Aplikasi Model Shoaling dan Breaking pada Perencanaan Perlindungan Pantai dengan Metoda Headland Control

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aplikasi Model Shoaling dan Breaking pada Perencanaan Perlindungan Pantai dengan Metoda Headland Control"

Transkripsi

1 Hutahaean. ISSN Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Aplikasi Model Shoaling dan Breaking pada Perencanaan Perlindungan Pantai dengan Metoda Headland Control Astrak Syawaluddin Hutahaean Kelompok Keahlian Teknik Pantai, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan-Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa No. Bandung, 43, Perencanaan perlindungan pantai dengan metoda headland control, memerlukan informasi mengenai orientasi pantai stail yang diperoleh dengan melakukan analisis transportasi sedimen oleh gelomang reaking. Analisis transportasi sedimen ini memerlukan input tinggi gelomang, kedalaman perairan dan arah gelomang pada saat reaking. Pada paper ini tinggi gelomang reaking dan kedalaman perairan dimana gelomang terseut reaking diperoleh dengan menggunakan model shoaling dan reaking. Selanjutnya dengan informasi terseut dilakukan analisis transportasi sedimen dan orientasi pantai stail. Dengan informasi orientasi pantai stail ini, dilakukan perencanaan perlindungan pantai dengan metoda headland control. Kata-kata Kunci: Tinggi gelomang reaking, Kedalaman reaking, Orientasi pantai stail. Astract A planning of a coastal protection using headland control method, needs informations aout orientation of stail coastline. The orientation of stail coastline is otained y analyzing sediment transportation due to reaking wave Sediment transportation analysis needs informations of wave height, water depth and wave direction of reaking wave. In this paper the reaking wave height and the water depth where the wave is reaking is otained y using wave shoaling and reaking model. Using those informations sediment transportation and the stail coastline orientation are calculated. Finally, coastal protection y headland control method is designed using the information of stail coastline orientation information. Keywords: Breaking wave height, Water depth of a wave reaking, Stail coastline orientation.. Pendahuluan Perencanaan suatu angunan pelindung pantai memerlukan informasi mengenai kondisi gelomang pada saat reaking, antara lain tinggi gelomang pada saat reaking, kedalaman perairan dimana terjadi reaking dan arah gelomang pada saat reaking, dimana semua esaran terseut dapat diperoleh dengan melakukan analisis transformasi gelomang dari perairan dalam menuju perairan pantai yang dangkal. Dengan model -D, yaitu analisis refraksi-difraksi dapat dimodelkan gelomang reaking (Hutahaean 7 dan 8). Namun kurang praktis untuk digunakan dalam melakukan analisis arah/orientasi pantai stail, mengingat meliputi perhitungan jumlah gelomang yang sangat anyak. Pada penelitian ini dikemangkan model transformasi gelomang -D meliputi shoaling dan reaking saja, dimana hasil model diaplikasikan untuk melakukan perencanaan perlindungan pantai dengan metoda headland control.. Perlindungan Pantai dengan Metoda Headland Control Dialam terdapat pantai stail yang diseut dengan crenulated shaped ay (Silverster, 974), (Herich, ), seperti diperlihatkan pada Gamar. Pada kedua ujung pantai terseut terdapat headland, yaitu suatu agian pantai yang tahan erosi, dimana dialam agian terseut dapat erupa atu karang. Gelomang yang datang terdiri dari gelomang dari arah kiri dan kanan, yang menyeakan sedimen ergerak dari kiri kekanan dan gelomang dari kanan yang menyeakan terjadi gerakan sedimen dari kanan kekiri. Pada pantai stail, resultan dari transportasi sedimen dari kedua arah gelomang terseut adalah nol. Jadi seolah-olah resultan dari kedua komponen gelomang terseut adalah gelomang yang tegak lurus segmen pantai BC (Gamar ). Berdasarkan kondisi pantai stail ini maka, ila pada suatu segmen pantai diuat suatu headland, maka segmen pantai terseut akan erevolusi menuju entuk pantai stail (Gamar ). Vol. No. 3 Desemer 5 43

2 Aplikasi Model Shoaling dan Breaking pada Perencanaan Perlindungan Pantai... Gamar 3. Perlindungan pantai dengan mementuk segmen-segmen pantai stail Gamar. Profil pantai stail Garis pantai yang semula erupa garis AC, akan erevolusi menjadi garis lengkung ABC, dimana garis BC mementuk sudut seesar terhadap suatu referensi, dimana pada kasus ini seagai refrensi adalah garis pantai mula-mula (garis AC). Garis BC ini tegak lurus arah gelomang resultan sehingga transpotasi sedimen netto adalah nol. Jadi dapat dikatakan ahwa segmen pantai antara dua headland uatan ini akan erevolusi menuju tegaklurus gelomang resultan, dimana evolusi terseut menyeakan pantai tererosi terleih dahulu kemudian menjadi stail. Perlindungan pantai erdasarkan entuk pantai stail ini diseut dengan metoda headland control. Untuk suatu segmen pantai yang sangat panjang, dimana jarak antar headland juga sangat panjang maka esar cekungan atau esarnya erosi pada proses pementukan pantai stail juga akan sangat esar. Untuk memperkecil esarnya erosi, dapat dikemangkan sistem pantai stail, yang terdiri dari sejumlah segmen pantai stail dengan jarak antar headland yang pendek seperti pada Gamar 3. Besarnya cekungan (erosi) antar dua headland ini dapat dihitung dengan menggunakan metoda dari Silverster dan Hsu (Herich, ), dimana mereka telah meuat nomogram relasi antara esarnya erosi (a) dengan jarak antar headland (), dengan sudut arah pantai stail (), Gamar 4. a.6.4 a Log Spiral α α (-) R R R R e H Cota 9 7 α. 5 4 Gamar 4. Relasi antara jarak antar headland dengan kedalaman cekungan pada pantai stail dari Silverster dan Hsu. (Herich, ) Gamar. Pantai stail dengan headland uatan Jarak antar headland () dapat diatur, sesuai dengan keperluan, namun sudut arah pantai stail (), harus dihitung erdasarkan kondisi iklim gelomang yang ada dilokasi. Dengan demikian langkah-langkah perencanaan perlindungan pantai metoda headland control adalah : a. Menghitung sudut arah pantai stail. Menentukan jarak antar headland dengan memperhitungkan erosi yang diijinkan. 44 Jurnal Teknik Sipil

3 Hutahaean. 3. Perhitungan Sudut Arah Pantai Stail () Bila sudut arah pantai mula-mula adalah, dimana, maka sudut arah pantai stail adalah + d, dimana δ dihitung dengan menggunakan persamaan n m i j ( + δ ), ) q i, θ, H dimana n jumlah j i variasi arah gelomang, sedangkan m anyaknya tinggi gelomang pada suatu arah gelomang. Perhitungan dapat dilakukan dengan metoda iterasi sederhana (trial- error), maupun dengan metoda Newton-Rhapson. Perhitungan transportasi sedimen yang digunakan pada penelitian ini adalah persamaan dari CERC (Herich, ), yaitu ahwa gelomang reaking akan menimulkan arus sejajar pantai dengan flux energi seesar, ( Η ) sin θ H tinggi gelomang pada saat reaking C g, kecepatan group pada kedalaman reaking θ arah gelomang pada saat reaking j ρg Ρ Ls C g () 6 Flux energi ini akan menimulkan gerakan sedimen dengan deit : q. 6 K P Ls ( ρs ρ ) g m3/dt () K koefisien dari CERC (untuk pasir, digunakan.4) ρ S massa jenis sedimen ρ massa jenis air laut g percepatan gravitasi Terlihat ahwa perhitungan dengan metoda ini memerlukan input tinggi gelomang pada saat reaking H, kedalaman perairan pada lokasi gelomang reaking h dan arah gelomang pada saat reaking θ, dimana θ dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Snellius (Dean, 984), C θ arcsin sin θ (3) C θ adalah arah gelomang diperairan dalam, C adalah seleritas gelomang diperairan dalam dan C adalah seleritas dikedalaman reaking. reaking yang digunakan pada penelitian ini adalah model yang dikemangkan erdasarkan sifat-sifat konstanta pada persamaan potensial aliran terhadap peruahan kedalaman pada potensial aliran gelomang nonlinier, Hutahaean S (7a- dan 8 a-). 4. Persamaan potensial aliran dan sifat konstanta G Hutahaean S (7a- dan 8a-), mendapatkan potensial aliran gelomang yang ergerak pada arah ξ, pada sistem sumu (ξ,, z), dimana, ξ sumu horisontal, sedangkan ζ adalah sumu vertikal (Gamar 5) dimana ζ pada muka air diam, adalah φ ( z) cos kξ sinσt Ge (4) G konstanta gelomang, k ilangan gelomang π / L, L panjang gelomang, h kedalaman perairan, σ frekuensi sudut π / T T perioda gelomang k( h+ z) ( h z) ( z) e e k + α +, ( h z) ( h z) ( z) e k + e k + α + α + + / adalah kemiringan dasar perairan. 4.. Beerapa sifat penting (5) (6) Pada metoda pemisahan variael, dikerjakan anggapan ahwa φ(ξ,z,t) X(ξ)Z(z)T(t), dimana X(ξ) suatu fungsi ξ saja, Z(z) suatu fungsi z saja sedangkan T(t) suatu fungsi t saja. Untuk fungsi φ(ξ,z,t) seperti pada Persamaan (4), X ( ξ ) Ge cos kξ ; Z( z) ( z) ; T ( t) sinσt (7) Persamaan Z(z) diturunkan terhadap sumu horisontal -ξ ( z) Z ( z) ( h + z) 4. Pemodelan Shoaling dan Breaking Harga-harga tinggi gelomang reaking H dan kedalaman reaking h diperoleh dengan menggunakan model shoaling dan reaking. Model shoaling dan Gamar 5. Sistem sumu dan sket muka air akiat gelomang Vol. No. 3 Desemer 5 45

4 Aplikasi Model Shoaling dan Breaking pada Perencanaan Perlindungan Pantai... Mengingat Z(z) suatu fungsi z saja, maka Z ( z ) (z). Maka ( h + z) sehingga ( ) ( h + z) Syarat atas kinematik permukaan dikerjakan pada muka air dimana z ((ξ,t) (adalah persamaan muka air). Dan pada perumusan eragai persamaan pada tulisan ini, digunakan kondisi pada saat cos kξ sin kξ cos σt sin σ t h + Hutahaean () dengan mengerjakan persamaan kontinuitas memperoleh, Dari Persamaan (9) dan (), diperoleh A z, untuk, dimana pada kondisi ini A h + h + G G k x h ξ (8) A, (9) Persamaan-persamaan kecepatan partikel adalah, kecepatan partikel pada arah horisontal ξ, φ u Gke Persamaan ini adalah kecepatan horisontal pada suatu posisi z, di awah muka air, sedangkan kecepatan horisontal pada permukaan diperoleh dengan mensustitusikan z. Sustitusi Persamaan (3), G h () () () (3) (4) ( z) sinkξ sinσt e ( z) coskξ sin t σ u Gke ( z) sinkξ sinσt e ( z) coskξ sin t Kecepatan arah vertikal- Z, Pada agian erikut akan ditunjukkan relasi antara G dengan amplitudo gelomang A yang dengan demikian peruahan G juga merupakan peruahan tinggi gelomang dan sealiknya. Berdasarkan sifat G yang seperti ini, maka analisis shoaling dapat dilakukan dengan melalui analisis peruahan G. 4.. Persamaan muka air Hutahaean (), dengan menggunakan metoda inversi integral mendapatkan ahwa persamaan muka air akiat gelomang adalah 4. Persamaan untuk G dan k G h Pada persamaan potensial aliran, Persamaan (4), terdapat konstanta yang elum diketahui, yaitu G dan k. Untuk itu pada agian ini dirumuskan persamaanpersamaan untuk menghitung kedua konstanta terseut. Hutahaean (7a- dan 8a-, ), melakukan perhitungan ke dua konstanta terseut dengan menggunakan persamaan-persamaan syarat atas kinematik permukaan dan persamaan momentum, dimana syarat atas kinematik permukaan adalah (Dean, 984): Dengan mensustitusikan u dan w dan / dari Persamaan (5), (6) dan (7), dengan Persamaan syarat atas kinematik permukaan terseut adalah merupakan suatu persamaan untuk G dan k yang dapat ditulis menjadi, σ (5) φ w Ge k( z) cos kξ sinσt (6) z w ( ξ t) Acos kξ cosσt, (7) + u mengerjakan kondisi cos kξ sinkξ cos σt sinσ t σa Ge f k G ( ) Gke ( ) + e ( ) h ( G, k ) σa + Ge k ( ) Gke ( ) (8) + 46 Jurnal Teknik Sipil

5 Hutahaean. G e h ( ) Seagai persamaan erikutnya adalah persamaan momentum permukaan, u atau, f ( G, k ) ( ) ( ) ku u Perumusan persamaan momentum ini tidak disertakan, karena fokus paper ini adalah pada model shoalingnya. Perumusan akan ditulis pada penelitian yang lain. Pada Persamaan (), disustitusikan persamaanpersamaan kecepatan dan muka air dan dikerjakan pada kondisi cosκξ sin κξ cosστ sinστ. Dengan menggunakan Persamaan-persamaan (9) dan (), G dan k dapat dihitung, dengan input amplitudo gelomang A, perioda gelomang T, dimana σ π /T dan kedalaman perairan h, dengan metoda iterasi dari Newton-Rhapson, yaitu 4.3 Pemodelan shoaling dan reaking Shoaling adalah pemesaran tinggi gelomang akiat pendangkalan perairan, dimana gelomang yang ergerak dari perairan dalam menuju perairan yang leih dangkal selalu mengalami peristiwa shoaling ini. Pemesaran tinggi gelomang terseut terjadi terusmenerus dan pada airnya gelomang akan mengalami reaking. Besaran-esaran lain yang mengalami peruahan pada peristiwa shoaling adalah k dan G Peruahan amplitudo ( ) ( ) x ku + f f ( u u + w w ) (9) g x Persamaan (8) dapat ditulis menjadi persamaan untuk amplitudo A. G A e σ Persamaan ini didiferensilakan terhadap ξ, dengan memperhatikan Persamaan-persamaan (8) s/d (4), ( + w ) + g () u () f δg f f δk f k ( G, k) ( ) G, k () ( ) k ( ) + ( ) h A e σ Persamaan (3) ini adalah persamaan peruahan amplitudo gelomang, dimana dari Persamaan (),. Persamaan peruahan amplitudo ini h erupa persamaan diferensial paraolik yang dapat diselesaikan dengan metoda selisih hingga dengan skema diferensial kedepan. a. Peruahan k Dari kedalaman h menuju kedalaman h yang leih dangkal, akan terjadi pengurangan panjang gelomang atau pemesaran ilangan gelomang k. Persamaan (9) yaitu A k h + h +, dapat ditulis menjadi, k h + Persamaan ini diintegrasikan dari titik ke titik, diperoleh. Peruahan G k ( ) k ( ) + ( ) h G + e σ h G Sustitusi Persamaan (3),, dan h A dengan mengingat Persamaan (4),, maka A ln k atau k A h h ln k e Untuk menghitung peruahan G ketika gelomang ergerak dari kedalaman h menuju kedalaman h ( ) ( ) ( ) G + e σ ln h ( ) + A A A ln k ln h + ln h + digunakan Persamaan(3) dapat ditulis menjadi, G ( ) ( ) G k. k A ln h + (3) (4). Persamaan Vol. No. 3 Desemer 5 47

6 Aplikasi Model Shoaling dan Breaking pada Perencanaan Perlindungan Pantai... Persamaan diintegrasikan dari titik ke titik, G e ln G ( ln k ln k ) 4.3. Contoh hasil analisis shoaling dan reaking (5) Contoh hasil analisis shoaling dan reaking untuk perioda gelomang 6, 7 dan 8 detik, dengan amplitudo mula-mula.8 m, dimana model dikerjakan pada suatu perairan pantai dengan atimetri dasar perairan hasil model shoaling seperti ditunjukkan pada Gamar 5. Pada perairan dangkal, profil gelomang erentuk cnoidal dimana amplitudo gelomang merupakan tinggi gelomang, atau H A. Adapun kedalaman reaking dan amplitudo reaking disajikan pada Tael (). Pada hasil perhitungan terseut, terlihat ahwa gelomang dengan perioda 7 detik, mempunyai kondisi reaking yang cukup dekat dengan kriteria umum reaking, A rk / d rk.78, dan kriteria Miche A rk ³.4Ltanh kd (Sarpkaya, 98). Kriteria reaking memang sangat ervariasi, dan memerikan kondisi reaking yang ereda-eda. Selain itu kondisi reaking dipengaruhi juga oleh kemiringan atimetri dimana peranan kemiringan atimetri terseut tidak terdapat pada kriteria umum maupun kriteria Miche. Meskipun hasil model ereda, namun terdapat kesamaan yaitu ahwa esar tinggi/amplitudo gelomang reaking ditentukan oleh perioda gelomang, dimana erdasarkan syarat atas kinematik permukaan Hutahaean (7a, 8a), mendapatkan ahwa kriteria reaking adalah H/L /π tanh k(h +A/). Breaking terjadi pada perairan yang dangkal, dimana profil gelomang erentuk cnoidal sempurna, maka kriteria reaking ini menjadi A/L /π tanh k(h +A/). 5. Contoh Hasil Perhitungan dan Jarak Antar Headland Pada suatu perairan pantai terdapat distriusi gelomang rata-rata tahunan seperti disajikan pada Tael, dengan orientasi arah pantai seperti pada Gamar (7). Tael. Amplitudo dan kedalaman reaking Perioda Gelomang (detik) Hasil model A rk h rk Kriteria reaking A rk / Miche h rk A rk (m) (m) Gamar 6. Batimetri dan grafik amplitudo gelomang A akiat shoaling dan reaking 48 Jurnal Teknik Sipil

7 Hutahaean. Gamar 7. Arah garis pantai existing dan arah garis pantai stail Tael. Fraksi kejadian gelomang rata-rata tahunan (%)!Ting.Gel! Calm!-4! 4-6!6-7!7-8!8-!-6! >6! Total!!! cm! cm! cm! cm! cm! cm! cm! cm! %!! Arah!!!!!N! !NE! !E! !SE! !S! !SW! !W! !NW! ! Total! Perhitungan transportasi sedimen dengan metoda CERC, menghasilkan gerakan sedimen netto ke arah timur dengan deit 4836m 3 / tahun. Dengan kondisi gerakan sedimen ini, maka arah pantai stail diperoleh dengan merotasikan garis pantai mula-mula erlawanan dengan arah jarum jam seesar.45, dimana jarak antar headland dengan erosi yang terjadi adalah seperti pada Tael (3). Tael 3. Jarak antar headland () dan esarnya erosinya (a) No Jarak antar headlland () (m) Erosi (a) (m) Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diamil sejumlah kesimpulan, yaitu antara lain :. Pada perencanaan perlindungan pantai dengan erdasarkan gerakan sedimen littoral, memerlukan infomasi mengenai tinggi gelomang reaking. Pada penelitian ini informasi kondisi gelomang reaking diperoleh dengan menggunakan model shoaling dan reaking.. Model transformasi gelomang -D yang dikemangkan, model shoaling dan reaking, dapat mengidentifikasikan kedalaman reaking dan tinggi/ amplitudo gelomang pada saat reaking dan cukup praktis untuk digunakan analisis transportasi sedimen littoral atau transportasi sedimen akiat gelomang reaking. 3. Perlindungan pantai dengan metoda Headland Control, dapat direncanakan secara praktis dengan menggunakan profil pantai stail dari Silverster dan Hsu (Gamar (4)). Dimana dengan metoda ini dapat sekaligus diperkirakan potensi erosi yang akan terjadi. 4. Pemodelan shoaling dan reaking, akan leih tepat dengan menggunakan model -D, namun meskipun model terseut dapat memodelkan gelomag reaking, masih cukup sulit mengekstrak informasi lokasi gelomang reaking dari model terseut. Tetapi kesulitan terseut hanyalah kesulitan pada pemuatan programnya, ukan pada pengemangan model transformasi gelomangnya. 5. Penelitian leih lanjut yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan analisis shoaling dan reaking dengan model -D. Vol. No. 3 Desemer 5 49

8 Aplikasi Model Shoaling dan Breaking pada Perencanaan Perlindungan Pantai... Daftar Pustaka Dean, R.G., Dalrymple, R.A., 984, Waterwave Mechanics for Engineers and Scientists. Prentice-Hall. Herich, J.B.,, Handook of Coastal Engineering. McGraw-Hill. Hutahaean, S., 7a, Kajian Teoritis terhadap Persamaan Gelomang Nonlinier, Jurnal Teknik Sipil, Volume 4, No. 3, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB. Hutahaean, S., 7, Model Refraksi Gelomang dengan Menggunakan Persamaan Gelomang Nonlinier, Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan, Volume III, No., Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB. Hutahaean, S., 8a, 8, Persamaan Gelomang Nonlinier Pada Dasar Perairan Miring, Jurnal Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Volume 5 No., April. Hutahaean, S., 8, Model Refraksi-Difraksi Gelomang Air Oleh Batimetri, Jurnal Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Volume 5 No., Agustus. Hutahaean, S.,, Pengerjaan Metoda Inversi Integral pada Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Volume 7 No., Agustus. Sarpkaya T. and Iseacson, M., 98, Mechanics of Wave Forces on Offshore Structures, Van Nostrand Reinhold Company. Silverster, R., 974, Coastal Engineering, II. Elsevier Sciencetifc Pulishing Company, Amsterdam London New York. 5 Jurnal Teknik Sipil

Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air oleh Batimetri dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi

Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air oleh Batimetri dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi Hutahaean ISSN 853-98 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air oleh Batimetri dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi Syawaluddin Hutahaean Kelompok

Lebih terperinci

Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air Oleh Batimetri

Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air Oleh Batimetri Hutahaean ISSN 0853-98 Jurnal Teoretis dan Terapan idang Rekaasa Sipil Model Refraksi-Difraksi Gelombang ir Oleh atimetri Sawaluddin Hutahaean Pusat Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

Lebih terperinci

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI A.P.M., Tarigan *) dan Ahmad Syarif Zein **) *) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU **) Sarjana Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo KARAKTERISTIK GELOMBANG PECA DI PERAIRAN PERAK SURABAYA Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo Astract The ojectives of this study were to examine the height and period of sea

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi

BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi BAB II TEORI DASAR II. 1. Sedimentasi II.1.1. Pengertian Sedimentasi Sedimentasi merupakan proses penghancuran, pengikisan, dan pengendapan material pada suatu tempat melalui media air laut, air tawar,

Lebih terperinci

E-LEARNING MATEMATIKA

E-LEARNING MATEMATIKA MODUL E-LEARNING E-LEARNING MATEMATIKA Oleh : NURYADIN EKO RAHARJO, M.PD. NIP. 9705 00 00 Penulisan Modul e Learning ini diiayai oleh dana DIPA BLU UNY TA 00 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Lebih terperinci

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka

Lebih terperinci

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B. Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f

Lebih terperinci

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis

Lebih terperinci

BAB II TEORI GELOMBANG DAN ARUS DEKAT PANTAI

BAB II TEORI GELOMBANG DAN ARUS DEKAT PANTAI BAB II TEORI GELOMBANG DAN ARUS DEKAT PANTAI II.1 Teori Gelomang Gelomang laut dapat ditimulkan oleh eragai gaya pemangkit, seperti gaya angin, gaya gempa, gaya tarik enda-enda langit dan lain-lain, sedangkan

Lebih terperinci

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0 B.3 Fungsi Kuadrat a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumu koordinat, sumu simetri dan nilai ekstrim suatu fungsi Menggamar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..

Lebih terperinci

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi

Lebih terperinci

MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS II. TRANSFORMASI MATRIKS & TRANSFORMASI. a b. a b DETERMINAN. maka determinan matriks A.

MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS II. TRANSFORMASI MATRIKS & TRANSFORMASI. a b. a b DETERMINAN. maka determinan matriks A. MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS PENGERTIAN Matriks adalah kumpulan ilangan yang dinyatakan dalam aris kolom. Matriks A = 5 dengan ukuran (ordo) : X. Artinya matriks terseut tersusun atas aris kolom.

Lebih terperinci

UM UNPAD 2007 Matematika Dasar

UM UNPAD 2007 Matematika Dasar UM UNPAD 007 Matematika Dasar Kode Soal Doc. Name: UMUNPAD007MATDAS999 Version : 0- halaman 0. Jika A e adalah komplemen dari A, maka daerah yang diarsir pada diagram Venn di awah ini dapat dinyatakan

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 167-178, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TEORI TERKAIT

BAB II TEORI TERKAIT II. TEORI TERKAIT BAB II TEORI TERKAIT 2.1 Pemodelan Penjalaran dan Transformasi Gelombang 2.1.1 Persamaan Pengatur Berkenaan dengan persamaan dasar yang digunakan model MIKE, baik deskripsi dari suku-suku

Lebih terperinci

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB VI DEFLEKSI BALOK VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Silika Hasil Isolasi dari Sekam Padi Analisis kuantitatif dengan metode X-Ray Fluorescence dilakukan untuk mengetahui kandungan silika au sekam dan oksida-oksida lainnya aik logam

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail

Lebih terperinci

SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT

SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT Jundana Akhyar 1 dan Muslim Muin 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ANGKUTAN SEIMEN PAA MUARA SUNGAI PALU Triyanti Anasiru * Astract This Research is aim how amount sediment transport has happened effect of changing velocity has influenced

Lebih terperinci

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE Jurnal Fisika. Volume 03 omor 02 Tahun 2014, hal 84-88 HUBUGA B VALUE DEGA FREKUESI KEJADIA DA MAGITUDO GEMPA BUMI MEGGUAKA METODE GUTEBERG-RICHTER DI SULAWESI TEGAH PERIODE 2008-2014 or Hidaya Rachmawati,

Lebih terperinci

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... ii PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 118-177, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

Feirani Vironita 1 Rispiningtati 2 Suwanto Marsudi 3

Feirani Vironita 1 Rispiningtati 2 Suwanto Marsudi 3 ANALISIS STABILITAS PENYUMBATAN MUARA SUNGAI AKIBAT FENOMENA GELOMBANG, PASANG SURUT, ALIRAN SUNGAI DAN POLA PERGERAKAN SEDIMEN PADA MUARA SUNGAI BANG, KABUPATEN MALANG Feirani Vironita Rispiningtati Suwanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pantai Seagaimana yang telah disampaikan pada agian pendahuluan, pantai diseut seagai daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah.

Lebih terperinci

Konstruksi Rangka Batang

Konstruksi Rangka Batang Konstruksi Rangka atang Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang atang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON Wiratman Wangsadinata 1, Hamdi 2 1. Pendahuluan Dalam analisis struktur eton, pengaruh peretakan eton terhadap kekakuan unsurunsurnya menurut SNI

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2010 Matematika

UN SMA IPA 2010 Matematika UN SMA IPA 00 Matematika Kode Soal P0 Doc. Name: UNSMAIPA00MATP0 Doc. Version : 0-0 halaman 0. Akar-akar persamaan kuadrat x² + (a - ) x + =0 adalah α dan β. Jika a > 0 maka nilai a =. 8 x 0. Diketahui

Lebih terperinci

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE-LUAS MOMEN

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE-LUAS MOMEN V. DEFEKSI BOK ESTIS: METODE-US MOMEN Defleksi alok diperoleh dengan memanfaatkan sifat diagram luas momen lentur. Cara ini cocok untuk lendutan dan putaran sudut pada suatu titik sudut saja, karena kita

Lebih terperinci

Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan

Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan Ba III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan Pada a ini, akan diahas penyearan oksigen di pemuluh kapiler dan jaringan, dimana sel-sel di jaringan diasumsikan mengkonsumsi oksigen

Lebih terperinci

BAB XIV V E K T O R Pengertian Vektor adalah besaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri sebuah vektor dilukiskan sebagai panah.

BAB XIV V E K T O R Pengertian Vektor adalah besaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri sebuah vektor dilukiskan sebagai panah. XIV V E K T O R 4. engertian adalah esaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri seuah vektor dilukiskan seagai panah. dengan titik pangkal (a x, a y, a z ) dan titik ujung ( x, y, z ) dinotasikan dengan.

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) Ba 7 Residu dan Penggunaannya BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 Residu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik

Lebih terperinci

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Vol. 5, No.1, 52-57, Juli 2008 Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Amir Kamal Amir Astrak Sifat-sifat gelanggang evaluasi eserta pemuktiannya sudah ada dieerapa literatur seperti misalnya pada McConnel

Lebih terperinci

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK 7. FLUID Materi Kuliah: - Fluida dan Fenomena - Massa Jenis - Tekanan - Prinsip Pascal - Prinsip rchimedes FLUID Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering diseut seagai zat alir. Fasa

Lebih terperinci

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik VII. BALOK KOLOM Komponen struktur seringkali menderita kominasi eerapa macam gaya secara ersama-sama, salah satu contohnya adalah komponen struktur alok-kolom. Pada alok-kolom, dua macam gaya ekerja secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Gambar 4.1. Penampang saluran ganda. n 1 H 2. n 3 H 1,5. H 1 n 2. mh 2 B 1 mh 1

BAB IV ANALISA DATA. Gambar 4.1. Penampang saluran ganda. n 1 H 2. n 3 H 1,5. H 1 n 2. mh 2 B 1 mh 1 4 BAB IV ANALISA DATA 4. ANALISA IDROLIKA Deit anjir rencana untuk aliran Kali Silandak setelah pemangunan tanggul dikanan dan kiri sungai sesuai dengan data yang diperoleh dari Dinas PSDA Propinsi Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA Irnovia Berliana Pakpahan 1) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWE SALUAN UDAA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 5kV TANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT Arif Putra Utama (), Ir. Arnita, M.T (), Ir. Yani idal, M.T (3) () Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1 PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT- Mata Pelajaran K e l a s Nomor Modul : Matematika : X (Sepuluh) : MAT.X.0 Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media : Drs. Suyanto : Dra.Wardani Rahayu, M.Si. : Drs. Soekiman DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (PDB) ORDE SATU

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (PDB) ORDE SATU BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (PDB) ORDE SATU Tujuan Instruksional: Mampu memahami dan menyelesaikan PD orde-1 dg integrasi langsung, pemisahan variael. Mampu memahami dan menyelesaikan Persamaan

Lebih terperinci

UN SMA 2015 Matematika IPA

UN SMA 2015 Matematika IPA UN SMA 05 Matematika IPA Soal Doc. Name: UNSMA05MATIPA Doc. Version : 05- halaman 0. Ani rajin elajar maka naik kelas. Ani dapat hadiah atau tidak naik kelas. Ani rajin elajar. Kesimpulan yang sah adalah

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Standar kompetensi:. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat Kompetensi Dasar:. Memahami konsep fungsi.

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 44 BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 4. Identifikasi Masalah Secara Administratif Pantai Suradadi terletak di Desa Suradadi dan Bjngsana Kecamatan Suradadi Kaupaten Tegal, Jawa Tengah. Batas

Lebih terperinci

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM A COMPARATIVE STUDY OF PLATE STRUCTURE ANALYSIS USING STRIP METHOD, PBI 71, AND FEM Guntara M.

Lebih terperinci

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai 155 BAB V ANALISA PERAMALAN GARIS PANTAI. 5.1 Bentuk Pantai. Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

Pengaruh Non Linieritas Gelombang terhadap Gaya dan Momen Guling akibat Gelombang pada Dinding Vertikal di Laut Dangkal ABSTRAK

Pengaruh Non Linieritas Gelombang terhadap Gaya dan Momen Guling akibat Gelombang pada Dinding Vertikal di Laut Dangkal ABSTRAK Volume 5, Nomor 1, Agustus 8 Jurnal APLIKASI Pengaruh Non Linieritas Gelombang terhadap Gaya dan Momen Guling akibat Gelombang pada Dinding Vertikal di Laut Dangkal Agung Budipriyanto Program Diploma Teknik

Lebih terperinci

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji Konstruksi dan Bangunan Perencanaan hidraulik endung dan pelimpah endungan tipe gergaji Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktoer 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1)

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1) PENDEKATAN TEORI A. Perpindahan Panas Perpindahan panas didefinisikan seagai ilmu umtuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya peredaan suhu diantara enda atau material (Holman,1986).

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Definisi Daerah Pantai Sumber: Triatmodjo (1999)

Gambar 2.1. Definisi Daerah Pantai Sumber: Triatmodjo (1999) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Pantai Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan dibawah permukaan darat dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT 1. TUJUAN - Memahami hukum dan prinsip fisika yang mendasari metode gaya erat - Mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variasi gaya erat di

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA Ratna Parauba M. Ihsan Jasin, Jeffrey. D. Mamoto Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email : Parauba_ratna@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1 BAB I PENDAHULUAN Pantai merupakan suatu sistem yang sangat dinamis dimana morfologi pantai berubah-ubah dalam skala ruang dan waktu baik secara lateral maupun vertikal yang dapat dilihat dari proses akresi

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 idu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik pada suatu titik dari setiap

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS

KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS Abstrak KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS Umar 1) Pantai Desa Matang Danau adalah pantai yang berhadapan langsung dengan Laut Natuna. Laut Natuna memang

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI TIPE GROIN (Pantai Pasir Parupuk Raya Tabing Kec Koto Tangah Padang Utara)

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI TIPE GROIN (Pantai Pasir Parupuk Raya Tabing Kec Koto Tangah Padang Utara) PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI TIPE GROIN (Pantai Pasir Parupuk Raya Taing Kec Koto Tangah Padang Utara) Bayu Arga,Nasfryzal Carlo,Khadavi Jurusan Teknik Sipil,Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN SEDIMEN DI DEKAT PANTAI. Oleh : Endah Kurniyasari Dosen Pembimbing : Drs. Kamiran, M.Si

PENGANGKUTAN SEDIMEN DI DEKAT PANTAI. Oleh : Endah Kurniyasari Dosen Pembimbing : Drs. Kamiran, M.Si PENGANGKUTAN SEDIMEN DI DEKAT PANTAI Oleh : Endah Kurniyasari 06 0 08 Dosen Pemiming : Drs. Kamiran, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopemer

Lebih terperinci

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR Muhammad Naim Staf Pengajar Teknik Mesin, Akademi Teknik Soroako, Sorowako *Email: mnaim@ats-sorowako.ac.id Astrak Kecepatan motor induksi 3 fasa

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN NLISIS KONSENTRSI TEGNGN PD GELGR BERLUBNG MENGGUNKN PEMODELN DN EKSPERIMEN khmad aizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com strak Belum diketahuinya

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES Selvina NRP: 1221009 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Aktivitas bangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF Jamiatul Akmal 1, a *, Ofik Taufik Purwadi 2,, Joko Pransytio 3, c 1,3) Jurusan Teknik Mesin, UNILA, Bandar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Distriusi Distriusi dapat diartikan seagai kegiatan pemasaran untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian arang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Volume Nomor 2 Desemer 27 Barekeng Desemer 27 hal3-35 Vol No 2 TITIK-ANTARA DI DALAM RUANG METRIK DAN RUANG INTERVAL METRIK (Between-Points In Metric Space And Metric Interval Space MOZART W TALAKUA Jurusan

Lebih terperinci

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.

Lebih terperinci

III METODOLOGI Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta kegunaannya ditabulasikan dalam Tabel 2.

III METODOLOGI Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta kegunaannya ditabulasikan dalam Tabel 2. III METODOLOGI 3.1. Waktu dan lokasi Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pada Bulan Maret dan Juli 007. Analisis sampel dan analisis data lapangan dilakukan setelah kegiatan lapangan. Sedimen yang

Lebih terperinci

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 085-17 Volume 6, Nomor, Juni 014 Hal. 98-106 Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling Roessiana D L; Setiyadi dan Sandy

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D EFISIENSI DAN EFEKIVIAS SIRIP LONGIUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPA KEADAAN AK UNAK KASUS 2D PK Purwadi Jurusan eknik Mesin, FS, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Email: pur@mailcity.com ABSRAK Penelitian

Lebih terperinci

PEMETAAN MÖBIUS. Gani Gunawan. Jurusan Matematika, UNISBA, Jalan Tamansari No 1, Bandung,40116, Indonesia

PEMETAAN MÖBIUS. Gani Gunawan. Jurusan Matematika, UNISBA, Jalan Tamansari No 1, Bandung,40116, Indonesia Jurnal Matematika Vol6 No Novemer 006 [ : 7 ] PEMETAAN MÖBIUS Jurusan Matematika, UNISBA, Jalan Tamansari No, Banung,406, Inonesia ggan06@yahoocom Astrak Transformasi ilinear apat ikomposisikan ari transformasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN I Made Alit Karyawan Salain 1 dan I.B.

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan /7/ Metode Simpleks Diperaiki (Revised Simple Method) Kuliah TI Penelitian Operasional I Materi ahasan Dasar-dasar aljaar dari metode simpleks Metode simpleks yang diperaiki TI Penelitian Operasional I

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli

Lebih terperinci

BAB XII GAYA DAN TEKANAN

BAB XII GAYA DAN TEKANAN BAB XII GAYA DAN TEKANAN 1. Bagaimanakah huungan antara gaya dan tekanan?. Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan di dalam zat cair? 3. Apakah yang dimaksud dengan hukum Pascal? 4. Apakah yang dimasudkan

Lebih terperinci

PENENTUAN BESARNYA PENGARUH FAKTOR GENETIK TERHADAP SIFAT FENOTIP DENGAN METODE PASANGAN KEMBAR

PENENTUAN BESARNYA PENGARUH FAKTOR GENETIK TERHADAP SIFAT FENOTIP DENGAN METODE PASANGAN KEMBAR PNNTUN BSRNY PNGRUH FKTOR GNTIK TRHDP SIFT FNOTIP DNGN MTOD PSNGN KMBR. Setiawan Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Indonesia stract. Twins

Lebih terperinci

REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG LAUT DI DAERAH DEKAT PANTAI PARIAMAN ABSTRAK

REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG LAUT DI DAERAH DEKAT PANTAI PARIAMAN ABSTRAK VOLUME 7 NO. 1, FEBRUARI 2011 REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG LAUT DI DAERAH DEKAT PANTAI PARIAMAN Itto Samulano 1, Mas Mera 2 ABSTRAK Penelitian ini menitik-beratkan pada simulasi penjalaran gelombang

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA INTI PELURUHAN ALFA. Disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Inti. Dosen pengampu : Dr. Sutikno, M.T.

MAKALAH FISIKA INTI PELURUHAN ALFA. Disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Inti. Dosen pengampu : Dr. Sutikno, M.T. MAKALAH FISIKA INTI PELUUHAN ALFA Disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Inti Dosen pengampu : Dr. Sutikno, M.T. Kelompok 4 Anggota :. Pradita Ajeng Wiguna (440). iameinda Br Bangun (4404)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19

Lebih terperinci

1. SISTEM TERTUTUP HOMOGEN

1. SISTEM TERTUTUP HOMOGEN BAB II . SISEM EUU HOMOGEN Sistem tertutup adalah sistem yang tidak ada transfer massa antara sistem dan sekeliling W Sistem n out = 0 dn i = 0 (2.) i =, 2, 3,... n in = 0 Q idak ada perpindahan internal

Lebih terperinci

GAYA GELOMBANG TSUNAMI PADA BANGUNAN BERPENGHALANG

GAYA GELOMBANG TSUNAMI PADA BANGUNAN BERPENGHALANG GAYA GELOMBANG TSUNAMI PADA BANGUNAN BERPENGHALANG 1) Any Nurhasanah Mahasiswa Program Doktor Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan,Universitas Gadjah Mada, Dosen Universitas Bandar Lampung Email : any_nurhasanah@yahoo.com

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK Arantika Desmawati, Respatiwulan, dan Dewi Retno Sari S Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Seelas Maret Astrak.

Lebih terperinci

PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL

PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL Santoso 1, Yoanes Elias 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2011 SOAL TES TEORI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

INSTALASI DAN EVALUASI GROUNDING UNTUK MBE INDUSTRI LATEKS PTAPB MENGGUNAKAN MULTIPLE ROD

INSTALASI DAN EVALUASI GROUNDING UNTUK MBE INDUSTRI LATEKS PTAPB MENGGUNAKAN MULTIPLE ROD J. Iptek Nuklir Ganendra Vol. 5 No. Juli : 7-8 ISSN 4-6957 INSTALASI DAN EVALUASI GROUNDING UNTUK MBE INDUSTRI LATEKS PTAPB MENGGUNAKAN MULTIPLE ROD Suyamto, Sutadi, Elin Nuraini *) Pusat Teknologi Akselerator

Lebih terperinci

LINTASAN GELOMBANG LAUT MENUJU PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU. Birhami Akhir 1, Mas Mera 2 ABSTRAK

LINTASAN GELOMBANG LAUT MENUJU PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU. Birhami Akhir 1, Mas Mera 2 ABSTRAK VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 LINTASAN GELOMBANG LAUT MENUJU PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU Birhami Akhir 1, Mas Mera 2 ABSTRAK Penelitian ini adalah tentang prediksi lintasan gelombang laut di pelabuhan

Lebih terperinci

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK TURBIN ANGIN

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK TURBIN ANGIN Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, Mei 7 PEMOELAN NUMERIK RESPON INAMIK TURBIN ANGIN Olga Pattipawaej, Medianto osen Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

COURSE NOTE : Sistem Persamaan Liniear

COURSE NOTE : Sistem Persamaan Liniear COURSE NOTE : Sistem Persamaan Liniear PERSAMAAN LINIEAR Secara umum kita mendefinisikan persamaan liniear dalam n variale x 1 x x n seagai erikut : dengan a1 a... an adalah konstanta real. a1x 1 ax ax...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bergerak dalam fluida tersebut. Beberapan ayat dalam Al-Qur an menyebutkan

BAB II KAJIAN TEORI. bergerak dalam fluida tersebut. Beberapan ayat dalam Al-Qur an menyebutkan BAB II KAJIAN TEORI.1 Viskositas Viskositas merupakan ukuran kekentalan yang menyatakan esar kecilnya gesekan dalam luida.semakin esar viskositas luida, semakin sulit suatu enda ergerak dalam luida terseut.

Lebih terperinci

DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN

DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN Achmad Zaqy Zulfikar 1 Pembimbing: Dr. Ir. Syawaluddin Hutahaean, M.T. 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT AMPAS EMPULUR SAGU TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT AMPAS EMPULUR SAGU TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT AMPAS EMPULUR SAGU TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER Arthur Yanny Leiwakaessy 1) FakultasTeknik Universitas Pattimura Amon Email : arthur.leiwakaessy@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci