BAB IV ANALISA DATA. Gambar 4.1. Penampang saluran ganda. n 1 H 2. n 3 H 1,5. H 1 n 2. mh 2 B 1 mh 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA DATA. Gambar 4.1. Penampang saluran ganda. n 1 H 2. n 3 H 1,5. H 1 n 2. mh 2 B 1 mh 1"

Transkripsi

1 4 BAB IV ANALISA DATA 4. ANALISA IDROLIKA Deit anjir rencana untuk aliran Kali Silandak setelah pemangunan tanggul dikanan dan kiri sungai sesuai dengan data yang diperoleh dari Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah, adalah seesar 45 m 3 /dtk dengan kala ulang 5 tahunan. Dalam analisa hidrolika ini evaluasi penampang eksisting dilakukan dengan menggunakan metode Passing Capacity tujuannya untuk menganalisa esarnya deit anjir rencana secara langsung dengan memperhatikan kondisi keadaan sungai,tinggi muka air dan data penampang sungai yang ada apakah sesuai dengan deit rencana Q 5 di atas. Analisa hidrolika dalam laporan tugas akhir ini diantu dengan program EC-RAS. Tujuan dari penggunaan program EC RAS adalah untuk mengevaluasi kinerja penampang saluran pada Kali Silandak, sehingga dapat diketahui apakah penampang eksisting masih cukup mampu menampung deit anjir rencana atau tidak. Adapun lokasi yang ditinjau adalah dari ujung muara hingga aliran sungai yang erjarak satu kilometer dari muara sungai. 4.. Evaluasi Penampang Eksisting Metode yang digunakan dalam menganalisis penampang saluran adalah metode Passing Capacity. Metode ini digunakan seagai kontrol terhadap hasil deit anjir rencana yang ada. Persamaan metode passing capacity untuk penampang ganda :,5 m n n 3 n m B m B m B 3 m Gamar 4.. Penampang saluran ganda

2 43 A A3 ( B + m ) ( 4. ) ( ) P + ( 4. ) P3 B + m R A R3 ( 4.3 ) P 3 V V3 R I ( 4.4 ) n Q ( 4.5 ) Q3 A V ( B + m ) + ( B ) A + ( 4.6 ) m ( ) P B + + m ( 4.7 ) A R ( 4.8 ) P V Q n R 3 A V I ( 4. 9 ) ( 4.0 ) Q total Q + Q + Q 3 ( 4. ) dimana : V kecepatan rencana (m/dtk) i kemiringan saluran A luas penampang asah (m ) P keliling asah (m) n koefisien kekasaran manning, m /3 /dtk R jari-jari hidrolis (m) asil perhitungan passing capacity, seagai erikut : Diketahui : Data diperoleh dari penampang melintang ( cross section ) sungai pada Sta Km ( Bagian hilir sungai ). 3,0 m 0,5 m B B 3 m B 40,00 m

3 44 m,5 I 0,0004 n 0,03 Penyelesaian : A A 3 ( B + m. ) x ½ ( x +,5. 0,50 ) x ½ 0,50,88 m P P 3 B + + m + 0,5 +,5,90 m R R 3 A / P,88 /,90 0,409 m Q A.V A x /n x R /3 x I /,88 x / 0,03 x 0,409 /3 x 0,0004 / 0,4 m 3 /dtk ( B + m ) + ( B ) A + m A 3 x ( 40 +,5.3) + 0,5 x ( +,5.0,5 ) 34,875 m 3 /dtk B + ( ) P + m P ,5 50,86 m R A / P 34,875 / 50,86,654 m Q A.V A x /n x R /3 x I / 34,875 x / 0,03 x,654 /3 x 0,0004 / 0,97 m 3 /dtk Q total Q + Q + Q 3 0,4 + 0,97 + 0,4 0,399 m 3 /dtk

4 45 Besarnya deit rencana hasil perhitungan Passing Capacity 0,399 m 3 /dtk leih kecil daripada deit anjir rencana Q 5 45 m 3 /dtk. Adapun program EC RASnya seagai erikut : Langkah langkah operasi EC RAS :. In put Geometrik data Memuat gamar alur sungai ( river reach ) Gamar 4. Gamar alur sungai Memasukan data masing masing cross section Nomor stasiun Stasiun dan elevasi Jarak antar cross section Nilai koefisien manning s Profil saluran utama Nilai koefisien kontraksi dan ekspansi.

5 46 Gamar 4.3 Tael input data cross section Memasukan data deit (steady flow data) Gamar 4.4 Tael Input data deit

6 47. Running ( eksekusi data ) Gamar 4.5 Gamar dialog ox untuk running data 3. Out put data Profil penampang melintang ( cross section ) Gamar 4.6 Gamar output data tiap cross section

7 48 Tael Out put Cross section data. - Deit (Q) m 3 /det - Kecepatan (V) m/det - Tinggi muka air (h) m - Lear muka air (l) m Gamar 4.7.a Tael output data EC-RAS Gamar 4.7. Tael output data EC-RAS

8 49 Profil alur sungai 3 dimensi. Gamar 4.8 Gamar 3D output alur sungai

9 50 4. ANALISIS YDRO-OCEANOGRAPY 4.. Gelomang 4... Analisa Data Angin Data angin digunakan untuk menentukan arah dan tinggi gelomang. Data yang diperlukan adalah data arah dan kecepatan angin dimana data terseut didapatkan dari Stasiun Meteorologi Maritim Semarang tahun Dari data terseut diuat dalam entuk tael dan gamar windrose seperti pada gamar erikut ini Tael 4.. Kejadian angin rata rata tahun Kecepatan angin Arah angin Keterangan (knot) U TL T TG S BD B BL Jumlah % ,00 7,00 55,00 78,00 4,00 7,00 7,00 83,00 340,00 9, ,00 6,00 49,00 643,00 5,00 55,00 94,00 580,00 395,00 65, ,00 40,00 96,00 7,00,00,00 80,00 70,00 76,00 9, ,00 5,00,00 8,00,00 4,00 39,00 5,00 55,00 4, ,00,00,00 5,00,00 0,00 6,00 3,00 34,00 0, ,00,00 0,00 0,00 0,00 0,00,00 8,00,00 0,30 >30,00 0,00 0,00,00 0,00 0,00 3,00 0,00 6,00 0,6 Jumlah 70,00 90,00 583,00 98,00 3,00 87,00 4,00 905, ,00 00,00 Tael 4.. Persentase kejadian angin tahun Kecepatan angin Arah angin Keterangan (knot) U TL T TG S BD B BL Jumlah % ,6 0,46,50,3 0, 0,9 0,46,7 9, ,66 3,45,46 7,58 0,4,50,57 5,86 65, ,69,09,63 4,70 0,05 0,57,9 4,65 9, ,7 0,4 0,30 0,49 0,03 0,,07,39 4, ,6 0,03 0,05 0,4 0,03 0,00 0,6 0,36 0, ,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0, 0,30 >30 0,03 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,08 0,00 0,6 Jumlah 9,4 5,0 5,94 5,0 0,63,38 6,59 4,75 00,00 Sumer: Stasiun Meteorologi Maritim Semarang

10 5 Gamar 4.9. Windrose tahun Dengan melihat windrose yang diperoleh serta mempertimangkan orientasi pantai yang terletak diseelah Utara menuju Laut Jawa, maka dapat disimpulkan arah angin yang paling dominan adalah erasal dari Barat Laut. Angin dari arah Utara meskipun prosentasenya cukup esar namun kecepatan anginnya relatif rendah apalagi pada arah ini pantai terlindung oleh eerapa pulau di Kepulauan Karimun Jawa. Sedangkan angin dari arah Barat Laut kecepatannya relatif leih tinggi. Oleh karena itu angin yang erpengaruh pada pantai adalah angin dari arah Barat Laut, Utara, Timur Laut yang dominan dan mempengaruhi pada muara Kali Silandak.

11 5 4.. Fetch Fetch efektif digunakan dalam grafik peramalan gelomang untuk mengetahui tinggi, durasi dan periode gelomang. Fetch rerata efektif dihitung dengan persamaan erikut : F eff Dengan : Xicosα cosα ( 4. ) ( dalam Triatmodjo, 999 ) F eff fetch rerata efektif Xi panjang segmen fetch yang diukur dari titik oservasi gelomang ke ujung akhir fetch α deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertamahan 6 o sampai sudut seesar 4 o pada kedua sisi dari arah angin Tael 4.3 Perhitungan fetch rerata efektif α (...º) Cos α Xi (km) X Cos α 4 0,743 4,9 79, ,809 4,38 73, ,866 05,74 78,8 4 0,94 5,46 468,6 8 0,95 55,4 4,9 0,978 56,50 50,89 6 0,995 5,84 5,56 0,000 5,38 5,38 6 0,995 5,30 5,0 0,978 90,08 85,93 8 0,95 96,0 86,43 4 0,94 74,4 59, ,866 9,70 66,0 36 0,809 0,86 78,68 4 0,743,40 64,53 Total 3,5 689,4 F eff Xi cosα cosα 689,4 3,5 99 km Jadi fetch efektif seesar: 99 km

12 53 Gamar 4.0 Panjang fetch 4..3 Mawar Gelomang ( waverose ) Data yang diperlukan adalah data tinggi gelomang dimana data terseut didapatkan dari Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang tahun Dari data terseut diuat dalam entuk tael dan gamar waverose seperti pada gamar erikut ini : Tael 4.4 Persentase kejadian arah angin yang menimulkan gelomang tahun Tinggi gelomang Arah Gelomang (%) Keterangan (m) U TL BL Jumlah <0, 0,44,500 7,553 9,467 0,-0,5 8,775,77 9,75 9,38 0,5-0,5 0,639 0,36,60 3,60 0,5-0,75 0,666 0,78,6,555 0,75-,0 0,305 0,083 0,555 0,944 >,0 0,944 0, 0,500,555 Jumlah,744 3,60,05 47,459 Sumer: Stasiun Meteorologi Maritim Semarang

13 54 Gamar 4.. Waverose tahun Dengan melihat waverose yang diperoleh serta mempertimangkan lokasi perairan yang terletak diseelah Utara menuju Laut Jawa, maka dapat disimpulkan arah angin yang paling dominan adalah erasal dari arah Barat Laut, Utara, dan Timur Laut Pasang Surut Definisi pasang surut adalah suatu gerakan naik turunnya permukaan air laut, dimana amplitudo dan fasenya erhuungan langsung terhadap gaya geofisika yang periodik, yakni gaya yang ditimulkan oleh gerak reguler enda-enda angkasa, terutama ulan umi matahari. Dari hasil perkiraan elevasi pasang surut inilah datum-datum ini dapat dicari. Beerapa datum yang iasa digunakan adalah :

14 55 WL : ighest high water level, yaitu elevasi tertinggi muka air selama periode tertentu. MWL : Mean high water level, yaitu rata-rata elevasi pasang (tinggi) muka air selama periode tertentu. MSL : Mean sea level, yaitu elevasi tinggi muka air rata-rata. MLWL : Mean low water level, yaitu rata-rata elevasi surut (rendah) muka air pada periode tertentu. LLWL : Lowest low water level, yaitu elevasi muka air terendah selama periode tertentu. Data pasang surut yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang dari tahun diolah sehingga didapat data pasang surut maksimum dan minimum per hari. Elevasi pasang surut Kali Silandak tahun adalah seagai erikut : nilai maksimum nilai nilai minimum MSL nilai + nx MWL MLWL 04, x 0,75 m nilai nilai maksimum n 04, 5 095,0 m nilai nilai minimum n ,40 m WL nilai tertinggi dalam suatu periode waktu tertentu,5 m LLWL nilai terendah dalam suatu periode waktu tertentu 0, m Peredaan ketinggian Bench Mark antara daerah Pelauhan dengan daerah Kali Silandak adalah 5 cm atau 0,5 m maka kondisi elevasi pasang surutnya seagai erikut : WL,5 0,5,37 m,37 0,60 0,77 m MWL,0 0,5 0,95 m 0,95 0,60 0,35 m MSL 0,75 0,5 0,60 m 0,60 0,60 0,00 m MLWL 0,40 0,5 0,5 m 0,5 0,60-0,35 m LLWL 0, 0,5-0,03 m -0,03 0,60-0,63 m

15 56 Benk Mark Elevasi datum Air tinggi tertinggi pada pasang surut esar (WL) Air tinggi tertinggi rata-rata (MWL) Tunggang Air rata-rata Muka laut rata-rata (duduk tengah) (MSL) Air rendah terendah rata-rata (MLLWL) Air rendah terendah pada pasang surut esar (LLWL) WL : 0,77 m MWL : 0,35 m MSL : 0,00 m MLWL : -0,35 m LLWL : -0,63 m Gamar 4.. Tingkatan elevasi muka air laut tahun Peramalan Gelomang Di Laut Dalam Pementukan gelomang di laut dalam dianalisa dengan formula-formula empiris yang diturunkan dari model parametrik erdasarkan spektrum gelomang JONSWAP (ShoProtection Manual, 984). Prosedur peramalan terseut erlaku aik untuk kondisi fetch teratas (fetch limited condition) maupun kondisi durasi teratas (duration Limited) seagai erikut : g. U g F m0. 0,006. A U A ( 4.5 ) g. T U p A 3 g. F 0,857. U A ( 4.6 ) 3 g. t. d g F 68,8. U A U A ( 4.7 ) dimana : - m0 tinggi gelomang signifikan menurut energi spektral (m) - T p periode gelomang (dtk) - F nilai panjang fetch efektif. (km) - U A faktor tegangan angin (yang dimodifikasi dari kecepatan angin) (m/dtk) - S tinggi gelomang signifikan (m) - T lamanya/durasi angin ertiup (jam)

16 57 Start gt U A 3 gf. 7, 4 68,8. 5x 0 U A Yes (non Fully Developed) gt U A 3 gf. 7, 4 68,8. 5x 0 U A Yes (Fetch Limited) No (Duration Limited) F 3 min. gt 68,8. U A U A g No (Fully Developed) T P mo,66x0 6,38x0.( U F t 8,93x0.( U A. U ) A 3 A. F. F) 3 F F min T P m o,48 x0 8,30 x0 t,07. U A. U A. U A Finish Finish Gamar 4.3. Diagram alir proses peramalan gelomang erdasarkan data angin Tael 4.5 Kecepatan angin maksimum dan rata rata teresar per tahun Tahun V max V rata-rata

17 58 Tael 4.6 Perandingan Perhitungan Tinggi Gelomang (mo), Periode Gelomang (Tmo) dan Lama emusan Angin (t) antara Duration Limited dan Fetch Limited Time Duration Limited Fetch Limited U UL UW UA Tahun RL t Fetch mo Tm Fetch mo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam) ,44 0,93 4,30 8,7 5,3 0,68, ,7 9,67, ,86 0,96,34 5,6 4,68 0,54,6 99 3,56 9,0, ,86 0,96,34 5,6 4,68 0,54,6 99 3,56 9,0, ,44 0,93 4,30 8,7 5,3 0,68, ,7 9,67, ,58 0,88 8,05 4,93 5,9 0,98 3, ,68 0,64 0, ,58 0,88 8,05 4,93 5,9 0,98 3, ,68 0,64 0, ,0 0,90 6,0,83 5,54 0,83 3, ,98 0,8 0, ,44 0,93 4,30 8,7 5,3 0,68, ,7 9,67, ,44 0,93 4,30 8,7 5,3 0,68, ,7 9,67,46 006,3 0,98, 3,75 4,39 0,46, ,3 8,7, Time Duration Limited Fetch Limited U UL UW UA Tahun RL t Fetch mo Tm Fetch mo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam) ,0,07 7,7 8,76 3,5 0,6,95 99,00 7,5 4, ,09,6 3,89 3,77,30 0,09,8 99 0,86 5,67 9, ,5,4 5,88 6,7,97 0,7,65 99,43 6,7 6, ,69,09 7,7 8,4 3,38 0,4,88 99,86 7,33 5, ,6,0 9,46,6 3,98 0,36, 99,57 8,6 3, ,66, 6,35 6,89 3, 0,0,73 99,57 6,93 5, ,66, 6,35 6,89 3, 0,0,73 99,57 6,93 5, ,,9 4,9 5,0,66 0,3,48 99,4 6,4 7, ,,9 4,9 5,0,66 0,3,48 99,4 6,4 7, ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00 0, Time Duration Limited Fetch Limited U UL UW UA Tahun RL t Fetch mo Tm Fetch mo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam) ,44 0,93 4,30 8,7 4,50,5 4, ,7 9,67, ,86 0,96,34 5,6 3,4 0,9 3, ,56 9,0, ,86 0,96,34 5,6 3,4 0,9 3, ,56 9,0, ,44 0,93 4,30 8,7 4,50,5 4, ,7 9,67, ,58 0,88 8,05 4,93 6,73,64 4, ,68 0,64 0, ,58 0,88 8,05 4,93 6,73,64 4, ,68 0,64 0, ,0 0,90 6,0,83 5,66,39 4, ,98 0,8 0, ,44 0,93 4,30 8,7 4,50,5 4, ,7 9,67, ,44 0,93 4,30 8,7 4,50,5 4, ,7 9,67,46 006,3 0,98, 3,75,43 0,78 3, ,3 8,7,7

18 Time Duration Limited Fetch Limited U UL UW UA Tahun RL t Fetch mo Tm Fetch mo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam) ,0,07 7,7 8,76 9,9 0,44,76 99,00 7,5 4, ,09,6 3,89 3,77 6,5 0,5,8 99 0,86 5,67 9, ,5,4 5,88 6,7 8,39 0,9,34 99,43 6,7 6, ,69,09 7,7 8,4 9,56 0,4,66 99,86 7,33 5, ,6,0 9,46,6,5 0,6 3,3 99,57 8,6 3, ,66, 6,35 6,89 8,80 0,33,45 99,57 6,93 5, ,66, 6,35 6,89 8,80 0,33,45 99,57 6,93 5, ,,9 4,9 5,0 7,5 0,,09 99,4 6,4 7, ,,9 4,9 5,0 7,5 0,,09 99,4 6,4 7, ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00 0, Time Duration Limited Fetch Limited U UL UW UA Tahun RL t Fetch mo Tm Fetch mo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam) ,44 0,93 4,30 8,7 3 6,64,56 4, ,7 9,67, ,86 0,96,34 5,6 3 4,33,4 4,5 99 3,56 9,0, ,86 0,96,34 5,6 3 4,33,4 4,5 99 3,56 9,0, ,44 0,93 4,30 8,7 3 6,64,56 4, ,7 9,67, ,58 0,88 8,05 4, ,74,3 5,7 99 5,68 0,64 0, ,58 0,88 8,05 4, ,74,3 5,7 99 5,68 0,64 0, ,0 0,90 6,0,83 3 8,77,88 5, ,98 0,8 0, ,44 0,93 4,30 8,7 3 6,64,56 4, ,7 9,67, ,44 0,93 4,30 8,7 3 6,64,56 4, ,7 9,67,46 006,3 0,98, 3,75 3,83,06 4,4 99 3,3 8,7, Time Duration Limited Fetch Limited U UL UW UA Tahun RL t Fetch mo Tm Fetch mo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam) ,0,07 7,7 8,76 3 8,3 0,60 3,38 99,00 7,5 4, ,09,6 3,89 3,77 3,96 0,, 99 0,86 5,67 9, ,5,4 5,88 6,7 3 5,4 0,40,86 99,43 6,7 6, ,69,09 7,7 8,4 3 7,57 0,55 3,6 99,86 7,33 5, ,6,0 9,46,6 3 0,66 0,8 3,84 99,57 8,6 3, ,66, 6,35 6,89 3 6,7 0,45 3,00 99,57 6,93 5, ,66, 6,35 6,89 3 6,7 0,45 3,00 99,57 6,93 5, ,,9 4,9 5,0 3 3,80 0,30,56 99,4 6,4 7, ,,9 4,9 5,0 3 3,80 0,30,56 99,4 6,4 7, ,00 0,00 0,00 0,00 3 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00 0, Time Duration Limited Fetch Limited U UL UW UA Tahun RL t Fetch mo Tm Fetch mo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam) ,44 0,93 4,30 8,7 4 4,0,93 5,7 99 4,7 9,67, ,86 0,96,34 5,6 4 37,46,54 5, 99 3,56 9,0, ,86 0,96,34 5,6 4 37,46,54 5, 99 3,56 9,0, ,44 0,93 4,30 8,7 4 4,0,93 5,7 99 4,7 9,67, ,58 0,88 8,05 4, ,33,76 6, ,68 0,64 0, ,58 0,88 8,05 4, ,33,76 6, ,68 0,64 0, ,0 0,90 6,0, ,9,34 6,7 99 4,98 0,8 0, ,44 0,93 4,30 8,7 4 4,0,93 5,7 99 4,7 9,67, ,44 0,93 4,30 8,7 4 4,0,93 5,7 99 4,7 9,67,46 006,3 0,98, 3, ,5,3 4, ,3 8,7, Time Duration Limited Fetch Limited U UL UW UA Tahun RL t Fetch mo Tm Fetch mo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam) ,0,07 7,7 8,76 4 8,07 0,75 3,9 99,00 7,5 4, ,09,6 3,89 3,77 4 8,4 0,6, ,86 5,67 9, ,5,4 5,88 6,7 4 3,74 0,49 3,3 99,43 6,7 6, ,69,09 7,7 8,4 4 7,05 0,68 3,77 99,86 7,33 5, ,6,0 9,46,6 4 3,8,0 4,43 99,57 8,6 3, ,66, 6,35 6,89 4 4,89 0,55 3,47 99,57 6,93 5, ,66, 6,35 6,89 4 4,89 0,55 3,47 99,57 6,93 5, ,,9 4,9 5,0 4,4 0,37,96 99,4 6,4 7, ,,9 4,9 5,0 4,4 0,37,96 99,4 6,4 7,78 Berdasarkan hasil perhitungan diatas kondisi fetch limited memiliki nilai tinggi gelomang dan periode gelomang diandingkan dengan kondisi duration limited.

19 Statistik Gelomang Pengukuran gelomang di suatu tempat memerikan pencatatan muka air seagai fungsi waktu. Pengukuran ini dilakukan dalam waktu yang sangat panjang, sehingga data gelomang akan sangat anyak. Mengingat kekompleksan dan esarnya jumlah data terseut, maka gelomang alam dianalisis secara statistik untuk mendapatkan entuk gelomang yang ermanfaat dalam idang perencanaan dan perancangan. Untuk keperluan perencanaan angunan-angunan pantai perlu dipilih tinggi dan periode gelomang individu (individual wave) yang dapat mewakili suatu spektrum gelomang. Gelomang terseut dikenal dengan gelomang representatif. Apaila tinggi gelomang dari suatu pencatatan diurutkan dari nilai tertinggi ke terendah atau sealiknya, maka akan dapat ditentukan tinggi n yang merupakan rerata dari n persen gelomang tertinggi. Dengan entuk seperti itu akan dapat dinyatakan karakteristik gelomang alam dalam entuk gelomang tunggal. Bentuk yang paling anyak digunakan adalah 33 atau tinggi rerata dari 33% nilai tertinggi dari pencatatan gelomang, yang juga diseut seagai tinggi gelomang signifikan s. Cara yang sama juga dapat digunakan untuk periode gelomang. Tetapi iasanya periode signifikan didefinisikan seagai periode rerata untuk sepertiga gelomang tertinggi. Untuk memerikan kejelasan mengenai gelomang representatif, erikut ini adalah perhitungan dari hasil peramalan gelomang yang telah dilakukan seelumnya pada tahun di muara Kali Silandak Semarang Gelomang Signifikan Gelomang signifikan dihitung erdasarkan 33% data yang tertinggi dari keseluruhan hasil perhitungan gelomang selama 0 tahun. Gelomang signifikan dapat digunakan seagai masukan perhitungan untuk menghitung tinggi rayapan gelomang (wave run up) pada struktur, sehingga dapat ditentukan elevasi puncak angunan rencana yang ada. Cara penghitungan gelomang signifikan ( s ) yaitu 33 atau /3 nilai tertinggi dari hasil perhitungan gelomang yang telah diurutkan egitu juga dengan periodenya. Perhitungan gelomang signifikan diurutkan mulai dari gelomang tertinggi sampai gelomang terendah dari seluruh data tahun Data tinggi gelomang yang dipakai untuk Perencanaan Bangunan Pengaman Muara Kali Silandak dalam Tugas Akhir ini erdasarkan data tinggi gelomang yang sudah ada dari Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang untuk tahun adalah seagai erikut :

20 6 Tael 4.7 Data Tinggi Gelomang Tahun (m) Tahun 997 (m) Tahun 998 (m) Tahun 999 (m) Tahun 000 (m) Tahun 00 (m) Tahun 00 (m) Tahun 003 (m) Tahun 004 (m) Tahun 005 (m) Tahun 006,0 0,06 0,0 0, 0,06 0,8 0,06 0,5 0, 0, 0,50 0,06 0,06 0,5 0,8 0,8 0,06 0,5 0,06 0,40 0,30 0,06 0,06 0,06 0, 0,30 0,06 0,5 0,,00 0,30 0, 0,06 0,0 0,06 0,8 0,0 0,5 0, 0,40 0, 0, 0, 0,06 0, 0,8 0,0 0,06 0,5 0,8 0,5 0,8 0,06 0,06 0,06 0, 0,06 0,0 0,06 0, 0,30 0, 0,8 0, 0,06 0,0 0, 0, 0,06 0,5 0,60 0, 0, 0, 0,0 0, 0,06 0,06 0,06 0,40 0,5 0, 0,06 0,06 0,5 0,06 0, 0,06 0,06 0,30 0,30 0, 0,5 0,06 0,40 0, 0,8 0,0 0, 0,40 0, 0, 0,06 0,0 0,5 0, 0,5 0,06 0,06 0,30 0,8 0,06 0,0 0,06 0,06 0, 0, 0,06 0,06 0,40 0,5 0,06 0,0 0,06 0,06 0,06 0, 0, 0,8 0,30 0,40 0,5 0,5 0, 0,06 0, 0,06 0, 0, 0,30 0,8 0, 0,8 0, 0,8 0,06 0,5 0,06 0,30 0,70 0, 0,5 0, 0,06 0, 0,06 0, 0,06 0,5 0,70 0,50 0, 0,5 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,30 0,40 0,5 0,06 0,5 0,06 0,06 0, 0,06 0,0 0,40,60 0,5 0, 0,5 0,06 0,0 0,06 0, 0,0 0,5,0 0,30 0, 0,5 0,30 0, 0, 0, 0,06 0,8 0,70 0,40 0,8 0, 0,40 0, 0,5 0, 0,0 0,40,00 0,50 0,8 0,06 0,70 0,0 0,5 0,5 0,0 0,30,00 0,40 0,8 0, 0,60 0, 0, 0,5 0,06 0,50,0 0,40 0,06 0,5 0,40 0,06 0,06 0,8 0,06 0,30,40 0,30 0, 0,06 0,8 0,06 0, 0,0 0,5 0,5,80 0,70 0,8 0,8 0,50 0, 0,8 0, 0, 0,8,80 0,50 0,8 0,06 0,50 0, 0,8 0, 0, 0,06,0 0,50 0,8 0, 0,30 0, 0,30 0,8 0,0 0,06,0 0,50 0,30 0, 0,30 0,8 0,50 0,8 0,0 0, 0,70 0,40 0,5 0,8 0,8 0,06 0,8 0,06 0,06 0,8 0,40 0,3 0,8 0,06 0, 0,0 0,30 0, 0,06 0,06 0,70 0,5 0, 0,8 0,5 0, 0,4 0,0 0,0 0, 0,70 0,5 0,06 0,6 0,4 0,06 0,3 0,0 0,4 0, 0,70 0, 0,06 0,7 0,8 0,0 0,6 0,06 0,06 0,06 0,50 0, 0,8 0,7 0,5 0,06 0,6 0,8 0,06 0,,40 0,5 0,8 0,5 0, 0,06 0,6 0,6 0,8 0, 0,70 0,06 0,06 0,5 0,8 0,5 0,6 0,5 0,4 0,5 0,30 0, 0, 0,5 0,3 0,5 0,5 0,8 0,4 0,5 0,70 ( Sumer: Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang ) Lanjutan dari Tael 4.7 Data Tinggi Gelomang dapat dilihat di halaman Lampiran

21 6 Banyaknya data 3604 data, maka diperoleh: Gelomang 33,3 % (gelomang signifikan, s ) untuk konstruksi angunan fleksiel. n 33,3 % x data 33 0,593 m T 33 5,009 dtk Gelomang 0,7 x s digunakan untuk konstruksi angunan semi kaku 0 T 0,7 x 0,593 0,753 m 5,44 dtk Gelomang 5,37 x s digunakan untuk konstruksi angunan semi kaku 5 T 5,37 x 0,593 0,8 m 5,56 dtk Gelomang,67 x s digunakan untuk konstruksi angunan kaku seperti kaison.,67 x 0,593 0,990 m T 5,950 dtk Perkiraan Gelomang Dengan Periode Ulang Perkiraan gelomang dengan periode ulang dilakukan dengan menggunakan distriusi Gumel (Fisher-Tippett Type I) dan distriusi Weiull (CERC,99). Dari perhitungan kedua metode distriusi terseut dilakukan untuk kemudian dipilih yang memerikan hasil teraik.. Distriusi Fisher-Tippett Type I Perhitungan proailitas gelomang metode Fisher Typpett dinyatakan dalam entuk persamaan erikut : m 0,44 P ( s sm) ( 4.8 ) N + 0, T Dimana: P( s sm ) : proailitas dari tinggi gelomang representatif ke m yang tidak dilampaui sm m N : tinggi gelomang urutan ke m : nomor urut tinggi gelomang signifikan,,..n : jumlah kejadian gelomang selama pencatatan. itungan data selanjutnya dilakukan dengan analisis regresi linear dari huungan erikut :

22 63 m Ây m + B^ ( 4.9 ) dimana nilai y m dierikan oleh entuk erikut ini : y m -ln { - ln P ( s sm )} ( 4.0 ) Dengan  dan B^ adalah perkiraan dari parameter skala dan lokal yang diperoleh dari analisis regresi linear. Tinggi gelomang signifikan untuk eragai periode ulang dihitung dari fungsi distriusi proailitas dengan rumus seagai erikut : sr  y r + B^ ( 4. ) dimana y r dierikan oleh entuk erikut ini : y r -ln { - ln ( L.T r )} ( 4. ) dengan : sr : tinggi gelomang signifikan dengan periode ulang T r T r : periode ulang (tahun) K : panjang data (tahun) L : rerata jumlah kejadian per tahun N T /K Proses perhitungan gelomang dengan periode ulang metode Fisher Typpett Type I adalah seagai erikut : Tael 4.8. Gelomang teresar tiap tahun TAUN (m) 006,40 00,80 997,0 000,0 00 0, , , , , ,30

23 64 Tael 4.9. Perhitungan gelomang dengan periode ulang ( Metode Fisher Tippett Type I ) No. urut sm P Y m sm Y m Y m ( sm - r ),400 0,945,866 6,878 8,4,66,800 0,846,787 3,7 3,94 0,4746 3,00 0,747,3,479,58 0,0079 4,00 0,648 0,836 0,99 0,699 0, ,800 0,549 0,53 0,40 0,63 0, ,800 0,45 0,7 0,8 0,05 0, ,700 0,35-0,044-0,03 0,00 0, ,700 0,53-0,38-0,3 0,0 0, ,500 0,54-0,66-0,33 0,39 0, ,300 0,055 -,063-0,39,9 0,6579 Jumlah 0,300 5,000 5,40,00 5,564 3,707 Dari tael 4.9. didapat eerapa parameter yang digunakan dalam perhitungan gelomang dengan periode ulang, yaitu : N 0 K 0 N T 0 λ v N / N T 0/0 sm 0,300 / 0,030 y m 5,40 / 0 0,54 Dari eerapa nilai di atas selanjutnya dihitung parameter  dan B^ erdasar data sm dan y sm seperti terlihat pada Tael 4.9. dengan menggunakan persamaan erikut ini : sm  y m + B^ Dengan :  n n sm y sm ( y ) sm m y 0(,00) 30,300x5,40 0(5,564) (5,40) m y m ( 4.3 ) 0,54 B^ sm  y m ( 4.4 ),030-0,54 x 0,54 0,87 Persamaan regresi yang diperoleh adalah : sr 0,54y r + 0,87

24 65 asil perhitungan tinggi gelomang signifikan dengan eerapa periode ulang dapat dilihat pada tael 4.0. Tael 4.0. Tinggi gelomang dengan periode ulang tertentu Kala Ulang Y r r σ nr σ r S -,8 σ t S +,8 σ t 0,367 0,795 0,337 0,55 0,597 0,994 5,500,5 0,57 0,63 0,95,588 0,50,553 0,780 0,360,093,03 5 3,99,935,06 0,489,308, ,90,0,77 0,588,465, ,600,499,49 0,688,68 3,379 4,0 TINGGI GELOMBANG (M) 3,5 3,0,5,0,5,0 0,5 0, PERIODE (TAUN) r S-,8 σt S+,8 σt Gamar 4.4. Grafik tinggi gelomang dengan periode ulang tertentu (Metode Fisher Tippett Type I)

25 66. Metode Weiull itungan perkiraan tinggi gelomang ekstrim dilakukan dengan cara yang sama seperti Metode Fisher-Tippett Type I, hanya persamaan dan koefisien yang digunakan disesuaikan untuk Metode Weiull. Rumus-rumus proailitas yang digunakan untuk Metode Weiull adalah seagai erikut : 0,7 m 0, k P( s sm ) 0,3 NT + 0, + k ( 4.5 ) itungan didasarkan pada analisis regresi linear dari huungan Persamaan (4.) dengan nilai ym ditentukan dari persamaan seagai erikut : ym [-ln { - P ( s sm )}] /k ( 4.6 ) Tinggi gelomang signifikan ditentukan oleh persamaan ( 4.6 ) dengan nilai yr didapatkan dari persamaan : { ln( )} k y r LT r ( 4.7 ) Tael 4.. Perhitungan gelomang dengan periode ulang (Metode Weiull) No. urut sm P Y m sm Y m Y m ( sm - r ),400 0,953 4,45 0,686 9,83,66,800 0,858,437 4,387 5,939 0,475 3,00 0,76,6,945,67 0,008 4,00 0,667,34,47,85 0, ,800 0,57 0,80 0,64 0,64 0, ,800 0,476 0,558 0,446 0,3 0, ,700 0,380 0,374 0,6 0,40 0,69 8 0,700 0,84 0,3 0,63 0,054 0,69 9 0,500 0,89 0,4 0,06 0,05 0, ,300 0,093 0,045 0,04 0,00 0,658 Jumlah 0,300 5,34,779 9,85 30,839 3,707 Dari tael diatas 4., didapat eerapa parameter yang digunakan dalam perhitungan gelomang dengan periode ulang, yaitu : N 0 K 0 N T 0 λ v N / N T 0/0 sm 0,300 / 0,030 y m,779/0,78

26 67 Dari eerapa nilai di atas selanjutnya dihitung parameter  dan B^ dengan erdasarkan pada data sm dan y sm seperti pada Tael 4.. Perhitungan tinggi gelomang dengan periode ulang tertentu menggunakan persamaan erikut ini : sm  y m + B^ ( 4.8 ) Dengan : n sm ysm sm n ( )  ym ym y m ( 4.9 )  ) 0(9,85 0,300x,779 0(30,839) (,779) 0,455 B^ sm  y m ( 4.30 ),030 0,455 x,78 0,58 Persamaan regresi yang diperoleh adalah : sr 0,455 y r + 0,58 Selanjutnya hitungan tinggi gelomang signifikan dengan eerapa periode ulang dilakukan dengan Tael 4.. Tael 4.. Tinggi gelomang dengan periode ulang tertentu (Metode Weiull) Kala Ulang Y r r σ nr σ r S -,8 σ t S +,8 σ t 0,367 0,706 0,39 0,73 0,484 0,97 5,500,56 0,768 0,47 0,6,689 0,50,454,80 0,640 0,634,74 5 3,99,830,79 0,933 0,636 3, ,90,8,4,5 0,634 3, ,600,387,57,37 0,63 4,4

27 68 4,0 TINGGI GELOMBANG (M) 3,5 3,0,5,0,5,0 0,5 0, PERIODE (TAUN) r S-,8 σt S+,8 σt Gamar 4.5.Grafik tinggi gelomang dengan periode ulang tertentu Metode Weiull asil perhitungan proailitas tinggi gelomang dengan kedua metode di atas ditampilkan dalam tael 4.3. Tael 4.3. Rekapitulasi perhitungan tinggi gelomang dengan periode ulang tertentu Periode Ulang Metode Fisher Metode Weull (tahun) r s -,8 σ t s +,8 σ t r s -,8 σt s +,8 σt 0,795 0,597 0,994 0,706 0,484 0,97 5,5 0,95,588,56 0,6,689 0,553,093,03,454 0,634,74 5,935,308,56,830 0,636 3,04 50,0,465,97,8 0,634 3,585 00,499,68 3,379,387 0,63 4,4 `

28 Perhitungan gelomang laut dalam ekivalen : o K s x K r x o ( 4.3 ) dengan : K s K r o o Koefisien shoaling koefisien refraksi tinggi gelomang laut dalam (m) tinggi gelomang laut dalam ekivalen (m) Tinggi gelomang ( o ) 0,990 m Periode gelomang (T) 5,950 dtk Arah datang gelomang (α 0 ) 45 o Kedalaman (d) 3 m a) Perhitungan koefisien shoaling (K s ) L o,56 x T,56 x 5,950 55,8 m L C o O 55,8 T 5, 950 9,8 m/dtk d 0,054 n 0,894 L 0 Dari lampiran tael L- didapat : L 3 0, ,5 d 0,0989 L K s n O L O 0,5x55,8 nl 0,894x30, 5,007 ) Perhitungan koefisien refraksi (Kr) L 30,5 C T 5, 950 C Sin α sin α C o 5,9 m/dtk 5,9 9,8 sin 45 0,39 α,999 K r cosα o cosα o cos 45 cos,999 o 0,876 Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelomang ekivalen ( o ) adalah seagai erikut : ( o ) Ks x Kr x o,007 x 0,876 x 0,990 0,873 m

29 70 c) Perhitungan tinggi gelomang pecah dengan Metode SPM o 0,873 m ' o 0,873 gt 9,8 5,950 0,005 dimasukkan ke grafik 4.5 Gamar 4.6. Grafik penentuan tinggi gelomang pecah ( ) o ',5 o x,5 0,873 x,5,09 m

30 7 d) Perhitungan kedalaman gelomang pecah dengan Metode SPM ',09 0,003 dimasukkan ke grafik 4.6 gt 9,8 5,950 Gamar 4.7. Grafik penentuan kedalaman gelomang pecah (d) Dari grafik 4.6 diatas dapat diketahui kondisi kedalaman gelomang pecah minimum β,7 untuk kondisi kemiringan dasar pantai m 0,0 (d ) min β x,7 x,09,76 m Jadi tinggi gelomang pecah,09 m dan kedalaman gelomang pecah dipakai adalah d,76 m

31 Transpor Sedimen Angkutan sedimen sepanjang pantai di hitung dengan rumus : n Q s K P l ( 4.35 ) ρg P l C sinα cosα ( 4.36 ) 6 dimana : Q s angkutan sedimen sepanjang pantai (m 3 /hari) P l komponen fluks energi gelomang sepanjang pantai pada saat pecah (N m /dtk/m) ρ rapat massa air laut (kg/m 3 ) tinggi gelomang pecah (m) C cepat ramat gelomang pecah (m/dtk) gd α sudut gelomang pecah K,n konstanta Berikut perhitungannya : Dari data esarnya angin untuk arah yang erpengaruh dapat diprediksikan esarnya transpor sedimen yang terjadi di Muara Kali Silandak. Contoh data untuk ulan Januari arah Barat Laut dan ulan April arah Timur Laut tahun 997 seagai erikut : Arah Barat Laut U 5 knot U L 5 x 0,54,850 m/dtk R L 0,960 dari grafik U W,850 x 0, 960,340 m/dtk U A 0,7 x,340,3 5,60 m/dtk Dari grafik peramalan gelomang dengan kondisi fetch efektif 99 km di peroleh: Tinggi gelomang (),840 m Periode gelomang (T) 7,300 dtk Rapat massa air laut (ρ) 030 kg/m 3,03 ton/m 3 Kedalaman gelomang datang (d) 3,0 m Sudut datang gelomang (α ) 45 0 Kemudian dapat dicari :

32 73 Perhitungan koefisien shoaling (K s ) L o,56 x T,56 x 7,300 83,3 m L C o O 83,3 T 7, 300,388 m/dtk d 0,070 n 0,0859 L 0 Dari lampiran tael L- didapat : L 3 0,58 5,805 m d 0,58 L K s n O L O 0,5x83,3 nl 0,0859x5, 805 0,966 Perhitungan koefisien refraksi (Kr) L 5,805 C T 7, 300 7,05 m/dtk C Sin α sin α C o 7,05,388 sin 45 0,44 α 6,34 cosα K r o cosα o cos 45 cos 6,34 o 0,888 Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelomang ekivalen ( o ) adalah seagai erikut : ( o ) Ks x Kr x o 0,966 x 0,888 x,840,57 m Perhitungan tinggi dan kedalaman gelomang pecah o,57 m ' o,57 gt 9,8 7,300 0,0098 o o o ' ' ' / 3 3,3{ o '/ Lo) / 3 3,3{,57 / 83,3),4

33 74,4 x,57,74 m Dari peta athimetri, diperoleh kemiringan dasar laut seesar m 0,0 a 43,75( e 9m 43,75( e 9x0.0 ) 3,83 5 9, m ( + e ) ) 9,5x0.0 ( + e ) 0,596 d ( a gt ) d 0,596 (3,83x,74/9,8x7,300 ) d,575 d,575 x,74,744 m C gd 9,8x, 744 5,88 m/dtk C Sin α sinα Co ρg P l 6 5,88,79 C sinα cosα sin o 45 0,35 α 8,98 P,03,4 5,88sin8,98 cos8, 98 6 x 0,34 tm/dtk/m 0,34 x 4 x 3600 P 577,60 tm/hari/m Qs 0,40 x P. ( 4.37 ) 0,40 x 577,60 46,68 m3/hari Qs ,44 m3/tahun

34 75 Arah Timur Laut U 8 knot U L 8 x 0,54 9,60 m/dtk R L,00 dari grafik U W 9,60 x,00 9,460 m/dtk U A 0,7 x 9,460,3,60 m/dtk Dari grafik peramalan gelomang dengan kondisi fetch efektif 99 km di peroleh: Tinggi gelomang (),30 m Periode gelomang (T) 6,500 dtk Rapat massa air laut (ρ) 030 kg/m 3,03 ton/m 3 Sudut datang gelomang (α ) 45 0 Kemudian dapat dicari : Perhitungan koefisien shoaling (K s ) L o,56 x T,56 x 6,500 65,505 m Lo 65,505 C o 0,09 m/dtk T 6, 500 Dari lampiran tael L- didapat : L 44,776 m d 0,340 n 0,838 L K s n O L O 0,5x65,505 nl 0,838x44, 776 0,94 Perhitungan koefisien refraksi (Kr) L 44,776 C T 6, 480 6,909 m/dtk C Sin α sin α C o 6,909 0,09 sin 45 0,483 α 8,899 K r cosα o cosα o cos 45 cos 8,899 o 0,899 Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelomang ekivalen ( o ) adalah seagai erikut : ( o ) Ks x Kr x o 0,94 x 0,899 x,30 ( o ),09 m

35 76 Perhitungan tinggi dan kedalaman gelomang pecah o,09 m o ',09 gt 9,8 6,500 0,0065 o o ' ' / 3 3,3{ o '/ Lo) 3,3{,09 / 65,505) / 3 o ',86,09 x,86,95 m Dari peta athimetri, diperoleh kemiringan dasar laut seesar m 0,0 a 43,75( e 9m 43,75( ) 3,83 ) e 9x , m ( + e ) 9,5x0.0 ( + e ) 0,596 d ( a gt ) d 0,596 (3,83x,95/9,8x6,500 ) d,558 d,558 x,95,08 m gd C 9,8x, 08 4,449 m/dtk C Sin α sinα Co 4,449 0,09 sin o 45 0,3 α 8,3

36 77 P,03,95 4,449 sin8,3 cos8, 3 6 x 0,4 tm/dtk/m 0,4 x 4 x 3600 P 68,80 tm/hari/m Qs 0,40 x P. 0,40 x 68,80 499,789 m3/hari Qs 7957,9 m3/tahun Dari hasil perhitungan diatas kemudian di dapat jumlah angkutan sedimen sepanjang pantai, yaitu dengan cara : Q Q BL Q TL ( 4.38 ) , ,9 Q - 067,488 m 3 /tahun 4.3 ANALISA DATA TANA Data hasil penyelidikan tanah digunakan untuk menghitung daya dukung tanah ( soil earing capacity ). Dikarenakan tidak tersedianya data penyelidikan tanah pada agian muara Kali Silandak, maka digunakan data hasil penyelidikan tanah pada Proyek Review Desain Muara Kali Silandak. Adapun sampel yang digunakan adalah pada titik terdekat dengan muara Kali Silandak.

37 78 Tael 4.4. asil uji tanah No Jenis Uji asil Uji Ket Berat jenis,0 Liquid Limit (LL) 53,0 3 Plastic Limit (PL) 8,57 4 Plasticity Index (PI) Kadar air 50,0 6 Sudut geser,0 o 7 Kohesi (C) 0,090 8 Tegangan maksimum (q u ) 0,676 9 Konsolidasi 0,3887 Seagaimana telah dikemukakan seelumnya, dalam perhitungan daya dukung tanah ketiadaan data sondir, pengeoran, maupun Standard Penetration Test (SPT) dapat diatasi dengan pendekatan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Bowles. Dalam kondisi ini daya dukung tanah dapat diketahui dengan menghitung daya dukung atas (Qult) asalkan diketahui jenis material dan gradasi utiran materialnya. Rumus Terzaghi yang digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah sekali lagi disajikan seagai erikut : Qult C. Nc + Df. γ. Nq + 0,5B. γ. Nγ dengan : Qult : Kuat dukung atas (t/m) Nc,Nγ, Nq : konstanta tanah tergantung φ Df B C γ : kedalaman pondasi (m) : lear pondasi (m) : kohesi tanah : erat jenis/unit tanah (t/m3)

38 79 Tael 4.5. Nilai-nilai faktor daya dukung tanah menurut Terzaghi φ ( o ) Keruntuhan Geser Umum N c N q N γ 0 5,7,0 0,0 5 7,3,6 0,5 0 9,6,7, 5,9 4,4,5 0 7,7 7,4 5,0 5 5,,7 9, ,,5 9,7 34 5,6 36,5 35, ,8 4,4 4, ,7 8,3 00,4 45 7,3 73,3 97, ,3 87,9 780, ,6 45, 53, Berdasarkan persamaan diatas, maka seagai simulasi digunakan hitungan erikut ini. Misal kedalaman pondasi 5 m dan 6 m : Untuk kedalaman pondasi 5 m, γ,463 t/m 3, φ,0 o, dan lear m, dari hasil interpolasi faktor-faktor Terzaghi didapatkan nilai-nilai untuk φ,0 adalah N c 9,0, N q 8,47, dan N γ 5,95. Dengan demikian, maka diperoleh : Qult C. Nc + Df. γ. Nq + 0,5B. γ. Nγ 0,090*9, + 5*,*8,47 + 0,5**,0*5,95 0,44 t/m Dari gamaran terseut dengan mengamil angka keamanan, maka Qs 50,7 t/m, artinya tanah pasir terseut masih aman sampai ean diatasnya seesar 50,7 ton tiap m. Sedangkan untuk kedalaman pondasi 8 m,diperoleh : Qult C. Nc + Df. γ. Nq + 0,5B. γ. Nγ 0,090*9, + *4.8*8,47 + 0,5**,*5,95,55 t/m. Untuk angka aman, sehingga Qs 05,70 t/m, sehingga ean yang dapat didukung adalah 05,70 ton tiap m.

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk 41 BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisis Masalah Kawasan sepanjang pantai di Kecamatan Sayung yang dijadikan daerah perencanaan mempunyai sejumlah permasalahan yang cukup berat dan kompleks.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan BAB V ANALISIS DATA 5.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ini memerlukan berbagai data meliputi : data frekuensi kunjungan kapal, data peta topografi, oceanografi, dan data tanah.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah. BAB IV ANALISIS Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan kapal dan data tanah. Data

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 4.. Identifikasi Masalah Secara Administratif Pantai Muarareja terletak di utara kota Tegal, Jawa Tengah tepatnya di Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat.

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 44 BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 4. Identifikasi Masalah Secara Administratif Pantai Suradadi terletak di Desa Suradadi dan Bjngsana Kecamatan Suradadi Kaupaten Tegal, Jawa Tengah. Batas

Lebih terperinci

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 52 BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 5.1. TINJAUAN UMUM Perencanaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta Topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA IV - 1 BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Umum Analisis data yang dilakukan merupakan data-data yang akan digunakan sebagai input program GENESIS. Analisis data ini meliputi analisis data hidrooceanografi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1.Tinjauan Umum Perencanaan pelabuhan perikanan Glagah ini memerlukan berbagai data meliputi: data angin, Hidro oceanografi, peta batimetri, data jumlah kunjungan kapal dan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut Jawa. - Sebelah Timur : Berbatasan dengan DKI Jakarta. Kabupaten Lebak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut Jawa. - Sebelah Timur : Berbatasan dengan DKI Jakarta. Kabupaten Lebak. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Analisis dan Identifikasi Kerusakan Garis Pantai di Kabupaten TangerangProvinsi Banten adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir Langkah-langkah secara umum yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada diagram alir

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo KARAKTERISTIK GELOMBANG PECA DI PERAIRAN PERAK SURABAYA Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo Astract The ojectives of this study were to examine the height and period of sea

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pembangkitan Gelombang Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin tersebut akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 TINJAUAN UMUM Dalam perencanaan dermaga peti kemas dengan metode precast di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin ini, data yang dikumpulkan dan dianalisis, meliputi data

Lebih terperinci

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA BAB VI ANALISIS HIDROLIKA 6. Tinjauan Umum Analisa hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab III, bahwa salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1. Umum Dalam studi kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini membutuhkan data teknis dan data ekonomi. Data-data teknis yang diperlukan adalah peta topografi, bathymetri,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada diagram alir berikut: 74 dengan SMS Gambar 3.1 Diagram

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 6 BAB II STUDI PUSTAKA. TINJAUAN UMUM Studi pustaka diperlukan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Adapun metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 133 BAB IV 4.1. Tinjauan Umum Seperti yang telah diuraikan dalam bab terdahulu, data yang diperlukan dalam Perencanaan Pelabuhan Perikanan Morodemak Kabupaten Demak, diantaranya data lokasi, data topografi,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA Irnovia Berliana Pakpahan 1) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

5. BAB V ANALISA DATA

5. BAB V ANALISA DATA 5. BAB V ANALISA DATA 5.1 KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN PENGEMBANGAN Dengan memperhatikan pada tingkat pemanfaatan fasilitas PPSC saat ini yang belum optimal karena terutama permasalahan sedimentasi kolam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Kecepatan Angin dan Windrose Data angin dibutuhkan untuk menentukan distribusi arah angin dan kecepatan angin yang terjadi di lokasi pengamatan. Data angin yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan 3.2. Metode Perolehan Data

BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan 3.2. Metode Perolehan Data BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting untuk mengefektifkan

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI 7.. Perhitungan Struktur Seawall Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 67 BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA 4.. Identifikasi Masalah Secara Administratif Pantai Tambak Muly terletak di Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara Prpinsi Jawa Tengah. Batas wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA Ratna Parauba M. Ihsan Jasin, Jeffrey. D. Mamoto Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email : Parauba_ratna@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Feirani Vironita 1 Rispiningtati 2 Suwanto Marsudi 3

Feirani Vironita 1 Rispiningtati 2 Suwanto Marsudi 3 ANALISIS STABILITAS PENYUMBATAN MUARA SUNGAI AKIBAT FENOMENA GELOMBANG, PASANG SURUT, ALIRAN SUNGAI DAN POLA PERGERAKAN SEDIMEN PADA MUARA SUNGAI BANG, KABUPATEN MALANG Feirani Vironita Rispiningtati Suwanto

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 PENGARUH GELOMBANG TERHADAP TRANSPOR SEDIMEN DI SEPANJANG PANTAI UTARA PERAIRAN BANGKALAN Dina Faradinka, Aries Dwi Siswanto, dan Zainul Hidayah Jurusan

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 145 BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 6.1. Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembangkitan Gelombang Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin tersebut akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut,

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 114 BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 4.1 Analisa Data. Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi maka kompleks pula analisis yang akan dilakukan. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer BAB III METODOLOGI 3.1 Pengumpulan Data Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. 3.1.1 Data Primer Data primer yaitu data yang didapat dari pihak-pihak yang berkepentingan dan data-data

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Bab 3 3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Sebelum pemodelan dilakukan, diperlukan data-data rinci mengenai kondisi fisik dari lokasi yang akan dimodelkan. Ketersediaan dan keakuratan data fisik yang digunakan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan BAB 2 DATA LINGKUNGAN 2.1 Batimetri Data batimetri adalah representasi dari kedalaman suatu perairan. Data ini diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan suatu proses yang disebut

Lebih terperinci

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI A.P.M., Tarigan *) dan Ahmad Syarif Zein **) *) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU **) Sarjana Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU

Lebih terperinci

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN

BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN 117 BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN 7.1 ANALISA MASALAH PENUTUPAN MUARA Permasalahan yang banyak di jumpai di muara sungai adalah pendangkalan/penutupan mulut sungai oleh transport sedimen sepanjang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 4 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum PPI Logending Pantai Ayah Kabupaten Kebumen menggunakan bangunan pengaman berupa pemecah gelombang dengan bentuk batuan buatan hexapod (Gambar 2.1). Pemecah gelombang

Lebih terperinci

3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN Tahapan persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting dengan tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Garis Pantai Garis pantai merupakan batas pertemuan antara daratan dengan bagian laut saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis ini bisa berubah karena beberapa hal seperti

Lebih terperinci

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound. ABSTRAK Pulau Bali yang memiliki panjang pantai 438 km, mengalami erosi sekitar 181,7 km atau setara dengan 41,5% panjang pantai. Upaya penanganan pantai yang dilakukan umumnya berupa revretment yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4.1.1 Data Curah Hujan Data curah hujan adalah data yang digunakan dalam merencanakan debit banjir. Data curah hujan dapat diambil melalui pengamatan

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI Bab ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam

Lebih terperinci

Konstruksi Rangka Batang

Konstruksi Rangka Batang Konstruksi Rangka atang Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang atang

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ANGKUTAN SEIMEN PAA MUARA SUNGAI PALU Triyanti Anasiru * Astract This Research is aim how amount sediment transport has happened effect of changing velocity has influenced

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan data kecepatan angin dalam bentuk mawar angin sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN 31 BAB III 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN Tahapan persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting dengan tujuan mengefektifkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. yang digunakan dalam perencanaan akan dijabarkan di bawah ini :

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. yang digunakan dalam perencanaan akan dijabarkan di bawah ini : BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data Perencanaan Dalam perencanaan diperlukan asumsi asumsi yang didapat dari referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan sangat menentukan hasil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2. Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang)

LEMBAR PENGESAHAN. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang) ii LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang) Disusun Oleh : BASRINDU BURHAN UTOMO L2A 003 034 DWI PRASETYO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pantai Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan tentang hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

ANALISIS STATISTIK GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK PELABUHAN BELAWAN DIO MEGA PUTRI

ANALISIS STATISTIK GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK PELABUHAN BELAWAN DIO MEGA PUTRI ANALISIS STATISTIK GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK PELABUHAN BELAWAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil Disusun

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN 45 BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai tahapan pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas Perencanaan Dermaga Data Lingkungan : 1. Data Topografi 2. Data Pasut 3. Data Batimetri 4. Data Kapal

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( ) PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO Oleh : Dyah Riza Suryani (3107100701) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Fifi Sofia 2. Mahendra Andiek M., ST.,MT. BAB I Pendahuluan Latar Belakang

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF Jamiatul Akmal 1, a *, Ofik Taufik Purwadi 2,, Joko Pransytio 3, c 1,3) Jurusan Teknik Mesin, UNILA, Bandar

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI TIPE GROIN (Pantai Pasir Parupuk Raya Tabing Kec Koto Tangah Padang Utara)

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI TIPE GROIN (Pantai Pasir Parupuk Raya Tabing Kec Koto Tangah Padang Utara) PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI TIPE GROIN (Pantai Pasir Parupuk Raya Taing Kec Koto Tangah Padang Utara) Bayu Arga,Nasfryzal Carlo,Khadavi Jurusan Teknik Sipil,Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata - 1) pada Jurusan

Lebih terperinci

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3 3. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 : Jurnal Gradien Vol.4 No. Juli 8 : 349-353 nalisis Peramalan Ketinggian Gelombang Laut Dengan Periode Ulang Menggunakan Metode Gumbel Fisher Tippet-Tipe 1 Studi Kasus : Perairan Pulau Baai Bengkulu Supiyati

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Tinjauan Umum Dalam perencanaan perbaikan sungai diperlukan studi pustaka. Studi pustaka diperlukan untuk mengetahui dasar-dasar teori yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan muara sungai diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi

Lebih terperinci

PREDIKSI PARAMETER GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK LOKASI PANTAI CERMIN

PREDIKSI PARAMETER GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK LOKASI PANTAI CERMIN PREDIKSI PARAMETER GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK LOKASI PANTAI CERMIN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Oleh:

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah 15 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di sepanjang daerah rendaman Sungai Cisangkuy di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. (Sumber : Foto

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMANAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMANAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMANAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA Leonardo Lalenoh J. D. Mamoto, A. K. T. Dundu Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI DAFTAR ISI ALAMAN JUDUL... i ALAMAN PENGESAAN... ii PERSEMBAAN... iii ALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMBANG... xiii INTISARI...

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA Anggi Cindy Wakkary M. Ihsan Jasin, A.K.T. Dundu Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email:

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pantai Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai kepantaian

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH 127 BAB III 3.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Berat sendiri plat = 288 kg/m 2. Beratplafon = 11 kg/m 2. Berat penggantung = 7 kg/m 2. Spesi = 0.42 kg/m 2. Berat keramik = 0.

LAMPIRAN. Berat sendiri plat = 288 kg/m 2. Beratplafon = 11 kg/m 2. Berat penggantung = 7 kg/m 2. Spesi = 0.42 kg/m 2. Berat keramik = 0. LAMPIRAN I. Perhitungan Bean akiat Gaya Gravitasi 1. Plat Lantai a. Bean mati (DL) Berat sendiri plat = 88 kg/m Beratplafon = 11 kg/m Berat penggantung = 7 kg/m Spesi = 0.4 kg/m Berat keramik = 0.4 kg/m

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM VI- BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM 6.. Latar Belakang Perencanaan pembangunan check dam dimulai dari STA. yang terletak di Desa Wonorejo, dan dilanjutkan dengan STA berikutnya. Dalam perencanaan ini, penulis

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN BAB VII PERITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN 94 BAB VII PERITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN 7. UMUM Dai pemilihan altenative angunan pantai yang telah iahas paa a seelumnya angunan pengaman yang ipilih

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO

KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 1 KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO ABSTRAK Adhi Muhtadi, ST., SE., MSi. Untuk merealisir rencana pengembangan

Lebih terperinci

SYSTEM PLANNING. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 4. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

SYSTEM PLANNING. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 4. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara Desain Penamananan Pantai Pulau Karakelan, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi tara Bab 4 SYSTEM PLANNING Bab 4 SYSTEM PLANNING Desain Penamanan Pantai Pulau Karakelan Kabupaten Kepulauan Talaud,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI 6. Tinjauan Umum Dalam perencanaaan sistem pengendalian banjir, analisis yang perlu ditinjau adalah analisis hidrologi dan analisis hidrolika. Analisis

Lebih terperinci

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan 34 BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan Tahap persiapan adalah kegiatan sebelum memulai mengumpulkan data. Pada tahap persiapan ini menyusun rangkaian atau kerangka kegiatan yang akan dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tahap Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tahap Persiapan BAB III METODOLOGI 3.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai tahapan pengumpulan daa dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal hal penting yang harus dilakukan

Lebih terperinci

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik VII. BALOK KOLOM Komponen struktur seringkali menderita kominasi eerapa macam gaya secara ersama-sama, salah satu contohnya adalah komponen struktur alok-kolom. Pada alok-kolom, dua macam gaya ekerja secara

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT STUDI PENGARUH BENTANGAN(SPAN) PADA SINGLE GIRDER OVERHEAD CRANE DENGAN KAPASITAS 5 TON TYPE EKKE DAN ELKE DAN KAPASITAS 10 TON TYPE EKKE TERHADAP BERAT KONSTRUKSI GIRDERNYA Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari

Lebih terperinci

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji Konstruksi dan Bangunan Perencanaan hidraulik endung dan pelimpah endungan tipe gergaji Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktoer 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-280 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek Dzakia Amalia Karima dan Bambang Sarwono Jurusan

Lebih terperinci

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB VI DEFLEKSI BALOK VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA DISUSUN OLEH Heron Surbakti dan Tim Assisten Praktikum Oseanografi Fisika LABORATORIUM OSEANOGRAFI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE Jurnal Fisika. Volume 03 omor 02 Tahun 2014, hal 84-88 HUBUGA B VALUE DEGA FREKUESI KEJADIA DA MAGITUDO GEMPA BUMI MEGGUAKA METODE GUTEBERG-RICHTER DI SULAWESI TEGAH PERIODE 2008-2014 or Hidaya Rachmawati,

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN ADANYA BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH DI PANTAI PISANGAN KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN ADANYA BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH DI PANTAI PISANGAN KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN ADANYA BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH DI PANTAI PISANGAN KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT Anugrah Ananta W. Putra NRP: 0921004 Pembimbing: Olga Catherina

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Samungan Baut Pertemuan - 13 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur aja eserta alat samungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA Oloni Togu Simanjuntak, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR VI - BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR 6. Tinjauan Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan struktur bangunan pantai yang direncanakan dalam hal ini bangunan pengaman pantai

Lebih terperinci

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI Hansje J. Tawas, Pingkan A.K. Pratasis Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pantai selalu menyesuaikan bentuk

Lebih terperinci

PREDIKSI INFLOW WADUK BERDASARKAN OUTFLOW MENGGUNAKAN PERSAMAAN KONTINUITAS

PREDIKSI INFLOW WADUK BERDASARKAN OUTFLOW MENGGUNAKAN PERSAMAAN KONTINUITAS PREDKS NFLOW WADUK BERDASARKAN OUTFLOW MENGGUNAKAN PERSAMAAN KONTNUTAS Susilowati Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik - UNS Surakarta Jln. r. Sutami No.3A Surakarta 57 Hastiningrum Alumni

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM)

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM) PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM) Ronald P Panggabean NRP : 0221079 Pembimbing : Ir. Herianto

Lebih terperinci

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno Dosen Pembimbing : Ir.Adi Prawito,MM,MT. ABSTRAK Kabupaten Tuban,tepatnya di desa Jenu merupakan

Lebih terperinci