PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ)"

Transkripsi

1 1 PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) Anggun Fitrian Isnawati 1, Riyanto, Ajeng Enggar Wijayanti 3 1,,3 Progra Studi Diploa III Teknik Telekounikasi AKATEL Purwokerto 1 anggun_fitrian@yahoo.co, riyan_sala3@yahoo.co.id ABSTRACT Fiber optic has characteristics for optical transission syste. One of optical characteristics is pulse broadening, known as dispersion. The dispersion is a condition where pulse in output side is larger than pulse in input side. It eans that pulse broadening had happened. In the counication syste, it s known as inter sybol interference (ISI). Effect of Inter sybol interference increasing the error bit or BER value. In optical counication syste, dispersion is ost influence to the data rate that fiber can support. Besides, bandwidth, inforation capacity, transission distance, wavelength and fiber type can also influenced by the dispersion. Keywords: BER, dispersion, inter sybol interference A. PENDAHULUAN Sifat dispersif aterial enggabarkan kebergantungan kecepatan grup dari sinyal terhadap panjang gelobangnya. Kecepatan grup erupakan variasi frekuensi terhadap konstanta penjalaran dala serat optik: v g d n ; f ; 1 (1) d Jadi, sinar-sinar yang berbeda panjang gelobang eiliki kecepatan grup yang berbeda walaupun elalui lintasan yang saa. Dala transisi pulsa hal ini akan enyebabkan pelebaran pulsa. Jika pulsa-pulsa (return to zero) yang tidak bertindihan ditransisikan elalui serat optik engalai pelebaran pulsa σ karena dispersi (ns), aka laju bit (bit rate) aksiu B adalah: B 0,/σ () Selanjutnya, besarnya pelebaran pulsa bergantung pada panjang serat optik yang dilalui pulsa itu. Oleh sebab itu, dispersi suatu serat optik dinyatakan sebagai pelebaran pulsa per satuan panjang (ns/k). Julah pulsa yang dapat ditransisikan dala suatu perioda disebut kapasitas inforasi. Paraeter untuk kapasitas inforasi suatu serat optik adalah perkalian bandwidth dan panjang serat optik (B.L) atau lebih dikenal dengan analog bandwidthdistance product. BL 0, / σ T (3) dengan σ T adalah dispersi total persatuan panjang (ns/k). Harga BL yang biasa digunakan untuk serat optik ultiode step index adalah 0 MHz.k, ultiode graded index sebesar 1 GHz.k, dan singleode step index sebesar 100 GHz.k. 1. Dispersi Intra Modus Dispersi ini adalah pelebaran pulsa yang terjadi dala suatu singleode. Sinar yang berasal dari LED dan LASER engandung berbagai panjang gelobang, dan dikatakan eiliki suatu pita panjang gelobang atau lebar spektral. Seakin besar lebar spektral sinar yang easuki serat optik, seakin banyak aca panjang gelobang, seakin besar pelebaran pulsa (distorsi sinyal) yang terjadi. Untuk LED lebar spektral itu sekitar 0,05 o = 0,85 μ, aka lebar spektralnya kira-kira 40 n; artinya sebagian besar dari daya optiknya dipancarkan dala daerah panjang gelobang 0,83 0,87 μ. Pada dioda laser (LD), lebar spektral itu sangat sepit, sekitar 1 s/d n. Oleh sebab itu, dengan enggunakan serat optik singleode dan suber dioda laser, pelebaran pulsa diharapkan dapat sekecil ungkin. Jurnal Infotel Volue 1, Noor, Noveber 009

2 Tabel 1. Pelebaran pulsa/k akibat dispersi intraodus () Source σ i /L (ns/k) 900 LED FP-LD LED 0.1 FP-LD LED FP-LD 0.1 DFB-LD <0.01 Ada dua aca dispersi intraodus yaitu dispersi aterial dan dispersi pandu gelobang. a. Dispersi Material (Dispersi Chroatic) Dispersi aterial digabarkan sebagai perubahan kecepatan cahaya secara non-linier (ekivalen dengan indeks bias) sebagai fungsi dari panjang gelobang. Gabar 1. Grafik d n1 / d vs. panjang gelobang Pelebaran pulsa yang ditibulkan dispersi aterial dala satu satuan panjang diungkapkan dengan waktu tunda pulsa (pulse delay) τ = 1/v s (s/k). Dengan enggunakan persaaan (1) diperoleh: d 1 n1 d c dn1 d (4) diana n 1 = indeks bias inti. Untuk suatu suber yang eiliki lebar spektral (σ ), dispersi aterial enibulkan pelebaran pulsa per satuan panjang σ = σ dτ / d, (isalnya ns k -1 ) yang selanjutnya dengan persaaan (4) harga utlaknya enjadi: 1 d n c d (5) Paraeter dispersi aterial D didefinisikan sebagai: D d d n1 (6) d c d Paraeter D epunyai satuan ps n -1 k - 1 Sehingga besar nilai dispersi aterial adalah: D (7) b. Dispersi Pandu Gelobang Dispersi pandu gelobang adalah dispersi yang tibul karena variasi kecepatan grup terhadap panjang gelobang suatu odus. Untuk serat singleode yang konstanta penjalarannya β, dispersi pandu gelobang ditadai oleh d β/d 0. Untuk serat ultiode di ana kebanyakan odus enjalar dengan panjang gelobang yang jauh dari cut off, dispersi pandu gelobang dapat diabaikan. Selanjutnya akan dibahas dispersi pandu gelobang dala serat singleode. Waktu transit per satuan panjang (specific grup delay) adalah: pg 1 d (8) c dk Dala bab sebelunya telah dikeukakan paraeter konstanta penjalaran noral b dan frekuensi noral V, dengan: Sehingga: pg 1 n c kn V kan ( b 1) d( kb) 1 n n dk c (9) n d( Vb) dv (10) Paraeter dispersi pandu gelobang adalah: D pg d pg V d pg n d ( Vb) V (11) d dv c dv Jurnal Infotel Volue 1, Noor, Noveber 009

3 3 diana D pg adalah paraeter dispersi pandu gelobang (ps n -1 k -1 ) Besar nilai dispersi pandu gelobang adalah: pg D pg (1) Untuk perhitungan berapa pelebaran pulsa yang terjadi pada suatu siste kounikasi adalah nilai agnitude-nya (harga utlaknya). Hal ini juga terlihat pada persaaan (5) dan (6) yang enyertakan tanda agnitude (harga utlak). Pada perhitungan dispersi intraodus, nilai dispersi pandu gelobang biasanya sangat kecil dibandingkan dengan nilai dispersi aterial sehingga diabaikan. Secara keseluruhan nilai dispersi intraodus endekati nilai dispersi aterial saja.. Dispersi Antar Modus Dispersi antar odus adalah pelabaran pulsa sebagai akibat dari perbedaan kecepatan grup axial antara satu odus dengan odus penjalaran lainnya eskipun frekuensinya saa. Seperti telah dikeukakan dala sebelunya bahwa untuk enepuh panjang serat yang saa sinar berodus tinggi lebih labat dibandingkan dengan sinar berodus rendah, sehingga terjadi pelebaran pulsa. Gangguan ini dapat ditiadakan dengan enggunakan serat optik singleode. Tabel. Pelebaran pulsa/k akibat dispersi antarodus Fiber type Step-index 50 σ a /L (ns/k) Graded-index Single-ode 0 Untuk serat optik ultiode step index, waktu yang diperlukan oleh sinar berodus paling tinggi yaitu: T aks = L.n 1 / (c cos θ c ) = L.n 1 /c.n (13) Sedangkan waktu yang diperlukan oleh sinar berodus paling rendah (fundaental ode), yaitu: T in = L.n 1 /c. (14) Oleh karena itu, pelebaran pulsa per satuan panjang adalah: T T L n c (15) od si ax in / 1 / Untuk serat optik ultiode graded index, dengan paraeter profil α (profil parabola), pelebaran pulsa per satuan panjang adalah: σ od-gi = n 1 Δ /8c (16) Bila dibandingkan dengan σ od-si aka: σ od-gi = (Δ/8) σ od-si (17) Harga BL pada graded index 1000 kali lebih besar dari pada step index. Pelebaran pulsa secara total dala suatu serat optik ultiode erupakan gabungan dari pelebaran karena dispersi intraodus (σ i ) dan pelebaran karena dispersi antar odus (σ a ): σ T = ( σ i + σ a ) 1/ (18) Suku σ a engandung pelebaran karena step index (σ od-si ) atau graded index (σ od-gi ) sedangkan suku σ i engandung pelebaran pulsa karena dispersi aterial (σ ) dan dispersi pandu gelobang (σ pg ). Tetapi karena harga σ pg kecil dibandingkan dengan σ aka σ i = σ. B. PENGKODEAN DATA Sebelu ebuat perencanaan jaringan, pertaa-taa ditentukan terlebih dahulu teknik pengkodean data yang akan digunakan. Pada transisi sinyal digital, proses recovery data disisi peneria ebutuhkan rangkaian sapling yang beroperasi pada siste clock. Oleh karena itu, peilihan jenis pengkodean juga akan epengaruhi siste yang akan dibangun. Pada proses perencanaan jaringan serat optik, hal yang penting harus diperhatikan adalah engenai forat sinyal optik yang akan ditransisikan. Dikatakan penting karena pada praktiknya, setiap data optik digital di sisi receiver harus bisa enarik seluruh inforasi dari sinyal optik yang datang dengan pewaktuan yang tepat. Line coding yang digunakan dala transisi serat optik adalah kode biner. Line coding Jurnal Infotel Volue 1, Noor, Noveber 009

4 4 yang digunakan pada serat optik antara lain non return to zero (NRZ) dan return to zero (RZ). 1. Kode NRZ Bandwidth kode NRZ sering digunakan sebagai referensi untuk kode grup-grup lainnya. Kode NRZ yang paling sederhana adalah NRZ-level (NRZ-L). Pada sebuah serial aliran data, sebuah sinyal hidup ati (unipolar) direpresentasikan sebagai 1 jika elewati sebuah tegangan Gabar. Forat kode NRZ pulsa atau cahaya yang diasukkan pada seluruh periode bit, dan 0 di ana tidak ada pulsa yang ditransisikan. Kode-kode itu udah dihasilkan dan dikodekan tetapi ereka tidak epunyai error detection yang baik atau keapuan engkoreksi dan tidak epunyai self clocking.. Kode RZ Pada kode RZ, deretan bit yang akan ditransisikan dikodekan dengan bit 1 dinyatakan oleh pulsa positif dan bit 0 dinyatakan dengan pulsa negatif. Untuk setiap bit, level sinyal akan kebali pada level nol (sehingga di sebut return to zero). Gabar 3. Forat kode RZ Kode RZ epunyai keunggulan yaitu sederhana, sedangkan keleahannya adalah bandwidth yang diperlukan lebar karena level sinyal berubah lebih cepat daripada laju bit. Kode RZ diterapkan pada kounikasi yang sederhana. C. RISE TIME BUDGET (BANDWIDTH BUDGET) Dala suatu hubungan serat optik, pengirian inforasi dari transitter ke receiver biasanya akan engalai dispersi (pelebaran pulsa), sehingga dapat engakibatkan peborosan bandwidth pada siste tersebut. Analisa rise tie budget (atau sering disebut bandwidth budget) erupakan suatu etode yang udah untuk enentukan liitasi atau batasan dispersi (pelebaran pulsa) dari suatu hubungan serat optik. Perhitungan rise tie budget diaksudkan untuk elihat keapuan edia transisi atau serat optik dala endukung bandwidth sinyal inforasi yang akan dilewatkan. Terdapat 4 koponen siste yang epunyai kontribusi terhadap rise tie syste, yaitu: 1. Rise tie di sisi transitter (t tx ) Pada uunya diakibatkan oleh suber cahaya dan rangkaian pengendalinya.. Rise tie dispersi aterial (t at ) Untuk serat optik ultiode, besarnya nilai rise tie tergantung pada dispersi aterial dan dispersi odal. Efek dari dispersi aterial dapat diabaikan untuk suatu suber cahaya laser baik pada daerah λ pendek aupun panjang, dan suebr cahaya LED untuk λ panjang. Rise tie dispersi aterial diruuskan sebagai berikut: tat Dat.. L (19) diana D at adalah paraeter dispersi aterial (ps/n.k), σ λ adalah lebar spektral suber optik (n), dan L adalah panjang kabel (k). 3. Rise tie dispersi odal (t od ) Diruuskan dengan persaaan sebagai berikut: q 440L tod (0) B 0 4. Rise tie di sisi receiver (t rx ) Jurnal Infotel Volue 1, Noor, Noveber 009

5 5 Nilai ini dihasilkan dari respon photodetector dan bandwidth 3-dB dari receiver. Jika B rx erupakan bandwidth 3-dB dari receiver (diukur dala satuan MHz) aka rise tie receiver (dala satuan ns) diruuskan pada persaaan berikut: 350 trx (1) B rx Berdasarkan keepat koponen tersebut, dapat dilakukan perhitungan rise tie budget seperti pada persaaan berikut: t sys 1 t t t t tx at od rx () 1/ q 440L 350 t sys ttx Dat L 0 B Brx (3) Dari hasil perhitungan rise tie budget tersebut, dapat diketahui total bandwidth (MHz) dari siste tersebut, yaitu: BW tot 350 (4) t Kebutuhan pada rise tie syste tergantung pada bagaiana eilih teknik engkodean datanya. Secara uu, rise tie syste harus bernilai lebih kecil dari 70% periode bit (T B ) jika digunakan pengkodean NRZ dan harus lebih kecil dari 35% periode bit (T B ) jika digunakan pengkodean RZ. Kondisi ini dapat dituliskan sebagai berikut: t sys 0,7 T B (pada NRZ) (5) t sys 0,35 T B (pada RZ) (6) sys Seperti yang terlihat pada grafik bahwa hubungan antara dispersi dengan data rate adalah berbanding terbalik. Jadi seakin besar dispersi yang terjadi pada suatu siste kounikasi serat optik aka data rate atau kecepatan pentransisian datanya akan seakin rendah. Atau dengan kata lain, seakin besar dispersi aka data rate akan seakin rendah. Besar kecilnya data rate sangat dipengaruhi oleh dispersi yang dihasilkan. Besarnya data rate pada fiber singleode lebih tinggi jika dibandingkan dengan fiber tipe ultiode. Hal tersebut disebabkan karena dala fiber type ultiode terdapat banyak lintasan cahaya (odus) sehingga terjadi dua aca dispersi yaitu dispersi antarodus dan intraodus, sedangkan di dala fiber type singleode hanya terdapat satu jenis dispersi saja karena hanya epunyai satu odus. Selain itu siste kounikasi serat optik yang eiliki nilai data rate rendah biasanya enggunakan serat dengan LED sebagai suber cahayanya. Untuk siste kounikasi serat optik dengan data rate tinggi biasanya enggunakan LASER sebagai suber cahaya karena lebar spektralnya yang sangat kecil yaitu 1- n sehingga akan einialisasi besarnya dispersi.. Analisa Efek Dispersi terhadap Transission Distance D. ANALISA EFEK DISPERSI 1. Analisa Efek Dispersi Terhadap Data rate Gabar 5. Grafik Hubungan Antara Dispersi & Transission Distance Gabar 4. Grafik Hubungan Antara Dispersi dengan Bit rate Berdasarkan grafik tersebut, hubungan antara dispersi dengan transission distance berbanding lurus, diana seakin jauh atau panjang suatu link Jurnal Infotel Volue 1, Noor, Noveber 009

6 6 transisi pada siste kounikasi serat optik aka nilai dispersi yang dihasilkanpun akan seakin lebar. Atau dengan kata lain, dispersi akan seakin lebar untuk suatu jarak kounikasi yang seakin jauh. Besarnya pelebaran pulsa bergantung pada panjang serat optik yang dilalui oleh pulsa tersebut. Oleh sebab itu, dispersi suatu serat optik dinyatakan sebagai pelebaran pulsa persatuan panjang (ns/k). 3. Analisa Efek Dispersi terhadap Wavelength Seperti yang ditunjukkan pada grafik tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara dispersi dengan wavelength adalah berbanding lurus. Dengan kata lain dispersi akan seakin besar untuk suatu wavelength (λ) yang seakin panjang. Panjang gelobang dapat dikatakan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya dispersi khususnya untuk dispersi intraodus. n. Oleh sebab itu jika enggunakan suber cahaya LASER aka dispersi yang dihasilkan akan lebih kecil. 4. Analisa Efek Dispersi terhadap Fiber type Gabar 7. Grafik Hubungan Antara Dispersi dengan Fibertype Multiode Gabar 6. Grafik Hubungan Antara Dispersi dengan Wavelength Hal ini disebabkan karena cahaya yang asuk ke dala serat terdiri dari berbagai panjang gelobang dan berhubungan dengan lebar spektral panjang gelobang. Seakin besar lebar spektral sinar yang easuki serat optik aka seakin panjang wavelength (λ) dan seakin besar pula dispersi yang terjadi. Besarnya lebar spektral ini akan dipengaruhi oleh tipe dari suber cahaya yang digunakan. Terdapat dua aca suber cahaya yang digunakan untuk kounikasi serat optik, yaitu LED dan LASER. Untuk LED lebar spektral itu sekitar 0,05 (λ 0 ). Jika panjang gelobang λ 0 = 0,85 µ aka lebar spektralnya kira-kira 40 n. Pada LASER lebar spektralnya lebih sepit, sekitar 1- Gabar 8. Grafik Hubungan Antara Dispersi dengan Fibertype Singleode Seperti apa yang ditunjukkan pada kedua grafik hubungan antara dispersi dengan fibertype ultiode dan singleode dengan faktor pebanding transission distance di atas, dapat dikatakan bahwa pada siste kounikasi serat optik ini dispersi paling banyak terjadi pada tipe fiber ultiode, eskipun jarak transisi yang ditepuh saa. Serat optik ultiode eiliki ukuran core yang lebih besar dan dilapisi cladding yang sangat tipis, diana ukuran diaeter core akan enentukan julah odus yang ada dala suatu serat optik. Seakin besar ukuran diaeter core suatu serat aka julah odus penjalaran sinarnya pun akan seakin banyak. Hal tersebut di atas akan engakibatkan terjadinya dua aca Jurnal Infotel Volue 1, Noor, Noveber 009

7 7 dispersi pada serat optik ultiode yaitu dispersi antarodus a dan dispersi intraodus i. Karena dispersi yang dihasilkan pada serat optik ultiode lebih besar aka tipe serat optik ini hanya digunakan untuk transisi data dengan data rate rendah dan jarak pendek. Sedangkan pada fiber singleode hanya terjadi satu jenis dispersi yaitu dispersi intraodus i. Pada serat optik jenis singleode eiliki ukuran diaeter core yang lebih kecil (9µ) dibandingkan dengan ukuran cladding (15µ). Dengan diaeter core yang sangat kecil ini aka cahaya hanya erabat dala satu odus saja yaitu sejajar dengan subu serat optik, sehingga hanya dapat enyebabkan terjadinya dispersi intraodus. Karena dispersi yang dihasilkan pada serat optik singleode lebih kecil aka serat tipe ini sesuai bila digunakan untuk transisi data dengan data rate tinggi dan jarak jauh. Berdasarkan uraian di atas, yaitu analisa efek dispersi terhadap fibertype dapat diketahui bahwa besar kecilnya nilai dispersi yang dihasilkan oleh kedua tipe serat tersebut juga akan berpengaruh terhadap paraeterparaeter lainnya seperti: Data Rate Bandwidth a. Data Rate Telah diketahui pada analisa sebelunya engenai hubungan antara dispersi dengan data rate adalah berbanding terbalik, atau dengan kata lain seakin besar nilai dispersi aka data rate yang dihasilkan akan seakin kecil. Gabar 10. Grafik Hubungan Antara Dispersi pada Fibertype Singleode dengan Bit rate Berdasarkan gabar 9 dan 10 dapat dilihat bahwa data rate pada fiber ultiode lebih kecil jika dibandingkan dengan fiber singleode, eskipun jarak yang dilewati saa. Karena selain dipengaruhi oleh jarak atau panjang link transisi besar kecilnya nilai data rate juga dipengaruhi oleh dispersi, dan dispersi paling banyak terjadi pada fiber ultiode. Oleh sebab itu tipe fiber ultiode lebih cocok digunakan untuk jarak pendek dan transisi data dengan data rate rendah, sedangkan fiber singleode cocok digunakan untuk jarak jauh dan transisi data dengan data rate tinggi. b. Bandwidth Selain data rate perbedaan nilai dispersi pada kedua tipe fiber ini juga akan berpengaruh terhadap bandwidth yang dihasilkan. Hubungan antara bandwidth dan dispersi adalah berbanding terbalik. Gabar 9. Grafik Hubungan Antara Dispersi pada Fibertype Multiode dengan Bit rate Gabar 11. Grafik Hubungan Antara Dispersi pada Fibertype Multiode dengan Bandwidth Jurnal Infotel Volue 1, Noor, Noveber 009

8 8 Atau dengan kata lain seakin besar dispersi yang dihasilkan pada suatu fiber aka bandwidthnya akan seakin kecil. Gabar 1. Grafik Hubungan Antara Dispersi pada Fibertype Singleode dengan Bandwidth Dari kedua gabar grafik di atas dapat kita lihat karena dispersi paling banyak terjadi pada fiber ultiode daripada singleode, aka bandwidth yang dihasilkan oleh fiber ultiode juga akan lebih sepit jika dibandingkan dengan fiber tipe singleode. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa dispersi epunyai hubungan yang erat dengan penentuan jenis atau tipe dari fiber yang digunakan dala suatu perencanaan siste kounikasi serat optik. Hal tersebut juga berkaitan dengan penentuan panjang gelobang yang digunakan pada tiap-tiap jenis serat optik. E. KESIMPULAN 1. Hubungan antara dispersi dengan data rate adalah berbanding terbalik, sedangkan hubungan antara dispersi dengan transission distance (jarak transisi) dan wavelength (panjang gelobang) adalah berbanding lurus.. Efek dispersi lebih banyak dirasakan oleh serat optik ultiode dibanding serat optik singleode, hal tersebut disebabkan karena serat optik ultiode epunyai banyak lintasan cahaya (odus) sehingga terjadi dua aca dispersi yaitu dispersi antarodus dan intraodus, sedangkan di dala serat optik singleode hanya terdapat satu jenis dispersi yaitu dispersi intraodus karena hanya epunyai satu odus. F. DAFTAR PUSTAKA [1] Divlat PT. Telko, Pengantar Siste Kounikasi Serat Optik, Bandung, 001. [] Keiser Gerd, Optical Fiber Counication, Singapore, [3] Powers John, An Introduction to Fiber Optic Syste, Singapore, [4] Pallais Joseph, Fiber Optic Counicastions, New York, [5] Siregar Rusta E. Dr., Dasar-dasar Telekounikasi Serat Optik, STTTelko, Bandung, Jurnal Infotel Volue 1, Noor, Noveber 009

PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ)

PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) Anggun Fitrian Isnawati 1, Riyanto, Ajeng Enggar Wijayanti 3 1,,3 Program

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER OPTIK SINYAL

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER OPTIK SINYAL

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL

SISTEM TRANSMISI DIGITAL SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser Fakultas Teknik 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DISPERSI TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE REKOMENDASI ITU-T SERI G.655

ANALISIS PENGARUH DISPERSI TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE REKOMENDASI ITU-T SERI G.655 ANALISIS PENGARUH DISPERSI TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE REKOMENDASI ITU-T SERI G.655 Romaria, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB III DISPERSI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE. Serat optik memiliki beberapa karakteristik penting dalam menyalurkan

BAB III DISPERSI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE. Serat optik memiliki beberapa karakteristik penting dalam menyalurkan BAB III DISPERSI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE 3.1. Umum Serat optik memiliki beberapa karakteristik penting dalam menyalurkan sinyal informasi diantaranya adalah dispersi. Sinyal informasi dalam serat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY Ridwan Pratama 1 1 Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom 1 ridwanpsatu@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING

PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING DISPERSION COMPENSATOR ON OPTICAL FIBER NETWORK BETWEEN STO LEMBONG AND STO

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN 4.1 Analisis Hasil Perancangan Setelah dilakukan perancangan jaringan akses FTTH menggunakan GPON, untuk mengetahui kelayakan sistem maka akan di analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2 BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2 4.1 Desain Jaringan Optik Prinsip kerja dari serat optic ini adalah sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Overview SKSO Pertemuan Ke -2 SKSO dan Teori

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik

4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik 4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik Anhar, MT. 1 Kompetensi Mahasiswa dapat menjelaskan rugi-rugi dan dispersi yang terjadi pada fiber optik dan menghitung besarnya rugi-rugi dan dispersi tsb. 2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON)

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON) BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON) Pada bab ini akan dibahas analisis parameter teknis yang berkaitan dengan penerapan passive splitter pada jaringan

Lebih terperinci

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON OURCE 3.1 Tujuan : 1) Mendeonstrasikan prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian penguat coon source sinyal kecil. 2) Investigasi pengaruh dari penguatan tegangan.

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

PERCOBAAN III Komunikasi Data Pengukuran Komunikasi Serial

PERCOBAAN III Komunikasi Data Pengukuran Komunikasi Serial PERCOBAAN III Kounikasi Data Pengukuran Kounikasi Serial 1. TUJUAN 1. Mapu enghubungkan 2 PC untuk dapat berkounikasi lewat port serial RS232 2. Mengetahui siste pengkabelan untuk enghubungkan 2 PC lewat

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

ROMARIA NIM :

ROMARIA NIM : ANALISIS PENGARUH DISPERSI TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE REKOMENDASI ITU-T SERI G.655 Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Karakteristik Serat Optik

Karakteristik Serat Optik Karakteristik Serat Optik Kecilnya..? Serat optik adalah dielectric waveguide yang dioperasikan pada frekuensi optik 10 14-10 15 Hz Struktur serat optik Indeks bias core > cladding n 1 > n Fungi cladding:

Lebih terperinci

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut Sisti Kounikasi 1 Perteuan 4 Modulasi Sudut Mudrik Alaydrus Teknik Elektro Fakultas Teknik, UMB udrikalaydrus@yahoo.o 1 Bentuk uu dari sinyal terodulasi sudut: x ( ϑ ( ( t = A os t ϑ (t ( t 1 d ϑ ( t =

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan kecepatan dan bandwidth untuk komunikasi semakin meningkat secara signifikan. Salah satu teknologi yang menjadi solusi adalah sistem transmisi berbasis cahaya

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN Muhammad Fachri, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan fiber optics (serat optik) Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE)

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) JUISI, Vol. 03, No. 02, Agustus 2017 1 Estiasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algorita Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) Musayyanah 1, Yosefine Triwidyastuti 2, Heri Pratikno 3

Lebih terperinci

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER. K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW SMF (Single Mode Fiber) MMF (Multi Mode Fiber) Signal Degradation BASIC PRINCIPLE OF LIGHTS TRANSMISSION IN F.O JENIS-JENIS FIBER

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA EEKTONKA ANAOG Perteuan PEMOTONGAN PADA DUA HAGA TEGANGAN BEBEDA Disebut juga rangkaian pengiris atau slicer. angkaian utk peotongan pada dua harga tegangan yg berbeda ditunjukkan pd gabar (a) berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING

PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN 087 945 PENGARUH DISTRIBUSI PEBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SU BEAFORING Ananto E. Prasetiadi Dosen Tetap Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN 4.1 Data Jaringan Untuk menghitung link power budget pada jaringan Apartemen Paddington Heights Alam Sutera South Section ini digunakan data-data sebagai berikut : a. Daya

Lebih terperinci

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 204 ISSN: 2302-329 ANALISIS KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE POWER LINK BUDGET DAN

Lebih terperinci

Alternatif jawaban soal uraian

Alternatif jawaban soal uraian Lapiran Alternatif jawaan soal uraian. Lukislah garis ang elalui pangkal koordinat O(0,0) dan epunai gradien erikut ini! a. -. ) Noor poin a a) Alternatif pertaa langkah pengerjaan pertaa Persaaan garis

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak BAB III METODOLOGI PENELITIAN di bawah ini: Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak START Mengidentifikasi sistem Radio over Fiber Mengidentifikasi sistem Orthogonal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

Seminar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, Juli 2011

Seminar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, Juli 2011 Seinar Proyek Akhir ke-2 PENS-ITS Surabaya, 19-22 Juli 2011 UNIT SENTRAL DATA SEBAGAI MEDIA PENGONTROL PERALATAN LISTRIK BERBASIS ATMEGA8515 DAN POWER LINE CARRIER Ferry Trivianto ferry@student.eepis-its.edu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan hasil simulasi pengaruh K - factor pada kondisi kanal yang terpengaruh Delay spread maupun kondisi kanal yang dipengaruhi oleh frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON)

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) Nurul Ismi Mentari Sidauruk (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal Fery Antony, ST Universitas IGM Gambar Teknik Pengkodean dan Modulasi a) Digital signaling: sumber data g(t), berupa digital atau analog, dikodekan menjadi sinyal

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3 PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3 1,2, Prodi D3 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Ilmu Terapan,

Lebih terperinci

Sejarah dan Perkembangan Sistem Komunikasi Serat Optik

Sejarah dan Perkembangan Sistem Komunikasi Serat Optik Sejarah dan Perkembangan Sistem Komunikasi Serat Optik OLEH: ENDI SOPYANDI Email: endi_sopyandi@yahoo.com Pada tahun 1880 Alexander Graham Bell menciptakan sebuah sistem komunikasi cahaya yang disebut

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG Abstrak DESIGN AND ANALYSIS OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK WITH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI FAKUTAS TEKNIK UNP PENYEAAH SATU FASA TIDAK TEKENDAI JOBSHEET/ABSHEET JUUSAN : TEKNIK EEKTO NOMO : II POGAM STUDI : DI WAKTU : x 5 MENIT MATA KUIAH /KODE : EEKTONIKA DAYA / TEI5 TOPIK : PENYEAAH SATU FASA

Lebih terperinci

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA : TUGAS NAMA MATA KULIAH DOSEN : Sistem Komunikasi Serat Optik : Fitrilina, M.T OLEH: NAMA MAHASISWA : Fadilla Zennifa NO. INDUK MAHASISWA : 0910951006 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Konversi Data Digital ke Sinyal Digital. Karakteristik Line Coding. Tujuan Line Coding

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Konversi Data Digital ke Sinyal Digital. Karakteristik Line Coding. Tujuan Line Coding Konversi Data Digital ke Sinyal Digital Pada transmisi digital, data yang dihasilkan oleh transmitter berupa data digital dan ditransmisikan dalam bentuk sinyal digital menuju ke receiver (penerima). Pada

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA)

ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 361 ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA) PERFOMANCE ANALYSIS OF LONG HAUL

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

FIBER NETWORK CABLING. By: Abdul Hak Bin Mahat (ILPS)

FIBER NETWORK CABLING. By: Abdul Hak Bin Mahat (ILPS) FIBER NETWORK CABLING By: TAJUK : LALUAN DATA FIBER OPTIK Oleh: TUJUAN Pelajar-pelajar mestilah boleh: Terangkan laluan data fiber optik Terangkan corak penghantaran cahaya dalam fiber optik LALUAN DATA

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Statistika, Vol., No., Noveber 0 STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Gede Suwardika, Heri Kuswanto, Irhaah Jurusan Statistika,Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 2. Transmisi Digital

Pokok Bahasan 2. Transmisi Digital Pokok Bahasan 2 Transmisi Digital Pokok Bahasan 2 Pokok Bahasan Transmisi digital Sub Pokok Bahasan Pulsa-pulsa untuk transmisi basebandi NRZ, AMI Regenerasi Kriteria Nyquist Kompetensi Setelah mengikuti

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH Aninditya Esti Pratiwi Prodi S1 Teknik Telekomunikasi,Fakultas Teknik, Universitas Telkom anindityaesti@gmail.com

Lebih terperinci

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Michael Faraday Jaes Clerk Maxwell Medan lektroagnetik Pergerakan uatan listrik enghasilkan edan agnet Perubahan edan agnet dapat enibulkan pergerakan uatan listrik Koil/kuparanjikadialirilistrikakanenghasilkanedanagnet

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perancangan Sistem Perancangan sistem pada penelitian kali ini dilalui dalam beberapa tahapan demi tahapan, hal tersebut ditampilkan melalui diagram alir sebagaimana pada

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT

TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT SINYAL SYSTEM TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT Pengkodean Data / Data encoding Dalam proses kerjanya komputer mengolah data secara digital, melalui sinyal

Lebih terperinci

VISUALISASI SUPERCONTINUUM PADA SPEKTRUM KELUARAN SINAR ULTRAVIOLET BERDASARKAN VARIASI PANJANG GELOMBANG

VISUALISASI SUPERCONTINUUM PADA SPEKTRUM KELUARAN SINAR ULTRAVIOLET BERDASARKAN VARIASI PANJANG GELOMBANG VISUALISASI SUPECONTINUU PADA SPEKTU KELUAAN SINA ULTAVIOLET BEDASAKAN VAIASI PANJANG GELOBANG Wahyu Setiawan (), Hari Wisodo () dan Arif Hidayat () Jurusan Fisika, FIPA, Universitas Negeri alang () eail:

Lebih terperinci

Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Pendahuluan

Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Pendahuluan Surya Dara, M.Sc Departeen Fisika Universitas Indonesia Pendahuluan Potensial listrik yang uncul sebagai dapak dari perubahan edan agnet dala area tertentu disebut ggl induksi. Arus yang terjadi pada kawat

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB IV SINYAL DAN MODULASI DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK Bentuk tegangan dan arus bolak balik Bentuk tegangan dan arus bolak balik Ruus dan Keterangannya ; v v : tegangan sesaat (volt) : tegangan

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

BAB II TEKNIK PENGKODEAN BAB II TEKNIK PENGKODEAN 2.1 Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu kumpulan dengan sesuatu yang lain. Seperti

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci