TRANSFORM FOURIER CEPAT MATEMATIS UNTUK MENGANALISIS SPEKTRUM FREKUENSI LINIER SINYAL TUTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRANSFORM FOURIER CEPAT MATEMATIS UNTUK MENGANALISIS SPEKTRUM FREKUENSI LINIER SINYAL TUTUR"

Transkripsi

1 ISS: TRASFORM FOURIER CEPAT MATEMATIS UTUK MEGAALISIS SPEKTRUM FREKUESI LIIER SIYAL TUTUR Salan Abd. Cadu 1, Prayoto 2, Adhi Susanto 3, Kirbani Sri Brotopuspito 4 1 Jurusan Teknik Eektro Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, eail: salan_abd_2002@yahoo.co 2 Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada 3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 4 Jurusan Geofisika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Abstrak Spektru enggunakan transfor Fourier cepat FFT ateatis diaksudkan untuk elakukan analisis frekuensi. Resolusi frekuensi spektru tergantung nilai-nilai cuplikan sinyal audio/tutur digital, yang terbagi dala sejulah poin data FFT, yaitu seakin besar julah poin data, seakin baik resolusi frekuensi spektru. Skala frekuensi pada spektru ini enggunakan skala frekuensi linier yang enyebarkan koponen frekuensi secara erata pada tapilan spektru secara keseluruhan. Penanganan terhadap berkas gelobang tutur, atau asukan audio, dapat berjalan lebih cepat ketika enggunakan skala frekuensi linier daripada enggunakan skala frekuensi logaritis. Penerapan fungsi berbagai window terhadap data dapat ebantu engurangi efek kebocoran yang terjadi pada spektru frekuensi. Kata kunci : FFT Mateatis, Spektru Frekuensi Linier, Sinyal Tutur 1. PEGATAR FFT biasanya dilaksanakan berdasar sejulah poin data asukan yang selalu berupa kelipatan dua (128, 256, 512, 1024, 2048, atau 4096). Resolusi frekuensi spektru untuk sinyal audio/tutur tergantung pada julah poin data ini, seakin besar julah poin data, seakin baik resolusi frekuensi spektru. Frekuensi aksiu yang dihitung oleh FFT atau batas frekuensi tertinggi spektru adalah benar setengah frekuensi cuplikan digital [1]. Dala setiap proses analisis spektru, resolusi waktu dan resolusi frekuensi eiliki hubungan terbalik, resolusi frekuensi yang sangat bagus berkaitan dengan resolusi waktu yang buruk, sebaliknya resolusi waktu yang sangat bagus berkaitan dengan resolusi frekuensi yang buruk. Hubungan antara resolusi waktu (Tie Resolution, TR) dala detik dan resolusi frekuensi (Frequency Resolution, FR) dala Hz adalah: TR = 1/FR...(1) Akibat logis prinsip ketidakpastian ini adalah bahwa eilih resolusi frekuensi yang sangat bagus akan enutupi detail waktu dala spektru audio/tutur. Meilih resolusi frekuensi yang tepat dan resolusi waktu yang sesuai enjadi suatu strategi antara kebutuhan untuk engaati detail frekuensi yang baik dala spektru dengan kebutuhan untuk engaati variasi waktu yang cepat dala spektru [2]. Skala linier ebagi subu frekuensi enjadi interval frekuensi yang saa, skala linier tidak banyak eiliki uatan koputasional karena resolusi frekuensi selalu konstan di sepanjang bidang frekuensi seluruhnya. Mengingat bahwa uatan koputasional FFT yang besar, dapat dibuktikan bahwa penggarapan terhadap berkas gelobang atau asukan audio/tutur dapat berjalan lebih cepat ketika enggunakan suatu skala frekuensi linier dari pada enggunakan skala frekuensi logaritis. Penting untuk eahai bagaiana pilihan terhadap suatu skala frekuensi linier epengaruhi tapilan spektru tingkat tekanan suara. Spektru engukur tingkat tekanan suara pada bidang frekuensi sepit diskrit di sepanjang spektru. Ketika enggunakan suatu Transfor Forier Cepat Mateatis.(Salan Abd)

2 32 ISS: skala frekuensi linier, lebar setiap bidang pengukuran yang konstan, saa dengan nilai resolusi frekuensi yang dipilih ketika easang tapilan spektru. Analisis frekuensi untuk sinyal dengan tingkat tekanan suara yang konstan pada seua frekuensi seperti derau putih, atau julah energi yang saa terkandung dala setiap subbidang pengukuran. Penganalisis spektru yang dikalibrasi secara tepat dengan asukan derau putih akan enunjukkan suatu gabar spektru datar ketika enggunakan skala frekuensi linier. 2. LADASA TEORI Teori Fourier enyatakan bahwa bentuk gelobang (wavefor) periodis dapat dipecah kedala serangkaian sinusoid yang eiliki frekuensi, aplitude, dan fase yang berbeda. Dala sintesis wavetable, aplitude parsialnya tetap, dan seentara hal ini uunya cukup untuk eberikan kesan (ipression) tipe warna nada (tibre) tertentu, keterbatasannya encegahnya eneria hasil yang lebih tahan dala kelangsungan hidup (life-like), hal ini terutaa untuk dua alasan: a) di ala, frekuensi parsial jarang erupakan perkalian bilangan bulat yang tepat (exact), dan b) aplitude parsial individu hapir selalu berbeda-beda relatif terhadap satu saa lain selaa suatu nada (tone). Kedua efek ini ustahil dicapai dengan sintesis wavetable, dan sintesis aditif, oleh karena itu, dengan hubungannya yang jelas dengan analisis Fourier, aka Fourier enawarkan solusi asalah ini. Penganalisis FFT entransforasikan data dari doain waktu ke doain frekuensi dengan enghitung transfor Fourier cepat. Hal ini didasarkan pada integral Fourier: y x(t)e j2ft dt (2) aun ini erupakan suatu bentuk yang dapat dihitung secara nueris. Integral ini ensyaratkan bahwa suatu sinyal kontinu diintegralkan selaa waktu yang tak terhingga, tentu saja, diinginkan hasil dala waktu yang terhingga, dan karena koputer berhubungan dengan angka, aka diperlukan digitasi bentuk gelobang, yang dapat ebuat waktu bersifat diskrit. Kedua perubahan terhadap sinyal ini engakibatkan kesalahan dala spektru frekuensi yang dihitung. Cuplikan sinyal pada waktu diskrit dapat enyebabkan aliasing (yang dapat terlihat sebagai sinyal bayangan (phanto) pada tapilan). Pengubahan batas integral panjang tak terhingga enjadi panjang terhingga dapat enyebabkan kesalahan yang disebut kebocoran (yang uncul sebagai energi dari titik tertentu dala spektru terbaur (seared) naik dan turun elintasi spektru). Karena ketidakungkinan engukur suatu sinyal untuk waktu yang tak terhingga, aka penganalisis engubah batas integral ke panjang waktu yang dibutuhkan untuk engupulkan blok cuplikan. Blok cuplikan disebut tie record. FFT ensyaratkan bahwa sinyal dala tie record diulang terus-enerus sepanjang waktu. Jika tie record yang diulang secara aktual tapak seperti sinyal asli, aka tidak akan terjadi kebocoran. Jika, pada sisi lain, tak terlihat seperti sinyal aslinya, aka terjadi kebocoran. Penerapan fungsi window terhadap data yang ada akan dapat ebantu engurangi efek kebocoran dala doain frekuensi [3]. Untuk enghitung spektru y dari sinyal tutur X dapat digunakan FFT dengan enggunakan persaaan berikut: y 1 2ik Xk. e (3) k0 dengan = 0-1, dan k = 0-1, deikian juga, untuk enghitung sinyal X dari spektru y dapat digunakan invers transfor Fourier cepat (IFFT) enggunakan persaaan berikut: 1 1 2ik X k y. e (4) 0 TELKOMIKA Vol. 2, o. 1, April 2004 : 31-40

3 TELKOMIKA ISS: dengan = 0-1, dan k = 0-1. Meilih suatu data window biasanya dilakukan elalui suatu koproi. Setiap window engotori (sear) spektru frekuensi. Ini berarti bahwa suatu puncak yang runcing yang berkaitan dengan suatu gelobang sinus dala sinyal seakin elebar. Di sisi lain kebocoran palsu (spurious) ke dala frekuensi di sekitarnya akan berkurang. Fungsi window disajikan pada Gabar 1. fungsi window data Gabar 1. Gabar fungsi window 3. HASIL EKSPERIME Ukuran FFT dapat dihitung pada spektru biasanya adalah 128, 256, 512, 1024, 2048, atau Resolusi frekuensi paling tinggi pada spektru adalah nilai cuplikan digital yang dibagi dengan ukuran FFT. FFT yang lebih besar hanya digunakan untuk analisis resolusi yang tinggi atau dengan skala frekuensi logaritis. FFT dengan resolusi yang lebih tinggi ebutuhkan waktu lebih banyak untuk enghitung spektru. Untuk alasan ini, kadangkadang sebaiknya nilai cuplikan dikurangi ketika ereka data audio/tutur, jika resolusi frekuensi yang tinggi dibutuhkan, daripada enggunakan suatu FFT dengan resolusi yang lebih tinggi. Algorita dasar FFT berikut digunakan untuk enghitung spektru y dari sinyal X (Diagra alir algorita FFT dapat dilihat pada Gabar 2). 1. Mulai; 2. Konstanta : sinyal Larik TFFTFloat; 3. Variabel : spektru Larik TFFTCoplex; 4. Isikan data dengan nilai nol hingga ke kelipatan 2 berikutnya dapat dijadikan suatu pilihan bila kecepatan dianggap penting. 5. Untuk 0..-1, dan k 0..-1; 1 2ik 6. Hitunglah spektru y sinyal X : y X. e k0 k 7. Larik spektru dan larik sinyal harus eiliki panjang yang saa. 8. Algorita ini berfungsi untuk setiap julah, tetapi algorita ini akan sangat cepat jika adalah kelipatan 2, juga bekerja lebih cepat untuk genap. 9. Karena sinyal asukan bernilai riil, spektru eiliki sietri ini untuk 1..(-1) div 2, yang ungkin berguna untuk enyederhanakan beberapa kalkulasi: y y * 10. Separuh bagian atas adalah konjugasi kopleks separuh bagian bawah. 11. Selesai. Algorita dasar IFFT dapat enghitung sinyal X dari spektru y (Diagra alir algorita IFFT dapat dilihat pada Gabar 3). 1. Mulai; 2. Konstanta ; spektru larik TFFTCoplex 3. Variabel : sinyal Larik TFFTFloat; Transfor Forier Cepat Mateatis.(Salan Abd)

4 34 ISS: Algorita ini berfungsi untuk setiap julah, naun sangat cepat jika adalah kelipatan 2, juga bekerja lebih cepat bahkan untuk genap. 5. Untuk 0..-1, dan k 0..-1, 1 1 2ik 6. Hitunglah sinyal x spektru y : X k y. e 0 7. Larik spektru dan larik sinyal harus eiliki panjang yang saa. 8. Algorita dasar FFT enghasilkan suatu sinyal bernilai kopleks tetapi hanya bagian riil yang disalin ke keluaran larik sinyal, seentara bagian iajiner diabaikan. 9. Terdapat nol di ana spektru eiliki sietri untuk 1..(-1) div 2 : y y * 10. Separuh bagian atas adalah konjugasi kopleks separuh bagian bawah. 11. Selesai. ulai konstanta: sinyal = larik TFFTFloat variabel: spektru = larik TFFTCoplex = {0 = kelipatan 2, atau genap } untuk = 0 ke -1 k = 0 ke -1 y 1 X k0 k. e 2ik panjang larik spektru = panjang larik sinyal = karena sinyal bernilai riil, aka spektru eiliki sietri untuk = 1 ke (-1) div 2, untuk enyederhanakan kalkulasi y y * separuh bagian atas = konjugasi kopleks separuh bagian bawah selesai Gabar 2. Diagra alir algorita dasar FFT Skala frekuensi pada spektru ini enggunakan skala frekuensi linier untuk enghitung suatu spektru. Suatu skala linier akan enyebarkan koponen frekuensi secara erata pada spektru keseluruhan. Suatu sinyal akan enghasilkan ketajaan, karena rutin FFT enganggap asukan sebagai suatu sinyal periodik yang dapat enibulkan cacat pada TELKOMIKA Vol. 2, o. 1, April 2004 : 31-40

5 TELKOMIKA ISS: spektru. Untuk engurangi asalah tersebut suatu window data pertaa-taa dapat diterapkan pada sinyal. Window data digunakan ketika eproses larik terhingga diskrit, yaitu julah cuplikan tetap. FFT engasusikan bahwa larik -cuplikan bersifat periodik; jika tidak, aka transforasi yang dihasilkan dapat eperlihatkan kandungan frekuensi salah (false) yang dikenal sebagai kebocoran (leakage) karena diskontinuitas pada bagian tepi larik. Fungsi window eiliki aplitude nol, atau endekati nol pada bagian tepi larik, dan dapat digunakan untuk eodulasi asukan tak-periodis untuk eastikan bahwa fungsi produk bersifat periodis selaa cuplikan. Sebagai bukti dari apa yang disebut di atas, terdapat banyak fungsi window yang dapat dipilih, antara lain berupa window segiepat, Segitiga (Bartlett, atau Perzen), Haing, Hanning, Blackan, Welch, FlatTop, dan uttall. Persaaannya tertera pada Tabel 1, dan window disajikan pada Gabar 4. Lebar window dapat dipilih kurang dari, yang eungkinkan analisis terhadap spektru fungsi window itu sendiri. Penerapan fungsi window terhadap data yang ada akan dapat ebantu engurangi efek kebocoran dala doain frekuensi. ulai konstanta: spektru = larik TFFTCoplex variabel: sinyal = larik TFFTFloat = {0 = kelipatan 2, atau genap } untuk = 0 ke -1 k = 0 ke -1 spektru eeliki sietri untuk = 1 ke (-1) div 2, untuk enyederhanakan kalkulasi y y * X larik spektru = larik sinyal = k 1 1 y 0. e 2ik sinyal = riil + iajiner; {iajiner diabaikan} separuh bagian atas = konjugasi kopleks separuh bagian bawah selesai Gabar 3. Diagra alir algorita dasar IFFT Transfor Forier Cepat Mateatis.(Salan Abd)

6 36 ISS: Tabel 1. Persaaan window yang diterapkan pada spektru o Tipe ilai cuplikan Kisaran k 1 Segiepat 1 0 k 1 w k 0 else 2 Segitiga Bartlett, atau Parzen 3 Hanning 4 Haing 5 Blackan 6 Welch w k w k w k w k 1 2 k k 1 cos k cos 1 2 k 4 k cos 0.08 cos 1 1 x 1 Wlech x, 0 7 FlatTop w k * cos x * cos 2x 8 uttall x 2k 1 w k *cos( x x 2k 1 2 n 1 n 1 ) 0.125* cos2x 0 k 1 0 k 1 0 k 1 0 k 1 x else 0 k 1 0 k 1 (a) Jendela Segiepat (b) Jendela Blackan TELKOMIKA Vol. 2, o. 1, April 2004 : 31-40

7 TELKOMIKA ISS: (c) Jendela Haing (d) Jendela uttall (e) Jendela Hanning (f) Jendela Welch (g) Jendela Segitiga (Bartlett) (h) Jendela FlatTop Gabar 4. Berbagai jendela yang diterapkan pada spektru Spektru dengan skala frekuensi linier dapat disajikan pada Gabar 5. Transfor Forier Cepat Mateatis.(Salan Abd)

8 38 ISS: (a) Spektru skala linier dengan non-window (b) Spektru skala linier dengan window Blackan (c) Spektru skala linier dengan window Hanning (d) Spektru skala linier dengan window uttal (e) Spektru skala linier dengan window Haing (f) Spektru skala linier dengan window Flattop TELKOMIKA Vol. 2, o. 1, April 2004 : 31-40

9 TELKOMIKA ISS: (g) Spektru skala linier dengan window Taylor 80 db (h) Spektru skala linier dengan window Welch Gabar 5. Spektru dengan skala frekuensi linier Pada Tabel 2 tertera keterangan yang dihasilkan ketika diterapkan beberapa window pada sinyal tutur. Tabel 2. Keterangan efek window terhadap spektru o. aa window Keterangan 1. (tanpa window) Lobe utaa yang ungkin yang paling sepit, tetapi terjadi kebocoran yang cukup besar. 2. Bartlett (Triangle) Welch eiliki suatu lobe utaa yang sedikit lebih sepit dibanding Bartlett, tetapi sidelobe-nya agak lebih tinggi. 3. Welch (parabola) Welch eiliki suatu lobe utaa yang sedikit lebih sepit dibanding Bartlett, tetapi sidelobe-nya agak lebih tinggi. 4. Hanning Lobe utaa yang agak sepit, reduksi kebocoran jauh asiptotik yang bagus. 5. Haing Lobe utaa yang agak sepit, reduksi kebocoran dekat yang bagus. 6. Blackan Lobe utaa yang lebih luas dibanding Hanning dan Haing, reduksi kebocoran dekat dan jauh yang bagus. 7. uttall Reduksi kebocoran dekat yang lebih bagus daripada window Blackan tetapi lobe utaa yang lebih luas. 8. FlatTop Window Flattop digunakan ketika enghitung aplitude spektru suatu puncak dengan energi spektru endekati aslinya dan enyediakan akurasi aplitude yang bagus. Window Flattop eiliki suatu lobe utaa yang luas dengan suatu flat top elewati dua garis spektru. Ini berarti bahwa setiap frekuensi sinyal yang berada di antara dua garis spektru akan terlihat pada garis spektru yang terdekat tanpa kehilangan aplitude. Window FlatTop digunakan ketika pengukuran koponen spektru aplitude dari frekuensi arbitrer dianggap penting. 4. KESIMPULA Dari hasil penelitian dapat ditarik kesipulan sebagai berikut: 1. Peindaian (scanning) berkas gelobang atau asukan audio/tutur dapat berjalan lebih cepat ketika enggunakan suatu skala frekuensi linier dari pada enggunakan suatu skala frekuensi logaritis. 2. Penerapan fungsi berbagai window terhadap data dapat ebantu engurangi efek kebocoran yang terjadi pada spektru frekuensi. 3. Seakin besar julah poin data, seakin baik resolusi frekuensi pada spektru. Transfor Forier Cepat Mateatis.(Salan Abd)

10 40 ISS: Metode ini berjalan lebih cepat jika poin data erupakan kelipatan dua (128, 256, 1024, 2048, atau 4096, dan seterusnya), atau erupakan bilangan genap. 5. Meilih suatu resolusi frekuensi yang tepat dan resolusi waktu yang sesuai enjadi suatu kesesuaian antara kebutuhan untuk engaati detail frekuensi yang baik dala spektru dengan kebutuhan untuk engaati variasi waktu yang cepat dala spektru. DAFTAR PUSTAKA [1] Rabiner, L., R., and R.W. Schafer, Digital Processing of Speech Signals Prentice Hall, [2] Sugaura,., and F. Itakura, Speech Analysis and Synthesis Methodes Developed at ECL in TT- fro LPC to LSP Speech Counication, 5: , [3] Fallside, F., and W.A. Woods, Coputer Speech Processing, Cabridge University Engineering Departent, Printice Hall, TELKOMIKA Vol. 2, o. 1, April 2004 : 31-40

ANALISIS SPEKTRUM FREKUENSI NON-LINEAR SINYAL TUTUR DENGAN ALIH RAGAM FOURIER CEPAT

ANALISIS SPEKTRUM FREKUENSI NON-LINEAR SINYAL TUTUR DENGAN ALIH RAGAM FOURIER CEPAT ISS: 693-693 5 AALISIS SPEKTRUM FREKUESI O-LIEAR SIYAL TUTUR DEGA ALIH RAGAM FOURIER CEPAT Sala Abd. Cadu, Prayoto 2, Adhi Susato 3, Kirbai Sri Brotopuspito 4,3 Jurusa Tekik Elektro Fakultas Tekik Uiversitas

Lebih terperinci

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER 6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER Dala intererensi, diraksi, terjadi superposisi dua buah gelobang bahkan lebih. Seringkali superposisi terjadi antara gelobang yang eiliki aplitudo, panjang gelobang

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING

PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN 087 945 PENGARUH DISTRIBUSI PEBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SU BEAFORING Ananto E. Prasetiadi Dosen Tetap Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T.

By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T. * By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T. * Fasor tegangan dan arus pada resistor Perhatikan Gabar 1 dibawah ini Gabar 1.a. Dala daerah waktu Gabar 1.b. Dala daerah frekuensi Kita ulai dari persaaan daerah

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA EEKTONKA ANAOG Perteuan PEMOTONGAN PADA DUA HAGA TEGANGAN BEBEDA Disebut juga rangkaian pengiris atau slicer. angkaian utk peotongan pada dua harga tegangan yg berbeda ditunjukkan pd gabar (a) berikut.

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengebangkan Budaya Iliah dan Inovasi terbarukan dala endukung Sustainable Developent Goals (SDGs) 2030 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET EXTREMELY LOW FREQUENCY

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

Sigit Nur Rohman Achmad Hidayatno Ajub Ajulian Zahra ABSTRACT

Sigit Nur Rohman Achmad Hidayatno Ajub Ajulian Zahra ABSTRACT APLIKASI PENCIRIAN DENGAN LINEAR PREDICTIVE CODING UNTUK PEMBELAJARAN PENGUCAPAN NAMA HEWAN DALAM BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Sigit Nur Rohan Achad Hidayatno Ajub Ajulian

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE)

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) JUISI, Vol. 03, No. 02, Agustus 2017 1 Estiasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algorita Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) Musayyanah 1, Yosefine Triwidyastuti 2, Heri Pratikno 3

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM BASIS DATA

MAKALAH SISTEM BASIS DATA MAKALAH SISTEM BASIS DATA (Entity Relationship Diagra (ERD) Reservasi Hotel) Disusun Oleh : Yulius Dona Hipa (16101055) Agustina Dau (15101635) Arsenia Weni (16101648) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMARIKA

Lebih terperinci

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung INSTANTON Casika Saputra 02200 Institut Teknologi Bandung Abstrak. Solusi klasik pada kasus Double Well Potential dala ekanika kuantu dala iaginary tie Euclidian eberikan dua buah solusi yaitu solusi trivial

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R. 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningru*, Ia Santoso**, R.Rizal Isnanto** Abstrak - Tekstur adalah karakteristik yang penting

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut Sisti Kounikasi 1 Perteuan 4 Modulasi Sudut Mudrik Alaydrus Teknik Elektro Fakultas Teknik, UMB udrikalaydrus@yahoo.o 1 Bentuk uu dari sinyal terodulasi sudut: x ( ϑ ( ( t = A os t ϑ (t ( t 1 d ϑ ( t =

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI Sebagian besar sinyal-sinyal di alam adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan sistem digital, perlu dilakukan proses pengubahan sinyal analog menjadi

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L.

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L. PEMBAHASAN PROBEM SET FISIKA SUPERINTENSIF 07 D 4 E keepatan perpindaha n s AB = 5 k v salan = 54 k/ja v uar = 36 k/ja Jika keepatan - sebuah benda saa dengan nol, aka perpindahan benda saa dengan nol.

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012 Perteuan ke-3 Persaaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 7 Septeber 01 Analisa Terapan Terapan:: Metode Nuerik Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Bisection Dasar Teorea: Suatu persaaan ()0, diana

Lebih terperinci

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Hubungan 1/1 filter oktaf f 1 f 2 f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2f c1 = frekuensi tengah penyaring =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Analisis oktaf sepertiga,

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Membuat aplikasi pengenalan suara untuk pengendalian robot dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritma pembelajaran dan pemodelan dalam pengenalan suara.

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 71 Jakarta

Rancang Bangun Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 71 Jakarta Siposiu Nasional Ilu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 207 ISBN: 978-602-6268-4-9 Rancang Bangun Siste Inforasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 7 Jakarta Kurniawati, Ghofar Taufik 2 STMIK Nusa

Lebih terperinci

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB. INDUKSI EEKTROMAGNETIK.... Huku Faraday dan enz.... Generator istrik...6.3 Transforator...7.4 Indukstansi...9.5 Energi dala Medan Magnet....6 Rangkaian istrik AC...4.7 Osilator....8

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK Bentuk tegangan dan arus bolak balik Bentuk tegangan dan arus bolak balik Ruus dan Keterangannya ; v v : tegangan sesaat (volt) : tegangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

Seminar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, Juli 2011

Seminar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, Juli 2011 Seinar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, 19-22 Juli 2011 UNIT SENTRAL DATA SEBAGAI MEDIA PENGONTROL PERALATAN LISTRIK BERBASIS ATMEGA8515 DAN POWER LINE CARRIER Ferry Trivianto ferry@student.eepis-its.edu

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA Babang Purwanggono, Andre Sugiyono Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI FAKUTAS TEKNIK UNP PENYEAAH SATU FASA TIDAK TEKENDAI JOBSHEET/ABSHEET JUUSAN : TEKNIK EEKTO NOMO : II POGAM STUDI : DI WAKTU : x 5 MENIT MATA KUIAH /KODE : EEKTONIKA DAYA / TEI5 TOPIK : PENYEAAH SATU FASA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 74 81 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST RELIGEA

Lebih terperinci

Lembar Perhitungan Otomatis menggunakan OpenOffice.org WRITER

Lembar Perhitungan Otomatis menggunakan OpenOffice.org WRITER Lebar Perhitungan Otoatis enggunakan OpenOffice.org WRITER Pebuatan laporan lebar kerja untuk perasalahan sederhana dapat dilakukan langsung dengan OOo Writer, kelebihan yang didapat adalah keapuan forating

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

Aplikasi Diagnosa Penyakit Asma Menggunakan Bayesian Network Berbasis Web

Aplikasi Diagnosa Penyakit Asma Menggunakan Bayesian Network Berbasis Web Jurnal Teknik Inforatika Vol. 1 Septeber 2012 1 Aplikasi Diagnosa Penyakit Asa Menggunakan Bayesian Network Berbasis Web Yunitha Nancy Roselina 1, Sugeng Purwantoro E.S.G.S,S.T,M.T 2 & Meen Akbar,S.Si

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNET STASIUN PENGAMAT GEOMAGNET BIAK

KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNET STASIUN PENGAMAT GEOMAGNET BIAK Prosiding Seinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 211 KARAKERISIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNE SASIUN PENGAMA GEOMAGNE BIAK

Lebih terperinci

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga Departent of Matheatics FMIPA UNS Lecture 3: Relation C A. Universal, Epty, and Equality Relations Diberikan sebarang hipunan A. Maka A A dan erupakan subset dari A A dan berturut-turut disebut relasi

Lebih terperinci

Kendalian Pada Sistem Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placement dan Linier Quadratic Optimal Control.

Kendalian Pada Sistem Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placement dan Linier Quadratic Optimal Control. Kendalian Pada Siste Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placeent dan Linier Quadratic Optial Control. Ade Elbani Jurusan eknik Elektro Fakultas eknik, Universitas anjungpura Pontianak eail : adeelbani@yahoo.co

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA J. J. Siang BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA Intisari Dala tulisan ini dipaparkan engenai sejarah peneuan bilangan pria, pengujian bilangan pria besar, serta salah satu aplikasinya dala kriptografi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO PENGENALAN UCAPAN KATA BERKORELASI TINGGI Mery Subito * Abstract The research on speech recognition by using stochastic ethods has been carried out intensively since 1970

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini enjelaskan engenai berbagai teori yang digunakan untuk elakukan penelitian ini. Bab ini terdiri dari penjelasan engenai penghitung pengunjung, lalu penjelasan engenai

Lebih terperinci

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON 3. Metode Beda Hingga Crank-Nicolson (C-N) Metode Crank-Nicolson dikebangkan oleh Crank John dan Phyllips Nicholson pada pertengahan abad ke-, etode ini erupakan

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Jakarta, Jl.

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID Dwi Rizki Purnaasari Mahasiswa Progra Studi Teknik Inforatika STMIK Budidara Medan Jl. Sisingaangaraja No. 338 Sipang Liun

Lebih terperinci

PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ)

PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) 1 PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) Anggun Fitrian Isnawati 1, Riyanto, Ajeng Enggar Wijayanti 3 1,,3 Progra

Lebih terperinci