29/2014. Kode MK/ Nama MK. Matematika Diskrit 2 8/29/2014 Kode MK/ Nama MK Matematika Diskrit 1 8/29/2014 2 8/29/2014 1 Cakupan Himpunan, Relasi dan fungsi Kombinatorial Teori graf Pohon (Tree) dan pewarnaan graf 3 8/29/2014 POHON DAN PEWARNAAN GRAF Tujuan Mahasiswa

Lebih terperinci

Termilogi Pada Pohon Berakar 10 Pohon Berakar Terurut

Termilogi Pada Pohon Berakar 10 Pohon Berakar Terurut KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata?ala, karena berkat rahmat-nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Catatan Seorang Kuli Panggul. Makalah ini diajukan

Lebih terperinci

P o h o n. Definisi. Oleh: Panca Mudji Rahardjo. Pohon. Adalah graf tak berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit.

P o h o n. Definisi. Oleh: Panca Mudji Rahardjo. Pohon. Adalah graf tak berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit. P o h o n Oleh: Panca Mudji Rahardjo Definisi Pohon Adalah graf tak berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Contoh: G 1 dan G 2 pohon, G 3 dan G 4 bukan pohon. 1 Definisi Hutan (forest) Adalah

Lebih terperinci

Penggunaan Pohon Biner Sebagai Struktur Data untuk Pencarian

Penggunaan Pohon Biner Sebagai Struktur Data untuk Pencarian Penggunaan Pohon Biner Sebagai Struktur Data untuk Pencarian Rita Wijaya/13509098 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR Berdasarkan ada bab sebelumnya, ada bab ini akan dijelaskan enetaan atribut-atribut (keseakatan istilah) yang akan digunakan, serta langkah-langkah

Lebih terperinci

TERAPAN POHON BINER 1

TERAPAN POHON BINER 1 TERAPAN POHON BINER 1 Terapan pohon biner di dalam ilmu komputer sangat banyak, diantaranya : 1. Pohon ekspresi 2. Pohon keputusan 3. Kode Prefiks 4. Kode Huffman 5. Pohon pencarian biner 2 Pohon Ekspresi

Lebih terperinci

Pertemuan 9 STRUKTUR POHON & KUNJUNGAN POHON BINER

Pertemuan 9 STRUKTUR POHON & KUNJUNGAN POHON BINER Pertemuan 9 STRUKTUR POHON & KUNJUNGAN POHON BINER DEFINISI POHON (TREE) Pohon (Tree) termasuk struktur non linear yang didefinisikan sebagai data yang terorganisir dari suatu item informasi cabang yang

Lebih terperinci

Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem

Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem Arie Tando (13510018) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graf Definisi Graf Suatu graf G terdiri atas himpunan yang tidak kosong dari elemen elemen yang disebut titik atau simpul (vertex), dan suatu daftar pasangan vertex

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryatno Sudirham Studi Mandiri Integral dan Persamaan Diferensial ii Darublic BAB 3 Integral (3) (Integral Tentu) 3.. Luas Sebagai Suatu Integral. Integral Tentu Integral tentu meruakan integral yang

Lebih terperinci

270 o. 90 o. 180 o PENDAHULUAN

270 o. 90 o. 180 o PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan analisis data saat ini masih bertumu ada analisis untuk data linear. Disisi lain, untuk kasus-kasus tertentu engukuran dilakukan secara sirkular. Beberaa ilustrasi

Lebih terperinci

Penerapan strategi runut-balik dalam penyelesaian permainan puzzle geser

Penerapan strategi runut-balik dalam penyelesaian permainan puzzle geser Penerapan strategi runut-balik dalam penyelesaian permainan puzzle geser Dimas Angga 13510046 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

G r a f. Pendahuluan. Oleh: Panca Mudjirahardjo. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut.

G r a f. Pendahuluan. Oleh: Panca Mudjirahardjo. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. G r a f Oleh: Panca Mudjirahardjo Pendahuluan Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. 1 Pendahuluan Jaringan jalan raya di propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

Aplikasi Pohon pada Pohon Binatang (Animal Tree)

Aplikasi Pohon pada Pohon Binatang (Animal Tree) Aplikasi Pohon pada Pohon Binatang (Animal Tree) Cilvia Sianora Putri (13512027) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

PERTEMUAN Logika Matematika

PERTEMUAN Logika Matematika 3-1 PERTEMUAN 3 Nama Mata Kuliah : Matematika Diskrit (3 SKS) Nama Dosen Pengamu : Dr. Suarman E-mail : matdis@netcourrier.com HP : 0813801198 Judul Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran : 3. Logika Matematika

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INDIVIDUAL. Mata Kuliah : Matematika Diskrit / IF2153 Nama : Dwitiyo Abhirama NIM :

TUGAS MAKALAH INDIVIDUAL. Mata Kuliah : Matematika Diskrit / IF2153 Nama : Dwitiyo Abhirama NIM : TUGAS MAKALAH INDIVIDUAL Mata Kuliah : Matematika Diskrit / IF2153 Nama : Dwitiyo Abhirama NIM : 13505013 Institut Teknologi Bandung Desember 2006 Penggunaan Struktur Pohon dalam Informatika Dwitiyo Abhirama

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 6 II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada sub bab ini akan diberikan

Lebih terperinci

STRUKTUR POHON & KUNJUNGAN POHON BINER

STRUKTUR POHON & KUNJUNGAN POHON BINER STRUKTUR POHON & KUNJUNGAN POHON BINER Pohon (Tree) termasuk struktur non linear yang didefinisikan sebagai data yang terorganisir dari suatu item informasi cabang yang saling terkait Istilah istilah Dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN GRAF DAN POHON DALAM SISTEM PERTANDINGAN OLAHRAGA

PENERAPAN GRAF DAN POHON DALAM SISTEM PERTANDINGAN OLAHRAGA PENERAPAN GRAF DAN POHON DALAM SISTEM PERTANDINGAN OLAHRAGA Penerapan Graf dan Pohon dalam Sistem Pertandingan Olahraga Fahmi Dumadi 13512047 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian ada Bab III dan Bab IV maka daat disimulkan sebagai berikut 1. Keluarga emetaan K C,δ (R, R) dan L C,δ (R, R) adalah beberaa bentuk keluarga emetaan demi linear dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini.. Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Pohon Biner dalam Pencarian Nama Pengguna pada Situs Jejaring Sosial

Pemanfaatan Pohon Biner dalam Pencarian Nama Pengguna pada Situs Jejaring Sosial Pemanfaatan Pohon Biner dalam Pencarian Nama Pengguna pada Situs Jejaring Sosial Stephen (35225) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER TEORI GRAF ILHAM SAIFUDIN Selasa, 13 Desember 2016 Universitas Muhammadiyah Jember Pendahuluan 1 OUTLINE 2 Definisi Graf

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf (Graph) Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E) yang dinotasikan dalam bentuk G = {V(G), E(G)}, dimana V(G) adalah himpunan vertex (simpul) yang tidak kosong

Lebih terperinci

Pohon (Tree) Contoh :

Pohon (Tree) Contoh : POHON (TREE) Pohon (Tree) didefinisikan sebagai graph terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Sedangkan Hutan (Forest) adalah graph yang tidak mengandung sirkuit. Jadi pohon adalah hutan yang terhubung.

Lebih terperinci

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X)

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X) Hasil Kali Dalam Berbobot ada Ruang L () Muhammad Jakfar, Hendra Gunawan, Mochammad Idris 3 Universitas Negeri Surabaya, muhammadjakfar@unesa.ac.id Institut Teknologi Bandung, hgunawan@math.itb.ac.id 3

Lebih terperinci

STRUKTUR POHON (TREE) Pohon atau Tree adalah salah satu bentuk Graph terhubung yang tidak mengandung sirkuit.

STRUKTUR POHON (TREE) Pohon atau Tree adalah salah satu bentuk Graph terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Pertemuan 9 STRUKTUR POHON (TREE) ISTILAH-ISTILAH DASAR Pohon atau Tree adalah salah satu bentuk Graph terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Karena merupakan Graph terhubung, maka pada Pohon (Tree)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Definisi Graf Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) ditulis dengan notasi G = (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail:

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail: Perubahan Perilaku Pengguna nstant Messenger dengan Menggunakan Analisis Koresondensi Bersama (Studi Kasus Mahasiswa di Program Studi S-1 Matematika FMPA Unad) Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR TEORI GRAF

PENGETAHUAN DASAR TEORI GRAF PENGETAHUAN DASAR TEORI GRAF 1 Sejarah Singkat dan Beberapa Pengertian Dasar Teori Graf Teori graf lahir pada tahun 1736 melalui makalah tulisan Leonard Euler seorang ahli matematika dari Swiss. Euler

Lebih terperinci

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015 SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 0 PAKET Pilihan Ganda: Pilihlah satu jawaban yang aling teat.. Ingkaran dari ernyataan Jika emerintah menghauskan kebijakan subsidi bahan bakar minyak

Lebih terperinci

STRUKTUR POHON (TREE) Pohon atau Tree adalah salah satu bentuk Graph terhubung yang tidak mengandung sirkuit.

STRUKTUR POHON (TREE) Pohon atau Tree adalah salah satu bentuk Graph terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Pertemuan 9 STRUKTUR POHON (TREE) ISTILAH-ISTILAH DASAR Pohon atau Tree adalah salah satu bentuk Graph terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Karena merupakan Graph terhubung, maka pada Pohon (Tree)

Lebih terperinci

Graf. Matematika Diskrit. Materi ke-5

Graf. Matematika Diskrit. Materi ke-5 Graf Materi ke-5 Pendahuluan Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Gambar di bawah ini sebuah graf yang menyatakan peta jaringan jalan raya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori penelitian ini. 2. Konsep Dasar Graf Teori dasar mengenai graf

Lebih terperinci

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield 2.6. Jaringan Saraf Tiruan Hofield Jaringan syaraf Tiruan Hofield termasuk iterative autoassociative network yang dikembangkan oleh Hofield ada tahun 1982, 1984. Dalam aringan Hofield, semua neuron saling

Lebih terperinci

Kajian Himpunan Dominasi pada Graf Khusus dan Operasinya

Kajian Himpunan Dominasi pada Graf Khusus dan Operasinya Kajian Himunan Dominasi ada Graf Khusus dan Oerasinya Miftahur Roifah 2, Dafik 1,3 1 CGANT-University of Jember 2 Deartment of Mathematics FMIPA University of Jember miftahurroifah@gmail.com 3 Deartment

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Permainan Rush Hour

I. PENDAHULUAN. 1.1 Permainan Rush Hour Dimas Angga Saputra 13510046 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13510046@std.stei.itb.ac.id Abstract

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf, graf pohon dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini 2.1 KONSEP DASAR GRAF Konsep

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf G adalah pasangan (V,E) dengan V adalah himpunan yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

Graf. Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP

Graf. Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP Graf Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP Pendahuluan Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Gambar di bawah ini sebuah graf yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. himpunan bagian bilangan cacah yang disebut label. Pertama kali diperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. himpunan bagian bilangan cacah yang disebut label. Pertama kali diperkenalkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabelan graf merupakan suatu topik dalam teori graf. Objek kajiannya berupa graf yang secara umum direpresentasikan oleh titik dan sisi serta himpunan bagian bilangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Beberapa konsep dasar

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I. Latar Belakang Masalah Dalam beberaa tahun terakhir ini, roses emonitoran kestabilan barisan matriks korelasi mendaatkan erhatian yang amat serius dalam literatur, terutama dalam literatur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan diuraikan beberapa landasan teori untuk menunjang penulisan skripsi ini. Uraian ini terdiri dari beberapa bagian yang akan dipaparkan secara terperinci

Lebih terperinci

Pohon. Modul 4 PENDAHULUAN. alam modul-modul sebelumnya Anda telah mempelajari graph terhubung tanpa sikel, misalnya model graph untuk molekul C 4

Pohon. Modul 4 PENDAHULUAN. alam modul-modul sebelumnya Anda telah mempelajari graph terhubung tanpa sikel, misalnya model graph untuk molekul C 4 Modul 4 Pohon Dr. Nanang Priatna, M.Pd. D PENDAHULUAN alam modul-modul sebelumnya Anda telah mempelajari graph terhubung tanpa sikel, misalnya model graph untuk molekul C 4 H 10, hierarki administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Permasalahan Bidang ilmu analisis meruakan salah satu cabang ilmu matematika yang di dalamnya banyak membicarakan konse, aksioma, teorema, lemma disertai embuktian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peluang Peluang mempunyai banyak persamaan arti, seperti kemungkinan, kesempatan dan kecenderungan. Peluang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang bersifat acak.

Lebih terperinci

LATIHAN ALGORITMA-INTEGER

LATIHAN ALGORITMA-INTEGER LATIHAN ALGORITMA-INTEGER Nyatakan PBB(295,70) = 5 sebagai kombinasi lanjar 295 dan 70 Tentukan inversi dari 27(mod 7) Tentukan solusi kekongruenan lanjar dari 27.x kongruen 1(mod 7) dengan cara 1 ( cara

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013. Graf Berarah

SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013. Graf Berarah SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013 Graf Berarah Graf Berarah Suatu graf berarah (Direct Graf/Digraf) D terdiri atas 2 himpunan : 1. Himpunan V, anggotanya disebut Simpul. 2. Himpunan A, merupakan

Lebih terperinci

Penerapan Pohon Biner dalam Proses Pengamanan Peer to Peer

Penerapan Pohon Biner dalam Proses Pengamanan Peer to Peer Penerapan Pohon Biner dalam Proses Pengamanan Peer to Peer Eka Yusrianto Toisutta - NIM : 13504116 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10, Bandung email: if14116@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BILANGAN DOMINASI DARI GRAF-GRAF KHUSUS

BILANGAN DOMINASI DARI GRAF-GRAF KHUSUS BILANGAN DOMINASI DARI GRAF-GRAF KHUSUS Dwi Agustin Retno Wardani 1,2, Ika Hesti Agustin 1,2, Dafik 1,3 1 CGANT - Universitas Jember 2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember 3 Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada bagian ini

Lebih terperinci

Graph. Rembang. Kudus. Brebes Tegal. Demak Semarang. Pemalang. Kendal. Pekalongan Blora. Slawi. Purwodadi. Temanggung Salatiga Wonosobo Purbalingga

Graph. Rembang. Kudus. Brebes Tegal. Demak Semarang. Pemalang. Kendal. Pekalongan Blora. Slawi. Purwodadi. Temanggung Salatiga Wonosobo Purbalingga TEORI GRAPH Graph Graph Graph digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Gambar berikut ini sebuah graph yang menyatakan peta jaringan jalan raya yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA

BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA Melalui enjelasan konse jaringan grah, dalam menelusuri rute menuntut adanya enggunaan metoda yang teat. Merunut ada tinjauan ustaka, setidaknya akan digunakan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf yang diambil dari buku Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: Suatu Graf G adalah suatu pasangan himpunan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov Institut Teknologi Seuluh Noember Surabaya Analisa Kestabilan Lyaunov Contoh Soal Ringkasan Latihan Contoh Soal Ringkasan Latihan Sistem Keadaan Kesetimbangan Kestabilan dalam Arti Lyaunov Penyajian Diagram

Lebih terperinci

Pemrograman Algoritma Dan Struktur Data

Pemrograman Algoritma Dan Struktur Data MODUL PERKULIAHAN Modul ke: 14Fakultas Agus FASILKOM Pemrograman Algoritma Dan Struktur Data ADT BINARY TREE Hamdi.S.Kom,MMSI Program Studi Teknik Informatika ISTILAH-ISTILAH DASAR Pohon atau Tree adalah

Lebih terperinci

Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Demak Semarang. Kend al. Salatiga.

Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Demak Semarang. Kend al. Salatiga. GRAF PENDAHULUAN Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Gambar di bawah ini sebuah graf yang menyatakan peta jaringan jalan raya yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permintaan Pariwisata Pariwisata mamu mencitakan ermintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan ariwisata biasanya diukur dari segi jumlah

Lebih terperinci

Graf-Graf Khusus dan Bilangan Dominasinya

Graf-Graf Khusus dan Bilangan Dominasinya Graf-Graf Khusus dan Bilangan Dominasinya Agustina M 1,2, Ika Hesti A 1,2, Dafik 1,3 1 CGANT - Universitas Jember 2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember, mahagustina@yahoo.co.id hestyarin@gmail.com

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT II ( 2 SKS)

MATEMATIKA DISKRIT II ( 2 SKS) MATEMATIKA DISKRIT II ( 2 SKS) Rabu, 18.50 20.20 Ruang Hard Disk PERTEMUAN XI, XII RELASI Dosen Lie Jasa 1 Matematika Diskrit Graf (lanjutan) 2 Lintasan dan Sirkuit Euler Lintasan Euler ialah lintasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Contoh-contoh graf

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Contoh-contoh graf Quad Tree dan Contoh-Contoh Penerapannya Muhammad Reza Mandala Putra - 13509003 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON 2.1 Konsep Dasar Graf Teori dasar mengenai graf yang akan digunakan dalam penelitian ini diambil dari Deo (1989). Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan

Lebih terperinci

Aplikasi Pohon Pencarian Biner Seimbang sebagai Memo Table Dynamic Programming

Aplikasi Pohon Pencarian Biner Seimbang sebagai Memo Table Dynamic Programming Aplikasi Pohon Pencarian Biner Seimbang sebagai Memo Table Dynamic Programming Reinhard Benjamin Linardi, 13515011 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma Quick Sort

Kompleksitas Algoritma Quick Sort Komleksitas Algoritma Quick Sort Fachrie Lantera NIM: 130099 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha 10, Bandung E-mail : if099@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 9 APLIKASI ISOUNTE ASH FLOW PAA KONTROL INVENTORY ENGAN BEBERAPA MAAM KREIT PEMBAYARAN SUPPLIER Hansi Aditya, Rully Soelaiman Manajemen Teknologi Informasi MMT -

Lebih terperinci

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION 3.1 Kompresi Data Definisi 3.1 Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode untuk menghemat kebutuhan tempat

Lebih terperinci

PENYELESAIAN OPEN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK ARIEF INDAKA

PENYELESAIAN OPEN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK ARIEF INDAKA PENYELESAIAN OPEN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK ARIEF INDAKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 0 ABSTRACT ARIEF INDAKA.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf didefinisikan sebagai pasangan terurut himpunan dimana: 1. adalah sebuah himpunan tidak kosong yang berhingga yang anggotaanggotanya

Lebih terperinci

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun MA3051 Pengantar Teori Graf Semester 1 2013/2014 Pengajar: Hilda Assiyatun Bab 1: Graf dan subgraf Graf G : tripel terurut VG, E G, ψ G ) V G himpunan titik (vertex) E G himpunan sisi (edge) ψ G fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Suatu graf G adalah suatu himpunan berhingga tak kosong dari objek-objek yang disebut verteks (titik/simpul) dengan suatu himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan definisi graf,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Teori Graph 2.1.1 Graph Tak Berarah dan Digraph Suatu Graph Tak Berarah (Undirected Graph) merupakan kumpulan dari titik yang disebut verteks dan segmen garis yang

Lebih terperinci

SIMULASI STOKASTIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GIBBS SAMPLING ABSTRACT

SIMULASI STOKASTIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GIBBS SAMPLING ABSTRACT JURNAL GAUSSIAN, Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman -30 Online di: htt://eournal-s.undi.ac.id/inde.h/gaussian SIMULASI STOKASTIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GIBBS SAMPLING Ania, Moch. Abdul Mukid, Agus Rusgiyono

Lebih terperinci

BAB 7 POHON BINAR R S U

BAB 7 POHON BINAR R S U BAB 7 POHON BINAR Pohon (Tree) adalah graf terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Karena merupakan graf terhubung maka pada pohon selalu terdapat path atau jalur yang menghubungkan kedua simpul di dalam

Lebih terperinci

Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs. Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika

Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs. Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika 16/12/2015 2 Sub Topik A. Graf dan Model Graf B. Terminologi Dasar Graf dan Jenis

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma dari Algoritma Pembentukan pohon Huffman Code Sederhana

Kompleksitas Algoritma dari Algoritma Pembentukan pohon Huffman Code Sederhana Kompleksitas Algoritma dari Algoritma Pembentukan pohon Huffman Code Sederhana Muhammad Fiqri Muthohar NIM : 13506084 1) 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung, email: fiqri@arc.itb.ac.id Abstrak makalah

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1. Pengembangan Teorema Dalam enelitian dan erancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberaa teorema uji rimalitas yang terbaru. Teorema-teorema

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Teori Graf. Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2012/2013

Dasar-Dasar Teori Graf. Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2012/2013 Dasar-Dasar Teori Graf Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2012/2013 Teori Graf Teori Graf mulai dikenal saat matematikawan kebangsaan Swiss bernama Leonhard Euler, yang berhasil mengungkapkan Misteri

Lebih terperinci

BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut :

BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut : BAB 2 RUANG BERNORM 2. Norm dan Ruang ` De nisi 2. Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi kk V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut [N] kxk 0 jika dan hanya jika x 0 [N2] kxk jj kxk untuk setia

Lebih terperinci

Pembicaraan fluida menjadi relatif sederhana, jika aliran dianggap tunak (streamline atau steady)

Pembicaraan fluida menjadi relatif sederhana, jika aliran dianggap tunak (streamline atau steady) DINAMIKA FLUIDA Hidrodinamika meruakan cabang mekanika yang memelajari fluida bergerak (gejala tentang fluida cuku komleks) Pembicaraan fluida terdaat bermacam-macam antara lain: - dari jenis fluida (kental

Lebih terperinci

METODE POHON BINER HUFFMAN UNTUK KOMPRESI DATA STRING KARAKTER

METODE POHON BINER HUFFMAN UNTUK KOMPRESI DATA STRING KARAKTER METODE POHON BINER HUFFMAN UNTUK KOMPRESI DATA STRING KARAKTER Muqtafi Akhmad (13508059) Teknik Informatika ITB Bandung e-mail: if18059@students.if.itb.ac.id ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. real. T dinamakan himpunan indeks dari proses atau ruang parameter yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. real. T dinamakan himpunan indeks dari proses atau ruang parameter yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Stokastik Stokastik proses = { ( ), } adalah kumpulan dari variabel acak yang didefinisikan pada ruang peluang (Ω, ς, P) yang nilai-nilainya pada bilangan real. T dinamakan

Lebih terperinci

Sebuah pewarnaan dari graph G adalah sebuah pemetaan warna-warna ke simpulsimpul dari G sedemikian hingga simpul relasinya mempunyai warna warna yang

Sebuah pewarnaan dari graph G adalah sebuah pemetaan warna-warna ke simpulsimpul dari G sedemikian hingga simpul relasinya mempunyai warna warna yang Sebuah pewarnaan dari graph G adalah sebuah pemetaan warna-warna ke simpulsimpul dari G sedemikian hingga simpul relasinya mempunyai warna warna yang berbeda. Bilangan kromatik dari G adalah jumlah warna

Lebih terperinci

LOGIKA DAN ALGORITMA

LOGIKA DAN ALGORITMA LOGIKA DAN ALGORITMA DASAR DASAR TEORI GRAF Kelahiran Teori Graf Sejarah Graf : masalah jembatan Königsberg (tahun 736) C A D B Gbr. Masalah Jembatan Königsberg Graf yang merepresentasikan jembatan Königsberg

Lebih terperinci

Penerapan Pohon Keputusan pada Penerimaan Karyawan

Penerapan Pohon Keputusan pada Penerimaan Karyawan Penerapan Pohon Keputusan pada Penerimaan Karyawan Mathias Novianto - 13516021 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

POHON CARI BINER (Binary Search Tree)

POHON CARI BINER (Binary Search Tree) POHON CARI BINER (Binary Search Tree) 50 24 70 10 41 61 90 3 12 35 47 55 67 80 99 POHON CARI BINER (Binary Search Tree) Definisi : bila N adalah simpul dari pohon maka nilai semua simpul pada subpohon

Lebih terperinci