EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A"

Transkripsi

1 EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Eksplorasi Masalah Logaritma Diskret pada Finite Field (2 ) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2009 Yana NRP G

3 ABSTRACT YANA. The Exploration of Discrete Logarithm Problem over Finite Field (2 ). Under direction of SUGI GURITMAN and NUR ALIATININGTYAS. Discrete logarithm problem represents a problem which is defined as modular arithmetic. It is often used to generate a key pair on public key cryptography as security object. Given cyclic group G of order n, α generator of G, and β, then, in general, discrete logarithm problem is determined as the integer, 0, 1such that α β(mod ). In Menezes et al. (1997) the algorithm to solve the discrete logarithm problem in common cyclic group G are Exhaustive Search algorithm, Baby-Step Giant-Step, Pollard's rho, Pohlig Hellman and Index Calculus. Furthermore, these algorithms are explored to determine the solution of discrete logarithm problem on (2 ). The reconstructed algorithms are implemented using Maple 11 software. These implementation can be used to measure security level of cryptography algorithm, which is based on security aspects of discrete logarithm problem. Keywords : discrete logarithm problem, cyclic group, finite field (2 ).

4 RINGKASAN YANA. Eksplorasi Masalah Logaritma Diskret Pada Finite Field (2 ). Dibimbing oleh SUGI GURITMAN dan NUR ALIATININGTYAS. (2 ) = Z []/ () adalah field berorder 2 dengan ()adalah polinomial irredusibel atas Z berderajad. Setiap (2 ) dapat dinyatakan secara unik dalam bentuk =, dimana Z, 0. 1(2 ) = (2 )\{0} adalah grup di bawah operasi penjumlahan dan perkalian modulo 2. Jika diberikan grup siklik (2 ) berorder, generator (2 ), (2 ), dan () adalah polinomial irredusibel atas Z. Logaritma diskret dengan basis adalah integer unik, 0, 1sedemikian sehingga (mod ()), dan bagaimana menentukan disebut masalah logaritma diskret. Dalam Menezes et al. (1997) lima algoritme untuk menyelesaikan masalah logaritma diskret pada grup siklik umum adalah Algoritme Exhaustive Search, Baby-Step Giant-Step, Pollard s rho, Pohlig Hellman dan Index Calculus. Kelima algoritme ini dieksplorasi untuk menentukan masalah logaritma diskret pada (2 ). Ide dasar Algoritme Exhaustive Search untuk menentukan logaritma diskret adalah Definisi Masalah Logaritma Diskret, yaitu dengan mencoba setiap kemungkinan nilai, 0 2 1, sampai ditemukan yang benar. Baby-Step Giant-Step adalah merupakan time-memory trade-off dari Algoritme Exhaustive Search yakni situasi dimana memori komputer digunakan untuk mengurangi biaya dan waktu eksekusi program. Representasi polinomial akan disimpan di memori komputer sebanyak, adalah order (2 ). Semakin besar maka representasi polinomial yang disimpan di memori komputer semakin banyak juga. Ide dasar algoritme ini adalah membagi dengan suatu representasi polinomial, =, hingga ditemukan salah satu representasi polinomial yang disimpan di memori komputer. Ide dasar Algoritme Pollard s rho adalah menemukan cycle dalam barisan {,,,, }. Untuk menemukan cycle dalam barisan {,,,, } digunakan Algoritme Floyd s Cycle-Finding dengan membandingkan elemen-elemen sampai sehingga pasangan = ditemukan. Selanjutnya Birthday Paradox digunakan untuk menjamin bahwa mulai adanya satu atau lebih bilangan yang sama dalam barisan bilangan sedikitnya setelah langkah ke- 2 ln 2 dengan peluang lebih dari setengah. Misalkan (2 ) adalah grup siklik dibawah operasi perkalian berorder = 2 1, =, adalah bilangan prima berbeda dan 1. Ide dari Algoritme Pohlig Hellman untuk menentukan masalah logaritma diskret log (mod ()) adalah menemukan mod, dengan terlebih dahulu menentukan mod, untuk setiap, 1, menggunakan Teorema Sisa Cina. Artinya komputasi dilakukan pada subgrup berorder prima berpangkat integer positif ( ).

5 Kekuatan Algoritme Index Calculus terletak pada faktorisasi polinomial. Faktorisasi polinomial dapat dilakukan dalam 4 tahap. Tahap pertama adalah faktorisasi bebas kuadrat, kedua faktorisasi bebas kuadrat berderajad, ketiga faktorisasi berderajad, dan terakhir faktorisasi lengkap () = () () (). Ide dasar Algoritme Index Calculus adalah dengan memilih subset dari (2 ) sebagai faktor basis sedemikian sehingga elemen-elemen (2 ) secara efisien dapat dinyatakan sebagai produk elemen-elemen. Kata kunci : masalah logaritma diskret, grup siklik, finite field (2 ).

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7 EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Matematika Terapan SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom.

9 Judul Tesis : Eksplorasi Masalah Logaritma Diskret pada Finite Field (2 ) Nama : Yana NRP : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Sugi Guritman Ketua Dra. Nur Aliatiningtyas, M.Si. Anggota Diketahui Ketua Progam Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 13 Agustus 2009 Tanggal Lulus :

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya tugas akhir yang berjudul Eksplorasi Masalah Logaritma Diskret pada Finite Field (2 ) ini bisa terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Matematika, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Abah dan Mama atas segala doa dan kasih sayangnya. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Sugi Guritman dan Dra. Nur Aliatiningtyas, M.Si selaku pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama penyusunan tugas akhir ini, serta Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom. selaku dosen penguji. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama menempuh pendidikan di IPB. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ai Tusi Fatimah, Salamia, Lathifaturrahmah dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu atas segala bantuannya selama penelitian. Tentu saja dari awal hingga selesainya tulisan ini tidak terlepas dari dukungan, motivasi dan doa dari suami tercinta dan semua keluarga. Akhirnya penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih begitu banyak kekurangan. Dengan segala keterbatasan yang ada, semoga tugas akhir ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2009 Yana

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tambarangan, Banjarmasin pada tanggal 13 Juni 1977 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan strata satu di Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP UNLAM Banjarmasin, dan langsung bekerja sebagai tenaga pengajar pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Binuang sampai sekarang. Pada tahun 2007 penulis diberi kesempatan melanjutkan studi di Program Studi Matematika, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Departemen Agama Republik Indonesia.

12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL... DAFTAR ALGORITME... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Teori Bilangan Integer Modulo Struktur Aljabar Masalah Logaritma Diskret Sistem Persamaan Linear Algoritme Berlekamp s Q-Matrix Kompleksitas Waktu Asimptotik BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Masalah Logaritma Diskret pada Finite Field (2 ) Finite Field (2 ) Masalah Logaritma Diskret pada (2 ) Solusi Masalah Logaritma Diskret pada (2 ) Solusi Masalah Logaritma Diskret pada GF(2 ) dengan Algoritme Exhaustive Search Solusi Masalah Logaritma Diskret pada GF(2 ) dengan Algoritme Baby-Step Giant-Step Solusi Masalah Logaritma Diskret pada GF(2 ) dengan Algoritme Baby-Step Giant-Step Solusi Masalah Logaritma Diskret pada GF(2 ) dengan Algoritme Baby-Step Giant-Step Solusi Masalah Logaritma Diskret pada GF(2 ) dengan Algoritme Naif Square Solusi Masalah Logaritma Diskret pada GF(2 ) dengan Algoritme Pollard s rho Solusi Masalah Logaritma Diskret pada GF(2 ) dengan Algoritme Pohlig Hellman Solusi Masalah Logaritma Diskret pada GF(2 ) dengan Algoritme Index Calculus Faktorisasi Polinomial x xii xiv xv

13 Solusi Masalah Logaritma Diskret pada (2 ) dengan Algoritme Index Calculus Komputasi Masalah Logaritma Diskret pada (2 ) BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Halaman Oh-Besar Elemen-elemen (2 ) Representasi Polinomial ( (mod ()) untuk (2 ) dengan = Representasi Polinomial ( (mod ()) untuk (2 ) dengan = Hasil Perhitungan (, : mod ()), 0 untuk (2 ) dengan = Hasil Perhitungan (, : mod ()), 0 untuk (2 ) dengan = Hasil Perhitungan (, : mod ()), 0 untuk (2 ) dengan = Hasil Perhitungan (, mod ()), 0 untuk (2 ) dengan = Hasil Perhitungan Birthday Paradox Beberapa Kemungkinan Pendefinisian Keanggotaan Himpunan (2 ), = 1,2,3 untuk Algoritme Pollard s rho Hasil Perhitungan,,,,,, pada (2 ) dengan = dan = Hasil Perhitungan,,,,,, pada (2 ) dengan = dan = = Hasil Perhitungan,,,,,, pada (2 ) dengan = dan = = Hasil Perhitungan,,,,,, pada (2 ) dengan = dan = = Hasil Perhitungan,,,,,, pada (2 ) dengan = dan = = Hasil Perhitungan,,,,,, pada (2 ) dengan

15 = dan = Hasil Perhitungan (), h (), dan (), dengan () = Hasil perhitungan (): (()) Nilai Harapan Kompleksitas Waktu Algoritme Waktu Komputasi dengan Algoritme Exhaustive Search Waktu Komputasi dengan Algoritme Baby-Step Giant-Step Waktu Komputasi dengan Algoritme Baby-Step Giant-Step Waktu Komputasi dengan Algoritme Baby-Step Giant-Step Waktu Komputasi dengan Algoritme Naif Square Waktu Komputasi dengan Algoritme Pollard s rho Waktu Komputasi dengan Algoritme Pohlig-Hellman Waktu Komputasi dengan Algoritme Index Calculus Waktu Komputasi Logaritma Diskret dengan Beberapa Algoritme 95

16 DAFTAR ALGORITME Halaman Algoritme Berlekamp s Q-Matrix Algoritme Exhaustive Search Algoritme Baby-Step Giant-Step Algoritme Baby-Step Giant-Step Algoritme Baby-Step Giant-Step Algoritme Naif Square Algoritme Pollard s rho Algoritme Pohlig Hellman Algoritme Faktorisasi Bebas Kuadrat Algoritme Faktorisasi Bebas Kuadrat Algoritme Faktorisasi Bebas Kuadrat Algoritme Faktorisasi Bebas Kuadrat Berderajad Algoritme Sisa Bagi Algoritme Sisa Bagi Algoritme Satu Faktor Derajad Algoritme Faktorisasi Lengkap Algoritme Index Calculus.. 86

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Program Aritmetika Finite Field (2 ) Program Faktorisasi Polinomial (2 ) Faktorisasi Bebas Kuadrat Faktorisasi Bebas Kuadrat Faktorisasi Bebas Kuadrat Faktorisasi Bebas Kuadrat Berderajad Sisa Bagi Sisa Bagi Satu Faktor Derajad Faktorisasi Lengkap Program Solusi Masalah Logaritma Diskret pada (2 ) Exhaustive Search Penyimpanan Baby-Step Baby-Step Giant-Step Baby-Step Giant-Step Baby-Step Giant-Step Naif Square Pollard s rho Pohlig Hellman Index Calculus. 112

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logaritma adalah suatu operasi matematika kebalikan dari eksponen atau pemangkatan. Logaritma sering digunakan untuk memecahkan persamaan yang pangkatnya tidak diketahui. Dalam persamaan =, dapat dicari dengan pengakaran, dengan logaritma, dan dengan pemangkatan. Contoh, berapakah pada persamaan 2 = 8. dapat dihitung atau dicari dengan menggunakan tabel atau kalkulator yang sudah dilengkapi fitur, hasilnya adalah = 3. Bentuk persamaan 2 = 8 ini adalah suatu sistem aritmetik bilangan nyata (R), sistem aritmetik umum lainnya adalah grup siklik. Struktur aljabar dengan operasi biner yang memenuhi sifat assosiatif, terdapat unsur identitas dan setiap unsurnya memiliki invers disebut grup. Suatu grup yang mempunyai generator disebut grup siklik. Generator ini berperan dalam membangkitkan unsur-unsur grup siklik. Misalkan adalah generator grup siklik, berorder, maka = = {1,,,, =,, }. Pada kasus =, disebut logaritma diskret. Jika diketahui dan, maka masalah bagaimana menentukan dikenal dengan istilah masalah logaritma diskret. Masalah logaritma diskret merupakan masalah yang didefinisikan pada aritmetika modular, sering dijadikan dasar pembangkitan sepasang kunci pada kriptografi kunci publik sebagai tumpuan keamanan. Contohnya pada pertukaran kunci Diffie-Hellman dan enkripsi Elgamal. Logaritma umum pasti akan tuntas secara komputasi, tetapi untuk logaritma diskret khusus berorder besar menentukannya tidak akan layak hitung (sulit dihitung) walaupun menggunakan kalkulator yang canggih. Tidak layak hitung itulah yang menyebabkan masalah logaritma diskret layak digunakan sebagai tumpuan keamanan dalam kriptogafi. Masalah logaritma diskret sering diterapkan pada grup siklik Z, prima. Diberikan bilangan prima, generator dari Z, dan Z. Dalam Menezes et al. (1997), definisi masalah logaritma diskret adalah menentukan, 0 2sehingga (mod ). Berdasarkan definisi ini jika diberikan

19 generator dari (2 ), maka untuk sembarang (2 ) terdapat suatu yang khas pada rentang sedemikian sehingga : (mod ()) (2 ) = Z []/ () adalah field dibawah operasi penjumlahan dan perkalian dalam modulo ()berorder 2, dengan ()polinomial irredusibel atas Z. (2 ) adalah field (2 ) tanpa elemen {0} membentuk grup dibawah operasi perkalian berorder 2 1 (Menezes et al. 1997). Elemen-elemen grup multiplikatif (2 ) dengan generator dalam bentuk representasi grup siklik adalah 1,,,, =,,. Menentukan masalah logaritma diskret menjadi sulit apabila digunakan grup (2 ) dengan order besar. Karena itu diperlukan suatu teknik tertentu untuk menyelesaikannya. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan masalah logaritma diskret ini adalah Algoritme Exhaustive Search, Baby-Step Giant-Step, Pollard s rho, Pohlig Hellman, dan Index Calculus. Dalam Menezes et al. (1997) kelima algoritme tersebut dikenakan pada grup siklik umum. sedangkan pada tulisan ini dikenakan pada sistem aritmatik grup multiplikatif (2 ). Ide dasar Algoritme Exhaustive Search untuk menentukan logaritma diskret adalah Definisi Masalah Logaritma Diskret, yaitu dengan mencoba setiap kemungkinan nilai, 0 2 1, sampai ditemukan yang benar. Algoritme ini tidak efisien digunakan untuk grup multiplikatif (2 ) berorder besar. Baby-Step Giant-Step adalah merupakan time-memory trade-off dari Algoritme Exhaustive Search yakni situasi dimana memori komputer digunakan untuk mengurangi biaya dan waktu eksekusi program. Representasi polinomial akan disimpan di memori komputer sebanyak, adalah order (2 ). Semakin besar maka representasi polinomial yang disimpan di memori komputer semakin banyak juga. Ide dasar algoritme ini adalah membagi dengan suatu representasi polinomial, =, hingga ditemukan salah satu representasi polinomial yang disimpan di memori komputer. Ide dasar Algoritme Pollard s rho adalah menemukan cycle dalam barisan {,,,, }. Untuk menemukan cycle dalam barisan {,,,, } 2

20 digunakan Algoritme Floyd s Cycle-Finding dengan membandingkan elemenelemen sampai sehingga pasangan = ditemukan. Selanjutnya Birthday Paradox digunakan untuk menjamin bahwa mulai adanya satu atau lebih bilangan yang sama dalam barisan bilangan sedikitnya setelah langkah ke- 2 ln 2 dengan peluang lebih dari setengah. Misalkan (2 ) adalah grup siklik dibawah operasi perkalian berorder = 2 1, =, adalah bilangan prima berbeda dan 1. Ide dari Algoritme Pohlig Hellman untuk menentukan masalah logaritma diskret log (mod ()) adalah menemukan mod, dengan terlebih dahulu menentukan mod,untuk setiap, 1, menggunakan Teorema Sisa Cina. Artinya komputasi dilakukan pada subgrup berorder prima berpangkat integer positif ( ). Kekuatan Algoritme Index Calculus terletak pada faktorisasi polinomial, idenya adalah dengan memilih subset dari (2 ) sebagai faktor basis sedemikian sehingga elemen-elemen (2 ) secara efisien dapat dinyatakan sebagai produk elemen-elemen. Algoritme Exhaustive Search, Baby-Step Giant-Step, Pollard s rho, Pohlig Hellman, dan Index Calculus dieksplorasi untuk menentukan masalah logaritma diskret pada grup multiplikatif (2 ) dan diimplementasikan dengan bantuan sofware Maple Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji secara teoritik masalah logaritma diskret pada finite field (2 ). 2. Merekonstruksi algoritme-algoritme yang berhubungan dengan masalah logaritma diskret pada finite field (2 ). 3. Mengimplementasikan algoritme hasil rekonstruksi dengan bantuan software Maple 11. 3

21 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah algoritme hasil rekonstruksi bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan dari algoritme kriptografi yang aspek keamanannya bertumpu pada masalah logaritma diskret. 4

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis berupa definisi, teorema dan sifat-sifat yang berhubungan dengan teori bilangan, integer modulo, aljabar abstrak, masalah logaritma diskret, sistem persamaan linear, dan kompleksitas waktu asimptotik sebagai landasan teori untuk penulisan tugas akhir ini. 2.1 Teori Bilangan Definisi Misalkan, integer. membagi (notasi )jika terdapat integer sedemikian sehingga =. Definisi Jika dan adalah integer dengan 1, maka pembagian oleh menghasilkan integer (hasil pembagian) dan (sisa pembagian) sehingga =, dimana 0. Sisa pembagian dinotasikan mod dan hasil pembagian dinotasikan div (Menezes et al. 1997). Definisi Suatu integer dikatakan sebagai pembagi bersama dari dan, jika dan (Menezes et al. 1997). Definisi Suatu integer non-negatif disebut pembagi bersama terbesar (gcd) dari integer dan, dinotasikan = gcd (, ), jika : 1. adalah pembagi bersama dari dan 2. jika dan, maka (Menezes et al. 1997). Teorema (Algoritme Euclidean) Diberikan integer, >. 0Berdasarkan algoritme pembagian, dapat dibentuk barisan persamaan berikut : =, 0 < < =, 0 < < =, 0 < < =, 0 < < =

23 dengan = gcd (, ), yang merupakan sisa terakhir tak nol dari proses pembagian. Nilai dari dan dari (, ) = dapat diperoleh dengan menuliskan setiap sebagai kombinasi linear dari dan (Lestari 2007). Definisi Integer dan dikatakan prima relatif atau koprima jika gcd(, ) = 1 (Lestari 2007). Definisi (Fungsi- Euler) Untuk 1, didefinisikan () adalah banyaknya integer pada selang [1, ] yang prima relatif dengan. Fungsi disebut fungsi- Euler (Menezes et al. 1997). Teorema (Sifat-sifat fungsi- Euler) 1. Jika prima, maka () = Fungsi- Euler bersifat multiplikatif. Artinya, jika gcd(, ) = 1 maka ( ) = () () 3. Jika = adalah faktorisasi prima dari, maka () = (Menezes et al. 1997). Fakta (Teorema Dasar Aritmetika) Setiap integer 2dapat difaktorkan sebagai produk dari kuasa prima yang khas: =, dimana adalah bilangan prima yang berbeda dan adalah integer positif (Menezes et al. 1997). 2.2 Integer Modulo Definisi (Kongruensi) dan adalah integer. dikatakan kongruen dengan modulo, ditulis (mod ), jika membagi habis ( ). Selanjutnya disebut modulus kongruensi (Menezes et al. 1997). Teorema (Syarat-syarat Kekongruenan) Untuk semua,,,, Z, hal-hal di bawah ini adalah benar. 1) (mod ) jika dan hanya jika dan mempunyai sisa yang sama jika dibagi dengan. 2) (refleksif) (mod ) 6

24 3) (simetri) Jika (mod )maka (mod ). 4) (transitif) Jika (mod ) dan (mod ), maka (mod ). 5) Jika (mod ) dan (mod ), maka (mod ) dan (mod )(Guritman et al. 2004). Definisi Integer modulo, dinotasikan Z, adalah himpunan (kelas ekuivalensi) integer {0,1,2,, 1} yang dikenai operasi penjumlahan dan perkalian diperlakukan dalam modulo. Untuk,, Z, = (mod ) = (mod ) (Guritman et al. 2004). Definisi (Sistem Residu Lengkap Modulo ) Jika (mod ), maka disebut residu dari modulo. Selanjutnya himpunan = {,,, } dinamakan sistem residu lengkap modulo jika untuk setiap integer terdapat satu dan hanya satu sedemikian sehingga (mod )(Lestari 2007). Definisi (Sistem Residu Tereduksi Modulo ) Sistem residu tereduksi modulo adalah himpunan integer, dimana gcd(, ) = 1,, jika. Selanjutnya setiap yang prima relatif dengan, kongruen dengan suatu pada himpunan tersebut (Lestari 2007). Fakta (Invers) Misalkan Z. memiliki invers jika dan hanya jika gcd(, ) = 1 (Menezes et al. 1997). Definisi (Invers Multiplikatif) Misalkan Z, Invers multiplikatif dari modulo adalah suatu integer Z sehingga 1 (mod ). Faktanya tidak semua anggota Z mempunyai invers (belum tentu ada). Dalam hal yang bersangkutan ada, maka disebut invertibel dan disebut invers dari, dinotasikan = (Guritman et al. 1997). Definisi (Pembagian) Misalkan, Z. Pembagian oleh modulo adalah perkalian dengan modulo, yang terdefinisi jika mempunyai invers modulo (Menezes et al. 1997). 7

25 Definisi Grup multiplikatif Z adalah Z = { Z gcd(, ) = 1}. Jika bilangan prima, maka Z = { 1 1}(Menezes et al. 1997). Teorema (Solusi Persamaan kongruen) Misal = gcd (, ). Persamaan kongruen (mod ) mempunyai solusi jika dan hanya jika membagi, dalam hal ini terdapat tepat solusi antara 0 dan 1; solusi ini semua kongruen modulo /(Menezes et al. 1997). Teorema (Teorema Sisa Cina) Jika,,, merupakan integer yang prima relatif satu sama lain,,,, adalah sembarang integer, maka sistem kongruensi (mod ) (mod ) (mod ) ( ) mempunyai solusi unik modulo, = (Menezes et al. 1997). Algoritme (Algoritme Gauss s) Solusi dari sistem kongruensi Teorema dapat dihitung sebagai = mod, dimana = dan = mod (Menezes et al. 1997). Teorema Misalkan 2adalah integer. (i) (Teorema Euler) Jika Z, maka () 1(mod ). (ii) Jika adalah produk bilangan prima berbeda, dan jika (mod ()), maka (mod ), untuk semua integer (Menezes et al. 1997). Teorema Misalkan prima, 1. (Teorema Fermat) Jika gcd(, ) = 1, maka 1 (mod ). 2. Jika (mod, 1) maka (mod ), untuk semua integer. 3. Untuk setiap integer, (mod )(Menezes et al. 1997). 2.3 Struktur Aljabar Definisi Operasi biner pada suatu himpunan adalah suatu fungsi dari ke, yang membawa setiap (,) ke yang unik. Jadi 8

26 (,). Karena juga berada dalam maka dikatakan tertutup di bawah operasi (Aliatiningtyas 2002). Definisi (Grup) Struktur aljabar dengan operasi biner disebut grup jika memenuhi aksioma-aksioma berikut ini, 1. operasi bersifat assosiatif ( ) = ( ),,,. 2. ada unsur identitas, untuk pada sehingga berlaku = =,. 3. untuk setiap ada unsur sehingga = = (Aliatiningtyas 2002). Definisi Grup disebut grup komutatif jika operasi bersifat komutatif yaitu,, = (Aliatiningtyas 2002). Definisi (Grup Hingga dan Order) Suatu grup dikatakan berhingga jika banyaknya unsur berhingga. Banyaknya unsur dari grup hingga dinamakan order dari, dinotasikan o()(aliatiningtyas 2002). Definisi (Order dari Unsur Grup) Misalkan grup, dan. Order (notasi o())adalah integer positif minimal sehingga =. Jika tidak ada bilangan yang demikian, maka dikatakan order dari tak hingga atau nol (Aliatiningtyas 2002). Toerema Berikut ini 3 sifat dasar yang berkaitan dengan pengertian order. 1. Misalkan grup, dan o() =, maka ada tepat kuasa dari yaitu =,,,, yang semuanya berbeda. 2. Misalkan grup,. Jika o()tak hingga, maka semua kuasa dari berbeda. Artinya, jika dan adalah dua integer yang berbeda, maka. 3. Misalkan adalah unsur dari grup dan o() =. Maka = jika dan hanya jika adalah kelipatan dari (kelipatan artinya ada integer sehingga = ) (Aliatiningtyas 2002; Guritman 2004). 9

27 Definisi (Subgrup) Misalkan grup dan. Maka disebut subgrup dari jika grup dibawah operasi biner yang sama dengan operasi biner pada. (Notasi : ) (Aliatiningtyas 2002). Definisi (Grup Siklik) Suatu grup dikatakan siklik jika dan hanya jika ada unsur ( disebut generator) sedemikian sehingga = = Z}(Guritman 2004). Teorema Jika grup berorder, maka adalah siklik jika dan hanya jika ada sehingga o() = (Guritman 2004). Teorema (Teorema Lagrange s) Jika grup hingga dan adalah subgrup, maka order dari membagi order dari (Menezes et al. 1997; Aliatiningtyas 2002). Definisi (Ring) Struktur aljabar,, dengan operasi disebut operasi penjumlahan dan operasi disebut operasi perkalian, disebut ring jika memenuhi aksioma-aksioma berikut ini. 1., grup komutatif. 2. Operasi perkalian bersifat assosiatif. 3. Hukum distributif kiri berlaku :,,, ( ) =. Hukum distributif kanan berlaku :,,, ( ) =. Unsur identitas terhadap dinotasikan dengan 0 dan disebut unsur nol. Selanjutnya, 1. Jika operasi perkalian bersifat komutatif,,, = maka disebut ring komutatif. 2. Jika ada unsur identitas dibawah operasi perkalian (unsur ini disebut unsur kesatuan, dinotasikan dengan 1 dan disingkat unkes), 1, 1 = 1 = maka disebut ring dengan unsur kesatuan (Aliatiningtyas 2002). Definisi Misalkan ring. Himpunan bagian dari ring disebut subring dari jika merupakan ring dibawah operasi dalam (Aliatiningtyas 2002). 10

28 Definisi (Ideal) Misal ring, disebut ideal jika memenuhi : a., dan b. ( ). dan, (Aliatiningtyas 2002). Teorema (Ideal Utama) Misalkan 1 dan ={ ring komutatif dengan unsur kesatuan. Suatu himpunan dilambangkan, yang didefinisikan sebagai dibangun oleh ideal. Ideal yang demikian disebut ideal utama yang merupakan } (Rosdiana 2009). Definisi Misalkan adalah tidak kosong. Himpunan bagian ring, ideal dari, maka koset-koset aditif dari. Definisikan dengan / penjumlahan dan perkalian didefinisikan : ( Teorema / (Aliatiningtyas 2002). Definisi Fungsi R, berlaku ( )( )( )=( )= ={ ). Operasi } (Aliatiningtyas 2002). merupakan ring dan disebut ring faktor dari,, oleh dari ring R ke ring R disebut homomorfisma jika a,b (a b) = (a) (b) (ab) = (a) (b) Kernel ={x R (x) = 0 }, 0 unsur nol dari. Jika ada homomorfisma yang bijektif dari R ke R, maka dikatakan R isomorfik dengan R, dinotasikan : R R (Aliatiningtyas 2002). Teorema Misalkan θ: R R adalah homomorfisma ring. Maka 1. θ(r) subring dari R 2. Ker θ adalah ideal dari R 3. Jika N ideal dari R, maka θ(n) juga ideal dari R (Aliatiningtyas 2002). Definisi (Polinomial) Jika parameter atas ring komutatif, maka polinomial dengan diekspresikan dalam bentuk : ( )= 11

29 dimana dan 0. disebut koefisien dari dalam (). Integer terbesar pada 0 disebut derajad (), dinotasikan deg()dan disebut koefisien utama (leading coeffisien) dari (). Jika () = (polinomial konstan) dan 0, maka ()mempunyai derajad 0. Jika semua koefisien ()adalah 0, maka ()disebut polinomial nol dan derajadnya dinotasikan. Polinomial () dikatakan monik jika koefisien utamanya 1 (Menezes et al. 1997). Definisi Z [x] adalah himpunan semua polinomial dalam peubah x dengan koefisien dalam ring Z merupakan sebuah ring di bawah operasi penjumlahan dan perkalian polinomial (Fraleigh 2000). Definisi (Polinomial Irredusibel) Misal () Z []adalah polinomial berderajad paling kecil 1. ()dikatakan irredusibel atas Z jika f(x) tidak dapat dinyatakan sebagai produk dari dua polinomial berderajad lebih kecil dari f(x) dalam Z []. Dan dikatakan redusibel jika faktorisasinya ada (Menezes et al. 1997). Definisi Misal polinomial tak-nol (), h() Z []. Maka dari () dan h(), dinotasikan gcd ((), h()), adalah polinomial monik berderajad terbesar dalam Z []yang membagi ()dan h()(menezes et al. 1997). Teorema (Teorema Faktor) Jika Z adalah ring komutatif dengan unsur kesatuan dan () Z [] berderajad 1, maka () = 0 jika dan hanya jika adalah faktor dari ()(Michaels 2000). Definisi (Field) Suatu ring yang komutatif, ada unkes dan setiap unsur tak nolnya mempunyai invers (multiplikatif) disebut lapangan (field) (Aliatiningtyas 2002). Definisi (Subfield) Jika field memuat field (sedemikian sehingga operasi penjumlahan dan perkalian di sama dengan di ), maka disebut subfield dari, dan disebut perluasan field dari (Pretzel 1992). 12

30 Definisi (Finite Field) Suatu field dikatakan berhingga (finite field) jika himpunannya memiliki banyak elemen yang berhingga. Order adalah banyaknya anggota (Menezes et al. 1997). Teorema Eksistensi dan kekhasan finite field. 1. Jika F adalah finite field maka F terdiri dari unsur dengan p prima dan Untuk setiap prima berorder p m, ada finite field yang khas berorder p m. Field ini dinotasikan dengan GF(p m ) (Menezes et al. 1997). Teorema Misal bilangan prima. Himpunan integer modulo berbentuk field berorder dinotasikan dengan () atau Z (Rosdiana 2009). Teorema Unsur tak-nol ( ) membentuk sebuah grup di bawah operasi perkalian disebut grup perkalian dari ( ), dinotasikan dengan ( ) (Menezes et al. 1997). Teorema ( ) adalah grup siklik yang berorder 1 dan berlaku =, untuk setiap ( ) (Menezes et al. 1997). Teorema Finite field ( ) adalah perluasan field Z berderajad, dan setiap elemen ( ) adalah akar polinomial atas Z (Saeki 1997). Teorema Misalkan Z adalah field dan misalkan ()adalah polinomial tak-konstan di Z []. Maka ada perluasan field dari Z dan ada sedemikian sehingga () = 0 (Fraleigh 2000). Definisi adalah perluasan field Z. disebut algebraic atas Z jika () = 0 untuk beberapa polinomial tak-nol () Z []. Jika tidak algebraic atas Z, maka transcendental atas Z (Fraleigh 2000). Teorema Misal () Z []adalah polinomial irredusibel berderajad. Maka Z []/ () adalah finite field dengan order. Penjumlahan dan perkalian polinomial dilakukan dalam modulo ()(Menezes et al. 1997). 13

31 ( ) ℤ[ ]berderajad Definisi Suatu polinomial irredusibel ( ) (Menezes et al. 1997). adalah generator dari polinomial primitif jika disebut Definisi Misal E perluasan field dari field ℤ dan c E algebraic atas ℤ. Polinomial irreducible untuk c atas ℤ dari polinomial monik ( ) dinotasikan dengan irr(c, ℤ ) dan derajad dari polinomial irreducible untuk c atas ℤ dinotasikan dengan deg(c, ℤ ) (Rosdiana 2009). = ℤ ( ) dengan Teorema Misal deg,ℤ =, unik dalam bentuk 1. Setiap unsur = 2009). Teorema berderajad dan dari Diberikan ( ) = 0, ( algebraic atas ℤ, dan = ℤ ( )dapat dinyatakan secara ℤ (Rosdiana, dimana polinomial ( ) ℤ [ ] irredusibel ) ℤ [ ]/ ( ) ℤ ( ) { grup, field. Pada V didefinisikan aturan penjumlahan dan aturan perkalian skalar. disebut ruang vektor atas ℤ untuk semua }(Michaels 2000). Definisi (Ruang Vektor) Misal 1. Untuk setiap jika memenuhi aksioma berikut. dan setiap tertutup terhadap perkalian : di bawah operasi penjumlahan abelian =. dan setiap,, terdapat tunggal = 2. Untuk setiap 3. Untuk setiap 4. Untuk setiap 5. Untuk setiap, 1 = ; 1 unsur identitas di,, dan setiap, ( ) = dan setiap, ( ) = ( )... sehingga, (Rosdiana 2009). Definisi Misalkan V adalah ruang vektor atas skalar, dan misalkan A = {v1, v2,..., vn} adalah himpunan yang terdiri atas n vektor dalam V. A disebut bebas linear jika ( ni ci vi = 0) ( i I = {1,2,,n} ci = 0). Ingkarannya, A disebut terpaut linear jika ( ni ci vi = 0) j I = {1,2,,n} cj 0 (Guritman 2005). 14

32 Definisi Misalkan V adalah ruang vektor atas ={,, dan,, } adalah himpunan berhingga vektor-vektor di dalam V. Untuk menyatakan bahwa V adalah ruang yang direntang oleh vektor-vektor pada himpunan B dituliskan =. Artinya, =, adalah integer. Definisi Misalkan V adalah ruang vektor atas, dan B adalah himpunan berhingga vektor-vektor di dalam V. Dikatakan B adalah basis untuk V jika B bebas linear dan V= B (Guritman 2005). perluasan field dari field ℤ dan Teorema Misal ℤ. Jika deg basis {1, 2.4, ℤ =, maka ℤ ( )ruang vektor atas ℤ berdimensi- dengan } (Rosdiana 2009).,,, Masalah Logaritma Diskret Definisi (Logaritma Diskret) Misalkan. Logaritma diskret generator, dan adalah integer unik 0, (Menezes et al. 1997). Teorema Misalkan Misal log ( algebraic atas log. dengan basis, dinotasikan log,1 sedemikian generator grup siklik adalah sebuah integer. Maka log ( )= grup siklik berorder ) =(log mod (Menezes et al. 1997). = hingga berorder, dan, 0 2sehingga. log )mod, dan Definisi (Masalah Logaritma Diskret) Diberikan bilangan prima generator dari ℤ, dan,, ℤ. Masalah logaritma diskret adalah menentukan, (mod ()Menezes et al. 1997). Definisi (Masalah Logaritma Diskret diperumum) Diberikan grup siklik berorder, generator menentukan, 0,1sehingga Lemma Jika order dari tidak kongruen modulo, dan modulo (Lestari 2007).. Masalah logaritma diskret adalah = (Menezes et al. 1997). adalah, maka 1,,,, saling 15

33 Teorema Misalkan generator dari Z, maka untuk setiap Z terdapat integer yang khas pada rentang 0 () 1 sehingga (mod )(Lestari 2007). sedemikian Teorema Setiap unsur ( ), prima, memenuhi = atau ekivalen dengan akar dari persamaan = sehingga = (Rosdiana 2009). ( ) Lemma Andaikan adalah himpunan hingga dan diketahui ada fungsi :. Dipilih untuk membangkitkan barisan,,,, dengan menggunakan iterasi = ( ) untuk 0. Ada, sehingga = untuk dan ada > 0 sehingga =. Jika barisan,,, dibangkitkan oleh = menggunakan iterasi = (( )) untuk 0 maka hasilnya akan sama dengan barisan,,, (Safaat 2007). Lemma Andaikan bahwa 1, dan bilangan-bilangan,,, bebas dipilih dari himpunan {1, 2,,}. Peluang bahwa setiap bilangan berbeda adalah (Safaat 2007). 2.5 Sistem Persamaan Linear Definisi Suatu persamaan linear dalam peubah (variabel) adalah persamaan dengan bentuk = dimana,,, dan adalah bilangan-bilangan real dan,,, adalah peubah. Dengan demikian maka suatu sistem linear dari persamaan dalam peubah adalah satu sistem berbentuk : = = = dimana dan semuanya adalah bilangan-bilangan real (Leon 1998). 16

34 Definisi Suatu sistem persamaan linear dikatakan homogen jika konstantakonstanta di ruas kanan semuanya nol. Sistem-sistem homogen selalu konsisten (Leon 1998). Teorema Sistem persamaan linear homogen memiliki penyelesaian taktrivial jika > (Leon 1998). 2.6 Algoritme Berlekamp s Q-matrix Algoritme Algoritme Berlekamp s Q-Matrix Input : Polinomial monik bebas kuadrat ()berderajad dalam []. Output : Faktorisasi ()dalam polinomial irredusibel monik. 1. Untuk setiap, 0 1, hitung polinomial mod () =,. 2. Bentuk matriks 3. Tentukan basis,,, untuk ruang null pada matriks ( ), dengan matriks identitas. Banyaknya faktor irredusibel pada ()adalah. 4. {()}. 5. Untuk 1, lakukan langkah berikut : 5.1 Untuk setiap polinomial h(), degh() > 1, lakukan langkah berikut Hitung gcd (h(), () ), untuk setiap, dan ganti h()pada dengan semua polinomial hasil perhitungan gcd yang berderajad Hasilnya adalah polinomial-polinomial F yang berupa faktor-faktor irredusibel ()(Menezes et al. 1997). 2.7 Kompleksitas Waktu Asimptotik Algoritme aritmetik yang dihasilkan dalam penelitian ini akan dianalisis dari segi fungsi kompleksitas waktu (time-complexity function), yaitu sebagai fungsi untuk mengukur banyaknya operasi dalam suatu algoritme yang mempunyai variabel input. Yang dimaksud dengan banyaknya operasi adalah banyaknya operasi dasar (jumlah, kurang, kali dan bagi) ditambahkan dengan assignment dan perbandingan (ekspresi logika) (Guritman 2004). Hal ini perlu 17

35 untuk mengetahui kinerja algoritme. Kinerja algoritme akan tampak untuk besar, bukan pada kecil. Langkah pertama dalam pengukuran kinerja algoritme adalah membuat makna sebanding. Gagasannya adalah dengan menghilangkan faktor koefisien di dalam ekspresi (). Sebagai contoh, andaikan bahwa kompleksitas waktu terburuk dari sebuah algoritme adalah () = Untuk besar, pertumbuhan ()sebanding dengan 2, suku 6 1 menjadi tidak berarti dibandingkan 2. Suku-suku yang tidak mendominasi perhitungan pada rumus ()dapat diabaikan, sehingga kompleksitas waktu ()adalah (dengan mengabaikan koefisien 2), ditulis () = ( ). Definisi () = (()) (dibaca ()adalah (()) artinya () berorder paling besar () ) bila terdapat konstanta C dan sedemikian sehingga () ( ()), untuk (Munir 2001). Teorema Bila () = adalah polinom derajad maka () = ( ) (Munir 2001). Setelah mendefinisikan fungsi ()untuk suatu algoritme, kemudian dengan Tabel Oh-Besar (Menezes et al. 1997) kita tentukan order dari sebagai ukuran efisiensi algoritme yang bersangkutan. Dalam tabel berikut diberikan beberapa bentuk Oh-Besar yang sering muncul dalam aplikasi analisis algoritme (Guritman 2004). Urutan batasan lebih baik disusun dari atas ke bawah. Tabel Oh-Besar Bentuk Oh-Besar O(1) O(log 2 n) O(n) O(n log 2 n) O(n 2 ) O(n 3 ) O(n m ), m = 0, 1, 2,... O(c n ), c > 1 O(n!) Nama konstan logaritmik linear n log 2 n kuadratik kubik polinomial eksponensial faktorial 18

36 19

37 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan masalah logaritma diskret pada (2 ) dan bagaimana mengeksplorasinya dengan menggunakan algoritme Exhaustive Search, Baby-Step Giant-Step, Pollard s rho, Pohlig-Hellman, dan Index Calculus. 3.1 MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) FINITE FIELD ( ) Galois Field adalah nama populer untuk field dengan jumlah elemen terbatas (finite). Disebut Galois Field, sebagai penghargaan terhadap Evariste Galois yang menemukan hubungan antara grup dan persamaan polinomial. Galois Field dinotasikan ( ), berorder, dengan prima dan integer positif. Jika = 1, maka menurut Teorema () (atau bisa juga dinotasikan Z ) adalah integer modulo p berbentuk field berorder. Setiap operasi aritmetikanya dilakukan dalam modulo agar hasilnya tetap berada dalam daerah (). Selanjutnya pembahasan akan difokuskan pada (2 ). Berdasarkan Teorema (2 ) adalah perluasan field Z. Berdasarkan Definisi Z [x] adalah himpunan semua polinomial dalam peubah x dengan koefisien dalam Z merupakan sebuah ring di bawah operasi penjumlahan dan perkalian polinomial. Misalkan ()polinomial tak konstan atas Z [], maka berdasarkan Teorema ada (2 ) sedemikian sehingga () = 0. Jika ada seperti ini, maka disebut algebraic atas Z (Definisi ). Selanjutnya berdasarkan Teorema , jika deg(, Z ) =, maka Z () merupakan ruang vektor atas Z berdimensi- dengan basis {,,,.,, }. Z adalah field. Misalkan () Z []adalah polinomial irredusibel atas Z berderajad, maka menurut Teorema () adalah suatu ideal,

38 dengan () = {()() () []}. Z Selanjutnya, berdasarkan Teorema Z []/ () adalah finite field berorder 2, dengan operasi penjumlahan dan perkalian polinomial dilakukan dalam modulo (). Dari uraian di atas dan berdasarkan Teorema dan Teorema , jika diberikan polinomial irredusibel () Z []berderajad dan () = 0, maka setiap Z () dapat dinyatakan secara unik dalam bentuk =, dimana Z, 0, 1dan (2 ) Z []/ () Z () { Z untuk semua }. Contoh 1 (Finite Field ( )) () = 1 adalah polinomial irredusibel berderajad 4 atas Z, dan () = 0 1 = 0 = 1, maka (2 ) = Z []/ () = {,,,,,,,,,,,,,,, } = {0,1,,,, 1,,, 1, 1,, 1,, 1, 1, 1 } Dari uraian di atas, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merepresentasikan elemen-elemen (2 ), diantaranya adalah dengan representasi grup siklik, representasi polinomial, representasi himpunan. representasi vektor dan 1) Representasi grup siklik : 0, 0, 1,...,, dengan adalah generator (2 ), dimana (2 ) = (2 ) {0}. 2) Representasi polinomial dalam peubah :, dimana Z, ) Representasi vektor : [,,,...], dengan Z 4) Representasi himpunan : {,,,...}, dengan 0. Cara merepresentasikan elemen-elemen (2 ) dengan representasi himpunan mengacu pada tesis Rosdiana Representasi himpunan selanjutnya diperlukan pada saat komputasi untuk menentukan masalah logaritma diskret. Pada contoh 1 di atas cara merepresentasikan elemen-elemen (2 ) adalah 20

39 dengan representasi grup siklik dan representasi polinomial. Tabel berikut memperlihatkan elemen-elemen (2 ) dalam beberapa representasi. Tabel Elemen-elemen ( ) No Representasi Himpunan Representasi Vektor Representasi Grup Siklik Representasi Polinomial 1 {} [0,0,0,0] {0} [1,0,0,0] {1} [0,1,0,0] {2} [0,0,1,0] {3} [0,0,0,1] {0,1} [1,1,0,0] {1,2} [0,1,1,0] {2,3} [0,0,1,1] {0,1,3} [1,1,0,1] {0,2} [1,0,1,0] {1,3} [0,1,0,1] {0,1,2} [1,1,1,0] {1,2,3} [0,1,1,1] {0,1,2,3} [1,1,1,1] {0,2,3} [1,0,1,1] {0,3} [1,0,0,1] Setiap operasi aritmetika (2 ) dilakukan terhadap polinom yang tidak dapat direduksi lagi (irredusibel) dalam Z. Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut. Misalkan ()adalah polinomial irredusibel atas Z berderajad, maka operasi penjumlahan dan perkalian dalam (2 ) dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Penjumlahan Jika =, = (2 ). Maka =, dimana = dengan (mod 2). 2. Perkalian 21

40 Jika =, = (2 ). Maka. =, dimana s= dengan = (mod 2), 0. 1 Penjumlahan dan perkalian dalam (2 ) ini dihitung dengan menggunakan algoritme standar untuk integer dan aritmetika polinomial. Unsur identitas penjumlahannya adalah polinomial 0, dan unsur identitas perkaliannya adalah polinomial 1. Pengurangan adalah invers dari penjumlahan; jika (2 ) maka invers penjumlahan dari (dinotasikan ( ))pada (2 ) adalah solusi unik untuk persamaan = 0dalam (2 ). Selanjutnya, pembagian adalah invers dari perkalian; jika (2 ) maka invers perkalian dari (dinotasikan ) pada (2 ) adalah solusi unik untuk persamaan. = 1pada (2 ). Invers perkalian dalam (2 ) dapat dihitung secara efisien dengan menggunakan Algoritme Euclidean yang Diperluas. Dalam pembahasan selanjutnya akan dibahas (2 ) tanpa elemen {0}, dinotasikan dengan (2 ), membentuk grup di bawah operasi perkalian (Definisi ) MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA ( ) Berdasarkan Teorema , (2 ) adalah grup siklik yang berorder = 2 1. Karena (2 ) generator yang membangun (2 ) diberikan elemen primitif dari (2 ) adalah, maka o() = (Teorema 2.3.9), sehingga : merupakan grup siklik maka terdapat suatu (2 ) = = {,,,, } yang disebut elemen primitif. Jika dan diketahui order dari (2 ) dan berdasarkan Teorema 2.3.6,,,, semuanya berbeda. (2 ) Berdasarkan Definisi dan Definisi 2.4.4, jika diberikan grup siklik berorder, generator (2 ), (2 ), dan () adalah polinomial irredusibel atas Z. Logaritma diskret dengan basis adalah integer unik, 0, 1sedemikian sehingga : (mod ()) (1) 22

41 dan bagaimana menentukan rentang 0 disebut masalah logaritma diskret. Nilai pada 1 yang merupakan solusi masalah logaritma diskret (mod ( )) dijamin ada (Teorema 2.4.6). Menentukan masalah logaritma diskret menjadi sulit apabila order grup multiplikatif (2) besar. Karena itu diperlukan suatu teknik tertentu untuk menyelesaikannya. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan masalah logaritma diskret ini adalah Algoritme Exhaustive Search, Baby-Step Giant-Step, Pollard s rho, Pohlig Hellman, dan Index Calculus. Dalam Menezes et el. (1997) kelima algoritme tersebut dikenakan pada grup siklik G umum, sedangkan pada tulisan ini dikenakan pada sistem aritmatik grup multiplikatif (2). ( ) 3.2 SOLUSI MASALAH LOGARITME DISKRET PADA Untuk menentukan masalah logaritma diskret diatas ada beberapa algoritme yang bisa digunakan, diantaranya adalah Algoritme Exhaustive Search, Baby-Step Giant-Step, Pollard s rho, Pohlig-Hellman dan Index Calculus. Algoritme untuk menentukan masalah logaritma diskret dalam Menezes et al. (1997) dijelaskan secara umum dalam grup siklik berhingga generator ℤ berorder dengan, dan untuk pendekatan yang lebih konkrit dipilih grup multiplikatif berorder 1dimana operasi grupnya adalah operasi perkalian modulo. Pada tulisan ini algoritme-algoritme tersebut dieksplorasi untuk menentukan masalah logaritma diskret pada (2) Solusi Masalah Logaritma Diskret pada Exhaustive Search ( ) dengan Algoritme Ide dasar Algoritme Exhaustive Search adalah Definisi Masalah Logaritma Diskret (Definisi 2.4.4).Misalkan algebraic atas ℤ, maka ( )adalah polinomial irredusibel atas ℤ dan (2) = = {1, Menentukan masalah logaritma diskret pada,,, = (2 ) sehingga,, = }. dengan Algoritme Exhaustive Search adalah dengan mencoba semua kemungkinan nilai,0 2 2, sampai ditemukan yang benar, artinya jika dipangkatkan 23

42 akan sama dengan dalam mod ()dinotasikan (mod ()). Atau dengan bahasa sederhana untuk menentukan masalah logaritma diskret, kalikan dengan sampai ditemukan. Banyaknya langkah dalam proses perkalian ini adalah, =. =. =. =. = = (2) Selama proses perkalian jika ditemukan, maka direduksi ke mod () dan dalam proses reduksi berlaku aturan penjumlahan dan perkalian dalam (2 ). Selanjutnya dari (1) dan (2) diperoleh : Jadi = ( mod ()). = = log = log = Berikut Algoritme Exhaustive Search yang dieksplorasi dari Definisi Masalah Logaritma Diskret secara umum (Definisi 2.4.4) Algoritme Algoritme Exhaustive Search untuk menentukan masalah logaritma diskret pada (2 ) Input : generator grup multiplikatif (2 ) berorder = 2 1, (2 ), dan ()polinomial irredusibel atas Z berderajad. Output : logaritma diskret log (mod ()). 1) Untuk setiap, 0, 1hitung nilai (mod ()). 2) Setelah langkah ke-dimana (mod ()), maka proses berhenti. 3) Solusi dari (mod ()) adalah (mod ). 24

43 Dalam Menezes et al. (1997) nilai harapan kompleksitas waktu Algoritme Exhaustive Search adalah (2 ). Algoritme Exhaustive Search ini diimplementasikan dengan bantuan sofware Maple 11, dapat dilihat pada Lampiran 3.1 Contoh 2 (Menentukan masalah logaritma diskret pada grup multiplikatif (2 ) dengan Algoritme Exhaustive Search) Diketahui : adalah generator grup multiplikatif (2 ), = 1 (2 ), dan () = 1. Tentukan log (mod ()). Solusi : Grup multiplikatif (2 ) dibangun oleh suatu polinomial ()berderajad 7 irredusibel atas Z. Diketahui adalah generator grup multiplikatif (2 ). Perkalian dari elemen-elemen (2 ) sehingga sebab 1 1 dalam Z. () 0(mod ()) 1 0mod () adalah perkalian dalam modulo (), 1 1(mod()), Grup multiplikatif (2 ) berorder = 2 1 = 127, artinya ada 127 kemungkinan nilai, 0 126, yang memenuhi (mod ()). Dengan Algoritme Exhaustive Search, akan dicari nilai sedemikian sehingga 1(mod ()). Kita akan coba untuk setiap kemungkinan nilai, 0 126, sampai ditemukan nilai yang benar yang memenuhi (mod ()). Tabel Representasi Polinomial ( (mod ())untuk (2 ) dengan = 1 mod ()

44 mod () Pada saat = 21, diperoleh kongruensi (mod ()). Dengan demikian diperoleh solusi dari log (mod ()) adalah (mod ) 21 (mod 127). Karena Algoritme Exhaustive Search ini metodenya yaitu dengan mencoba semua kemungkinan solusi yang ada, maka solusi yang tepat secara pasti akan ditemukan. Namun kelemahannya adalah kompleksitas waktu yang besar sehingga tidak efisien digunakan untuk menyelesaikan masalah logaritma diskret dalam (2 ) berorder besar. Oleh karena itu diperlukan metode lain agar penyelesaian masalah logaritma diskret pada (2 ) menjadi lebih efisien untuk kasus yang relatif besar. 26

45 ( ) dengan Algoritme Solusi Masalah Logaritma Diskret pada Baby-Step Giant-Step Algoritme Baby-Step Giant-Step pertama kali dipublikasikan oleh Shanks pada tahun Algoritme ini merupakan time-memory trade-off dari Algoritme Exhaustive Search yakni situasi dimana memori komputer digunakan untuk mengurangi biaya dan waktu eksekusi program (Menezes et al. 1997). (2 ) yang Berikut analisis Algoritme Baby-Step Giant-Step untuk dieksplorasi dari Algoritme Baby-Step Giant-Step untuk grup siklik (2 ), dengan order adalah sebuah generator grup siklik Misalkan (2) adalah, (2) dan ( )polinomial irredusibel berderajad atas ℤ. Masalah logaritma diskret adalah menentukan sedemikian log sehingga umum. (mod ( ))., 0 Untuk,1 menentukan (mod ( )), dengan Algoritme Baby-Step Giant-Step ada dua fase log yang harus dilewati yaitu fase baby-step dan fase giant-step. Ide dasarnya adalah membagi {1, dengan,,, =, }., sampai ditemukan dalam himpunan = Langkah pertama menentukan nilai dimaksudkan untuk menentukan batas minimal banyaknya representasi polinomial yang akan disimpan dalam memori komputer. Langkah (, (mod kedua ( ),) 0 polinomial sebanyak {,,,, adalah < membentuk tabel dengan pasangan,1dimaksudkan untuk menentukan representasi yang akan disimpan di memori komputer, yakni }. Untuk membentuk tabel pasangan (, (mod ( ))dapat digunakan Algoritme Exhaustive Search. Selanjutnya representasi polinomial polinomial disimpan dalam memori komputer. Penyimpanan representasi polinomial polinomial ini disebut fase baby-step. Langkah ketiga Algoritme Baby-Step Giant-Step adalah menentukan nilai dan sedemikian sehingga adalah dengan membagi ditemukan (mod ( ),) untuk suatu dengan representasi polinomial yang merupakan salah satu anggota {,,,, 1. Caranya sampai }. Banyak 27

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis berupa definisi teorema sifat-sifat yang berhubungan dengan teori bilangan integer modulo aljabar abstrak masalah logaritma diskret

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan masalah dan bagaimana mengeksplorasinya dengan logaritma diskret pada menggunakan algoritme Exhaustive Search Baby-Step

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis sebagai landasan teori dalam penelitian ini yaitu teori bilangan, bilangan bulat modulo?, struktur aljabar dan masalah logaritma

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD?????? SALAMIA

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD?????? SALAMIA EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD SALAMIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Konstruksi Algoritme Aritmetik (5 ) Dengan Operasi Dibangkitkan Dari Sifat Grup siklik adalah karya saya dengan arahan

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Konstruksi Algoritme Aritmetik (5 ) Dengan Operasi Dibangkitkan Dari Sifat Grup siklik adalah karya saya dengan arahan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK Oleh : Dra. Eleonora Dwi W., M.Pd Ahmadi, M.Si FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Konstruksi Algoritme Aritmetik (5 ) Dengan Operasi Dibangkitkan Dari Sifat Grup siklik adalah karya saya dengan arahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sekarang ini teknologi untuk berkomunikasi sangatlah mudah. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, internet, dan berbagai macam peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Problema logaritma diskrit adalah sebuah fundamental penting untuk proses pembentukan kunci pada berbagai algoritma kriptografi yang digunakan sebagai sekuritas dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab II ini berisi kajian teori. Di bab ini akan dijelaskan beberapa definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang mendasari teori kode BCH. A. Grup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, penjelasan, dan teorema yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang diberikan diantaranya adalah definisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengirim pesan secara rahasia sehingga hanya orang yang dituju saja yang dapat membaca pesan rahasia tersebut.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas) I PENDAHULUAN Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas) di sehingga., maka disebut grup periodik dan disebut periode dari. Serta fakta bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field. Hal ini dimulai dengan memberikan pengertian dari group

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b = BAB II TEORI DASAR 2.1. Group Misalkan operasi biner didefinisikan untuk elemen-elemen dari himpunan G. Maka G adalah grup dengan operasi * jika kondisi di bawah ini terpenuhi : 1. G tertutup terhadap.

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. enkripsi didefinisikan oleh mod dan menghasilkan siferteks c.

III PEMBAHASAN. enkripsi didefinisikan oleh mod dan menghasilkan siferteks c. enkripsi didefinisikan oleh mod dan menghasilkan siferteks c 3 Algoritme 3 Dekripsi Untuk menemukan kembali m dari c, B harus melakukan hal-hal berikut a Menggunakan kunci pribadi a untuk menghitung mod

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA BABY-STEP GIANT-STEP DAN POHLIG-HELLMAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH LOGARITMA DISKRIT SKRIPSI ETTY WINITA ROISKA SIMBOLON

ANALISIS ALGORITMA BABY-STEP GIANT-STEP DAN POHLIG-HELLMAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH LOGARITMA DISKRIT SKRIPSI ETTY WINITA ROISKA SIMBOLON ANALISIS ALGORITMA BABY-STEP GIANT-STEP DAN POHLIG-HELLMAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH LOGARITMA DISKRIT SKRIPSI ETTY WINITA ROISKA SIMBOLON 090803073 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda BAB II DASAR TEORI Pada Bab II ini akan disajikan beberapa teori yang akan digunakan untuk membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda tangan digital yang meliputi: keterbagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

Antonius C. Prihandoko

Antonius C. Prihandoko Antonius C. Prihandoko Didanai oleh Proyek DIA-BERMUTU 2009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember Prakata Puji syukur ke hadirat

Lebih terperinci

ELLIPTIC CURVE CRYPTOGRAPHY. Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban ( )

ELLIPTIC CURVE CRYPTOGRAPHY. Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban ( ) ELLIPTIC CURVE CRYPTOGRAPHY Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban (0403100596) SEKOLAH TINGGI SANDI NEGARA BOGOR 007 A. Fungsi Elliptic Curves 1. Definisi Elliptic Curves Definisi 1. : Misalkan k merupakan field

Lebih terperinci

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Handout MK Aljabar Abstract PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Disusun oleh : Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc, Ph.D e-mail: antoniuscp.ilkom@unej.ac.id Staf Pengajar Pada Program Studi Sistem

Lebih terperinci

PROTOKOL PERTUKARAN KUNCI BERBASIS KRIPTOSISTEM KUNCI PUBLIK ELGAMAL RESTU AULIYA

PROTOKOL PERTUKARAN KUNCI BERBASIS KRIPTOSISTEM KUNCI PUBLIK ELGAMAL RESTU AULIYA PROTOKOL PERTUKARAN KUNCI BERBASIS KRIPTOSISTEM KUNCI PUBLIK ELGAMAL RESTU AULIYA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KRIPTOSISTEM KURVA ELIPS (ELLIPTIC CURVE CRYPTOSYSTEM) Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban ( )

KRIPTOSISTEM KURVA ELIPS (ELLIPTIC CURVE CRYPTOSYSTEM) Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban ( ) KRIPTOSISTEM KURVA ELIPS (ELLIPTIC CURVE CRYPTOSYSTEM) Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban (040100596) SEKOLAH TINGGI SANDI NEGARA BOGOR 007 PENDAHULUAN Pada tahun 1985, Neil Koblitz dan Viktor Miller secara

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi + 5 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah salah satu mata kuliah dalam jurusan matematika yang mempelajari tentang himpunan (sets), proposisi, kuantor, relasi, fungsi, bilangan,

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

BAB III PERLUASAN INTEGRAL BAB III PERLUASAN INTEGRAL Pembahasan pada bab ini termuat pada ruang lingkup perluasan uniter atas suatu ring komutatif. Jika adalah suatu ring, maka yang dimaksud adalah suatu ring yang komutatif dan

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA PONDOK CINA, MARET 2004 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STRUKTUR ALJABAR...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai teori grup. 2.1 Grup Dalam struktur aljabar, himpunan

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: RING

STRUKTUR ALJABAR: RING STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung proses penelitian. 2.1 Teori Grup Definisi 2.1.1 Operasi Biner Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO Saropah Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: haforas@rocketmail.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d 1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan prima, bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas (square free), keterbagian,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya STRUKTUR ALJABAR 1 Kristiana Wijaya i ii Daftar Isi Judul Daftar Isi i iii 1 Himpunan 1 2 Partisi dan Relasi Ekuivalen 3 3 Grup 6 4 Koset Dan Teorema Lagrange, Homomorphisma Grup Dan Grup Faktor 11 Indeks

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Untuk lebih mudah memahami, akan diberikan beberapa contoh. Berikut ini

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kryptos yang artinya tersembunyi dan graphien yang artinya menulis, sehingga kriptografi merupakan metode

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RUDIANSYAH. Evaluasi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL SKRIPSI Oleh : ANI NURHAYATI J2A 006 001 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

STRUKTUR ALJABAR: GRUP STRUKTUR ALJABAR: GRUP BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI Bandung 2016 1 A. Pendahuluan Ilustrasi 1.1: Perhatikan

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya secret (rahasia), sedangkan gráphein artinya writing (tulisan), jadi kriptografi berarti secret

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi penjumlahan dua bilangan kuadrat sempurna. Seperti, teori keterbagian bilangan bulat, bilangan prima, kongruensi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BIG O NOTATION UNTUK MENGANALISA EFISIENSI ALGORITMA

PENGGUNAAN BIG O NOTATION UNTUK MENGANALISA EFISIENSI ALGORITMA PENGGUNAAN BIG O NOTATION UNTUK MENGANALISA EFISIENSI ALGORITMA Ikhsan Fanani NIM : 13505123 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : ikhsan_fanani@yahoo.com

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Formulasi Masalah Sejauh ini telah diperkenalkan bahwa terdapat tiga parameter yang terkait dengan konstruksi suatu kode, yaitu panjang, dimensi, dan jarak minimum. Jika C adalah

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang PENGANTAR GRUP Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang email:ymcholily@gmail.com March 18, 2013 1 Daftar Isi 1 Tujuan 3 2 Pengantar Grup 3 3 Sifat-sifat Grup

Lebih terperinci

Teori Bilangan (Number Theory)

Teori Bilangan (Number Theory) Bahan Kuliah ke-3 IF5054 Kriptografi Teori Bilangan (Number Theory) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 3. Teori Bilangan Teori bilangan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G651044054 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI-DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA

KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI-DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI-DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA Gestihayu Romadhoni F. R, Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu II KONSEP DASAR GRUP Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan aljabar abstrak abstract algebra Sistem aljabar algebraic system terdiri dari suatu himpunan obyek satu atau lebih

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan

Lebih terperinci