PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING"

Transkripsi

1 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN PENGARUH DISTRIBUSI PEBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SU BEAFORING Ananto E. Prasetiadi Dosen Tetap Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Nurtani, Bandung. Eail: ananto.prasetiadi@yahoo.co Abstrak Pada tulisan ini, akan dibahas tentang algorita beaforing delay and su jika berfungsi sebagai suatu peneria. Pebahasan difokuskan pada subsiste pebobotan w dan akan dilihat pengaruhnya terhadap pola array. Untuk elihat pengaruh ini, digunakan distribusi nilai w tertentu, seperti distribusi unifor, distribusi edge, distribusi binoial, dan distribusi Dolph-Chebyshev yang sudah diterapkan pada array antena peancar. Paraeter yang akan dibandingkan adalah perbandingan antara level ain lobe - side lobe dan beawidth pada pola array. I. PENDAHULUAN Istilah beaforing atau pebentukan berkas engacu pada desain filter spasial untuk ebentuk pola radiasi pada peancar yang eiliki lebar berkas atau beawidth yang sepit, seperti yang ditunjukkan oleh gabar. Filter spasial ini bertujuan agar sinyal yang dipancarkan erabat ke arah tertentu saja dan tidak ada yang erabat ke arah lain. eskipun istilah beaforing yang deikian ini engacu kepada peralatan yang eancarkan energi, beaforing juga dapat dipergunakan untuk peralatan yang eneria energi, seperti antena peneria, sehingga peralatan ini hanya dapat eneria sinyal dari arah tertentu saja dan ereda sinyal dari arah lainnya. Filter spasial ini beranfaat terutaa untuk ereda sinyal penganggu atau interferensi yang enduduki daerah frekuensi yang saa dengan sinyal yang diinginkan sehingga filter teporal tidak dapat engatasi asalah ini. Biasanya sinyal interferensi berasal dari suber yang lokasinya berbeda dengan lokasi suber sinyal yang diinginkan sehingga apabila dilakukan pefilteran pada lokasi tertentu, sinyal interferensi dapat direda oleh peneria. Saat ini, teknologi beaforing sudah diaplikasikan di berbagai bidang, ulai

2 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN dari radar, sonar, telekounikasi, bahkan sapai ke bidang eksplorasi geofisika []. Bentuk geoetri array yang dipergunakan dapat beraca-aca, beberapa bentuk yang uu adalah Unifor Linear Array (ULA) dan Unifor Circular Array (UCA) []. Bentuk geoetri ini dapat dilihat pada gabar. (a) (b) Gabar. Beaforing atau Pefilteran Spasial yang Dilakukan oleh Antena Parabola [] Untuk keperluan beaforing ini, biasanya dipergunakan susunan (array) dari transitter ataupun receiver. Penggunaan array ini eiliki beberapa keuntungan, di antaranya []:. Dapat enghasilkan aperture spasial yang lebih besar dibandingkan dengan aperture satu eleen saja. Berfungsi juga sebagai sapler. Untuk beberapa aplikasi, diperlukan perubahan pada fungsi spasial filtering ini dan hal ini akan lebih udah jika diterapkan pada array diskrit. Gabar. Bentuk Geoetri Array (a) ULA, dan (b) UCA [] Agar pola radiasi enunjuk pada arah tertentu, diperlukan algorita beaforing yang akan engerjakan fungsi ini. Algorita beaforing ini beraca-aca, ilai dari yang paling sederhana seperti delay and su beaforing, sapai algorita yang odern, seperti algorita adaptif [3]. Dala tulisan ini, penulis

3 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN akan ebahas tentang penggunaan algorita delay and su pada ULA pada devais peneria. Pada algorita ini, sinyal akan diteria oleh devais peneria, keudian di-delay dengan delay tertentu. Selanjutnya, keluaran delay ini diboboti dengan bobot tertentu, w, dan akhirnya seluruh sinyal yang diteria oleh asing-asing eleen peneria dijulahkan. Fokus dari tulisan ini adalah tentang pengaruh w terhadap pola radiasi yang dihasilkan, atau dala konteks devais peneria disebut pola array. II. DELAY AND SU BEAFORING Delay and su beaforing erupakan algortia yang sudah laa dikebangkan dan algoritanya sederhana. eskipun deikian, algorita ini erupakan algorita yang powerful, bahkan sapai sekarang. Skea algorita ini dapat dilihat di gabar 3 [3]. y 0 (t) y (t) y (t) Δ 0 w 0 Δ w Δ w z(t) Gabar 3 ini enjelaskan proses yang terjadi dala algorita delay and su, seperti yang sudah dibahas pada bagian akhir dari pendahuluan. isalkan gelobang yang diteria oleh aperture array adalah: f(x,t)=s(t - αº x) dengan vektor kelabatan αº=ζº/c. Sensor ke akan elakukan sapling dari f(x,t) sehingga diperoleh y (t) = s(t - αº x ). Dengan deikian, diperoleh keluaran dari algorita ini adalah: ( ) z t 0 w s ( t isalkan delay diberikan oleh: aka z(t) enjadi: ( ) z t 0 α x α w s( t ( α α) (.) x x Terlihat bahwa jika α = αº, keluaran algorita ini akan bernilai akiu atau dengan kata lain terjadi stacking. Jika tidak saa, beaforer dikatakan engalai isatch terhadap sinyal yang datang. ) ) y - (t) Δ - w - Gabar 3. Skea Delay and su Beaforing [3] 3 Karakteristik algorita ini dapat dilihat dari responnya terhadap gelobang datar, engingat setiap bentuk gelobang erupakan superposisi dari gelobang datar. Respon algorita ini terhadap gelobang datar dinaakan pola array. isalnya gelobang

4 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN datar dengan frekuensi sudut ωº erabat dengan vektor kelabatan αº, aka f (x,t) enjadi: f(x,t)=s(t - αº x) = exp {j ωº (t - αº x)} Dengan easukkan ke (.), diperoleh: z(t) = W(ωºα - kº) exp{jωºt} (.) Di ana kº = ωº αº dan W erupakan tranforasi Fourier dari pebobotan w : ( k W ) w exp 0 jk x (.3) Apabila transforasi Fourier dilakukan pada persaaan (.), aka persaaan (.) akan enjadi: Z(ω) = S(ω) W(ωº(α - α º)) (.4) referensi [4] dan [5]. Pada kedua referensi tersebut, dibahas tentang karakteristik susunan antena peancar linier yang dicatu dengan arus yang aplitudonya berbeda-beda. Ada 4 jenis distribusi arus yang dibahas, yaitu distribusi unifor, distribusi edge, distribusi optiu atau Dolph-Chebyshev, dan distribusi binoial. Berikut ini adalah gabaran distribusi yang dipergunakan [4]. Sebagai catatan, jarak antar eleen adalah λ/ dengan julah eleen sebanyak 5 buah. Dari persaaan (.4), terlihat bahwa kita berkepentingan utnuk engaati W(ωºα - kº) atau W(ωº(α - α º)). Nilai ini juga dapat diekspresikan sebagai fungsi dari sudut datang gelobang º dan sudut yang dilihat oleh array, yaitu, yaitu: W(ωºα - kº) = W (k (sin º - sin ) ) (.5) III. SIULASI PENGARUH PEBOBOTAN Dala tulisan ini, pebahasan akan difokuskan tentang pengaruh nilai pebobotan aplitudo w. Sebagai perbandingan, penulis erujuk ke 4 Gabar 4. Pola Radiasi dari Berbagai Distribusi Arus [4] Berikut adalah penjelasannya. a. Distribusi Edge

5 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN Pada distribusi edge, hanya dua buah pola segitiga Pascal. Pada gabar 4 antena yang terletak pada ujung-ujung terlihat bahwa distribusi binoial susunan yang dicatu. Seperti yang enghilangkan side lobe, naun terlihat pada gabar 4, terlihat bahwa eiliki keleahan, khususnya pada beawidth susunan eiliki nilai beawidth yang lebar pada ain lobe. terkecil dibandingkan dengan yang lain, yaitu 5º, naun ukuran side lobe saa besar dengan ain lobe-nya. b. Distribusi Unifor Dala kasus distribusi unifor, setiap eleen dicatu dengan arus yang saa d. Distribusi Optiu Dari ketiga distribusi tersebut, dapat disipulkan bahwa terjadi trade off antara level side lobe dan beawidth ain lobe. Dala tulisannya pada tahun 946, Dolph engusulkan penggunaan besarnya. Dibandingkan dengan antena polinoial Chebyshev untuk lainnya, terlihat bahwa direktivitas engoptiasi perasalahan trade off antena ini erupakan yang terbesar. Hanya saja, level side lobe cukup besar ini, sehingga distribusi optiu disebut juga distribusi Dolph-Chebyshev. Jika dibandingkan dengan distribusi level side lobe diketahui, beawidth binoial dan optiu. Untuk aplikasiaplikasi ain lobe akan bernilai inial. Begitu tertentu, hal ini tidak juga sebaliknya, apabila beawidth diinginkan. lobe utaa ditentukan, perbandingan antara ain lobe dan side lobe akan c. Distribusi Binoial Untuk engurangi level side lobe, John aksiu. Pada gabar 4, terlihat bahwa nilai perbandingan ain lobe Stone engusulkan agar distribusi arus dan side lobe lebih besar jika engikuti distribusi binoial, yaitu dibandingkan dengan distribusi unifor sebanding dengan koefisien binoial dan edge dan beawidth yang berikut. dihasilkan lebih baik dibandingkan ( n )( n )! n n n n3 a b a n a b a b... dengan distribus binoial. dengan n adalah julah eleen. Distribusi binoial ini juga engikuti 5 Polinoial Chebyshev T n (x) dipergunakan sebagai pola radiasi pada antena peancar. isalkan T n ( )

6 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN x x Dengan T n T ( ) 0 T ( ) T ( ) 3 T ( ) dst. Untuk engetahui bagaiana pola array dari ( ) cos n Polinoial Chebyshev biasanya dinyatakan sebagai T n (x) dengan: 0 k E didefinisikan sebagai penguraian bentuk peancar saa dengan karakteristik antena cos n. Untuk cos sebagai peneria [5]. Dengan deikian,, aka: pebobotan dengan keepat distribusi x 0 d sin cos / x cos 0 Untuk distribusi pebobotannya sendiri, A k, dapat diperoleh dengan enyaakan koefisien berikut dengan T - (x): 0 dipergunakan untuk encari W(k) dari Ak cos k julah eleen genap distribusi asing-asing array, w k, yang Ak cos k julah eleen ganjil diinputkan oleh user. Setelah W(k) diperoleh, 0 pola array dapat dicari dengan elakukan plot k tersebut seharusnya enghasilkan pola array yang irip dengan pola radiasi antena sebagai peancar (gabar 4). asing-asing distribusi, dilakukanlah siulasi dengan enggunakan bantuan koputer. Output yang akan diaati adalah pola array W(ωºα x -k x º) sebagai fungsi dari bilangan gelobang k x dan sudut datang gelobang º. Untuk siulasi, dipergunakan pareter λ=d dan λ = 4d, serta = 5,66º dan = º, sesuai dengan paraeter yang digunakan oleh referensi [3]. Julah array yang dipergunakan adalah =. Algorita Fast Fourier Transfor (FFT) k x dan º terhadap W(k) dengan variabel k Bagaiana jika distribusi-distribusi tersebut digantikan oleh ωºα - kº atau k (sin º - sin ). digunakan untuk enentukan variasi w pada Dengan deikian, siulasi ini sebenarnya proses delay and su di antena atau sensor berlaku secara uu untuk seua distribusi. peneria? Berdasarkan teorea resiprositas Hasil siulasi yang diperoleh adalah sebagai Carson, seharusnya karakteristik antena sebagai berikut. 6

7 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN A. Distribusi Unifor B. Distribusi Edge (a) 0 0 (a) = d, = 5.66 derajat = d, = derajat = d, = 5.66 derajat = d, = derajat = 4d, = 5.66 derajat = 4d, = derajat 0 0 (b) Gabar 5. Hasil Siulasi W sebagai Fungsi Dari (a) Bilangan Gelobang dan (b) Sudut Datang Pada Distribusi Unifor = 4d, = 5.66 derajat = 4d, = derajat 7

8 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN (b) Gabar 6. Hasil Siulasi W sebagai Fungsi Dari (a) Bilangan Gelobang dan (b) Sudut Datang Pada Distribusi Edge Gabar 7. Hasil Siulasi W sebagai Fungsi Dari (a) Bilangan Gelobang dan (b) Sudut Datang Pada Distribusi Binoial C. Distribusi Binoial D. Distribusi Dolph Chebyshev Untuk distribusi ini, dipilih R = 6 db. Source code untuk pebangkitan w diodifikasi dari referensi [6]. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. (a) = d, = 5.66 derajat = d, = derajat = 4d, = 5.66 derajat = 4d, = derajat (a) (b) 8

9 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN = d, = 5.66 derajat = d, = derajat Binoia l Dolph- Chebysh ev = 4d, = 5.66 derajat = 4d, = derajat (b) Gabar 8. Hasil Siulasi W sebagai Fungsi Dari (a) Bilangan Gelobang dan (b) Sudut Datang Pada Distribusi Dolph-Chebyshev dengan R = 6 db Tabel Side Lobe Level untuk Berbagai Distribusi Distribusi Side Lobe Level (db) λ=d; = 5.66º λ=4d; = 5.66º λ=d; = º λ=4d; = º Unifor Edge Binoial Jika dibandingkan antara beawidth dan side lobe level, aka diperoleh hasil sebagai berikut. Dolph- Chebyshev Tabel Beawidth untuk Berbagai Distribusi Distribu si λ=d; = 5.66º Unifor Edge Beawidth (º) λ=4d; = 5.66º λ=d; = º λ=4d; = º IV. DISKUSI Dari Tabel dan, dapat dilihat bahwa distribusi edge eberikan beawidth yang terkecil dibandingkan dengan distribusi lainnya, naun eiliki side lobe yang besar, bahkan saa besar dengan ain lobe-nya. Distribusi unifor eberikian beawidth yang cukup baik, jika diperhatikan lebih kecil jika 9

10 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN dibandingkan dengan distribusi binoial dan Dolph-Chebyshev. eskipun beawidth-nya lebih lebar jika dibandingkan dengan distribusi edge, level side lobe-nya jauh berkurang, sehingga dari gabar 5 terlihat adanya perbedaan antara side lobe dan ain lobe, yaitu daerah ain lobe eiliki level yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Apabila kita enginginkan tidak adanya side lobe, aka dapat digunakan distribusi binoial. Pada gabar 7, dapat dilihat bahwa distribusi ini tidak enghasilkan side lobe saa sekali sehingga side lobe level bernilai tak berhingga. Keleahan dari distribusi ini terletak pada beawidth yang berukuran paling besar dibandingkan dengan ketiga distribusi lainnya. Sifat dari ketiga distribusi tersebut dapat dianalisis secara ateatis dengan elihat Transforasi Fourier dari dari distribusi pebobotan w. Untuk distribusi Edge, nilai W(k) adalah: W ( k) w exp( jkd) exp jkd exp w exp( jk) jkd kd W ( k) cos (4.) Dari persaaan (4.), dapat dilihat bahwa W(kd) bersifat periodik dengan periode T sebesar: T (4.) Untuk =, aka diperoleh periode sebesar 0,34, sesuai dengan hasil pada gabar 6(a). Dengan adanya sifat periodik ini, dapat disipulkan bahwa W(k) akan eiliki banyak side lobe dengan aplitudo yang unifor saa seperti ain lobe-nya atau side lobe level bernilai 0 db. Pada distribusi unifor, persaaan untuk W(k) diberikan oleh [3]: kd sin W ( k) kd sin (4.3) Persaaan (4.3) ini akan berosilasi di subu kd dengan aplitude yang lebih kecil jika dibandingkan dengan ain lobe-nya sehingga 0

11 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN pola array-nya akan eiliki side lobe yang lebih kecil dibandingkan dengan distribusi Edge. Pola array untuk distribusi binoial dapat dicari dengan eanfaatkan persaaan berikut: ( x y) n (4.4) n 0 n x n Ganti variabel x pada persaaan (4.4) dengan, variabel y dengan e jkd, variabel n dengan dan sehingga: ( e jkd ) 0 (4.5) e jkd Di ana sisi kanan persaaan (4.5) erupakan Transforasi Fourier dari koefisien binoial. Dengan deikian, pola array W(k) diruuskan oleh: W ( k) e 0 W ( k) jkd ( e jkd jkd / jkd / jkd / e e e cos (4.6) jkd kd / e y ) Jika eleen ke- dilihat sebagai titik pusat, akan terjadi pergeseran fasa sebesar e jkd sehingga, persaaan (4.6) enjadi: W( k) cos (4.7) kd/ Pola array ini hanya bernilai nol untuk kd = + π untuk π < kd < π yang ana kedua titik ini erupakan batas dari ain lobe dan sekaligus batas dari nilai kd yang diperbolehkan. Oleh karena itu, side lobe akan hilang pada distribusi binoial. Untuk distribusi Dolph-Chebyshev dengan R = 6 db dan =, terlihat bahwa perbandingan antara level ain lobe dan side lobe adalah sekitar 6 db. Hal ini sesuai dengan spesifikasi dan lebih besar jika dibandingkan dengan distribusi unifor yang aksiunya hanya encapai harga 4. Akibatnya, beawidth dari distribusi Dolph-Chebyshev tidak sesepit distribusi unifor. Jika dibandingkan dengan distribusi binoial, perbandingan nilai level ain lobe dan side lobe-nya tidak terlalu besar. Perlu diingat bahwa karena level side lobe pada distribusi binoial adalah nol, aka perbandingan antara kedua level tersebut adalah tak berhingga. Karena nilai R yang lebih kecil, beawidth dari distribusi Dolph- Chebyshev lebih sepit jika dibandingkan dengan penggunaan distribusi binoial dala pebobotan delay and su beaforing. Dengan deikian, dapat dikatakan bahwa distribusi Dolph-Chebyshev dapat digunakan untuk engatasi trade off antara beawidth

12 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN dan perbandingan level ain lobe-side lobe dengan enspesifikasikan salah satu dari kedua paraeter tersebut. Distribusi Dolph-Chebyshev akan enghasilkan side lobe yang saa besar, seperti yang dapat dilihat pada gabar 8 atau sering juga disebut equiripple. Peristiwa serupa juga terjadi apabila distribusi Dolph-Chebyshev digunakan sebagai window dala doain waktu [7]. Hal ini disebabkan oleh penggunaan polinoial T n (x) yang eiliki titik ekstri seraga, yaitu + untuk - < x < sebagai pola array. Dala siulasi ini, paraeter yang dapat diatur pada distribusi Dolph-Chebyshev adalah perbandingan antara level ain lobe dan side lobe (R). Jika nilai R diset saa dengan satu atau 0 db, aka akan didapatkan hasil berikut = d, = 5.66 derajat = d, = derajat = 4d, = 5.66 derajat = 4d, = derajat Gabar 9. Hasil Siulasi W sebagai Fungsi Dari Sudut Datang Pada Distribusi Dolph- Chebyshev untuk R = = d, = 5.66 derajat = d, = derajat = 4d, = 5.66 derajat = 4d, = derajat

13 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN Gabar 0. Hasil Siulasi W sebagai Fungsi Dari Sudut Datang Pada Distribusi Dolph- Chebyshev untuk R = Distribusi Dolph-Chebyshev Gabar 9 saa persis dengan gabar 6, yaitu pola array untuk distribusi edge. Apabila nilai R W 3 diset berharga sangat besar, aka diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada gabar 0, yang hasilnya saa seperti jika kita enggunakan distribusi binoial. Dengan deikian, dapat disipulkan bahwa distribusi edge dan binoial sebenarnya erupakan bagian dari distribusi Dolph-Chebyshev, dengan nilai R asing-asing adalah dan tak berhingga. Sebagai tabahan, gabar enunjukkan distribusi Dolph-Chebyshev untuk berbagai nilai R (dipilih = 5 eleen agar terlihat dengan jelas). Terlihat bahwa pada saat R seakin besar, distribsuinya seakin endekati distribusi binoial, yaitu, 4, 6, 4, dan. Seentara itu, jika R = 0, distribusi yang dihasilkan adalah distribusi edge, yaitu, 0, 0, 0, dan R (db) Eleen ke- 4 5 Gabar. Distribusi Dolph-Chebyshev untuk Berbagai Nilai R ( = 5 Eleen). Jika kita elihat hasil siulasi untuk tiap-tiap distribusi, distribusi pebobotan pada w hanya akan epengaruhi bentuk side lobe dan beriplikasi pada lebar berkas pada ain lobe. isalnya, untuk distribusi unifor, dapat dilihat bahwa side lobe eiliki level yang berbeda-beda. Hal ini berbeda dengan keluarga distribusi Dolph-Chebyshev yang bersifat equiripple. Arah dari ain lobe sendiri hanya dipengaruhi oleh dan distribusi w saa sekali tidak berhubungan dengan arah ain lobe. 3 V. PENUTUP Sebagai penutup, dapat disipulkan bahwa:. Dala perancangan array untuk aplikasi beaforing, terjadi trade off antara beawidth dan perbandingan level ain

14 INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN lobe-side lobe. Dengan ebandingkan distribusi unifor, edge, binoial, dan Dolph-Chebyshev, dapat dilihat bahwa distribusi yang eberikan beawidth terkecil adalah distribusi edge, nau eiliki perbandingan ain lobe-side lobe terburuk. Hal yang sebaliknya terjadi ketika enggunakan distribusi binoial. Untuk engatasi trade off ini, dapat digunakan distribusi Dolph-Chebyshev sehingga didapatkan hasil yang optiu jika salah satu paraeter perancangan diketahui.. Peilihan distribusi pebobotan pada delay and su beaforing akan epengaruhi bagaiana bentuk side lobe dan akan beriplikasi pada beawidth dari ain lobe. Arah dari ain lobe sendiri tidak dipengaruhi oleh w, akan tetapi hanya dipengaruhi oleh yang ditentukan dari delay asing-asing lengan delay and su beaforing. [3]. D.H Johnson and D.E. Dudgeon, Array Signal Processing Concepts and Techniques. New Jersey: Prentice Hall, ch.4, 993. [4]. J.D. Kraus and R.J. arhefka, Antennas for All Applications. 3 rd edition. New York: cgraw Hill, ch.5, 00. [5]. Heran Judawisastra, ET-40 Antena & Propagasi Gelobang. Bandung: Penerbit ITB, ch.. [6]. S.J. Orfanidis. (Cited: arch, 0), Electroagnetic Waves and Antennas. [Online]. Available: a [7]. Peter Lynch, The Dolph Chebyshev Window: A Siple Optial Filter, Aerican eteorological Society Notes and Correspondence, Vol.5, April, pp , 997. DAFTAR PUSTAKA []. Barry D. Van Veen and Kevin. Buckley, Beaforing: A Versatile Approach to Spatial Filtering, IEEE ASSP agazine, April, pp. 4-4, 988. []. Haid Kri and ats Viberg, Two Decades of Array Signal Processing Research, IEEE Signal Processing agazine, July, pp ,

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER 6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER Dala intererensi, diraksi, terjadi superposisi dua buah gelobang bahkan lebih. Seringkali superposisi terjadi antara gelobang yang eiliki aplitudo, panjang gelobang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering Jurnal Kubik, Volue No. ISSN : 338-0896 Penentuan Akar-Akar Siste Persaaan Tak Linier dengan Kobinasi Differential Evolution dan Clustering Jaaliatul Badriyah Jurusan Mateatika, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

TRANSFORM FOURIER CEPAT MATEMATIS UNTUK MENGANALISIS SPEKTRUM FREKUENSI LINIER SINYAL TUTUR

TRANSFORM FOURIER CEPAT MATEMATIS UNTUK MENGANALISIS SPEKTRUM FREKUENSI LINIER SINYAL TUTUR ISS: 1693-6930 31 TRASFORM FOURIER CEPAT MATEMATIS UTUK MEGAALISIS SPEKTRUM FREKUESI LIIER SIYAL TUTUR Salan Abd. Cadu 1, Prayoto 2, Adhi Susanto 3, Kirbani Sri Brotopuspito 4 1 Jurusan Teknik Eektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil Prosiding SI MaNIs (Seinar Nasional Integrasi Mateatika dan Nilai Islai) Vol.1, No.1, Juli 017, Hal. 1-5 p-issn: 580-4596; e-issn: 580-460X Halaan 1 Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah

Lebih terperinci

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE)

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) JUISI, Vol. 03, No. 02, Agustus 2017 1 Estiasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algorita Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) Musayyanah 1, Yosefine Triwidyastuti 2, Heri Pratikno 3

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Statistika, Vol., No., Noveber 0 STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Gede Suwardika, Heri Kuswanto, Irhaah Jurusan Statistika,Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA Elvi Syahriah 1, Khozin Mu taar 2 1,2 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R. 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningru*, Ia Santoso**, R.Rizal Isnanto** Abstrak - Tekstur adalah karakteristik yang penting

Lebih terperinci

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut Sisti Kounikasi 1 Perteuan 4 Modulasi Sudut Mudrik Alaydrus Teknik Elektro Fakultas Teknik, UMB udrikalaydrus@yahoo.o 1 Bentuk uu dari sinyal terodulasi sudut: x ( ϑ ( ( t = A os t ϑ (t ( t 1 d ϑ ( t =

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME Moh. Affaf 1, Zaiful Ulu 1, STKIP PGRI Bangkalan, ohaffaf@stkippgri-bkl.ac.id, zaifululu@stkippgri-bkl.ac.id

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8. BAB III BAHASAN KONSTRUKSI GF( ) Untuk engonstruksi GF( ) dala penelitian ini dapat dilakukan dengan engacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 28 Karena adalah bilangan pria, aka berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Naskah diterbitkan: 30 Deseber 015 DOI: doi.org/10.1009/1.0110 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Jakarta, Jl.

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON 3. Metode Beda Hingga Crank-Nicolson (C-N) Metode Crank-Nicolson dikebangkan oleh Crank John dan Phyllips Nicholson pada pertengahan abad ke-, etode ini erupakan

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 74 81 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST RELIGEA

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Michael Faraday Jaes Clerk Maxwell Medan lektroagnetik Pergerakan uatan listrik enghasilkan edan agnet Perubahan edan agnet dapat enibulkan pergerakan uatan listrik Koil/kuparanjikadialirilistrikakanenghasilkanedanagnet

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ)

PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) 1 PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) Anggun Fitrian Isnawati 1, Riyanto, Ajeng Enggar Wijayanti 3 1,,3 Progra

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph ) 1 Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antiagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antiagic Total Labeling of Crown String Graph ) Enin Lutfi Sundari, Dafik, Slain Pendidikan Mateatika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Model Produksi dan Distribusi Energi

Model Produksi dan Distribusi Energi Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengebangkan Budaya Iliah dan Inovasi terbarukan dala endukung Sustainable Developent Goals (SDGs) 2030 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET EXTREMELY LOW FREQUENCY

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp SIMULASI PERILAKU PONDASI GABUNGAN TELAPAK DAN SUMURAN DENGAN VARIASI DIMENSI TELAPAK DAN DIAMETER SUMURAN PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS DITINJAU DARI NILAI PENURUNAN Habib Abduljabar Waskito 1), Niken Sili

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA EEKTONKA ANAOG Perteuan PEMOTONGAN PADA DUA HAGA TEGANGAN BEBEDA Disebut juga rangkaian pengiris atau slicer. angkaian utk peotongan pada dua harga tegangan yg berbeda ditunjukkan pd gabar (a) berikut.

Lebih terperinci

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION IMPLEMENTSI PNORMIC IMGE MOSIC DENGN METODE 8 PRMETER PERSPECTIVE TRNSFORMTION Rud dipranata, Hendra Litoo, Cherr G. Ballangan Teknik Inforatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L.

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L. PEMBAHASAN PROBEM SET FISIKA SUPERINTENSIF 07 D 4 E keepatan perpindaha n s AB = 5 k v salan = 54 k/ja v uar = 36 k/ja Jika keepatan - sebuah benda saa dengan nol, aka perpindahan benda saa dengan nol.

Lebih terperinci

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung INSTANTON Casika Saputra 02200 Institut Teknologi Bandung Abstrak. Solusi klasik pada kasus Double Well Potential dala ekanika kuantu dala iaginary tie Euclidian eberikan dua buah solusi yaitu solusi trivial

Lebih terperinci

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR Kiki Reski Ananda 1 Khozin Mu taar 2 12 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan

Lebih terperinci

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi Penyelesaian Algortia Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Proble (CSP) Satu Diensi Putra BJ Bangun, Sisca Octarina, Rika Apriani Jurusan Mateatika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN Yuiati (yui@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT The Sith noral for and left good atrix have been known in atrix theore. Any atrix over the principal

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG STASIONER

LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG STASIONER LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG STASIONER Oleh : Aliyah Syahab 04 Kevin Norsa Vananda 13 Naila Nisrina 20 Olivia Medina Rosyadi 25 Rahad Raadhan 27 Wardah Raniah 32 XI MIA 7 2014/2015 A.Alat dan Bahan 1.Kabel

Lebih terperinci

Algoritma Pencarian A* dengan Fungsi Heuristik Jarak Manhattan

Algoritma Pencarian A* dengan Fungsi Heuristik Jarak Manhattan Algorita Pencarian A* dengan Fungsi Heuristik Jarak Manhattan Puanta Della Maharani Riyadi - 13507135 Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha no. 10, Bandung If17135@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON OURCE 3.1 Tujuan : 1) Mendeonstrasikan prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian penguat coon source sinyal kecil. 2) Investigasi pengaruh dari penguatan tegangan.

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci