BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA"

Transkripsi

1 BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN 005

2 Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii Kometensi iii Informasi... iv Skenario Pembelajaran... v Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingku Bab II Materi Pembelajaran Bilangan Real untuk Siswa SMK. A. Sejarah Bilangan... B. Macam-macam Bilangan... 4 C. Perbandingan senilai dan berbalik nilai... 0 D. Bilangan Berangkat dan Bentuk Akar... 4 E. Logaritma... F. Fungsi Eksonen... 8 Kunci Jawaban Latihan Soal... Bab III Penutu 4 Daftar Pustaka vi ii

3 Kometensi Menjelaskan konse konse dasar materi/okok bahasan matematika yang akan diajarkan keada eserta diklat meliuti:. Menerakan oerasi hitung bilangan real dan sifat sifatnya. Mendeskrisikan dan menggunakan fungsi eksonen dan logaritma serta sifat sifatnya. iii

4 INFORMASI. Kometensi Prasyarat Kometensi rasyarat yang sebaiknya dimiliki oleh ara eserta diklat sebelum memelajari bahan ajar ini adalah memahami himunan bilangan Asli, Cacah, Bulat, Rasional dan Irasional beserta oerasinya.. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam memelajari bahan ajar ini adalah aabila etatar memiliki kemamuan untuk menjelaskan bilangan real dan melakukan oerasi hitung ada bilangan real. iv

5 SKENARIO PEMBELAJARAN 0 menit 0 menit 60 menit Pendahuluan Aersesi Penyamaian Materi Tujuan Ruang Lingku Memberi motivasi dengan diskusi sejarah bilangan 0 menit Penutu Kesimulan 0 menit Diskusi Penyelesaian soal-soal v

6 Daftar Pustaka Allen R. Angel Stuart R. Porter. A Survey of Mathematics with Alications. USA: Addison Wesley Publishing Comany. Richard G. Brown Advanced Mathematics. Precalculus with Discrete Mathematics and Data Analysis. Boston: Hughtin Mifflin Comany. Marsudi Raharjo. 00. Aritmetika (erangkatan, logaritma, aroksimasi, dan barisan deret. Yogyakarta: PPPG Matematika vi

7 Bagian I Pendahuluan A. Latar Belakang Bilangan real atau disebut juga bilangan nyata meruakan bilangan yang sering digunakan dalam kehiduan sehari-hari. Misalnya ketika melakukan transaksi jual beli, ketika seorang edagang gula membagi satu kilogram gula menjadi beberaa bagian, ketika seorang tukang kayu mengukur tinggi intu yang teat untuk bangunan yang didirikannya, ketika seorang nasabah bank menghitung ersentase hasilbagi dari uang simanannya dan sebagainya. Oerasi hitung ada bilangan real yang meliuti enjumlahan, engurangan, erkalian, embagian, emangkatan dan enarikan akar juga sering digunakan dalam kehiduan sehari-hari meskiun mungkin orang tidak begitu sadar telah menggunakannya. Mengingat enting dan luasnya enggunaan bilangan real dalam kehiduan sehari-hari maka bilangan real erlu dimasukkan sebagai salah satu materi embelajaran di SMK baik SMK teknik mauun SMK nonteknik. B. Tujuan Setelah embelajaran materi bilangan real diharakan eserta diklat mamu untuk:. melakukan oerasi hitung ada bilangan real. membedakan engertian erbandingan senilai dan berbalik nilai

8 . menjelaskan sifat-sifat bilangan berangkat dan bentuk akar 4. menyelesaikan soal logaritma 5. menyelesaikan fungsi eksonen C. Ruang Lingku Materi yang dielajari dalam bahan ajar ini meliuti oerasi hitung ada bilangan real, erbandingan senilai dan berbalik nilai, sifat-sifat bilangan berangkat dan bentuk akar, logaritma dan fungsi eksonen.

9 Bagian II Bilangan Real A. Sejarah Bilangan Untuk memotivasi embelajaran bilangan real daat diceritakan secara singkat sejarah bilangan sebagai berikut. Bilangan selalu muncul akibat kebutuhan manusia. Bilangan yang ertama kali dikenal adalah bilangan asli. Bilangan ini muncul akibat kebutuhan manusia untuk menghitung. Kemudian muncul bilangan nol, suatu bilangan yang menyatakan kekosongan. Maka dikenalkan bilangan cacah. Setelah oerasi hitung dikenal, muncul bilangan negatif untuk mengatasi kebutuhan akan hasil engurangan dua bilangan asli yang bilangan ertama lebih kecil dari bilangan kedua, maka dikenalkan bilangan bulat. Kemudian untuk mengatasi masalah embagian dua bilangan yang hasilnya bukan bilangan bulat, dierlukan bilangan rasional. Sedangkan bilangan irasional muncul karena adanya oerasi angkat dua, ketika ternyata diketahui bahwa tidak selalu ada bilangan rasional yang memenuhi a = b. Gabungan Bilangan Rasional dan Irasional kemudian disebut bilangan Real. Sekitar abad 6, ara ahli matematika mulai menggunakan bilangan yang memiliki akar negatif, contohnya, 5, 8, dan sebagainya. Maka muncullah himunan bilangan imajiner. Selanjutnya, bilangan yang terbentuk dari bilangan real dan bilangan imajiner disebut bilangan komleks.

10 B. Macam-macam Bilangan Berikut ini ringkasan materi mengenai himunan-himunan bilangan.. Bilangan asli/natural Numbers Bilangan asli adalah yang digunakan untuk menghitung. Karena dalam menghitung kita memulai dengan, maka himunan bilangan asli juga dimulai dari,,, 4,.dan seterusnya. Simbol yang sering digunakan untuk himunan bilangan asli adalah A atau N. Bilangan asli dibagi menjadi kelomok yaitu bilangan gena dan bilangan ganjil. Bilangan gena adalah bilangan yang habis dibagi, sedangkan bilangan ganjil tidak habis dibagi. Himunan bilangan gena adalah G= {, 4, 6, 8, } Himunan bilangan ganjil adalah J = {,, 5, 7,.} Setia bilangan asli yang lebih dari daat dikelomokkan menjadi bilangan rima atau bilangan komosit/tersusun. Sedangkan tidak termasuk keduanya, adalah unit/satuan. Untuk menentukan bilangan rima yang tidak terlalu besar daat digunakan metode Saringan Erastothenes. Teorema dasar aritmetika menyatakan bahwa setia bilangan komosit daat dinyatakan sebagai hasilkali bilangan-bilangan rima. Misalnya 00 daat dinyatakan dengan..5. Ini disebut juga faktorisasi rima dari 00. 4

11 . Bilangan Cacah/Whole Numbers Bilangan cacah adalah semua bilangan asli ditambah dengan 0. Simbol bilangan cacah adalah C.. Bilangan bulat/integers Bilangan bulat adalah semua bilangan cacah ditambah dengan bilangan bulat negatif. 4. Bilangan rasional Bilangan rasional adalah bilangan yang daat dinyatakan dalam bentuk /q, dimana dan q adalah bilangan bulat dan q 0. Simbol bilangan rasional adalah Q. Jika habis dibagi q maka bilangan itu adalah bilangan bulat (ecahan alsu), jika tidak maka berua ecahan. Ada 4 macam ecahan yaitu ecahan sejati, ecahan camuran, ecahan alsu dan ecahan desimal. Bilangan rasional yang dinyatakan dalam bentuk ecahan desimal daat berua desimal terbatas dan desimal tak terbatas berulang 5. Bilangan irasional Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak daat dinyatakan dalam bentuk /q, dimana dan q adalah bilangan bulat dan q 0. Bilangan irasional dikenal sejak sekitar 600 SM di Yunani, ketika orang berusaha mencari solusi dari rumus Pythagoras a +b =c untuk a= dan b= ternyata tidak ada bilangan rasional yang teat untuk c, 5

12 karena tidak ada bilangan rasional yang jika dikalikan dengan dirinya sendiri hasilnya. Ketika dinyatakan dalam desimal, bilangan irasional adalah desimal yang tak terbatas dan tak berulang. Contoh bilangan Irasional yang menarik adalah π yaitu bilangan yang didaat dari erbandingan antara keliling dan luas lingkaran. 6. Bilangan Real/Bilangan Nyata Bilangan real adalah gabungan dari bilangan rasional dan bilangan Irasional. Simbol bilangan real adalah R. Oerasi hitung ada bilangan real meliuti antara lain enjumlahan, engurangan, erkalian, embagian, emangkatan, enarikan akar, dan logaritma. Sifat tertutu (closure): Jika dilakukan oerasi tertentu ada anggota suatu himunan bilangan dan hasilnya adalah bilangan yang meruakan anggota himunan bilangan itu maka dikatakan himunan itu tertutu dalam oerasi tersebut. Contoh: Dalam himunan bilangan asli. Oerasi enjumlahan bersifat tertutu, tetai oerasi engurangan tidak, karena 5 7 = -, dan bukanlah anggota bilangan asli. Sifat-sifat oerasi ada bilangan real dierlihatkan ada tabel berikut. Untuk a, b, c R berlaku: a. Sifat komutatif ada enjumlahan: a + b = b + a 6

13 b. Sifat komutatif ada erkalian: a x b = b x a c. Sifat asosiatif ada enjumlahan: (a + b) + c = a + (b + c) d. Sifat asosiatif ada erkalian: (a x b) x c = a x (b x c) e. Sifat distributif erkalian terhada enjumlahan: ax(b+c)=(axb)+(axc). Identitas ada enjumlahan adalah 0 sedangkan identitas ada erkalian adalah. Invers enjumlahan adalah lawannya, misalnya invers a adalah a. Invers erkalian adalah kebalikannya, misalnya invers a adalah /a 7. Bilangan imajiner Kata imajiner digunakan untuk menggambarkan bilangan seerti, 5, 8. Unit imajiner (disimbolkan i) didefinisikan sebagai berikut: i = dan i = -. Selanjutnya didefinisikan akar dari bilangan negatif sebagai berikut: jika a > 0, a = i a 8. Bilangan komleks Setia bilangan yang berbentuk a+bi, dimana a dan b adalah bilangan real dan i adalah unit imajiner, disebut bilangan komleks. Contohnya 4i, +i, i 7, 7 dan 0. Pada a+bi, a di sebut bagian real, dan b disebut bagian imajiner. Jika b 0, maka bilangan tersebut disebut bilangan imajiner. Pada bilangan imajiner, a+bi, jika a = 0, maka disebut bilangan imajiner murni. Contohnya i, -i, i 7 dan sebagainya. 7

14 Dua bilangan komleks a+bi dan c+di dikatakan sama, jika dan hanya jika a=c dan b=d. Berikut ini kedudukan bilangan real dalam sistem bilangan. Bilangan ganjil Bilangan gena Bilangan rima Bilangan Asli 0 komosit Bilangan bulat ositif Bilangan Negatif Bilangan Cacah Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Rasional Bilangan Pecahan Biasa Bilangan Pecahan Desimal terbatas/berulang Bilangan Real Bilangan imajiner Bilangan Komleks Contoh soal dan embahasan:. Bagaimana langkah-langkah menentukan semua bilangan rima di bawah 0 dengan metode Saringan Erasthotenes? Pembahasan a. Tulislah semua bilangan asli dibawah 0. b. Coretlah 8

15 c. Lingkarilah, bilangan rima yang ertama, lalu coret semua keliatan, yaitu 4, 6, 8, 0, 0 dst d. Lingkarilah, bilangan rima yang kedua. Lalu coret semua keliatan, yang belum tercoret. e. Lanjutkan roses ini samai mendaat bilangan rima, di mana x atau lebih dari bilangan bilangan terakhir yang tertulis yaitu Jadi P = {,, 5, 7,,, 7, 9,, 9}. Tunjukkan bahwa 0, adalah bilangan rasional! Pembahasan Misalkan x = 0, Maka 000x =56, x =56, x = 0, x = 56 x = Karena sesuai dengan definisi bilangan rasional maka 999 0, adalah bilangan rasional Latihan. Tentukan semua bilangan komosit antara 0 samai 50!. Daat digolongkan dalam sistem bilangan aa sajakah bilanganbilangan di bawah ini? 9

16 a. 7 b. - c. e =,788 d. 4, e. 8 7 f.,4 C. Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai Arti erbandingan: Perbandingan dua bilangan adalah hasilbagi bilangan ertama dengan bilangan kedua. Contohnya erbandingan antar 5 dan 7 daat ditulis 5 banding 7 atau 5:7 atau 5/7. Perbandingan juga boleh ditulis dalam ersen atau desimal.. Perbandingan Senilai/berbanding lurus Untuk memulai embelajaran mengenai erbandingan senilai daat diberikan masalah engantar sebagai berikut. Sebuah mobil melaju dengan keceatan rata-rata 5 km/jam. Jika mobil itu menemuh jarak 00 km maka dierlukan waktu 4 jam. Jika jarak yang ditemuh bertambah menjadi 00 km, bagaimana waktu yang dierlukan? Semakin bertambah atau semakin berkurang? Dari sini eserta diklat dibimbing untuk melihat bagaimana hubungan antara jarak dengan waktu temuh jika keceatan teta. Ternyata dengan keceatan teta sementara jarak yang ditemuh bertambah maka waktu yang dierlukan juga akan bertambah. Perbandingan senilai terjadi aabila jika salah satu komonen yang dibandingkan semakin besar maka komonen yang lain juga akan semakin besar. 0

17 . Perbandingan berbalik nilai/berbanding terbalik Berikut ini alternatif masalah engantar yang daat diajukan. Misalkan untuk menyelesaikan suatu ekerjaan dalam waktu 0 hari dierlukan 0 ekerja. Jika jumlah ekerja ditambah bagaimana waktu yang dierlukan? Semakin lama atau semakin singkat? Dari sini daat dilihat bahwa erbandingan berbalik nilai terjadi aabila salah satu komonen yang dibandingkan naik maka komonen yang lain justru akan turun. Alternatif lain untuk menggambarkan erbandingan berbalik nilai adalah hubungan antara volum dengan tekanan gas. Jika volum ditambah maka tekanan gas akan turun atau jika volum dikurangi maka tekanan akan meningkat. Contoh soal dan embahasan:. Untuk mengecat dinding seluas meter ersegi seorang tukang cat memerlukan waktu 5 menit. Beraakah waktu yang dierlukan untuk mengecat dinding seluas 00 meter ersegi? Pembahasan: m 5 menit 00 m x menit Perbandingan senilai =.x = x = 500 x = = 66 menit 00 x Jadi waktu yang dierlukan tukang cat itu untuk mengecat dinding seluas 00 m adalah 66 menit

18 . Untuk menyelesaikan embuatan lemari orang tukang kayu bekerja bersama-sama dan mereka memerlukan waktu 0 jam kerja efektif. Jika ekerjanya ditambah menjadi 5 orang, beraa jam waktu yang dierlukan? Jawaban: orang 0 jam 5 orang x jam Perbandingan berbalik nilai x 60 = 5.x =.0 5x = 60 x = = Jadi waktu yang dierlukan oleh 5 orang ekerja tersebut adalah jam kerja efektif.. Suatu ekerjaan jika diselesaikan 4 orang selesai 0 hari. Setelah dikerjakan 4 hari ternyata ekerjaan tersebut harus terhenti selama 8 hari. Beraa ekerja tambahan yang dierlukan agar ekerjaan selesai teat ada waktunya? Pembahasan: 4 orang 0 hari Setelah dikerjakan 4 hari, ekerjaan tersebut terhenti selama 8 hari, jadi masih ada sisa ekerjaan untuk 0 4=6 hari yang seharusnya daat diselesaikan oleh 4 orang. Tetai waktu yang tersisa hanya hari. Jadi didaatkan:

19 4 orang 6 hari x orang 8 hari 4 x 8 64 = 8x = 4.6 8x = 64 x = x = Jadi agar selesai teat ada waktunya, ekerjaan tersebut harus ditangani oleh 8 orang. Karena sudah ada 4 orang, ekerja yang harus ditambah sebanyak 4 orang. Latihan. Jika di sebuah eta tertulis skala : artinya cm mewakili cm atau km. Beraakah jarak yang diwakili,5 cm?. Hubungan antara hambatan dan luas enamang suatu kabel listrik adalah berbanding terbalik. Artinya jika enamang semakin besar maka hambatan justru semakin kecil, sebaliknya jika luas enamang makin kecil maka hambatan semakin besar. Dari hasil enelitian terhada suatu bahan diketahui bahwa jika luas enamangnya dierbesar,5 kali maka hambatannya akan turun 0,5 hambatan mula-mula, demikian ula sebaliknya. Jika luas enamang semula 5 mm dan hambatannya 0 ohm. Tentukan: a. luas enamang jika hambatannya 5 ohm b. hambatan jika luas enamang 6 mm

20 C. Bilangan Berangkat dan Bentuk Akar. Bilangan berangkat Pembelajaran bilangan berangkat dimulai dengan mengingatkan kembali arti bilangan berangkat. Untuk itu daat dimulai dengan ilustrasi sebagai berikut. Diambil sembarang bilangan, misalkan, kemudian dikalikan sebanyak 5 kali, jadi x x x x. Penulisan seerti ini terlalu anjang dan kurang raktis. Jadi cuku menuliskannya sebagai bilangan berangkat yaitu 5. Disini berarti embelajaran bilangan berangkat telah dimulai secara induktif (dimulai dari contoh), selanjutnya dengan memerhatikan ola, didaat kesimulan umum. Bilangan berangkat adalah erkalian berulang dari bilangan tersebut. a x a x a x a x a = a Keterangan: a = bilangan berangkat a = bilangan okok = angkat Semula tamaknya bilangan berangkat harus meruakan bilangan asli, namun dalam erkembangan selanjutnya dikenalkan bilangan berangkat 0, bilangan berangkat negatif, dan bilangan berangkat rasional. Bilangan yang diangkatkan juga berkembang bukan hanya bilangan cacah, tetai bilangan bulat, bilangan rasional, dan bilangan real. 4

21 Sifat-sifat bilangan berangkat: a. Perkalian dua bilangan berangkat Contoh: x = xx x x = 5 maka a.a q = a +q b. Pembagian dua bilangan berangkat Contoh: : : = xx : x = maka a : a q = a -q xx x = c. Perangkatan dua bilangan berangkat Contoh: ( ) 4 = x x x = (x)x(x)x(x)x(x) = x4 = 8 maka (a ) q = a q d. Perangkatan bilangan rasional Contoh: ( ) xx = x x = xx = maka a [ ] a = b b e. Perangkatan dua erkalian bilangan Contoh: ( x ) = (x)x(x) = xxx = x x x = x maka (a.b) = a.b f. Bilangan berangkat 0 Contoh: : = - = 0 Padahal : xx = = xx = 8 8 = Jadi 0 = 5

22 maka a 0 = Bukti: Sesuai dengan sifat angkat nomor yaitu a.a q = a +q untuk q = 0 dieroleh a.a 0 = a. Tamak bahwa a o berlaku seerti bilangan sehingga didefinisikan a 0 = untuk a. g. Pangkat bulat negatif Contoh: : 5 = -4 = - Padahal : 5 = = 5 x xxxx = xx = Jadi - = maka a - = a Bukti: Sesuai dengan sifat angkat nomor yaitu a.a q = a +q untuk q = - dieroleh a.a - = a +(-) = a 0 =. Karena hasilkali a.a - = maka a dan a - berkebalikan. Sehingga a - = a Rangkuman sifat-sifat eksonen/angkat:. a x a q = a +q 5. (a x b) = a x b. a : a q = a -q 6. a 0 =. (a ) q = a q 7. a - = a a 4. [ ] a = b b 6

23 Contoh soal dan Pembahasan:. Sederhanakan Pembahasan: q ( ). q ( ) q ( ). q ( ) 6 ( ) 9 q 4q. ( ) sifat nomor ( q ).(4q ) sifat nomor ( 6) 9+ q.sifat nomor 4 q 0.sifat enjumlahan 4q..sifat nomor 6 x + 4x. Sederhanakan: x 6. Pembahasan: x + 4x x x x + x x..sifat embagian ecahan x x + 4 x 6 x..sifat nomor x + 4x..sifat nomor x 5 + 4x 8 hasil enjumlahan Latihan. Sederhanakan. Sederhanakan ( r ). ( r ) 8x y ( xy ) 4xy 7

24 ) Bentuk Akar Untuk memulai embelajaran bentuk akar eserta diingatkan kembali tentang erangkatan baru dilanjutkan ke akar dengan mengajukan ertanyaan sebagai berikut: Kita sudah mengenal erangkatan, Beraakah? Setelah dijawab 8, lalu ertanyaan dilanjutkan dengan beraa x beraa x beraa suaya hasilnya 8? Disinilah letak konse akar yaitu mencari bilangan okok aabila angkat dan hasil erangkatannnya diketahui. = 8 8 =. ( ) Padahal = = ( ) = 8 Jadi 8 daat ditulis 8 Secara umum q a = q a Bentuk akar: yang dimaksud bentuk akar adalah akar-akar yang hasilnya bukan bilangan Rasional. Misalnya 4, 00,, bukan bentuk akar karena hasilnya berturut-turut 9 adalah, 0, dan /. Bentuk akar misalnya, 8,, dan sebagainya. Tamak bahwa adanya tanda akar bukan berarti bilangan tersebut termasuk bentuk akar. 8

25 Oerasi ada bentuk akar:. Oerasi enjumlahan dan engurangan Bentuk akar daat dijumlah atau dikurangkan bila akarnya sejenis a b + c b = (a+c) b dan a b c b = (a-c) b Contoh: + 5 = = - 5. Oerasi erkalian dan embagian ada bentuk akar: a. Perkalian: ) a. b = ab ) a b.c d = ac bd b. Pembagian a = b b a Selanjutnya sifat oerasi bentuk akar dirangkum sebagai berikut:. a b + c b = (a+c) b. a b c b = (a-c) b. ab = a. b 4. a = b b a Mengubah bilangan angkat ecahan menjadi bentuk akar: x x x = x x x = x xx = Jadi = 4 Jadi secara umum: a q = q a 9

26 Dengan syarat : q a terdefinisi ada bilangan Real. Contoh soal dan embahasan:. Sederhanakan : a. 00 b. Pembahasan: c. 5 x 8 a. 00 = 00x.sifat erkalian = 00x.sifat nomor =0..(hasil 00 = 0) b =..sifat nomor = 0 7..hasil 49 = 7 dan 00 = 0 c. 5 x 8 = 5x 8..sifat nomor = 0 hasil erkalian = 4x 0.enguraian erkalian = 4 x 0..sifat nomor = 0..hasil 4 =. Rasionalkan enyebut ecahan akar berikut: a. 5 b. + c. 5 Pembahasan: 0

27 a =. = = = b. + = +. = ( ) ( + )( ) = 6 4 = 6 c. 5 = = ( ( + ) ( 5) 5) = Latihan = 5) = (4 + 5). Nyatakan dalam bentuk angkat ecahan: a. b. a 5 c. x. Nyatakan dalam bentuk angkat ecahan a. b. 5 c Hitunglah: 5 a b Sederhanakan: a b. ( )

28 D. Logaritma Pembelajaran dimulai dengan ertanyaan sebagai berikut: Kita sudah mengenal bilangan berangkat. Beraa? Setelah dijawab bahwa =8. maka ertanyaan diubah menjadi diangkatkan beraa suaya menjadi 8? Disinilah letak konse logaritma: yaitu mencari angkat jika bilangan okok dan hasil erangkatannya diketahui. Pernyataan diangkatkan beraa menjadi 8 ditulis log 8 =. x = 8 log 8 = x Jadi secara umum: a log b = c a c = b, dimana a, b, c Real dan a > 0, a, b> 0 Keterangan: a disebut bilangan okok logaritma (jika bilangan okok 0 tidak ditulis) b disebut bilangan yang dicari logaritmanya c adalah hasil enarikan logaritma. Sifat-sifat Logaritma: Berikut ini 0 sifat logaritma yang sering digunakan untuk menyelesaikan berbagai ermasalahan yang berkaitan dengan logaritma disertai dengan buktinya, yaitu:. a log xy = a log x + a log y Bukti: Misalkan x = a, y = a q, xy = a r Maka a. a q = a r a +q = a r + q = r..)

29 Padahal dari definisi x = a = a log x ) y = a q q = a log y.) xy = a r r = a log xy.4) Substitusi ), ), 4) kedalam ) didaat a log x + a log y = a Log xy. a log y x = a log x a log y Bukti: Misalkan x = a, y = a q, y x = a r Maka a a q = a r a q = a r - q = r..) Padahal dari definisi x = a = a log x ) y = a q q = a log y.) x = a r r = a x log.4) y y Substitusi ), ), 4) kedalam ) didaat a log x a log y = a Log y x. a log x n = n. a log x Bukti: a Log x n = a Log x.x.x.x n faktor = a log x + a log x + a log x +.+ a log x (menurut sifat ) n suku = n. a log x (menurut definisi erkalian) Jadi a log x n = n. a Log x m 4. a m n log x =. a log x n

30 Bukti: a log m n x = a log n m (x ) (menurut definisi angkat) = m. a n log ( x ) (menurut sifat ) = m. n. a log x (menurut sifat ) = n m. a log x 5. a log x = log x log a Bukti: misalkan a log x = y x = a y (definisi) log x = log a y (kedua ruas dijadikan logaritma) log x = y log a (menurut sifat ) y = log x log a (erkalian diubah menjadi embagian) a log x = log x log a (karena a log x = y) 6. a log x. x log y = a log y Bukti : a log x. x log y = log x log y. log a log x ( Sifat nomor 5) = log y log a (enyederhanaan erkalian ecahan) = a log y (Sifat nomor 5) 7. m a n n log x =. a log x m 4

31 Bukti: a m log x log a n n log x = m (Sifat nomor 5) = n.log x m.log a (Sifat nomor ) n log x =. m log a (Sifat erkalian ecahan) = m n. a log x (Sifat nomor 5) 8. a x a log = x Bukti : Misal a log x = y a log x = y a y = x (menurut definisi logaritma) 9. a log x = a x a log = x (y disubstitusi dengan a log x) log x log a Bukti : Bukti dibalik dari kanan ke kiri Misalkan log x log a = y log x = y. log a (bentuk embagian diubah menjadi erkalian) x = (definisi logaritma) ( y. log a ) x = ( log a )( y) (sifat komutatif erkalian) x = log a y ( ) (Sifat erangkatan) x = a y (menurut sifat 6) y = a log x (menurut definisi logaritma) 5

32 log x log a = a log x (dari emisalan) 0. a log = 0 Bukti: Misal a log = y Menurut definisi logaritma menjadi a y =. Maka bilangan yang memenuhi ersamaan tersebut adalah y = 0 sebab a o =. Sehingga a log = 0. a log x = a log y maka x = y Bukti: Misal a log x = dan a log y = q Dari a log x = maka x = a Dari a log y = q maka y = a q Karena a log x = a log y maka = q Karena =q maka a = a q Karena a = a q maka x = y (terbukti) Rangkuman Sifat-sifat logaritma:. a log xy = a log x + a log y 6. a log x. x log y = a log y. a log y x = a log x a log y 7. a m n n log x =. a log x m. a log x n = n. a log x 8. a x a log = x m 4. a m n log x =. a log x 9. a log x = n 5. a log x = log x log a 0. a log = 0. Jika log x log a a log x = a log y maka x = y 6

33 Contoh soal dan embahasan:. Tentukan nilai dari: a. log 7 b. log 8 c. log Pembahasan: a. log 7 = log = log = 6 b. log 8 = log = log =. log = -6 c. log = log = log + log = log + log = log + log = - +(- ) = Hitunglah: a. 5 log log log = b. log 8 9 log log = Pembahasan: a. 5 log log log = 5 log5 + 5 log5 + log = + (-) + = 0 b. log 8 9 log log = log 4 + log + log 7

34 = = 5. Tentukan x ada ersamaan logaritma berikut: a. log (x ) = b. log(log x) = Pembahasan: a. log (x ) = log (x ) = log log (x ) = log 8 (x ) = 8 x = 9 x = b. log(log x) = log(log x) = log 0 log x = 0 x = 0 0 Latihan 5. Tentukan nilai dari: a. 5 log b. 5 log 0, c. 6 log 6. Tentukan x jika 6 log( log x) = E. Fungsi Eksonen Masalah engantar yang diajukan keada eserta diklat adalah sebagai berikut: Tentukan nilai-nilai y ada ersamaan y = x jika x = { -, -, -, 0,,, } Jawaban ditulis dalam bentuk tabel sebagai berikut: x y

35 Gambarlah titik-titik itu ada kertas beretak dihubungkan dengan kurva Setia fungsi yang berbentuk f(x) = ab x dimana a>0, b>0 dan b disebut fungsi eksonensial. Daerah asalnya adalah himunan bilangan real. Sedangkan daerah hasilnya adalah himunan bilangan real ositif (seerti tamak ada grafik diatas) Contoh soal dan embahasan: Contoh soal dan embahasan:. Sebuah koloni bakteri daat berkembang dengan keceatan 0% er jam. Artinya dalam setia jam bakteri itu akan bertambah sebanyak, kali jumlah semula. Misalkan koloni bakteri itu semula berjumlah 800, maka erkembangan bakteri daat dilihat ada tabel berikut: Waktu(jam) 0 t Jumlah ,4 800(,) t x, x, x, x, 9

36 Tamak bahwa harga satu koloni bakteri akan meningkat sesuai dengan fungsi eksonen J = 800(,) t Berdasarkan fungsi tersebut tentukan jumlah bakteri: a. 5 jam dari sekarang b. 5 jam yang lalu Pembahasan: a. J(5) = 800(,) 5 990,66 Jadi jumlah bakteri 5 jam yang akan datang sekitar 99 b. J(-5) = 800(,) -5 77,5 Jadi jumlah bakteri 5 jam yang lalu sekitar 77. Misalkan sebuah isoto radioaktif meluruh dengan keceatan 5% er hari. Jika sekarang ada 40 kg, tentukan a. Banyaknya radiaktif setelah 6 hari b. Waktu yang dierrlukan agar jumlah radioaktif tinggal 0 kg Pembahasan: Karena radioaktif itu meluruh maka jumlahnya akan berkurang dari jumlah semula. Setia hari berkurang sebanyak 5% atau 0,5 kali jumlah sebelumnya. Maka yang tersisa adalah ( 0,5) = 0,85 kali jumlah ada hari sebelumnya. Perhatikan tabel berikut ini: 0

37 Waktu (hari) 0 4 t Jumlah (0,85) t X0,85 X0,85 X0,85 X0,85 Tamak bahwa harga satu bungkus Indomie akan meningkat sesuai dengan fungsi eksonen J = 40(0,85) t a. Jika t = 6 hari maka J = 40(0,85) 6 5, Jadi banyaknya radioaktif setelah 6 hari adalah 5, kg b. Jika J = 0 maka 0 = 40(0,85) t 0 = (0,85) t 0,5 = (0,85) t 40 Dengan mengubah kedalam bentuk logaritma: 0,5 = (0,85) t t = 0,85 log 0,5 t = log 0,5 log 0,85 4,65 Jadi waktu yang dierlukan suaya tinggal 0 kg radioaktif kira-kira 4,65 hari. Latihan soal dan kunci jawaban: Jika sebuah mesin dibeli dengan harga 0 juta ruiah. Setia tahun menyusut sebesar 5% dari harga ada tahun sebelumnya. Setelah x tahun maka nilai mesin itu adalah y = ( 5%) x. Tentukan: a. Harga mesin setelah 0 tahun b. Setelah beraa tahun harga mesin itu menjadi 5 juta ruiah?

38 Kunci Jawaban. Latihan. Dengan menggunakan saringan erasthothenes akan didaatkan bilangan rima antara 0 dan 40. Bilangan yang bukan rima adalah bilangan komosit yaitu,,4,5,8,9,40,4,44,45,46,49.. a. himunan bilangan rasional dan real b. himunan bilangan bulat negatif, rasional, bilangan real c. himunan bilangan irasional dan real d. himunan bilangan rasional dan real e. himunan bilangan rasional dan real f. himunan bilangan rasional dan real Latihan. 7 km. a. 6 mm b. 5 ohm Latihan r. x x y 5 Latihan 4. a. b. a c. x 5. a. b. 5 5 c.. 5

39 . a. b a. b. 4 6 Latihan 5. a. 0 b. c.. 64 Latihan 6 a. R ,9 b.,5 tahun

40 Bagian III Penutu Materi bilangan real dalam bahan ajar ini diawali dengan embahasan konse okok tia bagian dan dilanjutkan dengan contoh soal beserta embahasan. Kemudian dilanjutkan dengan latihan soal dan kunci jawaban. Pemahaman terhada sifat sifat bilangan real, erbandingan senilai dan berbalik nilai, sifat sifat bilangan real dan bentuk akar, serta logaritma dan fungsi eksonen harus betul betul dikuasai agar siswa daat menngunakannya untuk menyelesaikan soal. Disadari masih banyak kekurangan dalam bahan ajar ini, sehingga kritik dan saran dari embaca sangat kami harakan. 4

MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN

MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN OLEH LUKMANUDIN D07.090.5 PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1. Pengembangan Teorema Dalam enelitian dan erancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberaa teorema uji rimalitas yang terbaru. Teorema-teorema

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryatno Sudirham Studi Mandiri Integral dan Persamaan Diferensial ii Darublic BAB 3 Integral (3) (Integral Tentu) 3.. Luas Sebagai Suatu Integral. Integral Tentu Integral tentu meruakan integral yang

Lebih terperinci

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b 2 SISTEM BILANGAN Perhatikan skema sistem bilangan berikut Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan bulat adalah bilangan yang

Lebih terperinci

PERSAMAAN KUADRAT. Untuk suatu kuadrat sempurna x bx c, nilai c diperoleh dengan membagi koefisien x dengan 2, kemudian mengkuadratkan hasilnya.

PERSAMAAN KUADRAT. Untuk suatu kuadrat sempurna x bx c, nilai c diperoleh dengan membagi koefisien x dengan 2, kemudian mengkuadratkan hasilnya. PERSAMAAN KUADRAT Bab. Bentuk Umum : a b c 0, a 0, a, b, c Real Menyelesaikan ersamaan kuadrat :. dg. Memfaktorkan : a b c a ( a )( a q) q a q = a ( q) a dimana : b = + q dan c, Jika ac 0 dan q berbeda

Lebih terperinci

TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 2014

TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 2014 TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 4 Berilah tanda silang () ada huruf a, b, c, d, atau e di dean jawaban yang benar!. Diketahui remis-remis berikut. Jika Yudi rajin belajar maka ia menjadi andai. Jika Yudi

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: PM-32 ANALISI KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL

PROSIDING ISSN: PM-32 ANALISI KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL PM-32 ANALISI KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL Sumargiyani 1), Muhammad Iqna Hibatallah 2), Universitas Ahmad Dahlan 1),2) sumargiyani04@yahoo.om, iqnaunyu@gmail.om

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: PM-20 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL

PROSIDING ISSN: PM-20 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL PM-20 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL Sumargiyani 1) Muhammad Iqna Hibatallah 2) Universitas Ahmad Dahlan 1)2) sumargiyani04@yahoo.om iqnaunyu@gmail.om Abstrak

Lebih terperinci

SIMAK UI 2010 Matematika Dasar

SIMAK UI 2010 Matematika Dasar SIMAK UI 00 Matematika Dasar Kode Soal 307 Doc. Name: SIMAKUI00MATDAS307 Version: 0-0 halaman 0. Dua buah dadu dilemar secara bersamaan. x adalah angka yang keluar dari dadu ertama. y adalah angka yang

Lebih terperinci

Sifat 1 Untuksebarang bilangan rasional a tak nol dan sebarang bilangan bulat m dan n, berlaku a m. a m = a m + n

Sifat 1 Untuksebarang bilangan rasional a tak nol dan sebarang bilangan bulat m dan n, berlaku a m. a m = a m + n Bilangan Berpangkat Kita ingat kembali bahwa untuk bilangan-bilangan cacah a, m, dan n dengan a 0, berlaku: 1 a m = a a a a (sebanyak m faktor) a m a n = a m + n a 0 = 1, di mana a 0 Notasi-notasi di atas

Lebih terperinci

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR Elma Rahayu Manuharawati Jurusan Matematika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya 603 Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 7/8. Diketahui remis remis : () Jika Badu rajin belajar dan atuh ada orang tua, maka Aah membelikan bola basket () Aah tidak membelikan bola

Lebih terperinci

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015 SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 0 PAKET Pilihan Ganda: Pilihlah satu jawaban yang aling teat.. Ingkaran dari ernyataan Jika emerintah menghauskan kebijakan subsidi bahan bakar minyak

Lebih terperinci

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal A7 : Peneraan Kurva Elitik Atas Z... Peneraan Kurva Elitik Atas Z Pada Skema Tanda Tangan Elgamal Oleh : Puguh Wahyu Prasetyo S Matematika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email : uguhw@gmail.com Muhamad

Lebih terperinci

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D.

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Bab I Sumber: upload.wikimedia.org Bilangan Riil Anda telah mempelajari konsep bilangan bulat di Kelas VII. Pada bab ini akan dibahas konsep bilangan riil yang merupakan pengembangan dari bilangan bulat.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MATEMATIKA WAJIB KELAS X MATERI POKOK: PERTIDAKSAMAAN RASIONAL DAN IRASIONAL

BAHAN AJAR MATEMATIKA WAJIB KELAS X MATERI POKOK: PERTIDAKSAMAAN RASIONAL DAN IRASIONAL BAHAN AJAR MATEMATIKA WAJIB KELAS X MATERI POKOK: PERTIDAKSAMAAN RASIONAL DAN IRASIONAL A. Pertidaksamaan Rasional Pada sistem bilangan, terdapat dua jenis bilangan yaitu bilangan real dan imajiner. Jika

Lebih terperinci

LOMBA CERDAS CERMAT MATEMATIKA (LCCM) TINGKAT SMP DAN SMA SE-SUMATERA Memperebutkan Piala Gubernur Sumatera Selatan 3 5 Mei 2011

LOMBA CERDAS CERMAT MATEMATIKA (LCCM) TINGKAT SMP DAN SMA SE-SUMATERA Memperebutkan Piala Gubernur Sumatera Selatan 3 5 Mei 2011 LOMBA CERDAS CERMAT MATEMATIKA (LCCM) TINGKAT SMP DAN SMA SE-SUMATERA Memerebutkan Piala Gubernur Sumatera Selatan 3 5 Mei 0 PENYISIHAN II PERORANGAN LCCM TINGKAT SMP x. I. x x II. x x x 6 x III. x x 6

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2009 BIDANG MATEMATIKA SMP

SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2009 BIDANG MATEMATIKA SMP SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 009 BIDANG MATEMATIKA SMP SOAL PILIHAN GANDA 1. Jika a, b, 1, c, dan d membentuk barisan aritmetika, maka a + b + c + d = a. 4 b. 60 c. d. 90.

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN BULAT

SISTEM BILANGAN BULAT SISTEM BILANGAN BULAT A. Bilangan bulat Pengertian Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. Berlawanan dengan bilangan bulat adalah bilangan riil

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN A. Bilangan Bulat I. Pengertian Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat

Lebih terperinci

SMP MUHAMMADIYAH CIMANGGU TERAKREDITASI: B Alamat : Jln. Raya Cimanggu No. 496 ' (0281) Kec. Cimanggu,Kab. Cilacap 53256

SMP MUHAMMADIYAH CIMANGGU TERAKREDITASI: B Alamat : Jln. Raya Cimanggu No. 496 ' (0281) Kec. Cimanggu,Kab. Cilacap 53256 MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH CABANG MUHAMMADIYAH CIMANGGU SMP MUHAMMADIYAH CIMANGGU TERAKREDITASI: B Alamat : Jln. Raya Cimanggu No. 496 ' (8) 36 Kec. Cimanggu,Kab. Cilaca 36 PREDIKSI UN MAPEL

Lebih terperinci

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) 1 B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN Bilangan Kompleks Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) Bilangan Rasional Bilangan Irrasional Bilangan Pecahan Bilangan Bulat Bilangan Bulat

Lebih terperinci

>> SOAL MATEMATIKA SMA KELAS X SEMESTER 2 << ( 100 SOAL MATEMATIKA )

>> SOAL MATEMATIKA SMA KELAS X SEMESTER 2 << ( 100 SOAL MATEMATIKA ) >> SOAL MATEMATIKA SMA KELAS X SEMESTER > Pilihlah jawaban yang benar! Soal nomor samai 60 tentang Trigonometri:. Cos 0 o senilai dengan. cos 0 o cos 0 o sin 0 o cos 0 o sin

Lebih terperinci

BILANGAN. Bilangan Satu Bilangan Prima Bilangan Komposit. Bilangan Asli

BILANGAN. Bilangan Satu Bilangan Prima Bilangan Komposit. Bilangan Asli BILANGAN A. Sistem Bilangan Dalam matematika mempelajari urutan dan keberaturan di antara bilangan-bilangan merupakan suatu bagian yang sangat fundamental. Dengan ditemukannya pola dalam suatu bilangan,

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN TRY OUT 1 MATEMATIKA SMP/MTs KABUPATEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SOAL DAN PEMBAHASAN TRY OUT 1 MATEMATIKA SMP/MTs KABUPATEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SOAL DAN PEMBAHASAN TRY OUT MATEMATIKA SMP/MTs KABUPATEN TAHUN PELAJARAN 5/6. Pada lomba matematika, ditentukan untuk jawaban yang benar mendaat skor, jawaban salah mendaat skor, sedangkan tidak menjawab

Lebih terperinci

matematika Wajib Kelas X PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. DEFINISI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

matematika Wajib Kelas X PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. DEFINISI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-3 Kelas X matematika Wajib PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami definisi dan solusi persamaan linear

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n Nama : Yogi Sindy Prakoso NRP : 106 100 015 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Pembimbing : Drs. Suhud Wahyudi, M.Si Dra. Titik Mudiati, M.Si Abstrak Grah adalah

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL SISTEM BILANGAN REAL Materi : 1.1 Pendahuluan Sistem Bilangan Real adalah himpunan bilangan real yang disertai dengan operasi penjumlahan dan perkalian sehingga memenuhi aksioma tertentu, ini merupakan

Lebih terperinci

Sumber: Kamus Visual, 2004

Sumber: Kamus Visual, 2004 1 BILANGAN BULAT Pernahkah kalian memerhatikan termometer? Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu zat. Pada pengukuran menggunakan termometer, untuk menyatakan suhu di bawah 0

Lebih terperinci

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M SMK Negeri Rangkasbitung GELOMBANG BUNYI Bunyi meruakan salah satu bentuk gelombang mekanik, yaitu gelombang yang memerlukan medium sebagai erambatannya. Bunyi yang merambat ada medium udara bentuknya

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2009 BIDANG MATEMATIKA SMP 2009

SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2009 BIDANG MATEMATIKA SMP 2009 A. SOAL PILIHAN GANDA SOAL SELEKSI TINGKAT KOTA/KABUPATEN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 009 BIDANG MATEMATIKA SMP 009. Jika a, b,, c, dan d membentuk barisan aritmetika, mka a + b + c + d = 4 60 90. Misalkan

Lebih terperinci

BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT

BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT A. Sistem Bilangan Dalam matematika mempelajari urutan dan keberaturan di antara bilangan-bilangan merupakan suatu bagian yang sangat fundamental. Dengan ditemukannya

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan

Himpunan dan Sistem Bilangan Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Dr. Wahyu Widayat H PENDAHULUAN impunan adalah bagian dari Matematika yang bahannya pernah Anda pelajari. Materi tersebut akan dibahas sehingga Anda menjadi lebih memahami

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 200 MODUL BILANGAN DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

Bab. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Konversi Bilangan

Bab. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Konversi Bilangan Bab I Sumber: upload.wikimedia.org Bilangan Riil Anda telah mempelajari konsep bilangan bulat di Kelas VII. Pada bab ini akan dibahas konsep bilangan riil yang merupakan pengembangan dari bilangan bulat.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Matematika

Antiremed Kelas 10 Matematika Antiremed Kelas 0 Matematika Persamaan dan Fungsi Kuadrat - Fungsi Kuadrat - Pilihan Ganda Doc. Name: AR0MAT00 Version : 0-07 halaman 0. Ordinat titik balik grafik fungsi arabola y x x (5 9) adalah 5,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Program : X (Sepuluh) / Akuntansi dan Penjualan Semester : Ganjil Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) 0 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KELAS : XII KELOMPOK : TEKNOLOGI, PERTANIAN DAN KESEHATAN BENTUK & JMl : PILIHAN GANDA = 35 DAN URAIAN = 5 WAKTU :

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI BALONGAN MODUL PEMBELAJARAN Kode. Dok PBM. Edisi/Revisi A/ Tanggal Juli Halaman dari A. Kometensi Inti KI : Memahami, menerakan, menganalisis,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Drs. C. Jacob, M.Pd

PENDAHULUAN Drs. C. Jacob, M.Pd PENDAHULUAN Drs. C. Jacob, M.Pd Email: cjacob@ui.edu. Pengantar Umum Untuk mengerti matematika tertulis, kita harus mengerti aa yang membuat suatu argumen matematis benar, yaitu, suatu bukti. Untuk elajaran

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral oleh Sudaratno Sudirham i Hak cita ada enulis, SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral Oleh: Sudaratmo Sudirham Darublic,

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya Modal (Cost of Capital) Bahan Ajar : Manajemen Keuangan II Digunakan untuk melengkai buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Biaya Modal (Cost of Caital) Caital Budgeting dan Cost of Caital (CoC) meruakan dua konse yang

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 Waktu : 210 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Untuk materi ini mempunyai 3 Kompetensi Dasar yaitu: Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar 2. Melakukan operasi

Lebih terperinci

Eksponen dan Logaritma

Eksponen dan Logaritma Bab Eksponen dan Logaritma A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran eksponen dan logaritma siswa mampu: 1. menghayati pola hidup disiplin, kritis, bertanggungjawab,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I

BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I Oleh: Sri Subiyanti NIP 19910330 201402 2 001 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PATI KECAMATAN JAKEN SEKOLAH DASAR NEGERI MOJOLUHUR 2015 I. Tinjauan Umum A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA BAB IV PENALARAN MATEMATIKA A. Pendahuluan Materi penalaran matematika merupakan dasar untuk mempelajari materimateri logika matematika lebih lanjut. Logika tidak dapat dilepaskan dengan penalaran, karena

Lebih terperinci

BAB VI BILANGAN REAL

BAB VI BILANGAN REAL BAB VI BILANGAN REAL PENDAHULUAN Perluasan dari bilangan cacah ke bilangan bulat telah dibicarakan. Dalam himpunan bilangan bulat, pembagian tidak selalu mempunyai penyelesaian, misalkan 3 : 11. Timbul

Lebih terperinci

PERTEMUAN Logika Matematika

PERTEMUAN Logika Matematika 3-1 PERTEMUAN 3 Nama Mata Kuliah : Matematika Diskrit (3 SKS) Nama Dosen Pengamu : Dr. Suarman E-mail : matdis@netcourrier.com HP : 0813801198 Judul Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran : 3. Logika Matematika

Lebih terperinci

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4.

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4. BILANGAN A. BILANGAN BULAT Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari himpunan bilangan positif (bilangan asli), bilangan nol, dan bilangan bulat negatif. Himpunan bilangan bulat

Lebih terperinci

Menentukan Rumus Umum Suku ke-n dari Barisan Bilangan dalam BentukPenjumlahan Polinom Melalui Sistim Persamaan Linier. OLEH WARMAN, S.Pd.

Menentukan Rumus Umum Suku ke-n dari Barisan Bilangan dalam BentukPenjumlahan Polinom Melalui Sistim Persamaan Linier. OLEH WARMAN, S.Pd. Menentukan Rumus Umum Suku ke-n dari Barisan Bilangan dalam BentukPenjumlahan Polinom Melalui Sistim Persamaan Linier OLEH WARMAN, S.Pd. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BLITAR SMP NEGERI 1 GANDUSARI Agustus

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional SISTEM BILANGAN REAL Sebelum membahas tentag konsep sistem bilangan real, terlebih dahulu ingat kembali tentang konsep himpunan. Konsep dasar dalam matematika adalah berkaitan dengan himpunan atau kelas

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5 BAB PERSAMAAN Sifat Sifat Persamaan Persamaan adalah kalimat matematika terbuka yang menyatakan hubungan sama dengan. Sedangkan kesamaan adalah kalimat matematika tertutup yang menyatakan hubungan sama

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi Skema Himpunan Kompleks Real Rasional Bulat Cacah Asli Genap Ganjil Prima Komposit Nol Bulat Negatif Pecahan Irasional Imajiner Pengertian

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 1999 Waktu : 2,5 jam

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 1999 Waktu : 2,5 jam UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 999 Waktu :,5 jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 0. Misalkan diketahui fungsi f dengan ; 0 f() = ; < 0 Gunakan de nisi turunan untuk memeriksa aakah f 0 (0)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Permasalahan Bidang ilmu analisis meruakan salah satu cabang ilmu matematika yang di dalamnya banyak membicarakan konse, aksioma, teorema, lemma disertai embuktian

Lebih terperinci

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak BAB IV PERTIDAKSAMAAN 1. Pertidaksamaan Kuadrat. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak 86 LEMBAR KERJA SISWA 1 Mata Pelajaran : Matematika Uraian Materi

Lebih terperinci

Modul ke: Matematika Ekonomi. Himpunan dan Bilangan. Bahan Ajar dan E-learning

Modul ke: Matematika Ekonomi. Himpunan dan Bilangan. Bahan Ajar dan E-learning Modul ke: 01 Pusat Matematika Ekonomi Himpunan dan Bilangan Bahan Ajar dan E-learning MAFIZATUN NURHAYATI, SE.MM. 08159122650 mafiz_69@yahoo.com Selamat Datang di Perkuliahan MATEMATIKA EKONOMI 2 BUKU

Lebih terperinci

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT TUJUAN : MATEMATIKA : Melatih berfikir dan bernalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktifitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide/gagasan

Lebih terperinci

BAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar

BAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar Standar Kompetensi BAB 5 TEOREMA SISA Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil bagi dan sisa pembagian

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI. Funsi. Graik Funsi. Barisan dan Deret.4 Irisan Kerucut. Funsi Dalam berbaai alikasi koresondensi/hubunan antara dua himunan serin terjadi. Sebaai 4 contoh volume bola denan

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS DAN MANAJEMEN JILID 1

MATEMATIKA BISNIS DAN MANAJEMEN JILID 1 Bandung Arry Sanjoyo, dkk. MATEMATIKA BISNIS DAN MANAJEMEN JILID 1 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB III STATIKA FLUIDA

BAB III STATIKA FLUIDA A STATKA LUDA Tujuan ntruksional Umum (TU) Mahasiswa diharakan daat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konse mekanika fluida, teori hidrostatika dan hidrodinamika Tujuan ntruksional Khusus (TK)

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS DAN

MATEMATIKA BISNIS DAN Bandung Arry Sanjoyo dkk MATEMATIKA BISNIS DAN MANAJEMEN SMK JILID 1 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

A Y A T M AT E M DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG LANJUT TAHUN 2009 BILANGAN REAL

A Y A T M AT E M DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG LANJUT TAHUN 2009 BILANGAN REAL I TU URI HANDAY AN TW DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG LANJUT TAHUN 009 BILANGAN REAL GY A Y O M AT E M A T AK A R DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang Pertemuan 2. BAHAN AJAR ANALISIS REAL Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 0. Bilangan Real 0. Bilangan Real sebagai bentuk desimal Pada pembahasan berikutnya kita diasumsikan telah mengetahui dengan

Lebih terperinci

Bab 1. Bilangan Bulat. Standar Kompetensi. 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah.

Bab 1. Bilangan Bulat. Standar Kompetensi. 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah. Bab 1 Bilangan Bulat Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar 1.1. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan. 1.2. Menggunakan

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik. Tugas individu.

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik. Tugas individu. SILABUS NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : Matematika KELAS : X STANDAR KOMPETENSI : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan real. KODE KOMPETENSI : ALOKASI WAKTU : 57 x 45 Kompetensi

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan Standar Kometensi Kometensi Dasar Menjelaskan kinetika dan kesetimbangan reaksi kimia serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Menjelaskan engertian reaksi kesetimbangan. Menyelidiki faktor-faktor yang

Lebih terperinci

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Jurnal Matematika Vol. No. November 03 [ : 8 ] TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Gani Gunawan dan Suwanda Program Studi Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Bandung Prgram Studi Statistika, Fakultas

Lebih terperinci

a. 10 c. 20 b. -10 d Indikator : Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi Bilangan Bulat a c b d.

a. 10 c. 20 b. -10 d Indikator : Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi Bilangan Bulat a c b d. 1. Indikator : Menentukan hasil operasi campuran Bilangan Bulat : Hasil dari -20 + 5 x (-12) : (-6) =.. a. 10 c. 20 b. -10 d. 20 2. Indikator : Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi Bilangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No. 01/1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No. 01/1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No. 01/1 Nama Sekolah : SMK Diponegoro Lebaksiu Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : X / 1 Alokasi Waktu : 12 x 45 menit (3 x pertemuan) Standar Kompetensi Kompetensi

Lebih terperinci

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail:

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail: Perubahan Perilaku Pengguna nstant Messenger dengan Menggunakan Analisis Koresondensi Bersama (Studi Kasus Mahasiswa di Program Studi S-1 Matematika FMPA Unad) Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis

Lebih terperinci

JEMBATAN KÖNIGSBERG. Puji Nugraheni. Abstrak

JEMBATAN KÖNIGSBERG. Puji Nugraheni. Abstrak JEMTN KÖNIGSERG Puji Nugraheni Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo bstrak erbagai ermasalahan dalam kehiduan sehari-hari daat dimodelkan dengan menggunakan diagram titik

Lebih terperinci

IRISAN KERUCUT: PARABOLA

IRISAN KERUCUT: PARABOLA K-3 matematika K e l a s XI IRISAN KERUCUT: ARABOLA Tujuan embelajaran Setelah memelajari materi ini, kamu diharakan memiliki kemamuan berikut.. Memahami definisi arabola dan unsur-unsurna.. Memahami konse

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDIDIKAN TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 LEMBAR SOAL

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDIDIKAN TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 LEMBAR SOAL PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDIDIKAN TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 0/0 LEMBAR SOAL Mata Pelajaran : Matematika Jenjang : SMA/MA Program Studi : IPS Hari/Tanggal : Selasa, 5 Pebruari 0 Jam

Lebih terperinci

MA5032 ANALISIS REAL

MA5032 ANALISIS REAL (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 16, 2011 Pada bab ini anda diasumsikan telah mengenal dengan cukup baik bilangan asli, bilangan bulat, dan bilangan

Lebih terperinci

SMP / MTs Mata Pelajaran : Matematika

SMP / MTs Mata Pelajaran : Matematika Kunci Jawaban Latihan Soal Ujian Nasional 010 Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah SMP / MTs Mata Pelajaran : Matematika 1. Jawab: b Untuk menentukan hasil dari suatu akar telebih dahulu cari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian ada Bab III dan Bab IV maka daat disimulkan sebagai berikut 1. Keluarga emetaan K C,δ (R, R) dan L C,δ (R, R) adalah beberaa bentuk keluarga emetaan demi linear dari

Lebih terperinci

Bab 1 LOGIKA MATEMATIKA

Bab 1 LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA MATEMATIKA ab 1 Dalam setia melakukan kegiatan sering kita dituntut untuk menggunakan akal dan ikiran. Akal dan ikiran yang dibutuhkan harus memunyai ola ikir yang teat, akurat, rasional, logis,

Lebih terperinci

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1 BAB I PRA KALKULUS. Sistem bilangan ril.. Bilangan ril Sistem bilangan ril adalah himpunan bilangan ril dan operasi aljabar aitu operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Biasana bilangan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN. Sistem bilangan,bilangan nyata dan khayal,hubungan perbandingan antar bilangan. Triwahyono SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI

SISTEM BILANGAN. Sistem bilangan,bilangan nyata dan khayal,hubungan perbandingan antar bilangan. Triwahyono SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI SISTEM BILANGAN Modul ke: Sistem bilangan,bilangan nyata dan khayal,hubungan perbandingan antar bilangan. Fakultas EKONOMI Triwahyono SE.MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Sistem Bilangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL UN MATEMATIKA SMK Kelompok Pariwisata, Seni, dan Kerajinan, Teknologi Kerumahtanggaan, Pekerjaan Sosial, dan Administrasi Perkantoran

PEMBAHASAN SOAL UN MATEMATIKA SMK Kelompok Pariwisata, Seni, dan Kerajinan, Teknologi Kerumahtanggaan, Pekerjaan Sosial, dan Administrasi Perkantoran PEMBAHASAN SOAL UN MATEMATIKA SMK Kelompok Pariwisata, Seni, dan Kerajinan, Teknologi Kerumahtanggaan, Pekerjaan Sosial, dan Administrasi Perkantoran TAHUN PELAJARAN 9/ MATEMATIKA PEMBAHAS: UJIAN NASIONAL

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN RIIL

SISTEM BILANGAN RIIL SISTEM BILANGAN RIIL Sumber: Art & Gallery Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi sistem bilangan riil terdiri atas empat kompetensi dasar. Dalam penyajian pada buku ini,

Lebih terperinci

MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA

MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA 11.1. Ketentuan dan Sifat-Sifat KETENTUAN a P = a. a. a. a................. sampai p faktor (a dinamakan bilangan pokok, p dinamakan pangkat atau eksponen) SIFAT-SIFAT

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI Bidang Matematika Bagian Pertama Waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota

Lebih terperinci

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor Bab 5 Sumber: www.in.gr Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi komposisi dalam pemecahan masalah; menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi invers

Lebih terperinci

SOAL MATEMATIKA - SMP

SOAL MATEMATIKA - SMP SOAL MATEMATIKA - SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL TINGKAT KABUPATEN/KOTA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN 007

Lebih terperinci

MATEMATIKA 3 TPP: Disusun oleh Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani,MP. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Agroindustri

MATEMATIKA 3 TPP: Disusun oleh Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani,MP. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Agroindustri MATEMATIKA 3 TPP: 1202 Disusun oleh Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani,MP Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2013 BILANGAN REAL/ RIIL Sistem bilangan

Lebih terperinci

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2 Kunci Jawaban Uji Kompetensi 1.1 1. a. {, 1,0,1,,3,4} BAB I Bilangan Riil Uji Kompetensi 1. 1. a. asosiatif b. memiliki elemen penting 3. 10 Uji Kompetensi 1.3 1. a. 1 4 e. 1 35 15 c. 1 8 1 1 c. 1 4 5.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP (SILABUS)

LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP (SILABUS) LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL SEKOLAH KELAS MATA PELAJARAN SEMESTER BILANGAN Standar Kompetensi KOMPETENSI DASAR 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat. : SMP : VII : MATEMATIKA

Lebih terperinci

BILANGAN MODUL PERKULIAHAN

BILANGAN MODUL PERKULIAHAN MODUL PERKULIAHAN BILANGAN Sistem bilangan real Operasi pada bilangan bulat Operasi pada bilangan pecahan Sifat-sifat bilangan berpangkat Operasi bilangan berpangkat Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode

Lebih terperinci

Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS

Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS 4. Fase-fase Pemodelan Dalam bab ini kita akan mendiskusikan bagaimana membangun model model matematika system dinamis. Kita akan memerhatikan masalah bagaimana mencaai

Lebih terperinci

BAB LISTRIK DINAMIS. (a) Rapat arus dapat dihitung dengan persamaan berikut : (c) Banyaknya elektron yang menghasilkan muatan 0,61 C adalah.

BAB LISTRIK DINAMIS. (a) Rapat arus dapat dihitung dengan persamaan berikut : (c) Banyaknya elektron yang menghasilkan muatan 0,61 C adalah. BB LSTK DNMS Contoh. Kuat arus listrik yamg mengalir ada suatu kabel yang luas enamang kawatnya 0, mm dalam suatu rangkaian elektronika adalah 0,7 m. Beraakah (a) raat arusnya? (b) Dalam satuan jam, beraakah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ Yogyakarta, 27 Agustus 2008 ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Sultan Agung

Lebih terperinci

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural.

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural. ANALISIS JALUR A. PENGERTIAN ANALISIS JALUR Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan eramalan/ endugaan nilai Y atas dasar nilai-nilai X 1, X,., X i, ola hubungan yang sesuai adalah ola hubungan

Lebih terperinci

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

DURASI PEMELAJARAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT TUJUAN : MATEMATIKA : Melatih berfikir dan bernalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktifitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide/gagasan

Lebih terperinci