BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Untuk encaai tujuan enelitian, dierlukan beberaa engertian dan teori yang relevan dengan ebahasan. Dala bab ini akan diberikan beberaa teori berua definisi, teorea, auun lea yang berkaitan dengan konse struktur aljabar. 2. Gru dan Subgru Definisi 2. Gru G adalah sebuah siste aljabar yang terdiri atas suatu hiunan tak kosong G dan suatu oerasi biner ( * ) yang didefinisikan dala G serta eenuhi aksioa-aksioa berikut ini: () Oerasi * bersifat assosiatif, yaitu a * ( b * c) = (a * b) * c, untuk setia a, b, c G. (2) Terdaat eleen identitas eg sedeikian sehingga a e e a a, untuk setia a G. (3) Untuk setia a G, terdaat eleen a G sedeikian sehingga a a a a e. Sebuah Gru G disebut sebagai gru koutatif atau gru abelian jika oerasi * bersifat koutatif yang eenuhi aksioa: (4) a * b = b * a, untuk setia a, b G (Fraleigh 2003). Jika sebuah gru G eiliki julah eleen yang berhingga aka disebut gru berhingga (finite grou) dan jika julah eleen dari suatu gru G tak berhingga aka disebut gru tak berhingga (infinite grou). Order dari sebuah gru G saa dengan banyaknya eleen dala gru G yang dinotasikan dengan G (Guritan 2004). Contoh gru yang tidak asing lagi adalah bilangan bulat terhada oerasi enjulahan. Misalkan, eruakan hiunan bilangan bulat {..., 3, 2,,0,,2,3,...}. (, ) eruakan suatu gru, karena untuk setia a, b aka ( a b). Bila a, b, c aka a ( b c) a ( b c) juga eleen (eenuhi sifat assosiatif). 0 dan untuk setia a aka 0 a a 0 0 (0 eleen identitas. Bila a aka terdaat a sedeikian sehingga a ( a) ( a) a 0 ( a eleen invers). Gru ini juga eruakan gru koutatif, karena a b b a.

2 5 Misalkan gru G dan S sebarang hiunan bagian tidak kosong dari G, aka berikut eruakan definisi subgru yang saling ekuivalen, yaitu sebuah hiunan bagian S dari gru G disebut subgru dari G jika S sendiri ebentuk gru di bawah oerasi yang saa dengan yang diiliki G (Aliatiningtyas 2002). Sebagai contoh,, dan eruakan subgru dari terhada oerasi enjulahan. Tentu saja dan asing-asing eruakan gru terhada oerasi yang saa yaitu enjulahan. Misalkan S adalah hiunan bagian dari sebuah gru G. S dikatakan subgru dari G jika dan hanya jika eenuhi sifat berikut ini. i). S tertutu dala oerasi dala G, yaitu jika a, bs aka ab S. ii). S tertutu terhada inversnya, yaitu a S aka a S (Aliatiningtyas 2002). Bilangan bulat adalah gru terhada oerasi enjulahan. Misalkan S adalah hiunan bagian dari yang terdiri atas seluruh erkalian bilangan bulat ositif, yaitu S {..., 2,, 0,, 2,...}. Dengan enggunakan sifat di atas, aka daat ditunjukkan bahwa S adalah subgru dari G. Hubungan antara gru dan subgrunya daat ditabahkan dengan satu definisi yang disebut dengan koset. Definisi 2.2 Misalkan S adalah subgru dari gru G. Untuk setia a G, aka hiunan yang dinotasikan dengan as { as s S} disebut koset kiri dari S yang euat a dan S a { sa s S} disebut koset kanan dari S yang euat a (Aliatiningtyas 2002). Teorea 2.3 (Teorea Lagrange) Misalkan G yaitu gru berhingga dan S yaitu subgru dari G, aka order dari S ebagi order dari G (Aliatiningtyas 2002). Jika S eruakan subgru dari gru G, aka indeks dari S di dala G daat diartikan sebagai banyaknya koset dari S di dala G, dinotasikan (G : S) (Aliatiningtyas 2002).

3 6 Misalkan adalah sebuah gru bilangan bulat dala enjulahan dan subgru 3 {..., -6, -3, 0, 3, 6,...} terdiri atas keliatan 3. Terdaat tiga koset kiri yang berbeda dari 3 dala, yaitu = 3 = {..., -6, -3, 0, 3, 6,...}, + 3 = {..., -5, -2,, 4, 7,...}, = {..., -4, -, 2, 5, 8,...}. Meskiun dan 3 keduanya tak berhingga, indeks dari 3 dala adalah berhingga, yaitu ( :3 ) = 3 adalah banyaknya koset. 2.2 Gru Siklik Sebelu endefinisikan tentang gru siklik, aka berikut ini diberikan beberaa definisi yang terkait dengan order suatu unsur gru. Misalkan G adalah sebarang gru, a G dan bilangan bulat ositif, aka a : aa... a, kali a : a a... a, dan a 0 : kali e (Guritan 2004). Jadi, jika G adalah suatu gru dan a G ositif dan n berlaku huku eksonen berikut ini., aka untuk seua bilangan bulat ). a a n n a 2). ( a ) a n n 3). a ( a ) ( a ). Misalkan G gru, dan a G. Order dari eleen a dinotasikan O( a) didefinisikan sebagai bilangan bulat ositif terkecil sehingga a e. Jika tidak ada bilangan deikian, aka dikatakan order tak hingga (infinity) atau nol (Aliatiningtyas 2002). Teorea 2.4 ). Jika O( a), aka ada teat kuasa dari a (ower of a) yang asing-asing berbeda, yaitu 0 2 a e, a, a,..., a. 2). Jika O( a) tak hingga, aka seua kuasa dari a berbeda. Artinya, jika r dan s adalah dua bilangan bulat yang berbeda

4 7 aka a r s a. 3). Misalkan a adalah unsur dari gru G dan O( a), aka t a e jika dan hanya jika t adalah keliatan dari (t keliatan, artinya ada bilangan bulat q sehingga t q ) (Aliatiningtyas 2002). Definisi 2.5 Sebuah gru G dan sebuah eleen a G (a disebut eleen ebangun). Jika G a { a } aka G disebut gru siklis (cyclic grou). Jika G berhingga dan berorder, aka daat ditunjukkan G a a e a a a 0 2 {,,,..., }. Jika G adalah gru aditif, aka daat ditunjukkan G a { a } dan jika berorder, aka daat ditunjukkan G a {0a 0, a, 2 a,..., (-) a} (Guritan 2004). 2.3 Hooorfisa Gru dan Isoorfisa Definisi 2.6 Diberikan gru G dan H. Suatu hooorfisa gru dari G ke H adalah suatu fungsi f : G H sedeikian sehingga untuk sebarang a dan b di dala G, berlaku f ( ab) f ( a) f ( b) (Fraleigh 2003). Terkait dengan jenis fungsi, aka terdaat eat jenis hooorfisa f, yaitu: ). Jika f bersifat injektif, aka f disebut onoorfisa. 2). Jika f bersifat surjektif, aka f disebut eiorfisa. Dala hal ini, H disebut iej hooorfik dari G oleh f. 3). Jika f bersifat bijektif, aka f disebut isoorfisa. Dala hal ini, G dan H dikatakan isoorfik.

5 8 4). Jika f bersifat bijektif dan GH, aka f disebut autoorfise (Aliatiningtyas 2002). Definisi 2.7 Kernel dari f, ditulis Ker( f ) adalah hiunan dari eleen G yang iagenya adalah eleen identitas e dari H, yaitu Ker ( f ) { a G : f ( a) e}. Sedangkan Bayangan (Iage) dari f, ditulis f(g) atau I( f ) terdiri dari iage-iage dari eleen-eleen G dala f, yaitu I ( f ) { b H : b f ( a)}, untuk beberaa a G (Guritan 2004). Sebagai contoh, diberikan fungsi f : 6, 3, dengan f ( x) x(od 3), x 6 aka f eruakan hooorfisa, sebab x, x2 6 berlaku f(x +x 2 ) = (x + x 2 ) od 3 = (x od 3) + (x 2 od 3) = f(x ) + f(x 2 ) dan ker( f ) { x 6 f ( x) 0} { x x(od 3) 0} 6 {0, 3}. Dengan deikian, 3 disebut bayangan hooorfik dari G oleh f. Teorea 2.8 Misalkan G dan H adalah gru. Suatu fungsi f : G H adalah hooorfisa, aka sifat-sifat berikut dienuhi. ). f ( e) e (secara ilisit bahwa e ada ruas kiri adalah unsur identitas G dan e ada ruas kanan adalah unsur identitas H). 2). f ( a ) [ f ( a)] untuk setia a G. 3). I( f ) eruakan subgru dari H. 4). Ker( f ) eruakan subgru dari G (Guritan 2004). Selanjutnya, dua gru G dan Hdikatakan isoorfik (dinotasikan G H ), jika ada suatu isoorfisa dari G ke H. Sifat enting yang terkandung dari akna isoorfik adalah walauun secara fisik kedua gru tersebut berbeda, tetai dari segi struktur adalah

6 9 saa. Kesaaan struktur eegang eranan enting dala ateatika secara uu, karena tibulnya konse ateatika berangkat dari konse abstraksi. Jika kita eelajari bangun segitiga, aka kita tidak akan eertanyakan segitiga itu terbuat dari aa, naun bagaiana sifat-sifat dan struktur segitiga itu. Dari akna ini, jika G H (walauun ungkin eleen dan oerasi dari keduanya berbeda), aka sifat-sifat yang terkait dengan eleen dan oerasinya saa. Hal ini daat disajikan dala teorea berikut ini. Teorea 2.9 Sifat-sifat isoorfik ). Untuk gru berhingga, aka G H 2). G abelian jika dan hanya jika H abelian. 3). G siklik jika dan hanya jika H siklik. 4). G dibangkitkan oleh dua unsur jika dan hanya jika H dibangkitkan oleh dua unsur. 5). Julah unsur yang eunyai invers dirinya sendiri di dala GdanH adalah saa (Guritan 2004). Misalkan G adalah gru bilangan real dala enjulahan dan H adalah gru dari bilangan ositif real dala erkalian dengan eetaan f : G H yang didefinisikan oleh f ( a) 3 a, aka eetaan f eruakan hooorfisa karena ab a b f ( a b) f ( a) f ( b). Selanjutnya, f adalah injektif karena f ( a) f ( b) a b 3 3 a b dan f adalah surjektif karena untuk setia 3 a H terdaat a G sedeikian sehingga f ( a) 3 a. Dengan deikian, aka f adalah sebuah isoorfisa. 2.4 Gru Faktor dan Subgru Noral Definisi 2.0 Misalkan G gru dan S subgru dari G. Maka S disebut subgru noral dari G jika untuk setia g G, s S, gsg S (Aliatiningtyas 2002). Teorea 2. Misalkan G gru, S subgru dari G, aka S subgru noral dari G jika dan hanya jika gs = Sg untuk setia g G (Aliatiningtyas 2002).

7 0 Jika S adalah subgru noral dari gru G, aka koset dari S dala G ebentuk sebuah gru G / S di bawah oerasi ( as)( bs) abs. Gru ini disebut gru faktor (quotient) dari G dan S. Pernyataan ini daat disajikan dala teorea berikut. Teorea 2.2 Misalkan S adalah subgru noral dari gru G. Koset dari S dala G ebentuk sebuah gru G / S berorder G : S (Fraleigh 2003). Misalkan adalah gru bilangan bulat dala oerasi enjulahan dan isalkan 3 adalah subgru dari gru yang terdiri atas erkalian 3, aka 3 adalah subgru noral dari karena adalah gru koutatif. Misalkan 0,, dan 2 berturut-turut enyatakan 3 koset yaitu: {..., 3,0,3,6,...} 3 {..., 2,,4,7,...} {...,,2,5,8,...} aka gru faktor / 3 adalah {0,, 2}. Gru ini biasa disebut dengan Bilangan Bulat Modulo 3 dan dinyatakan dengan 3. Dengan cara yang saa, untuk setia bilangan bulat ositif, terdaat gru faktor yang disebut dengan bilangan bulat odulo. Terkait dengan definisi gru di atas, aka berikut ini diberikan konse tentang gru bilangan bulat odulo. Misalkan adalah bilangan bulat ositif. Untuk sebarang bilangan bulat x, x odulo dinotasikan dengan x od, yaitu sisa dari x dibagi oleh. Aturan julah odulo (digunakan notasi uu + ) ada bilangan bulat diartikan sebagai x y z z ( x y) od, sedangkan aturan kali odulo (digunakan notasi kali ada uunya) ada integer diartikan sebagai xy z z ( xy) od (Guritan 2004). Misalkan {0,, 2,..., ( )}. Julah odulo eruakan oerasi ada, dan daat ditunjukkan bahwa eruakan gru abelian yang selanjutnya disebut dengan gru bilangan bulat odulo. Dala hal ini, 0 adalah eleen identitas, jika a aka invers dari a adalah a. Di sisi lain, kali odulo eruakan oerasi ada

8 yang bersifat asosiatif, koutatif dan adalah eleen identitas. Naun tidak seua eleen eunyai invers, khususnya 0. Aaun nilai aka eleen 0 tidak eunyai invers (tidak ada eleen jika dikalikan 0 enghasilkan ). Jelas bahwa bukan gru terhada oerasi kali odulo. Dengan deikian, cuku beralasan jika endefinisikan hiunan {0}. Pertanyaannya, aakah * * akan enjadi gru terhada kali odulo?. Jawabannya bisa ya dan bisa juga tidak, hal ini tergantung ada nilai. Proosisi berikut eruakan dasar dari konse ini. Proosisi 2.3 * adalah bilangan ria (Guritan 2004). akan eruakan gru terhada oerasi kali jika dan hanya jika * 6 * Sebagai contoh, isalkan 6 {, 2, 3, 4, 5}. Hal ini daat ditunjukkan bahwa bukan eruakan gru karena 2 dan 3 tidak eunyai invers. Selanjutnya jika adalah ria, aka * kali odulo dan jika sx od. {, 2, 3,..., } eruakan gru abelian terhada oerasi * s aka invers dari s eruakan solusi dari ersaaan Teorea 2.4 Misalkan f : G H adalah eiorfisa dengan S = Ker( f ), aka H G / S (Herstein 964). Teorea 2.4 disebut dengan Teorea Fundaental Hooorfisa yang enyatakan bahwa setia iej hooorfik dari G adalah isoorfik dengan gru faktor dari G. Sebagai contoh, jika diberikan f : 6 3 dengan f ( x) 2x untuk setia x 6. Fungsi f adalah eiorfisa, karena untuk setia 2x 3 terdaat x 6 sehingga f ( x) 2x. Di sisi lain, ker( f ) S { x 6 f ( x) 0} { x 2x 0} 6 {0, 3}. Berdasarkan Teorea 2.4, aka 6 S 3.

9 2 2.5 Ring Definisi 2.5 Ring R adalah sebuah siste aljabar yang dibentuk oleh suatu hiunan tak kosong R dengan dua oerasi biner yaitu enjulahan (+) dan erkalian (.) yang didefinisikan dala R, dan eenuhi sifat berikut: ) (R, +) adalah gru abelian. 2) Oerasi erkalian bersifat asosiatif, yaitu a.(b.c) = (a.b).c untuk seua a, b, c R. 3) Oerasi erkalian bersifat distributif terhada enjulahan. Untuk setia a, b, c R eenuhi : Huku distributif kiri, yaitu a. (b + c) = (a. b) + (a. c), dan Huku distributif kanan, yaitu : (b + c). a = (b. a) + (c. a) (Fraleigh 2003). Jenis-jenis ring didefinisikan dengan enabahkan beberaa sifat oerasi erkalian yang lain ada Definisi 2.5 (2). Misalnya, jika oerasi erkalian bersifat koutatif ada ring R, aka R disebut dengan ring koutatif. Jika R eunyai unsur identitas di bawah oerasi erkalian (dinotasikan ) dan x.. x x, x R, aka R disebut dengan unsur kesatuan. Suatu ring yang hanya eunyai satu unsur yaitu 0 aka disebut dengan ring trivial, sedangkan ring yang lebih dari satu unsur disebut dengan ring nontrivial. Beberaa contoh ring yang tidak asing lagi adalah,,, dan. Keeat contoh tersebut eruakan ring tak-hingga dan ring koutatif dengan unsur kesatuan, sedangkan untuk ring berhingga daat diabil dengan oerasi enjulahan odulo, dan oerasi erkalian odulo. Definisi 2.6 Misalkan R adalah ring koutatif, a R, a 0. Unsur a disebut ebagi nol jika ada b 0, b R sehingga ab 0. Selanjutnya, suatu ring R dikatakan tidak euat ebagi nol jika dan hanya jika ab 0, aka a 0 atau b ). (Aliatiningtyas Jika R adalah ring dengan unsur kesatuan dan a R yang eenuhi aa a a untuk setia a R, aka a disebut berinvers (invertible) dan a disebut invers dari a. Untuk 0 yang eruakan identitas dari R terhada oerasi

10 3 enjulahan tidak berinvers karena andaikata berinvers aka ada a R sedeikian sehingga 0a 0. Definisi 2.7 Suatu ring yang koutatif dengan unsur kesatuan dan tidak euat ebagi nol disebut daerah integral (Aliatiningtyas 2002). Misalkan, 6 euat ebagi nol. Abil 2,36 aka 2 dan 3 disebut euat ebagi nol dala 6, karena 2.3 = 0 (erkalian dala odulo 6). Jadi 6 bukan daerah integral. 5 tidak euat ebagi nol, karena setia eleen tak-nol dala 5 eunyai invers, yaitu. =, 2.3 =, 3.2 = dan 4.4 =. Jadi 5 eruakan daerah integral. Definisi 2.8 Bilangan disebut karakteristik dari ring R jika adalah bilangan bulat ositif terkecil sehingga. a 0 untuk setia a R. Jika tidak ada bilangan seerti ini aka dikatakan berkarakteristik 0 (Aliatiningtyas 2002). Ring berkarakteristik 0, sebab tidak ada bilangan bulat sehingga. a 0 untuk setia a. Pada hanya untuk 0 sehingga 0. a 0 untuk setia a. Sedangkan eunyai karakteristik. Teorea 2.9 Di dala suatu daerah integral D dengan karakteristik tidak nol, aka karakteristiknya asti bilangan ria (Gallian 990). Teorea 2.20 Di dala suatu daerah integral D dengan karakteristik bilangan ria, aka ( ) untuk setia eleen, D (Guritan 2004). Definisi 2.2 Suatu ring koutatif ada unsur kesatuan dan setia unsur tak nolnya eunyai invers disebut field (Menezes, 997). Dari Definisi 2.2, daat diaati bahwa definisi field dieroleh dari engganti sifat (2) ada Definisi 2.5 dengan ernyataan bahwa R\ 0 adalah gru koutatif terhada oerasi erkalian. Dengan deikian, isalkan R adalah suatu ring yang koutatif aka,,. disebut field jika eenuhi sifat, adalah gru koutatif,

11 4 {0},. adalah gru koutatif, dan sifat distributif berlaku a( b c) ab ac dan ( a b) c ac bc. Contoh field tak-hingga di antaranya adalah, dan. Sedangkan contoh field berhingga daat diabil. Dari contoh sebelunya bahwa 5 tidak auat ebagi nol, aka 5 eruakan daerah integral. Selanjutnya, karena setia eleen tak-nol dala 5 eunyai invers, yaitu. =, 2.3 =, 3.2 = dan 4.4 = aka 5 juga eruakan field. Hal ini enunjukkan bahwa untuk setia daerah integral berhingga berkarakteristik bilangan ria adalah field dan setia field adalah daerah integral. Hal ini daat disajikan dala teorea berikut. Teorea 2.22 adalah field jika dan hanya jika adalah bilangan ria (Menezes 997). Sebagaiana di dala bahasan tentang subgru, suatu hiunan tak-kosong S di dala ring R disebut subring jika S sendiri eruakan ring terhada oerasi yang diiliki oleh R. Dala ebahasan ring secara keseluruhan, sub ring tidak begitu bereran dibandingkan dengan ideal. Jadi disini lebih enekankan enggunaan ideal dari ada subring. Definisi 2.23 Suatu hiunan bagian tak-kosong I dari ring R disebut ideal jika eenuhi aksioa-aksioa berikut ini. a. Tertutu terhada engurangan, yaitu a, b I ( a b) I. b. I enyera roduk di dala R, yaitu a I dan r R ar I dan ra I (Guritan 2004). Misalkan adalah ring dan didefinisikan hiunan seua bilangan bulat gena, aka adalah sebuah ideal dari. Hal ini daat ditunjukkan dengan enggunakan definisi Jelas 0. Misalkan x, y, aka terdaat k, l sehingga x k dan y l dieroleh x y k l ( k l). Jadi ( k l). Selanjutnya, untuk setia r, aka x. r ( k) r ( kr) juga eleen dari. Dengan deikian, adalah sebuah ideal dari.

12 5 Definisi 2.24 Misalkan R adalah ring koutatif dengan unsur kesatuan dan a R. Suatu hiunan, dilabangkan a, didefinisikan sebagai a { ra r R} eruakan ideal. Ideal yang deikian disebut ideal utaa (Princial Ideal) yang dibangun oleh a (Guritan 2004). Contoh, isalkan adalah ring. Ideal dari adalah hiunan seua bilangan bulat gena yang dibangun oleh 6 adalah 6 {..., 8, 2, 6, 0, 6,2,8,...} dan eruakan ideal utaa. Definisi 2.25 Suatu hooorfisa dari ring R ke ring ' R adalah suatu fungsi ' f : R R yang eenuhi: a. f ( a b) f ( a) f ( b), dan b. f ( ab) f ( a) f ( b), untuk setia a, b R. Jika f surjektif, aka ' R disebut bayangan hooorfik dari R. Kernel dari f didefinisikan Ker( f ) { x R f ( x) 0}, dan Range dari f didefinisikan Ran( f ) { f ( x) x R}. Jika f adalah hooorfisa yang bijektif, aka f disebut isoorfisa. Dala hal ini R dan (Guritan 2004). ' R dikatakan isoorfik, dinotasikan R R ' Sebagai ilustrasi, untuk setia integer kita daat endefinisikan sebuah fungsi f : oleh f ( x) x(od ). Fungsi f eruakan hooorfisa ring, isalkan a, b aka f ( a b) ( a b)(od ) a(od ) b(od ) f ( a) f ( b) dan f ( ab) ( ab)(od ) a(od ). b(od ) f ( a) f ( b) Di sisi lain, kernel dari hooorfisa f adalah

13 6 ker( f ) { a f ( a) 0} { a a(od ) 0} { a a k., k }. =. Teorea 2.26 Misalkan f : R R ' hooorfisa ring, aka ker( f ) { x R f ( x) 0} eruakan ideal dari R (Gallian 990). Definisi 2.27 Misalkan R ring dan I ideal dari R. Untuk a R, I a { i a i I} disebut koset dari I di dala R. Oerasi enjulahan dan erkalian ada koset-koset didefinisikan sebagai ( I a) ( I b) I ( a b) dan ( I a)( I b) I ab (Guritan 2004). Dari contoh sebelunya bahwa 6 {..., 8, 2, 6, 0, 6,2,8,...} adalah ideal utaa dengan koset-kosetnya adalah 6 0 {..., 8, 2, 6,0,6,2,8,...} 0, 6 {..., 7,, 5,,7,3,9,...}. 6 2 {..., 6, 0, 4, 2,8,4, 20,...} {..., 5, 9, 3,3,9,5, 2,...} {..., 4, 8, 2, 4,0,6, 22,...} {..., 3, 7,,5,,7,23,...} 5 Jadi hiunan koset-koset yang dibangun oleh 6 adalah 6 {0,, 2, 3, 4, 5}. Teorea 2.28 R I dengan oerasi enjulahan dan oerasi erkalian eruakan ring dan disebut ring faktor dari R oleh I (Guritan 2004).

14 7 Teorea 2.29 Jika I adalah ideal dari ring R, aka fungsi R I adalah ring dan eruakan bayangan hooorfisa dari R (Herstein 964). Teorea 2.30 Misalkan R dan ' R adalah asing-asing ring dan ' f : R R adalah eiorfisa dengan K adalah kernel dari f, aka R ' R K (Aliatiningtyas 2002). Misalkan adalah ring seerti ada contoh sebelunya, ker( f ) 6 adalah ideal, dan / 6 adalah ring faktor (quosen), aka / 6 isoorfik dengan 6. Definisi 2.3 Suatu ideal utaa I dari suatu ring R dikatakan ideal aksial jika tidak ada ideal T dari R sedeikian sehingga I T (Guritan 2004). Teorea 2.32 Misalkan R adalah ring koutatif dengan unsur kesatuan dan I adalah ideal dari R, aka I adalah ideal aksial jika dan hanya jika ring faktor R I adalah field (Gallian 990). 2.6 Ring Polinoial Misalkan R adalah ring koutatif dengan unsur kesatuan dan x eruakan sibol yang tak teta, aka setia eksresi dari a a x... a x a x disebut 0 olinoial dala x dengan koefisien ai R atau lebih sederhana disebut olinoial dala x atas R. Eksresi dari i0 a x i i disebut terinologi dari olinoial. Misalkan Polinoial dala x diodelkan dengan sibol a( x), b( x), f ( x ), dan lain-lain. i 0 i i0 f ( x) a a x... a x a x a x eruakan sebarang olinoial. Derajat dari olinoial f ( x) yaitu bilangan terbesar sehingga koefisien dari x bukan nol dan dinotasikan dengan deg f ( x ). Polinoial f ( x) 0 0 x... 0 x... yang seua koefisiennya nol disebut olinoial nol, dinotasikan dengan f ( x) 0, dan disebut olinoial tak berderajat. Jika olinoial tak nol f ( x) a a x... a x ax eunyai derajat, aka a 0 disebut

15 8 koefisien dean. Jika olinoial f ( x) a0, aka f ( x) berderajat nol dan disebut olinoial konstan. Sebarang olinoial yang koefisien deannya saa dengan disebut olinoial onik. Misalkan f ( x) a a x... a x a x berderajat dan 0 g x b b x b x n ( ) 0... n berderajat n, aka f ( x) g( x) jika dan hanya jika n dan a i b untuk setia k 0,,...,. Oerasi enjulahan dan erkalian dala ring i olinoial sistenya saa seerti dala aljabar eleenter. Misalkan fungsi f x a a x a x ( ) 0... dan didefinisikan g x b b x b x n ( ) 0... n, aka oerasi enjulahan f x g x c c x c x k ( ) ( ) 0... k, dengan c i a i b i untuk setia i. Oerasi erkalian didefinisikan f x g x c c x c x ( ) ( ) 0... i diana ci akbi k a0bi ab i... ai b aib0 k 0. n n Definisi 2.33 Misalkan R adalah ring koutatif, ring olinoial R[ x] adalah ring yang dibentuk oleh hiunan dari seua olinoial-olinoial dala x yang koefisiennya ada dala R dengan oerasi enjulahan olinoial dan oerasi erkalian olinoial (Menezes 997). Sebagai contoh, x 0 x..., 2 0x 0 x..., x x x , 2 2 x 0 0x x..., dan sebagainya. Dengan deikian, R[ x] daat dinyatakan secara 2 unik sebagai { a a x a x... a x } diana a i R. 0 2 Teorea 2.34 Jika R ring koutatif, aka R[ x] juga eruakan ring koutatif dan jika R eiliki unsur kesatuan aka juga eruakan unsur kesatuan dala R[ x ]. Teorea 2.35 Jika D adalah daerah integral, aka D[ x] juga daerah integral.

16 9 Teorea 2.36 Jika adalah field, aka [ x] daerah integral. Karena adalah daerah integral aka [ x] adalah daerah integral dan karena adalah field aka [ x] 5 5 adalah daerah integral. Teorea 2.37 Misalkan adalah field dan ring olinoial [ x]. Jika f ( x), g( x) [ x] dengan g( x) 0, aka ada olinoial unik q( x), r( x) [ x] sehingga f ( x) q( x) g( x) r( x) dengan r( x) 0 atau derajat r( x) derajat g( x) (Fraleigh 2003). Akibat 2.38 Misalkan adalah field. Eleen c dala adalah dari f ( x) [ x] jika dan hanya jika x c adalah faktor dari f ( x) dala [ x] (Gilbert 2004). Akibat 2.39 Sebuah olinoial berderajat atas field eunyai aling banyak akar dala (Gilbert 2004). Definisi 2.40 Misalkan g( x), h( x) [ x] keduanya tidak nol, aka Greatest Coon Divisor dari g( x) dan h( x) dinotasikan gcd( g( x), h( x)) adalah olinoial onik berderajat terbesar dala [ x] diana keduanya ebagi g( x) dan h( x ) (Menezes 997). Definisi 2.4 Suatu olinoial non-konstanta f ( x) [ x] dikatakan irreducible atas [ x] jika f ( x) tidak daat dinyatakan sebagai erkalian g( x) h( x) diana g( x) dan h( x) adalah dua olinoial dala [ x] yang keduanya berderajat lebih rendah dari derajat f ( x ) (Fraleigh 2003). Teorea 2.42 Misalkan adalah field dan f ( x) [ x]. Setia ideal dala [ x] adalah ideal utaa dan ideal f ( x) adalah ideal aksial jika dan hanya jika f ( x) adalah irreducible atas (Gallian 990).

17 Ruang Vektor Definisi 2.43 Misalkan adalah field dan isalkan sebarang hiunan V didefinisikan aturan julah dan aturan erkalian skalar. V disebut ruang vektor atas jika eenuhi 0 sifat-sifat berikut:. Untuk setia u, v V aka terdaat tunggal wv oerasi enjulahan: u v w. yang sehingga tertutu terhada 2. Untuk setia u, v, wv berlaku sifat assosiatif: ( u v) w u ( v w). 3. Untuk setia u V, terdaat tunggal identitas 0V sehingga 0 u u 0 u. 4. Untuk setia u V, terdaat tunggal invers v V sehingga u v u v 0 ( v u ). 5. Untuk setia u, v, wv berlaku sifat koutatif: u v v u. 6. Untuk setia k, dan setia u V aka terdaat tunggal v V terhada oerasi erkalian ku v. 7. Untuk setia k, dan setia u, v V aka k( u v) ku kv. sehingga tertutut 8. Untuk setia k, l, dan setia u V aka ( k l) u ku lu. 9. Untuk setia k, l, dan setia u V aka ( kl) u k( lu). 0. Untuk setia u V aka u u, diana adalah unsur identitas dari (,.). Unsur dari V disebut vektor dan unsur dari disebut skalar (Guritan 2005). Definisi 2.44 Misalkan V adalah vektor atas field.. Vektor v, v2,..., v dala ruang vektor V disebut bebas linear atas field jika cv c2v2... cv 0 engakibatkan seua skalar c, c2,..., c harus saa dengan nol. 2. Vektor v, v2,..., v dala ruang vektor V disebut bergantung linear atas field jika terdaat skalar c, c2,..., c yang tidak seuanya nol sehingga cv c2v2... cv 0 (Guritan 2005). Vektor-vektor v, v2,..., v akan ebentuk basis untuk ruang vektor V jika dan hanya jika v, v 2,..., v bebas linear dan erentang V.

18 2 2.8 Perluasan Field Definisi 2.45 Field disebut suatu erluasan dari field jika euat subfield (Fraleigh 2003). Definisi 2.46 Suatu eleen c dari erluasan field dari field adalah algebraic atas jika f ( c) 0 untuk beberaa olinoial tidak-nol f ( x) [ x]. Jika c bukan algebraic atas, aka c disebut dengan transendental atas (Fraleigh 2003). Misalkan adalah subfield dari field, dan c adalah eleen dala. Didefinisikan c : [ x] dengan aturan eetaan c( f ( x)) f ( c), diana f ( x) a a x... a x berderajat dan a 0 dala [ x]. Dengan enggunakan 0 Definisi 2.25, aka daat ditunjukkan bahwa c eruakan hooorfisa. Bagaiana dengan Kernel dari c? Ker( ) { f ( x) [ x] ( f ( x)) 0} c = { f ( x) [ x] f ( c) 0} = 0 c { f ( x) [ x] a a c... a c 0} Jadi Ker( c) adalah hiunan seua olinoial-olinoial f ( x) atas [ x] dan eunyai akar c. Berdasarkan Teorea 2.26, Ker( c) adalah ideal dari [ x] dan setia ideal dala [ x] adalah ideal utaa, terdaat ( x) [ x] Ker( ) ( x) c = h( x). ( x) h( x) [ x], diana ( x) sehingga adalah olinoial non konstanta berderajat terkecil, irreducible dan onik diana c eruakan akar dari ( x ). Selanjutnya akan dicari bayangan dari c. I( c ) { c( f ( x)), f ( x) [ x]} { f ( c), f ( x) [ x]}

19 22 { a a c... a c, f ( x) [ x]} ( c) 0 Dengan deikian, dieroleh c : [ x] ( c) adalah eiorfisa dengan ker( ) ( x), diana ( x) c adalah olinoial berderajat terkecil aka berdasarkan Teorea 2.30 berlaku [ x] f ( x) ( c). Karena ( x) adalah olinoial irreducible, aka berdasarkan Teorea 2.42 ( x) adalah ideal aksial. Selanjutnya, berdasarkan Teorea 2.32 aka ring faktor [ x] ( x) adalah field. Karena isoorfik, akibatnya ( c) juga field. Dari uraian di atas, dieroleh teorea berikut ini. Teorea 2.47 Misalkan adalah field dan ( x) [ x] adalah olinoial irreducible atas. Jika c eruakan akar dari ( x) dala beberaa erluasan aka [ x] ( x) [ c] adalah field (Gallian 990). Selanjutnya, jika akar c, aka ( c). Sebaliknya jika c dan c adalah algebraic aka ( c) eruakan erluasan field dari. Karena [ x] ( x) ( c), aka [ x] ( x) juga eruakan erluasan field dari. Definisi 2.48 Misalkan erluasan field dari field. Jika berdiensi berhingga sebagai ruang vektor atas, aka disebut erluasan berhingga berderajat atas (Rosdiana 2009). Definisi 2.49 Suatu erluasan field dari field disebut erluasan tunggal jika ( c) untuk suatu c (Rosdiana 2009). Teorea 2.50 Misalkan ( c) dengan c algebraic atas. Misalkan derajat dari erluasan yaitu, aka setia eleen dari ( c) daat dinyatakan secara unik dala bentuk b b c... b c diana b [ x] (Fraleigh 2003). 0 i

20 23 Teorea 2.5 Misalkan erluasan field dari field dan c algebraic atas. Jika derajat dari erluasannya, aka ( c) 0 2 dengan basis { c, c, c,..., c } (Fraleigh 2003). adalah ruang vektor atas berdiensi- Sebagai contoh, bilangan rasional eruakan field tak hingga, dan 2. 2 bukan eruakan akar dari sebarang olinoial onik berderajat atas, karena olinoial x 2 [ x]. Tetai 2 eruakan akar dari olinoial 2 x 2, aka 2 adalah eleen algebraic atas. Karena 2 adalah eleen algebraic atas, aka olinoial 2 x 2 eruakan olinoial iniu atas. Jadi derajat dari erluasan adalah ( 2) 2 dengan basisnya {, 2}. Dengan deikian, setia eleen dala ( 2) eruakan kobinasi linear dari dan 2 yang berbentuk a b 2 diana a, b, dinotasikan dengan ( 2) { a b 2 a, b}. Teorea 2.52 (Eksistensi dan kekhasan finite field). Jika adalah finite field aka terdiri dari ria dengan. eleen dengan adalah bilangan 2. Untuk setia ria berorder dinotasikan dengan GF( ), terdaat finite field yang khas berorder (Menezes 997).. Field ini Teorea 2.53 Misalkan f ( x) [ x] adalah olinoial irreducible berderajat, aka [ x] f ( x) adalah finite field berorder. Oerasi enjulahan olinoial dan oerasi erkalian olinoial dilakukan dala odulo f ( x ) (Menezes 997). Dua teorea berikut ini eruakan dasar dari algorite untuk engecekan aakah olinoial f ( x) irreducible atau tidak, dan engecekan aakah olinoial irreducible f ( x) adalah riitif atau tidak. Teorea 2.54 Jika adalah bilangan ria dan adalah integer ositif, aka berlaku: ). Produk dari seua olinoial irreducible onik dala [ x ] ebagi atau faktor dari saa dengan x x. yang derajatnya

21 24 2). Misalkan f ( x) adalah olinoial berderajat dala [ x ], aka f ( x) irreducible atas [ x i ] jika dan hanya jika gcd( f ( x), x x), untuk setia i 2. Teorea 2.55 Misalkan adalah bilangan ria dan isalkan eunyai faktor-faktor ria yang berbeda dari adalah r, r2,..., r t, aka olinoial ireducible f ( x) [ x] adalah riitif jika dan hanya jika untuk setia i t berlaku x ( ) / r i (od f ( x)). Definisi 2.56 Misalkan GF( ) adalah finite field berkarakteristik, dan isalkan c GF( ). Polinoial iniu dari c atas adalah olinoial onik berderajat terkecil atas [ x ] dengan c sebagai akarnya (Menezes 997). Teorea 2.57 Jika c adalah algebraic atas, aka olinoial iniu ( x) atas eunyai sifat:. ( x) adalah olnoial irreducible atas [ x ]. 2. Derajat dari ( x) adalah ebagi dari. 3. Misalkan t adalah bilangan bulat terkecil sedeikian sehingga t ( x) ( x c i ) (Menezes 997). i0 t c c, aka 2.9 Koleksitas Koutasi Algorite aritetik yang dihasilkan daat dianalisis dari segi fungsi koleksitas waktu (tie-colexity function), yaitu sebagai fungsi untuk engukur banyaknya oerasi dala suatu algorite yang eunyai variabel inut n. Yang diaksud dengan banyaknya oerasi adalah banyaknya oerasi dasar (julah, kurang, kali dan bagi) ditabahkan dengan assignent dan erbandingan (eksresi logika). Setelah endefinisikan fungsi f ( n) untuk suatu algorite, keudian dengan Tabel O- Besar kita tentukan order dari f sebagai ukuran efisiensi algorite yang bersangkutan (Guritan 2004). Naun deikian, algorite aritetik yang dihasilkan dala enelitian

22 25 ini tidak terlalu ebutuhkan inforasi beraa julah oerasi dasar tersebut, akan tetai yang dibutuhkan adalah erkiraan kasar kebutuhan waktu algorite dan seberaa ceat fungsi kebutuhan waktu itu tubuh. Kinerja algorite akan taak untuk n yang sangat besar, bukan ada n yang berukuran kecil. Untuk n yang berukuran kecil aka erbedaan keceatannya tidak akan terlihat. Tetai, bila algorite tersebut diterakan untuk n yang berukuran lebih besar aka erbedaan keceatannya akan terlihat sangat berarti.

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8. BAB III BAHASAN KONSTRUKSI GF( ) Untuk engonstruksi GF( ) dala penelitian ini dapat dilakukan dengan engacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 28 Karena adalah bilangan pria, aka berdasarkan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 m ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M

KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 m ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis berupa definisi teorema sifat-sifat yang berhubungan dengan teori bilangan integer modulo aljabar abstrak masalah logaritma diskret

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis sebagai landasan teori dalam penelitian ini yaitu teori bilangan, bilangan bulat modulo?, struktur aljabar dan masalah logaritma

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: RING

STRUKTUR ALJABAR: RING STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari

Lebih terperinci

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d 1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

TUGAS KAPITA SELEKTA KELOMPOK ALJABAR FIELD BERHINGGA DOSEN PEMBINA: DR. AGUNG LUKITO, M.S. OLEH: MOH

TUGAS KAPITA SELEKTA KELOMPOK ALJABAR FIELD BERHINGGA DOSEN PEMBINA: DR. AGUNG LUKITO, M.S. OLEH: MOH TUGAS KAPITA SELEKTA KELOMPOK ALJABAR FIELD BERHINGGA DOSEN PEMBINA: DR. AGUNG LUKITO, M.S. OLEH: MOH. HAFIYUSHOLEH (117936019) PROGRAM STUDI S3 PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2012 0

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Mateatika Oleh : NURSUKAISIH 0854003938

Lebih terperinci

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga Departent of Matheatics FMIPA UNS Lecture 3: Relation C A. Universal, Epty, and Equality Relations Diberikan sebarang hipunan A. Maka A A dan erupakan subset dari A A dan berturut-turut disebut relasi

Lebih terperinci

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN Yuiati (yui@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT The Sith noral for and left good atrix have been known in atrix theore. Any atrix over the principal

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field. STRUKTUR ALJABAR II Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field RING (GELANGGANG) Ring adalah himpunan G yang tidak kosong dan berlaku dua oprasi biner (penjumlahan dan

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA

Lebih terperinci

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi

Lebih terperinci

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014 MATHunesa (Volue 3 No 3) 014 KODE SSRS (SUBSPACE SUBCODES OF REED-SOLOMON) Afifatus Sholihah Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Surabaya e-ail: afif165@yail.co

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK Oleh : Dra. Eleonora Dwi W., M.Pd Ahmadi, M.Si FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Untuk lebih mudah memahami, akan diberikan beberapa contoh. Berikut ini

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang grup, ring, dan modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. 2.1 Ring Sebelum didefinisikan pengertian

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1. Pengembangan Teorema Dalam enelitian dan erancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberaa teorema uji rimalitas yang terbaru. Teorema-teorema

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. STRUKTUR ALJABAR SEMIGRUP Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. Contoh 1 (Z, +) merupakan sebuah semigrup. Contoh 2 Misalkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field. Hal ini dimulai dengan memberikan pengertian dari group

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu II KONSEP DASAR GRUP Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan aljabar abstrak abstract algebra Sistem aljabar algebraic system terdiri dari suatu himpunan obyek satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 6 RING (GELANGGANG) Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat suatu Ring, Integral Domain dan Field Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum DINAIKA LINEAR Teori Singkat Huku-huku Newton tentang Gerak. Huku Newton Benda yang dia atau berada dala gerak dengan keceatan konstan akan terus berada dala keadaan geraknya kecuali ada gaya yang bekerja

Lebih terperinci

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Jurnal Matematika Vol. No. November 03 [ : 8 ] TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Gani Gunawan dan Suwanda Program Studi Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Bandung Prgram Studi Statistika, Fakultas

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph ) 1 Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antiagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antiagic Total Labeling of Crown String Graph ) Enin Lutfi Sundari, Dafik, Slain Pendidikan Mateatika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT

ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT M. And Rhudito, dkk., Aljabar Max-Plus Bilangan Kabur ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzz Nuber Max-Plus Algebra) M. And Rudhito, Sri Wahuni 2, Ari Suparwanto 2 dan F. Susilo 3 Jurusan Pendidikan Mateatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

Research Consortium OPPINET, Institut Teknologi Bandung

Research Consortium OPPINET, Institut Teknologi Bandung IATMI 006-TS-9 PROSIDING, Siosiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 006 APLIKASI NILAI EFISIENSI ALIRAN DAN METODE SEQUENTIAL

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab II ini berisi kajian teori. Di bab ini akan dijelaskan beberapa definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang mendasari teori kode BCH. A. Grup

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie Iuls dan Moentu y. Aan S. Arcadie A. Iuls (I ---- Ns) ada saat Anda enendang bola, gaya yang diberikan kaki aada bola teradi dala waktu yang sangat singkat. Gaya seerti ini disebut sebagai gaya iulsif.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas) I PENDAHULUAN Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas) di sehingga., maka disebut grup periodik dan disebut periode dari. Serta fakta bahwa

Lebih terperinci

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dipaparkan dasar-dasar yang akan digunakan pada bagian pembahasan dari skripsi ini. Tinjauan yang dilakukan dengan memaparkan definisi mengenai himpunan fuzzy, struktur

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup BAB 3 DASAR DASAR GRUP Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan

Lebih terperinci

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar Mashuri, Kristina Wijayanti, Rahayu Budhiati Veronica, Isnarto Jurusan Matenmatika FMIPA

Lebih terperinci

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..

Lebih terperinci

BAB I Ring dan Ring Bagian

BAB I Ring dan Ring Bagian BAB I Ring dan Ring Bagian Sistem bilangan yang telah dikenal seperti bilangan bulat, bilangan rasional dan bilangan kompleks mempunyai dua operasi yang didefinisikan padanya yaitu penjumlahan dan pergandaan.

Lebih terperinci

Antonius C. Prihandoko

Antonius C. Prihandoko Antonius C. Prihandoko Didanai oleh Proyek DIA-BERMUTU 2009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember Prakata Puji syukur ke hadirat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi + 5 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah salah satu mata kuliah dalam jurusan matematika yang mempelajari tentang himpunan (sets), proposisi, kuantor, relasi, fungsi, bilangan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Graf Graf G= (V G,E G ) adalah suatu siste yang terdiri dari hipunan berhingga tak kosong V G dari objek yang dinaakan titik (ertex) dan hipunan E G, pasangan tak berurut dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai teori grup. 2.1 Grup Dalam struktur aljabar, himpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung proses penelitian. 2.1 Teori Grup Definisi 2.1.1 Operasi Biner Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya STRUKTUR ALJABAR 1 Kristiana Wijaya i ii Daftar Isi Judul Daftar Isi i iii 1 Himpunan 1 2 Partisi dan Relasi Ekuivalen 3 3 Grup 6 4 Koset Dan Teorema Lagrange, Homomorphisma Grup Dan Grup Faktor 11 Indeks

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b = BAB II TEORI DASAR 2.1. Group Misalkan operasi biner didefinisikan untuk elemen-elemen dari himpunan G. Maka G adalah grup dengan operasi * jika kondisi di bawah ini terpenuhi : 1. G tertutup terhadap.

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA

RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA BAB 8 RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Faktor dan Homomorfisma Ring Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut:

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut: Bagian 5. RUANG VEKTOR 5.1 Lapangan (Field) Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut: 1. dan 2., 3.,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 m ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M

KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 m ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

1 P E N D A H U L U A N

1 P E N D A H U L U A N 1 P E N D A H U L U A N 1.1.Himpunan Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang terdefenisi dengan baik (well defined). Artinya bahwa untuk sebarang objek x yang diberikan, maka kita selalu akan dapat

Lebih terperinci

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang PENGANTAR GRUP Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang email:ymcholily@gmail.com March 18, 2013 1 Daftar Isi 1 Tujuan 3 2 Pengantar Grup 3 3 Sifat-sifat Grup

Lebih terperinci

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN K-1 Kelas X matematika WAJIB PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan linear

Lebih terperinci

matematika Wajib Kelas X PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. DEFINISI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

matematika Wajib Kelas X PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. DEFINISI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-3 Kelas X matematika Wajib PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami definisi dan solusi persamaan linear

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi tersebut adalah modul. Untuk membahas pengertian tentang suatu modul harus dimengerti lebih

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD?????? SALAMIA

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD?????? SALAMIA EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD SALAMIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis

Lebih terperinci

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 ) MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat dari suatu unsur-unsur pada beberapa sistem aljabar. Unsur-unsur tersebut bisa berupa bilangan dan juga suatu peubah.

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 Indah Emilia Wijayanti Departemen Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS STRUKTUR ALJABAR 1 Winita Sulandari FMIPA UNS Pengantar Struktur Aljabar Sistem Matematika terdiri dari Satu atau beberapa himpunan Satu atau beberapa operasi yg bekerja pada himpunan di atas Operasi-operasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR Elma Rahayu Manuharawati Jurusan Matematika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya 603 Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA

BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN 005 Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii

Lebih terperinci

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Handout MK Aljabar Abstract PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Disusun oleh : Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc, Ph.D e-mail: antoniuscp.ilkom@unej.ac.id Staf Pengajar Pada Program Studi Sistem

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan

Lebih terperinci

METODA PELETAKAN AKAR ADAPTIF LANGSUNG PADA TANGKI REAKTOR. Iskandar Aziz Dosen PNS dpk pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Almuslim ABSTRAK

METODA PELETAKAN AKAR ADAPTIF LANGSUNG PADA TANGKI REAKTOR. Iskandar Aziz Dosen PNS dpk pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Almuslim ABSTRAK METODA PELETAKAN AKAR ADAPTIF LANSUN PADA TANKI REAKTOR Iskandar Aziz Dosen PNS dk ada Progra Studi Teknik Siil Universitas Alusli ABSTRAK Tulisan ini eresentasikan etoda eletakan akar adatif langsung

Lebih terperinci

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X)

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X) Hasil Kali Dalam Berbobot ada Ruang L () Muhammad Jakfar, Hendra Gunawan, Mochammad Idris 3 Universitas Negeri Surabaya, muhammadjakfar@unesa.ac.id Institut Teknologi Bandung, hgunawan@math.itb.ac.id 3

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif); II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi Grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011 0 KATA PENGANTAR Aljabar abstrak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008 Soal-Soal dan Pebahasan Mateatika IPA SBMPTN/SNMPTN 008. Diketahui fungsi-fungsi f dan g dengan f(x) g(x) x - x untuk setiap bilangan real x. Jika g(), f ' () f(), dan g ' () f(), aka g ' () A. C. 0 E.

Lebih terperinci

Part II SPL Homogen Matriks

Part II SPL Homogen Matriks Part II SPL Homogen Matriks SPL Homogen Bentuk Umum SPL homogen dalam m persamaan dan n variabel x 1, x 2,, x n : a 11 x 1 + a 12 x 2 + + a 1n x n = 0 a 21 x 1 + a 22 x 2 + + a 2n x n = 0 a m1 x 1 + a

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu

Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu BAB IV RELASI DAN FUNGSI Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu relasi, relasi invers, relasi identitas, pengertian fungsi, bayangan invers

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP)

STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Diktat Kuliah STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Oleh : HENDRIJANTO, M.Pd FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA IKIP PGRI MADIUN M A D I U N 2011 BAB I Pendahuluan Dasar-dasar teori berikut ini sangat penting dalam pembahasan

Lebih terperinci