BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.
|
|
- Inge Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III BAHASAN KONSTRUKSI GF( ) Untuk engonstruksi GF( ) dala penelitian ini dapat dilakukan dengan engacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 28 Karena adalah bilangan pria, aka berdasarkan Teorea 222 adalah field berhingga yang hipunan eleennya {0, 1, 2} dengan operasi penjulahan dan operasi perkalian dilakukan dala odulo dan erupakan ring koutatif Karena adalah ring koutatif, aka berdasarkan Teorea 24 [ x] adalah hipunan dari seua polinoial dala x atas dengan operasi penjulahan dan perkalian polinoial erupakan ring koutatif yang dinyatakan sebagai [ x] { a a x a x a x a } Operasi penjulahan pada [ x] i bersifat asosiatif, terdapat eleen identitas yaitu polinoial nol, setiap polinoial a( x) [ x] terdapat polinoial a( x) sebagai eleen invers, dan erupakan grup koutatif Di lain pihak, operasi perkalian pada [ x] bersifat asosiatif, distributif terhadap operasi penjulahan Misalkan p( x) [ x] adalah polinoial irreducible berderajat, jika ada akar c sehingga p( c) 0, aka hipunan seua polinoial yang dibangun oleh p( x) erupakan ideal utaa p( x) dan dapat dibentuk ring faktor [ x] p( x) Karena p( x) adalah polinoial irreducible berderajat, aka berdasarkan Teorea 242 p( x) erupakan ideal aksial Dengan engacu pada Teorea 22, aka [ x] p( x) adalah field Berdasarkan Teorea 247, [ x] p( x) [ c] erupakan perluasan dari field Selanjutnya berdasarkan Teorea 0, eleen-eleen [ c] dapat dinyatakan secara unik dala bentuk { b b c b c b } Di lain i pihak, berdasarkan Teorea 1, [ c] erupakan ruang vektor berdiensi- atas Untuk kepentingan koputasi, aka eleen [ c] dapat direpresentasikan sebagai vektor terner dari derajat terkecil ke derajat terbesar dala bentuk [ a0, a1,, a 1]
2 27 Berdasarkan Teorea 2, setiap field berhingga GF( ) epunyai eleen sebanyak pangkat dari bilangan pria berorder Akibatnya, berdasarkan Teorea aka GF( ) [ x] p( x) Dari proses di atas, aka GF( ) erupakan hipunan teorea berikut dari seua polinoial berderajat kurang dari yang dinyatakan dala Teorea 1 Misalkan p( x) adalah polinoial irredusible berderajat atas, aka GF( ) { a a x a x a } adalah field berhingga i Bukti : Diketahui p( x) adalah polinoial irredusibel berderajat atas Misalkan f : [ x] GF( ) adalah fungsi yang didefinisikan f ( g( x)) g( x)(od p( x)) Misalkan g 1 ( x), g 2 ( x) [ x] aka f erupakan hooorfisa, karena f ( g ( x) g ( x)) ( g ( x) g ( x))(od p( x)) ( g ( x))(od p( x)) ( g ( x))(od p( x)) 1 2 f ( g ( x)) f ( g ( x)) 1 2 f ( g ( x) g ( x)) ( g ( x) g ( x))(od p( x)) ( g1( x))(od p( x))( g2 ( x))(od p( x)) f ( g1( x)) f ( g2( x)) Fungsi f juga surjektif, karena untuk setiap g( x)(od p( x)) GF( ) aka terdapat g( x) [ x] sedeikian sehingga f ( g( x)) g( x)(od p( x)) Kernel dari f adalah ker( f ) { g( x) [ x] f ( g( x)) 0} { g( x) [ x] g( x)(od p( x)) 0} p( x)
3 28 Karena fungsi f hooorfisa yang surjektif aka f erupakan epiorfisa dengan ker( f ) p( x) Berdasarkan Teorea Dasar Hooorfisa (Teorea 20), aka [ x] p( x) [ c] GF( ) Akibatnya, GF( ) adalah field yang eleeneleennya erupakan hipunan seua polinoial-polinoial berderajat paling banyak 1 yang dinyatakan secara unik sebagai GF( ) { a a x a x a } i Dari keisoorfikan GF( ) dengan [ x] p( x) [ c], aka operasi dan representasi eleen-eleennya dapat dijelaskan sebagai berikut Misalkan, diberikan fungsi polinoial a( x) { a a x a x a } dan i b( x) { b b x b x b } Operasi penjulahan dala GF( ) i 1 didefinisikan sebagai c( x) a( x) b( x) c c x c x dengan c0 ( a0 b0 ) od, c1 ( a1 b1 ) od,, c 1 ( a 1 b 1) od Operasi perkalian dala GF( ) didefinisikan sebagai perkalian polinoial odulo p( x ), yaitu engabil sisa dari perkalian a( x) dan b( x) setelah dibagi dengan p( x) dinotasikan c( x) a( x) b( x) od p( x) Eleen GF( ) dapat direpresentasikan sebagai bentuk polinoial { a a x a x a }, bentuk basis baku i 2 1 {1,,,, } c c c, bentuk koordinat vektor [ a0, a1,, a 1] Karena GF( ) adalah field berhingga, aka hipunan eleen-eleen tak-nol dari GF( ) ebentuk grup siklik terhadap operasi perkalian, dinotasikan * GF ( ) Hal ini disajikan dala teorea berikut ini Teorea 2 Grup 1 GF( ) * erupakan grup siklik terhadap operasi perkalian berorder Bukti : Misalkan GF( )
4 29 Karena * GF( ) berorder 1, aka i paling banyak erupakan 1 eleen berbeda sehingga terdapat r, diana 1 r 1 berlaku r i i r i i i i ( ) r i i ( ) 1 r sehingga diperoleh 1 Jadi r iniu sehingga O( ) r Selanjutnya, isalkan r adalah order aksial dari eleen GF( ) * terhadap operasi r perkalian, aka akan berlaku 1 0, untuk setiap GF( ) Karena setiap r eleen dari GF( ) erupakan akar dari polinoial 1, akibatnya polinoial berderajat r dapat epunyai paling banyak r akar Karena * GF( ) grup siklik terhadap operasi perkalian aka terdapat GF( ), dan r 1 tetapi r 1, hal ini enunjukkan bahwa r 1 Dengan deikian, * 2 2 ( ) {1,,,, } GF dan berorder 1 Terbukti GF( ) * siklik Definisi Suatu eleen dala finite field GF( ) * disebut eleen priitif atau generator dari GF ( ), jika * 2 2 ( ) {1,,,, } GF (Ling 2004) Definisi 4 Polinoial irreducible f ( x) GF()[ x] berderajat disebut polinoial priitif dengan akar, jika adalah generator dari GF( ) (Menezes 1997) Berdasarkan sifat dari grup siklik bahwa setiap eleen GF( ) eenuhi polinoial dan selalu epunyai akar priitif sebagai pebangun GF( ) Untuk ebangun algorite aritetik GF( ) dala penelitian ini dilakukan dengan engabil polinoial priitif berderajat atas yang erupakan polinoial iniu ( x) a0 a1x ax diana erupakan akar priitifnya sedeikian sehingga ( ) 0 Selanjutnya tentukan basisnya di GF( ) sebagai ruang vektor atas Misalkan GF( ) adalah field berhingga dan adalah eleen priitif dala GF ( ), aka bentuk basis standar dari polinoial priitifnya adalah
5 0 2 2 {1,,,, } j dan setiap eleen GF( ) dapat dinyatakan secara unik sebagai j 1 a0 a1 x a 1x diana i a Untuk kepentingan koputasi, aka bentuk basis j dapat direpresentasikan sebagai koordinat vektor terner dari j derajat terkecil ke derajat terbesar dala bentuk [ a0, a1,, a 1] Pengabilan polinoial priitif dala penelitian ini dapat dilakukan secara koputasi enggunakan Software Maple 11 dengan langkah-langkah sebagai berikut Pertaa-taa tes apakah polinoial irreducible atau tidak Selanjutnya, tes polinoial irreducible priitif atau tidak Adapun Algorite 1 dan Algorite 2 erupakan algorite rutin yang akan digunakan pada Algorite dan Algorite 4 Algorite 1 Deskripsi : Prosedur untuk enghitung A x od B Input : Vektor A [ a0, a1,, a s ], vektor B [ b0, b1,, b t ], dan integer x Output x : H A od B 1 Ubah x dala basis 2 2 Isi G = H, H = [1] Jika X 1 = 1, aka H = G 4 Untuk i ulai 2 sapai panjang vektor X, lakukan 41 Hitung K = perkalian G dengan G 42 Hitung G = sisa hasil bagi K dengan B 4 Jika X i = 1, aka lakukan 41 Hitung L = perkalian H dengan G 42 Hitung H = sisa hasil bagi L dengan B 5 Return(H) Algorite 2 Deskripsi : Prosedur untuk enghitung Gcd dari vektor A dan vektor B Input : Vektor A [ a0, a1,, a s ], vektor B [ b0, b1,, b t ] Output : RA Gcd ( A, B) 1 Hitung a = panjang vektor A dan b = panjang vektor B 2 Isi RA = A, RB = B Jika a < b, aka RA = B dan RB = A 4 Jika RB = [0], aka return(ra) 5 Hitung L = sisa hasil bagi RA dengan RB 6 Isi RA = RB dan RB = L 7 Untuk i selaa RB [0], aka lakukan berulang-ulang 71 Hitung L = sisa hasil bagi RA dengan RB
6 1 72 Isi RA = RB dan RB = L 8 Return(RA) Vektor terner yang dibangkitkan, cek apakah irreducible atau tidak enggunakan Algorite Algorite ini didasarkan pada Teorea 5 Algorite Deskripsi : Prosedur untuk eeriksa polinoial irreducible atau tidak Input : Vektor A [ a0, a1,, a s ] Output : Apakah irreducible? 1 Hitung a = panjang vektor A Hitung = 2 Isi W [0,1] 4 Untuk i dari 1 sapai, lakukan x 41 Hitung W A od B enggunakan Algorite 1 42 Hitung U = julah vektor W dengan [0, 2] 4 Hitung H = Gcd(A,B) enggunakan Algorite 2 44 Hitung h = panjang vektor H 441 Jika h > 1, aka return(false) 5 Return(true) Selanjutnya, cek apakah priitif atau tidak dengan enggunakan Algorite 4 Algorite ini didasarkan pada Teorea 6 Algorite 4 Deskripsi : Prosedur untuk eeriksa polinoial irreducible adalah priitif Input : Vektor A [ a0, a1,, a s ] Output : Apakah polinoial priitif? 1 Hitung = panjang vektor A 1 2 Hitung h 1 Hitung F = faktor pria dari h 4 Hitung a = panjang vektor F 5 Untuk i dari 1 sapai a, lakukan 51 Hitung k h / Fi 52 Hitung H = [0, 1] k od A enggunakan Algorite 1 5 Jika H = [1], aka return(false) 6 Return(true)
7 2 Pebangkitan vektor terner yang priitif dala penelitian ini dapat dilakukan dengan eilih vektor yang bersuku kecil, yaitu vektor bersuku dua dengan enggunakan Algorite 5, vektor bersuku tiga dengan enggunakan Algorite 6, vektor bersuku epat dengan enggunakan Algorite 7 Algorite 5 Deskripsi : Prosedur untuk ebangkitkan polinoial priitif bersuku dua Input : Bilangan bulat positif Output : Vektor priitif bersuku dua Y 1 Untuk i dari 1 sapai 4, lakukan 11 Jika (i od ) 0, aka 11 Ubah X = dari desial ke vektor terner 12 Hitung x = panjang eleen X 1 Isi vektor Y = [X, 0( - x), 1] 14 T = Test irreducible Y enggunakan Algorite 14 Jika T = true, aka 141 U = Test Priitif Y enggunakan Algorite Jika U = true, aka 2 Return(Y) Jika vektor priitif bersuku dua tidak ada aka vektor priitifnya dapat dipilih dari vektor priitif bersuku tiga dengan enggunakan Algorite 6 Algorite 6 Deskripsi : Prosedur untuk ebangkitkan polinoial priitif bersuku tiga Input : Bilangan bulat positif dan floor((+1)/2) Output : Vektor priitif bersuku tiga Y 1 Untuk i dari 1 sapai 2, lakukan 11 Untuk j dari 1 sapai 2, lakukan 111 T = Test irreducible enggunakan Algorite 112 Jika T = true, aka U = Test Priitif enggunakan Algorite 4 11 Jika U = true, aka Return(Y) 12 Untuk k dari 1 sapai (-2), lakukan 111 T = Test irreducible enggunakan Algorite 112 Jika T = true, aka U = Test Priitif enggunakan Algorite 4 11 Jika U = true, aka Return(Y) 2 Return(Y)
8 Jika vektor priitif bersuku tiga tidak ada aka vektor priitifnya dapat dipilih dari vektor priitif bersuku epat atau lebih dengan enggunakan Algorite 7 Algorite 7 Deskripsi : Prosedur untuk ebangkitkan polinoial priitif bersuku tiga Input : Bilangan bulat positif dan floor((+1)/2) Output : Vektor priitif bersuku tiga Y 1 Untuk i dari 1 sapai 2, lakukan 11 Untuk j dari 1 sapai 2, lakukan 111 Untuk k dari 1 sapai 2, lakukan 1111 T = Test irreducible enggunakan Algorite 1112 Jika T = true, aka U = Test Priitif enggunakan Algorite Jika U = true, aka Return(Y) 112 Untuk l dari 1 sapai (-), lakukan 1121 T = Test irreducible enggunakan Algorite 1122 Jika T = true, aka U = Test Priitif enggunakan Algorite Jika U = true, aka Return(Y) 112 Untuk l dari 1 sapai (-), lakukan 1121 T = Test irreducible enggunakan Algorite 1122 Jika T = true, aka U = Test Priitif enggunakan Algorite Jika U = true, aka Return(Y) 2 Return(Y) Peilihan polinoial priitif bersuku kecil diaksudkan agar dapat epercepat proses kalkulasi aritetik field GF ( ) Polinoial priitif bersuku kecil yang digunakan dala penelitian ini dapat dilihat pada Lapiran II Selanjutnya, untuk kepentingan koputasi polinoial priitif yang dipilih direpresentasikan sebagai vektor terner yang dipilih akan disipan dala basis data Untuk enggunakan basis data tersebut cukup dipanggil derajat tertinggi Sebagai contoh, isalkan pilih Untuk ebangun field GF( ) dapat dikerjakan dari, karena erupakan subfield dari GF ( ) Abil polinoial priitif x x x x yang erupakan polinoial iniu berderajat ( ) 2 1 [ ] diana adalah akar priitifnya Periksa apakah akar erupakan algebraic atau tidak
9 4 Abil GF() sedeikian sehingga ( ) 0 Untuk 0, aka 1, aka 2, aka (0) Jadi 0 bukan akar dari ( x ) (1) Jadi 1 bukan akar dari ( x ) (2) Jadi 2 bukan akar dari ( x ) Karena untuk 0, 1, dan 2 bukan akar dari polinoial ( x ), ini enunjukkan bahwa erupakan algebraic Pilih akar pada perluasan field sedeikian sehingga ( ) 0 engakibatkan ( ) Dengan 2 dapat digunakan untuk ebangun perluasan field yang euat seua akar-akar dari polinoial ( x) [ x], sehingga diperoleh 4 2 2, , , , ,, , , 9 8 1, Selanjutnya, karena polinoial ( x) berderajat aka 2 {1,, } bebas linear atas ( ) Artinya 2 {1,, } erupakan basis dari ( ), sehingga ( ) erupakan ruang vektor berdiensi atas Selanjutnya, subfield dari GF( ) terdiri dari dan GF( ) dengan asing-asing ordernya adalah dan 27 Eleen-eleen dari subfield yang berorder adalah {0, 1, 2}, sedangkan eleen-eleen subfield yang berorder 27 adalah field itu sendiri yaitu {0, 1,,, } dengan basisnya {1,,, } Jadi GF( ) 27 {0, 1,,, } dengan basisnya adalah {0, 1,,, } dan jika eleen nol dikeluarkan aka GF( ) akan ebentuk grup siklik yang dibangkitkan oleh, dinotasikan GF ( ) Jadi GF( ) 26 {1,,, } dengan basisnya adalah {1,,, } Dengan deikian, hipunan seua polinoial-polinoial berderajat kurang dari atas yang dibangun oleh polinoial priitif x x x x adalah ( ) 2 1 [ ]
10 {0, 1, 2,, 1, 2, 2, 2 1, 2 2,, 1, 2, , 2, 1, 2, 2 1, 2 2, , 2 1, 2 2, 2, 2 1, 2 2, 2 2, , 2 2 2} Dengan engabil, dan 2 9, aka diperoleh hubungan antara representasi eleen priitif, representasi basis polinoial, representasi vektor terner, dan representasi integer dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Galois Field dari GF( ) No Eleen Priitif 0 α 0 = α 26 α 1 α 2 α α 4 α 5 α 6 α 7 α 8 α 9 α 10 α 11 α 12 α 1 α 14 α 15 α 16 α 17 α 18 α 19 α 20 α 21 α 22 α 2 α 24 α Representasi Basis 0 1 α α 2 α + 2 α 2 + 2α 2α 2 + α + 2 α 2 + α + 1 α 2 + 2α + 2 2α α + 1 α 2 + α α 2 + α + 2 α α 2α 2 2α + 1 2α 2 + α α 2 + 2α + 1 2α 2 + 2α + 2 2α 2 + α + 1 α α + 2 2α 2 + 2α 2α 2 + 2α + 1 2α Vektor Terner [0, 0, 0] [1, 0, 0] [0, 1, 0] [0, 0, 1] [1, 2, 0] [0, 2, 1] [2, 1, 2] [1, 1, 1] [2, 2, 1] [2, 0, 2] [1, 1, 0] [0, 1, 1] [2, 1, 1] [2, 0, 1] [2, 0, 0] [0, 2, 0] [0, 0, 2] [1, 2, 0] [0, 1, 2] [1, 2, 1] [2, 2, 2] [1, 1, 2] [1, 0, 1] [2, 2, 0] [0, 2, 2] [1, 2, 2] [1, 0, 2] Representasi Integer
BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )
BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Untuk encaai tujuan enelitian, dierlukan beberaa engertian dan teori yang relevan dengan ebahasan. Dala bab ini akan diberikan beberaa teori berua definisi, teorea, auun lea yang
Lebih terperinciKONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 m ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M
KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciKONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 m ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M
KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciBab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup
GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,
Lebih terperinciDiberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga
Departent of Matheatics FMIPA UNS Lecture 3: Relation C A. Universal, Epty, and Equality Relations Diberikan sebarang hipunan A. Maka A A dan erupakan subset dari A A dan berturut-turut disebut relasi
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK
LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK Oleh : Dra. Eleonora Dwi W., M.Pd Ahmadi, M.Si FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciPerbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb
Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis sebagai landasan teori dalam penelitian ini yaitu teori bilangan, bilangan bulat modulo?, struktur aljabar dan masalah logaritma
Lebih terperinciPENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT
PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan masalah dan bagaimana mengeksplorasinya dengan logaritma diskret pada menggunakan algoritme Exhaustive Search Baby-Step
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis berupa definisi teorema sifat-sifat yang berhubungan dengan teori bilangan integer modulo aljabar abstrak masalah logaritma diskret
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,
I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu
Lebih terperinciBAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM
BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan
Lebih terperinciKEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI
KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA
Lebih terperinciMATHunesa (Volume 3 No 3) 2014
MATHunesa (Volue 3 No 3) 014 KODE SSRS (SUBSPACE SUBCODES OF REED-SOLOMON) Afifatus Sholihah Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Surabaya e-ail: afif165@yail.co
Lebih terperinciBENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN
BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN Yuiati (yui@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT The Sith noral for and left good atrix have been known in atrix theore. Any atrix over the principal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2. Graf Graf G= (V G,E G ) adalah suatu siste yang terdiri dari hipunan berhingga tak kosong V G dari objek yang dinaakan titik (ertex) dan hipunan E G, pasangan tak berurut dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,
3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang
BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab II ini berisi kajian teori. Di bab ini akan dijelaskan beberapa definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang mendasari teori kode BCH. A. Grup
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH
SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Mateatika Oleh : NURSUKAISIH 0854003938
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya
Lebih terperinciALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT
M. And Rhudito, dkk., Aljabar Max-Plus Bilangan Kabur ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzz Nuber Max-Plus Algebra) M. And Rudhito, Sri Wahuni 2, Ari Suparwanto 2 dan F. Susilo 3 Jurusan Pendidikan Mateatika
Lebih terperinciPelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )
1 Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antiagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antiagic Total Labeling of Crown String Graph ) Enin Lutfi Sundari, Dafik, Slain Pendidikan Mateatika, Fakultas Keguruan
Lebih terperinciPERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Konstruksi Algoritme Aritmetik (5 ) Dengan Operasi Dibangkitkan Dari Sifat Grup siklik adalah karya saya dengan arahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sekarang ini teknologi untuk berkomunikasi sangatlah mudah. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, internet, dan berbagai macam peralatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field.
BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field. Hal ini dimulai dengan memberikan pengertian dari group
Lebih terperinciISBN:
POSIDING SEMINA NASIONAL P e n e l i t i a n, P e n d i d i k a n, d a n P e n e r a p a n M I P A Tanggal 18 Mei 2013, FMIPA UNIVESITAS NEGEI YOGYAKATA ISBN: 978 979-96880 7-1 Bidang: Mateatika dan Pendidikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. enkripsi didefinisikan oleh mod dan menghasilkan siferteks c.
enkripsi didefinisikan oleh mod dan menghasilkan siferteks c 3 Algoritme 3 Dekripsi Untuk menemukan kembali m dari c, B harus melakukan hal-hal berikut a Menggunakan kunci pribadi a untuk menghitung mod
Lebih terperinci2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN
Bulletin of Matheatics Vol. 03 No. 0 (20) pp. 39 48. 2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN Mardiningsih Saib Suwilo dan Indra Syahputra Abstract. Let D asyetric two-coloured-digraph
Lebih terperinciSistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant
Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah
Lebih terperinciElliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA) Benny Roy P.N, Citrady L.M, dan Roni F. Sinaga
Elliptic Curve Digital Signature Algorith (ECDSA) Benny Roy P.N, Citrady L.M, dan Roni F. Sinaga Departeen Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 E-ail : if11014@students.if.itb.ac.id,
Lebih terperinciPersamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis
Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat
Lebih terperinciSoal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008
Soal-Soal dan Pebahasan Mateatika IPA SBMPTN/SNMPTN 008. Diketahui fungsi-fungsi f dan g dengan f(x) g(x) x - x untuk setiap bilangan real x. Jika g(), f ' () f(), dan g ' () f(), aka g ' () A. C. 0 E.
Lebih terperinciBAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU
BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.
Lebih terperinciDISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK
0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,
Lebih terperinciPERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU
PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational
Lebih terperinci1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik
1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2
Lebih terperinciBilangan Kromatik Lokasi n Amalgamasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan
Jurnal Mateatika Integratif. Vol. 13, No. 2 (2017), pp. 115 121. p-issn:1412-6184, e-issn:2549-903 doi:10.24198/ji.v13.n2.11891.151-121 Bilangan Kroatik Lokasi n Aalgaasi Bintang yang dihubungkan oleh
Lebih terperinciEKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A
EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan
Lebih terperinciEKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD?????? SALAMIA
EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD SALAMIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN POSTEST PEMBINAAN GURU OLIMPIADE MADRASAH ALIYAH (MA) NARASUMBER: DODDY FERYANTO
SOAL DAN PEMBAHASAN POSTEST PEMBINAAN GURU OLIMPIADE MADRASAH ALIYAH (MA) NARASUMBER: DODDY FERYANTO 31 Juli-1 Agustus 2016 KAMPUS PUSDIKLAT TENAGA TEKNIS PENDIDIKAN DAN KEAGAMAAN POSTTEST PEMBINAAN GURU
Lebih terperinciLEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009
DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =
BAB II TEORI DASAR 2.1. Group Misalkan operasi biner didefinisikan untuk elemen-elemen dari himpunan G. Maka G adalah grup dengan operasi * jika kondisi di bawah ini terpenuhi : 1. G tertutup terhadap.
Lebih terperinciANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR
ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,
Lebih terperinciFAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT
FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA Elvi Syahriah 1, Khozin Mu taar 2 1,2 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika
Lebih terperinciDefinisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.
0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap
Lebih terperinciCLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES. Pertemuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA
CLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES Perteuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA Miniu distance classifiers elakukan klasifikasi berdasarkan jarak terpendek. Ada dua jenis yang dibahas:. The Euclidean Distance
Lebih terperinciSOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam
Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan
Lebih terperinciMATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan
Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL
PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor
Lebih terperinciIII HASIL DAN PEMBAHASAN
7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan
Lebih terperinciBILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA
J. J. Siang BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA Intisari Dala tulisan ini dipaparkan engenai sejarah peneuan bilangan pria, pengujian bilangan pria besar, serta salah satu aplikasinya dala kriptografi
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR: RING
STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.
1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningru*, Ia Santoso**, R.Rizal Isnanto** Abstrak - Tekstur adalah karakteristik yang penting
Lebih terperinci0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d
1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?
Lebih terperinciModel Produksi dan Distribusi Energi
Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi
Lebih terperinciII. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu
II KONSEP DASAR GRUP Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan aljabar abstrak abstract algebra Sistem aljabar algebraic system terdiri dari suatu himpunan obyek satu atau lebih
Lebih terperinciPenyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi
Penyelesaian Algortia Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Proble (CSP) Satu Diensi Putra BJ Bangun, Sisca Octarina, Rika Apriani Jurusan Mateatika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya
Lebih terperincimatematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s
i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)
BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de
Lebih terperinciMODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN
43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,
Lebih terperinciUji Rank Mann-Whitney Dua Tahap
Statistika, Vol. 7 No., 55 60 Mei 007 ji Rank Mann-Whitney Dua Tahap Teti Sofia Yanti Dosen Jurusan Statistika FMIPA NISBA. Abstrak ji rank Mann-Whitney adalah salah satu bentuk pengujian dala analisis
Lebih terperinciLEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009
DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA
Lebih terperinciBUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK
BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Buku 3 ini erupakan seri buku pedoan yang disusun dala rangka Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 (VIMK13) Buku ini euat pedoan bagi
Lebih terperinciBAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengirim pesan secara rahasia sehingga hanya orang yang dituju saja yang dapat membaca pesan rahasia tersebut.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Sept. ) ISSN: 3-9X D-77 Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Tiur dengan Pendekatan Regresi Nonparaetrik Spline Riana Kurnia Dewi, I Nyoan Budiantara
Lebih terperinciKAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA
Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA
Lebih terperinciPenentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering
Jurnal Kubik, Volue No. ISSN : 338-0896 Penentuan Akar-Akar Siste Persaaan Tak Linier dengan Kobinasi Differential Evolution dan Clustering Jaaliatul Badriyah Jurusan Mateatika, Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum
Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang
Lebih terperinciSYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a
Lebih terperinciABSTRAK. Keywords: Economic Quantity Production, Nasution, A.H, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan. ABSTRACT
PERECANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY MULTI ITEM DI CV. FAJAR TEKNIK SEJAHTERA Dio Kharisa Putra, Rusindiyanto dan Budi Santoso
Lebih terperinciBUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK
BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BAB I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang Keberhasilan suatu kegiatan survei tidak terlepas dari tanggung jawab, fungsi dan peran seluruh
Lebih terperinciKONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME
KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME Moh. Affaf 1, Zaiful Ulu 1, STKIP PGRI Bangkalan, ohaffaf@stkippgri-bkl.ac.id, zaifululu@stkippgri-bkl.ac.id
Lebih terperinciANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA
ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA S. M. ROBIAL 1, S. NURDIATI 2, A. SOPAHELUWAKAN 3 Abstrak Data global Suhu Perukaan
Lebih terperinciBENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL
BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah
Lebih terperinciG a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.
2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,
Lebih terperinciKELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT
KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR Kiki Reski Ananda 1 Khozin Mu taar 2 12 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN
BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN Pada bab 1 ini akan dibahas definisi kode, khususnya kode linier atas dan pencacah bobot Hammingnya. Di samping itu, akan dijelaskanan invarian, ring invarian dan
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).
Lebih terperinciMODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH
MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.
STRUKTUR ALJABAR II Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field RING (GELANGGANG) Ring adalah himpunan G yang tidak kosong dan berlaku dua oprasi biner (penjumlahan dan
Lebih terperinci